BAB 2 Tinjauan Kasus Ca Mamae [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ree
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Konsep Kanker Payudara 1. Anatomi Payudara



Gambar 2.1 Anatomi Payudara Sumber : Putra (2015) Payudara adalah perlengkapan organ reproduksi pada perempuan yang mempersiapkan pembentukan air susu ibu pada saat menyusui kelak. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada waktu menyusui bisa mencapai 800 gram (Maryunani, 2010). Payudara merupakan kelenjar yang terletak dibawah kulit, di atas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Dengan kata lain, payudara terletak di dinding depan fasia superfisialis antara tulang dada sampai tulang iga ke-enam, bentuk payudara cembung ke depan dengan puting di tengahnya, yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua.



7



8



Terdapat tiga bagian utama payudara, yaitu: a. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar. b. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah. c. Papilla atau puting yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. (Maryunani, 2010)



2. Fisiologi Payudara Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium dan hormon hipofisis menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur meinstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Terkadang, timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri, sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobulus dan duktus alveolus berproliferasi, serta tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dan hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi



9



asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu ( Putra, 2015).



3. Definisi Kanker Payudara Kanker payudara adalah suatu penyakit yang disebabkan karena adanya pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel (jaringan) payudara. Munculnya sel kanker tersebut terjadi sebagai hasil dari mutasi atau perubahan yang tidak normal pada gen yang bertanggung jawab menjaga pertumbuhan sel dan menjaganya tetap normal (sehat). Dimulai pada sel di lobulus, kelenjar yang memproduksi susu atau pada duktus saluran kelenjar susu, saluran yang menghubungkan lobulus ke puting susu (Kumalasari & Adhyantoro, 2012). Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di jaringan payudara. Ia bisa berada di dalam kelenjar susu, jaringan lemak ataupun dalam jaringan ikat yang terdapat pada payudara. Kanker itu merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol akibat perubahan yang tidak normal dari gen yang tidak bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel (Saydam, 2012). Kanker payudara adalah tumor ganas pada payudara atau salah satu payudara, kanker payudara juga merupakan benjolan atau massa tunggal yang sering terdapat di daerah kuadran atas bagian luar, benjolan ini keras dan bentuknya dapat digerakkan. Kanker payudara adalah suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal dari parenchyma.



10



Jaringan payudara terdiri dari kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air susu), dan jaringan penunjang payudara (Olfah, 2013).



4. Faktor Risiko Menurut Smeltzer dan Bare (2002), terdapat beberapa faktor yang mempunyai



pengaruh



terhadap



terjadinya



kanker



payudara,



diantaranya: a. Gender Perempuan memiliki risiko terkena kanker payudara lebih besar dibanding



laki-laki.



Perbandingannya



seratus



banding



satu



perempuan yang terkena kanker payudara dibandingkan laki-laki, terutama karena jaringan payudara perempuan jauh lebih terkena hormon seperti estrogen yang mengembangkan pertumbuhan sel abnormal. b. Pemakaian hormon Faktor hormon penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Penggunaan KB dalam jangka panjang dapat membuat kadar hormon meningkat karena KB jenis suntikan mengandung estrogen dengan dosis tinggi, kadar hormon yang tinggi selama masa reproduksi perempuan, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormon karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.



11



c. Kegemukan (obesitas) setelah menopause Seorang perempuan yang mempunyai berat badan yang melonjak secara signifikan memiliki estrogen lebih banyak dalam tubuhnya, karena beberapa hormon terbuat dari jaringan lemak. Ketika jumlah estrogen melonjak maka risiko kanker payudara juga meningkat. d. Radiasi payudara yang lebih dini Sebelum usia 30 tahun, seorang perempuan yang harus menjalani terapi radiasi di dada (termasuk payudara) akan memiliki kenaikan risiko terkena kanker payudara. Semakin muda ketika menerima pengobatan radiasi, semakin tinggi risiko untuk terkena kanker payudara di kemudian hari. e. Riwayat kanker payudara Seorang perempuan yang mengalami kanker payudara pada satu payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menderita kanker baru pada payudara lainnya atau pada bagian lain dari payudara yang sama. Tingkat risikonya bisa tiga sampai empat kali lipat. Karena menyebabkan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara. f. Riwayat keluarga Risiko dapat berlipat ganda jika ada lebih dari satu anggota keluarga inti yang terkena kanker payudara dan semakin mudah ada anggota keluarga yang terkena kanker maka akan semakin besar penyakit tersebut menurun. Salah satu alasan utama untuk risiko ini merupakan mutasi diwariskan dalam salah satu dari dua gen, yaitu



