10 0 953 KB
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Bab 4 PENDEKATAN, METODOLOGI & RENCANA KERJA
4.1
Pendekatan Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah merupakan produk
perencanaan yang bersifat multidimensional,
dan
menuntut suatu
studi
yang
komprenhensif. Pendekatan studi harus menuangkan tiga sasaran pokok antara lain; pembangunan untuk mencapai pertumbuhan, pemanfaatan untuk pemerataan, dan pelestarian untuk mencapai keseimbangan (sustainable) dengan mengacu kepada konsep pengembangan destinasi wisata
sebagaimana posisi Kota Binjai sebagai
salah satu Kota yang sedang berkembang di Provinsi Sumatera Utara. Pendekatan studi
dalam
strategis
penyusunan RIPPDA ini akan
sebagai
pendekatan utama
menggunakan pendekatan kebijakan untuk
mengarahkan
pengambilan
keputusan organisasi pada tingkat pengelolaan, perencanaan, dan pengendalian pengembangan pariwisata di Kota Binjai. Adapun
pendekatan
konseptual
yang
menjadi
acuan
dalam
merumuskan mekanisme perencanaan RIPPDA Kota Binjai akan menggunakan pendekatan sebagai berikut :
4.1.1. Pendekatan Manajemen Strategis Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Dalam kaitannya dengan penyusunan RIPPDA Kota Binjai, pendekatan manajemen
strategik diadopsi
pada jangkauan
masa
untuk
depan
keputusan manajemen puncak
menjabarkan rencana
yang
jauh
(VISI) dan
yang
berorientasi
ditetapkan sebagai
(keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil),
agar memungkinkan setiap stakeholders terkait kepariwisataan dapat berinteraksi secara efektif (MISI) dalam usaha mewujudkan pembangunan kepariwisataan yang lebih produktif dan berkualitas dengan diarahkan pada optimalisasi
pencapaian
tujuan (Tujuan Strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional). Secara
garis
besar,
karakteristik pendekatan manajemen strategik yang
akan dioperasionalisasikan dalam penyusunan RIPPDA ini adalah sebagai berikut : a. Manajemen Strategik diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti mencakup seluruh dituangkan
dalam
bentuk
komponen di Rencana
lingkungan
Strategis
Kota Binjai yang
(RIPPDA)
yang
dapat
dijabarkan menjadi action plan ataupun rencana kerja tahunan. b. Rencana Strategis ini (RIPPDA) berorientasi pada jangkauan masa depan, dalam hal ini dilakukan dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun. c. VISI, MISI, pemilihan strategi yang menghasilkan Strategis Induk (utama) dan Tujuan Strategis
untuk
Jangka
Panjang
merupakan
acuan
dalam
merumuskan Rencana Strategis. d. Pengimplementasian Strategi dalam Indikasi Program untuk mencapai sasaran masing- masing dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen kepariwisataan yang mampu memenuhi kepentingan berbagai
pihak terkait
pembangunan
kepariwisataan Kota Binjai.
4.1.2. Pendekatan Perencanaan Terpadu
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Penyusunan rencana pengembangan harus maupun horizontal. Terpadu keterpaduan berbagai Secara
secara vertikal
terpadu baik secara vertikal
adalah
tingkat perencanaan mulai dari
adanya pusat
integrasi dan
sampai
daerah.
horizontal akan memperhatikan integrasi dan keterpaduan perencanaan
pada
tingkat
lintas
sektoral dan
berkaitan juga dengan
lintas
kawasan. Keterpaduan perencanaan
pendekatan spasial
dan hubungan antar pemangku
kepentingan. Pendekatan
spasial
kepariwisataan di wilayah
berkaitan dalam
dengan
keseimbangan
kaitannya dengan
pengembangan
fungsi
wilayah
dan
persepektif tata ruang wilayah sebagaimana terdapat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang akan memberikan arah, apakah pendekatan pengembangan yang digunakan adalah pendekatan kewilayahan murni kewilayahan
dan cluster
atau
paduan
pengembangan yang berorientasi pada pengelompokan-
pengelompokan sumber daya yang dimiliki oleh wilayah- wilayah pengelompokkan fasilitas dukung
sumberdaya.
antara
dan
aktivitas
Sedangkan
dengan
hubungan
(stakeholders) di dalam pengembangan
melihat
antar
berdasarkan
kemampuan daya
pemangku
kepentingan
kepariwisataan mencakup pola
hubungan,
penyamaan visi dan tindakan kolektif, sehingga tercipta kerjasama sinergis, baik pemerintah, dunia usaha dan masyarakat selaku tuan rumah ( host communities), yang bermuara pada kepentingan pembangunan pariwisata Kota Binjai. Perencanaan dan implementasinya akan dapat terwujud secara efektif dan efisien jika mampu mengakomodir, menyeleraskan dan
memadukan kepentingan seluruh pemangku
kepentingan, baik yang terkait secara langsung maupun tidak langsung.
4.1.3. Pendekatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable
Tourism Development)
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Dalam menciptakan kegiatan pariwisata yang dapat diandalkan dalam jangka waktu panjang, maka pendekatan pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk diterapkan. Pada dasarnya kegiatan pembangunan selalu akan membawa pengaruh pada suatu wilayah, dapat berupa
dampak langsung
maupun tidak
langsung. Sehubungan dengan hal tersebut arahan dan program yang disusun akan bertumpu pada kriteria: layak secara ekonomi, berwawasan lingkungan, secara sosial
dan
budaya,
serta dapat
diterima
diterapkan secara teknologi. Untuk
memenuhi kriteria tersebut pembangunan pariwisata akan berlandaskan pada prinsip sebagai berikut: a. Pengembangan yang berpijak pada aspek pelestarian dan berorientasi ke depan; b. Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat setempat; c. Kesesuaian antara kegiatan pengembangan pariwisata dengan skala, kondisi, dan karakter suatu kawasan yang akan dikembangkan; d. Keselarasan yang sinergis antara kebutuhan wisata, lingkungan hidup, dan masyarakat setempat; dan e. Antisipasi yang tepat dan pemantauan terhadap proses perubahan yang terjadi akibat program pengembangan yang berorientasi memperkuat potensi lokal dan kemampuan masyarakat sekitar. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism Development) merupakan pendekatan yang
telah
menjadi
agenda
dunia
kepariwisataan
internasional melalui Konferensi Dunia Tentang Pariwisata Berkelanjutan. Konsep ini merupakan sebuah konsep ideal bagi pengembangan pariwisata dimana dalam pengembangannya, pariwisata harus mampu
melakukan pengembangan tanpa
merusak atau mengurangi nilai sumberdaya yang ada.
Hal ini dapat dikatakan
sebagai upaya konservasi sumber
dapat dimanfaatkan oleh
generasi mendatang dan merupakan dasar lingkungan
binaan
bagi dan
masa pengelola
daya agar tetap
sekarang. Pembangunan yang berkelanjutan pariwisata
lingkungan
sosial
yang
berkaitan
budaya
agar
dengan
alam,
dapat
tetap
melanjutkan pembangunan ekonomi. Selain itu, perlunya pelaksanaan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan karena
Dinas Pariwisata Kota Binjai
konsumen yang
semakin
sadar
IV - 4
dan
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
menuntut suatu daerah tujuan wisata yang memperhatikan kualitas lingkungan yang baik. Salah satu
karakter dari pembangunan berkelanjutan adalah
kegiatan berbasis masyarakat. Pendekatan ini pada
pendekatan
dasarnya merupakan usaha
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal/setempat. dimana segala kegiatan diupayakan dapat melibatkan partisipasi masyarakat, menekankan perlunya keberpihakan dan pemberdayaan masyarakat, termasuk pemberdayaan kapasitas dan peran masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Dalam hal ini pembangunan pariwisata perlu diarahkan untuk turut memperkuat
peran
dan
kapasitas
masyarakat dalam menjaga kelestarian. 4.2
Metode Pengumpulan Data Metodologi yang digunakan untuk melakukan kegiatan survey ini dengan
menggunakan teknik criteria referrenced survey. Yaitu menilai secara bertahap langkah demi langkah (step by step assessment) setiap komponen dan menilai secara keseluruhan (overall assessment) dengan kriteria survei dari komponen pariwisata dan kemudian diikuti dengan referensi data kebenaran normatif yang bersumber pada hasil praktik di lapangan. 4.2.1. Pengumpulan data Primer a. Observasi dan Survey Lapangan Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap kondisi, karakteristik dan permasalahan terkait pariwisara daerah, sarana prasarana dan lain sebagainya. Observasi ini dimaksudkan untuk pengenalan kondisi fisik-lingkungan, sarana prasarana, dan sosial ekonomi kawasan maupun pada destinasi atau objek wisata secara langsung melalui kunjungan ke semua bagian dari wilayah rencana. Alat bantu untuk mendokumentasikan hasil observasi dan survey lapangan berupa kamera digital, lembar panduan observasi, GPS dan peta kerja. Keluaran dari Survey Lapangan adalah
data Kondisi Eksisting pada kawasan
destinasi pariwisata. Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
b. Wawancara, Focus Group Discussion (FGD) dan Konsultasi Publik Pengumpulan data primer dengan wawancara, Focus Group Discussion (FGD)
dan
Konsultasi
Publik
dilakukan
untuk
menjaring
aspirasi
masyarakat. Karena Penyusunan Rencana Induk Pariwisata Daerah Kota perlu melibatkan peran serta masyarakat. 4.2.2. Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder Kawasan dilakukan dengan cara mengumpulkan data/ informasi yang sudah dibuat oleh instansi/pihak lain yang berwenang yang berupa laporan studi, dokumen perencanaan, data statistik, peraturan perundangundangan dan data sekunder lainnya. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi: a. Data spasial: 1)
Peta dasar Citra Satelit
2)
Peta Administrasi
3)
Peta Kawasan strategis
4)
Peta Perkotaan
5)
Peta Penggunaan Lahan
6)
Peta Sebaran Permukiman
7)
Peta Jumlah dan Kepadatan Penduduk
8)
Peta Jaringan Jalan
b. Dokumen profil daerah, kebijakan, hasil perencanaan dan hasil studi terdahulu, berupa: 1)
RTRW dan RPJP Kota Binjai
2)
RDTR
3)
Master Plan Pengembangan Destinasi Wisata
4)
Penyusunan Rencana Pengembangan Ekonomi Masyarakat
5)
Penyusunan Master Plan Jalan
6)
Peta Citra Satelit yang pernah ada sebagai bahan perbandingan
7)
dll.
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
4.2.3. Aspek Survey Kepariwisataan Survey umum terhadap karakteristik daerah meliputi aspek kebijaksanaan, geografi, kependudukan, dan lainnya. Karakteristik geografi secara Umum mengenai Kabupaten atau Kota perlu disurvey untuk memberi gambaran secara utuh mengenai daerah studi, sehingga dapat dijadikan landasan untuk proses peneliitian dan analisis terhadap aspek-aspek terkait. Pada dasarnya satu dokumen rencana komprehensif akan mengandung suatu gambaran Umum dari informasi daerah sebagai salah satu landasan perencanaan. Komponen karakteristik daerah yang disurvey adalah: a. Lokasi. b. Lingkungan alam. c. Sejarah daerah. d. Pola sosial budaya dan ekonomi. e. Pola tata guna lahan. f. Kualitas lingkungan. Pengkajian tertiadap peta daerah dan kunjungan lapangan ke lokasi Daya Tarik wisata merupakan tahapan yang perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran terhadap kondisi eksisting lapangan. Sementara untuk data-data dasar sebagian besar sudah tersedia pada pihak pemerintah, Universitas dan berbagai lembaga lainnya dalam bentuk laporan atau peta. Namun, demikian ketersedlaan data ini sangat bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Pada kebanyakan kasus yang terjadi, kekurangan data merupakan salah satu faktor penghambat pelaksanaan studi. Salah satu cara untuk menutupi kekurangan data tersebut dapat dilakukan estimasi berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan atau dengan membaca berbagai literatur geografi dan sejarah mengenai daerah studi. a. Lokasi Lokasi daerah studi harus dipetakan terhadap negara secara keseluruhan maupun terhadap provinsi. Lokasi daerah merupakan pertimbangan penting untuk pengembangan parMsata, dengan lokasi dapat diketahui jarak daerah terhadap Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
pasar potensial utama atau daerah yang telah memiliki pariwisata yang berkembang dengan baik, seperti Bali. Hal ini merupakan salah satu masukan bagi analisis pasar, karena peluang pasar dapat diidentifikasi dengan Jelas. Selain itu, lokasi juga merupakan bahan pertimbangan bagi penentuan jalur wisata dari produk wisata yang akan dikembangkan baik jalur wisata internal dalam kabupaten atau kota maupun Jalur wisata untuk daerah yang lebih luas (misalnya : antar kabupaten atau provinsi). b. Lingkungan Alam 1- Iklim Pola iklim daerah meliputi : curah hujan, temperatur, kelembaban, pencahayaan sinar matahari, kabut, kecepatan dan arah angin, dan variasi musim. Iklim dapat mempengaruhi pengembangan pariwisata yang akan dilakukan, misalnya saja dengan jumlah hari hujan yang tinggi menyebabkan tidak memungkinkan untuk pengembangan lapangan golf. Iklim ini perlu dipetakan dengan jelas dalam dokumen RIPPDA untuk mengantisipasi tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya. Topografi yang merupakan karaktenstik permukaan bumi meliputi konfigurasi tanah, kemiringan, ketinggian dan jenis permukaan (misal : danau, rawa dan sungai) perlu dipetakan. Pada RIPPDA Kabupaten/Kota, perencanaan yang dilakukan merupakan
sudah
bersifat
pertimbangan
mendetail, penting
sehingga
aspek
penentuan
dalampengembangan
lokasi
pariwisata.
Pengembangan pariwisata tidak mungkin dilakukan pada daerah yang sering mengalami longsor atau banjir, sehingga dengan acuan ini dapat diketahui mana daerah-daerah yang memang memiliki kelayakan untuk pengembangan kawasan wisata di daerah bersangkutan. Kehidupan satwa liar dan vegetasi hutan berdasarkan jenis, dan lokasinya perlu diindikasikan. Jarak dari habitat satwa liar maupun kawasan lindung perlu dipertimbangkan untuk pengembangan pariwisata, sehingga pengembangan pariwisata yang akan dilakukan tidak mengganggu atau merusak proses Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
konservasi yang sedang dilakukan. Namun, juga sebaliknya kehidupan satwa liar dan vegetasi ini dapat juga menjadi daya tarik wisata yang dapat dijual, dengan
syarat
dikelola
dengan
baik
memperhatikan
prinsip-prinsip
perlindungan. 2- Pantai dan Laut Karakteristik pantai dan laut yang perlu disurvey meliputi lokasi dan karakteristik pantai, terumbu karang, kehidupan bawah laut, kandungan sumber daya alam, pasang surut, formasi karang dan perikanan. Permasalahan konservasi laut perlu diinvestigasi dan diungkapkan dengan jelas, sehingga pengembangan pariwisata tidak merusak proses konservasi yang dilakukan. Bila hal tersebut terjadi maka pengembangan pariwisata di kawasan pantai dan laut yang akan menimbulkan kerusakan tingkungan akan diminimalkan. 3- Geologi Karakteristik geologi merupakan pertimbangan penting dalam pengembangan pariwisata. Kesesuaian antara pengembangan pariwisata dengan jenis batuan atau kandungan mineral yang dimiliki merupakan satah satu pertimbangan penting. Namun, di lain pihak terdapat sungai- sungai bawah tanah dan gua Juga memberi peluang untuk mengembangkan produk wisata, seperti caving yang saat ini memiliki pasar yang sedang berkembang. 4- Sumber Daya Alam Beberapa daerah memiliki potensi sumber daya alam yang cukup baik,misalnya saja suatu daerah memiliki potensi pengembangan pertanian atau perkebunan, atau minyak bumi. Potensi tersebut perlu dlpertimbangkan karena apabila manfaat yang dihasilkan lebih tinggi dan pengembangan pariwisata, maka daerah tersebut tidak dikembangkan pariwisata. c. Sejarah Daerah Pengetahuan mengenai sejarah daerah penting, karena dalam perencanaan pariwisata banyak sekali aspek sejarah yang merupakan daya tarik wisata, seperti Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
bangunan-bangunan bersejarah, candi, bentuk arsitektur rumah penduduk, dan kerajinan tangan. Sejarah suatu daerah mempengaruhi sistem sosial budaya dari penduduk setempat dan sikap terhadap pengembangan pariwisata itu sendiri. Sejarah mengenai daerah studi perlu diungkapkan dan dijadikan bahan pertimbangan dalam analisis perencanaan pariwisata dan formulasi rencana. d. Pola Sosial Budaya dan Ekonomi 1- Karakteristik Populasi/Penduduk Distribusi populasi penduduk merupakan pertimbangan penting dalam setiap pembangunan. Hal ini dapat disajikan dalam bentuk gambar atau tabel mengenai populasi penduduk masa lalu dan eksisting. Selain itu proyeksi penduduk juga perlu dikaji. Kelompok umur penduduk dapat menunjukkan angkatan kerja yang ada di daerah disertai dengan jenis kelaminnya dan pendidikan.Sehingga dapat diketahui berapa besar potensi tenaga kerja yang dimiliki. 2- Kebudayan dan Adat Istiadat Pola budaya masyarakat perlu diidentifikasi dengan jelas, hal ini meliputi : struktur sosial, sistem nilai, gaya hidup dan sikap. Pada daerah Kabupaten/Kota baik itu Kabupaten maupun Kota karakteristik pola budaya daerah. Umumnya dapat dikategorikan seragam, namun pada daerah-daerah yang luas atau perkotaan polanya dapat bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Selain itu nilai-nilai religius yang berlaku juga perlu diperhatikan, Umumnya di sebagian besar wilayah Indonesia yang didominasi deh penduduk beragama Islam terdapat pantangan terhadap minuman beralkohol atau daging babi. Hal ini perlu diperhatikan agar benturan-benturan yang akan terjadi dengan adanya pengembangan pariwisata dapat diantisipasi sedini mungkin. Tarian, musik, drama, upacara adat, kerajinan, pakaian daerah dan hasil seni merupakan bagian dari pola budaya masyarakat yang dapat merupakan daya tarik wisata yang dapat dikembangkan. 3- Profil Ekonomi Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Profil ekonomi daerah perlu diidentifikasi dengan jelas. Hal ini meliputi produk domestik bruto, tingkat pendapatan, jenis dan nilai ekspor dan impor dan pendapatan asli daerah. Keterkaitan antara pariwisata dengan ekonomi. daerah secara keseluruhan perlu diungkapkan, sehingga besarnya sumbangan sektor pariwisata dan sektor-sektor lain terhadap pendapatan asli daerah dapat diketahui. Pertumbuhan ekonomi daerah perlu diungkapkan disertai dengan proyeksi pertumbuhan masa mendatang. Daerah-daerah yang belum memililki perkembangan ekonomi dengan baik dapat diketahui untuk memungkinkan pengembangan sektor pariwisata di daerah yang tidak memiliki sektor altematif penghasil pendapatan daerah. e. Pola Tata Guna Lahan Dalam penyusunan RIPPDA, pola tata guna lahan daerah secara umum perlu diidentifikasi, lahan pertanian, industri, perkebunan, hutan lindung, pernukiman dan jalur transportasi dipetakan dengan baik. Pada perencanaan RIPPDA Kota, pemetaan
yang
dilakukan
dapat
bersifat
lebih
detail,
sehingga
dalam
pengembangan pariwisata peruntukan pengembangan yang akan dilakukan dapat dengan jelas ditentukan dan dipilih. Kepemilikan lahan juga dapat merupakan pertimbangan untuk pemilikan kawasan pengembangan pariwisata daerah. Lahan yang ada dapat dimiliki oleh perorangan, adat, institusi atau pemerintah. Informasi ini dapat menentukan pengembangan yang akan dilakukan. f. Kualitas Lingkungan Kualitas lingkungan dari daerah studi terutama pada kawasan wisata eksisting dan yang akan dikembangkan merupakan pertimbangan penting sebagai daya tarik bagi wiisatawan maupun bagi penduduk lokaL Komponen dari kualitas lingkungan yang perlu dikaji cukup banyak, namun dalam pelaksanaan studi komponen yang dikaji tersebut dapat bervariasi sesuai dengan kondisi daerah atau sudah tercakup dalam
pembahasan
lain.
