Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Candidiasis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CANDIDIASIS”



DISUSUN OLEH :



RAHMAWATI RIRIN ARDILLA (102081803)



UNIVERSITAS TRIATMA MULYA FAKULTAS KESEHATAN SAINS DAN TEKNOLOGI PRODI SARJANA KEPERAWATAN JEMBRANA BALI 2020



KATA PENGANTAR



Puji Tuhan, terima kasih Saya ucapkan atas bantuan Tuhan yang telah mempermudah dalam pembuatan tesis ini, hingga akhirnya terselesaikan tepat waktu. Tanpa bantuan dari Tuhan, Saya bukanlah siapa-siapa. Selain itu, Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua, keluarga, serta pasangan yang sudah mendukung hingga titik terakhir ini. Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN CANDIDIASIS”. Dalam hal ini, Saya ingin membahas mengenai cara menjadi orang tua yang baik terutama orang tua muda. Zaman sekarang, tidak sedikit kaum milennials yang memutuskan diri untuk menikah. Namun, mereka kurang dengan ilmu parenting sehingga yang dibutuhkan para orang tua adalah ilmu tambahan mengenai hal parenting. Untuk membaca lebih lengkap, Anda dapat membaca hasil tesis Saya yang membahas mengenai parenting. Saya menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali Tuhan. Demikian Saya ucapkan terima kasih atas waktu Anda telah membaca hasil karya ilmiah Saya.



Jembrana, 14 Februari 2020 Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.....................................................................................ii DAFTAR ISI...................................................................................................iii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................................1 B. Rumusan Masalah..................................................................................2 C. Tujuan Penulisan....................................................................................2 1. Tujuan Khusus................................................................................2 2. Tujuan Umum.................................................................................2 BAB II. PEMBAHASAN A. Konsep Teori 1. Definisi Candidiasis........................................................................4 2. Klasifikasi Candidiasis....................................................................5 3. Etiologi............................................................................................9 4. Manifestasi Klinis...........................................................................9 5. Patofisiologi...................................................................................10 6. Pemeriksaan Penunjang.................................................................11 7. Penatalaksanaan.............................................................................11 8. Komplikasi.....................................................................................11 9. Pencegahan.....................................................................................11 B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian......................................................................................13 2. Diagnosa.........................................................................................16 3. Intervensi........................................................................................17 4. Implementasi..................................................................................20 5. Evaluasi..........................................................................................20 BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................21 B. Saran......................................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................22



iii



BAB I LATAR BELAKANG A.



Latar Belakang Candida albicans adalah sebuah jamur seksual diploid (sebuah bentuk ragi) dan merupakan agen penyebab infeksi oral dan vaginal oportunis pada manusia yang bersifat patogen jika jumlahnya berlebihan dan daya tahan manusia menurun dan infeksi yang disebabkan Candida disebut dengan kandidiasis (Sari & Suryani, 2014). Spesies Candida salah satunya Candida albicans merupakan flora normal yang hidup pada mukosa oral, saluran pencernaan dan vagina. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albicanmerupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Kandidiasis oral dalam tubuh manusia atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka kematian sekitar 71%-79%, terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang tubuhnya lemah. Pada kondidsi normal, jamur Candida sudah ada pada permukaan kulit manusia, namun jika berkembang biak secara berlebihan dan system imun menurun jamur ini akan memicu terjadinya infeksi. (Sari & Suryani, 2014). Secara epidemiologi menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2001 frekuensi kandidiasis antara 5,8% sampai 98,3%.kejadian kandidiasis oral sering sekali dihubungkan dengan faktor-faktor predisposisi seperti merokok, usia, jenis kelamin, penggunaan antibiotik oral (Egusa H, 2008). Infeksi oportunistik merupakan penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat, tetapi menyebabkan infeksi pada individu yang sistem imunnya terganggu, termasuk infeksi HIV. Organisme-organisme penyakit ini sering hadir dalam tubuh, tetapi umumnya dikendalikan oleh sistem kekebalan 4



tubuh yang sehat. Ketika seseorang terinfeksi HIV/AIDS berkembang infeksi oportunistik. Umumnya bagian intra oral yang paling banyak dialami penderita AIDS yakni infeksi jamur Candida. Terdapat 5 macam infeksi jamur candida di rongga mulut yaitu candida albicans, candida tropicalis, candida krusei, candida parapsilosis, candida guilliermondi. Dari kelima tipe tersebut, Candida albicans adalah yang paling sering terdapat pada kavitas oral. Candida albicans merupakan fungi yang menyebabkan infeksi opurtunistik pada manusia. Salah satu kemampuan yang dari Candida albicans adalah kemampuan untuk tumbuh dalam dua cara, reproduksi dengan tunas, membentuk tunas elipsoid, dan bentuk hifa, yang dapat meningkatkan misela baru atau bentuk seperti jamur B.



