ASKEP HIPERTENSI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.H DENGAN HIPERTENSI DI RUANG RUBY RSU PERMATA BLORA



DISUSUN OLEH : 1. EKA ANNISATUZ ZABRIYAH 2. VERA ANGGRAINI 3. DESTY GALUH



RSU PERMATA BLORA Jl. Reksodiputro No.57, Jenar, Kec.Blora, Kab. Blora Jawa Tengah 58217 Tahun 2020



KATA PENGANTAR Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah



Atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat w tanpa kurang suatu apapun. Tak lupa pula penulis haturkan sholawat serta



kepada Nabi junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga syafaatnya me pada kita dihari akhir nanti. Penulis



mampu



menyelesaikan



Makalah



dengan



judul



“A



Keperawatan Pada Ny.H dengan Hipertensi di Ruang Ruby RSU Permata B



dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah te hipertensi ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik pada karya



Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang setelah membaca makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini bermanfaat. Semoga amal baik yang telah dilakukan mendapat



SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini m



memerlukan penyempurnaan, maka dari itu saran dan masukan dari pem sangat penulis harapkan. Demikian pula penulis berharap semoga makalah penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................i KATA PENGANTAR....................................................................................v DAFTAR ISI................................................................................................vii BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang....................................................................................1 B. Tujuan Penulisan................................................................................4 C. Manfaat Penulisan..............................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Hipertensi 1. Pengertian......................................................................................... 2. Etiologi...........................................................................................6 3. Manifestasi Klinis..........................................................................7 4. Patofisiologi.................................................................................10 5. Pemeriksaan Penunjang…............................................................ 6. Penatalaksaan............................................................................... 7. Komplikasi................................................................................... 8. Patways........................................................................................ B. Asuhan Keperawatan Hipertensi 1. Pengkajian...................................................................................12 2. Diagnosa Keperawatan.................................................................14 3. Intervensi Keperawatan................................................................15 4. Implementasi Keperawatan..........................................................15 5. Evaluasi Keperawatan......................................................................



BAB III METODA A. Metoda Penulisan............................................................................. B. Sampel.............................................................................................. C. Lokasi dan Waktu Pengambilan Kasus............................................ D. Alat Pengumpulan Data................................................................... E. Analisa Data Asuhan Keperawatan.................................................. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil...................................................................................................... B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan............................................. C. Intervensi.............................................................................................. D. Implementasi......................................................................................... E. Evaluasi................................................................................................. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan........................................................................................... B. Saran..................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA



BAB 1 PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada nilai 140/90 mmHg atau lebih.kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung di paksa memompa jantung lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke dan gagal jantung ( Wily, 2018). Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension ( ASH ), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardivaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan ( Sani, 2008 ). Penderita hipertensi banyak yang berpikir bahwa obat darah tinggi hanya perlu diminum ketika tensi tinggi, yang hanya bisa diketahui saat check up di dokter maupun puskesmas atau saat mereka mengalami sakit kepala hebat. Padahal jika masyarakat sering melewatkan dosis obat hipertensi atau tidak mengkonsumsinya seperti yang telah direkomendasikan dokter, bukan Cuma tekanan darah yang jadi makin tak terkendali namun juga melipatgandakan resiko untuk komplikasi yang berakibat fatal. Selain itu masyarakat percaya bahwa hanya dengan memakan mentimun saja penyakit hipertensi akan hilang atau sembuh ( Murwani, 2009 ) Di dunia di perkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Pada tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1 milyar pada tahun 2008 ( WHO, 2013 ). Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada peringkat tiga sebagai faktor resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62% kasus stroke, 49% serangan jantung setiap tahunnya ( Corwin, 2007 ). Di indonesia sendiri, berdasarkan hasil riset kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi hipertensi di indonesia sangat tinggi, yaitu rata – rata 3,17 % dari total penduduk dewasa. Hal ini berarti dari 3 orang dewasa, terdapat 1 orang yang menderita hipertensi ( Riskesdes, 2008 ). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riskesdes menemukan prevalensi hipertensi di indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,8 . daerah Bangka Belitung menjadi daerah dengan



prevalensi hipertensi yang tertinggi yaitu sebesar 30,9%, kemudian di ikuti oleh kalimantan Selatan ( 30,8% ), Kalimantan Timur ( 29,6 ) dan Jawa Tengah ( 29,4 ) ( Riskesdes, 2013 ). Menurut profil kesehatan provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010, data jumlah penderita hipertensi yang diperoleh dari dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah terdapat 275.000 jiwa penderita hipertensi. Dari hasil survei tentang penyakit terbanyak di rumah sakit di Provinsi Jawa Tengah, jumlah penderita hipertensi sebesar 4,89 % pada hipertensi esensial dan 1,08% pada hipertensi sekunder di RSUD Permata Blora Jawa Tengah . Gaya hidup yang mengikuti era globalisasi, membuat kasus hipertensi terus meningkat. Gaya hidup gemar makan fast food yang kaya lemak, asin , malas olahraga dan mudah tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah pasien hipertensi ( Rudianto, 2013 ). Saat ini orang lebih suka memilih makanan siap saji yang umumnya rendah serat, tinggi lemak dan banyak mengandung garam. Selain itu makanan blendrang atau disebut makanan kemarin juga banyak mengandung kadar garam dari lemak cukup tinggi. Seharusnya masyarakat sadar bahwa dengan mengkonsumsi makanan diatas dapat memicu terjadinya hipertensi. Bila hal ini, terus dilakukan maka hipertensi mereka akan bertambah parah dan lebih-lebih juga akan menimbulkan komplikasi seperti kerusakan pada otak, kerusakan pada jantung, kerusakan pada ginjal, dan kerusakan pada mata ( Rusdianto, 2013 ). Oleh karena itu, negara indonesia yang sedang membangun segala bidang perlu memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi. Hipertensi perlu di deteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check up kesehatan atau saat periksa ke dokter. Pencegahan penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan seperti pasien disarankan untuk berpartisipasi dengan kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis atau sesuai dengan kemampuan seperti jogging, bersepeda atau berenang. Perawat dapat mengajarkan pasien untuk berhenti merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, dan juga menghindari makan garam yang berlebih untuk menstabilkan tekanan darah. Penatalaksanaan penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara minum obat secara teratur dan benar sesuai dengan anjuran dokter dengan sekali dalam sehari. Selain itu, perawat perlu memonitoring tekanan darah masyarakat guna mencegah penyakit hipertensi secara dini, kontrol penyakit ke dokter



minimal sebulan sekali, monitoring tekanan darah, kerusakan target organ, interaksi obat,efek samping dan kepatuhan ( Anindya, 2009 ). Sehubungan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengambil kasus Hipertensi di RSUD Permata Blora di Ruang Ruby kami menjumpai kasus Hipertensi pada Ny. H Dan kami tertarik untuk mengambil kasus ini serta mengatasi maslahnya. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Menggambarkan asuhan keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa medis hipertensi di ruang Ruby RSUD Permata Blora. 2. Tujuan Khusus a. Penulis dapat melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa medis Hipertensi di ruang ruby RSUD Permata Blora. b. Penulis dapat merumuskan masalah asuhan keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa medis Hipertensi di ruang ruby RSUD Permata Blora. c. Penulis dapat merumuskan tujuan dan perencanaan asuhan keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa medis hipertensi di ruang ruby RSUD Permata Blora. d. Penulis dapat melakukan tindakan asuhan keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa medis hipertensi di ruang ruby RSUD Permata Blora. e. Penulis dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa medis hipertensi di ruang ruby RSUD Permata Blora. f. Menggambarkan analisis atau pembahasan hasil pengkajian, masalah keperawatan, perencanaan, tindakan yang ditekankan pada prosedur – prosedur keperawatan, dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi asuhan keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa medis hipertensi di ruang ruby RSUD Permata Blora.



