Bai Proposal Tugas Akhir [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN BERAS ORGANIK BOTANIK DI KABUPATEN BONDOWOSO TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN



AHMAD BAIJURI 04.01.18.002



POLITEKNIK PEMBANGUANAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGANSDM PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN 2022



LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN BERAS ORGANIK BOTANIK DI KABUPATEN BONDOWOSO



AHMAD BAIJURI 04.01.18.002



Malang, ..... , ..........2022



Pembimbing I



Pembimbing II



Ir. Budianto, MP NIP. 19590221 1981011 002



Dr. Acep Hariri S.ST, M. Si NIP. 19841007 2006041 002



Mengetahui : Ketua Jurusan dan Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan



Dr. Eny Wahyuning P, SP , MP NIP. 19770828 200604 2 001



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis kehadirat ALLAH Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun proposal dengan judul ‘FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Beras Organik Botanik Di Kabupaten Bondowoso.“ proposal ini disusun sebagai pemenuh persyaratan Tugas Akhir. Dalam penyusunannya, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itulah, kami mengucapkan terimakasih kapada : 1. Ir. Budianto, MP Selaku Dosen Pembimbing I 2. Dr. Acep Hariri S.ST, M. Si Selaku Dosen Pembimbing II 3. Dr. Eny Wahyuning P, SP , MP selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan dan ketua jurusan pertanian. 4. Dr. Setya Budhi Udrayana, M.Si Selaku direktur Politeknik Pembangunan Pertanian POLBANGTAN Malang. 5. Kepada orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan dan motivasi 6. Dan kepada seluruh teman teman yang telah membantu dalam proses awal hingga terselesainya proposal ini. Akhir kata saya berharap proposal ini dapat memenuhi prasyarat utama dalam melakukan kegiatan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi kita semua pada umumnya.



Malang,........................ 2022



Penulis



iii



DAFTAR ISI



Halaman LEMBAR PENGESAHAN



ii



KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR TABEL



vii



DAFTAR LAMPIRAN viii I PENDAHULUAN



1



1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah



4



1.3 Tujuan 5 1.4 Manfaat 5 II TINJAUAN PUSTAKA



6



2.1 Kajian Terdahulu



6



2.2 Landasan Teori 7 2.2.1 Faktor-Faktor Keputusan Pembelian 2.2.2 Karakteristik Konsumen 2.2.3 Campaign



8



9



2.2.3 Marketing mix 7P



11



2.2.4 Sertifikasi Organik 14 2.2.5 Keputusan Pembelian



15



2.2.6 Beras Organik BOTANIK



18



2.2.7 Aspek Penyuluhan 19 2.3 Kerangka Pikir 29 III METODELOGI



30



3.1 lokasi dan Waktu Pelaksanaan30 3.1.1 Lokasi



30



3.1.2 Waktu



30



3.2 Metode Kajian 30 3.2.1 Jenis Kajian 30 3.2.2 Skala Pengukuran 31 iv



7



3.2.3 Populasi dan Sampel



31



3.2.4 Jenis Sumber Data 32 3.2.5 Variabel Kajian 3.2.6 Instrumen



33



35



3.2.7 Skala Pengukuran Instrumen



35



3.2.8 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen 3.2.9 Analisis Data



36



3.3 Metode Perancangan Penyuluhan



38



3.3.1 Tujuan dan Sasaran Penyuluhan



38



3.3.2 Menentukan Materi Penyuluhan



38



3.3.3 Menetapkan Media Penyuluhan



38



3.3.4 Menetapkan Metode Penyuluhan 38 3.4 Metode Implementasi 39 3.4.1 Pelaksanaan Penyuluhan 39 3.5 Metode Evaluasi



39



3.5.1 Tujuan Evaluasi



39



3.5.2 Metode Evaluasi



40



3.5.3 Skala Instrumen Evaluasi 3.5.4 Sasaran Evaluasi



40



40



3.5.5 Instrumen Evaluasi 40 3.5.6 Analisis Data Evaluasi



41



3.5.7 Definisi Oprasional 41 DAFTAR PUSTAKA 44 LAMPIRAN



47



v



35



DAFTAR GAMBAR Gambar



Halaman



Gambar 1 Kerangka pikir kajian...........................................................................29



vi



DAFTAR TABEL Tabel



Halaman



Tabel 1 Kajian Terdahulu...............................................................................................6 Tabel 2 Variabel kajian.................................................................................................34 Tabel 3 Definisi Oprasional Variabel..........................................................................41



vii



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran



Halaman



Lampiran 1 Timline kegiatan kajian............................................................................47 Lampiran 2 Kisi-Kisi Kuisioner Kajian.........................................................................53 Lampiran 3Kuisioner Pada Kegiatan Kajian Tugas Akhir.......................................55 Lampiran 4 Lembar Konsultasi Kajian Tugas Akhir..................................................63



viii



ix



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sumber daya alam melimpah dan wilayahnya yang luas berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi bagi penduduknya. Kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang



besar



menjadi



potensi



pengembangan



sektor



pertanian,



dengan



menghasilkan produk-produk pertanian yang dibutuhkan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Salah satu pangan yang sangat dibutuhkan penduduk indonesia pada umumnya yaitu beras. Beras



merupakan



pangan



yang



paling



banyak



dikonsumsi



oleh



masyarakat Indonesia. Beras menjadi sangat penting di Indonesia karena 90 persen masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras. Total energi yang dikonsumsi masyarakat Indonesia, hampir 60 persen dicukupi oleh beras. Hal tersebut membuktikan bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia akan beras sangat besar. Jenis-jenis beras yang dikonsumsi masyarakat pada umunya juga bervariasi. Secara garis besar beras dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan sistem budidayanya, yaitu beras organik dan non-organik. Beras Organik adalah beras yang berasal dari padi yang ditanam atau dibudidayakan dengan cara pertanian organik. Padi Beras Organik tidak menggunakan pupuk kimia sintetis, tetapi menggunakan pupuk organik. Sedangkan cara pengendalian hamanya dengan menggunakan cara-cara yang alami. Beras organik memang belum menjangkau setiap segmen pasar di dalam negeri. Saat ini konsumsi beras organik memang masih didominasi oleh masyarakat kelas menengah ke atas itupun masih terbatas. Namun ternyata pasar ekspor beras organik menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Pasar ekspor beras organik masih sangat banyak dan masih belum bisa 1



2



dipenuhi. Selain permintaan beras organik dari luar negeri meningkat, permintaan dari pasar dalam negeri juga terus mengalami peningkatan. Dalam memenuhi permintaan beras organik tersebut perlu untuk diperhatikan dengan baik mengenai permintaan beras organik yang sesui dengan konsumen, sehingga tujuan pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Denga hal tersebut maka perlu adanya pengetahuan yang baik dalam pemasaran beras organik agar tujuan pemasaran yang diinginkan dapat tercapai. Pemasaran beras organik perlu diperhatikan dengan baik mengenai apa saja yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan proses transaksi pembelian beras organik yang mana nantinya dapat menjadi informasi untuk membantu menjemen pemasaran dalam pengembangan. Sehingga dengan mengetahui apasaja yang mempengaruhi konsumen untuk membeli, maka akan lebih



mudah



dalam



penentuan



pasar



sasaran.



Dimana



faktor



yang



mempengaruhi keputusan pembelian yaitu karakteristik konsumen, kampanye gaya hidup sehat, faktor internal dan bisa juga dipengaruhi jaminan mutu produk seperti sertifikasi organik. Karakteristik konsumen merupakan karakter individu yang memutuskan prilaku individu dan berperan dalam memutuskan nilai dan pengambilan keputusan. Konsumen dengan pengetahuan yang lebih luas biasanya lebih cenderung tidak tergugah untuk mencari informasi lebih banyak, disebabkan karena konsumen merasa cukup dengan pengetahuan dimiliki untuk mengambil keputusan. Sedangkan konsumen dengan kebiasaan senang mencari informasi, akan cenderung lebih banyak untuk menghabiskan kesempatan mencari informasi lebih luas. Marketing mix 7P adalah salah satu aspek dalam strategi pemasaran terpadu, Marketing mix 7P merupakan strategi yang dilaksanakan oleh perusahaan yang berkaitan dengan keputusan bagaimana sebuah perusahaan memberikan penawaran produk pada kelompok pasar tertentu yang



3



menjadi target pasar. Marketing mix 7P adalah seperangkat alat pemSasaran taktis yang dapat dikontrol guna mengetahui respon yang diinginkan perusahaan terhadap pasar sasaran . Yang dimaksud dengan Marketing mix 7P



adalah



sekumpulan hal-hal yang dapat dikendalikan dan Digunakan oleh manajer pemasaran untuk menarik konsumen guna mempengaruhi penjualan atau pendapatan. Sertifikasi organik merupakan penjaminan mutu dari suatu produk organik yang dilaksanakan agar produk yang dihasilkan terjamin keamananya sehingga dapat memberikan nilai lebih bagi suatu produk. Dalam budidaya beras organik diperlukan jaminan akan keamanan produknya melalui suatu sertifikasi organik agar produk yang dipasarkan nantinya dapat mendapatkan kepercayaan dari konsumen, bagi konsumen juga bisa menjadi pilihan jaminan kemanan bagi produk yang akan digunakan atau akan dikonsumsi. Bondowoso merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur dan memiliki potensi pertanian yang cukup tinggi. Utamanaya dalam sektor pangan dengan komoditas tanaman padi organik Kabupaten Bondowoso memiliki potensi yang cukup besar sebagai produsen beras organik. Dimana fakta tersebut dapat diukur dengan data produksi beras pertahun yaitu pada tahun 2019 produksi beras organik mendapatkan angka akhir 328,747 Kg, kemudian pada tahun 2020 produksi beras organik mampu mencapai 418,053 Kg dan pada tahun 2021 data produksi beras organik mencapai angka 333,382 Kg. yang mana data tersebut didapat dari produsen beras organik di Kabupaten Bondowoso. Produsen beras organik di Kabupaten Bondowoso adalah Gapoktan Albarokah yang berada di Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso, yang mana ditempat tersebut sudah melakukan produksi beras dari budidaya, penanganan pasca panen higngga pemasaran beras organik. Beras



4



organik tersebut memiliki banyak keunggulan yaitu kualitas produk sudah terjamin dengan adanya sertifikat organik dan harga yang terjangkau dibanding dengan produk beras organik yang lain.Berdasarkan data produksi dalam satu kali musim tanam dari 130 hektar sawah dapat menghasilkan beras organik sebesar 76,86 Ton, kemudian dari data penjulan tahun 2021 total produk terjual adalah 333,382 Kg sedangkan pada tahun 2021 total produk terjual 333,382 Kg. Dan dari data potensi beras organik pada tahun 2019 sampai 2021 beras organik sudah terjual sebesar 1,080,182 Ton. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis bermaksud melaksanakan Keputusan



kajian



Pembelian



dengan Produk



judul Beras



“Faktor-Faktor Organik



Yang



BOTANIK



Mempengaruhi di



Kabupaten



Bondowoso” yang nantinya hasil dari kajian yang akan dilaksanakan dapat dijadikan sebuah pedoman atau acuan bagi produsen beras organik BOTANIK dalam melaksanakan kegiatan penjualan produk. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh karakteristik konsumen, Campaign, marketing mix 7P dan sertifikasi organik terhadap keputusan pembelian beras Organik BOTANIK ? 2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pebelian beras Organik BOTANIK ? 3. Bagaimana rancangan penyuluhan terkait pengaruh karakteristik konsumen, Campaign, marketing mix 7P dan sertifikasi organik terhadap keputusan pembelian beras Organik BOTANIK ?



