6 0 105 KB
BERS;LAPORAN PENDAHULUAN KARDIOMIOPATI Kardiomiopati adalah suatu penyakit miokard yang menyerang pada otot jantung (Myocard) dan penyebabnya tidak diketahui. Penyakit ini dapat ditemukan pada semua jenis kelamin pria dan wanita, pada semua golongan umur. Pembagiannya : 1.
Kardiomiopati Kongestif/Dilatatif. Kardiomiopati Kongestif adalah suatu penyakit miokard yang primer atau idiopatik yang ditandai dengan adanya dilatasi dari rongga-rongga jantung dan gagal jantung kongestif.
Mulainya secara perlahan, gejala payah jantung menjadi progresif dalam kurun waktu beberapa bulan.
2.
Etiologinya :
Tidak diketahui.
Ada hubungannya dengan; o
Pemakaian alkhohol yang berlebihan.
o
Gravidarum dan puerperium.
o
Hipertensi sistemik.
o
Infeksi virus.
o
Kelainan autoimun.
o
Pengaruh zat-zat fisik dan kimiawi.
Gejalanya :
Payah jantung kongestive terutama kiri.
Capek dan lemas.
Dapat disertai tanda-tanda emboli sistemik dan paru.
Kardiomiopati Hipertrofik. Kardiomiopati Hipertrofik adalah Hipertrofi ventrikel tanpa penyakit jantung atau sistemik lain yang dapat menyebabkan Hipertrofi ventrikel ini. Ditandai dengan penebalan (hipertrofik) ventrikel kiri, dimana penebalan septum interventrikularis lebih mencolok.
Etiologi
Tidak diketahui.
Diduga berhubungan dengan sebab : 1
3.
o
Genetik, famili, turunan.
o
Kelainan pada pembuluh darah koroner.
Gejala :
Dyspnoe, Angina pectoris.
Capek, palpitasi, sincope.
Kardimiopati Restriktif. Ditandai dengan adanya gangguan pada fungsi diastolik, dinding ventrikel sangat kaku dan menghalangi pengisian ventrikel.
Etiologi:
Tidak diketahui.
Sering
ditemukan
pada
:
hemokromatosis,
Deposisi
glycogen,
Endomyocardial, fibrosis, eosinophilia.
Gejala :
Lemah, sesak nafas, payah jantung sebelah kanan, Tanda serta gejala sistemik; hemokromatosis.
Kompliasi / penyulit : Sinkope, gagal jantung, aritmia dan trombosis. Pengkajian: Type I :
Jantung dapat membesar sekali, bunyi jantung ke 3 dan 4 dapat terdengar.
Type II:
Pembesaran jantung ringan.
Pada apek teraba getaran sistolik dan kuat.
Bunyi jantung ke 4 biasanya terdengar.
Bising sistolik yang mengeras pada tindakan valsava.
Type III :
Pembesaran jantung sedang.
Bunyi jantung ke 3 dan ke 4 .
Regurgitasi mitralis atau trikuspidalis.
Pemeriksaan penunjang ;
Foto Thorax, pada kardiomiopathi dilatatif akan didapatkan kardiomegali dan 2
edema paru.
EKG, Akan tampak “Left Ventrikel hypertropi” pada jenis kardiomiopati hypertropi..
Ekocardiografi ; dapat dilihat adanya dilatasi, penebalan pada jantung.
Pengobatan / penatalaksanaan: Type I:
Tidak ada pengobatan spesifik, karena manifestasi klinis gagal jantung, pengobatan gagal jantung, serta pemberian antikoagulan untuk mencegah trombosis.
Type II:
Karena manifeatasi klinis berupa Aritmia beta bloker. Obstruksi outflow saluran ventrikel kiri, penebalahan septum partial / dilakukan reseksi.
Type III:
Karena manifestasi klinis berupa gagal jantung; pengobatan gagal jantung, obat-obat aritmia. Pembedahan reseksi endokard yang menebal.