12



BRCA1 dan BRCA2. Mutasi gen lain juga dapat mewarisi kanker payudara, tetapi ini jarang dan tidak mempengaruhi risiko kanker payudara. g. Periode menstruasi Perempuan yang sebelum usia 12 tahun atau yang telah melalui perubahan kehidupan (fase menopause) setelah usia 50 tahun mempunyai risiko terkena kanker payudara yang sedikit lebih tinggi. Mereka yang mempunyai periode menstruasi yang lebih sehingga lebih banyak hormon estrogen dan progesteron. h. Umur atau usia Sebagian besar perempuan menderita kanker payudara berusia 50 tahun ke atas dan jarang terjadi pada perempuan sebelum menopause, hampir 80% pada diagnosis awal kasus penyebaran el kanker payudara terjadi pada perempuan di atas usia 50 tahun. Karena itu risiko terkena kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia. i. Ras Kanker payudara lebih umum terjadi pada perempuan berkulit putih. Kemungkinan terbesar karena makanan yang mereka makan banyak mengandung lemak. Ras seperti Asia mempunyai bahan pokok yang tidak banyak mengandung lemak yang berlebih.



13



j. Perubahan payudara Jika seorang perempuan memiliki perubahan jaringan payudara yang dikenal sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka seorang perempuan memiliki peningkatan risiko kanker payudara. k. Aktivitas fisik Aktivitas fisik pada perempuan menopause yang berjalan sekitar 30 menit per hari dikaitkan dengan penurunan 20 persen risiko kanker payudara. Hal ini dapat terjadi karena gaya hidup tidak aktif bergerak bisa berujung pada obesitas, yang juga merupakan faktor risiko terkena kanker payudara. l. Konsumsi alkohol Perempuan yang sering mengkonsumsi alkohol akan berisiko terkena kanker payudara karena alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga hati bekerja lebih keras dan sulit memproses estrogen agar keluar dari tubuh dan jumlahnya akan meningkat. Risiko akibat konsumsi alkohol ini terjadi karena alkohol bisa meningkatkan jumlah hormon.



5. Manifestasi Klinis Menurut Manan (2011) menyebutkan bahwa pada tahap awal tidak terdapat tanda dan gejala yang khas. Tanda dan gejala dapat terlihat pada tahap lanjut antara lain : a. Adanya benjolan di payudara dan ketiak. b. Perubahan ukuran dan bentuk payudara.



14



c. Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah, darah. Boleh jadi cairan itu berwarna kuning sampai hijau. d. Perubahan pada warna dan tekstur kulit payudara, puting payudara, maupun areola (daerah berwarna coklat tua disekeliling puting payudara). e. Payudara tampak kemerahan. f. Kulit disekitar payudara bersisik. g. Puting payudara tertarik kedalam dan terasa gatal. h. Adanya rasa nyeri di payudara. i. Pembengkakan disalah satu payudara.



Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), tanda carsinoma kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips. Gejala carsinoma kadang tidak nyeri, kadang nyeri, adanya cairan yang keluar dari puting susu, puting eritema, mengeras, asismetik, inversi, gejala lain biasanya nyeri tulang, berat badan menurun karena sebagai petunjuk adanya metastase.



6. Patofisiologi Kanker payudara sering terjadi pada perempuan di atas umur 50 tahun, merupakan penyakit yang mempunyai banyak faktor terkait dan gantung pada tempat lokasi dan jaringan terserang. Penyebab tidak dapat ditentukan dengan pasti, ada tiga faktor yang dapat mendukung



15



yaitu hormon, virus dan genetik. Kanker payudara dapat menjalar langsung pada struktur tubuh terdekat atau berjarak oleh emboli sel kanker yang dibawa melalui kelenjar getah bening atau pembuluh darah. Kelenjar getah bening di aksila, supra clavicula atau mediastinal merupakan tempat penyebaran pertama, sedangkan struktur tubuh lain adalah : paru, hati, tulang belakang dan tulang pelvis. Diagnosis dini sangat diperlukan untuk keberhasilan pengobatan dan prognosa penyakit ini tergantung dari luasnya daerah yang diserang (Olfah, 2013).



