Bab 1 PKL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Asset 5 Field Sangatta, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Provinsi Kaltim adalah salah satu badan usaha milik negara (BUMN) yang memiliki kepedulian sangat besar terhadap pembangunan nasional, daerah dan masyarakat. Perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 1902 itu memilki sejarah panjang dan terus memberikan kontribusinya bagi negara dan masyarakat, terutama di Kabupaten Kutai Timur yang merupakan daerah penghasil Migas dan berhak atas Dana Bagi Hasil (DBH)Migas. Menurut Plt Field Manager Pertamina EP Sangatta,Krisna Haryadi, dukungan dan bantuan Pertamina EP Asset 5 Field Sangatta terhadap pemerintah Kutai Timur dan masyarakat sebagai dari kerja sama timbal balik yang harus dilakukan agar perusahaan terus berproduksi dan mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah dan masyarakat. “Untuk terus berkontribusi, kami membutuhkan dukungan dan kerjasama dengan pemerintah daerah dan masyarakat, terutama yang terkait perizinan dan keamanan, sehingga produksi bisa berjalan aman, lancar, dan berkelanjutan,”katanya. Dijelaskan bahwa PT. Pertamina EP Asset 5 Field Sangatta adalah kontaktor kontrak kerja sama (KKKS) dan merupakan salah satu kontraktor satuan Kerja khusus pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), dengan Wilayah Kerja (WK) di Kabupaten Kutai Timur seluas 113.613.90 hektare persegi. Dalam kurun waktu 2011-2015 Pertamina EP Sangatta mengalami penurunan produksi terkait turunnya harga minyak mentah dipasaran dunia, sehingga perusahaan melakukan efesiensi besar-besaran disegala bidang. Berdasarkan catatan perusahaan, produksi tertinggi Pertamina EP Sangatta terjadi pada tahun 1978 dan 1979 yang mencapai 8.600 barel minyak per hari (BPOD). Tahun 2016 hingga akhir September, produksinya mencapai 1.688 BOPD atau naik 102.47 persen dari target produksi sebesar 1.648 BOPD, meningkat dari periode yang sama tahun 2015 sebesar 1.212 BOPD.



1.2 Batasan Masalah Agar pembahasan lebih terarah mengenai yang akan di bahas maka hanya dibatasi pada hal-hal berikut agar obyek yang diobservasi tidak terlalu jauh dari pembahasan maka di beri ruang lingkupnya sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.



Komponen – komponen yang digunakan Penjelasan tentang Motor Induksi Rotor Sangkar dan Rotor Lilit Rangkaian control pada pumping Pengaman



1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam program kerja lapangan ini adalah tentang motor 3 phase penggerak pumping. 1.4 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan penulis laporan ini tidak lepas dari tujuan pelaksanaan praktek kerja nyata itu sendiri. Yang mana tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1.4.1 Tujuan Umum 1. Memenuhi persyaratan jenjang kurikulum Diploma IV (D4) pada program studi Teknik Listrik D4, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Samarinda 2. Mampu memahami, menetapkan dan mengembangkan pelajaran yang di peroleh dengan penerapan di dunia industri. 3. Mampu mencari alternatif pemecahan masalah sesuai bidangnya secara luas dan memperdalam yang tersusun dalam laporan. 4. Memperdalam pengetahuan mahasiswa dan mekakukan studi banding dengan mempelajari sistem distribusi yang ada di perusahaan 5. Terciptanya suatu hubungan yang senergis, jelas dan terarah antara dunia perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna outputnya.



2



1.4.2



Tujuan Khusus 1.



Dapat mengetahui prinsip kerja Motor 3phase sebagai Penggerak Pumping 2. Dapat merakit motor berdasarkan prosedur yang di beri oleh PT.PERTAMINA 3. Dapat merancang sistem kontrol pumping berdasarkan prosedur yang di beri oleh PT.PERTAMINA.



