6 0 514 KB
LAPORAN KELOMPOK KHUSUS HIPERTENSI DI DUKUH KARANG ASEM RT 1, 2 / RW 1 DESA PROTO KEDUNGWUNI
Makalah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan Tugas Keperawatan Komunitas
Anggota Kelompok : Pristiwaning Gati (17.2019.P) Tri Sapto Aji (17.2035.P) Widy Lusiana (17.2043.P)
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2020 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Brunner& Suddart (2017) hipertensi merupakan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan pada diastolik lebih dari 90 mmHg yang berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih. Hipertensi dapat menimbulkan berbagai resiko penyakit kardiovaskuler ateroskesklerotik apabila peningkatan darah terjadi berkepanjangan dan merusak pembuluh darah di organ. Organ organ tersebut seperti gagal jantung, stroke dan gagal ginjal ( Brunner& Suddart, 2017). Data World Health Organization (WHO) (2015) menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di Dunia mempunyai penyakit hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di Dunia telah terdiagnosis hipertensi. Jumlah orang yang menderita hipertensi terus meningkat pada setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang akan terkena hipertensi, dan diperkirakan pada setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat penyakit hipertensi dan komplikasinya. Data Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada penduduk usia >18 tahun sebesar 34,1%, dan hasil yang tertinggi terjadi di Kalimantan Selatan (44.1%), dan yang terendah di Papua sebesar (22,2%) (KEMENKES RI, 2019). Dari data Dinas Kesehatan Proinsi Jawa Tengah (2017) jumlah penduduk dengan usia (> 18 th) yang dilakukan pengukuran tekanan darah pada tahun 2017 berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah persentase dengan hipertensi tertinggi adalah Kota Salatiga (77,72 %) dan terendah adalah Kendal (2,72%). Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan pilar pengobatan yang standar dan mengubah pola hidup dalam mengatur pola makan, koping stres, pola
aktivitas, alkohol dan rokok (Dalimartha,et al, 2008 diambil dari Sukarmin & Himawan, 2015). Penatalaksanaan hipertensi juga dapat menggunakan obatobatan yang standar sesuai yang direkomendasikan oleh WHO yaitu ada perpaduan dua jenis atau lebih yang meliputi golongan diuretik, Angiostensin Converting (ACE) Inhibitor, antagonis reseptor angiotensin II, antagonis reseptor aldosteron dan calcium channel blocker yang digunakan tergantung pada respon individu, budaya, umur, tingkat sakit yang dialami, tingkat tekanan darah, dan hasil follow up (Ignativius & Workman, 2010 diambil dari Sukarmin & Himawan, 2015). Pemakaian obat pada pasien hipertensi memiliki beberapa kelemahan seperti biaya mahal, membutuhkan kepatuhan minum obat karena membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menurunkan tekanan darah serta seringnya timbul kebosanan dalam minum obat (Myrank, 2009 Sukarmin & Himawan, 2015). B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran pemberian asuhan keperawatan komunitas pada kelompok hipertensi di Dukuh Karangasem desa Proto C. Tujuan Tujuan Umum Melakukan asuhan keperawatan kmunitas pada kelompok khusus hipertensi di Dukuh karangasem desa Proto
D. Tujun Khusus 1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit yang dialami oleh kelompok hipertensi 2. Mengajarkan tindakan keperawatan yang dapat diterapkan sehari-hari untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami 3. Menjalin hubungan saling percaya antara mahasiswa dan kelompok hipertensi sehingga kelompok hipertensi merasa dekat dan mau mengutarakan masalah kesehatan yang dialami
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Menurut Tiyanto (2014) hipertensi merupakan dimana suatu keadaan seseorang yang mengalami
tekanan darah tinggi yang abnormal yang
