BAB 1-3 Unsafe Action [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



UNIVERSITAS ESA UNGGUL HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENGAWASAN DENGAN PERILAKU TIDAK AMAN PADA PEKERJA BEKISTING PT BETON KONSTRUKSI WIJAKSANA



PROPOSAL PENELITIAN



M FADLI SHEH AKBAR 20180301144



FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PRODI KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2021



ii2



LEMBAR PERSETUJUAN



Proposal skripsi ini diajukan oleh: Nama



: M Fadli Sheh Akbar



NIM



: 20180301144



Fakultas



: Ilmu-Ilmu Kesehatan



Program Studi : Kesehatan Masyarakat Peminatan



: Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)



Judul



: Hubungan Pengetahuan dan Pengawasan dengan perilaku Tidak Aman pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana



Proposal skripsi ini telah disetujui dan diperiksa oleh Dosen Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas IlmuIlmu Kesehatan Universitas Esa Unggul



Jakarta, 25 April 2021 Menyetujui, Dosen Pembimbing



Eka Cempaka Putri, SKM., M.K.K.K.



iii 3



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas hidayahNyalah, penulis dapat menyelesaikan dan menyusun Proposal Penelitian yang berjudul “Hubungan pengetahuan dan pengawasan dengan perilaku tidak aman pada pekerja bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana” dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan dalam tepat waktu. Dalam penulisan dan penyusunan Proposal Penelitian ini penulis tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1.



Dr. Ir. Arif Kusuma Among Praja, MBA. Selaku Rektor Universitas Esa Unggul Jakarta



2.



Dr. Aprilita Rina Yanti Eff, M. Biomed, Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu – ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul



3.



Ibu Putri Handayani, S.KM, M.KKK selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat



4.



Ibu Eka Cempaka Putri, S.K.M, M.K.K.K.selaku Dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Proposal Penelitian ini Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal Penelitian ini masih



terdapat kekurangan, mengingat penulis dalam taraf belajar sehingga masih terdapat



keterbatasan



ilmu



dan



pengalaman.



Oleh



sebab



itu,



penulis



mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Proposal Penelitian ini Demikian Proposal Penelitian ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi para pembaca umumnya



Jakarta, 25 April 2021



M Fadli Sheh Akbar



4 iv



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL.................................................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii KATA PENGANTAR............................................................................................iii DAFTAR ISI...........................................................................................................iv DAFTARGAMBAR...............................................................................................vi DAFTAR TABEL..................................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1 1.1 Latar Belakang.....................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah.............................................................................6 1.3 Pertanyaan Penelitian...........................................................................7 1.4 Tujuan .................................................................................................7 1.5 Manfaat Penelitian...............................................................................8 1.6 Ruang Lingkup.....................................................................................8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................10 2.1.Landasan Teori..................................................................................10 2.2.Kerangka Konsep...............................................................................27 2.3.Penelitian Terkait...............................................................................28 BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................32 3.1 Kerangka Konsep...............................................................................32 3.2 Definisi Operasional...........................................................................32 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................33 3.4 Jenis Penelitian...................................................................................35 3.5 Populasi dan Sampel..........................................................................35 3.6 Pengumpulan Data............................................................................ 38 3.7 Instrumen Penelitian ..........................................................................40



v5



3.8 Uji Validitas Dan Realiabilitas Kuesioner ........................................41 3.9 Uji Normalitas....................................................................................42 3.10 Analisis data.....................................................................................42 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44 LAMPIRAN



vi6



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................27 Gambar 2.2 Kerangka Konsep...............................................................................32



vii 7



DAFTAR TABEL



Tabel 2.1 Penelitian Terkait .................................................................................31 Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................32 Tabel 3.3 Besar proporsi yang digunakan untuk besar sampel penelitian.............36



8 viii



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Informed Consent Lampiran 2 Kuesioner



1



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Industri konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses kontruksi termasuk tenaga profesi, pelaksana kontruksi dan pemasok yang memenuhi kebutuhan pelaku dalam industri. Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan yang kompleks yang menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja dan pentingnya arti tenaga kerja dibidang konstruksi karena tanggung jawab Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pekerja perusahaan bukan hanya pada pimpinan perusahaan saja tetapi berada pada setiap orang yang terlibat dalam semua kegiatan perusahaan. Salah satu sektor yang paling berisiko adalah sektor jasa konstruksi(Putranto 2017). Dampak negatif yang timbul dari proses pembangunan konstruksi yaitu munculnya angka kecelakaan akibat kerja, menurut (Pratiwi 2018) hal ini di karenakan pekerjaan jasa konstruksi hampir selalu berada di tempat terbuka, serta memiliki kemudahaan akses untuk dimasuki orang yang berbeda, dimana kondisi tersebut tidak mendukung untuk kesehatan dan keselamatan kerja (K3), sehingga berpotensi untuk terjadi kecelakaan. Keselamatan kerja sangat erat hubungannya dengan peningkatan kinerja proyek konstruksi. Dengan adanya sistem manajemen keselamatan kerja akan membawa iklim keamanan dan ketenangan kerja, sehingga sangat membantu hubungan tenaga kerja dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi. Fakta menunjukkan bahwa industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang mempunyai resiko kecelakaan cukup tinggi. Oleh karena itu, sudah saatnya para pelaku industri jasa konstruksi secara bersama-sama memikirkan penerapan sistem manajemen keselamatan kerja konstruksi yang lebih baik dalam pelaksanaan proyek (Sutarto, 2012). Kecelakaan industri secara umum disebabkan oleh 2 (dua) hal pokok yaitu tindakan tidak aman (unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe



2



condition). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manusia memegang peranan penting timbulnya kecelakaan kerja. Hasil penelitian menyatakan bahwa 80%-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2014). Dupont mengungkapkan bahwa, 96% injuries (luka) disebabkan oleh unsafe action, dan 4% disebabkan oleh unsafe condition. National Safety Concil dalam penelitiannya mendapakan hasil bahwa 87% kecelakaan industri disebabkan oleh unsafe action, dan 78% terlibat bahaya mekanis (Dupont 2005). Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah kegagalan (human failure) dalam mengikuti persyaratan dan prosedur-prosedur kerja yang benar sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, seperti tindakan tanpa kualifikasi dan otoritas, kurang atau tidak menggunakan perlengkapan perlindungan diri, kegagalan dalam menyelamatkan peralatan, bekerja dengan kecepatan yang berbahaya, kegagalan pada peringatan, menghindari atau memindahkan peralatan keselamatan kerja, menggunakan peralatan yang tidak layak, menggunakan peralatan tertentu untuk tujuan lain yang menyimpang, bekerja di tempat yang berbahaya tanpa perlindungan dan peringatan yang tepat, memperbaiki peralatan secara salah, bekerja dengan kasar, menggunakan pakaian yang tidak aman ketika bekerja, dan mengambil posisi kerja yang tidak selamat. Faktor personal merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya tindakan tidak aman (unsafe action). Faktor-faktor personal tersebut antara lain: tingkat kemampuan, kesadaran, pengalaman, pelatihan, kepribadian, beban fisik, usia, kelelahan, motivasi, kecanduan alkohol atau obat-obatanpenyakit, kecerdasan, tekanan kerja dan kepuasan kerja (Winarsunu 2008). Secara



global,



International



Labour



Organization



(ILO)



diperkirakan bahwa lebih dari 2,3 juta korban jiwa dan 300 juta kecelakaan kerja menyebabkan cedera terjadi ditempat kerja setiap tahunnya (ILO 2017). Survei BLS 2019 tentang Cedera & Penyakit Kerja menunjukkan bahwa cedera terkait pekerjaan Konstruksi sebanyak 195.600 cedera di tempat kerja dan 3.600 penyakit di tempat kerja (Work Injury Source 2020).



3



Kasus kecelakaan kerja tahun 2017 khususnya untuk wilayah Jakarta pada pekerjaan Konstruksi meningkat, dari 507 kasus menjadi 555 kasus atau meningkat sebesar 10% (Kemenaker 2017). Berdasarkan konsep perilaku dari Notoatmodjo (2003) dapat dijelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi unsafe action adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya pengetahuan, motivasi, jenis kelamin, sifat fisik, dan sebagainya. Sedangkan Faktor eksternal yakni lingkungan baik fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Sehingga, hasil pengukuran terhadap faktor karakteristik ini dapat dijadikan sebuah acuan pengambilan keputusan bagi perusahaan untuk mengurangi terjadinya unsafe action. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Andriani, tahun 2018 pada pekerja Di PT Iskaba Pratama Proyek Apartemen Taman Anggrek Residences Tahun 2018



mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi



perilaku tidak aman (unsafe action), didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan kelelahan dengan perilaku tidak aman (unsafe action) pada pekerja. Sejalan dengan penelitian Andriani, tahun 2018, penelitian dari Khosravi di Iran tahun 2014 mengenai tinjauan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tidak aman dan kecelakaan di lokasi konstruksi didapatkan hasil yaitu salah satu penyebab utama perilaku tidak aman pada pekerja adalah tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masuk dalam kelompok society (Khosravi 2014). Hasil dari penelitian (Delfianda 2012) tentang survey faktor tindakan tidak aman pekerja konstruksi PT Waskita Karya Proyek World Class University di UI Depok tahun 2011, dari 93 pekerja yang menjadi responden terdapat sebanyak 41,9% (39 orang) dinyatakan bahwa mereka bekerja dengan tindakan tidak aman (unsafe action). Suma’mur menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari perilaku tidak aman yaitu akibat langsung diantaranya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan cedera sampai dengan kematian, sedangkan akibat tidak langsung antara lain penyakit akibat kerja yang dapat memberikan kerugian diantaranya kerusakan lingkungan tempat kerja dan kerusakan organ tubuh yang mengalami



4



penyakit akibat kerja. selain itu jam kerja hilang, kerugian produksi, kerugian sosial serta citra perusahaan dan kepercayaan konsumen pun akan menurun (Suma’mur 2015). Berdasarkan teori dan beberapa hasil penelitian, diketahui bahwa unsafe



action



menimbulkan



dapat banyak



menyebabkan kerugian.



