Bantalan Luncur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PERCOBAAN BANTALAN LUNCUR 1.1 Pendahuluan 1.1.1 Latar Belakang Bantalan mempunyai sifat mengurangi gesekan saat komponen mesin berputar. Bantalan adalah komponen yang digunakan untuk menopang sesuatu yang berputar untuk mengurangi gesekan. Pada sektor industri, banyak alat-alat permesinan yang bekerja. Kerja dari alat-alat mesin itu memerlukan komponen yang dapat membantu menahan beban dari poros mesin yang bekerja. Alat tersebut yaitu bantalan (bearing) 1.1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari percobaan bantalan luncur ini adalah untuk mengetahui beberapa fenomena pada bantalan luncur yang antara lain adalah: 1. Mengetahui distribusi tekanan bantalan luncur pada arah radial dan aksial. 2. Mengamati mekanisme bantalan luncur karena pengaruh putaran dan pembebanan. 3. Membandingkan tekanan pada bantalan luncur yang diperoleh dari pengujian terhadap teoritisnya. 4. Mengetahui aplikasi dari bantalan luncur. 1.2 Landasan Teori 1.2.1 Teori Bantalan Luncur Bantalan luncur adalah bantalan dimana terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas. Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban besar. Berdasarkan arah beban, yaitu radial bearing (pada gambar 1.1) dan thrust bearing (pada gambar 1.2). [1]



Gambar 1.1 Radial Bearing



Gambar 1.2 Thrust Bearing



Berdasarkan sifat kontak, yaitu sliding contact bearing (pada gambar 1.3) serta rolling contact bearing.



Gambar 1.3 Sliding Contact Bearing



Gambar 1.4 Rolling Contact Bearing [2]



Berdasarkan tebal lapisannya antara jurnal dengan bearingnya, bearing dibagi menjadi 4, yaitu : a) Thick film bearing : Disebut juga hydrodynamic lubricated bearing. Pada bearing ini permukaan kerja dipisahkan secara komplit dengan permukaan lainnya oleh lapisan pelumas yang tebal [2].



Gambar 1. 5 Thick Film Bearing [2]



b) Thin film bearing : Pada bearing ini, walaupun terdapat lapisan pelumas, sebagian permukaan kerja berkontak dengan lainnya seiring berjalannya waktu [2]



Gambar 1.6 Boundary Lubricated Bearing [3] c) Zero film bearing : Pada bearing ini, bearing beroperasi tanpa pelumas sama sekali [2].



Gambar 1.7 Bushing Pintu [5] d) Hydrostatic or externally pressurized lubricating bearing : Bearing ini dapat menopang beban steady tanpa gerakan relatif antara jurnal dengan bearing.



Gambar 1.8 Hydrostatic Bearing [2] Teori bantalan luncur dimulai dengan menentukan beberapa variabel yang relevan sebagai dasar analisa bantalan luncur. Oleh karena itu perlu dibuat diagram gambar seperti berikut:



Gambar 1.9 Diagram Gambar Bantalan Luncur. Gambar tersebut memperlihatkan bantalan luncur dengan pembebanan W arah radial, dan diputar sebesar N berlawanan arah jarum jam (ccw), dengan c adalah clearance atau perbedaan antara sumbu journal (poros) dengan sumbu bearing (bantalan) dan r adalah jari-jari poros.  adalah attitude angle yaitu sudut antara pembebanan dengan sumbu pusat,  adalah crank angle atau sudut antara garis OD dengan OA, dan  adalah sudut antara r (O’B) dengan garis OD, sedangkan  yaitu sudut pada segitiga OAO’. Gambar 1.9 tersebut di atas jika dikembangkan dalam koordinat x-y menjadi seperti gambar berikut:



x h D



U



journal surface



E



D bearing surface



y



Gambar 1.10 Pengembangan Permukaan Poros dan Bantalan Luncur. Mengacu pada gambar 1.9, dapat dilihat bahwa jari-jari dari poros adalah r maka jari-jari bantalan adalah r + c, dengan c adalah radial clearance. Poros eksentris dengan besar OO’, yang dikenal dengan istilah eksentrisitas (e). Ketebalan lapisan h pada nilai θ yang ditunjukan adalah:



h  A B  r  c  OB (1.1) Dari gambar 1.9 juga dapat ditentukan bahwa



OB r  sin  sin  (1.2)



   (1.3) dan



e r  sin  sin  (1.4) sehingga persamaan (1.3) menjadi



 e  sin    r 



    sin 1 



(1.5)