C. Manfaat Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus asuhan keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa medis hipertensi di ruang ruby RSUD Permata Blora dan juga diharapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan kasus dengan masalah nyeri.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi dimana konsidi tekanan darahnya abnormal atau tinggi, tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diatoliknya diatas 90 mmHg ( Lingga, 2012 ). Hipertensi terjadi sebagai respon dari cardiac output atau peningkatan tekanan perifer yang disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi ( Kemenkes RI, 2016 dalam Karyadiani dan Susanti 2019 ), seperti : a. Genetik : respon neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau transpor Na. b. Obesitas : terkait dengan peningkatan insulin yang menyebabkan tekanan darah meningkat. c. Stres lingkungan d. Hilangnya elastisitas jaringan dan adanya arterosklerosis pada lansia serta pelebaran pembuluh darah. e. Konsumsi garam berlebih Reaksi orang terhadap asupan garam yang di dalamnya mengandung natrium berbeda – beda. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan mengakibatkan volume dan tekanan darah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik diatas 140/90 mmHg sebagai reson dari cardiac output atau peningkatan tekanan perifer yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik, obesitas, stres,penurunan elastisitas jaringan, konsumsi garam berlebih dan lain-lain. 2. Etiologi a. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu : 1). Hipertensi esensial ( primer ) yaitu hipertensi yang tidak disebabkan oleh adanya penyakit atau kondisi tertentu, tetapi ada faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,



hiperaktifitas, susunan saraf simpatik, sistem RAA ( renin angiotensin aldosteron ), efek dari ekskresi Na, obesitas, merokok dan stres. 2). Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang mempunyai penyebab spesifik atau merupakan komplikasi dari penyakit lain seperti penyakit ginjal, hiperplasia adrenal kongenital, hipertidoidisme, hiperparatiroidisme, kehamilan, sleep apnea dan kegemukan. b. Hipertensi berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3, yaitu : 1). Hipertensi diastolik 2). Hipertensi sistolik 3). Hipertensi campuran ( tekanan sistolik dan diastolik meningkat ). c. Hipertensi pada saat kehamilan yang umumnya dibagi menjadi 4, yaitu : 1). Pre-eklamasia, suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah yang tinggi ada kerusakan pada organorgan seperti ginjal yang terlihat dari tingginya kadar proteinuria. 2). Hipertensi kronik, hipertensi ini sudah di miliki sebelum kehamilan. 3). Pre – eklamsia pada hipertensi kronik, merupakan kondisi gabungan dari pre eklamsia dan hipertensi kronik. 4). Hipertensi gestasional ( hipertensi transier ), kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah saat kehamilan tetapi tidak disertai dengan adanya proteinuria ( Karyadiani dan Susanti, 2019 ). d. Secara klinis derajat hipertensi dikelompokkan sebagai berikut, ( Nurarif, Amin, dan Kusuma, 2015 ): Tabel 2.1 Kategori – kategori Hipertensi



Kategori Optimal Normal High normal Hipertensi



Sistolik Kurang dari 120 120 - 129 130 - 139



Diastolik Kurang dari 80 80 - 84 85 - 89



Grade 1 ( ringan ) Grade 2 ( sedang ) Grade 3 ( berat ) Grade 4 ( sangat berat )



140 - 159 160 - 179 180 – 209 Lebih dari 210



90 - 99 100 - 109 109 - 119 Lebih dari 120



Sumber : Buku Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC, NOC. 3. Manifestasi klinis Tanda dan gejala pada hipertensi dapat dibedakan menjadi ( Nurarif, Amin, dan Kusuma, 2015 ) : a. Tidak Ada Gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain dari penentuan tekanan arteri dari dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. b. Gejala yang Lazim Sering kali gejala yang lazim dari hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : 1) Sakit kepala, pusing 2) Lemas, kelelahan 3) Sesak nafas 4) Gelisah 5) Mual 6) Muntah 7) Kesadaran menurun 4. Patofisiologi



Hipertensi terjadi akibat dari terbentuknya angiotensin II oleh angiotensin I dari ACE ( angiotensin converting enzyme ) yang memegang peranan penting dalam pengaturan tekanan darah. Di dalam darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi oleh hati. selanjutnya oleh hormon renin yang diproduksi oleh ginjal akan diubah menjadi angiotensin I. ACE yang terdapat di paru – paru akan mengubah angiotensin II yang memiliki peranan yang sangat penting dalam peningkatan tekanan darah melalui dua aksi yaitu : a. Meningkatkan sekresi pada hormon antidiuretik ( ADH ). Hormon ADH yang diproduksi di hipotalamus ( kelenjar pituitari ) ini akan bekerja di ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urine, dengan meningkatnya hormon ADH ini akan melibatkan sangat sedikit urine yang diekskresikan ke luar tubuh sehingga urine akan menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, cairan ekstraseluler ini akan menarik cairan yang ada pada intraseluler akibatnya volume darah akan meningkat dan tekanan darah juga akan meningkat. b. Menstimulasi hormon aldosteron dari kelenjar adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang punya peran penting pada ginjal, dalam mengatur volume cairan ekstraseluler aldosteron akan mengurangi ekskresi naCl dengan mereabsorbsinya di tubulus. Dengan naiknya konsentrasi naCl akan diencerkan dengan cara meningkatkan volume cairan yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah ( Anggraini, Waren,et.al,2009 ). Selain itu, hipertensi juga dapat terjadi dengan beberapa cara sebagai berikut : a. Jantung memompa darah terlalu kuat sehingga terjadi stroke volume atau darah mengalir lebih banyak perdetiknya.



