Benda Asing Hidung 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HALAMAN JUDUL REFERAT ILMU THT CORPUS ALIENUM CAVUM NASI



Pembimbing : Prof. dr. Moelyardjo, Sp.THT-KL



Disusun oleh : Adeline Tampang Allo



2019.04.2.0012



Belinda Anasthasya Tansy



2019.04.2.0065



Benedicta



2019.04.2.0066



Billy Suyanto Wijaya



2019.04.2.0067



Bima Dewatara



2019.04.2.0068



Clara Amelia Pondaag K



2019.04.2.0069



Claudia Monica



2019.04.2.0070



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. RAMELAN SURABAYA 2019



LEMBAR PENGESAHAN Referat dengan judul “Corpus Alienum Cavum Nasi” yang disusun oleh : Adeline Tampang Allo



2019.04.2.0012



Belinda Anasthasya Tansy



2019.04.2.0065



Benedicta



2019.04.2.0066



Billy Suyanto Wijaya



2019.04.2.0067



Bima Dewantara



2019.04.2.0068



Clara Amelia Pondaag K



2019.04.2.0069



Claudia Monica



2019.04.2.0070



Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik Dokter Muda di Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya



Surabaya, November 2019 Pembimbing



Prof. dr. Moelyardjo, Sp.THT-KL



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... ii DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii I.



Contoh Kasus ................................................................................................... 4



II. Latar Belakang ................................................................................................. 5 III. Anatomi ............................................................................................................ 6 IV. Definisi.............................................................................................................. 8 V. Epidemiologi ..................................................................................................... 8 VI. Patofisiologi ...................................................................................................... 9 VII. Etiologi dan Klasifikasi .................................................................................... 11 VIII. Manifestasi Klinis ............................................................................................ 12 IX. Diagnosis........................................................................................................ 13 X. Manajemen..................................................................................................... 15 XI. Komplikasi ...................................................................................................... 23 XII. Prognosis ....................................................................................................... 26 XIII. KESIMPULAN ................................................................................................ 27 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 28



I.



Contoh Kasus Identitas Nama : An MA Usia : 2 tahun 9 bulan Anamnesa Keluhan Utama : Hidung tersumbat sejak 12 jam sejak masuk rumah sakit Keluhan Tambahan : Nyeri tekan pada hidung Riwayat Penyakit Sekarang : An. MA, laki-laki berumur 2 tahun 9 bulan datang ke Poli THT dengan keluhan utama lubang hidung kanan tersumbat sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Keluhan disertai dengan nyeri pada hidung jika ditekan.



Ibu pasien mengatakan bahwa pasien mengaku



sebelumnya memasukan manik tasbih ke hidung saat sedang bermain tasbih di rumahnya. Riwayat keluar cairan, demam, batuk, dan sesak nafas disangkal. Ibu pasien mengatakan pasien sudah dibawa berobat ke bidan di sekitar rumah dan dilakukan pemeriksaan pada lubang hidung kanan didapatkan benda asing berwarna hijau mengkilat. Sudah dicoba untuk mengeluarkan benda asing tersebut namun tidak berhasil sehingga ibu pasien membawa berobat ke poli THT. Riwayat Penyakit Dahulu : RIwayat Penyakit Keluarga : Riwayat Sosial : pasien masih belum bersekolah Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : tampak sakit ringan Nadi 98 x/menit regular RR 20 x/menit T : aksila 36,8



4



Rhinoskopi anterior : ditemukan mukosa kavum nasi tenang terdapat benda asing berbentuk bulat dan berwarna hijau mengkilat, sehingga pada konka media sulit dinilai. Hidung kiri dalam batas normal. Diagnosis Corpus alienum (manik tasbih) et cavum nasi dextra Treatment Ekstraksi corpus alienum II.