Kemudian substitusi persamaan (1.5) ke persamaan (1.2) didapat



OB 



 r sin    sin 1 sin  



 e    sin     r  



 r 2  e 2 sin 2   e cos  (1.6) Jika persamaan (1.6) ini disubstitusikan ke persamaan (1.1), maka akan didapat



h  c  e cos   r  r 2  e 2 sin 2  (1.7)



r 2  e 2 sin 2  karena r adalah hampir sama dengan



maka persamaan (1.7) menjadi



h  c  e cos  (1.8) Ini adalah persamaan yang digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan oli (h). Pada teori ini juga terdapat bilangan tak berdimensi e/c, yang biasanya disebut dengan rasio eksentrisitas (ecentricity ratio) atau attitude dari bantalan yang diberi simbol n [1]. Sehingga persamaan (1.8) dapat ditulis menjadi: h  c1  n cos  



(1.9)



Nilai rasio eksentrisitas (n) dan ketebalan lapisan oli (h) tersebut di atas dapat ditentukan langsung dengan menggunakan grafik Sommerfield berikut, yaitu dengan memasukan angka Sommerfield (S) dengan persamaan:  r S    c



2



 N' P (1.10)



dan menentukan variabel l/d untuk kasus bantalan luncur pada alat ini dengan menggunakan rumus interpolasi berikut:  y



1



l d  3



1 l l   8  1 d   1 2 d        1 l l    1   1 4  d  d  4



l 1 l l   1  4  y    1  2   1  4  y1  d 3 d  d    1  l l y1 2   1    1  2  y1 4  24  d  d  



(1.11)



dimana y adalah nilai yang dicari dan y∞, y1, y1/2, y1/4 adalah nilai dari variabel l/d.



Gambar 1.11 Chart Sommerfield Number, Minimum Film-Thickness Variable and Eccentricity Ratio Untuk menentukan nilai distribusi tekanan pada lapisan oli dapat menggunakan



dx  r d persamaan Reynolds, dengan memisalkan  x



 



 h 2



pada persamaan



 p h   6 rU x x



(1.12)



memberikan hasil: 



 



 h 2 



 p h   6 r U   



(1.13)



dengan mengintegrasikan terhadap θ dan mensubstitusi h pada persamaan(1.9) didapat  p 6 Ur  1 k     2 2  c1  n cos    c  1  n cos  



(1.14)



dimana k adalah konstanta integrasi. Persamaan ini tidak dapat langsung digunakan sebagai penyelesaian. Namun dengan membuat substitusi berikut:



1  n2 1  n cos 



1  n cos  untuk



dan 1  n2 1  n cos 



d



untuk



d



Dengan mensubstitusikannya ke persamaan (1.12) dan diintegrasikan, maka didapat







p



po



dp 







6 Ur  c2 



1







2  1  n



k











3 2



0 1  n cos   d 







c 1  n2











5 2



0 1  n cos  



2







d   



(1.15) dimana po = tekanan ketika θ atau α = 0. Integrasi dan evaluasi konstanta k dengan mencatat bahwa tekanan p adalah sama ketika θ adalah 0 atau 2π, menghasilkan: p  po 



6 Ur  n 2  n cos   sin     c 2   2  n 2  1  n cos   2 



[4]



1.2.2



Kurva Stribeck



Gambar 1.12 Kurva stribeck Kurva stribeck digunakan untuk memprediksi regime dari pelumasan, dimana kurva tersebut diplot terhadap koefisien gesek dan parameter stribeck. 1.2.3



Aplikasi Bantalan Luncur



Bantalan luncur digunakan pada : 1. Turbin Gas Pada turbin gas, dibutuhkan bantalan dalam pergerakannya ,khususnya bantalan luncur yang terletak pada poros tunggal. Hal ini agar putaran dari poros turbin gas tersebut berlangsung halus.



Gambar 1.13 Turbin Gas [6]



2. Lokomotif Pada lokomotif, khususnya bagian poros pada roda dibutuhkan bantalan luncur dengan pelumasan untuk menahan beban sehingga gesekan yang terjadi antara poros dan roda berkurang.



Gambar 1.14 Lokomotif [2] 3. Poros engkol Poros engkol dilengkapi bantalan-bantalan yang berfungsi menghindari gesekangesekan yang terjadi antara poros engkol dengan bagian-bagian yang berputar lainnya.



Gambar 1.15 Poros engkol [2]



4. Meja putar bubut vertikal Pada meja putar bubut vertikal, bahan bantalan berupa minyak atau udara dialirkan dengan tekanan ke dalam celah bantalan untuk mengangkat beban dan menghindari keausan pada mesin berputar.