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas bahwa penulis dapat menyimpulkan : 1. Apakah definisi dari kandidiasis? 2. Bagaimana klasifikasi kandidiasis? 3. Apakah etiologi dari kandidiasis? 4. Bagaimana manifestasi klinis kandidiasis? 5. Bagaimana patofisiologi kandidiasis? 6. Apakah pemeriksaan penunjang pada klien dengan kandidiasis? 7. Bagaimana penatalaksanaan serta pencegahan pada kandidiasis? 8. Apa sajakah komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan kandidiasis? 9. Bagaiman asuhan keperawatan pada klien dengan kandidiasis?



C.



Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Menjelaskan



tentang



konsep



penyakit



kandidiasis



serta



pendekatan asuhan keperawatannya. 2. Tujuan Khusus 1) Mengetahui teori kandidiasis 2) Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kandidiasis



5



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Teori 1. Definisi Candidisiasi Candidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. Candida merupakan mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari populasi (Silverman S, 2001). Candidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C.albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005). Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau pada orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS (Farlane .M, 2002). Pada rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan



penyakit.



Secara



klinis



dapat



ditemukan



berbagai



penampilan berupa lesi putih atau lesi eritematus (Silverman S, 2001). Pada keadaan akut candidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau labial dan rasa kering atau serostomia (Greenberg M. S. , 2003). Pada umumnya infeksi tersebut dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang menyertainya. (Silverman S, 2001). Candidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi jamur ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut. Infeksi oportunistik yang umum dari rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang berlebihan. Sariawan pada mulut bayi disebut



6



kandidiasis, sementara jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan candidosis atau moniliasis. Candidiasis yang sering disebut juga candidosis, trush, dan moniliasis merupakan suatu keadaan patologis yang hanya menginfeksi jaringan kulit dan mukosa. Infeksi Candida yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi. Kandidiasis oral ini memang sering terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, seiring dengan bertambah dewasanya bayi tersebut, penyakit ini akan makin jarang terjadi. Penyakit ini juga bukan penyakit yang serius dan beberapa sumber mengatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri (walaupun tentu saja lebih baik diobati). 2. Klasifikasi Candidiasis Kandidiasis dapat dibagi menjadi beberapa jenis : (James, et al., 2006) a. Kandidiasis Mukosa 1) Kandidiasis Oral/orofaringeal atau thrush merupakan kandidiasis yang berkembang di mulut atau tenggorokan (CDC, 2016). Kandidiasis ini tampak sebagai bercak putih diskret yang dapat menjadi konfluen pada mukosa bukal, lidah, palatum, dan gusi (Klenk, et al.,2003). 2) Kandidiasis vulvovaginal, kadang disebut sebagai infeksi jamur (ragi) vagina, merupakan infeksi yang umum terjadi ketika terdapat pertumbuhan berlebih dari jamur kandida. Kandida selalu ada di dalam dan permukaan tubuh dalam jumlah



yang



kecil.



Akan



tetapi,



ketika



terjadi



ketidakseimbangan, seperti perubahan keasaman vagina atau perubahan hormonal, kandida dapat bermultiplikasi. Ketika hal tersebut terjadi, gejala kandidiasis dapat muncul (CDC, 2016). Pasien biasanya memiliki keluhan sangat gatal atau pedih disertai keluar cairan yang putih mirip krim susu/keju, kuning tebal, tetapi dapat cair seperti air atau tebal homogen dan tampak pseudomembran abuabu putih



