5 0 167 KB
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN OKSIGENASI PADA PASIEN CA PAROTIS DI RUANG RAJAWALI 2B RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
ARINA MA’RUFA P1337420919110
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN - POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2019
LAPORAN KASUS KELOLAAN Hari, Tanggal : Sabtu, 17 Agustus 2019 Waktu
: 09.20 WIB
Ruang/RS
: Rajawali 2B RSUP Dr. Kariadi Semarang
A. Pengkajian 1.
Data Pasien Nama
: Tn. S
Tgl Lahir
: 15 Februari 1981
Umur
: 38 tahun
Alamat
: Demak
Agama
: Islam
Diagnosa Medis
: Ca Parotis
Masuk RS
: Sabtu, 10 Agustus 2019
2. Data Penanggung Jawab Nama
: Ny. W
Umur
: 36 tahun
Alamat
: Demak
Hubungan
: Istri
B. Keluhan Utama Pasien mengatakan sesak nafas. C. Riwayat Kesehatan 1.
Riwayat Kesehatan Sekarang Keluarga pasien mengatakan ± 1 minggu sebelum dirawat di RSUP Dr. Kariadi, pasien mengalami kesulitan bernapas disertai batuk berdarah, batuk berwanrna merah segar dan sampai saat pengkajian pasien masih batuk berdarah. Pasien merasasemakin sesak dan nyeri di bagian dada. Lalu pasien datang ke poli rawat jalan RSUP Dr. Kariadi untuk kontrol rutin dengan riwayat kanker kelenjar parotis, kemudian oleh dokter disarankan untuk penanganan lebih lanjut di IGD RSUP Dr.
Kariadi. Di IGD dilakukan pemasangan selang di dada karena ada kebocoran udara paru-paru. 2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Keluarga pasien mengatakan pasien sudah mempunyai penyakit kanker kelenjar parotis sejak setahun yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi dan DM. 3.
Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami sakit yang sama dengan pasien. Pasien juga mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit keturunan seperti DM dan Hipertensi.
D. Pola Fungsional Gordon 1.
Pola Manajemen dan Persepsi Kesehatan Keluarga pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera dibawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas. Saat sakit pasien berusaha untuk mendatangi tempat pelayanan kesehatan untuk kesembuhan penyakitnya.
2.
Pola Nutrisi dan Metabolisme a.
Sebelum Sakit Keluarga pasien mengatakan makan 3x sehari dengan sayur dan lauk pauk. Pasien minum ± 1 L per hari.
b.
Saat Sakit Keluarga pasien mengatakan makan 3x sehari sesuai dengan diit yang diberikan gizi dengan susu. Pasien minum ±500 cc per hari. Observasi : A : BB : 50 Kg, TB : 160 cm B : Hb : 9.9 g/dL, Ht : 30,4 % C : Keadaan rambut : Bersih, Kulit : sawo matang, Turgor kulit : Kembali < 2 detik, Keadaan mata : anemis dan tidak terdapat jejas D : Jumlah menu makanan yang dikonsumsi 3x dalam sehari dengan menu yang diberikan adalah susu.
3.
Pola Eliminasi a.
Sebelum Sakit Keluarga pasien mengatakan BAB 1 x sehari dengan frekuensi normal. BAK ±5-6 x sehari dengan frekuensi normal.
b.
Saat Sakit
Keluarga pasien mengatakan terakhir BAB minggu 1 minggu yang lalu dengan konsistensi lunak berwana kuning kecokelatan. Frekuensi BAK jumlahnya 1000 cc. 4.
Pola Istirahat dan Tidur a.
Sebelum Sakit Kelaurga pasien mengatakan sebelum sakit tidurnya teratur, 7-8 jam perhari
b.
Saat Sakit Kelaurga pasien mengatakan selama dirawat pasien sulit untuk tidur, waktu tidur pasien ± 5 jam. Saat malam hari sering terbangun karena batuk dan merasa nyeri di dada.
5.