Gambar 1.16 Mesin bubut vertikal [2]



1.3 Elemen Bantalan Luncur 1. Elemen Panel Pengukur/Manometer Manometer adalah alat ukur tekanan dan manometer kolom cairan biasanya digunakan untuk pengukuran tekanan yang tidak terlalu tinggi (mendekati tekanan atmosfir).



Gambar 1.17 Manometer 2. Reservoir Reservoir adalah tempat menampung oli, terbuat dari botol yang menghadap kebawah agar oli bisa turun ke bearing.



Gambar 1.18 Reservoir 3. Poros Poros berfungsi sebagai dari



motor



DC.



Poros



penerus daya atau putaran dihubungkan dengan motor



DC, sehingga dapat berputar ketika motor DC dinyalakan.



Poros



Gambar 1.19 Poros 4. Bantalan Bantalan terbuat dari sehingga terlihat agak



bahan resin, transparan.



Bantalan menopang beban mesin agar putaran menjadi halus.



Bantalan



Gambar 1.20 Bantalan 5. Motor DC Motor DC adalah motor



listrik yang



memerlukan suplai



tegangan arus



searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energy gerak mekanik. Motor DC berfungsi sebagai sumber daya.



Gambar 1.21 Motor DC 6. Seal Seal adalah ruang tertutup



antara komponen statis



dengan komponen bergerak, pada komponen mesin seal ini yang mencegah pelumas keluar [7]. seal



Gambar 1.22 Seal 7. Beban Beban terbuat dari besi silinder, diameter pembeban ini yaitu D = 24 mm, P = 30 mm. Massa beban ini 100 gr ×2 untuk diletakan di sisi kiri dan sisi kanan paada pengujian bantalan.



Gambar 1.23 Beban



8. Tiang Penyangga Beban



Tiang penyangga beban terbuat dari material as besi dengan diameter 7 mm, dan panjang 78 mm. Tiang ini berfungsi sebagai tempat meletakkan beban pada pengujian bantalan ini.



Gambar 1.24 Tiang Penyangga Beban 9. Inverter Inverter adalah alat yang mengatur putaran motor sesuai dengan yang kita inginkan, dia merubah masukan listrik 220 V, menjadi variasi tegangan menuju motor DC.



Gambar 1.25 Inverter



1.4 Prosedur Percobaan 1.4.1 Langkah Percobaan Setelah semua pengesetan alat oleh asisten telah dilakukan, maka prosedur percobaan yang dilakukan berikutnya adalah: 1. Menghidupkan motor dengan putaran awal 1300 rpm berlawanan arah jarum jam (ccw), kemudian dibiarkan selama ± 10 menit. Seimbangkan posisi bantalan dengan memberikan pembebanan sedemikin rupa pada batang beban. 2. Setelah minimal 10 menit, amati dan catat kenaikan tinggi oli pada masingmasing selang manometer, dan catat pula kenaikan plat pengukur pada bantalan.



3. Memberikan variasi putaran (merubah kecepatan putar motor) antara 1300 rpm sampai 2300 rpm. 4. Mengamati dan mencatat kembali kenaikan tinggi oli dan kenaikan plat pengukur yang terjadi karena pengaruh perubahan putaran tersebut. 5. Menganalisa data hasil pengamatan dengan hasil perhitungan teoritis. 6. Hasil data dari pengamatan diolah dengan bantuan persamaan-persamaan yang relevan pada landasan teoritis. Kenaikan tinggi oli pada manometer diolah untuk mendapatkan distribusi tekanan sedangkan kenaikan plat pengukur pada bantalan diolah untuk mendapatkan nilai eksentrisitas. 1.5 Pengolahan Data 1.5.1 Spesifikasi Alat pada Kondisi Operasi 1. Dimensi  Panjang : 90 cm  Lebar : 80 cm  Tinggi : 285 cm 2. Pelumasan  Jenis Pelumas : TURALIK 48 ISO 46  Viskositas : 40,44 Cp (5,8 x 10-6 reyn)  Densitas : 876 kg/m3 (0,032 lb/in3) 3. Part Inti  Panjang total poros : 15 cm  Panjang efektif poros : 7 cm  Panjang total bantalan : 10 cm  Panjang efektif bantalan : 7 cm (2,76 in)  Clearance : 2,5 mm (0,098 in)  Beban bantalan (W) : 0,902 kg (1,99 lb)  Jari-jari bantalan (r) : 27,5 mm (1,08 in)  Diameter efektif poros : 5 cm  Diameter bantalan : din = 5,5 cm, dout = 8 cm  Berat total bantalan : 0,694 kg 4. Kondisi Operasi  Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s2  Lama Pengoperasian : 75 menit  Massa Pembebanan : 200 gr  Variasi putaran : 1300-2300 RPM 5. Motor  Jenis Motor : Motor DC  Putaran maksimal : 2300 RPM  Daya input minimal : 105 watt



