BAB II Penulisan Unsur Serapan Dan Penulisan Tanda Baca [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II



Penulisan Unsur Serapan Dan Penulisan Tanda Baca



Oleh: Kelas B4 04020180281 Annisa Nurul Sakinah 04020180282 Zafira Nadia Umar 04020180284 Septiara Rizky Trinanda 04020180356 A. Yasmine Safira Unayzah



Fakultas Hukum 2018



A. Penulisan Unsur Serapan 1. Pendahuluan Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar juga ditentukan oleh ketepatan dan kecermatan penulisan unsur serapan. Ketidaktepatan dan ketidakcermatan penggunaan unsur serapan dapat mengakibatkan pembaca atau lawan bicara tidak dapat memahami isi pembicaraan. Berkaitan dengan itu, penggunaan bahasa dituntut harus tepat dan cermat menggunakan kaidah-kaidah penulisan unsur serapan. Untuk mengetahui kaidah penulisan unsur serapan seperti yang tertera dalam Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Maka berikut akan dijelaskan pengertian dan bentuk-bentuk penyerapan. 2. Pengertian Unsur Serapan Perkembangan bahasa Indonesia hingga saat ini cukup pesat. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia banyak menyerap unsur bahasa lain, baik yang berasal dari bahasa daerah maupun yang berasal dari bahasa asing. Penyerapan dari bahasa daerah bersumber dari bahasa-bahasa nusantara, seperti Jawa, Sunda, Bali, Aceh, Batak, Bugis, Makassar, dan lain-lain. Penyerapan dari bahasa asing bersumber dari bahasa-bahasa diluar wilayah nusantara, seperti bahasa Sansekerta, Arab, Inggris, Portugis, dan lain-lain. Penyerapan unsur bahasa lain kedalam bahasa Indonesia dapat berupa kata atau istilah dan imbuhan. Unsur serapan yang paling banyak dibicarakan dalam ejaan yang disempurnakan adalah unsur serapan dari bahasa asing. Semua unsur bahasa lain yang digunakan dalam konteks bahasa Indonesia digolongkan sebagai unsur serapan. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan itu ada yang sudah disesuaikan dengan kaidah Bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Ada pula unsur-unsur bahasa lain yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Unsur serapan yang disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia adalah yang hanya diubah seperlunya, bentuk serapannya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Unsur serapan yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia adalah unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa Indonesia, tetapi pengucapan dan penulisannya masih mengikuti bahasa asalnya. 3. Bentuk-Bentuk Penyerapan Bentuk penyerapan yang terjadi dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas penyerapan secara alamiah, penyerapan seperti bentuk asal, penyerapan dengan terjemahan dan penyerapan akhiran asing. Rincian penjelasan tentang bentuk-



bentuk penyerapan tersebut dapat dilihat pada butir-butir berikut: 3.1.



Penyerapan Secara Alamiah Kata-kata asing yang diserap kedalam bahasa Indonesia yang lazim dieja dan dilafalkan dalam bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan. Katakata tersebut sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia sehingga tidak perlu diubah ejaannya. Penyerapan seperti ini dikategorikan sebagai penyerapan secara alamiah. Contoh: abjad mode pikir Ilham sehat perlu Sirsak hikayat meja Abad radio kitab Kabar orator minggu



3.2.



Penyerapan seperti Bentuk Asal Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam Bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mempertahankan lafal bahasa asalnya (asing). Jadi, pengucapan kata tersebut masih seperti bentuk asalnya. Penyerapan seperti ini tidak banyak ditemukan dalam bahasa Indonesia. Contoh: shuttle cock outside Cum laude bridge De facto hockey



3.3.



Penyerapan dengan Terjemahan Penyerapan unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan cara memilih kata-kata asing tertentu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini dapat berupa satu kata asing dipadankan dengan satu kata Indonesia, atau satu kata asing dipadankan dengan dua atau lebih kata bahasa Indonesia. Contoh: kata Asing Terjemahan Indonesianya Volcano gunung api Feed back umpan balik (balikan) Medication pengobatan Take off lepas landas Point butir



3.4.



