Bahan Jerami Ubi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Jerami Ubi Jalar Produksi jerami dalam bentuk segar berkisar antara 10-12.5% ton/ha/tahun. Berdasarkan penelitian Kempton dan Leng pemberian jerami ubi jalar sebagai pengganti pucuk tebu pada ransum sapi perah dapat meningkatkan konsumsi ransum dan produksi susu. Akan tetapi percabaan Nuraeni mendapatkan hasil penggantian rumput lapangan dengan jerami ubi jalar lebih dari 1/3 bagian dapat menyebabkan kadar lemak susu menurun. Tabel 9. Komposisi kimia ubi dan ikutannya.



% dari bahan kering



Bahan



BK



Abu



Ubi kayu



35



2,3



PK



SK



2,9



4,9



LK



BetaN



0,7



89,2



Ca



0,18



P



0,09



TDN



79



Onggok



83,8



1,3



7,8



14,9



0,4



81,6



0,2



0,05



78,3



Daun ubi kayu



21,6



12,1



24,1



22,1



4,7



37



0,7



0,31



72,3



Ubi jalar



31



3,6



5



6



1,3



84,1



0,09



0,13



80



Jerami ubi jalar



16,3



16,1



19,2



16,2



2,6



45,9



0,44



0,55



60



Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas. L) atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia. Cina merupakan penghasil ubi jalar terbesar mencapai 90 persen (rata-rata 114,7 juta ton) dari yang dihasilkan dunia (FAO, 2004). Ubi jalar termasuk famili Convolvulaceae, genus Ipomoea dan spesies yang banyak digunakan adalah batatas (L) Lam. Ubi jalar berasal dari Amerika Tengah atau Selatan yang diketahui dari fosil berumur 10.000 tahun di Peru (Huaman, 1991). Komoditas ini mempunyai daya adaptasi luas, sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di seluruh nusantara. Ubi jalar dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0 – 3000 m dpl. Pada temperatur 240 C tumbuh dengan baik, namun pertumbuhan terhambat jika temperatur di bawah 00 C. Curah hujan yang optimum



untuk pertumbuhannya antara 750 mm hingga 1.000 mm per tahun. Menyukai sandy-loam soil dengan kadar bahan organik tinggi dan permeable sub-soil. Tumbuh kurang baik pada tanah liat. Tanah dengan kerapatan tinggi atau aerasi jelek menghambat pembentukan akar dan hasil rendah. Media yang gembur diperlukan untuk pertumbuhan umbi, sehingga penanamannya harus dilakukan di atas guludan.



PENGOLAHAN JERAMI UBI JALAR Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3 Berdasarkan hasil pengamatan pada konsentrasi NH3, didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 1. Konsentrasi NH3 Silase Jerami Ubi Jalar Ulangan



Perlakuan P0



P1



P2



P3



...........................................mM......................................... 1



6,20



6,35



8,05



8,60



2



5,90



6,65



7,95



8,65



3



6,35



6,40



7,60



8,45



4



5,95



6,90



7,90



8,5



5



6,35



6,90



7,95



9,05



Rata-rata



6,15



6,64



7,89



8,65



Keterangan : P0 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 0% nitrogen dan 0% sulfur P1 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 1% nitrogen dan 0,075% sulfur P2 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 2% nitrogen dan 0,15% sulfur P3 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% molases, 3% nitrogen dan 0,225% sulfur Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 1 ensilase jerami ubi jalar menghasilkan konsentrasi NH3 dengan kisaran rata-rata antara 6,15 mM – 8,65 mM. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata ( P ≤ 0,05 ) terhadap konsentrasi NH3 ensilase jerami ubi jalar. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemberian nitrogen dan sulfur menghasilkan NH3 yang rendah dibandingkan NH3 yang terus meningkat seiring dengan perlakuan penambahan nitrogen dan sulfur yang terus meningkat. Sutardi (1980), menyatakan bahwa kadar amonia dalam cairan rumen berkisar antara 4-12 mM.



Hal ini menunjukkan bahwa penambahan nitrogen dan sulfur pada ensilase jerami ubi jalar dengan berbagai taraf penggunaan pada penelitian ini memberikan pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi NH3 dan mampu menghasilkan silase jerami ubi jalar dengan kualitas baik dari segi fermentabilitasnya. Peningkatan NH3 ini disebabkan oleh peningkatan taraf pemberian nitrogen dan terdapat protein dalam pakan yang mudah larut, sehingga mudah difermentasi menjadi NH3. Kondisi ini dapat menyebabkan jumlah bakteri proteolitik seperti Bacteroides ruminocola, Selemonas ruminantium meningkat. Bakteri proteolitik merupakan bakteri yang mempunyai kemampuan untuk memecah protein, asam amino dan peptide lain menjadi amonia (Orskov, 1982)



Orskov, E. R. 1982. Protein Nutrition in Ruminant .Academic Press. New York Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi, Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Oktarin,nidya.2015.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=373748&val=1378&title=P ENGARUH%20PENAMBAHAN%20NITROGEN%20DAN%20SULFUR%20PADA%20ENSILASE%20JERAMI %20UBI%20JALAR%20(Ipomea%20batatas%20L.)%20TERHADAP%20KONSENTRASI%20NH3%20%20 DAN%20VFA%20(IN%20VITRO) .diakses pada tanggal 15 maret 2017 FAO. 2004. Statistical Database of Food Balance Sheet. FAOSTAT. http://www.fao.org. Diakses tanggal 15 Maret 2017. Huaman. Z. 1991. Descriptor for Sweetpotatoes. International Board for Plant Genetic resources. Italy. 115p.