berakibat meningkatnya angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase yaitu sistolik dan diastolik, fase sistolik yaitu jantung yang memompa darah dan diastolik yaitu menunjukkan darah yang kembali ke jantung. B. Etiologi Penyebab Hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu : a. Hipertensi esensial (Hipertensi primer) Dari sekian banyak penderita hipertensi sekitar 90-95% penderita hipertensi adalah hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi primer biasanya muncul karena proses labil (intermiten) pada individu akhir 30-an dan awal 50-an yang secara bertahap akan menetap. Hipertensi primer sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti penyebabnya dan hipertensi primer lebih banyak terjadi pada perempuan dari pada laki-laki (Widyanto & Triwibowo, 2013). b. Hipertensi sekunder Hiperensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah atau terganggunya organ atau akibat dari penyakit lain. Berbeda dengan hipertensi primer, hipertensi sekunder sudah jelas
penyebabnya seperti penyakit ginjal, penyakit endokrin, dan obat (Widyanto & Triwibowo, 2013). c. Faktor resiko Sekitar 70-80% kasus hipertensi primer, didapatkan riwayat penyakit hipertensi di dalam keluarga atau keturunan dan jika riwayat hipertensi didapatkan dari kedua orang tua maka tingkat menurunnya hipertensi lebih besar (Triyanto, 2014). C. Patofisiologi Tekanan darah tinngi terjadi akibat meningkatnya tekanan darah di dalam arteri ini bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga arteri besar tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri. Pada setiap denyut jantung
darah
dipaksa
melewati
pembuluh
yang
sempit
sehingga
menyebabkan tekanan darah naik. Ini dapat terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arteri mengalami penebalan dan kaku karena arterioskalierosis. Tekanan darah meningkat pada saat terjadi vasokontriksi, yaitu arteri kecil untuk sementara waktu pengkerut karena terjadi perangsangan saraf atau horman yang ada di dalam darah.Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini dapat terjadi jika ginjal mengalami kelainan sehingga ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam dan air yang ada di dalam tubuh. Dan jika volume darah meninggkat maka tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran, maka banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun. Jika tekanan darah menurun maka ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah akan bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Tekanan darah meningkat bisa terjadi
karena ginjal menghasilkan enzim yang disebut renin, yang dapat memicu terbentuknya hormone angiotensin, yang selanjutnya akan melepaskan hormone aldesteron. Ginjal adalah organ yang penting untuk mengendalikan tekanan darah, maka dari itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (Triyono, 2014). D. Klasifikasi Pengukuran tekanan darah menurut Widyanto & Triwibowo (2013) bisa dilakukan dengan menggunakan alat sfigmomanometer air raksa atau dengan tensimeter digital. Dari hasil pengukuran tersebut adalah tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik yang digunakan untuk menentukan hipertensi atau tidak. Dari hasil pengkurun bisa didapatkan klasifikasi hipertensi, adapun beberapa klasifikasi menurut WHO, yaitu sebagai berikut : Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
< 130
< 85
Normal tinggi
130-139
85-89
Hipertensi ringan (stadium 1)
140-159
90-99
Hipertensi sedang (stadium 2)
160-179
100-109
Hipertensi berat (stadium 3)
180-209
110-119
Hipertensi
sangat
berat 210
120
(stadium 4)
E. Tanda dan Gejala Gejala klinis timbul setelah penderita mengalami Hipertensi bertahun-tahun baru akan muncul gejalanya berupa : pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan (Triyanto,2014).
Menurut Ardiansyah (2012), adapun gejala klinis yang biasa muncul sebagai berikut : a. nyeri kepala saat terjaga, terkadang juga disertai dengan mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intracranial, b. pengelihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina akibat dari hipertensi, c. ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf pusat, d. nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus, dan e. edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
F. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium 1. Hb atau Ht 2. BUN atau Kreatinin 3. Glucosa 4. Urinalisa b. CT-Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati c. EKG : untuk menunjukkan pola regangan, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi d. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi e. Photo dada : untuk menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung (Nurarif & Kusuma, 2015).
