Bab 2 Pengujian Agregat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A



BAB 2 PENGUJIAN BAHAN AGREGAT Agregat adalah suatu bahan keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan campuran, yang berupa butiran atau pecahan. Mutu dan gradasi dari agregat yang akan digunakan sebagai bahan campuran perkerasan harus sesuai dengan spesifikasi. Proses pengujian bahan agregat dilakukan sesuai dengan diagram alir yang tertera dibawah ini: Gunakan Sampel Agregat yang lain Analisa Saringan Agregat Pengujian Berat Jenis Agregat dan Penyerapan



Sampel agregat yang akan digunakan dalam pencampuran



Pengujian Berat Isi Agregat



Hasil Pengujian Sampel Agregat



Pengujian Kekuatan Agregat Terhadap Tumbukan Pengujian Kekuatan Agregat Terhadap Tekanan



Cek Terhadap Spesifikasi yang Berlaku



Pengujian Keausan Agregat dengan Alat Abrasi Los Angeles



Lakukan pengujian bahan agregat



Tidak



Sesuai



Pemeriksaan Indeks Kepipihan dan Kelonjongan



Campuran Beraspal Pengujian Pelapukan Agregat dengan Sodium Sulfat atau Magnesium Sulfat (Soundness Test) Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus (Sand Equivalent Value) Pengujian Kelekatan Agregat terhadap Aspal



Gambar 2.1 Diagram Alir Pengujian Bahan Agregat



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2-1



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.1



Analisa Saringan Agregat (Sieve Analysis) 2.1.1 Dasar Teori Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam table atau grafik. Batu pecah dan batu alam secara teoritis terbagi atas dua grup yakni agregat kasar dan halus, pemisah dari dua grup ini adalah ukuran saringan No. 4 (4,75 mm) dimana di atas ukuran tersebut dapat disebut agregat kasar dan dibawahnya adalah agregat halus. (BS 882, 1973). Untuk keperluan perencanaan perkerasan digunakan tiga zona gradasi atau lebih dikenal sebagai fraksi agregat, yakni fraksi agregat kasar, sedang, dan halus. Fraksi agregat kasar adalah sekumpulan agregat bergradasi baik yang didominasi oleh agregat kasar, sedikit agregat sedang dan agregat halus. Fraksi agregat sedang adalah sekumpulan agregat bergradasi baik yang didominasi oleh agregat sedang, sedikit agregat kasar dan agregat halus. Fraksi agregat halus adalah sekumpulan agregat bergradasi baik yang didominasi oleh agregat halus, sedikit agregat kasar dan agregat sedang. Sedangkan gradasi agregat adalah susunan ukuran butiran dari kasar sampai halus secara menerus. Penentuan gradasi agregat dapat ditentukan oleh dua cara yaitu: 1. Cara Grafis Dari hasil analisis saringan diplotkan ke dalam grafik semi logaritma, dimana sumbu x menunjukkan parameter saringan dalam skala logaritma dan sumbu y menunjukkan parameter persentase (%) lolos saringan. Hasilnya lebih bersifat visual. Dari pola kurva yang terbentuk, kita dapat melihat: 



Gradasi agregat yang bersifat well-graded, poor-graded, atau gap-graded.







Persentase (%) agregat kasar, sedang, dan halus pada sumber agregat tersebut dengan kombinasi analisa saringan.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2-2



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2. Cara Analitis Dengan membuat suatu parameter koefisien keseragaman/uniformity coefficient



(Cu)



dan



parameter



koefisien



kurvatur/curvature



coefficient (Cc). Hasilnya lebih bersifat eksak.



Well graded



Gap Graded



Uniform Graded (Sumber: Materi Kuliah Sifat Bahan Konstruksi Jalan)



Gambar 2.2 Ilustrasi susunan butiran batuan



2.1.2 Pelaksanaan Praktikum Prosedur praktikum berdasarkan AASHTO T - 27 – 82, sebagai berikut : 1. Persiapan Benda uji a) Agregat Halus



: Material lolos saringan no.200



b) Agregat Sedang : Material lolos saringan no.8 dan tertahan no.200 c) Agregat Kasar



: Material tertahan saringan no.8



2. Peralatan a) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat sampel. b) Satu set saringan : 75,0 (3"); 63,0 mm (2 1/2") ; 50,0 mm (2"); 37,5 mm (1 1/2") ; 25 mm (1,06") ;20 mm (3/4") ; 12,5 mm Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2-3



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A (1/2") ; 10 mm (3/8") ; No. 4; No. 6 ; No. 16 ; No. 30; No. 50 ; No. 100 ; No. 200. c) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5)°C d) Alat pemisah contoh



Ganti dengan foto dokumentasi praktikum masing-masing kelompok (1-2 foto).



(Sumber: Dokumentasi Praktikum)



Gambar 2.3 Alat Pemisah Contoh e) Mesin pengguncang saringan f) Talam-talam g) Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya



3. Prosedur Pengujian a) Sampel dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 ± 5) oC, sampai berat tetap. b) Saring sampel lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar di tempatkan paling atas.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2-4



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A c) Saringan diguncang manual atau dengan mesin pengguncang selama 15 menit. Pada praktikum ini proses penyaringan dilakukan secara manual.



(Sumber: Dokumentasi Praktikum)



Gambar 2.4 Proses Penyaringan secara manual



4. Perhitungan Hitunglah persentase berat sampel yang tertahan di atas masingmasing saringan terhadap berat total sampel. Laporan meliputi: 



Jumlah persentase melalui masing-masing saringan atau jumlah persentase di atas masing-masing saringan.







Grafik kumulatif



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2-5



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.1.3 Data dan Perhitungan Tabel 2.1 Analisis saringan Fraksi agregat kasar



Masukkan data hasil praktikum Analisis Saringan dari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya contoh.



Nomor Saringan mm inch 25.400 1"



Berat (gram)



Kumulatif (gram)



Jumlah Persen Tertahan Lewat



19.100



3/4"



1,186.10



1,186.10



47.46



52.54



12.700



1/2"



1,002.20



2,188.30



87.56



12.44



9.520



3/8"



302.90



2,491.20



99.68



0.32



6.350



1/4"



3.50



4.760



No. 4



100



2,494.70



99.82



0.18



0.00



2,494.70



99.82



0.18



0.00



2,494.70



99.82



0.18



2,494.81



99.82



0.18



2.380



No. 8



1.190



No. 16



0.590



No. 30



2,494.81



99.82



0.18



0.279



No. 50



0.07



2,494.88



99.83



0.17



0.149 No. 100



0.65



2,495.53



99.85



0.15



0.074 No. 200



0.83



2,496.36



99.89



0.11



2,499.19



100.00



0.00



0.11 0.00



Pan



2.83



Tabel 2.2 Analisis saringan fraksi agregat sedang



Masukkan data hasil praktikum Analisis Saringan dari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya contoh.



Nomor Saringan mm inch 25.400 1"



Berat (gram)



Kumulatif (gram)



Jumlah Persen Tertahan Lewat



19.100



3/4"



1,658.80



1,658.80



39.96



60.04



12.700



1/2"



16.50



1,675.30



40.36



59.64



9.520



3/8"



553.50



2,228.80



53.69



46.31



6.350



1/4"



1,216.50



3,445.30



83.00



17.00



4.760



No. 4



26.20



3,471.50



83.63



16.37



2.380



No. 8



657.70



4,129.20



99.48



0.52



1.190



No. 16



6.20



4,135.40



99.63



0.37



0.590



No. 30



0.35



4,135.75



99.63



0.37



0.279



No. 50



0.09



4,135.84



99.64



0.36



0.149 No. 100



1.32



4,137.15



99.67



0.33



0.074 No. 200



4.08



4,141.23



99.77



0.23



Pan



9.676



4,150.91



100.00



0.00



100



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2-6



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Tabel 2.3 Analisis saringan fraksi agregat halus



Masukkan data hasil praktikum Analisis Saringan dari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya contoh.



Nomor Saringan mm inch 25.400 1"



Berat (gram)



Kumulatif (gram)



Jumlah Persen Tertahan Lewat 100.00



19.100



3/4"



100.00



12.700



1/2"



100.00



9.520



3/8"



100.00



6.350



1/4"



4.760



No. 4



100.00



2.380



No. 8



236.90



1.190



No. 16



0.590



No. 30



0.279



0.00



100.00



236.90



24.24



75.76



341.20



578.10



59.14



40.86



136.20



714.30



73.07



26.93



No. 50



57.20



771.50



78.93



21.07



0.149 No. 100



169.20



940.70



96.24



3.76



0.074 No. 200



35.60



976.30



99.88



0.12



977.50



100.00



0.00



Pan



1.2



Grafik ini hanya contoh.



Gambar 2.5 Grafik Analisa Saringan



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2-7



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.1.4 Diskusi



Diskusi berisi analisis hasil pengujian secara lengkap, permasalahan praktikum yang terjadi, dan saran untuk pengujian selanjutnya.



(sumber: http://teaching.ust.hk/~civl111/CHAPTER3.pdf)



Gambar 2.6 Tipe Gradasi



Analisis ini hanya contoh. Analisis kelompok harus lebih lengkap dari ini karena penilaian kelompok terbesar adalah pelaksanaan pengujian di Lab dan analisis hasil pengujian.



Jika dibandingkan dengan gambar lima tipe gradasi diatas, maka secara visual dapat ditentukan jenis gradasi dari masing-masing fraksi agregat yang diperoleh yaitu:



2.2







Agregat kasar



: bergradasi seragam atau uniform graded







Agregat sedang



: bergradasi senjang atau gap graded







Agregat halus



: bergradasi menerus atau well graded



Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar 2.2.1 Dasar Teori Tujuan Pengujian ini dilaksanakan adalah untuk menentukan berat jenis lepas (bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu (apparent) dan penyerapan dari agregat. Pengukuran berat jenis aggregat diperlukan untuk perencanaan campuran aggregat dengan aspal, campuran ini berdasarkan perbandingan berat karena lebih teliti dibandingkan dengan perbandingan volume dan juga untuk menentukan banyaknya pori aggregat. Macam – macam berat jenis:



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2-8



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A a) Berat jenis curah (bulk specific gravity) Adalah berat jenis yang diperhitungkan terhadap seluruh volume pori yang ada (volume pori yang dapat diresapi oleh aspal, volume pori yang tidak dapat diresapi oleh aspal, atau dapat dikatakan seluruh volume seluruh pori yang dapat dilewati air dan volume partikel). b) Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry /ssd specific gravity) Adalah berat jenis yang memperhitungkan volume pori yang hanya dapat diresapi oleh aspal ditambah dengan volume partikel. c) Berat jenis semu (apparent specific gravity) Adalah berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja tanpa memperhitungkan volume pori yang dapat dilewati air. d) Berat jenis efektif Merupakan nilai tengah dari berat jenis curah dan semu, terbentuk dari campuran partikel kecuali pori-pori/rongga udara yang dapat menyerap aspal. Ganti dengan foto dokumentasi praktikum masing-masing kelompok (1-2 foto).



