Auditing I - Asersi Dalam Laporan Keuangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AUDITING I “Asersi dalam Laporan Keuangan”



Dosen Pengampu: Rina Yuliastuty Asmara, Dr. MM



DISUSUN OLEH: 1. DEFIRA SHARAFINA



(43216010025)



2. APRILIA AYU SOFIANA



(43216010176)



3. ANNISA PRIMANINGTYAS



(43216010141)



4. RINDRA NALURITA NUGRAHENI



(43216010201)



FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2018



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asersi dalam Laporan Keuangan”, meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dasar Auditing. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.



Jakarta, 25 Mei 2018



Penyusun



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ........................................................................................1 DAFTAR ISI.......................................................................................................2 BAB I



PENDAHULUAN ......................................................................3 1.1 Latar Belakang .....................................................................3 1.2 Rumusan Masalah ...............................................................5 1.3 Tujuan ...................................................................................5



BAB II



PEMBAHASAN .........................................................................6 2.1 Asersi dalam Laporan Keuangan .......................................6 2.2 Penerapan Asersi dalam Laporan Keuangan ...................9 2.3 Penjelasan Mengenai Asersi................................................9 2.4 Asersi Gabungan ..................................................................11 2.5 Resiko Salah Saji ..................................................................13



BAB III



PENUTUP ...................................................................................16 3.1 Kesimpulan ...........................................................................16 3.2 Saran .....................................................................................17



DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18



2



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Ada perbedaan pendapat antara dua auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang temuan Rp 550 miliar di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Mereka yang berbeda pendapat adalah Ketua Tim Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu, Yudy Ayodya Baruna, dan Ketua Tim Pemeriksa Laporan Keuangan Kementerian Desa dan PDTT untuk tahun 2016, Andi Bonanganom. Dalam persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (13/9/2017) kemarin, Yudy mengatakan bahwa pemeriksaan yang dipimpinnya menemukan adanya anggaran yang tidak dapat diyakini penggunaannya pada tahun 2015 dan 2016. Salah satunya, mengenai pertanggungjawaban pembayaran honorarium dan bantuan operasional kepada tenaga pendamping profesional tahun 2016 sebesar Rp 550 miliar. "Sampai akhir pemeriksaan, kami tidak mendapat dokumen pertanggungjawaban," ujar Yudy dalam persidangan, Rabu kemarin. Menurut Yuddy, jika tidak ditindaklanjuti, temuan Rp 550 miliar pada 2016, bisa memengaruhi opini Kementerian pada audit laporan keuangan pada 2016. Namun, hal berbeda dikatakan Andi Bonanganom saat bersaksi di Pengadilan Tipikor, Kamis (14/9/2017). Menurut Andi, sesuai panduan pemeriksaan, audit laporan keuangan Kementerian Desa lebih dulu mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya, termasuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu. "Jadi, hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu kami analisa, dan memang ada temuan yang cukup besar yaitu mengenai pendampingan dana desa. Secara nilai kami analisa," kata Andi. Dari hasil analisa tim, diketahui bahwa yang dipermasalahkan adalah mekanisme



3



pertanggungjawaban dana pendampingan desa. Setelah dipelajari, ternyata mekanisme pemberian dana bagi pendamping menggunakan mekanisme lumpsum. Selain itu, menurut Andi, tim pemeriksa keuangan sudah menanyakan kepada Kementerian Desa, mengenai hal-hal apa saja yang sudah dilakukan sebagai tindaklanjut rekomendasi dari hasil temuan sebelumnya. "Karena mekanisme lumpsum, itu jadi tidak berpengaruh.Dari hasil yang diperoleh dari Kementerian, kami tahu bahwa Kemendes sudah tindaklanjuti sebagian besar dari rekomendasi itu," kata Andi. Menurut Andi, terkait temuan Rp 550 miliar, Kemendes telah menyerahkan bukti Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), bukti transfer, dan daftar penerima rekening. Dengan demikian, temuan Rp 550 miliar itu dianggap telah selesai diklarifikasi oleh Kemendes."Kami uji, apakah asersi untuk belanja tersebut sudah disajikan secara wajar di laporan keuangan. Ternyata, Rp 550 miliar ini sudah dikirim kepada pendamping dana desa. Mekanisme lumpsum juga sudah sesuai dengan Menteri Keuangan," kata Andi.Dalam persidangan sebelumnya, Yudy berpendapat bahwa mekanisme pembayaran lumpsum harus tetap melampirkan bukti pertanggungjawaban.Misalnya, apakah uang yang dikirim sudah diterima oleh masing-masing pendamping di daerah. Dalam kasus ini, Inspektur Jenderal Kemendes PDTT Sugito dan Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan Inspektorat Kemendes, Jarot Budi Prabowo didakwa memberikan uang sebesar Rp 240 juta kepada Rochmadi Saptogiri selaku Auditor Utama Keuangan Negara III BPK, dan Ali Sadli, selaku Kepala Sub Auditorat III Auditorat Keuangan Negara BPK. Uang tersebut diduga diberikan dengan maksud agar Rochmadi menentukan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Kemendes tahun anggaran 2016.