Komponen
kualitas
lingkungan
yang
perlu
dipertimbangkan, secara tengkap adalah sebagai berikut : 1- Kualitas udara, Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
2- Kualitas air bersih (air minum), 3- Kualitas air permukaan, 4- Kualitas air bawah tanah, 5- Tingkat kebisingan, 6- Tingkat Kebersihan lingkungan umum, 7- Kualitas lansekap, 8- Desain bangunan dan pemeliharaannya, 9- Desain perkotaan, 10- Rambu-rambu, 11- Pola tata guna lahan dan jaringan transportasi, 12- Tingkat kemacetan, 13- Ruang terbuka, 14- Taman dan kawasan lindung, 15- Pemandangan alam, 16- Penyakit. g. Survey Kelembagaan Survey elemen kelembagaan dalam proses perencanaan meliputi pengkajian terhadap kebijakan dan rencana pengembangan, kebijakan investasi daerah, ketersediaan modal, peraturan daerah yang berkaitan dengan pariwisata dan kebijakan pembangunan daerah lainnya. Penelitian pada tahapan ini merupakan input dalam analisis perencanaan, formulasi kebijakan dan rencana, dar rekomendasi. Survey kelembagaan ini dapat meliputi kajian terhadap dokumendekumen yang ada dan diskusi dengan pihak pemerintah dan swasta sebagai pelaku di lapangan. h. Kebijakan Pembangunan dan Rencana Eksisting Hampir seluruh Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia telah memiliki dokumendokumen mengenai perencanaan daerahnya masing-masing. Bentuk dokumen ini dapat bersifat perencanaan jangka panjang maupun jangka pendek, daerah secara keseluruhan maupun kawasan-kawasan terpilih, dan terkadang dalam dokumen Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
tersebut juga tercakup sektor pariwisata. Selain di daerah bersangkutan, pada tingkatan yang lebih tinggi, seperti tingkat Provinsi atau Nasional juga terdapat dokumen-dokumen yang berkaitan dengan daerah studi. Oleh karena itu informasi ini perlu dikaji dengan baik karena hal ini akan mempengaruhi formulasi kebijakan pariwisata yang akan diambil. Selain itu pada kondisi sebaliknya ternuan yang diperoleh di lapangan dapat menjadi masukan terhadap kebijakan yang sudah ada. Sangat dimungkinkan pemerintah daerah ataupun pemerintah yang berada di atasnya telah memiliki program pembangunan dalam sektor pariwisata yang akan dilaksanakan daerah studi, hal ini merupakan bahan masukan penting dalam perencanaan pariwisata yang dilakukan. Pembangunan jaringan jalan, bandar udara, perluasan industri dan rencana-rencana lainnya akan turut mempengaruhi pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil. i. Kebijakan Investasi Kebijakan investasi dalam proyek pembangunan di daerah merupakan salah satu pertimbangan penting dalam perencanaan pariwisata. Pengembangan pariwisata akan berhasil bila tercipta iklim investasi yang baik di daerah. Jenis penanaman modal dan adanya insentif merupakan informasi penting untuk mendorong investor menanamkan modalnya di daerah. Dalam proses selanjutnya, RIPPDA Kabupaten/Kota
ini juga memberikan
rekomendasi penting mengenai kebijakan investasi yang perlu diambil oleh Pemda untuk lebih mendorong investasi, sehingga pengembangan pariwisata dapat terlaksana
dengan
pengembangan dipertimbangkan,
baik.
pariwisata karena
Ketersediaan juga
sumber
merupakan
pembangunan
dana hal
infrastruktur
di
penting
daerah
untuk
yang
perlu
merupakan
kewajiban
pemerintah yang perlu diberikan jika pariwisata daerah ingin berhasil. Sebagai contoh untuk pembangunan kawasan wisata atau hotel diperlukan ketersediaan infrastruktur jalan, listrik, dan air bersih yang seluruhnya perlu disediakan oleh pemerintah. j. Peraturan yang Berkaitan dengan Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Jika pariwisata telah ada dan berkembang di suatu daerah, kemungkinan besar daerah tersebut telah memiliki peraturan-peraturan pariwisata. Peraturan ini perlu dikaji
untuk
melihat
kesesuaiannya
dengan
pengembangan
yang
akan
dilaksanakan. Peraturan mengenai hotel, biro perjalanan, pemandu wisata merupakan aspek-aspek penting yang perlu dipertimbangkan. Dan tidak hanya itu peraturan-peraturan daerah yang berkaitan secara tidak langsung pun perlu dipertimbangkan dengan baik, misalnya : pola guna lahan, pengaturan tinggi bangunan
dan
arsitekturnya,
merupakan
masukan
untuk
menentukan
pengembangan pariwisata selanjutnya. Bila terdapat ketidaksesuaian dengan pengembangan yang akan dilakukan, akan sangat mungkin diberikan rekomendasi untuk melakukan modifikasi terhadap peraturan-peraturan tersebut. k. Pendidikan Pariwisata dan Program Pelatihan Daerah yang memiliki sektor pariwisata yang tetah berkembang biasanya memiliki lembaga pendidikan dan pelatihan pariwisata. Lembaga atau badan, seperti ini perlu disurvey dan dievaluasi sebagai bahan pertimbangan perencanaan sumber daya manusia daerah yang merupakan salah satu komponen perencanaan pariwisata. Pendidikan dan pelatihan ini dapat mencakup bidang perhotelan dan, restoran, pemandu wisata, perencanaan, pemasaran dan penelitian. 4.2.4. Survey Dan Kajian Produk Wisata Survey dan kajian produk wisata diuraikan sebagai berikut. a. Survey Daya Tarik Wisata Daya tarik wisata merupakan dasar dari pengembangan pariwisata, hal ini merupakan elemen penting dalam produk pariwisata. Tanpa adanya faktor daya tarik yang substansial, pariwisata yang berorientasi untuk kesenangan atau
untuk
berlibur
tidak
memungkinkan
dikembangkan.
Meskipun
demikian masih ada peluang-peluang lain, misalnya saja perjalanan bisnis, dinas pemerintah, konferensi, keagamaan dan berbagai maksud perjalanan wisata lainnya.
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Umumnya dalam menganalisis dan memilih Daya Tarik wisata yang akan dikembangkan perlu melihat potensi pasar wisata eksisting. Daya Tarik wisata yang akan dikembangkan harus sesuai dengan target pasar yang dimiliki. Kesesuaian antara kedua faktor akan menghasilkan keberhasilan dalam pengembangan pariwisata. Jenis daya tarik yang dimiliki oleh suatu daerah akan menentukan jenis pasar sasaran dan promosi pariwisata yang akan dilakukan. Permintaan pasar yang ada akan menentukan jenis daya tarik yang akan dikembangkan. Pendekatan penting yang dapat dilakukan adalah mengkaitkan komponen daya tarik yang dimliki dengan kegiatan wisata yang mungkin dilakukan. Komponen tersebut secara tersendiri dapat saja merupakan sebuah daya tarik yang dapat dijual dan dikembangkan, sehingga daya tarik wisata perlu dievaluasi dan diidentifikasi untuk mempertimbangkan peluang kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di daerah. Untuk melakukan survey dan evaluasi dari daya tarik wisata, maka akan sangat penting untuk memahami jenis Daya Tarik yang perlu dipertimbangkan dalam pariwisata. Hal ini terutama dilakukan dalam fungsi analisis. Konsep umum dari jenis daya tarik yang telah lama dikenal adalah daya tarik alam yang biasanya berbentuk, pantai, danau, laut, iklim, hutan, lansekap alam, pemandangan dan bentuk-bentuk lainnya. Daya Tarik wisata dapat dikelompokkan dengan berbagai cara. Sistem umum dari pengelompokkan yang sering dipakai adalah : 1- Daya Tarik alam, yang berbasiskan segala pada lingkungan alam. 2- Daya Tarik budaya, yang berbasiskan pada kegiatan manusia. 3- Daya Tarik khusus, yang biasanya dibuat secara khusus oleh manusia untuk menarik kunjungan wisatawan. 1- Daya Tarik Alam a- lklim
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Suhu udara yang hangat, cahaya matahari, dan iklim kering, seringkali dipertimbangkan sebai kondisi yang disukai oleh wisatawan terutama wisatawan yang berasal dari daerah musim dingin. Kondisi ini seringkali dikaitkan dengan daya tarik pantai, laut dan gunung yang memberi peluang kepada wisatawan untuk melakukan rekreasi. Iklim sebagai daya tarik menyebabkan perlu dilakukannya konservasi terhadap iklim tersebut dengan melakukan pengendalian terhadap polusi udara. Perubahan iklim di suatu daerah perlu dipertimbangkan dalam mengevaluasi iklim sebagai daya tarik. Iklim yang diinginkan (misalnya : iklim kering) yang panjang merupakan keunggulan suatu hal yang patut untuk dipertimbangkan, sehingga investasi yang ditanarnkan dalam bentuk fasilitas pelayanan dan infrastruktur dapat dimaksimalkan. Evaluasi musim merupakan dasar pertimbangan bagi peluang sumber daya wisata yang dimiliki dan target pasar untuk memperpanjang musim kunjungan ke daerah bersangkutan. Pada musim panas memungkinkan kunjungan wisatawan yang lebih banyak dibandingkan musim hujan. b- Pemandangan Alam Pemandangan alam yang indah dapat menjadi motivasi utama bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat, khususnya bila daerah tersebut
telah memiliki konservasi terhadap
tempat
tersebut.
Konservasi yang dilakukan menyebabkan kebersihan dan karakter alam dari lingkungan tersebut dapat dijaga dan dipertahankan. Daya tarik lansekap perkebunan teh di Puncak, Jawa Barat atau hamparan persawahan merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Dengan pemandangan alam yang indah, dapat dikembangkan berbagai jenis aktivitas wisata, misalnya saja piknik, berkemah, pendakian gunung atau sebagai tempat peristirahatan selama perjalanan. Sementara pemandangan alam yang indah yang memiliki jarak cukup jauh dapat dikembangkan wisata adventure dengan Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
aktivitas, seperti panjat tebing, arung jeram dan penjelajahan alam. Pemandangan alam yang memiliki daya tarik cukup tinggj perlu dilindungi dengan pengembangan taman-taman nasional, sehingga pembangunan yang terjadi di kawasan tersebut dapat dikendalikan. c- Pantai dan Laut Pantai dan laut umumnya diasosiasikan dengan aktivitas renang, selancar, berjemur, perahu, ski air, penyelaman, mancing dan berbagai aktivitas air lainnya. Komponen ini merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk melakukan rekreasi atau relaksasi atau bahkan minat khusus, seperti olah raga selam. Potensi, seperti ini banyak sekali dimiliki daerah-daerah di Indonesia. Dengan kombinasi suhu dan
iklim
yang
mendukung
potensi
ini
sangat
layak
untuk
dikembangkan. Namun, tidak lupa yang perlu diperhatikan adalah proses pertindungan tertiadap kawasan tersebut, sehingga daya tarik yang
dimilikj
dapat
tetap
dijaga
kelestariannya
dan
dapat
dipertahankan secara jangka panjang. d- Flora dan Fauna Flora dan fauna yang tidak dimiliki oleh daerah lain dapat merupakan daya tarik penting bagi suatu daerah, terutama bila dipadukan dengan pemandangan alam yang indah. Bunga Raflesia, Anggrek Hutan, Komodo, Anoa dan jenis lainnya merupakan daya tarik yang kuat, yang dapat dijual kepada wisatawan. Setiap daerah dapat mengidentiffkasi potena flora dan fauna yang dimiliki. Pada beberapa kondia jumlah fauna yang berlebihan di suatu tempat memungkinkan daerah untuk niengembangkan wisata buru dengan pengendalian yang ketat dari pemerintah. Pada beberapa kasus, pariwisata sebagai salah satu faktor pendukung dilakukannya periindungan terhadap flora dan fauna dapat dijadikan suatu justifikasi. Kepunahan hewanhewan langka akibat ulah manusia, menjadikan pariwisata sebagai alasan rasional untuk melakukan pertindungan. Kebun binatang, akuarium dan taman tumbuh-tumbuhan yang memiliki spesies khusus Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
bila dikelola dan dikembangkan dengan baik dapat merupakan daya tarik kuat untuk pengembangan pariwisata. e- Lingkungan Alam Khusus Lingkungan alam khusus, seperti pegunungan, formasi geologi khusus, gua, geysers, mata air panas dan aktivitas gunung berapi medium merupakan daya tarik bagi wisatawan minat khusus atau wisatawan Umum lainnya. Pengembangan spa dengan adanya mata air panas dengan mempertimbangkan aspek pasar merupakan peluang pengembangan pariwisata, seperti yang sudah dilakukan di beberapa Kabupaten/Kota. Pegunungan Jayawijaya di Irian Jaya merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan minat khusus yang ingin menaklukan pegunungan tersebut, dan bagi beberapa daerah potensi-potensi ini dapat menjadi sumber pendapatan daerah. f- Taman Nasional dan Kawasan Lindung Seperti telah diungkapkan sebelumnya dalam flora dan fauna, beberapa jenis spesies yang ada perlu mendapat perlindungan khusus karena jumlahnya yang semakin terbatas. Biasanya untuk melakukan periindungan, dibentuk atau ditetapkanlah kawasan lindung di mana habitat berada. Adanya taman nasional dan kawasan lindung ini perlu untuk disurvey dan dievaluasi sebagai salah satu daya tarik wisata. Bila dampak pengembangan pariwisata tidak mengganggu proses perlindungan
yang
dilaksanakan
maka
pertimbangan
kawasan
tersebut sebagai daya tarik dapat dilakukan. Namun, sebaliknya RIPPDA juga perlu untuk merekomendasikan untuk melindungi suatu kawasan dan berbagai jenis kegiatan bila didalamnya terdapat spesies hewan atau tumbuhan yang dilindungi meskipun sebelumnya bdum terdapat dokumen yang mengaturnya. Tim perencana perlu mengkaji kriteria dan standar yang ditetapkan pada taman atau kawasan lindung yang sudah ada. Hal ini selanjutnya diaplikasikan dalam proses perencanaan. Evaluasi fasilitas taman nasional dan kawasan lindung sebagai daya tarik perlu menekankan konsep bahwa Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
wisatawan yang datang perlu diberi pendidikan tentang konsep perlindungan alam, sehingga diharapkan secara sadar mereka menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. g- Pariwisata Kesehatan Umumnya
lingkungan
alam
juga
banyak
dimanfaatkan
untuk
pariwisata kesehatan. Mata air panas, kebersihan udara atau daya tarik alam lainnya memiliki fungsi kesehatan yang dapat dijual kepada wisatawan. Spa merupakan salah satu bentuk produk wisata yang ditawarkan kepada pasar. 2- Daya Tarik Budaya a- Kawasan Budaya, Sejarah dan Arkeologis Kawasan budaya, sejarah dan arkeologis termasuk di dalamnya monumen-monumen nasional, gedung-gedung bersejarah, gereja, candi,
mesjid
dan
tempat
berlangsungnya
peristiwa
sejarah
merupakan daya tarik utama di sebagian besar daerah di Indonesia. Daya tarik ini diperuntukan untuk dilindungi, sehingga pariwisata yang dikembangkan harus sesuai dengan peran yang diemban oleh kawasan ini. b- Budaya Daerah Budaya daerah, tradis dan gaya hidup yang berbeda di setiap daerah merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung. Budaya daerah ini termasuk di dalamnya kepercayaan, pakaian adat, upacara adat, gaya hidup, dan kepercayaan agama biasanya dikaitkan; dengan kehidupan pedesaan atau pedalaman. Meskipun hal ini merupakan daya tarik bagi wisatawan namun perlindungan terhadapnya perlu dilakukan, sehingga kebudayaan yang ada dapat dilestarikan dan tetap terjaga. Selain itu permasalahan akibat kontak sosial penduduk setempat dengan wisatawan dapat diantisipasi dengan baik. Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
c- Aktivitas Ekonomi Bentuk
daya
tarik
budaya
lainnya
adalah
aktivitas
ekonomi
masyarakat, seperti : proses pemetik teh, pembuatan batik, proses pengolahan lahan, nelayan tradisional dan teknik agribisnis. Selain itu pasar tradisional yang ada di berbagai daerah di Indonesia juga merupakan daya tarik yang dapat dijual kepada wisatawan. Hal ini tidak memeriukan investasi agar dapat dinikmati oleh wisatawan. d- Kawasan Perkotaan Variasi
arsitektur
yang
dimiliki
oleh
kawasan
perkotaan
merupakandaya tarik budaya yang ditawarkan. Bangunan bersejarah, pusat kota, fasilitas perdagangan, restoran, taman dan kehidupan malam merupakan daya tarik bagi banyak wisatawan. Bentuk pengelolaan potensi pariwisata ini adalah dengan mengembangkan wisata kota dengan mengajak wisatawan untuk berkunjung ke tempat-tempat menank di kawasan perkotaan. Eksplorasi oleh wisatawan terhadap berbagai daerah tanpa pemandu merupakan altematif menarik yang ditawarkan. Biasanya hal ini dilakukan dengan menyediakan fasiiitas transportasi khusus dengan mengunjungi tempat-tempat tersebut atau dengan menjual buku-buku petunjuk wisata perkotaan kepada wisatawan. e- Museum dan Fasilitas Budaya Lainnya Biasanya di suatu daerah terdapat berbagai jenis museum. Arkeologi, sejarah, alam, kerajinan dan seni, ilmu pengetahuan, tekndogi dan industri, dan subjek-subjek lainnya merupakan jenis-jenis museum yang ada. Pendirian museum ini pada awalnya adalah untuk konsumsi masyarakat lokal, namun kemudian berkembang untuk wisatawan pada umumnya. Selain itu pusat-pusat budaya, seperti galeri dan toko antik, merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. f- Festival Budaya Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Festival budaya yang biasanya dimasukkan ke dalam calendar of event, merupakan daya tarik yang bemilai tinggi bila dikelola dengan baik. Tradisi lokal dan kesenian dapat merupakan daya tarik utama. g- Kesukuan, Agama dan Nostalgia Pada beberapa daerah khusus, faktor suku, agama dan nostalgia perlu dipertimbangkan sebagai salah satu alasan mengapa wisatawan melakukan suatu perjalanan, sehingga suatu daya tarik tertentu dapat diasosiasikan untuk dapat menarik segmen pasar tertentu. Sebagai contoh perjalanan Lebaran yang sering dilakukan oleh sebagian besar bangsa Indonesia. Ini merupakan potensi wisatawan nusantara bagi daerah untuk dapat dimanfaatkan. Sementara untuk wisman banyak perjalanan nostalgia yang dilakukan oleh orang-orang Belanda yang ingin mengenang perangdunia baik yang dilakukan oleh orang-orang veteran atau pun keluarga yang ingin mengunjungi kuburan atau bekas tempat tinggal orang tua mereka. 3- Daya Tarik Khusus Jenis Daya Tarik khusus, secara khusus tidak berkaitan langsung dengan daya tarik alam maupun budaya. Jenis daya tarik ini sengaja dibuat untuk menarik wisatawan. a- Taman Ria dan Sirkus Taman ria umumnya bertemakan sejarah, petualangan, fantasi, orientasi
masa
depan
atau
kombinasi
aspek-aspek
tersebut
ditawarkan kepada wisatawan dalam bentuk pengalaman, tontonan, belanja atau tunggangan. Taman ria yang sudah dikenal di Indonesia ini adalah Dunia Fantasi di Ancol Jakarta. Pengembangan tamantaman, seperti ini telah menjadi salah satu trend untuk menarik wisatawan datang ke suatu tempat. Dalam menarik pasar dan penghasilan, suatu taman ria dapat berhasil, seperti apa yang terjadi Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
di Disneyland Amerika, namun seringkali mengalami kegagalan, sehingga dalam proses perencanaan, perlu melakukan analisis kelayakan ekonomi dengan baik dan mendalam. Selain taman ria yang bersifat permanen dimungkinkan pula pengembangan taman atau event-event yang bersifat temporer, misalnya : pameran perdagangan atau pun sirkus yang berkeliling. Namun, di Indonesia, khususnya kabupaten/kota hal ini belum berkembang dengan baik, sehingga belum mampu untuk menarik kunjungan wisatawan ke daerah.
Hanya
kota-kota
besar
saja
yang
mampu
untuk
wisatawan
untuk
mengembangkan Daya Tarik wisata ini. b- Belanja Belanja
merupakan
aktivitas
signifikan
bagi
mengeluarkan uang yang dimilikinya. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pariwisata baik sebagai daya tarik maupun sebagai bagian dari pelayanan. Wisatawan Jepang terkenal sebagai wisatawan yang memiliki tingkat belanja cukup tinggi terhadap barang-barang yang ditawarkan untuk kemudian di bawa kembali ke negaranya.