2.2.2 Pelaksanaan Praktikum Prosedur praktikum berdasarkan SNI M-09-1989-F atau ASTM C-127-68, yaitu sebagai berikut: 1. Peralatan a) Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm (No. 6 atau No. 8) dengan kapasitas kira-kira 5 kg.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2-9



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A b) Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesui untuk pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap. c) Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % pori berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang. d) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (1105)C. e) Alat pemisah contoh f) Saringan No. 4 2. Persiapan Benda Uji Benda uji yang dipakai adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 diperoleh dari alat pemisah (saringan) sebanyak ± 3 kg untuk percobaan 1 sampel. 3. Prosedur Pengujian a) Siapkan sampel. b) Cuci sampel untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan. c) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 110C sampai berat tetap. d) Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1 – 3 jam, kemudian timbang dengan ketelitian 0,3gr (Bk). e) Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24  4 jam. f) Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar pengeringan harus satu persatu. g) Timbang benda uji kering permukaan jenuh. (Bj) h) Timbang sampel di dalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan tentuka beratnya di dalam Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 10



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A air (Ba). Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (250C).



2.2.3 Data dan Perhitungan Untuk proses perhitungan menggunakan rumus-rumus dibawah ini:



Berat jenis Bulk =



Bk Bj−Ba



Berat jenis kering – permukaan jenuh (SSD) =



Berat jenis semu (apparent) =



Bj Bj−Ba



Bk Bk−Ba



Bj−Bk x100 % Bk Penyerapan (absorbsi) = Tabel 2.4 Data pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar Masukkan data hasil praktikum BJ Agregat Kasar dari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya contoh.



PEMERIKSAAN Berat Benda Uji Kering Oven Berat Benda Uji Permukaan Jenuh Berat Benda Uji Di dalam Air



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



Bk



Bj Ba



1 2457.7 2495.7 1564.8



SAMPEL



2 2488.1 2523.6 1586.8



Rata-rata 2472.9 2509.7 1575.8



2 - 11



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Tabel 2.5 Analisa pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar Tabel ini hanya contoh.



PERHITUNGAN Berat Jenis Bulk : Berat Jenis SSD : Berat Jenis Semu (Apparent) : Penyerapan (Absorption) : Berat Jenis Efektif :



1 B



j



B k  B



B B



j



k



j



 B



B B



a



a



k



 B



a



Bj Bk x 100% Bk Bulk







App



2



SAMPEL



2



Rata-rata



2.64



2.66



2.65



2.68



2.69



2.69



2.75



2.76



2.76



1.55



1.43



1.49



2.70



2.71



2.70



2.2.4 Diskusi: Diskusi berisi analisis hasil pengujian secara lengkap, permasalahan praktikum yang terjadi, dan saran untuk pengujian selanjutnya.



Ada terdapat beberapa perbedaan prosedur pada standar pemeriksaan yang lain. Seperti pada AASHTO T85-88, perbedaan terletak pada waktu minimum perendaman agregat yaitu selama 15 jam. Namun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan nilainya jika dibandingkan prosedur SNI M-09-1989-F atau ASTM C-127-68. Sedangkan pada BS 812:Part 2:1975, metoda yang digunakan percobaan dibedakan berdasarkan ukuran nominal Analisis butiranini hanya



contoh. Analisis kelompok harus lebih lengkap dari ini karena penilaian kelompok terbesar Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus adalah pelaksanaan pengujian di Lab dan 2.3.1 Dasar Teori analisis hasil pengujian. Tujuan dilaksankannya pengujian ini adalah untuk menentukan berat jenis



(Sumber : Modul Praktikum).



2.3



(bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis (apparent) dan penyerapan dari agregat halus. Untuk agregat yang lebih halus digunakan piknometer, selain penggunaan piknometer ini ada beberapa metoda yang bisa menghitung berat jenis agregat halus dan sedang yakni dengan menggunakan gas jar dan specific gravity bottle (BS 812: 1975). Macam – macam berat jenis:



a) Berat jenis curah (bulk specific gravity) Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 12



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A



b) Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry (ssd) specific gravity)



c) Berat jenis semu (apparent specific gravity) d) Berat jenis efektif (Sumber: Modul Praktikum Mix Design (Perencanaan Campuran Beraspal))



2.3.2 Pelaksanaan Praktikum 1. Peralatan yang digunakan a) Timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram. b) Piknometer dengan kapasitas 500 ml. c) Kerucut terpancung (cone), diameter bagian atas (40  3) mm, diameter bagian bawah (90  3) mm dan tinggi (75  3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm. d) Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340  1) gram, diameter permukaan penumbuk (25  3) mm. e) Saringan No. 4 f) Talam



Ganti dengan foto dokumentasi praktikum masing-masing kelompok (1-2 foto).



(Sumber: Dokumentasi Praktikum)



Gambar 2.7 Kerucut Terpacung dan Batang Penumbuk g) Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1C.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 13



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A h) Bejana tempat air i) Pompa hampa udara (vacum pump) atau tungku. j) Air suling k) Desikator 2. Persiapan Benda Uji Agregat halus yang lolos saringan No. 4, sebanyak ± 1000 gram untuk 1 kali percobaan. 3. Prosedur Pelaksanaan Pengujian a) Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110  5)C sampai berat tetap. Dinginkan pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24  4) jam. b) Buang air perendam hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebar agregat di atas talam, keringkan di udara panas dengan cara membalik-balikan benda uji. Lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh. c) Periksa keadaan kering-permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji ke dalam kerucut terpancung, Padatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung. Keadaan kering permukaan jenuh bila benda uji runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak. d) Segera setelah tercapai keadaan SSD masukkan 500 gram benda uji ke dalam piknometer. Maukkan air suling sampai mencapai 90 % di piknometer, putar sambil diguncang hingga tidak ada gelembung udara di dalamnya. Untuk mempercepat



proses ini dapat



dipergunakan pompa hampa udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, dapat juga dilakukan dengan merebus piknometer.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 14



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A



(Sumber: Dokumentasi Praktikum)



Gambar 2.8 Pelaksanaan pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus e) Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar 25C. f) Tambahkan air sampai mencapai tanda batas. g) Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram (Bt). h) Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110  5)C sampai berat tetap. i) Setelah benda uji dingan kemudian timbanglah. (Bk) j) Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu guna penyesuaian dengan suhu standar 25C. (B).



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 15



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.3.3 Data dan Perhitungan Untuk proses perhitungan menggunakan rumus-rumus dibawah ini:



Berat Jenis Bulk =



Bk B+500−Bt



Berat Jenias Kering-Permukaan Jenuh (SSD) =



Berat Jenis Semu (apparent) =



Masukkan data hasil praktikum BJ Agregat Halus dari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya contoh.



Penyerapan (absorbsi) =



500 B+500−Bt



Bk B−Bk −Bt



500−Bk x100 % Bk



Tabel 2.6 Data pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus PEMERIKSAAN Berat Benda Uji Kering Oven Berat Piknometer diisi air (25°C) Berat Pikno + Benda Uji + Air (25°C)



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



Bk



B Bt



1 482.0 757.9 1066.9



SAMPEL



2 482.0 758.1 1067.9



Rata-rata 482.0 758.0 1067.4



2 - 16



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Tabel 2.7 Analisa pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus PERHITUNGAN



Tabel ini hanya contoh.



Berat Jenis Bulk :



1 Bk



B 500Bt



SAMPEL



2



Rata-rata



2.52



2.53



2.53



Berat Jenis SSD :



500 B500Bt



2.62



2.63



2.62



Berat Jenis Semu (Apparent) :



Bk B  Bk  Bt



2.79



2.80



2.79



3.7



3.7



3.7



2.65



2.67



2.66



Penyerapan (Absorption) : Berat Jenis Efektif :



500  B k x 100% B k



Bulk



 2



App



2.3.4 Diskusi: Standar Bina Marga mensyaratkan bahwa Berat Jenis minimum untuk agregat halus yaitu 2,5% dan besar penyerapan yang terjadi tidak melebihi 3%. Dari hasil percobaan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa Diskusi berisi analisis hasil pengujian secara lengkap, permasalahan praktikum yang terjadi, dan saran untuk pengujian selanjutnya.



berat jenis agregat halus memang sudah memenuhi standar yang ada, akan tetapi nilai penyerapannya melebihi dari syarat yang ada yaitu > 3%, sehingga jika digunakan dalam perencanaan campuran agregat dengan aspal maka kemungkinan akan temukan bahwa kebutuhan aspal yang lebih banyak dibandingkan dengan spesifikasi yang ditentukan nantinya.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



Analisis ini hanya contoh. Analisis kelompok harus lebih lengkap dari ini karena penilaian kelompok terbesar adalah pelaksanaan pengujian di Lab dan analisis hasil pengujian.



2 - 17



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.4



Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Filler 2.4.1 Dasar Teori Tujuan dilaksanakannya pengujian ini adalah untuk menentukan berat jenis filler dengan menggunakan piknometer. Untuk agregat yang lebih halus digunakan piknometer (pycnometer), selain penggunaan piknometer ini ada beberapa metoda yang bisa menghitung berat jenis agregat halus dan sedang yakni dengan menggunakan gas jar dan specific gravity bottle (BS 812: 1975). Nilai penyerapan digunakan dalam perhitungan perubahan berat agregat karena penyerapan air oleh pori-pori, dibanding dengan kondisi kering. (Sumber: Modul Praktikum Mix Design (Perencanaan Campuran Beraspal))



2.4.2



Pelaksanaan Praktikum 1. Peralatan yang digunakan a) Termometer b) Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25  0.1)° C c) Air suling 2. Persiapan Benda uji Filler yang lolos saringan No. 200, sebanyak 100 gram. 3. Prosedur Pelaksanaan Pengujian a) Bersihkan,



keringkan



dan



timbanglah



piknometer



dengan



ketelitian 1 mg (W1). b) Tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga terisi ¾ bagian, timbang (W2). c) Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah tanpa ditekan, digoyangkan agar gelembung-gelembung udara keluar.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 18



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A d) Benda uji diamkan selama sekurang-kurangnya 30 menit, kemudian angkatlah piknometer dan keringkan dengan lap. Timbanglah dengan ketelitian 1 mg (W3). e) Keluarkan benda uji dari piknometer dan isilah piknometer dengan air suling kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan. f) Keringkan dan timbanglah piknometer (W4).



2.4.3 Data dan Perhitungan Untuk proses perhitungan menggunakan rumus-rumus dibawah ini:



W 2 −W 1



Berat filler (Wa) = Berat Isi filler (Wlt) =



W 5 −W 3 Wa



Berat Jenis Filler =



W lt



Tabel 2.8 Data dan analisa pengujian berat jenis dan penyerapan filler Masukkan data hasil praktikum BJ Filler dari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya contoh.