1.5 Sistematika Penulis Laporan Pada sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab, dimana dalam pembahasan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara garis besar tentang apa yang akan dikemukakan dalam laporan. Adapun susunan sistematika laporan ini sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah maksud dan tujuan, realisasi kegiatan, sistematika penulisan laporan BAB II. PROFIL PERUSAHAAN Pada bab II berisi mengenai sejarah perusahaan, visi-misi, dan struktur organisasi perusahaan. BAB III. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijelaskan tentang teori-teori yang memuat komponen yang meliputi pembahasan masing-masing komponen yang digunakan untuk menunjang laporan ini. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini membahas Deskripsi Kerja Pumping, Komponen – komponen utama pumping, penggerak utama, penggunaan motor sebagai penggerak pumping, deskripsi kerja rangkaian kontrol pumping.



3



BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi kesimpulan, saran, daftar pustaka beserta lampiran dari hasil pelaksanaan kerja lapangan di perusahaan.



4



BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA •



1957 Pada 10 Desember 1957, perusahaan tersebut berubah nama menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Tanggal ini diperingati sebagai lahirnya Pertamina hingga saat ini. Pada 1960, PT Permina berubah status menjadi Perusahaan Negara (PN) Permina. Kemudian, PN Permina bergabung dengan PN Pertamin menjadi PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) pada 20 Agustus 1968.







1971 Selanjutnya, melalui UU No.8 tahun 1971, pemerintah mengatur peran Pertamina untuk menghasilkan dan mengolah migas dari ladang-ladang minyak serta menyediakan kebutuhan bahan bakar dan gas di Indonesia. Kemudian melalui UU No.22 tahun 2001, pemerintah mengubah kedudukan Pertamina sehingga penyelenggaraan Public Service Obligation (PSO) dilakukan melalui kegiatan usaha.







2003 Berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 tanggal 18 Juni 2003, Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara berubah nama menjadi PT Pertamina (Persero) yang melakukan kegiatan usaha migas pada Sektor Hulu hingga Sektor Hilir. Pada 10 Desember 2005, Pertamina mengubah lambang kuda laut menjadi anak panah dengan warna dasar hijau, biru, dan merah yang merefleksikan unsur dinamis dan kepedulian lingkungan.







2006 Pada 20 Juli 2006, PT Pertamina (Persero) melakukan transformasi fundamental dan usaha Perusahaan. PT Pertamina (Persero) mengubah visi Perusahaan yaitu, “Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia“ pada 10 Desember 2007. Kemudian tahun 2011, Pertamina menyempurnakan visinya, yaitu “Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia“. Melalui RUPSLB tanggal 19 Juli 2012, Pertamina menambah modal ditempatkan/disetor serta memperluas kegiatan usaha Perusahaan.







2015 Pada 14 Desember 2015, Menteri BUMN selaku RUPS menyetujui perubahan Anggaran Dasar Pertamina dalam hal optimalisasi pemanfaatan sumber daya, peningkatan modal ditempatkan dan diambil bagian oleh negara serta perbuatanperbuatan Direksi yang memerlukan persetujuan tertulis Dewan Komisaris. Perubahan ini telah dinyatakan pada Akta No.10 tanggal 11 Januari 2016, Notaris Lenny Janis Ishak, SH.







2016 Pada 24 November 2016, Menteri BUMN selaku RUPS sesuai dengan SK BUMN No. S-690/MBU/11/2016, menyetujui perubahan Anggaran Dasar Pertamina terkait dengan komposisi Direksi dan Dewan Komisaris, kewenangan atas nama Direktur Utama, pembagian tugas dan wewenang Direksi, kehadiran rapat Direktur Utama dan Dewan Komisaris.



