4 0 221 KB
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN DENGAN OTITIS MEDIA AKUT
Di Susun Oleh : Kelompok 3 1. Sintya Ayu Prameswari 2. Sinta Bela Triyani 3. Riska Yuniarti 4. Pramudya Nelsa Ersa 5. Rendy Akmal Herliansa 6. Siti Sulchatun 7. Poningsih 8. Rosen Agustina Br. Ginting 9. Rustini 10. Puji Astutu 11. Rismilawati 12. Sumali
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA BENGKULU PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KONVERSI LUBUKLINGGAU TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, tak lupa shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga melalui rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Klien dengan Otitis Media Akut”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah di Stikes Bhakti Husada Bengkulu. Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan para pembacanya yang senantiasa tidak pernah putus dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menambah wawasan.
Lubuklinggau, Penulis
Oktober 2020
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...........................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.........................................................................................................1 Rumusan Masalah....................................................................................................2 Tujuan......................................................................................................................2 Manfaat....................................................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoritis Otitis Media Akut..............................................................3 1.
Definisi..................................................................................................3
2.
Etiologi..................................................................................................3
3.
Patofisisologi.........................................................................................4
4.
WOC.....................................................................................................7
5.
Manifestasi Klinis.................................................................................8
6.
Pemeriksaan Penunjang........................................................................9
7.
Penatalaksanaan Medis.........................................................................9
B. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................22 1. Pengkajian...........................................................................................22 2. Analisa Data........................................................................................26 3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul..................................28 4. Rencana Asuhan Keperawatan............................................................28 5. Implementasi.......................................................................................31 6. Evaluasi...............................................................................................32 BAB III TINJAUAN KASUS 1. Pengkajian...........................................................................................22 2. Analisa Data........................................................................................26 3. Diagnosa Keperawatan yang Muncul..................................................28 4. Rencana Asuhan Keperawatan............................................................28 5. Implementasi.......................................................................................31 6. Evaluasi...............................................................................................32 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................33 B. Saran..........................................................................................................33 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berlangsung kurang dari tiga minggu (Donaldson, 2010). Yang dimaksud dengan telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius (Tortora dkk, 2009). Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaituefusi telinga tengah
yang
akan
berkembang
menjadi
pus
oleh
karena
adanya
infeksi
mikroorganisme, adanya tanda inflamasi akut, serta munculnya gejala otalgia, iritabilitas, dan demam (Kaneshiro, 2010; WHO, 2010). Dalam realita yang ada, OMA merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang umum terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di negara-negara dengan ekonomi rendah dan Indonesia, serta memiliki angka kejadian yang cukup bervariasi pada tiaptiap negara (Aboet, 2006; WHO, 2006; WHO-SEARO, 2007). Penyakit ini juga telah menimbulkan beban lain yang cukup berarti, diantaranya waktu dan biaya. Ramakrishnan menemukan bahwa OMA merupakan penyakit infeksi yang paling sering terjadi di Amerika Serikat (Ramakrishnan, 2007). Salah satu laporan Center for Disease Control and Prevention (CDC) dalam salah satu programnya yaitu CDC’s Active Bacterial Core Surveillance (ABCs) di Amerika Serikat tahun 1999 menunjukkan kasus OMA terjadi sebanyak enam juta kasus per tahun. Meropol, dkk juga mendapati 45-62% indikasi pemberian antibiotik pada anak-anak di Amerika Serikat disebabkan OMA (Meropol dkk, 2008). Oleh karena pemakaian antibiotik yang tinggi, beban negara tersebut yang digunakan untuk kasus OMA tergolong signifikan, melebihi 3,8 triliun dolar setiap tahunnya (Heikkinen dkk, 1999). Sementara itu di Kanada, tepatnya di Quebec, biaya penanganan OMA diperkirakan menghabiskan dana lebih dari sepuluh juta dolar setiap tahunnya dan tenaga medis menghabiskan waktu kira-kira 4,9 jam untuk keseluruhan penanganan OMA (Dube dkk, 2011). Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang cukup berkaitan dengan terjadinya OMA. Kasus OMA secara umum banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan kalangan usia lainnya. Kondisi demikian terjadi karena faktor anatomis, dimana pada fase perkembangan telinga tengah saat usia anak-anak, tuba Eustachius memang memiliki posisi yang lebih horizontal dengan drainase yang minimal
dibandingkan dengan usia lebih dewasa (Tortora dkk, 2009). Hal inilah yang membuat kecenderungan terjadinya OMA pada usia anak-anak lebih besar dan lebih ekstrim dibandingkan usia dewasa (Torpy, 2010). Meskipun secara teoritis dinyatakan demikian, pendataan tentang kasus OMA berdasarkan tingkat usia menunjukkan hasil yang bervariasi pada berbagai negara. Kaneshiro menyatakan bahwa OMA merupakan penyakit yang umum terjadi pada bayi, balita, dan anak-anak, sedangkan kasus OMA pada orang dewasa juga pernah dilaporkan terjadi, namun dengan frekuensi yang tidak setinggi pada anak-anak (Kaneshiro, 2010). Di Amerika Serikat, Lanphear, dkk menyatakan bahwa otitis media merupakan diagnosis yang paling sering ditegakkan pada anak-anak pra-sekolah, bahkan kejadiannya meningkat selama dekade terakhir (Lanphear dkk, 1997). Donaldson (2010) bahkan menunjukkan bahwa 70% dari anak-anak mengalami ≥ 1 kali serangan OMA sebelum usia 2 tahun. Di Kanada, Dube, dkk (2011) melakukan studi di Quebec dan mendapatkan bahwa pada usia 3 tahun, 60-70% anak telah mengalami minimal 1 kali episode OMA. Di Indonesia sendiri, belum ada data akurat yang ditemukan untuk menunjukkan angka kejadian, insidensi, maupun prevalensi OMA. Suheryantomenyatakan bahwa OMA merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, bahkan di poliklinik rumah sakit. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah; Bagaimana asuhan keperawatan dengan Otitis Media Akut C. Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu memperoleh pengalaman serta nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Otitis Media Akut pendekatan dengan proses keperawatan. Laporan ini dilaksanakan untuk mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan dengan Otitis Media Akut yang meliputi dapat melakukan pengkajian, dapat menentukan masalah keperawatan, dapat merencanakan tindakan keperawatan, dapat melaksanakan tindakan keperawatan, dapat melakukan evaluasi. D. Manfaat Memberikan informasi mengenai penyakit Otitis Media Akut, sebagai informasi lebih lanjut dalam memberikan asuhan keperawatan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep teori penyakit dengan Otitis Media Akut (OMA)
1. Definisi Otitis media adalah infeksi pada telinga tengah yang menyebabkan peradangan (kemerahan dan pembengkakan)
dan penumpukan
cairan di
belakang gendang telinga.Otitis media akut biasanya merupakan komplikasi dari disfungsi tuba eustachian yang terjadi selama infeksi saluran pernafasan atas virus.Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae, dan Moraxella
catarrhalis adalah organisasi yang paling umum diisolasi dari cairan telinga bagian tengah (Rudi haryono,2019). Otitis media akut merupakan penyakit yang umum terjadi pada anak, yang disebabkan oleh infeksi (bakteri atau virus) cairan di telinga tengah.Peningkatan kerentanan pada bayi dan anak yang masih kecil sebagian disebabkan oleh tuba eustachius yang pendek
dan terletak
horizontal, keterbatasan respons terhadap antigen, dan sebelumnya kurang terpajan patogen umum (Yoon et al., 2011). Otitis media, infeksi akut telinga tengah, merupakan infeksi bakteri yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak awal, yang paling sering disebabkan oleh refluks nasofaring atau disfungsi tuba eustachius.sebagian besar anak mengalami setidaknya satu episode otitis media. Organisme bakteri lebih mudah berjalan melewati tuba eustachius pada bayi atau anak kecil dibandingkan pada individu dewasa. Hal tersebut terjadi karena tuba eustachius lebih besar dan lebih horizontal pada anak, memungkinkan bakteri dan nasoofaring mudah masuk ke teling tengah (Smeltzer, 2001) 2. Etiologi Biasanya, OMA adalah komplikasi dari disfungsi tuba eustachian yang terjadi selama infeksi saluran pernafasan atas virus akut. Bakteri dapat diisolasi dari kultur cairan telinga tengah pada 50% hingga 90% kasus OMA dan OME. Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae (non typable), dan Moraxella catarrhalis adalah organisasi yang paling umum ditemukan (Arrieta & singh,