SAMPEL



PEMERIKSAAN



1



2



SATUAN



Berat Piknometer



W1



32.87



22.15



gram



Berat Piknometer + Contoh agregat



W2



57.13



48.23



gram



W2-W1



24.27



26.09



gram



25



25



Berat Agregat (Wa ) Temperatur



o



C



Berat Piknometer + Air + Agregat pada 25oC



W3



98.12



88.14



gram



Berat Piknometer + Air pada suhu 25oC



W4



82.78



71.58



gram



107.05



97.67



gram gram/cm3



W5 = Wa + W4 Berat Isi Filler (Wit)



W5 - W3



8.93



9.53



Berat Jenis Agregat (BJA)



Wa / Wit



2.72



2.74



2.4.4 Diskusi Diskusi berisi analisis hasil pengujian secara lengkap, permasalahan praktikum yang terjadi, dan saran untuk pengujian selanjutnya.



Standar Bina Marga mensyaratkan bahwa Berat Jenis minimum yaitu 2,5% Dari hasil percobaan yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa berat jenis filler ini sudah memenuhi standar yang ada, sehingga dapat digunakan dalam perencanaan campuran agregat dengan aspal.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



Analisis ini hanya contoh. Analisis kelompok harus lebih lengkap dari ini karena penilaian kelompok terbesar adalah 2 - 19 pelaksanaan pengujian di Lab dan analisis hasil pengujian.



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 20



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.5



Pengujian Berat Isi Agregat 2.5.1 Dasar Teori Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran dan penetapan rongga udara (air void). Berat isi adalah perbandingan berat dan isi. Pengujian



ini



dijelaskan



oleh



British



Standard



sebagai



parameter



perbandingan antara agregat yang terlihat sekilas. Metoda pengujian berat isi agregat ini



adalah mengukur berat sampel



agregat kering oven dalam suatu silinder logam dibagi dengan volume silinder logam yang dinyatakan dalam satuan gram per liter. Metoda ini membandingkan berat agregat yang mengisi suatu wadah dengan volume wadah tersebut. Banyak cara memasukkan agregat ke dalam wadah tersebut, yaitu dengan dimasukkan begitu saja, dengan digoyang, dan ditusuk. Ketiga cara ini memberikan jumlah agregat yaang berbeda yang dapat ditampung dalam wadah. Jumlah tersebut ini akan memberikan nilai berat isi yang didapat. Perbedaan ini dapat memberikan gambaran bahwa berat



isi



agregat



memilki



variasi



dan



perlu



kehati-hatian



untuk



menggunakan nilai berat isi.



2.5.2 Pelaksanaan Praktikum 1. Peralatan a) Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh. b) Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat. c) Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaiknya terbuat dari baja tahan karat. d) Mistar perata (straight edge)



e) Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder 2. Penyiapan Sampel



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 21



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Masukan Contoh Agregat kedalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel diatas; keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)oC sampai berat tetap dan gunakan sampel.



3. Prosedur Pelaksanaan 



Berat



isi



lepas



(untuk



agregat



dengan



ukuran



butir



maksimum 100 mm / 4"). a) Timbang dan catat beratnya (W1) b) Masukkan sampel dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir, dari ketinggian maksimum 5 cm di atas wadah dengan menggunakan sekop atau sendok sampai penuh. c) Ratakan permukaan sampel dengan menggunakan mistar perata. d) Timbang dan catatlah berar wadah beserta sampel (W2). e) Hitunglah berat sampel (W3 = W2 – W1)







Berat isi padat dengan cara penusukan (untuk agregat dengan ukuran butir maksimum 38,1 mm / 1 1/2") a) Timbang dan catatlah berat wadah (W1) b) Isilah wadah dengan sampel dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sampai 25 kali tusukan yang merata. Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan paling bawah tiap-tiap lapisan. Ratakan permukaan sampel



dengan



menggunakan mistar perata. c) Timbang dan catalah berat wadah beserta sampel (W2). d) Hitung berat sampel (W3 = W2 – W1)



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 22



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A



Ganti dengan foto dokumentasi praktikum masing-masing kelompok (1-2 foto).



Gambar 2.9 Proses penusukan agregat di dalam wadah







Berat isi padat dengan cara penggoyangan (untuk agregat dengan ukuran butir maksimum lebih besar dari 38,1 mm / 1 1/2") a) Timbang dan catalah berat wadah (W1) b) Isilah wadah dengan sampel dalam 3 lapis yang sama tebal . c) Padatkan setiap lapisan dengan cara menggoyanggoyangkan wadah. Letakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar angkatlah salah satu



sisinya kira-kira



setinggi 5 cm kemudian lepaskan. Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. padatkan setiap lapisan sebanyak 25 kali untuk setiap sisi. d) Ratakan permukaan sampel dengan menggunakan mistar perata. e) Timbanglah dan catatlah berat wadah beserta sampel (W2) f) Hitunglah berat sampel (W3 = W2 – W1)



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 23



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A



(Sumber: Dokumentasi Praktikum)



Gambar 2.10 Proses penggoyangan wadah 4. Perhitungan dan Pelaporan



Berat  Isi  Agregat = dimana:



W3 kg/dm3 V



W3



=



berat sampel (gram)



V



=



isi wadah (cm3)



Laporkan berat isi agregat dengan satuan dalam gram/cm3 2.5.3 Data dan Perhitungan Tabel 2.9 Hasil perhitungan Berat isi agregat Masukkan data hasil praktikum Berat Isi dari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya contoh.



PEMERIKSAAN Berat Wadah Berat Wadah + Benda Uji Berat Benda Uji Dimensi Wadah



Diameter Tinggi



W1 W2 W3 d t



Ditusuk (Padat)



3023.7 7003.1 3979.4



Luas = 1/4 x 3.14 x d2 Volume Wadah = Luas x tinggi



Berat Isi Berat Isi Rata-rata



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



V W3/V



1.319



Dilepas (Gembur)



3023.7 6837.6 3813.9 15.5 16



Digoyang (Getar)



3023.7 7043.7 4020



SATUAN



gram gram gram cm cm



188.60



cm2



3017.54



cm3



1.264 1.305



1.332



gram/cm3 gram/cm3



2 - 24



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.5.4 Diskusi Diskusi berisi analisis hasil pengujian secara lengkap, permasalahan praktikum yang terjadi, dan saran untuk pengujian selanjutnya.



Hasil dari pengujian dan perhitungan yang dilakukan didapatkan : 



Berat isi agregat lepas adalah 1.264 gram/cm3







Berat isi agregat dengan tusukan adalah 1.319 gram/cm 3







Berat isi agregat dengan goyangan adalah 1.332 gram/cm 3



Dari hasil pengujian berat isi tersebut, didapatkan bahwa pengujian dengan cara goyangan memberikan berat isi terbesar, ini berarti jumlah agregat yang dapat ditampung oleh wadah lebih banyak. Hal ini dikarenakan, dengan metoda goyangan agregat dapat saling mengisi rongga yang ada



Analisis ini hanya contoh. Analisis kelompok harus lebih lengkap dari ini karena penilaian Pengujian Kekuatan Agregat Terhadap Tumbukan (Agregat Impact Value) kelompok terbesar adalah pelaksanaan 2.6.1 Dasar Teori pengujian di Lab dan analisis hasil Pengujian ini bertujuan untuk mengukur kekuatan agregat terhadap beban pengujian.



sehingga akan lebih banyak yang bisa ditampung.



2.6



tumbukan sebagai salah satu simulasi terhadap kemampuan agregat terhadap rapid load (beban tiba-tiba). Banyak metoda yang telah dikembangkan untuk menguji kekuatan batuan terhadap beban, khususnya beban lalu lintas. Salah satunya adalah dengan melakukan simulasi pemberian beban terhadap suatu sampel agregat. Salah satu beban yang dapat diberikan adalah beban tumbukan (impact). Biasanya beban tumbukan ini dikombinasikan dengan beban tekanan (crushing) baik dalam arah lateral maupun aksial. Proses penumbukan ini adalah proses dasar pada pembuatan agregat di Aggregate Crushing Plant. Beban tumbukan yang diterima oleh agregat pada konstruksi jalan dimulai dari Aggregate Crushing Plant. Kemudian di laboratorium selain melalui pengujian ini juga pada pembuatan campuran aspal dan agregat dalam mix design. Di lapangan beban tumbukan didapat dari proses pemadatan jalan, beban lalu lintas dan juga beban akibat jatuhnya benda-benda berat dari kendaraan.



Dengan



demikian



pengujian



kekuatan



agregat



terhadap



tumbukan penting dilakukan sebagai bahan analisis perencanaan tebal perkerasan.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 25



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Nilai Aggregate Impact Value (AIV) adalah persentase perbandingan antara agregat yang hancur dengan jumlah sampel yang ada. Agregat yang hancur dinyatakan dengan jumlah agregat yang lolos saringan 2,36 mm. Nilai AIV yang besar menunjukkan bahwa jumlah agregat yang hancur cukup besar. Hal ini berarti bahwa sampel tersebut relatif tidak terlalu kuat terhadap beban tekan. Umumnya batuan beku, igneous rock, memiliki kekuatan yang cukup besar dibandingkan dengan jenis batuan lainnya. Selain itu pengembangan uji terhadap beban tumbukan dapat juga dilakukan untuk variasi diameter agregat yang lain seperti yang tercantum pada Tabel dibawah ini.



Tabel 2.10 Ukuran Agregat Standar dan Non Standar Lolos Saringan Standar



Non Standar



14,0 mm 28,0 mm 20,0 mm 10,0 mm 6,3 mm 5,0 mm 3,35 mm



Tertahan Saringan 10,0 mm 20,0 mm 14,0 mm 6,3 mm 5,0 mm 3,35 mm 2,36 mm



Saringan Pemisah 2,36 mm 5,0 mm 3,35 mm 1,70 mm 1,18 mm 850 m 600 m



(Sumber : Modul Praktikum)



2.6.2 Pelaksanan Praktikum Prosedur praktikum berdasarkan BS812 : Part 3 :1975, yaitu sebagai berikut: 1. Peralatan yang digunakan a) Aggregate Impact Machine seperti yang ditunjukkan pada Gambar Alat ini masih digerakan secara manual dengan tenaga manusia. Berat total mesin tidak lebih dari 60 kg dan tidak kurang dari 40 kg. Dasar mesin terbuat dari baja dengan diameter 300 mm dan memiliki berat antara 22 sampai 30 kg. b) Cylindrial Steel Cup memiliki diameter dalam 102 mm dan kedalaman 50 mm. Ketebalan cup tidak lebih dari 6 mm. Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 26



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A c) Palu baja yang digunakan memiliki berat antara 13,5 sampai 14,0 kg dengan bagian bawah (bidang kontak) merupakan lingkaran dan berbentuk datar. Diameter kontak sebesar 100 mm dan ketebalan 50 mm, dengan chamfer 1,5 mm. Palu diatur sedemikian rupa hingga dapat naik turun dengan mudah tanpa gesekan berarti. Palu baja bergerak jatuh bebas dengan tinggi jatuh 3805 mm, diukur dari bidang kontak palu sampai permukaan sampel di dalam cup. d) Alat pengunci palu dapat diatur sedemikian rupa untuk dapat memudahkan pergantian sampel dan pemasangan cup. e) Saringan dengan diameter 14,0 mm, 10,0 mm, dan 2,36 mm f) Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr



(Sumber: Modul Praktikum)



Gambar 2.11 Aggregate Impact Machine



2. Persiapan Benda Uji a) Sampel yang digunakan adalah agregat yang lolos saringan 14,0 mm dan yang tertahan saringan 10,0 mm. Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 27



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A b) Saring antara 500 sampai 1000 gr agregat pada urutan saringan 14,0 mm dan 10,0 mm selama 10 menit. Sampel yang diambil adalah agregat yang lolos saringan 14,0 mm dan tertahan di 10,0 mm. c) Cuci sampel dengan air yang mengalir dan keringkan dalam oven (1105)C selama 4 jam (kondisi kering oven). d) Setelah suhu turun (atau sama dengan suhu ruangan, 25C) sampel siap untuk digunakan.



