Bab 2 Pengukuran Pulang Pergi (Sumber Belum Dibenerin) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 2 PENGUKURAN PULANG PERGI



2.1 Teori Dasar Ilmu ukur tanah adalah suatu cabang dari keilmuan Geodesi yang khusus mempelajari sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuran (surveying) guna mendapatkan hasil akhir yakni sebuah peta. Pengukuran ini dilakukan terhadap detil-detil alam maupun buatan manusia meliputi posisi horizontal (x,y) dan juga posisi secara vertikal (z). Sedangkan geodesi sendiri mencakup kajian dan pengukuran yang jauh lebih luas. Bukan hanya sekedar pemetaan dan penentuan posisi di darat namun juga di udara dan laut untuk berbagai keperluan. Termasuk analisis dan pengambilan keputusan serta perhitungan perhitungan secara statistik dan lainnya adalah sedikit dari ranah geodesi dalam pengukuran dan pemetaan. Ilmu ukur tanah itu sendiri membutuhkan alat untuk membantu surveyor mendapatkan data yang diperlukan. Alat-alat yang membantu surveyor itu seperti waterpass, total station, theodolite, gps, dsb. Setiap alat juga memiliki fungsinya masing-masing. Selain itu setiap alat memiliki keuntungan dan kekurangan. Pengukuran profil bertujuan untuk menentukan elevasi titik-titik pada permukaan tanah sepanjang garis tertentu sehingga akan diperoleh profil (potongan tegak dari permukaan tanah sepanjang garis yang diuji coba). Pengukuran profil berguna untuk perencanaan jalan raya, kanal, saluran air, galian pipa-pipa untuk saluran air dan sebagainya. Pengukuran profil menggunakan alat sipat datar (waterpass).



Sipat datar adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan beda tinggi antara dua tempat atau lebih di lapangan dengan cara membaca skala pada rambu vertikal yang tepat berhimpit pada posisi garis bidik horizontal. Sipat datar bertujuan untuk menentukan selisih antara tempat-tempat yang sudah ditentukan di muka bumi, dimana tempat tersebut dinyatakan di atas atau di bawah bidang referensi.



Gambar 2.1 Bagian-bagian Sipat Datar (Pancayana, 2019)



Bagian dari alat sipat datar adalah: 1.



Lensa bidik, berfungsi untuk membidik objek.



2.



Sekrup A, B, dan C, berfungsi untuk mengatur gelembung nivo agar berada di tengah lingkaran.



3.



Nivo, berfungsi untuk menentukan kedataran alat.



4.



Pemutar fokus, berfungsi untuk memperjelas objek yang dibidik.



5.



Cermin nivo, untuk memantulkan bayangan nivo.



6.



Vizier bidikan, untuk mengarahkan arah bidikan teropong.



7.



Sekrup fokus benang, untuk memfokuskan benang bidikan.



8.



Sekrup penggerak horizontal, untuk menggerakkan secara halus arah bidikan horizontal teropong.



9.



Plat dasar, untuk landasan alat ke tripod.



10. Body teropong, badan teropong. 11. Rumah lensa depan, untuk tempat lensa depan. 12. Skala gerakan sudut horizontal, untuk mengetahui besar gerakan sudut horizontal. 13. Nomor seri alat, untuk identifikasi alat. Penggunaan alat sipat datar (waterpass) bisa menggunakan tiga metode. Metode pengukuran pertama adalah metode pengukuran memanjang. Metode pengukuran kedua adalah metode pengukuran pulang pergi. Metode pengukuran ketiga adalah pengukuran melintang. Setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.



Gambar 2.2 Alat Sipat Datar/ Waterpass (Pancayana, 2019)



Metode pengukuran pulang pergi termasuk juga ke dalam daerah pengukuran memanjang. Hal yang membedakan pengukuran pulang pergi adalah pada saat pengukuran pulang. Metode pulang pergi ini digunakan ketika jarak antara dua titik atau patok diambil sangat berjauhan, dan disesuaikan dengan keadaan sekitar. Metode ini bertujuan agar data yang dihasilkan akan lebih detail dibandingkan menggunakan metode memanjang.