2004).H. Influenzae telah menjadi organisme yang paling umum ditemukan pada anak-anak dengan OMA berat atau refraktori setelah pengenalan vaksin konjugat pneumokokus (PCV) (Maria Putri Sari Utami, 2019) 3. Patofisiologi Otitis media awalnya dimulai sebagai proses peradangan setelah infeksi saluran pernafasan atas virus yang melibatkan mukosa hidung, nasofaring, dan tuba eusthacia. Ruang anatomi yang sempit membuat edema yang disebabkan oleh proses inflamasi menghalangi bagian eustachia dan mengakibatkan penurunan ventilasi. Hal ini menyebabkan kaskade kejadian seperti peningkatan tekanan negatif di telinga tengah dan penumpukan sekresi mukosa yang meningkatkan kolonisasi organisme bakteri dan virus di telinga tengah. Pertumbuhan mikroba di telinga tengah ini kemudian membentuk nanah yang di tunjukan sebagai tanda-tanda klinis Otitis Media Akut (OMA) (Danishyar & Ashurst, 2017)
Web of Cautions Perubahan tekakan udara tiba-tiba (alergi ,infeksi, sumbatan) -secret -tampon -tumor
Terjadi erosi pada kanalis semisirkularis
Gangguan tube eustachius Pencegahan invasi kuman terganggu
Kuman masuk ke telinga
Tekanan udara negatif di telinga tengah
Peradangan
Efusi
Resiko cedera
Retrsksi membrani timpani Tindakan mastoidektomi
Nyeri akut Ansietas Resiko Infeksi
Meningkat produksi cairan serosa Akumulasi cairan mukosa serosa
Hantaran udara yang diterima menurun
Ruptur membran timpani karena desakan Resiko infeksi Pengobatan tidak tuntas/ episode berulang
Kurangnya informasi
Defisiensi pengetahuan
Gangguan persepsi sensori
Sekret keluar dan berbau tidak enak (otorrhoe ) Gangguan citra tubuh
Infeksi berlanjut dapat sampai ke telinga dalam Terjadi erosi pada kanalis semisirkularis -Hipertermi -pening/vertigo -keseimbangan tubuh menurun Resiko cidera /trauma
Sumber :Nanda nic-noc jilid 3
4. Manifestasi klinis Gejala otitis media bervariasi tergantung dari tingkat keparahan infeksi. Kondisi tersebut biasanya unilateral pada orang dewasa dan dapat disertai oleh otalgia.Rasa nyeri terjadi setelah perforasi spontan atau sayatan teraupetik dari membran timpani.Gejala lainnya adalah drainase dari telotoskopik, saluran pendengaran eksternal tampak normal.Membran timpani menyebabkan adanya eritema dan pembengkakan. Namur demikian, pasien melaporkan tidak adanya rasa sakit dengan gerakan daun telinga (Smeltzer dkk, 2010) 5. Pemeriksaan Penunjang a. Otoscope untuk melakukan inspeksi pada bagian telinga dalam b. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekauan mambran timpani c. Kultur dan uji sesitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani) d. Otoskopi pneumatic (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon telinga terhadap perubahan tekanan udara 6. Penatalaksanaan Medis a. Pemberian Antibiotik 1) Tujuan Tujuan pemberian antibiotic untuk melumpuhkan atau menghilangkan bakteri 2) Efek Samping Jika diberikan secara kontinyu dan tidak teratur akan menyebabkan resistensi bakteri, dan akan menimbulkan alergi baru jika antibiotic tidak cocok dengan tubuh 3) Indikasi Lebih banyak diberikan pada penderita peradangan yang disebabkan oleh bakteri 4) Kontraindikasi Berbahaya diberikan pada penderita bronchitis, asma dan aritmia b. Pemberian Analgesik 1) Tujuan Untuk menghilangkan nyeri 2) Efek Samping
Umumnya asam mefenamat dapat diberikan dengan baik pada dosis yang dianjurkan. Pada beberapa kasus pernah dilaporkan terjadinya rasa mual, muntah, diare. 3) Indikasi Untu menghilangkan segala nyeri dari ringan sampai sedang dalam kondisi akut dan kronis termasuk nyeri karena trauma. 4) Kontraindikasi Pada penderita tukak lambung, penderita asma, penderita ginjal dan penderita yang hipersensitif. B.
Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Hidayat, A. Aziz Alimul, Uliyah, Musrifatul, 2014).
Kebutuhan Akrualisasi Diri Keburtuhan akan harga diri Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki Kebutuhan rasa aman nyaman
Kebutuhan Psikologi
Dalam buku Uliyah dan Hidayah (2011), menurut Abraham Maslow terdapat 5 tingkatan kebutuhan manusia, yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis, merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki 8 macam kebutuhan, yaitu : Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, Kebutuhan cairan dan elektrolit, Kebutuhan makanan, Kebutuhan eliminasi urine, Kebutuhan istirahat dan tidur, Kebutuhan aktivitas,
Kebutuhan
kesehatan temperatur tubuh, dan Kebutuhan seksual. 2. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologi, maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi :Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan infeksi, Bebas dari rasa takut dan kecemasan , Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing. 3. Kebutuhan rasa amannya pada pasien yang mengalami nyeri merupakan kebutuhan dari fisiologi dimana pasien merasa nyeri merabat dan dipersepsikan oleh individu yang dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan tansmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus.