Pola Aktivitas dan Latihan a.
Sebelum Sakit Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit beraktivitas seperti biasa pergi bertani.
b.
Saat Sakit Keluarga pasien mengatakan saat sakit aktivitasnya dibantu oleh keluarga dan perawat. Skrining Fungsional – Indeks Barthel Faktor Ketergantungan Skor Faktor Ketergantungan 1. Personal Hygiene 1 6. Memakai pakaian 2. Mandi 1 7. Kontrol BAB 3. Makan 5 8. Kontrol BAK 4. Toileting 8 9. Ambulasi atau 5. Menaiki tangga
0
menggunakan kursi roda 10. Transfer kursi – tempat tidur
Kategori : Ketergantungan total (0-24) Ketergantungan berat (25-49) Ketergantungan sedang (50-74) Ketergantungan ringan (75-90) Ketergantungan minimal (91-99) Tn. S masuk dalam kategori ketergantungan berat dengan skor 49. 6.
Pola Peran dan Hubungan
Skor 8 10 10 3 3
Keluarga pasien mengatakan pasien mempunyai peran dan hubungan baik kepada orang lain. 7.
Pola Persepsi kognitif dan Sensori Keluarga pasien mengatakan pasien sudah cukup mengerti tentang penyakitnya.
8.
Pola Persepsi Diri / Konsep Diri Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sudah menerima keadaanya, pasien juga ingin cepat sembuh dan berharap dengan pengobatan dan perawatan akan memulihkan kesehatannya dan pasien juga optimis dengan kondisi tubuhnya.
9.
Pola Seksual dan Reproduksi Keluarga pasien mengatakan mempunyai seorang istri dan 2 orang anak
10. Pola Mekanisme Koping Pasien selalu memusyawarahkan dengan keluarga bila ada masalah, termasuk dengan penyakit yang dialami ini. Pasien selalu berusaha meminta kepada yang Maha Kuasa masalah penyakit yang dialaminya agar segera membaik. Keluarganya sering memberikan support, motivasi, dan selalu menyemangati pasiennya agar pasien tidak terlalu stress dan tidak terlalu membebani hidupnya. Selain itu, keluarga pasien pun selalu menemani pasien secara bergantian ketika sedang dirawat di rumah sakit sehingga pasien tidak merasa sendirian. 11. Pola Nilai dan Kepercayaan a.
Sebelum Sakit Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit ia dapat beribadah dengan teratur sholat 5 waktu dengan biasa.
b.
Saat Sakit Keluarga pasien mengatakan ibadahnya pasien cukup terganggu karena kondisinya. Saat ini pasien hanya selalu berdoa untuk kesembuhannya.
E. Pemeriksaan Fisik 1.
Pemeriksaan Umum a.
Keadaan umum : Lemah
b.
Kesadaran
: Compos mentis
c.
TTV
:
TD
: 120/80 mmHg
R
: 27 x/menit
N
: 80 x/menit
S 2.
: 36,6°C
Pemeriksaan Head to toe a.
Kepala : Mesochepal Rambut : Bersih, berwarna hitam Mata
: konjungtiva anemis, edema pada kedua kelopak mata
Hidung : Simetris, tidak ada polip Telinga : Tidak ada serumen, simetris Mulut
: Mukosa kering
b.
Leher
: Terdapat pembengkakan pada bagian leher
c.
Dada
d.
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Getaran seimbang antara kanan dan kiri
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
: Vesikuler
Jantung Inspeksi
: Tidak ada pembesaran jantung, ictus cordis terlihat di ICS 5
Palpasi
: Ictus cordis teraba di ICS V
Perkusi
: Redup
Auskultasi
: S1 > S2, regular, tidak terdengar bunyi gallop dan murmur
e.
Abdomen Inspeksi
: Bentuk simetris
Palpasi
: Supel
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Bising usus terdengar 11 x/menit
f.
Punggung
: Tidak ada lesi / dekubitus, bentuk tulang normal
g.
Genetalia
: Pasien terpasang DC
h.
