10 0 278 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MALARIA Oleh Dedeh Suhartini
A. PENGERTIAN Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina
. B. PENYEBAB Plasmodium sebagai penyebab malaria terdiri dari 4 spesies, yaitu plasmodium vivax, plasmodium falcipaum, plasmodium malariae, plasmodium ovale. Malaria juga melibatkan hospes perantara, yaitu manusia maupun vertebrata lainnya, dan hospes definitive, yaitu nyamuk anopheles.
Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen ( sporogoni ) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual ( skizogoni ) dalam badan hospes vertebra termasuk manusia. a. Fase aseksual Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit proses ini disebut skizogoni praeitrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini , skizon pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada p. vivax dan p. ovale, sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens. Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsic dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. b. Fase seksual 50
Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikro dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot ( ookinet ). Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila ookista pecah, ribuan sporozit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk. Pathogenesis malaria ada 2 cara : 1. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia. 2. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia melalui tranfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi ( congenital ).
51
C. PATOFLOW
Ginjal
:Anemia,
Ketidak seimbangan cairan elektrolit :
gangguan
elektrolit
parasit Plasmodium
Anemia, gangguan elektrolit
kurang
volume
dengan
fase
cairan
diuretic
peningkatan
berhubungan GGA,
volume
melambatnya
dengan
urine
kemampuan
dan absorpsi
tubular.
Melalui gigitan nyamuk(Anopheles) betina
Berkembang di sel darah merah
Hypertermia
berhubungan
dengan
peningkatan
metabolisme penyakit
paru Pengancuran eritrosit (peradangan / inflamasi)
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-
otak
kapiler ( efek inflamasi )
gastriintestinal
Perubahan
perfusi
jaringan
berhubungan dengan hivovolemia
hati
Perubahan
perfusi
jaringan
b/d
Resiko
penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk
oksigen/nutrient ke sel
pengiriman
Perubahan status nutrisi : kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan kegagalan masukan
untuk
memenuhi
terhadap kekurangan
cairan b/d kehilangan yang berlebihan
:
diare
berat,
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
muntah, berkeringat, demam, hiperventilasi
kebutuhan metabolik Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurang informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaannya
50
serebral
D. MANIFESTASI Pada anamnesis ditanyakan gejala penyakit dan riwayat bepergian ke daerah endemic malaria. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan adalah : 1. Demam Demam periodic yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang ( sporulasi ). Pada malaria tertiana ( P. vivax dan P. ovale ), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke – 3, sedangkan malaria kuartana ( P. malariae ) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan ditandai dengan beberapa serangan demam periodic. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil ( 15 menit – 1 jam ), puncak demam ( 2 – 6 jam ), dan berkeringat ( 2 – 4 jam ). Demam akan mereda secara bertahap karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respons imun. 2. Splenomegali Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah. 3. Anemia Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena P. falciparum. Anemia disebabkan oleh : a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama ( reduced survival time ) c. Gangguan pembentukkan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang ( diseritropoesis ). 4. Ikterus Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati. Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat : 1. Relaps jangka pendek ( rekrudesensi ), dapat timbul 8 minggu setelah serangan pertama hilang karena parasit eritrosit yang berkembang biak.
50
2. Relaps jangka panjang ( rekurens ), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke darah dan berkembang biak.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeiksaan darah tepi, pembuatan preparat darah tebal dan tipis dilakukan untuk melihat keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoit yang berbentuk cincin.
F. MASALAH KEPERAWATAN 1 Umum a) Hypertermia b) Perubahan perfusi jaringan c) Intoleransi aktifitas d) Kurang pengetahuan 2 Resiko Infeksi Pada Hati e) Perubahan status nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Pada Ginjal f) Ketidak seimbangan cairan elektrolit : kurang volume cairan . Pada Saluran GastroIntestinal g) Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan Pada Paru h) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolarkapiler ( efek inflamasi ) Pada Otak i) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hivovolemia
G. PENATALAKSANAAN Obat malaria tediri dari 5 jenis, antara lain : 1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritosit, yaitu proguanil, pirimetamin. 2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu primakuin.
51
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina, klorokuin, dan amodiakuin. 4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah gametosid yang ampuh bagi keempat spesies. Gametosid untuk P. vivax, P. malariae, P. ovale, adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin. 5. Sporontosid mencegah gamentosid dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.
