Askep Fix Klimakterium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tugas Keperawatan Maternitas



ASUHAN KEPERAWATAN KLIMAKTERIUM



Oleh : Kelompok 2 Kelas A 1. Imelda Saskia Putri 2. Merianti Tantalama 3. Ramdan Hunowu 4. Rosida Padri Rasyid



UNITEVRSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2020



DAFTAR ISI BAB I..................................................................................................................................3 PENDAHULUAN.................................................................................................................3 1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3 1.3 Tujuan......................................................................................................................3 BAB II.................................................................................................................................4 PEMBAHASAN...................................................................................................................4 2.1 Definisi Klimakterium..............................................................................................4 2.2 Etiologi Klimakterium..............................................................................................4 2.3 Prognosis Klimakterium...........................................................................................5 2.4 Manifestasi Klinis......................................................................................................5 2.5 Klasifikasi Klimakterium...........................................................................................6 2.7 Komplikasi klimakterium..........................................................................................7 2.8 Penatalaksanaan Klimakterium................................................................................7 2.9 Macam-macam Alat Kontrasepsi Pada Wanita dan Pria Serta Cara Penggunaan....9 BAB III..............................................................................................................................16 KONSEP KEPERAWATAN KLIMAKTERIUM...................................................................16 3.1 Pengkajian...............................................................................................................16 3.2 Diagnosa.................................................................................................................20 3.3 Rencana Intervensi Keperawatan............................................................................21 BAB IV..............................................................................................................................36 PENUTUP.....................................................................................................................36 4.1 Simpulan.................................................................................................................36 4.2 Saran.......................................................................................................................36 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................37



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) menunjukan pertambahan jumlah wanita yang memasuki fase klimakterium yang diperkirakan meningkat hingga lebih satu miliar di tahun 2030. Proporsi di Asia diperkirakan akan mengalami peningkatan dari 107 juta menjadi 373 juta di tahun 2025. Sedangkan menurut Badan Sensus Penduduk, di Indonesia jumlah setiap tahunnya mencapai 5,3 juta orang dari jumlah total pendudukperempuan Indonesia yang berjumlah 118.010.413 juta jiwa (Pusat data dan Informasi Kesehatan RI, 2013). Penelitian menunjukan sebagian besar wanita tidak terpenuhi pada aspek kebutuhan



seksualnya,



meliputi



aspek



gairah/minat



seksual



(82,43%),



perangsangan arousal (66,21%), orgasme (75,67%) serta 56,75% mengalami disparenia. Data lainnya menunjukan bahwa sebagian besar para wanita usia 5060 tahun dalam penanganan gejala perimenopause dalam kategori kurang baik, meliputi pengaturan nutrisi (58,14%), pengaturan aktivitas olahraga (65,69%), pengaturan aktivitas seksual (52,32%), pengaturan stress dan emosi (65,69%), pengaturan istirahat (50,58%), pengaturan pencarian informasi dan pelayanan kesehatan (58,72%). ( Mira Trisyani Koeryaman, Ermiati 2018) 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimaan konsep medis pada asuhan keperawatan klimakterium? 2. Bagaimaan konsep keperawatan pada asuhan keperawatan klimakterium? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui konsep medis pada asuhan keperawatan klimakterium? 2. Untuk mengetahui konsep keperawatan klimakterium?



3



pada asuhan keperawatan



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Klimakterium Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium). Masa klimakterium 40-85% wanita mempunyai keluhan baik fisik maupun psikologis (Niken Purbowati, 2019). Fase



klimakterium



menurut



Varney



dalam



buku



saku



kebidanan



mendefinisikan sebagai proses penuaan wanita dari tahap reproduktif ke nonreproduktif, melalui tahapan fase awal pramenopause, menopause dan post menopause. Pendapat lainnya dari Dennerstein, mengatakan bahwa awal periode fase klimakterium diawali dengan penurunan kadar estrogen dan progesterone yang dapat memicu berbagai gejala fisik dan psikologis pada wanita. Biasanya gejala yang muncul dapat mempengaruhi aktivitas harian hingga berpengaruh terhadap kualitas hidup. ( Mira Trisyani Koeryaman, Ermiati 2018). Berdasarkan beberapa hasi survey dan penelitian di Indonesia, 70% para wanita yang berusia 45 sampai dengan 54 tahun cenderung mengalami berbagai gejala seperti hot flushes, jantung berdebar debar, gangguan tidur, depresi, mudah tersinggung, merasa takut, gelisah dan lekas marah, sakit kepala, cepat lelah, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, kurang tenaga, berkunang kunang, kesemutan, gangguan libido, obstipasi, berat badan bertambah, dan nyeri tulang dan otot. ( Mira Trisyani Koeryaman, Ermiati 2018) 2.2 Etiologi Klimakterium Klimakterium merupakan proses alami yang akan terjadi saat seorang wanita bertambah tua, seiring bertambahnya usia, indung telur akan semakin sedikitmemproduksi hormon kewanitaan. Akibatnya, indung telur tidak lagi melepaskan sel telur dan menstruasi akan berhenti. Namun, klimaterium juga dapat terjadi lebih dini yang terjadi akibat: a) Primary ovarian insufficiency, Kondisi ini terjadi akibat kelainan genetik atau penyakit autoimun, yang membuat indung telur berhenti berfungsi