4



1.2 Rumusan Masalah 1. Apadefinisi asersi berdasarkan ISA 315? 2. Bagaimana penerapan asersi pada laporan keuangan? 3. Bagaimana dan apa saja pengelompokkan jenis-jenis asersi? 4. Apakah untuk setiap jenis-jenis asersi dapat digabungkan? 5. Jika terjadi salah saji, apa saja indikator penilainya?



1.3 Tujuan Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini yang hendak dicapai yaitu dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Mengetahui asersi dalam laporan keuangan 2. Mengetahui penilaian resiko salah saji secara material



5



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Asersi dalam Laporan Keuangan Dalam ISA 315 pada alinea 4 (a), mendefinisikan asersi yaitu representasi oleh managemen, secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan) maupun implicit (tersirat) yang terkandungan dalam laporan keuangan.Representasi ini digunakan oleh auditor untuk memperhatikan berbagai salah saji dalam laporan keuangan yang mungkin terjadi. Dengan menyerahkan laporan keuangannya kepada auditor atau pihak lain, managemen membuat represenasi secara tersurat maupun tersirat. Yang dimana, representasi oleh managemen kepada auditor, yang paling umum dikenal adalah laporan keuangan secara menyeluruh disajikan secara wajar sesuai dengan kerangka laporan keuangan yang berlaku. Asersi managemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar. Menurut SPAP pada PSA No. 07 (2001:326.02), penggolongan tersebut adalah: a. Keberadaan atau keterjadian (Existence or Occurrence) b. Kelengkapan (Completeness) c. Hak dan kewajiban (Right and Obligation) d. Penilaian (Valuation) atau alokasi e. Penyajian dan pengungkapan (Presentation and Disclosure)



2.2 Penerapan Asersi dalam Laporan Keuangan Sebagai suatu contoh dari penerapan asersi ini, persediaan pada harga yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar (at lower of cost or market) $1.253.000. Dengan memasukkan akun ini dalam laporan keuangan,



6



managemen membuat laporan keuangan, managemen membuat beberapa representasi atau pernyataan tentang persediaan: 1. Persediaan yang ada per tanggal neraca (eksistensi atau kejadian) 2. Semua persediaan yang harus masuk dalam akun persediaan telah dimasukkan (kelengkapan) 3. Nilai persediaan tersebut dimiliki oleh klien (hak dan kewajiban) 4. Nilai persediaan yang tepat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah $1.253.000 (penilaian atau alokasi) 5. Item-item yang termasuk dalam persediaan merupakan aktiva lancar yang siap untuk dijual untuk kondisi usaha yang normal, dan semua pengungkapan diperlukan untuk pemahaman yang memadai tentang akun persediaan telah dimasukkan dalam laporan keuangan (penyajian dan pengungkapan) Berdasarkan contoh diatas, dapat dijelaskan untuk setiap asersi menurut SPAP pada PSA No. 07 (2001:326.02) adalah sebagai berikut: a. Asersi keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence) merupakan pernyataan managemen bahwa aktiva dan kewajiban yang dicatat dalam laporan keuangan secara aktual ada pada tanggal neraca dan transaksi yang dicatat dalam laporan keuangan yang terjadi selama periode laporan keuangan. Program audit harus mencantumkan prosedur yang dirancang untuk menguji asersi eksistensi atau kejadiaan tentang unsur-unsur material dalam laporan keuangan. Eksistensi persediaan dapat diuji melalui observasi auditor terhadap item-item persediaan. Piutang dapat diuji eksistensinya melalui korespondensi dengan pelanggan klien. Transaksi-transaksi tertentu dalam laporan laba rugi seperti penjualan atau beban dapat diuji