Pada
beberapa
kota,
pengembangan
pusat-pusat
perbelanjaan dapat menarik kunjungan wisatawan ke kota tersebut. Berbagai
jenis
barang
ditawarkan
dengan
harga
kompetitif
dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya. Selain di perkotaan, hasil kerajinan dan seni di daerah juga dapat dipertimbangkan sebagai daya tarik. Hal ini dapat merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat setempat. c- Pertemuan, Konferensi dan Konvensi Konferensi,
kursus,
seminar,
pertemuan
dan
pelatihan
dapat
merupakan salah satu daya tarik yang ditawarkan kepada wisatawan. Saat ini telah banyak kota maupun daerah yang berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan hal tersebut. Hal ini didukung dengan Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 22
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
fasilitas pertemuanyang disediakan oleh hotel di suatu daerah. Hampir semua daerah memiliki potensi ini dan dapat dikembangkan. Pengembangan potensi ini tentu saja disertai berbagai pertimbangan. Salah satu pertimbangan yang umumnya diambil adalah adanya Daya Tarik lain yang bersifat komplementaritas bagi peserta pertemuan yang akan diadakan. Kunjungan mereka ke suatu tempat biasanya disertai dengan kunjungan ke Daya Tarik wisata, berekreasi, belanja dan hiburan. Selain itu aksesibilitas ke daerah tersebut haruslah memadai, terutama untuk pertemuan skala besar, karena dengan aksesibilitas yang baik dari semua daerah pertemuan yang diadakan dapat dilakukan lebih efisien bila dibandingkan daerah yang kurang memiliki aksesibilitas yang baik. Peluang ini patut diperhatikan oleh setiap daerah dengan melakukan evaluasi untuk menentukan kelayakan ekonomi dan pasar yang akan dipilih serta fasilitas yang akan dikembangkan. Standar-standar fasilitas pertemuan perlu dikaji untuk menghasilkan kesesuaian dengan permintaan yang ada. d- Hiburan Hiburan di suatu daerah merupakan daya tarik untuk dikembangkan. Hiburan malam, seperti diskotik, pub dan restoran di suatu kawasan wisata merupakan pelengkap dari daya tarik wisata di suatu daerah. Pengembangan fasilitas ini tentu harus mengacu pada norma-norma yang berlaku di daerah, sehingga dalam pengembangannya nanti tidak terjadi benturan-benturan yang tidak diharapkan. Dalam perencanaan perlu ditentukan hiburan apa yang sesuai untuk dikembangkan dan di mana tempat yang sesuai perlu ditentukan. Pada beberapa daerah, budaya daerah dapat turut mendukung keberadaan daya tarik ini. Tarian daerah disertai dengan nyanyiannya
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
mungkin sesuai untuk diadakan dalam sebuah pub. Hal ini akan banyak memberikan wama terhadap pariwisata di daerah tersebut. e- Fasilitas Rekreasi dan Olah Raga Fasilitas rekreasi dan olah raga umumnya merupakan konsumsi bagi masyarakat lokal. Namun, pada beberapa kondisi fasilitas rekreasi dapat merupakan suatu daya tarik utama bagi setiap daerah. Pelaksanaan even-even olah raga baik itu lokal, nasional dan terutama intemasional dapat mendorong perlumbuhan kunjungan wisatawan ke suatu daerah. Even selancar, terjun payung, golf dan even-even lainnya merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut. Potensi alam dapat merupakan suatu keunggulan bagi daerah untuk mengembangkan everven olah raga. Dengan ombak yang baik di suatu daerah dapat mendukung pelaksanaan
even
olah
raga
intemasional
selancar.
Kondisi
kandungan perikanan di lautan dapat menarik even olah raga memancing. Tebing yang terjal dapat menarik even olah raga memanjat tebing. Dan masih banyak potensi-potensi lainnya yang dapat dikembangkan oleh daerah. Dalam RIPPDA, potensi-potensi tersebut diungkapkan dengan jelas, sehingga dapat dianalisis kegiatan olah raga apa yang sesuai untuk dikembangkan di daerah. Hal ini disertai dengan target pasar yang dapat
diraih
dengan
adanya
pengembangan
pariwisata
yang
dilakukan. f- Hotel dan Kawasan Wisata Pada beberapa kasus hotel maupun suatu kawasan wisata secara independen dapat berperan sebagai daya tarik wisata. Hotel-hotel bersejarah dan aktivitas yang dapat dilakukan selama wisatawan tinggal dapat merupakan suatu daya tarik tersendiri. g- Moda Transportasi Spesifik Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 24
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Fasilitas transportasi dapat merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Perjalanan dengan kereta api tua di Ambarawa atau di perkebunan saat ini merupakan daya tarik wisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Ataupun penyusuran sungai dengan kapal-kapal tradisional juga merupakan daya tarik suatu daerah. Pemandangan dan pengalaman selama perjalanan merupakan daya tarik utama. Dalam perencanaan kondisi ini perlu dievaluasi, sehingga dapat dijadikan suatu daya tarik yang cukup tinggi untuk dapat ditawarkan kepada wisatawan. b. Teknik Evaluasi Survey Daya Tarik Wisata Daya tarik eksisting dan potensial dan suatu daerah harus secara sistematis dan objektif diidentifikasi dan dievaluasi sebagai bagian dari tahapan survey dan analisis dari proses perencanaan. Sementara pemilihan daya tarik yang akan dikembangkan dan konsep perencanaan yang akan dilaksanakan untuk proses tersebut pada daya tarik tertentu akan dilaksanakan pada tahapan formulasi. 1- Identifikasi dan Deskripsi Daya Tarik Wisata Langkah pertama yang dilakukan dalam survey daya tarik wisata adalah dengan melakukan penelitian secara seksama, wawancara dengan pihak pemerintah, dan wawancara dengan narasumber yang mengetahui seluk beluk Daya Tarik wisata yang dimiliki oleh suatu daerah. Dari hasil langkah pertama ini maka kategori dari Daya Tarik wisata disertai dengan karakteristiknya merupakan informasi yang diperlukan untuk melakukan evaluasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Selanjutnya survey terhadap Daya Tarik wisata dilakukan, kemungkinan pada beberapa kasus kunjungan ini perlu dilakukan beberapa kali karena adanya perbedaan karakteristik berdasarkan waktu yang berbeda. Misalnya saja kunjungan di hari libur dengan kunjungan di hari kerja akan menimbulkan fenomena yang berbeda. Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 25
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Identifikasi dari daya tarik harus dilakukan secara sistematis dengan mengindikasikan faktor-faktor pendukung dari suatu daya tarik. Faktorfaktor tersebut antara lain : a- Nama daya tarik wisata. b- Jenis daya tarik. c- Lokasi. d- Aksesibilitas. e- Karakteristik khusus. f- Pengembangan yang sudah dilakukan. g- Keunggutan yang dimiliki. h- Permasalahan yang dihadapi. Umumnya informasi ini disertai dengan foto-foto Daya Tarik wisata sebagai
pelengkap.
Dengan
informasi
di
atas,
dalam
RIPPDA
Kabupaten/Kota Daya Tarik tersebut diplot dalam peta rencana, sehingga selanjutnya dapat dianalisis peluang maupun kendala yang dimiliki. Sistem transportasi dan potensi pengembangan daya tarik dapat diketahui dengan baik bila disajikan dalam peta secara bersamaan. Selain itu daya tarik yang ada di daerah perlu dibandingkan kemampuannya untuk menarik kunjungan wisatawan. Ada Daya Tarik wisata yang memiliki skala intemasional, nasional, provinsi atau bahkan lokal. Evaluasi ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi pasar yang dimiliki, aksesibilitas, daya dukung dan dampak yang ditimbulkan akibat pembangunan yang akan dilakukan. Aksesibilitas dapat merupakan pertimbangan penting. Sebagai alat bantu dalam proses evaluasi biasanya digunakan matriks penilaian terhadap Daya Tarik wisata yang akan
dijelaskan
menentukan
pada
daya
tarik
subbab mana
berikutnya. yang
Hasil
akan
evaluasi
diprioritaskan
akan untuk
dikembangkan sehingga dapat mendorong kunjungan wisatawan ke daerah.
Kemudian
selanjutnya. Dinas Pariwisata Kota Binjai
Selain
Daya untuk
Tarik
mana
yang
meningkatkan.
akan
dikembangkan
Kunjungan
wisatawan IV - 26
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
pertimbangan lain yang perlu diambil adalah meningkatkan lama tinggal atau bahkan pengeluaran wisatawan. Jika di akhir evaluasi Daya Tarik wisata tidak cukup mampu untuk menank kunjungan wisata, maka pengembangan daya tarik tambahan perlu dipertimbangkan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengembangan tereebut umumnya banyak berbentuk pengembangan Daya Tarik buatan seperti fasilitas rekreasi, olah raga, belanja dan hiburan. 2- Teknik Matriks Evaluasi Matriks evaluasi adalah teknik yang banyak dilakukan dalam analisis perencanaan. Hal ini dilakukan agar pendekatan evaluasi pengambilan keputusan yang ditakukan dapat bersifat sistematis dan objektif. Meskipun demikian teknik ini akan efektif bila input informasi dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif dikaji berdasarkan pengembangan dan justifikasi tim perencanaan secara keseluruhan. Justifikasi yang dilakukan bukan merupakan justifikasi perorangan melainkan kelompok secara keseturuhan atau bahkan bila memungkinkan melibatkan steering committee.
pengembangan relatif dan kelayakan pengembangan.
Dalam matriks proses penilaian dapat dilakukan dalam skala 1-5 atau 110 bergantung kesepakatan tim. Skala tersebut menunjukkan tingkat positif dan setiap item evaluasi. Semakin tinggi nilai dari setiap item, menunjukkan bahwa item yang dievaluasi potensi yang dimiliki semakin baik. Misalnya saja aksesibilitas, dengan nilai yang semakin tinggi maka aksesibilitas ke Daya Tarik wisata tersebut semakin mudah. Begitu pula dengan kriteria-kriteria yang lainnya. 3- Survey Fasilitas dan Pelayanan Wisata Sebagai
bagian
dari
tahapan
survey
dan
evaluasi
dari
proses
perencanaan, setiap fasilitas dan pelayanan wisata perlu disurvey dan dievaluasi dengan mempertimbangkan jenis, kesesuaian dengan kondisi saat ini maupun masa mendatang dan jenis pembangunan pariwisata Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 27
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
yang dilakukan. Survey dan evaluasi ini merupakan dasar untuk rekomendasi perbaikan atau peningkatan yang diperlukan dari fasilitas dan pelayanan yang ada. Pola lokasi fasilitas dan pelayanan wisata ini juga akan mempengaruhi formulasi dari rencana fisik. Standar untuk melakukan survey dan evaluasi harus ditetapkan berdasarkan standarstandar intemasional atau yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu
pertimbangan
utama
dalam
evaluasi
adalah
pertimbangan
"reasonable" atau kesesuaian antara nilai uang yang dibelanjakan pada fasilitas dan pelayanan wisata dengan tingkat kualitas pelayanan yang diberikan. Inventarisasi dan evaluasi dari fasilitas dan pelayanan perlu disurvey, kadang-kadang survey sikap dari wisatawan terhadap fasilitas dan pelayanan perlu dilakukan. Survey ini termasuk wawancara dari hotel, agen perjalanan, restoran dan pihak-pihak terkait lainnya. Wawancara ini memberikan informasi dari pasar wisatawan eksisting yang merupakan masukan bagi survey pasar. Rencana pengembangan jangka pendek perlu dipertimbangkan sebagai bahan masukan bagi perencanaan jangka pendek. a- Akomodasi Pada kenyataannya banyak sekali jenis akomodasi yang terdapat di suatu daerah. Meskipun terminologi dari berbagai jenis fasilitas akomodasi
muncul
Namun
batasan
pasti
sulit
sekali
untuk
diidentifikasi. Untuk kepentingan survey, analisis dan perencanaan terminologi
yang
umumnya
digunakan
di
Indonesia
adalah
berdasarkan klasifikasi hotel berbintang dan melati. Namun demikian jenis-jenisnya secara umum dengan fungsinya adalah sebagai berikut: 1- Hotel kota, biasanya dimanfaatkan untuk wisatawan bisnis, dinas maupun untuk berlibur.
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 28
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
2- Hotel konvensi, biasanya hotel ini diperuntukan sebagai tempat penyelenggaraan pertemuan, konferensi dan pelatihan, Namun tidak jarang juga dimanfaatkan oleh wisatawan yang berlibur. 3- Hotel bandara, biasanya hotel diperuntukan sebagai tempat transit sementara bagi pelaku perjalanan sebelum mereka melanjutkan perjalanannya. Hotel Ini berada di sekitar bandara. 4- Hotel yang berorientasi untuk menampung pelaku perjalanan yang memanfaatkan jalan raya untuk pengalaman mereka. Hotel seperti ini biasanya berada di kota-hota kecil sebagai tempat istirahat bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan jarak jauh. 5- Resort, jenis akomodasi ini memberikan fasilitas rekreasi yang beraneka ragam bagi tamunya. Akomodasi seperti ini biasanya terletak di daerah-daerah yang memiliki daya tarik wisata. Wisatawan yang berkunjung umumnya adalah wisatawan yang berlibur. Evaluasi yang dilakukan harus termasuk kondisi fisik, jenis fasilitas dan pelayanan, kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada wisatawan. Pada beberapa kasus hotel-hotel yang memiliki bentuk dan kualitas fisik yang baik memberikan pelayanan
yang
buruk
kepada
wisatawan,
hal
ini
patut
diperhatikan sebagai masukan dalam perencanaan pariwisata.
b- Agen Perjalanan Wisata Agen
perjalanan
wisata
termasuk
di
dalamnya
agen
yang
menawarkan program wisata lokal dan penanganan pelayanan kepada wisatawan merupakan sumber-sumber informasi yang perlu Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 29
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
dipertimbangkan. Pelayanan penjualan tiket penerbangan, kereta api, kapal laut dan bus, penyewaan kendaraan, reservasi hotel dan pelayanan wisata dalam maupun luar negeri merupakan faktor-faktor yang perlu untuk dikaji. Pada beberapa daerah kompetensi pemandu wisata
dalam
menjelaskan
Daya
Tarik
wisata,
bahasa
dan
pengalaman merupakan masukan bagi dokumen perencanaan. Paket wisata yang ditawarkan perlu dievaluasi untuk melihat faktor tingkatan harga, program yang ditawarkan, kualitas pelayanan, kehandalan pelayanan dan keamanan perjalanan. Hal ini berguna bagi tim perencana untuk pendekatan yang dilakukan oleh pihak operator dalam melaksanakan usahanya. Peraturan mengenai agen perjalanan wisata dan pemandu wisata telah ditetapkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. c- Makanan dan Minuman Fasilitas restoran, rumah makan, bar, penjualan makanan dan minuman memberi pola kepada pengembangan pariwisata daerah. Hal ini perlu dievaluasi dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Jenis dan variasi makanan yang ditawarkan, 2) Kualitas pelayanan, 3) Value for money, 4) Tingkat kebersihan, 5) Daya tarik fisik dan kenyamanan yang diberikan, 6) Lokasi. Untuk mernuaskan permintaan wisatawan secara normal, maka daerah seharusnya memiliki kualitas makanan yang baik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Makanan khas daerah yang menarik dapat merupakan daya tarik pendukung bagi wisatawan. Wisatawan yang berkunjung ke daerah akan memiliki pengalaman yang semakin Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 30
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
baik bila makanan yang tersedia di daerah dapat memenuhi selera mereka. Makanan dan minuman khas daerah perlu dievaluasi karena memberikan dampak ekonomi bersifat langsung terhadap masyarakat setempat. Umumnya makanan dan minuman tersebut memiliki kandungan lokal yang cukup tinggi, sehingga menimbulkan dampak ekonomik
yang
lebih
besar
Survey
yang
dilakukan
perlu
mempertimbangkan ketersediaan makanan dan minuman khas daerah untuk mendukung pengembangan pariwisata daerah. Bila perlu makanan-makanan daerah lain diadopsi di daerah dengan tetap memberikan ciri khas utama daerah bersangkutan. d- Pusat Informasi Pariwisata Informasi pariwisata umumnya disediakan oleh pemerintah daerah, hotel maupun agen perjalanan. Lokasi dari pusat informasi dan kandungan informasi yang dimiliki perlu disurvey dan dievaluasi untuk melihat kesesuaian lokasi, aksesibilitas, kompetensi informasi, bahasa dan informasi pendukung lainnya. Selain itu buku-buku petunjuk wisata yang membahas daerah studi perlu dikaji untuk melihat kesesuaian antara informasi yang diberikan dengan kondisi di lapangan. e- Fasilitas Belanja Fasilitas belanja baik sebagai daya tarik utama maupun pendukung perlu untuk disurvey dan dikaji secara mendalam. Umumnya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah mencari cenderamata untuk dibawa pulang ke tempat asalnya. Cenderamata ini bisa berbentuk kerajinan, hasil seni, pakaian, dan perhiasan. Di lain pihak di beberapa tempat wisatawan juga mencari barang-barang umum terutama barang-barang yang memiliki harga murah, barang yang mereka beli antara lain tembakau, minyak wangi, elektronik dan barang-barang Dinas Pariwisata Kota Binjai
lainnya.