7



pada mukosa vagina. Lesi bervariasi, dari reaksi eksema ringan dengan eritema minimal sampai proses berat dengan pustul, eksoriasi dan ulkus, serta dapat meluas mengenai perineum, vulva, dan seluruh area inguinal. Sering dijumpai pada wanita hamil, dan pada wanita tidak hamil biasanya keluhan dimulai seminggu sebelum menstruasi. Gatal sering lebih berat bila tidur atau sesudah mandi air hangat. Umumnya didapati disuria dan dispareunia superfisial. Dapat juga terjadi vulvitis tanpa disertai infeksi vagina. Umumnya vulva eritema dengan fisura yang sering terlokalisata pada tepi mukosa introitus vagina, tetapi dapat meluas mengenai labia mayora Intertrigo perineal dengan lesi vesikular dan pustul dapat terjadi (Richardson, et al., 2003). 3) Balanitis kandidiasis merupakan kandidiasis yang teri pada glans penis, sedangkan balanopostitis mengenai glans penis dan prepusium pada laki-laki yang belum disirkumsisi. Gambaran klinis tampak erosi merah superfisialis dan pustul berdinding tipis di atas glans penis, sulkus koronarius (balanitis) dan pada prepusium penis yang tidak disirkumsisi (balanopostitis) (Hay, et al., 2010). Papul kecil tampak



pada



glans



penis



beberapa



jam



sesudah



berhubungan seks, kemudian menjadi pustul putih atau vesikel dan pecah meninggalkan tepi yang mengelupas. Bentuk ringan ini biasanya sedikit pedih dan iritasi. Pada bentuk lanjut tampak bercak putih susu di glans penis, sulkus koronanius dan kadang-kadang di batang penis. Dapat meluas ke skrotum, paha dan seluruh area inguinalis, terutama pada udara panas. Pada kasus berat lesi tampak pada epitel uretra (Rippon, 1988). b. Kandidiasis Kutis



8



Kandidiasis kutis merupakan penyakit infeksi pada kulit yang disebabkan oleh jamur genus kandida. Gambaran klinis kandidiasis kutis berdasarkan tempat yang terkena dibagi menjadi : kandidiasis kutis intertriginosa, kandidiasis paronikia dan onikomikosis, kandidiasis kutis generalisata, kandidiasis kutis granulomatosa, dan diaper rash (Ramali, 2004). 1)



Kandidiasis intertrigo merupakan infeksi pada kulit yang disebabkan oleh Candida albicans, khususnya terletak di antara lipatan intertriginosa kulit yang berdekatan. Gambaran klinis tampak sebuah bercak merah yang gatal, diawali dengan



vesikulopustul



yang



membesar



dan



pecah,



menyebabkan maserasi dan membentuk fisura pada area intertrigo yang terlibat. Area yang terlibat memiliki batas bergerigi dengan pinggiran putih yang terdiri dari epidermis yang mengalami nekrosis, yang mengelilingi dasar maserasi yang ertitem. Lesi satelit biasanya dijumpai dan dapat menyatu dan meluas menjadi lesi yang lebar (Scheinfeld, 2016). 2)



Kandidiasis mukokutaneus kronik adalah infeksi heterogen pada rambut , kuku , kulit , dan selaput lendir yang terus berlanjut meskipun dengan terapi, ditandai dengan infeksi kronik dari kandida, yang terbatas pada permukaan mukosa, kulit, dan kuku. Munculnya penyakit biasanya dimulai pada masa bayi atau dalam dua dekade pertama kehidupan. Kondisi ini mungkin ringan dan terbatas pada area tertentu dari kulit atau kuku (Edward, 2008).



3)



Kandidiasis paronikia merupakan inflamasi pada lipatan kuku, yang disebabkan oleh Candida albicans. Tampak daerah lipatan kuku menjadi eritem, bengkak, dan lunak, dengan discharge sesekali. Kutikulia menghilang, bersama dengan distrofi kuku dan onikolisis dengan perubahan warna di sekitar daerah lipatan kuku bagian lateral. Terdapat warna



9



kehijauan dengan akumulasi cairan hyponychial yang mungkin terjadi yang merupakan hasil dari infeksi kandida (Scheinfeld, 2016). Pasien akan merasakan pembengkakan yang sakit pada sekitar kulit kuku (Edward, 2008). 4)



Kandidiasis Onikomikosis. Gejala yang paling umum dari infeksi jamur kuku adalah kuku menjadi menebal dan berubah warna menjadi putih, hitam, kuning atau hijau. Saat infeksi berlangsung kuku bisa menjadi rapuh. Jika tidak diobati, kulit bisa menjadi meradang dan nyeri di bawah dan di sekitar kuku. Mungkin juga timbul bercak putih atau kuning pada kuku atau kulit menjadi bersisik disekitar kuku dan berbau busuk (NHS, 2015).



5)



Kongenital Kandidiasis kutaneus merupakan kondisi kulit pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh ketuban pecah dini yang bersamaan dengan jalan lahir yang terinfeksi Candida albicans.



