BEDSIDE HANDOVER-dikonversi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGEMBANGAN PROTOKOL IMPLEMENTASI TIMBANG TERIMA PASIEN DENGAN METODE BEDSIDE HANDOVER DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT USU MEDAN



TESIS



Oleh: DYNA ELVINA SARAGIH 157046038/ ADMINISTRASI KEPERAWATAN



PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018



Universitas Sumatera Utara



THE DEVELOPMENT OF PATIENT HANDOVER PROTOCOL IMPLEMENTATION USING BEDSIDE HANDOVER METHOD IN THE INPATIENT WARDS OF UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA HOSPITAL, MEDAN



THESIS



By: DYNA ELVINA SARAGIH 157046038/ADMINISTRATION OF NURSING



MASTER OF NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF NURSING UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN 2018



2



PENGEMBANGAN PROTOKOL IMPLEMENTASI TIMBANG TERIMA PASIEN DENGAN METODE BEDSIDE HANDOVER DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT USU MEDAN



TESIS



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar MagisterKeperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara



Oleh Dyna Elvina Saragih 157046038/ Administrasi Keperawatan



PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018



3



4



i Universitas Sumatera Utara



Judul



:



Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien dengan Metode BedsideHandover di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit USU Medan.



Nama



:



Program Studi:



Dyna Elvina Saragih Magister Ilmu Keperawatan



Minat Studi



:



Administrasi Keperawatan



Tahun



:



2018



Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien dengan Metode BedsideHandover di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit USU Medan ABSTRAK Protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover merupakan suatu panduan yang dikembangkan sebagai pedoman dalam menerapkan timbang terima pasien antar shift. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Jenis penelitian yang digunakan adalah action research. yang dilakukan 1 siklus mulai dari bulan Mei sampai Juli 2017. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah panduan focus group discussion, kuisioner kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan, kuisioner kepuasan kerja perawat, dan format observasi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 18 orang perawat, yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis secara kualitatif menggunakan content analysis dan analisis data kuantitatif menggunakan uji statistik deskriptif..Penelitian ini menghasilkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedsidehandoverdi ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan..Penelitian ini merekomendasikan kepada pihak manajemen rumah sakit Umum Universitas Sumatera Utara Medan agar melakukan evaluasi draft protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover dengan uji coba sehingga menjadi protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover yang baku. Kata kunci: Protokol, timbang terima,bedside handover, action research



Development of



Patient Handover Protocol Implementation Using Bedside Handover Method in the Inpatient Wards of University of Sumatera Utara Hospital, Medan Name of Student : Dyna Elvina Saragih Study Program : Master of Nursing Science Major : Nursing Administration Academic Year : 2018



The Development of Patient Handover Protocol Implementation Using Bedside Handover Method in the Inpatient Wards of University of Sumatera Utara Hospital, Medan ABSTRACT The protocol of the implementation of patient handover using the bedside handover method is a guidance developed as the guideline to implement patient handover between shifts. The objective of the research was to develop the protocol of the implementation of patient handover using the bedside handover method in the Inpatient Wards of University of Sumatera Utara Hospital, Medan. This is an action research, done in 1 cycle from May until July, 2017. The instruments to collect the data were Guided Focus Group Discussion (FGD), questionnaires about patients‟ satisfaction to the health service, questionnaires about nurses‟ job satisfaction, and observational forms. There were 18 nurses taken as the participants by employing purposive sampling technique. The data analyzed qualitatively applied content analysis and the data analyzed quantitatively used descriptive statistical test. The research invented an implementation protocol of patients‟ handover using bedside handover method in the inpatient room at University of Sumatera Utara Hospital, Medan.. The research recommends that the hospital management continue the supervision in order to evaluate the conduct of the implementation protocol of patients‟ handover using bedside handover in the Inpatient Wards of University of Sumatera Utara Hospital, Medan. Keywords: Protocol, Handover, Bedside Handover, Action Research



KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT dengan segala berkah dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode Bedside Handover di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit USU Medan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Keperawatan pada Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Pada proses penyelesaian tesis ini saya banyak mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada: 1. Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang Magister Keperawatan 2. Bapak Setiawan, SKp., MNS., PhD, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. 3. Ibu Dewi Elizadiani Suza, SKp., MNS., PhD, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan sekaligus selaku pembimbing I yang banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini. 4. Ibu Diah Arruum, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing II yang banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini. 5. Seluruh keluarga dan teman-teman seperjuangan yang banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan proposal ini. Saya menyadari penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sehingga dapat dilanjutkan ke penelitian Medan, Januari 2018 Dyna Elvina Saragih



DAFTAR ISI



Halaman ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN



i ii iii v vii viii ix



BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian



1 1 7 8 9



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Timbang Terima Konsep Kepuasan Kerja Konsep Watson‟s Theory of Transpersonal Caring Konsep Action Research Kerangka Konsep



10 10 22 26 31 34



BAB 3. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Partisipan Penelitian Pengumpulan Data Prosedur Penelitian Variabel dan Definisi Operasional Metode Analisis Data Keabsahan Data Pertimbangan Etik



35 35 36 36 38 45 48 49 50 52



BAB 4. HASIL PENELITIAN Deskripsi Lokasi Penelitian Proses Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode Bedside Handover Outcome Action Research BAB 5. PEMBAHASAN Proses Pengembangan Action Research



55 57 76 78



Outcome Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode Bedside Handover Pelajaran yang didapatkan Peneliti (Lesson Learned) Keterbatasan Penelitian



86 87 88



BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran



89 89



DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN



91 95 96



DAFTAR TABEL



TABEL 1 2 3 4 5 6 9 10 11



Mekanisme Timbang Terima Bedside Handover Rencana kegiatan tahap reconnaissance Rencana kegiatan tahap planning Rencana kegiatan tahap acting Rencana kegiatan tahap observing Rencana kegiatan tahap reflecting Observasi pelaksanaan timbang terima pasien Distribusi frekwensi kepuasan pasien sebelum aplikasi Distribusi frekwensi kepuasan perawat sebelum aplikasi



Halaman 21 52 53 53 54 54 61 65 65



DAFTAR GAMBAR



GAMBAR 1



Siklus action research Kemmis dan McTaggart



2



Kerangka Teori dan Metodologi Implementasi Timbang Terima Pasien Metode Bedside Handover Di Ruang rawat inap Struktur organisasi Rumah Sakit USU Medan Denah ruang cendana Rumah Sakit USU Medan Struktur organisasi ruang cendana Rumah Sakit USU Medan Proses action research pengembangkan implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover



3 4 5 6



Halaman 33



34 56 58 59 77



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1



2 3



4 5



Halaman



Instrumen Penelitian Pengembangan Protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover a. Lembar persetujuan menjadi partisipan b. Panduan FGD tahap reconnaissance c. Panduan FGD tahap reflecting d. Instrument observasi perawat e. Kuesioner kepuasan pasien f. Kuesioner kepuasan kerja perawat Biodata Expert Izin Penelitian a. Surat persetujuan etik penelitian b. Surat izin penelitian c. Surat izin uji kuesioner d. Surat izin penelitian Rs.USU Medan e. Surat selesai penelitian Dokumentasi Penelitian Lembar Konsul



96 97 98 100 102 104 106 109 110



111 125



ix Universitas Sumatera Utara



BAB 1 PENDAHULUAN



Latar Belakang Timbang terima yang akurat dan terperinci sangat penting dilakukan untuk memastikan tim keperawatan yang akan bertugas dapat memberikan asuhan keperawatan yang aman. Timbang terima dengan metode bedside handover merupakan salah satu cara untuk meningkatkan akurasi komunikasi saat timbang terima, meningkatkan keselamatan pasien, meningkatkan kepuasan pasien dan meningkatkan kepuasan perawat (Chaboyer, McMurray, & Wallis, 2010). Kimberly (2013) juga menemukan bahwa timbang terima bedside adalah cara untuk memperbaiki komunikasi antara perawat, pasien, dan keluarga pasien . Timbang terima pasien merupakan salah satu bentuk komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode untuk memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik dalam memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan prioritas pelayanan (Rushton, 2010). Komunikasi mengenai perkembangan pasien antar profesi kesehatan dirumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam perawatan pasien (Reisenberg, 2010).



1 Universitas Sumatera Utara



Fenomena di negara berkembang pelaksanaan timbang terima dilakukan sebagai suatu kegiatan ritual, tradisional dan berupa komunikasi satu arah. Pelaksanaan timbang terima pasien hanya merupakan rutinitas biasa dan berdasarkan kebiasaan. Kendala yang sering kali muncul pada saat pelaksanaan timbang terima adalah waktu timbang terima yang terlalu lama, tidak ada standar timbang terima, perawat yang pulang lebih dulu sebelum timbang terima, mobilisasi status pasien dan perawat tidak menerima pelatihan formal dalam komunikasi timbang terima. Masalah timbang terima tersebut dapat memberikan dampak



terhadap



ketidakpuasan



kerja



perawat,



meningkatkan



insidensi



kecelakaan dan keluhan ketidakpuasan dari pasien dan tim kesehatan lainnya (Riesenberg, 2010). Smeulers, Lucas, dan Vermeulen (2014) mengatakan ada empat gaya timbang terima yaitu: 1) verbal yaitu pertukaran informasi tentang pasien secara lisan, 2) non verbal yaitu perawat hanya membaca catatan medis pasien, 3) taped yaitu perawat memberikan informasi dengan cara merekam untuk didengarkan oleh perawat shift selanjutnya, dan 4) bedside yaitu perawat dan pasien bicara tatap muka, yang memungkinkan pasien untuk berinteraksi dan menjadi pusat proses timbang terima. Sejalan dengan penelitian Smeulers, Lucas, dan Vermeulen (2014) yang bertujuan mengidentifikasi efektivitas dari empat gaya timbang terima pasien. Hasil penelitian bahwa komunikasi tatap muka langsung dengan pasien, dokumentasi terstruktur, keterlibatan pasien, dan penggunaan teknologi efektif diterapkan ketika merancang ulang proses timbang terima pasien dalam keperawatan



Penerapan timbang terima di beberapa rumah sakit di Indonesia melaksanakan timbang terima pasien secara tradisional yaitu dilakukan hanya cukup di meja perawat tanpa mengkonfirmasi keadaan pasien secara langsung, menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya pertanyaan atau diskusi, jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum, tidak ada kontribusi atau umpan balik dari pasien dan keluarga. Ada juga beberapa rumah sakit yang sudah melaksanakan secara bedside handover. Penelitian Aisyahnur (2016) yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepuasan pasien mengenai metode timbang terima pasien dengan tradisional dan bedside handover, hasil penelitian diketahui terdapat perbedaan yang bermakna antara kepuasan pasien terhadap timbang terima pasien dengan tradisional dan timbang terima pasien dengan bedside handover. Penelitian yang dilakukan oleh Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) dalam Australian Commission on Safety and Quality in Health Care di rumah sakit Queensland dengan 5 komponen utama yang berfungsi sebagai standar operasional bagi perawat dalam melakukan timbang terima yakni: 1) persiapan, 2) introduksi, 3) pertukaran informasi, 4) keterlibatan pasien, dan 5) safety scan. Berdasarkan



penelitian



tersebut,



National



Clinical



Guideline



(2014)



merekomendasikan panduan standart untuk meningkatkan keamanan dan kualitas yaitu timbang terima pasien dengan metode bedside handover dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam proses timbang terima untuk memastikan informasi tentang perawatan, kondisi dan pengobatan yang diberikan kepada mereka.



Beberapa penelitian yang menggunakan Standard Operating Protocol for bedside handover in nursing menurut Chaboyer, McMuray, dan Wallis (2010) adalah



penelitian



Jecklin



dan



Sherman



(2013) yang



bertujuan



untuk



mengidentifikasi perubahan kepuasan pasien setelah 3 bulan dan 13 bulan pengenalan timbang terima pasien dengan metode bedside handover di Unit Bedah di rumah sakit besar Amerika, hasil penelitian mengatakan bahwa timbang terima pasien dengan metode bedside handover berdampak secara signifikan, kepuasan pasien meningkat 8% dalam 3 bulan pertama dan kepuasan pasien meningkat 10% dalam 13 bulan. Penelitian Fetherston, Chaboyer, McMuray, dan Wallis (2010) yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dari timbang terima metode recorder dan lisan menjadi timbang terima keperawatan metode bedside handover, hasil penelitian memperoleh 3 tema yaitu : memberikan jaminan keselamatan dan kualitas, belajar untuk mendengarkan, dan strategi peningkatan kualitas. Penelitian Tobiano, Chaboyer, dan McMuray (2012) yang bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi keluarga dari perubahan timbang terima dengan metode bedside handover, hasil penelitian menunjukkan 3 tema yaitu : memahami situasi, berinteraksi dengan staf perawat, dan menemukan nilai. Beberapa penelitian menemukan bahwa timbang terima pasien dengan metode bedside handover juga dapat meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian McMurray, Chaboyer, Wallis, Johnson, dan Gehrke (2010) yang bertujuan untuk menilai perspektif pasien tentang timbang terima metode bedside handover, hasil penelitian menunjukkan ada 4 tema yaitu: pasien merasa diakui sebagai mitra dalam perawatan, pasien melihat bedside handover sebagai kesempatan untuk



mengubah ketimpangan dalam informasi yang diinformasikan, beberapa pasien lebih suka keterlibatan pasif bukannya terlibat penuh dalam timbang terima, sebagian besar pasien menghargai timbang terima sebagai interaksi perawat pasien. Penelitian Kimberly (2013) yang bertujuan untuk mengidentifikasi kepuasan pasien dalam proses timbang terima bedside handover yang sesuai dengan standar di unit bedah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah 3 bulan dilaksanakan timbang terima dengan metode bedside handover yang sesuai dengan standar, ada perubahan kenaikan kepuasan pasien dari 76% menjadi 87,6%. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian Cairns, Dudjak, Hoffmann, dan Lorenz (2013) menemukan bahwa bedside handover dapat berkontribusi untuk peningkatan skor kepuasan pasien pada survey Hospital Consumer Assessment Of Healthcare Providers and Systems, karena membantu dalam menjaga informasi klien dan terlibat dalam rencana perawatan. Timbang terima pasien dengan metode bedside handover selain berdampak terhadap kepuasan pasien juga akan berdampak terhadap perawat, yaitu akan mempengaruhi kepuasan kerja perawat. Penelitian Dupler, Guido, Vanson, dan Vines (2014) yang bertujuan untuk menentukan apakah timbang terima pasien dengan metode bedside handover merupakan proses yang penting untuk mempromosikan kepuasan perawat. Hasil penelitian menemukan 3 tema yaitu meningkatkan komunikasi antar perawat, kepuasan dalam melaksanakan rencana keperawatan yang berkesinambungan, dan memberikan motivasi. Penelitian Jecklin dan Sherman (2013) mengatakan bahwasanya risiko terbesar untuk miskomunikasi dalam lingkungan kesehatan adalah selama pergeseran timbang terima. Berdasarkan data American Nurses Association



(2012) bahwa 80% kesalahan medis dikaitkan dengan miskomunikasi antara perawat. Institute of Medicine Amerika Serikat dalam “To Err Is Human, Building a Safer Health System” melaporkan bahwa ada sekitar 3-16% kejadian tidak diharapkan dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit yang dapat berdampak pada perpanjangan lama hari rawat pasien dan menimbulkan kecacatan pasien paska perawatan. Ketidakakuratan informasi dapat menimbulkan dampak yang serius pada pasien, hampir 70% kejadian santinel yaitu kejadian yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius dirumah sakit disebabkan karena buruknya komunikasi. Menurut Alvarado et al. (2006) salah satu faktor mengarah kepada peristiwa santinel pasien adalah miskomunikasi. Berdasarkan data diatas maka timbang terima pasien dengan metode bedside handover dapat meminimalkan kesalahan tersebut, dengan melakukan prosedur bedside handover yang benar, maka perawat dapat meningkatkan efektifitas komunikasi antar shift dalam melakukan timbang terima pasien (Chaboyer, McMurray, & Wallis, 2008). Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan Rumah Sakit yang menganut dua nilai dasar yaitu nilai pertama Salus aegroti suprema lex yakni kepulihan pasien adalah hukum tertinggi (pelayanan berorientasi kepada pasien) dan nilai kedua Primum non nucere, yakni tidak membahayakan (patient safety). Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan rumah sakit baru yang soft launching pada tanggal 28 Maret 2016.



Permasalahan Salah satu penyumbang angka kejadian tak diinginkan adalah pelaksanaan timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruangan yang kurang optimal. World Health Organization menyatakan bahwa terdapat 11% dari 25.000-30.000 kasus pada tahun 1995 – 2006 terdapat kesalahan akibat komunikasi pada saat timbang terima pasien (Kesrianti, Bahry, & Maidin, 2015). Angka ini menunjukkan bahwa kesalahan dalam proses pelaksanaan bedside handover akan memberikan dampak negatif yang cukup besar. Sampai saat ini, pelaksanaan bedside handover hanya berpayung pada peraturan menteri kesehatan tentang keselamatan pasien. Permenkes 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien. Namun, tidak dijelaskan secara spesifik terhadap metode atau cara untuk menurunkan angka bahaya pada pasien, sehingga tiap organisasi pelayanan kesehatan memiliki berbagai penafsiran dalam pencapaiannya. Belum adanya kebijakan pemerintah secara nasional, menyebabkan pelaksanaan bedside handover yang beragam. Fenomena dilapangan menurut penelitian Mursidah (2012) penerapan timbang terima di Rumah Sakit sudah menggunakan metode bedside handover namun penerapannya belum maksimal karena selama kegiatan timbang terima berlangsung keterlibatan pasien hampir tidak diperhatikan, sehingga menimbulkan berbagai kendala seperti informasi yang kurang fokus, waktu yang panjang, kesalahan penerimaan pesan yang berefek pada salah persepsi, sehingga kurang efektif dan efesien. Survey awal yang dilakukan melalui observasi di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan didapatkan data, bahwa hanya ketua tim shift sebelumnya dan ketua tim yang akan melanjutkan shift berikutnya yang



melakukan timbang terima, timbang terima hanya dilakukan diruang perawat kemudian berkeliling kesetiap pasien tapi belum maksimal karena hanya memberitahukan nama pasien dan diagnosa pasien saja. Jika ada pengecekan kepada pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum, tidak ada umpan balik dari pasien dan keluarga. Berdasarkan wawancara singkat dengan perawat diruang rawat inap terkait timbang terima, perawat mengatakan bahwasanya timbang terima sudah ada tapi belum optimal penerapannya. Perawat menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya pertanyaan. Data kunjungan pasien semakin meningkat sejak soft launching pada tanggal 28 Maret 2016. Survey kepuasan pasien dan survey kepuasan kerja perawat belum pernah dilakukan di Rumah Sakit USU karena masih baru. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, Rumah Sakit USU Medan harus segera menyusun protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan untuk meningkatkan keamanan dan kualitas.



Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan.



Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat Rumah Sakit, bidang keperawatan, praktik keperawatan dan perkembangan riset keperawatan. Bagi rumah sakit Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam kebijakan rumah sakit terkait protokol timbang terima pasien metode bedside handover di ruang rawat inap sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan dapat meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit. Bidang keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi bidang keperawatan dalam mengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien metode bedside handover di ruang rawat inap dalam upaya meningkatkan manajemen pelayanan keperawatan terutama di ruang rawat inap sehingga asuhan keperawatan dapat diberikan secara optimal terhadap pasien. Bagi praktik keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dasar keterlibatan dan tolok ukur kepala ruangan serta staf keperawatan lainnya dalam mengoptimalkan komunikasi efektif saat timbang terima pasien metode bedside untuk meningkatkan kepuasan pasien.



Bagi perkembangan riset keperawatan Penelitian ini akan menjadi data (evidence based) yang dapat dikembangkan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



Konsep



Timbang



Terima



Defenisi timbang terima Australian Healthcare and Hospitals Association (2009) mendefenisikan timbang terima sebagai pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek dari perawatan pasien atau kelompok pasien kepada orang lain atau kelompok professional secara sementara maupun dalam jangka yang permanen. The Joint Commission (2008) mengatakan bahwa timbang terima adalah sebuah proses dimana informasi pasien yang melibatkan kondisi dan rencana pengobatan pasien dikomunikasikan dari satu perawat ke perawat yang lain. Proses timbang terima merupakan bagian integral perawatan pasien, proses di mana informasi tentang perawatan pasien dikomunikasikan dengan cara yang konsisten dari satu penyedia layanan ke penyedia layanan yang lain. Timbang terima adalah salah satu bentuk komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Kesenjangan dalam komunikasi saat timbang terima pasien, antara unit-unit pelayanan serta antar tim pelayanan dalam satu unit, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan pelayanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial risiko dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien (WHO, 2007).



Tujuan timbang terima Timbang terima menurut Australian Healthcare and Hospitals Association (2009)



memiliki



tujuan



untuk



mengidentifikasi,



mengembangkan



dan



meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan. Menurut Sand Jecklin dan Sherman (2013) bedside reporting bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan kepuasan klien, menciptakan kepercayaan antara perawat dan klien, mengurangi kesalahan komunikasi, mempromosikan akuntabilitas dan kerjasama tim juga rasa hormat antara staf. Manfaat timbang terima Manfaat timbang terima menurut Australian Healthcare and Hospitals Association (2009) adalah: 1) peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan misalnya, penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang dapat membahayakan kondisi pasien, 2) timbang terima merupakan sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat yang mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan selain itu timbang terima juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan selanjutnya, 3) timbang terima memberikan manfaat katarsis (upaya untuk melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat yang mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian dinas dan tidak dibawa pulang dengan kata lain proses timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada perawat, 4) timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat yaitu memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya



(pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat serta perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara komprehensif, dan 5) timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya yaitu pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap, dan bagi rumah sakit dapat meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara komprehensif. Jenis timbang terima Timbang terima pasien menurut Chaboyer, McMurray, Wallis, dan Fetherston (2010) ada beberapa bentuk, yakni : 1) timbang terima pasien secara lisan, 2) timbang terima pasien dengan perekaman, dan 3) timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Timbang terima pasien secara lisan Timbang terima secara lisan dilakukan diruang konferensi atau ruang perawat jaga. Timbang terima pasien secara lisan harus dihadiri oleh anggota staf dari kedua kelompok. Perawat yang akan menyerahkan, menyiapkan status pasien dan melaporkan kepada perawat yang akan bertugas saat itu, kemudian dilaporkan tentang masalah keperawatan yang belum teratasi, serta tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan, selanjutnya perawat yang akan bertugas pada saat itu wajib mengklarifikasi laporan yang telah disampaikan. Kelemahan timbang terima pasien secara lisan adalah kemungkinan adanya data yang hilang sehingga akan memberikan informasi yang tidak akurat.



Timbang terima pasien dengan perekaman Timbang terima pasien dengan audiotape diberikan oleh perawat yang telah menyelesaikan perawatan pada pasien dan ditinggal untuk perawat pada giliran tugas berikutnya untuk ditinjau ulang. Jenis pelaporan dengan audiotape cendrung berisi informasi yang lebih objektif serta dapat meningkatkan efisiensi dengan memungkinkan staf untuk melaporkan ketika ada waktu, tetapi pada pelaporan ini tidak memungkinkan staf untuk mengajukan pertanyaan dan meminta klarifikasi. Timbang terima pasien dengan metode bedside handover Chaboyer, McMurray, Wallis, dan Fetherston (2010) menyampaikan bahwa timbang terima dengan metode bedside bermanfaat bagi pasien untuk menjaga informasi pasien dan memungkinkan pasien untuk mengetahui siapa yang merawat mereka, memberdayakan pasien dalam proses kesehatan, memberi kesempatan untuk berbicara dengan perawat. Menurut Australian Comission for Safety and Quality in Health Care (2008), bedside handover yaitu metode transfer informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan atau pertukaran antar shift yang dilakukan disamping tempat tidur pasien yang bertujuan untuk berbagi informasi antara perawat dan pasien untuk memastikan kesinambungan perawatan dan merupakan proses interaktif, memberikan kesempatan pasien untuk memberikan masukan dan penyampaian masalah. Bedside handover adalah komunikasi informasi penting bagi pasien dari satu penyedia layanan yang lain yang terjadi pada titik pemberian perawatan (Friesen, Herbst, Robinson, Speroni, & Turner, 2013). Penelitian Australian Commission on Safety and Quality in Health Care (ACSQH, 2008) di rumah sakit



Queensland pada seluruh ruang rawat inap didapatkan hasil bahwa bedside handover mempunyai tiga keuntungan yakni memberikan dukungan kepada ketua tim dan perawat pelaksana, meningkatkan keselamatan pasien dan meningkatkan angka kepulangan pasien. Mekanisme kegiatan timbang terima bedside handover Timbang terima menurut Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) dalam Australian Commission on Safety and Quality in Health Care (ACSQH, 2008) bedside handover memiliki 5 komponen utama yang berfungsi sebagai standar operasional bagi perawat dalam melakukan timbang terima, komponen-komponen utamanya yakni : Persiapan Alokasi staf dan pasien Alokasi staf dan pasien adalah cara mengelompokkan pasien menjadi beberapa yang ditentukan oleh tim keperawatan, sehingga tim dengan mudah dapat membagi tugas dari masing-masing perawat pelaksana yang bertugas pada saat itu. Metode bedside handover tidak ada ketentuan khusus dalam mengkategorikan pasien, sehingga perawat pelaksana dapat membagi sesuai kebutuhan. Metode ini dapat meningkatkan motivasi kerja perawat karena perawat terlibat langsung dalam pembagian kategori pasien terebut (ACSQH, 2008). Mengkaji ulang status pasien Mengkaji kembali status pasien yakni : usia, jenis kelamin, diagnosa medis, diagnosa keperawatan, rekam medis, riwayat keluarga, perubahan kondisi pasien, terapi yang akan dan sedang berlangsung, dan informasi sensitif yang seharusnya diketahui sebelum memulai bedside handover (ACSQH, 2008). Ketua tim



mempunyai tanggung jawab memastikan dan melihat apakah status pasien akurat dan telah diperbaharui. Mengkaji ulang status pasien maka akan diketahui bersama kesalahan yang mungkin tidak disengaja terhadap terapi yang telah diberikan atau hal lainnya. Sebaiknya status pasien juga diletakkan dikaki tempat tidur pasien dan dekat daerah yang aman agar mudah bagi perawat untuk melihat dan melakukan pengkajian awal (ACSQH, 2008). Memberitahukan kepada pasien Perawat Pelaksana harus memberi tahu pasien bahwa timbang terima akan dimulai sebentar lagi, hal ini menjadi tanda kepada pasien bahwa perawat yang merawatnya akan segera berganti dan juga memberikan waktu untuk bersiap-siap kepada pasien termasuk apa yang ingin disampaikan pada saat timbang terima berlangsung (ACSQH, 2008). Meminta keluarga dan pengunjung lainnya untuk meninggalkan ruangan Mengizinkan anggota keluarga untuk tetap tinggal mendampingi pasien atas izin pasien saat timbang terima berlangsung. Pengunjung lainnya diminta untuk meninggalkan ruangan pada saat timbang terima berlangsung. ada beberapa manfaat dari tahapan ini menurut Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) yakni: 1) pasien merasa lebih nyaman untuk memulai timbang terima, 2) keluarga dapat hadir dan ikut serta dalam memberikan kontribusi bersama pasien, dan 3) pasien dan keluarga dapat memberikan informasi yang lebih fokus dan lengkap apabila pengunjung lainnya diminta untuk keluar dari ruangan pada saat timbang terima berlangsung (ACSQH, 2008).



Introduksi Ketua tim dan beberapa perawat pelaksana shift sebelumnya yang akan melaksanakan timbang terima sedangkan perawat pelaksana yang lain bertugas melayani pasien dan melakukan asuhan keperawatan yang masih belum dilakukan. Ketua tim shift sebelumnya telah membuat laporan mengenai pasien yang akan dialihkan untuk shift selanjutnya. Ketua tim shift sebelumnya menyapa pasien, memastikan bahwa pasien siap dan memperkenalkan tim shift selanjutnya kepada pasien dan keluarganya. Ketua tim shift selanjutnya dapat memilih perawat pelaksana untuk mengikuti timbang terima sesuai dengan pembagian pasien dari tim tersebut (ACSQH, 2008). Manfaat menerapkan tahapan introduksi menurut Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) adalah: 1) memberikan kesempatan kepada perawat pelaksana yang lain dalam melaksanakan tugas wajib keperawatan yang lainnya, 2) seluruh perawat pelaksana shift selanjutnya dapat mengikuti jalannya timbang terima, 3) perawat pelaksana shift selanjutnya yang bertanggung jawab terhadap pasien tertentu dapat berkontribusi lebih pada saat timbang terima, dan 4) perawat pelaksana yang tidak melakukan timbang terima dapat menggunakan status pasien sebagai panduan dan mengatur asuhan yang akan diberikan dibawah pengawasan ketua tim. Hal yang penting diperhatikan pada saat introduksi dilakukan adalah menanyakan kembali kepada pasien apakah pasien bersedia untuk melakukan timbang terima disamping tempat tidur pasien. Pasien mempunyai hak untuk menolak dilakukannya timbang terima, apabila dianggap tidak nyaman atau ingin beristirahat pada saat timbang terima dilakukan. Hal ini banyak terjadi pada pasien yang dirawat diruangan yang mempunyai 3 atau lebih tempat tidur, dengan



demikian



perawat akan melakukan timbang terima di ruang perawat



(ACSQH, 2008). Pertukaran informasi Pertukaran informasi dapat dilakukan seiring dengan pengkajian pasien dengan menggunakan format timbang terima (menggunakan format SBAR atau ISOBAR) untuk melihat sejauhmana perkembangan kesehatan pasien. Ada beberapa data yang dapat langsung dilihat dan divalidasi yakni : waktu dan alasan masuk rumah sakit, riwayat medis pasien, investigasi kemungkinan diagnosa lanjutan, tindakan asuhan keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan respon dari pasien, pertimbangan keamanan, dan rekomendasi perawatan selanjutnya (Chaboyer, McMurray, & Wallis, 2010). Perawat menggunakan bahasa yang sopan dan sesuai dengan budaya pasien dan mengurangi menggunakan kata-kata medis yang sulit dimengerti pasien dan keluarganya. Secara umum, informasi yang disampaikan pada saat timbang terima pasien dengan metode bedside handover tidak berbeda dengan jenis timbang terima yang lainnya. Kelebihan menerapkan tahapan pertukaran informasi menurut Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) dalam timbang terima pasien dengan metode bedside handover yaitu : 1) pasien dapat memvisualisasikan asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien, 2) memicu perawat yang akan bertugas untuk mengajukan pertanyaan tambahan secara langsung dengan pasien,



keluarga



pasien



maupun



teman



sejawatnya,



3)



perawat



akan



mengobservasi secara langsung kondisi dan memperoleh data yang lebih akurat dikarenakan melihat pasien secara langsung.



Keterlibatan pasien Keterlibatan pasien sangat penting dalam proses timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Pasien harus diberi kesempatan untuk klarifikasi tindakan, kondisi dan mengkonfirmasi informasi yang diterima pasien. Tim perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk



memberikan



komentar atau menanyakan pertanyaan ketika timbang terima. Anggota keluarga juga diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam timbang terima dengan persetujuan pasien (ACSQH, 2008). Kelompok pasien yang mungkin tidak dapat mengikuti timbang terima yang sudah dijadwalkan sebelumnya yaitu: pasien yang sedang tidur, pasien penurunan kesadaran atau kebingungan, pasien koma pasien isolasi, pasien yang sulit berkomunikasi dan pasien dengan kondisi lainnya yang membutuhkan partisipasi lanjutan dari pasien sendiri. Perawat harus memperhatikan aspek sensitif atau kerahasian pasien dalam melakukan timbang terima pasien metode bedside handover. Kerahasian pasien dapat menjadi masalah jika tidak segera ditangani. Ada beberapa strategi untuk menjaga kerahasian pasien yaitu: 1) informasi sensitif dapat dibahas jauh dari samping tempat tidur pasien, 2) perawat menurunkan suara mereka ketika berbagi informasi sensitif, dan 3) informasi sensitif dapat dicatat pada lembar timbang terima. Informasi sensitif dapat mencakup: tes darah yang bersifat diagnostik (misalnya HIV positif), informasi penyakit menular (misalnya Hepatitis), masalah psikiatrik (misalnya bunuh diri, penyalahgunaan etanol), masalah keluarga (misalnya konflik, kekerasan dalam rumah tangga).



Safety scan Tindakan safety scan adalah suatu tindakan pemantauan sekeliling lingkungan pasien. Safety scan membantu mempromosikan keamanan pasien dan merupakan salah satu keuntungan dari timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Menurut Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) ada 3 indikator dari safety scan yaitu : 1) safety scan lingkungan, 2) melihat ulang catatan pasien, dan 3) melihat ulang lembar bedside pasien. Safety scan lingkungan Safety scan lingkungan adalah memeriksa keamanan lingkungan pasien dan peralatan ketika bedside. Ada beberpa yang harus diperhatikan perawat, yakni : 1) call bell pasien harus dalam jangkauan pasien. Apabila tidak ada call bell, maka pasien diajarkan untuk dapat memanggil keluarga untuk diminta memanggilkan perawat bila diperlukan, 2) suction, oksigen dan perlengkapan lain bekerja secara normal dan mudah dijangkau pasien, balutan luka, drains dan cairan infus aman dan terpasang secara benar, 3) kelembaban lantai dan ruangan yang kondusif untuk mobilitas yang aman dan kemudahan akses, dan 4) melihat penggunaan rel



tempat



tidur,



ketinggian



tempat



tidur,



dan



lain-lain



(Chaboyer, McMurray, &Wallis, 2010). Melihat ulang catatan pasien Pengamatan kembali kepada pasien memungkinkan perawat memperoleh gambaran kondisi pasien dengan jelas ketika melihat pasien dan berkomunikasi dengan secara langsung apa yang dirasakan pasien (Chaboyer, McMurray, &Wallis, 2010).



Melihat ulang lembar bedside pasien Melihat ulang lembar bedside pasien untuk mengidentifikasi pertimbangan keamanan tambahan. Lembar bedside pasien yang harus dilihat adalah : asuhan keperawatannya, observasi tanda-tanda vital, catatan obat, catatan infus, nyeri dan resiko jatuh. Timbang terima lengkap Perawat mengajukan pertanyaan terakhir untuk klarifikasi lebih lanjut sebelum meninggalkan tempat tidur pasien. Setelah selesai timbang terima, perawat harus memastikan bahwa semua informasi rahasia telah diteruskan kepada shift berikutnya (Chaboyer, McMurray, & Wallis, 2010).



Tabel 1:Mekanisme Timbang Terima Bedside Handover PERSIAPAN Menglokasikan pasien Mengkaji ulang status pasien Memberitahukan kepada pasien timbang terima akan dimulai Meminta keluarga dan pengunjung lainnya untuk meninggalkan ruangan INTRODUKSI Menyapa pasien Perawat shift sebelumnya memperkenalkan kepada pasien dan keluarganya perawat shift selanjutnya



PERTUKARAN INFORMASI Menggunakan format timbang terima Mengurangi menggunakan kata-kata medis yang sulit dimengerti pasien dan keluarganya Mengklarifikasi dan bertanya (kondisiklinis, tes dan prosedur, ADL, discharge planning, perencanaan asuhan keperawatan).



KETERLIBATAN PASIEN Bertanya kepada pasien jika mereka memiliki pertanyaan atau komentar. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengkonfirmasi dan mengklarifikasi



SAFETY SCAN Safety scan lingkungan Melihat ulang catatan pasien Melihat ulang lembar bedside pasien



TIMBANG TERIMA LENGKAP Minta pasien jika pasien memiliki pertanyaan akhir.



Memastikan bahwa semua informasi rahasia telah diteruskan kepada shift berikutnya PASIEN BERIKUTNYA



Chaboyer, McMuray, dan Wallis. Standard operating protocol for handover in nursing. Queensland Australia (2010). Konsep Kepuasan Kerja



bedside



Pengertian kepuasan kerja Kepuasan kerja merupakan keseluruhan perasaan terhadap pekerjaan dan hubungannya dengan berbagai aspek dari pekerjaan, dimana aspek penilaian kepuasan kerja terdiri dari mengemukakan aspek-aspek kerja, gaji, kesempatan promosi, pengawasan, keuntungan yang didapat, prosedur dalam melakukan kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi dan rekan kerja (Spector, 1997). Kirsten et al. (2014) juga mendefenisikan kepuasan kerja sebagai hasil pencapaian pada saat bekerja yang didukung dengan pencapaian kebutuhan fisik dan psikologis. Menurut Kreitner (2014) kepuasan kerja adalah sebuah tanggapan afektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang. Kepuasan kerja menyangkut sikap seseorang mengenai pekerjaannya. Kepuasan itu tidak nampak secara nyata, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu hasil pekerjaan. Kepuasan kerja bersifat individual dimana setiap individu memiliki tingkat kepuasan berbeda-beda sesuai sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Teori kepuasan kerja Greenberg dan Baron (2003) mengatakan salah satu teori pendekatan mengenai kepuasan kerja adalah teori dua faktor. Teori dua faktor (two factor theory) menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan rasa puas dan tidak puas seseorang yakni faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor motivasi (motivational factors).