Kebutuhan
Rasa
Cinta,
Memiliki
dan
Dimiliki ini
meliputi: Memberi dan menerima kasih sayang, Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, Kehangatan, Persahabatan, dan mendapatkan tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan sosial. 4. Kebutuhan Harga Diri, ini meliputi: Perasaan tidak begantung pada
orang lain,
Kompeten, Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri, ini meliputi: Dapat mengenal diri sendiri dengan baik(mengenal dan memahami potensi diri), Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri, Tidak emosional, Mempunyai dedikasi yang tinggi, Kreatif, dan Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia pada anak dengan Otitits Media Akut adalah Kebutuhan rasa amannya , karena pada pasien
yang
mengalami nyeri merupakan
kebutuhan dari fisiologi dimana pasien merasa nyeri merabat dan dipersepsikan oleh individu yang dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan tansmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus. Rasa nyeri terjadi karena adanya tekanan yang terjadi karena tekanan dituba eusthacius yang menyebabkan nyeri. Peningkatan suhu terjadi karena hipotalamus yang mengaktifkan sistem komplemen yang membentuk dan melepaskan zat C3a dan C5a yang merangsang PGE2 hipotalamus sehingga penderita mengalami peningkatan suhu.
Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia yaitu membantu pasien (dari level individu hingga level masyarakat), baik dalam kondisi sakit maupun sehat, guna mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui layanan keperawatan (Setiadi , 2012) C.
Proses Keperawatan Pada dasarnya proses keperawatan adalah suatu metode ilmiah yang sistematis dan terorganisir untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Kegiatan dalam proses keperawatan dirancang langkah demi langkah dengan urutan yang khusus dengan menggunakan pendekatan ilmiah, serta berfokus pada respons manusia agar memperoleh pengertian yang relevan dengan status kesehatan klien.Pros keperawatan es merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan perkembangan profesi keperawatan (Setiadi , 2012) 1. Pengkajian a. Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan dan dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi suatu kesehatan klien. Hal-hal yang perlu
dikaji pada pasien otitis media akut antara lain Pengkajian terhadap pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, interaksi keluarga, konsep diri, status mental, respon emosional. b. Pengkajian terhadap tanda-tanda vital, rasa nyeri, berat badan, respon psikologis, kebutuhan nutrisi, kebutuhan cairan, komplikasi yang terjadi. Data yang perlu dikaji pada pasien otitis media akut antara lain: a) Aktivitas/istirahat : penurunan aktivitas, tidur terganggu. b) Eliminasi : Keluaran urine c) Nutrisi : Anoreksia, mual/muntah d) Nyeri 2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisiologis DS : -
Mengeluh nyeri
DO :
-
Tampak meringis
-
Bersikap Protektif
-
Gelisah
-
Sulit tidur
b. Hipertermi b.d DS : -
Mengeluh demam
DO : -
Akral teraba hangat
-
Suhu tubuh > 37,5ºC
c. Resiko Infeksi b.d Tindakan mastoidektomi DS : DO : - Tindakan Invasif
3. Rencana Keperawatan Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Nyeri akut b.d agen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
pencedera fisiologis
selama 3x 24 jam diharapkan nyeri
SIKI : Manajemen Nyeri
menurun dengan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitasnyeri.
SLKI : Kontrol Nyeri
2. Beri posisi yang nyaman
Ekspetasi : Meningkat
3. Berikan teknik non farmakologis untuk menguransi nyeri.
Kriteria Hasil
1
2
3
4
5
4. Observasi TTV
Melaprkan nyeri terkontrol
1
2
3
4
5
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Kemampuan mengenali nyeri
1
2
3
4
5
Kemampuan mengenali penyebab nyeri
1
2
3
4
5
Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis
1
2
3
4
5
Hipertermi b.d Terjadi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
SIKI : Manajemen Hipertermi
erosi pada karanalis
selama 3x24 jam diharapkan hipertermi
1. Identifikasi penyebab hipertermi
semisirkularis
dapat berkuarang dengan
2. Monitori suhu tubuh
SLKI : Termogulasi
3. Sediakan lingkungan yang dingin
Ekspetasi :Membaik
4. Lakukan pendinginan eksternal ( mis. 1
2
3
4
5
Kompres dingin)
1
2
3
4
5
5. Anjurkan tirah baring
Suhu tubuh
1
2
3
4
5
Suhu kulit
1
2
3
4
5
Menggigil
1
2
3
4
5
Kriteria Hasil Kulit kemerahan
Resiko infeksi b.d invasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan bakteri
SIKI : Pencegahan infeksi
selama 3x 24 jam diharapkan ifeksi tidak
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
terjadi dengan.
2. Cuci tangan sbelum dan sesudah kontak dngan pasien
SLKI : Tingkat Infeksi
3. Berikan Perawatan luka 4. Pertahankan teknik aseptk
Ekspetasi : Membaik Kriteria Hasil
1
2
3
4
5
kemerahan
1
2
3
4
5
Keluar darah
1
2
3
4
5
Kultur area luka
1
2
3
4
5
4. Implementasi Implementasi adalah pengelolaan dan wujud dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari intervensi keperawatan antara lain adalah: mempertahan daya
tahan
tubuh,
mencegah komplikasi, menentukan
perubahan sistem tubuh, memantapkan hubungan klien dengan lingkungan dan implementasi pesan dokter. 5. Evaluasi Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan
yang
ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil tahap perencanaan.
