5 0 113 KB
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmatNya yang berlimpah kepada kita semua. Dan kita panjatkan shalawat serta salam kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari kegelapan ke dalam dunia yang terang. Alhamdulilah, berkat rahmat Allah SWT.kami telah menyusun makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Retardasi Mental” dengan tepat waktu. Dalam makalah ini dijelaskan tentang definisi, etiologi, patofisiologi dan lain sebagainya.Dalam penyusunan makalah ini, kami mengambil dari berbagai sumber seperti buku dan situs internet yang tentunya telah terpercaya. Makalah kami tentunya masih kurang dari sempurna.Maka dari itu kami sebagai penulis, meminta saran bagi pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Tidak lupa pula, kami berterima kasih kepada sumber-sumber terkait yang telah memberikan informasi terkait dengan penyusunan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii DAFTAR ISI ...............................................................................................................iii BAB I.............................................................................................................................1 LAPORAN PENDAHULUAN.....................................................................................1 PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RETARDASI MENTAL..........................1 BAB II...........................................................................................................................6 ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................6 PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RETARDASI MENTAL..........................6 STRATEGI PELAKSANAAN ( SP ).........................................................................13 TINDAKAN KEPERAWATAN.................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16
iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RETARDASI MENTAL A. Pengertian 1)
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak
mencukupi (WHO, MENKES 1990). 2)
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Carter CH, Toback C). 3)
Retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi
intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan gejalanya timbul pada masa perkembangan (Crocker AC, 1983). 4)
Retardasi mental adalah gangguan heterogen yang terdiri dari
gangguan fungsi intelektual di bawah rata-rata dan gangguan dalam ketrampilan adaptif yang ditentukan sebelum orang berumur 16 tahun. 5)
Retardasi mental dapat diartikan sebagai suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap. Ini terutama terlihat selama masa perkembangan sehingga mempengaruhi pada semua tingkat intelegensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Retardasi mental kadang disertai gangguan jiwa atau gangguan fisik lain 6)
Retardasi mental atau tuna mental adalah keadaan taraf
perkembangan kecerdasan di bawah normal sejak lahir atau masa anakanak. Diperkirakan 1-3 % penduduk Indonesia menderita kelainan ini Tingkat-tingkat retardasi mental dibagi menjadi: 1)
Retardasi Mental Ringan
Nilai IQ pada Retardasi Mental Ringan 52-69. ketrampilan sosial dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun pra sekolah. Tetapi pada saan anak menjadi lebih besar, defisit kognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya. Biasanya mengalami keterlambatan dalam mempelajari bahasa. Namun, masih dapat berbicara untuk keperluan sehari-hari dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari serta terampil dalam perkerjaan rumah tangga. Dan akan mengalami kesulitan dalam pelajaran sekolah. 2)
Retardasi Mental Sedang
1
Nilai IQ pada Retardasi Mental Sedang adalah 36-51. ketrampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi sosial dirinya mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika dibandingkan dengan Retardasi Mental Ringan. Biasanya lambat dalam perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa. Ketrampilan merawat diri dan ketrampilan motoriknya pun terlambat. Penderita juga memerlukan pengawasan seumur hidup dan program pendidikan khusus demi mengembangkan potensi mereka yang terbatas agar memperoleh beberapa ketrampilan dasar. 3)
Retardasi Mental Berat
Nilai IQ pada Retardasi Mental Berat 20-35. bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia pra sekolah sudah nyata ada gangguan. Pada masa usia sekolah kemampuan bahasanya berkembang. Kebanyakan dengan gangguan motorik yang berat akibat kerusakan perkembangan pada susunan saraf pusat. 4)
Retardasi Mental Sangat Berat
Nilai IQ Retardasi Mental Sangat Berat di bawah 10. ketrampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi juga masih membutuhkan perawatan orang lain. Bila ditinjau dari gejalanya, Retardasi Mental dibagi menjadi (Melly Budhiman): a)
Tipe Klinis
Pada tipe ini, Retardasi Mental mudah dideteksi sejak dini. Penyebabnya adalah kelainan organik. Kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi atau pun sosial rendah. b)
Tipe Sosial Budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut Retardasi Enam Jam. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Anak tipe ini pada umumnya mempunyai taraf IQ golongan Borderline dan Retardasi Mental Ringan. B. Etiologi Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari Retardasi Mental. Faktorfaktor yang potensial sebagai penyebab Retardasi Mental: 7)
Non organik
Kemiskinan
dan
keluarga
yang
tidak
harmonis.