G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan klien dengan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah sampai batas normal tekanan darah yang masih dapat ditoleransi dan meningkatkan kualitas dan mencegah adanya komlikasi. Penatalasanaan hipertensi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut :
1. Terapi Farmakologi Terapi farmakologis dilakukan dengan obat-obatan, adapun jenis obat-obatan anti hipertensi yang biasa digunakan. a. Diuretik thiazide Obat ini biasanya diberikan pertamaa untuk mengobati Hipertensi.Diuretik membantu ginjal membeunag garam dan air yang dapat mengurangi cairan di seluruh tubuh sehinggan tekanan darah turun. Diuretik sangat efektif untuk orang yang berkulit hitam, lanjut usia, kegemukan, penderita gagal jantung, dan penyakit ginjal menahun. b. Penghambat andrenergik Penghambat andrenergik adalah sekelompok obat yang terdiri dari ɑ- blocker, в- blocker, dan ɑ-в- blocker labetalol.Obat ini bekerja dengan menghambat efek sistem saraf simpatis, adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan tekanan darah. Obat yang sering digunakan в- blocker yang efektif untuk diberikan pada penderita usia muda, klien dengan denyut jantung yang cepat, angina pectoris (nyeri dada), dan sakit kepala sebelah (migren). c. ACE-inhibitor (angiotensin-converting enzyme) Obat ini bekerja dengan cara melebarkan arteri sehingga tekanan darah menurun. Obat ini efektif diberikan pada klien dengan kulit putih, usia muda, klien gagal jantung, klien proteinuria karena penyakit ginjal menahun, dank lien dengan impotensi akibat efek samping dari obat yang lain. d. Angiotensin-II-bloker Angiotensin-II-bloker menurunkan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor yaitu dengan melebarkan arteri.
e. Antagonis kalsium Penggunaan obat ini menyebabkan pelebaran pembuluh darah dengan mekanisme yang berbeda.Golongan obat ini adalah nifedipine bekerja dengan cepat dan diberikan per-oral (ditelan).Obat ini dapat menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat. H. Vasodilator langsung Vasodilator
langsung
menyebebkan
pelebaran
pembuluh
darah.Obat
golongan ini selalu digunakan sebagai tambahan dari obat anti-Hipertensi lainnya. I. Kedaruratan Hipertensi (misalnya Hipertensi maligna) Memerlukan obat untuk tekanan darah tinggi dengan segera.Ada beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan biasanya diberikan melalui intravena (pembuluh darah) (Triyanto, 2014). 2. Terapi Non Farmakologis Terapi non farmakologis untuk mengatasi Hipertensi menurut Widyanto & Triwibowo (2013) ditekankan pada babarapa upaya. Dengan menurunkan berat badan berlebih atau obesitas, latihan fisik (olahraga) secara teratur, pemberian kalium dalam bentuk buah-buahan dan sayur-sayuran, kurangi asupan garam dan lemak jenuh, berhenti merokok dan konsumsi alkohol. Adapun menurut Triyanto (2014) terapi non farmakologis bisa dengan terapi komplementer seperti terapi telaksasi otot progresif.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS HIPERTENSI
A. Karakteristik Wilayah Desa Proto merupakan salah satu desa dari 19 Desa/Kelurahan di Kecamatan Kedungwuni, yang berada di sebelah selatan kota pekalongan. Kota pekalongan juga merupakan kota yang terkenal akan kerajinan batik dan konveksi semacamnya. Desa Proto memiliki daerah pesawahan yang luas sebagai mata pencaharian penduduk mayoritas, dan juga terdapat berbagai jenis konveksi baik konveksi besar maupun konveksi kecil di sekitar desa, yang memproduksi baju, jaket, jeans dan sebagainya. B. Peta Wilayah
C. Hasil Pengkajian Pada tanggal 25 februari 2020 kelompok hipertensi melakukan pengkajian kepada warga desa salakbrojo tepatnya di Dukuh Karang Asem, RW 1 yang menderita penyakit hipertensi, kami mendapati 8 warga yang menderita Hipertensi. Responden yang menderita hiperensi paling rendah 130/80 mmHg dan yang paling tinggi 200/110 mmHg. Terdapat 5 responden mengatakan pusing dan belakang kepala terasa berat dan sakit, sedangkan 3 responden lainnya mengeluh sering kesemutan dan kaku dibagian tangan. Beberapa responden belum paham tentang apa itu
penyakit hipertensi, diet rendah garam, dan cara relaksasi untuk menurunkan tekanan darah.