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. IdentitasPasien Nama
: An. S
Umur
: 14 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Jl. Pioner Majapahit
Diagnosis medis
: Otitis media akut (OMA)
2. Penanggung Jawab Nama
: Tn. T
Umur
: 27 Tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jl. Pioner Majapahit
B. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat Klien a. Keluhan Saat Ini Pasien datang ke poliklinik THT diantar ayahnya dengan keluhan demam 3hari, telinga berair dan terasa nyeri. TD: 120/90 mmHg, P: 76x/m, RR: 20x/m, T: 38ºC b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien mengeluh merasa nyeri pada telinga bagian kanan, dan keluar cairan putih seperti nanah dan berbau pada telinga kanan dan telah mengalami demam selama 3 hari c. Riwayat Kesehatan Dahulu Setahun yang lalu pasien pernah mengalami pada telinga bagian kanan, tetapi diabaikan karena pasien tidak terlalu merasakan nyeri dan masih dapat mendengarkan secara normal.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga yang lain tidak ada yang pernah mengalami penyakit yang sama seperti yang diderita oleh klien. e. Genogram
C. Pola Fungsi Kesehatan Gordon 1. Persepsi terhadap kesehatan Sebelum sakit Sebelum sakit pasien sangat peduli akan kesehatannya. Pasien selalu berobat kedokter jika mengalami keluhan. Selama sakit Saat pasien mengalami keluhan pasien sempat memeriksakan keluhannya kedokter terdekat. 2. Pola aktivitas dan latihan Sebelum sakit Aktivitas Mandi Berpakaian / baerdandan Eliminasi Mobilisasi di tempat tidur Pindah
0
1
2
3
4
Ambulansi Makan Keterangan :
0 = mandiri 1 = dibantu sebagian oleh alat 2 = dibantu oleh orang lain 3 = dibantu orang dan alat 4 = ketergantungan total Selama sakit Aktivitas Mandi Berpakaian / baerdandan Eliminasi Mobilisasi di tempat tidur Pindah Ambulansi Makan Keterangan :
0
1
2
3
4
0 = mandiri 1 = dibantu sebagian oleh alat 2 = dibantu oleh orang lain 3 = dibantu orang dan alat 4 = ketergantungan total 3. Pola istirahat dan tidur Sebelum sakit Pasien sebelum sdakit dapat tidur dengan nyaman. Pasien biasa tidur siang pada pukul 13.00 dan malam 21.00. Tidur pasien 8 jam sehari. Kualitas tidurnya baik,pasien tyidak pernah terbangun pada malam hari. Selama sakit Pasien mengatakan adanya keluhan gannguan tidur. Pola tidur pasien 5 jam sehari dengan tidur siang dan malam hari pasien tamnpak kesakitan menahan nyeri.sering dibantu dengan menggunakan obat.
4. pola nutrisi metabolic Sebelum sakit Pola makan pasien baik dengan porsi makan 1 piring penuh dengan komposisi sayur, lauk –pauk,nasi, dan susu. Porsi makan 3X dalam sehari. Pola minum pasien 8 gelas sehari kira – kira 1-2 liter sehari. Selama sakit Pola makan pasien baik dengan porsi makan 1 piring penuh dengan komposisi sayur, lauk –pauk,nasi, dan susu. Porsi makan 3X dalam sehari. Pola minum pasien 8 gelas sehari kira – kira 1-2 liter sehari. 5. pola eliminasi Sebelum sakit Pola eliminasi pasien sebelum sakit dengan BAB 2X sehari dan pola BAK 3X sehari. Konsistensi pasien lunak dan tidak encer. Warna kencing pasien kuning, tidak berbau, dan tidak ada keruh. Selama sakit Pola eliminasi pasien selama sakit dengan BAB 2 x sehari dan pola BAK 3X sehari. Konsistensi pasien lunak dan tidak encer. Warna kencing pasien kuning, tidak berbau, dan tidak ada keruh. 6. pola kognitif perseptual Selama sakit Pasien selalu tampak tenang dalam kehidupan sehari-hari. Pasien tidak pernah merasa nyeri. Selama sakit Pasien tampak bingung ,sering menyeringai menahan nyeri dan menekan bagian perut untuk mengurangi nyeri. 7. pola konsep diri Harga diri
: Pasien merasa putus asa dan tidak berdaya karena tidak bisa beraktifitas seperti biasa dan kehilangan privasinya.