4



b) Operasi pengangkatan rahim (Histerektomi), Setelah histerektomi, seorang wanita memang tidak akan langsung mengalami klimakterium, namun akan cenderung mengalami klimakterum lebih awal, klimakterum dapat langsung terjadi setelah histerektomi bila indung telur juga ikut diangkat c) Pengobatan kanker, Kemoterapi atau radioterapi untuk mengatasi kanker rahim dapat merusak indung telur, sehingga memicu klimakterum dini. (Dalal, P.Agarwal,M.2015) 2.3 Prognosis Klimakterium Hasil observasi mencatat berbagai masalah fisik dan psikis yang dikeluhkan oleh para wanita pada masa perimenopause seperti hipertensi, peningkatan berat badan, myalgia atau badan terasa pegal pegal, rematisme tidak spesifik, sulit tidur, lebih sensitive dan mudah marah, gangguan pada kulit, arthritis dan gangguan lain pada kulit. Sedangkan keluhan lainnya meliputi ketidakpuasan atau mengalami kesulitan dalam mencapai orgasme dalam aktivitas seksualnya. Para wanita mengatakan minat dan gairah seksualitas menjadi berkurang sehingga jarang



melakukan



aktivitas



seksual. Sebagai



upaya



untuk mengurangi



ketidaknyamanan. ( Mira Trisyani Koeryaman, Ermiati 2018) 2.4 Manifestasi Klinis a) Tidak mendapat haid b) Hot flush,berdebar-debar,sakit kepala ,tangan dan kaki dingin,mudah tersinggung,vertigo,cemas,depresi,insomnia,keringat



pada



malam



hari,pelupa,tidak dapat berkonsentrasi,penambahan BB. c) Tanda khas kulit merah dan hangat terutama pada kepala dan leher,kapan saja selama beberapa detik sampai 2 menit diikuti menggigil dan kedinginan. d) Kulit genetalia,dinding vagina,uretha menipis dan lebih kering sehingga mudah



terjadi



iritasi,infeksi,disparemia,labia,klitoris,uterus,ovarium



mengecil/atrofi.bertambahnya pertumbuhan rambut pada wajah dan tubuh akibat menurunnya kadar estrogen dan efek androgen dalam sirkulasi yang tidak terimbangi.



5



e) Osteoporosis pada sekitar 25% wanita dalam waktu15-20 bulan setelah menopause (purwoastuti,2015). 2.5 Klasifikasi Klimakterium 1) Menopaus Prematur. Menopaus prematur adalah menopause yang terjadi di bawah usia 40 tahun. Menopause prematur ditandai apabila terjadi penghentian masa menstruasi sebelumnya tepat pada waktunya disertai dengan tanda hot flushes serta peningkatan kadar hormon gonadotropin. Jika tidak mengalami tanda-tanda yang seperti disebutkan, perlu tindak lanjut kembali penyebab lain terganggu ovarium. Adapun penyebab menopause prematur adalah herediter, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit menahun yang menyebabkan kerusakan kedua ovarium.  2) Menopause  Normal. Menopause yang alami dan apabila terjadi pada usia di akhir 40 tahun atau di awal 50 tahun.  3) Menopause Terlambat. Umumnya batas usia terjadi menopause adalah usia 52 tahun, namun apabila ada seorang wanita yang masih memiliki siklus menstruasi atau dalam arti masih mengalami menstruasi di usia 52 tahun(Kuswita,2012)



2.6 Patofisiologis Klimakterium Penurunan



fungsi



gonadotropin,sehingga



ovarium



terganggunya



untuk interaksi



menjawab antara



rangsangan hipotalamus-



hifofisis.pertama terjadi kegagalan fungsi luteum.kemudian turunnya fungsi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negative terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadotropin itu ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH (Purwoastuti,2015).



6



2.7 Komplikasi klimakterium a) Penyakit jantung koroner Keluhan yang mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah meliputi:kulit terasa kering,keriput dan longgar dari ototnya oleh karena turunnya



sirkulasi



wajah



yang



dapat



melebar



ke



tengkuk(hot



flushes),mudah berdebar-debar,tekanan darah tinggi yang berlanjut kepenyakit jantung koroner.adanya hipertensi dan peningkatan kadar kolestrol menyebabkan meningkatnya factor resiko terhadap terjadinya aterosklerosis.khususnya mengenai sklerosis primer koroner dan infark miokard akan terjadi 1-2 kali lebih sering setelah kadar estrogen menurun. b) Masalah urogenital Ketidakmampuan mengendalikan buang air kecil (inkontenensia) infeksi saluran kemih. c) Osteoporosis Dengan turunnya kadar estrogen,maka proses oesteoblas yang berfungsi membentuk tulang baru terhambat dan fungsi oesteoblast merusak tulang meningkat.akibat tulang tua diserap dan dirusak oesteclast tetapi tidak dibentuk



tulang



baru



oleh



osteoblast,sehungga



tulang



menjadi



oesteoporosis. d) Dimensia Wanita pasca menopause biasanya kemampuan berfikir dan ingatannya menurun hal ini menunjukan pengaruh dari menurunnya hormone estrogen,dimana hormone estrogen ini dapat mempengaruhi kerja dari degenerasi sel-sel saraf dan sel-sel otak. e) Sindrom klimakterium Tidak terjadi pada semua wanita, tetapi hanya sebagian kecil.diasiaindonesia,gejala ini tidak umum,lebih menonjol kemunduran keinginan seksual sehingga menjadi keluhan dari semuanya(purwoastuti,2015). 2.8 Penatalaksanaan Klimakterium a) Terapi non-hormonal 7



1) Arus panas (hot flush) Dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B complex untuk menekan



stress



dengan



menormalkan



system



saraf



tubuh.meningkatkan konsumsi makanan tinggi fetonestrogen seperti kacang-kacangan terutama kedelai dan olahannya (tahu,tempe,susu kedelai) dan papaya.makanan sumber vitamin E y6ang tidak saja dapat memperlancar oksigen tapi juga mencegah pengedapan kolesterol



diarteri



sehingga



peredaran



darah



menjadi



lancer



(Purwoastuti,2015). 2) Kulit kering dan keriput Makanlah



makanan



alami



bersifat



membangun



dan



tidak



merusak,terutama buah-buahan dan sayur-sayuran.tingkatkan asupan vitamin E yang terdapat dibiji-bijian terutama biji-bijian yaqng sudah berkecambah. Vitamin E dapat menyerap dan menghancurkan pigmen tanda-tanda permanen yang timbul pada kulit.perbanyak minum air putih dan hindari merokok (purwoastuti,2015). 3) Pening,sakit kepala Cobalah untuk bersantai,beristirahat atau melakukan meditasi.hindari hal-hal yang menyebabkan ketegangan,depresi atau stress.hindari alcohol dan kopi(purwoastuti,2015). 4) Pengerutan vagina Menggunakan cream estrogen atau gel khusus vagina,melakukan hubungan seks secara teratur (purwoastuti,2015). 5) Infeksi saluran kemih Banyak konsumsiair putih.apabila kantung kemih dalam keadaan penuh,pembilasan akan sering terjadi sehingga bakteri akan terbawa keluar. Mencuci bersih alat kelamin setelah buang air kecil untuk mencegah masuknya bakteri(purwoastuti,2015). 6) Insomnia Menjalani