Pengukuran kepuasan kerja Kepuasan kerja merupakan indikator yang bersifat kualitatif. Mengukur kepuasan kerja diperlukan suatu metode pengukuran yang terstruktur dan sistematis agar data yang ditemukan dalam subjek penelitian mampu diterjemahkan dalam suatu bahasa yang dapat diinterprestasikan. Data tersebut sebaiknya dikuantitatifkan agar memudahkan pembaca mengartikannya dan mempermudah pula dalam pengambilan kesimpulan, untuk itu dapat digunakan sejumlah daftar pertanyaan yang telah teruji validatas dan reliabilitasnya.. Daftar pertanyaan yang digunakan dapat bermacam-macam, tergantung dari aspek mana kepuasan kerja itu diteliti, namun semuanya berkaitan dengan apa yang dirasakan ditempat kerja (Pangabean, 2002). Alat yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja antara lain: 1) minnesota satisfaction questionnaire, 2) job descriptive index , 3) pay satisfaction questionnaire, 4) job diagnostic survey, 5) brayfield rothe index, 6) job descriptive index, 7) job satisfaction survey. Minnesota satisfaction questionnaire Pengukuran kepuasan kerja ini dikembangkan oleh Weiss dan England pada tahun 1967. Minnesota satisfaction questionnaire (MSQ) adalah suatu instrumen atau alat pengukur kepuasan kerja yang dirancang sedemikian rupa yang didalamnya memuat secara rinci unsur-unsur yang terkategorikan dalam unsur kepuasan dan unsur ketidakpuasan. Skala MSQ mengukur berbagai aspek pekerjaan yang dirasakan sangat memuaskan, memuaskan, tidak dapat memutuskan, tidak memuaskan dan sangat tidak memuaskan. Karyawan diminta



memilih satu alternatif jawaban yang sesuai dengan kondisi pekerjaannya. Skor yang tinggi mencerminkan skor kepuasan kerja yang tinggi pula. Job descriptive index Job descriptive index adalah suatu instrumen pengukur kepuasan kerja yang dikembangkan oleh Kendall dan Hulin (1969). Instrumen ini dapat diketahui secara luas bagaimana sikap karyawan terhadap komponen-komponen dari pekerjaan itu. Variabel yang diukur adalah kepuasan terhadap penawasan (supervisi), kepuasan terhadap rekan kerja, kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap gaji, dan kepuasan terhadap promosi. Pay satisfaction questionnaire Pay satisfaction questionnaire merupakan sebuah daftar pertanyaan yang ditunjukkan untuk menilai kepuasan kerja terhadap aspek pembayaran. Bentuk kepuasan gaji dalam penelitian dapat diartikan bahwa seseorang akan terpuaskan dengan gajinya ketika persepsi terhadap gaji dan yang mereka peroleh sesuai dengan yang diharapkan. Kepuasan gaji diukur dengan dimensi yang berjumlah 18 item dengan indikator: tingkat gaji (pay level), kompensasi (benefits), kenaikan gaji (pay raise), struktur dan administrasi penggajian (pay structure and administration). Job diagnostic survey Job diagnostic survey dikembangkan oleh Hackman dan Oldman (1975). Alat ukur ini menunjukkan kaitan kepuasan kerja dengan 5 dimensi inti dari karakteristik pekerjaan yaitu: keanekaragaman keterampilan (skill variety), identitas tugas (task identity), keberartian tugas (task significance), otonomi (autonomy), dan umpan balik (feedback).



Brayfield rothe index Brayfield dan Rothe (1951) mengemukakan bahwa usaha yang sistematis untuk mengembangkan indeks kepuasan kerja telah dilakukan oleh Hoppock pada permulaan 1930. Indeks itu terdiri atas 4 pertanyaan, dimana masing-masing diminta untuk memilih 7 jawaban dengan menggunakan skala interval dari yang paling sangat setuju ke jawaban yang paling sangat tidak setuju. Job descriptive index Sebuah kuesioner pengukuran yang didalamnya menggambarkan beberapa aspek pekerjaan, diantaranya mengenai pekerjaan itu sendiri, gaji, peluang promosi, supervisi dan hubungan kerja. Job satisfaction survey Alat ukur kepuasan ini dikembangkan oleh Spector (1997), alat ukur ini sering digunakan pada pelayanan keperawatan. Job satisfaction survey (JSS) ini terdiri dari 9 aspek dan 36 item berbentuk skala linkert. Berdasarkan penjelasan yang telah diperoleh, skala pengukuran yang sesuai mengukur kepuasan kerja perawat adalah dengan menggunakan job satisfaction survey, dimana pengukuran setiap aspeknya menggunakan skala dari nilai terendah sampai tertinggi (skala linkert) dengan tingkat kepuasan.



Konsep Watson’s Theory of Transpersonal Caring Teori ini dikembangkan oleh Jean Watson pada tahun 1979, dikenal juga dengan istilah Theory of Human Caring. Teori ini terus dikembangkan dari tahun ke tahun, namun pemikiran dasar dari teori ini tidak berubah yakni menekankan aspek humanistik kedalam ilmu pengetahuan keperawatan. Teori



Transpersonal



caring



relationship



menurut



Watson



(1999)



berkarakteristikkan hubungan khusus manusia yang tergantung pada moral perawat yang berkomitmen, melindungi, dan meningkatkan martabat manusia seperti dirinya atau lebih tinggi dari dirinya. Perawat merawat dengan kesadaran yang dikomunikasikan untuk melestarikan dan menghargai spiritual, tidak memperlakukan seseorang sebagai sebuah objek. Teori utama yang dikembangkan mencakup carative factor, transpersonal, caring relationship, dan caring occation moment. Terkait konteks penelitian maka peneliti hanya akan membahas teori tentang carative factor yang mempunyai kaitan dengan implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover yakni: 1) membina hubungan saling percaya (carative factor yang ke 4), dan 2) menciptakan lingkungan mental, fisik, sosial budaya dan spiritual yang mendukung (carative factor yang ke 8). Membina hubungan saling percaya Keperawatan



sebagai



ilmu



yang



didasari



konsep



caring



harus



mempertimbangkan konsep membina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Pasien akan merasa bahwa perawat peduli terhadapnya jika perawat tersebut



memperhatikan



kebutuhan



dasarnya



sebagai



individu



menumbuhkan rasa percaya, keyakinan dan harapan terhadap pelayanan



sehingga



keperawatan. Perawat yang mempunyai kompetensi dalam bersikap caring akan mampu menghasilkan outcomes yang bernilai dalam pelayanan keperawatan. Dengan demikian pasien yang mempunyai hubungan interpersonal yang baik dengan perawat akan mengindikasikan tingginya kualitas pelayanan keperawatan. Agar dapat membina hubungan saling percaya, perawat terlebih dahulu harus menanamkan sikap tertentu yaitu congruence, empathy dan non possesive Warmth (Watson, 1979). Congruence Congruence didasarkan pada keinginan perawat ingin menjadi apa dan terlihat seperti apa, melibatkan keterbukaan dalam perasaan, dan sikap yang diberikan saat interaksi. Congruence dapat juga disamakan dengan genuineness yang berarti terasa nyata, jujur dan otentik. Dengan kata lain pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat akan terasa nyata, jujur dan otentik bagi pasien. Emphaty Emphaty merupakan konsep yang penting dalam membina hubungan saling percaya. Empathy mengacu pada kemampuan perawat untuk ikut mengalami dunia dan perasaan orang lain, sehingga mampu berkomunikasi berdasarkan pemahamannya tentang dunia atau perasaan orang lain tersebut. Kemampuan perawat untuk berespon terhadap perasaan orang lain adalah dasar dalam emphaty. Jika perawat mampu merasakan perasaan pasien maka pasien dan perawat akan mempunyai hubungan emosional yang baik. Perawat yang emphaty mampu mengenali dan menerima perasaan orang lain tanpa merasa tidak nyaman, takut,



marah atau konflik dalam dirinya sehingga perawat akan mampu untuk berkomunikasi tentang perasaan pasien tanpa menganalisa atau menghakimi. Non possessive warmth Non possessive warmth merupakan kondisi interpersonal dalam membina hubungan saling percaya. Perawat yang efektif akan memberikan pelayanan yang tidak



mengancam,



aman,



terpercaya



dengan



menunjukkan



penerimaan,



penghargaan positif dan keramahan yang tidak posesif. Beberapa sikap



non



verbal yang dapat ditunjukkan perawat dalam mewujudkan non possesive warmth antara lain: 1) mempertahankan kontak mata selama interaksi, 2) menggunakan volume suara yang sesuai, 3) terlihat nyaman dan santai, 4) bertatap muka dengan orang lain, 5) menunjukkan sikap fostur tubuh yang terbuka, 6) mencondongkan tubuh ke arah lawan bicara, dan 7) memberikan ekspresi wajah yang sesuai dengan kondisi emosionalnya. Menciptakan lingkungan mental, fisik, sosial budaya dan spiritual yang mendukung Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien. Adanya hubungan yang saling terkait antara lingkungan internal dan eksternal sangat berpengaruh terhadap kondisi sehat dan sakit dari manusia. Lingkungan internal berupa biologis dan fisiologis akan mempengaruhi pola atau gaya hidup seseorang, selain itu gaya hidup eksternal seseorang juga akan mempengaruhi keseimbangan (homeostatis) internalnya. Lingkungan eksternal yang perlu diperhatikan perawat yang berhubungan dengan stress antara lain : kenyamanan, privasi, keamanan dan lingkungan yang bersih dan indah.



Kenyamanan Kenyamanan merupakan variabel eksternal yang dapat dikendalikan oleh perawat. Adanya stress pada pasien yang diakibatkan proses hospitalisasi dapat diatasi dengan memberikan lingkungan yang nyaman sehingga berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental pasien. Perawat dapat melakukan berbagai cara atau prosedur untuk memberikan dan meningkatkan kenyamanan pasien seperti: 1) perawatan personal hygiene, 2) kebersihan tempat tidur, dan 3) penempatan obat-obatan yang rapi, 4) memindahkan peralatan yang berbahaya bagi pasien, 5) melakukan perubahan posisi, 6) membuat tempat tidur yang nyaman, 7) menurunkan ketegangan otot dengan massage, 8) memberikan prosedur teraupetik seperti obat-obatan pengurang nyeri, 9) mengidentifikasi implikasi dari penyakit pasien dan meminimalkan implikasi dari penyakit tersebut, dan 10) memodifikasi pelayanan keperawatan kepada pasien. Privasi Privasi adalah faktor utama yang perlu dipertimbangkan untuk dapat meningkatkan lingkungan fisik, sosiokultural dan spiritual pasien. Privasi dapat dinterpretasikan kedalam beberapa pengertian yaitu : 1) hak pasien untuk tidak mengikutsertakan orang lain terkait informasi tentang penyakitnya, 2) kesadaran dan penghargaan dari perawat bahwa setiap pasien memiliki hak yang sama untuk mengambil keputusan bagi dirinya, 3) faktor yang berpengaruh terhadap waktu, tempat, masalah dan sejumlah informasi, dan 4) upaya untuk menjauhkan pasien dari hal-hal yang mempengaruhi kondisi fisik dan psikologisnya.



Keselamatan Keselamatan



merupakan



tindakan



yang



dilakukan



perawat



untuk



mendukung, melindungi dan memperbaiki lingkungan yang dapat menyebabkan bahaya. Perawat harus mampu mengkaji variabel yang berpengaruh terhadap keselamatan seperti: usia, kemampuan bergerak, pengaturan perabot, defisit sensori, disorientasi, restrain, kaki palsu dan peralatan pendukung lainnya. Pengawasan mendasar terhadap keselamatan antara lain control infeksi dengan mencuci tangan, perawatan kulit, teknik isolasi dan teksik sterilisasi. Beberapa bahaya yang dapat terjadi selama proses hospitalisasi pada anak antara lain pasien jatuh, luka bakar, terhirup benda asing, mainan yang berbahaya, keracunan, dan kurangnya imunisasi. Lingkungan yang bersih dan indah. Perawat harus mempertimbangkan bahwa makna keindahan berbeda pada masing-masing orang, namun keindahan dan kebersihan lingkungan selalu memberikan efek positif terhadap peningkatan kesehatan seseorang, namun upaya untuk



memenuhi



kebersihan



dan



keindahan



lingkungan



memperhatikan privasi, kenyamanan dan gaya hidup pasien.



tersebut



tetap



Konsep Action Research Pengertian action research Action research merupakan suatu bentuk kegiatan penelitian yang didasarkan pada prinsip kolektif dan reflektif yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial untuk meningkatkan praktek sosial atau kependidikan (Kemmis & McTaggart, 1988). Action research memungkinkan adanya keterlibatan antara peneliti dengan partisipan dalam bentuk kolaborasi dan menitikberatkan terhadap pendekatan naturalistic dan humanistic (Holter & Schwartz-Barcott, 1993). Action research menuntut seorang peneliti untuk tidak hanya mengumpulkan informasi atau pengetahuan tentang situasi tertentu, namun juga diharapkan untuk mampu membantu memperbaiki situasi yang ditemui pada saat penelitian (Polit & Beck, 2012). Metode penelitian action research berlangsung bersama kolaborasi dan dialog yang dapat memotivasi, meningkatkan harga diri dan menghasilkan solidaritas yang kuat antara partisipan dan peneliti. Strategi pengumpulan data yang digunakan tidak hanya metode tradisional seperti wawancara dan observasi, tetapi bisa juga dilakukan bercerita, drama komedi, menggambar dan melukis, bermain peran dan kegiatan lain yang mendorong partisipan mengenali kekuatan sendiri dan menemukan cara-cara kreatif untuk mengeksplorasi kehidupan mereka (Polit & Beck, 2012).



Proses action research Kemmis dan McTaggart (1988) menjelaskan bahwa dalam melaksanakan action research memerlukan beberapa langkah tindakan yaitu reconnaissance, planning, acting and observing dan reflection. Reconnaisance Reconnaisance merupakan tahap awal dalam mencari permasalahan yang ada. Tahap ini dapat di sebut juga tahap preliminary studi, yaitu mempelajari masalah yang ada dan menentukan tema yang penting. Tahap ini menggambarkan apa yang terjadi sekarang dan apa yang kita lakukan sekarang. Pernyataanpernyataan tentang masalah yang ada mulai dimunculkan pada tahap ini. Selain menentukan masalah yang akan diteliti, tahap ini juga menentukan group action berupa kumpulan orang-orang yang terlibat dalam penelitian dan memastikan bahwa orang-orang tersebut sudah mendapatkan informasi tentang penelitian dan mempunyai komitmen untuk bekerjasama dalam proyek penelitian. Planning Planning merupakan perencanaan yang bersifat untuk perbaikan. Tahap ini beorientasi pada peneliti tentang bagaimana kolaborasi dengan partisipan. Pada tahap ini peneliti harus memutuskan bersama dengan kelompok aksi kemungkinan tindakan perbaikan yang dapat dilakukan dan hambatan dalam penelitian. Peneliti merumuskan apa yang dapat dilakukan pada situasi atau kondisi tempat penelitian. Perencanaan meliputi rencana untuk merubah dengan menggunakan bahasa, aktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan organisasi, dan merencanakan hasil yang di inginkan. Tahap ini akan menjawab pertanyaan : apa yang akan dilakukan, oleh siapa, kapan dan bagaimana?



Acting dan observing Acting dan observing adalah mengimplementasikan rencana dan mengobservasi pekerjaan yang dilakukan. Tahap ini adalah melaksanakan rencana yang sudah di tetapkan, meliputi melaksanakan rencana untuk berubah dengan menggunakan bahasa, aktivitas dan praktik, hubungan antara manusia dan organisasi, dan mengobservasi hasil dari implementasi yang telah di lakukan. Hal yang harus diperhatikan oleh peneliti pada tahap ini adalah, setelah peneliti melakukan kegiatan maka peneliti harus segera memonitor apa yang terjadi setelah dilakukan tindakan. Reflection Reflection merupakan waktu untuk memberikan analisa, sintetis, interpretasi dan menyimpulkan hal yang penting. Pada tahap ini refleksi berfokus pada hasil yang telah di capai kemudian di buat analisa untuk perbaikan pada cycle berikutnya. Berikut akan digambarkan proses action research menurut Kemmis dan McTaggart (1988) :



Gambar 1



Siklus action research Kemmis dan McTaggart (1988)



Kerangka Konsep



Ruang rawat inap



STRUKTUR Carative Factor 4: Perawat Membina Pasien hubungan saling Lembar percaya Tentative Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien dengan Metode Bedside Handover timbang terima 1. Congruence 2. Empathy PROSES 3. Non Persiapan possesive Introduksi warmth Pertukaran Informasi Carative Factor 8: Keterlibatan Pasien Menciptakan Safety Scan P lingkungan yang R Timbang mendukung terima selesai 1. Kenyamanan 2. Privasi CYCLE 1 3. Keselamatan 4. Lingkungan yang bersih dan A&O



OUT COME Draft Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien dengan Metode Bedside Handover



Keterangan P : Planning A & O : Action dan observation R : Reflective



Gambar 2



Kerangka Teori Dan Metodologi Implementasi Timbang Terima Pasien Metode Bedside Handover Di Ruang rawat inap



BAB 3 METODE PENELITIAN



Jenis Penelitian Jenis



penelitian



yang



digunakan



adalah



action



research



untuk



mengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan, karena action research merupakan suatu bentuk kegiatan penelitian yang didasarkan pada prinsip kolektif dan reflektif yang dilakukan partisipan dalam situasi sosial untuk meningkatkan praktek sosial atau kependidikan (Kemmis & McTaggart, 1988). Action research menuntut seorang peneliti untuk tidak hanya mengumpulkan informasi atau pengetahuan tentang situasi tertentu, namun juga diharap kan untuk mampu membantu memperbaiki situasi yang ditemui pada saat penelitian (Polit & Beck, 2012). Penelitian ini merupakan 1 siklus action research dan dibagi kedalam empat tahapan



yang disusun



berdasarkan



konsep



four



„moments‟



of



action research Kemmis & McTaggart (1988). Keempat tahapan tersebut terdiri dari planning, acting, observing dan reflecting. Penelitian ini merupakan penelitian action research yang pertama dilakukan peneliti di Rumah Sakit USU Medan, maka peneliti memerlukan tahap reconnaissance (persiapan) yang merupakan tahap awal dalam mencari permasalahan terkait timbang terima pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.



Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Ruang rawat inap akan dijadikan sebagai tempat penelitian mengingat ruangan ini merupakan ruangan baru dibuka soft launching 28 Maret 2016, sehingga masih membutuhkan banyak pengembangan dalam pelayanan keperawatannya. Pengambilan data dan kegiatan penelitian berdasarkan action research dilaksanakan selama 12 minggu sejak Mei hingga Juli 2017.



Partisipan Penelitian Proses pemilihan partisipan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling, dimana setiap orang yang mempunyai pengalaman tentang fenomena yang sedang diteliti berhak menjadi partisipan atau orang-orang yang terlibat langsung dalam pengembangan protokol timbang terima metode bedside handover yaitu kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana dan pasien sebagai objek (Streubert & Carpenter, 2003). Pemilihan subjek penelitian ini sejalan dengan pendapat Polit dan Beck (2012) yang menyatakan bahwa pada penelitian kualitatif subjek penelitian atau dikenal dengan partisipan adalah subjek yang pernah mengalami substansi yang akan diteliti. Pemilihan partisipan tersebut dilakukan peneliti pada saat focus group discussion. Teknik pemilihan partisipan dilakukan dengan cara yaitu: 1) mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi lapangan, dan 2) mencari partisipan yang sesuai dengan kriteria inklusi dengan mempertimbangkan berbagai variasi untuk memperkaya data hasil penelitian. Menurut Polit dan Beck



(2012), untuk menghindari bias pada penelitian maka sampel yang dipilih harus memenuhi kriteria karakteristik populasi yang spesifik atau disebut dengan kriteria populasi yang memenuhi syarat (eligibility criteria) atau disebut juga kriteria inklusi (inclusion criteria). Kriteria inklusi partisipan yang dipilih peneliti pada saat focus group discussion adalah: 1) harus mengalami langsung situasi atau kejadian yang berkaitan dengan timbang terima metode bedside handover di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan, 2) mampu mengemukakan pendapat dan berpengalaman, 3) bersedia terlibat dalam kegiatan penelitian, 4) bersedia untuk diwawancarai dan direkam aktifitasnya selama wawancara, 5) memberikan persetujuan mempublikasikan hasil penelitian. Jumlah partisipan focus group discussion pada tahap reconnaissance adalah 5 (lima) orang yaitu kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Jumlah partisipan focus group discussion pada tahap reflection adalah 6 (enam) orang yaitu Kepala seksi keperawatan, Ketua komite keperawatan, wakil ketua komite keperawatan, kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Partisipan untuk penyebaran kuesioner (self report) kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang terpilih menjadi partisipan telah memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut, yaitu: 1) telah dirawat minimal 3 hari di ruang cendana, 2) bersedia berpartisipasi menjadi partisipan dalam penelitian, dan 3) dapat berkomunikasi dengan baik, dimana jumlah pasien diruang rawat inap kelas I sebanyak 30 pasien. Partisipan untuk penyebaran kuesioner (self report) kepuasan kerja perawat yang terpilih menjadi partisipan telah memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: 1) perawat yang bekerja di ruang cendana, dan 2) tidak



sedang dalam cuti tahunan, cuti melahirkan, dan pelatihan. Dimana pada awalnya partisipan yang terlibat direncanakan 20 orang, dikarenakan ada 2 orang ketua tim ada yang seminar maka partisipan yang terlibat menjadi 18 orang.



Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan yang beragam (ecletical approach) yaitu menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hal ini memungkinkan dilakukan karena action research merupakan penelitian yang unik dan kompleks sehingga dapat digunakan tools yang beragam dalam proses pengumpulan data (Webb,1989). Kompleksitas penelitian action research ini juga terlihat dari beragamnya pengumpulan data pada setiap tahap action research, selanjutnya akan diuraikan tentang alat dan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini.



Metode pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode focus group discussion, observasi partisipan, self report dan field notes. Focus Group Discussion Focus group discussion pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data persepsi partisipan tentang timbang terima selama ini dan untuk mengetahui persepsi partisipan setelah pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap. Peneliti berperan sebagai moderator yang akan memberi arahan terhadap diskusi dengan memberi pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Focus group discussion akan



dilakukan 2 kali yaitu pada tahap reconnaissance dan pada tahap reflecting dengan durasi 60 menit. Focus group discussion pada tahap reconnaissance akan dilakukan pada bulan Mei 2017 di ruangan Bidang Keperawatan dan focus group discussion pada tahap reflecting dilakukan bulan Juli 2017 di ruangan Bidang Keperawatan. Observasi Observasi merupakan observasi partisipan dimana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data (Spadley, 1980). Observasi pada tahap reconnaissance dilakukan Mei 2017 terhadap perawat pelaksana di ruang rawat inap kelas I. Tujuan pelaksanaan observasi pada tahap reconnaissance untuk menilai pelaksanaan timbang terima pasien selama ini. Observasi pada tahap observing dilaksanakan Juni 2017 untuk mengevaluasi perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap. Self report Teknik self report dilakukan dengan cara meminta partisipan mengisi kuesioner data demografi, kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan kuesioner kepuasan kerja perawat. Penyebaran kuesioner data demografi, kuesioner kepuasan pasien dan penyebaran kuesioner kepuasan kerja perawat dilakukan pada tahap reconnaissance yaitu pada Mei 2017.



Alat pengumpulan data Penelitian action research menggunakan peneliti sebagai instrument penelitian yang berarti peneliti sebagai alat untuk melakukan pengumpulan data serta merupakan narasumber apabila ada permasalahan yang muncul dalam penelitian (Polit & Beck, 2012). Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 5 instrumen yaitu: 1) panduan focus group discussion, 2) format timbang terima sebagai lembar observasi partisipan, 3) kuesioner data demografi, 4) kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, dan 5) kuesioner kepuasan kerja perawat. Pengembangan alat pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti dengan terlebih dahulu melakukan studi literatur. Instrumen yang telah disusun kemudian dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Untuk uji validitas dilakukan dengan 4 item sebagai penilaiannya yaitu relevan (relevan), kejelasan (clarity), kesederhanaan (simplicity), dan ambiguitas (ambiguity). Instrumen akan dinyatakan valid apabila Content Validity Index berada diatas >0,80 (Polit & Beck, 2012). Untuk uji reliabilitas dilakukan internal consistency pada kuesioner yang digunakan yang berfokus pada homogenecity dari item. Kuesioner dengan reliabilitas yang tinggi jika nilai Cronbach‟s alpha melebihi angka kritis. Uji reliabilitas minimal 0.70 (Polit & Beck, 2012). Selanjutnya akan dijelaskan tentang alat pengumpulan data yang akan di gunakan dalam penelitian ini.



Panduan Focus Group Discussion Panduan focus group discussion pertama terdiri dari 5 item pertanyaan terbuka tentang persepsi partisipan terhadap timbang terima selama ini. Pertanyaan terbuka ditujukan untuk menggali informasi terkait bagaimana pelaksanaan timbang terima pasien di ruangan selama ini, manfaat timbang terima, faktor penghambat yang dijumpai dalam pelaksanaan timbang terima, dan harapan partisipan terhadap pelaksanaan timbang terima di ruang rawat inap. Instrumen panduan telah diuji validitasnya oleh 3 expert manajemen keperawatan yaitu: 1) Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep, 2) Misrah Panjaitan,S.Kep,Ns,M.Kep, dan 3) Resmi M. Siregar,S.Kep,Ns.M.Kep. Berdasarkan hasil dari expert pertama didapatkan content validity untuk instrument panduan focus group discussion adalah 1, hasil dari expert kedua didapatkan content validity untuk instrument panduan focus group discussion adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan content validity untuk instrument panduan focus group discussion adalah 1. Hasil perhitungan atas uji validitas yang telah dilakukan maka didapatkan panduan focus group discussion tersebut dikatakan valid karena nilai CVI adalah 1. Panduan focus group discussion kedua terdiri dari 5 item



pertanyaan



terbuka tentang evaluasi proses perumusan pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap. Pertanyaan ditujukan untuk menggali informasi tentang persepsi partisipan terhadap proses perumusan pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap. Pertanyaan juga ditujukan untuk menggali informasi tentang manfaat, hambatan, faktor pendukung, upaya untuk mengatasi hambatan dalam proses perumusan



pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap. Instrumen panduan telah diuji validitasnya oleh 3 expert manajemen keperawatan. yaitu: 1) Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep, 2) Misrah Panjaitan, S.Kep, Ns, M.Kep, dan 3) Resmi M. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep. Berdasarkan hasil dari expert pertama didapatkan content validity untuk instrument panduan focus group discussion adalah 1, hasil dari expert kedua didapatkan content validity untuk instrument panduan focus group discussion adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan content validity untuk instrument panduan focus group discussion adalah 1. Hasil perhitungan atas uji validitas yang telah dilakukan maka didapatkan bahwa panduan focus group discussion tersebut dikatakan valid karena nilai CVI adalah 1.



Format timbang terima sebagai lembar observasi partisipan Lembar observasi terdiri dari 22 item pernyataan terkait kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat saat implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap. Pernyataan tentang kegiatan persiapan, kegiatan introduksi, kegiatan pertukaran informasi, kegiatan keterlibatan pasien dan kegiatan safety scan. Skor 1 diberikan apabila kegiatan dalam pernyataan dilakukan dan skor 0 apabila kegiatan dalam pernyataan tidak dilakukan. Uji validitas lembar observasi telah diuji validitasnya oleh 3 expert manajemen keperawatan yaitu: 1) Mazly Astuti, S.Kep,Ns,M.Kep, 2) Misrah Panjaitan, S.Kep,Ns,M.Kep, dan 3) Resmi M. Siregar,S.Kep,Ns.M.Kep.



Berdasarkan hasil dari expert pertama didapatkan content validity untuk instrument panduan observasi adalah 1, hasil dari expert kedua didapatkan content validity untuk instrument panduan observasi adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan content validity untuk instrument panduan observasi adalah 1. Ada beberapa item pertanyaan yang harus diperbaiki yaitu item 1, 4, 13, 14, 15, 16 dan 17. Hasil perhitungan atas uji validitas yang telah dilakukan maka didapatkan panduan observasi tersebut dikatakan valid karena nilai CVI adalah 1 Kuisioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan Kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan terlebih dahulu melakukan studi literatur yang terdiri dari 18 pernyataan dan data demografi pasien yaitu: jenis kelamin, umur, pendidikan, agama, suku, hari rawatan, dan kebangsaan. Tujuan kuesioner kepuasan pasien untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien tentang pelayanan keperawatan. Setiap pernyataan terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu sangat puas diberi nilai 5 (lima), puas diberi nilai 4 (empat), tidak ada pendapat diberi nilai 3 (tiga), tidak puas diberi nilai 2 (dua), dan sangat tidak puas diberi nilai 1 (satu). Uji validitas instrumen kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dilakukan oleh 3 expert dalam manajemen keperawatan yaitu: 1) Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep, 2) Misrah Panjaitan,S.Kep,Ns,M.Kep, dan 3) Resmi M. Siregar,S.Kep,Ns.M.Kep. Berdasarkan hasil dari expert pertama didapatkan content validity untuk instrumen kuesioner kepuasan pasien adalah 1, hasil dari expert kedua didapatkan content validity untuk instrument kuesioner kepuasan pasien adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan content validity untuk instrumen kuesioner kepuasan pasien adalah 1. Hasil perhitungan atas uji



validitas yang telah dilakukan maka didapatkan kuesioner kepuasan pasien tersebut dikatakan valid karena nilai CVI adalah 1. Uji reliabilitas menggunakan internal consistency dengan menguji instrumen dan dilakukan analisis untuk menentukan nilai cronbach alpha, interpretasi nilai reliabilitas dengan cronbach alpha minimal 0.70 adalah baik, akan tetapi bila nilai 0.80 maka nilai tersebut diharapkan (Polit & Back, 2012). Uji reliabilitas instrumen kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dilakukan di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan dengan nilai 0.93, dari nilai cronbach alpha tersebut artinya instrumen dinyatakan reliabel untuk mengukur variabel yang diteliti. Kuesioner kepuasan kerja perawat Kuesioner kepuasan kerja perawat dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan terlebih dahulu melakukan studi literatur yang terdiri dari 18 pernyataan dan data demografi perawat yaitu: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan lama bekerja. Kuesioner kepuasan kerja perawat merupakan upaya meningkatkan komunikasi perawat antar shift. Setiap pernyataan terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu sangat puas diberi nilai 5 (lima), puas diberi nilai 4 (empat), tidak ada pendapat diberi nilai 3 (tiga), tidak puas diberi nilai 2 (dua), dan sangat tidak puas diberi nilai 1 (satu). Uji validitas instrumen kuesioner kepuasan kerja perawat telah dilakukan oleh 3 expert manajemen keperawatan yaitu: 1) Mazly Astuti, S.Kep, Ns, M.Kep, 2) Misrah Panjaitan,S.Kep,Ns,M.Kep, dan 3) Resmi M. Siregar,S.Kep,Ns.M.Kep. Berdasarkan hasil dari expert pertama didapatkan content validity untuk instrument kuesioner kepuasan kerja perawat adalah 1, hasil dari expert kedua



didapatkan content validity untuk instrumen kuesioner kepuasan kerja perawat adalah 1, hasil dari expert ketiga didapatkan content validity untuk instrumen kuesioner kepuasan kerja perawat adalah 1. Hasil perhitungan atas uji validitas yang telah dilakukan maka didapatkan kuesioner kepuasan kerja perawat tersebut dikatakan valid karena nilai CVI adalah 1. Uji reliabilitas menggunakan internal consistency dengan menguji instrumen dan dilakukan analisis untuk menentukan nilai cronbach alpha, interpretasi nilai reliabilitas dengan cronbach alpha minimal 0.70 adalah baik, akan tetapi bila nilai 0.80 maka nilai tersebut diharapkan (Polit & Back, 2012). Uji reliabilitas instrumen kuesioner kepuasan kerja perawat dilakukan di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan dengan nilai 0.93, dari nilai cronbach alpha tersebut artinya instrumen dinyatakan reliabel untuk mengukur variabel yang diteliti.



Prosedur Penelitian Langkah-langkah prosedural action research dalam pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan adalah sebagai berikut : Tahap reconnaisance (Tahap persiapan) Reconnaissance merupakan preliminary study atau studi pendahuluan yang dilakukan peneliti untuk mengidentifikasi masalah atau kebutuhan berdasarkan data yang terkumpul dari berbagai sumber dan metode pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi setting penelitian diruang rawat inap Rumah



Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Peneliti melakukan focus group discussion dengan kepala ruangan, ketua tim dan 4 orang perawat pelaksana. Tujuan dari focus group discussion adalah untuk mengetahui persepsi partisipan tentang implementasi timbang terima pasien yang telah berjalan selama ini, kemudian peneliti melakukan observasi terhadap implementasi timbang terima pasien yang telah berjalan selama ini. Selain itu juga peneliti melakukan pengukuran kepuasan kerja perawat dengan menggunakan kuisioner kepuasan kerja peawat dan pengukuran kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dengan menggunakan kuisioner kepuasan pasien. Hasil focus group discussion dan observasi ini kemudian dianalisa untuk memperoleh masalah terkait implementasi timbang terima pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.



Siklus action research Siklus action research dibagi kedalam 4 langkah yaitu planning, acting, observing dan reflecting. Selanjutnya akan dijelaskan kegiatan pada masingmasing tahap. Planning Pada tahap ini peneliti melakukan perencanaan tindakan atau kegiatan yang bersifat tentatif yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan (Kemmis & Taggart, 1988). Perencanaan tindakan ini dimulai dengan merumuskan tujuan perencanaan yaitu mengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas



Sumatera Utara Medan, kemudian kegiatan apa saja yang dilaksanakan dan strategi apa yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan perencanaan. Kegiatan yang direncanakan pada tahap ini antara lain: 1) merencanakan pertemuan dengan pihak manajerial Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan, 2) merencanakan sosialisasi hasil pengumpulan data prosedur timbang terima pasien pada tahap reconnaissance, 3) merencanakan jadwal perumusan pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Strategi yang dilakukan adalah: 1) membina hubungan saling percaya dengan partisipan, 2) membangun pola fikir partisipan tentang pentingnya protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover bagi praktek keperawatan, dan 3) melakukan pendekatan terhadap pimpinan rumah sakit, pimpinan keperawatan dan jajarannya untuk mendapat dukungan dalam penelitian. Acting dan Observing Tahap ini merupakan tahap penerapan atas rencana tindakan yang telah disusun. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu: 1) melakukan pertemuan dengan pihak manajerial, 2) sosialisasi hasil pengumpulan data prosedur timbang terima pasien pada tahap reconnaissance, dan 3) perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan atas tindakan yang telah dilakukan partisipan. Apakah kegiatan tersebut telah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya atau tidak.



Reflecting Tahap ini merupakan tahap penilaian atas kegiatan yang telah dijalani selama siklus dalam action research. Tujuan pada tahap ini adalah menilai kemajuan, kelemahan dan kendala apa saja yang ditemukan oleh partisipan selama proses kegiatan pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dilakukan. Setelah itu peneliti berupaya untuk memahami, memaknai dan menyimpulkan data-data yang ditemukan. Pada tahap ini peneliti melakukan focus group discussion dengan kepala seksi keperawatan, kepala ruangan, ketua tim dan 3 orang perawat pelaksana. Tujuan dari focus group discussion adalah untuk menggali persepsi partisipan dalam memberikan masukan tentang faktor pendukung dan penghambat dalam perumusan pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover.



Variabel dan Defenisi Operasional Variabel yang diteliti adalah pengembangan protokol implementasi timbang terima



pasien



dengan



metode



bedside



handover.



Defenisi



operasional



pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover yang dimaksud pada penelitian ini adalah pengembangan suatu protokol implementasi timbang timbang terima pasien yang dilakukan oleh perawat antar shift dengan metode action research.