Latar Belakang Definisi Corpus alienum atau benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Dalam hal ini, nasal corpus alienum adalah benda asing / massa yang normal tidak ada / tidak dijumpai di hidung. Ini merupakan salah satu masalah kedaruratan dibidang THT. Dapat terjadi pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada anak– anak, baik disengaja memasukkan ke hidung atau karena kecelakaan. Pada anak-anak dapat disebabkan oleh faktor kesengajaan. Anak-anak cenderung memasukkan benda kecil yang umumnya adalah benda mati. Benda asing yang lazim ditemukan pada anak-anak adalah makanan seperti kacangkacangan, biji-bijian, dan benda berupa baterei, manik-manik, dan spons,. Namun dapat pula ditemukan benda hidup



misalnya larva lalat, dan



berkembang menjadi lalat, linta dan lain sebagainya. Beberapa penelitian telah menunjukkan prevalensi kejadian benda asing di hidung lebih banyak terjadi pada laki-laki (58%) dibandingkan perempuan dan dengan tingkat sosioekonomi yang rendah. Pada anak, insiden tertinggi kejadian benda asing di hidung adalah usia 2-5 tahun. Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya tidak terlihat, dan gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan diagnosis pada awalnya. Hasil pemeriksaan sinar-X dapat menunjang diagnosis. Endoskopi merupakan tindakan tersering digunakan karena lebih memperkuat diagnosis dan untuk mengeluarkan benda asing. Dalam hal ini, penanganan terhadap benda asing pada hidung merupakan salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh dokter umum. Namun, sangat penting untuk mengetahui 5



letak anatomi dan indikasi tertentu agar dapat dirujuk kepada spesialis. Indikasi tersebut seperti tergantung pada beberapa faktor seperti lokasi dari benda asing, bahan material benda asing, apakah benda berupa bahan yang mudah diambil ( lembut dan irregular) atau tidak mudah diambil (keras dan bulat), keterampilan dokter maupun kerja sama pasien itu sendiri. Sebagian besar benda asing pada hidung dapat dikeluarkan oleh dokter yang sudah terlatih dengan komplikasi yang minimal. III.



Anatomi Hidung berbentuk pyramid dengan apex di posisi anterior yang bagian luarnya terdiri atas pangkal hidung, batang hidung, puncak hidung, ala nasi, kolumela, dan lubang hidung. Rangka hidung sendiri tersusun atas bagian tulang dan tulang rawan. Bagian tulang pada hidung mencakup tulang hidung (os nasal), prosesus frontalis os maksila, dan prosesus nasalis os frontal. Sedangkan bagian yang termasuk tulang rawan adalah processus lateralis kartilago septum nasi, kartilago alaris mayor, 3 atau 4 kartilago alaris minor dan sebuah kartilago septum nasi. Rongga pada hidung yang disebut kavum nasi berbentuk terowongan yang memanjang dari lubang hidung (nares anterior) sampai choanae (nares posterior). Nares posterior menghubungkan antara kavum nasi dan nasofaring. Kavum nasi dibagi menjadi kavum nasi kanan dan kiri oleh septum nasi. Bagian kavum nasi yang terletak tepat di belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum dikelilingi oleh tulang rawan yang fleksibel (Drake, L. Richard;Vogl, A. Wayne;Mitchell 2012).



Anatomi Hidung Luar (Drake, L. Richard;Vogl, A. Wayne;Mitchell 2012) Masing-masing kavum nasi dibatasi oleh empat dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior, dan anterior. Dinding medial kavum nasi adalah septum 6



nasi. Septum nasi tersusun atas tulang dan tulang rawan. Bagian tulang terletak di posterior yang terdiri atas lamina perpendikularis os ethmoidalis, vomer, krista nasalis os maksila, dan krista nasalis os palatina. Bagian tulang rawan terletak di anterior yang disebut kartilago septi nasi. Di bagian lateral, kavum nasi dibatasi oleh tiga buah konka, yaitu konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka nasalis superior. Konka nasalis inferior dan media menempati sebagian besar dinding lateral kavum nasi, sedangkan konka nasalis superior berukuran kecil dan letaknya berdekatan dengan daerah olfaktorius di atap kavum nasi. Konka nasalis inferior merupakan suatu tulang yang melekat pada os maksila dan labirin ethmoidalis. Lain halnya dengan konka nasalis media dan superior yang merupakan bagian dari labirin ethmoidalis. Di antara konka dan dinding lateral kavum nasi, terdapat rongga yang disebut meatus. Meatus terdiri atas tiga jenis berdasarkan letaknya terhadap konka, yaitu meatus nasi inferior, meatus nasi media, dan meatus nasi superior. Meatus merupakan muara dari beberapa saluran. Pada meatus nasi inferior, duktus nasolakrimalis membuka melalui plika lakrimalis. Meatus nasi media merupakan tempat bermuaranya sinus maksilaris, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis anterior. Pada meatus nasi superior, bermuara sinus ethmoidalis posterior dan sinus sphenoidalis. Di bagian posteriornya terdapat resesus



sfenoetmoidalis



dengan



apertura



sinus



sfenoidalis



yang



menghubungkan kavum nasi dengan sinus sfenoid. Dinding superior kavum nasi dibentuk oleh lamina kribiformis. Lamina kribiformis memisahkan kavum nasi dengan rongga kepala. Lamina kribiformis merupakan tulang yang strukturnya



berlubang-lubang



untuk



tempat



masuknya



serabut



saraf



olfaktorius. Di bagian inferior, kavum nasi dibatasi oleh os maksila dan os palatum (Drake, L. Richard;Vogl, A. Wayne;Mitchell 2012).