Dan



kecelakaan faktor



kerja



yang



banyak



paling



dan



banyak



mempengaruhi pekerja melakukan unsafe action adalah kurangnya pengawasan dan kurangnya pengetahuan pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Oleh karena itu perlu diteliti faktor-faktor penyebab terjadinya unsafe action sehingga didapatkan upaya pencegahan yang sesuai dan tepat sasaran sehingga dapat meminimalisir terjadinya unsafe action maupun kecelakaan kerja. Menurut (Bhakti 2018), Pengetahuan merupakan hal penting dalam terbentuknya perilaku kerja yang aman. Pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan konstruksi khususnya bagian bekisting merupakan salah satu faktor penting untuk terbentuknya perilaku kerja aman dalam bekerja seperti mengetahui resiko bahaya yang ada dilingkungan kerja konstruksi seperti bahaya ketinggian, debu, dan lainnya, mengetahui prosedur kerja yang benar, mengetahui fungsi dan cara penggunaan APD yang benar serta mengetahui bagaimana pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja. Pengetahuan para pekerja bekisting tentang keselamatan dan kesehatan kerja bagi keselamatan dan kesehatannya perlu ditingkatkan agar perilaku-perilaku yang menuju kepada kecelakaan kerja tidak muncul, tercegah, dan terciptanya budaya keselamatan (safety culture) di perusahaan, dimana hal ini juga merupakan tujuan utama dalam pembangunan keselamatan dan kesehatan kerja. Selain pengetahuan, pengawasan juga merupakan salah satu tugas mutlak diselenggarakan dalam mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang dilakukan oleh pekerja. Bila fungsi pengawasan tidak dilaksanakan maka penyebab dasar dari suatu insiden akan timbul yang dapat mengganggu kegiatan perusahaan (Handoko 2016). Listyandini dalam penelitiannya



menunjukkan



ada



hubungan



yang



bermakna



antara



5



pengawasan dengan kecelakaan kerja (Listyandini 2019). PT.



Beton



Konstruksi



Wijaksana



merupakan



perusahaan



SubKontraktor Bekisting terbesar di Indonesia yang didukung tenaga-tenaga professional yang berpengalaman dibidang bekisting dan dilengkapi dengan Sistem Manajemen Operasional yang tertata rapih dalam upaya menjamin kepastian waktu penyelesaian proyek serta mencapai mutu permukaan beton yang disyaratkan. Pada perusahaan PT Beton Konstruksi Wijaksana terdapat 5 departemen yaitu departemen Quality Assurance, Marketing dan Operation, Managment Services, dan Procerument. Proses operasi yang ada pada pekerjaan bekisting antara lain pada Bekisting Kolom dilakukan Pemasang Peri Girder GT24 dan column wall diperkuat dengan Hook Strap dan pasang Plywood sehingga menjadi sebuah panel kolom yang utuh, Pada Bekisting Balok dilakukan Pemasangan Jack base BJ-60 sesuai pada titik yang telah ditentukan. Kemudian pemasangan Pola Frame 2.0 PFV 90 (vertikal) dan Pasangan Ledder PH 120 (horizontal). Pada Bekisting Pelat dilakukan Pemasangan Hollow 50x150x3000 dilanjutkan dengan Polyfilm 12 mm. PT Beton Konstruksi Wijaksana memiliki jumlah kecelakaan ringan sebanyak 3-8 kecelakaan setiap bulannya diantaranya terjadi dikarenakan pekerja



mengalami



melakukan



perilaku



yang



tidak



aman



yaitu



menggunakan peralatan yang tidak benar, menggunakan APD tidak benar, bekerja dengan posisi yang tidak aman dan benar, serta tidak melakukan komunikasi/koordinasi. Berdasarkan survei pendahuluan pada tanggal 25 Oktober 2020 dengan menggunakan kuesioner pengetahuan mengenai keselamatan



dan kesehatan kerja yang diambil dari penelitian (Bhakti



2018), dengan jumlah sebanyak 10 pertanyaan pilihan ganda mengenai pengertian K3, tujuan K3, penyebab terjadinya kecelakaan, contoh perilaku tidak aman, kondisi yang tidak aman, fungsi dari APD, dan jenis bahaya. Survey tersebut dilakukan pada 20 karyawan di Departemen Bekisting Subjective dengan hasil ditemukan ada 13 responden yang bisa menjawab benar kurang dari 5 soal atau dibawah nilai 50. Dan sisanya hanya 7 responden yang yang bisa menjawab benar lebih dari 5 soal atau diatas nilai



6



50. Berdasarkan hasil observasi pada bulan september di lapangan yang dilakukan pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana, ditemukan terdapat 4 perilaku tidak aman (unsafe action) yang dilakukan oleh karyawan, diantaranya terdapat 9 orang karyawan tidak menggunakan APD dengan benar seperti tidak menggunakan body harness saat bekerja di ketinggian dan tidak menggunakan pelindung tangan saat menggunakan mesin potong, 2 orang karyawan mengangkat beban dengan metode yang salah dan 6 orang karyawan mengobrol dan bercanda pada saat bekerja di tempat kerja. Berdasarkan survei pendahuluan pada tanggal 3 Maret 2021 dengan menggunakan kuesioner pengawasan yang diambi ldari penelitian Firdasari 2020 dengan jumlah sebanyak 10 pertanyaan mengenai peran pengawas terhadap 29 responden diperoleh sebanyak 13 responden (44,8%) merasakan pengawasan yang tinggi, dan sebanyak 16 responden (55,2%) merasakan pengawasan yang rendah. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan pengetahuan dan pengawasan dengan perilaku tidak aman pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana”.



1.2



Perumusan Masalah Perilaku



keselamatan



pekerja



dalam



mengendalikan



angka



kecelakaan kerja menjadi hal yang sangat penting dan dibutuhkan untuk meminimalisirkan kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja. Akan tetapi, dalam hasil pengamatan observasi pada bulan september di lapangan yang dilakukan pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana, ditemukan beberapa perilaku tidak aman (unsafe action) yang dilakukan oleh karyawan, seperti tidak menggunakan APD dengan benar seperti tidak menggunakan body harness saat bekerja di ketinggian dan tidak menggunakan pelindung tangan saat menggunakan mesin potong, mengangkat beban dengan metode yang salah dan 6 orang karyawan mengobrol dan bercanda pada saat bekerja di tempat kerja. Dari uraian di atas penulis tertarikuntuk mengambil judul Hubungan pengetahuan dan pengawasan dengan perilaku tidak aman pada Pekerja Bekisting PT Beton



7



Konstruksi Wijaksana.



1.3



Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana hubungan pengetahuan dan pengawasan dengan perilaku tidak aman pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020?



2. Bagaimana gambaran pengetahuan para pekerja para Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020?



3. Bagaimana gambaran pengawasan para Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020?



4. Bagaimana gambaran perilaku tidak aman (unsafe action) para Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020?



5. Bagaimana hubungan pengetahuandengan perilaku tidak aman pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020?



6. Bagaimana hubungan pengawasan dengan perilaku tidak aman pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020?



1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pengawasan dengan perilaku tidak aman pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun



2020. 1.4.2 Tujuan Khusus a.



Mengetahui gambaran pengetahuan para pekerja para Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020.



b.



Mengetahui gambaran pengawasan para Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020



c.



Mengetahui gambaran perilaku tidak aman (unsafe action) Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020.



d.



Menganalisis hubungan pengetahuan dengan perilaku tidak aman pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020.



8



e.



Menganalisis hubungan pengawasan dengan perilaku tidak aman pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020



1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Perusahaan Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi



perusahaan



dalam



meningkatkan



program



K3



serta



untuk



meningkatkan produktivitas pekerja. 1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi terhadap penelitian selanjutnya b. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi lahan penelitian dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan c. Tersusunnya kurikulum program studi kesehatan masyarakat pada peminatan keselamatan dan kesehatan kerja. 1.5.3 Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan pengaplikasian peneliti tentang K3 serta sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya serta sebagai pengalaman berharga dalam proses pembelajaran. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pengawasan dengan perilaku tidak aman pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020. Penelitian ini akan dilaksanakan dari



bulan September 2020 sampai dengan maret 2021 di PT Beton Konstruksi Wijaksana. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang ada di



Departemen Operasional Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 105 responden.



9



Sampel yang diteliti adalah sebagian pekerja Departemen Operasional Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020 yang terpilih sebagai



responden dengan teknik pengambilan sampel yaitu Simple Random sampling sebanyak 66 responden. Penelitian ini dilakukan karena berdasakan hasil observasi pada bulan september di lapangan yang dilakukan pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana, ditemukan beberapa perilaku tidak aman (unsafe action) yang dilakukan oleh karyawan, seperti tidak menggunakan APD dengan benar seperti tidak menggunakan body harness saat bekerja di ketinggian dan tidak menggunakan pelindung tangan saat menggunakan mesin potong, mengangkat beban dengan metode yang salah mengobrol dan bercanda pada saat bekerja di tempat kerja. Desain penelitian yang di gunakan adalah studi cross sectoinal dengan pendekatan kuantitatif.



