Bab 1 Penulisan Gabungan Kata [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Bab 1 Pendahuluan 1. I.



Latar belakang



Dalam pedoman umun ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, telah melakukan berkalikali penyempurnaan dalam ejaan. Antara lain yang dibahas dalam ejaan yang disempurnaan itu adalah penulisan kata, yang dimana penulisan kata itu memiliki porsi yang berpengaruh dalam penulisan, penulisan kata yang benar akan membuat kaliamat-kalimat yang kita buat menjadi padu, efektif, dan enak dibaca. Dalam penulisan kata membahas berbagai bentuk kata, seprti kata dasar, turunan, ulang, kata ganti, kata depan, gabungan kata, singkatan, dan angka dan lambang bilangan. Pada makalah ini kami akan membahas secara lebih rinci, aspek-aspek yang ada dalam penulisan kata, sesuai dengan pedoman ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan.



1. II. Rumusan masalah 1. Apa saja yang termasuk dalam penulisan kata? 2. Bagaimana penulisan kata yang benar?



Bab II Pembahasan 1. III. Penulisan kata



1. A.



Kata dasar



Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak.



Buku itu sangat tebal.



1. B.



a)



Kata turunan



Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis dengan serangkaian kata dasarnya.



Misalnya: bergeletar, dikelola, menengok, mempermainkan



b) Jika kata dasar berupa gabungan kata, maka awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: luaskan



c) Jika kata dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur kata itu ditulis serangkai. Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburkan



d) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkaian. Misalnya: adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram



1. C.



Bentuk ulang



Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anakanak, gerak-gerik



1. D.







Gabungan kata



Gabungan kata yang lazin disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsurunsurnya ditulis terpisah.



Misalnya: duta besar, orang tua, kambing hitam







Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.



Misalnya: alat pandang-dengar







Gabungan kata berikut ditulis serangkai.



Misalnya: acapkali, matahari, manasuka



1. E.



Kata ganti ku, kau, mu, dan nya



Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: apa yang kumiliki boleh kauambil. Bukuku, bukumu, dan bukunya, tersimpan di perpustakaan.



1. F.



Kata depan di, ke, dan dari



Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya: bermalam sajalah di sini. Ke mana saja ia selama ini? Ia datang dari surabaya kemarin



1. G.



Kata si dan sang



Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.



Misalnya: sangkancil sangat marah kepada monyet itu. surat itu dikirim oleh si pengirimnya.



1. H.







Partikel



Paratikel –lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.



Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.







Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.







Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.



Misalnya: …per 1 April.



1. I.







Singkatan dan akronim



Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.



a. Singkatan nama orang orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:A.S. Kramawijaya b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misanya: DPR c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll. d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu, TNT, Rp







Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI, LAN, IKIP



b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital Misalnya: Akabri, Bappenas c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu, radar, rapim



1. J.



Angka dan lambang bilangan







Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2 Angka Romawi: I, II







Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter, 100 yen







Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15







Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252







Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan utuh. Misalnya: dua puluh dua, dua ratus dua puluh dua b. Bilangan pecahan. Misalnya: seperenam belas, tiga dua pertiga







Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: Paku Buwono X, Bab II, Tingkat V, Abad ke-20







Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut. Misalnya: tahun ’50-an, uang 5000-an







Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilagan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali.







Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, sesunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.







Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinaman 250 juta rupiah.







Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami memunyai dua puluh orang pegawai.







Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).



1. K. Mengenai penulisan kata, yang masih perlu kita perhatikan adalah sebagai berikut.



1. Awalan di- dan ke- ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Benar Salah dikelola di kelola ketujuh ke tujuh



2. Gabungan kata yang salah satu unsurnya merupakan unsur terikat ditulis serangkai.



Benar Salah saptakrida sapta krida sapta-krida subseksi sub seksi sub-seksi nonkolaborasi nonkolaborasi non-kolaborasi



3. Bentuk dasar berupa gabungan kata yang mendapat awalan atau akhiran ditulis serangkaian atau ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur gabungan kata itu. Benar Salah bertolak belakang bertolakbelakang Bertolak-belakang tanda tangani tandatangani tanda-tangani mendarah daging mendarahdaging mendarah-daging