3. Prosedur Pengujian a) Timbang berat Cylindrial Steel Cup (W1). b) Masukan sampel dalam cup (Cylindrial Steel Cup) dalam tiga lapis. Setiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan besi penusuk secara merata di seluruh permukaan. Tiap lapis, tongkat dijatuhkan secara bebas dengan ketinggian tidak lebih dari 5 cm dari permukaan lapisan. Pada lapis terakhir, isi cup dengan agregat agak menyembul dan padatkan. c) Ratakan permukaan sampel dengan besi penusuk dan timbang (W2). d) Hitung berat awal sampel (A’ = W2 – W1). e) Letakan Mesin Impact Agregat pada lantai datar dan keras, seperti lantai beton. f) Letakan cup berisi sampel pada tempatnya dan pastikan letak cup sudah baik dan tidak akan bergeser akibat tumbukan palu. g) Atur ketinggian palu agar jarak antara bidang kontak palu dengan permukaan sampel 3805 mm. h) Lepaskan pengunci palu dan biarkan palu jatuh bebas ke sampel. Angkat palu pada posisi semula dan lepaskan kembali (jatuh bebas). Tumbukan dilakukan sebanyak 15 kali dengan tenggang waktu tumbukan tidak lebih dari satu detik. i) Setelah selesai saring benda uji dengan saringan 2,36 mm selama satu menit dan timbang berat yang lolos yang dinyatakan sebagai B Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 28



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A gr dan yang tertahan sebagai C gr. Pastikan tidak ada partikel yang hilang selama proses tersebut. Jika jumlah berat agregat yang lolos dan tertahan (A) berbeda 1 gram dengan berat awal (A’) maka pengujian harus diulangi.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 29



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A



(Sumber: Modul Praktikum Mix Design (Perencanaan Campuran Beraspal))



Gambar 2.12 Diagram Alir Prosedur Pengujian Impact



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 30



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A



Ganti dengan foto dokumentasi praktikum masing-masing kelompok (1-2 foto).



(Sumber: Dokumentasi Praktikum)



Gambar 2.13 Pelaksanaan Pengujian Impact



2.6.3 Data dan Perhitungan Aggregate Crushing Value (AIV) dihitung dengan rumus:



B AIV = ×100 % A dimana : AIV



=



Aggregate Impact Value (%)



A



=



Berat awal sampel (gr)



B



=



Berat sampel lolos saringan 2,36 mm (gr)



Data dan analisa data yang diperoleh dari pengujian adalah sebagai berikut:



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 31



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Tabel 2.11 Data dan analisa pengujian Kekuatan Agregat Terhadap Tumbukan (Agregat Impact Value) Diskusi berisi analisis hasil pengujian secara lengkap, permasalahan praktikum yang terjadi, dan saran untuk pengujian selanjutnya.



Item Pengujian



Indek



Berat Wadah/Cup



W1



2,469.70 gr



Berat Wadah + Sampel (setelah dipadatkan)



W2



3,118.1 gr



Berat Awal Sampel



A' = W2 – W1



Setelah Tumbukan Dan Disaring 1 menit



648.4 gr  



Berat Sampel Lewat Saringan 2,36 mm



B



61.6 gr



Berat Sampel Tertahan Saringan 2,36 mm



C



586.80 gr



A=B+C



648.40 gr



A - A'



0 gr



Total Selisih Total dengan Berat Awal Sampel (< 1 gr) Aggregate Impact Value (AIV) Rata-rata AIV (%) Masukkan data 2.6.4 hasil praktikum Impact dari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya contoh.



Sampel



B/A (%) AIV



9.50 gr 9,5 %



Diskusi Dalam British Standard disebutkan “If the AIV is greater than 30 %, a statement that the results obtained should be treated with caution“ menjelaskan bahwa jika AIV lebih besar dari 30 % maka hasil yang diperoleh harus ditangani dengan hati-hati. Hal tersebut dikarenakan sampel tersebut relatif tidak terlalu kuat terhadap beban tekan. SNI 03-1996-1990 juga mensyaratkan nilai maksimum untuk Agregat Impact Value adalah sebesar



Analisis ini hanya contoh. Analisis kelompok harus lebih lengkap dari ini karena penilaian kelompok terbesar pelaksanaan Pengujian Kekuatan Agregat Terhadap Tekanan (Aggregate Crushing Valueadalah ) pengujian di Lab dan analisis hasil pengujian. 2.7.1 Dasar Teori



30%.



2.7



Pengujian ini bertujuan untuk



menentukan kekuatan atau daya tahan



agregat terhadap tekanan.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 32



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Pengujian kekuatan agregat terhadap tekanan ACV merupakan simulasi pemberian beban terhadap suatu benda uji agregat. Prinsip percobaan ini adalah benda uji agregat diberi kenaikkan tekanan tertentu selama beberapa



waktu.



Agregat



yang



hancur



kemudian



ditimbang



dan



dibandingkan dengan semua berat benda uji. Perbandingan ini merupakan nilai ACV. Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batasan yang besar. Butir-butir agregat dapat bersifat kurang kuat karena yang disebabkan oleh : 3



Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi tidak baik dalam hal pengikatan (interlocking).



4



Partikel yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan kekuatan terhadap beban kejut.



(Sumber : Modul Praktikum)



Batas tolerasi nilai ACV yang diperkenankan oleh Bina Marga agar batuan tersebut layak digunakan untuk perkerasan jalan adalah 30%. 2.7.2 Pelaksanaan Praktikum 1. Peralatan a) Aggregate Crushing Machine seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Alat ini dilengkapi dengan Mesin Penekan (Commpression Machine) yang memiliki kapasitas untuk gaya sebesar 400 kN dan dapat dioperasikan untuk memberikan beban merata selama 10 menit. b) Silinder Pengujian, yaitu tempat sampel berbentuk silinder dengan alas dengan ukuran tertentu. c) Saringan dengan diameter 14,0 mm ; 10,0 mm ; dan 2,36 mm d) Besi penusuk dengan panjang antara 450 mm sampai 600 mm serta memiliki potongan melintang lingkaran berdiameter 16 mm e) Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 33



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A



(Sumber: Modul Praktikum)



Gambar 2.14 Aggregate Crushing Machine dengan Compression Machine



(Sumber: Modul Praktikum)



Gambar 2.15 Silinder Pengujian



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 34



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A E



H F



D G



B



C A



I



J



(Sumber: Modul Praktikum)



Gambar 2.16 Detail Silinder Pengujian Tabel 2.12 Spesifikasi Silinder pengujian Simbul



Ukuran untuk



Diameter Internal Silinder 150 mm



Diameter Internal Silinder 75 mm



A B C



Silinder Internal Diameter Kedalaman Diameter Tebal Dinding



154±0,5 mm 78±0,5 mm 125 sampai 140 mm 70 sampai 85 mm >16,0 mm >8,0 mm



D E F G H



Plunger Diameter Piston Diameter Stem Panjang Piston dan Stem Tebal Piston Diameter Lubang



152±0,5 mm 95 sampai 155 mm 100 sampai 115 mm > 25,0 mm 20,0 mm



76±0,5 mm 45 sampai 80 mm 60 sampai 80 mm > 19,0 mm 10,0 mm



I J



Baseplate (Plat Alas) Tebal            (ii)    Panjang



6 mm 200 - 300 mm



6 mm 110 - 115 mm



(Sumber: Modul Praktikum)



2. Persiapan Benda Uji a) Sampel yang digunakan adalah agregat yang lolos saringan 14,0 mm dan yang tertahan saringan 10,0 mm. Untuk setiap pengujian dibuat dua sampel.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 35



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A b) Saring sekitar 1000 gr agregat pada urutan saringan 14,0 mm dan 10,0 mm selama 10 menit. Sampel yang diambil adalah agregat yang lolos saringan 14,0 mm dan tertahan di 10,0 mm. c) Cuci sampel dengan air yang mengalir dan keringkan dalam oven (110±5)°C selama 4 jam (kondisi kering oven). d) Setelah suhu turun (atau sama dengan suhu ruangan, 25°C) sampel siap untuk digunakan.



3. Prosedur Pengujian a) Ambil kira-kira setengah dari sampel yang telah disiapkan dan timbang sebagai A gr. b) Masukan sampel pada Silinder Pengujian. Kedalaman sampel dalam silinder adalah sekitar 100 mm. Sampel dipadatkan dalam dalam tiga lapisan dengan tebal yang sama dan masing-masing lapisan dipadatkan dengan 25 tumbukan. c) Letakan Mesin Crushing Agregat pada lantai datar dan keras, seperti lantai beton d) Letakan silinder pengujian pada baseplate dan atur plunger (penekan) diatasnya. e) Kemudian sampel ditekan melalui plunger selama 10 menit dengan beban 40 kN dengan mesin penekan. f) Lepaskan beban dan pindahkan benda uji yang sudah ditekan pada sebuah wadah.



Pastikan tidak ada partikel yang hilang selama



pemindahan atau yang tertinggal di dalam silinder. g) Saring benda uji dengan saringan 2,36 mm selama satu menit dan timbang berat yang lolos dengan ketelitian 0,1 gram yang dinyatakan sebagai B gr. Pastikan tidak ada partikel yang hilang selama proses tersebut. Jika jumlah berat agregat yang lolos dan tertahan saringan 2,36 mm berbeda 1 gram dengan A, maka pengujian harus diulangi.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 36



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A h) Ulangi prosedur tersebut untuk sisa sampel berikutnya.



Ganti dengan foto dokumentasi praktikum masing-masing kelompok (1-2 foto).



(Sumber: Dokumentasi Praktikum)



Gambar 2.17 Pelaksanaan Pengujian Crushing 2.7.3 Data dan Perhitungan Aggregate Crushing Value (ACV) dihitung dengan rumus:



B ACV = ×100 % A dimana : ACV



=



Aggregate Crushing Value (%)



A



=



Berat awal sampel (gr)



B



=



Berat sampel lolos saringan 2,36 mm (gr)



Data dan analisa data yang diperoleh dari pengujian adalah sebagai berikut:



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 37



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Tabel 2.13 Data Dan Analisa Pengujian Kekuatan Agregat Terhadap Tekanan (Aggregate Crushing Value) Item Pengujian Masukkan data hasil praktikum Crushing dari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya contoh.