Ekstermitas
:
Kekuatan otot : Atas
5
5
Bawah
5
5
edema pada kedua tangan i.
Turgor kulit baik < 2 detik
F. Pemeriksaan Penunjang 1.
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 17 Agustus 2019
Pemeriksaan HEMATOLOGI Hematologi Paket Hemoglobin Hematokrit Eritrosit MCH MCV MCHC Leukosit Trombosit RDW MPV KIMIA KLINIK Elektrolit
2.
Hasil
Satuan
Nilai Normal
9.9 30.4 3.47 28.5 87.6 32.6 7.2 280 14.4 10
g/dL % 10̂ 6/uL Pg fL g/dL 10̂ 3/uL 10̂ 3/uL % fL
13.00 – 16.00 40 – 54 4.4 – 5.9 27.00 – 32.00 76 – 96 29.00 – 36.00 3.8 – 10.6 150 – 400 11.60 – 14.80 4.00 – 11.00
Natrium
140
mmol/L
136 – 145
Kalium
4.5
mmol/L
3.5 – 5.1
Chlorida
102
mmol/L
98 - 107
Pemeriksaan X Foto Toraks AP pada tanggal 13 Agustus 2019 Kesan :
Konfigurasi jantung relative sama
Multiple opasitas non uniform pada lapangan atas tengah bawah paru kanan kiri sama
cenderung pulmonary metastasis
Opasitas bentuk lobulated batas tak tegas pada paravertebral kanan setinggi vertebra Th.1-8
curiga massa mediastinum DD/ limfadenopati
Pneumothoraks kanan relative sama
Efusi pleura kiri relative sama
G. Program Therapy RL
20 tpm
Intra vena
Codein
10 mg/8 jam
P.O
Asam Tranexamat
500 mg/8 jam
Intra vena
Durogesic Patch
tiap 72 jam
H. Analisa Data No 1.
Data Fokus Etiologi Problem DS : Pasien mengatakan sesak Sekresi yang Bersihan jalan
nafas dan batuk
tertahan
nafas
DO :
efektif
Pasien terlihat sesak dan batuk
(D.0001)
tidak
berdarah berwarna merah segar 2
RR : 27 x/menit DS :
Agen
Pasien mengatakan nyeri
biologis
cedera Nyeri akut (00132)
P : saat bergerak Q : seperti mencengkram R : pada dada S : skala 4 T : hilang timbul DO: Pasien tampak menahan nyeri I.
Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan (D0001) 2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (00132)
J.
Intervensi Keperawatan Tangga l / Jam Sabtu,
Diagnosa
Tujuan Intervensi Keperawatan Bersihan jalan Setelah melakukan 1. Monitor status pernafasan.
TTD Arina
17
nafas
tidak tindakan 3x 24 jam 2. Posisikan
Agustus
efektif
diharapkan
2019
berhubungan
dengan
10.05
dengan sekresi jalan nafas kembali 4. Ajarkan
WIB
yang tertahan efektif (D0001)
klien
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi.
bersihan 3. Lakukan fisioterapy dada dengan
relaksasi
kriteria hasil:
dalam.
1. Frekuensi
5. Anjurkan
pernafasan dalam
pasien
untuk
nafas
dapas
pasien
untuk
menggunakan masker
batas normal 18- 6. Ajarkan 20x/menit
pasien
untuk
teknik batuk efektif
2. Mampu
7. Kolaborasi
dengan
tim
mengeluarkan
medis dalam pemberian
sekret
O2 dan nebulizer
3. Tidak
terdapat
suara
nafas
tambahan akut Setelah dilakukan
Sabtu,
Nyeri
1.
17
berhubungan
Agustus
dengan agens keperawatan selama
2019
cedera
3x24 jam diharapkan
10.10
biologis
nyeri teratasi dengan
non farmakologi: nafas
WIB
(00132)
kriteria hasil:
dalam, relaksasi,
1. Mampu
distraksi, kompres
tindakan
nyeri secara komprehensif 2.
mengontrol nyeri (tau
Lakukan pengkajian
penyebab
nyeri,
hangat/dingin 3.
mampu
Observasi reaksi nonverbal dari
menggunakan teknik
Ajarkan tentang teknik
ketidaknyamanan 4.