Metode Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif yang diperoleh dari hasil focus group discussion tahap reconnaissance dan focus group discussion tahap reflection dan hasil observasi. Analisis data kualitatif dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun transkrip data kualitatif. Transkrip selanjutnya dianalisis menggunakan metode content analysis. Peneliti melakukan content analysis menurut Setiawan (2012) dengan menggunakan 10 tahapan yaitu: 1) menyusun dan membaca keseluruhan transkrip dan mengulanginya bila dirasa perlu, 2) mengidentifikasi pernyataan signifikan dari setiap teks yang terdapat dalam transkrip, 3) menuliskan pernyataan signifikan kedalam tabel, 4) mengidentifikasi pernyataan signifikan untuk memastikan tidak ada pernyataan signifikan yang terlewatkan, 5) melakukan sorting dengan ascending mode, 6) memberikan kode untuk setiap pernyataan signifikan, 7) mengelompokkan koding yang sama dalam suatu kategori, 8) mengecek kembali kesesuaian penempatan pernyataan signifikan dibawah satu kategori, 9) mengelompokkan kategori yang sejenis, dan 10) menentukan tema atau sub tema. Peneliti menggunakan software weft QDA dalam melakukan content analysis. Program ini memungkinkan seluruh data akan dimasukkan kedalam komputer, setiap bagian dari data diberi kode. Kemudian teks lain yang sesuai dengan kode tersebut dikelompokkan untuk kemudian dianalisa. Data kuantitatif diperoleh dari self report kuisioner kepusan pasien dan kuisioner kepuasan kerja perawat. Analisis data kuantitatif berupa data kepuasan pasien dan kepuasan perawat dianalisa dengan menggunakan uji statistik non parametrik. Data tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan



dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif untuk melihat rata-rata (mean) kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Data tentang kepuasan kerja perawat dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif untuk melihat rata-rata (mean) kepuasan kerja perawat.



Keabsahan Data Keabsahan data bertujuan untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan memperjelas data dengan fakta-fakta aktual dilapangan. Menurut Lincoln dan Guba (1985) menentukan beberapa kriteria dalam keabsahan data penelitian kualitatif yaitu: credibility, transferability, dependability dan comfirmability. Credibility Peneliti dengan menggunakan teknik prolonged engagement untuk membangun kepercayaan antara peneliti dan partisipan. Prolonged engagement dilakukan peneliti dengan cara saling mengenal terhadap partisipan selama beberapa bulan pada tahap reconnaissance. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan meliputi pendekatan kepada pihak manajemen atau pihak pengambil keputusan. Pendekatan juga dilakukan kepada para perawat pelaksana yang terlibat dalam penelitian. Transferability Penelitian ini dapat digunakan pada setting yang berbeda. Kriteria ini dipenuhi peneliti dengan menjelaskan secara rinci data yang diperoleh termasuk juga situasi organisasi dan geografis tempat penelitian serta temuan yang diperoleh. Semua data tersebut dibuat dalam satu deskripsi tebal (thick



description) untuk memungkinkan seseorang tertarik dalam membuat transfer untuk



mencapai



kesimpulan



apakah



transfer



dapat



dipikirkan



sebagai



kemungkinan. Dependability Memastikan bahwa jika penelitian diulang dengan konteks yang sama, metode yang sama dan partisipan yang sama maka hasil penelitian yang diperoleh juga akan sama. Untuk memenuhi kriteria ini peneliti melaporkan secara detail setiap proses penelitian kepada pembimbing untuk menilai apakah proses dan hasil yang diperoleh sudah sesuai sehingga data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat lebih objektif. Comfirmability Upaya untuk menciptakan kepastian data penelitian. Hal ini dilakukan peneliti dengan metode triangulation, check expert dan audit trail. Metode triangulation untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang diperoleh dengan data dari sumber lain, metode triangulation dilakukan peneliti dengan melakukan metode pengumpulan data yang beragam terdiri dari observasi, focus group discussion dan penyebaran kuisioner. Check expert dilakukan kepembimbing untuk validasi hasil coding dan tema yang ditemukan saat melakukan analisa data. Audit trail dilakukan dengan cara membuat tabel atau diagram yang berisi tentang alur kegiatan secara rinci yang meliputi jenis kegiatan, tujuan, sasaran, partisipan dan waktu pelaksanaan kegiatan.



Pertimbangan Etik Ethical clearance telah diperoleh dari Komisi Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan setelah partisipan menyetujui keikutsertaan dalam penelitian dan menandatangani informed concent yang berisi informasi terkait penelitian. Penelitian ini bersifat sukarela dan partisipan berhak untuk menarik keikutsertaannya dalam penelitian kapan saja diinginkannya (respect for human). Peneliti juga mengganti nama partisipan dengan inisial untuk menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh partisipan(confidentiality). Informasi yang diberikan partisipan tidak akan digunakan untuk sesuatu yang merugikan bagi pasien (beneficence). Tabel 2: Kegiatan tahap reconnaissance pengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan Waktu 20 Maret 2017 s/d



1.



13 Mei 2017 2. 3. 4. 5. 6.



Kegiatan merencanakan pertemuan dengan pihak manajerial dan rencana pertemuan dengan kepala ruangan rawat inap Rumah Sakit USU Medan Melakukan prolonged engagement Membuat pertemuan dengan melibatkan seluruh partisipan secara bersama-sama Menyampaikan langkah-langkah dari kegiatan yang dilakukan selama penelitian Menyampaikan batas waktu penelitian Mencari informasi kembali secara menyeluruh tentang setting penelitian



10 Mei 2017



1. Melakukan focus group discussion dengan Kepala bidang keperawatan, Kepala ruangan, Ketua tim dan 3 orang perawat pelaksana untuk mengetahui persepsi partisipan tentang implementasi timbang terima pasien yang telah berjalan selama ini 2. Focus group discussion menggunakan panduan focus group discussion dan recorder 3. Lama focus group discussion 30 sampai 60 menit 4. Hasil focus group discussion dibuat dalam bentuk transkrip dan dianalisis 5. Melakukan penyebaran kuesioner tentang kepuasan kerja perawat 6. Melakukan penyebaran kuesioner tentang kepuasan pasien 7. Mengumpulkan kembali kuesioner yang telah dibagikan sebelumnya kepada partisipan 8. Mengobservasi pelaksanaaan timbang terima pasien 10-13 Mei 2017 1. Melakukan analisa data 2. Melakukan member chacking terhadap hasil focus group discussion dan penyebaran kuesioner kepada partisipan



Tabel 3:Kegiatan tahap planning pengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan Waktu Kegiatan 15 Mei 2017 Merencanakan pertemuan dengan pihak manajerial Rumah Sakit USU Medan 23 Mei 2017 Merencanakan sosialisasi hasil pengumpulan data pada tahap reconnaissance kepada pihak rumah sakit 29 – 31 Mei 2017 Merencanakan perumusan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Tabel 4:Kegiatan tahap acting pengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan Waktu Kegiatan 22 Mei 2017 Melakukan pertemuan dengan pihak manajerial Rumah Sakit USU Medan 23 Mei 2017 Sosialisasi hasil pengumpulan data pada tahap reconnaissance kepada pihak rumah sakit 29-31 Mei 2017 Perumusan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover



Tabel 5:Kegiatan tahap observing pengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan Waktu Kegiatan 07-12 Juli 2017 Mengobservasi partisipan proses perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover 12 juli 2017 Melakukan member chacking terhadap hasil observasi



Tabel 6:Kegiatan tahap reflecting pengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan Waktu 24 Juli 2017



1. 2. 3. 4.



24 – 26 Juli 2017



1. 2.



Kegiatan Melakukan focus group discussion dengan kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana Focus group discussion menggunakan panduan FGD dan recorder Lama focus group discussion 30 sampai 60 menit Hasil focus group discussion dibuat dalam bentuk transkrip dan dianalisis Melakukan analisa data Melakukan member chacking terhadap hasil FGD



BAB 4 HASIL PENELITIAN



Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu rumah sakit Perguruan Tinggi Negeri yang soft launching pada tanggal 28 Maret 2016, berlokasi di jalan Dr. Mansyur Medan. Visi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan adalah sebagai pusat pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK) 2025. Misi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan ada 2 (dua) yaitu: 1) meningkatkan mutu Dokter, Dokter Spesialis dan tenaga kesehatan serta mutu pelayanan kesehatan khususnya di sumatera bagian utara, dan 2) mengembangkan IPTEKDOK secara terpadu antara berbagai cabang ilmu kedokteran dan kesehatan maupun ilmu-ilmu lain yang menunjang. Motto Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan adalah: Kualitas, Aman dan Bersahabat (Quality, Safety and Friendly) yang menganut dua nilai dasar yaitu nilai pertama Salus aegroti suprema lex yakni kepulihan pasien adalah hukum tertinggi (pelayanan berorientasi kepada pasien) dan nilai kedua Primum non nucere, yakni tidak membahayakan (patient safety).



Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara adalah rumah sakit tipe C dengan akreditasi paripurna bintang lima merupakan satu tolak ukur agar pelayanan pasien dan peningkatan mutu memiliki standar. Pelayanan UGD 24 jam, klinik umum, klinik KIA, klinik gigi, layanan klinik spesialis dasar (penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, obstetri & ginekologi), klinik spesialis lainnya (mata, THT, syaraf, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, jantung dan pembuluh darah), layanan farmasi, layanan diagnostik penunjang, rawat inap dengan kapasitas 400 tempat tidur. Pada tahun 2016 pasien rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan mencapai hampir 2000 orang dan pasien rawat inap mencapai 50 orang per harinya. Sejak 1 April 2017 Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara secara resmi membuka pelayanan praktek bersama dokter spesialis. Susunan Struktur organisasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan sebagai berikut :



Gambar 3 : Struktur organisasi Rumah Sakit USU Medan.



Proses Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode Bedside Handover Proses pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dilakukan melalui action research selama 20 minggu yang dibagi kedalam 2 tahap. Tahap pertama merupakan tahap reconnaissance



yaitu



mulai



dari



identifikasi



setting



penelitian



hingga



mendapatkan masalah yang akan diteliti. Tahap kedua merupakan siklus action research yang terdiri dari planning, acting, observing dan reflecting. Tahap reconnaissance Tahap reconnaissance dilakukan selama 8 minggu sejak 20 Maret 2017 hingga 13 Mei 2017. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengidentifikasi setting penelitian dan identifikasi masalah terkait implementasi timbang terima pasien di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit USU Medan. Agar dapat mengidentifikasi masalah maka peneliti melakukan pendekatan dengan cara berbaur dengan partisipan, selain itu peneliti juga melakukan pendekatan dengan pihak manajemen rumah sakit untuk mendapatkan izin penelitian dan dukungan dalam pelaksanaan dalam penelitian ini. Data yang diperoleh pada tahap reconnaissance terdiri dari : 1) setting penelitian, 2) persepsi perawat tentang implementasi timbang terima pasien, 3) tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, dan 4) tingkat kepuasan kerja perawat. Untuk memperoleh data tersebut peneliti melakukan beberapa teknik pengumpulan data yaitu focus group discussion, observasi, penyebaran kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan kuesioner kepuasan kerja perawat.



Setting tempat penelitian Rumah sakit Universitas Sumatera Utara Medan memiliki ruangan rawat inap dengan kapasitas 400 tempat tidur tetapi masih 4 ruangan rawat inap yang difungsikan yaitu ruang VIP, ruang kelas I, ruang kelas II dan ruang kelas III. Penelitian pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dilakukan di ruang cendana Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Denah ruang cendana Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan dapat terlihat pada gambar 4 dibawah ini :



Gambar 4 : Denah ruang cendana Rumah Sakit USU Medan Ruang cendana merupakan ruang dengan fasilitas kelas I. Ada 10 ruangan dan 1 ruangan terdapat 2 kapasitas pasien dewasa. Ruang cendana memiliki tenaga perawat sebanyak 19 orang dan bidan 1 orang. Metode penugasan dalam



memberikan asuhan keperawatan yang dijalankan di ruang cendana adalah metode tim, sehingga memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh, dan memungkinkan terjalinnya komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi sehingga akan memberikan kepuasan pada anggota tim. Ruang cendana dipimpin oleh kepala ruangan dan 3 orang ketua tim. Untuk lebih jelasnya tentang struktur organisasi ruang cendana Rumah Sakit USU Medan dapat terlihat pada gambar 5 dibawah ini :



Gambar 5 : Struktur organisasi ruang cendana Rumah Sakit USU Medan



Persepsi perawat tentang implementasi timbang terima pasien Pada tahap reconnaissance peneliti melakukan focus group discussion dengan partisipan kepala ruangan, ketua tim dan 3 orang perawat pelaksana. focus group discussion dilakukan selama 50-60 menit, ditemukan 5 tema yaitu: 1) pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat inap, 2) manfaat dilaksanakannya timbang terima pasien, 3) kendala dalam melaksanakan timbang terima pasien, 4) cara mengatasi kendala dalam melaksanakan timbang terima pasien, dan 5) harapan terhadap pelaksanaan timbang terima pasien. Pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat inap Partisipan menyatakan bahwa pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat inap yaitu : 1) belum optimal hanya di ners station, 2) tidak langsung didepan pasien, 3) dengan model status saja, dan 4) tidak memiliki SPO yang baku. Pelaksanaan timbang terima pasien ini dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini: “.......pernah saya coba ada semacam pre comprence dulu disitu kita bahas, bagi, terkait hal yang umum untuk semua pasien baru kemudian bed to bed, baru kemudian kembali lagi untuk post, menanyakan apa yang akan direncanakan oleh tim, itu rencana, yang terjadi adalah itu kemudian kami pertahankan menjadi hanya balik lagi hanya di ners station saja” (P1. L25-L29). “......banyak misalnya yang sudah dioperkan ini-ini tetapi tetap tidak langsung ke depan pasien” (P2. L53-L54). “Kita hanya model status aja, ini yang sudah dilakukan, ini yang hal yang perlu ditindak lanjuti, ini yang perlu difoto, ini aja sich” (p2. L55-L56). “SOP untuk timbang terima belum ada” (P4.L89)



Pernyataan partisipan tentang pelaksanaan timbang terima pasien ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan. Observasi pelaksanaan timbang terima pasien yang dilakukan terhadap shift pagi, shift siang dan shift malam. Hasil uji statistik deskriptif terhadap pelaksanaan timbang terima pasien, memperoleh data pelaksanaan timbang terima dari 22 kegiatan mayoritas partisipan tidak melakukan, dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini : Tabel 9 : Observasi pelaksanaan timbang terima pasien (n=18) Kegiatan Kategori Melakukan % Tidak Melakukan (n) (n) 1 18 100 0 2 18 100 0 3 0 0 18 4 0 0 18 5 18 100 0 6 0 0 18 7 0 0 18 8 10 55,56 8 9 6 33,33 12 10 6 33,33 12 11 6 33,33 12 12 18 100 0 13 10 55,56 8 14 0 0 18 15 0 0 18 16 0 0 18 17 0 0 18 18 0 0 18 19 0 0 18 20 0 0 18 21 0 0 18 22 18 100 0



% 0 0 100 100 0 100 100 44,44 66,67 66,67 66,67 0 44,44 100 100 100 100 100 100 100 100 0



Total (n) 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18



% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100



Manfaat pelaksanaan timbang terima pasien Partisipan menyatakan bahwa manfaat pelaksanaan timbang terima pasien yaitu: 1) untuk peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan, 2) manfaat bagi perawat untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya, dan 3) manfaat bagi pasien diantaranya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, Manfaat pelaksanaan timbang terima pasien ini dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini: “ saat berkomunikasi melanjutkan ee pekerjaan aktivitas keperawatan terkait dengan asuhan yang diberikan kepasien dari shift sebelumnya ke shift berikutnya. ” (P1. L71-L73) “ dari handover itu lah kita tahu apa yang sudah dilakukan , apa yang sudah didapat dengan pasien ini, dan apa tindakan yang akan dilakukan, jadi kalau misalnya operan tidak ada maka semuanya akan missing” (P2. L71-L80). “Pokoknya semuanya diobservasi dari sebelumnya observasi pengkajian, intervensi, implementasi keperawatan gitu khan sampai dengan evaluasi semuanya disampaikan ketika operan dari shift sebelumnya ke shift selanjutnya nya gitu” (P3. L82-L85) Kendala dalam melaksanakan timbang terima pasien Partisipan menyatakan bahwa kendala dalam pelaksanaan timbang terima pasien yaitu: 1) keterbatasan waktu, 2) tidak adanya arahan dari pimpinan keperawatan tentang bagaimana seharusnya timbang terima pasien yang efisien waktu dan efektif, 3) banyaknya tugas tambahan perawat di ruangan, 4) kurangnya motivasi perawat dalam melaksanakan timbang terima pasien, dan 5) waktu pelaksanaan visit dokter bersamaan dengan waktu pelaksanaan timbang terima pasien. Kendala pelaksanaan timbang terima pasien dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:



“......mungkin apa ya ee masukan dari teman-teman juga dari tim juga bahwa kalau kita pre, bed to bed, post , ribet, lama” (P1. L42-L43) “.....hanya saja kita masih belum menemukan yang apa yang membuat itu bisa cepat sehingga bed to bed itu bisa terkejar juga gitu” (P1. L46-L47) “....karena jujur aja masih kebanyakan bukan tugas-tugas keperawatan yang disitu terlaksana tapi apa namanya, ee..kolaboratif termasuklah terapi pemberian terapi obat ini. Nah Itu dikumpulkan semua catatan pemberian obat kemudian dibundel jadi satu” (P1. L98-L100) “....kalau memang shift sebelumnya melakukan apa yang harus dia lakukan dan mencatat semua apa yang udah dia kerjakan, tinggal mencatat saja, sebenarnya nggak lama” (P2. L112-L114). “nah satu lagi ada dokter yang visit datang pas waktu operan, jadi terbagi. Kadang misalnya dipagi bisalah ya, PP nya bisalah ke pasien gitu khan, dokter visit pas waktu operan, khan memakan waktu juga. mengganggu ritme” (P2. L115-L118)



Cara mengatasi kendala pelaksanaan timbang terima pasien Partisipan menyatakan bahwa cara untuk mengatasi kendala pelaksanaan timbang terima yaitu: 1) saling percaya antara perawat shift berikutnya dengan perawat shftt sebelumnya, dan 2) mengatur waktu pemberian obat pasien. Cara mengatasi kendala pelaksanaan timbang terima pasien dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini: “.......nah sejauh ini metode yang begitu memang ee jadinya apa ya ee high trustlation shift ya, percaya bahwa kawan shift sebelumnya sudah eee melaporkan apa yang betul-betul dilakukan mereka tanpa kita ke bed pasien”(P1. L37-L39) “....buat jam-jam pemberian obat yang ee.. dibakukan diruangan, jadi setiap jam sekian untuk yang 1x 24 jam, 3 kali, 2 kali dan segala macamnya itu untuk injeksi, oral dan cairan itu kita plot jam-jam nya tapi terkecuali pada kasus emergency, misalnya ada obat-obat ekstra untuk kondisi pasien yang harus dapat ini gitu”(P1. L122-L126