1.5.2



Tabel Hasil Pengamatan Tabel 1.4 Data Hasil Pengamatan Posisi Oli pada Manometer ( cm)



No. Lubang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16



Statis



N = 1300



N = 1500



N = 1700



N = 2000



N = 2300



74.5 71.5 71.5 71.5 76 63.5 74.5 60 71.5 71.5 71.5 71.5 71.5 71.5 71.5 71.5



76 97 101.5 101 88.5 68.5 79 60.5 65 57.5 46.5 29 23.5 55.5 119.5 120



76 97 101.5 100.5 89.5 68.5 79 60.5 65 57 45.5 28.5 25 60 118 119



76 96.5 101 100 89 68.5 79 60.2 65 56.5 45 28 26 64 117 118.5



76 95.5 101 100.5 89.5 68.5 80 60.5 64.5 56 44 25.5 28.5 70 113 115.5



76 94 99.5 101 90 68.5 81.5 61 64 54 39.5 21.5 34.5 76.5 105 110



1.5.3 Tabel Perhitungan Percobaan 1.5.3.1 Data Distribusi Tekanan Arah Radial (P-PS) 1300 RPM Tabel 1.5 Distribusi Tekanan Arah Radial 1300 RPM p-ps No. Luban g



ps = 74.28 cm N= 1300



1 2 3 4 5 6 7 8



1.72 22.72 27.22 26.72 14.22 -5.78 4.72 -13.78



9 10 11 12 13 14 15 16



-9.28 -16.78 -27.78 -45.28 -50.78 -18.78 45.22 45.72



1300 RPM 60



45.72



40



27.22 22.72



20



P-PS



0 -20



2



14.22



-5.78 4.72 -9.28



1.72



0



45.22 26.72



4



6



8



-13.78



1300 RPM



10 12 -16.78 -27.78



14 16 -18.78



18



-45.28



-40



-50.78 -60



nomer lubang



Gambar 1.24 Grafik Cartesian P-Ps 1300 RPM Tabel 1.6 Distribusi Tekanan Tiap Sudut 1300 RPM Lubang 8-9 8 7 6 3 16 15 14 13 12 11 10



Teta 0 3 33 63 93 123 153 183 213 243 273 303



p-ps(cm) 9 10,3 18,5 27,2 38,4 58,2 64,5 -22,5 -49 -29 -11,2 -2



p-po(cm) 0 1,3 9,5 18,2 29,4 49,2 55,5 -31,5 -58 -38 -20,2 -11



p-po (Pa) 0 111,71628 816,3882 1564,02792 2526,50664 4228,03152 4769,4258 -2706,9714 -4984,2648 -3265,5528 -1735,89912 -945,2916



p-po (psi) 0 0,016203077 0,118407098 0,226843072 0,366438808 0,613224128 0,69174673 -0,392613009 -0,722906492 -0,473628391 -0,251770882 -0,137102955



9 8-9



333 360



4 9



-5 0



-429,678 0



Gambar 1.25 Grafik Cartesian P-Po (Psi) 1300 RPM



-0,062319525 0



P-Po (psi) 1300 RPM 0



360



3



1



333



33 0.00 -0.06



303



0.00



0.02 0.12



0



273



63



0.23



-0.14 -1 -0.25 -0.72 -0.47



0.37



93



-0.39



0.61 243



0.69 213



123



153



183



Gambar 1.26 Grafik Polar Distribusi Tekanan pada Tiap Sudut 1300 RPM



1.5.3.2



Data Distribusi Tekanan Arah Radial (P-PS) 1500 RPM Tabel 1.7 Distribusi Tekanan Arah Radial 1800 RPM



No. Luban g 1 2 3 4 5 6 7 8 9



p-ps ps = 74.4 cm N= 1300 1.6 22.6 27.1 26.1 15.1 -5.9 4.6 -13.9 -9.4



10 11 12 13 14 15 16



-17.4 -28.9 -45.9 -49.4 -14.4 43.6 44.6



Gambar 1.27 Grafik Cartesian P-Ps 1800 RPM Tabel 1.8 Distribusi Tekanan Tiap Sudut 1800 RPM Lubang 8-9 7 6 3 16 15 14 13 12 11 10 9 8



