ASKEP HIPERMETROPI Oke [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HIPERMETROPI



PEMBIMBING : TINTIN SUMARNI, SKp.M.Kep DISUSUN OLEH: KELOMPOK :1, 1A dan 1B



1. FITRI RAMADHANI 2. NISRINA NUR HANIFAH 3. SEPRINDO 4. WENDI DERMAWAN 5. ASRA HUSNI 6. INDAH NOVIA PUTRI 7. PEMILLA PUISENA GUSMAN 8. SRI YULIA MUSTISA



POLTEKKES KEMENKES PADANG PRODI D-III KEPERAWATAN SOLOK TAHUN 2018



LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul makalah : Hipermetropi 2. Anggota kelompok : a. Kelompok IIA : 1. Fitri Ramadhani 2.Nisrina Nur Hanifah 3. Seprindo 4. Wendi Dermawan



b. Kelompok IIB :



1.Asra Husni 2. Indah Novia Putri 3. Pemila puisena gusman 4. sri yulia mustisa



3. Dosen Pembimbing : Tintin Sumarni, Skp, Mkep



Solok, 15 November 2018



Mengetahui



Pembimbing



Tintin sumarni



Anggota kelompok



kelompok 1 kelas IIA dan IIB



KATA PENGANTAR



Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah I yang berjudul tentang “HIPERMETROPI”. Selain itu bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah wawasan tentang penyakit Hipermetropi. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen pembimbing mata kuliah Materi Dokumentasi Keperawatan. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dan memperbaiki kesalahan dimasa yang akan datang.



Solok, 9 November 2018



Penulis



DAFTAR ISI



1. Kata Pengantar 2. Daftar Isi 3. Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Masalah 4. Bab II Pembahasan 2.1



Pengertian



2.2



Penyebab



2.3



Tanda dan Gejala



2.4



Patofisiologi



2.5



Askep Hipermetropi



5. Bab III Penutup 3.1 Kesimpulan 6. Daftar Pustaka



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Mata merupakan salah satu panca indra yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan penglihatan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup manusia. Tanpa mata, manusia mungkin tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada disekitarnya. Dalam penglihatan, mata mempunyai berbagai macam kelaina n refraksi. Kelainan refraksi atau yang serinag disebut dengan ametropia tersebut, terdiri dari miopia, hipermetropia, dan astigamatisme. Kelainan refraksi merupakan gangguan yang banyak terjadi di dunioa tanpa memandang jenis kelamin, usia maupun kelompok etris. Hipermetropi merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di dunia. Indonesia memiliki angka penderita hipermetropi tertinggi di Asia Tenggara dari sekitar 240 juta penduduk, 1.5% atau lebih dari 3 juta orang menderita hipermetropi. Sebagian besar penderita hipermetropi adalah lansia berusia 60 tahun keatas. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian Hipermetropi? 2. Apa penyebab Hipermetropi? 3. Apa tanda dan gejala Hipermetropi? 4. Apa patofisiologi Hipermetropi? 5. Bagaimana contoh Askep Hipermetropi? 6. C. TUJUAN MASALAH 1. Untuk mengetahui pengertian Hipermetropi. 2. Untuk mengetahui penyebab Hipermetropi 3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Hipermetropi. 4. Untuk mengetahui patofisiologi Hipermetropi. 5. Untuk mengetahui contoh Askep Hipermetropi.



BAB II TINJAUAN TEORI



A. PENGERTIAN HIPERMETROPI Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di belakang retina. Gangguan ini terjadi pada diameter anteroposterior bola mata yang pendek sehingga jarak antara lensa dan retina juga pendek dan sinar difokuskan di belakang retina. Hal ini menyebabkan kesulitan melihat objek dekat dan disebut farsightedness atau hyperopia (IndrianiIstiqomah, 2004 : 205). Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Hipermetropi terjadi apabila berkas sinar sejajar difokuskan di belakang retina (SidartaIlyas, 2010 : 78).