5



1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik konsumen, Campaign, marketing mix 7P dan sertifikasi organik terhadap keputusan pembelian beras Organik BOTANIK 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pebelian beras Organik BOTANIK 3. Untuk mengetahui rancangan penyuluhan terkait pengaruh karakteristik konsumen, Campaign, marketing mix 7P dan sertifikasi organik terhadap keputusan pembelian beras Organik BOTANIK 1.4 Manfaat 1. Bagi Penulis, kajian ini merupakan salah satu syarat dalam kelulusan dalam memperoleh gelar sarjana 2. Bagi UD ALBAROKAH, hasil kajian dapat dijadikan sebagai acuan atau pedoman untuk kegiatan penjualan selanjutnya 3. Bagi institusi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang, hasil kajian dapat dijadikan sebagai acuan penyuluhan bagi masyarakat.



6



6



Peneliti DM Ikasari, P Deoranto, RLR Silalahi (2016)



Filipus Syahputra Sarumaha (2020)



Arif Setiawan, Wan Abbas Zakaria, Yaktiworo Indriani (2016) Ferryal Abadi (2019)



Siska Muna Hanifah (2020)



2.1 Kajian Terdahulu



Judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian beras organik



Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Beras Organik



Metode



Hasil Penelitian



Persamaan



analisis data faktor produk (X1 ), harga (X2 ), menggunakan metode tempat (X3 ), pribadi (X4 ), dan analisis faktor dan motivasi (X5 ) berpengaruh analisis regresi linier secara simultan terhadap berganda keputusan pembelian (Y) beras organik. Secara parsial faktor yang berpengaruh signifikan adalah faktor produk dan faktor motivasi Metode survei Ada hubungan positif antara Metode analisis yang usia, pendidikan terakhir, digunakan adalah pekerjaan, dan pendapatan metode analisis dalam proses pengambilan multiatribut fishben. keputusan pembelian beras organik



Perbedaan



Faktor independen yaitu harga dan tempat



Lokasi, bebas



variabel



Faktor independen, karakteristik konsumen



Lokasi, jumlah responden dan variabel bebas



Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Beras Organik Produksi Kabupaten Pringsewu Pengaruh Harga, Kualitas Produk Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Beras Organik Di Jakarta



Analisis data menggunakan analisis komponen



komponen kebiasaan, komponen Faktor independen daya tarik, dan komponen aroma



Lokasi, dan variabel bebas



analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan bantual program LISREL 8.80 student version



harga, kualitas kualitas layanan



Harga dan produk



Karakteristik konsumen, dan metode analisis data



faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian beras organik di kota surakarta



analisis faktor



letak lokasi,



Analisis yang digunakan dan faktor independen



Lokasi dan penambahan Variabel bebas



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



produk



dan



7



Tabel 1 Kajian Terdahulu



7



Kesimpulan dari beberapa kajian terdahulu diatas yaitu menggunakan variabel sebagian besar adalah karakteristik konsumen, harga, lokasi motivasi, kualitas layanan, kebiasaan, mutu produk, dan produk yang mana beberapa variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian beras organik. Perbedaan dengan kajian terdahulu yaitu dalam kajian ini merupakan kajian kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel simpel random sampling dengan variabel independen karakteristik konsumen, Campaign, marketing mix 7P dan sertifikasi organik sebagai faktor faktor yang akan dikaji terhadap pengaruhnya pada keputusan pembelian beras organik BOTANIK. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Faktor-Faktor Keputusan Pembelian Menurut Ikasari, D. M (2016: 71-76) memaparkan bahwa “keputusan pembelian beras organik dipengaruhi oleh beberapa faktor mulai dari harga, tempat dan motivasi terhadap keputusan pembelian beras organik”. Dimana dari pemaparan tersebut didominasi oleh faktor produk beras organik itu sendiri. Menurut Filipus



Syahputra Sarumaha (2020: 47-55) memaparkan



“konsumen beras organik untuk memutuskan keputusanya membeli produk beras organik dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pendapatan, pekerjaan, usia dan motivasi”. Kemuadian menurut Siska Muna Hanifah(2020: 40-46) memaparkan bahwa “terdapat enam faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian beras organik. Faktor pertama yaitu faktor distribusi yang terdiri dari variabel ketersediaan, dan kemudahan. Faktor kedua yaitu faktor layanan dan kualitas yang terdiri dari variabel kecepatan layanan, sikap penjual dan kualitas produk. Faktor ketiga yaitu faktor tempat yang terdiri dari aksesibilitas, kenyamanan lokasi, dan letak lokasi. Faktor keempat yaitu faktor image produk dan promosi



8



yang terdiri dari variabel kemasan produk, variasi produk, diskon dan periklanan. Faktor kelima yaitu faktor harga yang terdiri dari variabel kesesuaian harga. Faktor keenam yaitu faktor internal produk yang terdiri dari variabel manfaat produk dan keterjangkauan harga. Dari beberapa pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwasanya dalam memutuskan pembelian produk beras organik para konsumen dipengaruhi oleh faktor karakteristik konsumen (usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan motivasi) dan faktor produk beras organik (harga, promosi, tempat, produk, kemasan, kemanan dan distribusi). Diamana dalam point kemanan produk beras organik sendiri bisa diukur dengan adanya sertifikasi organik yang menjamin sebuah produk beras organik sudah terjamin kemanannya. 2.2.2 Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen merupakan ciri individu yang menentukan sikap individu dan berperan sebagai penentu nilai dan pengambilan keputusan. Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen, dan karakteristik demografi konsumen Sumarwan (2004:197). Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena konsumen sudah merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil keputusan. Konsumen yang mempunyai kepribadian sebagai seorang yang senang mencari informasi, akan meluangkan waktu untuk mencari informasi lebih banyak. Menurut Sumarwan (2004:197), karakteristik konsumen dapat dibagi atas dasar demografi dan subbudaya konsumen (usia, pendidikan dan pekerjaan, lokasi geografik), ekonomi (pendapatan), dan kelas sosial konsumen (kelas



9



sosial).



Karakteristik



konsumen



akan



mempengaruhi



konsumen



dalam



menentukan keputusan pembelian. 1.



Demografi dan Sub-budaya Konsumen Menurut Sumarwan (2004:198) suatu budaya terdiri dari beberapa kelompok, yang dicirikan oleh adanya perbedaan perilaku, yang disarkan kepada perbedaan karakteristik sosialm ekonomi, dan demografi konsumen. Konsep sub- budaya sangat terkait dengan demografi, dan demografi menggambarkan karakteristik suatu penduduk, salah satu variabel demografi adalah suku. Karakteristik demografi dan sub-budaya yang perlu dipahami dalam pemasaran usia dan pendidikan.



2.



Ekonomi Menurut Sumarwan (2004:204) karakteristik ekonomi konsumen yang perlu dipahami dalam bukunya yang berjudul “prilaku konsumen” yaitu adalah pendapatan.



3.



Kelas Sosial Definisi



Kelas



Sosial



menurut



Sumarwan



(2004:218),



adaIah



pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas yang berbeda atau strata yang berbeda,



yang



menggambarkan



perbedaan



pendidikan,



pendapatan,



pemilikan harta benda, pola hidup, nilai-nilai yang dianut, dan selanjutnya perbedaan-perbedaan itu akan mempenparuhi perilaku konsumsi seseorang atau keluarga. 2.2.3 Campaign Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu. Kampanye adalah aktivitas komunikasi yang ditujukan untuk memengaruhi orang lain agar ia memiliki



10



wawasan, sikap dan perilaku sesuai dengan kehendak atau keinginan penyebar atau pemberi informasi Cangara (2011: 223). Menurut Safanayong (2009: 71) “Kampanye adalah sebuah pesan yang disampaikan secara pribadi dan massa dengan maksud utama membantu suatu objek kampanye”. Menurut Pfau dan Parrot (1993: 12) Kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah diterapkan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kampanye adalah sebuah aktivitas komunikasi yang memiliki tujuan untuk mempengaruhi khalayak atau target sasaran dengan menggunakan upaya persuasif yang bersifat membujuk maupun memotivasi khalayak agar tertarik untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang akan diwujudkan. Menurut Ruslan (2007: 25-26) berdasarkan orientasinya terdapat tiga jenis kampanye, yaitu sebagai berikut: 1. Product Oriented Campaign. Kegiatan kampanye ini berorientasi pada produk dan bertujuan komersial, Aktivitas kampanye yang dilakukan biasanya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial sebagai salah satu cara membangun image yang baik bagi suatu perusahaan.  2. Candidate-Oriented Campaign. Atau biasa disebut dengan kampanye politik. Lebih mengacu pada kampanye yang berorientasi utama seorang kandidat demi kepentingan politik. Dengan dilatarbelakangi sebuah tujuan yaitu memperoleh dukungan dalam melaksanakan suatu kegiatan politik.  3. Ideological or Cause Oriented Campaign. Kampanye yang mempunyai orientasi tujuan yang bersifat khusus. Kampanye ini memiliki tujuan yang jelas dan spesifik akan adanya perubahan berdimensi sosial. Yang secara langsung maupun tidak langsung melibatkan lapisan masyarakat.