Penyerapan dengan Perubahan Unsur-unsur asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia ada yang penulisan dan pelafalannya disesuaikan dengan sistem ejaan dan lafal bahasa Indonesia. Dengan demikian bentuk asalnya akan mengalami perubahan setelah diserap ke dalam



bahasa Indonesia. Serapan bahasa Ejaan dan lafal asing (asal) hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesia masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Hal ini dimaksudkan agar bahasa Indonesia dalam perkembangannya memiliki ciri khusus secara nasional. Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penyerapan dengan perubahan diatur dalam sejumlah kaidah. Kaidah yang dimaksud adalah kaidah gabungan vokal, kaidah gabungan konsonan vokal yang berupa akhiran. Berikut akan dibicarakan kaidah-kaidah yang berlaku dalam unsur serapan perubahan tertentu. 3.4.1. Gabungan Vokal Gabungan vokal yang akan dibicarakan disini adalah gabungan vokal aa ae ai au eu ee ei eo eu ie oe oo ou ua ue ui uo dan uu. 1. Gabungan vokal / aa / yang berasal dari bahasa Belanda menjadi vokal / a / dalam bahasa Indonesia Contoh: octaaf oktaf 2. Gabungan vokal / ae / jika tidak bervariasi dengan / e /, maka tetap menjadi / ae / dalam Bahasa Indonesia Contoh: aerodynamics aerodinamika 3. Gabungan / ae / jika bervariasi dengan / e /, tetapi menjadi / e / dalam bahasa Indonesia Contoh: haematite hematite 4. Gabungan vokal / ai / tetap menjadi / ai / dalam bahasa Indonesia Contoh: airport airport 5. Gabungan vokal / au / tetap / au / dalam bahasa Indonesia Contoh: audio audio 6. Gabungan vokal / au / ada yang menjadi / o / dalam bahasa Indonesia Contoh: autonomy otonomi 7. Gabungan vokal / ea / tetap menjadi / ea / dalam bahasa Indonesia Contoh: idealist idealis 8. Gabungan vokal / ee / menjadi / e / dalam bahasa Indonesia Contoh: systeem system 9. Gabungan vokal / ei / tetap menjadi / ei / dalam bahasa Indonesia Contoh: einsteinium enstenium



10. 11. 12. 13.



14.



15. 16. 17.



18.



19. 20.



21. 22.



Gabungan vokal / eo / dalam bahasa Indonesia Contoh: geology geologi Gabungan vokal / eu / tetap menjadi / eu / dalam bahasa Indonesia Contoh: neurology neurology Gabungan vokal / ie / jika lafalnya i menjadi / ie / dalam bahasa Indonesia Contoh: antiek antik Gabungan / ie / jika lafalnya bukan i maka tetap menjadi / ie / dalam bahasa Indonesia Contoh: patien pasien Gabungan / oe / atau / oi / dalam bahasa Yunani menjadi / e / dalam bahasa Indonesia Contoh: oestrogen estrogen Gabungan vokal / oo / menjadi / o / dalam bahasa Indonesia Contoh: komfoor kompor Gabungan vokal / oo / tetap menjadi / oo / dalam bahasa Indonesia Contoh: coordination koordinasi Gabungan vokal / ou / jika lafalnya / au / menjadi / au / dalam bahasa Indonesia Contoh: out aut Gabungan vokal / ou / jika lafalnya / u / menjadi / u / dalam bahasa Indonesia Contoh: coupn kupon Gabungan vokal / au / tetap menjadi / ua / dalam bahasa Indonesia Contoh: aquarium akuarim Gabungan / eu / menjadi / eu / dan gabungan / ui / menjadi /ui / dalam bahasa Indonesia Contoh: duel duel Gabungan / ou / menjadi / ou / dalam bahasa Indonesia Contoh: quota kuota’ Gabungan / uu / menjadi / u / dalam bahasa Indonesia Contoh: vacuum vakum