10



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 1. Pengertian Perilaku Tidak Aman Skinner dalam Notoatmodjo (2014) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanyastimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, makateori ini disebut teori S-O-R atau Stimulus-Organisme-Response. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapatdiamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo 2014). Perilaku tidak aman merupakan salah satu hal penyebab terjadinya kecelakaan kerja akibat kelalaian pekerja saat bekerja. (Pratama 2015) mengatakan bahwa perilaku tidak aman adalah tindakan yang dilakukan pada saat bekerja yang dapat memicu terjadinya kecelakaan kerja. Perilaku yang dilakukan oleh para pekerja yang dapat menyebabkan kecelakaan sehingga merugikan perusahaan dan juga pekerja itu sendiri (Maulidhasari 2016) Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa perilaku tidak aman dalam bekerja adalah perilaku berbahaya yang dilakukan para pekerja mungkin memicu atau mendorong faktor-faktor untuk terjadinya kecalakaan atau masalah. Perilaku berbahaya termasuk tindakan ceroboh



11



dan disengaja yang disebabkan oleh ketidakmampuan mengenali dan memutuskan menghindari bahaya secara benar. 2. Aspek-Aspek Perilaku Tidak Aman (Lawton 2018) memberikan pandangan bahwa perilaku tidak aman dapat terbentuk antara kesalahan dan pelanggaran. a.



Kesalahan (Errors). Kesalahan mungkin didefinisikan sebagai tindakan terencana yang gagal untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kesalahan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu slips dan lapes di satu sisi dan mistakes di sisi lainnya. 1) Slips dan lapes memiliki kesamaan yaitu keduanya merupakan kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan. Slips adalah suatu kesalahan tanpa disadari karena tidak sessuai dengan kebiasaan. Contohnya: menjalankan pekerjaan dan mengoperasikan peralatan tanpa wewenang dan tidak sesuai keahlian pekerjaan, posisi yang salah dalam bekerja, membetulkan mesin dalam keadaan menyala, dan sebaginya. Lapes adalah kesalahan lupa melakukan suatu pekerjaan. Contohnya: tidak memberi peringatan bahaya, tidak menggunakan APD yang benar, tidak menemppatkan alat kerja sesudah selesai bekerja, tidak mengunci peralatan, dan sebagainya. 2) Mistakes adalah kegagalan dalam memformulasikan maksudmaksud yang benar, di mana dapat dihasilkan dari kelemahan atau kekurangan dalam persepsi, memori, dan kognisi. Mistakes ini dibagi 2, yaitu: knowledge-based mistakes dan rule-based mistakes. Knowledge based mistakes dihasilkan dari keterbatasan sumber daya atau karena pengetahuan yang tidak benar atau tidak lengkap. Rule based mistakes berhubungan dengan salah persepsi pada tuntutan-tuntutan situasional, atau ingatan yang salah pada prosedur-prosedur kerja yang seesuai.



b.



Pelanggaran (Violations).



12



Pelanggaran adalah kesalahan yang terjadi karena seseorang mengetahui apa yang harus dikerjakan tetapi memutuskan untuk tidak melakukan seperti apa yang diketahuinya itu. Melakukan pelanggaran seringkali seseorang percaya bahwa pelanggar peraturan adalah perrbuatan yang sah atau dibolehkan, pada sisi lain pelanggaran sangat mudah utuk dilakukan. Operator mungkin memutuskan tidak memakai pakaian pengaman atau manajer memutuskan membiarkan saja meskipun ada kebocoran.



3. Penyebab Perilaku Tidak Aman Menurut (Ramli 2017)perilaku tidak aman merupakan kesalahan manusia dalam suatu pengambilan sikap dan tindakan.Kesalahan manusia tersebut antara lain : a.



Kesalahan dikarenakan lupa. Kesalahan yang dilakukan dikarenakan lupa, akan tetapi sebenarnya orang tersebut mengetahui, mampu, dan berniat mengerjakan suatu hal secara benar dan aman dan telah biasa melakukannya. Misalnya menekan tombol yang salah.



b.



Kesalahan dikarenakan tidak tahu. Kesalahan



yang



terjadi



dikarenakan



tidak



mengetahui



cara



mengerjakan pekerjaan secara benar dan aman atau terjadi perhitungan yang salah. Kesalahan ini biasanya dikarenakan kurangnya pelatihan, kesalahan instruksi, informasi yang berubah tidak diberitahukan. c.



Kesalahan dikarenakan tidak mampu. Kesalahan yang terjadi dikarenakan orang tersebut tidak mampu melakukan pekerjaannya. Misalnya, pekerjaan terlalu sulit, beban fisik dan mental yang terlalu berat akan pekerjaan tersebut, tugas yang terlalu banyak.



d.



Kesalahan yang dikarenakan kurang motivasi. Kesalahan dikarenakan kurangnya motivasi dapat terjadi dikarenakan, antara lain:



13



1) Dorongan pribadi Terburu-buru karena ingin cepat selesai, melalui jalan pintas, ingin merasa nyaman, malas untuk memakai APD, menarik perhatian dengan mengambil resiko yang berlebihan. 2) Dorongan lingkungan Lingkungan fisik, sistem manajemen, (contoh : dari pemimpin, dll). e.



Kesalahan dikarenakan aturan Kesalahan yang dikarenakan pekerja tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan/melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan standar dan prosedur yang telah diterapkan, misalnyapekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi kerja yang telah dibuat.



4. Akibat yang ditimbulkan dari Tindakan Tidak Aman Menurut Suma’mur tahun 2015 menjelaskan akibat yang ditimbulkan dari tindakan tidak aman yaitu: a.



Akibat langsung (direct lost). Akibat yang dialami pekerja apabila melakukan tindakan tidak aman secara langsung antara lain kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan cedera sampai dengan kematian, dan kerugian yang harus dikeluarkan perusahaan untuk biaya pengobatan dan perbaikan sarana produksi yang rusak yang ditimbulkan kecelakaan kerja.



b.



Akibat tidak langsung (indirect los) Akibat yang dialami pekerja apabila melakukan tindakan tidak aman secara tidak langsung biasanya akan dirasakan dalam kurun waktu yang relatif lama, antara lain penyakit akibat kerja yang dapat memberikan kerugian diantaranya kerusakan lingkungan tempat kerja dan kerusakan organ tubuh yang mengalami penyakit akibat kerja. selain itu jam kerja hilang, kerugian produksi, kerugian sosial serta citra perusahaan dan kepercayaan konsumen pun akan menurun. (Suma’mur 2015)



5. Indikator Perilaku Tidak Aman Menurut DNV Modern Safety Management menyatakan yang termasuk perilaku tidak aman adalah sebagai berikut:



14



a.



Menjalankan peralatan tanpa wewenang



b.



Tidak memberi peringatan



c.



Tidak mengunci peralatan



d.



Menjalankan mesin pada kecepatan yang tidak semestinya



e.



Membuat alat keselamatan tidak dapat dioperasikan



f.



Menggunakan peralatan yang cacat



g.



Menggunakan peralatan tidak sebagaimana mestinya



h.



Menggunakan peralatan pelindung diri secara tidak benar



i.



Pemuatan yan tidak benar



j.



Penempatan yang tidak benar



k.



Pengangkatan yang tidak benar



l.



Membetulkan mesin dalam keadaan masih nyala



m. Bercanda n.



Dipengaruhi rokok, alkohol dan atau obat obatan



o.



Tidak mengikuti prosedur



p.



Tidak melakukan pengidentifikasian bahaya



q.



Tidak melakukan pengecekan/pemantauan



r.



Tidak melakukan tindakan ulang/pembetulan



s.



Tidak melakukan komunikasi/koordinasi



(DNV Modern Safety Management 2016) 6. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Green dalam (Notoatmojo 2010), perubahan perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: a.



Faktor Predisposisi (Presdisposing factor) Faktor predisposisi yaitu merupakan faktor personal yang mendasari terjadinya perilaku seseorang. Faktor tersebut yaitu pengetahuan, sikap, motivasi, nilai-nilai dan budaya, kepercayaan, persepsi, pelatihan dan karakteristik pekerja (umur, pendidikan, jenis kelamin dan masa kerja) yang terdapat dalam diri atau kelompok.



b.



Faktor Pendukung/Pemungkin (Enabling factor) Faktor pemungkin berupa ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas yang mendukung terwujudnya suatu perilaku. Dalam hal ini



15



seperti peraturan keselamatan dan APD. c.



Faktor Penguat/pendorong (Reinforcing) Faktor penguat/pendorong yaitu berupa pendapat, dukungan, kritik baik dari keluarga, teman-teman kerja atau lingkugan bahkan juga dapat berasal dari petugas seperti pengawasan.



7. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Tidak Aman a.



Pengetahuan Pengetahuan sangat penting diberikansebelum individu melakukan suatu Tindakan. Tindakan akan sesuai dengan pengetahuanapabila individu menerima isyarat yang cukup kuat untuk memotivasi dia bertindak sesuaidengan pengetahuannya (Shiddiq, 2016). Menurut Notoatmojo, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, terjadi setelah orang



melakukan



proses



penginderaan



terhadap



objek



yang



diamatinya, melalui penginderaan, pengetahuan diperoleh dengan cara membaca, melihat, dan mendengar.Pengetahuan merupakan salah satu faktor manusia terkait penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja. Pengetahuan merupakan landasan seseorang untuk melakukan sebuah tindakan. Selain melalui pendidikan formal, pengetahuan dapat diperoleh melalui cara coba-coba, pengalaman sendiri, maupun pengalaman orang lain (Notoatmojo, 2010). Berdasarkan penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1.



Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.



2.



Memahami



(Comprehension)



diartikan



sebagai



suatu



kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3.



Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.



16



4.



Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.



5.



Sintesis (Synthesis) merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.



6.



Evaluasi (Evalaution) berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu objek.