b. Hilangnya elastisitas arteri besar yang mengakibatkan jantung tidak bisa mengembang secara maksimal. Sehingga denyut jantung dipaksa melalui pembuluh darah yang sempit dari biasanya dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal ini biasa terjadi pada lansia dimana dinding arterinya kaku dan menebal karena arterosklerosis. c. Vasokontriksi pada artiola akibat dari perangsangan hormon atau hormon di dalam darah ( Karyadiani dan Susanti,2019 ). 5. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboraturium 1) Hb/Ht : untuk mengetahui hubungan dari sel – sel dengan volume cairan ( viskositas ) dan mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas dan anemia. 2) BUN ( Blood urea nitrogen ) / kreatinin : untuk mengetahui fungsi ginjal 3) Urinalisa : darah, protein, glikosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal b. CT Scan : adanya tumor cerebral atau encelopati c. EKG ( elektro kardiogram ) : salah satu penanda dini penyakit jantung dan mengetahui pola regangan dimana luas, peninggian gelombang P. d. Photo Thorax : mengetahui destruksi klasifikasi pada area katup dan pembesaran pada jantung ( Nurarif, Amin dan Kusuma, 2015 ). 6. Penatalaksanaan Pada umumnya, penatalaksanaan hipertensi dibagi dengan 2 cara yaitu dengan cara non – farmakologi dan farmakologi ( Sunaryo et.al,2016 ). a. Non – farmakologi 1) Olahraga teratur 2) Menurunkan BB untuk penderita hipertensi yang obesitas



3) Mengurangi asupan garam 4) Berhenti merokok 5) Batasi konsumsi alkohol 6) Belajar mengendalikan stres dan selalu rileks 7) Cek tekanan darah secara teratur 8) Terapi komplementer : a) Tehnik distraksi relaksasi b) Ekstrak kayu manis c) Air rebusan jahe d) Coklat e) Air seduhan bawang putih f) Jus belimbing g) Jus mentimun b. Farmakologis 1) Diuretik ( thiazid ) Obat paling utama dalam mengobati hipertensi, obat ini membantu ginjal dalam membuang garam dan air yang ada di dalam tubuh yang akan mengurangi volume cairan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah, contoh obat : hidroklortiazid ( HCT ), furosemide, spironolakton ( hemat kalium ), manitol. 2) ACE inhibitor Berguna untuk memperlambat aktifitas enzim ACE dalam memproduksi angiotensin II sehingga akan melebarkan pembuluh darah. Contoh obat : Enapril, Kaptopril, Lisinopril, Benazepril, Bisoprolol. 3) Beta Bloker Obat ini bekerja menghalangi noreprin dan epineprin mengikat pada reseptor beta pada saraf terutama beta 1 dan beta 2, sehingga akan mengurangi denyut jantung, tekanan darah, dan melebarkan pembuluh darah. Contoh obat : Atenol, Propanolol, Acebutanol , Bisoprolol. 4) Kalsium antagonis Kalsium antagonis bertugas menghalangi gerakan kalsium dari jantung dan arteri ke otot yang mengakibatkan



kekuatan pompa jantung berkurang dan mengundurkan otot dinding arteri. Contoh : Amlodipine, Felodipin, Nifedipin. 5) Alfa bloker Menghalangi reseptor –reseptor alfa pada seluruh otot polos arteri periferal. Contoh : Terazosin, Doxazosin. 6) Alfa beta bloker Bekerja sama dengan alfa bloker tetapi diikuti dengan penurunan denyut jantung seperti beta bloker. Contoh : Labetalol, Carvedilol. 7) Angiotensin reseptor bloker Menghalangi angiotensin II mengikat pada reseptor – reseptor angiotensin II di pembuluh darah sehingga pembuluh darah melebar dan melancarkan aliran darah. Contoh : Losartan, Irbesartan, Valsartan. 8) Vasodilator Obat ini langsung melebarkan pembuluh darah dan merelaksasi sel – sel otot polos yang mengelilingi dinding pembuluh darah. Obat golongan ini sering digunakan sebagai obat tambahan anti hipertensi. Contoh : Hidralazin, Minoksidil, Diakzoksid. 7. Komplikasi Hipertensi dapat menimbulkan beberapa komplikasi pada organ – organ tubuh, antara lain ( Muwarni, 2011 ) : a. Perdarahan pada retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan b. Gagal jantung c. Gagal ginjal d. Stroke ( pecah pembuluh darah pada otak ). 8. Pathway Umur, Jenis Kelamin, Gaya Hidup, Obesitas Hipertensi . Kerusakan vascular Pembuluh darah.



Perubahan struktur pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah Vasokontriksi Gangguan sirkulasi Otak Resistensi pembuluh darah otak meningkat



Nyeri Gambar 2.1 . pathway hipertensi Sumber : www.scribd.com/doc/108441265/PATHWAYS-Hipertensi



B. Asuhan Keperawatan pada Hipertensi 1. Pengkajian Menurut Mubarak & Chayatin N, 2008, p.206, pengkajian adalah pendataan untuk mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan laboraturium, dan diagnosis serta review sebelumnya. Untuk mengumpulkan data melalui wawancara yaitu : a. Data Subjektif 1) Identitas pasien Meliputi : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor registrasi. 2) Keluhan Utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus hipertensi adalah rasa nyeri pada kepala. Menurut Judha, Sudarti, & Fauziah ( 2012 ), ada beberapa hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang : 1) Karakteristik nyeri berdasarkan metode PQRST, berikut keterangan lengkapnya : P : Provocate, penyebab terjadinya nyeri pada penderita. Q : Quality, kualitas nyeri merupakan sesuatu subjektif yang diungkapkan pasien, misalnya ditusuk, terbakar, tersayat, dll. R : Region, untuk mengkaji lokasi nyeri S : Severe, tingkat keparahan nyeri, kualitas nyeri harus bisa digambarkan menggunakan skala yang sifatnya kuantitas yaitu skala numeric 0-10. T : Time, tenaga kesehatan mengkaji tentang durasi terjadinya nyeri, kapan muncul nyeri, berapa lama nyeri, dan seberapa sering untuk kambuh lagi.



3) Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan nyeri pada kepala, keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh mual, muntah, dan lemas. 4) Riwayat Penyakit Dahulu Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan pasien sekarang, bisa juga penyakit ini sudah pernah dialami oleh pasien sebelumnya. 5) Riwayat Penyakit Keluarga



penyakit hipertensi merupakan penyakit keturunan. b. Data Objektif 1) Pemeriksaan Fisik  Keadaan umum



: lemah



 Penampilan



: rapi



 Kesadaran



: berkurang



 Tanda – tanda vital : TD



:149/100 mmHg



Suhu : 360C – 37,20C RR : 16 – 20 x/menit Nadi : 70-80 x/menit a) Kepala Bentuk kepala Rambut Kulit kepala Nyeri kepala b) Mata



: simetris : bersih : bersih : terdapat nyeri kepala



Ketajaman penglihatan : baik Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : anemis Pupil : tidak ada kelainan Rasa nyeri : tidak ada Pemakaian alat bantu : tidak memakai alat bantu c) Mulut Bibir : pucat Gigi : bersih Gusi : tidak terdapat pembengkakan Lidah : tidak ada lesi Peradangan ( stomatitis ) : tidak ada stomatitis Fungsi bicara : baik Fungsi pengecapan : baik 2) Pemeriksaan Diagnostik Menurut Nurarif, Amin dan Kusuma,2015 ) menyatakan bahwa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien adalah pemeriksaan laboraturium, EKG, dan CT scan, foto rontgen. c. Pola Fungsi Gordon