Pengobatan penderita malaria secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria dengan memakai obat ACT ( Artemisinin Base Combination Therapy ). Golongan Artemisinin ( ART ) telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Selain itu Artemisinin juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosid. Juga efektif terhadap semua spesies, P. falciparum, P. vivax maupun lainnya. Laporan kegagalan terhadap ART belum dilaporkan saat ini.
H. KOMPLIKASI Kasus malaria terbanyak adalah malaria falsiparum fatal yang memperlihatkan keterlibatan susunan saraf pusat. Organ yang terkena adalah : 1. Otak : timbul delirium, disorientasi, stupor, koma, kejang, dan tanda nuerologis fokal 2. Saluran gastrointestinal : muntah, diare hebat, perdarahan dan malabsorpsi 3. Ginjal : nekrosis tubula akut, hemoglobinuria, gagal ginjal akut 4. Hati : timbul ikteris karena gangguan hepar, billous remittent fever ditandai dengan muntah hijau empedu karena komplikasi hepar 5. Paru : edema paru 6. Lain-lain : anemia, malaria hiperpireksia, hipoglikemia, demam kencing hitam.
I. ASUHAN KEPERAWATAN 1 PENGKAJIAN a) Riwayat Sekarang : Keluhan saat ini, sesuai dengan manifestasi klinis yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya 52
b) Riwayat Masa Lalu : apakah ada riwayat pasien bepergian ke daerah endemic malaria, kontak dengan nyamuk. c) Pemeriksaan Fisik : inpeksi/lihat adakah kemerahan dan bentuk luka dikulit, sesak dan palpasi adakah pembengkakan, demam, nyeri lambung. d) Pemeriksaan Penunjang : adakah pemeriksaan laboratorium untuk melihat keberadaan parasit dalam darah tepi, seperti trofozoit yang berbentuk cincin. e) Penatalaksanaan : terapi yang diberikan sesuai intruksi dokter. f) Dischart Planning tindakan pencegahan untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk yaitu dengan cara : (1) Tidur dengan kelambu sebaiknya dengan kelambu impregnated ( dicelup peptisida : pemethrin atau deltamethin. (2) Menggunakan obat pembunuh nyamuk : gosok, spray, asap, elektrik. (3) Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk dapat menggigit atau harus memakai proteksi ( baju lengan panjang, kaos stocking ). Nyamuk akan menggigit diantara jam 18.00 sampai jam 06.00. nyamuk jarang pada ketinggian di atas 2000 m. (4) Memproteksi tempat tinggal/kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti nyamuk.
2 DIAGNOSA KEPERAWATAN a) Umum (1) Hypertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme penyakit (2) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel (3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum (4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaannya b) Resiko Infeksi Pada Hati (5) Perubahan status nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
53
Pada Ginjal (6) Ketidak seimbangan cairan elektrolit : kurang volume cairan berhubungan dengan fase diuretic GGA, dengan peningkatan volume urine dan melambatnya kemampuan absorpsi tubular. Pada Saluran GastroIntestinal (7) Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d kehilangan yang berlebihan : diare berat, muntah, berkeringat, demam, hiperventilasi Pada Paru (8) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler ( efek inflamasi ) Pada Otak (9) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hivovolemia
54
c) PERENCANAAN KEPERAWATAN a) Umum NO 1
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
Hypertermia berhubungan dengan Tujuan : peningkatan
INTERVENSI Mandiri
metabolisme Setelah dilakukan tindakan keperawatan o Pantau ( kaji ) tanda vital, perhatikan
penyakit, ditandai dengan :
selama 3 x 24 jam, suhu tubuh klien
DS :
kembali nomal
DO :
Kriteria hasil :
adanya diaphoresis o Berikan pakaian tipis, terang, longgar sesuai kebutuhan
o Suhu tubuh 36-37°C
o Berikan kompres hangat, air biasa
o Akral teraba hangat
o Anjurkan pasien banyak minum
o Kulit lembab
Kolaborasi o pemberian antipiuretik
50
NO 2
DIAGNOSA KEPERAWATAN Perubahan
perfusi
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
jaringan Tujuan :
INTERVENSI Mandiri