1. Data dasar anggota kelompok Dari keseluruhan data anggota kelompok khusus hipertensi didapatkan 8 pasien dengan hipertensi sebagai berikut yaitu Ny. S yang berusia 74 tahun dengan tekanan darah 140/90 mmHg, Ny. U yang berusia 57 tahun dengan tekanan darah 160/110 mmHg, Tn. F yang berusia 55 tahun dengan tekanan darah 162/91 mmHg, Ny. M yang berusia 60 tahun dengan tekanan darah 167/100 mmHg, Ny. M yang berusia 60 tahun dengan tekanan darah 150/78 mmHg, Tn. I yang berusia 57 tahun dengan tekanan darah 130/80 mmHg, Ny. S yang berusia 42 tahun dengan tekanan darah 200/110 mmHg, Ny. S yang berusia 55 tahun dengan tekanan darah 170/78 mmHg. Dari 8 anggota kelompok khusus hipertensi sebagian besar pendidikan terakhirnya adalah MI/ SD sederajat. Pekerjaan dari anggota kelompok khusus 2 diantaranya tidak bekerja dan 6 lainnya sebagai ibu rumah tangga. Seluruh anggota kelompok khusus hieprtensi beragama islam dan bersuku Jawa. 2. Status kesehatan anggota kelompok Keadaan umum seluruh anggota kelompok baik dengan tanda-tanda vital tekanan darah paling rendah dari anggota kelompok adalah 130/80 mmHg dan yang paling tinggi yaitu 200/110 mmHg. Nadi, pernapasan, dan suhu dari seluruh anggota kelompok dalam batas normal. Status gizi anggota kelompok dari tinggi badan rata-rata anggota kelompok dari 145 cm - 165 cm, berat badan dari seluruh anggota kelompok dari 50 kg - 80 kg. Dari 8 anggota kelompok yang mempunyai riwayat penyakit selain hipertensi ada 3 yaitu Ny. M dengan riwayat asam urat dan kolestrol, Tn. F dengan Diabetes. Anggota kelompok tidak menggunakan alat bantu. Dari masing-masing anggota kelompok olahraga yang dilakukan sebagian besar yaitu jalan pagi disekitar rumah tetapi ada juga yang mengikuti senam lansia.
Pola istirahat tidur dari masing-masing anggota yaitu rata-rata 7 jam/hari. Dari keseluruhan anggota kelompok sebagian besar mengeluh pusing, kesemutan dan sakit kepala bagian belakang. 3. Upaya peningkatan kesehatan A. Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia untuk kelompok Terdapat Puskesmas dan Posyandu di desa Proto yang diantaranya yaitu ada posyandu lansia, dan posyandu ibu hamil yang diadakan setiap 1 bulan sekali. Tenaga kesehatan yang berpraktek ada satu bidan yaitu Bidan Rondiyah. Puskesmas yang terdekat yaitu ada puskesmas kedungwuni 1. B. Pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan oleh kelompoknya Tidak diketahui imunisasi dasar lengkap dari anggota kelompok. Tidak terdapat ibu hamil dalam kelompok khusus tetapi jika saat hamil mereka selalu melakukan imunisasi ibu hamil. Makanan tambahan yang dikonsumsi anggota kelompok yaitu sayuran, buah-buahan dan daging tetapi tidak sering. Tidak ada vitamin tambahan yang dikonsumsi anggota kelompok kecuali saat hamil. Pelayanan kesehatan terdekat yaitu puskesmas. C. Fasilitas pendidikan Fasilitas pendindikan yang tersedia untuk anggota kelompok atau yang terdapat di desa Proto yaitu Paud, TK, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, dan
Pondok
Pesantren
serta
TPQ.