Ideal diri
: Pasien ingin cepat sembuh dan dapat beraktivitas seperti sebelum sakit
Identitas diri
: Pasien sering melamun dan ketakutan
Gambaran diri
: Pasien merasa cemas akan dampak penyakit terhadap tubuhnya
Peran diri
: Pasien dapat melakukan perannya sebagai anggota keluarga seperti biasa
8. pola koping Sebelum sakit Pasien selalu menerima dirinya. Dalam mengatasi masalah pasien selalu menngunakan pikiran positif dan selalu menghadapi masalah dengan tenang. Selama sakit Pasien sering bertanya-tanya tentang penyakit ,kondisinya dan waktu kesembuhan penyakitnya.Pasien tampak berusaha meyakinkan diri untuk optimis sembuh.Pasien
taat
larangan
dokter,seksama
memperhatikan
penjelasan
dokter/perawat dan menjalani pengobatan dengan baik 9. pola seksual reproduksi Tidak dikaji 10. pola peran hubungan Tidak dikaji 11. pola nilai dan kepercayaan a. Agama
: Islam
b. Larangan agama
: Selama ini pasien tidak melakukan hal- hal yan di larang oleh agama
c. System dukungan
: Selama pasien sakit keluarga selalu mendukung dan selalu menemani pasien selama di rumah sakit.
D. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda-tanda vital Suhu
: 38°C
Nadi
: 76X/ menit
TD
: Normal (120/90 mmHg)
Pernafasan
: Takipnea ( 20 x / menit )
Tinggi badan
: 170 cm
Berat badan
: 60kg
Skala nyeri
:3
2. Keadaan Umum Kesan umum
: Nyeri
Wajah
: Pucat
Kesadaran
: Composmentis
Penafsiran umur : Dapat merespon orang dengan baik Cara berbaring dan bergerak: Pasien tidak mengalami kesulitan dalam berbaring dan bergerak. Bicara : Pasien mengalami kesulitan, kadang-kadang tidak jelas karena nyeri yang dialami dan kekerasan suara naik turun. Pakaian, kerapian, dan kebersihan badan: Pakaian klien terlihat rapi dan kebersihan badan bagus. 3. Kulit Rambut dan Kuku Inspeksi Warna kulit
: kemerahan
Lesi
: tidak/ada
Jumlah rambut
: merata
Warna kuku
: merah muda
Bentuk kuku
: normal (sudut antara pangkal kuku dengan ujung jari 160˚)
Cavilar revil
: normal bila kembali < 2 detik
Palpasi Suhu
: teraba panas
Kelembaban
: kering
Tekstur
: kasar
Turgor
: elastis
Edema
: tidak ada
4. Kepala
Inspeksi Kesimetrisan muka : simetris Tengkorak
: normal (tidak ada deformitas)
Rambut
: relative (dari banyak sampai sedikit)
Kulit kepala : tidak ada deformitas, tidak ada ketombe, Palpasi Kulit kepala
: tidak ada kotoran
deformitas : tidak ada 5. Mata bentuk bola mata
: bulat
konjunctiva : ikterik sclera : ikterik pupil
: isokor
gerakan : tidak terbatas tekanan bola mata : tidak ada nyeri tekan 6. Telinga Inspeksi Daun telinga
: simetris kanan kiri
Liang telinga : ada serumen, ada lesi Palpasi Cartilage
: ada nyeri tekan
Nyeri tekan tragus : ada, skala nyeri 3 7. Hidung Inspeksi Serumen
: tidak ada
Perdarahan
: tidak ada
8. Mulut Inspeksi Bibir
: mukosa bibir kering
Gigi
: tidak ada caries dan tidak agak kotor
Gusi
: tidak ada perdarahan
Lidah
: sedikit kotor, tidak ada pembengkakan
Faring : tidak ada lesi Ovula
: tidak ada pembengkakan
Tonsil : tidak ada pembengkakan Palpasi Pipi
: tidak ada nyeri tekan
Palatum
: tidak ada nyeri tekan
Lidah
: tidak ada nyeri tekan
9. Leher Inspeksi Bentuk leher
: sedang
Warna kulit
: sama dengan warna kulit sekitar
Bengkak
: tidak ada
Hyperplasia
: tidak ada
JVP
: tidak ada
Gerakan
: agak lemah
Palpasi Kelenjar limfa
: tidak ada nyeri tekan
Kelenjar tiroid
: tidak ada nyeri tekan
10. Dada Inspeksi Bentuk : ada peninggian diafragma, tidak ada pembengkakan Retraksi
: tidak ada
Kulit : sama dengan warna kulit sekitar,tidak ada lesi atau bisul Payudara : tidak ada benjolan Palpasi Benjolan : tidak ada,tidak ada nyeri tekan /krepitasi. Perkusi
: resonan
Auskultasi : sonor 11. Paru-paru
Inspeksi kanan dan kiri
: simetris atau tidak simetris