Indek



Sampel



Berat Wadah/Cup



W1



1,981.30 gr



Berat Wadah + Sampel (setelah dipadatkan)



W2



2,413.7 gr



A' = W2 – W1



432.4 gr



Berat Sampel Lewat Saringan 2,36 mm



B



80.3 gr



Berat Sampel Tertahan Saringan 2,36 mm



C



352.1 gr



A=B+C



432.40 gr



A - A'



0 gr



B/A (%)



18.571 gr 18,57 %



Berat Awal Sampel Setelah Tumbukan Dan Disaring 1 menit



Total Selisih Total dengan Berat Awal Sampel (< 1 gr) Aggregate Impact Value (ACV) Rata-rata ACV (%) 2.7.4 Diskusi berisi analisis hasil pengujian secara lengkap, permasalahan praktikum yang terjadi, dan saran untuk pengujian selanjutnya.



AIV



Diskusi Dari hasil pengujian yang dilakukan, didapatkan ACV dari agregat yang dipakai dalam pengujian adalah 18,57% . Ini menunjukkan bahwa agregat cukup kuat terhadap beban tekan



sesuai dengan persyaratan yang



ditetapkan



dibawah



oleh



Bina



Marga



yaitu



30%.



Percobaan



ini



mensimulasikan kekuatan material untuk menahan beban yang berada diatasnya, misalkan pada saat kendaraan dalam keadaan diam atauAnalisis parkirini hanya dimana beban kendaraan menekan lapisan perkerasan lebih lama.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



contoh. Analisis kelompok harus lebih lengkap dari ini karena penilaian kelompok terbesar adalah pelaksanaan pengujian di Lab dan analisis hasil pengujian.



2 - 38



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.8



Keausan Agregat Dengan Alat Abrasi Los Angeles (Los Angeles Abrassion Test ) 2.8.1 Dasar Teori Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui durabilitas agregat dengan cara mekanis dengan menggunakan alat Loas Angeles Abrasion Test. Pemeriksaan ini adalah untuk agregat kasar yang lebih kecil dari 37,5 mm (1 ½”). Durabilitas atau ketahan terhadap kerusakan sangat berpengaruh terhadap kebutuhan akan jumlah agregat. Beberapa agregat yang memiliki kekuatan standar pun akan mengalami kerusakan saat di stockpile atau saat masa layan di jalan. Pada hakekatnya ikatan antar butir partikel bisa kuat dan lemah, namun secara berulang menjadi lemah karena sebagai akibat dari proses perendaman air seperti akibat cuaca, pembekuan dan lain-lain. Ada dua aspek yang menguji durabilitas agregat ini, yaitu: 



Kerusakan mekanis







Kerusakan diakibatkan reaksi physico-chemical, seperti pelapukan



Dalam uji abrasi ini tipe tes durabilitas yang diambil adalah tipe tes kerusakan mekanis.



Tipe tes kerusakan mekanis ini sendiri memiliki



berbagai macam tipe contohnya : 



Aggregate Abrasion Value







Aggregate Attrition Value







Los Angeles Abrasion Value







Polished Stone Value



Prinsip pengujian Los Angeles adalah pengukuran perontokkan agregat dari gradasi standarnya akibat kombinasi abrasi atau atrisi, tekanan, dan penggilasan di dalam drum baja.



2.8.2 Pelaksanaan Praktikum Prosedur pengujian berdasarkan standar ASTM C 131-76 / AASHTO T 96 – 87.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 39



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 



SK SNI M-02-1990-F : metoda ini sebenarnya mengacu pada standar pengujian dari AASHTO. Dengan demikian sebenarnya tidak ada perbedaan dengan Metoda ASTM C 131-76 / AASHTO T 96-87.







British Standard : sebagai parameter kekuatan agregat, British Standard lebih mendasarkan pada nilai Aggregate Impact Value dan Aggregate Crushing Value dibandingkan dengan hasil pengujian dengan alat Los Angeles.



1. Peralatan a) Mesin abrasi Los Angeles. Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter dalam 711 mm (28 inci) panjang dalam 508 mm (20 inci); silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar; silinder berlubang untuk memasukkan benda uji; penutup lubang terpasang



rapat



sehingga



permukaan



dalam



silinder



tidak



terganggu; di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5 inci)



(Sumber : http://labpucilacap.wordpress.com/category/alat/)



Gambar 2.18 Alat Los Angeles b) Saringan No.12 (1,70 mm) dan saringan-saringan lainnya; c) Timbangan, dengan ketelitian 0,1% terhadap berat contoh atau 5 gram;



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 40



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A d) Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 27/32 inci) dan berat masing-masing antara 390 gram sampai dengan 445 gram; e) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur untuk memanasi sampai dengan 110°C ± 5°C; 2. Persiapan Benda Uji Agregat yang lolos saringan 19,0 mm (3/4”) dan tertahan 12,5 mm (1/2”) sebanyak 2500 gram dan Agregat yang lolos saringan 12,5 mm (1/2”) dan tertahan 9,5 mm (3/8”) mm sebanyak 2500 gram dan gabungkan, dengan menggunakan 11 bola (A). 3. Prosedur Pengujian a) Agregat harus bersih. Bila agregat masih mengandung kotoran, debu, bahan organik atau terselimuti oleh bahan lain, maka sampel harus dicuci sampai bersih kemudian dikeringkan dalam suhu (110  5) o C. b) benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin abrasi Los Angeles c) Putaran mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai dengan 33 rpm; jumlah putaran adalah 500. d) setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring dengan saringan No.12 (1,70 mm); butiran yang tertahan di atasnya dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada temperatur 110°C ± 5°C sampai berat tetap; e) Jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100 putaran, dan setelah selesai pengujian disaring dengan saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian Perbandingan hasil pengujian antara 100 putaran dan 500 putaran agregat tertahan diatas saringan No.12 (1,70 mm) tanpa pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20. f) Metode pada butir (e) tidak berlaku untuk pengujian material dengan metode ASTM C 535-96 yaitu Standard Test Method for



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 41



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Resistance to Degradation of Large-Size Coarse aggregate by Abrasion and impact in the Los Angeles Machine Berikut ini diagram alir pengujian Keausan Agregat dengan alat Abrasi Los Angeles



(Sumber: Modul Praktikum Mix Design (Perencanaan Campuran Beraspal))



Gambar 2.19 Diagram Alir Prosedur Pengujian Keausaan Agregat



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 42



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Ganti dengan foto dokumentasi praktikum masing-masing kelompok (1-2 foto).



(Sumber: Dokumentasi Praktikum)



Gambar 2.20 Pelaksanaan Pengujian Keausan Los Angeles 2.8.3 Data dan Perhitungan Untuk proses perhitungan menggunakan rumus-rumus dibawah ini:



Nilai Keausan Los Angeles =



A−B × 100 % A



dimana: A=



berat sampel semula (gram)



B=



berat sampel tertahan/ lebih besar dari 1,7 mm (gram)



Data dan analisa data yang diperoleh dari pengujian adalah sebagai berikut:



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 43



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Tabel 2.14 Data dan analisa keausan agregat dengan alat abrasi Los Angeles (Los Angeles abrasion test)



Masukkan data hasil praktikum Los Angeles Machine dari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya contoh.



Gradasi Pemeriksaan Saringan (mm) Lolos Tertahan 76,20 63,50 63,50 50,80 50,80 37,50 37,50 25,40 25,40 19,00 19,00



12,50



12,50



9,50



9,50 6,30 4,75



6,30 4,75 2,38



Jumlah Berat (A) Berat Tertahan Saringan No.12 (B) (A) - (B) Keausan Keausan Rata-Rata



=



Α Β x 100% A  



Fraksi B (10 – 20 mm) Berat sampel 1 Sebelum Sesudah                                         2.       500 2.       500                   gr   gr 5.0 gr   gr 00 4.070,6   gr gr 0 929,4     gr 0 18,59 % 18,59 %



2.8.4 Diskusi Diskusi berisi analisis hasil pengujian secara lengkap, permasalahan praktikum yang terjadi, dan saran untuk pengujian selanjutnya.



2.9



Agregat dalam campuran aspal dan agregat berperan untuk mendukung beban diatasnya, karena itu harus mempunyai kekuatan terhadap keausan. Pengujian ini merupakan penggabungan dari abrasi dan impact guna mengetahui ketahanan terhadap aus.



Analisis ini hanya contoh. Analisis kelompok harus lebih Indeks Kepipihan Dan Kelonjongan (Flakiness And Elongation Index) lengkap dari ini karena penilaian kelompok terbesar 2.9.1 Dasar Teori adalah pelaksanaan Pengujian ini bertujuan ntuk menilai secara kuantitatif distribusi pengujian agregat di Lab dan analisis hasil pengujian. yang berbentuk flaky (pipih) dan elongated (lonjong), yang dinyatakan



dengan Indeks Kepipihan dan Indeks Kelonjongan.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 44



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Pada batuan alam maupun hasil crushing plant terdapat fraksi-fraksi agregat yang memiliki berbagai macam bentuk. British Standard Institution, BSI, (1975) membagi bentuk-bentuk agregat dalam enam kategori, yaitu bulat (rounded), tidak beraturan (irregular), bersudut (angular), pipih (flaky), lonjong (elongated), pipih dan lonjong (flaky and elongated). Kategori bulat,



tidak



dikelompokan



beraturan, dalam



dan



satu



bersudut kategori,



untuk yaitu



keperluan



tertentu



berdimensi



seragam



(equidimensional atau cuboidal). Suatu agregat dikatakan pipih, lonjong, pipih dan lonjong, atau berdimensi seragam ditentukan berdasarkan perbandingan antara diameter terpendek, terpanjang dan rata-ratanya. Sebagai ilustrasi, untuk sebuah agregat berbentuk balok maka diameter terpendek adalah tebalnya, diameter terpanjang adalah panjangnya dan diameter rata-rata adalah lebarnya.



(Sumber: Modul Praktikum Mix Design (Perencanaan Campuran Beraspal))



Gambar 2.21 Bentuk Agregat menurut BSI(1975) : i.Rounded; ii. Irregular; iii. Angular; iv. Flaky; v. Elongated; vi. Flaky and Elongated



BSI menentukan jika perbandingan antara rata-rata diamater dengan diameter terpanjang kurang dari 0,55 maka bentuk agregat tersebut adalah lonjong sedangkan jika perbandingan antara diamater terpendek dengan rata-rata diameter kurang dari 0,60 maka bentuk agregat tersebut adalah pipih. Secara umum bentuk agregat dapat digambarkan pada gambar berikut ini :



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 45



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Collist (1985) mendefinisikan bahwa agregat berbentuk pipih jika agregat tersebut lebih tipis minimal 60% dari diametar rata-rata. Sedangkan agregat lonjong jika ukuran terpanjangnya lebih panjang minimal 180% diameter rata-rata. Diameter rata-rata dihitung berdasarkan ukuran saringan. Misalnya untuk agregat yang lolos saringan 14,0 mm dan tertahan di saringan 10,0 mm (14 – 10 mm) maka diameter rata-ratanya adalah 11,125 mm. Bentuk agregat pipih dan atau lonjong tidak disukai dalam struktur perkerasan jalan karena sifatnya yang mudah patah sehingga dapat mempengaruhi gradasi agregat, interlocking dan menyebabkan peningkatan pororitas perkerasan tidak beraspal. Bina Marga masih menerima bentuk agregat pipih, yaitu maksimal 25%. Tetapi penggunaannya dibatasi hanya untuk lapisan pondasi. Bentuk agregat bulat juga tidak disukai tetapi dapat digunakan untuk kondisi perkerasan tertentu untuk lapisan pondasi bawah atau lapisan pondasi saja. Maksimal penggunaan tidak boleh lebih dari 40%, sedangkan untuk lapisan pondasi bawah dapat lebih besar lagi. Praktikum ini pada dasarnya adalah menentukan persentase jumlah agregat yang pipih dan lonjong dan suatu sampel agregat.