Data persistem yang mungkin dapat muncul (kami identikkan dengan gagal jantung congestif) dimana permasalahan pokoknya adalah kelemahan jantung yang menyebabkan menurunnya cardiac out put.
Aktivitas / istirahat : Mungkin akan kita dapatkan data : insomnia, kelemahan / kecapaian menurun , nyeri dada saat aktivitas, sesak nafas saat istirahat, perubahan status mental, kelelahan, perubahan vital sign saat aktivitas.
Cirkulasi : adanya riwayat hipertensi, IMA, IMK, Irama ; disritmia, Edema, PVJ meningkat, pembedahan jantung, endocarditis, anemia, SLE, shock septic, , penggunaan obat beta bloker.
Eliminasi : penurunan pola, nocturia, warna kencing gelap, konstipasi, diare.
Makanan / cairan : anorexia, mual, muntah, pertambahan berat badan yang mencolok, pembengkakan extremitas bawah, penggunaan deuretika, diet garam, distensi perut, oedema anasarca, setempat, pitting udema. Diet tinggi garam, makanan olahan (diproses), lemak, gula protein.
Kebersihan diri : indikasi penurunan kebersihan diri, kelelahan , menurunnya self care.
Nyaman / nyeri : Nyeri dada, menarik diri, perilaku melindungi diri, tidak tenang, gelisah, sakit pada otot, nyeri abdomen ke atas, takut, mudah 3
tersinggung.
Respirasi : sesak nafas , tidur setengah duduk, penggunaan banyak bantal, batuk dengan tanpa sputum, nafas Crekles, Ronky (+), riwayat penyakit paru kronis, penggunaan alat bantu nafas.
Neuro sensori : kelemahan, pening, pingsan, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung.
Interaksi social : penurunan keikut sertaan dalam aktivitas social.
4
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.
Penurunan cardiac output berhubungan dengan kerusakan otot miokard.
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiac out put.
3.
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
4.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongestif polmunal. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Nomor 1. Tujuan :Menurunkan beban jantung. Kriterian : Vital sign dalam batas normal, bebas dari gejala gagal jantung, dyspnoe menurun. INTERVENSI 1.
Auskultasi
nadi
RASIONAL.
apical,
kaji 1.
Kondisi ini tachikardia.
frekwensi, irama jantung. 2. 3.
Catat bunyi jantung, palpasi nadi 2.
Penurunan cardiac output tampak
perifer, pantau tekanan darah.
pada nadi, dan tekakan darah.
Kaji
kulit
terhadap
pucat,
dan 3.
sianosis.
Pucat indikasi penurunan perfusi ferifer, cyanosis karena kongseti vena.
4. 5. 6.
Berikan oksigen tambahan sesuai 4.
Meningkatkan sediaan oksigen untuk
indikasi.
miokard.
Tinggikan kaki, hindari tekanan pada 5.
Menurunkan statis vena, dan insiden
bawah kulit lutut.
thrombus.
Berikaan obat sesuai insruksi / 6.
Menurunkan preload, afterload .
kolaborasi.:
deuretika,
Morphin,
Vasodilator
5
Diagnosa Nomor 2 Tujuan : Pasien dapat melakukan kegiatan sehari hari. Kriterian : Dapat berpartisipasi dalam aktivitas, dapat memenuhi kebutuhan sendiri, vital sign normal selama aktivitas. INTERVENSI 1. 2.
RASIONAL.
Periksa vital sign sebelum dan 1.
Hypotensi ortostatik dapat terjadi
segera setalah latihan.
karena aktivitas.
Catat
Penurunan
miokard
meningkatkan
secuncum
respon
cardiopolmunal 2.
terhadap aktivitas.
untuk selama
aktivitas. 3.
Kaji penyebab kelemahan.
3.
Kelemahan dapat terjadi karena efek obat.
4. 5.
Evaluasi
peningkatan
intoleransi 4.
kelebihan
aktivitas
meningkatkan
aktivitas.
decompensasi jantung.
Berikan bantuan dalam aktivitas, 5.