Harapan terhadap pelaksanaan timbang terima pasien Partisipan menyatakan bahwa harapan terhadap pelaksanaan timbang terima pasien yaitu: 1) agar ada SOP timbang terima serta diperlukan sosialisasi kepada seluruh perawat dengan cara role play, dan 2) agar pelaksanaan timbang terima pasien seragam diruang rawat inap. Harapan terhadap pelaksanaan timbang terima pasien dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut: “mungkin perlu ini juga , ya SOP itu tadi kan, apa-apa yang musti disampaikan dengan format itu, dengan cara apa bahkan kata-katanya, perlu di ini lagi, perlu di role play-kan” (P.1 L147-L148) “kami berharap outputnya nanti yang berupa SOP lebih detail lagi, betulbetul harus diarahkan lagi” (P.1 L207-L208) “kalau saya ya, harapan kedepannya bisa seragam di semua ruangan”(P4. L153) Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan Kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan disebarkan kepada 30 orang pasien yang di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Dari 30 responden diperoleh hasil bahwa 5 orang responden (16,70%) menyatakan tidak puas, 13 orang responden (43,30%) menyatakan puas, dan 2 orang responden (6,70%) menyatakan sangat puas dengan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap kelas I dan VIP Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Frekwensi kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan sebelum aplikasi implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan dapat dilihat pada tabel 12 berikut :



Tabel 10 : Distribusi frekwensi kepuasan pasien sebelum aplikasi (n=30) Kategori F



%



Tidak Puas



5



16,70



Tidak Ada Pendapat



10



33,30



Puas



13



43,30



Sangat Puas



2



6,70



Tingkat kepuasan kerja perawat Kuesioner kepuasan kerja perawat disebarkan kepada 18 orang perawat di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Dari 18 responden diperoleh hasil bahwa orang 8 responden (44,40%) menyatakan puas dan 1 orang responden (5,60%) menyatakan sangat puas dengan pekerjaannya sebagai perawat di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Frekwensi kepuasan kerja perawat sebelum aplikasi implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan dapat dilihat pada tabel 13 : Tabel 11 : Distribusi frekwensi kepuasan perawat sebelum aplikasi (n=18) Kategori F



%



Tidak Ada Pendapat



9



50,00



Puas



8



44,40



Sangat Puas



1



5,60



Hasil



tahap



reconnaissance



yang



telah



dilaksanakan



ditemukan



permasalahan yaitu kurang optimalnya implementasi timbang terima pasien di ruang rawat inap kelas I Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan yang dapat dilihat dari : 1) pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat inap belum optimal, 2) tidak memiliki SOP yang baku yang dapat dijadikan acuan bagi perawat dalam pelaksanaan timbang terima pasien, 3) rendahnya motivasi perawat dalam pelaksanaan timbang terima pasien, 4) tidak adanya arahan dari pimpinan keperawatan tentang bagaimana seharusnya timbang terima pasien yang efisien waktu dan efektif, 5) rendahnya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan, dan 6) rendahnya tingkat kepuasan kerja perawat di ruang rawat inap kelas I dan VIP Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti melakukan proses action research untuk melakukan pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap kelas I dan VIP Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.



Siklus Action Research Pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan dilaksanakan melalui proses action research dengan beberapa kegiatan pada masing-masing tahapannya. Selanjutnya akan dijelaskan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada setiap tahapan action research. Tahap planning Tahap planning merupakan tahap kedua penelitian untuk menyusun tentative protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Tentative protokol ini disusun agar dapat menjadi panduan bagi perawat dalam melaksanakan timbang terima pasien. Tahap ini dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2017 dan bertujuan menyusun perencanaan dalam pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Peneliti merencanakan beberapa kegiatan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu: 1) merencanakan pertemuan dengan tim manajemen keperawatan untuk penjelasan tentang kegiatan penelitian dan manfaat penelitian ini bagi peningkatan mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan, 2) merencanakan sosialisasi hasil pengumpulan data prosedur timbang terima pasien pada tahap reconnaissance, dan 3) merencanakan jadwal perumusan protokol timbang terima pasien yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2017.



Tahap acting dan observation Tahap ini dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 12 Juli 2017. Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap planning. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini terdapat kegiatan yaitu: 1) pertemuan dengan tim manajemen keperawatan, 2) sosialisasi hasil pengumpulan data prosedur timbang terima pasien pada tahap reconnaissance, dan 3) perumusan protokol timbang terima pasien perumusan pengembangan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pertemuan dengan tim manajemen keperawatan. Peneliti melakukan pertemuan dengan Kepala Seksi Keperawatan, Komite Keperawatan, Kepala Instalasi Rawat Inap, dan Kepala ruangan rawat inap kelas I pada tanggal 22 Mei 2017. Pada pertemuan tersebut peneliti menjelaskan tentang penelitian action research yang akan dijalankan di Rumah Sakit USU Medan. Kepala Seksi Keperawatan juga menyatakan dukungannya terhadap penelitian tersebut dan akan mendampingi setiap kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Kegiatan kedua adalah sosialisasi hasil pengumpulan data pada tahap reconnaissance yang telah dilaksanakan



peneliti kepada Kepala Seksi



Keperawatan, Komite Keperawatan, Kepala Instalasi Rawat Inap, dan Kepala ruangan rawat inap kelas I. Hasil observasi peneliti menemukan tahapan-tahapan pelaksanaan timbang terima pasien yang dilakukan perawat selama ini di ruang rawat inap yaitu: 1) Kepala ruangan/ketua tim mengelompokkan pasien per tim dilihat jumlah ketergantungannya, 2) mengkaji ulang kondisi pasien di nurse station, 3) menggunakan format komunikasi SBAR dan nurse note, 4) harapan



partisipan terhadap pelaksanaan timbang terima pasien yaitu: timbang terima bed to bed pasien dan ruang rawat inap memiliki SPO yang seragam disemua ruangan. Peneliti menyampaikan tentang rencana penelitian action research untuk mengembangkan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Kegiatan ketiga adalah perumusan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Pelaksanaan meeting koordinasi peneliti dengan tim perumus dilakukan sebanyak 3 kali di ruang komite keperawatan Rumah Sakit USU Medan. Pertemuan pertama tanggal 29 Mei 2017 bertempat di



Ruang



komite keperawatan. Peneliti dan tim perumus membahas tentang: 1) penelitian action research terkait pengembangan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover, 2) langkah-langkah dalam penyusunan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Hasil pembahasan rapat adalah: 1) semua anggota tim sudah memahami tentang penelitian action research, 2) peneliti menunjukkan referensi standard operating protocol for implementing bedside handover in nursing (Chaboyer, McMurray, & Wallis, 2010) terkait protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Pertemuan kedua tentang perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dilakukan pada tanggal 30 Mei 2017. Pertemuan ini membicarakan langkah-langkah dalam implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover berdasarkan referensi dan hasil dari data yang diperoleh peneliti pada tahap reconnaissance. Hasil pembahasan didapatkan bahwa masih kekurangan atau kelemahan dari langkah-langkah



timbang terima pasien yang telah disusun. Ada beberapa perbaikan pada langkah persiapan yaitu kejelasan tentang siapa melakukan apa dalam langkah persiapan belum terlihat. Pertemuan ketiga tentang perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dilakukan pada tanggal 31 Mei 2017 . Pertemuan ini membahas tentang finalisasi protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Format protokol yang digunakan sesuai dengan tata naskah Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan. Format protokol berisikan komponen: 1) pengertian, 2) tujuan, 3) kebijakan, 4) prosedur, dan 5) unit terkait. Hasil pembahasan didapatkan bahwa pengertian timbang terima pasien dengan metode bedside handover yaitu metode transfer informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan atau pertukaran antar shift yang dilakukan disamping tempat tidur pasien berdasarkan referensi dari Australian Comission for Safety and Quality in Health Care. Tujuan implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dalam protokol ini dirumuskan ada 2 yaitu: 1) sebagai acuan bagi perawat berbagi informasi antara perawat dan pasien untuk memastikan kesinambungan perawatan dan merupakan proses interaktif, dan 2) terlaksananya proses implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside. Kebijakan protokol ini akan disahkan sesuai dengan SK Direktur tentang Kebijakan Mutu Profesi Keperawatan di RS Universitas Sumatera Utara Medan.



Prosedur implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dalam protokol ini dirumuskan ada 3 tahap yaitu: 1) persiapan, 2) pelaksanaan, dan 3) timbang terima lengkap. Tahap persiapan berisikan 6 langkah yang harus dilakukan saat implementasi timbang terima pasien. Untuk prosedur tahap pelaksanaan berisikan komponen-komponen yakni: introduksi, pertukaran informasi, keterlibatan pasien, dan safety scan. Ada 9 langkah kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan yang harus dilakukan saat implementasi timbang terima pasien. Tahapan terakhir adalah timbang terima lengkap yang berisikan 2 langkah kegiatan sebagai penutup dari implementasi timbang terima pasien. Unit terkait protokol ini yaitu: 1) Direktorat Pelayanan Medik dan Keperawatan, 2) Bidang Pelayanan Keperawatan, 3) Komite Keperawatan, dan 4) Rawat inap. Pada pertemuan ini tim dan peneliti sudah menyepakati draft protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.



Tahap reflection Tahap reflection adalah tahapan akhir dari siklus action research yang bertujuan untuk melakukan analisa, sintetis, interpretasi, dan menyimpulkan halhal penting. Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi mulai tanggal 24-26 Juli 2017 yaitu: 1) focus group disscation untuk menggali persepsi partisipan dalam memberikan masukan tentang manfaat, hambatan, faktor pendukung dan usaha mengatasi



hambatan



dalam



proses



perumusan



pengembangan



implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover.



protokol



Persepsi partisipan dalam proses perumusan pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover Pada tahap reflection peneliti melakukan focus group discussion dengan 6 orang partisipan yang telah mengikuti seluruh tahapan pada penelitian pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap. Kegiatan focus group discussion dilakukan pada tanggal 24 Juli 2017 selama 50-60 menit, ditemukan 5 tema yaitu: 1) perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover, 2) hambatan perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover, 3) upaya mengatasi hambatan perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover, 3) faktor pendukung perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover, dan 4) manfaat perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover Kegiatan focus group discussion yang dilakukan pada 6 partisipan didapatkan ada lima langkah untuk merumuskan protokol sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan yaitu: 1) mengumpulkan informasi terkait resiko tindakan, 2) mengumpulkan informasi terkait pihak yang terlibat, 3) menetapkan format penulisan SPO, 4) menulis konten/isi SPO, dan 5) membuat draft SPO. Langkah perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:



“Tapi nanti lha kita sosialisasikan dan biar kita coba laksanakan ya di satu ruangan. Biar nantinya bisa kita revisi kalau ada yg gak cocok bisa kita perbaiki lagi” (P4. L37-L39) “...ee..saya ikut senang kami diikutsertakan dalam proses merumuskan SPO operan ini ya bu” (P6. L47-L48) “Apalagi format yg kita gunakan menggunakan format tata naskah SPO yg punya RS. Jadi memudahkan kami juga lha bu” (P1. L18-L20) “...kalau menurut saya draft yang udah kita rumuskan ini bagus. Mudahmudahan nanti bisa kita sosialisasikan dan di uji cobakan di satu ruangan ya” (P2. L25-L26) “...isi protokol operannya dari pasien ke pasien menanyakan keluhan langsung kepasien kalau menurut saya draft yang udah kita rumuskan ini bagus” (P2. L24-L25) “...konten dari SPO ini ada hal yang baru ya seperti keterlibatan pasien dan safety scan lingkungan terasa agak sulit juga merumuskannya” (P3. L31-L33) “SPO yang kita rumuskan ini sudah sesuai dengan kondisi rumah sakit kita. Mudah-mudahan draft ini dapat segera kita tindak lanjuti ya” (P5. L43-L44)



Hambatan perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover Hambatan yang ditemukan dalam perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover adalah hambatan individu atau perseorangan yaitu: 1) kehadiran kurang lengkap, 2) banyak kesibukan, 3) kurang referensi, 4) orientasi pada konsep lama, dan 5) kurang fokus. Hambatan perumusan implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut ini:



“...kita gak pernah lengkap yang hadir pas rapat perumusan SPO itu” (P1. L54-L55) “...waktunya yang menghambat, untuk kedatangan tepat waktu ee sedikit...” (P6. L103-L104) “...misalnya aja mau kumpul susah, karena banyaknya kesibukan lain tim perumus itu sendiri.. jadi susah untuk cari waktu yang pas” (P2. L63-L64) “...kurangnya referensi mengenai timbang terima pasien dengan metode bedside handover ini ya bu” (P3. L72-L73) “...jadi orientasi berfikir kita masih pada konsep yang lama” (P3. L73) “Proses diskusi kurang fokus salah satunya adalah karena handphone” (P4. L86-L87) “Kurang koordinasi kami sesama bidang yang lain, kesibukan kami masing-masing dan susah untuk duduk bersama membahas suatu perumusan” (P5. L94-L96)



Upaya mengatasi hambatan perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover Upaya mengatasi hambatan perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover yaitu: 1) membuat aturan rapat, 2) membuat undangan, 3) membuat tentative, dan 4) memotivasi staf . Upaya mengatasi hambatan tersebut dinyatakan oleh beberapa partisipan seperti pada ungkapan berikut: “Pada pertemuan rapat pertama kami sudah sepakati aturan rapat selama penelitian ini” (P1. L58) “Membuat undangan rapat 2 hari sebelumnya ya...dan jam nya itu kami buat pas jam makan siang pasien atau pas jam istirahat untuk bagian manajemen. Sesuai kesepakatan kami lha bu” (P2. L67-L69) “Untuk masalah ini bisa kita atasi kerna peneliti sebelumnya sudah membuat tentative secara operasional” (P3. L78-L79) “...harus pintar-pintar membagi waktu eee gimana caranya kita itu nggak memakan waktu yang lama. Karena penelitian ini juga penting yang nantinya hasilnya juga untuk kami” (P6. L106-L107)



Faktor pendukung pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover Faktor pendukung dalam perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover yaitu: 1) adanya dukungan dari direktur dan kepala seksi keperawatan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan sebagai key person, 2) ketersediaan fasilitas, 3) melibatkan perawat pelaksana, dan 4) ketersediaan bahan dan materi. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa partisipan berikut ini: “Adanya dukungan dari Direktur utama melalui Direktur diklat, penelitian dan kerjasama telah memberikan kesempatan dan memo nya eee... kepada peneliti (P1. L110-L112) “ Fasilitas untuk rapat atau pertemuan kita tersedia. Kapan pun kita mau pakai diizinkan” (P2. L116-L117) “Adanya dukungan dari kepala seksi keperawatan” (P3. L123-L124) “ Ikut melibatkan perawat pelaksana dalam merumuskan SPO ini ya bu” (P4. L128-L129) “ tersedianya bahan dan materi yang disediakan rumah sakit tentang prosedur yang seharusnya di operan pasien itu seperti apa. Sehingga kami termotivasi untuk merubah nya” (P5. 136-L138) Manfaat perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover Partisipan menyatakan bahwa manfaat yang dirasakan pada saat perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover yaitu: 1) menambah ilmu pengetahuan, 2) mengetahui peran dan posisi masing-masing, 3) meminimalisir kesalahan, dan 4) menjaga konsistensi dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa partisipan berikut ini:



“...banyak pengetahuan baru yang bisa kami share, jadi rapat tim perumus ini bisa saling membuka wacana baru tentang tata cara protokol timbang terima dirumah sakit ini” (P1. L145-L147) “SPO nya jadi nampak teratur, lagian perawatnya jadi mengerti langkahlangkahnya. Kayaknya ini bagus lha digunakan diruangan kita (P3. L157L158) “...perawatnya jadi tau gitu, apa yang harus dikerjakan duluan, gitu bu. Pokoknya protokol ini kayaknya lebih baik dan lebih terarah gitu lah bu” (P4. L161-L163) “Rumusan protokol ini memang membuat perawat jadi lebih mengerti mau ngapain dengan pasien. Begitu juga sebaliknya pasien jadi merasa dihormati gitu, diperlakukan dengan baik (P5.L167-L168)



Outcome Action Research Proses action research yang dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan telah menghasilkan outcome yaitu telah tersusunnya draft protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dengan mengkombinasikan 5 komponen utama standard operating protocol for implementing bedside handover in nursing (Chaboyer, McMurray, & Wallis, 2010). Komponen-komponen yang terdapat dalam draft protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover adalah elaborasi dari 5 komponen utama yang berfungsi sebagai standar operasional bagi perawat dalam melakukan timbang terima yakni: 1) persiapan, 2) introduksi, 3) pertukaran informasi, 4) keterlibatan pasien, dan 5) safety scan. Komponen tersebut telah di elaborasikan dengan langkah-langkah kerja dalam protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover, sehingga Rumah Sakit USU Medan diharapkan dapat menggunakannya sebagai standar baku dalam pelaksanaan timbang terima pasien antar shift.



Masalah yang ditemukan 1) pelaksanaan timbang terima pasien di ruang rawat inap belum optimal, 2) tidak memiliki SOP yang baku yang dapat dijadikan acuan b



ACTING dan OBSERVING (22 Mei 2017 s/d 12 Juli 2017)



7)



mplementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan. 1. Melakukan pertemuan dengan pihak manajerial Rumah Sakit USU Medan 2. Sosialisasi hasil pengumpulan data pada tahap reconnaissance kepada pihak rumah sakit dengan pihak menejerial Rumah Sakit USU Medan 3. Perumusan protokol timbang terima pasien asil pengumpulan data prosedur timbang terima pasien pada tahap reconnaissance dengan metode bedside handover musan protokol timbang terima pasien



percaya dengan partispan sipan tentang pentingnya timbang terima pasien dengan metode bedside handover bagi praktek keperawatan hadap pimpinan rumah sakit, pimpinan keperawatan dan jajarannya untuk mendapat dukungan dalam penelitian ini



REFLECTING (24 s/d 26 Juli 2017) 1. 2.



Menggali persepsi perawat dalam pengembangan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover Outcomes draft protokol implementasi timbang terima pasien metode bedside handover



Gambar 6: Proses action research pengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan.