7



Anatomi Cavum Nasi (Drake, L. Richard;Vogl, A. Wayne;Mitchell 2012) Corpus Alienum Rongga Hidung IV.



Definisi Corpus alienum merupakan benda asing yang berasal baik dari dalam (benda asing endogen) maupun luar (benda asing eksogen) tubuh yang normalnya tidak ada (Hafil, A ; Helmi 2012).



V.



Epidemiologi Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama usia 1-4 tahun, anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang berlubang termasuk hidung. Mereka dapat memasukkan benda asing sebagai upaya mengeluarkan sekret atau benda asing yang sebelumnya ada di dalam hidung, atau untuk mengurangi gatal atau perih akibat iritasi yang sebelumnya sudah terjadi. Benda asing yang paling sering ditemukan adalah sisa makanan, permen, manik manik dan kertas. Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing dalam hidung antara lain faktor personal (umur, pekerjaan, kondisi sosial) kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan tidur, penurunan kesadaran, alkoholisme, dan epilepsy) ukuran, bentuk, serta sifat benda asing, serta faktor kecerobohan. Benda asing dapat menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas bila masuk ke saluran nafas bawah (Punagi 2016).



8



VI.



Patofisiologi Daerah hidung merupakan daerah yang mudah diakses karena lokasinya yang berada di wajah. Memasukkan badan asing ke dalam cavum nasi sering kali terjadi pada pasien anak yang kurang dari 5 tahun disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rasa penasaran untuk mengekspolarsi orifisium atau lubang. Hal ini disebabkan pula oleh mudahnya akses terhadap benda asing tersebut, kurang perhatian saat pengasuhan anak. Hal–hal lain yang menjadi penyebab antara lain kebosanan, untuk membuat lelucon, retardasi mental, gangguan jiwa, dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung, sebagian besar ditemukan di dasar hidung, tepat di bawah konka inferior atau di bagian atas fossa nasal anterior hingga ke bagian depan konka media. Benda-benda kecil yang masuk ke bagian anterior rongga hidung dapat dengan mudah dikeluarkan dari hidung (Shrestha 2012).



Lokasi tersering benda asing hidung (Shrestha 2012) Beberapa benda asing menetap di dalam rongga hidung tanpa menimbulkan perubahan mukosa. Namun, kebanyakan objek yang berupa benda mati menyebabkan kongesti dan edema pada mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi, erosi, dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Sekret yang tertinggal, dekomposisi benda asing, dan ulserasi yang menyertai dapat menghasilkan fetor yang berbau busuk. Benda asing yang berupa benda hidup, menyebabkan reaksi inflamasi 9



dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau. Cacing askaris di hidung dapat menimbulkan iritasi dengan derajat yang bervariasi karena gerakannya. Perubahan-perubahan ini apabila lebih lanjut, maka akan memengaruhi benda asing karena dikelilingi oleh udema, granulasi, dan kotoran. Benda asing organik, seperti kacangkacangan, mempunyai sifat higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta menyebabkan iritasi pada mukosa. Kadangkadang, reaksi inflamasi dapat menghasilkan toksik. Benda asing anorganik, menimbulkan rekasi jaringan yang lebih ringan dan lebih mudah didiagnosa dengan pemeriksaaan radiologis karena umumnya benda asing anorganik bersifat radiopak. Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan apabila tertanam dalam jaringan granulasi yang terpapar oleh kalsium, magnesium fosfat, karbonat, dan kemudian akan menjadi rhinolith. Kadang-kadang, proses ini dapat terjadi di sekitar area mukopus dan bekuan darah. Rhinolit biasanya terletak dekat bagian basal hidung dan bersifat radiopak. Baterai cakram dapat menyebabkan destruksi pada septum nasi karena tersusun atas beberapa logam berat, seperti merkuri, zink, perak, nikel, cadmium, dan lithium. Beberapa faktor dikatakan berperan dalam timbulnya komplikasi akibat baterai cakram ini antara lain interval waktu saat baterai masuk hingga dikeluarkan dan kontak antara permukaan mukosa hidung dan kutub negatif baterai (anode). Karena itu, perforasi septum (90 jam setelah baterai masuk ke hidung) umumnya terjadi ketika adanya kontak antara mukosa hidung dan kutub negatif baterai. Etiologi kerusakan jaringan diyakini terdiri atas 3 bagian, yaitu : 