Menurut Adenan (1986) dalam buku Widayatun (2010), semakin luas pengetahuan seseorang maka semakin positif perilaku yang dilakukannya. Perilaku positif mempengaruhi jumlah informasi yang dimiliki seseorang sebagai hasil proses penginderaan terhadap objek tertentu. Selain itu, tingkat perilaku mempengaruhi domain kognitif seseorang dalam hal mengingat, memahami, dan mengaplikasikan informasi yang dimiliki. Juga berpengaruh dalam proses analisis, sintesis, dan evaluasi suatu objek. Menurut Adenan (1986) dalam buku Widayatun (2010) juga bahwa pengetahuan diperoleh dari pendidikan formal atau pendidikan informal. Menurut Cahyani (2014), pengetahuan yang tidak memadai mengenai adanya risiko dan bahaya dan kecelakaan kerja akan membuat pekerja bersikap tak acuh seta mungkin ia melakukan tindakan yang tidak aman dan merugikan keselamatan dirinya. Pengetahuan yang kurang akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lingkungan kerja menyebabkan seseorang sulit untuk mengetahui potensi bahaya yang ada disekitarnya, sehingga sulit untuk menentukan tindakan dalam mengendalikan potensi bahaya tersebut. Oleh sebab itu seseorang akan menjadi kurang waspada terhadap risiko yang dapat timbul dari perilakunya selama bekerja(Sangaji, 2018). Semakin rendah pengetahuan seseorang maka akan semakin tinggi risiko kecelakaan kerja sebaliknya semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin rendah



risiko



terjadinya kecelakaan kerja, selanjutnya pekerja yang memiliki pengetahuan tinggiakan mampu



membedakan dan mengetahui



17



bahaya disekitarnya serta dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ada karena mereka sadar akan risiko yang diterimanya, sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari (Siregar, 2011). Dalam penelitian Muflihatin tahun 2020 pengukuran mengenai pengetahuan K3 meliputi bahaya, resiko, dan perilaku tidak aman diantaranya 1.



Program kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di area produksi



2.



Pengertian bahaya, insiden dan risiko



3.



Pengertian perilaku tidak aman (Unsafe action)



4.



Penyebab dasar timbulnya perilaku tidak aman



5.



Jenis bahaya yang ada di area produksi



6.



Cara mencegah bahaya agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja pada karyawan di area produksi tersebut



7.



Safety Lifting Hasil penelitian (Tulaeka, 2018) ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tidak aman pada pekerja di Departemen Rolling Mill. Sejalan dengan penelitian tersebut, hasil penelitian Muflihatin tahun 2020 pada Pekerja Bagian Produksi Di PT Calpis Indonesia Tahun 2020 ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku tidak aman. a. Sikap Sikap adalah respon yang tidak teramati secara langsung, yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek(Notoatmojo 2010). Sikap menurut (Azwar 2018)adalah kecenderungan



individu



untuk



memahami,



merasakan,



bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif. Sikap merupakan faktor predisposisi terhadap suatu perilaku. Seseorang yang bekerja pada tempat berbahaya akan terlebih dahulu memahami risiko yang ada sehingga sikap terhadap bahaya akan berpengaruh pula terhadap pegambilan keputusan dalam berperilaku atau bertindak (Widarti 2015).



18



Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan praktikkerja yang aman bisa menjadi hal yang pentingkarena ternyata lebih banyak persoalan yang disebabkan oleh pekerja yang ceroboh dibandingkan dengan mesin-mesin atau karena ketidak pedulian karyawan (Endroyono 2016). Pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan media informasi, oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan perusahaan guna mengurangi kecelakaan adalah membuat pemodelan dengan menghadirkan beberapa pekerja yang berprestasi sebagai model yang patut ditiru oleh pekerja lain. Adanya pemodelan tersebut diharapkan dapat mempengaruhi sikap positif pekerja. Selain itu melaksanakan safety talk dan penyuluhan keselamatan sebagai salah satu media informasi bagi pekerja(Azwar 2018). Sikap



pekerja



terbentuk



dari



pemahaman



ataupun



pengetahuannya mengenai perilaku tidak aman. Pengetahuan yang kurang baik, akan membentukpemikiran yang kurang baik,kemudian pemikiran yang kurang baikakan membentuk sikap yang kurangbaik juga. Sikap yang kurang baikakan tidak menerapkan perilaku aman dalam bekerja(Listyandini 2019). Selain itu untukmewujudkan sikap menjadi suatuperilaku atau tindakan maka diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas dan lainnya(Notoatmojo 2010). Hasil



penelitian



(Sangaji



2018)



ditemukan



adanya



hubungan antara sikap dengan perilaku tidak aman pada pekerja. Sejalan dengan Hasil penelitianSelva Pada Karyawan Factory 5 Di Pt.X Serpong-Banten 2016 (Karyawan bagian produksi divisi 5) didapatkan adanya hubungan antara sikap dengan



perilaku tidak aman pada pekerja(Prasanti 2016). b. Motivasi Motivasi adalah bagian dari psikologi yang mengharapkan



19



seseorang untuk melaksanakan tingkah laku atau tindakan yang diinginkan. Para pekerja harus diberikan motivasi untuk menggerakkan implementasi K3 secara nyata di lapangan. Perlu disosialisasikan bahwa tanggung jawab K3 bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga terhadap pekerja lainnya. Pekerja harus di motivasi untuk menghentikan pekerjaan orang lain yang berperilaku tidak aman (Konradus 2016). (Gunawan



2015)



menjelaskan



bahwa



cara



untuk



memotivasi pekerja untuk berperilaku aman, yaitu: 1) Memberikan hadiah (reward) bagi perilaku aman melalui bonus, promosi, tambahan tanggung jawab, skema intensif tertentu dan penghargaan lain-lain 2) Mendorong keterlibatan dalam kegiatan seperti konsultasi, penyusunan sistem kerja aman dan lain-lain 3) Menyediakan pelatihan dan membuat lingkungan kerja dengan kondisi aman Menjelaskan dampak dari perilaku tidak aman dalam pertemuan-pertemuan K3. 4) Menerapkan disiplin secara konsisten



Motivasi karyawan untuk bekerja merupakan hal yang rumit karena melibatkan faktor-faktor individual maupun faktorfaktor organisasi.Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi karyawan yaitu dengan memberikan perlindungan pada



karyawan



selama



masa



kerja(Tarwaka



2018).



Perlindungan ini diberikan dengan maksud agar karyawan merasa aman dan nyaman bekerja di lingkungan kerjanya. Perlindungan kepada karyawan selama menjalankan pekerjaan dengan mengikutsertakan karyawan dalam program Jaminan Sosial



Tenaga



Kerja



menjadi



kewajiban



yang



harus



dilaksanakan oleh perusahaan (Wanodya 2014).Menurut penelitian Wanodyamotivasi kerja merupakan kondisi yang mempengaruhi,



membangkitkan,



mengarahkan



dan



memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Wanodya 2014).



20



c. Masa Kerja Menurut (Siagian 2015) menyatakan bahwa masa kerja merupakan



keseluruhan



seseorang



dari



pelajaran



yang



peristiwa-peristiwa



diperoleh



yang



oleh



dilalui



dalam



perjalanan hidupnya. Masa kerja adalah jangka waktu atau lamanya



seseorang



bekerja



padainstansi,



kantor,



dan



sebagainya. Masa kerja seseorang dapat dikaitkan dengan pengalamanyang didapatkan di tempat kerja. Semakin lama seseorang bekerjasemakin banyak pengalaman dan semakin tinggi pengetahuan dan keterampilannya. Masa kerja seseorang jika dikaitkan dengan pengalaman kerja dapat mempengaruhi kecelakaan



kerja,



terutama



pengalaman



dalam



hal



menggunakan berbagai macam alat kerja. Semakin lama masa kerja seseorang maka pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak dan memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman (Dirgagunarsa 2015). Berdasarkan



hasil



studi



ILO



yang



dikutip



oleh



(Dirgagunarsa 2015), di Amerika menunjuKkan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi selain karena faktor manusia, disebabkan juga karena masih baru dan kurang pengalaman. Pengalaman merupakan keseluruhan yang didapat seseorang dari peristiwa yang dilaluinya, artinya bahwa pengalaman seseorang dapat mempengaruhi perilakunya dalam kehidupan organisasinya. Semakin lamamasa kerja seseorang maka pengalaman



yang



diperolehnya



semakin



banyak



yang



memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman.(Geller 2015) menyebutkan faktor pengalaman pada tugas yang sama dan lingkungan sudah dikenal dapat mempengaruhi orang tersebut berperilaku



tidak



aman



dan



terus



berlaku



karena



menyenangkan, nyamandan menghemat waktu dan perilaku ini cenderung berulang. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah baiksesuai dengan usia, masa kerja diperusahaan



21



dan lamanya bekerja di tempat kerjayang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya. Dalam hal ini, pekerja yang berpengalaman dapat lebih menekankan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya dikarenakan ia telah mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya.



Sedangkan



pekerja



yang



belum



berpengalaman atau masih baru belum mengenali seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya(Suma’mur 2015). Menurut penelitian Sholihin pada karyawan di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa, terdapat hubungan antara masa kerja dengan perilaku tidak aman.



Karyawan baru



memerlukan perhatian lebih,pelatihan, pengawasan, dan bimbingan



dari



pada



karyawan



lama



yang



memiliki



pengalaman(Shiddiq 2016). d. Pengawasan Pengawasan merupakan suatu pekerjaan yang berarti mengarahkan yaitumemberikan tugas, menyediakan instruksi, pelatihan dan nasihat kepada individu juga termasuk mendengarkan dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan serta menanggapi keluhan bawahan. Pengawasan kerja merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian 2015). (Handoko 2016) berpendapat bahwa terdapat beberapa tipe pengawasan kerja, diantaranya adalah : 1) Pengawasan Pendahuluan (Freed Forward Control) Bentuk pengawasan pra kerja ini dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan korelasi dibuat sebelum



tahap



tertentu



diselesaikan.