2.1.1 Yang Di Hasilkan PT.PERTAMINA Sektor Gas, Energi Baru dan Terbarukan (GEBT) merupakan sektor bisnis yang semakin penting bagi Pertamina mengingat peranannya di masa depan sebagai sumber energi primer menggantikan peran sumber energi dari minyak bumi dan batu bara. Sektor GEBT berada di bawah kendali Direktorat Gas, Energi Baru dan Terbarukan yang bertanggung jawab untuk memberikan arah, kebijakan dan strategi di seluruh mata rantai bisnis gas, mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan bisnis gas di Anak Perusahaan, serta memberikan persetujuan dan memantau realisasi proyek-proyek investasi yang dieksekusi oleh Anak Perusahaan. Tercakup di dalamnya adalah pelaksanaan pengelolaan bisnis liquefied natural gas (LNG) dan liquefied petroleum gas (LPG) berdasarkan penunjukan/penugasan dari SKK Migas serta penjualan CNG (Transportasi). Pada segmen bisnis LNG di Indonesia, Pertamina berperan dalam 2 aspek bisnis, yaitu: 1. Sebagai salah satu pemilik bisnis LNG hilir dengan kepemilikan saham pada: o Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) Jawa Barat di Teluk Jakarta, dengan porsi 60% pada PT Nusantara Regas, bersama dengan pemilik saham lain yaitu PT PGN (Persero), Tbk. o Perta Arun Gas yang merupakan Anak Perusahaan PT Pertamina Gas sebagai operator Arun Regasification & Terminal LNG. 2. Sebagai penjual LNG untuk kontrak-kontrak eksisting dari kilang Badak - Bontang, termasuk kontrak perpanjangan pembeli Jepang. Pertamina juga berperan sebagai penjual LNG bagian negara untuk kontrak dengan pembeli Tohoku Electric, Jepang dari kilang LNG Tangguh. Sejak tahun 1977, Pertamina telah mengembangkan pasar LNG dengan mengoperasikan Kilang LNG Arun - Aceh dan Badak 5



Bontang. Penjualan LNG Indonesia telah merambah pasar ekspor ke Jepang, Korea dan Taiwan.



Gambar 2.1 Pabrik Pada segmen bisnis CNG dan Gas Kota (City Gas), Pertamina membangun dan merevitalisasi infrastruktur CNG untuk mendukung program diversifikasi BBM ke BBG dan mengurangi subsidi BBM berdasarkan penugasan pemerintah kepada Pertamina sebagai pelaksana penyediaan dan pendistribusian bahan bakar CNG. Ke depan, pengembangan CNG diharapkan dapat memaksimalkan peluang di hilir sebagai cara untuk mengembangkan portofolio bisnis hilir. Pertamina mendapat penugasan dari pemerintah untuk mengelola jaringan pipa distribusi gas bumi untuk rumah tangga yang yang dikenal dengan City Gas yang dibangun oleh Pemerintah cq Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi di kota-kota yang ditentukan pemerintah. Untuk mengelola bisnis City Gas, Pertamina menugaskan Anak Perusahaan yang memiliki ijin niaga gas, yaitu Pertagas Niaga. Pada segmen bisnis power dan renewable energy, Pertamina berkomitmen untuk melakukan diversifikasi usaha ke segmen energi baru dan terbarukan sebagai dukungan atas program pemerintah untuk bauran energi yang menargetkan porsi energi baru dan terbarukan sebesar 25% pada tahun 2025.



6



2.2 Visi, Misi, serta Nilai dan Budaya Perusahaan 2.2.1 Visi “Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.” 2.2.2 Misi “Menjalankan Usaha Minyak, Gas, Serta Energi Baru dan Terbarukan Secara Terintegrasi, Berdasarkan Prinsip-Prinsip Komersial Yang Kuat.” 2.2.3 Tata Nilai Unggulaan 6C Pertamina memiliki tata nilai sebagai komitmen perusahaan untuk mewujudkan visi dan misinya berdasarkan standar global dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Nilainilai Pertamina disebut dengan 6C, terdiri dari Clean, Competitive, Confident, Customer Focus, Commercial dan Capable, dan nilai-nilai ini wajib diketahui dan menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam beraktivitas. Pertamina menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Penerapan tata nilai 6C didasarkan pada Surat Keputusan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) No.Kpts-022/ COOOOO/2013-S0 Tentang Penerapan Tata Nilai 6C 01 Pertamina dan Anak Perusahaan (Operational Holding). CLEAN Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asasasas tata kelola korporasi yang baik. CONFIDENT Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan membangun kebanggaan bangsa. COMMERCIAL Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. 7



COMPETITIVE Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. CUSTOMERFOCUS Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. CAPABLE Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan. 2.3 Lambang dan Produksi PT. PERTAMINA 2.3.1 Lambang PT. PERTAMINA



Gambar 2.2 Lambang PT.PERTAMINA Makna Warna : 1. Warna biru memiliki arti andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab. 2. Warna hijau memiliki arti sumber daya energi yang berwawasan lingkungan. 3. Warna merah memiliki arti keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan. Makna Logo : 1.