Perembesan substansi baterai dengan sifat korosif langsung yang menyebabkan kerisakan,







Efek langsung ke mukosa







Nekrosis oleh tekanan. Dari hasil dari reaksi ini, dapat menyebabkan perforasi septum (umumnya 7 jam setelah baterai masuk ke hidung), sinekia, konstriksi, dan stenosis kavum nasi (Shrestha 2012).



10



VII.



Etiologi dan Klasifikasi Berdasarkan jenis bendanya, etiologi corpus alienum di hidung dapat di bagi menjadi: a. Benda asing hidup (benda organik) seperti : serangga, lintah, kacangkacang, biji-bijian 



Larva lalat Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung manusia dan hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies Chryssonya bezziana adalah serangga yang termasuk dalam famili Calliphoridea, ordo dipteral subordo Cyclorrapha kelas Insecta. Lalat dewasa berukuran sedang berwarna biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm, bergaris gelap pada thoraks dan pada abdomen melintang. Lalat dewasa meletakkan telurnya pada jaringan hidup misalnya pada luka, lubang lubang pada tubuh seperti hidung, mata, telinga, dan traktus urogenital (Shrestha 2012).







Lintah (Hirudinaria javanica) Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas hirudinae. Hirudinae adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk filum annelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan hewan penghisap darah. Pada saat menghisap darah, lintah mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan mengeluarkan zat anti pembekuan darah sehingga darah pada pasin tidak akan



membeku.



Setelah



selesai



menjatuhkan diri (Shrestha 2012).



11



menghisap



darah,



lintah



akan



Benda asing hidup lintah (Shrestha 2012) b. Benda asing non organic (benda mati) seperti : plastik, kapur tulis, karet, kancing, mur, baterai, manik2 Benda asing tak hidup yang tersering adalah manik-manik, baterai logam, dan kancing baju. Kasus baterai logam di hidung merupakan salah satu kegawatan yang harus segera dikeluarkan karena kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung (Shrestha 2012).



Benda asing mati manik-manik (Shrestha 2012) VIII.



Manifestasi Klinis Gejala sumbatan benda asing tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk, dan ukuran benda asing. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala sampai kematian sebelum diberi pertolongan akibat sumbatan total.Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian otang tua karena terkadang tidak ada gejala dan



12



bertahan dalam waktu yang lama. Dapat juga timbul rinolith di sekitar benda asing (Kalan & Tariq 2000). Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral, dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis, bersin, dan disertai bekuan darah (Kalan & Tariq 2000). Benda asing seperti karet busa sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk. Hal ini dikarena kan proses dari peradangan-peradangan yang terjadi di sekeliling benda asing sehingga berakumulasinya jaringan epitel yang mati, sel-sel leukosit dan mediator-mediator inflamasi. Tak jarang pula akibat benda asing yang tidak segera dikeluarkan, akan menimbulkan infeksi sekunder (Octaviana 2017). Akan tetapi, adanya benda asing dalam hidung terkadang tidak menimbulkan nyeri, terbukti dengan adanya beberapa kasus benda asing yang telah berada dalam hidung selama bertahun-tahun tanpa adanya gejala apapun. Namun, walaupun jarang ditemukan, nyeri dan sakit kepala pada sisi yang terlibat disertai dengan epistaksis intermitten dan bersin pernah ditemukan dalam beberapa kasus (Octaviana 2017). Pada pasien dengan benda asing hidung yang hidup, gejala-gejala yang muncul biasanya terdapat pada hidung bilateral. Hidung tersumbat, sakit kepala, dan bersin dengan kotoran seropurulen biasanya merupakan gejala yang tampak. Peningkatan suhu tubuh dan adanya bau tidak sedap yang berasal dari rongga hidung dapat pula muncul. Leukositosis dapat terjadi akibat adanya infeksi sekunder. Rhinolith biasanya tidak bergejala dan kemudian menyebabkan obstruksi apabila membesar (Kalan & Tariq 2000). IX.