7



keterjadiaannya dengan memeriksa faktur dan cek yang dibatalkan yang mendukungnya. b. Asersi mengenai kelengkapan (completeness) merupakan semua transaksi dan akun yang seharusnya dicatat dalam laporan keuangan telah dicatat. Kelengkapan berhubungan dengan apakah semua item telah dimasukkan dalam laporan keuangan, maka asersi kelengkapan akan dilanggar jika tidak semua akun dan transaksi dimasukkan dalam laporan keuangan. Auditor menguji asersi kelengkapan dengan beberapa cara, tergantung pada akun tertentu yang diuji. c. Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh, managemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (lease) yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai perolehan hak perusahaan atas kekayaan yang disewa-guna-usahakan (leased) dan utang sewa guna usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban perusahaan pada tanggal neraca tersebut. d. Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, managemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan cost perolehannya (acquisition cost) dan cost perolehan tersebut secara sistematik dialokasikan ke dalam periodeperiode akuntansi yang semestinya. Demikian pula, managemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value) pada tanggal neraca tersebut.



8



e. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah



komponen-komponen



tertentu



laporan



keuangan



diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Misalnya, managemen membuat asersi bahwa kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tempo. Demikian pula, managemen membuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan keuangan laba-rugi diklasifikan dan diungkapkan semestinya.



2.3 Penjelasan Mengenai Asersi Pada ISA 315 alinea A111, menjelaskan kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk mempertimbangkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan. Asersi untuk jenis-jenis transaksi dan peristiwa untuk periode yang diaudit dapat diklasifikasi sebagai berikut: a. Occurrence. Transaksi dan peristiwa yang sudah dicatat, memang terjadi dan merupakan transaksi dan peristiwa dari entitas yang bersangkutan. b. Completeness. Semua transaksi dan peristiwa yang seharusnya dicatat, memang sudah dicatat. c. Accuracy. Angka-angka, jumlah-jumlah, dan data lain yang terkait dengan transaksi dan peristiwa yang dicatat, sudah dicatat dengan akurat. d. Cut-off. Transaksi dan peristiwa dicatat dalam periode akuntansi yang bersangkutan. e. Classification. Transaksi dan peristiwa dicatat dalam akun yang benar.



9



Asersi untuk saldo akun atau account balance pada akhir periode yang diaudit, dikelompokkan sebagai berikut: a. Existence. Aset, kewajiban, dan ekuitas benar ada. b. Rights and obligations. Entitas memiliki dan menguasai asset, dan utang merupakan kewajiban entitas. c. Completeness. Semua asset, kewajiban, dan ekuitas yang seharusnya dicatat, sudah dicatat. d. Valuation and allocation. Asset, kewajiban, dan ekuitas dicantumkan dalam laporan keuangan dalam jumlah yang benar (appropriate amounts), dan semua penyesuaian untuk penilaian (valuation) dan alokasi (allocation) telah dicatat dengan benar.



Asersi



yang



berhubungan



dengan



penyajian



(presentations)



dan



pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan, dikelompokkan sebagai berikut: a. Occurrence, rights and obligations. Transaksi, peristiwa, dan hal-hal lain yang sudah diungkapkan dalam laporan keuangan. b. Completeness. Semua pengungkapan yang seharusnya dicantumkan, memah sudah dicantumkan dalam laporan keuangan. c. Classification and understandability. Informasi keuangan disajikan dan dijelaskan dengan tepat, dan pengungkapan dinyatakan dengan jelas. d. Accuracy and valuation. Informasi keuangan dan informasi lainnya diungkapkan dengan jumlah yang benar.