Bentuk anak panah menggambarkan aspirasi organisasi Pertamina untuk senantiasa bergerak ke depan, maju dan progresif. Simbol ini juga mengisyaratkan huruf “P” yakni huruf pertama dari Pertamina. 2. Tiga elemen berwarna melambangkan pulau-pulau dengan berbagai skala yang merupakan bentuk negara Indonesia. 8



2.4 Bisnis PT. PERTAMINA Bahan Bakar,Minyak Dan Gas 2.4.1 BBM RETAIL Pertamina memasarkan BBM retail untuk sektor transportasi, rumah tangga dan nelayan melalui SPBU (Statiun Pengisian BBM Untuk Umum) yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk pasar BBM retail, SPBU Pertamina menyediakan beberapa jenis bahan bakar: Bahan bakar bermesin bensin 1. Pertamax Racing Merupakan bahan bakar kendaraan yang diakui federasi balap internasional, menjadikan mesin lebih responsive, lebih stabil, dan memiliki daya tahan yang tinggi, serta bersahabat dengan lingkungan. Pertamax Racing memiliki oktan minimal 100 yang khusus diperuntukkan bagi kendaraan balap dan kendaraan yang memiliki kompresi mesin lebih tinggi dari 13:1. 2. Pertamax Turbo Merupakan bahan bakar untuk kendaraan bermesin bensin yang dikembangkan bersama antara Pertamina dan Lamborghini yang dirancang untuk memenuhi persyaratan mesin berteknologi tinggi. Pertamax Turbo pertama kali diluncurkan di Belgia sebagai bahan bakar resmi pada Lamborghini Supertrofeo European Series pada 29 Juli 2016. Pertamax turbo dikembangkan dengan formula yang disebut Ignition Boost Formula (IBF) dengan angka oktan 98, dan kadar sulfur rendah sehingga tidak merusak kualitas udara di sekitar kita. Saat ini, Pertamax Turbo menuju standard Euro IV. Kelebihan dan manfaat Pertamax Turbo terhadap mesin : • • • • •



Meningkatkan drivability kendaraan sehingga lincah bermanuver Akselerasi mesin menjadi lebih bagus karena torsi yang dihasilkan lebih tinggi Meningkatkan kecepatan maksimal (top speed) kendaraan Peningkatan tenaga mesin kendaraan Menyempurnakan pembakaran bahan bakar pada mesin 9



3. Pertamax Merupakan bahan bakar bensin dengan angka oktan minimal 92 berstandar international. Pertamax sangat direkomendasikan untuk digunakan pada kendaraan yang memiliki kompresi rasio 10:1 hingga 11:1 atau kendaraan berbahan bakar bensin yang menggunakan teknologi setara dengan Electronic Fuel Injection (EFI). Dengan ecosave technology, Pertamax mampu membersihkan bagian dalam mesin (detergency), Pertamax juga dilengkapi dengan pelindung anti karat pada dinding tangki kendaraan, saluran bahan bakar dan ruang bakar mesin (corrotion inhibitor), serta mampu menjaga kemurnian bahan bakar dari campuran air sehingga pembakaran menjadi lebih sempurna (demulsifier). 4. Pertalite Merupakan bahan bakar gasoline yang memiliki angka oktan 90 serta berwarna hijau terang dan jernih ini sangat tepat digunakan oleh kendaraan dengan kompresi 9:1 hingga 10:1. Bahan bakar Pertalite memiliki angka oktan yang lebih tinggi daripada bahan bakar Premium 88 sehingga lebih tepat digunakan untuk kendaraan bermesin bensin yang saat ini beredar di Indonesia. Dengan tambahan additive, Pertalite mampu menempuh jarak yang lebih jauh dengan tetap memastikan kualitas dan harga yang terjangkau. 5. Premium Merupakan bahan bakar mesin bensin dengan angka oktan minimal 88 diproduksi sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Np.3674/K24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 tentang Spesifikasi Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin 88. Premium dapat digunakan pada kendaraan bermotor bensin dengan risiko kompresi rendah (dibawah 9:1).