Biasanya



bermanifestasi



sebagai



erupsi



makulopapular eritematosa yang mengenai badan dan ekstremitas, akan sembuh setelah deskuamasi yang luas. Pustula dan vesikula biasanya dangkal dan menghilang secara spontan atau dengan pengobatan topikal. Adanya mikroabses putih pada plasenta dan tali pusat bayi dengan erupsi tersebut harus dicurigai kandidiasis kutaneus kongenital (Scheinfeld, 2016). 6)



Diaper rash kandidiasis merupakan sebuah infeksi oleh Candida albicans pada area diaper pada anak. Infeksi perineum yang umum pada bayi, pustular dan eritem (Edward, 2008). Maserasi dari mukosa anal dan kulit perianal sering merupakan manifestasi klinis pertama. Erupsi khas dimulai dengan papula bersisik yang bergabung dan membentuk lesi yang jelas. Kemudian lesi terkikis dengan perbatasan bergerigi (Scheinfeld, 2016).



10



7)



Kandidiasis Kutis Generalisata Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara, intergluteal, dan umbilicus. Sering disertai glossitis, stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustulpustul (Scheinfeld, 2016).



8)



Candidiasis Unspecified Kondisi dimana Candida albicans, tumbuh diluar kendali di daerah kulit yang lembab. Biasanya merupakan akibat dari sistem kekebalan tubuh yang lemah, tetapi dapat pula akibat dari efek samping kemoterapi atau terapi antibiotik. Dikatakan candidiasis unspecified ketika seseorang mengalami kandidiasis mukokutan kronik, atau kandidiasis kutis, atau candidiasis oral, atau monilial vaginitis secara bersamaan (ICD 10, 2016).



3. Etiologi Penyebab candidiasis ini adalah jamur jenis Candida. Jamur jenis ini adalah jamur yang sangat umum terdapat di sekitar kita dan tidak berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang kuat. Candida ini baru akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai daya tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan kortikosteroid, dan tentu saja bayi yang sistem imunnya belum sempurna. 4. Manifestasi Klinis Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut dan sering menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas tampak seperti kerak susu namun sulit dilepaskan dari mulut dan lidah bayi. Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil justru lidah dan mulut bayi dapat berdarah. Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar. 11



Secara umum kandidiasis pada mulut bayi tidak berbahaya dan dapat sembuh sendiri (walaupun lebih baik diobati). Namun bukan berarti kandidiasis ini tidak dapat menyebabkan penyakit lain. Kandidiasis dapat menyebabkan bayi menangis saat makan dan minum (kebanyakan disebabkan karena nyeri), selain itu, bayi menjadi malas minum ASI sehingga berat badannya tak kunjung bertambah. Candida pada mulut bayi juga dapat bermigrasi ke organ lain bila ada faktor yang memperberat (misalnya pemakaian antibiotik jangka panjang). 5. Patofisiologi Infeksi kandida dapat terjadi apabila fungsi system imun dalam tubuh manusia melemah (Klenk, et al., 2003). Bentuk blastospora dari candida yang tumbuh ke selaput mukosa atau lapisan epiter kulit adalah gejala infeksi, sebelum terbentuknya pseudohifa dan filament. Penyebaran candida ke organ visceral mungkin terjadi secara merata (Soedarmo et al., 2008). Candida dapat masuk ke banyak organ seperti selaput otak melalui aliran darah, selain itu factor imunitas yang menurun memicu cepatnya pertumbuhan jamur tersebut seperti pada pasien dengan penderita Kanker, AIDS, dan lain-lain (Jawets et al., 1996).



12



Sumber : Scribd, Anonim, 2013 6. Pemeriksaan Penunjang a.



Pemeriksaan Langsung Pemeriksaan dari bahan kerokan kulit atau kuku, diperiksa dengan larutan KOH 10% atau 20%, akan didapatkan hifa semu (pseudohifa) dengan atau tanpa blastospora.



b.



Pemeriksaan biakan Bahan yang akan diperiksa ditanam pada agar Sabouraud dekstrosa (ASD),



dengan



antibiotika



(kloramfenikol)



untuk



mencegah



pertumbuhan bakteri. Inkubasi dalam suhu kamar atau lemari suhu 37°C, koloni tumbuh setelah 24- 48 jam, berupa yeast like colony. c.