Aktivitas tanpa mempengaruhi stress
selingi aktivitas dengan istirahat.
miokard/
kebutuhan
oksigen
Peningkatan
aktivitas
bertahab
menghindari
kerja
jantung
berlebihan. 6.
Kolaborasi
program
jantung / aktivitas.
rehabilitasii 6.
berlebihan.
6
Diagnosa Nomor 3. Tujuan :Pasien dan keluarga tahu pencegahan terulangnya gagal jantung Kongestif. Kriterian : pasien dan keluarga mentaati program therapy, dapat menyebutkan tanda dan gejala untuk intervensi cepat, merubah pola hidup yang dapat menimbulkan stress. INTERVENSI 1.
RASIONAL.
Diskusikan fungsi jantung normal 1.
Pengatahuan meningkatan ketaatan
dan
pada program pengobatan.
perbedaan
kelainan
pada
jantung. 2.
Kuatkan rasional pengobatan.
2.
Pemahanan
tentang
obat
dapat
membantu mengontrol gejala. 3.
Diskusikan
pentingnya
menjadi 3.
Aktivitas
seaktiv mungkin, tanpa menjadi
berlanjut
kelelahan
jantung.
dan
istirahat
diantara
fisik
berlebihan
menjadi
dapat
kelemahan
aktivitas. 4.
Diskusikan pentingnya pembatasan 4.
Pemasukan diet natrium diatas 3 gr /
natrium, berikan daftar kandungan
hari menghasilkan efek deuretik.
natrium pada makanan umum yang harus dibatasi. 5.
Dskusikan obat, tujuan dan efek 5.
Pemahaman pasien dapat mencegah
sampingnya, berikan instruksi secara
terjadinya komplikasi.
verbal dan tertulis. 6.
Anjurkan pasien makan makanan 6.
Diat yang ditetapkan membatasi
sesuai dengan diet yang diberikan.
masuknya natrium secara berlebihan.
7
Diagnosa Nomor 4. Tujuan : Pertukaran gas adekwat dan pasien dapat bebas dari sesak. Kriterian : Pasien tidak sesak, nilai GDA dalam batas normal. INTERVENSI 1. 2. 3. 4.
RASIONAL.
Auskultasi bunyi nafas, catat bunyi 1.
Indikasi
kongesti
nafas, ronki, mengi,
pengumpulan sekret.
Anjurkan pasien batuk efektif dan 2.
Membersihkan
nafas dalam.
memudahkan aliran oksigen.
Dorong perubahan posisi sesering 3.
Mencegah
mungkin / setiap 2 – 3 jam .
pneumonia.
Pertahankan tirah baring dengan 4.
Menurunkan
dengan kepala tempat tidur 20 – 30
meningkatkan
derajat, posisi semi fowler dan
maksimal.
jalan
paru nafas
atelektasis konsumsi
/ dan, dan
oksigen,
ekspansi
paru
sokong tangan dengan bantal. 5.
Pantau GDA secara serial.
5.
Hipoksemia dapat memberat selama edema paru.
6.
Berikan oksigen tambahan sesuai 6.
Meningkatkan konsentrasi oksigen
indikasi.
alveolar,
mencegah
hipoxemia
jaringan. 7.
Berikan
obat
sesuai
indikasi. 7.
Deuretika: Furosemid, bronkodilator.
Menurunkan
kongesti
alveolr,
meningkatkan pertukaran gas,
Aminophilin,
8
DAFTAR PUSTAKA Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung. Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia. Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta. Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta. Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC. Jakarta. Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius Universitas Indonesia. Jakarta. Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC Jakarta. Lewis T. (1993). Disease of The Heart. Macmillan. New York. Marini L. Paul. (1991). ICU Book. Lea & Febriger. Philadelpia. Morris D. C. et.al, The Recognation and treatment of Myocardial Infarction and It’sComplication. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler. Departemen Kesehatan. Jakarta. Tabrani. (1998). Agenda Gawat Darurat. Pembina Ilmu. Bandung.
(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Penyakit Jantung. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya
9