10



Bahan bakar bermesin diesel 1. Pertamina Dex Merupakan bahan bakar diesel terbaik yang mampu menjadikan kinerja mesin lebih optimal, tangguh, dan bertenaga. Pertamina Dex dilengkapi dengan lubricity dananti foaming of gas. Sangat disarankan untuk kendaraan diesel, terutama mesin diesel modern berteknologi Common Rail System yang memang membutuhkan bahan bakar prima dan berkualitas tinggi. Dengan kandungan sulfurnya yang rendah (kurang dari 300 ppm) dan dengan angka cetane 53 serta telah memenuhi standar Euro 3, menjadikannya sejajar dengan bahan bakar diesel premium kelas dunia. 2. Dexlite Merupakan varian bahan bakar diesel terbaru dari Pertamina yang diluncurkan pada tanggal 15 April 2016. Dexlite, member terbaru dari Dex Series, memiliki angka cetane minimal 51 dan mengandung Sulfur maksimal 1200 ppm. Dexlite sangat cocok bagi Anda yang menginginkan bahan bakar diesel yang bertenaga untuk mobil diesel Anda namun dengan harga yang terjangkau.



3. Solar Merupakan bahan bakar diesel dengan angka cetane 48 sesuai untuk kendaraan bermesin diesel dengan teknologi lama dengan kandungan sulfur 2500 ppm. Umumnya kendaraan ini dipakai untuk angkutan umum seperti bus dalam kota. Untuk kendaraan pribadi berbahan bakar diesel dapat menggunakan produk Dexlite dan Pertamina Dex. Untuk keterangan lebih detail dapat dilihat pada aplikasi PertaminaGO yang dapat diunduh untuk perangkat berbasis Android dan iOS.



11



Gambar 2.3 SPBU PT.PERTAMINA 2.4.2 Industri fuel marketing Merupakan satu Divisi di Direktorat Pemasaran dan Niaga, Divisi Pemasaran BBM dengan tugas pokok menangani semua usaha marketing dan layanan jual Bahan Bakar Minyak kepada konsumen Industri dan Marine. BBM yang tersedia meliputi Minyak Solar (High Speed Diesel), Minyak Diesel (Industrial/Marine Diesel Oil), dan Minyak Bakar (Industrial/Marine Fuel Oil). Saat ini konsumen BBM Pertamina di sector Industri dan marine mencapai lebih dari 4500 konsumen, tersebar diseluruh daerah di Indonesia. Beberapa Pelanggan utama kami adalah PT. PLN (Persero), TNI/POLRI, Industri Pertambangan, Industri Besi Baja, Industri Kertas, Industri Makanan, Industri Semen, Industri Pupuk, Kontraktor Kontrak Kerja Sama, transportasi lair dan industri lainnya Di bidang Marine, kami fokus dalam meningkatkan volume penjualan. Dan memperluas area dan lokasi layanan BBM Pertamina di semua Pelabuhan penting di Indonesia. Kelebihan utama BBM Pertamina adalah adanya jaminan ketersediaan dan supply BBM. Pertamina memiliki jaringan yang luas diseluruh daerah dan pelosok di Indonesia yang didukung oleh dan 7 kilang milik Pertamina maupun sumber dari luar negeri, sarana dan prasarana



12



angkutan BBM yang lengkap, serta lebih dari 120 lokasi Depot, Terminal Transit dan Instalasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Mutu produk BBM dan kualitas serta kuantitas layanan yang terjamin serta memenuhi standard Internasional . 2.4.3 Jaringan Layanan Bahan Bakar Aviasi Domestik Pertamina memiliki jaringan layanan bisnis bahan bakar penerbangan atau lini bisnis aviasi, baik di dalam negeri (domestik) maupun di luar negeri (overseas). Kegiatan usaha aviasi adalah memasarkan avtur untuk perusahaan penerbangan di bandar udara (bandara) dalam negeri dan luar negeri. Untuk bandara di luar negeri, Pertamina menjalin kerja sama dengan mitra setempat melalui skema kerja sama Conco Delco (Contracting Company Delivery Company). Di dalam negeri, Pertamina melayani kebutuhan bahan bakar di 63 bandara melalui Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) yang tersebar dalam Marketing Operation Region (MOR) 1 hingga MOR 8 sebagai berikut:



