Askep Demam Typoid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM THYPOID



Disusun Oleh : Kelompok V 1. Silaturrahman 2. Saparwadi 3. Nur asriati 4. Paizah 5. Mulianah 6. Sultiah 7. Heeriyadi 8. Zakihil abdani hilman



PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT TA. 2013/2014



ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM THYPOID



A. Definisi  Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun (70 – 80%), pada usia 30 – 40 tahun (10 – 20 %) dan diatas 12 – 13 tahun sebanyak 5-10% ( Mansjoer,1999 )  Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella ( Bruner and Suddart, 1994 ).  Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).  Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari penyakit ini adalah typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).  Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (Seoparman, 1996).  Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhosa, Salmonella type A.B.C. Penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief. M. 1999). B. Etiologi Etiologi dari typhoid adalah Salmonella thypi/ salmonella thyphosa, basil gram negatif yang bergerak dengan rambut getar dan tidak berspora. (Suriadi, Yuliani Rita, 2001). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Samonella Thypiia/Eberthela Thypii yang merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70 0C dan antiseptik. Salmonella mempunyai tiga macam antigen, yaitu antigen O (Ohne Hauch) merupakan somatik antigen (tidak menyebar) ada dalam dinding sel kuman, antigen H (Hauch, menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil dan antigen V1 (kapsul) merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis. Ketiga jenis antigen ini di manusia akan menimbulkan tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutinin. C. Klasifikasi



 a. Thypus abdominalis : penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala lebih dari 7 hari , gangguan saluran cerna dan kesadaran.  b. parathypus : jenis typus yang lebih ringan, mungkin sesekali penderita mengalami buang air, jika diamati lidah berselaput putih susu, bagian tepi merah terang bibir kering dan kondisi fisik tampak lemah serta nyata tampak sakit, jika sudah lanjut muncul gejala kuning sebab pada typus organ limfa dan hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. D. Patofisiologi dan Pathway Kuman Salmonella masuk bersama makanan atau minuman yang terkontaminasi, setelah berada dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit retikuloendotelial sistem (RES) dan kuman yang tidak difagosit berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman kembali masuk ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia sekunder) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus. Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin. Endotoksin ini merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi pusat termoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan timbulnya gejala demam. Makrofag pada pasien akan menghasilkan substansi aktif yang disebut monokines yang menyebabkan nekrosis seluler dan merangsang imun sistem, instabilitas vaskuler, depresi sumsum tulang dan panas. Infiltrasi jaringan oleh makrofag yang mengandung eritrosit, kuman, limfosist sudah berdegenerasi yang dikenal sebagai tifoid sel. Bila sel ini beragregasi maka terbentuk nodul terutama dalam usus halus, jaringan limfe mesemterium, limpa, hati, sumsum tulang dan organ yang terinfeksi. Kelainan utama yang terjadi di ileum terminale dan plak peyer yang hiperplasi (minggu I), nekrosis (minggu II) dan ulserasi (minggu III). Pada dinding ileum terjadi ulkus yang dapat



menyebabkan perdarahan atau perforasi intestinal. Bila sembuh tanpa adanya pembentukan jaringan parut.



PATHWAY



E. Gejala klinis



Gambaran klinis demam typhoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Gambaran klinis yang biasa ditemukan ialah : 1.



Demam



Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga. 2.



Gangguan pada saluran pencernaan



Pada mulut terdapat bau nafas tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (regaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal. 3.



Gangguan kesadaran



Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai samnolen, jarang terjadi stupor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epistaksis pada anak besar ( Ngastiyah, 2005). F. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari : a. Pemeriksaan Darah Tepi -



Terdapat gambaran leukopenia



-



Limfositosis relatif



-



Ameosinofila pada permulaan sakit



-



Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan



b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. c. Biakan Darah Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor : ·



Teknik pemeriksaan Laboratorium



Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung. ·



Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.



Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali. ·



Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.



·



Pengobatan dengan obat anti mikroba. Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.



d. Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.



Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu: 1.



Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).



2.



Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).



3.



Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)



Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid. Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal : a. Faktor yang berhubungan dengan klien : 1.



Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.



2.



Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah



setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6. 3.



Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam



typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut. 4.



Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba



dapat menghambat pembentukan antibodi. 5.



Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat



menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial. 6.



Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau



tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik. 7.



Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini



dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah. 8.



Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap



salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu. b. Faktor-faktor Teknis



1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain. 2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal. 3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain. G. Penatalaksanaan medis Pasien yang dirawat dengan diagnosis observasi demam typus abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien typus abdominalis dan diberikan pengobatan sebagai berikut : 1. Isolasi klien, desinfeksi pakaian dan ekskreta 2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi 3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk; jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di runagan. 4.



Diit makanan harus cukup cairan, kalori, dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh



mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga diberikan makanan lunak. 5.



Obat pilihan ialah kloramfenikol, kecuali jika pasien tidak cocok dapat diberikan obat



lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100 mg/kg BB/ hari (maksimum 2 gram perhari), diberikan 4 kali sehari per oral atau intravena. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentukan zat anti kurang karena basil terlalu cepat dimusnahkan. 6.



Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi



dan asidosis diberikan cairan secara intravena dan sebagainya (Ngastiyah, 2005)



H. Tumbuh Kembang Anak



Pengertian Pertumbuhan Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pengertian Perkembangan Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. (wong, 2000). Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambant laun bagianbagiannya akan menjadi semakin nyata dan tambah jelas dalam rangka keseluruhan. Tahapan Tumbuh Kembang Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terbagi atas : Ø Masa Pranatal mulai masa embrio (mulai konsepsi-8 minggu), masa fetus (9 minggu sampai lahir), Ø Masa Pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi (29 hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6 tahun). 2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas, terdiri atas Ø Masa Sekolah (6-12 tahun) Ø Masa Remaja (12-18 tahun) Tahap Tumbuh Kembang Usia 0-6 Tahun 1. Masa Pranatal Masa pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam waktu Iebih kurang sembilan bulan. Masa pranatal terdiri atas dua fase yaitu :



a. Fase Embrio. b. Fase Fetus. 2. Masa Pascanatal Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam beberapa fase berikut : A. Masa Neonatus (0-28 hari) Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa neonatus, yaitu dimana terjadinya kehidupan yang baru. Pada masa ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai dari aktifitas pernafasan, pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali permenit, perubahan ukuran jantung menjadi lebih besar di bandingkan dengan rongga dada, kemudian gerakan bayi mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi. B. Masa Bayi (29 hari – 1 tahun) Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu: Ø Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan perubahan berat badan. Bila gizi anak baik, maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 g/bulan. Pertumbuhan tinggi badan agak stabil, tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan. Ø Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan perubahan berat benda pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan berat benda adalah 500-600 g/bulan, apabila mendapatkan gizi yang baik. Sedangkan pertumbuhan tinggi Ø



badan tidak mengalamikecepatan dan stabil berdasarkan pertambahan umur. Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat mencapai tiga kali berat badan lahir, pertambahan berat badan perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan, 250-350 gram pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1 tahun, pertambahan tinggi badan masih stabil dan



diperkirakan mencapai 75 cm. C. Masa Anak (1-2 tahun) Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik. Pada tahun kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan penambahan tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan, kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi susu, termasuk gigi geraham pertama dan gigi



taring, sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun, pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x berat badan lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50 persen tinggi badan orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan lingkar kepala menjadi sekitar 50 cm. D. Masa Prasekolah (3-6 tahun) Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan rata-rata 2kg/tahun. Tubuh anak terlihat kurus, akan tetapi aktivitas motorik tinggi dan sistem tubuh mencapai kematangan dalam hal berjalan, melompat, dan lain-lain. Tinggi badan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 cm setiap tahun. Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola bakan, umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Anak juga mulai menunjukkan kemandirian pada proses eliminasi. Tahap Tumbuh Kembang Usia 6 Tahun Keatas A. Masa Sekolah (6-12 tahun) Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 12 tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memastiki dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula. B. Masa Remaja (12-18 tahun) Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena masa ini merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin mencoba mandiri. Masalah yang sering dijumpai adalah perubahan bentuk tubuh. Perkembangan khusus yang terjadi pada masa ini adalah kematangan identitas seksual yang ditandai dengan perkembangan organ reproduksi. Masa ini merupakan masa krisis identitas dimana anak memasuki proses pendewasaan dan meninggalkan masa anak-anak, sehingga membutuhkan bantuan dari orang tua. Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja. I. Pertumbuhan dan perkembangan embrio manusia dalam kandungan Usia Ciri-ciri 1 bulan Bagian kepala, jantung, dan hati mulai terbentuk; sistem pencernaan (4 minggu) sebagai suatu saluran sederhana; ada sebuah ekor yang khas; jaringan-jaringan ekstra embrionik mulai muncul. 2 bulan Telinga, mata, jari-jari, mulut, hidung, dan tumit merupakan bentuk(8 minggu) bentuk tersendiri; tulang mulai dibentuk, sistem pencernaan