7. Jenis Kanker Payudara Putra (2015) menjelaskan ada beberapa jenis kanker payudara yang sering terjadi : a. Lobular Carcinoma in Situ (LCIS) LCIS merupakan jenis kanker yang tidak menyebar, pada LCIS pertumbuhan jumlah sel terlihat jelas dan berada didalam kelenjar susu (lobules) b. Ductal Carcinoma in Situ (DCIS) DCIS merupakan tipe kanker payudara noninvasif yang sering terjadi.



DCIS



terdeteksi



pada



mamogram



sebagai



microcalcifications tumpukan kalsium dalam jumlah kecil) c. Infiltrating Lobular Carcinoma (ILC) ILC mulai terjadi di dalam kelenjar susu pada payudara, tetapi sering menyebar (metastatizes) kebagian tubuh yang lain.



16



d. Infiltrating Ductal Carcinoma (IDC) IDC dikenal sebagai invasive ductal carcinoma, IDC terjadi di dalam saluran susu pada payudara, lalu menjebol dinding saluran dan menyerang jaringan lemak payudara. Selain jenis kanker payudara



yang sering terjadi, ada pula



kanker payudara yang jarang terjadi. Adapun jenis kanker payudara yang jarang terjadi sebagai berikut : 1) Medullary Carcinoma Medullary carcinoma adalah jenis kanker payudara invasif yang membentuk satu batas yang tidak lazim antara jaringan tumor dan jaringan normal. 2) Mucinous Carcinoma Mucinous carcinoma adalah jenis kanker payudara yang jarang terjadi, yang terbentuk oleh sel kanker yang memproduksi mucus (lendir). 3) Tubular Carcinoma Tubular carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara invasif. 4) Inflammatory Breast Cancer (IBC) Inflammatory breast cancer ialah kondisi payudara yang terlihat meradang (merah dan hangat) dengan cekungan dan pinggiran tebal yang disebabkan oleh sel kanker yang menyumbat pembuluh limfe kulit pembungkus payudara, pertumbuhannya cepat.



17



5) Paget’s Disease of The Nipple Paget’s disease of the nipple ialah jenis kanker payudara yang berawal dari saluran susu, lalu menyebar ke areola dan puting payudara. Gejala yang tampak seperti kulit payudara akan pecah-pecah, memerah, timbul borok, dan mengeluarkan cairan. 6) Phylloides Tumor Phylloides tumor ialah jenis kanker yang dapat bersifat jinak ataupun ganas dan berkembang di dalam jaringan konektif payudara yang dapat ditangani dengan operasi pengangkatan.



8. Stadium Kanker payudara Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya kanker payudara yaitu dimulai dari pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang dapat dilakukan mandiri oleh setiap perempuan untuk mengetahui adanya perubahan pada payudara sejak dini. Tes diagnostik lebih lanjut dapat dilakukan dengan mammografi yaitu suatu pemeriksaan radiologi yang dapat mendeteksi lesi yang tidak teraba, bisa mendeteksi tumor sebelum tumor itu teraba. Ultrasonografi



(USG)



digunakan



bersama



mammografi



untuk



mengetahui kista berisi cairan atau yang lainya. Apabila dengan palpasi atau



mammografi



didapatkan



adanya



lesi,



maka



selanjutnya



18



dilakukannya biopsy untuk memastikan adanya kanker dan tahapannya ( Olfah, 2013). Sistem TNM menggunakan tiga kriteria untuk menentukan stadium kanker, yaitu: (T, Tumor), yaitu Tumor size atau ukuran tumor seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya. (N, Node), kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar kekelenjar getah bening sekitarnya. (M,Metastasis), kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain, ketiga faktor T, N, M dinilai baik secara klinik sebelum dan sesudah operasi, serta dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berkut: T (Tumor Size), ukuran tumor a. T0 : Tidak ditemukan tumor primer. b. T1 : Ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang. c. T2 : Ukuran tumor diameter antara 2-5 cm. d. T3 : Ukuran tumor diameter > 5cm. e. T4 : Ukuran tumor berapa saja tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau pada keduanya. Dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit tumor utama. N (Node), kelenjar getah bening regional. a. N0: Tidak terdapat metasis pada kelenjar getah bening regional di ketiak.