11



Kegiatan kampanye biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga sosial non-profitable. Menurut Ruslan (2007: 25-26) bahwa tujuan kampanye ialah salah satu cara dalam merebut perhatian serta meningkatkan kesadaran dan pengetahuan serta meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran dalam menumbukan sebuah persepsi atau opini yang positif agar tercipta citra yang baik dari khalayak melalui pesan yang itensif dengan jangka waktu tertentu atau berkelanjutan. 2.2.3 Marketing mix 7P Salah satu strategi yang berhubungan dengan kegiatan pemasaran perusahaan adalah marketing mix strategy yang didefinisikan oleh Kotler dan Armstrong (1997: 48) yang menyatakan bahwa “marketing mix as the set of controllable marketing variables that the firm bleads to produce the response it wants in the target market”. Marketing mix 7P



sebagai seperangkat variabel



pemasaran yang dapat dikontrol yang dibleads perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya di target pasar. Assauri (2011:198) Marketing mix 7P



adalah Salah satu unsur dalam



strategi pemasaran terpadu adalah strategi Marketing mix 7P yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya. Marketing mix 7P



rangkaian



sarana pemasaran taktis terpadu yang dapat dikendalikan untuk mengetahui respon pasar sasaran yang diinginkan oleh perusahaan (Machfoedz, 2005). Pengertian dari Marketing Mix adalah himpunan variabel yang dikuasai dan dapat digunakan oleh manajer pemasaran untuk menarik konsumen guna



12



mempengaruhi penjualan atau pendapatan perusahaan. Konsep Marketing mix 7P dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu : 1. Product Tjiptono (2008:95) Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan



produsen



untuk



diperhatikan,



dicari,



dibeli,



digunakan



atau



dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan meliputi barang fisik. Produk bisa berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan. Produk secara konseptual, yaitu pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. 2. Price Assauri (2011:223) mendefinisikan harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang menghasilkan penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya unsur biaya saja. Harga bisa diungkapkan dengan berbagai istilah misalnya iuran, tarif, sewa, bunga, premium, komisi, upah, gaji, honorarium, spp dan sebagainya. Dari sudut pandangan pemasaran , harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk bunga dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa Tjiptono (2008:151). 3. Place Tjiptono (2008:185) mendefinisikan secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Dengan kata lain proses distribusi merupakan



13



aktivitas pemasaran yang mampu: (1) Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan bentuk, tempat, waktu dan kepemilikkan: (2) Memperlancar arus saluran pemasaran secara fisik dan non fisik. Yang dimaksd dengan arus pemasaran adalah aliran kegiatan yang terjadi diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat didalam proses pemasaran. Arus pemasaran meliputi barang fisi, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus negoisasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus penanggung risiko dan arus pemesanan. 4. Promotion Babin (2011:27) mendefinisikan promosi merupakan fungsi komunikasi dari perusahaan



yang



bertanggung



jawab



menginformasikan



dan



membujuk/mengajak pembeli. Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Promosi merupakan cara khusus dari iklan pribadi, promosi penjualan dan hubungan masyarakat yang dipergunakan perusahaan untuk tujuan iklan dan pemasarannya. Hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan Tjiptono (2008:219). 5. People people dapat diartikan sebagai “peran manusia dalam penyampaian barang atau jasa yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen” Kukanja (2016: 1-17) . Menurut Kushwaha dan Agrawal (2015: 85-95), “karyawan yang berorientasi pada pelanggan fokus untuk menunjukkan perhatian pribadi, kepedulian antarpribadi, kesopanan, dan perilaku cepat”. 6. Proces



14



Proses menciptakan



menggambarkan nilai



metode



yang dijanjikan



dan



kepada



urutan



dalam



pelanggan



layanan



dengan



dan



melayani



permintaan setiap pelanggan Kushwaha dan Agrawal (2015: 85-95). Unsur proses meliputi kemudahan dalam jual beli, dan respon cepat penjual untuk memenuhi permintaan konsumen, tangkas tanggap terhadap keluhan konsumen atas produk dan jasa Yarimoglu (2014: 79-93). 7. Packaging Menurut Cahyorini dan Rusfian (2012: 11-20) “kemasan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, dimana mereka terdiri dari graphic design atau desain grafis, informasi produk, dan struktur desain produk”. Dimana dipengemasan ini nantinya diharapkan bisa memberi dampak minat yang baik untuk memilih atau memutuskan untuk membeli produk. 2.2.4 Sertifikasi Organik Sertifikasi menurut Pedoman Teknis Pembinaan dan Sertifikasi Pangan Organik dari Kementerian Pertanian (2013: 5) “adalah prosedur dari lembaga sertifikasi Pemerintah atau lembaga sertifikasi yang diakui Pemerintah memberikan jaminan tertulis atau setara bahwa pangan atau sistem pengawasan pangan sesuai dengan persyaratan”. Petunjuk teknis dari SNI 6729:2010 dan pedoman untuk mendapatkan sertifikat organik untuk produk pangan organik dituangkan dalam Pedoman Sertifikasi Produk Pangan Organik dan Pedoman Umum Penerapan Jaminan Mutu Pengolahan Pangan Organik dari Otoritas Kompeten Pangan Organik Kementerian Pertanian (2013: 5-45). Pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan



15



pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi IFOAM (2008: 74). Menurut Badan Standardisasi Nasional (2002: 3), dalam Standard Nasional Indonesia mengenai Sistem Pangan Organik, sertifikasi adalah prosedur dimana lembaga sertifikasi pemerintah atau lembaga sertifikasi yang diakui pemerintah memberikan jaminan tertulis atau yang setara, bahwa pangan atau sistem pengendalian pangan sesuai dengan persyaratan. Studi yang dilakukan oleh Sugino dan Mayrowani (2010: 57-65) mengatakan bahwa bagi konsumen asing sertifikat pangan organik adalah penting, sedangkan bagi konsumen domestik sertifikasi itu penting jika tidak mempengaruhi harga produk dan jika produsen menjamin produknya atau kualitasnya dapat dipercaya. 2.2.5 Keputusan Pembelian Menurut



Kotler



(2014:184)



keputusan



pembelian



konsumen



yaitu



keputusan akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Ditambahkan oleh Assauri (2015:139) keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen atau pembeli dipengaruhi pula oleh kebiasaan. Kebiasaan pembelian mencakup kapan waktunya pembelian dilakukan, dalam jumlah berapa pembelian dilaksanakan, dan dimana pembelian tersebut dilakukan. Kemudian menurut Tjiptono (2016:22) Keputusan pembelian merupakan salah satu bagian dari perilaku konsumen. Perilaku konsumen merupakan tindakan yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menentukan produk dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut. Menurut Assauri (2015: 139) keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen dipengaruhi pula oleh kebiasaan. Dalam kebiasaan pembelian mencakup kapan waktunya pembelian dilakukan, dalam



16



jumlah berapa pembelian tersebut dilaksanakan, dan dimana pembelian tersebut dilakukan. Menurut Mangkunegara (2015:43) Keputusan pembelian merupakan salah satu proses dari perilaku konsumen. Menurut perilaku konsumen adalah kerangka kinerja atau sesuatu yang mewakili apa yang diyakini konsumen dalam mengambil keputusan membeli. Dalam keputusan pembelian dengan membeli produk atau merk yang paling disukai. Ada 2 faktor yang muncul antara niat dalam membuat keputusan untuk membeli. Faktor yang pertama adalah sikap orang lain dan yang kedua faktor situasi yang tidak diharapkan Setelah membeli produk konsumen akan mengalami proses kepuasan sebagai tingkah laku paska pembelian yaitu suatu perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapannya. Jika kinerja berada di bawah harapan, konsumen tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan konsumen, maka akan menimbulkan kepuasan dan senang. Menurut Philip Kotler (2013:268), tahapan dalam proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari lima tahap, yaitu : a. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, para pemasar dapat mengidentifikasikan rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan kategori yang mampu memicu minat konsumen. b. Pencarian Informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya kedalam dua level rangsangan. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan



17



perhatian. Pada level itu orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Pada level selanjutnya, orang itu mungkin masuk ke pencarian informasi secara aktif : mencari bahan bacaan, menelpon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu. Sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok : 1) Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan. 2) Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko. 3) Sumber publik : media massa, organisasi penentu peringkat konsumen. 4) Sumber pengalaman : pengenalan, pengkajian, dan pemakaian produk. c. Evaluasi Alternatif Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model yang terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif, yaitu model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen: pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen memandang masing masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbedabeda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu. Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang berbagai atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. d. Keputusan Pembelian Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merekmerek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen yaitu, faktor pertama



18



adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal : 1) Intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya. 2) Faktor kedua adalah faktor sutuasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian, seperti : harga yang diharapkan, dan manfaat yang diharapkan.



e. Prilaku Setelah Pembelian Tahap terakhir dari proses keputusan pembelian adalah konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas.Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan kenyataan yang diterima secara nyata dari produk. Apabila produk tidak mampu memenuhi harapan konsumen konsumen akan merasa tidak puas, sebaliknya apabila memenuhi harapan konsumen maka konsumen akan merasa puas.Konsumen yang merasa puas maka cenderung akan loyal terhadap merek/produk tersebut. 2.2.6 Beras Organik BOTANIK Beras



organik



merupakan



beras



yang



berasal



dari



padi



yang



dibudidayakan secara organik atau tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia dan menerapkan sistem pangan organik hingga ke tangan konsumen. “Beras organik menjadi aman dikonsumsi karena bebas dari residu kimia” Sriyanto (2010: 4). Masyarakat menganggap beras organik adalah beras yang



19



lebih sehat, aman dan bergizi tinggi daripada beras yang dibudidayakan secara konvensional karena bebas dari pestisida Beras organik botanik BOTANIk merupakan produk beras organik yang di peroduksi oleh UD Albarokah dengan nama brand BOTANIK, dimana dalam proses produksinya bahan gabah yang digunakan adalah dipasok dari petani yang terhimpun dalam organisasi Gapoktan AL Barokah Desa Lombok Kulon. 2.2.7 Aspek Penyuluhan A. Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) Identifikasi potensi wilayah merupakan suatu proses penggalian data dan informasi mengenai potensi wilayah, terdiri dari data primer dan data sekunder yang dilakukan secara partisipatif. Sedangkan potensi merupakan segala sumberdaya yang dapat dimanfaatkan dalam mencapai suatu tujuan atau mengatasi suatu permasalahan. B. Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Sasaran Penyuluhan Menurut Undang-Undang SP3K No.16 Tahun 2006, penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu mendorong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan non formal bagi petani agar bertani lebih baik (better farming), berusaha tani lebih menguntungkan (better bussiner), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik (better community), serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment).



20



Menurut Mardikanto (2009:23) penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai “Proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan partisipatif yang semakin sejahtera secara berkelanjutan”. Fungsi penyuluhan menurut Undang-Undang SP3K No.16 Tahun 2006 yaitu: a.



Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha;



b.



Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya;



c.



Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha;



d.



Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;



e.



Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha;



f.



Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan



g.



Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan. Tujuan penyuluhan adalah memberdayakan pelaku utama dan pelaku



usaha dalam meningkatkan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang,



21



peningkatan kesadaran dan pendampingan serta fasilitasi (Undang-Undang SP3K No.16 Tahun 2006). Pihak yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara. Sasaran utama penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha. Sedangkan sasaran antara yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan dan kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat. (UU SP3K, 2006). C. Materi Penyuluhan Pertanian Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian. Dalam bahasa teknis penyuluhan, materi penyuluhan seringkali disebut sebagai informasi pertanian (suatu data/bahan yang diperlukan penyuluh, petani-nelayan, dan masyarakat tani). “Materi penyuluhan pada dasarnya adalah segala pesan yang ingin disampaikan oleh penyuluh kepada sasarannya, pesan tersebut merupakan informasi yang disampaikan dalam proses komunikasi pembangunan” Nurfathiyah dan Rendra ( 2020: 59-73). Materi dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumber daya pertanian,



perikanan,



dan



kehutanan.



Materi



penyuluhan



berisi



unsur



pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, ekonomi, manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan (UU SP3K, 2006). D. Media/Alat Peraga Penyuluhan Pertanian Menurut pemaparan dari Leilani, A., Nurmalia, N., & Patekkai, M. (2015: 43-54) “media adalah perantara yang digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan informasi, gagasan, ide, atau pendapat sehingga informasi yang disampaikan sampai kepada sasaran yang dituju”. Media penyuluhan sebagai



22



alat bantu penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan yang dapat membuat sasaran suluh untuk dapat menerima pesan-pesan penyuluhan,dapat berupa media tercetak, terproyeksi, visual ataupun audio-visual dan komputer Leilani, A., Nurmalia, N., & Patekkai, M. (2015: 43-54) Pemilihan media penyuluhan merupakan faktor yang wajib dilakukan karena dapat mempengaruhi asaran merupakan output dari pembelajaran dalam kegiatan



penyuluhan,



Efektivitas



media



yang



ditetapkan



mempengaruhi



keberhasilan informasi pada sasaran. Dalam raefektivitas kegiatan penyuluhan yang



dilaksanakan.



Peningkatan



perilaku



pada



angka



mengefektifkan



penggunaan media penyuluhan diperlukan beberapa hal dalam pemilihan media penyuluhan yakni: karakteristik sasaran, tujuan perubahan, isi pesan, strategi komunikasi, biaya dan karakteristik wilayah Leilani, A., Nurmalia, N., & Patekkai, M. (2015: 43-54). E. Metode Penyuluhan Pertanian Penyuluhan pertanian dapat berjalan secara efektif dan efisien apabila tersedia metode penyuluhan pertanian yang tepat sesuai kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha menurut Peraturan Menteri Pertanian tentang Metode Penyuluhan



Pertanian



(Permentan,



2009).



Pertimbangan



dasar



dalam



menentukan metode penhyuluhan dikelompokkan menjadi 5 yaitu sasaran, tahapan dan kemampuan adopsi, sumberdaya, kondisi daerah dan kebijakan pemerintah



(Peraturan



Menteri



Pertanian



No.52



Tahun



2009).



Metode



penyuluhan adalah cara penyampaian informasi, pesan, atau materi penyuluhan agar



tujuan



penyuluhan



tercapai.



“Metode



penyuluhan



dalam



konteks



penyuluhan harus mempertimbangkannya dengan cermat, yaitu sesuai dengan kondisi dan karakteristik sasaran penyuluhan” Sofiana dkk (2018: 171-176). Disimpulkan bahwa metode penyuluhan adalah cara penyampaian materi



23



penyuluhan oleh penyuluh kepada sasaran agar terjadi perubahan perilaku sesuai tujuan yang diinginkan. Pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu tahapan dan kemampuan adopsi, sasaran, sumber daya, keadaan daerah dan kebijakan pemerintah (Peraturan Menteri Pertanian No. 52 Tahun 2009). Di uraikan sebagai berikut. 1. Tahapan dan Kemampuan Adopsi Adopsi inovasi pada petani maupun sasaran didapat melalui serangkaian pengalaman mental psikologis yang bertahap. Berdasarkan kemampuan adopsi inovasi, pelaku utama dapat dikelompokkan menjadi inovator, penerap dini, penerap awal, penerap akhir, dan penolak. 2. Sasaran Perihal yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan metode penyuluhan dari karakteristik sasaran meliputi tingkat pengetahuan, sikap sasran, keterampilan, sosial budaya yang mencangkup adat kebiasaan, norma- norma yang berlaku dan status kepemimpinan, dan jumlah sasaran yang hendak dicapai pada suatu waktu tertentu. 3. Sumber Daya Penyuluhan Pertimbangan unrtuk menetapkan metode penyuluhan dari aspek sumber daya penyuluhan yaitu materi penyuluhan, kemampuan penyuluh, sarana dan biaya penyuluhan. 4. Keadaan Daerah Dalam menetapkan metode penyuluhan dari aspek kondisi daerah meliputi musim, keadaan usahatani, dan keadaan lapangan. 5. Kebijakan Pemerintah Kebijakan



Pemerintah



atau



penentuan metode penyuluhan.



pemerintah



daerah



berhubungan



dalam



24



F. Sinopsis dan Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) Sinopsis yaitu ringkasan dari suatu materi penyuluhan yang akan disampaikan kepada sasaran penyuluhan. Adapun isi dari sinopsis yaitu : a.



Judul : ditulis menggunakan kalimat singkat dan mudah dipahami



b.



Bagian awal : berisikan tentang latar belakang masalah “mengapa” sasaran perlu mengetahui hal tersebut.



c.



Bagian utama : berisikan ringkasan gambaran isi materi , siapa, apa, kapan, dimana, bagaimana, menerapkan atau melaksanakan isi materi tersebut



d.



Bagian akhir: berisikan tentang ringkasan implikasi (disugestikan) materi tersebut



Lembar persiapan menyuluh (LPM) yaitu lembaran yang memuat hal-hal pokok yang harus dipersiapkan dan dikerjakan pada saat pelaksanaan penyuluhan. Tujuan disusunnya LPM sebagai berikut : a.



Agar memudahkan penyuluh dalam menyampaikan materi



b.



Agar penyuluhan dapat berjalan lancar sesuai skenario waktu yang telah ditentukan



c.



Memudahkan dalam melakukan evaluasi



d.



Memudahkan penyuluh dalam mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada kegiatan penyuluhan



e.



Sebagai salah satu bukti pelaksanaan penyuluhan



G. Evaluasi Penyuluhan Evaluasi adalah kegiatan untuk memperoleh data relevansi, efektivitas, efisiensi, dan dampak pada suatu proyek/program sesuai dengan tujuan yang dicapai secara sistematik dan objektif Nuriyah, (2014: 73). Evaluasi terdiri dari urutan rangkaian kegiatan mengukur dan menilai. Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu



25



pembelajaran Nuriyah, (2014: 76). Disimpulkan bahwa evaluasi penyuluhan merupakan proses untuk mengukur dan menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan atau tingkat keberhasilan suatu program. Tujuan dari kegiatan evaluasi yaitu bermanfaat bagi pihak pembuat keputusan (decision maker) untuk menyediakan informasi dalam menentukan kebijakan yang diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan Ratnawulan dan Rusdiana, (2014: 47). Tahapan dalam evaluasi penyuluhan adalah 1) Menetapkan tujuan evaluasi;2) Menetapkan indikator-indikator yang ingin dicapai; 3) Menetapkan alat ukur pengumpulan data; 4) Menetapkan populas dan sampel; 5) Melakukan pengumpulan data; 6) Kegiatan pelaporan. Aspek yang akan diukur pada kegiatan evaluasi penyuluhan adalah aspek pengetahuan dan sikap yang mana merujuk pada beberapa teori. Menurut toeri Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2010:403) pengetahuan dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori yaitu sebagai berikut : 1. Pengetahuan (knowlegde) Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal mengingat



kembali



(recognition).



peristilahan,



definisi,



Kemampuan fakta-fakta,



untuk



mengenali



gagasan,



pola,



dan



urutan,



metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. 2. Pemahaman (comprehension) Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna dan arti tentang hal yang dipelajari. Adanya kemampuan dalam menguraikan isi pokok bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan. 3. Penerapan (application)



26



Kemampuan



untuk



menerapkan



suatu



kaidah



atau



metode



untuk



menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyata dan baru. Kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur metode, rumus, teori dan sebagainya. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang dihadapi atau aplikasi suattu metode kerja pada pemecahan problem baru. Misalnya menggunakan prinsip. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan 4. Analisis (analysis) Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain. 5. Sintesis (synthesis) Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagianbagian dihubungkan stu sama lain. 6. Evaluasi (evaluation) Kemampuan



untuk



memberikan



penilaian



terhadap



suatu



materi



pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami, membentuk



dilakukan, sesuatu



dianalisis atau



dan



dihasilkan.



beberapa



hal,



Kemampuan bersama



untuk dengan



pertanggungjawaban pendapat berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil karangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menentukan penilaian terhadapa sesuatu. Sedangkan pada aspek sikap merujuk pada Theory of Planned Behavior yang menyatakan bahwa “seseorang dapat bertindak berdasarkan intensi atau niatnya hanya jika ia memiliki kontrol terhadap perilakunya” Ajzen, (2005: 126). Teori ini tidak hanya menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada keyakinan bahwa target tingkah laku berada di bawah kontrol



27



kesadaran individu tersebut atau suatu tingkah laku tidak hanya bergantung pada atensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tersebut Ajzen (2005: 126). Berdasarkan teori ini, terdapat tiga faktor dalam intensi yaitu : 1. Attitude towards the behavior Ajzen (2005: 126) mengemukakan bahwa sikap terhadap perilaku ini ditentukan oleh keyakinan mengenai konsekuensi dari suatu perilaku atau secara singkat disebut keyakinan-keyakinan perilaku (behavioral beliefs). Keyakinan berkaitan dengan penilaian subjektif individu terhadap dunia sekitarnya, pemahaman individu mengenai diri dan lingkungannya, dilakukan dengan cara menghubungkan antara perilaku tertentu dengan berbagai manfaat atau kerugian yang mungkin diperoleh apabila individu melakukan atau tidak melakukannya. Keyakinan ini dapat memperkuat sikap terhadap perilaku itu apabila berdasarkan evaluasi yang dilakukan individu, diperoleh data bahwa perilaku itu dapat memberikan keuntungan baginya. 2. Subjective Norm, Norma subjektif adalah persepsi individu terhadap harapan dari orangorang yang berpengaruh dalam kehidupannya (significant others) mengenai dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tertentu. Persepsi ini sifatnya subjektif sehingga dimensi ini disebut norma subjektif. Sebagaimana sikap terhadap perilaku, norma subjektif juga dipengaruhi oleh keyakinan. Bedanya adalah apabila sikap terhadap perilaku merupakan fungsi dari keyakinan individu terhadap perilaku yang akan dilakukan (behavioral belief) maka norma subjektif adalah fungsi dari keyakinan individu yang diperoleh atas pandangan orang-orang lain terhadap objek sikap yang berhubungan dengan individu (normative belief).