4. Bentuk dasar berupa gabungan kata yang sekaligus mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. Benar Salah melatarbelakangi melatar belakangi melatar-belakangi menghancurleburkan menghancur leburkan menghancur-leburkan penyebarluasan penyebar luasan



penyebar-luasan dibumihanguskan dibumi hanguskan dibumi-hanguskan



5. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, di antara kedua unsur itu dibubuhkan tanda hubung (-). Bentuk Salah non-Indonesia nonIndonesia non Indonesia non-Afrikanisme nonAfrikanisme non Afrikanisme



6. Kata ulang dituliskan dengan menggunakan tanda hubung di antara kedua unsurnya. Benar Salah anak-anak anak anak undang-undang undang undang terus-menerus terus menerus



7. Kata depan di dan ke ditulis terpisah dri kata yang mengikutinya. Benar Salah di rumah dirumah ke mana kemana



8. Kata sandang si ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Benar Salah si pengirim sipengirim



si penerima sipenerima si pemalu sipemalu si pencuri sipencuri



9. Partikel per yang berarti ‘tiap’ dan ‘mulai’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului dan mengikutinya. Sebaliknya, per pada bilangan pecahan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Benar Salah satu per satu turun satu persatu turun dua pertiga dua per tiga



10. Singkatan nama gelar sarjana kesehatan, dokter, seringkali dipermasalahkan. Di dalam lingkungan masyarakat muncul singkatan Dr. untuk dokter (kesehatan) dan DR untuk doktor (purnasarjana). Hal ini tentu saja bertentangan dengan kaidah karena singkatan Dr. diperuntukkan bagi gelar Doktor, sedangkan DR seolah-olah merupakan singkatan kata atau nama yang sama halnya dengan PT (perseroan terbatas), SD (sekolah dasar).



11. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf kapital, tidak diikuti tanda titik. Benar Salah DPR D.P.R PT P.T. SMP S.M.P SD S.D.



12. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Benar Salah sda. s.d.a. ttd. t.t.d.



yad. y.a.d.



13. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Benar Salah cm cm. Rp Rp. km km. 14. Akronim nama diri, yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.Benar Salah Golkar GOLKAR Kowani KOWANI Bappenas BAPPENAS



Bab III PENUTUP 1. IV. Kesimpulan Berdasarkan yang tertera dalam pedoman ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan yang termasuk dalam penulisan kata yaitu: Kata dasar, turunan, ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata si dan sang, partikel kata, singkatan, dan angka lambang bilangan. Yang dimana memiliki fungsi dan cara-cara untuk menjadikan penulisan kata yang benar dan baik. Untuk penulisan kata yang benar, kita dapat berpedoman pada EYD bahasa Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_ejaan_dan_penulisan_kata http://ejaanbahasaindonesia.blogspot.com/2008/02/iii-penulisan-kata.html 2005, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Jakarta, Balai Pustaka.



PENULISAN PARTIKEL(PER DAN PUN),ANGKA DAN BENTUK TERIKAT



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar belakang



Bahasa sangat penting bagi alat komunikasi manusia, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Demi kelestarian bahasa masyarakat harus mampu menjaganya sebaik mungkin. Menjaga dalam bahasa tulis berarti menggunakannya sesuai dengan aturan yang berlaku dalam bahasa, sedangkan dalam bahasa lisan, menjaganya berarti menggunakannya.



Sesuai dengan judul makalah ini, maka pembahasannya lebih ditekankan pada bahasa tulis, khususnya penulisan partikel per dan pun,angka dan bentuk terikat . Hal ini karena banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh para penulis dalam menuliskan partikel partikel per dan pun,angka dan bentuk terikat . Kita, sebagai mahasiswa harus mengetahui benar mana penulisan yang salah dan mana yang benar.