Gambar 2.3 Pengukuran Pulang Pergi (Pancayana, 2019)



Pada metode pengukuran ini, alat akan ditempatkan dipertengahan kedua titik dan kira-kira segaris dengan kedua titik tersbut. Jarak yang diambil adalah jarak langsung yang diukur dengan meteran. Beda tinggi didapat ada dua, yaitu beda tinggi pergi dan beda tinggi pulang. Langkah kerja pada pengukuran pulang sama dengan langkah kerja pada pengukuran pergi, hanya titik awal pengukuran yang berbeda yaitu bila pada pengukuran pergi titik awalnya adalah titik pertama, sedangkan pada pengukuran pulang titik awalnya adalah titik terakhir. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka. Ketika membaca rambu saat menggunakan metode pulang pergi, setelah mengukur beda AB, maka rambu A dipindahkan ke titik C untuk mengukur beda tinggi BC sehingga kita dapat mendapatkan beda tinggi BC. Setelah itu rambu B dipindahkan ke titik D sehingga kita mendapatkan titik CD. Hal ini dilakukan agar mengurangi kesalahan dalam membaca rambu. Mengoreksi data beda tinggi dapat menggunakan rumus: d=(Ba -Bb )×100



(2.1)



Keterangan: d



= Jarak titik (m)



Ba = Benang atas Bb = Benang bawah Sedangkan untuk mengoreksi beda tinggi (penentuan posisi vertikal) yang pada alat sipat datar/ waterpass dapat menggunakan rumus: 1



Bt = 2 (Ba +Bb)



(3.2)



Keterangan: Bt = Benang tengah Ba = Benang atas Bb = Benang bawah Mengkoreksi kesalahan profil memanjang dengan pengukuran pulang pergi apabila sudah diketahui BM, maka dapat dilakukan: 1.



Pada titik pengikatan dengan 1 BM, maka beda tinggi dikoreksi dengan ratarata pulang pergi



2.



Pada titik pengikatan dengan 2 BM, maka perlu meratakn pengukuran dengan menghitung rata-rata beda tinggi (∆H). Kemudian menghitung koreksi rata-rata



Setelah semua data yang sudah didapatkan sudah benar dan sudah dikoreksi, beda tinggi antara dua titik dapat diketahui menggunakan rumus: ∆H=



∆H Pergi- ∆H Pulang 2



Keterangan: ∆H



= Beda tinggi



(2.3)



Dalam pengukuran pulang-pergi, ada beberapa istilah, yaitu slag, seksi, dan sirkuit. 1.



1 slag adalah satu kali alat berdiri untuk mengukur rambu muka dan rambu belakang.



2.



1 seksi adalah suatu jalur pengukuran sepanjang terbagi dalam slag yang genap dan diukur pulang pergi dalam waktu 1 hari.



3.



1 sirkuit adalah suatu pengukuran sipat datar yang sifatnya tertutup sehingga titik awal dan titik akhirnya adalah sama.



Gambar 2.4 Slag, Seksi, dan Sirkuit (Pancayana, 2019)



Ketika mengoperasikan alat sipat datar/ waterpass, aka nada kemungkinan data yang didapat salah atau tidak tepat. Hal ini sering terjadi dikarenakan beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor kesalah dalam mengoperasikan alat a. Pengaturan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (penempatan gelembung nivo yang tidak sempurna dan sebagainya). b. Instrumen sipat datar tidak ditempatkan pada jarak yang sama dari kedua rambu. c. Kesalahan pembacaan. d. Kesalahan pencatatan.



2. Faktor kesalahan karena alam a. Pengaruh sinar matahari langsung : sinar matahari langsung dapat merubah kondisi intrumen sipat datar dan karenanya merubah garis kolimasi. Pada sipat datar teliti selama observasi, instrumen sipat datar harus terlindung dari sinar matahari. Demikian pula, pemuaian atau penyusutan skala rambu harus dikoreksi disesuaikan dengan temperatur rambu tersebut. b. Perubahan posisi intrumen sipat datar dan rambu-rambu : Karena beratnya sendiri, baik instrumen sipat datar maupun rambu akan dapat terbenam, jika ditempatkan di atas tanah yang lunak. Pada tempat-tempat seperti itu, penyangga statif dan rambu haruslah dibuat khusus seperti piket, patok atau harus dipilih tempat-tempat padat. Angin yang berhembus kencang akan menyulutkan pekerjaan pengukuran, dan untuk menghindarinya dapat digunakan perisai pelindung atau menggunakan rambu yang pendek. c. Pengaruh refraksi cahaya: sebagaimana dimaklumi, bahwa berkas cahaya yang melintasi udara dengan kerapatan yang berbeda-beda akan direfraksikan. Sedangkan dekat di atas permukaan tanah temperatur udara sangat berubah-ubah dan karenanya perubahan kerapatannyapun besar pula. Karena itu pembacaan rambu menjadi sulit dan mungkin sekali tidak teliti. Untuk meningkatkan ketelitiannya, jarak bidikan haruslah sependek mungkin. Selanjutnya diusahakan agar posisi instrumen sipat datar terletak di tengah-tengah antara kedua rambu. d. Pengaruh lengkung bumi: karena permukaan bumi tidaklah datar, akan tetapi berbentuk speris, maka lengkung permukaan bumi haruslah diperhitungkan. Tetapi hal ini merupakan problema yang kecil pada sipat datar. Lebih-lebih



