Asuhan Kebidanan Mtbs Diare Dehidrasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK An S.S DIARE TANPA DEHIDRASI DI RUANGAN POLI MTBS PUSKESMAS KOTA KUPANG



OLEH KRISANTI AGNES HALE 192111039



PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha penyanyang, , yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.Untuk itu saya menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu,saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaharui laporan ini. Akhir kata saya berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Kupang, 27 Mei 2021



60



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2 DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3 BAB I..........................................................................................................................................................4 PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4 1.1



Latar Belakang..........................................................................................................................4



1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................5 1.3 Tujuan................................................................................................................................................5 1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................................................................5 1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................................................5 BAB II.........................................................................................................................................................7 TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................................7 A.



TEORI............................................................................................................................................7 1.1



Definisi Diare..........................................................................................................................7



BAB III......................................................................................................................................................22 TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN............................................................................................22 I.



PENGKAJIAN DATA.................................................................................................................22



II. ANALISA MASALAH DIAGNOSA...............................................................................................26 III ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL.........................................................................................26 IV TINDAKAN SEGERAH..................................................................................................................26 V. PERENCANAAN.............................................................................................................................26 VI. Pelaksanaan.....................................................................................................................................28 VII Evaluasi...........................................................................................................................................29



61



62



BAB I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3x/hari (A. Aziz Alimul Hidayat, 2011). Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di negaranegara berkembang, termaksud Indonesia. Survei mobilitas oleh Depkes Indonesia terlihat kecendrungan insiden diare menigkat dari tahun 2000 sebesar 301/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk (I Wayan Arimbawa, 2014). Sampai saat ini, penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan di Dunia terutama di negara berkembang, besarnya masalah tersebut dilihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 miliar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta di antaranya meninggal (Makara, 2007) Diare di sebabkan oleh faktor infeksi bakteri, virus, parasit, faktor malabsorbsi, faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan serta faktor psikologi yaitu rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar) (Ngastiyah, 2005). Salah satu cara mudah mencegah diare adalah mencuci tangan menggunakan sabun di air mengalir setiap kali mulai aktifitas, terutama makan. Hal ini meminimalisir adanya penyebaran kuman. Dengan mengetahui penyebab diare dan pencegahan, diharapkan masyarakat semakin waspada dan bisa lebih menjaga kebersihan(Kementrian Kesehatan RI, 2011). Komplikasi diare mencakup potensial terhadap disritmia jantung akibat hilangnya cairan dan elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan kalium). Pengeluaran urin kurang dari 30 ml/jam selama 2-3 hari berturut-turut. Kelemahan otot dan parastesia. Hipotensi dan anoreksia serta mengantuk karena kadar kalium darah di bawah 3,0 3 mEq/liter (SI : 3mmol/L) harus di laporkan, penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi Ventrikel dan kontraksi Ventrikel prematur) yang dapat menimbulkan kematian ( H. Nabiel Ridha, 2008).



63



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka asuhan kebidanan sangat berperan penting, oleh karena itu rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Anak Sakit Pada S.S. Umur 2 Tahun Dengan Diare Tanpa Dehidrasi di Ruangan poli MTBS (Puskesmas kupang kota) kupang tangal 3 september 2020.Mengunakan Pedoman Asuhan Kebidanan Dengan 7 Langkah Helen Varney”.



1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang asuhan kebidanan pada Anak Umur 2 Tahun Dengan tanpa Diare Dehidrasi di ruangan poli MTBS ( Puskemas kota kupang)



1.3.2 Tujuan Khusus Mahasiswi Mampu Untuk : 1. Melakukan pengkajian data pada anak umur 2 tahun dengan Diare tanpa Dehidrasi Umur 2 Tahun Dengan Diare Tanpa Dehidrasi di Ruangan poli MTBS (Puskesmas kupang kota) 2. Mengetahui analisa masalah dan diagnosa pada anak umur 10 tahun dengan Diare tanpa Dehidrasi di Ruangan poli MTBS (Puskesmas kupang kota) 3. Merumuskan antisipasi masalah potensial pada anak dengan Diare tanpa Dehidras di ruangan poli MTBS ( Puskemas kota kupang) 4. Mengidentifikasi tindakan segera pada anak umur 2 tahun dengan Diare tanpa Dehidrasi di ruangan poli MTBS ( Puskemas kota kupang) 5. Melakukan perencanaan pada anak umur 2 tahun dengan Diare tanpa Dehidrasi di ruangan poli MTBS ( Puskemas kota kupang) 6. Melakukan pelaksanaan dari rencana asuhan kebidanan secara efektif dan efisien pada anak umur 2 tahun dengan Diare tanpa Dehidrasi di ruangan poli MTBS ( Puskemas kota kupang) 7. Melakukan evaluasi pada anak umur 2 tahun dengan Diare tanpa Dehidrasi di ruangan poli MTBS ( Puskemas kota kupang)