BAB 5 PEMBAHASA N



Proses Pengembangan Action Research Penelitian ini menggunakan desain penelitian action research untuk mengembangkan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan. Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian action research pengembangan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover dengan penelitian action research yang dilakukan oleh Moore, Crozier, dan Kite (2011) yang mengembangkan infrastruktur untuk pengembangan kapasitas penelitian di National Health Service Foundation. Persamaan penelitian dapat dilihat dari waktu lamanya proses penelitian dilakukan. Penelitian ini merupakan 1 siklus action reseach yang dilakukan selama 3 bulan. Menurut Kemmis dan McTaggart (1988) bagi peneliti action research pemula ada baiknya tidak melakukan siklus yang terlalu lama karena akan sulit untuk mempertahankan komitmen dan mengkaji kemajuan penelitian. Lamanya waktu untuk action research bervariasi antara 1 hingga 48 bulan (Waterman, 2001). Perbedaan antara penelitian action research pengembangan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover dengan penelitian action research yang dilakukan oleh Moore, Crozier, dan Kite (2011) dapat dilihat dari metode pengumpulan data. Penelitian pengembangan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover menggunakan metode pengumpulan data focus group discussion, observasi, self report dan field notes, sedangkan



penelitian Moore, Crozier, dan Kite (2011) menggunakan metode pengumpulan data in-depth interview dan focus group discussion. Menurut Sullivan, Hegney, dan Francis (2013) sumber data untuk penelitian action research dapat dikumpulkan melalui kombinasi interview, focus group discussion dan catatan pasien. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti sesuai dengan penjelasan Hegney dan Francis (2015), focus group discussion dan in-depth interview seringkali digunakan untuk mengidentifikasi informasi dari issue di setting penelitian hasilnya akan memberikan masukan positif atau negatif dari setting penelitian. Sebelum siklus action research dilakukan, terlebih dahulu peneliti melaksanakan tahapan reconnaissance, bertujuan melakukan pendekatan dengan tempat penelitian untuk mencari masalah penelitian yang tepat. Peneliti telah mengidentifikasi kurang optimalnya implementasi timbang terima pasien di ruang rawat inap yang salah satunya adalah tidak memiliki SOP yang baku yang dapat dijadikan acuan bagi perawat dalam pelaksanaan timbang terima pasien. Masalah yang telah diidentifikasi peneliti dari tahap reconnaissance terdapat persamaan dengan penelitian Nopriyanto (2017) belum optimalnya pelaksanaan timbang terima di ruang rawat, faktor material tampak belum adanya SPO terkait timbang terima. Barbosa, Mauro, Cristovao, dan Mangione (2011) menyatakan Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah petunjuk rinci yang dijelaskan untuk mencapai keseragaman ketika melaksanakan fungsi tertentu. SPO juga dapat dijadikan pantauan evaluasi dalam melakukan suatu pekerjaan.



Masalah kurang optimalnya implementasi timbang terima pasien di ruang rawat inap yang lainnya adalah rendahnya motivasi perawat dalam pelaksanaan timbang terima pasien, tidak adanya arahan dari pimpinan keperawatan tentang bagaimana seharusnya timbang terima pasien yang efisien waktu dan efektif, rendahnya tingkat kepuasan kerja perawat. Motivasi kerja merupakan suatu dorongan yang menyebabkan seseorang mau melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya (Mangkunegara, 2011). Manajer memegang peranan penting dalam memotivasi staf untuk mencapai tujuan organisasi. Salah satu kegiatan yang perlu dilakukan manajer dalam menciptakan suasana yang motivasi adalah mengembangkan kerjasama tim. Ketika manajer sudah tidak melakukan peranannya maka terjadi penurunan motivasi kerja perawat dan penurunan kepuasan perawat sehingga menimbulkan kurang optimalnya implementasi timbang terima pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian Safitri (2012) bahwa pelatihan operan dengan cara modern yang dilakukan secara bedside handover menunjukkan adanya perbedaan bermakna motivasi perawat dan kepuasan kerja perawat sebelum dan setelah diberi pelatihan. Untuk dapat memberikan hasil yang terbaik prosedur kerja implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover harus ditetapkan terlebih dahulu oleh manajemen sebagai dasar suatu proses pelaksanaan operasional rumah sakit. Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian action research adalah tahapan planning. Peneliti merencanakan kegiatan untuk mencapai tujuan penelitian dengan merencanakan pertemuan dengan tim manajemen keperawatan. Hal ini sejalan dengan Kemmis dan McTaggart (1988) menerangkan bahwa pada



tahap planning peneliti merencanakan tindakan yang bersifat tentative atau sementara serta fleksibel terhadap perubahan sesuai kondisi partisipan Tahap action, peneliti merumuskan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Protokol bukan hanya menjadi prosedur kerja rutin yang harus dilaksanakan, tetapi berfungsi juga untuk mengevaluasi pekerjaan yaang telah ditentukan, oleh karena itu proses penyusunannya pun tidak bisa sembarangan. Perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover berisikan langkah-langkah dalam implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover berdasarkan referensi dan hasil dari data yang diperoleh peneliti pada tahap reconnaissance. Persiapan di nurse station merupakan langkah pertama dalam draf protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Pada tahap ini, perawat yang akan pulang mempersiapkan dan memastikan informasi yang akan disampaikan pada saat timbang terima. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung jawab, meliputi informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya, kegiatan ini dilakukan untuk menghindari kesalahan informasi yang akan diberikan (Chaboyer, et al, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) menyatakan persiapan yang dilakukan oleh perawat dalam memulai timbang terima pasien dengan metode bedside handover adalah 1) menglokasikan pasien, 2) mengkaji ulang status pasien, 3) memberitahukan kepada pasien timbang terima akan dimulai, dan 4) meminta keluarga dan pengunjung lainnya untuk meninggalkan ruangan.



Tahap berikutnya adalah tahapan pelaksanaan dimana perawat dalam timbang terima pasien menyapa pasien dan perawat shift sebelumnya memperkenalkan kepada pasien dan keluarganya perawat shift selanjutnya. Tahapan ini sangat penting untuk membina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Pasien akan merasa bahwa perawat peduli terhadapnya jika perawat tersebut memperhatikan kebutuhan dasarnya sebagai individu sehingga menumbuhkan rasa percaya, keyakinan dan harapan terhadap pelayanan keperawatan. M embina hubungan saling percaya, perawat terlebih dahulu harus menanamkan sikap tertentu yaitu congruence, empathy dan non possesive Warmth (Watson, 1979). Pertukaran informasi dalam tahap pelaksanaan memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat shift sebelumnya kepada perawat shift selanjutnya. Pertukaran informasi dilakukan dengan sistematika penyampaian metode SBAR. Semua informasi yang telah tercatat dalam status pasien disampaikan secara berurutan dan ringkas, sehingga terjadi keseragaman penyampaian informasi oleh perawat pelaksana pada saat timbang terima pasien. Komunikasi antar perawat saat pertukaran informasi yang dilakukan disamping tempat tidur pasien sangat penting dilakukan karena dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat. Hal ini sejalan dengan pendapat Spektor (1997) bahwasanya komunikasi merupakan salah satu dari aspek penilaian kepuasan kerja yang terdiri dari gaji, kesempatan promosi, pengawasan, keuntungan yang didapat, prosedur dalam melakukan kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi dan rekan kerja.



Tahapan pelaksanaan dalam protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover selain introduksi dan pertukaran informasi juga ikut melibatkan pasien. Keterlibatan pasien sangat penting dalam proses timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Pasien dapat bertukar informasi dengan staf mengenai aktivitas perawatan hari ke hari untuk memastikan tidak ada kesalah fahaman antara penerima dan pemberi pelayanan kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Chaboyer, McMurray, dan Wallis (2010) menyatakan kegiatan pada tahap keterlibatan pasien adalah: 1) bertanya kepada pasien jika memiliki pertanyaan atau komentar, dan 2) memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengkonfirmasi dan mengklarifikasi. Memahami pasien merupakan cara perawat melibatkan pasien dalam pelayan kesehatan, mengetahui kebutuhan pasien (need), keinginan pasien (demand) dan harapan pasien (expextasi). Pemeriksaan keselamatan (safety scan) merupakan suatu tindakan pemantauan sekeliling lingkungan yang dilakukan perawat dalam tahap pelaksanaan protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Perawat harus melakukan pemeriksaan keselamatan terhadap lingkungan dan perlengkapan pasien untuk mengidentifikasi resiko kesalahan dan keselamatan yang dapat terjadi pada pasien. Hal ini sejalan dengan teori Watson (1979) salah satunya carative factor yang ke 8 yakni menciptakan lingkungan mental, fisik, sosial budaya dan spiritual yang mendukung. Jadi dalam timbang terima pasien perawat memerlukan pemantauan sekeliling lingkungan pasien karena perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal pasien terhadap kesehatan kondisi penyakit pasien.



Mekanisme timbang terima yang baik, yang ditunjukkan dengan adanya standar proses maupun standar isi komunikasi yang diinformasikan akan memberikan manfaat bagi keselamatan pasien. Pengembangan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dielaborasi oleh peneliti dan tim sehingga perawat lebih fokus dan terarah dalam melakukan timbang terima protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover, sehingga kesinambungan informasi dan keberlanjutan pelayanan dapat dicapai untuk meningkatkan pelayanan keperawatan. Pada tahap reflection peneliti melakukan focus group discussion untuk mengevaluasi proses perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Hasil penelitian berdasarkan persepsi partisipan menyatakan langkah-langkah dalam perumusan protokol teridentifikasi lima kategori yaitu: 1) mengumpulkan informasi terkait resiko tindakan, 2) mengumpulkan informasi terkait pihak yang terlibat, 3) menetapkan format penulisan SPO, 4) menulis konten/isi SPO, dan 5) membuat draft SPO. Menurut Sailendra (2015) dalam buku Pembuatan Standard Operating Procedures tahapan teknis perumusan SPO adalah: 1) mengumpulkan informasi terkait dengan metode pendekatan pengumpulan data, 2) mengumpulkan informasi pelengkap, 3) menetapkan metode dan teknik penulisan SPO yang dipilih, 4) melaksanakan penulisan SPO, dan 5) membuat draft pedoman SPO. Proses perumusan suatu protokol tidak terlepas dari berbagai hambatan, lingkungan internal tenaga kesehatan dan lingkungan eksternal diluar ruang perawatan memberikan kontribusi yang tidak kalah pentingnya saat proses



perumusan protokol ini. Hasil penelitian teridentifikasi yang menjadi hambatan adalah hambatan individu atau perseorangan yaitu: 1) kehadiran kurang lengkap, 2) banyak kesibukan, 3) kurang referensi, 4) orientasi pada konsep lama, dan 5) kurang fokus. Hal ini sejalan dengan Budihardjo (2014) menyatakan ada tiga hambatan dalam penyusunan SPO yakni: hambatan individu, hambatan organisasi, dan hambatan manajerial. Beberapa hambatan yang dimaksud penting dikenal dan direkomendasikan agar dapat dipersiapkan antisipasinya. Peneliti mengidentifikasi ada beberapa upaya untuk mengatasi hambatan perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover yaitu: 1) membuat aturan rapat, 2) membuat undangan, 3) membuat tentative, dan 4) memotivasi staf. Memulai rapat dengan tepat waktu dan akhiri juga dengan tepat waktu. Selesai tepat waktu merupakan nasehat manajemen rapat yang krusial. Harvey (1991) menyatakan mutu keperawatan dapat diukur dengan pendekatan yang bottom-up. Dukungan dari pihak manajemen baik berupa fasilitas fisik maupun support untuk memotivasi perawat sangat mempengaruhi tercapainya mutu pelayanan keperawatan yang diinginkan. Oleh karena itu, seorang manajer yang baik harus mampu membuat strategi agar hambatan dan dukungan yang ada dapat ditelaah kembali yang bertujuan untuk memperlancar proses perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover untuk kedepannya. Komisi akreditasi rumah sakit (KARS, 2012), mensyaratkan rumah sakit terakreditasi harus memiliki prosedur tertulis, yang bermanfaat untuk: 1) memenuhi persyaratan standar pelayanan rumah sakit, 2) mendokumentasikan langkah-langkah kegiatan, dan 3) memastikan perawat rumah sakit memahami



pekerjaannya (KARS, 2012). Keterlibatan kepemimpinan sangat penting dalam bertanggung jawab untuk membantu pemantauan dan memberikan panduan dalam inisiatif perubahan ini, termasuk memantau kepuasan pasien dan memberikan umpan balik kepada staf secara real time. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan bahwasanya faktor pendukung dalam perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover yaitu: 1) adanya dukungan dari direktur dan kepala seksi keperawatan Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan sebagai key person, 2) ketersediaan fasilitas, 3) melibatkan perawat pelaksana, dan 4) ketersediaan bahan dan materi, adanya protokol sementara yang sudah disusun oleh tim, protokol sementara ini memudahkan perawat untuk mengingat komponen-komponen timbang terima pasien dengan metode bedside handover yang akan dilaksanakan mulai dari persiapan sampai selesai.



Outcome Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien dengan Metode Bedside Handover Proses penelitian 1 siklus action research ini sesuai dengan tujuan penelitian bahwa outcome yang diharapkan adalah adanya draft protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Universitas Sumatera Utara Medan yang dapat diaplikasikan oleh perawat sebagai pedoman dalam pelaksanaan timbang terima pasien antar shift. Menurut Lesha (2014), penelitian action research sangat tepat sekali bagi orang-orang yang berkeinginan untuk meningkatkan kinerja, atau juga bagi suatu organisasi yang mengharapkan peningkatan kinerja secara bersama-



sama. Penelitian dengan metode action research sangat baik dilakukan untuk mengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover karena dapat memberdayakan partisipan, menghasilkan pengetahuan baru, sehingga akan terjadi perubahan kearah yang lebih baik.



Pelajaran yang didapat dari Penelitian Action Research (Lesson Learned) Pelaksanaan penilitian ini banyak memberikan pembelajaran bagi peneliti dan partisipan (perawat) di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Universitas Sumatera Utara Medan. Pembelajaran yang diperoleh oleh peneliti adalah peneliti dapat belajar lebih dalam lagi tentang penggunaan desain penelitian action research dalam pengembangan inovasi ilmu keperawatan. Peneliti telah mampu menggunakan desain penelitian action research dalam mengembangkan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover yang dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi komunikasi saat timbang terima pasien antar shift. Pelajaran penting lainnya yang peneliti dapatkan adalah kemampuan manajemen yaitu bagaimana mengorganisasikan perawat untuk melakukan perubahan untuk meningkatkan akurasi komunikasi saat timbang terima pasien antar shift dan mengajak pihak manajemen rumah sakit untuk merumuskan draft protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Perawat ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Universitas Sumatera Utara Medan juga mendapatkan pengetahuan baru terutama tentang proses penelitian dan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover. Perubahan pengetahuan, dan keterampilan berkomunikasi sangat



terlihat selama proses penelitian. Komunikasi perawat dengan perawat menjadi lebih efektif dan keterlibatan pasien dalam implementasi timbang terima lebih meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hsiao, et. al (2012), salah satu hambatan terbesar dalam mengintegrasikan teori, praktik, dan penelitian adalah penggunaan kata dan komunikasi, melalui proses penelitian action research teori akan



lebih



dipahami



dan



digunakan



dalam



praktik,



sehingga



dapat



menggambarkan, dan merevisi bahasa agar dapat diterima oleh semua partisipan.



Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang didapatkan peneliti dalam menjalankan penelitian ini antara lain adalah lokasi pelaksanaan penelitian hanya disalah satu ruang rawat inap yaitu diruang rawat inap kelas I. Partisipan yang menjadi fokus penelitian adalah perawat dan pasien diruang rawat inap kelas I, namun tidak dapat dikesampingkan bahwa masih banyak ruangan lain di Rumah Sakit Umum Universitas Sumatera Utara Medan. Peneliti telah melakukan penelitian action research dengan mengikuti empat tahapan, yaitu tahap planning, acting, observing, dan reflecting. Keterbatasan yang dialami selama proses action research adalah keterbatasan waktu partisipan pada tahap acting dan observing. Peneliti mengatasi hal tersebut sengan membuat perubahan jadwal dinas selama penelitian berlangsung, jadwal dinas berubah mengikuti shift dinas yang telah disepakati antara peneliti dan partisipan.



BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan 1.



Penelitian ini dilakukan selama 20 minggu dengan menggunakan desain action research dibagi /kedalam empat tahapan yaitu: planning, acting, observing dan reflecting.



2.



Output yang didapatkan setelah penelitian ini adalah tersusunnya draft protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan sebagai pedoman bagi perawat untuk meningkatkan akurasi komunikasi saat implementasi timbang terima pasien antar shift.



3.



Manfaat perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover yaitu: 1) menambah ilmu pengetahuan dalam hal timbang terima pasien, 2) mengetahui peran dan posisi masing-masing staf pada saat timbang terima pasien, 3) meminimalisir kesalahan pada saat timbang terima pasien, dan 4) menjaga konsistensi dalam bekerja.



Saran Bagi Rumah Sakit Penelitian ini merekomendasikan kepada pihak manajemen Rumah Sakit Umum Universitas Sumatera Utara Medan agar melakukan evaluasi draft protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover dengan uji coba sehingga menjadi protokol timbang terima pasien dengan metode bedside handover yang baku.



Bagi perawat administrator Penelitian ini merekomendasikan kepada perawat administrator supaya terus berupaya melakukan perubahan terhadap penyempurnaan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover secara periodik sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagi praktik keperawatan Penelitian ini merekomendasikan untuk seluruh bagian di rumah sakit agar dapat dijadikan sebagai pedoman bagi perawat untuk meningkatkan akurasi komunikasi saat timbang terima pasien antar shift. Bagi pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam proses pembelajaran sehingga dapat mempersempit kesenjangan antara teori dan praktek dalam ilmu administrasi keperawatan. Bagi perkembangan riset keperawatan Peneliti merekomendasikan kepada peneliti berikutnya agar melanjutkan penelitian terkait uji coba dengan penerapan draft protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover pada semua ruangan di rumah sakit mengunakan 3 siklus sehingga protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover dapat disempurnakan dan sesuai dengan kondisi rumah sakit secara umum.