Kitalah yang menjadi tonggak keberlanjutan bahasa Indonesia. Apabila kita yang bergelut dengan bahasa setiap hari saja tidak mampu menggunakan bahasa tulis dengan benar, apalagi masyarakat yang notabene hanya sebagai pengguna bahasa. Untuk itu, maka dibuatlah makalah ini, walaupun belum sempurna,tapi kami berharap dengan membaca makalah ini kita menyadari bahwa ada aturan yang harus ditaati dalam menulis partikel per dan pun,angka dan bentuk terikat. yang dibutuhkan dalam menulis bukan hanya asal ringkas dan benar maknanya tetapi juga benar dalam penulisannya. Himbauan kami, marilah kita memasyarakatkan bahasa tulis dengan baik dan benar. Dengan demikian, maka bahasa Indonesia akan lestari.



B. Rumusan masalah



C.



1.



Bagaimana cara penulisan per dan pun ?



2.



Bagaimana cara penulisan Angka ?



3.



Bagaimana cara penulisan bentuk terikat ?



Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1.



Menjelaskan cara penulisan partikel per dan pun



2.



Menjelaskan cara penulisan angka



3.



Menjelaskan cara penulisan bentuk terikat



BAB II PEMBAHASAN



A. Penulisan partikel per dan pun



1.



Penulisan partikel per Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.Misalnya:



2.



1)



Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu .(demi)



2)



Harga kain itu Rp.50.000 per helai. (tiap)



3)



Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.(mulai)



4)



Undang-undang baru ini berlaku per Januari 2008. (mulai)



5)



Mereka masuk dalam ruangan satu per satu. (demi)



6)



Harga buku itu Rp. 50.000 per eksamplar ( tiap )



Penulisan partikel pun



Penulisan partike pun Pun memiliki arti:



1)



juga atau demikian juga: Jika Anda Pergi, saya pun hendak pergi



2)



meski, biar, kendati: mahal pun dibelinya juga



3)



saja: berdiri pun tidak dapat, apalagi berjalan



4)



(… pun …lah) untuk menyatakan aspek bahwa perbuatan mulai terjadi: hari pun malamlah



5)



untuk menguatkan dan menyatakan pokok kalimat: maka baginda pun bertanya



Partikel pun yang merupakan klitika, yaitu unsur yang melekat pada unsur yang lain, dengan perkataan lain pun yang melekat pada kata yang mendahuluinya. Sebagai klitika kata-kata itu ialah: adapun, andaipun, ataupun, maupun, bagaimanapun, betapapun, kalaupun, meskipun, sekalipun, biarpun, sungguhpun, walaupun, kendatipun. Kata-kata seperti ini termasuk jenis kata tugas yaitu kata-kata yang berfungsi penghubung atau pengantar kalimat. Contoh pemakaiannya dalam kalimat :



1)



Adapun maksudnya datang kemari ialah untuk mengundang Ibu dan Ayah menghadiri pesta pernikahannya.



2)



Kalaupun Anda mau, atasan Anda tidak akan memberi Anda izin.



3)



Walaupun ia kaya dan berkedudukan, tidaklah ia sombong.



Partikel pun yang berfungsi sebagai kata penuh yaitu yang bersinonim dengan kata juga. Contohnya : 1)



Selain keluarga, sahabat dan kenalan pun diundangnya. (= sahabat dan kenalan juga)



2)



Andai pun jadi kau menikah dengannya, kau takkan bahagia.



3)



Baik ibu maupun ayah, semuanya tidak ada yang menyetujui hubunganku dengannya.



4)



Menangis ataupun menjerit takkan menyelesaikan masalah.



5)



Bagaimanapun tegar hatinya dia tetap seorang gadis.



6)



Betapapun kuat perasaan ini semuanya harus berakhir.



7)



Meskipun kau kejar sampai ke ujung dunia, kalian tetap tidak akan pernah bersama.



8)



Sekalipun pemerintah menolak untuk bekerjasama, rakyat tetap berdemo di depan istana.



9)



Biarpun hujan, para peserta tetap terlihat antusias.