28



3. Perceived behavioral control, Persepsi kontrol perilaku atau dapat disebut dengan kontrol perilaku adalah persepsi individu mengenai mudah atau sulitnya mewujudkan suatu perilaku tertentu, Ajzen (2005: 126). Untuk menjelaskan mengenai persepsi kontrol perilaku ini, Ajzen membedakannya dengan locus of control atau pusat kendali yang dikemukakan oleh Rotter (1990: 89–493). Pusat kendali berkaitan dengan keyakinan individu yang relatif stabil dalam segala situasi. Persepsi kontrol perilaku dapat berubah tergantung situasi dan jenis perilaku yang akan dilakukan. Pusat kendali berkaitan dengan keyakinan individu tentang keberhasilannya melakukan segala sesuatu, apakah tergantung pada usahanya sendiri atau faktor lain di luar dirinya, Rotter (1975: 56–67). Jika keyakinan ini berkaitan dengan pencapaian yang spesifik, misalnya keyakinan dapat menguasai keterampilan menggunakan komputer dengan baik isebut kontrol perilaku (perceived behavioral control).



29



2.3 Kerangka Pikir



30



Gambar 1 Kerangka pikir kajian



31



BAB III METODELOGI 3.1 lokasi dan Waktu Pelaksanaan 3.1.1 Lokasi Kegiatan kajian dilaksanakan di UD. Albarokah Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso Jawa Timur. Dimana sebelum melakukan penentuan lokasi dilakuakan survey lokasi. Pemilihan UD. Albarokah sebagai lokasi kajian karena dilokasi tersebut merupakan satu-satunya unit yang memproduksi beras organik di Kabupaten Bondowoso yang mana produknya sudah dipasarkan secara baik. Pemasaran beras organik telah diditribusikan hingga diluar Jawa Timur seperti Jakarta, Bali, Papua dan berbagai daerah lainya. Keunggulan beras organik BOTANIK ini adalah varaian beras lengkap seperti (beras putih aromatik, beras putih nonaromatik, beras merah, beras coklat, beras hitam ), kemasan yang praktis dan kualitasnya yang sudah sangat bagus dengan adanya berbagai sertifikasi yang telah dimiliki oleh produk tersebut. 3.1.2 Waktu Kegiatan kajian dilaksanakan bulan Februari sampai bulan April



2022,



dimana untuk kegiatanya bisa dilihat pada tabel timline kegiatan yang terlampir pada lampiran 1. 3.2 Metode Kajian 3.2.1 Jenis Kajian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif yang biasanya menggunakan angka (kuantitatif) kemudian data yang dihasilkan disajikan dalam bentuk narasi.



32



Menurut Nasir (2002 : 61)  metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Ciri-ciri deskriptif bukan hanya menggambarkan mengenai situasi atau kejadian, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji, hipotesa-hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan arti dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Rukajat (2018:1). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan fenomena yang terjadi secara nyata, realistik, aktual, nyata dan pada saat ini, karena penelitian ini untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Rukajat, 2018:1) 3.2.2 Skala Pengukuran Skala yang digunakan sebagai pengukur kajian adalah skala “linkert yaitu digunakan untuk mengukur sikap pendapat, dan presepsi sasaran mengenai fenomena sosial” Junaidi (2015: 1-5). Skala Likert dapat digunakan untuk mengukur tingkat keputusan pembelian konsumen terhadap produk beras organik BOTANIK yang dituangkan dalam kuesioner. 3.2.3 Populasi dan Sampel Populasi ialah “daerah generalisasi yang terdiri atas obyek ataupun subjek yang memiliki mutu serta ciri tertentu yang ditetapkan oleh periset untuk dipelajari kemudian disimpulkan” Nurlaila (2011: 1-22). Populasi yang dijadikan sasaran kajian yaitu para konsumen beras organik telah membeli produk. Jumlah populasi sebanyak 145 konsumen.



33



Jumlah sampel yang ditetapkan dengan teknik simple random sampling “yakni pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan pengacakan dan tidak melihat tingkatan yang terdapat dalam populasi tersebut” Nurlaila (2011: 1-22).



Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus slovin yang



menggunakan tingkat ketidakakurasian sebesar 10% sebagai berikut.



n= Keterangan:



N 1 + (N x e2)



n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Ketidakakurasian (error tolerance) Perhitungan responden sebagai berikut:



n= Hasil



dari



145 1 + (145 x 0,12) 145



penghitungan



2,45



responden 59,183 dan dibulatkan



59,183



sampel.



n=



jumlah menjadi 60



n=



sampel



didapatkan



3.2.4 Jenis Sumber Data Kajian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang secara langsung dari informan di lokasi kajian atau objek kajian. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum kajian dilakukan. a. Data Primer Pengumpulan data primer yang digunakan adalah metode survey melalui pengisian kuisioner tertutup dengan wawancara. Dalam kajian ini teknik pengumpulan data primer melalui beberapa cara yaitu melalui metode anjangsana yang mana pada setiap pelanggan atau konsumen akan dilakukan wawancara, yang didukung dengan dokumentasi. Dokumentasi digunakan sebagai alat perekam kegiatan selama menjalankan kajian. Dokumentasi



34



terwujud



dalam



bentuk



data pengisian



kuisioner



dan



gambar.



Teknik



dokumentasi digunakan untuk mendukung hasil wawancara dan observasi. Berikut akan dijelaskan teknik wawancara dan observasi untuk mendapatkan sumber data primer. 



Wawancara Wawancara merupakan satu dari sekian teknik pengumpulan data yang



pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Wawancara pada kajian ini dilakukan secara semi terstruktur dengan bentuk pertanyaan terbuka melalui tatap muka langsung dengan responden. 



Angket atau Kuesioner Kuesioner kajian terdiri dari beberapa jenis yaitu kuesioner tertutup,



kuesioner terbuka dan campuran. Dalam kajian ini jenis kuesioner yang akan digunakan adalah kuesioner tertutup. Penggunaan kuisioner tertutup diharapkan dapat memudahkan dalam mengolah data, tidak memerlukan waktu yang panjang untuk mengisinya dan memudahkan responden dalam menjawab karena telah disediakan pilihan jawaban. b. Data sekunder Data sekunder adalah sumber data pendukung dan pelengkap data kajian. Sumber data data ini didapat dari buku-buku, jurnal dan bahan-bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan masalah kajian. 3.2.5 Variabel Kajian Sugiyono (2013: 38) variabel kajian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam kajian ini menggunakan variabel dalam tabel berikut : Tabel 2 Variabel kajian



35



Sub Variabel



Indikator



(Variabel X1): Karakteristik Konsumen 1. Usia



Jumlah tahun umur petani lahir sampai saat dilakukan kajian.



2. Pendidikan Formal



Jumlah tahun pendidikan formal petani saat dilakukan kajian.



3. Pekerjaan



Jenis pekerjaan sampai saat dilakukan kajian.



4. Pendapatan



Jumlah pendapatan konsumen saat dilakukan kajian. 5. Kelas Sosial Strata atau jenis kelas sosial saat dilakukan kajian (Variabel X2): Campaign 1. Healty food



Kampanye makanan sehat dengan konsumsi beras sehat



2. Healty life style



Penggunaan makanan sehat sebagai pangan bagi konsumen yang melaksanakan program hidup sehat (Variabel X3): Marketing mix 7P



1. Produc



Bagaimana BOTANIK



2. Price



Asumsi konsumen menegenai harga produk.



3. Place



Saluran distribusi produk yang sesuai dengan konsumen.



4. Promotion



Media promosi yang paling tepat diakses konsumen Kualitas pelayanan dan SDM dalam menjamian kepuasan konsumen Standar oprasional yang dijalankan untuk menjaga kualitas produk



5. People 6. Proces



kualitas



produk



beras



organik



7. Packaging



Kemenarikan dan kepraktisan pengemasan produk bagi konsumen (Variabel X4): Sertifikasi Organik 1. Mutu beras Jaminan mutu produk dengan adanya sertifikasi organik organik 2. Kesesuain



Kesesuain beras organik dengan setifikasi organik yang telah didapat



adanya



(Variabel Y): Keputusan Pembelian 1. pengenalan mengenali adanya masalah atau kebutuhan akan kebutuhan produk beras sehat. 2. Pencarian Minat terhadap produk beras organik



36



informasi 3. Evaluasi alternatif 4. Keputusan pembelian



BOTANIK Menilai baik/buruk terhadap organik BOTANIK Menggunakan atau membeli organik BOTANIK



5. Prilaku setelah pembelain



Menggunakan dan terus membeli produk beras organik BOTANIIK secara bertahap dan terus menerus.



produk



beras



produk



beras



3.2.6 Instrumen Jenis instrumen yang digunakan dalam kajian ini adalah kuesioner. “Kuesioner adalah instrumen kajian yang disajikan dalam bentuk pertanyaan telah tervalidasi dan telah diuji reliabelitasnya serta mampu menjawab tujuan dari kajian yang dilakukan” Gunawan (2014: 98). Instrumen dibuat dengan awalan menyusun kisi- kisi instrumen kajian, kemudian dibuat kuesioner. Kisi-kisi dan kuisioner pada kajian ini dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 3. 3.2.7 Skala Pengukuran Instrumen Skala pengukuran yang digunakan dalam kajian ini menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert maka variabel-variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak dalam menyusun item-item baik berupa pernyataan atau pernyataan. Jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif - sangat negatit Instrumen yang digunakan dalam menjaring data interval berupa kuesioner dalam bentuk peryataan. 3.2.8 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen Setelah instrumen dibuat, selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hal ini dimaksudkan agar instrumen yang dibuat sebagai alat pengumpul data dapat dipercaya. Uji instrumen yang dilakukan dalam kajian adalah : 



Uji Validitas



37



Menurut Arikunto (2008:97), “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan”. Pengujian validitas instrument kuesioner pada kajian ini menggunakan alat bantu software SPSS. Kriteria uji validitas yang digunakan adalah apabila "r" hitung > "r tabel" maka instrumen pertanyaan dinyatakan "valid", Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). 



Uji Reliabilitas



Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Uji reliabilitas yang digunakan dalam kajian yatu menggunakan metode Cronbach Alpha dan pengujian dilakukan dengan bantuan software SPSS. Apabila hasil Cronbach Alpha kurang dari satu maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel dan sebaliknya apabila hasil lebih dari satu maka dikatakan tidak reliabel. 3.2.9 Analisis Data Analisis data pada penelitan ini menggunakan analisis faktor eksploratori. Melalui analisis faktor dapat diketahui faktor yang unggul atau yang dominan dari beberapa variabel yang akan dipilih. Analisis faktor juga dapat membedakan variabel prioritas yang diurut berdasarkan hasil analisis tersebut. (Enas, 2011). Persyaratan dalam analisis faktor eksploratori, yaitu data berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas data dengan program SPSS menggunakan Kolmogorov Smirnov Test. Syarat normalitas data yaitu nilai signifikansinya >0,05. Ada beberapa asumsi yang harus terpenuhi dalam analisis faktor, yaitu sebagai berikut:



38



1. Korelasi atau keterkaitan antar variabel harus kuat. Hal ini dapat diketahui dari nilai determinannya yang mendekati nol. Nilai determinan dari matriks korelasi yang elemen-elemennya mempunyai matriks identitas akan memiliki nilai determinan sebesar satu. 2. Indeks perbandingan jarak antara koefisien dengan koefisien korelasi parsialnya secara keseluruhan harus kecil. Hal ini dapat diidentifikasi dengan nilai



Kaiser-Meyer-Olkin



(KMO).