Berikut ini pola fungsional pada pasien dengan diagnosa medis hipertensi yang menggunakan pola fungsional Gordon ( Hidayat, 2007 ) : 1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan. Kemungkinan terdapat riwayat kebiasaan mengkonsumsi garam berlebihan. 2) Pola Nutrisi dan Metabolik Pola nutrisi pasien perlu dikaji sebelum dan selama di rumah sakit. Untuk mengetahui adanya penurunan berat badan secara signifikan akibat nafsu makan berkurang. 3) Pola Eliminasi Hal yang perlu dikaji adalah kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya konstipasi, diare, ada atau tidaknya disuria, nokturia, hematuri, retensi, inkontinensia urine, dan keluhan lain pasien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi baik BAB maupun BAK. 4) Pola Aktifitas dan Latihan Pola aktifitas pasien perlu dikaji karena pasien dengan hipertensi akan mengalami gangguan akibat nyeri pada kepala. 5) Pola Istirahat dan Tidur Pasien dengan hipertensi akan mengalami gangguan akibat nyeri pada kepala dan kecemasan yang dialami. Hal yang perlu dikaji adalah jumlah tidur ( gelisah, adanya terbangun dini, insomnia, mimpi buruk, dll ) 6) Pola Persepsi Sensori dan Kognitif 7) Pola Hubungan dan Peran 8) Pola Reproduksi dan Seksual 9) Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya. Cara memandang diri yang salah akan menjadi stressor bagi pasien. 10) Pola Mekanisme dan Koping Pada umumnya stres menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi 11) Pola Nilai Kepercayaan dan Keyakinan 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu



atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah ( Carpenito, 2006 ). Batasan karakteristik meliputi melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal, posisi untuk mengurangi nyeri, gerakan untuk melindungi, tingkah laku berhati – hati, gangguan tidur, fokus pada diri sendiri, tingkah laku distraksi, respon otonom, perubahan otonom dalam tonus otot, tingkah laku ekspresif, perubahan nafsu makan dan minum. Nurarif & Kusuma, 2013, p.215, menyatakan diagnosa keperawatan pada pasien hipertensi adalah : 1.



Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak .



2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik Di tandai dengan data mayor : nyeri kepala dan data minor : mual, muntah, lemas. 3. Intervensi Doengoes, 2000, p.723 menyatakan perencanaan pasien hipertensi adalah : 1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak yaitu : Tujuan



: nyeri berkurang/ teratasi



Kriteria hasil : a. Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri. b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, dan tanda nyeri ) Rencana keperawatan :



1) Kaji adanya tanda – tanda nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas ( 0-10 ), dan lamanya Rasional : menentukan intervensi dan mengetahui efek terapi 2) Ukur tanda – tanda vital Rasional : untuk mengetahui perkembangan pasien 3) Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi Rasional : dapat mengalihkan perhatian pasien sehingga menurunkan nyeri 4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik Rasional : untuk menghilangkan nyeri kepala 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat Tujuan : nutrisi pasien terpenuhi Kriteria hasil :  Nafsu makan meningkat 



Mampu menghabiskan diit makan dari rumah sakit







Tidak muntah lagi



Rencana keperawatan : 1) Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan 2) Anjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi garam berlebih Rasional : untuk mencegah agar tekanan darah tidak naik 3) Berikan makanan dan minuman yang hangat Rasional : untuk menambah selera makan pasien 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh Tujuan : pasien dapat beraktifitas secara mandiri Kriteria hasil : a. Hasil aktifitas dapat dilakukan secara optimal b. Aktifitas dapat dilakukan sendiri Rencana keperawatan : 1) Observasi keadaan umum pasien Rasional : untuk mengetahui kondisi pasien dan menegakkan diagnosa selanjutnya 2) Anjurkan untuk bedrest



Rasional : untuk meningkatkan daya tahan tubuh 3) Anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan Rasional : untuk memudahkan pasien dalam memenuhi kebutuhannya 4) Anjurkan untuk melakukan aktifitas secara bertahap Rasional : untuk melatih kekuatan tubuh supaya dapat beraktifitas mandiri 4. Implementasi Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik dan mengharapkan kriteria hasil yang diharapkan ( perry dan Potter, 2005 ) 1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak 1) Mengkaji adanya tanda – tanda nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas ( 0-10 ), dan lamanya. 2) Mengukur tanda – tanda vital 3) Mengajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi 4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat 1) Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering 2) Menganjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi garam berlebih 3) Memberikan makanan dan minuman yang hangat 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik 1) Mengobservasi keadaan umum pasien 2) Menganjurkan untuk bedrest 3) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan 4) Menganjurkan untuk melakukan aktifitas secara bertahap 5. Evaluasi Tarwoto & Wartonah (2010) menyatakan “Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan”. Kegiatan evaluasi ini adalah



membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Evaluasi yang diharapkan dari diagnosa hipertensi yaitu: 1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak a.



Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri.



b. Melaporkan



bahwa



nyeri



berkurang



dengan



menggunakan



manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, dan tanda nyeri ) 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat a. Nafsu makan meningkat b. Mampu menghabiskan diit makan dari rumah sakit c. Tidak muntah lagi 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh a. Hasil aktifitas dapat dilakukan secara optimal b. Aktifitas dapat dilakukan sendiri



BAB III METODA



A. Metoda Penulisan Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data. Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Sedangkan metode observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan alat tersebut. Sehingga penulis mampu untuk merumuskan diagnosa, menentukan intervensi, melaksanakan implementasi dan evaluasi kepada pasien sebagai penerima asuhan keperawatan ( Hasdinah, 2015,p.80-81 ). B. Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara convenience sampling method (non-probability sampling technique) yaitu pemilihan sampel tidak dilakukan secara subjektif, dimana subjek dipilih karena kemudahan/keinginan peneliti. Sample yang digunakan adalah asuhan keperawatan



pada



Ny. H dengan diagnosa medis hipertensi di RSUD



Permata Blora ( Hasdinah, 2015.p.80-81 ). C. Lokasi dan Waktu Pengambilan Kasus 1. Lokasi Pengambilan Kasus Pengambilan kasus dilakukan di ruang Ruby RSUD Permata Blora 2. Waktu Pengambilan Kasus Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2020.