Pendekatan



22



pengawasan ini lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. 2) Pengawasan selama kegiatan berlangsung (Concurrent Control) Pengawasan dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Pengawasan ini merupakan suatu proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur disetujui terlebih dahulu sebelum



kegiatan-kegiatan



dilanjutkan



atau



menjadi



semacam peralatan Double Chek yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatukegiatan. 3) Pengawasan Umpan Balik (Feedback Control) Bentuk pengawasan ini untuk mengukur hasil-hasil dari suatu



kegiatan



penyimpangan



yangtelah dari



diselesaikan,



rencana



atau



sebab-sebab



standar



yangtelah



ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi. (Sutrisno



2017)



menjelaskan



beberapa



hal



yang



diidentifikasi saat melakukan pengawasan diantaranya yaitu: 1) Masalah keselamatan kerja (bahaya kebakaran, desain yang tidak aman, penataan lokasi kerja yang tidak baik). 2) Keadaan peralatan dan mesin yang digunakan tidak layak atau rusak. 3) Letak peralatan pengaman. 4) Kegiatan pekerja yang tidak aman (cara kerja yang salah, penggunaan alat yang tidak aman, kesalahan dalam menggunakan APD). 5) Memastikan kemungkinan masih adanya kondisi bahaya. 6) Memastikan lorong dan jalan yang dilalui aman.



23



7) Penataan material secara baik dan benar. 8) Memastikan apakah pekerja mengikuti peraturan yang ada. 9) Pengawasan dilakukan sesering mungkin sehingga segera dapat diketahui dan segera diperbaiki saat terdapat kondisi berbahaya atau tindakan tidak aman. Menurut Puspasari (2018), pengawasan adalah kegiatan pemantauan dan pengarahan pada pekerja untuk selalu berperilaku aman saat bekerja yaitu 1. Memeriksa



kelengkapan



alat



pelindung



diri



(APD)



karyawan sebelum memulai pekerjaan 2. Mengingatkan untuk bekerja sesuai Standar Prosedur kerja 3. Pengawas (supervisor) bertindak tegas pada karyawan yang berperilaku tidak aman saat bekerja 4. Penentuan prosedur kerja di perusahaan sudah cukup jelas dan mudah dipahami 5. Prosedur kerja di perusahaan mampu memudahkan pegawai dalam memperkecil kesalahan 6. Penetapan anggaran untuk tugas pegawai telah jelas dan transparan 7. Tindakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai



sudah dilakukan dengan objektif Menurut (Geller 2015), pengetahuan dari sisi personal datang dari ilmu kognitif sedangkan pelaksanaan pengawasan dan safety meeting datang dari faktor eksternal yaitu pengenalan terhadap cara kerja aman, komunikasi dan perhatian. Pengawasan bertujuan untuk mengetahui bahayabahaya yang mungkin terjadi selama proses bekerja. Ia menyebutkan bahwa adanya peran pengawas dalam perilaku kerja, keduanya berhubungan langsung dengan target individu yang sedang berlangsung. Ia juga menyatakan bahwa pengawasan bertujuan untuk mengetahui bahaya-bahaya yang mungkin terjadi selama proses bekerja.



24



Pengawas pengetahuan,



memiliki



sikap



peran



dalam



keterampilan,



dan



mempengaruhi kebiasaan



akan



keselamatan setiap pekerja dalam suatu area tanggung jawabnya. Pengawas lebih mengetahui secara baik tentang para pekerjanya, catatan cuti, kebiasaan bekerja, perbuatan dan keterampilan dalam bekerja. Pengawasan merupakan salah satu tugas mutlak diselenggarakan dalam mengendalikan kegiatan-kegiatan teknis yang dilakukan oleh pekerja.Bila fungsi pengawasan tidak dilaksanakan maka penyebab dasar dari suatu insiden akan timbul yang dapat mengganggu kegiatan perusahaan(Handoko 2016). Menurut penelitian Listyandini pada Pekerja di Pabrik Pupuk NPK, terdapat hubungan antara pengawasandengan perilaku tidak aman (Listyandini 2019). e. Peraturan Keselamatan Peraturan



merupakan



dokumen



tertulis



yang



mendokumentasikan standar, norma, dan kebijakan untuk perilaku yang diharapkan (Geller 2015). Peraturan memiliki peran besar dalam menentukan perilaku aman yang mana dapat diterima dan tidak dapat diterima. Pelanggaran disisi lain mengacu pada niat untuk mengabaikan petunjuk atau aturan yang telah ditetapkan untuk melakukan tugas tertentu. Notoatmodjo



menyebutkan



salah



satu



strategi



perubahan perilaku adalah dengan menggunakan kekuatan dan



kekuasaan



misalnya



peraturan-peraturan



dan



perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak



atau



belum



(Notoadmodjo 2017).



didasari



oleh



kesadaran



sendiri



25



Suma’mur menyatakan bahwa suatu perusahaan harus memiliki aturan yang jelas tentang penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dan aturan tersebut harus diketahui oleh setiap perusahaan(Suma’mur 2015). Salah satu aturan yang ada diperusahaan adalah SOP. Menurut Utommi, Standard Operating Procedure (SOP) adalah ukuran layanan tertentu yang



dipakai



sebagai



patok



oleh



petugas



dalam



melaksanakan tugasnya. Pengusaha wajib menyediakan prosedur operasi tertulis yang berisi tentang proses operasi secara aman, termasuk langkah-langkah untuk tahapan operasi, batas operasi, pertimbangan Keselamatan dan sistem keselamatan. Prosedur harus tersedia bagi karyawan yang memerlukan, di mutkahirkan secara berkala dan juga mencakup keadaan-keadaaan khusus seperti cara masuk ke ruang tertutup untuk memperbaiki area tersebut melalui sistem lockout dan tagout yaitu hanya yang mengunci yang berwewenang untuk membuka pengaman pada ruang tertutup tersebut(Utommi 2017). f. Ketersediaan APD Menurut Notoatmojo, perilaku dapat dibentuk oleh 3 faktor, salah satunya adalah faktor pemungkin (enabling) yaitu



ketersediaan



fasilitas



dan



sarana



kesehatan.



Ketersediaan APD dalam hal ini merupakan salah satu bentuk dari faktor pendukung perilaku, dimana suatu perilaku otomatis belum terwujud dalam suatu tindakan jika terdapat fasilitas yang mendukung terbentuknya perilaku tersebut(Notoadmodjo 2017). Ketersediaan Sarana dan prasaran yang mendukung tindakan pekerja berperilaku selamat dalam bekerja (Suma’mur 2015) Penggunaan APD merupakan alternatif yang paling terakhir dalam Hierarki pengendalian bahaya. Lebih baik mendahulukan tempat kerja yang aman, daripada pekerjaan



26



yang safety karena tempat kerja yang memenuhi standar keselamatan lebih menjamin terselenggaranya perlindungan bagi



tenaga



kerja.



Pada



pengguanaan



APD



harus



dipertimbangkan berbagai hal, seperti pemilihan dan penetapan jenis pelindung diri, standarisasi, pelatihan cara pemakaian dan perawatan APD, efektivitas penggunaan, pengawasan pemakaian, pemeliharaan dan penyimpanan (Suma’mur 2015). Beberapa



pekerja



mungkin



menolak



untuk



menggunakan APD karena APD tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan menambah beban stress pada tubuh. Stress ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau kesulitan



untuk



bekerja.



Berdasarkan



penelitian



Hendrabuwana terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan APD dengan perilaku aman (Hendrabuwana 2017). g. Peran Rekan Kerja Dengan semakin meningkatnya kekompleksitasan akan tuntutan pencapaian hasil oleh klien dari suatu projek tentunya hal ini akan melibatkan banyak tenaga ahli didalamnya sehingga membutuhkan suatu upaya kerja kolektif (team work) dan komunikasi daripada suatu upaya yang bersifat individual dalam penyelesaian suatu tugas ataupun proyek. Seringkali pekerja berperilaku tidak aman karena rekannya yang lain juga berperilaku demikian. Geller juga menyebutkan tekanan rekan kerja semakin meningkat saat semakin banyak orang terlibat dalam perilaku tertentu dan saat anggota grup yang berperilaku tertentu terlihat relatif kompeten atau berpengalaman (Geller 2015). Selanjutnya, pada penelitian Karyani terhadap 113 pekerja di Schlumberger Indonesia tahun 2005 diperoleh bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap



27



perilaku aman setelah peran pengawas/supervisor adalah peran dari rekan kerja. Peran rekan kerja yang tinggi menujukan peluang pekerja untuk berperilaku aman sebesar 6,314 kali dibandingkan pekerja yang mempunyai peran rekan kerja yang rendah (Karyani 2015).



2.2



Kerangka Teori Berdasarkan uraian pada landasan teori di atas, maka kerangka teori dapat dijelaskan bagan kerangka teori di bawah ini.