Faktor sosiokultural.
Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik.
2
Penelantaran anak.
8)
Organik a)
Faktor Pra-konsepsi Abnormalitas single gene (penyakit-
penyakit metabolik, kelainan neurocutaneous). Kelainan kromosom.
b)
Faktor Pre-natal Gangguan pertumbuhan otak trimester
I
Kelainan kromosom
Infeksi intra uterin, misal HIV
Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi)
Disfungsi plasenta
Kelainan konginetal dari otak Gangguan pertumbuhan otak trimester
II dan III
Infeksi intra uterin, misal HIV
Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam-logam berat)
Ibu DM, PKU
Toksemia gravidarum
Disfungsi plasenta
Ibu malnutrisi
c)
Faktor Peri-natal
Sangat prematur
Asfeksia neotorum
Trauma lahir
Meningitis
Kelainan metabolik
d)
Faktor Post Natal
Trauma berat pada kepala/susunan
saraf pusat
Neurotoksin
CVA
Anoksia, misalnya tenggelam
Metabolik,
misalnya
gizi
buruk,
kelainan hormonal
3
Infeksi, misalnya meningitis ensefalitis
C. Patofisiologi
Retardasi Mental termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ 70-75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-keterbatasan sedikitnya dua area fungsi adaptif yaitu berbicara dan berbahasa, ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana prasarana komunitas, pengarahan diri kesehatan dan keamanan akademik fungsional bersantai dan bekerja. Pada Retardasi Mental terjadi kerusakan muskuloskeletal. Kerusakan neurologis itu meliputi: kerusakan otak, kelainan kongenital dan mikrosefal. Sedangkan kerusakan muskuloskeletal meliputi: anomali ekstremitas konganital, masukan kalori/nutrisi tidak mencukupi, distorsi muskular. Kerusakan neurologis dan kerusakan muskuloskeletal akan menyebabkan terjadinya kurang kesadaran tentang bahaya dan kerusakan fungsi motorik dari otot sehingga akan muncul berbagai masalah dalam keperawatan. D. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik 9)
Uji Laboratorium
Uji intelegensi standar dan uji perkembangan Pengukuran fungsi adaptif 10)
EEG (Elektro Esenflogram)
Gejala kejang yang dicurigai Kesulitan mengerti bahasa yang berat 11)
CT ata MRI
Pembesaran kepala Dicurigai kelainan otak yang luas Kejang lokal Dicurigai adanya tumor intra kranial E. Komplikasi 12)
Sebral Palsi
13)
Gangguan kejang
14)
Gangguan kejiwaan
15)
Gangguan konsentrasi/hiperaktif
16)
Defisit komunikasi
17)
Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-
obatan, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
4
F. Penatalaksanaan Medis Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier: a)
Pencegahan primer
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkan gangguan. Tindakan ini termasuk pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha terus menerus dari profesional bidang kesehatan, konseling keluarga dan genetik dapat membantu. b)
Pencegahan sekunder
Tujuannya mempersingkat perjalanan penyakit. c)
Pencegahan tertier
Tujuannya menekan kecacatan yang terjadi Dalam pelaksanaannya, kedua jenis ini dilakukan bersamaan meliputi: a) Pendidikan untuk anak mancakup latihan ketrampilan adaptif, sosial dan kejuruan. b) Terapi pra luka agresif dan melukai diri c) Kognitif dan psikodinamika d) Pendidikan keluarga e) Intervensi farmakologis:
Obat-obatan psikotropika (Tioridasin/Mellaril) untuk remaja
dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri.
Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda
gangguan konsentrasi/gangguan hiperaktif.