64



65



BAB II



TINJAUAN TEORI A. TEORI 1.1 Definisi Diare Menurut WHO (1990) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari 3xsehari, di sertai dengan perubahan konsisten tinja ( menjadi cair ) dengan atau tanpa darah. Secara klinik di bedakan 3 macam sindrom diare yaitu diare cair akut, disentri dan diare persisten. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tandatanda adanya perubahan bentuk konsitensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari. Diare merupakan keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami defekasi berupa feses cair atau feses tidak berbentuk dalam frekuensi yang sering (Lynda Juall, 2012). Diare adalah pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk (Nanda, 2012). Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti baiasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan penigkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir yang terjadi berupa penigkatan volume, keenceran, dan 9 frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3x/hari (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008 ). a.Etiologi Menurut FKUI (2007), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : 1) Faktor infeksi a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi : 1. Infeksi bakteri : vibrio, E.coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinis, aeromonas 2. (Infeksi virus : enteerovirus ( virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis), adenovirus, rotavirus, astrovirus. 3. Infeksi parasite : cacing (ascaris,trichiuris, oxyuris), protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia), jamur (candida albicans).



66



b) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun. b. Patogenesis Menurut FKUI (2007), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah : 1. Gangguan osmotic Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selamjutnya dapat menimbulkan diare pula c. Patofisiologi Menurut FKUI (2007), sebagai akibat diare dehidrasi ringan akan terjadi : 1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolic, hypokalemia, dan sebagainya). 2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah). d. Gambaran klinis Menurut Ngastiyah (2014), gambaran klinis diare sebagai berikut : Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau taka da, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lender atau lender dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosayang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan



67



elektrolit, gejala dehidrasi mulai tampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, berat. Bila berdasarkan tonisitasnya dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonic, hipertonik. e. Komplikasi Menurut FKUI (2007), sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti : 1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik). 2. Renjatan hipovolemik. 3. Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, brakikardia, perubahan pada elektrokardiogram). 4. Hipoglikemia. 5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan vili mukosa usus halus. 6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik. 7. Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan. f. Pengobatan dan Penatalaksanaan Menurut Ngastiyah (2014), dasar pengobatan diare adalah 1.Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan, jumlah pembe riannya. Cara memberikan cairan dalam terapi rehidrasi : a. Belum ada dehidrasi per oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap defekasi. b.



Dehidrasi ringan 1 jam pertama : 25-50 ml/kg per oral Selanjutnya : 125 ml/kg BB / hari



c.



Dehidrasi sedang 1 jam pertama : 50-100 ml/kg BB per oral Selanjutnya : 125 ml/kg BB/hari d) Dehidrasi berat Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 310 kg



2) Dietetic (cara pemberian makanan)



68



Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan : a. Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron). b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa. 17 c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh. Cara memberikannya : hari 1, setelah rehidrasi segera diberikan makanan per oral. Bila diberi ASI/susu formula tetapi diare masih sering, supaya diberikan oralit selangseling dengan ASI, misalnya 2 kali ASI/susu khusus, 1 kali oralit. Hari ke-2 sampai ke-4, ASI/susu formula rendah laktosa penuh. Hari ke-5, bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa, disesuaikan dengan umur anak dan berat badannya. 3) Obat-obatan Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya). Medikasi untuk diare diantaranya : a. Obat anti sekresi, asetosal.dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg klorpomazin.dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari. b. Antibiotik. Umumnya tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti : faringitis, bronchitis, bronkopneumonia. Menurut Ngastiyah (2014), penatalaksanaan keperawatan sebagai berikut : a) Bila dehidrasi ringan/sedang Periksa keadaan umum dan tanda-tanda vital, berikan minum sebanyak-banyaknya, kira-kira 1 gelas setiap setelah defekasi. Cairan harus mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan 18 gula garam dengan 1 gelas air matang yang agak dingin dilarutkan dalam 1 sendok the gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Pengganti air matang dapat the atau air tajin. Untuk bayi dibawah 6 bulan, oralit dilarutkan 2 kali lebih encer ( untuk 1 gelas menjadi 2 gelas).jika anak muntah atau tidak mau minum diberikan



69



melalui sonde, jika cairan per oral tidak dapat diberikan maka berikan RL atau jenis lainnya. Yang perlu diperhatikan apakah tetesan lancer terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk mengatasi dehidrasi serta berikan tablet zink, jika dehidrasi berlanjut maka lakukan rujukan atau kolaborasi dengan dokter untuk asuhan selanjutnya. b) Pada dehidrasi berat Setelah 4 jam pertama tetesan lebih cepat, selanjutnya secara rumat. 1. Perhatikan tanda vital : denyut nadi, pernafasan, suhu. 2. Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer, atau sudah berubah konsistensinya. 3. Berikan minum oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan selaput lender mulut kering. 4. Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak sesuai dengan kriteria umur. e) Diare Dehidrasi Ringan Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama atau hilangnya natrium yang lebih banyak daripada air (Maryunani dan Sari, 2013). Dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang berulang-ulang. 19 Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit yang melebihi pemasukannya (Suharyono, 1986). Menurut Yulian dan Suriadi (2006), dehidrasi dibedakan menjadi 3 tahapan : 1. Dehidrasi ringan : berat badan menurun 3-5 % dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50 ml/kg. 2. Dehidrasi sedang : berat badan menurun 6-9 % dengan volume cairan yang hilang 50-90 ml/kg. 3. Dehidrasi berat : berat badan menurun lebih dari 10 % dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg. Pada diare dengan dehidrasi ringan balita akan kehilangan atau mengalami penurunan cairan tubuh 5% dari berat badan dan juga ditandai dengan adanya mata cekung, tangan dan kaki terasa dingin dan terlihat kemerahan, rewel, mengantuk berlebihan, ubun-ubun cekung (Maryunani dan Puspita, 2013). Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan balita merasa haus, lesu, gelisah dan rewel tanpa keluhan dan gejala yang mencolok (Pudiastuti, 2011).



70



Prinsip penatalaksanaan diare menurut Depkes RI antara lain dengan dehidrasi. Diare cair membutuhkan pengganti cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah yang telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat,urin,pernafasan dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-masing anak atau golongan umur. Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dengan dehidrasi ringan sebagai berikut : Rencana Pengobatan diare dengan dehidrasi ringan (Terapi B) B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan (Rismalinda, 2014). 2. Proses Manajemen Kebidanan Proses manajemen kebidanan menurut varney (2007), terdiri dari 7 langkah yaitu sebagai berikut : a. Langkah 1 : Pengkajian Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu : 1) Identitas Identitas merupakan semua data yang dibituhkan untuk menilai kesdaan klien secara keseluruhan (Romauli, 2011), yang terdiri dari : a. Nama : untuk dapat mengenal atau memanggil dan untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama (Romauli, 2011). b. Umur : umur sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat ditanyakan ataupun dilihat dari kartu pemeriksaan (Matondang, 2007). c.



Jenis kelamin : jenis kelamin sangat diperlukan, selain untuk identitas juga untuk Jenis kelamin : jenis kelamin sangat diperlukan, selain untuk identitas juga untuk 22 penilaian data pemeriksaan klinis (Matondang, 2007).



d. Nama orang tua : nama ayah atau ibu atau waki pasien harus dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain (Matondang, 2007). e.



Alamat :



71



tempat tinggal harus dituliskan dengan jelas dan lengkap, dengan nomor rumah, agar sewaktu-waktu dapat dihubungi jika diperlukan (Matondang, 2007). f. Umur orang tua : sebagai tambahan identitas, informasi umur orang tua balita juga diperlukan sebagai keakuratan data yang akan diperoleh (Matondang, 2011). g. Pendidikan orang tua : informasi tentang pendidikan orang tua menggambarkan keakuratan data seta dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis (Matondang, 2011). h. pekerjaan orang tua : informasi tentang pekerjaan orang tua dapat menggambarkan keakuratan data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis. Tingkat pendidikan orang tua juga berperan dalam pendekatan selanjutnya (Matondang, 2011). 23 i) Agama dan suku bangsa : data tentang agama dan suku bangsa juga memantapkan identitas, disamping itu juga perilaku tentang kesehatan dan penyakit sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa (Romauli, 2011) 2) Anamnesa (Data Subyektif) a. Riwayat Penyakit Keluhan utama : keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat (Matondang, 2007). Pada kasus diare dengan dehidrasi ringan keluhan utama yaitu buang air besar lebih dari 3-10 kali dengan konsistensi cair (Susilaningrum dkk, 2013). b. Riwayat penyakit yang : riwayat penyakit anak yang sebelumnya perlu diketahui, karena mungkin ada hubungannya dengan penyakit sekarang atau setidaknya memberikan informasi untuk membantu diagnose dan tatalaksana penyakit sekarang (Matondang, 2007). c.



Riwayat kehamilan ibu : hal pertama yang perlu ditanyakan adalah keadaan pernah diderita 24 kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit, dirinci juga berapa kali ibu melakukan kunjungan antenatal (Matondang, 2007).



d.



Riwayat kelahiran : riwayat kelahiran pasien harus ditanyakan teliti, termasuk tanggal dan tempat lahir, siapa yang menolong, cara kelahiran (Matondang, 2007).



e. Riwayat nutrisi :



72



diharapkan dapat memperoleh keterangan tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik jangka panjang atau pendek, kualitas dan kuantitasnya yaitu memenuhi angka kecukupan gizi (Matondang, 2007). Pada diare dengan dehidrasi ringan anak merasa haus, ingin minum banyak (Susilaningrum dkk, 2013). f. Pola istirahat : istirahat sangat diperlukan untuk mengetahui hambatan yang mungkin muncul jika didapatkan data yang senjang tentang pemenuhan kebutuhan istirahat (Romauli, 2011). Pada kasus diare dengan dehidrasi ringan anak istirahat tidak teratur, rewel dan gelisah (Ngastiyah, 2014). g. Aktivitas sehari-hari : kebiasaan sehari-hari perlu dikaji karena data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan (Romauli, 2011). Pada kasus diare dengan dehidrasi ringan biasanya aktivitas kurang aktif seperti biasanya, lemas (Ngastiyah, 2014). h.



Personal hygiene : data ini perlu dikaji, bagaimanapun kebersihan akan mempengaruhi kesehatan pasien (Romauli, 2011).



i.



Riwayat imunisasi : status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar atau ulangan harus secara rutin ditanyakan, bila mungkin disertai dengan tanggal dan tempat saat imunusasi diberikan (Matondang, 2007).



j. Riwayat keluarga : data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran keadaan 26 sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien (Matondang, 2007). k. Corak reproduksi ibu : tumbuh kembang, kesehatan, penyebab kesakitan anak erat hubungannya dengan corak reproduksi ibu, yaitu umur ibu pada saat hamil, jarak kelahiran dan paritas (Matondang, 2007) l. Data perumahan : data perumahan diperlukan untuk lebih mendapatkan gambaran keadaan anak dalam lingkungannya sehari-hari (Matondang, 2007). 3) Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif) Untuk melengkapi dalam penegakan diagnose maka harus melakukan pengkajian obyektif melalui pemeriksaan fisik meliputi :



73



a) Keadaan Umum : pemeriksaan fisik harus dimulai dengan penilaian keadaan umum yaitu keadaan pasien secara keseluruhan (Matondang, 2007). Pada kasus diare dengan dehidrasi ringan keadaan umum lemah (Maryunani, 2010). b) Kesadaran : kesadaran pasien baru dapat dinilai saat pasien tidak sedang tidur (Matondang, 2007). Pada kasus diare dengan dehidrasi ringan kesadarannya lemah (Maryunani, 2010). c) Tanda-tanda Vital, meliputi : 1. Nadi : pemeriksaan nadi dilakukan pada ekstremitas yang harus dinilai yaitu frekuensi nadi, irama, kualitas, ekualitas nadi (Matondang, 2007). Pada kasus diare dengan dehidrasi ringan keadaan nadi lebih 120- 140/menit (Maryunani, 2010). 2. Pernapasan : pemeriksaan pernapasan mencakup laju pernapasan, irama dan keteraturan, kedalaman, pola pernapasan (Matondang, 2007). Pada kasus diare dengan dehidrasi ringan pernapasan cepat (Maryunani, 2010). 3. Suhu Tubuh : dinilai untuk mengetahui apakah pasien dalam keadaan normal atau abnormal pada keadaan suhu tubuhnya (Matondang, 2007). d) Pemeriksaan antropometri 1. Berat Badan : adalah parameter yang paling sederhana, mudah diukur dan diulang, merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat (Matondang, 2007). Pada kasus diare dengan dehidrasi ringan berat badan mengalami penurunas 3-5 % (Yuliani dan Suriadi, 2006). 2. Tinggi Badan : tinggi badan harus selalu diukur tiap kunjungan untuk memberikan informasi yang bermakna tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisis anak (Matondang, 2007). 3. LILA : pada anak 1-5 tahun lila dapat menunjukkan status gizi (Matondang, 2007). 4.



Lingkar Kepala :lingkaran kepala dipengaruhi oleh status gizi pada anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak (Matondang, 2007).



e) Pemeriksaan Sistematis Menurut Romauli (2011), untuk mengetahui keadaan umum pasien, gejala dan kelainan, meliputi :



74



1. Kepala : pada balita diare dengan dehidrasi ubun-ubun cekung (Susilaningrum dkk, 2013). 2. Rambut : bersih, warna normal, tidak mudah rontok. 3. Muka : pada diare dehidrasi ringan bentuk simetris, pucat. 29 4.



Mata : pada diare dengan dehidrasi ringan bentuk simetris, terlihat cekung (Susilaningrum dkk, 2013).