3 bulan (12 minggu) 4 bulan (16 minggu) 9,5 bulan (38 minggu)



terbentuk; sistem saraf dan sistem sirkuler mulai berfungsi; adanya alat kelamin luar, tetapi belum dapat dibedakan jenis kelaminnya. Ginjal, hati, tangan, lengan, tungkai, kaki, dan sistem pencernaan telah berkembang baik; alat kelamin luar antara pria dan wanita mulai dapat dibedakan; paru-paru mulai jelas; adanya gerakangerakan kecil dari janin. Detak jantung sudah dapat dirasakan; terbentuknya tulang-tulang di seluruh tubuh; kulit berkembang sepenuhnya; sudah dapat ditentukan jenis kelaminnya; munculnya alis, bulu mata, dan rambut kepala; gerakan janin meningkat. Sejak minggu ke-16 sampai saat kelahiran terjadi akumulasi lemak di bawah kulit; menjelang minggu ke-22 janin mulai membuka matanya; gerakan-gerakan janin dirasakan oleh ibunya, terjadi kenaikan gerak badan yang sangat cepat; pada bulan ke-7 posisi kepala ke bawah sebagai persiapan untuk kelahiran.



II. Pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir A. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita 1. Ciri-ciri fisik Usia Pertumbuhan Perkembangan Tinggi Berat Motorik Kognitif Badan Badan 0–3 45–65 3–5 kg Menggerakkan Mulai mengenal suara, bentuk bulan cm beberapa bagian benda dan warna. tubuh seperti tangan, kepala, dan mulai belajar memiringkan tubuh. 6–9 64- 70 7–9 kg Dapat Mengoceh, sudah mengenal bulan cm menegakkan wajah kepala, belajar seseorang, bisa membedakan tengkurap sampai suara, belajar makan dan dengan duduk mengunyah (pada usia 8 – 9 bulan), dan memainkan ibu jari kaki. 12–18 74–81 10–11 Belajar berjalan Mulai belajar berbicara, bulan cm kg dan berlari, mempunyai



2–3 tahun



86–96 cm



12–15 kg



4–5 tahun



100–120 cm



16–22 kg



mulai bermain, dan koordinasi mata semakin baik. Sudah pandai berlari, berolahraga, dan dapat meloncat



Dapat berdiri pada satu kaki, mulai dapat menari, melakukan gerakan olah tubuh, keseimbangan tubuh mulai membaik.



ketertarikan terhadap jenisjenis benda, dan mulai muncul rasa ingin tahu. Keterampilan tangan mulai membaik, pada usia 3 tahun belajar menggunting kertas, belajar menyanyi, dan membuat coretan sederhana. Mulai belajar membaca, berhitung, menggambar, mewarnai, dan merangkai kalimat dengan baik.



2. Ciri-ciri Psikologis Usia Ciri-ciri Psikologis Balita (bawah lima tahun) 0-5 Mulai mengenal lingkungan. Membutuhkan perhatian khusus dari tahun orang tua. Senang bermain. Bersifat kekanak-kanakan (manja). Cenderung keras kepala. Suka menolak perintah. Membutuhkan zat gizi yang banyak. Hormon pertumbuhan dihasilkan secara meningkat.