gaya



hidup



yang



positif



dan



hilangkan



fikiran



negative.melakukan aktivitas fisik diasiang hari.aktivitas fisik secara



8



teratur dapat membuat tidur lebih nyenyak.jangan membuat perut dalam keadaan kelaparan (purwoastuti,2015). 7) Gangguan psikis dan emosi Perasaan marah dan sakit bias diakibatkan oleh ketidakseimbangan natrium dan kalsium dalam cairan tubuh.selain memperbanyak makan-makanan yang mengandung fitoestrogen,kurangi konsumsi garam



dan



tingkatkan



asupan



kalium



misalnya



jeruk



atau



pisang.menghargai dan mencinta diri sendiri dengan cara menerima apa adanya(purwoastuti,2015). 8) Osteopororis Meningkatkan asupan kalsium bias dari susu atau ikan dan paparan sinar mataharipagi jam 08.00-09.00. b) Terapi hormonal Gejala-gejala klimakterium dapat diatasi dengan menggunakan terapi penyulihan atau penggantian hormonal (HRT=hormone replacement therapy) yang dilakukan dengan memasukan hormone-hormon seksual kedalam tablet atau beberapa bentuk lainnya (purwoastuti,2015).



2.9 Macam-macam Alat Kontrasepsi Pada Wanita dan Pria Serta Cara Penggunaan Alat kontrasepsi terbagi atas 2 yakni farmakologi dan non-farmakologi, a) Non-Farmakologi 1. Kontrasepsi Tekhnik a. Coitus Interruptus (Senggama terputus) : ejakulasi dilakukan di luar vagina. Efek sampingnya penyakit ginekologik, neurologist kejiwaan (neurasteni, keluhatan prostat. Cara pemakaian :



9



-



Menarik penis keluar dari vagina pasangan lalu berejakulasi dilur vagina



b. Sistem kalender (Pantang berkala) : tidak melakukan senggama pada masa subur. Cara pemakaian : -



Menghitung masa subur perempuan, biasanya masa subur aadalah hari ke 8 hingga 19 dari masing-masing siklus haid



c. Prolonged lactation/menyusui selama 3 bulan setelah melahirkan. Kelemahannys ketika ibu menyusui < 6 jam/hari, kemungkinan terjadi kehamilan cukup besar Cara pemakaian : -



Ibu harus memberikan asi penuh saat siang dan malam hari selama bayi kurang dari 6 bulan



2. Kontrasepsi Mekanik a. Kondom Kondom merupakan selaput/selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis salama hubungan seksual.. Kondom dapat digunakan bersamaan dengan alat kontrasepsi dan membantu mencegah penularan penyakit menular seksual Efektif 75-80%. Penggunaan kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Kondom seharusnya dipasang dengan benar sebelum berhubungan seksual dengan cara memasukkan penis pada kantong kondom. Cara pemakaian : -



memilih ukuran yang sesuai



-



cek kemasan kondom



-



buka kemasan dengan hati-hati



-



pastikan posisi kondom tidak terbalik



10



-



cubit ujung kondom menggunakan jari telunjuk dan jempol saat meletakkan penis



-



gunakan tangan lainnya untuk membuka gulungan hingga sepanjang penis



-



pastikan penis dalaam keadaan yang tegak



b. Femindom Alat ini seperti kondom, tapi hanya dipakai oleh perempuan. Bentuknya seperti topi yang menutupi mulut rahim. Terbuat dari bahan karet dan agak tebal. Fungsinya sama dengan kondom lakilaki, tapi ukurannya lebih besar. Bentuknya elastis dan fleksibel sehingga dapat mengikuti kontur vagina, selain itu juga bisa dipakai beberapa jam sebelum melakukan hubungan seksual. Cara pemakaian : -



Buka kemasan dengan hati-hati



-



Kondom wanita ini berukuran lebih besar dari kondom pria dan meiliki dua buah ring, ring besar dan ring kecil



-



Pegang ring kecil, lalu tekan dengan ibu jari pada sisi ring. Putar pelintir hingga sampai ke ring besar



-



Sekarang kondom siap dimasukkan dalam vagina. Cari posisi yang nyamana. Bisa duduk, jongkok atau berdiri dengan satu kaki yang diangkat



-



Sebelum bersenggama, pastikan ring besar tetap berada diluar labia



-



Jika perlu beri gel pelicin atau air liur pada penis untuk memudahkan pemasukan



-



Selesai bersetubuh, jepit ring besar dengan jari dan tarik perlahan agar sperma tidak tumpah berantakan



-



Sebaiknya bungkus rapi bekas femidom dengan tisu sebelum dibuang ketempat sampah



c. Spermisida



11



Merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Cara kerja spermisida menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat gerakan sperma, dan menurunkan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur. Cara pemakaian : -



Sebelum mengisi aplikator (busa atau krim) cuci tangan



-



Jarak tunggu 10-15 menit untuk melakukan insersi



-



Perhatikan petunjuk penggunaan



-



Ulangi pemberian bila dan 1-2 jam setelah insersi belum terjadi senggama



-



Menempatkan spermisida jauh kedalam vagina agar kanalis serviks tertutup secara keseluruhan



d. Vaginal Diafragma Merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks yang diinersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks. Cara kerjanya menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai alat reproduksi bagian atas (uterus & tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida. Cara pemakaian : -



Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan



-



Pastikan diagfragma tidak lubang



-



Oleskan spemisida pada kap diagfragma secara merata



-



Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan



-



Pisahkan bibir vulva, letakkan jari telunjuk ditengah kap untuk pegangan yang kuat



-



Masukkan diafragma kedalam vagina jauh kebelakang



-



Dorong bagian depan pinggiran ke atas di bai tulang pubis



-



Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi



e. AKDR dengan progestin AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat



12



efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Cara pemakaian : -



Proses pemasangan dilakukan oleh tenaga ksehtan terlatih dan sebelumnya akan dibius



b) Farmakologi 1. Kontrasepsi Sterilisasi Mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau testis pada pria (vasektomi). Cara pemakaian : -