3.4.2. Gabungan Konsonan Gabungan konsonan yang dibicarakan dalam unsur serapan adalah gabungan konsonan yang berasal dari bahasa asing yang diserao



dan disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Gabungan konsonan yang dibahas adalah /cc/, /cch/, /ch/, /gh/, /kh/, /ng/, /ph/, /ps/, /pt/, /ph/, dan /sc/. Penjelasan kaidah ini dapat dilihat pada rincian berikut ini : 1) gabungan konsonan /cc/ dimuka vokal /o/, /u/, dan konsonan menjadi /k/ dalam bahasa Indonesia Contoh: acclamation aklamasi 2) gabungan /cc/ dimuka /e/ dan /i/ menjadi /ks/ dalam bahasa Indonesia Contoh: caccine vaksin 3) gabungan /cch/ dan /ch/ dimuka /a/, /o/, dan konsonan menjadi /k/ dalam bahasa Indonesia Contoh: charisma karisma 4) Gabungan /ch/ yang lafalnya menjadi /s/ dalam bahasa Indonesia Contoh: echelon eselon 5) Gabungan /ch/ yang lafalnya menjadi /c/ dalam bahasa Indonesia Contoh: china cina 6) Gabungan /ph/ menjadi /f/ dalam bahasa Indonesia Contoh: phase fase 7) Gabungan/ps/ tetap menjadi /ps/ dalam bahasa Indonesia Contoh: psychology psikologi 8) Gabungan/rh/ tetap menjadi /r/ dalam bahasa Indonesia Contoh: rhetoric retorik 9) Gabungan /sc/ dimuia /a/, /o/, dan /u/ dalam konsonan menjadi /sk/ dalam bahasa Indonesia Contoh: scriptic skripsi 10)Gabungan /sc/ dimuka /e/, /i/, dan /y/ menjadi /s/ dalam bahasa Indonesia Contoh: science sains 11)Gabungan /sch/ dimuka vokal menjadi /sk/ dalam bahasa Indonesia Contoh: schema skema



12) Gabungan /th/ menjadi /t/ dalam bahasa Indonesia Contoh: theory teori 13)Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal dalam bahasa Indonesia Contoh: efficient efisien Ellipsis elipsis 3.4.3. Konsonan Tunggal Konsonan tunggal dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia diatur dan disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Konsonan yang dimaksud adalah /c/, /f/, /q/, /t/, /v/, /x/, /y/, dan /z/ penjelasan kaidahnya sebagai berikut: 1) Konsonan /c/ di muka a,o,u, dan konsonan menjadi /k/, sedangkan /c/ dimuka e, i, dan bunyi /y/ menjadi /s/ Contoh: cabin kabin 2) Konsonan /q/ menjadi /k/ dalam bahasa Indonesia Contoh: frequency frekuensi 3) Konsonan /x/ pada awal kata tetap /x/ dalam bahasa Indonesia, sedangkan pada tengah dan akhir kata menjadi /ks/ dalam bahasa Indonesia Contoh: taxi taksi 3.5 Penyerapan Akhiran Asing Penyesuaian huruf dan bunyi pada kata-kata serapan, bahasa Indonesia banyak mengambil akhiran-akhiran asing sebagai unsur serapan. Akhiran-akhiran asing tersebut disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam bahasa Indonesia. Ketentuan itu telah diatur dalam kaidah Ejaan Yang disempurnakan. Akhiran asing yang diserap sebagai bagian kata yang utuh, seperti kata standarisasi di samping kata standar, kata implementasi di samping kata implemen, dan kata obyektif di samping kata obyek. Akhiran asing tersebut antara lain akhiran –is, -isme, -al, -ik, dan –ika, if, -wan, -wati, -log, -tas, dan –ur. 3.6 Pengimbuhan Unsur Serapan Unsur serapan yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dapat diberikan imbuhan (afiks) bahasa Indonesua. Hal ini berlaku pada unsur serapan yang sudah digunakan dalam bahasa Indonesia. Beberapa contoh berikut dapat menunjukkan hal tersebut.