B. Pertumbuhan dan Perkembangan masa anak-anak 1. Ciri-ciri fisik Usia Pertumbuhan Perkembangan Tinggi Berat Motorik Kognitif Badan Badan 6–8 120–130 21–27 Mampu meloncati Menggambar dengan bentuk tahun cm kg tali setinggi 25 proporsional, cm, belajar naik memakai dan mengancingkan sepeda. baju, menulis, lancar membaca, tangkas dalam berhitung, belajar bahasa asing, belajar memainkan alat musik. 9–10 131–145 28–33 Melakukan olah Pandai menyanyi, mampu



tahun



cm



11–12 145–152 tahun cm



kg



33–39 kg



raga permainan seperti bulutangkis, sepak bola, tangkas bersepeda. Melompat tali sampai di atas 50 cm, meloncat sejauh lebih dari 1 meter, terampil dalam menggunakan peralatan.



membuat sebuah karangan, Menyerap pelajaran dengan optimal, mulai belajar berdiskusi dan mengemukakan pendapat. Konsentrasi belajar meningkat, mulai belajar bertanggung jawab, senang berpetualang dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar.



2. Ciri-ciri Psikologis Usia Ciri-ciri Psikologis 6 – 12 Gigi susu mulai tanggal dan gigi permanen mulai tumbuh. tahun Pertumbuhan jiwanya relatif stabil. Daya ingat kuat, mematuhi segala perintah gurunya. Mudah menghafal tetapi juga mudah melupakan. Sifat keras kepala mulai berkurang dan lebih dapat menerima, pengertian karena kemampuan logikanya mulai berkembang.



C. Pertumbuhan dan Perkembangan masa remaja (puber) 1. Ciri-ciri fisik Perbedaa Laki-laki n Usia 11 – 16 tahun Ciri Terjadi mimpi basah khusus Ciri – ciri tumbuhnya kumis dan kelamin jambang, tumbuhnya



Perempuan 10 – 15 tahun Mengalami menstruasi payudara tumbuh membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan di



sekunder



rambut di ketiak dan sekitar alat kelamin, di sekitar alat kelamin, membesarnya pinggul. serta dada menjadi lebih bidang.



serta



2. Ciri-ciri Psikologis Usia Kurang lebih usia 10 – 17 tahun



Ciri-ciri Psikologis Mulai memperhatikan penampilan. Mudah cemas dan bingung bila adanya perubahan psikis. Tidak mau dibatasi aktivitasnya. Mulai memilih teman yang cocok. Tidak mau diperlakukan seperti anak kecil. Selalu ingin mencoba hal-hal baru. Senang meniru idola atau berkhayal. Mulai bersikap kritis. Mulai ada perubahan bentuk fisik. Mulai menghasilkan hormon reproduksi. Alat kelamin mulai berkembang. Hormon pertumbuhan masih terus dihasilkan.



PROSES KEPERAWATAN A. Pengkajian 1.



Biodata klien Dapat terjadi pada semua orang disemua umur; sering terjadi pada anak usia 12 -13 tahun (70 – 80 %), diatas umur 12 – 13 tahun (5-10 %) dan pada umur 30 – 40 tahun



(10-20%).



Jenis



kelamin:



dapat



terjadi



pada



pria



dan



wanita.



Pekerjaan/lingkungan: berisiko tinggi pada seseorang yang personal hygiene kotor. 2.



Keluhan Utama Biasanya klian datang dengan keluhan perasaan tidak enak badan, pusing demam, nyeri tekan pada ulu hati, nyeri kepala, lesu dan kurang bersemangat, nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi)



3.



Riwayat kesehatan a.



Riwayat kesehatan dahulu



Kaji tentang penyakit yang pernah dialami oleh klien, baik yang ada hubungannya dengan saluran cerna atau tidak. Kemudian kaji tentang obat-obatan yang biasa dikonsumsi oleh klien, dan juga kaji mengenai riwayat alergi pada klien, apakah alergi terhadap obat-obatan atau makanan. b.



Riwayat kesehatan sekarang



Kaji mengenai keluhan yang dirasakan oleh klien, misalnya nyeri pada epigastrium, mual, muntah, peningkatan suhu tubuh, sakit kepala atau pusing, letih atau lesu. c.