2.9.2 Pelaksanaan Praktikum Prosedur kegiatan praktikum pada modul ini mengikuti standar dari BSI (1975), yaitu BS 812, bagian 3. 1. Peralatan a) Alat pengukur kepipihan dan kelonjongan yang sesuai dengan standar BS 812 (1975). b) Saringan dengan urutan diameter saringan 63,0 mm, 50,0 mm, 37,5 mm, 28,0 mm, 20,0 mm, 14,0 mm, 10,0 mm, dan 6,3 mm. c) Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr



Gambar 3.1



Timbangan



dengan Ketelitian 0,1 gr



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 46



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A d) Wadah agregat sebanyak saringan yang ada,sebaiknya terbuat dari besi, seng, dan aluminium atau material lain yang cukup kuat untuk dimasukkan dalam oven sampai (110 ± 5)0C e) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan mampu memanasi sampai (1105)C 2. Benda Uji a) Ambil sampel agregat ± 5000gr kemudian cuci dan keringkan dengan oven suhu (1105C) hingga beratnya tetap. b) Saring sampel dengan urutan saringan yang telah disediakan. c) Pisahkan atau singkirkan sampel yang tertahan pada saringan 63,0 mm dan yang lolos saringan 6,3 mm.



Berat sisa sampel yang



digunakan dinyatakan sebagai M1 gr. d) Sampel yang tertahan pada setiap saringan dimasukkan dalam masing-masing wadah yang ditandai sesuai dengan masing-masing saringan. e) Timbang sampel yang tertahan di tiap saringan dan hitung persentasenya terhadap M1. f) Pengukuran kepipihan dan kelonjongan dilakukan per fraksi dan hanya fraksi yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama dengan 5%. Jumlah berat total fraksi yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama dengan 5% dinyatakan sebagai M2.



3. Prosedur Pengujian 



Pengujian Kepipihan Agregrat a) Ambil salah satu fraksi yang telah memenuhi syarat, yaitu persentase tertahan lebih besar atau sama dengan 5%. b) Lewatkan dengan tangan setiap butir agregat pada Alat Penguji Kepipihan sesuai dengan ukurannya.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 47



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A c) Butir agregat yang agak sulit lewat dapat dicoba dengan sisi lain, diputar atau dengan sedikit paksaan. d) Pisahkan butiran yang dapat lewat dengan yang tidak dapat lewat dan masing-masing ditimbang. e) Lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama dengan 5%. f) Total jumlah sampel yang LEWAT dinyatakan sebagai M3F.







Pengujian Kelonjongan Agregrat a) Ambil salah satu fraksi yang telah memenuhi syarat, yaitu persentase tertahan lebih besar atau sama dengan 5%. b) Lewatkan dengan tangan setiap butir agregat pada Alat Penguji Kelonjongan sesuai dengan ukurannya. c) Butir agregat yang agak sulit lewat dapat dicoba dengan sisi lain, diputar atau dengan sedikit paksaan. d) Pisahkan butiran yang dapat lewat dengan yang tidak dapat lewat dan masing-masing ditimbang. e) Lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama dengan 5%. f) Total jumlah sampel yang tertahan dinyatakan sebagai M3E.



Ganti dengan foto dokumentasi praktikum masing-masing kelompok (1-2 foto).



Gambar 2.22 Alat Pengujian Kepipihan dan Kelonjongan



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 48



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.9.3 Data dan Perhitungan Indeks Kepipihan dihitung dengan rumus :



Indeks Kepipihan (%)=



M3F ×100 % M2



Indeks Kelonjongan dihitung dengan rumus :



Indeks Kelonjongan (%)=



M3E ×100 % M2



dimana : M2



= Total berat sampel yang memiliki persentase tertahan ≥ 5%



M3F



= Total berat sampel yang lolos alat pengujian kepipihan



M3E



= Total berat sampel yang tertahan alat pengujian kelonjongan



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 49



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Data dan analisa data yang diperoleh dari pengujian adalah sebagai berikut: Tabel 2.15 Data dan analisa indeks kepipihan dan kelonjongan (flakiness and elongation index) Masukkan data hasil praktikum Kepipihan dan Kelonjongan dari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya



Berat Kering Oven



= 5,200.20 gr



M1 (Berat Benda Uji )



= 5,200.20 gr



M2 (Total persentase berat tertahan di atas 5%)



= 5,118.10 gr



M3E (Total berat tertahan pada Tes Elongation dari M2)



= 1,584.40 gr



M3F (Total berat tertahan pada Tes Flakiness dari M2)



= 1,164.50 gr contoh. Analisis



Elongation Index M3E : M2 = 30.96 % Flakiness Index M3F : M2 = 22.75 % 2.9.4 Diskusi



Diskusi berisi analisis hasil pengujian secara lengkap, permasalahan praktikum yang terjadi, dan saran untuk pengujian selanjutnya.



Analisis ini hanya kelompok harus lebih lengkap dari ini karena penilaian kelompok terbesar adalah pelaksanaan pengujian di Lab dan analisis hasil pengujian.



Pengujian kepipihan agregat adalah agregat yang lolos atau lewat dari alat uji kepipihan sedangkan agregat yang lonjong adalah agregat yang tertahan



pada alat uji kelonjongan. Nilai indeks menunjukkan persentase jumlah agregat yang pipih atau lonjong dari sampel yang ada. Semakin besar nilai indeks berarti semakin banyak jumlah agregat pipih atau lonjong.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 50



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.10



Pelapukan Agregat dengan Sodium Sulfat atau Magnesium Sulfat (Soundness Test) 2.10.1 Dasar Teori Agregat untuk perkerasan aspal maupun untuk campuran lainnya haruslah tahan lama/awet, tidak menurun mutunya atau menjadi hancur akibat pengaruh cuaca. Ada beberapa macam pengujian yang berhubungan dengan perubahan cuaca atau physico-chemical test. Salah satunya adalah pengujian Soundness. Istilah soundness diartikan sebagai kemampuan agregat untuk menahan perubahan volume yang berlebih, sebagai akibat dari perubahan lingkungan fisik, seperti beku - cair (freeze-thaw), perubahan panas. Ada beberapa macam pengujian yang berhubungan dengan perubahan dengan perubahan cuaca atau physico-chemical test: a) Slake Durability Index: mengukur ketahanan batuan terhadap retak, indeks yang diukur berdasarkan kekuatan batu lumpur. b) Modal Analysis: menentukan mineral sekunder yang dihasilkan dari proses cuaca dan perubahannya, test ini merupakan indikator utama untuk menetapkan derajat pengaruh cuaca. c) Forst Susceptibility: berdasarkan T.R.R.L 1981 dilakukan terhadap spesimen agregat terkompaksi pada kondisi kadar kelembaban optimum dan maksimum kerapatan kering/dry density. d) Sulphate Soundness Test: mengukur ketahanan agregat terhadap pelapukan akibat pengaruh senyawa kimia sodium atau magnesium sulfat. Fenomena cuaca ini secara umum berlangsung pada skala waktu geologi, tetapi pada situasi tertentu bisa terjadi pada masa layan terutama pada agregat di permukaan yang terekspos/tidak terlindung dari pengaruh cuaca.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 51



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A Percobaan Soundness dilakukan terhadap jenis agregat yang belum mempunyai data-data terukur tentang daya tahannya terhadap kehancuran akibat larutan-larutan berikut : 



Sodium Sulfat (NaSO4) Mr = 142,04 gr/Mol Titik Leleh = 884C Kelarutan dalam air pada 20C = 162 gr/L Sifat sangat higrokopis (sangat mudah mengikat H2O) sehingga dalam perlu dijauhkan dari air, uap air, atau udara terbuka. Penyimpanan dapat menggunakan bahan plastik atau kaca asalkan terbebas atau tidak dapat kontak langsung dengan udara terbuka. Tes



menggunakan



larutan



ini



disebut



tes



ringan,



yaitu



pada



daerah/tempat yang tidak dipengaruhi musim dingin/winter. 



Magnesium Sulfat (MgSO4) Mr = 120,36 gr/Mol Titik Leleh = 1124C Kelarutan dalam air pada 20C = 269 gr/L Secara umum sifatnya sama dengan Sodium Sulfat, demikian juga dengan penanganannya. Tes menggunakan larutan ini digolongkan tes berat, yaitu khusus untuk daerah/tempat yang banyak dipengaruhi musim dingin/winter.



Kedua larutan ini dapat mengakibatkan kerusakan/pelapukan pada agregat akibat kristalisasi garam di dalam pori-pori agregat. Proses kristalisasi ini menimbulkan tekanan di dalam pori hingga akibatnya hancur. (sumber : modul praktikum)



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 52



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A



Pengujian



Persiapan Benda Uji



Siapkan benda uji agregat



Agregat Kasar



Agregat Halus



Cuci Benda Uji P : talam C : cuci sampai bersih dan kotoran hilang



Cuci Benda Uji P : talam C : cuci sampai bersih dan kotoran hilang



Benda Uji dikeringkan hingga berat tetap P : oven dan talam C : dioven dengan suhu 110± 5° C setelah tercapai berat tetap, diamkan sampai dingin



Benda Uji dikeringkan hingga berat tetap P : oven dan talam C : dioven dengan suhu 110± 5° C setelah tercapai berat tetap, diamkan sampai dingin



Saring sesuai fraksi dan timbang dengan berat tertentu P: timbangan, saringan, plastik/talam C : beri identitas setiap fraksi



Saring sesuai fraksi dan timbang dengan berat tertentu P: timbangan, saringan, plastik/talam C : beri identitas setiap fraksi



Rendam Benda Uji dalam larutan P : Toples/tempat merendam penutup debu C : Tutup bak perendam untuk mengurangi penguapan, jaga suhu larutan perendaman pada suhu (21± 1)° C selama perendaman Lama perendaman 16-18 jam



Rendam Benda Uji dalam larutan P : Toples/tempat merendam penutup debu C : Tutup bak perendam untuk mengurangi penguapan, jaga suhu larutan perendaman pada suhu (21± 1)° C selama perendaman Lama perendaman 16-18 jam



Angkat Lalu Tiriskan



Angkat Lalu Tiriskan



Benda Uji dikeringkan hingga berat tetap P : Oven dan talam C : dioven dgn suhu (110± 5)° C setelah tercapai berat tetap, diamkan sampai dingin