FaktorPredisposisi/Predisposing Factors Pengetahuan Sikap Motivasi Faktor Pemungkin/ Enablings Factors Ketersediaan APD



Perilaku Tidak Aman



Peraturan Keselamatan Faktor Penguat/ Reinforcing Factors Pengawasan



Rekan Kerja



Gambar 2.1 KerangkaTeori Sumber :



Modifikasi(Notoatmodjo 2014), Suma’mur (2016), Heinrich (2016), DNV



Modern



Safety



Management



(2016),



(Tulaeka



2018),



(Listyandini 2019), (Shiddiq 2016), (Hendrabuwana 2017), (Karyani 2015)



28



2.3 Penelitian Terkait Berikut penelitian terkait mengenai faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak aman: No



Nama penelitian



Judul penelitian



Variabel penelitian



Metode penelitian



Hasil penelitian



Pengetahuan, Sikap, persepsi tentang kondisi APD, peran pengawas



Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatifdengan pendekatan cross sectional



56,1% responden berperilak aman, 56,1% responde memiliki pengetahua tentang risiko, bahaya da unsafe action yang baik 67,1% responden memilik sikap positif terhada perilaku aman dalam bekerja 57,3% responden memilik persepsi positif terhada perilaku aman tentan kondisi APD, 69,5% responden menyatakan pera pengawas mendukun terjadinya perilaku ama dalam bekerja. Hasil u statistik, variabel sikap ( value = 0,000), persepsi ( value = 0,000), dan pera pengawas (P value = 0,000 berhubungan dengan perilak tidak aman dalam bekerja Pengetahuan tida berhubungan dengan perilak tidak aman dalam bekerja ( value = 0,558



Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional



Hasil penelitian 54,3% karyawan berperilaku tida aman, 65,2% memilik pengetahuan tinggi, 56,5% memiliki sikap positif, 63% menyatakan tidak adany pengawasan yang dilakuka di unit produksi. Hasil u statistik variabel sikap (



1



Selva Prasanti (2016)



Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman (Unsafe Action) Dalam Bekerja Pada Karyawan Factory 5 Di Pt.X Serpong-Banten 2016 ( Karyawan bagian produksi divisi 5)



2



Andini Puspasari (2018)



Faktor-Faktor Pengetahuan, Yang Berhubungan Sikap, Dengan Perilaku Pengawasan Tidak Aman (Unsafe Action) Pada Karyawan Di Unit Produksi 2 Pt Panata Jaya Mandiri



29



Tangerang- Banten Tahun 2018



value= 0,030), Pengawasa (P value= 0,022 berhubungan dengan perilak tidak aman. Pengetahua tidak berhubungan denga perilaku tidak aman ( value= 0,262).



3.



Abdul Rohim Tualeka (2018)



Hubungan Safety Pengetahuan Inspection dan Pengetahuan Dengan Unsafe Actiondi Departemen Rolling Mill



Jenis penelitian ini adalah penelitian observasionalden ganmenggunakan pendekatancrosssectional study.



Hasil menunjukan terdapa hubungan antar pengetahuan dengan perilak tidak aman.Semakinbaiktingkatpe getahuanmakaakansemakinb erkurangunsafe action yan dilakukanbegitu jug sebaliknya. Pengetahuanmerupakanland sanseseoranguntukmelakuka nsebuahtindakan.



4.



Firdayani (2020)



Pengetahuan, Faktor-Faktor Sikap, Yang Pengawasan , Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Bagian Produksi Di PT Calpis Indonesia Tahun 2020



Jenis penelitian ini adalah penelitian observasionalden ganmenggunakan pendekatancrosssectional study.



Hasil penelitian uji Ch Square didapatkan Ad hubungan antar pengetahuan, sikap, pera pengawas dengan perilak perilaku tidak aman pad pekerja bagian produksi d PT Calpis Indonesia



5



Annisa Rahim (2017)



Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman (Unsafe Action) Pada Pekerja Konstruksi Pt Pp (Persero) Tbk Proyek Pembangunan Menara Bni Pejompongan Jakarta Tahun 2017



Pengetahuan , persepsi pelatihan K3, kelelahan dan peraturan dan kebijakan perusahaan



Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional study.



Berdasarkan has penelitian, diketahu 53,2% responde menyataan perilaku tida aman yang kurang bai dan 46,8% responde menyatakan perilaku tida aman yang baik, faktor faktor yang tida berhubungan denga perilaku tidak aman adala seluruh variabel dalam penelitian ini yait pengetahuan, perseps pelatihan K3, kelelaha dan peraturan da kebijakan perusahaan



6



Rios Husada



Analisis Penyebab



Pengawasan



Penelitian ini Hasil penelitia menggunakan didapatkan bahwa perilak



30



Putra (2019)



Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Sektor Konstruksi Di Pt X Tahun 2019



pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen.



tidak aman yang terjadi d PT X karena pengawasa yang kurang optima karena keterbatasan wakt dan kemampuan safet officer yang tidak bis mengawasi seluruh pekerj secara bersamaan, sert temuan perilaku tida aman yang bersifat ringa hanya diberi teguran tanp dilakukan hukuman berup pencatatan dan pelaporan Kemudian terdapat pekerja yang belum diberikan pelatihan da terdapat 1 pekerja yan belum mendapat APD



7



AnggitMu chtamarud in (2018)



Faktor Faktor Sikap, Yang pelatihan k3, Berhubungan pengawasan Dengan Perilaku Unsafe Action Di Proyek Green Sedayu Apartement Pt Totalindo Eka Persada Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2018



Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional study.



Hasil analisis bivaria dengan uji Chi-Squar menyatakan terdapa hubungan yang signifika antara sikap (PR = 4.903 CI = 2.706 - 8.709 pelatihan k3 (PR = 4.304 CI = 2.348-7.887), da pengawasan (PR = 2.136 CI = 1.473-3.098 terhadap perilaku kerj tidak aman di P Totalindo Eka Persad Proyek Green Seday Apartement Tahun 2018



8



Akbar Fauzan (2014)



Hubungan Pengetahuan Jenis penelitian ini adalah Pengetahuan penelitian Tentang Sifat observasionalden Luka Akibat ganmenggunakan Kecelakaan Kerja pendekatancrossDan Perilaku sectional study. Kerja Aman Pada KaryawanYang Bekerja Di Ketinggian Pt. Adhi Karya (Persero) TbkDalamProyek Pembangunan



Hasil uji korelasi didapa tidak ada hubungan yan signifikan antar pengetahuan tentang sifa luka dengan perilaku kerj aman (p>0.05). Dari has penelitian ini disaranka adanya pelatihan khusu tentang sifat luka aga dapat meningkatkan da mempertahankan pengetahuan karyawan



31



Menara Merdeka 9



Dewi Mutiara (2018)



AnalisisPenyebab PerilakuTidak Aman PekerjaMekanik Pt Sarana Utama Adi MandiriProyekK ontruksi Mass Rapid Transit Depo Jakarta Tahun 2018



Motivasi, APD, Hukuman, Pelatihan, Pengawasan



Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakandata primer berupa wawancara mendalam dan observasi serta menggunakan data sekunder berupa work Instruction pekerjaan mekanik, laporan safety patrol dll



Penelitian in menggunakan jeni analisis deskriptif denga pendekatan kualitatif da menguji keabsahan dat menggunakan metod triangulasi teknik. Has penelitian menunjukka bahwa penyebab perilak tidak aman pada pekerj mekanik adalah hukuma yang diberikan perusahaa hanya diterapkan pad pelanggaran berat da untuk pelanggaran ringa hanya berupa teguran sert sikap safety yang belum tegas dalam memberika hukuman terlihat da masih adanya tolerans dalam memberika hukuman kepada pekerj yang berperilaku tida aman dan pengawasa yang dilakukan belum intens disebabkan safet tidak bisa stand by disetia pekerjaan pada saa pengawasan sehingg harus membagi wakt pengawasan



10



Restu Nurlita (2018)



Hubungan Pengetahuan Pengetahuan K3, , sikp, Sikap, Pelatihan pelatihan K3 Dengan Perilaku Tidak Aman Pada Pekerja Di Ketinggian Pt Tatamulia Nusantara Indah Dalam Proyek Pembangunan Citra Living Apartement, Ciputra Group



Desain Penelitian yang digunakan adalah desain crosssectional dengan pendekatan kuantitatif.



Hasil Penelitian diperole bahwa variabe pengetahuan K3 (p 0,941) berarti tida berhubungan denga perilaku tidak aman Variabel yang menunjuka ada hubungan denga perilaku tidak aman yait sikap (p=0,000) da variabel pelatihan K3 (p 0,041).



32



Tahun 2018 Tabel 2.1 Penelitian Terkait



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1



Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian atau kerangka berfikir merupakan suatu uraian antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, uraian tersebut sesuai dengan tujuan penelitian maka peneliti membuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen



Variabel Dependen



Pengetahuan Pengawasan



Perilaku tidak aman



Gambar 3.1 Kerangka Konsep 3.2



Definisi Operasional Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan cara ukur, alat ukur dan hasil ukur akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini : Tabel 3.2. Definisi Operasional



No



Variabel



Definisi Operasional



Cara Ukur



Alat Ukur



Tindakan dilakukan responden/pekerja yang tidak sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku yaitu



Pengisian Kuesioner



Kuesioner



Hasil Ukur



Skala Ukur



0 = Tidak Aman,jika skor < mean/ median



Ordinal



Dependen 1.



Perilaku tidak aman



1 = Aman, jika



33



No



Variabel



Definisi Operasional



Cara Ukur



Alat Ukur



Hasil Ukur



Skala Ukur



Dependen 1. Tidak membaca dan mengenali prosedur /proses kerja dalam melaksanakan pekerjaan 2. Menjalankan peralatan atau mesin tanpa perintah dan wewenang



skor≥ mean/median



3. Menggunakan APD tidak secara lengkap saat berkerja 4. Menggunakan peralatan tidak sesuai fungsinya 5. Memperbaiki atau melakukan perawatan terhadap peralatan kerja (mesin) yang sedang beroperasi 6. Mengangkat beban dengan posisi membungkuk 7. Mengobrol dengan teman saat sedang bekerja 8. Melakukan pekerjaan dengan cepat dan terburu-buru demi menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat Independen 1.



Pengetahuan



Banyaknya informasi yang dimiliki oleh pekerja/responden mengenai bahaya, resiko, dan perilaku tidak aman diantaranya 1. Program kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di area produksi 2. Pengertian bahaya, insiden dan risiko 3. Pengertian perilaku tidak aman (Unsafe



PengisianK uesioner



Kuesioner



0 = Kurang baik,jikasko r< mean/ median 1 = Baik, jikaskor ≥ mean/media n



Ordinal



34



No



Variabel



Definisi Operasional



Cara Ukur



Alat Ukur



PengisianK uesioner



Kuesioner



Hasil Ukur



Skala Ukur



Dependen



2.