Selain
barang-barang
yang
bersifat
IV - 31
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
cinderamata atau barang- barang umum yang dibawa pulang, dalam survey juga perlu diperhatikan penyediaan barang-barang sehari-hari kebutuhan wisatawan sdama mereka melakukan kunjungan. Film, koran, majalah, air minum, obat-obat ringan merupakan fasilitas yang perlu disediakan di suatu daerah. Evaluasi untuk fasilitas ini dilakukan berdasarkan jenis dari fasilitas, barang dan pelayanan yang diberikan. Selain itu lokasi, aksesibilitas dan harga juga merupakan faktor-faktor yang perlu dikaji. f- Penukaran Uang dan Bank Fasilitas penukaran uang untuk pariwisata intemasional mutlak diperlukan. Umumnya mereka membawa jumlah mata uang Rupiah yang terbatas, sementara pembayaran yang mereka lakukan adalah dalam
rupiah,
sehingga
fasilitas
ini
menjadi
penting
bagi
pengembangan pariwisata, dan ini perlu dikaji berdasarkan lokasi, jenis dan kualitas pelayanannya. Umumnya fasilitas seperti ini berada pada daerah-daerah umum seperti bandara, setasiun kereta api, terminal, dan pertokoan. Kemampuan fasilitas ini untuk dapat menerima berbagai mata uang dan kartu kredit juga harus dikaji dan dievaluasi. Umumnya wisatawan yang berkunjung nggan membawa uang dalam bentuk cash, mereka lebih menyenangi membawa kartu kredit yang lebih aman. Tuntutan seperti perlu disediakan oleh Daerah dengan melihat kesesuaiannya dengan pasar wisatawan yang ada. Fasilitas perbankan juga fasilitas penting untuk keperluan mereka melakukan transfer uang maupun cek perjalanan mereka, sehingga faktor ini juga patut untuk dipertimbangkan. g- Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan Sebagian
wisatawan
dalam
waktu
perjulanannya
mengalami
gangguan kesehatan, kecelakaan atau permasalahan kesehatan mendadak yang perlu ditangani dengan cepat. Dalam pengembangan Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 32
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
pariwisata, hal tersebut tidak dapat diabaikan. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang lengkap maupun dokter- dokter yang handal akan sangat membantu pengembangan pariwisata daerah, sehingga perlu untuk dikaji dan dievaluasi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Bila fasilitas yang diperlukan tidak dapat memenuhj kebutuhan yang ada atau akan ada, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pengembangan. Hal ini tentu saja bukan hanya untuk keperluan pariwisata itu sendiri, Namun juga bagi masyarakat di daerah tersebut. h- Keamanan Umum Keamanan
umum
merupakan
syarat
mutlak
pengembangan
pariwisata di suatu daerah. Daerah yang memiliki tingkat kejahatan yang tinggi cenderung tidak dikunjungi oleh wisatawan. Oleh karena itu kondisi dan fasilitas keamanan di Daerah merupakan faktor yang perlu dievaluasi untuk perencanaan pariwisata. Kehandalan dan efektivitas pelayanan dari polisi, pemadam kebakaran, penyelamat pantal, dan SAR, memberikan dukungan yang signifikan terhadap pariwisata di suatu daerah. Informasi mengenai penyelamatan diri terhadap wisatawan selama kunjungan pun perlu diinformasikan dengan baik. Informasi ini akan sangat membantu wisatawan dalam melakukan kunjungan mereka di daerah, sehingga mereka dapat mengantisipasi terhadap perubahan kondisi yang terjadi. Selain itu kondisi politik di daerah juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhl pengembangan pariwisata, sehingga hal ini juga merupakan faktor yang perlu dikaji dan dievaluasi untuk dicarikan solusi penanggulangannya. i- Pelayanan Pos dan Internet Selama melakukan kunjungan wisatawan umumnya tidak mau putus hubungan dengan kerabatnya di tempat tinggat asalnya. Mereka Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 33
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
umumnya ingin memberi kabar tentang kondisi mereka selama perjalanan. Fasilitas umum yang banyak dimanfaatkan adalah fasilitas pos dengan mengirim berbagai jenis surat atau kartu pos, sehingga pelayanannya perlu dievaluasi dengan melihat faktor-faktor lokasi, kehandalan, jaminan kehilangan, efisiensi dan keramah tamahan dari pegawai. Selain fasilitas pos, fasilitas lain yang perlu disediakan saat ini jasa internet Umumnya sebagian besar wisatawan, memanfaatkan fasilitas ini untuk memberi informasi kepada kerabatnya dengan cepat dan
akurat,
sehingga
fasilitas
ini
menjadi
pendukung
dari
pengembangan pariwisata yang ada. Evaluasi fasilitas ini meliputi faktor : lokasi, harga, kecepatan akses dan kenyamanan pelayanan. 4. Survey Transportasi dan Infrastruktur Ketersediaan
sarana
dan
prasarana,
merupakan
syarat
mutlak
pengembangan pariwisata yang berhasil. Namun pada kenyataannya kondisi di lapangan sarana dan prasarana sangat terbatas dan merupakan salah satu kendala pengembangan pariwisata. Fasilitas dan pelayanan transportasi, air bersih, listrik, pembuangan dan pengdahan limbah, dan telekomunikasi merupakan komponen infrastruktur yang diperlukan dalam pengembangan pariwsata di suatu daerah. Prasarana dasar dari suatu daerah umumnya diperuntukan masyarakat secara umum dan diperlukan untuk pengembangan dan pembangunan daerah. Pariwisata yang dikembangkan di daerah akan turut memanfaatkan prasarana tersebut. Pengembangan prasarana secara khusus untuk pariwisata
diperlukan
pada
daerah-
daerah
yang
dipilih
untuk
pengembangan pariwisata dan ini pun dimanfaatkan oleh masyarakat daerah tersebut. Pariwisata yang berhasil akan turut menyumbangkan pendapatan bagi daerah menutupi biaya yang dikeluarkan pemerintah daerah untuk pembangunan prasarana. Namun meskipun demikian pada pengembangan pariwisata kawasan-kawasan terpencil di mana belum ada pembangunan prasarana, pariwisata akan membutuhkan prasarana Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 34
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
tersebut secara khusus. Di sinilah perlu adanya evaluasi terhadap kemungkinan manfaat yang diperoleh dengan adanya pengembangan pariwisata dengan biaya yang dikeluarkan. Seluruh jenis prasarana dan sarana yang adadi suatu daerah perlu disurvey dan dievaluasi sebagai bagian proses perencanaan dengan tujuan untuk memberikan dasar bagi rekomendasi untuk melakukan pengembangan. Selain itu rencana pengembangan prasarana dan sarana yang sudah ada perlu dikaji untuk menghindarkan terjadinya tumpang tindih pembangunan yang akan dilaksanakan. Diharapkan dengan evaluasi dan kajian yang dilakukan kebutuhan untuk pengembangan pariwisata dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat terpenuhi. a. Fasilitas dan Pelayanan Transportasi Transportasi berperan untuk memberikan akses kepada wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata maupun melakukan perjalanan di dalam daerah. Kajian dilakukan terhadap seluruh jenis moda transportasi yang ada di suatu kabupaten/kota, baik moda transportasi udara, laut, jalan raya maupun kereta api. Selain mengkaji moda transportasi yang berada di Kabupaten atau Kota, pengkajian juga perlu dilakukan dengan melihat daerah yang lebih luas. Sangat mungkin terjadi pada beberapa daerah Kabupaten/Kota yang tidak memiliki pintu gerbang sendiri, bergantung pada daerah tetangganya yang memiliki pintu gerbang ke daerah tersebut. Evaluasi dan survey untuk moda transportasi udara meliputi : 1-
Kapasitas
bandara
yang
meliputi
kapasitas
penumpang,
kemampuan, kelengkapan dan pemeliharaan yang dilakukan. 2- Landasan pacu yang meliputi kemampuan untuk didarati pesawat terbang, panjang, lebar dan jumlah landasan pacu.
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 35
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
3- Jaringan pelayanan yang meliputi asaf dan tujuan, frekuensi, kapasitas penumpang, tingkat pelayanan, biaya perjalanan dan kehandalannya. Seringkali terjadi pembatalan penerbangan akibat berbagai kendala, kendala ini perlu diidentitikasi untuk kemudian dikaji dan menjadi bahan masukan pada proses perencanaan selanjutnya. 4- Rencana pengembangan fasilitas maupun jaringan transportasi udara. Evaluasi dan survey untuk moda transportasi jalan raya, kereta api dan laut juga harus di survey baik internal Kabupaten maupun Kota dan ekstemal. Beberapa daerah di Indonesia sangat bergantung pada moda transportasi sungai, karena belum tersedianya alternatif lain yang dapat dimanfaatkan. Survey dan evaluasi yang dilakukan meliputi : 1- Kapasitas. 2- Jaringan pelayanan. 3- Frekuensi pelayanan. 4- Kehandalan. 5- Jadwal pelayanan. 6- Lokasi dan tingkat pelayanan terminal bus, laut, air dan setasiun. 7- Kenyamanan dan pelayanan selama perjalanan. 8- Biaya. Pada daerah yang telah memiliki perkembangan pariwisata yang baik, biasanya diperlukan angkutan khusus untuk pariwisata. Angkutan khusus tersebut dapat berupa mobil. bus, pesawat terbang, bahkan kapat laut. Komponen ini perlu dikaji dan disurvey untuk melengkapi bahan analisis dan sintesis yang akan Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 36
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
dilakukan pada tahap berikutnya. Integrasi jaringan transportasi di dalam dan di luar daerah perlu dipetakan untuk melihat karakteristik pelayanan transport yang dimiliki oleh daerah. Informasi ini disertakan pada peta lokasi objek dan daya tarik, sehingga dapat diketahui sejauh mana kesesuaian antara pengembangan
pariwisata
yang
akan
dilakukan
dengan
dukungan jaringan transportasi yang ada. b. Air Bersih Setelah transportasi, air bersih merupakan komponen prasarana penting yang perlu untuk diperhatikan. Ketefsediaan air bersih merupakan faktor kritis untuk mengembangkan pariwisata di suatu daerah. Fasilitas pariwsata akan membutuhkan air bersih baik sebagai kebutuhan dasar maupun sebagai bentuk pelayanan. Oleh karena itu kualitas
dan
ketersediaan
air
bersih
di
suatu
daerah
perlu
dipertimbangkan secara khusus terutama untuk daerah- daerah yang akan dipilih untuk pengembangan pariwisata. Jika ketersediaan air yang ada di suatu daerah tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk kebutuhan pariwisata yang direncanakan, maka rencana tersebut perlu dievaluasi. Sumbersumber air bersih alternatif perlu dikaji untuk menghadapi permasalahan pengembangan tersebut, sumber- sumber tersebut dapat berbentuk air permukaan maupun air bawah tanah. Bila menggunakan air bawah tanah maka perlu ditentukan area tangkapan air yang perlu disediakan dan dijaga, sehingga sumber air tersebut tidak kering. Sebagai tambahan dari ketersediaan air bersih, kualitas air pun perlu dikaji sesuai dengan standar kesehatan yang telah djtetapkan. Bila diperlukan untuk pengolahan agar air yang ada sesuai standar, maka pengolahan tersebut patut dipertimbangkan sebagai masukan. Proses konservasi pun perlu dipertimbangkan,
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 37
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
sehingga
keberlanjutan
pariwisata
di
suatu
daerah
dapat
dipertahankan. c. Tenaga Listrik Tenaga listrik bagi sebagian besar pengembangan pariwisata mutlak diperlukan. Namun, komponen ini dapat lebih fleksibel dibandingkan dengan air bersih karena bila tidak ada fasilitas listrik umum dapat disediakan dengan pembangkit alternatif. Meskipun demiMan sisteni tenaga listrik ini untuk pengembangan pariwisata perlu ditinjau dan dianalisis dengan baik. Ketersediaan dan kehandalan pelayanan kepada pengguna perlu ditinjau, karena pada beberapa daerah tenaga listrik ini masih terbatas, sehingga menyulitkan untuk melakukan penambahan daya bila tajadi pengembangan pariwisata. Selain sumber tenaga listrik konvensional, pemanfaatan tenagatenaga listrik altematif pun perlu untuk dikaji. Pemanfaatan sinar surya atau angin sebagai sumber tenaga listrik di suatu kawasan wisata terpendi dapat dijadikan pertimbangan. d. Pembuangan dan Pengolahan Limbah Cair Pembuangan dan pengolahan limbah cair merupakan faktor penting yang
perlu
dipertimbangkan
untuk
pengembangan
pariwisata.
Pertimbangan ini diperlukan untuk pengembangan kawasan wisata untuk menghindari polusi terhadap lingkungan. Umumnya fasilitas ini tidak dipikirkap pada saat rencana pengembangan, Namun bila telah terjadi kerusakan lingkungan barulah hal ini dilakukan. Survey dan kajian yang diperlukan adalah meninjau kapasitas dan kualitas dari pengolah limbah dan proses pembuangannya. Kebutuhan fasilitas ini akan sangat bergantung skala pembangunan yang ada dan akan dilaksanakan. Bila kapasitas dan kemampuan yang dimiliki tidak memadai maka rekomendasi untuk peningkatannya akan diperlukan.
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 38
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Pembangunan fasilitas ini perlu dimasukkan sebagai salah satu komponen biaya yang diperlukan untuk pengembangan pariwisata. e. Pembuangan Limbah Padat Selain pembuangan dan pengolahan limbah cair, pembuangan dan pengolahan limbah padat juga perlu disurvey dan dievaluasi. Survey perlu dilakukan untuk mengetahui apakah pemerintah daerah melakukan pengumpulan limbah ini dan mengolahnya di suatu tempat. Proses pengumpulan dan efektivitas pembuangan perlu dikaji sebagai bahan pertimbangan. Jika tidak ada proses pengumpulan oleh pemerintah daerah maka hal ini patut dipertimbangkan pengelolaannya dalam perencanaan yang dilakukan. Teknik-teknik pembuangan yang arnan secara individual perlu dikemukakan dengan jelas, proses daur ulang merupakan salah satu altematif yang dapat ditawarkan. f. Telekomunikasi Telekomunikasi saat ini merupakan elemen penting pengembangan pariwisata. Bagi wisatawan telekomunikasi dibutuhkan untuk selama perjalanan mereka. Bahkan untuk perjalanan bisnis, fasilitas ini memiliki tingkat kepentingan yang cukup tinggi. Setiap daerah wisata memerlukan telekomunikasi untuk fungsi operasional maupun kondisi darurat. Komponen yang dikaji meliputi telepon, faks, radio dan telegram. Bahkan untuk daerah- daerah yang belum terjangkau perlu adanya fasilitas radio komunikasi. g. Drainase Drainase merupakan komponen prasarana yang penting, meskipun pertimbangan
pengembangan
prasarana
ini
adalah
untuk
kepentingan umum bukan hanya pariwisata. Drainase yang efektif akan sangat membantu dalam menghindari banjir terutama untuk
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 39
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
kawasan-kawasan pariwisata yang berada di pinggiran sungai ataupun danau.
4.2.5. Survey Dan Kajian Aspek Permintaan Survey kondisi masa lalu dan saat ini dari kunjungan wisatawan merupakan input penting dalam analisis pasar. Dengan survey pasar persepsi wisatawan tentang daerah dapat diketahui. Survey ini harus dibuat baik bagi wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus) dan juga wisatawan lokal. Data lengkap tentang kunjungan wisatawan ke suatu daerah jarang sekali ditemukan secara lengkap, sehingga dalam proses RIPPDA Kabupaten ini diperlukan survey lapangan secara langsung. Pelaksanaan survey pasar ini meliputi penyebaran kuesioner, wawancara baik dengan wisatawan maupun dengan operator perjalanan wisata, baik yang terdapat di dalam daerah bahkan bila memungkinkan juga dengan di luar daerah yang memiliki program wisata ke daerah bersangkutan. Tinjauan mengenai pola perjalanan dalam konteks intemasional, nasional maupun per wilayah patut untuk dikaji sebagai kerangka dalam proses analisis pasar. 1. Karakteristik Kedatangan Wisatawan Jumlah kedatangan atau kunjungan wisatawan masa lalu dan saat ini harus ditentukan sebagai indikator dari perlumbuhan umum dan tingkat perkembangan pariwisata di suatu daerah. Gambaran kunjungan wisatawan bulanan dapat menunjukkan fluktuasi musiman. Karakteristik dan sikap dari wisatawan yang berkunjung perlu diidentifikasi dengan seksama. Karakteristik yang perllu dikaji dalam rangka RIPPDA Kabupaten adalah sebagai berikut : a. Daerah asal - Kebangsaan dan negara tempat tinggal bagi wisman, dan provinsi asal dan kota tempat tinggal bagi wisnus menipakan data penting dalam rangka fungsi pemasaran. Negara tempat tinggal patut dipertimbangkan, karena pada saat ini banyak sekali wisman yang tinggal menetap di suatu negara yang berbeda dengan kewarganegaraannya. Begitu pula dengan tenaga-tenaga ahli asing yang tinggal di Indonesia, sangat mungkin sekali mereka melakukan Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 40
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
perjalanan secara ekstensif untuk melakukan kunjungan ke daerah-daerah di Indonesia. b. Maksud perjalanan - Maksud Perjalanan meliputi kategori berlibur, bisnis, studi, dinas, berkunjung ke teman atau keluarga dan mungkin beberapa jenis maksud lain
bergantung
dengan
daerah
(misal
:
ziarah)
Maksud
perjalanan
menunjukkan karakteristik dari perencanaan pemasaran dan fasilitas yang akan dihembangkan di suatu daerah. c. Lama tinggal - Lama tinggal wisatawan bergantung pada jumlah malam wisatawan tinggal di suatu daerah. Informasi ini merupakan masukan untuk mengetahui penggunaan fasilitas dan belanja wisatawan. d. Umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga/teman yang ikut perjalanan. Hal ini merupakan karakteristik penting untuk mengetahui dalam penentuan profit pemasaran dan fasilitas pariwisata dalam rangka proses perencanaan. Umur sendiri dapat dikelompokkan menjadi kelompok tertentu karena sering kali wisatawan tidak mau diketahui urnur mereka secara pasti. e. Jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan - Jenis pekerjaan dapat dikategorikan menjadi : manajer, profesional, tenaga ahli, ibu rumah tangga, pelajar dan mahasiswa, dan pensiunan. Tingkat pendapatan juga dapat dikelompokkan menjadi kelompok tertentu. f. Tempat yang dikunjungi dan tempat tinggal selama perjalanan – Tempattempat yang dikunjungi selama melakukan kunjungan di Indonesia (Nasional) maupun di kabupaten/kota sendiri merupakan informasi penting untuk proses perencanaan. g. Jumlah kali kunjungan ke daerah - Jen/s kunjungan ke suatu daerah dapat merupakan yang pertama kali atau kunjungan ulang. Dengan tingginya kunjungan ulang maka hal ini menunjukkan bahwa daerah tertentu memiliki daya tarik yang "berkelanjutan", sehingga orang ingin melakukan kunjungan ulang.
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 41
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
h. Individual atau kelompok - Sebagian wisatawan melakukan kunjungan wisata ke suatu daerah secara mandiri (independen), sementara yang lainnya datang dalam kelompok wisata. Informasi ini dimanfaatkan untuk fungsi pemasaran dan perencanaan. i. Pola belanja wisatawan - Jumlah total belanja dan wisatawan dan distribusi belanja mereka (akomodasi, makanan dan minuman, belanja, transport lokal, tour dan lainnya) merupakan informasi penting untuk menentukan dampak ekonomi dan pariwisata dan merupakan masukan untuk merekomendasikan cara untuk meningkatkan belanja wisatawan di suatu daerah. Uang yang dibelanjakan oleh wisatawan akan sangat baik bila ditentukan dengan survey khusus atau dengan mengidentifikasi dan hotel, restoran, agen perjalanan, pertokoan dan tempat-tempat penukaran mata uang asing. j. Sikap dan tingkat kepuasan wisatawan - Menentukan sikap dan tingkat kepuasan wisatawan tentang daerah, Daya Tarik wisata, fasilitas dan pelayanan merupakan informasi yang berharga bagi proses peningkatan pariwisata, setidaknya merupakan dasar dan keinginan pasar eksisting. Informasi ini akan sangat baik bila menggunakan survey secara khusus dengan juga memperhatikan pola belanja dan karakteristik wisatawan, sehingga seluruh faktor dapat diidentifikasi korelasinya. Survey ini dapat meliputi pertanyaan fasilitas atau pelayanan apa yang perfu ditingkatkan bila mereka melakukan kunjungan ulang ke daerah ini. Informasi dasar dan wisman sebetulnya dapat diketahui dengan melakukan penelitian terhadap proses embarkasi dan disembarkasi imigrasi. Namun demikian, belanja, sikap dan tingkat kepuasan tidak terdapat dalam informasi di atas, sehingga memerlukan survey khusus. Survey ini umumnya dilakukan pada pintu
gerbang
berdasarkan
kedatangan
sampling
wisatawan
yang
telah
seperti
bandara
ditentukan
dan
dilakukan
sebelumnya
dengan
mempertimbangkan karakteristik musim setiap tahun. Sementara itu untuk informasi wisnus diperlukan survey khusus karena mereka tidak melakukan Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 42
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
proses imigrasi seperti wisman. Survey untuk wisnus ini dapat dilakukan di tempat-tempat akomodasi dan Daya Tarik wisata. 2. Agen Perjalanan/Tour Operator Dalam proses perencanaan pariwisata, akan sangat berguna untuk melakukan proses wawancara dengan pihak agen perjalanan baik yang terdapat di daerah maupun yang terdapat di luar daerah. Wawancara ini dilakukan terutama pada operator yang memiliki program atau paket wisata di daerah studi baik yang sekarang telah memiliki atau mereka yang tertarik ingin mengembangkan paket wisata ke daerah studi. Umumnya mereka paham terhadap berbagai permasalahan pasar dan permasalahan di lapangan dalam memasarkan paket-paket wisatanya. Struktur harga dan kompetisi daerah tujuan wisata merupakan informasi yang dapat diperoleh dan mereka. Operator perjalanan ini memberikan informasi berdasarkan pandangan perdagangan intemasional maupun perdagangan secara umum. Wawancara secara khusus, merupakan langkah efektif yang dapat dilakukan untuk menggali informasi yang diinginkan. Sementara untuk pemilihan agen perjalanan yang akan diwawancara bila banyak dapat dilakukan berdasarkan sampling. 3. Pola Perjalanan Umum dan Kecenderungan Yang Terjadi Pada tingkat perencanaan RIPPDA Kabupaten/Kota, pola perjalanan internasional maupun regional bagi wisman tidak diperlukan kajian secara mendetail. Penekanan yang diperlukan adalah kajian pola perjalanan di dalam daerah studi dan antar daerah dengan mempertimbangkan jumlah, asal dan tujuan, jenis wisatawan, lokasi dan jenis daerah tujuan wisata favorit. Pola perjalanan secara umum ini penting untuk proses analisis pasar wisata jangka panjang yang berkunjung ke beberapa daerah di Indonesia. Pola perjalanan yang dikaji tidak hanya yang eksisting tapi yang potensial juga. Kecenderungan pariwisata harus diperhatikan sebagai contoh munculnya pasar baru, segmen baru, jenis Daya Tarik wisata baru dan munculnya sarana transportasi modern yang akan mengubah pola peijalanan wisatawan. Untuk menghasilkan proses perencanaan yang lebih baik maka proses Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 43
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
ini dapat mengikutsertakan pihak hotel maupun agen atau operator perjalanan yang kompeten.