10) Sungguhpun perasaan dapat mengalahkan naluri, kita harus tetap bisa berpikir sehat. 11) Kendatipun cuaca buruk, mereka tetap berangkat juga.



Apabila kita cermati pada pun yang merupakan klitika, terdapat kata bagaimanapun sebagai salah satu contoh kata yang ditulis serangkai. Itu berarti pun juga ditulis serangkai apabila didahului oleh kata tanya (interogativa) seperti apa, kapan, siapa, dan sebagainya menjadi apapun, kapanpun, siapapun. Misalnya pada kalimat “Jangankan engkau, aku pun tidak sanggup menyelesaikan persoalan itu” (= aku juga) Partikel pun yang berfungsi sama dengan kata-kata yang menyatakan perlawanan: meskipun, biarpun, kendatipun, sungguhpun, walaupun. Contoh penggunaannya dalam kalimat :



1)



Diberi pun tak sudi aku menerimanya, apalagi disuruh memberi.



(=



meskipun diberi) 2)



Berpisah pun mereka tetap saling cinta, apalagi ketika masih bersama. (= biarpun berpisah)



3)



Mahal pun akan tetap dibelinya, asalkan barangnya bagus. (kendatipun mahal)



4)



Cantik



pun



wajahnya



ia



tidak



punya



pacar, apalagi kalu wajahnya buruk. (=



sungguhpun) 5)



Duduk pun si sakit itu tak sanggup, apalagi disuruh berjalan.



Dari ketiga macam bentuk partikel pun di atas, dapat ditarik kesimpuln, yang juga merupakan aturan dalam penulisan partikel pun, yaitu bahwa pun yang dituliskan terpisah dari kata yang mendahuluinya ialah pun yang menyertai kata kerja, kata ganti, kata benda, dan kata sifat.



Contoh dalam kalimat : 1)



Minum pun ia tak mau (minum – kata kerja)



2)



Dihardik pun anak itu takkan menurut. (dihardik – kata kerja)



3)



Saya pun tak dihiraukannya lagi (saya – kata ganti)



4)



Kami pun ingin mengenalnya lebih dekat (kami – kata ganti)



5)



Sebuah akademi pun tidak ada di kecamatan itu (sebuah akademi – kata benda)



6)



Pasar pun hanya ada pada hari Kamis (pasar – kata benda)



7)



Cantik pun bukanlah alasan untuk menjadi sombong (cantik – kata sifat)



8)



Merah pun termasuk warna yang dia suka (merah – kata sifat)



B.



Penulisan Angka



Angka



: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9.



Angka Romawi



: I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X,L (50) ,C (100) , D (500) , M (1000) V (5000)



Perlu diingat bahwa penambahan dan pengurangan nilai dengan menuliskan angka tambahan danpengurangan di belakang dan depan bilangan sebelumnya hanya dapat dilakukan paling banyaktiga kali untuk penambahan dan satu kali untuk pengurangan.



Contoh: V =5 VI = 6 (penambahan satu kali) VIII = 8 (penambahan tiga kali) IX = 9 (penambahan satu kali) X = 10



Demikian juga halnya terhadap lambang bilangan Romawi yang lain. Contoh: L = 50 LI = 51 (adalah 50 + 1) XL = 40 (salah jika XXXX) LXV = 65 (adalah 50 + 15) LIX = 59 (adalah 50 + 9)



Angka digunakan untuk menyatakan:



1)



Ukuran panjang 15 meter (15 m) 0,5 kilometer (0.5 km) 123 desimeter (123 dm)



2)



Ukuran berat 145 kilogram (145 kg) 1,5 gram (1,5 g) 703 kwintal (703 kw)



3)



Ukuran isi 6 liter (6 l) 48 kubik (48 kubik).



4)



Satuan waktu 2 jam 38 menit pukul 13.00 30 Nopember 1988



5)



Nilai uang 1000 rupiah (Rp 1000,00) 50 dolar Amerika 10 pon Inggris Angka juga lazim dipakai untuk menandai nomor rumah, jalan, apartemen, hotel, atau kamar pada alamat (kediaman seseorang) Contoh: Jalan Pahlawan No. 140 Hotel Rad Huri, Kamar 500 Jalan Sulaksana III No. 544. Angka digunakan juga untuk menomori karangan atau bagian-bagiannya. Contoh: Bab V, Pasal 8, halaman 34 Bab XII, Pasal 23, halaman 45.



Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan dengan cara memisahkan tiaptiapbagian kata. Contoh: 1)



2)



3)



23 dua puluh tiga



(benar)



duapuluh tiga



(salah)



134 seratus tiga puluh empat



(benar)



Seratustigapuluh empat



(salah)



508 lima ratus delapan



(benar)



limaratus delapan



(salah)



C. Bentuk terikat



Kata "antar" adalah salah satu contoh bentuk terikat yang jika digabungkan dengan bentuk dasar maka penulisannya harus disatukan.Jika diikuti dengan kata dasar, bentuk terikat ditulis tanpa jeda (spasi), namun apabila digabungkan dengan bentuk turunan (kata berimbuhan), maka penulisannya harus dipisah. Contoh bentuk terikat lain di antaranya: Dari bilangan angka bahasa Sanskerta: eka-, dwi-, tri-, catur-, panca-, sapta-, dasa-, dan sebagainya



BENAR



SALAH



tritunggal



tri tunggal



tridarma



tri darma



saptapesona



sapta pesona



saptakrida



sapta krida



Pancasila



Panca Sila



pancaindra



panca indra



ekabahasa



eka bahasa



dwibahasa



dwi bahasa



dasawarsa



dasa warsa



dasatitah



dasa titah



caturwulan



catur wulan



caturwarga



catur warga



Dari awalan satuan: kilo-, mega-, tera-, giga-, senti-, mikro- dan sebagainya



BENAR



SALAH



kilogram



kilo gram



megawatt



mega watt



terabita



tera bita



gigaohm



giga ohm



sentimeter



senti meter



mikroorganisme



mikro organisme



kilometer



kilo meter



Dari bahasa lain: a-, adi-, anti-, antar-, e- (dengan tanda hubung), ekstra-, hiper-, juru-, ko-, kontra-, inter-, intra-, maha-, manca-, mara-, multi-, nara-, non-, pan-, pasca-, per-, peri-, pra-, pro-, purna-, purwa-, sub-, super-/supra-, swa-, tuna-, tele-, wira-, dan sebagainya.



Catatan: 1). Unsur 'maha-' dan 'peri-' sebagai unsur gabungan ditulis serangkai dengan unsur berikutnya. Contoh: perilaku, peribahasa, mahabaik, mahakasih. Apabila kata berikutnya sudah berimbuhan, unsur peri dituliskan terpisah. Contoh: peri keadilan, peri kemanusiaan, maha pemurah, maha penyayang



2).Apabila bentuk terikat 'non-', 'anti-', 'pan-', atau 'pro-' diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di antara kedua sunsur itu dibubuhkan tanda penghubung (-). Contoh: non-Indonesia, anti-Asia, pan-Amerika. Bentuk terikat ditulis dengan menyertakan tanda hubung (-) apabila: Diikuti dengan kata yang huruf pertamsanya kapital, misalnya: anti-Afrika Diikuti dengan singkatan, misalnya: pro-PBB



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1)



Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya



2)



Angka digunakan untuk menyatakan:



a)



Ukuran panjang



b)



Ukuran berat



c)



Ukuran



d)



Satuan waktu



e)



Nilai uang



3)



Bentuk terikat yaitu jika digabungkan dengan bentuk dasar maka penulisannya harus disatukan.Jika diikuti dengan kata dasar, bentuk terikat ditulis tanpa jeda (spasi), namun apabila digabungkan dengan bentuk turunan (kata berimbuhan), maka penulisannya harus dipisah.