Contoh: kontrak Opname Kritik Terjemah Sukses Protes



mengontrak diopname mengkritik menerjemahkan menyuseskan memprotes



B. Penggunaan Tanda Baca Bahasa tulisan bersumber dari bahasa lisan. Bahasa lisan lebih lengkap jika dibandingkan dengan bahasa tulisan karena bahasa lisan masih dapat menghadirkan alat-alat bantu untuk membantu kelancaran komunikasi. Alat bantu yang dimaksud adalah gerak tangan, mimik, tekanan suara atau alat bantu yang lain, namun, bahasa tulisan juga dapatmenggunakan alat bantu berupa tanda-tanda baca. Tanda-tanda baca itu sangat berarti dalam bahasa tulisan. Penggunaan tanda baca yang tepat penting diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah. Banyak pengguna bahasa yang kurang mengindahkan kaidah tanda baca sehingga tidak mencapai sasaran. Penggunaan tanda baca yang tepat dapat membantu pembaca memahami tulisan dengan cepat. Sebaliknya, jika tidak ada tanda baca atau penggunaan tanda-tanda yang tidak depat dapat menyulitkan pembaca memahami suatu tulisan bahkan dapat mengubah pengertian kalimat. Kaidah Tanda Baca Tanda Titik (.) 1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan Contoh: Kami mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Muslim Indonesia 2) Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan Contoh: Prof. Professor Kep. Kepala 3) Tanda titik dipakai pada singkatan nama orang Contoh: B.J. Habibie 4) Tanda titik dipakai pada kata atau ungkapan yang sudah sangat umum Contoh: dkk. Dan kawan-kawan Hlm. Halaman a.n atas nama 5) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam bagan Contoh: 1. Tinjuan 1.1. Keterampilan Berbahasa 1.1.1. Hubungan antara Menyimak dan Berbicara 6) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka ribuan dan jutaan yag menunjukkan waktu Contoh: pukul 1.25.10 (pukul 1 lewat 25 menit 10 detik) 7) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan dan jutaan yang menunjukkan jumlah Contoh: saya lulus ujian sarjana pada tahun 1990 di fakultas ekonomi umi Makassar



8) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri atas huruf awaL, suku kata, atau, dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat. Contoh: UMI Universitas Muslim Indonesia Tilang Bukti pelanggaran 9) Tanda titik tidak dipakai dala singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan dan mata uang Contoh: C Karbon Rp Rupiah 10) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, tabel, iliustrasi Contoh: Layar Terkembang Percikan Permenungan 11) Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim surat Contoh: Yth. Sdr. H. Ahmad Jalan Rajawali 52 Makassar Tanda Koma ( , ) 1) Tanda koma diantara unsur-unsur dalam pemerian Contoh: Universitas Muslim Indonesia memiliki beberapa fakultas antara lain : Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Sastra 2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang didahului dengan kata tetapi dan melainkan. Contoh: Dia bukan mahasiswa Unhas, melainkan mahasiswa UMI 3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dan induk kalimat Contoh: Karena harta dan uang, orang bisa lupa daratan 4) Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada posisi awal. Contoh: Jadi, masalahnya tidak serumit yang kita bayangkan 5) Tanda koma dipakai dibelakang kata-kata seruan, seperti o,ya wah, aduh. Contoh: Aduh, sampai hati engkau memaki-maki pamanmu 6) Tanda koma dipakai untuk petikan langsung di bagian lain Contoh: “Semua nasehat ayah akan saya ingat selalu,” kata Alimuddin 7) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka Contoh: Keraf Goris, 1980. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores; Nusa Indah 8) Tanda koma dipakai diantara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbitan Contoh: Badudu, J.S. 1983, Pelik-Pelik Bahasa Indonesia, Bandung, Pustaka Prima 9) Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik. Contoh: Ahmad Hasan, SH Prof. Dr. Husen Abas, M.A.