4.3
Metode Analisis
4.3.1 Penentuan Kebutuhan Fasilitas Dan Infrastruktur Berdasarkan analisis pasar yang telah menentukan proyeksi atau target kunjungan wisatawan dengan karakteristiknya seperti jenis wisatawan, lama tinggal maka jumlah dan jenis akomodasi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan dapat dihitung. a. Akomodasi dan Kebutuhan Lahan Berikut ini disajikan rumus untuk proyeksi menghitung kebutuhan akomodasi berdasarkan rata-rata tahunan dan musim liburan wisatawan. Contoh ini hanyalah merupakan satu jenis pasar wiatawan dan akomodasi, rumus ini idealnya harus diaplikasikan sesuai dengan segmen pasar yang ada dengan jenis akomodasi yang dibutuhkan. 1- Rumus Permintaan Tempat Tidur
Jumlah wisatawan (per periode waktu) Jumlah malam (per waktu)
periode
Rata-rata lama tinggal X
x
(malam) Tingkat isian akomodasi
Contoh untuk permintaan tahunan: Diketahui: Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 44
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Jumlah kunjungan per tahun = 100.000 wisatawan
Rata-rata lama tinggal = 5 hari
Jumlah hari per tahun = 365 hari
Tingkat isian rata-rata =75% Maka kebutuhan tempat tidur adalah :
100.00 0
X
5
365
x
75%
= 1.826 Tempat Tidur
Contoh untuk permintaan pada musim liburan (high season) Diketahui:
Jumlah kunjungan musim liburan = 50.000 wisatawan
Rata-rata lama tinggai = 5 hari
Jumlah hari musim liburan (4 bulan) = 120 hari
Tingkat isian rata-rata = 90%
Maka kebutuhan tempat tidur adalah :
50.00 0
X
5
120
x
90%
= 2.315 Tempat Tidur
2- Rumus Permintaan Kamar Jumlah permintaan tempat tidur Tingkat isian kamar (orang per kamar)
Contoh untuk permintaan kamar tahunan Diketahui:
Jumlah permintaan tempat tidur tahunan = 1.816 tempat tidur.
Tingkat isian kamar rata-rata = 1,7 orang/kamar.
Maka kebutuhan kamar adalah 1.81 6 1,7
Dinas Pariwisata Kota Binjai
= 1.068 kamar/tahun
IV - 45
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Contoh untuk permintaan kamar pada musim liburan Diketahui:
Jumlah permintaan tempat tidur musim libur = 2.315 tempat tidur.
Tingkat isian kamar rata-rata = 1,7 orang/kamar.
2.31 5 1,7
= 1.362 kamar/musim liburan
Umumnya prediksi kebutuhan kamar dan tempat tidur ini sudah mempertimbangkan seluruh maksud perjalanan dari wisatawan, Namun bila prediksi ini hanya menangkap satu maksud perjalanan misalnya berlibur, maka prediksi tersebut perlu ditambah dengan kemungkinan kunjungan wisatawan dengan maksud-maksud lain, misalnya bisnis, mengunjungi teman
dan
sebagainya.
Kebutuhan
kapasitas
akomodasi
tersebut
diproyeksikan berdasarkan selang waktu tertentu, berdasarkan proyeksi atau target pasar wisatawan tertentu sebagai dasar bagi program pengembangan yang akan dilakukan. Faktor-faktor yang diasumsikan dalam kebutuhan akomodasi rata-rata tahunan dan musim liburan di atas untuk setiap tempat akan menghasilkan kebutuhan yang berbeda-beda. Pertimbangan yang dapat mempengaruhi hal ini antara lain adalah perbedaan tingkat tembalinya modal (break even) berdasarkan
tempat
maupun
tipe
akomodasi.
Akomodasi
yang
diperuntukan untuk wisatawan bertibur memiliki tingkat isian yang lebih tinggi dibandingkan dengan akomodasi yang diperuntukan untuk bisnis. Sebagaimana digambarkan pada contoh di atas, faktor musim perlu dipertimbangkan alam menghitung permintaan tempat tidur dan kamar. Mungkin ini secara ekonomi tidak menguntungkan, untuk membangun kamar berlebih akibat adanya pertimbangan jangka pendek. Namun bila ditinjau dari tingkat isian total rata-rata pertahun dari hotel mungkin hal ini Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 46
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
cukup beralasan. Sebagai contoh pada musim liburan tingkat isian hotel dapat mencapai 90% sementara pada musim bukan liburan tingkat isian hanya mencapai 60%, sehingga rata-rata .tahunan tingkat isian hold adalah 70%. Nilai tingkat isian tersebut bagi pengusaha hotel cukup memberikan keuntungan bagi perusahaannya, bahkan pada beberapa tempat tingkat isian hotel rata-rata yang dijadikan patokan bagi pengusaha akomodasi jauh lebih rendah berkisar antara 40-50%. Proyeksi akomodasi digunakan sebagai dasar untuk memproyeksikan kebutuhan lahan secara umum meskipun secara proporsi dibandingkan dengan kebutuhan lahan sektor lain jauh lebih kecil. Namun untuk daerah- daerah yang memiliki skala pengembangan pariwisata cukup tinggi, kebutuhan lahan ini menjadi faktor penting dalam perencanaan hal ini erat kaitannya untuk melakukan analisis daya dukung lingkungan. Selain itu standar-standar pemanfaatan lahan bagi pengembangan fasilitas akomodasi pun perlu ditetapkan sesuai dengan peraturan yang ada. Jumlah kamar per luasan lahan untuk fasilitas akomodasi resort akan berbeda dengan fasilitas akomodasi di perkotaan. Pada tahapan ini proyeksi kunjungan wisatawan, kebutuhan akomodasi dan lahan dilakukan dengan asumsi pasar secara umum. Hal ini akan mengalami revisi bila temyata terdapat kendala-kendala di lapangan, misalnya kemampuan daya dukung, evaluasi ekonomi, lingkungan, dampak sosial dan berbagai faktor lainnya, sehingga pada tahapan ini umpan balik secara
berkelanjutan
merupakan
suatu
keharusan
yang
perlu
dipertimbangkan dalam proyeksi hingga mencapai keseimbangan optimum antara pengembangan dan pola pasar. b. Kebutuhan Transportasi Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya aspek fasilitas dan pelayanan transportasi yang harus direncanakan adalah akses dan luar daerah menuju daerah bersangkutan, dan astem jaringan transportasi di dalam daerah. Yang menghubungkan kawasan-kawasan wisata dengan daya tarik wisata yang ada. Berdasarkan analisis pasar dan proyeksi atau target kunjungan wisatawan, lama Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 47
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
tinggal dan distribusi musiman maka sangat dimungkinkan untuk perencana transportasi memperhitungkan lalu lintas perjalanan yang terjadi pada daerah perencanaan. Walaupun untuk daerah Kabupaten di mana posisinya bukanlah sebagai pintu gerbang utama ke propinsi di mana wilayah perencanaan berada, Namun penjelasan di bawah ini juga dapat miemberikan wawasan hal-hal apa yang perlu diperhatikan di dalam menghitung kebutuhan transportasi udara. Analisis pasar memberikan indikasi volume perjalanan wisatawan saat ini maupun masa mendatang dari berbagai daerah asal menuju daerah studi. Dalam analisis ini sangat dimungkinkan, analisis perjalanan dari daerah- daerah potensial asal wisatawan seperti Bali, Jakarta atau kota-kota lainnya. Jumlah kunjungan wisatawan yang melakukan wisata ke beberapa daerah yang berbeda dengan asal yang berbeda-beda juga perlu dipertimbangkan. Jika daerah hanya memiliki satu jenis moda angkutan dari luar daerah misalnya transportasi udara, maka perencana perlu mempertimbangkan kapasitas dan frekuensi penerbangan dari berbagai daerah asal wisatawan. Pada beberapa daerah, akan terdapat proses transfer pada kota-kota antara yang juga perlu untuk dipertimbangkan dengan prinsip minimum. memberikan
Frekuensi penerbangan pun perlu diperhatikan untuk
kenyamanan
maksimum
pada
saat
kedatangan
maupun
keberangkatan mereka menuju daerah tujuan wisata. Faktor musim pun tidak ketinggalan perlu diperhatikan, karena ada kemungkinan perlunya penambahan frekuensi
penerbangan
peningkatan
kunjungan
atau
penerbangan
wisatawan.
Dengan
carter
untuk
berdasarkan
mengantisipasi pada
proses
perhitungan permintaan wisatawan dan pertimbangan lalu lintas penunpang normal, maka permintaan kapasitas transportasi masa mendatang dapat diproyeksikan. Pertimbangan- pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam transportasi udara ini adalah : 1- Kebijakan transportasi udara. 2- Jenis pesawat disertai kapasitas penumpang. 3- Perkembangan teknologi penerbangan masa mendatang. 4- Rute jaringan. 5- Tingkat kehandalan pelayanan. Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 48
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
6- Kapasitas bandara. Pertimbangan-pertimbangan di atas diperlukan sebagai masukan untuk rekomendasi pengembangan bandara dan fasilitas yang diperlukan. Selain itu perencana juga dapat mempertimbangkan altematif penggunaan moda angkutan lain untuk pariwisats. Jika daerah memiliki lebih dari satu akses masuk, maka analisis asaltujuan wisatawan akan memberikan dasar untuk menentukan aliran wisatawan dengan pola musim kunjungan melalui akses masuk. Kemudian proses analisis yang dilakukan adalah sama dengan analisis daerah yang hanya memiliki akses masuk tunggal, yaitu dengan mempertimbangkan : 1- Kapasitas penumpang pada setiap jenis moda. 2- Frekuensi pelayanan. 3- Rute jaringan. 4- Variasi klinjungan berdasarkan musim. 5- Kehandalan pelayanan. Dalam proses tersebut, penumpang non wisatawan juga harus dipertimbangkan, karena
retomendasi pengembangan
angkutan tidak
hanya
didasarkan
pada
wisatawan. Namun penumpang secara umum. Sementara untuk analisis transportasi internal, meliputi jaringan sistem ransportasi di daerah dan sistem kapasitas transport dan moda yang ada. Pengkajian jaringan dilakukan untuk melihat keterhubungan antara akses masuk dengan jaringan transportasi di dalam daerah yang menghubungkan objek dan daya tarik, atomodasi dan fasilitas pariwisata lainnya. Dalam proses ini perencana transport juga perlu mempertimbangkan pergerakan wisatawan masa mendatang Untuk menentukan kapasitas yang dibutuhkan di masa mendatang. Untuk seluruh aspek sistem transportasi,
pertimbangan
juga
perlu
dilakukan
terhadap
kualitas
fasilitas
transportasi dan pelayanannya sebagaimana faktor kuantitatif yang tdah dibahas di atas. Analisis yang perlu dipertimbangkan adalah : 1- Standar keamanan. 2- Kehandalan jadwal pelayanan. 3- Kenyamanan. Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 49
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
4- Efisiensi. 5- Pelayanan kepada pelanggan. Seperti telah diindikasikan sebelumnya, beberapa daerah tetah memiliki perencanaan transportasi daerah yang di dalamnya terdapat proyeksi permintaan lalu lintas penumpang. Studi ini perlu dikaji untuk mempertimbangkan lalu lintas wisatawan di masa datang. c. Kebutuhan Prasarana Prasarana
pariwisata
meliputi
air
bersih,
listrik,
pembuangan
limbah
cair,
pembuangan limbah padat, drainase dan telekomunikasi. Pada level RIPPDA seharusnya dilakukan perhitungan keperluan pasti, Namun karena skala pembiayaan yang terbatas sering kali hal ini tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu untuk mengatasi
hal
ini
dapat
dilakukan
dengan
mempelajari
rencana-rencana
pengembangan dari setiap prasarana untuk kemudian dipertimbangkan untuk pengembangan pariwisata. Meskipun demikian berikut akan disampaikan proses analisis yang harus dilakukan oleh perencana dalam proses perencanaan. Air bersih merupakan komponen penting yang diperlukan untuk pengembangan pariwisata di suatu daerah. Pada daerah-daerah yang sudah berkembang biasanya prasarena air bersih sudah terseda, pembangunan pariwisata kemudian hanya menyambungkan dengan jaringan yang sudah ada. Kebutuhan air bersih ini sangat bergantung pada jenis pengembangan dan kualitas lingkungan. Kawasan wisata yang besar dengan kolam renang dan lapangan golf memeriukan jumlah air yang cukup besar, sehingga diperlukan analisis ketersediaannya. Standar kebutuhan pun bervariasi, mutai kawasan perkemahan hingga hotel berbintang memiliki standar yang berbeda-beda. Dalam proses pengembangan pariwisata, jumlah fasilitas akomodasi dan tipenya menentukan keperluan air. Analisis yang dilakukan adalah kesesuaian ketersediaan air bersih yang dimiliki oleh perusahaan air minum pemerintah dan altematif yang perlu diambil bila jumlah debit air tersebut tidak memadai. Altematif pengambilan air dalam tanah maupun air permukaan merupakan suatu hal yang dapat dipertimbangkan. Sementara untuk prasarana yang lain, analisis permintaan ini dilakukan dengan cara yang sama dengan mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan. Analisis Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 50
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
menernukenali sistem yang ada kemudian mencari altematif-alternatif prasarana lain yang dapat menggantikannya. Bila pada pembangunan pariwisata sumber-sumber altematif digunakan, maka biaya pembangunan prasarana tersebut perlu untuk diperhatikan dan masuk menjadi komponen biaya investasi. Analisis biaya ini meliputi investasi awal dan biaya operasional. Analisis manfaat dan biaya untuk menghitung manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan patut untuk dihitung. Sementara prasarana lain yang sifatnya lebih besar seperti pengembangan jaringan jalan, bandara pertimbangan hal ini perlu dipertimbangkan manfaat secara kesduruhan terhadap masyarakat, karena prasarana tersebut memberikan manfaat yang besar terhadap komponen-komponen daerah secara keseluruhan. Analisis juga harus melakukan investigasi terhadap konservasi dari prasarana dan sumber daya yang ada, contoh: 1- Altematif sumber energi seperti matahari, angin, gelombang laut dan sebagainya. 2- Daur ulang dari proses pembuangan limbah cair hotel untuk dimanfaatlan untuk menyiram taman atau lapangan golf. 3- Penetapan daerah resapan air, untuk menjaga kualitas dan kuantitas air tanah yang diambil. 4- Daur ulang limbah padat. d. Kebutuhan Fasilitas dan Pelayanan Wisata yang Lain Proyeksi dari fasilitas dan pelayanan wisata seperti agen perjalanan, restoran, fasilitas kesehatan, kantor pos, telekomunikasi dan komponen-komponen lainnya dihitung tidak secara langsung seperti proyeksi kebutuhan akomodasi. Untuk menentukan kebutuhan fasilitas dan pelayanan wisata lainnya ini sangat bergantung pada jenis pariwisata yang akan dikembangkan. Pengembangan kawasan wisata tepi pantai akan membutuhkan fasilitas yang berbeda dengan pengembangan
wisata
perkotaan.
Untuk
memproyeksi
kebutuhan
dari
komponen-komponen fasilitas dan pelayanan lain ini akan sangat bergantung Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 51
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
pada perencana, standar proyeksi kebutuhan dapat diambil dari kasus-kasus pada daerah-daerah lain yang memiliki tipe pariwisata yang sama. Meskipun demikian proyeksi yang dilakukan harus fleksibel untuk mengantisipasi perubahan kondisi yang akan teljadi. ada kondisi daerah yang sudah terbangun dengan baik, maka kebutuhan kasilitas dan pelayanan lain untuk pengembangan pariwisata hanya diperlukan tambahai-tambahan kecil. Sementara untuk kondisi daerah yang belum terbangun maka kebutuhan ini merupakan kebutuhan besar yang perlu dipertimbangkan.
4.3.2 Penentuan Daya Dukung Lingkungan Analisis daya dukung lingkungan merupakan teknik dasar yang sekarang banyak digunakan dalam penyusunan rencana pengembangan pariwisata dan rekreasi. Analias ini dilakukan untuk menentukan secara sistematis batasan dan pengembangan pariwisata yang akan dilakukan, jumlah kunjungan optimal yang dapat ditampung. Batasan utama dan daya dukung lingkungan ini adalah : Jumlah maksimum orang yang dapat menggunakan atau memanfaatkan suatu kawasan yang tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan fisik atau sosial budaya atau apa yang dirasakan oleh wisatawan itu sendiri dalam menikmati kunjungan yang mereka lakukan. Dengan tidak mengabaikan tingkat kesulitan yang muncul untuk menentukan kapasitas dan daya dukung lingkungan secara pasti, sehingga sifatnya masih merupakan perkiraan. Analisis ini akan memberikan petunjuk yang jelas bagi perumusan rencana pariwisata pada setiap tingkatan. Analisis daya dukung lingkungan merupakan umpan balik untuk analisis pasar sehingga hat ini dapat merupakan pertimbangan dalam melakukan proyeksi pasar atau target kunjungan wisatawan. Analisis daya dukung lingkungan ini dapat dilakukan untuk kawasan wisata yang belum terbangun dan untuk kawasan yang sudah terbangun bahkan untuk
kawasan
yang
sebenarnya
bila
dihitung
kemampuan
daya
dukung
tingkungannya sudah mencapai ambang batas kemampuan kawasan. Seringkali Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 52
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
penerapan analisis ini terjadi pada tahapan kawasan wisata yang sudah melebihi kapasitas daya dukung, sehingga terjadi kekacauan pembangunan. Dengan kondisi ini sebaiknya analisis ini diaplikasilkan pada tahap awal pembangunan. 1. Kriteria Pengukuran Kapasitas Daya Dukung Lingkungan Kriteria yang diungkapkan di sini merupakan kriteria untuk menentukan kapasitas daya dukung dari suatu kawasan wisata. Dalam menentukan kapasitas daya dukung lingkungan terdapat 2 (dua) aspek yang periu dipertimbangkan, yaitu: a. Keaslian Dari Lingkungan Fisik Dan Sosial Ekonomi Hal ini mengacu pada kapasitas yang dapat dicapai tanpa menimbulkan kerusakan fisik, permasalahan sosial ekonomi dari masyarakat, dan menjaga keseimbangan antara proses pembangunan dan konservasi. Dengan melewati ambang batas yang telah ditentukan akan menimbulkan kerusakan fisik, sosial ekonomi atau budaya. 1- Lingkungan Fisik a- Tingkat penerimaan dan dari dampak visual dan kemacetan/kepadatan b- Nilai sistem ekologis yang dijaga sebdum terjadi kerusakan c- Konservasi kehidupan satwa liar dan vegetasi dari lingkungan darat dan lingkungan taut. d- Tingkat yang dapat diterima dari polusi air, udara dan kebisingan. 2- Ekonomi a-
Tingkat keberadaan pariwisata dalam memberikan manfaat ekonomi secara optimum terhadap daerah perencanaan secara keseluruhan
b- Tingkat kesesuaian kesempatan kerja pariwisata yang dapat diisi oleh tenaga kerja lokal. 3- Sosial Budaya a- Keberadaan pembangunan pariwisata yang dapat menyerap dengan tanpa mengabaikan gaya hidup sosial budaya dan aktivitas dari masyarakat. b- Tingkat kesesuaian sektor pariwisata untuk dapat menjaga monumenmonumen budaya, kesenian, kerajinan, sistem kepercayaan, dan tradisi dari dampak yang merusak. Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 53
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
4- Prasarana a- Kesesuaian ketersediaan fasilitas transportasi dan pelayanan. b- Kesesuaian ketersediaan pelayanan utilitas seperti air bersih, tenaga listrik,
pengolahan
limbah
padat,
pengolahan
limbah
cair
dan
telekomunikasi. c- Kesesuian ketersediaan dari fasilitas yang dimanfaatkan oleh seperti fasilitas kesehatan dan keamanan. b. Citra Pariwisata dan Produk Wisata Hal ini mengacu terhadap kapasitas atau jumlah pengunjung yang dapat merusak citra kawasan wisata, jenis lingkungan dan pengalaman budaya yang wisatawan inginkan. Jika pengembangan pariwisata melewati ambang batas, maka daya tarik yang dijadikan tujuan wisata akan mengalami penurunan atau bahkan hancur. Hal ini akan mengakibatkan kualitas dan popularitas daerah kawasan tujuan wisata tersebut akan menurun. 1- Lingkungan Fisik a- Tingkat Kebersihan secara keseluruhan dan minimnya tingkat polusi dari lingkungan daerah/kawasan tujuan wisata. b- Tidak adanya kesemerawutan dari lingkungan daerh tujuan wisata, termasuk di dalamnya komponen daya tarik. c- Tingkat daya tarik dari lansekap yang ada, termasuk di dalamnya kualitas dan karakter dari disain arsitektur. d- Pemeliharaan dari sistem ekologi, flora, fauna dan daya tarik alam lainnya. 2- Ekonomi Biaya untuk liburan dan value for money. 3- Sosial Budaya a- Daya tarik dari masyarakat asli dan budaya masyarakat setempat. b- Kualitas seni, kerajinan, makanan, dan penampilan budaya yang dimiliki oleh daerah. c- Keramahtamahan masyarakat lokat 4- Prasarana Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 54
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
a- Tingkat penerimaan standar dari fasititas transportasi dan pelayanannya. b- Tingkat penerimaan standar dari pelayanan utilitas Setiap daerah dan setiap jenis pariwisata yang dikembangkan bersifat unik, sehingga kriteria untuk mengukur kapasitas daya dukung harus didefinisikan secara baik. Umumnya evaluasi dari kapasitas daya dukung lingkungan ini terukur secara kuantitatif, namun sebagian lainnya hanya dapat dievaluasi secara kualitatif. Analisis
kapasitas
daya
dukung
lingkungan
ini
harus
dapat
menyeimbangkan antara faktor positif dan faktor negatif. Pariwisata harus dapat memberikan manfaat optimal terhadap daerah dan masyarakat
lokal,
sementara
wisatswan
sendiri
terjaga
tingkat
kepuasannya. Cleh karena itu dalam analisis ini akan terjadi proses tawar-menawar antara berbagai biaya dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. Sementara itu dilakukan pula proses pembobotan dari kriteria evaluasi, di mana sebagian daerah/kawasan wisata akan lebih mempertimbangkan lingkungan fisik, sementara daerah lainnya lebih mempertimbangkan faktor sosial-budaya. Perlu pula dipertimbangkan dampak musim liburan yang berlaku dalam konsep kapasitas daya dukung. Ambang batas dari kapasitas daya dukung lingkungan di suatu daerah terlampau pada saat-saat rarnai. Sehingga periode ini perlu untuk dipertimbangkan untuk menghitung kapasitas daya dukung. Dalam analisis kapasitas daya dukung, seperti telah ditentukan dalam kriteria di atas, pengukuran dampak terhadap aspek sosial budaya tetap dilakukan sebagai pelengkap dalam analisa kapasitas daya dukung lingkungan. 2. Standar Kapasitas Beberapa standar dari kapasitas daya dukung ditampilkan secara statistik seperti dalam jumlah wisatawan yang terdapat datam suatu kawasan/atraksi wisata, dan kemampuan fasilitas datam memberikan pelayanannya pada periode tertentu. Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 55
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Standar ini dari satu daerah ke daerah lain bert)eda, hal ini bergantung pada faktor- faktor berikut:
Jenis pariwisata yang dikembangkan.