Diagnosis Anamnesis Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu terutama masuknya benda asing di lubang hidung. Adanya gejala yang tiba-tiba muncul choking (rasa tercekik), gejala, dan tanda lainnya. Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan karena kasus benda asing pada hidung sering tidak segera dibawa ke dokter saat



13



kejadian. Perlu diketahui macam benda atau bahan yang teraspirasi dan telah berapa lama tersedak benda asing itu (Octaviana 2017). Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik hidung, dapat digunakan rhinoskopi anterior. Namun, kadang-kadang edema dan granulasi mukosa menutupi benda asing tersebut.



Pada



beberapa



kasus,



diperlukan



penyemprotan



agen



vasokonstriktor untuk memperkecil mukosa pada saat pemeriksaan. Seringkali, tindakan ini memperjelas penampakan badan asing tersebut. Pada anak-anak kecil dan kurang kooperatif, kadang diberikan anestesi umum untuk mempermudah dalam menemukan benda asing (Octaviana 2017). Pemeriksaan fisik di rongga hidung dapat ditemukan destruksi luas pada mukosa membran, tulang, dan kartilago. Mukosa hidung menjadi lunak dan mudah berdarah. Selain itu, pada pemeriksaan tampak pula edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutupi oleh mukopus, sehingga disangka sinusitis. Dalam hal demikian, bila akan menghisap mukopus haruslah hati-hati supaya benda asing tersebut tidak terdorong ke arah nasofaring yang kemudian dapat masuk ke laring, trakea, dan bronkus (Octaviana 2017). Pada kasus rhinolith, pemeriksaan fisik terkadang ditemukan pada kavum nasi bermassa berwarna keabu-abuan yang irregular, di sepanjang dasar rongga hidung yang bertulang, keras, dan terasa berpasir pada pemeriksaan (Octaviana 2017). Pemeriksaan Penunjang Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologik untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat radiopak dapat dibuat foto radiologik segera setelah kejadian, sedangkan benda asing radiolusent (seperti kacang-kacangan) dibuatkan foto radiologik setelah 24 jam kejadian karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran radiologis berarti. Video fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara keseluruhan, dapat mengevaluasi saat pada saat inspirasi dan ekspirasi dan adanya obstruksi parsial. Emfisema obstruktif 14



merupakan bukti radiologic pada benda asing di saluran napas setelah 24 jam benda teraspirasi (Kalan & Tariq 2000). Selain dengan radiologi, dapat pula digunakan endoskopi. Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi, yaitu endoskopi nasal dengan sudut 0⁰ atau 30⁰. Endoskopi nasal ini juga ideal dalam penegakan diagnosis untuk anak-anak, namun sebelum pemeriksaan umumnya didahului dengan pemberian anestesi umum. Selain



untuk diagnosis, penggunaan endoskopi nasal ini juga berguna dalam ekstraksi atau pengeluaran benda asing hidung (Kalan & Tariq 2000) Hasil foto radiologi corpus alienum pada cavum nasi (Octaviana 2017) X.



Manajemen Kerjasama antara pasien dan pemeriksa sangat diperlukan untuk mengeluarkan benda asing dari hidung. Pasien biasanya diperiksa dalam posisi duduk. Pada anak-anak, sebaiknya dipangku dan dipegang erat oleh orang tuanya sambil duduk di kursi pemeriksaan agar tenang sehingga dapat mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi (Octaviana 2017). Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing di hidung, seperti dengan memakai pengait (hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap kavum nasi sencara menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik kedepan. Dapat pula menggunakan forsep aligator, cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda asing berbentuk bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya



15



tumpul. Berikut ini beberapa teknik mengeluarkan benda asing di hidung (Octaviana 2017). a. Persiapan sebelum melakukan Teknik Pengambilan benda asing di hidung dapat dicoba oleh dokter yang berpengalaman jika mungkin dapat di ekstraksi. Jika ada keraguan tentang bisa tidaknya ekstraksi, harus di konsultasikan ke spesialis telinga, hidung, dan tenggorok. Pengeluaran benda asing yang dicoba berulang kali dapat mengakibatkan meningkatnya trauma dan berpotensi memindahkan benda asing ke lokasi yang tidak diharapkan. Pengeluaran secara mekanik dari benda asing tidak harus dicoba jika benda tersebut tampaknya di luar jangkauan (Octaviana 2017). Pengangkatan tidak boleh dilakukan tanpa sedasi pada pasien yang tidak kooperatif. Idealnya, teknik nonmekanik seperti tekanan udara positif harus dicoba pada pasien ini (Octaviana 2017). Benda asing yang dicoba diangkat berkali-kali akan lebih berbahaya karena dapat menyebabkan pengangkatan lebih sulit, dan benda asing dapat menjadi lebih dalam. Oleh karena itu, perencanaan yang matang sangat penting untuk memaksimalkan kemungkinan pengangkatan pada usaha pertama. Selain itu, suplai pernapasan darurat haruslah tersedia untuk menanggulangi kebutuhan oksigen jika setelah pengangkatan hasil benda asing terjadi aspirasi (Octaviana 2017). Peralatan yang digunakan meliputi : 1. Lampu kepala 2. Vasokonstriktor topical 3. Spekulum hidung 4. Bag-valve mask 5. Forseps alligator 6. Probe hooked 7. Balon kateter 8. Kuret 9. Peralatan suction



16



Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan, karena rasa sakit seringnya tidak muncul pada pasien selama pengangkatan. Namun, vasokonstriksi farmakologis dari mukosa hidung dapat memfasilitasi pemeriksaan dan pengangkatan dari benda asing di hidung. Anestesi dan vasokonstriksi mukosa dapat dicapai dengan memberikan beberapa tetes lidokain 1% (tanpa epinefrin) dan 0,5% phenylephrine ke lubang hidung yang terkena. Anestesi pada teknik mengeluarkan benda asing pada hidung dapat dilakukan dengan anestesi semprot dengan pilihan anestesinya yaitu lidokain. Untuk pasien yang khawatir, nebulasi dari 1-2 ml dari 1:1000 epinefrin telah berhasil digunakan untuk vasokonstriksi mukosa. Dari laporan kasus epinefrin nebulasi direkomendasikan hanya jika benda asing di hidung cukup besar, gerakan ke posterior hidung tidak mungkin, dan jika saluran pernafasan aman (Octaviana 2017). Jika kepala pasien tidak kooperatif tidak dapat distabilkan, pemberian sedasi harus dilakukan sebelum pengangkatan mekanik. Shresta and Amatya dalam penelitiannya melaporkan tingkat keberhasilan sangat tinggi (95%) dan tingkat komplikasi yang rendah dengan penggunaan sedasi. Penelitian lain oleh Murkejhee A et al berpendapat bawa pada pasien yang memiliki benda asing di hidung



dan tidak koperatif sebaiknya tidak di



berikan obat-obatan sedatif, karena dapat meningkatkan komplikasi dengan mengurangi reflex batuk dan muntah pasien (Octaviana 2017). Selain itu pada anak kecil yang memiliki benda asing pada hidung sebaiknya posisi pasien harus dipegang oleh penjaga atau orangtuanya, dengan kedua kaki pasien di jepit oleh kedua paha orangtua, sehingga pasien dapat terfiksasi dan tenaga medis mudah untuk mengeluarkan benda asing tersebut (Octaviana 2017). Beberapa teknik pengangkatan yang tersedia, dan pilihan metode tergantung pada jenis benda asing di hidung, alat yang tersedia, dan kenyamanan dokter dengan masing-masing metode. Untuk benda asing yang mudah dilihat, kebanyakan dokter lebih memilih pengangkatan langsung. Jika benda asing sulit terlihat atau bulat atau tidak berhasil diangkat dengan instrumentasi langsung, pengeluaran dengan balon



17



kateter adalah metode yang disukai. Untuk benda asing yang besar, teknik tekanan positif yang umum digunakan (Octaviana 2017). Semua upaya pengeluaran benda asing dapat menjadi komplikasi akibat kerusakan mukosa dan perdarahan. Selain itu, semua usaha yang gagal dapat mengakibatkan perpindahan benda asing ke posterior (Octaviana 2017). Teknik yang dipilih untuk mengeluarkan benda asing di dalam hidung selain berdasarkan jenis dari benda asing sendiri juga harus berdasarkan dengan lokasi dan bentuk benda asing tersebut (Octaviana 2017). b. Jenis-jenis Teknik Mengeluarkan Benda Asing di Hidung 1. Instrumentasi langsung Teknik ini sangat ideal untuk benda asing yang mudah terlihat, tidak bulat, benda asing tidak rapuh. Instrumen dijelaskan sebelumnya termasuk forsep alligator. Benda asing rapuh dan bulat sangat sulit untuk dikeluarkan dengan teknik ini; benda rapuh bisa robek, dan benda-benda bulat mungkin sulit dan mudah pindah ke posterior .