B. PENYEBAB HIPERMETROPI



Hipermetropia dapat disebabkan : 1. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek. 2. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina 3. Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias kurang pada sistem optik mata (SidartaIlyas, 2010 : 78).



ANATOMI MATA



KONDISI MATA HIPERMETROPI



Hipermetropi adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di belakang retina. Retina adalah selaput tipis sel yang terletak pada bagian belakang bola mata. Retina merupakan bagian mata yang mengubah cahaya menjadi sinyal saraf. C. TANDA DAN GEJALA HIPERMETROPI Gejala yang ditemukan pada hipermetropia adalah penglihatan dekat dan jauh kabur, sakit kepala, silau, dan kadang rasa juling atau lihat ganda. Pasien hipermetropia sering disebut sebagai pasien rabun dekat. Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat  terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergasi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau juling kedalam (SidartaIlyas, 2010 : 79). Gejala klinis Hipermetropia : 1. subjektif : a) Kabur bila melihat dekat. b) Mata cepat



lelah,



(astenopiaakomodatif). 2.



objektif :



berair, sering mengantuk dan sakit kepala



a) Pupil agak miosis. b) Bilik mata depan lebih dangkal (IndrianiIstiqomah,  2004 : 206).



D. PATOFISIOLOGI HIPERMETROPI Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi lensa dapat menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina sehingga penglihatan dekat jadi terganggu (Sidarta Ilyas, 2010 : 78-79).



E.



ASKEP HIPERMETROPI FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG HIPERMETROPI



1.



PENGKAJIAN a. Data Demografi 1)



Biodata, meliputi : Nama, Usia, Jenis kelamin, Alamat, Suku / bangsa, Status pernikahan, Agama / keyakinan, Pekerjaan, Diagnosa medik, No. medical record, Tanggal masuk, Tanggal pengkajian.



2)



Penanggung jawab, meliputi : Nama, Usia, Jenis kelamin, Pekerjaan, Hubungan dengan klien.



3)



Riwayat Kesehatan 



Riwayat Kesehatan Sekarang



Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa kerumah sakit. Meliputi keluhan sekarang dan keluhan saat dikaji. 



Riwayat Kesehatan Dahulu Merupakan penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini.







Riwayat Kesehatan keluarga Menanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga.



b. Pemeriksaan Fisik Pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan  kondisi fisik dari pasien. Meliputi: 



Keadaan umum klien







Sistem pernafasan







Sistem kardiovaskuler







Sistem perncernaan







Sistem indra



c. Pemeriksaan Penunjang Suatu pemeriksaan medis yang dilakuan atas indikasi tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih lengkap. Pemeriksaan penunjang untuk hipermetropi dapat dilakukan dengan cara: 1) Uji menggunakan kartu snellen. 2) Pemeriksaan fundus memperlihatkan optik disk yang kecil yang mungkin terlihat lebih banyak vaskular dengan margin yang tidak jelas dan bahkan mungkin mensimulasikan papillitis. Retina secara keseluruhan tampak bersinar lebih dari refleksi cahaya. 3) A-scan ultrasonografi (biometri) dapat memperlihatkan panjang antero posterior bola mata yang pendek. d. Pengelompokan Data 1) Data subyektif : 



Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekat







Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit kepala.







Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.



2) Data obyektif : 



Klien tampak cemas dan gelisah







Gangguan nervus II (Optikus)







Kesulitan membaca huruf pada jarak dekat







Menjauhkan bacaan pada saat membaca







Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat







Skala nyeri 3 (0-5)



e. Analisa Data No 1 1.