Palpasi kanan dan kiri : tidak ada nyeri tekan Perkusi kanan dan kiri : tidak ada suara tambahan Auskultasi kanan dan kiri : suara sonor 12. Jantung Inspeksi
: simetris
Palpasi : tak ada nyeri tekan Perkusi : tidak ada suara tambahan Auskultasi : normal 13. Abdomen Inspeksi Bentuk : tidak terlihat pembengkakan abdomen Simetris : tidak simetris kanan kiri Luka : tidak ada luka Auskultasi
: 30 X/menit
Perkusi : pekak Palpasi : terdapat nyeri tekan abdomen 14. Anus dan rectum
: Tidak dikaji
15. Kelamin
: Tidak terpasang kateter
16. Extrimitas atas
: Tidak terpasang
ANALISA DATA N O 1
DATA DS: Pasien mengatakan nyeri pada telinga
ETIOLOGI
MASALAH
Invasi bakteri
Nyeri
Infeksi telinga tengah
2
3
kanannya DO: -klien tampak meringis -Klien tampak Gelisah -Skala nyeri 3 TTV TD : 120/90 mmHg P : 76x/menit T : 38°C RR :20x/menit DS : Pasien mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu DO : - k/u lemah -pasien tampak pucat TTV TD : 120/90 mmHg P : 76x/menit T : 38°C RR : 20x/menit DS : Pasien mengatakan telinga kanannya berair DO : terlihat adanya cairan berwarna kekuning – kuningan pada telinga kanan TTV TD : 120/90 mmHg P : 76x/menit T : 38°C RR : 20x/menit
Proses peradangan MK : Nyeri
Invasi bakteri
Hipertermi
Infeksi telinga tengah Proses peradangan Pengeluaran zat pirogen endogen Peningkatan sepoin di hipotalamus MK : Hipertermi Invasi bakteri Pengobatan tidak tuntas/ episode berulang MK : Resiko Infeksi
Resiko infeksi
INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Nyeri akut b.d agen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
SIKI : Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis
selama 3x 24 jam diharapkan nyeri
1.
DS:
menurun dengan
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitasnyeri.
Pasien mengatakan
SLKI : Kontrol Nyeri
2.
Beri posisi yang nyaman
nyeri pada telinga
Ekspetasi : Meningkat
3.
Berikan teknik non farmakologis untuk menguransi nyeri.
kanannya
Kriteria Hasil
1
2
3
4
5 4.
Observasi TTV
DO:
Melaprkan nyeri terkontrol
1
2
3
4
5 5.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Kemampuan mengenali nyeri
1
2
3
4
5
Kemampuan mengenali penyebab nyeri
1
2
3
4
5
Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis
1
2
3
4
5
-klien tampak meringis -Klien tampak Gelisah -skala nyeri 3 TTV TD : 120/90 mmHg P
: 76x/menit
T
: 38°C
RR :20x/menit
Hipertermi b.d Terjadi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
SIKI : Manajemen Hipertermi
erosi pada karanalis
selama 3x24 jam diharapkan hipertermi
1.
Identifikasi penyebab hipertermi
semisirkularis
dapat berkuarang dengan
2.
Monitori suhu tubuh
DS :
SLKI : Termogulasi
3.
Sediakan lingkungan yang dingin
Pasien mengatakan
Ekspetasi :Membaik
4.
Anjurkan tirah baring
demam sejak 3 hari
Kriteria Hasil
1
2
3
4
5 5.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
yang lalu
Kulit kemerahan
1
2
3
4
5
terapi
DO :
Suhu tubuh
1
2
3
4
5
- k/u lemah
Suhu kulit
1
2
3
4
5
-pasien tampak pucat
Menggigil
1
2
3
4
5
TTV TD : 120/90 mmHg P
: 76x/menit
T
: 38°C
RR : 20x/menit
Resiko infeksi b.d
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
pengobatan tidak tuntas selama 3x 24 jam diharapkan ifeksi tidak terjadi dengan. DS : Pasien mengatakan telinga kanannya berair SLKI : Tingkat Infeksi DO : terlihat adanya cairan
Ekspetasi : Membaik
SIKI : Pencegahan infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 2. Cuci tangan sbelum dan sesudah kontak dngan pasien 3. Berikan Perawatan luka 4. Pertahankan teknik aseptic
berwarna kekuning – kuningan pada telinga kanan TTV TD : 120/90 mmHg P : 76x/menit T : 38°C RR : 20x/menit
Kriteria Hasil
1
2
3
4
5
kemerahan
1
2
3
4
5
Keluar darah
1
2
3
4
5
Kultur area luka
1
2
3
4
5
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN No 1.