Pengawasan



action) 4. Penyebab dasar timbulnya perilaku tidak aman 5. Jenis bahaya yang ada di area produksi 6. Cara mencegah bahaya agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja pada karyawan di area produksi tersebut 7. Safety Lifting 1. Kegiatan pemantauan dan pengarahan pada pekerja untuk selalu berperilaku aman saat bekerja yaitu 1. Memeriksa kelengkapan alat pelindung diri (APD) karyawan sebelum memulai pekerjaan 2. Mengingatkan untuk bekerja sesuai Standar Prosedur kerja 3. Pengawas (supervisor) bertindak tegas pada karyawan yang berperilaku tidak aman saat bekerja 4. Penentuan prosedur kerja di perusahaan sudah cukup jelas dan mudah dipahami 5. Prosedur kerja di perusahaan mampu memudahkan pegawai dalam memperkecil kesalahan 6. Penetapan anggaran untuk tugas pegawai telah jelas dan transparan 7. Tindakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh



0= Rendah,jika skor< mean/ median 1 = Tinggi, jikaskor ≥ mean/media n



Ordinal



35



No



Variabel



Definisi Operasional



Cara Ukur



Alat Ukur



Hasil Ukur



Dependen pegawai dilakukan objektif



3.3



sudah dengan



Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di PT. Beton Konstruksi Wijaksana. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2020 sampai selesai.



3.4



Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan analitik kuantitatif, dimana peneliti ingin mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang dilihat berdasarkan hitungan atau angka. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian dengan cara crosssectional, dimana seluruh variabel yang diamati, diukur dalam waktu bersamaan ketika penelitian berlangsung yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pengawasan dengan perilaku tidak aman pada Pekerja Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana.



Jenis data yang dikumpulan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder: 1.



Data Primer Data Primer diperoleh berdasarkan hasil kuesioner yang memuat beberapa pertanyaan yang meliputi perilaku tidak aman, pengetahuan mengenai K3, dan pengawasan atasan pada responden.



2.



Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari PT Beton Konstruksi



Skala Ukur



36



Wijaksanamengenai



gambaran umum perusahaan, jumlah pekerja di



perusahaan tersebut.



3.5



Populasi dan Sampel Penelitian



3.5.1



Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang ada di Departemen Operasional Bekisting PT Beton Konstruksi Wijaksana tahun 2020. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 105 responden.



3.5.2 Sampel Penelitian Besar sampel yang digunakan sesuai dengan rumus besar sampel yang sesuai rancangan penelitian rumus sampel uji dua proporsi, yaitu : 2



(Z 1−∝/2 √ 2 P ( 1−P ) +Z 1−β √ P 1 ( 1−P 1 )+ P 2(1−P 2)) n= ( P 1−P 2)2 Keterangan : N



: Besar Sampel



Z1-α/ : Derajat Kemaknaan (95%)= 1,96 Z1-β



: Kekuatan Uji pada 1-β= 80% = 0,84



P



: Rata-Rata Proporsi pada Populasi = 0,65



P1



: Proporsi perilaku tidak aman dengan pengetahuan kurang baik = 0,88 (Shiddiq 2016)



P2



: Proporsi perilaku tidak aman dengan pengetahuan baik = 0,42 (Shiddiq 2016)



Nilai P1 dan P2 diambil dari penelitian Saragih pada tahun 2014 mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman pada pekerja lapangan Pt. Telkom Cabang Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014 dengan hasil penelitian proporsi perilaku tidak aman dengan pengetahuan kurang baik sebesar 88%, dan proporsi perilaku tidak aman dengan pengetahuan baik sebesar 42% serta proporsi perilaku tidak aman dengan tanpa pengawasan sebesar 100%, dan proporsi perilaku tidak aman dengan pengawasan sebesar 64% yang digunakan dalam perhitungan jumlah sampel seperti table di bawah ini:



37



Tabel 3.3 Besar proporsi yang digunakan untuk besar sampel penelitian Variabel



P1



P2



N



Sumber



Pengetahuan



0,88



0,42



30



(Halimah 2018)



Pengawasan



1



0,64



17



(Prasanti 2016)



Pengetahuan 2



(Z 1−∝/2 √ 2 P ( 1−P ) +Z 1−β √ P 1 ( 1−P 1 )+ P 2(1−P 2)) n= ( P 1−P 2)2



2



n=



(1,96 √ 2.0,65 ( 1−0,65 ) +0,84 √ 0,88 ( 1−0,88 )+ 0,42(1−0,42)) (0,88−0,42)2 2



(1,96 √1,3 ( 0,35 )+ 0,84 √ 0,88 ( 0,12 )+ 0,42(0,58)) n= 0,21 n=



(1,96.0,67+0,84.0,34)2 0,21



n=



(1,31+1,18)2 0,21



n=



6,20 0,21



¿ 29,52=30 Pengawasan 2



(Z 1−∝/2 √ 2 P ( 1−P ) +Z 1−β √ P 1 ( 1−P 1 )+ P 2(1−P 2)) n= ( P 1−P 2)2 2



(1,96 √ 2.0,82 ( 1−0,82 )+ 0,84 √ 1 ( 1−1 ) +0,64 (1−0,64)) n= (1−0,64)2 2



(1,96 √1,64 ( 0,18 ) +0,84 √ 0+0,64 (0,36)) n= 0,12 n=



(1,96.0,54+0,84.0,48)2 0,12



38



(1,05+0,40)2 n= 0,12 n=



2,01 0,12



¿ 17,5 Berdasarkan perhitungan sampel diatas diperoleh sampel minimal untuk penelitian ini adalah 30. Kemudian jumlah sampel dikalikan dua sehingga menjadi 60. Untuk menghindari dropout atau missing jawaban dari responden maka perlu ditambahkan 10% dari jumlah sampel sehingga didapatkan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 66 orang. Teknik pengambilan sampel penelitianmenggunakanSimple random sampling, Simplerandom sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Teknik simplerandom sampling memungkinkan setiap unit sampling sebagai unsur populasi memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel(Margono 2010). Pemilihan sampel dengan cara memberi nomor pada calon responden 1 sampai 105 kemudian mengocok nomor tersebut sebanyak 66 kali secara manual dengan kertas kecil seperti pengocokan arisan. 3.5.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam 2008). 1. Kriteria Inklusi yaitu semua karyawan yang bekerja di bagian produksi di PT Beton Konstruksi Wijaksana 2. Kriteria Eksklusi yaitu karyawan yang tidak bersedia menjadi responden 3.6



Instrumen Penelitian Instrumen



penelitian



adalah



alat



yang



digunakan



untuk



mengumpulkan data sebagai berikut: 1. Perilaku tidak aman Instrumen yang digunakan dalam mengukur perilaku tidak aman menggunakan kuesioner sebanyak 20 soal. Kuesioner yang digunakan



39



diambil dari kuesioner Muflihatin (2020). Skala yang digunakan yaitu skala likert yang terdiri dari 4 jawaban pilihan yang terdiri dari pernyataan positif maupun pernyataan negatif. Pilihan jawaban tersebut yaitu Selalu (SL), Sering(SR), Jarang (JR) dan Tidak Pernah (TP), dengan skor jawabandari item pernyataan perilaku positif: a. Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor empat b. Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor tiga c. Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesione skor dua d. Tidak pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor satu Adapun untuk jawaban dari item pernyataan perilaku negatif yaitu: a. Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor satu b. Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor dua c. Jarang (JR) jika responeden ragu-ragu dalam pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor tiga d. Tidak pernah (TP) iika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan jawaban kuesioner skor empat Perilaku dikatakan aman jika nilai ≥ mean/median, dan dikatakan tidak aman jika nilai 0,05. Jika nilai signifikan (p-value) Uji KS < 0,05, maka data tidak terdistribusi normal. Uji Normalitas digunakan untuk menentukan penggunaan mean atau median, dimana jika data terdistribusi nomal menggunakan mean dan jika data tidak terdistribusi normal menggunakan median.



3.10



Analisa Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu univariat dan bivariat dengan penjelasan sebagai berikut:



3.10.1 Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dan hasil penelitian. Pada umumnya hasil analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:



P=



F x 100% N



43



Keterangan: P



= Persentase



F



= Frekuensi



N



= Jumlah responden



100% = Bilangan tetap (Notoatmodjo 2014)



3.10.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat. Dalam analisis ini menggunakan uji statistik chi-square, dimana merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh antara 2 variabel apabila skala data variabel penelitian berupa skala normal dan skala ordinal. Dalam penelitian kesehatan, uji signitifikan dilakukan dengan menggunakan batas kemaknaan (Alpha>0,05) dan 95% confidence interval. Pada penelitian crosssectional nilai asosiasi yang digunakan adalah nilai PrevalensRatio(PR) untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki risiko lebih besar dibandingkan kelompok lain antara masingmasing variabel independen yang diteliti terhadap variabel dependen. PR dipakai jika prevalensi kasus besar>10% Nilai prevelance ratio (PR) = 1 maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Nilai prevalence ratio (PR) < 1 maka variabel independen merupakan mengurangi kejadian terhadap variabel dependen. Nilai prevelance ratio (PR) > 1 maka variabel independen merupakan faktor risiko terhadap variabel dependen.