Gambar 2.4 Jaringan Layanan Bahan Bakar Di INDONESIA MOR 1 Sumatera Bagian Utara 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Kualanamu, Deli Serdang Polonia, Medan Silangit, Siborong-Borong F.L. Tobing, Pinangsori SultanIskandar Muda, Banda Aceh Minangkabau, Padang



13



7. Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru 8. Pinang Kampai, Dumai 9. Hang Nadim, Batam 10. Ranai, Natuna 11. Raja Haji Fisabilillah, Tanjung Pinang MOR 2 Sumatera Bagian Selatan 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang Radin Inten II, Bandar Lampung Depati Amir, pangkalpinang Fatmawati, Bengkulu Sultan Thaha, Jambi Hananjoedin, Tanjung Pandan



MOR 3 DKI, Jawa Barat, Banten 1. 2. 3. 4.



Soekarno Hatta, Tangerang Halim Perdana Kusumah, Jakarta Pondok Cabe, Tangerang Selatan Husein Sastranegara, Bandung



MOR 4 Jawa Tengah 1. 2. 3. 4.



Achmad Yani, Semarang Adisumarmo, Solo Adi Sucipto, Yogyakarta Tunggul Wulung, Cilacap



MOR 5 Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara 1. Juanda, Surabaya 2. Abdulrachman Saleh, Malang 3. Iswahyudi, Madiun 4. Ngurah Rai, Bali 5. Lombok International Airport, Mataram 6. M. Salahudin, Bima 7. Eltari, Kupang 8. Mau Hau, Waingapu 9. Wai Oti, Maumera 10. H. Aroeboesman, Ende MOR 6 Kalimantan 1. Sepinggan, Balikpapan 2. Temindung, Samarinda 14



3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Kalimarau, Berau Syamsuddin Noor, Banjarmasin Supadio, Pontianak Juwata, Tarakan Tjilik Riwut, Palangkaraya Iskandar, Pangkalan Bun H. Asan, Sampit



MOR 7 Sulawesi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Sultan Hasanuddin, Makassar Haluoleo, Kendari Bubung, Luwuk Tampa Padang, Mamuju Mutiara, Palu Sam Ratulangi, Manado Jalaluddin, Gorontalo



MOR 8 Maluku & Papua 1. Sentani, Jayapura 2. Mozes Kilangin, Timika 3. Rendani, Manokwari 4. Mopah, Merauke 5. Frans Kaisiepo, Biak 6. Paniai, Nabire 7. Utarom, Kaimana 8. Pattimura, Ambon 9. Dumatubun, Tual 10. Sultan Babullah, Ternate 11. Dominique Edward Osok, Sorong Jaringan Layanan Bahan Bakar Aviasi di Luar negeri Hingga akhir tahun 2016, terdapat 81 lokasi bisnis Avtur di bandara luar negeri, antara lain di Belanda, Thailand, Malaysia, Hong Kong, Jepang, India, Bangladesh, Tiongkok, Saudi Arabia, dan Uni Emirat Arab. Sebanyak 23 lokasi untuk penerbangaan reguler dan 58 lokasi untuk penerbangan nonreguler/ ad-hoc seperti penerbangan pesawat kepresidenan, VVIP, charter flight dan delivery flight pesawat baru.