Riwayat kesehatan keluarga



Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau penyakit gastrointestinal lainnya. d.



Riwayat psikologis



Kaji bagaimana keadaan suasana hati (emosional) klien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang diderita, biasanya suasana hati klien kurang baik (gelisah) dan keluarga biasanya cemas. e.



Riwayat sosial ekonomi



Mengkaji kehidupan sosial ekonomi klien, tipe keluarga bagaimana dari segi ekonomi dan tinggal bersama siapa klien. Bagaimana interaksi klien baik di kehidupan sosial maupun masyarakat atau selama di rumah sakit. f.



Kebiasaan sehari-hari



Kaji tentang aktivitas atau kebiasaan yang dilakukan oleh klien sebelum sakit dan saat sakit. Hai ini berguna dalam perbandingan antara pengobatan dan perawatan pasien, biasanya mencakup :



4.



-



Nutrisi



-



Eliminasi



-



Pola istirahat/ tidur



-



Pola kebersihan



Pemeriksaan Fisik a.



Keadaan Umum



Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat. b. Tanda vital :



Bagaimana suhu(biasanya hipertermi), nadi, persafasan dan tekanan darah klien menjadi tidak normal atau terganggu. c.



Kepala



Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala d. Wajah Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak. e.



Mata



Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan f.



Hidung



Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman. g.



Mulut



Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara. h.



Leher



Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena jugularis i.



Thoraks



Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan. j.



Abdomen



Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak. k.



Genitalia



Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.



l.



Integumen



Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas. m. Ekstremitas atas Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk. B.



Diagnosa Keperawatan 1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa. 2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasukan yang kurang, output yang berlebihan. 3. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.



C.



Intervensi Keperawatan No Diagnosa 1 Peningkatan



Tujuan/ KH Intervensi Setelah 1. 1. Monitor TTV tiap 41. 2.



suhu tubuh



dilakukan



(hipertermi)



tindakan



suhu tubuh dan untuk



berhubungan



keperawatan



merencanakan



dengan proses



2x24 jam,



intervensi



yang



infeksi kuman



suhu tubuh



diperlukan



untuk



salmonella



kembali



mengatasi



masalah



typhosa.



normal KH : Suhu



Ditandai dengan : suhu tubuh meningkat demam nyeri kepala pusing.



jam



Rasional Untuk memonitor



2.



tubuh dalam batas normal



terjadinya peningkatan



klien. 2.anjurkan klien



2. 2. Peningkatan suhu



banyak minum 2 - 3



tubuh mengakibatkan



liter/ 24 jam



penguapan tubuh meningkat sehingga



(36-37 oC) Keluarga/



perlu diimbangi dengan



klien



asupan cairan yang



mengatakan 3.



banyak



klien tidak 3. 3. Beri kompres demam lagi



hangat pada daerah



3. 3. Kompres hangat dapat menyebabkan dilatasi



TTV dalam batas normal



axila, lipat paha dan



pembuluh darah



temporal



sehingga terjadi



4.



penguapan 4.anjurkan klien



4. 4. Membantu mengurangi



untuk memakai



penguapan tubuh.



pakaian yg dapat menyerap keringat. 5.



5. 5. Membantu 5. beri penjelasan



mengurangi kecemasan



kepada keluarga/



yang timbul.



klien tentang penyebab peningkatan suhu tubuh.



6.Mempercepat proses



6. 6.kolaborasi dengan



2



penyembuhan karena



dokter dalam



antipiretik dan



pemberian antipiretik



antibiotik berguna untuk



dan antibiotik.



mengatasi keluhan



klien. Defisit volume Kekurangan 1. 1. Kaji tanda-tanda 1. 1.Perubahan status cairan dan



cairan tubuh



dehidrasi seperti



hidrasi menggambarkan



elektrolit



tidak terjadi



mukosa bibir kering,



berat ringannya



berhubungan



KH :



turgor kulit tidak



kekurangan cairan



dengan



klien tidak



elastis dan



pemasukan



mengalami



peningkatan suhu



yang kurang,



kekurangan



tubuh.



output yang



cairan



berlebihan Ditandai dengan : membran



2.