44



DAFTAR PUSTAKA



Azwar, S. 2018. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bhakti, Andika Purnama. 2018. “Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kerja Tidak Aman Pada Pekerja Struktur Proyek Perkantoran Hijau Arkadia Tower G Pt. Total Bangun Persada Tbk Jakarta Tahun 2018.” Delfianda. 2012. “Survey Faktor Tindakan Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT Waskita Karya Proyek World Class University DDi UI.” Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. “Situasi Kesehatan Kerja Pusat Data Dan Informasi Kesehatan RI.” Dirgagunarsa, DR. 2015. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara Sumber. DNV Modern Safety Management. 2016. Loss Control Managment Training. Revised ed. United State of Amerika. Dupont. 2005. “Not Walking The Talk : DuPont ’ s Untold Safety Failures.” Endroyono, B. 2016. Keselamatan Kerja Untuk Teknik Bangunan. Semarang: IKIP Semarang Press. Geller, E. Scoot. 2015. The Pshychologi Of Safety Handbook. USA: Lewis Publiher. Gunawan, I. 2015. Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Halimah, Siti. 2018. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Aman Karyawan Di PT. Suzuki Indomobil Motor Plant Tambun II Tahun 2018.” Skripsi. Jakarta: FKIK UIN. Handoko, T. 2016. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Hendrabuwana, La Ode. 2017. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Bekerja Selamat Bagi Pekerja Di Depatemen Cor PT Pindad Persero Bandung Tahun 2017.” Skripsi. Depok : FKM UI. ILO. 2017. “World Day For Safety and Health at Work.” Retrieved October 25, 2020 (http://www.ilo.org/global/about-the-ilo/how-the-lo.works/ilo-directorgeneral/statements-and-speches/WCMS_551573/lang--en/index.htm). Karyani. 2015. “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Perilaku Aman (Safe Behavior) Di Schlumberger Indonesia Tahun 2015.” Tesis. FKM UI Depok. Kemenaker. 2017. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Bidang Knstruksi. In K. Ketenagakerjaan. 3rd ed. Jakarta. Khosravi, Yahya. 2014. “Factors Influencing Unsafe Behaviors and Accidents on Construction Sites: A Review.” International Journal of Occupational Safety and Ergonomics.



45



Konradus, D. 2016. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Percetakan Penebar Swadaya. Lawton, R. 2018. “Individual Differences in Accident Liability: A Review and Integrative Approach.” The Journal of the Human Factors and Ergonomics Society, Volume 40 No 4. Listyandini, Rahma. 2019. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Di Pabrik Pupuk Npk.” Hearty 7(1). Margono, S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Maulidhasari, Dkk. 2016. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Berbahaya (Unsafe Action) Pada Bagian Unit Intake PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang.” Jurnal Visikes, Volume 10 No 1. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro. Notoadmodjo. 2017. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmojo, S. 2010. Promosi Kesehatan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Prasanti, Selva. 2016. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman (Unsafe Action) Dalam Bekerja Pada Karyawan Factory 5 Di Pt.X Serpong-Banten 2016.” Pratama, A. K. 2015. “Pekerja Dengan Unsafe Action Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di PT. Terminal Petikemas Surabaya.” The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Volume 4 No 1.Health Safety Environment (HSE) PT. Petikemas Surabaya. Pratiwi, Ike. 2018. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Di PT Siemens Indonesia Cilegon Banten Tahun 2018.” Skripsi S1 Kesehatan Masyarakat. Universitas Esa Unggul. Putranto, Dkk. 2017. Pranata Dan Manajemen Pembangunan Di Bidang Arsitektur. Malang: UB Press. Ramli, S. 2017. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. Jakarta: Dian Rakyat. Sangaji, J. 2018. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan PerilakuTidak Aman Pekerja Bagian Lambung Galangan KapalPT X.” Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal)Volume 6, Nomor 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Shiddiq, Sholihin. 2016. “Hubugan Persepsi K3 Karyawan Dengan Perilaku Tidak Aman Di Bagian Produksi Unit IV PT. Semen Tonasa.” Siagian. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Suma’mur. 2015. Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT



46



Toko Gunung Agung. Sutrisno. 2017. Manajemen SumberDaya Manusia. edited by Kencana. Jakarta. Tarwaka. 2018. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Manajemen Dan Implementasi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press. Tulaeka, Kristianti I. 2018. “Hubungan Safety Inspection Dan Pengetahuan Dengan Unsafe Action Di Departemen Rolling Mill. Naskah Publikasi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.” Utommi, Sendy. 2017. “Gambaran Tingkat Kepatuhan Pekerja Dalam Mengikuti Prosedur Operasi Pada Pekerja Operator Dump Truck Di PT. Kaltim Primacoal Tahun 2017.” Wanodya, C. 2014. “Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Motivasi Kerja Karyawan.” Jurnal Administrasi Bisnis Malang 9(1). Widarti, IE. 2015. “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Maintenance Elektrikal Dalam Menerapkan Work Permit Di PT. X Semarang.” Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 3 Nomor 3. Universitas Diponegoro. Winarsunu, Tulus. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: ,UMM Press. Work Injury Source. 2020. “Workplace Injury Statistics – 2020 Data for Workplace Accidents, Injuries, and Deaths.” Retrieved June 7, 2021 (workinjurysource.com/workplace-injury-statistics-2019/).



47



SURVEY PENDAHULUAN KUESIONER PENGETAHUAN Petunjuk Pengisian : 1) Isilah pertanyaan berikut pada kolom yang telah disediakan 2) Beri tanda checklist (V) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda 3) Kejujuran anda sangat saya harapkan. Identitas Responden DATA DIRI Nama : ……………………………………………….……………….. Usia : ………… tahun Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : SD / Sederajat



Diploma 3 (D3) / Akademik



SLTP / sederajat



Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)



SMA / SMK / Sederajat Pengalaman Kerja Konstruksi :



< 3 tahun



>3 tahun



Mulai bekerja di Proyek PT Total Bangun Persada sejak bulan ………………. tahun ………… Pilihan Ganda : Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia. 1. Jawaban Yang Paling Benar mengenai singkatan dari K3 adalah ... a. Keselamatan dan Kesiapan Kerja b. Kesehatan dan Keamanan Kerja c. Keselamatan dan Kesehatan kerja d. Keselamatan dan Keamanan Kerja 2. Dibawah ini yang bukan termasuk tujuan K3 adalah… a. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kecelakaan pada saat bekerja b. Mencegah dan mengurangi kerugian yang diderita oleh semua pihak yang bekerja.



48



c. Memberi pertolongan dini bagi pekerja bila terjadi kecelakaan d. Menjamin tenaga kerja dalam meningkatkan produktifitas 3. Dibawah ini yang bukan termasuk unsur penyebab terjadinya kecelakaan adalah… a. Unsur manusia b. Unsur mesin c. Unsur keberuntungan d. Unsur lingkungan kerja 4. Keterampilan dan ilmu pengetahuan yang kurang kurang termasuk Penyebab kecekakaan karena unsur… a. Lingkungan Kerja b. Manusia c. Mesin d. Peristiwa yang tidak terduga 5. Dibawah ini yang bukan termasuk perilaku tidak aman adalah… a. Tidak menggunakan APD saat bekerja b. Bekerja tidak sesuai Standar c. Merokok saat bekerja d. Berkonsentrasi saat bekerja 6. Apa yang harus saya lakukan jika melihat kondisi yang tidak aman di lingkungan kerja… a. Tetap fokus pada pekerjaan b. Melaporkan pada petugas safety c. Menghentikan pekerjaan seharian d. Bekerja secara berhati-hati 7. Sebutkan fungsi dari peralatan pelindung safety body harness… a. Untuk melindungi mata dari benda asing yang terjatuh b. Untuk mencegah badan terkena benda jatuh c. Untuk mencegah tubuh terjatuh dari ketinggian d. Untuk melindungi kepala saat terjatuh



49



8. Alat Pelindung Diri (APD) digunakan untuk melindungi tubuh dari bahaya. Sebutkan jenis pekerjaan yang wajib menggunakan APD… a. Pengecoran dan Bekerja Pada Ketinggian b. Pemasangan Besi, Bekisting dll. c. Semua Jenis Pekerjaan d. Pabrikasi Besi dan Baja 9. Bising, panas, dan getaran termasuk dalam bahaya… a. Kimia d. Psikologi b. Fisik c. Biologi 10. Jika terjadi Kecelakaan kerja ringan pada diri sendiri saat sedang bekerja apa yang harus dilakukan… a. Biarkan Saja b. Bercerita Pada Teman c. Lapor pada petugas safety dan pergi ke ruang P3K d. Mengobati Luka Sendiri



50



KUESIONER PENGAWASAN Berilah tanda checklist() pada jawaban yang sesuai dengan kondisi yang dialami Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dengan jawaban sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)



No



Pernyataan



1.



Pihak pengawas (supervisor) tidak memeriksa kelengkapan alat pelindung diri (APD) sebelum saya memulai pekerjaan



2.



Sebelum saya bekerja, saya selalu diingatkan untuk bekerja sesuai Standar Prosedur kerja



3.



Pihak pengawas dari bagian safety (hse) jarang melakukan pengawasan pada area produksi



4.



Pengawas (supervisor) bertindak tegas pada karyawan yang berperilaku tidak aman saat bekerja



5.



Menurut saya, pengawasan dari (supervisor) pada saat bekerja masih kurang baik



6.



Penentuan prosedur kerja di perusahaan sudah cukup jelas dan mudah dipahami



7.



Prosedurkerja di perusahaan mampu memudahkan pegawai dalam memperkecil kesalahan



8.



Penetapan anggaran untuk tugas pegawai telah jelas dan transparan.



9.



Tindakan atas pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai sudah dilakukan dengan objektif



10. Pimpinan saya memberikan tindakan tegas apabila saya melanggar aturan



Jawaban SS



S



KS



TS



STS



51



OUTPUT SPSS TestsofNormality Kolmogorov-Smirnova Statistic skor_awas



Df



,239



Shapiro-Wilk Sig.



29



Statistic



,000



df



Sig.



,839



29



,000



a. LillieforsSignificanceCorrection



skor_awas



Mean



41,00



95% Confidence Interval forMean



LowerBound



39,38



UpperBound



42,62



5% TrimmedMean



40,94



Median



40,00



Variance



,793



18,214



Std. Deviation



4,268



Minimum



36



Maximum



47



Range



11



InterquartileRange



8



Skewness Kurtosis



,136



,434



-1,765



,845



kategori_pengawasan Frequency Valid



Percent



Valid Percent



CumulativePercent



Rendah



16



55,2



55,2



55,2



Tinggi



13



44,8



44,8



100,0



Total



29



100,0



100,0



52