Removal of foreign object using alligator forceps (Octaviana 2017)



18



Removal of a foreign object with a hooked probe (Octaviana 2017) Probe hooked dapat digunakan untuk benda-benda yang mudah dilihat tetapi sulit untuk dipahami. Hook ditempatkan di belakang benda asing tersebut kemudian ditarik ke depan. Shresta and Amatya melaporkan menggunakan endoskopi fleksibel untuk melihat benda asing di hidung kemudian menggunakannya sebagai pengait untuk menarik benda asing. Teknik ini, disebut sebagai "hook-scope", teknik ini berguna jika pasien kooperatif. Beberapa penulis telah menyarankan menggunakan kombinasi instrumentasi langsung dan menyarankan kateter balon ditempatkan di belakang benda asing untuk mencegah perpindahan posterior selama upaya pengeluaran. 2.



Kateter balon Pendekatan ini sangat ideal untuk benda asing yang kecil, benda



bulat yang tidak mudah diambil dengan instrumentasi langsung. Kateter yang dapat digunakan yaitu kateter Foley (misalnya, 5-8), kateter Forgaty (misalnya, No. 6), atau Katz Extractor Oto-Rhino Foreign Body Remover (California) juga merupakan pilihan.



19



Terlepas dari berbagai macam jenis kateter, teknik yang digunakan adalah sama. Pertama, balon diperiksa, dan kateter dilapisi dengan 2% lidokain jelly. Kemudian pasien berbaring telentang dan kateter dimasukkan melewati benda asing di dalam rongga hidung, lalu diberikan udara atau air ke dalam kateter (2 ml pada anak-anak kecil dan 3 ml pada anak-anak yang lebih besar). Setelah dibalonkan, kateter ditarik keluar sehingga benda asing juga ikut tertarik. Teknik dengan kateter juga dapat digunakan sebagai pencegahan agar benda asing di bagian anterior tidak kearah posterior saat dilakukan teknik lainnya.



Pengunaan Forgarty Catheter (Octaviana 2017) 3.



Tekanan positif



Positive Pressure Tehnique for Nasal Foreign Body removal (Octaviana 2017) 20



Parent Kiss for Positive Pressure Tehnique (Octaviana 2017) Benda asing yang besar bisa dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini dapat dilakukan oleh penderita sendiri dengan menutup hidung yang normal dan menghembuskan nafas dari hidung secara keras, selain itu pada anak yang mengalami benda asing di hidung, dapat ditiup mulut anak tersebut oleh orangtuanya kissing technique atau masker bag-valve. Ketika topeng bagvalve digunakan, manuver Sellick dapat dianggap untuk mencegah esophageal insuflasi udara. Teknik ini banyak dilakukan pada anak menyebabkan komplikasi seperti barotrauma di telinga



dan dapat



dan emfisema



periorbital. Tekanan positif juga memiliki risiko yang menyebabkan barotrauma ke saluran napas, paru-paru, atau membran timpani, dan dokter harus menghindari penggunaan volume besar udara paksa. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, komplikasi yang terakhir belum dilaporkan.



21



4.



Tekanan Negatif (Suction)



Ilustration of suction nasal (Octaviana 2017)



Remove foreign body nasal using Vacutract suction device (Octaviana 2017) Teknik ini sangat ideal untuk benda aisng yang terlihat, halus atau bulat dimana benda sulit diambil dengan pinset atau forcep alligator. Suction yang diberikan pada pasien biasanya yang bertekanan 100-140 mmHg.



5.



Lem atau Perekat Metode ini sangat efektif terhadap benda asing yang licin, bulat, dan sulit diambil dengan pinset atau forcep alligator. Benda asing yang akan diambil haruslah yang kering dan terlihat sehingga 22



risiko kontak dengan mukosa sekitar benda asing dihidung minimal. Lem atau perekat dalam hal ini cyanoacrylate yang digunakan di oleskan tipis ditempatkan di ujung aplikator kayu atau plastik, yang kemudian menempel benda asing selama 60 detik. Tanpa kerja sama penuh dari pasien, mukosa hidung dapat dengan mudah terluka oleh lem tempatnya.