Teta 0 6 36 66 96 126 156 186 216 246 276 306 336



p-ps(cm) 15 24,7 34,3 43,6 60 60,8 -4 -38 -24 -6,3 3,3 10 16,4



p-po(cm) 0 9,7 19,3 28,6 45 45,8 -19 -53 -39 -21,3 -11,7 -5 1,4



p-po (Pa) 0 833,57532 1658,55708 2457,75816 3867,102 3935,85048 -1632,7764 -4554,5868 -3351,4884 -1830,4283 -1005,4465 -429,678 120,30984



p-po (psi) 0 0,120899879 0,240553367 0,356467684 0,560875727 0,570846851 -0,236814196 -0,660586967 -0,486092296 -0,265481177 -0,145827689 -0,062319525 0,017449467



8-9



360



15



0



0



0



Gambar 1.28 Grafik Cartesian P-Po (Psi) pada 1800 RPM



P-Po (psi) 1800 RPM 360



0



6



1



336



36 0.00 0.12 0.00 0 0.24 0.02



306



-0.06 -0.15



276



0.36



66



-1



-0.27 -0.49-0.66



0.56 -0.24



96



0.57



246



126 216



186



156



Gambar 1.29 Grafik Polar Distribusi Tekanan Tiap Sudut pada 1800 RPM 1.5.3.3 Data Distribusi Tekanan Arah Radial (P-PS) 2300 RPM Tabel 1.9 Distribusi Tekanan Radial 2300 RPM



Gambar 1.30 Grafik Cartesian P-Ps 2300 RPM Tabel 1.10 Distribusi Tekanan pada Tiap Sudut 2300 RPM Lubang 8-9 7 6 3 16 15 14 13 12 11 10 9 8



Teta 0 6 36 66 96 126 156 186 216 246 276 306 336



p-ps(cm) 18 22,2 32,8 40,4 49,8 46,2 8,8 -34,6 -34,8 -13,5 0 9,8 19,4



p-po(cm) 0 4,2 14,8 22,4 31,8 28,2 -9,2 -52,6 -52,8 -31,5 -18 -8,2 1,4



p-po (Pa) 0 360,92952 1271,84688 1924,95744 2732,75208 2423,38392 -790,60752 -4520,2126 -4537,3997 -2706,9714 -1546,8408 -704,67192 120,30984



p-po (psi) 0 0,052348401 0,184465795 0,279191473 0,39635218 0,351482122 -0,114667926 -0,655601405 -0,658094186 -0,392613009 -0,224350291 -0,102204021 0,017449467



8-9



360



18



0



0



0



Gambar 1.31 Grafik Cartesian P-Po (Psi) pada 2300 RPM



P-Po (Psi) 2300 RPM 360



0



6



1



36



336 0.00 0.02



0.00 0



306 -0.10 -0.22



0.05



0.18



-1 0.40



-0.66-0.66 -0.39



276



66



0.28



96



-0.11 0.35 246



126 216



186



156



Gambar 1.32 Grafik Polar Distribusi Tekanan Tiap Sudut pada 2300 RPM



Tabel 1.11 Nilai Eksentrisitas



1.5.4



RPM



Kenaikan Bantalan



e = c-h



e



1300 1800 2300



h (mm) 1 1,1 1,2



(mm) 1,5 1,4 1,3



(inchi) 0,059055118 0,05511811 0,051181102



Tabel Nilai Eksentrisitas Nilai Eksentrisitas



Statis



N = 1300



0.8



N = 1500 1



N = 1700



1.1



N = 2000



1.1



1.1



1.5.5 Tabel Perhitungan Teoritis 1.5.5.1 Data Distribusi Tekanan Arah Radial (P-PS) 1300 RPM r 2 µN S= c P



()



(



S=



1,08 0,098



2



)



(



5,8 x 10−6 1300 60 1,99 2 x 1,08 x 2,76



)



= 0,046



n= 0,78 p− p0 =



[



6 μUr n ( 2+ nCosθ ) sinθ 2 2 2 c (2+n )(1+nCosθ)



6 x 5,8 x 10−6 p− p0 =



1,08 ( 1300 60 )



0,098



2



= 0,532



[



]



0,78 ( 2+0,78 cos θ ) sinθ (2+0,78 2)(1+0,78 Cosθ)2



[ ] A B



e=n x c



]



