Askep Leukimia Pada Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA LEUKIMIA Untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan anak



Disusun Oleh : SANTI YULIAN KHGC18047 III-A/SI KEPERAWATAN



STIKes KARSA HUSADA GARUT TAHUN 2020/2021



1



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Leukimia Pada Anak, yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya sadari bahwa dalam pembutan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca makalah ini, demi perbaikan dimasa yang akan datang.



Garut, November 2020



Penyusun



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................................ DAFTAR ISI........................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.......................................................................................4 B. TUJUAN PENYUSUN......................................................................................4 C. MANFAAT PENULISAN................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN LEUKIMIA A. KONSEP MEDIK.............................................................................................5 1. DEFINISI.....................................................................................................5 2. ETIOLOGI...................................................................................................5 3. PATOFISIOLIGI.........................................................................................7 4. MANIFESTASI KLINIS.............................................................................7 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................8 6. PENATALAKSANAAN.............................................................................8 B. KONSEP KEPERAWATAN...........................................................................10 1. PENGKAJIAN...........................................................................................10 2. ANALISA DATA.......................................................................................11 3. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................11 4. INTERVENSI.............................................................................................12 BAB III PENUTUP KESIMPULAN.........................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................18



3



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Leukimia berasal dari bahasa Yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang berarti darah. Jadi leukimia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukimia adalah ketika sel darah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggu pembelahan sel darah normal. Di Indonesia kasus leukimia sebanyak ±7000 kasus/tahun dengan angka kematian mencapai 83,6% (Herningtyas, 2004). Data dari Internasional Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120 anak yang mengidap kanker dan 60% diantaranya disebabkan oleh leukimia (Sindo, 2007). Data dari WHO menu njukan bahwa angka kematian di Amerika Serikat karena leukimia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997). Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukimia. Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukimia (TTLS, 2009). B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak 2. Mengetahui proses terjadinya leukimia 3. Mengetahui proses Asuhan Keperawatan pada Leukimia C. MANFAAT PENULISAN Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang asuhan keperawatan Leukimia.



4



BAB II PEMBAHASAN LEUKIMIA A. KONSEP MEDIK 1. DEFINISI Istilah leukimia pertama kali dijelaskan oleh Virehow sebagai “darah putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan deferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik. Leukimia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu sel leukimia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan deferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukimia beredar secara sistemik. Leukimia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi. 2. ETIOLOGI Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukimia. a. Host a) Umur, jenis kelamin, ras Insiden leukimia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan leukimia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelaian pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukimia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat diantara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam. b) Faktor Genetik Insiden leukimia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukimia akut. Insiden leukimia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D. Pada sebagian penderita dengan leukimia, insiden leukimia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukimia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukimia juga dapat terjadi pada kembar identik. Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukimia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita



5



leukimia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif leukimia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukimia. b. Agent a) Virus Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukimia pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukug teori virus sebagai salah satu penyebab leukimia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukimia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebebkan leukimia pada binatang. Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukimia. HTLV (vitus leukimia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukan oleh mikrosop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukimia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat. b) Sinar Radioaktif Sinar radioaktif merupakan faktor ekternal yang paing jelas dapat menyebabkan leukimia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukimia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak berkerja di bagian tersebut. Penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insiden 14 kali lebih banyak. c) Zat Kimia Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenibuzaton) di duga dapat meningkatkan risiko terkena leukimia. Sebagai besar obat-obatan dapat menjadi penyeba leukimia, pada orang dewasa menjadi leukimia nonlimfoblastik akut. d) Merokok Roko mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukimia terutama LMA. Faktor risiko terjadinya leukimia pada orang yang merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok. c. Lingkungan (Pekerjaan) Banyak peneliti menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan kejadian leukimia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mhasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa orang yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukimia (OR= 2,35, CI=1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukimia kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukimia.



6



3. PATOFISIOLOGI Pada kedaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. leukimia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukimia memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukimia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan. Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukimia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal. Leukimia terjadi jika proses pematangan dari sistem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut sering kali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan se-sel darah yang normal. Karakter ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak. 4. MANIFESTASI KLINIS Gejala klinis dari leukimia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neurotropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme. a. Leukimia Limfositik Akut (LLA) Gejala klinis LLA sangat nervariasi, umumnya menggambarkan kegagalan sumsusum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tiba dan femur. b. Leukimia Mielositik Akut (LMA) Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeks, yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang, perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia. c. Leukimia Limfosik Kronik (LLK) Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukan gejala. Penderita LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat 7



badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakinparah sejalan dengan perjalanan penyakitnya. d. Lekimia Granulositik/Mielositi Kronik (LGK/LMK) LGK memiliki 3 fase, yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badab terjadi setelah berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertmabah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai dengan infeksi. 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1) Pemeriksaan Darah Tepi Pada penderita leukimia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadangkadang leukopenia (25%). Pada pederita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfesitosis lebih dari 50.000/mm 3, sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3. 2) Pemeriksaan Sumsum Tulang Hasil pemriksaan sumsum tulang pada penderita leukimia kaut detemukan kedaan hiperseluler. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukimia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlag blas minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada oenderita LLK adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperseluler dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlag granulosit lebih dari 30.000/mm3. 6. PENATALAKSANAAN A. Kemoterapi a) Kmoterapi pada penderita LLA  Tahap 1 (terapi induksi) Tujuan dari tahap pertama dari pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel leukimia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukimia. Pada tahan ini memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubsin, vincristin, prednison dan asparaginase.  Tahap 2 (terapi konsolidasi/intensifikasi) Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukimia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.  Tahap 3 (profilaksis SPP) 8



Peofilaksisi SPP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukimia memasuki otak dan sistem saraf pusat.  Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang) Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisis penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang. Yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SPP. b) Kemoterapi pada penderita LMA  Fase Induksi Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukimia secara maksimal sehingga tercapai remisis komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukimia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.  Fase Konsolidasi Fas konsolidasi dilakukan sebagai tindakan lanjut dari fase induksi, kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosisi yang digunakan pada fase induksi. c) Kemoterapi pada penderita LLK Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menentukan strategi terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:  Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang  Stadium I : limfositosis dan limfadenopati  Stadium II : limfositosis dan splenomegali/hepatomegali  Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb