Asuhan Keperawatan Klien Kelompok Khusus Gelandangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diantara problem sosial saat ini yang menjadi beban berat pembangunan nasional adalah gelandangan (Arif Rohman,2010). Sebagai masalah sosial, gelandangan diduga telah ada sejak ciri-ciri kehidupan kota mulai timbul. Dampak modernisasi, industrialisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat, sehingga ditengarai berpengaruh langsung terhadap timbul dan berkembangnya gejala yang disebut gelandangan itu. Gelandangan boleh jadi dampak sosial, ketika orang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan,pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan (stress) pada dirinya. Ketegangan merupakan faktor pencetus, penyebab atau akibat dari suatu penyakit mental,sehingga taraf kesehatan fisik dan kesehatan jiwa seseorang dapat berkurang atau menurun. Para pemerhati gelandangan telah sepakat bahwa gelandangan merupakan permasalahan multidimensional. Berbagai kajian tentang pola dan strategi terpadu untuk mencari alternatif penanggulangan masalah gelandangan telah dilakukan Lembaga Riset sejak tahun 1982, menyebutkan bahwa gelandangan mempunyai berbagai stigma sosial (Ramdlon, 1983: 12). Gelandangan tergolong sebagai anggota masyarakat yang “tuna mental tanpa keterampilan”, kelompok individu yang menunjukkan salah satu ciri sebagai tuna wisma,tunakarya, dan mengikuti pola hidup yang menyimpang dari dan atau di bawah pola hidup yang berlaku dalam masyarakat umum.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian A. PSIKOTIK Menuru Karnadi, 2014. Psikotik (sakit jiwa) adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa yang dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian dan terputusnya hubungan jiwa dengan realitas. Seseorang dikatakan sakit jiwa apabila ia tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam kehidupan sehari-harinya, dirumah, disekolah, di tempat kerja, atau dilingkungan sosialnya. Ciri yang menonjol dari sakit jiwa adalah tingkah laku yang menyolok, berlebih-lebihan pada seseorang sehingga menimbulkan kesan aneh, janggal dan berbahaya bagi orang lain. Pada umumnya apa yang disebut pasien jiwa sebenarnya menderita emotionalmaladjustment, yaitu orang-orang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan wajar dan tidak sanggup memahami masalah secara realistis. Dalam perspektif psikologi, sakit jiwa (psikotik) dibedakan menjadi dua: 1) Psikosis Organik; dan 2) Psikosis Fungsional. Penyandang psikosis organik pada umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak yang menyebabkan berkurang atau rusaknya fungsi-fungsi pengenalan, ingatan, intelektual, perasaan dan kemauan, beratnya gangguan dan kekalutan mental tersebut tergantung pada parahnya kerusakan organik pada otak. Sementara penyandang psikosis fungsional disebabkan oleh faktor-faktor non-organik, ditandai oleh disintegrasi dengan dunia realitas, disintegrasi pribadi dan kekalutan mental yang progresif, sering kali dibayangi oleh macam-macam halusinasi, ilusi, dan delusi, sering mengalami stupor (tidak bisa merasakan sesuatupun, keadaannya seperti terbius). Kriteria psikotik: 



Psikotik organik



adalah psikotik yang penyebabnya adalah gangguan pada susunan syaraf pusat dan psikotik yang disebabkan oleh kondisi fisik , gangguan metabolisme dan intoksikasi obat. 



Psikotik Fungsional



Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada kepribadian seseorang yang bersifat psikogenetik yaitu skizofrenia (perpecahan kepribadian) seperti psikotik paranoid dan curiga. Faktor penyebab psikotik 1. Tekanan-tekanan kehidupan ( emosional) 2. Kekecewaan yang tidak pernah terselesaikan 3. Adanya hambatan yang terjadi pada masa tumbuh kembang 4. kecelakaan yang menyebabkan kerusakan gangguan otak 5. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.



B. GELANDANGAN Gelandangan sebagai identitas sosial merupakan orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap diwilayah tertentu dan hidup mengembara ditempat umum tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis). Penyebutan istilah gelandangan psikotik adalah penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran dijalan-jalan umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan. (Karnadi, 2014).



C. PSIKOTIK GELANDANGAN a. Pengertian Psikotik gelandangan adalah penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran di jalan-jalan umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan. Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Ilmu Kedokteran Jiwa bahwa munculnya gelandangan psikotik disebabkan oleh faktor keluarga tidak peduli, keluarga malu, keluarga tidak tahu, obat tidak diberikan, tersesat ataupun karena urbanisasi yang gagal. Ciri-ciri gelandangan psikotik ini ditandai dengan tubuh yang kotor sekali, rambutnya seperti sapu ijuk, pakaiannya compang- camping, membawa bungkusan besar yang berisi macam-macam barang, bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri serta sukar diajak berkomunikasi. b. Penyebab Keluarga tidak peduli, keluarga malu, keluarga tidak tahu, obat tidak diberikan, tersesat ataupun karena urbanisasi yang gagal. c.



Manifestasi Klinis



Dikenal sebagai orang dengan tubuh yang kotor sekali, rambutnya seperti sapu ijuk, pakaiannya compang-camping, membawa bungkusan besar yang berisi macam-macam barang, bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri, serta sukar diajak berkomunikasi. d. Layanan yang dibutuhkan oleh gelandangan dan psikotik  Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian, perumahan dan kesehatan  Kebutuhan layanan psikis meliputi terapi medis psikiatris. keperawatan dan psikologis  Kebutuhan sosial seperti rekreasi, kesenian dan olah raga  Layanan kebutuhan ekonomi meliputi ketrampilan usaha, ketrampilan kerja dan penempatan dalam masyarakat.  Kebutuhan rohani e. Langkah –langkah Rehabilitasi sosial pada psikotik dan gelandangan  Tahap identifikasi : Masalah sosial merupakan fenomena yang muncul dalam kehidupan masyarakat, perwujudannya dapat merupakan masalah lama yang mengalami perkembangan ataupun masalah baru yang muncul akibat perkembangan dan perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan kultural  Tahap diagnosis : setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan mendorong timbulnya respon masyarakat berupa tindakan bersama untuk memecahkan masalah bersama.  Tahap treatment: terdiri dari beberapa tahap yaitu : - Pendekatan awal : Razia oleh petugas dan kemitraan dengan lembaga atau pihak lain rumah sakit dan dinas sosial. - Penerimaan dan pengasramaan : Pengungkapan masalah dan Pelaksanaan rehabilitasi sosial, Pelaksanaan rehabilitasi sosial terdiri dari: Bimbingan fisik, Bimbingan mental, Bimbingan sosial  Resosialisasi : Serangkaian bimbingan yang bertujuan untuk mempersiapkan klien agar dapat berintergrasi penuh dalam kehidupan masyarakat secara normatif dan juga mempersiapkan masyarakat untuk dapat menerima klien  Penyaluran : Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan klien kedalam kehidupan masyarakat secara normatif  Bimbingan lanjut : Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk lebih memantapkan klien kembali dalam kehidupan masyarakat  evaluasi : Bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan rehabilitasi sosial berjalan dengan baik f. Askep pada klien gelandangan dan psikotik - Pengkajian  Faktor pedisposisi: Genetik Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmiter, Teori virus dan infeksi



 



Faktor presipitasi: Biologis, Sosial kutural, Psikologis Penilaian terhadap stresor:



Rentang respon neurobiologis



Respon adaptif



Respon mal adaptif



Berfikir logis Persepsi akurat emosi konsisten dengan pengalaman Perilaku sesuai Berhubungan sosial



 



-



Pemikiran sesekali terdistorsi Ilusi Reaksi emosi berlebih Dan tidak bereaksi Perilaku aneh dan penarikan tidak biasa



Gangguan pemikiran waham/ halusinasi Kesulitan pengolahan emosi Perilaku kacau dan isolasi sosial



Sumber koping: Disonasi kognitif ( gangguan jiwa aktif ), Pencapaian wawasan, Kognitif yang konstan, Bergerak menuju prestasi kerja Mekanisme koping: Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas), Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain), Menarik diri dan mengingkaran



Diagnosis keperawatan yang sering ditemukan pada klien gelandangan dan psikotik  GSp : halusinasi  Isolasi sosial  Harga diri rendah  Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan  Gangguan proses pikir :waham  Resiko bunuh diri



-



-



 Defisit perawatan diri Tindakan keperawatan  Tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang di temukan  Tindakan keperawatan dalam tahap pemeliharaan berfokus ada pendidikam manajemen dan pengendalian diri dari gejala dan mengidentifikasi gejala yang berhubungan dengan kekambuhan Tahapan kekambuhan  Tahap 1 : kewalahan berlebih ( mengeluh kewalahan, gejala anxietas yang intensif)  Tahap 2 : pembatasan kesadaran (gejala anxietas sebelumnya bergabung dengan gejala depresi)  Tahap 3 : rasa malu ( biasanya hipomania dan halusinasi dan klien tidak bisa mengendalikan)  Tahap 4 : disorganisasi Psikotik( tahap ini gejala gangguan jiwa jelas terjadi, halusinasi, waham)  Tahap 5 : resolusi Psikotik ( tahap ini di rumah sakit dan terjadi penyembuhan psikotik )



Asuhan keperawatan klien kelompok khusus: psikotik gelandangan dengan masalah keperawatan gangguan komunikasi verbal I. Kasus (Masalah Utama) Kerusakan komunikasi verbal



II. Proses Terjadinya Masalah A. Pengertian Kerusakan komunikasi verbal merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan, keterlambatan atau ketidakmampuan dalam menerima atau memproses komunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain B. Rentang Respons



RESPONS ADAPTIF



RESPONS MALADAPTIF



Koheran



Tangensial



Flight of idea



Inkoheran



Asosiasi longgar



Blocking



Sirkumtansial



Irelevan



C. Faktor Predisposisi 1. Biologis  Hambatan perkembangan otak, khususnya frontal, temporal, limbik, sehingga mengakibatkan gangguan dalam belajar, bicara, daya ingat. Selain itu mengakibatkan seseorang menarik diri dari lingkungan atau timbul resiko perilaku kekerasan.  Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus, dan anak-anak. 2. Psikologis  Penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien.  Pola asuh yang tidak adekuat.  Konflik dan kekerasan dalam keluarga.



3. Sosial Budaya  Kemiskinan.  Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan)  Kehidupan terisolasi dan stressor. D. Faktor Presipitasi Umumnya sebelum timbul gejala, klien mengalami konflik dengan orang di sekitarnya. Selain itu ada juga tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai perasaan tidak berguna, putus asa, dan merasa tidak berdaya. E. Mekanisme koping Cara individu menghadapi secara emosional respon kognitif yang maladaptif dipengaruhi oleh perjalanan masa lalunya. Seseorang yang telah mengembangkan mekanisme koping yang efektif pada masa lalu akan lebih mampu dalam mengatasi serangan masalah kognitif. Mekanisme pertahanan ego yang mungkin teramati pada pasien gangguan kognitif (perubahan proses pikir) : -



regresi denial kompensasi



F. Tanda dan gejala 1. Tidak mampu berbicara dengan bahasa yang dominan 2. Tidak mau bicara 3. Menolak untuk bicara 4. Kesulitan dalam mengungkapkan maksud atau mengekspresikan secara verbal (aphasia, dysphasia, apraxia, dyslexia) 5. Kesulitan dalam membuat kata-kata atau kalimat (aphonia, dyslalia, dysarthria) 6. Berbicara tidak sesuai (inkoheren, asosiasi longgar, flight of idea) 7. Tidak ada kontak mata 8. Disorientasi tempat, waktu dan orang 9. Kesulitan dalam menggali dan memahami pola komunikasi yang biasanya 10. Menggunakan kata-kata yang tidak berhubungan atau tidak berarti 11. Pengulangan kata-kata yang didengar 12. Tidak mampu atau kesulitan dalam menggunakan ekspresi wajah atau tubuh 13. Ungkapan verbal (verbalisasi) yang tidak tepat 14. Defisit visual sebagian atau total 15. Bicara atau verbalisasi yang sukar 16. Bicara gagap 17. Sengaja menolak berbicara



III. A. Pohon Masalah



Resiko kekerasan



Kerusakan komunikasi verbal



Perubahan proses pikir



B. Data yang perlu dikaji 1. Perilaku klien 2. Ekspresi wajah klien saat diajak bicara. 3. Respon verbal klien. 4. Perawatan diri klien. 5. Kepribadian klien. 6. Aktivitas klien 7. Intake nutrisi dan cairan sehari-hari.



IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kekacauan pikiran. 2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan harga diri rendah.



V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kekacauan pikiran. Tujuan : Klien mau dan mampu berkomunikasi dengan verbal yang baik dengan perawat, keluarga, dan orang lain. Kriteria Standart : A. Klien dapat berkomunikasi yang dapat dipahami oleh keluarga dan orang lain. B. Respon non verbal klien sesuai dengan respon verbal klien Intervensi : 1. Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk memahami komunikasi klien. 2. Jelaskan pada klien tentang cara berkomunikasi dan pengungkapan bahasa dalam berhubungan. 3. Jika klien terus menolak bicara, gunakan teknik pengungkapan secara tidak langsung (berbagi presepsi).



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Psikotik gelandangan adalah penderita gangguan jiwa kronis yang keluyuran di jalan-jalan umum, dapat mengganggu ketertiban umum dan merusak keindahan lingkungan Ciri yang menonjol dari sakit jiwa adalah tingkah laku yang menyolok, berlebih-lebihan pada seseorang sehingga menimbulkan kesan aneh, janggal dan berbahaya bagi orang lain. Dan pada pasien psikotik gelandang dapat dipengaruhi karena perilaku kekerasan dan dapat menimbulkan masalah keperawatan dengan gangguan Komunikasi verbal 3.2 Saran Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu memahami tentang asuhan keperawatan psikotik gelandangan, sehingga kita mampu memberikan asuhan keperawatan yang maksimal pasien yang mengalami gangguan jiwa. Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan.



DAFTAR PUSTAKA Abduh, Much.(2013), “Tahun 2016Bandung BebasGelendangan Dan Pengemis” dalam http://rehsos.depsos.go.id Baihaqi, Sunardi, Riksma N.Rinalti Akhlan, danEuisHeryati. (2007), Psikiatri Konsep Dasar danGangguan-gannguan.Bandung: RefikaAditama Karnadi. (2014). Model Rehabilitasisosial Gelandangan Psikotik Berbasis Masyarakat. demak