Slide culture Dilakukan dari media yang positif Candida, dengan menusukkan sampel ke media cornmeal agar lalu dipotong 1,5 cm x 1,5 cm, kemudian letakkan di 16 atas gelas objek, kemudian ditutup dengan gelas penutup, disimpan 3 x 24 jam dalam suhu kamar dan keadaan lembab.



7. Penatalaksanaan Pengobatan infeksi Candida bervariasi dan bergantung dari lokasi anatomis terjadinya infeksi, penyakit lain yang diderita pasien, kekebalan tubuh pasien, factor risiko pada pasien, spesies Candida penyebab infeksi, dan pada kasus tertentu, sensitivitas spesies Candida terhadap obat antijamur. Ada beberapa perubahan signifikan dalam managemen kandidiasis dalam beberapa tahun terakhir, terutama berkaitan dengan penggunaan echinocandins dan azole spectrum luas untuk kandidemia, jenis lain dari kandidiasis invasif, dan kandidiasis mukosa. Panduan yang diterbitkan oleh Asosiasi Penyakit Menular Amerika Serikat (IDSA) pada tahun 2016 memasukkan echinocandins, caspofungin, micafungin, dan anidulafungin,



13



termasuk juga fluconazole dan formulasi lipid dari amphotericin B dalam berbagai situasi. Fluconazole



masih



dijadikan



obat



utama



bagi



pasien



nonneutropenik dengan kandidemia atau yang terduga menderita kandidiasis invasif. Akan tetapi, sebuah analisis post-hoc dari data klinis antara anidulafungin dengan fluconazole dalam perawatan kandidiasis invasif menunjukkan bahwa anidulafungin bekerja secara lebih efektif pada pasien yang sakit parah. Revisi dari hasil data penanganan kandidiasis invasif dalam percobaan klinis menunjukkan bahwa echinocandins lebih unggul dalam bidang harapan hidup pasien. Hasil ini dapat memengaruhi terapi antijamur pada pasien di masa yang mendatang. 8.



Komplikasi Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus. Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.  Komplikasi kandidiasis oral umumnya sangat jarang terjadi. Namun, infeksi luas dari penyakit ini pada trakea dan kerongkongan dapat menyebabkan disfagia dan gangguan pernapasan. Komplikasi sistemik dapat terjadi pada pasien dengan imunokompromais.



9. Pencegahan Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara lain : a.



Oral hygiene yang baik



b.



Utamakan ASI daripada susu formula karena ASI mengandung banyak immunoglobulin yang berguna bagi kekebalan tubuh bayi. Selain itu, payudara ibu juga jauh lebih terjamin kebersihannya daripada botol dot bayi



c.



Bila menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan kebersihan botol dan dotnya, jangan lupa untuk mencucinya dengan air panas



d.



Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi setelah minum susu



e.



Pastikan bayi beristirahat yang cukup



14



f.



Berikan bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap



15



B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Candidisiasis 1. Pengkajian a. Identitas Pasien Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua. b. Keluhan Utama Pasien datang dengan keluhan sariawan yang banyak dan sulit sembuh. Pasien mengalami susah menelan dan merasa sangat nyeri di bagian rongga mulut. Di sekitar bibir terdapat luka yang bernanah. c. Riwayat Penyakit Sekarang Penderita merasakan nyeri yang hebat pada mulut saat ingin makan atau minum. Lalu terjadi penurunan nafsu makan sehingga pasien mengalami masalah system pencernaan. d. Riwayat Kesehatan Lalu Jika sebelumnya pasien mengalami penyakit candidiasis karena terjadi penurunan system imun, maka dapat dipastikan panyakit ini akan terjadi secara terus menerus jika tidak ditangani dengan baik. e. Riwayat Kesehatan Keluarga Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini. f. Riwayat Psikososial Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri, hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri. g. Pemeriksaan Fisik TTV



TD: >120/80 mmHg



RR: >20x/menit, 1) Kulit :



13



Nadi : >100x/menit



Suhu: 360C



a) Inspeksi



: Menilai warna kulit, melihat ada tidaknya



kemerahan dan lesi b)



Palpasi



: Menilai ada tidaknya benjolan, menilai ada



tidaknya nyeri tekan, menilai akral pasien panas, hangat atau dingin 2) Kepala: a) Inspeksi