Harus konsultasikan dengan dokter



-



Pasien akan di bius



-



Dokter akan membuat sayatan kecil disekitar pusar lalu perut akan diisi dengan gas karbondioksida



-



Setelah perut menggmbung dokter akan memasukkan alat khusus seperti klip



2. Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk



mencegah



terjadinya



kehamilan



dimana



bahan



bakunya



mengandung preparat estrogen dan progesterone. Estrogen akan menekan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan mencegah perkembangan folikel dominant. Estrogen juga menstabilkan bagian dasar endometrium dan memperkuat kerja progestin. Progestin menekan peningkatan Luteinizing Hormone (LH) sehingga mencegah ovulasi. Progestin juga menyebabkan penebalan mukus leher rahim sehingga mempersulit perjalanan sperma dan atrofi endometrium sehingga menghambat implantasi. Cara pemakaian :



13



-



Konsultasi dengan dokter



-



Dilakukan penyuntikkan hormon progesteron sintesis oleh dokter



-



Progesteron akan perlahan dialirkan dalam darah selama 2 minggu



3. Pil Kb Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progesteron sintetik.Pil diminum setiap hari selama tiga minggu diikuti dengan satu minggu tanpa pil atau plasebo. Cara pakai -



Iihat cara pemakaian di kemasan



-



Minum 1 pil hormon setiap hari diwaktu yang sama selama 21 hari



-



Berhenti sementara minum pil selama 7 hari selanjutnya



-



Habiskan dosis pil kosong



-



Minum dosis obat sampai habis setiap hari terlepas dari seberapa sering berhubungan



4. Suntikan Kombinasi Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali, dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM. Sangat efektif 0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan. Secara umum mekanisme kerjanya adalah



menekan



ovulasi,



mengentalkan



lendir



serviks,



atrofi



endometrium, dan Menghambat transportasi ovum lewat tuba. Cara pemakaian : -



Konsultasi dengan dokter



-



Dilakukan penyuntikkan hormon progesteron sintesis oleh dokter



14



5. Kontrasepsi Implant Secara umum bekerja dengan menekan ovulasi, Mengentalkan lendir serviks,  Atrofi endometrium, dan menghambat transportasi ovum lewat tuba. Efektivitas sangat efektif 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan. Cara pemakaian : -



pemasangan dan pelepasan hanya boleh dilakukaan oleh dokter terlatih



-



konsultasikan dengan dokter



-



pasien akan disuntik anastesi



-



pemasangan berlangsung 15-20 menit



15



BAB III KONSEP KEPERAWATAN KLIMAKTERIUM 3.1 Pengkajian 1. Identitas a. Identitas pasien Nama



: Tidak terkaji



Umur



:Tidak terkaji



Agama



: Tidak terkaji



Jenis Kelamin



:Tidak terkaji



Status Perkawinan



: Tidak terkaji



Pendidikan



: Tidak terkaji



Pekerjaan



: Tidak terkaji



Suku Bangsa



: Tidak terkaji



Alamat



: Tidak terkaji



Tanggal Masuk



: Tidak terkaji



Tanggal Pengkajian



: Tidak terkaji



No. Register



: Tidak terkaji



Diagnosa Medis



: klimakterium



b. Identitas Penanggung Jawab Nama



: Tidak terkaji



Umur



:Tidak terkaji



Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji Pekerjaan



: Tidak terkaji



Alamat



: Tidak terkaji



2. Status Kesehatan a. Status Kesehatan Saat Ini 1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) Tidak terkaji 2) Riwayat kesehatan sekarang Klimakterium P (Provokating)



: Tidak terkaji



16



Q (Quality)



: Tidak terkaji



R (Region)



: Tidak terkaji



S (Severity/Skala)



: Tidak terkaji



T (Time)



: Tidak terkaji



3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : tidak terkaji b. Satus Kesehatan Masa Lalu 1)      Penyakit yang pernah dialami : Tidak terkaji 2)      Pernah dirawat



: Tidak terkaji



3)      Alergi



: Tidak terkaji



4)      Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): Tidak terkaji c. Riwayat Penyakit Keluarga



: Tidak terkaji



d. Diagnosa Medis dan therapy : Klimakterium 3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan: b. Pola Nutrisi-Metabolik 1) Sebelum sakit



: Tidak terkaji



2) Saat sakit



: Tidak terkaji



c.   Pola Eliminasi 1) BAB -



Sebelum sakit



: Tidak terkaji



-



Sebelum sakit



: Tidak terkaji



-



Sebelum sakit



: Tidak terkaji



-



Sebelum sakit



: Tidak terkaji



2) BAK



d. Pola aktivitas dan latihan 1) Aktivitas : Tidak terkaji



17



Tidak terkaji



Kemampuan



0



1



2



3



4



Perawatan Diri Makan dan minum Mandi Toileting Berpakaian Berpindah 0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total 2) Latihan -



Sebelum sakit : Tidak terkaji



-



Sebelum sakit : Tidak terkaji



e. Pola kognitif dan Persepsi



: Tidak terkaji



f. Pola Persepsi-Konsep diri



: Tidak terkaji



g. Pola Tidur dan Istirahat -



Sebelum sakit : Tidak terkaji



-



Sebelum sakit : Tidak terkaji



h. Pola Peran-Hubungan



: Tidak terkaji



i. Pola Seksual-Reproduksi 1. Sebelum sakit : Tidak terkaji 2. Sebelum sakit : Tidak terkaji j. Pola Toleransi Stress-Koping : Tidak terkaji k. Pola Nilai-Kepercayaan



: Tidak terkaji



4. Pemeriksaan Fisik a. Tanda-tanda Vital : TB/BB



: tidak terkaji



HR



: tidak terkaji



RR



: Tidak terkaji



Suhu



: Tidak terkaji



N



: Tidak terkaji



TD



: Tidak terkaji



b. Keadaan fisik



18



1) Kepala a) Lingkar kepala : Tidak terkaji b) Rambut



: Tidak terkaji



c) Warna



: Tidak terkaji



d) Tekstur



: Tidak terkaji



e) Distribusi Rambut : Tidak terkaji f) Kuat/mudah rontok : Tidak terkaji 2) Mata a) Sklera