berhubungan dengan penurunan Setelah dilakukan tindakan keperawatan o awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, komponen seluler yang diperlukan selama
3
x
24
jam,
kebutuhan
untuk pengiriman oksigen/nutrient oksigen/nutrient pasien terpenuhi
wana kulit/membrane mukosa, dasa kuku o awasi upaya pernafasan, auskultasi bunyi
ke sel, ditandai dengan :
Kriteria hasil :
nafas
DS :
o Menunjukan perfusi adekuat
o selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi
DO :
o tanda-tanda vital stabil
o kaji untuk respon verbal melambat, mudah
o membrane mukosa warna merah muda
terangsang,
o pengisian kapilaer baik
bingung
o haluaran urine adekuat
agitasi,
gangguan
memori,
o catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi kolaborasi o awasi lab : hb/ht, jumlah SDM, AGD o berika SDM darah lengkap/packed, produk darah
sesuai
indikasi,
komplikasi transfuse o berikan O2 sesuai indikasi
50
awasi
untuk
NO 3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
Intoleransi aktifitas berhubungan Tujuan :
INTERVENSI Mandiri
dengan kelemahan umum, ditandai Setelah dilakukan tindakan keperawatan o Bantu kebutuhan klien dengan :
selama 3 x 24 jam, aktifitas klien o Anjurkan klien untuk melakukan aktifitas
DS :
meningkat secara optimal
DO :
Kriteria hasil : o Klien dapat beraktifitas dengan bantuan minimal o Meningkatnya fungsi bagian tubuh yang sakit.
secara bertahap o Bantu klien melakukan latihan ROM aktif dan pasif o Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan o Obsevasi adanya daerah yang mengalami nyeri Kolaborasi o Ahli fisioterapi
50
NO 4
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
Kurang pengetahuan berhubungan Tujuan :
INTERVENSI Mandiri
dengan kurang informasi tentang Setelah dilakukan tindakan keperawatan o Kaji tingkat pengetahuan klien tentang proses
penyakit
penatalaksanaannya
dan selama 2 x 24 jam, pengetahuan klien
o Jelaskan tentang proses penyakit, cara
meningkat Kriteria hasil : o Klien
penularan dan pencegahan penyakit
mengerti
dan
memahami o Tinjau factor resiko individual dan bentuk
penyakit yang dialaminya. o Klien
dapat
menjelaskan
penularan. tentang Kolaborasi o Dokter
penyakit yang dialaminya o Klien
dapat
bekerjasama
tindakan keperawatan
50
penyakitnya
dalam
dalam
memberikan
informasi
mengenai terapi obat-obatan, epek samping, ketaatan program
b) Resiko Infeksi ( Resiko Komplikasi ) (1) Pada hati NO 5
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
Perubahan status nutrisi : kurang Tujuan :
INTERVENSI Mandiri
dari kebutuhan tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan o Pantau pemasukan diet / jumlah kalori dengan kegagalan masukan untuk selama 3 x 24 jam, kebutuhan nutrisi klien o Timbang berat badan setiap hari o Berikan makan sedikit tapi dalam frekuensi
memenuhi kebutuhan metabolik, terpenuhi ditandai dengan :
Kriteria hasil :
DS :
o Berat
DO :
badan
sering klien
stabil
bahkan o Diskusikan makanan yang disukai klien o Sajikan dalam keadaan hangat
meningkat o Klien menghabiskan porsi makan o Klien
tampak
bersemangat
legih
segar
o Berikan lingkungan yang nyaman dan o Anjurkan makan pada posisi duduk tegak o Diskusikan pentingnya asupan nutrisi dalam proses penyembuhan penyakit. Kolaborasi o Ahli Gizi
50
(2) Pada gagal ginjal NO 6
DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidak
seimbangan
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
cairan Tujuan :
INTERVENSI Mandiri
elektrolit : kurang volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan o Lakukan ‘”UMU” selama 24 jam secara berhubungan dengan fase diuretic selama 3 x 24 jam, kebutuhan cairan klien GGA, dengan peningkatan volume terpenuhi urine
dan
melambatnya Kriteria hasil :
kemampuan absorpsi tubular.
akurat o Berikan asupan cairan selama 24 jam sesuai indikasi.
o Intake dan output cairan balance
o Pantau denyut jantung, tekanan darah, CVP.
o Tidak terjadi dehidrasi
o Pantau tanda-tanda dehidrasi
o Turgor kulit normal
o Kaji tingkat kesadaran, gelisah, status
o Tidak terjadi oedem
mental. o Kaji turgor kulit dan pantau adanya oedem Kolaborasi o Pemberian
terapi
sesuai
pemeriksaan laboratorium.