Bantu pasien dan
nonfarmakologi
keluarga mencari dan
untuk
menemukan dukungan
mengurangi nyeri,
5.
mencari
dapat mempengaruhi
bantuan) 2. Melaporkan
Kontrol lingkungan yg nyeri
6.
Kurangi faktor
Arina
bahwa
nyeri
berkurang dengan
presipitasi nyeri 7.
menggunakan
mengurangi nyeri
manajemen nyeri 3. Skala
Berikan analgetik untuk
nyeri
berkurang 1 -3 4. Mampu
8.
Monitor vital sign
9.
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
mengenali
nyeri
lama nyeri akan
(skala, intensitas,
berkurang dan antisipasi
frekuensi,
ketidaknyamanan dari
dan
tanda nyeri) 5. Menyatakan rasa nyaman
prosedur 10. Tingkatkan istirahat
setelah
nyeri berkurang 6. Tanda vital dalam rentang normal
K. Implementasi Keperawatan Tanggal
Kode
Tindakan
/ jam Sabtu, 17
Dx. D0001
Respon Keperawatan Mengkaji keluhan DS : Klien mengeluh sesak nafas,
Agustus
00132
klien
batuh berdarah dan nyeri
TTD Arina
2019
DO :
11.10
- KU : lemah
WIB
- Klien terlihat sesak nafas dan batuk
11.15
Melakukan
WIB
pengkajian
DS : pasien mengeluh nyeri
Arina
nyeri P : saat bergerak
secara
Q : seperti mencengkram
komprehensif
R : pada dada S : skala 4 T : hilang timbul DO : klien tampak menahan nyeri Arina
11.25
Memposisikan
WIB
pasien
DS : pasien mengatakan lebih
untuk nyaman dengan posisi seifowler
memaksimalkan
DO : pasien tampak lebih rileks dan
ventilasi
tenang dengan posisi semi fowler
(semifowler) Arina 11.35
Mengajarkan
DS : -
WIB
pasien
untuk DO : pasien tampak rileks
relaksasi
nafas
dalam. Arina 11.45
Mengajarkan
DS : -
WIB
pasien untuk teknik DO : pasien dapat batuk dan batuk efektif
mengeluarkan
darah
berwarna
Arina
merah segar 12.10
Melakukan
DS : pasien mengatakan lebih
WIB
kolaborasi
nyaman
pemberian
O2 DO : pasien tampak lebih tenang
melalui nasal canul 3 lpm
RR : 25 x/menit Arina
12.15
Memonitor tanda- DS : -
WIB
tanda vital
DO : TD
: 100/70 mmHg
N
: 78 x/menit
RR
: 25 x/menit
S
: 36.5 °C
Minggu,
D0001
SpO2 : 96% Mengkaji keluhan DS : Klien mengeluh masih sesak
18
00132
klien
Arina
nafas dan batuh berdarah
Agustus
DO :
2019
- KU : lemah
10.50
- Klien terlihat sesak nafas dan
WIB
batuk
10.55
Melakukan
WIB
pengkajian
DS : pasien mengeluh nyeri
Arina
nyeri P : saat bergerak
secara
Q : seperti mencengkram
komprehensif
R : pada dada S : skala 4 T : hilang timbul DO : klien tampak menahan nyeri Arina
11.00
Memposisikan
WIB
pasien
DS : pasien mengatakan lebih
untuk nyaman dengan posisi seifowler
memaksimalkan
DO : pasien tampak lebih rileks dan
ventilasi
tenang dengan posisi semi fowler
(semifowler) Arina 11.05
Menganjurkan
DS : -
WIB
pasien
untuk DO : pasien tampak rileks
relaksasi
nafas
dapas dalam. Arina 11.10
Menganjurkan
DS : -
WIB
pasien untuk teknik DO : pasien dapat batuk dan
batuk efektif
mengeluarkan darah berwarn merah segar Arina
11.30
Melakukan
DS : pasien mengatakan kurang
WIB
kolaborasi dengan nyaman menggunakan NRM, lebih tim medis dalam nyaman dengan nasal canul pemberian