Benda Uji dikeringkan hingga berat tetap P : Oven dan talam C : dioven dgn suhu (110± 5)° C setelah tercapai berat tetap, diamkan sampai dingin



Persiapan Larutan



2.10.2 Pelaksanaan Praktikum Cuci Benda Uji P : talam C : cuci sampai bersih dan kotoran hilang



Perhitungan dan Pelaporan Data



Setelah dilakukan 5x Cuci benda uji dengan BaCl2



Cuci benda uji dengan BaCl2



Cuci dengan Air



Cuci dengan Air



Keringkan hingga berat tetap



Keringkan hingga berat tetap



Saring dengan saringan tertentu



Saring dengan saringan tertentu



Timbang per saringan (B1)



Timbang per saringan (B1)



C : Catat setiap hasil penimbangan



Pencatatan Data



Perhitungan Pelaporan Data C : Hitung Nilai presentase pelapukan Nilai prosentase pelapukan dilaporkan hingga 2 desimal



(Sumber : Modul Praktikum Soundness Test (Pengujian Pelapukan Agregat)



Gambar 2.23 Diagram Alir Pengujian Pelapukan Agregat



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 53



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 1. Peralatan a) Oven yang dilengkapi dengan kontrol suhu pada (105 ± 5) °C dan kecepatan penguapan air minimum 25 gram/jam untuk selama 4 jam; selama



pemanasan



kecepatan penguapan



pintu



oven tidak



boleh



terbuka;



ini bisa ditentukan dengan mengetahui



hilangnya air sebanyak satu liter dari lima beker glas berisi air masing-masing 500 gr bersuhu awal (21 ± 2)°C, yang ditempatkan empat buah pada setiap sudut dalam oven serta satu buah di tengah-tengah oven tersebut; b) Timbangan kapasitas tidak kurang dari 500 gram dengan ketelitian 0.1 gram untuk fraksi agregat halus, dan kapasitas tidak kurang dari 5000 gram dengan ketelitian 1 gram untuk fraksi agregat kasar; c) Keranjang kawat untuk menempatkan sampel yang dicelupkan dan direndam bersam-sama dalam bak perendam berisi larutan; besarnya



lubang-lubang



keranjang



kawat



tidak



boleh



mengakibatkan berkurangnya benda uji yang ada di dalamnya; tinggi dan diameter keranjang kawat disesuaikan ukuran bak yang tersedia, seperti terlihat pada Gambar terlampir; d) Saringan-saringan sesuai yang diperlukan adalah sebagai berikut: Tabel 2.16 Ukuran Saringan yang digunakan Ukuran Halus 0,15 mm (No.100) 0,30 mm (No.50) 0,60 mm (No.30) 1,18 mm (No.16) 2,36 mm (No.8 ) 4,00 mm (No.5 ) 4,75 mm (No.4 )



Ukuran Kasar 8,00 mm 9,50 mm 12,50 mm 16,00 mm 19,00 mm 25,00 mm 32,00 mm 37,50 mm 50,00 mm 63,50 mm



e) Pengatur suhu harus digunakan untuk mengatur suhu pada tempat larutan selama pelaksanaan perendaman sampel;



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 54



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A f) Alat pengguncang saringan bila diperlukan; g) Alat pengukur berat jenis larutan atau hidrometer sesuai ASTM E100 dengan ketelitian ± 0,001; h) Beker glas digunakan untuk tempat air pada saat pengeringan sampel.



2. Sampel a) Sampel harus diberi nomor, identitas serta tanggal pengambilan; b) Pengambilan



sampel harus dilakukan secara acak



pada



contoh



yang sama dari suatu sumber agregat. c) Pengambilan



contoh uji dilakukan sesuai dengan



cara-cara



pemisahan yang berlaku; jumlah contoh uji masing-masing fraksi harus



sesuai dengan ukuran nominal bahan; untuk pengujian ini



maka digunakan sampel yang beratnya lebih besar 5 % dari pada berat total, sesuai ketentuan pada Tabel untuk agregat halus dan Tabel 2 untuk agregat kasar di bawah; 3. Persiapan Sampel Sebelum dilakukan pengujian, maka harus disiapkan sampel sebagai berikut: a) Siapkan larutan Sodium Sulfat atau Magnesium Sulfat untuk pelaksanaan kira-kira



perendaman



sampel; dimana volume dari



larutan



lima kali dari seluruh sampel untuk setiap kali



perendaman; cara mempersiapkan larutan adalah sebagai berikut: 



Larutan Sodium Sulfat Campurkan garam ke dalam air pada temperatur (25 s/d 30)°C, yaitu 215 gram Anhydrous salt (Na2SO4) atau 700 gram decahydrate (Na2SO4.10H2O) dalam bentuk kristal dengan 1 liter air; aduk garam dengan air hingga tercampur dan mempunyai berat jenis antara 1,151 dan 1,174 pada suhu



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 55



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A (21 ± 1) °C, kemudian



larutan dibiarkan selama 48 jam



sebelum digunakan dalam pengujian; 



Larutan Magnesium Sulfat Campurkan garam dengan air pada temperatur (25 s/d 30) °C, yaitu 350 gram Anhydrous salt (MgSO4) atau 1230 gram heptahydrate (MgSO4.7H2O) satu liter



air;



aduk hingga



dalam bentuk kristal dengan larutan



bercampur sampai



mencapai berat jenis antara 1,295 dan 1,308 pada suhu (21 ± 1) °C, kemudian larutan dibiarkan selama 48 jam sebelum digunakan dalam pengujian; b)



Persiapkan benda uji yang akan digunakan seperti ketentuan dibawah ini: 



Sampel agregat halus Benda (No.50) dicuci;



uji



adalah agregat tertahan saringan 0,30



dan lolos tahap



saringan ukuran 9,5 mm



mm



yang sudah



penyiapan sampel harus dilakukan sebagai



berikut:







-



cuci agregat halus dengan saringan No.50;



-



keringkan sampai berat konstan pada suhu (110 ± 5) °C;



-



saring agregat sesuai ukuran-ukuran fraksi di atas dan yang tertahan di atas saringan masing-masing dipisahkan;



-



timbang agregat sebanyak masing-masing 100 gram untuk tiap fraksi dan tempatkan masing-masing pada keranjang yang telah tersedia beri identitas.



Sampel agregat kasar Contoh (No.4)



uji



adalah agregat tertahan saringan 4,75 mm



yang sudah dicuci; tahap penyiapan sampel adalah



sebagai berikut: -



cuci sampel ;



-



keringkan sampai berat konstan pada suhu 110 ± 5 °C ;



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 56



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A -



saring agregat dan timbang sesuai fraksi pada Tabel 2 di atas;



ukuran-ukuran



-



tempatkan masing-masing sampel itu ke dalam keranjang yang tersedia secara terpisah dan beri identitas.



Ganti dengan foto dokumentasi praktikum masing-masing kelompok (1-2 foto).



2.10.3 Data dan Perhitungan Perhitungan



nilai



persentase pelapukan



agregat,



dihitung



dengan



menggunakan rumus sebagai berikut:



Xi =



( a I −bi ) ai



×100



Xi



= persentase agregat yang lolos saringan sesudah di uji;



ai



= berat sebelum di uji;



bi



= berat yang tertahan saringan sesudah di uji;



Persentase berat agregat asal, dihitung sebagai berikut:



y % yi = i ×100 y %yi



= persentase berat agregat terhadap total berat agregat;



yi



= berat agregat untuk tiap fraksi;



Y



= berat total agregat;



Persentase agregat yang mengalami pelapukan : %wi = %yi x Xi %wi



= persentase berat agregat yang mengalami pelapukan;



%yi



= persentase berat agregat terhadap total berat agregat;



Xi



= persentase berat agregat yang lolos saringan sesudah pengujian;



Total persentase berat agregat yang mengalami pelapukan : Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 57



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A n



%w = %w



∑ %w i i



= persentase total berat agregat yang mengalami pelapukan;



Tabel 2.17 Data dan perhitungan Pengujian Pelapukan Agregat Masukkan data hasil praktikum Soundness dari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya contoh.



Berat (gram)



½”



¾”



Berat wadah (gram)



(A)



-



-



Berat wadah dan sampel (gram)



(B)



-



-



Berat sampel (gram)



(C)



686,9



526,6



Berat Sampel (setelah perendaman) (gram) (D)



672,6



522,2



Soundness (C – D)/C (%)



2, 08



0,84



Soundness (rata-rata) (%)



1,46



2.10.4 Diskusi Diskusi berisi analisis hasil pengujian secara lengkap, permasalahan praktikum yang terjadi, dan saran untuk pengujian selanjutnya.



Pengujian



Analisis ini hanya contoh. Analisis kelompok harus lebih lengkap dari ini karena penilaian kelompok terbesar adalah pelaksanaan pengujian di Lab dan analisis hasil pengujian.



yang berhubungan dengan perubahan cuaca ini atau physico-



chemical test ini ada beberapa macam, diantaranya slake durability index, modal analysis. Slake durability index mengukur ketahanan batuan terhadap retak, indeks yang diukur berdasarkan kekuatan batu lumpur.



Modal



analisis menentukan mineral sekunder yang dihasilkan dari proses cuaca dan perubahannya, test ini merupakan indikator utama untuk menetapkan derajat pengaruh cuaca.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 58



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.11



Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus (Sand Equivalent) 2.11.1 Dasar Teori Agregat yang kita gunakan tidak seutuhnya bersih sehingga dengan kata lain sering terdapat zat-zat asing yang tidak diinginkan, yang dapat merugikan perkerasan aspal. Zat-zat yang tidak diinginkan antara lain tumbuhtumbuhan, shales, butiran-butiran lunak, gumpalan tanah liat dan lapisanlapisan tanah liat pada butiran agregat keras. Kerbersihan agregat seringkali ditentukan dengan pemeriksaan visual tetapi dengan pemeriksaan di laboratorium akan lebih memberikan hasil yang lebih positif tentang bersih tidaknya agregat terutama pada agregat dengan gradasi lebih halus. Persamaan Pasir atau Sand Equivalent Test merupakan suatu cara pengujian yang cukup cepat di lapangan untuk mengukur perbandingan relative antara bagian yang merugikan dengan bahan agregat halus tersebut yang lolos saringan ASTM No.4 (4,75 mm). Pengujian ini dikembangkan oleh California Division of Highway. Semakin besar nilai SE semakin bersih bahan agregat tersebut, serta sebaliknya. Di lapangan tes ini dilakukan untuk memeriksa perubahan kualitas bahan selama produksi atau pemindahan. Pemeriksaan kebersihan agregat perlu dilakukan agar dapat mengakomodir keingintahuan tentang daya lekat aspal (proses masuknya aspal ke dalam pori agregat) dengan baik, sehingga interlocking bisa terjadi dengan baik dan tidak ada slippage antar butir agregat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa kebersihan agregat dalam presentase kadar Lumpur yang terkandung dalam agregat.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 59



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.11.2 Pelaksanaan Praktikum



(Sumber : Modul Praktikum Sand Equivalent Test (Pengujian Kadar Lumpur Agregat)