Karakteristik lingkungan lokal.
Jenis wisatawan yang dijadikan target.
Persepsi masyarakat lokal terhadap kesemerawutan suatu daerah.
Kapasitas daya dukung pantai merupakan analisis yang banyak dilakukan di berbagai daerah, mengingat bahwa keberadaab pantai merupakan aset penting bagi daerah sebagai salah satu sumber daya pariwisata yang ditawarkan. Untuk pengukuran kapasitas daya dukung pantai ini faktor yang diukur adalah :
lebar pantai.
tingkat ke dalaman.
kualitas pantai.
aksesibilitas.
komponen-komponen bawah laut.
topografi daerah belakang.
dan lainnya.
Berbagai jenis standar diterapkan untuk menentukan kapasitas daya dukung pantai bergantung pada situasi lokat. Sebagai contoh untuk suaut fasititas kawasan wisata (resort) yang berkualltas standarnya adalah:
10 m2 perorang untuk kawasan pantai
1 m2 untuk penggunaan pantai untuk berenang, dengan jumlah pengunjung yang berenang adalah 25% dari seluruh total pengunjung.
Beberapa standar yang telah ditetapkan oleh WTO pada tahun 1983 untuk aktivitas rekreasi dan pariwisata dinyatakan dalam pengunjung perhari perhektar adalah sebagai berikut : 1 2. 3.
Kawasan Hutan Taman hutan di kawasan pedesaan/pinggiran kota Area piknik padat
Dinas Pariwisata Kota Binjai
15 pengunjung/hari/hektar 15 - 70 pengunjung/hari/hektar 300 - 600 pengunjung/hari/hektar IV - 56
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 . 11 . 12 . 13 .
Area piknik lenggang Pertandingan olah raga Golf Aktivitas air : Memancing Speed boat
Ski air
60 - 200 pengunjung/hari/hektar 100 - 200 pengunjung/hari/hektar 10-15 pengunjung/hari/hektar 5 - 30 pengunjung/hari/hektar 5 - 10 pengunjung/hari/hektar 5-15 pengunjung/hari/hektar
Jalan setapak untuk Hiking (orang perhari per kilometer)
Hiking
40 orang/hari/km
Berkuda
25 - 80 orang/hari/km.
4.3.3 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan
(strengths),
kelemahan
(weaknesses),
peluang
(opportunities), dan ancaman ( threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai
hal
yang
mempengaruhi
keempat
faktornya,
kemudian
menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses)
yang
mencegah
keuntungan
(advantage)
dari
peluang
(opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan ( strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang
mampu membuat
ancaman
(threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru. Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 57
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Langkah-langkah penerapan analisis SWOT dalam perumusan hasil adalah meliputi; 1.
Perumusan permasalahan Kebutuhan Sebelum menjalankan analisis SWOT terlebih dahulu diperlukan perumusan masalah perkotaan yang ada.
2.
Penetapkan tujuan dan sasaran Pohon masalah yang telah dirumuskan perlu segera direspon oleh pohon solusi, yang mencermintakan hirarki perencanaan, yang terdiri dari; - Tujuan - Sasaran - Kebijakan
3.
Mengukur kekuatan dan kelemahan (faktor internal) Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan dapat menjadi acuan utama untuk menilai kekuatan dan kelemahan, terkait upayan pencapaian tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan. Tabel 4.1. SWOT Internal Factor : Strengths & Weaknesses
No 1 2 3 4 5
Kekuatan/Kelemahan Indikator kinerja -1 Indikator kinerja -2 Indikator kinerja -3 Indikator kinerja -4 Indikator kinerja -5
Gambar 4.1
Dinas Pariwisata Kota Binjai
Kota X
Kota Y
Kota Studi
Skema Identifkasi Kekuatan Dan Kelemahan
IV - 58
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Competitor A Competitor A Strengths Strengths
Competitor Competitor B B You You Competitor A Competitor A
Weaknesses Weaknesses prasarana & prasarana & sarana sarana
Competitor Competitor B B
Indikator Indikator Kinerja Kinerja
You Probably of Probably of occurance
Opportunities Opportunities
Impact to you Probably of Probably of occurance occurance
Threats
Impact to you
4.
Mengukur Peluang dan ancaman (faktor eksternal) Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan dapat menjadi acuan utama untuk menilai peluang dan ancaman, terkait upayan pencapaian tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan
Tabel 4.2. SWOT External Factors – Opportunities & Threats No 1 2 3 4 5
Peluang/Ancaman Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator
5.
kinerja kinerja kinerja kinerja kinerja
Peluang Terjadi (A)
Dampak Thd Kota Studi (B)
Score (A x B)
Ranking
-1 -2 -3 -4 -5
Analisis SWOT
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 59
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Analisis SWOT adalah memberikan skor dan ranking pada setiap komponen yang merupakan indikator kinerja, yang telah dipilah pada 4 faktor utama, yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Gambar 4.2
SWOT Analysis
Kekuatan
Peluang
6.
Kelemahan S1 S2 S3
W1 W2 W3
O1 O2 O3
T1 T2 T3
Ancaman
Perumusan Matrik TOWS Matrik TOWS merupakan kombinasi antara faktor internal dan faktor eksternal, yang didalamnya terdapat 4 kombinasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Matrik TOWS menghasilkan kebijakan dan strategi sarana dan prasarana pendukung perkotaan yang dapat dijalankan sesuai dengan daya dukung dan kemampuan kotanya. Gambar 4.3
Strengths -Opportunitie s
Dinas Pariwisata Kota Binjai Weaknesses-
WeaknessesOpportunities
Matrik TOWS
Strengths Threats
Weaknesses-IV - 60 Threats
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
4.4
Perumusan Sasaran Pembangunan Pariwisata Daerah Setelah melakukan analisis, perlu dirumuskan sasaran pengembangan
pariwisata sesuai dengan kapasitas daya dukung dan sumber daya yang tersedia di wilayah perencanaan. Sasaran pembangunan ini akan menjadi 'bench marking' (tolok ukur) yang memberikan gambaran apakah pembangunan pariwisata yang dilakukan telah sesuai dengan rencana yang diuraikan di dalam RIPPDA. Sasaran pembangunan pariwisata daerah ditetapkan untuk jangka waktu tertentu, yang terdiri dari : a. Sasaran Jangka Panjang Sasaran ini adalah untuk jangka waktu 15 tahun. Sasaran jangka panjang ini dibagi atas 3 periode 5 tahunan. Pariwisata merupakan sektor yang sangat dinamis, yang kondisinya sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor situasi ekonomi, politk, pola liburan, kecenderungan/trend pasar, dan lain-lain yang kadang kala sulit untuk diprediksi. Namun, demikian, destinasi/daerah tujuan wisata harus dapat menetapkan sasaran pembangunan jangka panjang yang digunakan sebagai tolok ukur pembangunan. Dalam operasionalisasinya, sasaran jangka panjang 15 tahun ini kemudian dibagi menjadi 3 periode 5 tahunan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama jangka waktu tersebut. b. Sasaran Jangka Pendek Sasaran jangka pendek merupakan sasaran tahunan untuk setiap periode 5 tahunan. Sasaran jangka pendek ini dirumuskan sebagai tolok ukur bagi pencapaian program-program yang akan dilakukan. Rumusan sasaran pembangunan pariwisata meliputi : 1- Sasaran Jumlah Kunjungan Wisatawan Dari hasil proyeksi wisatawan ditetapkan sasaran jumlah wisatawan (baik wisman maupun wisnus) yang akan diraih oleh daerah yang telah disesuaikan dengan kapasitas pengembangan. Rumusan sasaran ini bersifat kuantitatif. 2- Sasaran Ekonomi Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 61
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Sasaran ekonomi yang dimaksudkan adalah manfaat ekonomi yang diperoleh dari pengembangan pariwisata, yang meliputi jumlah tenaga kerja yang diharapkan akan terserap di sektor pariwisata; pendapatan daerah. Kesempatan berusaha masyarakat di bidang pariwisata (langsung dan tak langsung). Rumusan sasaran ini bersifat kuantitatif. 3- Sasaran Sosial Budaya Pengembangan pariwisata daerah juga hendaknya telah dapat merumuskan sasaran yang berkaitan dengan aspek sosial budaya, seperti : meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap budaya lokal/tradisional; tergalinya aspek-aspek budaya tradisfonal atau keunikan budaya lokal (cerita rakyat, tradisi masyarakat, dan lain-lain) yang kesemuanya akan mendorong pelestarian nilai-nilai budaya tradisional, dan memelihara kepribadian bangsa. Sasaran ini bersifat kualitatif dan normatif. 4- Sasaran Fisik/Lingkungan Hidup Pengembangan pariwisata daerah hendaknya dapat menjadi sarana pelestarian lingkungan hidup. Rumusan sasaran ini bersifat kualitatif. Perumusan Rencana Pengembangan Perumusan rencana pengembangan terdiri dari : a. Kebijakan pengembangan. b. Strategi dan langkah pengembangan. c. Indikasi program pengembangan. Rumusan rencana pengembangan merupakan hasil dari analisis terhadap sisi sediaan, sisi permintaan (pasar) dan aspek-aspek kewilayahan. a. Pertimbangan-Pertimbangan dalam Perumusan Rencana Pengembangan Rencana
pengembangan
pariwisata
dapat
memiliki
berbagai
bentuk,
bergantung pada sasaran pengembangan pariwisata yang akan dicapai, sumber daya yang dimiliki, serta kebijakan daerah yang dianut. Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan di dalam penentuan kebijakan pengembangan adalah : Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 62
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
1. Peran Pemerintah Daerah Keputusan kebijakan dasar sangat bergantung pada asumsi peran yang akan diambil oleh pemerintah. Pemerintah daerah dapat berlaku aktif, pasif atau diantara keduanya. Peran tersebut tercermin di dalam kebijakan, strategi dan program pengembangan yang akan dilakukan dalam rangka pengembangan pariwisata. Keterlibatan pemerintah secara aktif adalah jika pemerintah daerah melakukan pengembangan secara khusus dengan menentukan tujuan tertentu, menyediakan dana khusus untuk melakukan promosi pariwisata, memberikan pelatihan yang berkaitan dengan pariwisata secara intensif, memberikan insentif bagi investasi di bidang pariwisata, pembuatan peraturan, peningkatan pelayanan di sektor transportasi, penyediaan pusat informasi pariwisata. Di samping itu pemerintah daerah juga melakukan investasi untuk pengembangan obyek wisata, dan pengembangan fasilitas pariwisata
lainnya.
Setiap
daerah
yang
menginginkan
pariwisatanya
berkembang, maka pemerintah daerah dituntut untuk berperan secara aktif dalam mengadopsi kebijakan pariwisata, membuat rencana, membuat peraturan daerah, mengembangkan prasarana dan akses. 2. Perlindungan
Lingkungan,
Konservasi
Budaya
dan
Pembangunan
Berkelanjutan Penerapan konsep kontemporer dari pengembangan pariwisata, umumnya akan menghasilkan kebijakan pengembangan pariwisata yang dapat menjaga kualitas lingkungan fisik. Selain itu dengan konsep ini lokasi-lokasi arkeologis dan bersejarah dapat dilindungi, dan dampak negatif terhadap sosial-budaya masyarakat dapat diminimalkan, sehingga pola budaya yang dimiliki daerah sebagai salah satu daya tarik dapat dijaga. Pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan merupakan konsep yang memberikan perhatian khusus terhadap kelestarian alam, kelestarian dan pengembangan budaya serta, keikutsertaan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata, di mana hal ini akan menjadikan pengembangan pariwisata di daerah Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 63
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
perencanaan berkelanjutan dan memberikan manfaat yang lebih besar terhadap pembangunan masyarakat dan wilayah. 3. Tingkat/Kecepatan Pertumbuhan Pariwisata Tingkat/kecepatan
pertumbuhan
pariwisata
dapat
berupa
tingkat
pertumbuhan rendah, sedang atau tinggi. Hal ini harus dipertimbangkan di dalam penentuan kebijakan. Tiap-tiap daerah memiliki alasan-alasan tertentu dalam menentukan tingkat pertumbuhan, hal ini tergantung pada tingkat kesiapan serta kondisi daerah masing-masing. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam penetapan tingkat pertumbuhan pariwisata : Sosial-budaya : kesiapan serta tingkat penerimaan masyarakat lokal untuk melakukan penyesuaian terhadap perkembangan pariwisata. Pengembangan untuk menyeimbangkan pembangunan prasarana dengan tingkat permintaan yang ada akibat ketersediaan dana pemerintah yang masih terbatas. Perencanaan sumber daya manusia, yaitu memberikan kesempatan waktu kepada tenaga kerja yang ada di daerah untuk dilatih sehingga dapat bekerja di bidang pariwisata secara profesional. Ekonomi dan proses integrasi berbagai sektor yang akan dikembangkan sehirigga tidak menimbulkan gangguan terhadap pembangunan yang dilakukan. 4. Jangka Waktu Penyusunan Rencana Secara umum RIPPDA kabupaten/kota mempunyai rentang waktu 10 tahun, di mana jika diperlukan dapat dilakukan penyesuaian terhadap sasaran dan strategi pengembangan tiap 5 tahun sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi di daerah.
Perumusan kebijakan pengembangan pariwisata, disusun untuk jangka panjang 10 tahun. RIPPDA harus dapat merumuskan kebijakan pengembangari
pariwisata
jangka
panjang
sebagai
landasan
perumusan rencana tingkat di bawahnya. Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 64
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Perumusan strategi pengembangan, disusun dalam kurun waktu 5 tahunan selama 10 tahun yang dibagi atas strategi pengembangan 5 tahun pertama dan kedua. Strategi pengembangan ini merupakan langkah operasional untuk mendukung pencapaian sasaran dan merupakan turunan dari kebijakan yang telah dirumuskan.
Indikasi program pengembangan, disusun untuk jangka waktu tahunan pada periode 5 tahun pertama.
b. Perumusan Kebijakan Pengembangan Pariwisata 1. Aspek-aspek yang perlu dirumuskan dalam kebijakan pengembangan pariwisata :
Aspek pemasaran.
Aspek pengembangan produk pariwisata.
Aspek pemanfaatan ruang untuk pengembangan pariwisata.
Aspek pengelolaan lingkungan.
Aspek pengembangan sumber daya manusia.
Aspek pemberdayaan masyarakat.
Aspek investasi.
2. Rumusan kebijakan merupakan jawaban atas isu-isu atau permasalahan strategis baik internal maupun ekstenal yang dihadapi oleh daerah. 3. Kebijakan merupakan arahan yang akan dijadikan landasan bagi langkahlangkah pengembangan pariwisata vang lebih operasional. Beberapa hal yang dapat menjadi landasan dasar pengembangan pariwisata daerah, sebagai contoh pengembangan pariwisata daerah diarahkan pada :
Pariwisata yang menunjukkan ciri kelokalan dan keaslian daerah setempat.
Pariwisata yang serasi dengan lingkungan di mana produk wsata akan dikembangkan.
Pengembangan sarana pariwisata memperhatikan standar standar internasional dalam hal kualitas bangunan, keamanan, kesehatan serta
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 65
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
sirkulasi udara.
Pengembangan pariwisata memberikan kesempatan yang tebih besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif.
4. Kebijakan diarahkan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. c. Perumusan Strategi Pengembangan Pariwisata Strategi pengembangan menunjukkan langkah-langkah yang sistematis untuk mencapai tujuan atau sasaran pengembangan sebagaimana sudah ditetapkan sebelumnya. Strategi ini menjelaskan strategi-strategi dasar yang akan dilakukan oleh daerah di dalam pengembangan pariwisata, yang merupakan penjabaran dan kebijakan dan arahan pengembangan. Strategi pengembangan terdiri dari :
Strategi pengembangan produk wisata.
Strategi pengembangan pasar dan promosi.
Strategi pemanfaatan ruang untuk pariwisata.
Strategi pengembangan sumber daya manusia.
Strategi pengembangan investasi.
Strategi pengelolaan lingkungan.
1. Strategi Pengembangan Produk Wisata Strategi pengembangan produk wisata menunjukkan langkah- langkah yang harus dilakukan untuk pengembangan obyek dan daya tarik wisata, pengembangan sarana akomodasi, pengembangan aksesibilitas, dan lain-lain. Strategi ini merupakan penjabaran dari kebijakan yang ditetapkan, dengan telah mempertimbangkan aspek-aspek terkait, serta merupakan cerminan dari hasil analisis dan sintesis yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam melakukan perumusan strategi pengembangan Produk wisata sangat penting untuk dipahami bahwa terdapat berbagai perbedaan bentuk dan fisik dari pengembangan pariwisata di suatu daerah. Setiap daerah memiliki Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 66
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
karakteristik kesesuaian pengembangan yang berbeda dengan daerah lainnya, sehingga dibutuhkan pendekatan perencanaan yang berbeda pula. Perbedaan ini sangat bergantung pada sumber daya, posisi geografis, lokasi, segmen pasar yang akan diraih, kebijakan pariwisata yang dianut serta faktor-faktor lainnya. a- Materi yang Dirumuskan Strategi
pengembangan
produk
wisata
ditekankan
pada
aspek
pengembangan obyek dan daya tarik wisata, pengembangan sarana prasarana pariwisata, dan pengembangan aksesibilitas dan infrastruktur. Strategi dan arah pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata, sebagai contoh :
Pengembangan pariwisata minat khusus dan petualangan.
Pengembangan pariwisata pedesaan.
Pengembangan ekowisata.