19



b. N1: Ada metasis ke kelenjar getah bening aksila yang masih dapat digerakkan. c. N2: Ada metasis ke kelenjar getah bening aksila yang sulit digerakkan. d. N3: Ada metasis ke kelenjar getah bening di atas tulang selangka (supraclavicula) atau kelenjar getah bening di mammary interna di dekat tulang sternum. M (Metasis), penyebaran jauh a. MX: Metasis jauh belum dapat dinilai b. M0: Tidak terdapat metasis jauh c. M1: Terdapat metasis jauh



Setelah masing masing faktor T, N, M diperoleh, kemudian ketiga faktor tersebut digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut: a.



Stadium I



: Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm,



tidak terfiksasi pada kulit atau otot pektoralis, tanpa dugaan metastasis aksila. b.



Stadium II : Tumor dengan diameter < 2 cm dengan metastasis aksila atau tumor dengan diameter 2-5 cm dengan atau tanpa metastasis aksila.



c.



Stadium IIIa : Tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya dengan atau tanpa metastasis aksila yang



20



masih bebas atau sama lain, atau tumor dengan metastasis aksila yang melekat. d.



Stadium IIIb : Tumor dengan metastasis infra atau supraklavikular atau tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding toraks.



e.



Stadium IV: Tumor yang telah mengalami metastasis jauh (Olfah



2013).



Dengan diketahuinya stadium kanker bermanfaat untuk : a.



Dapat mengetahui keadaan sejauh mana tingkat pertumbuhan kanker dan penyebaran kanker ketika pertama kali didiagnosis, apakah merupakan stadium dini atau stadium lanjut.



b.



Untuk menentukan perkiraan prognosis atau tingkat harapan kesembuhan dan harapan hidup seberapa besar. Selain itu juga dapat memperkirakan bebas dari kekambuhan penyakit bila setelah diobati.



c.



Untuk menentukan jenis pengobatan atau tindakan terbaik berdasarkan stadiumnya, karena masing – masing stadium berbeda cara penanganannya.



9.



Prognosis Menurut Manan (2011), stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik guna menentukan prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan hidup lima tahun pada penderita kanker



21



payudara yang telah menjalani pengobatan yang sesuai mendekati persentase berikut : a. 95% untuk stadium 0 : b. 88% untuk stadium I : c. 66% untuk stadium II : d. 36% untuk stadium III : e. 7% untuk stadium IV.



10. Pencegahan kanker payudara Menurut Olfah (2013), strategi pencegahan yang paling efektif untuk penyakit tidak menular yaitu promosi kesehatan dan deteksi dini, begitu juga pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa: a. Pencegahan primer Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari paparan berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. b. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini melalui beberapa metode seperti mamografi atau SADARI (periksa payudara sendiri). c. Pencegahan tersier Pencegahan tersier yaitu pencegahan yang lebih diarahkan kepada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan



22



yang tepat pada kanker payudara sesuai stadium akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup pasien.



11. Penatalaksaan kanker payudara Batasan stadium yang masih bisa dioperasi atau diobati adalah stadium III A. Terapi pada stadium III B dan IV tidak lagi menggunakan mastektomi, melainkan pengobatan paliatif. Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit (Olfah, 2013) yaitu : a. Pembedahan /Operasi Operasi adalah terapi untuk membuang tumor memperbaiki komplikasi dan merekontruksi efek yang ada melalui operasi. Dan tidak semua stadium kanker dapat disembuhkan atau dihilangkan dengan cara pembedahan ini. Semakin dini kanker payudara ditemukan kemungkinan sembuh dengan - dilakukannya operasi semakin besar. Jenis – jenis operasi yang dilakukan untuk mengobati kanker payudara yaitu: 1)Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. 2)Pengangkatan Kelenjar Getah Bening (KGB) ketiak dilakukan terhadap pasien kanker payudara yang menyebar tetapi besar tumornya > 2,5 cm. b. Radiasi/penyinaran Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan



23



membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. c. Kemoterapi Kemoterapi adalah pemberian obat - obatan anti kanker dalam bentuk pil cair atau kapsul melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi juga diseluruh tubuh. d. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 1) Aturlah posisi dengan berdiri didepan cermin dengan dada terbuka bahu tegak dengan kedua tangan tergantung lepas. Perhatikan dengan teliti kedua payudara, apakah bentuk kedua payudara bagian kiri dan kanan simetris, apakah bentuknya membesar atau mengeras. Biasanya payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Apakah arah putingnya lurus kedepan atau berubah arah, apakah putingnya tertarik kedalam, apakah puting kulitnya ada yang lecet, apakah kulitnya tampak adanya kerutan atau cekungan, apakah kulitnya menebal seperti diatas, bearti itu tandanya abnormal. 2) Angkat kedua lengan lurus keatas, dan perhatikan apakah ada tarikan pada kulit atau tidak. 3) Setelah selesai, ulangi pengamatan dengan meletakkan kedua tangan didepan perut. Perhatikan adanya perubahan seperti benjolan yang lebih jelas pada payudara.



24



4) Kemudian letakkan tangan dipinggang, dada dibusungkan, kedua siku ditarik kebelakang, kemudian lakukan pengamatan ulang. 5) Menggunakan kedua tangan (jari telunjuk dan ibu jari), secara lembut pijit payudara dari tepi hingga ke puting untuk mengetahui apakah ada cairan yang keluar dari puting susu (seharusnya tidak ada kecuali pada ibu menyusui), jika ada cairan yang keluar seperti cairan kuning atau darah, berarti abnormal. 6) Pada posisi tidur dianjurkan pada posisi berbaring diatas tempat tidur untuk memeriksa payudara satu demi satu. Untuk memeriksa payudara kiri, letakkan sebuah bantal tipis dibawah bahu kiri sedangkan lengan kiri direntangkan keatas disamping kepala atau diletakkan dibawah kepala, periksa payudara kiri dengan menggunakan tangan kanan dan kemudian payudara kanan dengan menggunakan tangan kiri. 7) Periksa menggunakan beberapa jari tangan yang dirapatkan, datar dan bersamaan dengan sentuhan



halus. Gunakan



keempat jari tangan kanan yang saling dirapatkan untuk meraba payudara. 8) Raba dengan gerakkan memutar (seperti membuat putaran kecil-kecil), mulai dari tepi payudara hingga keputing susu.



25



9) Kemudian geser posisi jari sedikit ke sebelahnya dan lakukan lagi gerakkan memutar dari tepi payudara ke sampai ke puting susu. 10) Setelah itu lakukan teknik gerakan memutar mulai dari puting susu, melingkar semakin lebar ke arah tepi payudara atau secara vertikal ke atasa dan kebawah mulai dari tepi paling kiri hingga ke tepi paling kanan dan seluruh area payudara harus tuntas teraba, tidak ada yang terlewatkan. 11) Raba seperempat payudara sebelah luar, letakkan tangan kiri lurus ke bawah dan raba payudara dengan tangan kanan lakukan bergantian. 12) Setelah itu raba aksila dan area di sekitar payudara untuk mengetahui adanya benjolan yang diduga suatu anak sebar kanker. e. Mammografi Mammografi adalah suatu teknik pemeriksaan foto rontgen untuk jaringan lunak, yang memberikan petunjuk adanya kelainan, serta salah satu pemeriksaan teknik yang paling kuat untuk deteksi dini kanker payudara. Mammografi dapat mendeteksi tumor radius 0,5 cm yang masih belum dapat teraba dengan tangan. Peranan mamografi cukup memadai dalam hal: 1) Menyelamatkan hidup, karena dapat mendeteksi dini kelainan payudara yang berupa tumor.



26



2) Alat yang cukup aman, sehingga perempuan tidak perlu takut dengan risiko memeriksa diri dengan mammografi. 3) Mammografi merupakan alat diagnosis yang cukup valid, dengan 15 – 20 % ketidakmampuan mendeteksi tumor yang tidak dapat dilihat dengan metode lain. f. Termografi Thermografi payudara adalah suatu prosedur diagnosis yang menggambarkan payudara sebagai langkah deteksi dini kanker payudara. Prosesnya akan menghasilkan peningkatan suhu di dalam payudara dengan menggunakan sinar infra red.



B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kanker payudara 1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan pasien saat ini, pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial maupun spiritual klien (Asmadi, 2008). Menurut Wijaya dan Putri (2013), data yang dikaji pada pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboraturium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian yang sistematik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.