Gambar 2.24 Diagram Alir Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 60



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 1. Peralatan a) Alat pemeriksa Sand Equivalent terdiri dari silinder dari plastic, tutup karet, tabung irrigator, kaki pemberat dan sifon b) Kaleng pengukur dengan diameter hamper 2 ½ “ (57 mm) dan kapasitas 85 ± 5 ml c) Saringan No.4 d) Corong dengan mulut yang luas untuk memindahkan sample ke dalam labu ukur e) Dua buah botol masing-masing berkapasitas 1 gallon (3,78 liter) untuk menyimpan bahan larutan dan larutan siap pakai f) Panci datar untuk mencampur g) Jam dengan pembacaan sampai ketelitian detik h) Pengguncang mekanis dengan kemampuan lempar 8 ± 0.04 in dan beroperasi 175 ± 2 cpm atau dapat dengan manual tangan dengan memberikan gerakan osilasi pada kecepatan 100 lingkaran penuh dalam waktu 45 ± 5 detik. i) Larutan CaCL2, glycerine dan formaldehyde 2. Pembuatan Larutan a) Larutkan 454 gram



CaCL2 dengan ½ gallon air yang telah



dididihkan, kemudian dinginkan b) Saring dengan saringan wattman No.12 c) Pada larutan yang telah disaring, tambahkan 2050 gram glycerine dan 47 gram formaldehyde kemudian diaduk rata dan encerkan hingga 1 gallon d) Larutan siap dipakai 3. Benda Uji a) Paling sedikit siapkan 1500 gram sample berupa agregat halus/pasir yang lolos saringan No. 4 dan butir-butir halus yang menggumpal Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



dihancurkan



hingga



dapat



melewati



saringan



2 - 61



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A tersebut, atau agregat halus dapat diperoleh dengan cara perempat b) Aduk secara manual dengan gerakan memutar secara mendatar paling sedikit 1 menit untuk mencapai keseragaman c) Pisahkan sample menjadi 4 bagian yang cukup untuk mengisi 4 buah kaleng pengukur d) Keringkan sample sampai berat tetap pada suhu 105 ± 5 °C dan dinginkan sebelum ditest Nilai SE dari sample yang belum dikeringkan biasanya mempunyai nilai yang lebih rendah. Untuk penghematan waktu biasanya diijinkan untuk menguji dalam keadaan basah. Namun apabila hasil test dibawah nilai yang diijinkan maka test diulang dengan dikeringkan terlebih dahulu. Jika pengujian dilakukan dengan sample yang telah dikeringkan tetapi mendapat nilai di bawah yang diijinkan, maka perlu diadakan pengulangan lagi dengan 2 buah sample dalam kondisi yang telah dikeringkan juga. 4. Pengujian a) Masukan larutan yang telah dibuat ke dalam labu ukur plastic dengan menggunakan sifon sampai setinggi 4 ± 0.1 in ( 101.6 ± 2.54 mm) b) Masukkan salah satu sample yang telah disiapkan dalam kaleng pengukur ke dalam silinder dengan menggunakan corong untuk menghindari tumpah di sekitar pinggir silinder c) Pukul-pukul bawah silinder dengan tangan beberapa kali untuk melepaskan gelembung udara sehingga sample dapat terbasahi seluruhnya d) Diamkan silinder dalam keadaan berdiri tanpa terganggu selama 10 ± 1 menit e) Sesudah ± 10 menit, tutup silinder, kemudian sedikit dibalikkan dan kocok untuk melonggarkan/melepaskan material



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 62



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A f) Setelah dilongarkan, kocok dengan menggunakan pengguncang mekanis selama 45 ± 1 detik atau dengan manual. Dengan manual silinder diposisikan mendatar dengan kedua ujung dipegang tangan, kemudian lakukan gherakan dari kiri ke kanan secara mendatardengan lengan saja (badan dan bahu dalam kondisi rileks) sebanyak 90 siklus dalam waktu 30 detik. Satu siklus diartikan gerakan penuh dari kiri ke kanan g) Kembalikan silinder ke posisi semula dan buka tutup karet. h) Masukkan tabung irrigator sampai ke dasar silinder dan sambil larutan dimasukkan, bersihkan sisa material yang berada di dinding tabung. Sesampai di dasar berikan gerakan vertical dan berputar sementara larutan terus mengalir dari ujung tabung irrigator sampai ketinggian 15 in (318 mm) i) Angkat tabung irrigator secara perlahan tanpa mematikan aliran dan tetap pertahankan ketinggian larutan 15 in j) Diamkan silinder tanpa terganggu selama 20 menit ± 15 detik. Mulai perhitungan waktu ketika tabung irrigator telah dikeluarkan k) Pada akhir menit ke 20 baca permukaan atas sebagai skala Lumpur. Jika tidak ada batas garis yang jelas, maka biarkan beberapa waktu lagi sampai terbaca skala Lumpur dan catat bacaan waktu terakhir. Jika waktu ini ternyata melebihi 30 menit, maka pengujian harus diulangi lagi dengan ketiga benda ujia lainnya yang ada. l) Setelah pembacaan skala Lumpur,masukkan beban/kaki pemberat ke dalam silinder dengan hati-hati, jangan sampai terbentur mulut silinder ketika diturunkan, sampai menapak pada pasir tanpa ditekan m) Setelah beban/kaki pemberat menyentuh pasir, lepaskan dan baca skala pada batas atas indicator, kemudian kurangi 10 in (254mm). Catat nilai ini sebagai skala pasir.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 63



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A



Ganti dengan foto dokumentasi praktikum masing-masing kelompok (1-2 foto).



(Sumber: Dokumentasi Praktikum)



Gambar 2.25 Pelaksanaan Pemeriksaan Kadar Lumpur



2.11.3 Data dan Perhitungan Jika bacaan baik skala Lumpur dan pasir jatuh di antara skala 0.1 in (2,5 mm), bulatkan ke atas, misalkan 7.95 dibulatkan menjadi 8, 3.22 menjadi 3.3 Hitung nilai SE dalam satuan persen dangan ketelitian 1 desimal



Sand Equivalent (SE) =



skala pasir x100 % skala lumpur



Jika nilai SE bukan bilangan bulat, laporkan pada bilangan bulat terdekat berikut. Sebagai contoh: (3.3/8.0) x 100% = 41.2 %, maka dilaporkan nilai SE 42%



Hitung nilai kadar Lumpur dalam satuan persen bilangan bulat: Kadar Lumpur = 100% - SE (%) Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 64



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A



Masukkan data hasil praktikum Kadar Lumpurdari mata kuliah Teknologi Beton yang telah dilakukan sebelumnya atau gunakan data yang diberikan Asisten. Tabel ini hanya contoh.



Tabel 2.18 Data dan perhitungan Pemeriksaan Kadar Lumpur No . 1 2



Satuan



Indeks



Sampel 1



 



in



A



4,80



 



in



B



3,50



Uraian Pembcaan Skala Lumpur Pembacaan Skala pasir



 



SAND EQUIVALENT



 



%



B/A x 100%



72,92 ≈ 73



 



KADAR LUMPUR



 



%



100% - SE (%)



27



2.11.4 Diskusi



Diskusi berisi analisis hasil pengujian secara lengkap, permasalahan praktikum yang terjadi, dan saran untuk pengujian selanjutnya.



2.12



Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa kadar lumpur pada agregat sebesar 27 %. Kadar lumpur agregat normal yang diijinkan SK SNI S–04–1989Analisis ini hanya contoh. Analisis



F untuk agregat halus (pasir) adalah maksimal 5% sehingga hasil yang harus lebih kelompok lengkap dari ini diperoleh menunjukkan kadar lumpur yang cukup tinggi pada agregat dan



tidak memenuhi syarat maksimum spesifikasi.



Kelekatan Agregat Terhadap Aspal (Affinity for Bitumen Test)



karena penilaian kelompok terbesar adalah pelaksanaan pengujian di Lab dan analisis hasil pengujian.



2.12.1 Dasar Teori Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menguji besarnya kelekatan aspal keras terhadap agregat dengan cara visual. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelekatan aspal pada agregat adalah sebagai berikut: 



Pori-pori dan absorbsi. Agregat berpori berguna untuk menyerap aspal sehingga ikatan antara aspal dan agregat baik. Tetapi terlalu banyak pori dapat mengakibatkan terlalu banyak aspal yang terserap yang berakibat lapisan aspal menjadi tipis.







Bentuk dan tekstur permukaan. Agregat berbentuk kubus dan kasar lebih baik mengikat aspal daripada agregat berbentuk bulat dan halus. Permukaan agregat yang kasar akan memberikan ikatan



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 65



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A dengan aspal lebih baik daripada agregat dengan pemukaan yang licin. 



Ukuran butiran.



Daya lekat aspal terhadap agregat juga dipengaruhi oleh sifat agregat terhadap air. Menurut sifatnya terhadap air, agregat dapat dikelompokkan dalam agregat yang bersifat hydrophilic dan agregat yang bersifat hydrophobic. Agregat yang bersifat hydrophilic adalah agregat yang mudah terikat dengan air sehingga kurang baik sebagai bahan campuran, karena akan mudah terjadi lepasnya lapisan aspal dari agregat akibat pengaruh air. Sebaliknya agregat yang bersifat hydrophobic adalah agregat yang tidak mudah terikat dengan air sehingga ikatan antara aspal dan agregat cukup baik. Sayangnya pada pengujian ini tidak diketahui secara terperinci mengenai faktor-faktor yang yang berkontribusi pada proses pelekatan aspal pada agregat. Pada pengujian ini hanya bisa dideteksi secara visual seberapa persen aspal yang dapat melekat pada agregat sehingga lebih bersifat subjektif.



Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung Tahun 2017



2 - 66



Laporan Praktikum Material Perkerasan Jalan Kelompok V/Kelas A 2.12.2 Pelaksanaan Praktikum



Persiapan Benda Uji



Siapkan agregat kasar dengan berat tertentu P : Saringan timbangan dalam talam C : agregat yang lolos saringan 3/8" dan yang tertahan ¼”



Cuci Benda Uji P : talam C : cuci sampai bersih dan kotoran hilang Benda Uji dikeringkan hingga berat tetap P : oven dan talam C : dioven dengan suhu (110+5)° C setelah tercapai berat tetap diamkan sampai dingin Prlapisan Agregat Kering dengan Aspal Kering



P: talam



Masukkan benda Uji



Panaskan Aspal C : Selama 1 jam dengan suhu 150± 5° C



Pengujian



Tuangkan Aspal Panas



Aduk Hingga Rata



Diamkan sampai suhu ruang



Pindahkan benda uji ke gelas kimia



Isi dengan Air Diamkan pada suhu ruang C : diamkan selama 16-18 jam ambil selaput-selaput aspal yang mengapung



Perhitungan dan Pelaporan Data



Perkirakan presentasi luas permukaan



Pencatatan Data C : Perkirakan presentasi agregat yang masih terselimuti aspal berdasarkan pengamatan Perhitungan dan Pelaporan data C : Hitung prosentase kelekatan agregat thd aspal nyatakan dengan >95% atau