2



TTV



2. Pantau intake dan



dalam batas



output cairan dalam



keseimbangan cairan



normal



24 jam.



dan pedoman untuk



Turgor kulit normal



2. Untuk mengetahui



menggantikan cairan yg hilang.



mukosa kering turgor kulit jelek



Membran3. 3.Monitor tanda-tanda3. 3. Perubahan TTV dapat mukosa



vital.



menggambarkan



lembab



keadaan umum klien.



Intake dan4. 4.Anjurkan klien output



minum banyak 2-3



seimbang



liter/ hari.



4. 4.Untuk pemenuhan kebutuhan cairan



5. 5.Catat laporan atau 5. 5. Berguna dalam hal-hal seperti mual,



intervensi selanjutnya.



muntah. 6. 6. Beri penjelasan



6. 6.Membantu



kepada keluarga



mempermudah



/klien tentang



pemberian cairan



pentingnya kebutuhan



kepada klien.



cairan. 7. 7.Kolaborasi dengan dokter untuk terapi 3



7.Membantu memenuhi kebutuhan cairan yang



Resiko



cairan. tidak terpenuhi. Kebutuhan 1. 1.Jelaskan pentingnya1. 1.Dapat memotivasi



gangguan



nutrisi



makanan untuk proses klien dalam pemenuhan



pemenuhan



terpenuhi KH



penyembuhan.



kebutuhan nutrisi



nutrisi kurang



: terjadi



2. Observasi



2. Untuk mengukur



dari kebutuhan tubuh



2.



peningkatan



Ditandai



pemasukan makanan berat badan klien klien dapat 3. 3.Kaji makanan yang 3. menghabis disukai dan yang kan porsi yg tidak disukai klien. disediakan mual dan



dengan :



muntah dapat4. 4.Libatkan keluarga



4.Dapat memberikan



diatasi. Nafsu



dalam perencanaan



informasi pada keluarga



makan klien



klien untuk memahami



berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.



mual muntah



makan klien



intake makanan 3.Makanan kesukaan dapat meningkatkan masukan nutrisi yang adekuat.



anoreksia



ada



kebutuhan nutrisi klien 5. 5. Sajikan makanan 5. 5. Meningkatkan nafsu dalam keadaan hangat makan klien 6. 6.Anjurkan makan



6.Dapat mengurangi



dlm porsi kecil tapi



rangsangan mual dan



sering dan mudah



muntah



dicerna 7. 7.Catat porsi yang



7. 7.Membantu untuk



dihabiskan oleh klien. 8.



melakukan intervensi selanjutnya.



8. Berikan perawatan 8 . 8. Keadaan mulut yang mulut sebelum dan



kotor dapat mengurangi



sesudah makan.



nafsu makan serta menimbulkan



9.



rangsangan mual. 9.Ciptakan suasana yg9. 9. Bau dan menyenangkan,



pemandangan yang



lingkungan yg bebas



tidak menyenangkan



dari bau sewaktu



selama makan dapat



makan.



mengurangi nafsu makan.



10. Kolaborasi



10.Membantu mengkaji



dengan ahli gizi



kebutuhan nutrisi klien



dalam pemberian diit.



dalam perubahan pencernaan.



D. Implementasi Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dan diskusikan dengan rekan perawat serta rekan kesehatan lainnya dengan tujuan kesembuhan klien. E. Evaluasi



1. Suhu tubuh klien sudah teratasi dengan suhu 37 oC. 2. Cairan tubuh klien terpenuhi dengan turgor kulit baik, membran mukosa bibir lembab dan intake serta output seimbang. 3. Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan nafsu makan klien meningkat, klien dapat menghabiskan porsi yang disediakan dan BB klien meningkat.



DAFTAR PUSTAKA Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika. http://semi-yanto.blogspot.com/2011/07/pertumbuhan-dan-perkembangan-manusia.html Soetjiningsih, SpAk, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC. Herdman T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta. Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC Anonim. 2007. Demam Thypoid. http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/ demamthypoid.pdf (diakses pada tanggal 30 April 2014, Jam 09.10 WITA).