10



Ilustrasi ringkasan atas penerapan asersi pada seluruh area laporan keuangan: Asersi – Jenis transaksi, saldo akun, penyajian dan pengungkapan Classes of transaction Asersi



(Jenis Transaksi)



Presentations & Account Balances



Disclosures



(Saldo Akun)



(Penyajian & Pengungkapan



Existence/Occurrence















Completeness























Rights and Obligations Accuracy/Classification







Cut-off







Classification &















Understandability







Valuation/Allocation







2.4 Asersi Gabungan ISA 315 memperbolehkan auditor menggunakan asersi-asersi yang sebagaimana yaitu berupa asersi untuk transaksi dan peristiwa untuk periode yang diaudit, asersi untuk saldo akun, dan asersi yang berhubungan dengan penyajian dan pengungkapan, atau dengan cara yang berbeda, sepanjang semua aspek yag dibahas telah tercakup pada penjelasan dalam asersi tersebut. Dalam kasus untuk entitas kecil, untuk memudahkan penggunaan asersi-asersi ini dapat digabungkan. Terdapat empat kombinasi penggabungan asersi, sebagai berikut: a. Completeness. Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan, telah dicakup. Tidak ada asset, utang dan kewajiban,



11



transaksi yang belum dicatat dan diungkapkan; tidak ada catatan dalam laporan keuangan yang hilang/dihilangkan atau tidak lengkap. b. Existence. Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan dalam laporan keuangan memang ada pada tanggal yang bersangkutan dan memang harus dicakup. Asset, utang dan kewajiban, transaksi dan hal-hal lain dalam catatan laporan keuangan memang ada, terjadi dan terkait dengan entitas. c. Accuracy and Cut-off. Semua kewajiban, pendapatan, beban dan hak atas asset (yang dikuasai atau dibawah pengendalian) merupakan kewajiban atau kekayaan entitas dan telah dicatat dalam jumlah yang benar dan dialokasikan ke periode yang benar, dan juga telah dilakukan pengklasifikasian dan pengungkapan yang benar dalam laporan keuangan. d. Valuation. Asset, kewajiban dan ekuitas dicatat dalam jumlah atau nilai (at the appropriate value) dalam laporan keuangan. Penyusaian (adjustment) untuk penilaian atau alokasi yang diperlukan karena sifatnya atau sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan, telah dicatat sebagaimana mestinya.



12



Penggabungan asersi dalam empat kombinasi, memudahkan penerapan pada ketiga kategori, sebagaimana berikut: Asersi Gabungan



Jenis Transaksi



Saldo Akun



Presentasi dan Pengungkapan



Completeness



Completeness



Completeness



Completeness



Existence



Occurrence



Existence



Occurrence



Accuracy and Cut- Accuracy



Right and



Accuracy



off



Obligations



Right and



Cut-off



Obligations



Classification



Classification Understandability Valuation



Valuation and



Valuation



Allocation 2.5 Resiko Salah Saji Resiko salah saji yang material merupakan kombinasi dari resiko bawaan (inherent risk) dan resiko pengendalian (control risk).Oleh karena itu, proses penilaian (assessment process) meliputi keduanya. Mengenai resiko bawaan, auditor menentukan potensi salah saji yang berkenaan dengan asersi yang mana, kemudian menilai seberapa besar kemungkinan terjadinya resiko ini, dan taksiran jumlahmua.Sedangkan mengenai pengendalian, auditor menentukan apakah pengendalian intern yang relevan untuk mencegah dan menekan (mitigate) assessed risk dan dampaknya terhadap asersi yang terkait.