apabila instrumen sipat datar ditempatkan di tengah-tengah antara kedua rambu, maka pengaruhnya dapat diabaikan. (Sosrodarsono, 1983) 3. Faktor kesalahan karena operator kurang teliti. Penyetelan instrumen sipat datar yang tidak sempurna (garis kolimasi tidak sejajar dengan sumbu nivo tabung). 2.2 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari praktikum pengukuran pulang pergi menggunakan waterpass adalah untuk menetukan ketinggian titik-titik acuan, dan kemudian digunakan sebagai penentu posisi vertikal titik acuan secara pulang-pergi dengan hasil yang lebih teliti. 2.3 Alat-Alat yang Digunakan Ada beberapa alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran pulang pergi menggunakan waterpass, yaitu sebagai berikut. 1.



Pesawat waterpass



2.



Statif (tripod)



3.



Unting-unting



4.



Bak ukur/ rambu ukur



5.



Nivo



6.



Payung



7.



Patok/ cat sebagai penanda titik



8.



Alat tulis



9.



Roll meter



2.4 Langkah Kerja Pengukuran Pulang Pergi Pada praktikum pegukuran memanjang menggunakan waterpass, ada beberapa langkah kerja, seperti berikut. 2.4.1



Pengukuran Pergi



1.



Menyiapkan alat-alat yang diperlukan pada lokasi pengukuran;



2.



Dilakukan oleh 5/6 orang, dengan tugas bergantian, seorang mengoperasikan alat, seorang mencatat sambil mengoreksi hasil bacaan, 2 orang memegang rambu ukur dan satu orang memegang payung;



3.



Membagi daerah yang akan diukur;



4.



Mengatur statif (tripod) kira-kira di antara titik pengukuran (untuk pengukuran tinggi) dengan menggunakan unting-unting;



5.



Memasang waterpass dan mengatur nivo kontaknya agar posisi pesawat benarbenar datar. (putar sekrup yang ada pada bagian bawah waterpass, hingga posisi nivo benar-benar sentris);



6.



Mengukur ketinggian alat dengan menggunakan meteran;



7.



Meletakkan rambu ukur ke patok satu (1) dan patok dua (2);



8.



Memulai pengukuran dengan rambu di patok satu (P1) sebagai rambu belakang dan rambu di patok dua (P2) sebagai patok rambu muka;



9.



Memulai pembacaan dan mencatat bacaan benang tengah (BT), benang atas (BA), benang bawah (BB);



10. Melakukan poin (4-9) pada titik-titik pengukuran pergi selanjutnya. 2.4.2 1.



Pengukuran Pulang



Memindahkan posisi pesawat waterpass ke tempat yang berbeda dari posisi semula;



2.



Menyentriskan pesawat waterpass;



3.



Memulai pengukuran dengan rambu di patok dua (P4) sebagai rambu depan dan rambu di patok satu (P3) sebagai rambu belakang (kebalikan dari pengukuran pergi);



4.



Memulai pembacaan dan mencatat bacaan benang temgah (BT), benang atas (BA), benang bawah (BB);



5.



Mengulangi langkah (1-4) untuk pengukuran pulang pada titik selanjutnya sampai titik akhir.



2.5 Diagram Alir Berikut ini adalah diagram alir dari pengukuran pulang-pergi menggunakan waterpass. 2.5.1



Diagram Alir Pengukuran Pergi



Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dalam pengukuran pergi menghasilkan diagram alir percobaan yang dapat dilihat pada Gambar 2.5.



Mulai Menyiapkan alat-alat



Membagi daerah yang akan diukur menjadi beberapa jumlah



Mengatur statif tepat di atar patok



Memasang waterpass dan mengatur nivo kontaknya agar posisi pesawat benar-benar datar.



Mengukur ketinggian alat dengan menggunakan roll meter.