: Tidak terkaji



b) Konjungtiva



: Tidak terkaji



c) Pupil



: Tidak terkaji



3) Telinga



: Tidak terkaji



4) Hidung



: Tidak terkaji



5) Mulut



: Tidak terkaji



a) Kebersihan



: Tidak terkaji



b) Warna



: Tidak terkaji



c) Kelembapan : Tidak terkaji d) Lidah



: Tidak terkaji



e) Gigi



: Tidak terkaji



6) Leher



:



7) Dada/pernapasan a) Inspeksi



: Tidak terkaji



b) Palpasi



: Tidak terkaji



c) Perkusi



: Tidak terkaji



d) Auskultasi



: Tidak terkaji



8) Jantung a) Inspeksi



: Tidak terkaji



b) Palpasi



: Tidak terkaji



c) Perkusi



: Tidak terkaji



d) Auskultasi



: Tidak terkaji



9) Paru-paru



19



a) Inspeksi



: Tidak terkaji



b) Palpasi



: Tidak terkaji



c) Perkusi



: Tidak terkaji



d) Auskultasi



: Tidak terkaji



10) Abdomen



: Tidak terkaji



11) Punggung



: Tidak terkaji



12) Ekstermitas



: Tidak terkaji



13) Genitalia



: Tidak terkaji



14) Integumen



: Tidak terkaji



a) Warna



: Tidak terkaji



b) Turgor



: Tidak terkaji



c) Integrasi



: Tidak terkaji



d) Elastisitas



: Tidak terkaji



5. Pemeriksaan penunjang Tidak terkaji 6. Penatalaksanaan Tidak terkaji



3.2 Diagnosa 1. Gangguan pola tidur ( D.0055) 2. Intoleransi aktivitas (D.0056) 3. Disfungsi seksual (D.0069) 4. Gangguan intregitas kulit (D.0129) 5. Ansietas (D.0080)



20



3.3 Rencana Intervensi Keperawatan No. 1.



SDKI



SLKI



SIKI



Rasional



Gangguan pola tidur ( D. 0055) Kategori: Fisiologis Subkategori : Aktivitas/istirahat Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal Penyebab : 1. Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tinda kan 2. Kurangnya control tidur 3. Kurangnya privasi 4. Restraint fisik 5. Ketiadaan teman tidur 6. Mengeluh istirahat tidak cukup Gejala dan tanda mayor DS: 1. Mengeluh sulit tidur 2. Mengeluh sering terjaga 3. Mengeluh tidak puas tidur



Pola tidur ( L.05045) Setelah melakukan pengkajian selama 3 × 24 jam tingkat gangguan pola tidur menurun, dengan criteria hasil : 1. Keluhan sulit tidur membaik 2. keluhan sering terjaga cukup membaik 3.keluhan tidak puas tidur cukup membaik 4.keluhan pola tidur berubah sedang 5.keluhan istiraht tidak cukup cukup membaik



Dukungan Tidur ( I.05174) Definisi : Memfaslitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur. Observasi : 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 2. Identifikasi faktor penggangu tidur (fisik dan/atau psikologis) 3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur ( mis. Kopi, the, alcohol,makan mendekati waktu tidur,minum banyak air sebelum tidur) 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi Terapeutik : 1. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras dan tempat tidur) 2. Batasi waktu tidur siang,



Tindakan Observasi : 1. 1.untuk mengetahui apakah pasien cukup tidur dan apakah pasien banyak melakukan kegiatan. 2. untuk mengetahui apakah faktor yang menyebabkan pasien sulit tidur itu dari fisik klien apa psikologis klien. 3.apakah kopi,the dan lain-lainnya yang menyebabkan ia tidak bisa tidur karna didalam kopi atau teh terdapat kafein yang membuat seseorang terjaga. 4 agar mengetahui mungkin karana meminum obat tidur yang menyebabkan ia sulit tidur



21



4. Mengeluh pola tidur berubah 5. Mengeluh istirahat tidak cukup DO : ( tidak tersedia) Gejala dan tanda minor DS: 1. Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun DO: ( tidak tersedia )



jika perlu 3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur 4. Tetapkan jadwal tidur rutin 5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan ( mis, pijat, mengatur posisi,terapi akupresur) 6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidurterjaga. Edukasi : 1.Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit. 2.anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur 3. anjurkan mengurangi makanan/minuman yang mengganggu tidur 4. anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor



22



Terapeutik : 1. agar pasien merasa lebih nyaman 2. biar saat malam tiba klien tidak begadang 3.agar proses tidur masuk sampai tahap REM 4. agar sudah terbiasa dan lebih terkontrol untuk tidur 5. agar menjadi rilex dan tidurpun nyenyak 6. tidak berlebihan dalam mengkonsumsi obat dan tidak mengganggu tidur Edukasi : 1.karna system imun melemah jika kurang tidur,tubuh jadi lebih mudah sakit. 2.agar pola tidurnya teratur 3.dapat meningkatkan nokturia. Nokturia adaah meningkatnya dorongan untuk buang air pada malam hari. 4.agar tidur menjadi lebih



terhadap tidur REM. 5. ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur ( mis,psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja) 6.ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya. 2.



Intoleransi Aktivitas ( D.0056) Kategori: Fisiologis Subkategori: Aktivitas/Istirahat Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari Penyebab : 1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 2. Tirah baring 3. Kelemahan 4. Imobilitas 5. Gaya hidup monoton Gejala dan tanda mayor DS : 1. Mengeluh lelah DO:



Toleransi aktivitas ( L.05047) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam masalah toleransi aktivitas teratasi dengan krirteria hasil : 1. Kemudahann melakukan aktivitas sehari-hari cukup meningkat 2. Kekuatan tubuh bagian atas



23



nyeyak 5.untuk sebisa mungkin menghindari faktor atau sebab –sebab yang megganggu tidur 6. agar lebih rilex dan tenang saat tidur sehingga dapat memasuki tahap REM