Problem 2 Nyeri Akut



Etilogi 3 Tidak bisa melihat pada jarak



Ds :



dekat



- Klien mengatakan apabila lama



Lensa berakomodasi terus



membaca dia sering pusing dan



menerus Kelelahan otot-otot penggerak lensa 2



Simpton 4



sakit kepala. Do : - Skala nyeri 3 (0-5)



Gangguan



Nyeri Akut (Sumbu utama bola mata yang



- Ekspresi wajah tampak meringis Ds :



persepsi



terlalu pendek, daya pembiasan



- Klien



sensori penglihatan



:



bola mata yang terlalu lemah,



mengatakan



susah



membaca huruf pada jarak dekat



kelengkungan kornea dan lensa



Do :



tidak adekuat perubahan posisi



- Kerusakan nervus II (Optikus)



lensa)



- Kesulitan mebaca tulisan - Menjauhkan bacaan pada saat







membaca - Fungsi



Penurunan retraksi lensa



penglihatan



menurun



pada jarak dekat



↓ Cahaya masuk yang melewati lensa jatuh dibelakang retina ↓ Tidak bisa melihat dekat ↓ Penurunan penglihatan ↓ Gangguan persepsi sensori : 3



Ansietas



Penglihatan Penurunan fungsi penglihatan ↓ Perubahan status kesehatan ↓ Merupakan stresor psikologis



Ds : - Klien sering menanyakan tentang penyakitnya Do : - Klien tampak cemas dan gelisah



↓ Ansietas



2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Nteri Akut b/d kelelahan otot – otot penggerak lensa.



b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d penurunan retraksi lensa. c. Ansietas b/d perubahan status kesehatan. 3. INTERVENSI No . 1.



Diagnosa



Tujuan dan Kriteria Hasil



Keperawatan Nyeri Akut b/d Tujuan: Kelelahan



Intervensi (NIC)



(NOC)



1.     Observasi



keadaan,



otot-otot Setelah dilakukan tindakan intensitas nyeri dan tanda-



penggerak lensa.



keperawatan selama tiga hari, tanda vital nyeri



berangsur-angsur 2.     Ajarkan



Klien



untuk



berkurang .



mengalihkan suasana dengan



Kriteria Hasil:



melakukan metode relaksasi



-         Klien mengatakan nyeri saat



nyeri



yang



muncul,



teramat



berkurang



sangat



relaksasi



-          Ekspresi wajah tenang



yang seperti menarik nafas



-          Nyeri skala 2 (0-5



panjang. 3.     Kolaborasi dokter



dengan



dalam



pemberian



4.     Kolaborasi



untuk



analgesic



pemeriksaan



kemampuan



otot - otot penggerak lensa. 2



Gangguan sensori b/d



persepsi Tujuan:



1.     Kaji



penglihatan Setelah dilakukan tindakan penglihatan



kemampuan dan



jarak



penurunan keperawatan selama tiga hari, pandang klien



retraksi lensa.



sedikit demi sedikit gangguan 2.     Anjurkan klien untuk penglihatan klien teratasi.



tidak membaca terlalu lama



Kriteria Hasil:



3.     Berikan



penerangan



-        Klien bisa membaca lagi yang cukup -        Penglihatan Jelas 4.     Kolaborasi penggunaan



untuk alat



bantu



penglihatan seperti kacamata 3



Ansietas Perubahan



b/d Tujuan:



1.



Meredakan



status Setelah dilakukan tindakan pasien



Kesehatan.



kecemasan



yang



mengalami



keperawatan selama satu hari, distress akut ansietas



berangsur-angsur 2.



Berikan



berkurang .



kepada



Kriteria Hasil:



penyakitnya.



-   Klien



dapat



tentang



penyakit



pengetahuan



pasien



tentang



mengerti yang



dideritanya. -   Wajah klien tampak tenang -    Klien tidak gelisah



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Rabun dekat adalah yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat benda pada jarak dekat. Titik dekat penderita rabun dekat akan bertambah, tidak lagi sebesar 25 cm tapi mencapai jarak tertentu yang lebih jauh. Penderita rabun dekat dapat melihat benda pada jarak yg jauh. Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Hipermetrop terjadi apabila berkas sinar sejajar difokuskan di belakang retina. Penyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu: 1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek. 2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah 3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat 4. Perubahan posisi lensa.



B. Saran Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan Hipermetropi.



DAFTAR PUSTAKA



Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI. Istiqomah, Indriani N. 2004. ASKEP Klien Gangguan Mata. Jakarta: EGC. Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification. Singapore: ELSEVIER Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Interventions Classification. Singapore: ELSEVIER