Fasilitas
pendidikan
yang
dimanfaatkan untuk kegiatan penyuluhan kesehatan tidak ada, karena kegiatan penyuluhan/pendidikan kesehatan dilakukan di salah satu rumah anggota kelompok khusus. D. Lingkungan tempat tinggal anggota kelompok Sumber air bersih dari seluruh anggota kelompok masih menggunakan air sumur dan air PAM. Tidak terdapat dapur umum di desa. Tempat pembuangan sampah pada setiap anggota kelompok ada dan masih dengan cara dibakar sampahnya. Sarana MCK pada anggota kelompok
ada dan layak untuk digunakan. Saluran pembuangan limbah pada setiap anggota kelompok ada. E. Status Ekonomi Terdapat sumbangan yang diperoleh dari desa, tetapi dari seluruh anggota kelompok hanya beberapa yang mendapatkan sumbangan karena sumbangan dari desa hanya dapat diperoleh oleh anggota masyarakat yang kurang mampu. Jenis pekerjaan dari seluruh anggota kelompok yaitu dari sumber konveksi dan anaknya. F. Status sosial budaya spiritual Terdapat sarana ibadah seperti mushola didaerah tempat tinggal anggota kelompok dan kegiatan keagamaan yang diikuti dari beberapa anggota kelompok yaitu rutinan pengajian setiap hari jum’at. Kepercayaan yang bertentangan dengan masalah kesehatan yang masih berlaku masyarakat yaitu kepercayaan tidak boleh memakan sotong saat sedang hamil karena dipercaya nanti bayi yang dilahirka akan hitam. Kegiatan sosial yang dilakukan yaitu kerja bakti setiap hari jum,at untuk membersihkan mushola dan terdapat arisan yang sering dilakukan oleh anggota kelompok. G. Komunikasi Alat komunikasi yang dipakai kebanyakan dari anggota kelompok yaitu handphone tetapi ada dari mereka yang sudah lansia tidak mempunyai alat komunikasi seperti handphone. Efektifitas proses komunikasi antar anggota
kelompok
yaitu
dengan
komunikasi
langsung
karena
kebanyakan anggota sudah lanjut usia jadi tidak mempunyai handphone. H. Fasilitas rekreasi yang tersedia untuk anggota kelompok Tidak terdapat rekreasi untuk anggota kelompok seperti taman, pantai, sarana olahraga ataupun yang lainnya. I. Kebiasaan/Perilaku dalam kelompok Pemeliharaan kebersihan dalam anggota kelompok dengan mandi teratur 2x sehari serta tidak lupa menggosok gigi dan keramas tidak tentu dalam 1 minggu.
D. Analisa Data 1.
DS : Anggota kelompok mengatakan belum paham tentang penyakitnya dan anggota kelompok mengatakan tidak tau cara mengatur pola makannya untuk mengurangi konsumsi makanan asin. DO : Masih banyak pasien yang saat ditanya mengenai penyakitnya banyak yang tidak bisa menjawab. Problem : defisiensi pengetahuan
2. DS : Dari keseluruhan anggota kelompok mengatakan terkadang sakit kepala dan nyeri di bagian tengkuk, dan ada juga yang mengeluh tangan dan kaki terasa kaku kesemutan. DO : tampak memegang dan menunjukkan kepala, tangan dan kaki yang merasa sakit. Problem : gangguan rasa nyaman ( nyeri )
E. Diagnosa Keperawatan 1. Defisisensi pengetahuan 2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri )
F. Prioritas Diagnosis (skoring)
No 1.
Diagnosa
Keperawatan A
Total Prioritas
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
4
3
5
4
5
3
3
3
3
3
3
39
1
rasa nyaman 4
2
5
4
4
3
3
3
3
3
3
37
2
Defisiensi pengetahuan
2.
Skor
Gangguan
( nyeri )
Keterangan : Bobot 1 : Sangat rendah 2 : Rendah 3 : Cukup 4 : Tinggi 5 : Sangat tinggi Huruf A : Risiko terjadi
G : Tempat
B : Risiko keparahan
H : Waktu
C : Potensial untuk pendkes
I : Dana
D : Minat masyarakat
J : Fasilitas Kesehatan
E : Kemungkinan diatasi
K : Sumber daya
F : Sesuai dengan program pemerintah
G. Intervensi Perencanaan Keperawatan Komunitas N o
Dx/kep
Tujuan umum
Tujuan khusus
Strategi interven si
Rencaga kegiatan
Sumber Evaluasi Kriteria
1
Defisiensi pengetahu an
Setelah dilakukan tindakan keperawat an komunitas dalam 2 minggu, komunitas hipertensi dapat Mengetah ui penyakit yang dialami
Setelah dilakukan tindakan keperawatan komunitas selama 2 minggu, 5 kali pertemuan komunitas hiperensi dapat - Menyatak an pemaham an tentang penyakit yang dialami
Pendidik an kesehata n
Teknik relaksasi otot progesif Tarik nafas dalam Senam anti hipertens i
Memberika n pendidikan kesehatan tentang hipertensi
Dari 5 pertanyaan komunitas hipertensi mampu menjawab 4 pertanyaan yang Menganjurk diberikan oleh an diit yang mahasiswa disarankan
Temp at
Penanggu ng jawab
Ruma h Tn. I
Pristiwanin g Gati, Tri Sapto Aji, Widy Lusiana
Standar Komunitas Dana hipertensi dapat Mahasis menjab 3 wa pertanyaan yang berikan
- Pasien keluarga mampu melaksan akan prosedur yang dijelaskan secara benar - Pasien dan keluarga mampu menjelask an kembali apa yang dijelaskan perawat 2.