27



a. Identitas Meliputi data pasien dan data penanggung-jawab, seperti nama, umur (50 tahun ke atas), alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor medical record. b. Keluhan utama adanya rasa nyeri dan benjolan pada payudara, sejak kapan, riwayat penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktor etiologi/ risiko. c. Pengkajian Faktor Resiko 1) Gender 2) Pemakaian Hormon 3) Kegemukan (Obesitas) 4) Radiasi Payudara Yang Lebih Dini 5) Riwayat Kanker Payudara 6) Riwayat Keluarga 7) Periode Menstruasi 8) Umur atau Usia 9) Ras 10) Perubahan Payudara 11) Aktivitas Fisik 12) Konsumsi Alkohol d. Pemeriksaan Fisik 1) Kepala : Pada pasien kemoterapi biasanya mengalami kerontokan pada rambut. 2) Mata : Konjungtiva anemis



28



3) Telinga : Mengalami gangguan fungsi pendengaran. 4) Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan. 5) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa. 6) Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB. 7) Dada Inspeksi: payudara tidak simetris, kelainan papila. Letak dan bentuk berbeda, puting susu tertarik kedalam, kulit mengerut, radang, keluar cairan darah atau nanah di area payudara. Palpasi: a) Pasien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas lapangan dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil. b) Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan operabilitas. c) Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila). d) Adanya metastase nodus (regional) atau organ jauh. e) Stadium kanker (system Tumor Nodul Metastase TNM) dan Union Internationale Contre le Cancere ( UICC) 8) Hepar : biasanya terjadi pembesaran pada hepar. 9) Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ekstremitas. e. Pengkajian 11 Pola Fungsional 1) Persepsi dan Manajemen: pada saat pasien merasakan adanya perubahan pada payudara, pasien tentu tidak menerima dengan



29



apa yang terjadi pada dirinya lalu pasien memeriksakan benjolan yang terasa pada payudara kerumah sakit. 2) Nutrisi – Metabolik: biasanya pasien akan mengalami penurunan nafsu makan (tidak mau makan), karena penyakit yang dideritanya. 3) Eliminasi:



biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, pasien



akan mengalami melena, nyeri pada saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi. 4) Aktivitas dan Latihan: anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan pasien terganggu karena terjadinya kelemahan dan terganggu. 5) Kognitif dan Persepsi: biasanya pasien akan mengalami pusing pasca kemoterapi sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik. 6) Istirahat dan Tidur: biasanya pasien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri. 7) Persepsi dan Konsep diri: payudara merupakan alat vital bagi perempuan. Kelainan atau kehilangan akibat operasi akan membuat pasien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai perempuan normal. 8) Peran dan Hubungan: biasanya pada sebagian besar pasien akan mengalami



gangguan



berinteraksi sosial.



dalam



melakukan



perannya



dalam



30



9) Reproduksi dan Seksual: biasanya akan ada gangguan seksualitas pasien dan perubahan pada tingkat kepuasan. 10) Nilai dan Keyakinan:



diperlukan pendekatan agama supaya



pasien menerima kondisinya dengan lapang dada. f. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang klinis 1) Pemeriksaan radiologist a) Mammografi b) X-foto thoraks c) Kalau perlu galktografi, tulang-tulang, USG abdomen, bone scan, CT scan. 2) Pemeriksaan laboraturium a) Darah lengkap, urin b) Gula darah puasa c) Enxym alkaline sposphate, Laktat dehidrogenase (LDH) d) CEA (Carcinoma Embryonic Antigen), MCA (Mucoid Like Carcino) e) Hormon Reseptor Estrogen receptor (ER), progesterone receptor (PR) f) Aktivitas estrogen/ vaginal smear. 3) Pemeriksaan sitologis a) Fine needle aspiration (FNA) dari tumor b) Cairan kista dan efusi pleura.



31



c) Sekret puting susu, ditemukannya cairan abnormal seperti darah atau nanah.



2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat profesional yang memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan pasien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian (Asmadi, 2008). Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), Wijaya dan Putri (2013) menjelaskan bahwa perencanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan kanker payudara adalah : a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan metastase sel kanker c. Ketidakseimbangan



nutrisi



kurang



dari



kebutuhan



tubuh



berhubungan dengan hipermetabolisme ke jaringan d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan mastektomi f. Gangguan



citra



tubuh



berhubungan



dengan



penampilan fisik. g. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi



perubahan