D. Alat Pengumpulan Data Instrumen penelitian dapat berupa kuesioner, cek list yang digunakan sebagai pedoman observasi dan wawancara. Alat – alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar atau format asuhan keperawatan yang telah ditentukan. Dalam hal ini penulis menggunakan format asuhan keperawatan



medikal



bedah



untuk



pasien



dengan



hipertensi



( Hasdinah,2015,p.63 ). . E. Analisa Data Asuhan Keperawatan Dalam pengambilan kasus KTI ini, dalam menganalisis kasus menggunakan prinsip kebutuhan melakukan pengumpulan data dan menentukan



masalah



yang



ditemukan,



lalu



memprioritaskan



untuk



menentukan tindakan yang pertama akan dilakukan, merencanakan, melakukan tindakan yang sudah direncanakan sesuai dengan SOP, mencatat perkembangan



hasil



( Hasdinah,2015,p.63 ).



tindakan



serta



mengevaluasi



keadaan



pasien



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pengkajian Asuhan keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa medis hipertensi di Ruang Ruby RSUD Permata Blora. Pengkajian dilakukan pada tanggal 09 juni 2020 pukul 21.00 WIB secara alloanamnesa, autoanamnesa, observasi, pemeriksaan fisik maupun penunjang. a. Biodata Pasien Asuhan keperawatan diberikan pada Ny. H berumur 52 tahun, pekerjaan wiraswasta, pendidikan SMA, jenis kelamin perempuan, agama islam, status menikah, alamat JL. Pringgading 1 001/004 Blora, Jawa Tengah, masuk rumah sakit pada tanggal , pengkajian dilakukan pada tanggal 09 Juni 2020 pukul 21.00, dengan nomor RM 095649. Diagnosa medis hipertensi. Penanggung jawab bernama Tn. T, umur 62 tahun, alamat Jl. Pringgading 1 001/004 Blora, Jawa Tengah, mempunyai hubungan dengan pasien sebagai suami. b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama Pasien mengatakan nyeri, dengan P : pasien mengatakan nyeri, Q : cekot - cekot, R : terletak di kepala , S : skala nyeri 6, T : hilang timbul. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien sering merasakan nyeri pada kepala, untuk mengatasi masalah tersebut pasien dibawa ke UGD RSUD Permata Blora, lalu di pindahkan ke ruang Ruby untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Pada tanggal 09 Juni 2010pukul 21.00 WIB, selain merasakan nyeri pada kepala, pasien merasakan mual dan muntah dan tidak nafsu makan. 3) Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini, pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat – obatan tertentu. c. Pemeriksaan Fisik



Pada pemeriksaan fisik didapatkan data Keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, TD :149/100 mmHg , Suhu : 36 , 30C, RR : 20 x/menit, Nadi 90x/menit, terdapat nyeri kepal, Sklera tidak ikterik,Konjungtiva anemis, mukosa bibir kering. d. Pengkajian Pola Fungsional Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Sebelum sakit Pasien kurang memperhatikan kondisi kesehatannya dengan tidak mengatur pola makannya. Selama sakit pasien mematuhi program pengobatan dari rumah sakit dan keluarga pasien sering bertanya kepada perawat tentang keadaan pasien Pola Nutrisi dan metabolik Sebelum sakit pasien makan 3x sehari habis satu porsi sedang dengan lauk juga sayur dan minum habis 7-8 gelas / hari. Selama sakit pasien makan 2x sehari habis ½ porsi dan minum 4-5 gelas / hari. Pola Eliminasi Sebelum sakit pasien BAB sehari 1x dengan konsistensi lembek, berwarna kuning dan BAK 3-4 x sehari dengan konsistensi cair berwarna kuning. Selama sakit pasien BAB 1 x selama masuk rumah sakit dengan konsistensi lembek, berwarna kuning dan pasien BAK 2-3 x sehari dengan konsistensi berwarna kuning. Pola Aktivitas dan Latihan Sebelum sakit kemampuan perawatan diri, makan dan minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, dan berpindah dilakukan dengan mandiri. Selama sakit kemampuan perawatan diri, makan dan minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, dan berpindah dilakukan dengan bantuan orang lain. Pola Istirahat Tidur Sebelum sakit pasien tidur 8 jam / hari, jarang tidur siang dan tidur malam pukul 20.30 WIB – 04.30 WIB. Selama sakit pasien tidur 5-6 jam / hari, pasien mengalami kesulitan untuk tidur, sering terbangun. Pola Persepsi Diri Sebelum sakit pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar.Selama sakit pasien menganggap penyakit yang dideritanya sangat luar biasa terutama bagian ulu hati. Pola managemen koping sebelum sakit pasien mengatakan apabila ada permasalahan selalu dibicarakan dengan keluarga. Sedangkan pola penanggulangan stres selama sakit, pasien mengatakan cemas akan penyakit yang dideritanya, pasien mengungkapkan kepada keluarga dan perawat untuk mengatasi kecemasannya.



e. Program Terapi Program terapi yang didapatkan pada tanggal 9 sampai tanggal 11 juni 2020 yaitu cairan RL 20 tpm, amlodipin 1 x 10 mg, analsik 3 x 1, lisinopril 1 x 10 mg. Injeksi Ketorolac 3x1 dan Injeksi Omeprazol 2x1. f. Pemeriksaan Penunjang Hasil pemeriksaan laboraturium pada tanggal 9 Juni 2020 sebagai berikut : Untuk pemeriksaan laboraturium didapatkan hasil Hemoglobin 14,8 g/dL, Hematokrit 46,7 %, Lekosit 12,400 /uL, Trombosit 176.000/uL. Ureum 17,1 mg/dL, Kreatinin 0,67 mg/dL. SGOT 35,8 Ul, SGPT 42,8 uL. HBSAG negatif, Rapid Test Covid non reaktif 2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan Setelah melakukan pengkajian secara autoanamnesa, alloanamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik pada tanggal 09 Juni 2020, maka penulis merumuskan analisa data yaitu : NO TGL/JAM 1 09 Juni 2020 21.30



2



DATA DS : Pasien mengatakan nyeri pada kepala P : pasien mengatakan nyeri kepala Q : cekot – cekot R : kepala S:6 T : terus menerus DO : pasien tampak meringis kesakitan - Pasien tampak lemas - TD : 149/100 mmHg , N :99 x/menit S : 36,3 C, RR : 20 x/menit



PENYEBAB peningkatan tekanan pembuluh darah otak



MASALAH Nyeri



DS : Pasien mengatakan intake nutrisi Nutrisi kurang tidak nafsu makan tidak adekuat dari DO : - pasien tampak tidak kebutuhan



3



menghabiskan makanannya - TD : 149/100 mmHg, N : 99 x/menit, S : 36,3 C, RR : 20 x/menit



tubuh



DS : pasien mengatakan kelemahan badan terasa lemas anggota tubuh DO : - pasien tampak lemas - TD : 149/100 mmHg, N : 99 x/menit, S : 36,3 C, RR : 20 x/menit



Intoleransi aktivitas



3. Intervensi Tanggal / No Jam Dx 09 Juni I 2020 21.00



Tujuan dan kriteria Hasil



Intervensi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan : - nyeri berkurang / teratasi Dengan kriteria hasil : - Mampu mengontrol nyeri. - Melaporkan bahwa nyeri berkurang degan menggunakan manajemen nyeri. - Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, dan tanda nyeri )



1)



09 Juni II 2020 21.00



Setelah dilakukan tindakan 4) Anjurkan untuk keperawatan 3 x 24 jam makan sedikit diharapkan: tapi sering - nutrisi pasien 5) Anjurkan terpenuhi pasien untuk Dengan kriteria hasil : tidak - Nafsu makan mengkonsumsi