3.2. Saran Semoga setelah membaca makalah ini, pembaca dapat menambah wawasan tentang penulisan partikel(per dan pun),Angka dan bentuk terikat.dan menjadiknnya sumber informasi yang berguna baik bagi pembaca dan penulis



DAFTAR PUSTAKA



Panduan Belajar B.indonesia. Yogyakarta:Primagama.Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Kosakata. 1989. Bandung:Angkasa Bandung



http://translationpapersbali.com/2014/07/06/penulisan-kata-depan-kata-ganti-danpartikel-sesuai-eyd/ http://www.ebahasaindonesia.com/2013/10/bentuk-terikat.html http://saqiraznurbaitilatikcahyati.blogspot.co.id/2015/05/makalah-ejaan-bahasaindonesia.html



MAKALAH BAHASA INDONESIA TENTANG SINGKATAN DAN AKRONIM BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar atau membaca sebuah singkatan. Yang populer saat ini adalah singkatan untuk nama orang, misalnya Susilo Bambang Yudhoyono disingkat menjadi SBY, Jusuf Kalla menjadi JK, dan Bambang Pamungkas menjadi BP. Singkatan nama memang sedang menjadi trend. Namun, kadang penyingkatan semacam ini menimbulkan kerancuan karena persamaan huruf depan dari dua nama orang yang berbeda. Contoh: Bambang Widjojanto (BW) dengan Budi Waseso (BW). Dua nama ini agak sulit dijadikan singkatan karena punya huruf awal yang sama. Karena itu, orang lalu membuat pemendekan lain untuk nama Budi Waseso menjadi Buwas. Pemendekan nama ini disebut dengan akronim. Perhatikan daftar kependekan di bawah ini, lalu tentukan manakah yang akronim dan manakah yang singkatan! 1. Sdr. 2. Wagub 3. HIV 4. ABRI Dari keempat istilah diatas yang termasuk akronim ialah nomor dua (2) dan empat (4), sementara yang termasuk singkatan ialah sisanya yaitu nomor satu (1) dan tiga (3). Perhatikan cara membaca keempat istilah di atas: 1. Sdr. dibaca eS-De-eR 2. Wagub dibaca Wa-Gub



3. HIV dibaca Ha-I-Ve 4. ABRI dibaca AB-RI



Maka jelas singkatan yang dibaca adalah huruf sementara akronim yang dibaca ialah suku kata. Sama halnya seperti pada akronim, dalam membuat singkatan pun ada hal-hal yang harus diperhatikan. Oleh sebab itu makalah ini akan membahas tentang singkatan dan akronim serta macam-macam bentuk penulisannya.



1.2.



Rumusan Masalah



a. Apakah dimaksud dengan singkatan? b. Macam-macam bentuk penulisan singkatan ? c. Apakah dimaksud dengan akronim? d. Macam-macam bentuk penulisan akronim ?



1.3. Tujuan a.



Mengerti apa yang dimaksud dengan singkatan dan akronim.



b.



Mengerti tentang bentuk penulisan singkatan dan akronim.



BAB II PEMBAHASAN



2.1. Pengertian Singkatan Singkatan adalah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.



2.2. Macam Bentuk Penulisan Singkatan Dalam penulisan singkatan terdapat macam-macam bentuk penulisan singkatan yang sesuai ejaan bahasa Indonesia. Berikut bentuk penulisan singkatan: a.



Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat. Singkatan ini diikuti dengan tanda titik dibelakang tiap-tiap singkatan itu. Contoh : A.H. Nasution



Abdul Haris Nasution



H. Hamid



Haji Hamid



S.Pd.



sarjana pendidikan



Bpk.



Bapak



S.B.Y.



Susilo Bambang Yudhoyono



Catatan: Untuk singkatan pada penulisan nama, gelar, atau jabatan diambil satu huruf atau lebih dari kata tersebut yang merupakan deratan huruf pada kata tersebut dan ditulis diawali dengan huruf kapital. Penulisan selalu diikuti dengan tanda titik untuk memisahkan singkatan kata yang satu dengan singkatan kata kedua.



b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal pada tiap-tiap kata . Bentuk singkatan ini ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.