Antidepresan (Imipramin/Trofanil)
Karbamazepin (Tegretol) dan Propanolol (Inderal)
5
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RETARDASI MENTAL A. Pengkajian 1)
Data demografi, meliputi:
Identitas pasien Identitas penanggungjawab Riwayat keluarga Aktivitas sehari-hari 2)
Pemeriksaan fisik, meliputi:
Tanda-tanda vital Tanda-tanda fasial:
3)
a)
Tulang hidung yang datar
b)
Alis mata yang menonjol
c)
Perubahan retina
d)
Opasitas kornea
e)
Teling letaknya rendah/bentuknya aneh
f)
Lidah yang menonjol
g)
Gangguan gigi geligi
h)
Ekspresi wajah penampilan dungu
i)
Warna dan tekstur kulit serta rambut
j)
Palatum dengan lengkung yang tinggi
Status mental, meliputi: a)
Penampilan
Cara berpakaian Cara berpenampilan (rapih/tidak) b)
Pembicaraan
Cara berbicara (cepat, lambat, keras, gagap, membisu atau apatis) Pembicaraan yang berpindah-pindah c)
Aktivitas motorik
Lesu, tegang, gelisah sudah jelas Agitasi: gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan Tik: gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol d)
Alam perasaan
Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan sudah jelas Ketakutan: objek yang ditakuti sudah jelas Khawatir: objeknya belum jelas
6
e)
Proses pikir
Sirkumtansial: pembicaraan yang berbelit-belit tetapi sampai pada tujuan pembicaraan Kehilangan asosiasi: pembicaraan tidak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, dan klien tidak menyadarinya f)
Isi pikir
Obsesi: pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya Ide yang terkait: keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi di lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya. g)
Tingkat kesadaran
Bingung: tampak bingung dam kacau Orientasi waktu, tempat dan orang jelas h)
Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang, tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan Konfabulasi: pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar utnuk menutupi gangguan daya ingatnya 4)
Mekanisme koping
Apakah klien adapitif maupun mal adaptif. 5)
Masalah psikososial dan lingkungan
Klien tidak mau berinteraksi dengan lingkungan No. 1.
Data Fokus
Problem
Etiologi
Resiko tinggi
Hiperaktifitas
terhadap cidera.
berat.
Ds: Do: - Klien tampak hiperaktif. - Klien memper-lihatkan tanda cidera fisik.
7
2.
Ds: Do: - Klien tidak bisa makan sendiri.
Kurang pe-
Tidak terpenuhi-
rawatan diri.
nya kebutuhan
- Klien tidak bisa berpakai-
ketergantungan.
an yang sesuai. - Klien tidak dapat merawat diri secara mandiri.
3.
Ds: Do: - Klien tidak mampu makan. - Porsi makan tidak habis.
4.
Perubahan nu-
Kurangnya nafsu
trisi kurang dari
makan.
kebutuhan tu-
- Berat badan turun Ds: -
buh.
Do: - Klien tidak meu bicara
Gangguan
Ketidakmampuan
komunikasi.
untuk percaya
dengan perawat. - Klien tidak mau menatap
kepada orang lain.
mata kepada lawan bicara. - Klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain. G. Diagnosa Keperawatan 6)
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan hiperaktifitas
berat. 7)
Kurang perawatan diri berhubungan dengan tidak terpenuhinya
kebutuhan ketergantungan. 8)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya nafsu makan. 9)
Gangguan komunikasi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
percaya kepada orang lain. H. Intervensi Keperawatan 10) Diagnosa I Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, tidak ada resiko tinggi terhadap cidera dengan kriteria hasil: a)
Klien tidak terlalu lama memperlihatkan tanda-tanda
hiperaktifitas.
8
b)
Klien tidak mempertahankan tanda cidera fisik yang
diperoleh selama menjalani perilaku hiperaktif. Tindakan: a)
Batasi aktivitas-aktivitas kelompok. Bantu pasien mencoba
untuk menetapkan satu atau dua hubungan yang akrab. Rasional : Kemampuan pasien untuk berinteraksi dengan orang lain rusak. Merasa lebih aman dengan hubungan satu per satu yang setiap saat. b)
Temani pasien saat hiperaktifitas meningkat.
Rasional : Memberikan dukungan dan rasa aman. c)
Berikan kegiatan fisik sebagai pengganti untuk hiperaktif yang
tidak bertujuan seperti tugas rumah tangga. Rasional : Latihan fisik memberikan suatu cara yang aman dan efektif untuk menghilangkan ketegangan yang terpendam.
11) Diagnosa II Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien mampu mempertahankan aktivitas kehidupan sehari-harinya sendiri dengan kriteria hasil: a)
Klien makan sendiri, meninggalkan tidak lebih dari
beberapa suap makanan di piring makan. b)
Klien menseleksi pakaian yang sesuai dan berpakaian
serta merawat diri secara mandiri setiap hari. c)
Klien mempertahankan keberhasilan kdiri pada tingkat
optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur-prosedur toileting yang pokok tanpa bantuan. Tindakan: a)
Dorong klien untuk melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari
yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Rasional : Kesuksesan melakukan aktifitas secara mandiri akan meningkatkan harga diri. b)
Dorong kemandirian, tetapi berikan bantuan saat pasien tidak
melakukan aktifitas tertentu. Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien adalah prioritas keperawatan. c)
Berikan pengenalan dan penguatan positif untuk pekerjaan
yang dilakukan secara mandiri (misalnya menyisir rambut).