Kaji adanya tanda – tanda nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas ( 0-10 ), dan lamanya 2) Ukur tanda – tanda vital 3) Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi 4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik



-



-



09 Juni III 2020 21.00



meningkat garam berlebih Mampu 6) Berikan menghabiskan diit makanan dan makan dari rumah minuman yang sakit hangat Tidak muntah lagi



Setelah dilakukan tindakan 5) Observasi keperawatan selama 3 x 24 keadaan umum jam diharapkan : pasien - pasien dapat 6) Anjurkan beraktifitas secara pasien untuk mandiri bedrest Dengan kriteria hasil : 7) Anjurkan - Hasil aktifitas keluarga untuk dapat dilakukan membantu secara optimal pasien dalam - Aktifitas dapat memenuhi dilakukan sendiri kebutuhan 8) anjurkan untuk melakukan aktifitas secara bertahap



4. Implementasi Tanggal / No jam Dx 09 Juni I 2020 21.00



21.20



I



Implementasi



Respon



-



Mengukur tanda – S tanda vital



-



Mengkaji adanya tanda – tanda nyeri S baik verbal maupun non verbal, catat



: pasien mengatakan pusing O : pasien tampak tenang TD: 149/100 mmHg N : 99 x / menit S : 36,3 RR : 20 x / menit : Pasien mengatakan nyeri pada kepala



21. 25



21.230



22.00



lokasi, intensitas O : Pasien tampak ( 0-10 ), dan meringis lamanya. kesakitan - Pasien tampak lemas. P : pasien mengatakan nyeri Q : cekot – cekot R : kepala S:6 T : terus menerus



I -



Mengajarkan tekhnik distraksi S: dan relaksasi



-



Memberikan makanan minuman hangat



II



I -



22.10



pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah diajarkan teknik distraksi dan relaksasi O : pasien tampak lebih tenang



III



dan yang



S



: pasien mengatakan bersedia diberikan makanan dan minuman hangat O : pasien tampak lebih tenang



Memberikan terapi obat oral analsik dan - amlodipin 10 S : pasien mg mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah diberikan obat O : pasien tampak



-



24.00



I -



10 Juni I 2020 14. 00



-



I



-



14.20



I



Menganjurkan pasien untuk bedrest



lebih tenang S



: pasien mengatakan bersedia untuk bedrest O : pasien tampak kooperatif



Memberikan injeksi ketorolac 3x1 Memberikan injeksi S: Pasien Omeprazol 2x1 mengatakan nyeri berkurang O: P : non trauma Q : cekot-cekot R : kepala S:3 T : Hilang timbul Memberikan terapi S : pasien obat oral : analsik mengatakan merasa lebih baik setelah diberi obat O: pasien tampak lebih tenang Mengkaji adanya S tanda – tanda nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas O : ( 0-10 ), dan lamanya



: Pasien mengatakan nyeri pada kepala Pasien tampak meringis kesakitan - Pasien tampak lemas. P:pasien mengatakan nyeri Q : cekot – cekot R : kepala S:3 T : hilang timbul



15.00



16.00



17.00



17.20



-



Mengajarkan S tekhnik distraksi dan relaksasi



-



Memberikan injeksi S Ketorolac 3x1



-



Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering S : pasien mengatakan bersedia untuk makan sedikit tapi sering O : pasien tampak mengikuti anjuran Menganjurkan keluarga untuk perawat



I



II



III -



: pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah diajarkan teknik distraksi dan relaksasi O : pasien tampak lebih tenang : Pasien mengatakan nyeri pada kepala O : Pasien tampak meringis kesakitan - Pasien tampak lemas. P : pasien mengatakan nyeri Q : cekot – cekot R : kepala S:3 T : hilang timbul



membantu pasien S : keluarga dalam memenuhi bersedia untuk kebutuhan membantu pasien



17.30



I -



18.00



I -



dalam memenuhi kebutuhan O : keluarga tampak Mengukur tanda – tenang tanda vital S : pasien mengatakan pusing O : pasien tampak tenang TD :137/99 mmHg N : 99 x/ menit Memberikan terapi S : 36,2 C obat oral : RR : 20 x / menit metformin 50 mg S : pasien mengatakan merasa lebih baik setelah diberikan obat O : pasien tampak lebih tenang



11 Juni I 2020 08.00



-



Mengobservasi S : pasien keadaan umum mengatakan pusing pasien sudah berkurang O : pasien tampak lebih baik TD : 112/64 mmHg N : 88 x / menit S : 36,2 C RR : 20 x / menit



I



-



Memberikan injeksi S: Pasien Ketorolac 3x1 mengatakan nyeri Memberikan injeksi berkurang Omeprazol 2x1 O: P:pasien mengatakan nyeri Q : cekot – cekot R : kepala S:3 T : hilang timbul Memberikan terapi



08.10



-



08. 15



I



-



08.30



I



-



\ 08.45



I



12.00



II



-



-



obat oral : analsik, S : pasien metformin 50 mg, mengatakan merasa lisinopril 10 mg lebih baik setelah diberikan obat O : pasien tampak lebih tenang Mengajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi S: pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang setelah diajarkan teknik distraksi dan relaksasi O : pasien tampak lebih tenang Mengkaji adanya tanda – tanda nyeri : Pasien baik verbal maupun S mengatakan non verbal, catat nyeri pada lokasi, intensitas kepala ( 0-10 ), dan O : Pasien tampak lamanya meringis kesakitan - Pasien tampak lemas. P : pasien mengatakan nyeri Q : cekot – cekot R : kepala S:1 T : hilang timbul Memberikan makanan dan : pasien minuman yang S mengatakan hangat bersedia diberikan makanan dan minuan yang hangat



12.30



III -



12.40



II -



13.30



I -



O : pasien tampak lebih tenang



Menganjurkan untuk melakukan aktifitas secara S : pasien bertahap mengatakan bersedia untuk beraktifitas secara bertahap O : pasien tampak kooperatif Menganjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi S : pasien garam berlebih mengatakan bersedia untuk tidak mengkonsumsi banyak garam O : pasien tampak Mengukur tanda – lebih tenang tanda vital



S : pasien mengatakan badannya sudah merasa baik O : pasien tampak lebih tenang TD : 121/71 mmHg N : 103 x / menit S : 36,2 C RR : 20 x/ menit



5. Evaluasi



Tanggal / Dx Jam 11 Juni I 2020 14.00



14.00



14.00



B. PEMBAHASAN



II



III



Evaluasi S : pasien mengatakan sudah tidak merasakan pusing O : pasien tampak lebih tenang TD : 121/71 mmHg N : 103 x / menit S : 36,2 C RR : 20 x/ menit A : masalah nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak teratasi P : hentikan intervensi S : pasien mengatakan nafsu makan sudah meningkat O : pasien tampak menghabiskan makanannya TD : 121/71 mmHg N : 103 x / menit S : 36,2 C RR : 20 x/ menit A : masalah Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat teratasi P : hentikan intervensi S : pasien mengatakan sudah tidak lemas O : pasien tampak sudah bisa beraktifitas mandiri TD : 121/71 mmHg N : 103 x / menit S : 36,2 C RR : 20 x/ menit A : intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh teratasi P : hentikan intervensi