Pengembangan agrowisata.
b- Materi yang Diatur 1) Jenis Pengembangan Pariwisata Jenis pengembangan pariwisata yang dimaksud adalah tipe daya tarik dominan yang akan dijadikan andalan bagi pengembangan pariwisata di wilayah perencanaan. Terdapat berbagai jenis atau tipe pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi wilayah serta tujuan pengembangan pariwisata di masing-masing wilayah. 2) Skala Pengembangan Berkaitan dengan jenis pengembangan pariwisata yang akan diambil, seperti halnya pertimbangan sosial-ekonomi dan lingkungan, kesesuaian pengembangan yang akan dilakukan merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses penentuan kebijakan. Pariwisata yang dikembangkan dapat merupakan pariwisata skala kecil dengan jumlah kunjungan ratusan orang pertahun, hingga pariwisata Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 67
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
skala besar dengan kunjungan wisatawan ke daerah berjumlah puluhan ribu bahkan ratusan ribu wisatawan. Hal ini bergantung
pada
kemampuan daya dukung daerah. Contoh strategi pengembangan produk pariwisata : a- Strategi l Menjadikan Wisata alam sebagai Daya Tarik Utama di Wilayah Perencanaan Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mendukung strategi tersebut : Menentuan lokasi-lokasi prioritas pengembangan. Melakukan
perencanaan
detail
untuk
kawasan
yang
akan
dikembangkan. Rencana pengembangan atraksi wisata dan sarana pendukung. Meningkatkan aksesibilitas ke kawasan yang akan dikembangkan. Rencana pengelolaan lingkungan. Sasaran pengembangan dan skala waktu pengembangan. b- Strategi 2 Pengembangan Kampung Wisata untuk mendorong Pertumbuhan Wilayah dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mendukung strategi tersebut :
Menentukan lokasi-lokasi pengembangan.
Menyusun rencana pengembangan yang meliputi aspek (fisik, manajemen, dan kelembagaan).
Rencana pengembangan atraksi wisata.
Sasaran pengembangan dan skala waktu pengembangan.
Meningkatkan aksesibilitas ke lokasi yang akan dikembangkan.
Rencana pengelolaan lingkungan.
c- Strategi 3
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 68
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Konservasi Hutan dan Kawasan Non budidaya atau daerah konservasi untuk Mendukung Pengembangan Ekowisata Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mendukung strategi tersebut adalah :
Menyusun rencana pengembangan ekowisata di lokasi yang akan dikembangkan.
Menyusun rencana pengelolaan kawasan.
Menyusun
pedoman-pedoman
yang
berkaitan
dengan
pemanfaatan hutan.
Sosialisasi dan koodinasi dengan instansi terkait, masyarakat setempat dan usaha pariwisata yang akan mengembangkan paket tersebut. Strategi pengembangan produk ini kemudian dijabarkan lebih rinci di dalam rumusan program pengembangan produk.
2. Strategi Pemasaran dan Pengembangan Pasar Strategi pemasaran dan pengembangan pasar menunjukkan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh daerah dalam rangka mencapai target serta sasaran pasar yang telah dirumuskan di dalam arahan kebijakan pengembangan pasar. Strategi ini meliputi aspek pengembangan pasar, promosi, 'market intelegent', dan positioning. Strategi ini merupakan penjabaran dari kebijakan yang ditetapkan, dengan telah mempertimbangkan aspek-aspek terkait, serta merupakan cerminan dari hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya. a- Strategi Pengembangan Pasar Dalam strategi pengembangan pasar ini dirumuskan orientasi pasar yang akan diraih dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk meraih pasar tersebut. Penentuan segmen pasar yang diraih ini mempertimbangkan jenis dan potensi obyek dan daya tarik potensial yang ada serta jenis/bentuk pariwisata yang akan dikembangkan. Penentuan kelompok atau segmen pasar yang akan diraih mempertimbangkan antara lain : Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 69
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
1) Asal Wisatawan : Wisatawan Mancanegara atau Wisatawan Nusantara Penting untuk ditetapkan arah kebijakan pariwisata yang akan dikembangkan apakah lebih ditujukan untuk pangsa pasar mancanegara ataukah nusantara, mengingat hal ini membawa konsekuensi di dalam pengembangan sisi sediaan. Walaupun demikian, hal ini bukan berarti bila pangsa pasar yang akan dikembangkan adalah wisatawan mancanegara, maka kebutuhan penyediaan fasilitas dan jenis pengembangan untuk segmen pasar wisatawan nusantara tidak diperhatikan sama sekali. Yang perlu diperhatikan adalah bila suatu daerah ingin mengembangkan pariwisata berskala internasional, maka daerah tersebut harus mengembangkan fasilitas dan pelayanan yang memiliki standar internasional yang berlaku. Dan seringkali terjadi perkembangan pariwisata internasional yang berhasil akan mendorong pula pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara. 2) Kelas Pendapatan : Wisatawan Kelas Atas atau Backpackers Penentuan kelas wisatawan juga akan sangat berpengaruh terhadap penyediaan fasilitas, skala dan jenis
pengembangan
wisata
yang
akan
dilakukan.
Bila
daerah
Kabupaten/Kota menginginkan kunjungan wisatawan yang berasat dari kelompok wisatawan “kelas atas”, maka fasilitas yang harus dibangun lebih bersifat ekslusif. Mengingat bahwa biasanya kelompok ini tidak berminat pada pengembangan yang bersifat mass-tourism. Hal ini biasanya membutuhkan investasi yang cukup besar. b- Strategi Promosi Strategi promosi menjelaskan langkah-langkah yang perlu dilakukan daerah dalam mempromosikan daerah. Strategi promosi ini dilakukan dengan mempertimbangkan sasaran/ target wisatawan yang akan diraih. Strategi promosi meliputi antara lain : Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 70
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
sarana promosi yang akan digunakan : media cetak, media elektronik, web-site,
bentuk promosi: fam-tour, menghadiri event-event (dalam dan luar negeri).
Strategi pengembangan pasar dan promosi antara lain meliputi: 1)
Pemasaran Bersama dengan daerah lain yang memiliki pasar sasaran sejenis
2)
Pengembangan dan Pemantapan Sistem Informasi Kepariwisataan
3)
Peningkatan Kegiatan Promosi Daya Tarik Wisata dan Investasi Pariwisata,
4)
Penetapan dan pemantapan Event Pariwisata.
Strategi pengembangan pemasaran dan promosi ini kemudian dijabarkan lebih rinci didalam penyusunan Program Pemasaran dan Promosi. 3. Strategi Pemanfaatan Ruang Untuk Pengembangan Pariwisata a- Materi yang Dirumuskan Strategi pengembangan ruang pariwisata pada lingkup Kabupaten/Kota memberikan gambaran dan indikasi lokasilokasi prioritas pengembangan, berdasarkan hasil analisis terhadap potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada di wilayah tersebut. Secara umum arahan pengembangan ruang untuk kepariwisataan meliputi :
Penetapan pusat-pusat pengembangan.
Penetapan kawasan prioritas pengembangan.
Penetapan jalur/koridor wisata.
b- Materi yang Diatur Kedalaman materi yang diatur sebagaimana dijabarkan di bawah ini : 1) Penetapan Pusat-Pusat Pengembangan Pusat pengembangan pariwisata dalam lingkup wilayah biasanya sama dengan pusat pelayanan dan jasa (dalam hal ini adalah ibukota kabupaten/kota, atau kota kecamatan). Di dalam pusat pengembangan Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 71
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
pariwisata tersebut tersedia sarana kepariwisataan, seperti sarana akomodasi, restoran, serta fasilitas pendukung lainnya, seperti layanan kantor pos dan telekomunikasi, tempat penukaran uang, pusat informasi pariwisata,
terminal
angkutan
penumpang
dan
lain-lain.
Pusat
pengembangan ini merupakan titik distribusi dari penyebaran wisatawan dalam kabupaten/kota. 2) Penetapan Kawasan Prioritas Pengembangan Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap potensi, sumberdaya yang
ada,
ditentukan
beberapa
kawasan
untuk
pengembangan.
Kawasan tersebut dapat merupakan kawasan yang berada di daerah pantai,
pegunungan,
atau
di
daerah
perkotaan/
terbangun.
Pertimbangan lain yang perlu diperhatikan adalah jenis pengembangan yang akan dilakukan, ketersediaan lahan, serta kemampuan/daya dukung lingkungan (alam, dan sosial budaya). Kawasan prioritas pengembangan ini dapat terdiri dari suatu :
kawasan yang terintegrasi di mana beberapa fasilitas kepariwisataan dibangun untuk mendukung pengembangan obyek dan daya tarik wisata di wilayah tersebut;
Kawasan tersebut hanyalah merupakan obyek wisata, di mana wisatawan yang berkunjung hanya menikmati daya tarik yang ada, dan fasilitas kepariwisataan yang dikembangkan seminimal mungkin dan hanya yang menunjang kegiatan wisata. Hal ini dapat terjadi bila kawasan prioritas yang akan dikembangkan adalah di daerah taman-taman nasional, cagar alam, kawasan konservasi atau kawasan di mana lingkungan alamnya sangat rentan terhadap kegiatan
pembangunan
fisik.
Kawasan
tersebut
biasanya
dikembangkan untuk jenis ekowisata, dan wisata altemstif lainnya yang daya tarik utamanya adalah keaslian lingkungan alamnya. 3) Pengembangan Jalur/Koridor Wisata Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 72
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Pengembangan jalur/koridor wisata dalam lingkup Kabupaten/Kota akan meningkatkan daya tarik serta lama tinggal wisatawan yang berkunjung ke
wilayah
tersebut.
Jalur
wisata
yang
dikembangkan
akan
menghubungkan beberapa obyek dan daya tarik wisata yang berbedabeda, dengan pengaturan rute perjalanan yang berbeda pula. Alternatif jalur wisata yang dikembangkan sebaiknya memiliki tema yang berbeda sesuai dengan jenis/daya tarik wisata yang ditawarkan. 4. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan strategi yang mendukung pengembangan produk dan pemasaran. Pengembangan sumber daya manusia di bidang kepariwisatawan sangat penting dilakukan agar daerah yang akan mengembangkan pariwisata dapat menyediakan sendiri kebutuhan akan tenaga-tenaga pariwisata yang terlatih, sehingga dapat menyerap tenaga kerja lokal. Di samping itu juga akan meningkatkan apresiasi dan pengertian terhadap pariwisata, sehingga dapat memberikan pelayanan sesuai dengan standar intemasional. Pengembangan sumber daya manusia juga dilakukan bagi aparat pembina kepariwisataan daerah, agar dapat melaksanakan fungsi- fungsi pembinaan dalam rangka menerapkan kebijakankebijakan yang telah disepakati bersama. Strategi pengembangan sumber daya manusia antara lain adalah :
Penyiapan tenaga-tenaga terampil di bidang perhotelan, restoran, biro perjalanan dan pemandu wisata.
Peningkatan kemampuan berbahasa asing di kalangan stakeholder yang bergerak di bidang pariwisata dan terkait dengan pengembangan pariwisata, seperti : tenaga kerja di usaha pariwisata, dan pemerintah daerah.
Peningkatan dan pemantapan kesiapan masyarakat sebagai tuan rumah.
Peningkatan kemampuan teknis di bidang manajemen kepariwisataan.
Peningkatan kemampuan di bidang perencanaan, dan pemasaran
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 73
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
pariwisata. 5. Strategi Pengembangan Investasi Strategi pengembangan investasi ini berisikan langkah-langkah strategik yang diperlukan dalam rangka peningkatan investasi di bidang kepariwisataan, yang dilakukan baik oleh penanam modal yang berasal dari luar daerah maupun penanam modal yang berasal dari daerah itu sendiri. Strategi pengembangan investasi antara lain :
Meningkatkan iklim yang kondusif bagi penanaman modal pada usaha pariwisata.
Memberikan insentif bagi pengusaha menengah kecil dan masyarakat yang akan berusaha di bidang kepariwisataan.
Menciptakan kepastian hukum dan keamanan.
Menyiapkan
infrastruktur
antara
lain
:
jaringan
jalan,
jaringan
telekomunikasi, listrik dan lainnya.
Memberikan subsidi bagi investor yang mau menanamkan modal bagi daerah-daerah yang kurang menarik bagi investasi tetapi memiliki potensi pariwisata.
6. Strategi Pengelolaan Lingkungan Strategi pengelolaan lingkungan merupakan strategi umum yang mendasari semua pengembangan kepariwisataan yang akan dilakukan. Strategi ini mendukung kebijakan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan merupakan langkah proaktif di dalam upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya. Strategi pengelolaan lingkungan ini merupakan pula langkah dalam menjawab perubah-an paradigma pariwisata global, di mana isu lingkungan menjadi salah satu isu sentral pembangunan. Strategi pengelolaan lingkungan antara lain adalah : Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 74
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Pengembangan usaha pariwisata yang ramah lingkungan dan hemat energi.
Peningkatan kesadaran lingkungan di obyek dan daya tarik wisata.
Peningkatan dan pemantapan konsevasi kawasan-kawasan yang rentan terhadap perubahan.
Strategi pengelolaan lingkungan ini kemudian dijabarkan secara lebih rinci kedalam program-program pengembangan. d. Indikasi Program Pengembangan Indikasi program pengembangan merupakan jabaran rinci dari setiap strategi yang disusun kedalam suatu bentuk program yang akan dilakukan pada jangka waktu tertentu. Indikasi program disusun untuk kerangka waktu 5 tahun, dan tiap 5 tahun program hendaknya dikaji kembali dengan mempedomani kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan. Rincian indikasi program terdiri dari :
Program Jangka Panjang, dengan skala waktu 10 tahun; yang dibagi menjadi program 5 tahunan. Perumusan program masih bersifat umum dan garis besar, tetapi memperlihatkan langkah-langkah yang akan ditakukan pada setiap lima tahunan selama 10 tahun.
Program Jangka Pendek, dengan skala waktu 5 tahun, yang terdiri, dari program tahunan. Merupakan program 5 tahun pertama dari program 10 tahun yang mengindikasikan materi program utama
dan program
pendukung. Rincian indikasi program meliputi Program :
Program
Utama,
yaitu
program
yang
berkaitan
dengan
substansi
pariwisata, meliputi : pengembangan produk, pemasaran dan promosi, sumber daya manusia, pengelolaan lingkungan, pemantapan kelembagaan, dan pemberdayaan masyarakat
Program Pendukung, yaitu program-program yang diharapkan dilakukan oleh instansi lain untuk mendukung pengembangan pariwisata.
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 75
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Indikasi program pengembangan memuat :
Nama program.
Sasaran dan tujuan program dan kaitannya di dalam mendukung strategi tertentu.
Justifikasi dan rincian program.
Jadwal pelaksanaan program.
Pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan program.
Sumber dana serta indikasi biaya yang diperlukan.
4.4.1 Bentuk-Bentuk Pengembangan Pariwisata Daerah 1. Pengembangan dengan Pendekatan Kawasan Wisata (Resort) Salah satu bentuk umum dari pariwisata yang berorientasi liburan adalah pengembangan suatu kawasan wisata (resort). Kawasan wisata ini dapat didefinisikan sebagai daerah tujuan wisata yang memberikan hampir seluruh kebutuhan fasilitas dan pelayanan wisatawan, termasuk di antaranya fasilitas rekreasi dan peristirahatan. Kecenderungan perubahan yang terjadi saat ini telah menyebabkan peningkatan tuntutan wisatawan terhadap fasilitas dan pelayanan di kawasan wisata. Tuntutan ini adalah tuntutan untuk melakukan kegiatan rekreasi, olah raga, dan aktivitas budaya lainnya, sehingga kawasan wisata kemudian berkembang menjadi suatu kawasan wisata yang serba lengkap untuk dapat memenuhi keinginan tersebut. Pengembangan kawasan wisata biasanya ditujukan untuk mengembangan yang bersifat masal untuk jumlah wisatawan yang cukup
besar.