Hari/Tanggal
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
TTD
Senin
Keperawatan Nyeri akut b.d
Pukul 10.00
Pukul 11.00
12 Okt 2020
agen pencedera
1. Mengidentifikasi nyeri
S : Pasien mengatakan nyeri pada
fisiologis
P: Infeksi pada telinga
telinga kanan seperti menusuk
DS:
Q:Seperti menusuk
dengan skala nyeri 3
Pasien
R:Telinga kanan
O :
mengatakan
S:Skala nyeri 3
-klien tampak meringis
nyeri pada
T:Terus menerus
-Klien tampak gelisah
telinga
2. Memberikan posisi yang nyaman
- Skala nyeri 3
kanannya
3. Melatih teknik relaksasi napas dalam
A : Nyeri akut belum teratasi
DO:
4. Mengukur TTV
Keluhan nyeri
12345
-klien tampak
TD : 120/90 mmHg
Gelisah
12345
meringis
P
: 76x/menit
Meringis
12345
-Klien tampak
T
: 38°C
Kesulitan Tidur
12345
gelisah
RR :20x/menit
- Skala nyeri 3
5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam
TTV
pemberian
TD : 120/90
-
mmHg P
: 76x/menit
Asam Mefenamat 3 x 500mg
P : Intervensi dilanjutkan dirumah (1,2,4,dan 5)
T
: 38°C
RR : 20x/menit 2.
Senin
Hipertermi b.d
Pukul 10.15
Pukul 11.00
12 Okt 2020
Terjadi erosi
1.
Mengidentifikasi penyebab hipertermi
S : Pasien mengatakan demam
pada karanalis
2.
Memonitori suhu tubuh
semisirkularis
3.
Menganjurkan menyediakan lingkungan
DS :
O:
yang nyaman
- T : 38°C - Ayah pasien bersedia
Pasien
4.
Menganjurkan tirah baring
mengatakan
5.
Berkolaborasi dengan tim medis dalam
demam sejak 3
pemberian
hari yang lalu
-
DO :
sejak 3 hari yang lalu
Paracetamol 3 x 500mg
menjalankan anjuran - Demam karena adanya peradangan pada telinga A : Hipertemi belum teratasi
- k/u lemah
Kulit Kemerahan
12345
-pasien tampak
Suhu Tubuh
12345
pucat
Suhu Kulit
12345
TTV
Menggigil
12345
TD : 120/90 mmHg P
: 76x/menit
T
: 38°C
P : Intervensi dilanjutkan dirumah (2)
RR : 20x/menit 3.
Senin
Resiko infeksi
Pukul 10.30
12 Okt 2020
b.d pengobatan
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi
tidak tuntas
-
Kemerahan pada liang telinga
DS : Pasien mengatakan telinga kanannya berair
-
Telinga berair
-
Nyeri tekan
DO : terlihat adanya cairan berwarna kekuning – kuningan pada telinga kanan TTV TD : 120/90 mmHg P : 76x/menit T : 38°C RR : 20x/menit
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien 3. Mempertahankan teknik aseptic 4. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian -
Amoxicillin 3 x 500mg
Pukul 11.00 S : Pasien mengatakan telinga kanannya berair O : -
Kemerahan pada liang telinga
-
Telinga berair
-
Nyeri tekan
A : Resiko infeksi belum teratasi Kemerahan
12345
Keluar Darah
12345
Kultur Area Luka
12345
P : Intervensi dilanjutkan dirumah (1,2, dan 4)
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berlangsung kurang dari tiga minggu (Donaldson, 2010). Yang dimaksud dengan telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius (Tortora dkk, 2009). Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaituefusi telinga tengah yang akan berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi mikroorganisme, adanya tanda inflamasi akut, serta munculnya gejala otalgia, iritabilitas, dan demam (Kaneshiro, 2010; WHO, 2010). Dari hasil Asuhan Keperawatan pada kasus Otitis Media akut pada anak yang penulis laksanakan, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa : a.
Penyakit Otitis Media Akut merupakan penyakit yang berulang dan kebayakan terjadi pada anak-anak.
b.
Dengan perawatan yang baik penderita Otitis Media Akut dapat diatasi dengan baik.
B. Saran Dengan adanya makalah ini penulis berharap agar masalah kesehatan khususnya otitis media akut teratasi dengan baik, pola hidup sehat bisa lebih diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan semoga makalah ini bermanfaat, dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca dan khususnya penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC. Lucente,F., Gady. 2011. Ilmu THT Esensial . alih bahasa oleh Hartono,H., Matahari., Kosasih,A., Mahanani,D.Jakarta : EGC Soepardi EA., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restui, RD. 2007. Telinga Hidung Tenggorokan dan Leher.Jakarta: FKUI Susilaningrum, R, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan Bidan. Salemba Medika: Jakarta