Gangguan rasa nyaman
Setelah dilakukan tindakan keperawat an komunitas dalam 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan komunitas selama 2 minggu, 5
Teknik relaksasi otot progesif Tarik nafas
Mengajark an teknik relaksasi otot progesif Mengajark
Dari 8 pasien, menyatakan rasa nyaman dan dapat mendemonstrasi kan yang sudah diajarkan
5 komunitas Dana hipertensi dapat Mahasis mendemonstrasi wa kan cara control nyeri
Ruma h Tn. I
Pristiwanin g Gati, Tri Sapto Aji, Widy Lusiana
minggu, komunitas hipertensi dapat Merasa nyaman setelah nyeri berkurang
kali pertemuan komunitas hiperensi dapat - Menyatak an rasa nyaman - Pasien mengetah ui cara mengontr ol nyeri - Pasien menyatak an kenyaman an meningka t
dalam Senam anti hipertens i
an teknik nafas dalam Mengajark an senam anti hipertensi Menganjurk an diit yang disarankan
H. Implementasi NO 1.
2.
DIAGNOSA HARI/TANGGAL KEPERAWATAN Defisiensi Penyakit
Gangguan Rasa Nyaman
Kamis
TINDAKAN/ JAM
28 Februari 2020
TTD HASIL
KEGAIATAN
PETUGAS
09.00
1. Penyuluhan Pristiwaning kesehatan Gati, Tri tentang Sapto Aji, penyakit Widy Lusiana. hipertensi 2. Mengajarkan pasien diit rendah garam untuk hipertensi.
Rumah Tn. I
Kelompok khusus hipertensi mengerti tentang penyakitnya dan diit untuk penyakitnya
Pristiwaning Gati, Tri Sapto Aji, Widy Lusiana.
10.00
1. Mengajari tentang cara menurunkan tekanan darah dan nyeri serta manfaat yang lainnya dengan relaksasi otot
Rumah Tn.I
Kelompok khusus hipertensi dapat mengerti manfaat relaksasi otot progresif serta bisa
Pristiwaning Gati, Tri Sapto Aji, Widy Lusiana.
27 Februari 2020
Jum’at
TEMPAT PELAKSANA
Pristiwaning Gati, Tri Sapto Aji, Widy Lusiana.
progresif.
3.
4.
Gangguan Rasa Nyaman
Gangguan Rasa Nyaman
Sabtu
09.00
1. Mengajari tentang cara relaksasi nafas dalam
Pristiwaning Gati, Tri Sapto Aji, Widy Lusiana.
Rumah Tn. I
Kelompok Pristiwaning khusus Gati, Tri hipertensi Sapto Aji, dapat Widy mengerti Lusiana. manfaat relaksasi nafas dalam serta bisa menerapkan relaksasi nafas dalam secara mandiri
10.00
1. Mengulang tentang cara menurunkan tekanan darah dan nyeri serta manfaat yang
Pristiwaning Gati, Tri Sapto Aji, Widy Lusiana.
Rumah Tn. I
Kelompok khusus hipertensi dapat mengulang manfaat serta
29 Februari 2020
Senin 02 Maret 2020
menerapkan relaksasi otot progresif secara mandiri
Pristiwaning Gati, Tri Sapto Aji, Widy Lusiana.
lainnya dengan relaksasi otot progresif.
mempraktekan kembali relaksasi otot progresif, relaksasi nafas dalam.
2. Mengulang relaksasi nafas dalam.
I. Evaluasi HARI/ N O
DIAGNOSA KEP.
TUJ.
TGL /JAM
1.
Defisiensi Pengetahuan
Klien mampu mngetah ui tentang penyakit
TINDAKA N
27Febr uari 2020
/KEGIATA N 1. Penyulu han kesehata n tentang penyakit hipertnsi 2. Mengaja
Reko
PELAK SANA
TEM PAT
Pristiw aning Gati, Tri Sapto Aji, Widy
Ruma klien yang h Tn. aktif I bertanya dan mau mengikuti penyuluhan sampai
KRITERIA
HASIL
RTL mendasi
Anggota kelompok khusus hipertensi mengerti tentang penyakitnya
Meng Anggota ajarka kelomp n cara ok harus relaks menerap asi kan apa otot yang progre sudah
rkan pasien diit rendah garam untuk hiperten si.
nya
2
Gangguan Rasa Nyaman
Klien dapat mngerti cara mengura ngi tekanan darah dengan relaksasi otot progresif
28 Februar i 2020
Lusiana .