KMO



adalah



salah



satu



indeks



perbandingan jarak antara koefisien dengan koefisien korelasi parsialnya secara keseluruhan. Nilai KMO harus ≥ 0,5 agar analisis faktor dapat dilakukan. Selain dengan KMO juga digunakan Measure of Sampling Adequacy (MSA). Syarat analisis faktor dapat dilakukan adalah memiliki nilai MSA ≥ 0,5. Jika ada variabel yang memiliki nilai MSA < 0,5 maka variabel tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu. Kajian



ini



menggunakan



skala



likert



agar



data



kualitatif



dapat



dikuantitatifkan, skala ini dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban dari variabel instrumen yang menggunakan skala likert terdiri dari lima tingkat, yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis faktor dengan software SPSS adalah sebagai berikut: 1. Uji kelayakan data dengan melihat nilai indeks Kaiser Meyer-Olkin (KMO), agar dapat dilihat kelayakan data tersebut untuk kajian. 2. Melihat jumlah faktor yang terbentuk pada tabel total variance explained. 3. Melihat faktor-faktor apa saja yang masuk ke dalam suatu faktor pada tabel rotated component matrix berdasarkan factor loading terbesar. 3.3 Metode Perancangan Penyuluhan



39



3.3.1 Tujuan dan Sasaran Penyuluhan Tujuan perancangan adalah membuat rancangan materi, media, dan metode penyuluhan tentang hasil dari kajian. sasaran utama dalam kegiatan penyuluhan yaitu para petani yang menjadi pekerja di UD ALBAROKAH Desa Lombok Kulon Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso. 3.3.2 Menentukan Materi Penyuluhan Materi penyuluhan yang akan digunakan yaitu “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk Beras Organik BOTANIK di Kabupaten Bondowoso” sesuai dengan kebutuhan sasaran untuk mengatasi permasalahan dalam mencari tau



penyebab keptusan pembelian konsumen



sehingga nantinya dapat dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan penjualan selanjutnya. Materi yang akan disampaikan dituangkan kedalam sinopsis atau ringkasan sebagai acuan dalam pelaksanaan penyuluhan. Selanjutnya setelah membuat sinopsis yaitu menyusun Lembar Persiapan Menyuluh (LPM). Lembar Persiapan Menyuluh merupakan lembar yang berisikan tentang sistematika pelaksanaan menyuluhan yaitu tempat, waktu, durasi dan sebagainya. 3.3.3 Menetapkan Media Penyuluhan Media penyuluhan yang akan digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan yaitu power point (slide) atau leaflet. Pemilihan media penyuluhan tersebut karena indra penerima paling banyak berkontribusi dalam penyerapan materi yaitu melalui indra pengliahatan, sehingga menjadi pertimbangan utama dalam memilih media dalam melakukan penyuluhan. 3.3.4 Menetapkan Metode Penyuluhan Berdasarkan



hasil



perumusan dengan memperhatikan karakteristik



sasaran, tujuan penyuluhan, materi penyuluhan, media yang digunakan, pendekatan dan tingkat adopsi. Maka ditetapkan metode pendekatan kelompok



40



sebagai metode dalam penyuluhan dan teknik penyuluhan yang digunakan adalah diskusi kelompok merupakan cara yang sangat umum digunakan dan sasaran dapat bertatap langsung dan berdiskusi dengan pelaksana penyuluhan (penyaji) untuk lebih mendalami mengenai materi yang disampaikan sehingga lebih efektif dan efisien. 3.4 Metode Implementasi 3.4.1 Pelaksanaan Penyuluhan Dalam pelaksanaan penyuluhan beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu kordinasi dengan pihak terkait. Sebelumnya akan melakukan kordinasi dengan pihak UD ALBAROKAH, apabila sasaran setuju untuk dilakukan penyuluhan maka dilanjutkan dengan membuat jadwal pertemuan yang nantinya diikuti oleh sasaran untuk mengikuti penyuluhan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab, selanjutnya diakhiri dengan pangisian kuesioner. Dalam proses pelaksanaannya penyuluhan berpedoman pada petunjuk yang telah yang disiapkan sebelumnya. 3.5 Metode Evaluasi 3.5.1 Tujuan Evaluasi Tujuan evaluasi penyuluhan yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap sasaran dari perancangan penyuluhan mengenai faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian beras organik BOTANIK yang telah diuji dilapang dan diketahui apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian.



41



3.5.2 Metode Evaluasi Metode evaluasi yang digunakan yaitu metode kuantitatif, dengan menggunakan survei yaitu peneliti menanyakan ke sasaran terkait pengetahuan dan sikap petani melalui kuesioner yang diberikan dan lembar observasi dengan ceklis. 3.5.3 Skala Instrumen Evaluasi Skala pengukur pada aspek pengetahuan adalah menggunakan skala guttman yaitu dengan memberikan jawaban yang tegas sehingga petani dapat menjawab pernyataan dengan memilih jawaban “Benar” atau “Salah”, dengan skor 1 apabila “Benar” dan skor 0 apabila jawaban “Salah”. penjaringan menggunakan skala Guttman kemudian di intervalkan menjadi 3 (tiga) kategori diantaranya kategori “Baik”, “Cukup” dan “Kurang” Astuti (2008: 27-29). Skala pengukur pada aspek sikap yaitu menggunakan skala likert. Skala likert digunakan guna mengukur persepsi atau pendapat sasaran, aspek sikap diukur dengan pemberian nilai pada setiap pilihan jawaban. Untuk pernyataan Sangat Setuju (SS) bernilai 5, Setuju (S) bernilai 4, Kurang Setuju (KS) bernilai 3, Tidak Setuju (TS) bernilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1. Siregar, (2013: 17-24). 3.5.4 Sasaran Evaluasi Sasaran yang digunakan pada evaluasi tentang hasil dari kajian faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan pembelian beras organik BOTANIK yang telah diuji lapang dan diketahui apa saja yang manjadi faktor untuk mempengaruhi keputusan pembelian beras organik BOTANIK. Yaitu petani yang menjadi pekerja di unit produksi beras organik BOTANIK di UD Albarokah. 3.5.5 Instrumen Evaluasi Instrumen yang digunakan pada evaluasi yaitu berupa kuesioner yang sudah divalidasi dan reliabel mengenai pengetahuan dan sikap. Pengujian



42



validitas dan reliabilitas kuesioner evaluasi dilakukan bersama dengan kuesioner kajian tahapan keputusan pembelian. 3.5.6 Analisis Data Evaluasi Analisis data yang digunakan yakni evaluasi pengetahuan dan sikapyang mengacu pada teori Bloom dalam aspek pengetahuan dan pada aspek sikap mengacu pada teori Ajzen. Penghitungan



data



dengan



garis



kontinum



menggunakan



analisa



penghitungan rerata jawaban berdasarkan skoring. “Skoring merupakan teknik analisis untuk memberikan nilai pada masing-masing karakteristik parameter agar dapat dihitung nilainya serta dapat ditentukan urutannya“Gunawan (2014: 98). 3.5.7 Definisi Oprasional Definisi operasional merupakan penjabaran interpretasi dari variabel yang sudah ditentukan oleh peneliti. Dalam implementasinya definisi operasional dari satu peneliti dengan peneliti lain bisa sangat berbeda. Berikut ini adalah definisi oprasional yang digunakan peneliti dalam penelitian ini dalam bentuk tabel: Tabel 3 Definisi Oprasional Variabel Definsi Parameter Operasional Karakteristik Konsumen (X1) Usia Usia responden Usia responden yang dihitung sejak menunjukan lahir sampai indikator dengan perkembangan pelaksanaan individu penelitian Pendidikan Jenjang SD,SMP, pendidikan SMA,D3, terakhir yang D4/S1, pernah ditempuh S2,S3 oleh responden Pekerjaan Jenis pekerjaan Pelajar/ saat dilakukan Mahasiswa, kajian karyawan swasata, PNS, No.



Variabel



Pengukuran Menggunakan skala rasio



Skala ordinal



Skala ordinal



43



Pendapatan



Kelas Sosial



Campaign Healty food



Healty Life Style



Marketing mix 7P (X3) Produc Price



Place



Promotion People Proces



Pengusaha, TNI/POLRI Pendapatan Jumlah Skala rasio perbulan pendapatan respoden perbulan terhitung saat respoden pelaksanaan terhitung saat kajian pelaksanaan penelitian Strata sosial Jenis kategori Skala ordinal responden kelas sosial terhitung saat responden yaitu pelaksanaan bawah,menengah kajian dan atas Ajakan atau doktrin mengkonsumsi makanan sehat Ajakan atau doktrin untuk menerapkan kehidupan sehat dengan konsumsi pangan yang aman



Kampanye makanan sehat dengan konsumsi beras sehat Konsumsi makanan sehat sebagai pangan bagi konsumen yang melaksanakan gaya hidup sehat



Skala linkert



Kualitas produk beras yang dipasarkan Pendapat mengenai harga yang harus ditebus Saluran distribusi produk yang paling efektif dan efisien Media promosi yang paling sering diakses Pelayanan yang diberikan oleh produsen Alur produksi yang sesuai engan standar yang telah ditetapkan



Kualitas beras organik



Skala linkert



Skala linkert



Asumsi mengenai Skala linkert harga beras organik Saluran distribusi beras organik



Skala linkert



Media promosi paling tepat



Skala linkert



Kualitas pelayanan



Skala linkert



SOP yang diterapkan



Skala linkert



44



Packaging



Sertifikasi Organik (X4) Mutu beras organik



Kesesuain



Pengemasan Kemenarikan dan produk yang kepraktisan diterpkan diukur pengemasan dengan kemenarikan dan keperaktisanya



Skala linkert



Kualitas beras yang sudah tersertifikasi organik yang memberikan jaminan kualitas produk Kesesuain dengan keadaan nyata pada kualitas produk dengan adanya sertifikasi oganik



Jaminan mutu produk dengan adanya sertifikasi organik



Skala linkert



Kesesuain beras organik dengan adanya setifikasi organik yang telah didapat



Skala linkert



Keputusan Pembelian (Y) Kesadaran mengenali pengenalan tentang addanya adanya masalah kebutuhan kebutuhan atau kebutuhan akan produk beras sehat. Ketertarikan Minat terhadap Pencarian mengenai produk beras informasi adanya sebuah organik BOTANIK jawaban akan kebutuhan Menilai Evaluasi alternatif Tahapan peneliaan baik/buruk mengenai terhadap produk beberapa pilihan beras organik alternatifnya BOTANIK Mencoba untuk Menggunakan Keputusan mengkonsumsi atau membeli pembelian sebagai tahapan produk beras penilain lanjutan organik BOTANIK Menerima untuk Menggunakan Prilaku setelah menjadi pilihan dan terus pembelain konsumsi secara membeli produk bertahap beras organik BOTANIIK secara bertahap dan terus menerus.