51
indikasi,
(3) Pada saluran gastrointestinal NO 7
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
Resiko tinggi terhadap kekurangan Tujuan : cairan
berhubungan
INTERVENSI Mandiri
dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan o Pantau tanda-tanda vital
kehilangan yang berlebihan : diare selama 7 x 24 jam, diharapkan kebutuhan o Catat peningkatan suhu dan durasi demam berat,
muntah,
berkeringat, cairan klien terpenuhi.
demam,
hiperventilasi,
ditandai Kriteria hasil :
DO :
haus
o Intake dan output cairan seimbang serta o Ukur haluaran uine dan berat jenis urine
dengan : DS
o Kaji turgor kulit, membrane mukosa, rasa
:
adekuat o Dapat mempertahankan hidrasi o Tugor kulit, membrane mukosa lembab
o Timbang BB sesuai indikasi o Pantau pemasukan peroral dan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari o Hindari makanan yang menyebabkan diare Kolaborasi o Berikan cairan elektrolit o Pantau pemeriksaan lab : HB/HT, elektrolit serum, BUN, o Berikan obat-obatan sesuai indikasi Antiemetic dan antidiare
52
(4) Pada paru NO 8
DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan
pertukaran
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
gas Tujuan :
INTERVENSI Mandiri
berhubungan dengan perubahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan o Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, catat membrane alveolar-kapiler ( efek selama 3 x 24 jam, kebutuhan oksigen
penggunaan otot aksesori, napas bibir.
inflamasi ), ditandai dengan :
mencukupi untuk kebutuhan individual
o Tinggikan kepala tempat tidur
DS :
Kriteria hasil :
o Dorong pasien napas dalam perlahan
DO :
o Menunjukan perbaikan ventilasi dan o Dorong mengeluarkan sputum, penghisapan oksigenasi jaringan adekuat
bila diindikasikan
o GDA dalam rentang normal
o Auskultasi bunyi napas.
o Bebas gejala distress pernapasan
o Awasi tingkat kesadaran / status mental
o Berpartisipasi
dalam
program o Berikan lingkungan tenang, batasi aktifitas
pengobatan dalam tingkat kemampuan klien
pasien o Awasi tanda vital dan irama jantung Kolaborasi o berikan oksigen sesuai indikasi hasil GDA, pantau gambaran seri GDA, berikan terapi sesuai indikasi
53
(5) Pada otak NO 9
DIAGNOSA KEPERAWATAN Perubahan serebral
perfusi berhubungan
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
jaringan Tujuan :
INTERVENSI Mandiri
dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan o Observasi tanda-tanda vital
hivovolemia, ditandai dengan :
selama 3 x 24 jam, fungsi serebral o Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran,
DS :
meningkat,
DO :
diperbaiki
deficit
neurologi
dapat
dan reaksinya terhadap cahaya o Kaji respon motorik terhadap perintah yang
Kriteria hasil : o Mempertahankan
ketajaman, kesamaan antara kiri dan kanan,
tingkat
kesadaran
sederhana
biasa / perbaikan, kognisi, dan fungsi o Hindari motoik / sensorik o Mendemostrasikan tanda vital stabil
pemakaian
bantal
besar
pada
kepala, pertahankan letak leher dan kepala pada posisi tengah
dan tak ada tanda-tanda peningkatan o Berikan waktu istirahat diantara waktu TIK.
aktifitas keperawatan dan batasi waktu dari setiap prosedur tersebut o Berikan lingkungan nyaman dan tenang o Bantu pasien menghindari batuk, muntah, feces yang dipaksakan. Kolaborasi ; o Berikan oksigen, terapi sesuai indikasi
54
d) IMPLEMENTASI Implementasi sesuai intervensi 5 EVALUASI Evaluasi dilakukan dengan menggunakan SOAP dan masalah keperawatan teratasi.
Daftar Pustaka
61