1. Pristiw Ruma Mengajari aning h Tn. tentang cara Gati, I menurunka Tri n tekanan Sapto darah dan Aji, nyeri serta Widy manfaat Lusiana yang . lainnya dengan relaksasi otot
selesai
dan diit untuk penyakitnya
sif
diajarka n penyulu h dan harus menerap kan diit untuk hiperten si.
Pasien dapat mengikuti cara relaksasi otot progresif secara kooperatif
Tekanan darah turun setelah dilakukan relaksasi otot progresif dari salah satu anggota yang tadinya 160/110 mmHg menjadi 156/110
Meng ajarka n cara relaks asi nafas dalam untuk menur unkan tekana n darah
Lakuka n relaksas i otot progresi f saat tekanan darah tinggi.
progresif.
3.
Gangguan Rasa Nyaman
Anggota kelompo k dapat mngerti cara mengura ngi tekanan darah dengan relaksasi otot nafas dalam
29 Februar i 2020
1. Mengajari tentang cara relaksasi nafas dalam
mmHg
Pristiw Ruma aning h Tn. Gati, I Tri Sapto Aji, Widy Lusiana .
Pasien dapat mengikuti cara relaksasi nafas dalam ssecara mandiri
Tekanan darah turun setelah dilakukan relaksasi nafas dalam dari salah satu anggota yang tadinya 160/100 mmHg menjadi 150/100 mmHg
Meng ulang kemb ali cara relaks asi otot progre sif dan relaks asi nafas dalam untuk menur unkan tekana n darah
Lakuka n relaksas i nafas dalam saat tekanan darah tinggi untuk menuru nkan tekanan darah.
BAB IV PEMBAHASAN
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat secara abnormal yang diukur pada dua kali/lebih. Hipertensi dapat disebabkan dari berbagai macam faktor risiko seperti kasus yang ditemukan pada komunitas kelompok khusus hiperetensi di desa Proto dukuh Karangasem sebagian besar anggota kelompok menderita hipertensi disebabkan oleh faktor keturunan. Dari beberapa anggota di kelompok yang menderita hipertensi tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan tetapi juga disebabkan oleh stress, usia, dan gaya hidup. Menurut data yang di dapat dari hasil pengukuran tekanan darah 8 anggota kelompok yang berumur dari 42-74. tahun rata-rata tekanan darahnya berkisar diantara 130-200/78-110 mmHg. Keadaan umum seluruh anggota kelompok baik. Nadi, pernapasan, dan suhu dari seluruh anggota kelompok dalam batas normal. Status gizi anggota kelompok dari tinggi badan rata-rata anggota kelompok dari 145 cm - 165 cm, berat badan dari seluruh anggota kelompok dari 55 kg - 80 kg dan konjungtiva seluruh anggota kelompok anemis. Dari 8 anggota kelompok ada satu anggota kelompok yang tidak hanya mempunyai riwayat penyakit hipertensi tetapi juga mempunyai kolestrol dan asam urat yaitu Ny. M yang berumur 60 tahun. Anggota kelompok menggunakan fasilitas yang tersedia seperti pendidikan, fasilitas kesehatan, dan komunikasi dengan baik untuk upaya meningkatkan kesehatannya. Dari 8 anggota kelompok hanya beberapa yang telah imunisasi dengan lengkap.
BAB V KESIMPULAN
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat secara abnormal yang diukur pada dua kali/lebih. Hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor resiko seperti faktor keturunan, stress, pola hidup, usia dan obesitas. Di desa Proto terdapat 8 anggota komunitas kelompok khusus 6 anggota telah terdiagnosis hipertensi dan 2 diantaranya resiko penyakit hipertensi. Penanganan
hipertensi
dapat
dilakukan
secara
farmakologis
dan
non
farmakologis, di komunitas kelompok khusus hipertensi di ajarkan untuk teknik non farmakologis yaitu dengan relaksasi progresif, relaksasi nafas dalam. Dari berbagai macam penerapan non farmakologis yang dilakukan bahwa adanya perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah relaksasi.