5. Hidung : normal, tidak ada polip, bersih. 6. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen. 7. Mulut, bibir : lidah dan mulut kering, pada diare dehidrasi ringan (Susilaningrum dkk, 2013). 8. Leher : normal, tidak ada pembesaran kelenjar. 9.



Dada : bentuk simetris, ada retraksi pada diare dehidrasi ringan.



10. Perut : bentuk, bising usus dan kembung pada diare dehidrasi ringan (Susilaningrum dkk, 2013) 11. Kulit : turgor kulit jelek, kering bila dicubit kembalinya lambat pada diare dehidrasi ringan (Maryunani, 2010). 12. Ekstremitas : adakah oedema tanda sianosis, akral dingin pada diare dehidrasi ringan. (13)Anus : lecet pada daerah sekitar anus dan iritasi kulit pada diare dehidrasi ringan (Susilaningrum dkk, 2013). f) Pemeriksaan Penunjang Menurut Susilaningrum (2013), Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan diagnosa yang tepat, sehingga 30 dapat memberikan terapi yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak yang mengalami diare dehidrasi ringan, yaitu : 1. Pemeriksaan Tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopis. Pada diare dehidrasi ringan konsistensi tinja lembek atau cair (Pudiastuti, 2011). Terdapat bakteri, virus ataupun parasite (FKUI, 2007). 2. Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat, lemak. Pada diare dehidrasi ringan pasien susah untuk makan sehingga kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi (Susilaningrum dkk, 2013). Disebabkan karena makanan basi, beracun ataupun alergi terhadap makanan tertentu (FKUI, 2007). c. Langkah II :



75



interpretasi data Menurut Muslihatun (2009), Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan, meliputi : 1) Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan. Dalam kasus ini adalah balita X umur tahun, dengan diare dehidrasi ringan. Data Dasar : a) Data subyektif 1. Ibu mengatakan anaknya BAB lebih dari 3 kali/hari, dan konsistensi tinja cair (Susilaningrum dkk, 2013). 2. Ibu mengatakan anaknya merasa haus dan ingin minum yang banyak (Susilaningrum dkk, 2013). 3.



Ibu mengatakan anaknya istirahat tidak teratur, rewel 31 dan gelisah (Ngastiyah, 2014).



4. Ibu mengatakan aktivitas anaknya kurang aktif dan lemas (Ngastiyah, 2014). 5. b) Data Obyektif 1. Keadaan umun : lemah 2. Kesadaran : apatis / lemah 3. Nadi : lebih dari 120-140x/menit 4. Pernapasan : pernapasan cepat 5. Suhu tubuh : > 36,5 C 6. Berat badan : turun 3-5% 7. Kepala : ubun-ubun cekung 8. Muka : pucat 9. Mata : terlihat cekung 10. Mulut/bibir : lidah dan mulut kering 11. Dada : terdapat retraksi 12. Perut : kembung, terdengar bising usus 13. Kulit : jika dicubit kembalinya lambat 14. Ekstremitas : akral dingin 15. Anus : lecet dan iritasi (Susilaningrum dkk, 2013). c) Pemeriksaan penunjang



76



3. Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi (Susilaningrum dkk, 2013). Pada diare dehidrasi ringan konsistensi tinja lembek atau cair (Pudiastuti, 2011). Terdapat bakteri, virus ataupun parasite (FKUI, 2007). 4. Tes malabsorbsi yang meliputi karbohidrat, lemak.. Pada diare dehidrasi ringan pasien susah untuk makan sehingga kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi (Susilaningrum dkk, 2013). Disebabkan karena makanan basi, beracun ataupun alergi terhadap makanan 32 tertentu (FKUI, 2007). 2. Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnose. Masalah yang sering terjadi pada diare dehidrasi ringan adalah keadaan lemas, gelisah, mata cekung, ubun-ubun cekung, turgor kulit jelek dan kering, kehilangan/kurang cairan serta nutrisi dan berat badan menurun (Ngastiyah, 2014). 3. Kebutuhan Menurut Ngastiyah (2014), kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnose dan masalah yang didapat dengan melakukan analisa data. Kebutuhan yang diperlukan pada balita sakit diare dehidrasi ringan meliputi : a. Pemberian cairan dan elektrolit berupa oralit dan cairan parental. b. meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimal (pengobatan dietetic). c. Pemberian obat-obatan. c. Langkah III : diagnosa Potensial Menurut Muslihatun (2009), Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada kasus balita diare dehidrasi ringan potensial terjadi diare dehidrasi sedang bahkan berat (Ngastiyah, 2014). d.Langkah IV : tindakan Segera/Antisipasi Menurut Muslihatun (2009), Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa potensial pada langkah sebelumnya harus dirumuskan tindakan emergency segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan. Menurut