Bab ini penulis akan membahas kasus yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan Hipertensi di Ruang Ruby RSUD Permata Blora yang di laksanakan selama 3 hari pada tanggal 09 - 11 Juni 2020. Pembahasan ini dilakukan sesuai dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada pembuatan pengelolaan kasus ini, penulis mengikuti proses perkembangan perjalanan penyakit pada Ny. H di ruang Ruby RSUD Permata Blora. Adapun proses pembahasannya adalah sebagai berikut ini : 1. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 09 Juni 2020 pukul 21.00 WIB.pengkajian yang akan penulis bahas adalah pengkajian yang ada pada teori namun tidak ada dalam kasus, dan data yang ditemukan dalam kasus namun tidak ada dalam teori. Pada kasus hipertensi menurut Mubarak & Chayatin ( 2007 ), pengkajian keperawatan difokuskan pada hal – hal seperti riwayat hipertensi dan observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis pasien. Pernyataan tersebut sudah sesuai dengan kasus. Selain itu, observasi langsung pada respon fisiologis pasien dapatkan dari hasil pemeriksaan fisik. Dalam teori terdapat kesenjangan dengan kasus yaitu pada kasus pemeriksaan fisik dan pola fungsional gordon dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya terfokus pada hipertensi. Disini penulis melakukan pembenaran bahwa menurut ( Inayah, 2004 ) hasil pemeriksaan fisik dan menurut ( Hidayat, 2007 ) pola fungsional gordon harus fokus dan sesuai dengan pengkajian hipertensi yaitu pada pemeriksaan fisik : keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, kepala, mata, mulut. Dan untuk pola fungsional gordon : pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolik, pola eliminasi, Pola aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur, pola persepsi diri, pola managemen koping . karena dalam pengkajian yang dilakukan pada kasus tersebut masih menyeluruh atau head to toe. Sedangkan pada pengkajian hipertensi perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pola fungsional gordon seperti yang disebutkan di atas karena untuk mengetahui keadaan pasien yang mungkin mengalami perubahan pada fungsi organ – organ tersebut.



Pada bagian program terapi dalam kasus tidak terdapat pukul pemberian obat dan obat diberikan melalui oral. Seharusnya pada kasus dilengkapi pukul pemberian obat dan obat diberikan melalui oral. 2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan Analisa data dibuat untuk menentukan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus kelolaan, oleh karena itu dibutuhkan data – data yang akurat dan sesuai dengan keluhan pasien sehingga diagnosa keperawatan yang muncul dapat lebih mudah dalam menetapkan intervensi dan implementasi. Pada saat menganalisa data ini penulis menemukan kesenjangan dalam menentukan diagnosa keperawatan. Disini penulis akan melakukan pembenaran pada diagnosa keperawatan yang diambil. Penulisan diagnosa pada kasus kurang tepat, karena hanya menggunakan format PE ( problem dan etiologi ), yaitu : 1) Nyeri ( problem ) berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak ( etiologi ). 2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ( problem ) berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat ( etiologi ) 3) Intoleransi aktivitas ( problem ) berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh ( etiologi ) Sedangkan menurut teori NANDA penulisan diagnosa keperawatan yang tepat adalah menggunakan format PES ( problem, etiologi, symtom dan sign ) yaitu : 1) Nyeri ( problem ) berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak ( etiologi ) , nyeri kepala ( symtom dan sign ) 2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ( problem ) berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat ( etiologi ), tidak nafsu makan, muntah dan sign )



( symtom



3) Intoleransi aktivitas ( problem ) berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh ( etiologi ), Aktifitas dapat dilakukan sendiri ( symtom dan sign ). 3. Intervensi Penyusunan rencana keperawatan perlu mencantumkan rasional sebagai dasar pemikiran/ alasan ilmiah yang mendasari diterapkannya tindakan keperawatan ( Dongoes, 2000 ). Namun penulis tidak mencantumkan rasional dalam rencana keperawatan pada kasus. 4. Implementasi Dalam kasus terdapat implementasi mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi dilakukan setiap hari. Sebaiknya hari pertama pasien diajari teknik relaksasi dan distraksi, hari kedua dan ketiga dipantau untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi secara mandiri. 5. Evaluasi Pada evaluasi kriteria hasil sudah sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.



6. Evaluasi Tanggal / Dx Jam 11 Juni I 2020 14.00



14.00



14.00



II



III



Evaluasi S : pasien mengatakan sudah tidak merasakan pusing O : pasien tampak lebih tenang TD : 121/71 mmHg N : 103 x / menit S : 36,2 C RR : 20 x/ menit A : masalah nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak teratasi P : hentikan intervensi S : pasien mengatakan nafsu makan sudah meningkat O : pasien tampak menghabiskan makanannya TD : 121/71 mmHg N : 103 x / menit S : 36,2 C RR : 20 x/ menit A : masalah Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat teratasi P : hentikan intervensi S : pasien mengatakan sudah tidak lemas O : pasien tampak sudah bisa beraktifitas mandiri TD : 121/71 mmHg N : 103 x / menit S : 36,2 C RR : 20 x/ menit A : intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh teratasi P : hentikan intervensi



C. PEMBAHASAN Bab ini penulis akan membahas kasus yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan judul Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan Hipertensi di Ruang Ruby RSUD Permata Blora yang di laksanakan selama 3 hari pada tanggal 09 - 11 Juni 2020. Pembahasan ini dilakukan sesuai dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada pembuatan pengelolaan kasus ini, penulis mengikuti proses perkembangan perjalanan penyakit pada Ny. H di ruang Ruby RSUD Permata Blora. Adapun proses pembahasannya adalah sebagai berikut ini : 6. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 09 Juni 2020 pukul 21.00 WIB.pengkajian yang akan penulis bahas adalah pengkajian yang ada pada teori namun tidak ada dalam kasus, dan data yang ditemukan dalam kasus namun tidak ada dalam teori. Pada kasus hipertensi menurut Mubarak & Chayatin ( 2007 ), pengkajian keperawatan difokuskan pada hal – hal seperti riwayat hipertensi dan observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis pasien. Pernyataan tersebut sudah sesuai dengan kasus. Selain itu, observasi langsung pada respon fisiologis