Tanda Titik Koma ( ; ) 1) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara Contoh: Ombak telah reda; lautpun tenang; nelayan pulang ke rumah. 2) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh: Para petani giat bekerja; anak-anak main layang-layang; ibu-ibu mempersiapkan makanan dan minuman. Tanda Titik Dua ( : ) 1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemberian Contoh: Dari segi ekonomi masyarakat di daerah ini terbagi atas : ekonomi lemah, ekonomi sedang, dan ekonomi kuat. 2) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian. Contoh: Acara ini akan dilaksanakan pada : Hari : ahad Tanggal : 10 Mei 1992 3) Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan Contoh : Saudagar : Saya mau cari istri, Bu! Perempuan tua : Mengapa di sini Tuan cari? 4) Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian merupakan pelengkap yang mengakhiri percakapan. Contoh: Penduduk desa itu terdiri atas suku Jawa, suku Batak, suku Ambon, dan suku Bali 5) Tanda titik dua dipakai diantara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat yang terdapat dalam kitab suci, atau diantara judul dan anak judul suatu karangan. Contoh: Surat Yasin : 9 Sarinah, II (1980), 21: 3 Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia : Diplomasi atau Bertempur Tanda Hubung ( - ) 1) Tanda hubung dipakai untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah karena pergantian baris. Contoh: Universitas Muslim Indonesia merayakan hari ulang tahunnya yang kedua puluh lima. 2) Tanda hubung dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya, menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: kemerah-merahan dipermain-mainkan 3) Tanda hubung dipakai untuk menyambung awalan se – dengan kata yang mengikuti yang dimulai dengan huruf kapital, ke dengan angka, angka dengan –an dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan. Contoh: se-Indonesia timur KTP-nya



Tanda Pisah ( - ) 1) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi keterangan atau penjelasan. Contoh: Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan dengan jiwa dan rasa bangsa itu. 2) Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya aposisi atau keterangan lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Contoh: Diskusi yang singkat hari ini – mengenai fonologi, morfologi, dan sintaksis – mudah – mudahan memperluas pengetahuan kita mengenai kebahasan. 3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tunggal yang berarti sampai dengan. Contoh: 1978-1980 Tanda Elipsis (…) 1) Tanda elipsis dipakai untuk menggambarkan kalimat terputus-putus Contoh: Memang… tiada perjuangan yang tidak menuntut pengorbanan. 2) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa suatu petikan ada bagian yang dihilangkan Contoh: Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus pandai bergaul Tanda Tanya ( ? ) 1) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya Contoh: Sejak kapan ia menjadi mahasiswa UMI? 2) Tanda tanya dipakai untuk menyatakan kesangsian tentang sesuatu Contoh: Gajinya empat juta rupiah (?) setiap bulan Tanda Seru ( ! ) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Contoh: Alangkah seramnya peristiwa itu ! Tanda Kurung ( (…) ) 1) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh : Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu. 2) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan Contoh: Sajak Tranggono berjudul “ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) 3) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya dalam teks dapat dihilangkan. Contoh: Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Bulukumba 4) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan Contoh: Faaktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.



Tanda Kurung Siku ( […] ) 1) Tansa kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korejsi atau tambahan pada kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyarakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat dalam naskah asli Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik 2) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan disini Tanda Petik ( “…” ) 1) Tanda mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan nskah ayau bahan tertulis lain. Contoh: “Saya belum siap”, kata Mira, “tunggu sebentar!” 2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan atau bahan yang dipakai dalam kalimat. Contoh: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat 3) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus Contoh: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” 4) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Contoh: Kak Tono, “saya juga minta satu” 5) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di bagian belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat Contoh: Karena warna kulitnys, Budi mendapat julukan “Si Hitam”. Tanda Petik Tunggal (‘…’) 1) Tanda petik tunggal mengapit ketika yang tersusu di dalam ketikan Contoh: Tanya Basri, “kau dengar bunyi ‘kring kring’ tadi? 2) Tanda petik tunggal mengapit makan terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (lihat pemakaian tanda kurung) Contih: feed-back, ‘balikan’ Tanda Garis Miring ( / ) 1) Tanda garis miring dipakai dalam nomer surat dan nomer pada alamat dan penandaan masa atau satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin. Contoh: No.7/PK/1973 Tahun Anggaran 1999/2000 2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap. Contoh: dikirimkan lewat dari / laut Harganya Rp. 25,00/lembar



Tanda Penyingkatan atau Aprostrof ( ‘ ) Tanda penyingkatan menunjukkan prnghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Contoh: Ali’kan kusurati (‘kan=akan)