Skala linkert



Skala linkert



Skala linkert



Skala linkert



Skala linkert



45



DAFTAR PUSTAKA Abadi, F., & Herwin, H. (2019). Pengaruh Harga, Kualitas Produk Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Beras Organik Di Jakarta. Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, 4(1), 1-8. Arikunto, Suharsimi. 2008, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta hal 97 Assauri, Sofjan, 2011. Manajemen Pemasaran. Cetakan ke-11. Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Assauri,Sofian. 2015. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Pers Babin, Zikmund. 2011. Menjelajahi Riset Pemasaran. Edisi Kesepuluh. Penerbit Salemba empat. Jakarta Basu Swastha,. 2000. Manajemen Pemasaran, BPFE, Yogjakarta Cahyorini, A., & Rusfian, E. Z. (2012). The effect of packaging design on impulsive buying. BISNIS & BIROKRASI: Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 18(1). 11-20 Cahyorini, A., Rusfian, E.Z. 2011. The effect of packaging design on impulse buying. Journal of Administrative Science and Organization, 1(18), 1121. DOI:10.20476/JBB.V18I1.970. Gunawan, D. W., Hartati, S. J., & Maulana, Y. M. (2014). Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kredit Menggunakan Metode Skoring Pada Bintang Jaya Variasi Audio. Jurnal Sistem informasi dan Komputer Akuntansi, 3(2), 97-103. Hanifah, S. M. (2020) Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Beras Organik Di Kota Surakarta. Agrista, 8(3). Ikasari, D. M., Deoranto, P., Silalahi, R. L. R., & Citraresmi, A. D. P. (2016). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian beras organik. Jurnal Teknologi Pertanian, 17(1), 69-78.



Junaidi. 2015. Memahami Skala-Skala Pengukuran. Res. Gate.(May):1–5. Kotler dan Keller. 2014. Buku Prinsip Prinsip Pemasaran. Edisi Ke 13. Jakarta: rlangga. Kotler dan Amstrong. 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Jakarta: PT. Indeks. Kotler, P., & Amstrong, G. (2016). Prinsip-prinsip Pemasaran. Edii13. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Kotler, P., & Kevin, K. L. (2016). Marketing Management 16 edition. New Jersey: Pearson.



46



Kotler, P., Armstrong, G., Ang, S. H., Leong, S. M., Tan, C. T., & Ho-Ming, O. (2012). Principles of marketing: an Asian perspective. Pearson/Prentice-Hall. Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2013. Manajemen Pemasaran. Edisi 13. Jilid 1 dan 2. Jakarta : Erlangga Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2008. Manajemen Pemasaran, Jilid1, Penerbit Erlangga. Jakarta. Kukanja, M., Omerzel, D. ., & Kodrič, B. (2016). Ensuring restaurant quality and guests’ loyalty: an integrative model based on marketing (7P) approach,. Total Quality Management & Business Excellence, 1–17. Kushwaha, G. S., & Agrawal, S. R. (2015). An Indian customer surrounding 7P‫ ׳‬s of service marketing. Journal of Retailing and consumer services, 22, 85-95. Leilani, A., Nurmalia, N., & Patekkai, M. (2015). Efektivitas Penggunaan Media Penyuluhan (Kasus pada Kelompok Ranca Kembang Desa Luhur Jaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak Provinsi Banten). Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan, 9(1), 43-54. Machfoedz, 2005. Pengantar Pemasaran Modern. Cetakan Pertama. Penerbit Unit Penerbit & Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta Mangkunegara, P.A. 2015. Sumbe Daya Manusia Perusahaan. Edisi 12. RemajaRosdakarya. Bandung Mardikanto, T., 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Jakarta: UNS Press Marditasari, M., Subagja, H., & Kasutjianingati, K. (2019). Analysis Of Price Factors And Product Quality On Purchase Decisions Through Consumer Satisfaction Of Minrose Products In Teaching Factory Processing Division Of Tegalampel 1 State Vocational School Of Bondowoso Vocational School. Jurnal Pertanian, 10(1), 23-31. Notoatmojo, S., 2012. Metodologi Kajian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nurfathiyah P, Rendra. 2020. Efektivitas Media Dan Materi Penyuluhan Dalam Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo Di Kecamatan Sakernan Kabupaten Muaro Jambi. 4:59–73. Nurlaila, S. (2011). Pelatihan Efikasi Diri untuk Menurunkan Kecemasan pada Siswa-Siswi yang akan Menghadapi Ujian Akhir Nasional. Guidena , 1 (1), 1-22. Peraturan Menteri Pertanian No 52 Tahun 2009 Tentang Metode Penyuluhan Pertanian Rangkuti, Freddy, 1997. Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta hal 166



47



Sarumaha, F. S. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Beras Organik (Kasus: Konsumen Pasar Modern di Kota Medan).



Sarwono, Jonathan 2007, Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis Dengan SPSS, CV. Andi, Yogyakarta. 15-17 Schiffman, Leon, & Kanuk, Leslie Lazar. 2008. Consumer Behaviour 7th Edition (Perilaku Konsumen). Jakarta: PT. Indeks. Setiawan, A., Zakaria, W. A., & Indriani, Y. (2016). Perilaku konsumen dalam pembelian beras organik produksi Kabupaten Pringsewu. Jurnal Ilmu Ilmu Agribisnis: Journal of Agribusiness Science, 4(2). Setiawati, F. A., Mardapi, D., & Azwar, S. (2013). Penskalaan teori klasik instrumen multiple intelligences tipe Thurstone dan Likert. Jurnal Kajian dan Evaluasi Pendidikan, 17(2), 259-274. Siregar, E. Y. (2013). Penerapan cognitive behavior therapy (cbt) terhadap pengurangan durasi bermain games pada individu yang mengalami games addiction. Jurnal Psikologi, 9(1), 17-24. Sofiana, L., Puratmadja, Y., Sari, B. S. K., Pangulu, A. H. R., & Putri, I. H. (2018). Pengetahuan Tentang Hipertensi Melalui Metode Penyuluhan. Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 171-176. Sriyanto, S. (2010). Panen duit dari bisnis padi organik. AgroMedia. Sugino, T., & Mayrowani, H. (2010). Perspective of organic vegetable production in Indonesia under the regional economic integration-case study in West Java. JIRCAS Working Report, (69), 57-65. Sugiyono. (2013) Metode Kajian Kuantitatif, Kualitatif Dan R &.D. Bandung Alfabeta Sumarwan, Ujang. (2004). Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Bogor : Ghalia Indonesia. Sunaryo. ( 2013) . Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Tjiptono, Fandy, 2008. Strategi Pemasaran. Edisi Ketiga. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Tjiptono. 2016. Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, Harga Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Iphone Di Kota Banda Aceh. Universitas Muhammadiyah Aceh Undang-undang SP3K no. 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Wawan, A. dan M. Dewi, 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika



48



Yarimoglu, E. K. (2014). A Review on Dimensions of Service Quality Models. Journal of Marketing Management, 2(2), 79– 93.



49



LAMPIRAN Lampiran 1 Timline kegiatan kajian



No .



Februari Judul Kegiatan



Minggu ke 4



1



Jurnal Harian



2



Perijinan



pelaksanan



kajian 3



Pengenalan konsumen



4



Pengisian data dengan kuisioner



pada



pelanggan



beras



organik 5



Pengolahan data hasil



6



Bimbingan hasil kajian



7



Penyusunan laporan hasil



8



Bulan



Seminar hasil



Maret



April



Minggu ke -



Minggu ke -



1



2



3



4



1



2



3



4



50



53



Lampiran 2 Kisi-Kisi Kuisioner Kajian



Skala Pengukur an



Nomor Item



Skala Interval



c



Skala Interval



d



Jenis pekerjaan sampai saat dilakukan kajian. Jumlah pendapatan konsumen saat dilakukan kajian. Strata atau jenis kelas sosial saat dilakukan kajian



Skala Interval



e



Skala Rasio



f



Skala Interval



g



Kampanye makanan sehat dengan konsumsi beras sehat



Skala Likert



1,3,5,7,9



Konsumsi makanan sehat sebagai pangan bagi konsumen yang melaksanakan gaya hidup sehat



Skala Likert



2,4,6,8,10



Bagaimana kualitas produk beras organik BOTANIK Asumsi konsumen menegenai harga produk. Saluran distribusi produk yang sesuai dengan konsumen.



Skala Likert



11,12,13, 14,15 16,17,18, 19,20 21,22,23, 24,25



Media promosi yang paling tepat diakses konsumen Kualitas pelayanan dan SDM dalam menjamian kepuasan konsumen



Skala Likert



6. Proces



Standar oprasional yang dijalankan untuk menjaga kualitas produk



Skala Likert



36,37,38, 39,40



7. Packaging



Kemenarikan dan kepraktisan pengemasan produk bagi konsumen



Skala Likert



41,42,43, 44,45



Jaminan mutu produk dengan



Skala



46,47,48,



Sub Variabel



Indikator



A. (X1): Karakteristik Konsumen 1. Usia Jumlah tahun umur petani lahir sampai saat dilakukan kajian. 2. Pendidikan Formal Jumlah tahun pendidikan formal petani saat dilakukan kajian. 3. Pekerjaan 4. Pendapatan 5. Kelas Sosial B. (X2): Campaign 1. Healty Food 2. Healty Life Style



C. (X3): Marketing mix 7P 1. produc 2. Price 3. Place



4. Promotion 5. People



Skala Likert Skala Likert



Skala Likert



26,27,28, 29,30 31,32,33, 34,35



D. (X4): Sertifikasi Organik 3. Mutu beras organik



54



adanya sertifikasi organik 4. Kesesuain



Kesesuain beras organik dengan adanya setifikasi organik yang telah didapat



Likert Skala Likert



49,50 51,52,53, 54,55



E. (Y) Keputusan Pembelian 1. pengenalan kebutuhan



mengenali adanya masalah atau kebutuhan akan produk beras sehat.