77



Susilaningrum (2013), tindakan segara yang perlu dilaksanakan yaitu : Berikan oralit dan observasi selama 3 jam dengan jumlah 75 ml/kg BB dan berdasar usia anak. d.Langkah V : Rencana Tindakan Menurut Muslihatun (2009), Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan balita sakit diare dengan dehidrasi ringan adalah : 1) Observasi vital sign (Susilaningrum dkk, 2013). 2) Pantau tanda dan gejala dehidrasi (Susilaningrum dkk, 2013). 3) Pantau masukan dan pengeluaran (frekuensi, warna, konsistensi (Susilaningrum dkk, 2013). 4) Timbang berat badan setiap hari (Susilaningrum dkk, 2013). 5) Pemberian (Terapi B) oralit selama 3 jam pertama (Ngastiyah, 2014). 6) Pemberian cairan intravena (WHO, 2009) 7) Pemberian minum dan makan (WHO, 2009). 8) Pemberian tablet zink (WHO, 2009). 9) Berikan KIE tentang Diare pada orang tua atau keluarga (Susilaningrum, dkk 2013). 10) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak tentang dehidrasi (Susilaningrum dkk, 2013). f. Langkah VI : Pelaksanaan Menurut Muslihatun (2009), Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Perencanaan ini dilakukan sepenuhnya oleh bidan dan sebagian oleh pasien atau tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan pada diare dehidrasi ringan yaitu : 1) Mengobservasi vital sign (Susilaningrum dkk, 2013). 2) Memantau tanda dan gejala dehidrasi (Susilaningrum dkk, 2013). 3) Memantau masukan dan pengeluaran (frekuensi, warna, konsistensi), (Susilaningrum dkk, 2013). 4) Timbang berat badan setiap hari (Susilaningrum dkk, 2013). 5) Memberikan (Terapi B) oralit pada 3 jam pertama (Ngastiyah, 2014). 6) Memberian cairan intravena (WHO, 2009). 7) Pemberian makan dan minum (WHO, 2009). 8) Memberian tablet zink (WHO, 2009).



78



9) Memberikan KIE tentang Diare pada ibu atau keluarga (Susilaningrum, dkk 2013). 10) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak mengenai dehidrasi (Susilaningrum dkk, 2013) g. Langkah VII : Evaluasi Menurut Muslihatun (2009), Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter dan keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose. Kriteria evaluasi asuhan kebidanan pada balita diare dehidrasi ringan adalah : 1) Tanda-tanda vital normal (Susilaningrum dkk, 2013). 2) Tanda dan gejala dehidrasi tidak ada (Susilaningrum dkk, 2013). 3) Telah diberikan (Terapi B) oralit pada 3 jam pertama (Ngastiyah, 2014). 4) Ubun-ubun dan mata tidak cekung, turgor kulit kembali normal (Maryunani, 2010). 5) Mulut dan lidah tidak kering (Susilaningrum dkk, 2013). 6) Tidak gelisah, rewel, cengeng (Ngastiyah, 2014). 7) Berat badan normal (Susilaningrum dkk, 2013). 8) Pemenuhan kebutuhan nutrisi sudah tercukupi (WHO, 2009). 9) Telah diberikan KIE tentang Diare pada ibu dan keluarga (Susilaningrum, dkk 2013). 10) BAB menjadi normal (Susilaningrum dkk, 2013).



79



BAB III



TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN I. PENGKAJIAN DATA ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK Penkajian Nama mahasiswa



: Krisanti Agnes Hale



Nim



: 192111039



Ruangan



: Poli MTBS (puskesmas kupang kota)



Hari tanggal



: 3-9-2020



Tanggal MRS



: 3-9-2020



Jam



: 09.00



II Data Subyektif 1. Biodata a.nama anak



: S.S



usia



: 2 Tahun



jenis kelamin : perempuan anak ke



:2



jumlah saudara



:1



b. orang tua nama ibu



: I.B



nama ayah



:F



80



umur



: 28 tahun



pendidikan



: SMA



umur pendidikan



: 30 tahun : SMA



agama : khatolik



agama : Khatolik



suku/bangsa



: timor



suku/bangsa



pekerjaan



: IRT



pekerjaan



: wiraswata



penghasilan



:-



penghasilan



:-



alamat : Pangkase rt/rw 2/1



: Timor



alamat :pangkase rt/rw2/1



2. Keluhan utama :ibu mengatakan anaknya sakit sudah 3 hari 3. Riwayat penyakit sekarang : menceret 4. Riwayat antenatal : ibu mengatakan selama hamil memerikskan kehamilan secara rutin di puskesmas 5. Riwayat natal 



Usia kehamilan



: altrem







Cara persalinann



: spontan pervaginam







Keadaan saat hamil







Tempat dan penolong : puskesmas/ bidan







Berat badan



: sehat



:3.100



6. Riwayat imunisasi 



BCG



: telah di dapatkan







HB I-III



: telah didapatkan







DPT I-III



: telah didapatkan







CAMPAK



: telah didapatkan







POLIO I-IV



: telah didapatkan



7. Riwayat sosial 



Yang mengasuh anak







Hubungan dengan anggota keluaraga : harmonis



: orang tua



81







Pembawaan secara umum



: baik



8. Pemenuhan kebutuhan dasar a. Nutrisi 



Jenis makanan







Frekuensi : 1-3 x sehari







Jenis minuman



: air putih, susu







Nafsu makan



: baik



: nasi, sayuran, ikan, tempe, tahu



b. Eliminasi 



BAK: 5-7 x/hari warna : kuning







BAB: 2-3x/ hari



Bau : khas urine



warna : kunin Bau : khas reses



c. Istirahat dan tidur 



Tidur siang : 1-2 jam







Tidur malam: 7-8 jam



d. Kebesihan 



Mandi







Gosok gigi







Ganti pakian dalam



: 2x sehari : 2x sehari : 1-2x sehari



III. Data Objektif 1. Pemeriksaan umum 



Keadaan umum



: baik







Kesadaran



: composmentis







Ekspresi wajah



: pucat







Tanda vital



: S: 36,5OC



N : 100x/ menit



TD: - mmHg45x/menit 



BB sebelum sakit







BB saat sakit : 10 kg



: ll kg



2. Pengkajian fisik Inspeksi dan palpasi 



Kepala



: bersih tidak luka







Rambut



: bersih







Wajah Bentuk : bulat



82







Pucat



: tidak ada



Oedema



: tidak ada



Mata Konjungtiva



: merah mudah



Skeera : putih Oedema 







: tidak ada



Telinga Simetris



: Iya



Serumen



:tidak ada



Hidung mulut dan tenggorakan Polip



: tidak ada



Sekret



:



Karies : tidak ada







Stomatitis



: tidak ada



Gingiguitis



: tidak ada



Dada Mamae







: simetris



Abdomen Pembesaran / massa : tidak ada Nyeri tekan



: tidak ada



Bekas luka operasi



: tidak ada



Data Medik 1. Diagnosa medik : anak S.S Umur 2 tahun dengan diare tanpa dehidrasi 2. Terapi obat- obatan: 2 inc 3x1 Vitamin C 3x 1/3 Pemberian Oralit dengan 700 mI dengan cara minum sedikit tapi sering jika anak muntah maka tunggu 10 menit lagi diberi



83



II. ANALISA MASALAH DIAGNOSA Diagnosa Data dasar Anak umur 2 tahun dengan DS: Ibu mengatakan mencret sudah 3 hari diare tanpa dehidrasi DO: Ku : baik kesadaran: composmentis O TTV: S : 36,5 C RR: 49x/menit N : 100x/ menit BB: 10 Kg Pemeriksaan fisik Kepala : bersih tidak ada luka Mata : konjungtiva merah mudah, sclera putih Hidung : bersih tidak ada scret dan polip Telinga : simetris, tidak ada serumen Leher : tidak ada pembendungan vena tugularis, atau pembersaran kelenjar limfe dan tiroid Dada : mammae simetris tidak ada retraksi Abdomen : cubitan kulit perut kembali dengan cepat



III ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL



IV TINDAKAN SEGERAH



V. PERENCANAAN Tanggal



: 3-09-2020



Jam



: 09.00



Diagnosa



: anak umur 2 tahun dengan diare tanpa dehidrasi



1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu R/ infomasi hasil pemeriksaan merupakan hak ibu agar tidak lebih kooperatif terhadap asuhan yang diberikan



84



2. Jelaskan kepada ibu patofiologi terjadinya diare pada anak R/ agar ibu lebih waspada terhadap berbagai perilaku serta faktor penyebab terjadinya diare pada anak 3. Jelaskan kepada tanda-tanda bahaya umum pada anak R/ Membantuibu sendiri mungkin mengenali 4 tanda bahaya umu pada anak agar segerah kefasilitas kesehatan 4. Anjurkan ibu tentang perilaku untuk mencegah terjadinya diare R/ meningkatkan pengetahuan ibu untuk mengurangi resiko terjadinya diare 5. Anjurkan ibu untuk memberikan obat secara teratur dan sesuai dosis R/ pemberian obat secara teratur dan sesuai dosis



dapat mempercepat



penyembuhan. 6. Anjurkan ibu untuk memenuhi asupan nutrusi dan cairan anak R/ asupan nutrisi dan cairan membantu proses penyenbuhan dan mencegah agar tidak terjadi dehidrasi, membantu pertumuhan anak 7. Anjurkan ibu untuk memperhatikan pola istirahat anak R/ istirahat yang cukup dapat memulikan tenaga anak dan membantu proses metabolisme anak 8. Jadwalkan kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perubahan R/ kunjungan ulang merupakan cara untuk mengetahui, memantau, dan mendeteksi kemungkinan adanya penyebab lain 9. Dokumentasi semua hasil pemeriksaan R/ dokumentasi sebagai bukti pelayann, sebagai tanggu jawab dan tanggung gugat bidan