Meletakkan rambu ukur ke patok satu dan patok dua.



Memulai pengukuran dengan rambu di patok satu (P1) sebagai rambu belakang dan rambu di patok dua (P2) sebagai rambu muka.



Memulai pembacaan dan catat benang atas dan benang bawah.



Lakukan kegiatan ini pada titik-titik pengukuran pergi selanjutnya.



Data Pengamatan Literatur Pembahasan



Kesimpulan



Selesai Gambar 2.5 Diagram Alir Pengukuran Pergi (Sumber: Dokumen Pribadi)



2.5.2



Diagram Alir Pengukuran Pulang



Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dalam pengukuran pulang menghasilkan diagram alir percobaan yang dapat dilihat pada Gambar 2.6.



Mulai



Memindahkan posisi waterpass ke tempat yang berbeda dengan posisi semula Menyentriskan waterpass



Memulai pengukuran dengan rambu di patok dua (P4) sebagai rambu belakang dan rambu di patok dua (P3) sebagai rambu muka.



Memulai pembacaan dan catat benang atas dan benang bawah.



Lakukan kegiatan ini pada titik-titik pengukuran pulang selanjutnya.



Data Pengamatan



Pembahasan



Kesimpulan



Selesai Gambar 2.6 Diagram Alir Pengukuran Pulang (Sumber: Dokumen Pribadi)



2.6 Data Pengamatan dan Data Perhitungan 2.6.2



Data Pengamatan



Tabel 2.2 Data Pengamatan Pengukuran Pulang-Pergi (Terlampir) 2.6.3



Data Perhitungan



Data percobaan yang dilakukan diketahui: BM = 50 m



a.



Untuk pengukuran sipat datar pergi di titik P1 ─ P2 Tinggi alat (Ta) 1.



= 1,48 m



Bacaan benang muka (P2) Bacaan benang atas (BA)



= 1,62 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,62+ 1,59 2



= 1,605 m Bacaan benang bawah (BB) 2.



= 1,591 m



Bacaan benang belakang (P1) Bacaan benang atas (BA)



= 1,415 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,415+ 1,37 2



= 1,3925 m Bacaan benang bawah (BB)



b.



= 1,37 m



Untuk pengukuran sipat datar pergi di titik P2 ─ P3 Tinggi alat (Ta) 1.



= 1,46 m



Bacaan benang muka (P3) Bacaan benang atas (BA)



= 1,56 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,56+ 1,525 2



= 1,5425 m Bacaan benang bawah (BB)



= 1,525 m



2.



Bacaan benang belakang (P2) Bacaan benang atas (BA)



= 1,41 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,41+ 1,37 2



= 1,39 m Bacaan benang bawah (BB) c.



= 1,37 m



Untuk pengukuran sipat datar pergi di titik P3 ─ P4 Tinggi alat (Ta) 1.



= 1,5 m



Bacaan benang muka (P4) Bacaan benang atas (BA)



= 1,57 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,57+ 1,54 2



= 1,555 m Bacaan benang bawah (BB) 2.



= 1,54 m



Bacaan benang belakang (P3) Bacaan benang atas (BA)



= 1,4 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,4+ 1,36 2



= 1,38 m Bacaan benang bawah (BB) d.



= 1,36 m



Untuk pengukuran sipat datar pergi di titik P4 ─ P5 Tinggi alat (Ta) 1.



Bacaan benang muka (P5)



= 1,45 m



Bacaan benang atas (BA)



= 1,51 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,51+ 1,475 2



= 1,4925 m Bacaan benang bawah (BB) 2.



= 1,475 m



Bacaan benang belakang (P4) Bacaan benang atas (BA)



= 1,47 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,47+ 1,43 2



= 1,45 m Bacaan benang bawah (BB) e.



= 1,43 m



Untuk pengukuran sipat datar pulang di titik P2 ─ P1 Tinggi alat (Ta) 1.



= 1,51 m



Bacaan benang muka (P1) Bacaan benang atas (BA)



= 1,405 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,405+ 1,36 2



= 1,3825 m Bacaan benang bawah (BB) 2.



= 1,36 m



Bacaan benang belakang (P2) Bacaan benang atas (BA)



= 1,605 m



Bacaan benang tengah (BT)



=



BA + BB 2



=



1,605+ 1,575 2



= 1,59 m Bacaan benang bawah (BB) f.



= 1,575 m



Untuk pengukuran sipat datar pulang di titik P3 ─ P2 Tinggi alat (Ta) 1.