DAFTAR PUSTAKA



Alvarado, K., et al. (2006). Transfer of acountability : Transforming shift handover to enhance patient safety. Health care Quarterly. Longwoods Publishing. Aisyahnur, S (2016). Perbedaan Kepuasan Pasien Mengenai Metode Serah Terima Pasien Dengan Tradisional Dan Bedside Handover. Universitas Andalas. Padang. Australian Commission on Safety and Quality in Healthcare (ACSQHC) (2012). National Safety and Quality Service Standards. Sydney: ACSQHC. Australian Commission on Safety and Quality in Healthcare (2010) OSSIE Guide to Clinical Handover Improvement. Sydney: ACSQHC. Australian Healthcare & Hospital Association. (2009). Clinical handover : system change, leadership and principles. Sydney: Issue paper. Bradley S. & Mott S. (2013) Adopting a patient-centred approach: an investigation into the introduction of bedside handover to three rural hospitals. Journal of Clinical Nursing 23, 1927-1936 Cairns, L, L., Dudjak, L, A., Hoffmann, R, L., & Lorenz, H, L. (2013). Utilizing bedside shift report to improve the effectiveness of shift handoff. The Journal of Nursing Administration 43(3), 160-165. Chaboyer, W., McMurray, A., Wallis, M., & Fetherston, C. (2010). Implementing bedside handover: strategies for change management. Journal of clinical nursing, 19, 2580-2589.



Chaboyer, W., McMurray, A., Wallis, M., & Chang, H, Y. (2008). Standard operating protocol for implementing bedside handover in nursing. Journal of Nursing Management, 7, 29-36. Chaboyer, W., McMurray, A., Wallis M. & Chu, S. (2008). Bedside Handover One Quality Improvement Strategy to Transform care at The Bedside. Griffith University. Australia. Evans, A, M; Pereira, D, A; & Parker, J, M. (2008). Discourses of anxiety in nursing practice: a psychoanalytic case study of the change-of-shift handover ritual. Nursing Inquiry. H.Simamora, R. (2010). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jember University Press Kemmis, S., & McTaggart, R. (1988). The action research planner. 3 ed. Geelong: Deakin. Kemmis, S., & McTaggart, R. (2005). Participatory action research: communicative action and the public sphare. In in N.K.Denzin and Y.S Lincoln. The sage Handbook of Qualitative Research 3 ed. housand Oaks, CA: Sage publications, Inc. Kuntoro, A. (2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan, Yogyakarta: Nuha Medik. Kurniawan, Y. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan operan pasien perawat pelaksana di RS Hasan Sadikin Bandung. McMurray, A., Chaboyer, W., Wallis, M., Johnson, J., & Gehrke, T. (2011) Patients‟ perspectives of bedside nursing handover. Collegian 18, 19-26.



Mursidah, D. (2012). Pengaruh pelatihan timbang terima pasien terhadap penerapan keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RSUD Raden Mattaher Jambi. Jurnal Health & Sport, Volume 5, Nomor 3. National Clinical Guideline No. 5 Communication (Clinical Handover) in Maternity Services ISSN 2009-6259 Published November 2014. National Clinical Guideline No. 11 Communication (Clinical Handover) in Acute and Children’s Hospital Services ISSN 2009-6267. November 2015. Nursalam.



(2011).



Manajemen



Keperawatan:



Aplikasi



dalam



Praktik



Keperawatan Profesional. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Medika. Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing: Generating and assessing evidence for nursing practice. (9th ed.). Philadelpia: Lippincott. Polit, D.F., & Beck, C.T. (2014). Essentials of nursing research: appraising evidence for nursing practice, 4th edn. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. Radtke, K. (2013). Improving patient satisfaction with nursing communication using bedside shift report. Clinical Nurse Specialist 27(1), 19-25. Radtke, K. (2013). Improving patient satisfaction with nursing communication using bedside shift report. Journal of Nursing Care Quality. Riesenberg, A, L., Leitzsch, J., & Cunningham, M. (2010). Nursing Handoffs : A systemic review of the literature : surprisingly little is know about what constitutes best practice. American Journal of Nursing. Rushton, H. C. (2010). Ethics of Nursing Shift Report. AACN : Advanced Critical Care : Ethics in Critical Care, 21(4) : 380 – 384. Simamora, R. (2009). Dokumentasi Proses Keperawatan. Jember University Press



Simamora, R.H. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui Timbang Terima Pasien Berbasis Komunikasi Efektif: SBAR. USU Press Medan. Sand-Jecklin, K., & Sherman, J. (2014). A quantitative assessment of patient and nurse outcomes of bedside nursing report implementation. Journal of Clinical Nursing 23, 2854-2863. DOI: 10.1111/jocn.12575. Smeulers, M., Lucas C. & Vermeulen, H. (2014). Effectiveness of different nursing handover styles for ensuring continuity of information in hospitalised patients (Review). The Cochrane Database of Systematic Reviews 2014, Issue 6. Art. No.: CD009979. DOI: 10.1002/14651858. CD009979. Tobiano, G., Chaboyer, W., & McMurray A. (2013). Family members‟ perceptions of the nursing bedside handover. Journal of Clinical Nursing, 22(1Y2), 192Y200. doi: 10.1111/j.1365-2702.2012.04212.x Vines M.M., Dupler A.E., Van Son C.R. & Guido G.W. (2014) Improving client and nurse satisfaction through the utilization of bedside report. Journal for Nurses in Professional Development 30(4), 166-173 Velji, et al denganJudul: Efektivitas sebuah Alat Komunikasi SBAR diadaptasi untuk pengaturan rehabilitasi,Healthcare Quarterly, 11(Sp) 2008: 72-79,



RIWAYAT HIDUP



Nama



: Dyna Elvina Saragih



Tempat/Tgl Lahir



: Pegajahan / 20 Mei 1981



Pekerjaan



: Pegawai Negeri Sipil



Alamat



: Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai



No. Telp/ Hp



081377175141



Riwayat Pendidikan : Jenjang Pendidikan



Nama Institusi



Tahun Lulus



SD



SD Negeri No.106187 Pegajahan



1993



SMP



SMP Negeri 2 Perbaungan



1996



SMA



SMA Negeri Perbaungan



1999



D III Keperawatan



AKPER IMELDA



2002



Sarjana Keperawatan STIKES Sumatera Utara



2014



(S. Kep) Pendidikan Profesi



STIKES Sumatera Utara



2015



(Ners)



Riwayat Pekerjaan: Staf Puskesmas Aek Batu Kabupaten Labuhanbatu Selatan TMT Maret 2009Oktober 2014 Ka Sub Bagian Tata Usaha UPT.Puskesmas Pegajahan TMT Oktober 2014sekarang



LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN



Lampiran 1 A



Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan Penelitian Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode Bedside Handover di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit USU Medan



Bapak/Ibu/Saudara/i yang saya hormati, Saya Dyna Elvina Saragih (Nim: 157046038) adalah mahasiswa Magister Administrasi Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai Pengembangan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode Bedside Handover Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit USU Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun protokol timbang terima pasien yang diharapkan mampu meningkatkan kepuasan pasien dan kepuasan kerja perawat. Penelitian ini merupakan kegiatan untuk memenuhi tugas akhir tesis. Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Sebagai partisipan keikut sertaan anda tidak akan memberikan dampak/resiko ataupun pengaruh yang merugikan. Untuk itu apabila timbul hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan, anda berhak secara penuh untuk mengundurkan diri atau menolak menjadi partisipan. Peneliti menjamin kerahasian informasi dan identitas yang diberikan dan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian Jika Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini, mohon menandatangani formulir ini. Tanda tangan



:



Tanggal



:



No. Partisipan



:



(diisi oleh peneliti)



Lampiran 1B Panduan Focus Group Discussion Pelaksanaan Timbang Terima Pasien



Tempat



:



Tanggal



:



Peserta



:



Waktu



:



Nama Fasilitator



:



Kegiatan



:



a.



Fasilitator membuka pertemuan. Terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu pada pertemuan hari ini.



b.



Menyampaikan tujuan Focus group discussion Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk melakukan pembicaraan secara terbuka dan fokus tentang topik “ Implementasi timbang terima pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan”. Pertemuan ini berlangsung kurang lebih 90 menit.



c.



Persetujuan group terhadap kerahasiaan jawaban dan norma yang berlaku dalam diskusi. Sebelumnya saya akan menyampaikan beberapa aturan selama proses diskusi yaitu: 1. Dimohon kepada para peserta untuk menghormati pendapat orang lain, yang mungkin memiliki pendapat yang berbeda.



2. Hal-hal yang akan didiskusikan akan saya simpan dan rahasiakan. Saya akan merekam dan mencatat perjalanan diskusi ini, tanpa menuliskan nama atau siapa yang memberi pernyataan.



d.



Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimana pelaksanaan timbang terima pasien di ruangan selama ini? 2. Menurut Bapak/Ibu apa saja manfaat dilaksanakannya timbang terima pasien? 3. Apa saja kendala yang Bapak/Ibu alami dalam melaksanakan timbang terima pasien? 4. Apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut? 5. Bagaimana harapan Bapak/Ibu terhadap pelaksanaan timbang terima pasien?



e.



Menutup Focus group discussion Terima kasih atas waktu dan saran yang Bapak/Ibu berikan. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi saya.



Lampiran 1C Panduan Focus Group Discussion Evaluasi Perumusan Protokol Implementasi Timbang Terima Pasien Dengan Metode Bedside Handover



Tempat



:



Tanggal



:



Peserta



:



Waktu



:



Nama Fasilitator



:



Kegiatan



:



a.



Fasilitator membuka pertemuan. Terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu pada pertemuan hari ini.



b.



Menyampaikan tujuan Focus group discussion Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk melakukan pembicaraan secara terbuka dan fokus tentang topik “ Evaluasi perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover di ruang rawat inap Rumah Sakit USU Medan”. Pertemuan ini berlangsung kurang lebih 90 menit.



c.



Persetujuan group terhadap kerahasiaan jawaban dan norma yang berlaku dalam diskusi. Sebelumnya saya akan menyampaikan beberapa aturan selama proses diskusi yaitu: 1. Dimohon kepada para peserta untuk menghormati pendapat orang lain, yang mungkin memiliki pendapat yang berbeda.



2. Hal-hal yang akan didiskusikan akan saya simpan dan rahasiakan. Saya akan merekam dan mencatat perjalanan diskusi ini, tanpa menuliskan nama atau siapa yang memberi pernyataan. d.



Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu pelaksanaan perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover? 2. Menurut Bapak/Ibu, Apa saja hambatan yang bapak/ibu rasakan pada saat proses perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover? 3. Apa saja yang Bapak/Ibu lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut ? 4. Menurut Bapak/Ibu, Apa saja faktor pendukung dalam perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover? 5. Menurut Bapak/Ibu, Apa saja manfaat yang Bapak/ibu peroleh pada saat perumusan protokol implementasi timbang terima pasien dengan metode bedside handover?



e.



Menutup focus group discussion Terima kasih atas wakt u dan saran yang Bapak/Ibu berikan. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi saya.



Lampiran 1D Instrument Observasi Perawat Pelaksanaan Timbang Terima Pasien Dengan Metode Bedside Handover



Petunjuk Pengisian : Berikan tanda checklist ( √ ) dikolom YA apabila kegiatan telah dilakukan oleh partisipan dan berikan tanda checklist ( √ ) dikolom IDAK apabila kegiatan tidak dilakukan atau tidak tepat yang dilakukan partisipan. Tanggal Ruangan Observer NO



: : : Kegiatan



Persiapan 1. Ada perawat penanggung jawab pasien dengan mengelompokkan pasien berdasarkan jumlah perawat. 2. Mengkaji ulang status pasien berdasarkan kondisi terakhir 3. Menyampaikan kepada pasien bahwa serah terima tugas akan dimulai 4. Meminta pengunjung untuk keluar sesaat selama timbang terima berlangsung Introduksi 5. Menentukan jumlah perawat yang akan ikut timbang terima 6. Menyapa pasien 7. Memperkenalkan perawat shift selanjutnya yang akan bertugas Pertukaran informasi 8. Menggunakan format komunikasi efektif SBAR 9. Mengklarifikasi kondisi terakhir pasien 10. Menyampaikan hasil tes laboraturium pasien jika perlu kepada shift berikutnya 11. Menanyakan kebutuhan sehari-hari pasien kepada shift berikutnya 12. Menyampaikan perencanaan asuhan keperawatan 13. Pertanyaan dari tim yang bertugas selanjutnya Keterlibatan pasien 14. Memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya 15. Memberi kesempatan pada pasien untuk klarifikasi 16. Melibatkan pasien terkait asuhan keperawatan selanjutnya



Dilakukan Ya Tidak



Safety scan 17. Memeriksa call bell 18. Memeriksa alat-alat medis yang terpasang pada pasien 19. Memeriksa alat-alat bantu mobilitas dalam jangkauan 20. Memeriksa pemakaian identifikasi gelang pasien Timbang terima lengkap



21.



Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya



22.



Memastikan kerahasian semua informasi tentang pasien untuk diteruskan perawat shift selanjutnya.



Keterangan : Ya



= skor 1 : Apabila kegiatan dalam pernyataan dilakukan



Tidak = skor 0 : Apabila kegiatan dalam pernyataan tidak dilakukan



Medan,



2017 Observer



( Dyna Elvina Saragih )



Lampiran 1E



Kuesioner Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan Kode:



Petunjuk Pengisian : 1.



Kuesioner terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu karakteristik responden dan kepuasan pasien.



2.



Karakteristik responden berisi pertanyaan tentang identitas responden.



3.



Berilah tanda pada kotak yang tersedia pada salah satu kolom yang menurut anda paling sesuai dengan kenyataan yang anda alami saat ini, 1 : Sangat Tidak Puas ( STP ) 2 : Tidak Puas ( TP ) 3 : Tidak Ada Pendapat ( TAP ) 4 : Puas ( P ) 5 : Sangat Puas ( SP )



4.



Dimohon untuk tidak mengosongkan jawaban pada setiap pertanyaan



Kuesioner A: Karakteristik Responden



1.



Umur



2.



Jenis kelamin



: Perempuan



Laki-laki



: 3.



Pendidikan terakhir



:



SD



SMP



D III



S1



SMA



Kuesioner B: Kepuasan Pasien NO.



Pertanyaan



1.



Perawat memberitahukan kepada saya bahwa kegiatan timbang terima akan dimulai Perawat menyebutkan namanya saat berinteraksi dengan saya Perawat menyampaikan kepada saya perawat yang bertanggung jawab pada shift selanjutnya Perawat memberi informasi kepada saya dengan suara yang jelas Saya mendapatkan penjelasan terkait kondisi kesehatan saya Saya mendapatkan penjelasan tentang hasil tes laboratorium Saya mendapatkan penjelasan terkait pemenuhan aktivitas sehari-hari Saya mendapatkan informasi terkait tindakan yang akan saya terima Perawat menanyakan kepada saya apabila mempunyai pertanyaan terkait kondisi saya Perawat memberi kesempatan kepada saya untuk bertanya terkait asuhan keperawatan yang telah diberikan Saya dan perawat berdiskusi untuk membahas asuhan keperawatan selanjutnya Perawat mendengarkan dengan penuh perhatian saat saya berbicara Perawat cepat berespon untuk menanggapi panggilan saya Perawat membantu saya untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat saya lakukan sendiri Perawat terampil saat melakukan tindakan keperawatan (seperti infus, injeksi) Perawat terampil dalam menggunakan alat-alat kesehatan Perawat memberikan tindakan keperawatan kepada saya sesuai dengan waktu yang dijadwalkan Sebelum meninggalkan ruangan, perawat bertanya kepada saya jika ada hal lain yang dibutuhkan



2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.



STP



TP



TAP



P



SP



Lampiran 1F Kuesioner Kepuasan Kerja Perawat Kode: Petunjuk Pengisian : 1.



Kuesioner terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu karakteristik responden dan kepuasan kerja perawat



2.



Karakteristik responden berisi pertanyaan tentang identitas responden.



3.



Berilah tanda pada kotak yang tersedia pada salah satu kolom yang menurut anda paling sesuai dengan kenyataan yang anda alami saat ini, 1 : Sangat Tidak Puas ( STP ) 2 : Tidak Puas ( TP ) 3 : Tidak Ada Pendapat ( TAP ) 4 : Puas ( P ) 5 : Sangat Puas ( SP )



4.



Dimohon untuk tidak mengosongkan jawaban pada setiap pertanyaan



Kuesioner A: Karakteristik Responden



1.



Umur



2.



Jenis kelamin



: Perempuan



Laki-laki



: 3.



Pendidikan terakhir



SPK



D III



10 tahun



Kuesioner B: Kepuasan Kerja Perawat NO. Pertanyaan 1. Saya memiliki interaksi yang baik dengan kepala ruangan 2. Pekerjaan saya sebagai perawat terorganisir dengan baik 3. Saya menginformasikan kepada pasien ketika timbang terima akan dimulai 4. Saya memperkenalkan diri saya ketika berinteraksi dengan pasien 5. Pasien mengenal nama perawat pada shift berikutnya 6.



14.



Saya sudah memberikan informasi yang jelas kepada pasien Saya sudah memberikan informasi tentang kondisi pasien saat ini Saya sudah memberikan informasi kepada pasien tentang hasil tes laboratorium Saya sudah memberikan informasi kepada pasien tentang pemenuhan aktivitas sehari-hari selama dirawat disini Saya memberikan informasi kepada pasien terkait rencana keperawatan selanjutnya Saya mempersilahkan pasien menanyakan tindakan yang akan diterima Saya menanyakan kepada pasien apabila mempunyai pertanyaan terkait kondisi dan asuhan yang akan diterima Saya sudah memberi kesempatan kepada pasien bertanya terkait asuhan keperawatan yang telah diberikan Pasien dilibatkan secara aktif dalam timbang terima



15.



Komunikasi antar shift ini saya lakukan dengan baik



16.



Saya lebih memprioritaskan keselamatan pasien dengan timbang terima Saya merasa lebih percaya diri merawat pasien saya saat timbang terima Pada saat timbang terima saya berusaha mendapatkan informasi pasien dengan lengkap.



7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.



17. 18.



STP



TP



TAP



P



SP



LAMPIRAN 2 BIODATA EXPERT



BIODATA EXPERT CONTENT VALIDITY INDEX PANDUAN FGD, LEMBAR OBSERVASI, dan KUESIONER



1. Mazly Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep Ketua Penelitian Dan Pengabdian Pada Masyarakat STIKES Sumatera Utara 2. Resmi M. Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik Medan 3. Misrah Panjaitan, S.Kep.,Ns.,M.Kep Kepala Bidang Rawat Jalan Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik Medan



LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI PENELITIAN



Melakukan Focus Group Discussion (FGD) tahap reconnaissance



Mensosialisasikan Data Tahap Reconnaissance



Melakukan Focus Group Discussion (FGD) tahap reflecting