85



VI. Pelaksanaan Tanggal



: 3-09-2020



Jam



: 09.00



Diagnosa



: anak umur 2 tahun dengan diare tanpa dehidrasi



1. Meninformasikan semua hasil pemeriksaan kepada ibu N



: 100x/ menit



S



: 36,5OC



RR



: 49x/ menit



BB



: 10 Kg



M/ ibu mengerti dan mengetahui kondisi anaknya 2. Menjelaskan pada ibu tentang patofisiologi terjadinya diare pada anak -



Diare merupakan suatu kondisi dimana usus melakukan suatu pergerkan yang tidak nyaman dan bercair terus-menerus yang biasanya dibahwa GI ( gastro intestinal) yang disebabkan oleh infeksi, bakteri, virus, dan parasit



-



Infeksi diare dapat menyebar melalui tangan kotor , makanan, kontak langusung dengan feses



3. Mejelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya umum pada anak -



Anak tidak bisa minum



-



Anak memuntakan kembali makanan yang dimakan



-



Anak menderita kejang



-



Anak tanpa letargis/ tidak sadar



M/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan 4. Mengajarkan ibu tindakan untuk mencegah diare pada anak -



Menjaga personal hygine, mandi 2x/ hari



-



Cuci tangan sebelum dan sesudah makan



-



Konsumsi makanan yang bersih dan sehat



M/ Ibu mengerti dan bersedia mengikuti penjelasan yang disampaikan 5. Menganjurkan ibu untuk memberikan obat secara teratur dan sesuai dosis pada anak yaitu zinc, vitamin c, dan oralit



86



M/ ibu mengerti dan bersedia untuk memberikan obat sesuai dosis 6. Mengajurkan ibu untuk memenuhi asupan nutrisi dan cairan dengan mengunakan makanan bergizi seimbang dan teratur dan memenuhi asupan M/ ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran 7. Menganjurkan ibu untuk memperahatikan pola istirahat anak dengan istirahat yang cukup dan teratur M/ ibu mnegerti dan bersedia memperhatikan pola istirahat anak 8. Menjadwalkan kunjungan ulang 2 hari lagi jika tidak ada perubahan M/ ibu mengerti dan bersedia kontrol ulang 9. Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan pada buku register M/ semua hasil pemeriksaan telah didokumentasikan



VII Evaluasi Tanggal



: 3-09-2020



Jam



: 09.00



Diagnosa



: anak S.S umur 2 tahun dengan diare tanpa dehidrasi



1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan yang disampaikan 2. Ibu mengerti tentang patofisiologi terjadinya diare pada anak 3. Ibu mengerti tentang 4 tanda bahaya pada anak 4. Ibu bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi resiko diare pada anak 5. Ibu bersedia memberikan obat pada anak sesuai dosis 6.



Ibu bersedia memberikan nutrisi pada anak



7. Ibu bersedia memperhatikan pola istirahat anak 8. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 9. Semua hasil pemeriksaan telah dicatat dengan baik



87



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Menurut



WHO



(1990)



secara



klinis



diare



didefinisikan



sebagai



bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari 3xsehari, di sertai dengan perubahan konsisten tinja ( menjadi cair ) dengan atau tanpa darah. 2. Etiologi, Patogenesis, Patofisiologi, Gambaran klinis, Komplikasi 3. PENGKAJIAN DATA, ANALISA MASALAH DIAGNOS, ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL, TINDAKAN SEGERAH, PERENCANAAN, Pelaksanaan, Evaluasi



4.2Saran Bagi Ibu dan keluarga 1. Perlu peningkatan pemahaman tentang bahaya diare pada balita dan segera membawa ke petugas kesehatan apabila bayi mengalami tanda bahaya.



2. Dapat mengetahui tentang pentingnya kesehatan terutama pada balita dengan diare sehingga dapat melakukan penanganan segera terhadap penyakit diare. 3. Dapat mengetahui pentingnya pemberian cairan khususnya untuk balita dengan diare. b. Bagi Bidan 1. Bidan dapat segera mengidentifikasi tanda-tanda balita dengan diare sehingga dapat melakukan antisipasi atau tindakan segera, merencanakan asuhan kebidanan pada



balita sakit dengan diare.



2. Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan diare



DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. 2015. Metode Penelitian. Jakarta : Pustaka Pelajar. Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. www.kemenkes.go.id diakses 7 November 2016.