pasien dapatkan dari hasil pemeriksaan fisik. Dalam teori terdapat kesenjangan dengan kasus yaitu pada kasus pemeriksaan fisik dan pola fungsional gordon dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya terfokus pada hipertensi. Disini penulis melakukan pembenaran bahwa menurut ( Inayah, 2004 ) hasil pemeriksaan fisik dan menurut ( Hidayat, 2007 ) pola fungsional gordon harus fokus dan sesuai dengan pengkajian hipertensi yaitu pada pemeriksaan fisik : keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, kepala, mata, mulut. Dan untuk pola fungsional gordon : pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolik, pola eliminasi, Pola aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur, pola persepsi diri, pola managemen koping . karena dalam pengkajian yang dilakukan pada kasus tersebut masih menyeluruh atau head to toe. Sedangkan pada pengkajian hipertensi perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan pola fungsional gordon seperti yang disebutkan di atas karena untuk mengetahui keadaan pasien yang mungkin mengalami perubahan pada fungsi organ – organ tersebut. Pada bagian program terapi dalam kasus tidak terdapat pukul pemberian obat dan obat diberikan melalui oral. Seharusnya pada kasus dilengkapi pukul pemberian obat dan obat diberikan melalui oral. 7. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan Analisa data dibuat untuk menentukan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus kelolaan, oleh karena itu dibutuhkan data – data yang akurat dan sesuai dengan keluhan pasien sehingga diagnosa keperawatan yang muncul dapat lebih mudah dalam menetapkan intervensi dan implementasi. Pada saat menganalisa data ini penulis menemukan kesenjangan dalam menentukan diagnosa keperawatan. Disini penulis akan melakukan pembenaran pada diagnosa keperawatan yang diambil. Penulisan diagnosa pada kasus kurang tepat, karena hanya menggunakan format PE ( problem dan etiologi ), yaitu : 4) Nyeri ( problem ) berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak ( etiologi ).



5) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ( problem ) berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat ( etiologi ) 6) Intoleransi aktivitas ( problem ) berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh ( etiologi ) Sedangkan menurut teori NANDA penulisan diagnosa keperawatan yang tepat adalah menggunakan format PES ( problem, etiologi, symtom dan sign ) yaitu : 4) Nyeri ( problem ) berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak ( etiologi ) , nyeri kepala ( symtom dan sign ) 5) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ( problem ) berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat ( etiologi ), tidak nafsu makan, muntah



( symtom



dan sign ) 6) Intoleransi aktivitas ( problem ) berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh ( etiologi ), Aktifitas dapat dilakukan sendiri ( symtom dan sign ). 8. Intervensi Penyusunan rencana keperawatan perlu mencantumkan rasional sebagai dasar pemikiran/ alasan ilmiah yang mendasari diterapkannya tindakan keperawatan ( Dongoes, 2000 ). Namun penulis tidak mencantumkan rasional dalam rencana keperawatan pada kasus. 9. Implementasi Dalam kasus terdapat implementasi mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi dilakukan setiap hari. Sebaiknya hari pertama pasien diajari teknik relaksasi dan distraksi, hari kedua dan ketiga dipantau untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi secara mandiri. 10. Evaluasi Pada evaluasi kriteria hasil sudah sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



A. KESIMPULAN Dari hasil asuhan keperawatan pada Ny. H dengan Hipertensi di Ruang Ruby RSUD Permata Blora selama tiga hari, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengkajian Hasil pengkajian yang didapatkan dari Ny.H mengatakan nyeri pada daerah tengkuk, sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam, lemak dan bersantan serta jarang berolahraga. Secara Obyektif mata Ny.H tampak sayu, terdapat peningkatan tekanan darah dan nadi serta melakukan aktivitas dengan dibantu keluarga. 2. Diagnosa Hasil pengkajian yang di dapat dari Ny.H penulis merumuskan beberapa diagnosa sesuai dengan standart Nurarif & Kusuma, 2013, p.215 yaitu : 1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak . 2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat 3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik 3. Intervensi Intervensi yang dibuat penulis sesuai dengan diagnosa yang telah dirumuskan, intervensi yang akan dilakukan yaitu : 5) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak yaitu:



a. Kaji adanya tanda – tanda nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas ( 0-10 ), dan lamanya Rasional : menentukan intervensi dan mengetahui efek terapi b. Ukur tanda – tanda vital



d.



Rasional : untuk mengetahui perkembangan pasien c. Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi Rasional : dapat mengalihkan perhatian pasien sehingga menurunkan nyeri Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik Rasional : untuk menghilangkan nyeri kepala 6) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat a. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan b. Anjurkan pasien untuk tidak mengkonsumsi garam berlebih Rasional : untuk mencegah agar tekanan darah tidak naik c. Berikan makanan dan minuman yang hangat Rasional : untuk menambah selera makan pasien 7) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh a. Observasi keadaan umum pasien Rasional : untuk mengetahui kondisi pasien dan menegakkan diagnosa selanjutnya b. Anjurkan untuk bedrest Rasional : untuk meningkatkan daya tahan tubuh c. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan Rasional : untuk memudahkan pasien dalam memenuhi kebutuhannya d. Anjurkan untuk melakukan aktifitas secara bertahap Rasional : untuk melatih kekuatan tubuh supaya dapat beraktifitas mandiri 4. Implementasi Dalam implementasi selama tiga hari, Ny.H mengatakan bahwa disetiap implementasi klien mengatakan ada perubahan atau



nyeri berkurang pada daerah tengkuk, selain diberikan tekhnik relaksasi nafas dalam dan distraksi, di dalam implementasi juga memberikan terapi obat melalui oral dan injeksi intravena. 5. Evaluasi Hasil evaluasi dari ketiga masalah keperawatan diatas didapatkan hasil bahwa Ny.H mengatakan nyeri berkurang, pusing berkurang dan tengkuk sudah tidak terasa berat. Ny.H mengatakan akan mengurangi makanan yang banyak mengandung garam, santan dan berlemak serta rajin berolahraga. B. SARAN 1. Bagi Penulis Referensi-referensi yang terkait dengan terapi dalam menurunkan tekanan darah pada klien yang mengalami peningkatan tekanan darah. 2. Bagi Masyarakat Diharapkan tindakan keperawatan yang diberikan dapat membantu responden dalam menurunkan tekanan darah tinggi. 3. Bagi Perawat Dapat menambah ilmu dan referensi untuk meningkatan programprogram kesehatan.



DAFTAR PUSTAKA Departement Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Profil Kesehatan Indonesia (2013).Departement Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Gusmira, S. (2012). Evaluasi Penggunaan Anti hipertensi Konvensional dan Kombinasi Konvensional Bahan Alam pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Wilayah Depok, Makara, Kesehatan, Vol.16, NO.2.77-83. Junaidi, Iskandar. (2010). Hipertensi Pengenalan, Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan . Jakarta : Bhuana Ilmu Populer. Kuantaf, L. (2013). Di akses di http://gi-healthy.blogspot.com/2013/05/olah-ragamenurukan-tekanan-darah.html Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas). (2013). Kementrian Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta. Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Pembuluh Darah dan Tekanan Darah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 297-340. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.(2017). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia Tilong, A. (2014). Waspada penyakit-penyakit mematikan tanpa gejala menyolok. Yogyakarta : Buku biru. Widyanto, F & Triwibowo. (2013). Tren penyakit saat ini. Jakarta : CV. Trans Info Media.