Terapi Aktivitas ( I.05186) Tindakan Definisi : menggunakan Observasi : aktivitas fisik, kognitif,social 1.1. Mencari tau tingkat dan spiritual tertentu untuk aktifitas yang pasien memulihkan boleh lakukan dan keterlibatan,frekuensi,atau tidak boleh durasi aktivitas individu atau lakuakn,sehingga kelompok. tidak menyebabkan Tindakan masalah Observasi : 2.2, apakah pasien 1. Identifikasi defisit mampu dalam tingkat aktivitas melakukan kativitas 2. Identifikasi kemampuan tertentu berpatisifasi dalam 3.3.kegiatan apa yang aktivitas tertentu. diinginkan klien 3. Identifikasi sumber daya 4.4. aktivitas yang Memberikan/menyanj



1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat Gejala dan tanda minor DS: 1. Dispnea saat/setelah aktivitas 2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas 3. Merasa lemah DO: 1. Tekanan darah berubah >20% dari kndisi istirahat 2. Gambaran EKG menunjukkan aritmiasaat/setelah aktivitas 3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia Sianosis



meningkat 3. Kekuatan tubuh bagaian bawah meningkat



24



diinginkan ungkan pujian agar 4. Identifikasi strategi lebih bersemangat meningkatkan 5.5. Mengiden tifikasi partisipasi dalam makan mengapa aktivitas selalu merlakkan 5. Identifikasi makna kativitas rutin aktivitas tersebut rutin( mis,bekerja) dan 6.6.mengetahui apakah waktu luang pasien memiliki 6. Monitor respon gangguan emosional, psikologis,fisik dan fisik,social,spiritual spiritual terhadap aktivitas. 7.Terapeutik : Terapeutik : 8.1.untuk mengetahuan 1. fasilitasi focus pada kemampuan apa yang kemampuan,bukan deficit yang dimiliki dialami. 9.2.agar aktivitas dapat 2.Sepakati komitmen untuk terrelisasikan meningkatkan frekuensi dan 3. agar tidak salah rentang aktivitas memilih aktivitas 3.Fasilitasi memilih aktivitas yang dimana dan tetapkan tujuan aktivitas berfungsi untuk yang konsisten sesuai membantu proses kemampuan fisik, psikologis, penyembuhan dan sosial 4. aktivitas yang 4.koordinasi pemilihan aktivitas sesuai untuk usia sesuai usia. klien 5. fasilitasi makan aktivitas 5.agar proses sembuh



yang dipilih 6.fasilitasi transfortasi untuk menghadiri aktivitas, jika diperlukan Edukasi : 1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari – hari, jika perlu 2. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual dan kognitif dalam menjaga fungsi dan kesehatan 3. Ajarkan melakukan aktivitas yang dipilih 4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, jika perlu 5. Anjurkan kelurga untuk member penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas Kolaborasi: 1.Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan dan memonitor program



25



cepat 6.mempermudah melakukan aktivitas Edukasi : 1.agar manfaat nya dapat dirasakan 2.untuk menigkatkan aktivitas yang ada 3.membantu membimbing melakukan aktivitas yang dipilih agar tepat pada target kesehatan. 4.agara aktivitas social juga berjalan 5.dukungan keluarga perlu agar menmbah semangat dan motifasi bagi klien. Kolaborasi : 1. memepercepat penyembuhan klien



aktivitas, jika sesuai 2. rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu 3.



Disfungsi seksual ( D.0069) Katagori: Fisiologis Subkatagori: Reproduksi dan Seksualitas Definisi : perubahan fungsi seksual selama fase respon seksual berupa hasrat, terangsang, orgasme, dan/atau relaksasi yang dirasa tidak memuaskan, tidak bermakna atau tidak adekuat. Penyebab : 1.perubahan fungsi/struktur tubuh (mis.kehamilan,baru melahirkan obat-obatan, pembedahan, anomaly,proses penyakit,trauma,radiasi). 2.perubahan biopsikososial seksual 3.ketiadaan model peran 4.model peran tidak dapat mempengaruhi 5.kurang privasi 6. ketiadaan pasangan 7.kesalahan informasi



Fungsi seksual ( L.07055) Setelah melakukan pengkajian selama 3 × 24 jam tingkat ansietas menurun, dengan criteria hasil : 1. hasrat seksual cukup membaik 2. orientasi seksual membaik



26



konseling seksualitas ( I.07214) Definisi : memberikan bimbingan seksual pada pasangan sehingga mampu menjalankan fungsinya secara optimal. Tindakan Observasi : 1.Identifikasi tingkat pengetahuan,masalah system reproduksi, masalah seksualitas dan penyakit menular seksual. 2.identifikasi waktu disfungsi seksual dan kemungkinan penyebab 3. monitor stress, kecemasan, depresi dan penyebab disfungsi seksual. Terapeutik : 1.fasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan 2. berikan kesempatan pada



Tindakan Observasi : 1.untuk mengetahui seberapa ia taumengenai masalah seksualitas yang dialaminya 2. kapan saja waktu terjadinya dan menemjkan penyebabnya 3.dapat menyebabkan terjadinya perubahan fungsi seksual tersebut Terapeutik : 1.agar hubungan pasien dan pasangan lebih erat 2.untuk meluapakn keluh kesah yang dialaminya 3.agar menambah semangat pasien agar mau menceritan mengenai apa yang telah dialaminya. 4.memberikan suatu



8. kelainan seksual ( mis. Hubungan penuh kekerasan) 9.konflik nilai 10. penganiayaan fisik ( mis. Kekerasan dalam rumah tangga) 11. kurang terpapar informasi Gejala tanda dan mayor DS : 1. mengungkapkan aktivitas seksual berubah 2. mengungkapkan eksitensi seksual berubah 3. merasa hubungan seksual tidak memuaskan 4. mengungkapkan peran seksual berubah 5. mengeluhka hasrat seksual menurun 6. mengungkapkan fingsiseksual berubah 7.menegeluh nyeri saat berhubungan seksual ( dispareunia) DO : ( tidak tersedia) Gejala dan tanda minor DS : 1. Mengungkapakan ketertarikan pada pasangan berubah 2. Mengeluh hubungan seksual



pasangan untuk menceritakan permasalahan seksual. 3.berikan pujian terhadap perilaku yang benar, 4. berikan saran yang sesuai dengan kebutuhan pasangan dengan menggunakan bahasa yang mudah diterima, dipahamidan tidak menghakimi. Edukasi : 1. jelaskan efek pengobatan, kesehatan dan penyakit terhadap disfungsi seksual. 2.informasikan pentingnya modivukasi pada aktivitas seksual. Kolaborasi : 1.kolaborasi dengan spesialis seksiologi, jika perlu