15



Gambar 2.5 Jaringan Layanan Bahan Bakar Luar Negeri 2.4.4 PERTAMINA PETROCHEMICALS PT Pertamina (Persero) menjadi pemain utama produsen dan pemasok produk Aromatic dan Olefin yaitu Paraxylene, Benzene dan Propylene di Indonesia. Produk ini memiliki manfaat yang luas sebagai bahan baku atau intermedia untuk memproduksi produk-produk yang digunakan sehari-hari oleh kita. Produk Aromatic dan Olefin merupakan building block mendasar dari Petrokimia mampu menghasilkan produk seperti elektronik, helm, lensa kaca mata, CD/DVD, carbon fiber, resin, aksesoris kendaraan dan masih banyak lagi produk lainnya dapat dihasilkan. PARA-XYLENE P-Xylene merupakan isomer dari xylene diekstrasi atau didistilasi dari catalytic reforming dengan bahan baku naphta. P-Xylene juga dikenal sebagai 1,4-dimethylbenzene, berbentuk cair dalam suhu kamar. P-Xylene mayoritas 90% digunakan sebagai bahan baku Purified Terephtalic Acid (PTA) dan selanjutnya menjadi komponen utama dalam memproduksi produk Polyester. Kami menyediakan produk ini dalam kemasan curah menggunakan vessel dengan kapasitas 5000 – 6000 MT. BENZENE Benzene merupakan aromatic hydrocarbon yang dihasilkan dari proses catalytic reforming. Sifatnya yang tidak berwarna dan berpotensi 16



menimbulkan bahaya kebakaran serta memberikan bau aromatik. Produk ini menjadi bahan baku untuk menghasilkan ethylbenzene dan cumene. Karena memiliki angka oktan tinggi juga dapat menjadi komponen produk gasoline. Produk ini juga sebagai intermedia untuk menghasilkan produk turunan yang banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari (pakaian, computer casing, packaging dan deterjen). Produk dapat menghasilkan polystyrene dan cyclohexane sebagai precursor dari caprolactam untuk memproduksi nylon. Kami menyediakan produk ini dalam kemasan curah menggunakan vessel dengan kapasitas 5000 – 6000 MT.



PROPYLENE Propylene adalah senyawa hydrocarbon berbentuk gas pada suhu dan tekanan normal. Untuk mempermudah penyimpanan dan handling-nya diberikan tekanan tertentu sehingga berubah bentuk menjadi cair. Propylene digunakan sebagai feedstock dalam pembuatan produk Polypropylene, Acrylic acid, Oxo alcohol, dan Propylene oxide. POLYPROPYLENE Polypropylene merupakan produk yang diproses melalui polimerisasi gas propylene dengan modifikasi beberapa aditif yaitu anti oxidant, stabilizer, lubricant, antiblock dan slip agent. Pertamina memiliki jenis produk antara lain Polytam Film (PF 1000), Polytam Yarn (PY 240), dan Polytam Injection yang aplikasinya cukup luas digunakan untuk memproduksi kantong plastik bening, mengkilat dan mudah dibuka, karung plastik dengan pita yang tidak mudah putus dan tidak berserabut, mainan anak, peralatan makanan dan obat-obatan.



2.4.5 CNG Pengelolaan usaha di bidang niaga, transportasi, distribusi, pemrosesan dan bisnis lainnya yang terkait dengan gas alam dan produk turunannya. Melalui PT Pertamina Gas (Pertagas), Pertamina sedang menyiapkan proyek pembangunan pipa transmisi gas di Pulau Jawa yakni ruas Pipa Semarang - Gresik untuk mewujudkan jaringan Trans Java Pipeline. Selain di Pulau Jawa, Pertagas juga membangun jalur pipa gas dari Arun ke 17



Kawasan Industri Medan (KIM) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Sumatera Utara. Pada tahun 2016 Pertagas menargetkan penambahan pipa transmisi open acces sepanjang 400 kilometer (km). Saat ini, Pertagas memiliki jaringan pipa transmisi open access terpanjang di Indonesia, yaitu 2.130 km. PT Pertamina Gas Gedung Oil Center 2nd Floor Jl. M.H. Thamrin Kav. 55 Jakarta 10350 Tel. : (021) 31906825-27 Fax. : (021) 31906831-32



2.4.6 LPG Lini bisnis Domestic Gas melanjutkan konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas, khususnya sektor nelayan. Hingga Desember 2016, tidak kurang dari 5.473 paket Perdana konversi nelayan telah didistribusikan di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Selain itu, Pertamina melakukan sinergi BUMN dengan Garuda Indonesia dalam layanan bahan bakar Vi-Gas kendaraan air crew Garuda yang hingga akhir tahun 2016 telah membukukan volume penjualan sebesar 867 MT dengan kontribusi pendapatan senilai USD403.094.



18