N = 2300 1.1



¿ 0,78 x 0,098 ¿ 0,07644 inch



Tabel 1.12 Data Teoritis Distribusi Tekanan Radial 1300 RPM Luban



Cos



Sin



g 8-9



θ



θ



θ



0



1



0



A 0



B 8,264



A/B 0



P-P0 (Psi) 0



P-P0 (Pa) 0



8



3



0,999



0,052



0,113



8,255



0,014



0,007



50,384



7



33



0,839



0,544



1,127



7,138



0,158



0,084



579,149



6



63



0,454



0,891



1,636



4,786



0,342



0,182



1253,860



3



93



-0,052



0,999



1,527



2,403



0,635



0,338



2330,297



16



123



-0,544



0,839



1,032



0,865



1,193



0,634



4374,125



15



153



-0,890



0,455



0,464



0,243



1,904



1,013



6984,204



14



183



-0,999



0,051



-0,048



0,127



0,379



-0,202



-1390,715



13



213



-0,840



0,543



-0,570



0,311



1,835



-0,976



-6729,746



12



243



-0,456



0,890



-1,142



1,083



1,054



-0,561



-3865,964



11



273



0,050



0,999



-1,588



2,815



0,564



-0,300



-2069,343



10



303



0,542



0,840



-1,588



5,282



0,301



-0,160



-1102,587



9



333



0,890



-



-0,959



7,485



-



-0,068



-470,211



0,457 8-9



360



1



0,128



0



0



8,264



0



0



0



P-Po (psi) 1.5 1 0.5



33 3



27 3



21 3



15 3



93



-0.5



33



0 0



P-Po (psi)



1300 RPM



-1 -1.5



Gambar 1.33 Grafik Cartesian Distribusi Tekanan Radial Teoritis 1300 RPM



P-Po (Psi) 0



360



3



2



333



33



0 303



63 -2



273



93



243



123 213



153



183



Gambar 1.34 Grafik Polar Distribusi Tekanan Radial 1300 RPM 1.5.5.2 Data Distribusi Tekanan Arah Radial (P-PS) 1800 RPM S=



r 2 µN c P



()



P-Po



S=



(



1,08 0,098



2



)



(



5,8 x 10−6 1800 60 1,99 2 x 1,08 x 2,76



)



= 0,063



n = 0,75



p− p0 =



p− p0 =



[



6 μUr n ( 2+ nCosθ ) sinθ 2 2 2 c (2+n )(1+nCosθ)



]



6 x 5,8 x 10−6 (1800/60)1,08 0,098



= 0,1174



2



[



0,75 ( 2+0,75 cos θ ) sinθ (2+0,752 )(1+0,75 Cosθ)2



]



[ ] A B



e=n x c ¿ 0,75 x 0,098



¿ 0,0735 inch Tabel 1.13 Data Teoritis Distribusi Tekanan Radial 1800 RPM Luban g



θ



Cos θ



Sin θ



A



B



A/B



P-P0 (Psi)



P-P0 (Pa)



8-9 7 6 3 16 15



0 6 36 66 96 126



1 0,995 0,809 0,407 -0,104 -0,587



0 0,104 0,588 0,913 0,995 0,810



0 0,215 1,149 1,579 1,434 0,947



7,848 7,811 6,617 4,367 2,179 0,803



0 0,028 0,174 0,362 0,658 1,179



0 0,003 0,020 0,042 0,077 0,138



14 13 12



156 186 216



-0,913 -0,995 -0,810



0,408 -0,103 -0,586



0,402 -0,097 -0,612



0,255 0,165 0,395



1,580 -0,585 -1,552



0,186 -0,069 -0,182



0 22,297 140,526 292,709 532,548 954,659 1279,11 4 -473,865 1255,95



11 10 9 8 8-9



246 276 306 336 360



-0,409 0,102 0,586 0,912 1



-0,913 -0,995 -0,811 -0,409 0



-1,159 -1,549 -1,483 -0,824 -0,007



1,232 2,970 5,308 7,269 7,848



-0,941 -0,522 -0,279 -0,113 -0,001



-0,110 -0,061 -0,033 -0,013 0,000



0 -761,426 -422,249 -226,153 -91,790 -0,678



P-Po (psi) 0.25 0.2 0.15 0.1



1800 RPM



0.05 33 6



27 6



21 6



-0.1



15 6



0



-0.05



96



0 36



P-Po (psi)



-0.15 -0.2 -0.25



Gambar 1.35 Grafik Cartesian Distribusi Tekanan Radial Teoritis 1800 RPM



P-Po (Psi) 360



0 0.2



6



336



36 0



306



66



P-Po (Psi)



-0.2 276



96



246



126 216



186



156



Gambar 1.36 Grafik Polar Distribusi Tekanan Radial 1800 RPM



1.5.5.3 Data Distribusi Tekanan Arah Radial (P-PS) 2300 RPM r 2 µN S= c P



()