27



petunjuk agar saat terjadi lagi,klie mampu menyelesaikannya Edukasi : 1. menjelaskan apa manfaat dari obat yang di minum,efek sampingnya apa, baigaman itu bisa berpengaruh terhadap maslah seksualnya. 2. mendorong bahwa mendivukasi itu penting Kolaborasi : 1. agar pasien menjadi lebih baik/keadaan pasien membaik



terbatas Mencari informasi tentang kemampuan mencapai kepuasan seksual. DO : ( tidak tersedia) Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129) Kategori : lingkungan Subkategori : keamanan dan proteksi Definisi : kerusakan kulit ( dermis dan/ atau epidermis) atau jaringan ( membrane mukosa, kornea, fasia,otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligament) Penyebab : 1. perubahan sirkulasi 2. perubahan status nutrisi ( kelebihan atau kekurangan) 3. kekurangan/kelebihan volume cairan 4.penurunan mobilitas 5.bahan kimia iritatif 6.suhu lingkungan yang estrem 7.faktor mekanis ( mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan ) atau faktor elektris ( elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi) 3.



4.



Integritas kulit dan jaringan ( L.14125) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam masalah gangguan integritas kulit/jaringan teratasi dengan krirteria hasil : 1. kerusakan jaringan menurun 2.kerusakan lapisan kulit menurun 3kemerahan cukp menurun 4.hematoma menurun



28



Perawatan integritas kulit ( I.11353) Definisi :mengidentifikasi dan merawat kulituntuk menjaga keutuhan, kelembapan dan mencegah perkembangan mikroorganisme. Tindakan Observasi : 1. identifikasi penyebab gangguan integritas kulit ( mis, perubahan sirkulasi,perubahan status nutrisi,penurunan kelembapan,suhu lingkungan ekstrim, penurunan mobilitas) Terapeutik : 1.ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 2. lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,jika perlu 3. bersihkan perineal dengan air hangat,terutama selama periode diare



Tindakan Observasi : 1. apa yang menyebakan klien mengalami integritas kulit Terapeutik : 1. agar tidak terjadinya kemerah pada posisi tertentu 2.agar tidak meraskan kesakitan dan kejanggalan 3.agar tetap terjaga kebersihan dan terhindara dari infeksi 4. agar kulit menjadi halus dan lembab 5. agar tidak memperparah keadaan kulit 6. agar tidak mmebuat kulit iritasi Edukasi :



8. efek samping terapi radiasi 9. kelembapan 10. proses penuaan, 11. neuropati perifer 12. perubahan pigmentasi 13. perubahan hormonal 14. kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas jaringan Gejala dan tanda mayor DS: ( tidak tersedia ) DO: 1.kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit Gejala dan tanda minor DS: ( tidak tersedia ) DO: 1. nyeri 2.pendarahan 3.kemerahan 4.hematoma.



5.



Ansietas (D.0080) Kategori: Psikologis Subkategori: Integritas Ego



4.gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering 5. gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipealergik pada kulit sensitive. 6. hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering Edukasi : 1.anjurkan menggunakan pelembab ( mis, lotion,serum) 2. anjurkan minum air yang cukup 3. anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 4. anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur 5.anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim 6. anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar rumah 7. anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya. Reduksi ansietas (I.09314) Definisi : Meminimalkan kondisi individu



Tingkat Ansietas (L.09093) Setelah melakukan



29



1. agar kulit tidak kering dan lembab 2.agar keadaan kulit lebih membaik dan sehat 3.untuk mensuplai nutrisi yang ada bisa digunakan dan membuat kulit menjadilebih baik 4.menyeimbangkan kesehatan 5.agar tidak membuat kulit kering ataupun kusam 6.menjaga kestabilan kulit 7. membantu menutrisi kulit agar tampak lebih bersih



Tindakan Observasi : 1. Untuk



mencegah



Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu lakukan tindakan untuk mengahadapi ancaman. Penyebab : 1. Krisis situasional 2. Kebutuhan tidak terpenuhi 3. Krisis maturasional 4. Ancaman terhadap konsep diri 5. Ancaman terhadap kematian 6. Kekhawatiran mengalami kegagalan 7. Disfungsi sistem keluarga 8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan 9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejal lahir) 10. Penyalahgunaan zat 11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin,volutan, dan lainlain) 12. Kurang terpapar informasi Gejala dan Tanda Mayor



pengkajian selama 3 × 24 jam tingkat ansietas menurun, dengan criteria hasil : 1. Verbalisasi kebingungan cukup menurun 2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi cukup menurun 3. Perilaku gelisah cukup menurun 4. Perilaku tegang cukup menurun



30



dan pengalaman subyektif ansietas memburuk terhadap objek yang tidak jelas 2. Untuk mengethaui dan spesifik akibat antisipasi kemampuan pasien bahaya yang memungkingkan dalam mengambil individu melakukan tindakan keputusan untuk menghadapi ancaman. 3. Untuk mengetahui Tindakan : terjadinya ansietas Observasi : Terapeutik : 1. Identifikasi sangat 1. Untuk singkat ansietas berubah menumbuhkan (mis. Kondisi, waktu, rasa percaya stresor) pasien kepada 2. Identifikasi kemampuan perawat mengambil keputusan 2. Untuk membantu 3. Monitor tanda-tanda pasien ansietas (verbal dan mengurangi nonverbal) kecemasan Terapeutik : 3. Untuk mengetahui 1. Ciptakan suasana situasi yang terapeutik utuk menyebabkan menumbuhkan ansietas kepercayaan 4. Agar pasien 2. Temani pasien untuk merasa bahwa mengurangi kecemasan, kita peduli kepada jika memungkinan pasien. 3. Pahami situasi yang 5. Agar terciptanya membuat ansietas bina hubungan 4. Dengarkan dengan penuh saling percaya