Kawasan
wisata
terintegrasi
direncanakan
untuk
dikembangkan secara eksklusif bagi wisatawan yang berlibur. Umumnya kawasan wisata ini berorientasi pantai, danau, rekreasi air, pemandangan alam (pegunungan), taman nasional, lapangan golf, fasilitas olah raga lainnya, peninggalan budaya, peninggalan sejarah dan kadang-kadang merupakan gabungan dari komponen-komponen di atas. Kawasan wisata dapat bervariasi baik dalam bentuk ukuran maupun fasilitas akomodasi Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 76
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
yang ada. Umumnya suatu kawasan besar terdiri dari berbagai jenis hotel, memiliki fasilitas perbelanjaan, fasilitas rekreasi, fasilitas olah raga, fasilitas budaya, dan bahkan fasilitas ruang pertemuan. Kawasan wisata yang terintegrasi memiliki berbagai jenis hotel dari mulai hotel berbintang, cottage, vila dan bahkan apartemen. Konfigurasinya pun dapat bervariasi, bisa merupakan kawasan wisata dengan bangunan-bangunan tinggi dan padat atau dengan bangunan rumah-rumah dengan tingkat kepadatan yang rendah. Ruang terbuka yang luas dan taman-taman merupakan elemen penting dalam perencanaan pariwisata ini. Meskipun demikian, pembangunan fisik dari suatu kawasan wisata dilakukan secara bertahap bergantung pada kondisi pasar dan investasi. Ball sebagai salah satu contoh, di mana di daerah ini terdapat berbagai kawasan wisata dan sebagian besar masih melakukan pembangunan fasititas-fasilitas yang dibutuhkan meskipun perkembangan pariwisata di Bali telah ada sejak lama. 2. Pengembangan Pariwisata Perkotaan Pariwisata perkotaan adalah pariwisata yang dilakukan di suatu kota di mana pariwisata dapat merupakan komponen penting bagi aktivitas perkotaan tersebut tapi bukanlah kegiatan yang utama. Hotel dan fasilitas wisata lainnya merupakan bagian integral dari kegiatan perkotaan yang melayani wisatawan yang memang datang untuk berwisata atau petakupelaku bisnis. Meskipun demikian lokasi hotel dan fasilitas wisata tetap mepJpakan
faktor
penting
yang
periu
dipertimbangkan
terutama
keterkaitannya dengan sistem transportasi dan daya tarik yang dimiliki oleh kota tersebut. Daya Tarik wisata yang dikunjungi oleh wisatawan umumnya dimanfaatkan juga oleh masyarakat lokal Pengembangan kembali kawasankawasan lama perkotaan yang memiliki nilai sejarah tinggi merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan daya tarik kota. Selain itu fasilitas konferensi dan pertemuan yang dimiliki oleh suatu kota periu dipertimbangkan untuk dikembangkan untuk mengantisipasi perkembangan pasar bisnis. Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 77
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
3. Pariwisata Minat Khusus dan Petualangan Pariwisata minat khusus umuninya adaiah wisatawan yang umumnya dalam kelompok kecil yang ingin melakukan perjalanan untuk mempelajari dan memperoleh pengalaman dari komponen-komponen daya tarik spesifik yang dimiliki oleh suatu daerah. Minat dari wisatawan ini dapat berupa minat untuk mempelajari kebudayaan suatu daerah seperti tarian, musik, seni, kerajinan, arsitektur, gaya hidup, kegiatan ekonomi khusus, arkeologi dan sejarah daerah. Selain itu minat dalam aspek lingkungan seperti terhadap flora, fauna, geologi, taman nasional, dan taman laut. Umumnya minat-minat yang ada merupakan minat-minat profesional sesuai dengan profesi mereka sehari-hari. Berkaitan dengan pariwisata minat khusus, pariwisata petualangan juga merupakan salah satu altematif yang dikembangkan
oleh
daerah-daerah
yang
relatif
belum
memiliki
perkembangan pariwisata dengan baik dan memiliki daya tarik spesifik. Wisatawan seperti ini secara individual umumnya menantang bahaya seperti melakukan kegiatan safari di daerah-daerah terpencil, pendakian gunung,
panjat
tebing,
arung
jeram,
berbuiti
dan
memandang
Pengembangan pariwisata seperti ini tidak memerlukan pengembangan fasilitas skala besar atau investasi yang mahal untuk pengembangan fasilitas dan prasarana. Namun, suatu organisasi yang baik, pengetahuan pemandu wisata yang memadai, sistem transportasi yang terintegrasi disertai fasilitas dan pelayanan yang baik, dan ketersediaan akomodasi sederhana tetap diperlukan. Pariwisata minat khusus dan petualangan ini merupakan salah satu pariwisata yang saat ini berkembang dengan pesat baik dalam hal pasar maupun pengembangan, namun tetap dengan jumlah yang relatif kecil untuk setiap daerah. 4. Pengembangan Pariwisata Altematif Pariwisata altematif adalah pariwisata berkelanjutan yang berskala kecil, tidak konvesional, dan tidak bersifat masal mengunjungi tempat-tempat yang secara sosial dan lingkungan sensitif. Meskipun pariwisata tersebut bernama altematif, dalam proses perencanaan pariwisata secara umum Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 78
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
pertu untuk dipertimbangkan. Secara umum pengembangan pariwisata harus peka terhadap lingkungan sosial dan lingkungan fisik untuk mencapai suatu pembangunan yang berkelanjutan. Sementara pariwisata altematif ini adaiah pariwisata yang dilakukan dan dikembangkan pada daerah yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan fisik, sosial dan budaya, sehingga untuk pengembarigannya pertu dianalisis. Dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya pariwisata ini periu dikaji secara mendalam terutama pada daerah-daerah yang secara budaya maupun lingkungan ekologis sensitif terhadap perubahan. Salah satu keunggulan yang dimiliki dengan adanya pengembangan pariwisata ini adaiah dampak ekonomi yang ditimbulkan langsung diterima oleh masyarakat setempat dalam bentuk pendapatan atau tenaga kerja. Keunggulan tainnya adaiah pariwisata seperti ini tidak memerlukan investasi yang besar dalam fasilitas maupun infrastruktur. a. Pengembangan Pariwisata Pedesaan/Kampung Pariwisata desa/kampung, di mana sekelompok wisatawan tinggal di suatu desa tradisional atau bahkan desa terpencil untuk kemudian mempelajari kehidupan dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Pariwisata pedesaan ini dapat dilakukan pada daerah-daerah di mana terdapat dominasi atau karakteristik menonjol dari kehidupan sehari-hari masyarakat yang ada di wilayah pedesaan tersebut. Misalnya di daerah Pertanian, perkebunan, nelayan, desa kerajinan dan lain-lain. Di samping itu wilayah pedesaan tersebut menunjukkan ciri kehidupan/suasana pedesaan yang unik dan dapat pula ditunjang oleh kondisi alam/ lingkungan yang indah dan alami, sehingga menunjukkan perbedaan dengan wilayah-wilayah perkotaan dan daerah terbangun lainnya. b. Pengembangan Ekowisata Di dalam pengembangan ekowisata alam, wisatawan melakukan kunjungan ke suatu daya tarik wisata dan melakukan pengamatan, dan perjalanan seperti melakukan pendakian gunung, berperahu di sungaiDinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 79
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
sungai dengan pemandu- pemandu lokal yang menjelaskan karakteristik lingkungan setempat. Hal khusus dari pengembangan ekowisata alam ini adalah bahwa obyek yang dikunjungi keaslian alamnya masih sangat terjaga. Dengan demikian bentuk perjalanan wisata di daerah ini seminimal mungkin menghindari terjadinya kerusakan dan perubahan lingkungan alami yang ada. Penekanan pada jenis wisata ini adalah pada experience/pengalaman perjalanannya. c. Pengembangan Agrowisata Pengembangan Agrowisata dilakukan pada daerah-daerah yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas serta terkelola dengan baik oleh suatu
lembaga
tertentu,
baik
yang
bersifat
perorangan,
atau
perusahaan. Di dalam pengembangan agrowisata ini, yang periu diperhatikan bahwa kawasan yang dikembangkan tersebut memiliki hasil produksi yang kontinyu sepanjang tahun, sehingga dapat dikunjungi setiap saat. Di samping menampilkan atraksi hasil dari perkebunan itu sendiri, daya tarik dari pengembangan agrowisata adalah bila proses penanaman, pemetikan, serta pengolahan dari hasil perkebunan itu juga dapat ditampilkan menjadi suatu paket khusus. Dalam hal ini wisatawan dapat menikmati seluruh rangkaian kegiatan yang berlangsung di suatu perkebunan. 4.4.2 Model Pengembangan Pariwisata 1. Model Pengembangan Pariwisata Massal (Mass Tourism) Model
ini
merupakan
model
paradigma
lama
dalam
melakukan
pengembangan kegiatan wisata. Model ini pendekatan yang dilakukan adalah : a. Pembangunan Skala Besar Dengan Teknologi Tinggi Jenis atraksi wisata yang merupakan hasil teknologi buatan manusia lebih banyak dikembangkan sebagai daya tarik wisata dibandingkan atraksi alamiah. Selain itu, pemenuhan kombinasi kelengkapan sarana Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 80
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
dan prasarana dasar pendukung juga menjadi konsep pengembangan wisata yang dilakukan. b. Sasaran atau Target Pengunjungnya Adalah Jumlah Wisatawan Skala Besar Konsep ini menargetkan jumlah pengunjung skala besar baik berupa kelompok wisatawan maupun aglomerasi wisatawan individu. Dalam perkembangannya, konsep ini menjadi kurang berkembang diakibatkan sifatnya
yang
kurang
mendukung
konsep
sustainable
tourism
development yang berkembang saat ini. Hal tersebut disebabkan karena dalam kegiatan pembangunan skala besar dirasa memberikan dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan. Selain itu, perubahan ini juga terjadi akibat adanya perubahan keinginan dan kondisi psikologis wisatawan yang saat ini cenderung menyukai jenis atraksi wisata yang alami dan khas (kembali ke alam) serta yang memberikan nuansa petualangan. 2. Model Pengembangan Pariwisata Alam (Ecotourism) Model ini merupakan model pariwisata alam yang bertanggung jawab atau secara definisi adalah "responsible travel to natural areas that conserves
the environment and sustains the well-being of local people." (Hari Srinivas) Dengan kata lain kegiatan ini merupakan jenis wisata yang bertanggungjawab karena sifatnya yang tetap mempertahankan konservasi lingkungan dan keberadaan kehidupan sosial masyarakat setempat. Pendekatan yang dilakukan dalam model pengembangan wisata ini, antara lain adalah : a. Pembangunan Skala Kecil Yang Berwawasan Lingkungan Konsep pengembangan wisata yang dilakukan merujuk pada konsep sustainable tourism development, sehingga konsep pengembangannya dilakukan dengan mengupayakan dampak lingkungan yang seminimal mungkin. Pada umumnya kegiatan pembangunan yang dilakukan adalah pembangunan skala kecil, dengan konsep alami, yang didukung oleh Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 81
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
teknologi pembangunan yang sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Jenis atraksi wisata lebih memanfaatkan keunikan sumber daya alam dan sosial budaya yang dimiliki (natural resources) b. Sasaran atau Target Pengunjung Skala Kecil (Individual Traveler) Target pengunjung atau wisatawan dalam model ini adalah jenis pengunjung individu yang cenderung mencari petualangan, dengan adanya strategi pembatasan kapasitas pengunjung. Tujuan pembatasan ini dilakukan untuk upaya meminimalisasi kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi.
4.5
Rencana Kerja
4.5.1 Kerangka Kerja Konseptual Kerangka Kerja Konseptual (Conceptual Framework) Proses penyusunan RIPPDA meliputi proses dan jangka waktu penyusunan, pelibatan masyarakat 4.5.2 Proses Penyusunan Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), tahapan kegiatan yang telah diuraikan terdahulu meliputi beberapa kegiatan. Adapun jumlah hari yang dibutuhkan per item kegiatan berdasarkan rencana kerja yang diusulkan, mengacu pada uraian kegiatan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja. Untuk mengatasi hal tersebut konsultan menyusun rencana kerja untuk memudahkan pelaksanaan, seperti yang diuraikan pada bab ini. Jumlah hari kerja untuk masing-masing kegiatan diperoleh dari bab sebelumnya yang telah dianalisis berdasarkan kapasitas kerja dan waktu yang telah ditetapkan meliputi kebutuhan man month. Manfaat lain yang diperoleh dengan kedua model schedule tersebut adalah untuk pelaksanaan ‘Quality Assurance’ atau penerapan sistem jaminan mutu. Jadwal pelaksanaan pekerjaan ini meliputi jadwal penugasan tenaga ahli dan jadwal pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kota Binjai. Seluruh proses pekerjaan penyusunan memerlukan waktu selama Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 82
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
60 hari kelender (2 Bulan). Perlunya disusun jadwal Pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kota Binjai ini adalah untuk mensistematiskan pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat menghasilkan rencana (out put) sesuai dengan waktu yang diharapkan. Dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut ada beberapa tahapan pekerjaan yang direncanakan mulai dari tahapan persiapan survey, survey lapangan dan instansi, kompilasi data, analisis data, penyusunan konsep rencana dan tahapan penyusunan rencana. Berikut ini dilampirkan Jadwal Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kota Binjai, yang sesuai dengan
batasan waktu yang tercantum dalam Kerangka
Acuan Kerja. Tahapan jadwal pelaksanaan pekerjaan tidak terlepas dari materi yang akan disusun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut. Tabel 4.3. Jadwal Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kota Binjai Bulan/Minggu
NO .
KEGIATAN
I 1
A. 1 2 3 4
RAPAT KOORDINASI AWAL KEGIATAN Penjelasan lingkup tugas konsultan Penjelasan tahapan kegiatan Penjelasan deliniasi kawasan studi Jadwal penyampaian dan pembahasan laporan
B. 1 2 3 4 5 6
TAHAPAN PERSIAPAN DAN PENDAHULUAN Pemahaman Terhadap KAK Penyusunan Rencana Kerja dan Jadwal Pelaksanan Mobilisasi Personil Studi kepustakaan Penyusunan Pendekatan Penanganan Penyiapan Alat Survei
C.
PEMBAHASAN LAPORAN PENDAHULUAN/ (FGD) I
D. 1 2
SURVEI Survei Data Primer Survei Data Sekunder
E. 1 2 3 4 5 6
PENYUSUNAN DRFAT LAPORAN AKHIR Pendahuluan Tinjauan Kebijakan Gambaran Umum Wilayah Profil Kepariwisataan Analisis Rencana Pengembangan Pariwisata
F.
Focus Group Disscusion (FGD) II
G. 1 2
PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR Kententuan Umum Tujuan Penataan dan Konsep Ruang Pengembangan
Dinas Pariwisata Kota Binjai
2
II 3
4
1
2
3
IV - 83
4
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Bulan/Minggu
NO .
KEGIATAN
I 1
3 4 5
Rencana Pengambangan Pariwisata Pengembangan Kawasan Prioritas Indikasi Program
J.
RAPAT PEMBAHASAN LAPORAN AKHIR
L. 1 2 3 4 5 6
PELAPORAN Laporan Pendahuluan Draft Laporan Akhir Laporan Akhir Rancangan Perda Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kota Binjai Album Peta Softcopy
2
II 3
4
1
2
3
4
4.5.3 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan Organisasi
pelaksanaan
dalam
Pekerjaan
Penyusunan
Rencana
Induk
Pengembangan Pariwisata Kota Binjai menyangkut hubungan antara pemberi tugas dengan pelaksana kerja. Pemberi tugas adalah Dinas Pariwisata Kota Binjai, sedangkan pelaksana kerja dalam hal ini adalah konsultan pemenang tender. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, pemberi tugas akan menunjuk seorang PPTK, yang selanjutnya akan membentuk Tim Teknis di satuan kerja pembangunan kerja di lingkungan Pemerintah Kota Binjai, Dinas Pariwisata dan Instansi pemerintahan lainnya yang berkompoten terhadap pekerjaan PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KOTA BINJAI. Dalam pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan bertanggungjawab kepada KPA yang telah ditunjuk, dan akan melakukan konsultasi teknis dengan tim teknis yang telah ditunjuk atau ditetapkan. Penyusunan organisasi pelaksana PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KOTA BINJAI, menyangkut hubungan antara pemberi kerja dengan pelaksana kerja (konsultan), yang terdiri dari tenaga-tenaga ahli dari berbagai bidang beserta tenaga pendukungnya. Pemberi Kerja adalah Dinas Pariwisata Kota Binjai. Pembagian tugas dan tanggung jawab dalam organisasi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pemberi Kerja Dalam Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kota Binjai memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 84
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Pemberi tugas Penyusun kerangka acuan tugas dan spesifikasi teknis yang jelas sesuai dengan pekerjaan Pemberi informasi yang diperlukan Tim Pekerja Konsultan Partner Konsultan dalam melakukan konsultasi, perundingan dan negoisasi yang bersifat administratif maupun teknis. Pemberi saran, usul dan kritik, terhadap hasil kegiatan yang dihasilkan tim Konsultan apabila kurang sesuai dengan permasalahan yang ada.
2) Konsultan Kewajiban
konsultan
dalam
Penyusunan
Rencana
Induk
Pengembangan
Pariwisata Daerah Kota Binjai adalah sebagai berikut :
Wajib mengikuti kebijakan/peraturan, ketentuan-ketentuan dan petunjuk yang ditetapkan oleh Pemberi Kerja dalam hal ini Dinas Pariwisata Kota Binjai. Wajib berkonsultasi kepada pemberi tugas atau tim teknis yang ditunjuk.
Wajib menciptakan dan membina hubungan yang baik dengan instansi/ organisasi berkaitan dalam pelaksanaan kegiatan ini. 3) Tim Konsultan Terdiri dari Team Leader, Tenaga ahli dan Tenaga Pendukung memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
Team Leader : Bertanggung jawab secara keseluruhan kepada pemimpin proyek, mengkoordinasikan seluruh pekerjaan tim konsultan dengan bantuan tenaga Ahli dan tenaga pendukung. Tenaga Ahli yang merupakan personil yang memiliki keahlian di bidangnya yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya masing masing. Tenaga Pendukung bertugas melaksanakan tugas studio, dan kantor dalam pekerjaan ini Dalam struktur organisasi yang terbentuk, terdapat jalur koordinasi dan komando sebagai berikut : 1.
Tim Leader (TL) akan bekerja penuh mulai dari ditandatanganinya kontrak sampai berakhirnya kegiatan sesuai dengan kontrak. TL juga dibantu dengan manajemen konsultan yang bertanggung jawab terhadap pejabat pembuat komitmen beserta tim teknis yang dibentuknya dalam hal pelaksanaan pekerjaan.
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 85
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
2.
Dalam struktur organisasi Konsultan, Ketua Tim (Team Leader) juga bertanggung jawab dalam hal pelaksanaan pekerjaan kepada manajemen konsultan.
3.
Tim ahli yang terdiri dari berbagai disiplin keilmuan yang terkait bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya kepada ketua tim (team leader) dan bersama-sama dengan ketua tim (team leader) melakukan serangkaian pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun dan disepakati.
4.
Tenaga pendukung bertugas membantu kelancaran pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan studio dan pekerjaan kantor lainnya.
Adapun secara diagramatis struktur organisasi pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kota Binjai dapat dilihat pada Gambar
Gambar 4.4
Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan DINAS BINJAI KOTA BINJAI PARIWISATA KOTA DINAS PARIWISATA
PEMERINTAH KOTA PEMERINTAH KOTA BINJAI BINJAI
UNIT PENGENDALIAN OPERASIONAL PROYEK TEAM PANITIA TEKNIS/ PANITIA TEAM TEKNIS/ PELAKSANA PELAKSANA UNIT MONITORING DAN EVALUASI
CONSULTANT/DIREKTUR CONSULTANT/DIREKTUR
TEAM LEADER TEAM LEADER (Ahli Planologi) (Ahli Planologi)
Ahli Ekonomi
Ahli Arsitektur
Asisten Sistem Informasi Geografis
TENAGA PENDUKUNG
Dinas Pariwisata Kota Binjai
2 orang surveyor Asisten Tenaga Ahli Admin
IV - 86
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
4.5.4 Penugasan Tenaga Ahli Tim Konsultan, yang terdiri dari : ketua tim konsultan (team leader), tenaga ahli, dan tenaga pendukung .
Manager Proyek bertanggung jawab kepada Direktur Utama Konsultan terhadap
pelaksanaan, kelancaran, dan penyelesaian proyek. Ketua Tim Konsultan (team leader) bertanggung jawab secara keseluruhan kepada tim supervisi, mengkoordinasikan seluruh pekerjaan tim konsultan
dengan dibantu oleh sub-bidang penelitian. Tenaga Ahli yang merupakan sub-bidang penelitian, yang dirinci berdasarkan disiplin ilmu yang digunakan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Tenaga pendukung bertugas melaksanakan tugas studio dan kesekretariatan dalam pekerjaan ini. 1. Team Leader (Planologi) Sebagai Team Leader dengan persyaratan :
1 orang bersertifikat
kualifikasi pendidikan minimal Sarjana (S1) Perencanaan Wilayah dan Kota / Teknik Arsitektur / Teknik Sipil,
pengalaman profesional minimal 5 (lima) tahun.
2. Ahli Arsitektur Sebagai Tenaga Ahli Arsitektur dengan persyaratan :
1 orang bersertifikat minimal ahli muda
kualifikasi pendidikan minimal Sarjana (S1) Teknik Arsitektur,
pengalaman profesional minimal 3 (tiga) tahun.
3. Ahli Ekonomi Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 87
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Sebagai Tenaga Ahli Ekonomi dengan persyaratan :
kualifikasi pendidikan minimal Sarjana (S1) Ekonomi,
pengalaman profesional minimal 3 (tiga) tahun;
4. Ahli Sistem Informasi Geografis (SIG) Sebagai Tenaga Ahli Sistem Informasi Geografis dengan persyaratan :
kualifikasi pendidikan minimal Sarjana (S1) Perencanaan Wilayah dan Kota / Teknik Sipil,
pengalaman profesional minimal 3 (tiga) tahun.
5. Tenaga Pendukung Untuk memperlancar dan menunjang pekerjaan baik untuk pekerjaan lapangan maupun pekerjaan yang dilakukan pada kantor/studio dibutuhkan beberapa orang tenaga pendukung antara lain : a. 1 Asisten Tenaga Ahli; b. 1 Admin; c. 2 Orang surveyor. 4.5.5 Tugas Dan Tanggung Jawab Tenaga Pendukung a.
Asisten Tenaga Ahli Mempunyai tanggung jawab dalam operator komputer dan melakukan pengetikan komputer dengan baik itu laporan-laporan teknis, maupun administrasi proyek. Adapun tugas dan tanggung jawab dari tenaga pendukung ini, mencakup : Membantu pembuatan laporan baik pada saat entri data hasil survai
b.
maupun pengetikan laporan lainnya; Membatu pembuatan laporan pengolahan data; Membantu pengetikan perbaikan laporan; Surveyor Mempunyai tanggung jawab dan tugas untuk melakukan survey lapangan dan membantu pembuatan peta kawasan perencanaan
sesuai dengan
arahan tenaga ahli dan team leader. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : Membuat dan menentukan posisi yang selanjutnya akan dipakai sebagai acuan pada peta Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 88
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
Menyimpan dan mendokumentasikan data data pengukuran Membantu tenaga ahli dalam membuat peta kawasan perencanaan baik peta kondisi eksisting, peta hasil analisis. Melakukan survey data primer dan sekunder yang berkaitan dalam kebutuhan data penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kota Binjai Bertanggung jawab kepada Team Leader dan Tenaga Ahli. c.
Staff Admin Mempunyai tanggung
jawab
dalam
melakukan
pengendalian
dan
manajerial kegiatan proyek secara sesuai arahan dari perusahaan dan team leader. Membantu Tenaga Koordinator Proyek dalam melaksanakan pekerjaan dalam kegiatan administrasi proyek, dan yang memiliki keterkaitan dengan perusahaan maupun dalam mengelola kegiatan proyek secara umum. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : Membantu kelancaran laporan administrasi Membantu mengolah dan menghitung data data lapangan Berkoordinasi dengan Surveyor dalam hal menginput dan mengolah data data lapangan
Mencatat semua kegiatan dan kebutuhan bahan perencanaan per tahapan pekerjaan Mencatat surat masuk dan surat keluar serta mengarsipkannya, dan Membuat surat atas perintah dari Team Leader
4.6
Pelaporan Produk Pelaporan yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut : a. DRAFT LAPORAN AKHIR Buku Draft Laporan Akhir merupakan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai. Buku Draft Laporan Akhir dicetak pada kertas HVS ukuran A4, Buku ini harus diserahkan paling lambat 60 (enam puluh) hari kalender setelah dikeluarkannya SPMK, sebanyak 3 (tiga) buku. b. LAPORAN AKHIR Laporan Akhir ini merupakan hasil akhir rumusan/kesepakatan serta
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 89
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai
merupakan dilakukan
penyempurnaan pembahasan
dari
dengan
Laporan instansi
Draft
Akhir
setelah
terkait,
para
pelaku
pembangunan, dan stakeholder penataan ruang lainnya. Laporan akhir terdiri Materi Teknis Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai, sebanyak 5 (lima) buku; c. ALBUM PETA Album Peta hasil rencana dalam format A3 ( full colour) sejumlah 5 (lima) album dengan skala peta 1:25.000; d. RANCANGAN PERATURAN DAERAH Rancangan
Peraturan
Daerah
mengenai
Rencana
Induk
Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai. Draft ini dibuat sebanyak 3 (tiga) eksemplar. e. SOFTCOPY/ DVD Softcopy
Dokumen
Penyusunan
Rencana
Induk
Pembangunan
Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Binjai dan Album Peta yang di simpan dalam 3 (tiga) keping DVD.
Dinas Pariwisata Kota Binjai
IV - 90