S=



(



1,08 0,098



2



)



(



5,8 x 10−6 2300 60 1,99 2 x 1,08 x 2,76



)



= 0,08086



n= 0,65 p− p0 =



[



6 μUr n ( 2+ nCosθ ) sinθ c 2 (2+n 2)(1+nCosθ)2



6 x 5,8 x 10−6 p− p0 =



1,08 ( 2300 60 )



0,098



2



= 0,15



[



]



0,,65 ( 2+ 0,65cos θ ) sinθ (2+ 0,652)(1+0,65 Cosθ)2



]



[ ] A B



e=n x c ¿ 0,65 x 0,098



¿ 0,0637 inch



Tabel 1.14 Data Teoritis Distribusi Tekanan Radial 2300 RPM Luban g 8-9



θ



Cos θ



Sin θ



0



1,00



0,00



A 0



B 6,595



A/B 0



P-P0 (Psi) 0



P-P0 (Pa) 0



7



6



0,995



0,104



0,180



6,567



0,027



0,004



28,304



6



36



0,809



0,588



0,965



5,641



0,171



0,026



176,856



3



66



0,407



0,913



1,344



3,875



0,347



0,052



358,839



16



96



-0,104



0,995



1,249



2,107



0,593



0,089



613,282



15



126



-0,587



0,810



0,852



0,927



0,919



0,138



950,545



14



156



-0,913



0,408



0,373



0,400



0,932



0,140



963,439



13



186



-0,995



-0,103



-0,091



0,303



-0,299



-0,045



-309,333



12



216



-0,810



-0,586



-0,561



0,543



-1,034



-0,155



1069,50 5



11



246



-0,409



-0,913



-1,029



1,306



-0,788



-0,118



-814,550



10



276



0,102



-0,995



-1,336



2,755



-0,485



-0,073



-501,626



9



306



0,586



-0,811



-1,254



4,618



-0,272



-0,041



-280,934



8



336



0,912



-0,409



-0,690



6,148



-0,112



-0,017



-116,098



8-9



360



1,00



0,00



0



6,595



0



0



0



P-Po (psi) 0.2 0.15 0.1 0.05 P-Po (psi)



2300 RPM



0 -0.05 -0.1 -0.15 -0.2



Gambar 1.37 Grafik Cartesian Distribusi Tekanan Radial Teoritis 2300 RPM



P-Po (Psi) 360



0 0.2



6



336



36 0



306



66



P-Po (Psi)



-0.2 276



96



246



126 216



186



156



Gambar 1.38 Grafik Polar Distribusi Tekanan Radial 2300 RPM 1.6 Analisa Data 1.6.1 Perbandingan Distribusi Tekanan Arah Radial Secara Percobaan dan Teoritis pada 1300 RPM



2 1.5 1 0.5



P-Po (psi)



teori percobaan



0 -0.5 -1 -1.5 -2



Gambar 1.39 Grafik Cartesian Perbandingan Distribusi Tekanan Teoritis dan Pengujian 1300 RPM 360



0 2



3



333



33 0



303



63



percobaan



teori



-2



273



93



243



123 213



183



153



Gambar 1.40 Grafik Polar Perbandingan Teoritis dan Pengujian 1300 RPM Dari grafik cartesian dan diagram polar perbandingan teoritis dan percobaan pada 1300 rpm, dapat dibandingkan hasil yang diperoleh dari percobaan dan juga teori:  Distribusi tekanan yang didapat dari teori lebih besar daripada yang didapat dari percobaan.







Nilai eksentrisitas yang didapat dari teori lebih besar daripada yang didapat dari







percobaan. Dilihat dari percobaan, nilai eksentrisitas semakin kecil terhadap meningkatnya kecepatan putaran poros. Hal ini sama dengan tinjauan teoritisnya.



1.6.2 Perbandingan Distribusi Tekanan Arah Radial secara Percobaan dan Teoritis pada 1800 RPM 0.8 0.6 0.4 0.2 0



P-Po (psi)



teori percobaan



-0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1



Gambar 1.41 Grafik Cartesian Perbandingan Tekanan Teoritis dan Pengujian 1800 RPM



0 360



6 1



336



36 0



306



66 percobaan



-1



teori



276



96



246



126 216



156 186



Gambar 1.42 Grafik Polar Perbandingan Teoritis dan Pengujian 1800 RPM Dari grafik cartesian dan diagram polar perbandingan teoritis dan percobaan pada 1800 rpm, dapat dibandingkan hasil yang diperoleh dari percobaan dan juga teori:  Distribusi tekanan yang didapat dari teori lebih besar daripada yang didapat dari 



percobaan. Nilai eksentrisitas yang didapat dari teori lebih besar daripada yang didapat dari







percobaan. Dilihat dari percobaan, nilai eksentrisitas semakin kecil terhadap meningkatnya kecepatan putaran poros. Hal ini sama dengan tinjauan teoritisnya.