9
Rasional : Penguatan positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan. d)
Perlihatkan kepada klien bagaimana melakukan aktifitas yang
menyulitkan baginya. Rasional : Demonstrasi aktifitas yang sederhana dan konkrit yang akan dilakukan tanpa kesulitan di bawah kondisi normal.
12) Diagnosa III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, tidak akan memperlihatkan tanda atau gejala mal nutrisi dengan kriteria hasil: a)
Klien memperlihatkan pencapaian berat badan yang
perlahan, kemajuan selama dirawat di Rumah Sakit. b)
Tanda-tanda vital dan hasil laburatorium serum berada
dalam batas-batas normal. c)
Klien mampu menyatakan secara verbal pentingnya
nutrisi dan masukan cairan. Tindakan: a)
Timbang berat badan klien setiap hari.
Rasional : Penurunan atau pertambahan berat badan merupakan informasi pengkajian yang penting. b)
Tentukan makanan yang disukai dan tidak disukai oleh klien
serta kolaborasi dengan ahli diet untuk menyediakan makanan yang disukai klien. Rasional : Pasien akan lebih suka makanan khususnya makanan yang disukainya. c)
Temani klien selama makan.
Rasional : Untuk membantu sesuai kebutuhan dan untuk memberikan dukungan serta dorongan. d)
Pastikan klien menerima makanan dengan porsi sedikit tapi
sering, termasuk makanan kecil sebelum tidur. Rasional : Jumlah makanan yang besar mungkin tidak disetujui/tetap tidak dapat ditoleransi klien.
13) Diagnosa IV Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan komunikasi dengan orang lain, dengan kriteria hasil:
10
a)
Klien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat
dimengerti oleh orang lain. b)
Klien memulai interaksi dengan orang lain.
Tindakan: a)
Jika klien mampu atau tidak ingin bicara, gunakan teknik
mengatakan secara tidak langsung. Rasional : Menolong
untuk
menyampaikan
rasa
empati,
mengembangkan rasa percaya. b)
Antisipasi dan penuhi kebutuhan klien sampai pola komunikasi
yang memusatkan kembali. Rasional : Kenyamanan dan keamanan klien merupakan prioritas keperawatan. c)
Gunakan pendekatan muka (berhadap-hadapan, bertatapan)
untuk menyampaikan ekspresi yang benar. Rasional : kontak mata mengekspresikan minat yang murni dan hormat kepada orang lain/seseorang.
I. Evaluasi Hal-hal yang diharapkan: 14) Diagnosa I a)
Klien tidak terlalu lama memperlihatkan tanda-tanda
hiperaktifitas. b)
Klien tidak memperlihatkan tanda cidera fisik yang
diperoleh selama mengalami perilaku hiperaktif. 15) Diagnosa II a)
Klien makan sendiri, meninggalkan tidak lebih dari
beberapa suap makanan di piring makannya. b)
Klien dapat menseleksi pakaian yang sesuai dan
merawat diri secara mandiri setiap hari. c)
Klien memperlihatkan keberhasilan diri pada tingkat
optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur-prosedur toileting yang pokok tanpa bantuan. 16) Diagnosa III a)
Klien memperlihatkan tercapainya berat badan yang
perlahan serta kemajuan selama di rawat di Rumah Sakit. b)
Tanda-tanda vital dan hasil laboratorium serum berada
dalam batas normal.
11
c)
Klien mengatakan secara verbal pentingnya nutrisi dan
masukan cairan. 17) Diagnosa IV a)
Klien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat
dimengerti oleh orang lain. b)
Klien memulai interaksi dengan orang lain.