= 1,5 m



Bacaan benang muka (P2) Bacaan benang atas (BA)



= 1,465 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,465+ 1,43 2



= 1,4475 m Bacaan benang bawah (BB) 2.



= 1,43 m



Bacaan benang belakang (P3) Bacaan benang atas (BA)



= 1,61 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,61+ 1,575 2



= 1,5925 m Bacaan benang bawah (BB) g.



= 1,575 m



Untuk pengukuran sipat datar pulang di titik P4 ─ P3 Tinggi alat (Ta) 1.



= 1,49 m



Bacaan benang muka (P3) Bacaan benang atas (BA)



= 1,405 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,405+ 1,37 2



= 1,3875 m Bacaan benang bawah (BB) 2.



= 1,37 m



Bacaan benang belakang (P4) Bacaan benang atas (BA)



= 1,58 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,58+ 1,54 2



= 1,56 m Bacaan benang bawah (BB) h.



= 1,54 m



Untuk pengukuran sipat datar pulang di titik P5 ─ P4 Tinggi alat (Ta) 1.



= 1,5 m



Bacaan benang muka (P4) Bacaan benang atas (BA)



= 1,445 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,445+ 1,42 2



= 1,4325 m Bacaan benang bawah (BB) 2.



= 1,42 m



Bacaan benang belakang (P5) Bacaan benang atas (BA)



= 1,58 m



Bacaan benang tengah (BT)



= =



BA + BB 2 1,58+ 1,53 2



= 1,555 m Bacaan benang bawah (BB)



= 1,53 m



i.



Untuk perhitungan jarak optis (D) 1. Bacaan Pergi P1-P2 Bacaan muka pergi (P2): Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,62─1,59) × 100 =3m



Bacaan belakang pergi (P1): Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,415─1,37) × 100 = 4,5 m



2. Bacaan Pergi P2-P3 Bacaan muka pergi (P3): Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,56─1,525) × 100 = 3,5 m



Bacaan belakang pergi (P2): Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,41─1,37) × 100 =4m



3. Bacaan Pergi P3-P4 Bacaan muka pergi (P4): Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,57─1,54) × 100 =3m



Bacaan belakang pergi (P3): Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,4─1,36) × 100 =4m



4. Bacaan Pergi P4-P5 Bacaan muka pergi (P5): Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,51─1,475) × 100 = 3,5 m



Bacaan belakang pergi (P4): Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,47─1,43) × 100 =4m



5. Bacaan pulang P2-P1 Bacaan muka pergi (P1): Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,405─1,367) × 100 = 4,5 m



Bacaan belakang pergi (P2) Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,605─1,575) × 100 =3m



6. Bacaan pulang P3-P2 Bacaan muka pergi (P2): Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,465─1,43) × 100 = 3,5 m



Bacaan belakang pergi (P3) Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,61─1,575) × 100 = 3,5 m



7. Bacaan pulang P4-P3 Bacaan muka pergi (P3): Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,405─1,37) × 100 = 3,5 m



Bacaan belakang pergi (P4) Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,58─1,54) × 100 =4m



8. Bacaan pulang P5-P4 Bacaan muka pergi (P4): Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,445─1,42) × 100 = 2,5 m



Bacaan belakang pergi (P5) Jarak optis (D)



= (BA─BB) × 100 = (1,58─1,53) × 100 =5m



j.



Perhitungan beda tinggi (∆H) 1. Beda tinggi pergi di titik A: Beda tinggi (∆H)



= BT belakang ─ BT muka = (1,3925 ─ 1,605) m = -0,2125 m



2. Beda tinggi pergi di titik B: Beda tinggi (∆H)



= BT belakang ─ BT muka = (1,39 ─ 1,5425) m = -0,1525 m



3. Beda tinggi pergi di titik C: Beda tinggi (∆H)



= BT belakang ─ BT muka = (1,38 ─ 1,555) m = -0,175 m



4. Beda tinggi pergi di titik D: Beda tinggi (∆H)



= BT belakang ─ BT muka = (1,45 ─ 1,493) m = -0,0425 m



5. Beda tinggi pulang di titik A: Beda tinggi (∆H)



= BT belakang ─ BT muka = (1,59 ─ 1,3825) m



= 0,2075 m 6. Beda tinggi pulang di titik B: Beda tinggi (∆H)



= BT belakang ─ BT muka = (1,5925 ─ 1,4475) m = 0,1475 m



7. Beda tinggi pulang di titik C: Beda tinggi (∆H)



= BT belakang ─ BT muka = (1,56 ─ 1,3875) m = 0,1725 m



8. Beda tinggi pulang di titik D: Beda tinggi (∆H)



= BT belakang ─ BT muka = (1,555 ─ 1,4325) m = 0,1225 m



k.