Contoh : DPR



Dewan Perwakilan Rakyat



PBB



Perserikatan Bangsa Bangsa



SD



sekolah dasar



KTP



kartu tanda penduduk



WHO



World Health Organization



c. Singkatan kata yang berupa gabungan huruf dari satu kata yang diikuti dengan tanda titik. Contoh : jml.



jumlah



kpd.



kepada



tgl.



tanggal



hlm.



halaman



d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua atau tiga kata, biasanya disingkat dengan mengambil huruf awal pada tiap-tiap kata, kemudian diakhiri dengan tanda titik. Contoh : dll.



e.



dan lain-lain dsb.



dan sebagainya



Yth.



Yang terhormat



dst.



dan seterusnya



dkk.



Dan kawan-kawan



Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat menyurat). Singkatan ini di tulis dengan huruf kecil dan diikuti oleh tanda titik antar huruf pada singkatan. Contoh : a.n.



f.



atas nama



d.a.



dengan alamat



u.b.



untuk beliau



u.p.



untuk perhatian



a.l.



antara lain



Singkatan untuk lambang kimia, singkatan satuan, takaran, timbangan, dan mata uang. jenis singkatan ini tidak diikuti oleh tanda titik. Contoh : cm



centimeter



g.



Kg



kilogram



Cu



kuprum



Rp



rupiah



Na



Natrium



Singkatan huruf dan angka yang disingkat dengan mengkombinasikannya menggunakan angka karena memiliki kesamaan awalan huruf. Angka digunakan untuk menunjukkan jumlah huruf pada singkatan atau dapat pula menunjukkan tanggal, jenjang, serta tipe. Contoh : P2B



Pusat Pengembangan Bahasa



S1



Strata satu



D3



Diploma tiga



G30SPKI



gerakan 30 September PKI



PS3



playstation tiga



2.3. Pengertian Akronim Akronim adalah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan ol9sebagai sebuah kata.



2.4. Macam Bentuk Penulisan Akronim Dalam penulisan akronim terdapat cara-cara tertentu yang sesuai ejaan bahasa Indonesia. Berikut macam bentuk dalam penulisan akronim: a.



Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri. Akronim ini ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Contoh : SIM



surat izin mengemudi



LAN



Lembaga Administrasi Negara



ABRI



Angkatan Bersenjata Republik Indonesia



IKIP



Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan



b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh : Bulog



Badan Urusan Logistik



Kowani



Kongres Wanita Indonesia



Bappenas Akabri



c.



Badan Perencanaa Pembangunan Nasional Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia



Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan dari dua kata atau lebih. Akronim ini ditulis dengan huruf kecil. Contoh : pemilu



pemilihan umum



iptek



ilmu pengetahuan dan teknologi



tilang



bukti pelanggaran



rudal



peluru kendali



Catatan: ada aturan-aturan yang hendaknya tidak diabaikan begitu saja saat membuat akronim, yaitu sebagai berikut: 



Jumlah suku kata dalam akronim tidak melebihi kata yang sudah lazim dalam bahasa indonesia. Artinya, tidak lebih dari tiga suku kata.







Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian antara vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia, yang lazim agar mudah diingat.



BAB III PENUTUP



3.1. Kesimpulan Singkatan adalah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan digunakan dalam beberapa ragam lisan dan tulisan. Akronim adalah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata. Catatan: ada aturan-aturan yang hendaknya tidak diabaikan begitu saja saat membuat akronim, yaitu sebagai berikut: 



Jumlah suku kata dalam akronim tidak melebihi kata yang sudah lazim dalam bahasa indonesia. Artinya, tidak lebih dari tiga suku kata.







Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian antara vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia, yang lazim agar mudah diingat.



DAFTAR PUSTAKA



Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya, 2015



______, 2015, pengertian dan contoh singkatan lengkap, http://www.kelasindonesia.com/2015/06/pengertian-dan-contoh-singkatan-lengkap.html (diakses 2015-10-05) ______, 2015, pengertian dan contoh akronim lengkap, http://www.kelasindonesia.com/2015/06/pengertian-dan-contoh-akronim-lengkap.html (diakses 2015-10-05