12
STRATEGI PELAKSANAAN ( SP ) TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan
:
Hari / Tanggal
:
Nama Klien
:
Ruangan
:
A. Proses Keperawatan 1. Kondisi Klien DS : Klien mengatakan malas untuk bergaul dengan orang lain Klien mengatakan malu karena wajah hitam, jelek, Klien mengatakan dirinya bodoh, tidak berguna DO : Klien sering menunduk saat berinteraksi Kontak mata kurang, intonasi bicara pelan Tidak berinisiatif memulai pembicaraan 2. Diagnosa Keperawatan Gangguan komunikasi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain 3. Tujuan Khusus a. Klien dapat membina hubungan saling percaya b. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki c. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki 4. Tindakan keperawatan a. Bina Hubungan Saling Percaya ( BHSP ) b. Indentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien c. Bantu klien menilai lemampuan klien yang masih dapat di gunakan d. Bantu klien memilih kegiatan yang akan di latih sesuai dengan kemampuan klien e. Latih klien sesuai kemampuan yang di pilih f. Berikan pujian yang wajar tehadap keberhasilan klien g. Anjurakn klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
13
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan 1. Fase Orientasi a. Salam Terapeutik ” Selamat pagi adik, perkenalkan nama saya ......., saya senang dipanggil dengan suster......, saya mahasiswa DIII Keperawatan Sutopo Surabaya yang akan berpraktek di sini selama .... . Nama adik siapa? Senangnya di panggil siapa? adik asalnya dari mana? Hobi adik apa? Tujuan saya di sini agar saya dapat membantu menyelesaikan masalah yang adik hadapi.” b. Evaluasi/ Validasi data ” Bagaimana perasaan adik pagi ini? ”, Bagaimana tidurnya semalam? ”, tadi sarapan paginya apa? ” c. Kontrak 1) Topik : ”Apa yang ingin kita bicarakan?, Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang siapa saja orang yang adik suka untuk diajak bicara? ” 2) Tempat : ” Dimana kita akan bicara?”, Bagaimana kalau kita mengobrol di kursi di bawah pohon itu ?” 3) Waktu : ” Berapa lama kita akan bicara?”, Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 15 menit , apakah adik setuju?” d. Tujuan ”Tujuan pembicaraan kita adalah agar adik bisa percaya kepada saya dan mau berkomunikasi dengan saya disini.” 2. Fase Kerja ” Adik ,Coba sebutkan hobi adik apa?”, kemudian apa lagi hal-hal yang disukai?’ ” mengapa selama ini adik murung terus, tidak mau berbicara dengan orang lain? ”memangnya siapa saja orang yang biasanya adik ajak berbicara?” ” kenapa adik susah percaya kepada orang lain? Apakah ada pengalaman yang buruk terhadap orang lain?” ” ya...suster senang sekali bila adik mau berbincang-bincang sama suster saat ini.” ”bagaimana perasaan adik setelah berbincang-bincang dengan suster pagi hari ini?” ”bila setelah berbincang-bincang adik merasa lebih senang, coba deh adik sesekali berbicara sama suster itu...atau berbicaralah sama dokter
14
itu, daripada adik hanya diam, murung dan bengong sja disini. Siapa tahu mereka
bisa
membantu
menghibur
adik
bila
lagi
sedih.”
”bagaimana...apakah lain waktu kita bisa berbincang-bincang lagi?” 3. Fase Terminasi a. Evaluasi 1) Evaluasi Subjektif ” Bagaimana perasaan adik setelah berbicara dengan saya?” Suster senang, karena adik mau berbincang-bincang dengan suster pagi ini” 2) Evaluasi Objektif ” Coba adik sebutkan siapa saja orang yang adik suka untuk diajak berbicara?” ” Coba sebutkan alasan mengapa adik enggan berbicara dengan orang lain?” b. Rencana Tindak Lanjut ( RTL ) ” adik, selama kita tidak bertemu, silakan adik melakukan kegiatan sehari-hari disini. Cobalah untuk berbincang-bincang dengan sustersuster yang ada disini. Cobalah untuk berbicara bila adik ditanya oleh dokter. Siapa tahu mereka dapat membantu mengatasi masalah yang sedang adik hadapi.” c. Kontrak yang akan datang ” Kapan lagi kita akan bertemu?”, Bagaimana bila besok jam 09.00, berapa lama kita akan bicara?”, bagaimana bila 15 menit, ngobrolnya kita mau dimana, bagaimana kalau di sini lagi?, apakah adik setuju?’, baiklah adik selamat siang”
15
DAFTAR PUSTAKA Ana K, Budi. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteeran EGC. Betz, Cecely L. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC. Doengoues, Marylin E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. Hamid, Achir Yani S. (1999). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta: Widya Medica. Harold I, dkk. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media Aesculapius. Maramis, W. F. (1995). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Univesity Press. Pdiatri. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Townsend, Mary C. (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC. http://www.google.com http://www.republika_online.co.id.htm
16