: Melihat keadaan rambut dan kulit kepala,



melihat ada tidaknya kemerahan dan lesi b) Palpasi



: Menilai ada tidaknya nyeri tekan dan



benjolan 3) Mata a) Inspeksi



: Menilai apakah pandangan kabur atau



tidak, menilai warna konjuctiva dan sklera 4) Telinga a) Inspeksi



: Melihat apakah telinga simetris, menilai



ada tidaknya kemerahan dan lesi 5) Hidung a) Inspeksi



: Melihat ada tidaknya kemerahan dan lesi,



melihat apakah terdapat sekret, saat anak bernafas terdapat cuping hidung 6) Mulut a) Inspeksi



: warna mukosa mulut terdapat banyak



jamur candida seperti stomatitis dan kemerahan. 7) Leher a) Inspeksi



: Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar



tiroid pada leher b) Palpasi



: Menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar



tiroid atau kelenjar limfe 8) Dada Payudara a) Inspeksi



: Areola : Menilai warna areola, Puting :



Menilai apakah puting susu menonjol atau tidak



14



9) Paru-paru a) Inspeksi



: Menilai apakah gerakan dada kanan dan



kiri simetris b) Palpasi



: Menilai bagaimana retraksi dinding dada



c) Auskultasi



: Menilai suara nafas klien



10) Jantung a) Inspeksi



: Menilai apakah iktus kordis terlihat atau



tidak b) Palpasi



: Menilai tempat terabanya iktus kordis



c) Auskultasi



: Menilai suara jantung dan menilai apakah



ada suara tambahan 11) Abdomen a) Inspeksi



: Melihat keadaan perut dan tidaknya asites



b) Palpasi



: Menilai ada tidaknya nyeri tekan



c) Perkusi



: Apakah suara perkusi perut timfani atau



tidak d) Auskultasi



: Menilai bunyi bising usus



12) Sistem gastrointestinal Mulut: a) Inspeksi



: Melihat keadaan dan kebersihan mulut



Mukosa b) Inspeksi



: Melihat warna mukosa mulut dan serta



apakah mukosa mulut lembab atau kering Hepar c) Inspeksi



: Melihat ada tidaknya pembesaran hepar



d) Palpasi



: Menilai ada tidaknya pembesaran hepar



Genetalia e) Inspeksi



: Melihat kebersihan genitalia



Anus dan rektum f) Inspeksi



: Melihat keadaan dan kebersihan anus dan



rektum 13) Muskuloskeletal



15



a) Mengkaji refleks kaki dengan tes pattela 14) Neurologi a) Menilai tingkat kesadaran pasien (Composmentis) 2.



Diagnosa Keperawatan : 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan napsu makan 2. Kekurangan volume cairan b/d pembatasan pemasukan mual muntah 3. Resiko infeksi berhubungan dengan perubahan integritas kulit. 4. Nyeri akut berhubungan dengan lesi di mulut



16



3. Intervensi Dx. 1 Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi



Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi. DS: - Nyeri abdomen - Muntah - Kejang perut - Rasa penuh tiba-tiba setelah makan DO: - Diare - Rontok rambut yang berlebih - Kurang nafsu makan - Bising usus berlebih - Konjungtiva pucat - Denyut nadi lemah



NOC: a. Nutritional status: Adequacy of nutrient b. Nutritional Status : food and Fluid Intake c. Weight Control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:  Albumin serum  Pre albumin serum  Hematokrit  Hemoglobin  Total iron binding capacity  Jumlah limfosit



17



Inter implemen vensi tasi  Kaji adanya alergi makanan  Sudah meng informasikan  Kolaborasi dengan ahli pada klien dan keluarga gizi untuk menentukan tentang manfaat nutrisi jumlah kalori dan nutrisi  Melakukan kolaborasi yang dibutuhkan pasien dengan ahli gizi untuk  Yakinkan diet yang menentukan jumlah kalori dimakan mengandung dan nutrisi yang dibutuhkan tinggi serat untuk pasien mencegah konstipasi  Sudah mengatur jadwal  Ajarkan pasien bagaimana pengobatan dan tindakan membuat catatan makanan selama jam makan harian.  Sudah mencatat adanya  Monitor adanya penurunan edema, hiperemik, BB dan gula darah hipertonik papila lidah dan  Monitor lingkungan selama cavitas oval makan  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan  Monitor turgor kulit  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht  Monitor mual dan muntah  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva  Monitor intake nuntrisi  Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.  Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan  Kelola pemberan anti emetik:.....  Anjurkan banyak minum  Pertahankan terapi IV line  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval



Dx. 2 Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaborasi



Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan: - Kehilangan volume cairan secara aktif - Kegagalan mekanisme pengaturan DS : - Haus DO: - Penurunan turgor kulit/lidah - Membran mukosa/kulit kering - Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi - Pengisian vena menurun - Perubahan status mental - Konsentrasi urine meningkat - Temperatur tubuh meningkat - Kehilangan berat badan secara tiba- tiba - Penurunan urine output - HMT meningkat - Kelemahan



Rencana keperawatan Tujuan dan intervensi implement Kriteria Hasil asi NOC: NIC :  Sudah memberikan cairan  Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan iv pada pasien  Hydration output yang akurat  Sudah menjelaskan  Nutritional Status :  Monitor status hidrasi Food and Fluid keluarga untuk membantu ( kelembaban membran Intake pasien makan. mukosa, nadi adekuat, tekanan Setelah dilakukan darah ortostatik ), jika  Sudah memantau status tindakan diperlukan nutrisi keperawatan selama…..  Monitor hasil lab yang sesuai defisit volume cairan  Sudah memantau intake dengan retensi cairan (BUN , teratasi dengan kriteria dan urin output px setiap 8 Hmt , osmolalitas urin, hasil: albumin, total protein ) jam  Mempertahankan  Monitor vital sign setiap 15menit urine output sesuai – 1 jam dengan usia dan BB, BJ urine  Kolaborasi pemberian cairan IV normal,  Monitor status nutrisi  Tekanan darah,  Berikan cairan oral nadi, suhu tubuh  Berikan penggantian nasogatrik dalam batas normal sesuai output (50 – 100cc/jam)  Tidak ada tanda  Dorong keluarga untuk tanda dehidrasi, Elastisitas turgor membantu pasien makan kulit baik,  Kolaborasi dokter jika tanda membran mukosa cairan berlebih muncul lembab, tidak ada meburuk rasa haus yang  Atur kemungkinan tranfusi berlebihan  Persiapan untuk tranfusi  Orientasi terhadap  Pasang kateter jika perlu waktu dan tempat baik  Monitor intake dan urin output  Jumlah dan irama setiap 8 jam pernapasan dalam batas normal  Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal  pH urin dalam batas normal  Intake oral dan intravena adekuat



18



Dx. 3 Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi



Risiko infeksi Faktor-faktor risiko : - Prosedur Infasif - Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan - Malnutrisi - Peningkatan paparan lingkungan patogen - Imonusupresi - Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) - Penyakit kronik - Imunosupresi - Malnutrisi - Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)



Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



NOC :  Immune Status  Knowledge : Infection control  Risk control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi  Jumlah leukosit dalam batas normal  Menunjukkan perilaku hidup sehat  Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal



NIC : Pertahankan teknik aseptif Batasi pengunjung bila perlu Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing Tingkatkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik:................................. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Pertahankan teknik isolasi k/p Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Monitor adanya luka Dorong masukan cairan Dorong istirahat Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam



19



impleme ntasi Sudah mengajarkan px cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan Sudah melakukan pemantauan tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal pada px Tingkatkan intake nutrisi Sudah mengkaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam



Perencanaan No.



4.



Tujuan dan Kriteria intervensi hasil Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat keperawatan 3x24 jam, nyeri pada pasien nyeri pada klien dapat 2. Berikan makanan berkurang atau hilang yang tidak dengan kriteria hasil : merangsang, 1. Hilangnya rasa sakit dan seperti makanan perih di mukosa mulut. yang 2. Lesi berkurang dan mengandung zat berangsur sembuh kimia. 3. Membrane mukosa oral 3. Hindari makanan lembab yang terlalu panas atau terlalu 4. Suhu tubuh normal dingin 4. Hindari pasta gigi yang merangsang timbulnya nyeri. 5. Menganjurkan pasien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah dan sayuran terutarama B12, vit C dan zat besi 6. Lakukan Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid



20



implementasi 1. Sudah menganjurkan pasien untuk memperbanyak mengkonsumsi buah dan sayuran terutarama B12, vit C dan zat besi 2. Sudah menganjurkan px untuk menghindari pasta gigi yang merangsang timbulnya nyeri



3. Telah melakukan Kolaborasi pemberian analgesic dan kortikosteroid



4.



Evaluasi Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan candidiasis adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni : a. b. c.



Kebutuan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi. Kebutuhan cairan terpenuhi sehingga dapat mencegah dehidrasi. Pemahaman tentang proses penyakit, program pengobatan dan perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.