Perhitungan koreksi 1. Koreksi pergi



= ∑BT belakang pergi ─ ∑BT muka pergi = 5,6125 ─ 6,195 = - 0,5825 m



2. Koreksi pulang



= ∑BT belakang pulang ─ ∑BT muka pulang = 6,2975 ─ 5,65 = 0,6475 m



3. Koreksi total



= =



koreksi pergi + koreksi pulang jumlah titik (-0,5825) + (0,6475) 8



= 0,008125



l.



Perhitungan elevasi 1.



Elevasi pergi (A)



= BM + ∆H + koreksi total = 50 + (-0,213) + 0,008125 = 49,7794 m



2.



Elevasi pergi (B)



= BM + ∆H + koreksi total = 50 + (-0,153) + 0,008125 = 49,8394 m



3.



Elevasi pergi (C)



= BM + ∆H + koreksi total = 50 + (-0,175) + 0,008125 = 49,8169 m



4.



Elevasi pergi (D)



= BM + ∆H + koreksi total = 50 + (-0,043) + 0,008125 = 49,9494 m



5.



Elevasi pulang (A) = BM + ∆H + koreksi total = 50 + (0,2075) + 0,008125 = 50,1994 m



6.



Elevasi pulang (B) = BM + ∆H + koreksi total = 50 + (0,145) + 0,008125 = 50,1369 m



7.



Elevasi pulang (C) = BM + ∆H + koreksi total = 50 + (0,1725) + 0,008125 = 50,1644 m



8.



Elevasi pulang (D) = BM + ∆H + koreksi total = 50 + (0,1225) + 0,008125



= 50,1144 m



8.6 Kesimpulan dan Saran 8.6.1



Kesimpulan



Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat hasil sebagai berikut: Tabel 2.1 Kesimpulan Data Pengukuran Pulang Pergi Titik



Target



Tinggi Alat Pergi (m)



Tinggi Alat Pulang Mm)



Jarak Optis (m) Pergi Mk Blk



Pulang Mk Blk



Beda Tinggi (m) Pergi Pulang



Elevasi (m) Pergi



BM



Pulang



50



A



P1-P2



1,48



1,51



3



4,5



4,5



3



-0,213



0,2075



49,7794



50,1994



B



P2-P3



1,46



1,5



3,5



4



3,5



3,5



-0,153



0,145



49,8394



50,1369



C



P3-P4



1,5



1,49



3



4



3,5



4



-0,175



0,1725



49,8169



50,1644



D



P4-P5



1,45



1,5



3,5



4



2,5



5



-0,043



0,1225



49,9494



50,1144



Dalam percobaan pengukuran pulang-pergi yang dilakukan di 4 titik yanng berbeda untuk menentukan ketinggian titik-titik secara lebih detail, dihasilkan bahwa titiktitik dalam pengukuran pergi cenderung menurun dan kemudian pada titik-titik dalam pengukuran pulang cenderung naik. Hal ini dapat disebabkan oleh permukaan dari titik pengukuran yang tidak sejajar. Pada pengukuran pulang-pergi yang menggunakan alat waterpass ini memiliki kemungkinan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh praktikan. Kesalahan inilah yang dapat mengubah nilai akhir dari suatu percobaan yang dilakukan. Adapun kesalahan yang mungkin terjadi yaitu: pembacaan pita ukur yang keliru; tidak tepatnya meletakkan rambu ukur di titik yang telah ditentukan; ganggguan yang berasal dari alam, seperti sinar matahari yang menyebabkan pantulan sinar ke alat waterpass sehingga mengganggu pembacaan benang ukurnya.



8.6.2



Saran



Setelah melakukan praktikum pulang pergi, praktikan perlu memperhatikan beberapa hal, seperti: 1.



Memeriksa kelengkapan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum pulang-pergi.



2.



Memastikan bahwa posisi alat untuk pengukuran berada di titik yang sesuai dan berada di tempat yang tepat sehingga kesalahan pembacaan bisa diminimalisir.



3.



Membaca bidikan dengan tepat dan akurat, serta mengoreksi hasil dari bacaan tersebut.



4.



Pastikan bahwa keadaan lingkuran tidak berpengaruh signifikan terhadap percobaan pengukuran pulang-pergi.