13



Auditor wajib mengidentifikasikan dan menilai resiko salah saji pada tingkat laporan keuangan, dan tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya. Laporan keuangan mengandung berbagai asersi, dan terdapat dua penilaian yang dapat digunakan auditor untuk menilai resiko, diantaranya yaitu: 1. Penilaian Resiko di Tingkat Laporan Keuangan Resiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan cenderung bersifat pervasif atau tersebar luas dan karenanya mencakup semua asersi.Sebagai contoh, jika kepala pembukuan tidak cukup kompeten, sangat boleh jadi kekeliruan terjadi dalam laporan keuangan. Kekeliruan semacam ini sering kali tidak terbatas pada satu saldo akun atau satu jenis transaksi, atau suatu pengungkapan saja.Kekeliruan juga tidak terbatas pada satu asersi saja, seperti lengkapnya (completeness) transaksi penjualan. Kekeliruan dengan mudah merambah ke asersi lain seperti accuracy, existence, dan valuation. 2. Penilaian Resiko di Tingkat Asersi Resiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo dari akun tertentu (secara individu) pada saat tertentu yaitu misalnya akhir tahun, atau untuk asersi tertentu pada suatu periode tertentu yaitu misalnya dalam tahun buku bersangkutan, dan berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan tertentu dalam laporan keuangan. Relevansi setiap asersi untuk saldo akun (atau jenis transaksi, atau penyajian dan pengungkapan) tertentu, akan berbeda, tergantung pada cirri saldo akun itu dan potensi salah saji yang material. Sebagai contoh, ketika menilai Valuatian Assertion, auditor mungkin menilai resiko terjadinya kekeliruan sebagai rendah, namun untuk persediaan dimana keusangan (obsolescence) merupakan faktor penting, auditor menilai valuation risk tinggi. Contoh lain, karena kemungkinan hilangnya persediaan relatif



14



kecil, auditor menilai resiko salah saji yang material berkenaan dengan completeness assertion, rendah. Akan tetapi, kelemahan dalam menangani transaksi penjualan menyebabkan auditor menilai resiko salah saji karena tidak lengkapnya saldo akun penjualan sebagai resiko yang tinggi.



15



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Dalam ISA 315 pada alinea 4 (a), mendefinisikan asersi yaitu representasi oleh managemen, secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan) maupun implicit (tersirat) yang terkandungan dalam laporan keuangan.Representasi ini digunakan oleh auditor untuk memperhatikan berbagai salah saji dalam laporan keuangan yang mungkin terjadi. Asersi managemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar. Menurut SPAP pada PSA No. 07 (2001:326.02), penggolongan tersebut adalah: f. Keberadaan atau keterjadian (Existence or Occurrence) g. Kelengkapan (Completeness) h. Hak dan kewajiban (Right and Obligation) i. Penilaian (Valuation) atau alokasi j. Penyajian dan pengungkapan (Presentation and Disclosure) Dalam melakukan pekerjaannya, auditor memiliki tahapan audit untuk mencapai tujuan audit. Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan yang pada akhirnya untuk menyajikan dan mengungkapkan hasil dari laporan keuangan tersebut pada setiap audit. Banyak cara yang ditempuh auditor untuk mengumpulkan bukti audit guna memenuhi tujuan audit, sehingga seorang auditor dapat mengeluarkan penyataan pendapat berdasarkan laporan keuangan auditannya. Laporan audit yang diterbitkan oleh auditor meliputi, laporan audit wajar tanpa pengecualian, wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan, wajar dengan pengecualian, menolak memberikan pendapat dan pendapat tidak wajar. Auditor menggunakan asersi



16



untuk menentukan jenis resiko salah saji yang bisa terjadi, menilai seberapa besar resiko salah saji yang material, dan merancang prosedur audit selanjunya sebagai jawaban atau tanggapan terhadap resiko yang dinilai. 3.2 Saran Tanpa memahami asersi apa saja dalam laporan keuangan secara keseluruhan, perencanaan dan selama proses berlangsungnya pengauditan tidak akan memiliki relevansi. Jadi, para auditor diharuskan untuk lebih memahami tentang apa saja arsersi dalam laporan keuangan dalam melaksanakan proses audit dan secara keseluruhan.



17



DAFTAR PUSTAKA



https://nasional.kompas.com/read/2017/09/14/18274861/beda-pendapat-auditor-bpk-soaltemuan-rp-550-miliar-di-kemendes



https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4906/Bab%202.pd f?sequence=9 https://kitalagini.blogspot.co.id/2015/02/asersi-dalam-laporan-keuangan.html



18