21



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C.albicans. Penyakit ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang. Jamur candida albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Kandidiasis dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu kandidiasis mukosa ( kandidiasis oral/orofaringeal, kandidiasis vulvovaginal, kalanitis kandidiasis) dan kandidiasis kutis ( kandidiasis intertrigo, kandidiasis mukokutaneus kronik, kandidiasis paronikia, kandidiasis onikomikosis kongenital kandidiasis kutaneus, diaper rash kandidiasis, kandidiasis kutis generalisata lesi,



kandidiasis unspecified kondisi). Gejala yang timbul



adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut dan sering menimbulkan nyeri. B.



Saran Demikian materi yang penulis paparkan, penulis harap bagi pembaca dalam asuhan keperawatan kepada klien dengan herpes simpleks harus mampu menerapkan teknik septik dan anseptik guna mencegah terjadinya infeksi rosokomial. Masyarakat hendaknya lebih memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada selagi penyakit dapat diketahui sendiri dan ditanggulangi secepat mungkin guna mencapai kesehatan yang optimal.



22



DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Ramali, 2004; Kamus Kedokteran; Djambatan. Anonim.



2013.



woc kandidiasis. [online]. Tersedia : https://www.scribd.com/doc/187724042/woc-kandidiasis



CDC. (2016). Identifying Healthcare-associated Infections. Diakses 28 Februari 2016, dari http://www.cdc.gov/nhsn/PDFs /pscManual/ 2PSC_Iden ifyingHAIs_NHSNcurrent.pdf Depkes RI bekerjasama dengan WHO. 2008. Buku Panduan Penentuan Kode Penyebab



Kematian



menurut



ICD-10.



Jakarta



:



Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes RI. Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2001 Menuju Indonesia sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2002:40. Edwards, N. L., 2008, The Role of Hyperuricemic and Goud in Kidney and Cardiovascular Disease, Cleveland Clinic Journal of Medicine, 75 (5), S13-S16. Egusa, H., Soysa, N.S., Ellepola, A.N., Yatani, H., Samaranayake, L.P.,2008. Oral candidiasis in HIV infected patients. Curr HIV research. 6(1):p485-99. Engel, James et al. 2006. Consumer Behaviour. Mason: Permissions Department, Thomson Business and Economics MacFarlane TW, Poxton IR, Smith AJ. Essentials of Microbiology for Dental Student. Oxford University Press: 2002: 237-258



23



Greenberg, J. dan Baron, R.A. (2003).Behavior in Organizations Understanding and Managing the Human Side of Work. New Jersey: Prentice-Hall International. Hay RJ, Ashbee HR. Mycology. Dalam: Rook’s Textbook of Dermatology. Vol 2. 8th ed. Oxford: Blackwell Scientific Publication.2010: 36.18-51. James et al. 2006. Consumer Behaviour. Mason: Permissions Department, Thomson Business and Economics Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi ke-20, 213, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta Klenk AS et all. Yeast infection : Candidisis. Pityriasis (Tinea) Versicolor. Dalam Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K et all. Fitzpatrick’s Dermatology in general Medicine, edisi ke-7. New York: McGraw-Hill; 2008.h.1822-30 Mc. Farlane. 2002. Essential of Microbiology For Dental Student. Oxford, New York. pp.287. Ramali, Ahmad, Kamus Kedokteran, Jakarta : PT. Djambata, 2004. Richardson, M.D. & Warnock, D.W., 2003. Fungal infection. Edisi ke 3., Oxford : Blackwell Publication. Rippon JW. Cutaneous infections. Dermatophytosis and Dermatomycosis. In: Medical



Mycology.3th



ed.Philadelphia:



WB



Saunders,1988. p.169- 85. Sari, M., & Suryani, C. (2014, Agustus 23). Pengaruh Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbil.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Secara In Vitro. 325-330. Scheinfeld, Noah S. (2016). Cutaneous candidiasis clinical presentation. Medscape.



Diakses 24



24



Maret



2016,



dari



http://emedicine.



medscape.com /article/1090632-



clinical#b4. Silverman, George. 2001. New York: How to Trigger Exponential Sales through Runaway Word of Mouth. The Secrets of Word of Mouth Marketing: AMACOM. Soedarmo, et al. 2008 Buku Ajar Infeksi dan pediatri topis, Badan Penerbit IDAI, Jakarta. Stedman. 2005. Kamus Ringkas Kedokteran STEDMAN untuk Profesi Kesehatan. Jakarta : EGC



25