DS : 1. Merasa bingung 2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi 3. Sulit berkonsentrasi DO: 1. Tampak gelisah Gejala dan Tanda Minor DS: 1. Mengeluh pusing 2. Anoreksia 3. Palpitasi 4. Merasa tidak berdaya DO: 1. Frekuensi napas meningkat 2. Frekuensi nadi meningkat 3. Tekanan darah meningkat 4. Diaphoresis 5. Tremor 6. Muka tampak pucat 7. Suara bergetar 8. Kontak mata buruk 9. Sering berkemih 10.Berorientasi pada masa lalu



perhatian Edukasi : 5. Gunakan pendekatan 1. Untuk yang tenang dan menghindari meyakinkan kecemasan pada 6. Tempatkan barang pasien pribadi yang memberikan 2. Agar pasien kenyamanan mengethaui 7. Motivasi informasi mengidentifikasi situasi mengenai apa yang memicu kecemasan yang pasien alami 8. Diskusikan perencanaan 3. Agar pasien realistis tentang peristiwa mendapatkan yang akan datang dukungan dari Edukasi : keluarga 1. Jelaskan prosedur, 4. Untuk termasuk sensasi yang mengurangi beban mungkin dialami yang dirasakan 2. Informasikan secara pasien faktual mengenai 5. Agar dapat diagnosis, pengobatan, mengalihkan dan prognosis ketegangan 3. Anjurkan melakukan 6. Untuk dapat kegiatan yang tidak mempertahankan kompetitif, sesuai diri kebutuhan 7. Untuk dapat tetap 4. Anjurkan tenang saat terjadi mengungkapkan ansietas perasaan dan persepsi Kolaborasi :



31



5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan 6. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat 7. Latih teknik relaksasi Kolaborasi : 1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu



32



1. Untuk mengurangi ansietas



Pathway



Fungsi ovarium menurun



Kemampuan ovarium untuk merangsang ganodotropin menurun Terganggunya interaksi antara hipotalamus-hipofisis



Kegagalan fungsi luteum



Turunnya fungsi steroid ovarium Berkurangnya reaksi umpan balik negative terhadap hipotalamus



Kadar FSH meningkat Jumlah folikel menurun



33



Sedikitnya sel telur yang dilepaskan



Keluaran estrogen dan progesterone menurun



Lapisan Rahim berhenti menebal



Perdarahan menstruasi berhenti



Rahim dan ovarium mengerut KLIMAKTERIUM



Dinding vagina menipis



Siklus haid yang tidak beraturan



Lubrikasi pada vagina berkurang



Darah haid berbeda dari biasanya



Fungsi kelenjar bawah kulit menurun



Hormon para tiroid berkurang



Zat kalsium menurun



Merangsang hipotalamus menaikan suhu tubuh



Kulit mengendor Terasa menyakitkan pada saat berhubungan seksual



Cemas dan ketakutan 34



Tulang mengalami pengapuran



Respon pada bagian tubuh yang lain



DISFUNGSI SEKSUAL



ANSIETAS



Kulit berkeriput, kasar dan kering



Tulang mudah keropos



Terpapar sinar matahari



Sulit melakukan aktivitas sehari-hari



Photo haging pada kulit



INTOLERANSI AKTIVITAS



Timbul pigmentasi dan bintik hitam



GANGGUAN INTEGRITAS KULIT



35



Terasa panas pada beberapa area tubuh



Reaksi kompensasi tubuh berkeringat



Sulit tidur



GANGGUAN POLA TIDUR



BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium). Masa klimakterium 40-85% wanita mempunyai keluhan baik fisik maupun psikologis (Niken Purbowati, 2019). Fase klimakterium menurut Varney dalam buku saku kebidanan mendefinisikan sebagai proses penuaan wanita dari tahap reproduktif ke nonreproduktif, melalui tahapan fase awal pramenopause, menopause dan post menopause. Pendapat lainnya dari Dennerstein, mengatakan bahwa awal periode fase klimakterium diawali dengan penurunan kadar estrogen dan progesterone yang dapat memicu berbagai gejala fisik dan psikologis pada wanita. Biasanya gejala yang muncul dapat mempengaruhi aktivitas harian hingga berpengaruh terhadap kualitas hidup. ( Mira Trisyani Koeryaman, Ermiati 2018). Berdasarkan beberapa hasi survey dan penelitian di Indonesia, 70% para wanita yang berusia 45 sampai dengan 54 tahun cenderung mengalami berbagai gejala seperti hot flushes, jantung berdebar debar, gangguan tidur, depresi, mudah tersinggung, merasa takut, gelisah dan lekas marah, sakit kepala, cepat lelah, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, kurang tenaga, berkunang kunang, kesemutan, gangguan libido, obstipasi, berat badan bertambah, dan nyeri tulang dan otot. ( Mira Trisyani Koeryaman, Ermiati 2018) 4.2 Saran Dengan adanya makalah terkait klimakterium ini, diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi para pembaca. Harapannya pula mampu menjadi sumber referensi dalam penanganan di fase klimakterium.



36



DAFTAR PUSTAKA Alodokter.Memilih Alat Kontrasepsi. Diakses tanggal 04 Mei 2017.Dari http://www.alodokter.com/memilih-alat-kontrasepsi. Dalal, P.Agarwal,M.(2015)Postmenopausal Syndrom Kuswita,D.2012.Gambaran klimakterium.kti.pidie



wanita



menopause



tentang



masa



Mira Trisyani Koeryaman.Ermiati.2018.Adaptasi Gejala Perimenopause dan Pemenuhan Kebutuhan Seksual Wanita Usia 50-60 Tahun ;Medisains:Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan.Vol 16 .No 1 Musdalifah, Mukhsen Sarake, Rahma. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Hormonal Pasutri Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampa Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang 2013.Makasar : Bagian Biostatistik/KKB Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS. 2013. Niken



Purbowati.Wa ode Hajrah.Novia Nuraini.2019.Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Mengatasi Ketidaknyamanan pada Masa Klimakterium;Jurnal Bidan Cerdas.Vol. 2 No. 3



Purwoastuti,E & Walyani,E.S. (2015),panduan materi kesehatan reproduksi dan keluarga berencana .Yogyakarta.pustaka baru press



37