1.6.3 Perbandingan Distribusi Tekanan Arah Radial secara Percobaan dan Teoritis pada 2300 RPM



0.6 0.4 0.2 0



P-Po (psi)



teori percobaan



-0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1



Gambar 1.43 Grafik Cartesian Perbandingan Tekanan Teoritis dan Pengujian 2300 RPM



0 360



6 1



336



36 0



306



66



percobaan teori



-1 276



96



246



126



216



156 186



Gambar 1.44 Grafik Polar Perbandingan Teoritis dan Pengujian 2300 RPM Dari grafik cartesian dan diagram polar perbandingan teoritis dan percobaan pada 2300 rpm, dapat dibandingkan hasil yang diperoleh dari percobaan dan juga teori:  Distribusi tekanan yang didapat dari teori lebih besar daripada yang didapat dari 



percobaan. Nilai eksentrisitas yang didapat dari teori lebih besar daripada yang didapat dari







percobaan. Dilihat dari percobaan, nilai eksentrisitas semakin kecil terhadap meningkatnya kecepatan putaran poros. Hal ini sama dengan tinjauan teoritisnya.



1.7 Kesimpulan dan Saran 1.7.1 Kesimpulan



1. Besarnya gaya aksial dan radial pada kecepatan yang berbeda yaitu 1300, 1800 dan 2300 rpm menghasilkan variasi tekanan dengan arah dan besar yang berbedabeda, namun polanya masih sesuai dengan teoritisnya. 2. Terdapat beberapa perbedaan nilai tekanan yang diperoleh dari pengujian dan teoritisnya. Pada kecepatan 1300 rpm nilai tekanan yang diperoleh pada lubang 16 sebesar 0,613224128 Psi dan nilai teoritis sebesar 0,634 Psi. Pada kecepatan 1800 rpm nilai tekanan yang diperoleh pada lubang 16 sebesar 0,560875727 Psi dan nilai teoritis sebesar 0,077 Psi. Pada kecepatan 2300 rpm nilai tekanan yang diperoleh pada lubang 16 sebesar 0,39635218 Psi dan nilai teoritis sebesar 0,089. Dapat dilihat bahwa tekanan pengujian relative lebih kecil dari teoritisnya. 3. Perbedaan eksentrisitas secara pengujian sebesar 0.059055118 in dan teoritis sebesar



0,07644 in pada kecepatan 1300 rpm perbedaannya kecil, sedangkan



pada 1800 rpm secara pengujian sebesar 0,05511811 in dan teoritis sebesar 0,0735



in, dan pada 2300 rpm secara pengujian sebesar 0,051181102 in dan



teoritis sebesar 0,0637 yang perbedaannya cukup besar.



1.7.2 Saran 1. Terdapat ketidakakuratan dalam pemngambilan data karena alat percobaan mengalami kebocoran sehingga perlu perawatan alat tersebut 2. Terdapat kebocoran pada sambungan selang ketika motor DC dinyalakan sehingga perlu perbaikan pada sambungan tersebut. 3. Terdapat kesulitan dalam pembacaan pada mistar penunjuk kenaikan bantalan karena posisi mistar paralel dengan lobang oli bantalan 1 – 5 yang mengakibatkan pembacaan mistar kurang akurat.



DAFTAR PUSTAKA



[1] Peter.R.N. Childs. Mechanical Design Second Edition. 2004. University of Sussex, UK [2] Khurmi, R. S. 1996. A Textbook of Machine Design. 2005. Eurasia Publishing House (PVT.) LTD. New Delhi. [3] www.cnbearingcorp.com diakses pada hari Rabu 04/06/2014 pukul 10.39 [4] Jobsheet praktikum fenomena dasar mekanis 2014. [5] www.tm.tanggomotor.com diakses pada hari Rabu 04/06/2014 pukul 12.52 [6] www.powerplant.persiangig.com diakses pada hari Rabu 04/06/2014 pukul 13.00 [7] Pertamina industrial-hydraulic-oil.pdf diakses pada hari Rabu 04/06/2014 pukul 12.50 [8] http://www.timken.com/en-us/products/seals diakses pada hari Rabu 04/06/2014 pukul 12.30