O2 DO : pasien menggunakan O2 nasal
(NRM 10 lpm)
canul 4 lpm SpO2 : 95%
Arina
11.50
Memberikan
DS : -
WIB
analgesic
untuk DO : pasien tampak lebih tenang
mengurangi
nyeri
(Durogesic patch)
Arina
12.00
Memonitor tanda- DS : -
WIB
tanda vital
DO : TD : 110/80 mmHg N : 91 x/menit RR : 26 x/menit S
: 36,5°C
Arina
13.10
Memberikan terapi DS : pasien mengatakan sesak
WIB
O2 (NRM 10 lpm)
nafas berkurang DO : pasien kooperatif dengan pemberian terapi O2 melalui NRM 10 lpm Pasien tampak lebih nyaman
Senin, 19
D0001
SpO2 : 97% Mengkaji keluhan DS : pasien mengatakan masih
Agustus
00132
pasien
merasa sesak nafas tetapi sudah
2019
berkurang
14.30
berdarah
WIB
DO :
dan
masih
batuk
Arina
KU : lemah Pasien tampak sesak dan menggunakan O2 NRM 10 lpm 14.35
Memonitor TTV
Arina DS : -
WIB
DO : TD : 110/70 mmHg N : 87 x/menit RR : 24 x/menit S
: 36,60 C
SpO2 : 96% 14.45
Mempertahankan
WIB
posisi semi fowler DS : pasien mengatakan lebih untuk
nyaman
memaksimalkan
DO : pasien tampak lebih tenang
Arina
ventilasi Arina 14.50
Melakukan
WIB
fisioterapi dada
DS : DO : pasien tampak bisa batuk dan mengeluarkan batuk berdarah
Menganjurkan 15.05
relaksasi
WIB
dalam
Arina nafas DS : pasien mengatakan nyeri
Menganjurkan 17.20
pasien
WIB
meningkatkan istirahat
berkurang
untuk DO : pasien tampak lebih tenang DS : keluarga pasien mengatakan pasien sudah lebih tenang karena nyerinya sudah berkurang DO : pasien tampak tidur
Arina
L. Evaluasi Keperawatan Tanggal / jam
Diagnosa Keperawatan
Catatan Perkembangan
TTD
Senin,
19 Bersihan jalan S : keluarga pasien mengatakan pasien sesak
Agustus
nafas
2019
efektif
berdarah
20.10 WIB
berhubungan
O:
tidak nafas berkurang dan terkadang masih batuk
dengan sekresi
Arina
yang
-
KU : lemah
-
TD : 120/70 mmHg, N : 88 x/menit, RR :
tertahan
23 x/menit
(D0001)
-
SpO2 : 97%
A : Masalah keperawatan bersihan jalan nafas teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi -
Monitor status pernafasan.
-
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
-
Lakukan fisioterapy dada
-
Ajarkan pasien untuk relaksasi nafas dapas dalam.
-
Anjurkan pasien untuk menggunakan masker
Senin,
19 Nyeri
akut
-
Ajarkan pasien untuk teknik batuk efektif
-
Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian O2 dan nebulizer S: pasien mengatakan nyeri berkurang
Agustus
berhubungan
P : saat bergerak
2019
dengan agens
Q : seperti mencengkram
10.05 WIB
cedera
R : pada dada
biologis
S : skala 3
(00132)
T : hilang timbul O: pasien tampak lebih rileks A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebgaian P: lanjutkan intervensi Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Arina
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: nafas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Kontrol lingkungan yg dapat mempengaruhi nyeri Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Monitor vital sign Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur Tingkatkan istirahat