2. Pencarian informasi



Minat terhadap produk beras organik BOTANIK



3. Evaluasi alternatif



Menilai baik/buruk terhadap produk beras organik BOTANIK



4. Keputusan pembelian



Menggunakan atau membeli produk beras organik BOTANIK



5. Prilaku setelah pembelain



Menggunakan dan terus membeli produk beras organik BOTANIIK secara bertahap dan terus menerus.



Skala Likert Skala Likert Skala Likert Skala Likert Skala Likert



56,57,58, 59,60 61,62,63, 64,65 66,67,68, 69,70 71,72,73, 74,75 76,77,78, 79,80,81



55



Lampiran 3Kuisioner Pada Kegiatan Kajian Tugas Akhir KUESIONER KAJIAN I. BIODATA a. Nama



: ………………………………………………...



b. Jenis Kelamin



: L / P *)



c. Usia



:



17 – 25 tahun 26 – 35 tahun 36 – 45 tahun



56 – 65 tahun 65 – ke atas



46 – 55 tahun SD/Sederajad SMP/Sederajad SMA/Sederajad D3



S1/D4 S2 S3



d. Pendidikan Terakhir :



e. Pekerjaan



:



Pelajar/ Mahasiswa karyawan swasata PNS Pengusaha TNI/POLRI ...............



f. Pendapatan



:



Rp. 500,000-2,000,000 Rp. 3,000,000-4,000,000 Rp. 5,000,000 > Rp. 5,000,000



g. Kelas Sosial



:



Bawah Menengah Atas



II. PETUNJUK PENGISIAN Mohon memberi tanda cek list (√) pada kolom jawaban dari masing-masing pernyataan di bawah ini dengan kriteria jawaban sebagai berikut: STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju



56



KS = kurang Setuju S = Setuju SS = Sangat Setuju Jawaban No



Pernyataan



Campaign : Healty Food 1. Dengan mengkonsumsi beras organik saya dapat merasakan manfaat makanan sehat 2. Beras organik dapat dijadikan pilihan sebagai pangan untuk yang memilih makanan sehat 3. Beras organik ini sesuai dengan kampanye makanan sehat karna budidaya padi dilakukan dengan sistem pertanian organik 4. Beras organik dapat menjadi rekomendasi bago orang yang mengkonsumsi makanan sehat 5. Kampanye makanan sehat dengan konsumsi beras organik sangat sesuai dengan tujuan makanan sehat Campaign : Healty Life Style 6



7



8



9



10



Kampanye gaya hidup sehat bisa dilakukan dengan konsumsi beras organik Gaya hidup sehat memberikan manfaat yang baik apabila nasi yang digunkan adalah dari beras organik yang terjamin keamanan dan kesehatanya Beras organik mampu memenuhi kebutuhan untuk yang melakukan gaya hidup sehat semacam diet dan sebagainya Beras organik bebas dari bahan-bahan kimia sehingga menjadi pilihan yang tepat untuk gaya hidup sehat sebagai bahan konsumsi Beras organik memiliki manfaat yang lebih baik dari bahan pangan yang lain



STS



TS



KS



S



SS



57



Marketing mix 7P : Produc 11



Beras yang saya beli memiliki kualitas dalam penyimpanan yang lama 12 Manfaat yang ditawarkan beras organik BOTANIK sesuai dengan kebutuhan saya 13. Beras yang saya beli kualitasnya sangat baik 14. Beras organik yang saya beli sesuai dengan kualitas yang saya harapkan 15. Beras organik yang saya beli bebas hama atau mikroorganisme Marketing mix 7P : Price 16



Harga yang saat ini diberlakukan sudah sesuai 17 Harga untuk mendapatkan produk beras organik sangat terjangkau 18 Dengan harga yang ditetapkan saat ini sangat sesuai untuk bisa dijangkau semua kalangan 19 Harga beberapa varian beras oragnik sudah sesuai dan tidak berlebihan 20 Beras organik yang saya beli sesuai dengan harga yang saya inginkan Marketing mix 7P : Place 21 Pengiriman produk sangat efisien melalui jasa pengiriman barang 22



Pembelian produk lebih baik secara langsung di UD ALBAROKAH 23 Pembelian lebih baik malalui pihak ketiga atau perantara 24 Pembelian secara langsug dapat menghemat biaya 25 Pembelian melalui pihak ketiga atau perantara lebih efsien dilihat dari jarak yang jauh dari lokasi produksi beras organik Marketing mix 7P : Promotion 26



27



Informasi yang saya dapatkan mengenai produk beras ini melalui sosial media, website, majalah, koran, televisi dan marketplace Informasi yang saya dapatkan



58



28



29



30



mengenai produk beras ini melalui informasi teman perlombaan dan pameran Promosi yang intensif dapat memberikan informasi dan minat membeli yang baik untuk konsumen Promosi lebih digencarkan dengan sosial media, website, majalah, koran, televisi dan marketplace Promosi lebih baik dilakukan dengan pemberian diskon pembelian



Marketing mix 7P : People 31 Pelayanan yang saya dapatkan untuk mendapatkan produk beras organik BOTANIK sagat baik 32 karyawan berkinerja tinggi menyebabkan konsumen puas dan loyal. 33 Keramahan yang diberikan sangat baik untuk kenyamanan dalam proses transaksi beras organik 34 Pelayanan pada saat transaksi dilakukan dengan baik tanpa menghiraukan konsumen 35 Sumber daya manusia yang dimiliki sudah bagus dalam pelayanan konsumen Marketing mix 7P : Proces 36



Proses produksi yang dijalankan sudah sesuai satandar



37



Jaminan pengembalian produk (return) yang diberikan ketika ada kerusakan atau ketidaksesuain produk sudah dilakukan dengan baik Pengembalian apabila ada produk rusak sudah dilakukan dengan tepat waktu Proses pasca panen mulai dari penjemuran gabah hingga pengemasan beras dilakukan sesuai standar oprasional prosedur (SOP) sudah dijalakan



38



39



59



40



Standar pertanian organik sudah terlasana dengan baik dengan indikator mutu beras yang bagus Marketing mix 7P : Packaging 41 Pengemasan produk praktis dan menarik 42 Kualitas pengemasan mampu manjaga kualitas produk tetap aman untuk penyimpanan yang lama 43 Pengemasan dengan teknik vacum lebih bagus untuk memberikan perlindungan beras yang baik 44 Pengemasan dengan diberikan lapisan pengemasluar dengan bahan kardus sangat sesuai untuk menjaga kualitas dan keamanan beras organik 45 Pengemasan yang dilaksanakan untuk semua varian sejauh ini sudah sangat baik Sertifikasi Organik : Mutu beras organik 46



47 48



Beras organik lebih baik dengan adanya jaminan mutu melalui sertifikasi organik Sertifikasi organik menjadi nilai lebih dari produk beras organik



Saya lebih memilih beras organik yang sudah mendapat sertifikasi organik daripada produk beras organik lain yang belum tersertfikasi organik 49 Saya merasa aman dan percaya apabila produk beras organik sudah tersertifikasi organik untuk menjamian kualitasnya 50 Beras organik yang telah tersertifikasi organik lebih bagus daripada yang belum tersertifikasi karna kualitas beras sudah ada yang memberikan jaminan Sertifikasi Organik : Kesesuain



60



51



Beras organik yang saya beli memiliki perbedaan dengan beras non-organik



52



Beras organik yang saya beli sesuai dengan harapan saya



53



Beras organik yang saya konsumsi memiliki manfaat yang sesuai dengan kebutuhan akan manfaat yang diberikan 54 Bagi penderita ganguan kesehatan yang membutuhkan beras sehat maka beras organik dapat menjadi pilihan tapi dengan memilih beras yang terjamin dengan adanya sertifikasi organik 55 Sejauh ini beras organiik yang saya beli sudah sesuai dengan tujuan adanya sertifikasi organik Keputusan Pembelian : pengenalan kebutuhan 56



57



58



59



60



Beras organik sesuai dengan kebutuhan saya mulai dari kualitas manfaat hingga keamanan produk Beras organik BOTANIK sangat saya butuhkan untuk mencukupi keperluan saya saya memiliki permasalahan kesehatan maka saya membutuhkan beras sehat dan aman Saya memiliki kebutuhan yang bisa menunjang kebutuhan program diet saya Saya membutuhkan beras yang sehat dengan harga yang terjangkau



Keputusan Pembelian : Pencarian informasi 61



62



63 64



Informasi yang saya dapat menegenai produk beras organik BOTANIK sekedar ingin tahu saja. Informasi yang saya dapatkan cukup banyak melalui beberapa media informasi yang saya gunakan Saya mencari informasi untuk memenuhi apa yang saya inginkan Saya memiliki minat untuk membeli produk beras organik



61



65



Cara akses informasi beras organik sangat mudah diakses Keputusan Pembelian : Evaluasi alternatif 66



Mengkonsumsi beras organik BOTANIK menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan yang saya harapkan 67 Produk beras organik BOTANIK lebih baik daripada produk sejenis dari segi kualitas, harga dan pengemasan. 68 Beras organik BOTANIK memiliki kelebihan dibanding beras organik yang lain 69 Mengkonsumsi beras organik memberikan dampak atau manfaat kesehatn yang baik 70 Beras organik BOTANIK dapat menjadi pilihan utama dari harga, kualitasdan manfaat Keputusan Pembelian : Keputusan pembelian 71 Saya membeli produk beras organik BOTANIK untuk mencoba manfaat dan keunggulannya seperti kualitas, harga dan pengemasan. 72 Saya mencoba merasakan lngsung apa yang ditawarkan produk beras organik 73 Saya merasakan sendiri kebenaran yang ditawarkan beras organik BOTANIK 74 Saya puas dengan beras organik BOTANIK 75 Beras organik BOTANIK bisa dijadikan pilihan bagi penderita ganguan kesehatan tertentu yang butuh beras sehat, yang menjadalankan diet atau makan makanan sehat Keputusan Pembelian : Prilaku setelah pembelain 76



77



Saya membeli produk beras organik BOTANIK untuk kebutuhan saya secara bertahap Saya merasakan sendiri manfaat yang ditawarkan beberapa produk beras organik BOTANIK



62



78 79



80 81



Saya sering mengkonsumsi beras organik BOTANIK sehari-hari Saya akan terus mengkonsumsi beras ini untuk kebutuhan saya(diet, ganguan kesehatan, dan lainya) Ssaya sering membeli beras ini Saya membeli beras organik dalam jumlah besar



63



Lampiran 4 Lembar Konsultasi Kajian Tugas Akhir LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG Nama NIRM/Kelas Pembimbing Internal No



Hari / Tanggal



: Ahmad Baijuri : 04.01.18.002/PPB 7A : I. Ir. Budianto, MP II. Dr. Acep Hariri S.ST, M. Si



Materi Bimbingan



Saran Pembimbing



Tanda Tangan Pembimbing