Cyanoacrilate glue for removing body foreign (Octaviana 2017) XI.



Komplikasi Pendarahan adalah komplikasi paling umum yang dilaporkan pada pasien dengan benda asing nasal (NFBs), meskipun pendarahannya minimal dan sembuh bila diberikan sedikit tekanan (Fischer JI 2013). Benda asing itu sendiri dapat menyebabkan iritasi pada pasien. Namun, morbiditas terutama disebabkan oleh peradangan yang dihasilkan, kerusakan mukosa, dan perluasan ke struktur yang berdekatan. Komplikasi yang dilaporkan meliputi : 



Sinusitis







Otitis media akut 23







Nasal septal perforation







Periorbital cellulitis







Meningitis







Acute epiglotitis







Diphtheria







Tetanus Peradangan lokal dari NFB dapat menyebabkan tekanan nekrosis. Hal ini,



dapat menyebabkan ulserasi mukosa dan erosi ke dalam pembuluh darah hingga



menimbulkan



epistaksis.



Pembengkakan



dapat



menyebabkan



sumbatan pada drainase sinus dan menyebabkan sinusitis sekunder. Benda asing organik cenderung membengkak dan biasanya lebih menimbulkan banyak gejala daripada benda asing anorganik (Fischer JI 2013). Keterlambatan dalam diagnosis komplikasi NFB, seperti sinusitis dan otitis media akut, dapat menyebabkan morbiditas yang berkepanjangan. Ini dapat dihindari dengan melakukan pemeriksaan menyeluruh dan dengan memeriksa kembali rongga hidung setelah pengangkatan NFB (Fischer JI 2013).



Benda asing pada cavum nasi kanan dikelilingi oleh area inflamasi (Fischer JI 2013)



24



Cavum nasi setelah benda asing diambil (Fischer JI 2013) Benda asing yang tersumbat dan tidak dikeluarkan lama-kelamaan akan dilapisi oleh kalsium, magnesium, fosfat, atau karbonat dan menjadi rhinolith. Rhinolith bersifat radio-opak dan biasanya ditemukan di dasar rongga hidung. Rhinolith dapat tetap tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan biasanya baru ditemukan setelah muncul gejala.



Gejala yang sering timbul ialah napas



berbau dan adanya sekret yang berbau busuk. Dapat menyebabkan perdarahan dan sumbatan hidung satu sisi. NFB cenderung tidak dikenal untuk jangka waktu yang lebih lama daripada benda asing di telinga karena mereka biasanya menghasilkan lebih sedikit gejala dan lebih sulit untuk dikenali (FK UI 1997).



Baterai kancing Baterai kancing berukuran kecil dan mengkilap, juga sering ditemukan pada mainan sehingga merupakan benda asing yang paling sering masuk pada anak-anak. Ketika masuk ke hidung, baterai menimbulkan kerusakan via aliran listrik voltase rendah dan memicu pelepasan sodium hidroksida dan gas klorin, serta necrosis jika isi alkaline-nya bocor ke luar (FK UI 1997). Komplikasi akibat baterai cukup sering terjadi, sekitar 6 dari 11 kasus NFBs. Biasanya kerusakan cavum nasi terjadi ± 12 jam, sehingga perlu dilakukan pengeluaran segera dan perlu dilakukan inspeksi cavum nasi secara menyeluruh untuk melihat adanya komplikasi. Pada kasus ini sebaiknya tidak dilakukan irigasi cavum nasi untuk mencegah penyebaran dari komponen alkaline (FK UI 1997).



25



Baterai kancing pada lantai cavum nasi kanan yang menyebabkan luka bakar disertai necrosis (Fischer JI 2013) Corpus alienum magnet Magnet kecil banyak digunakan pada anting imitasi, serta pada splinting setelah septoplasi. Pada beberapa literatur, NFB magnet dikatakan dapat menimbulkan pressure necrosis dan perforasi septum nasi mucoperichondrium, sehingga diperlukan pengeluaran segera (FK UI 1997).



Corpus alienum benda hidup Larva dan cacing merupakan hewan yang seringkali hidup di dalam cavum nasi, terutama pada orang yang tinggal di daerah tropis dan lingkungan yang tidak hygienis. Hal ini dapat mengakibatkan destruksi mukosa nasal dan necrosis cartilago septalis dan turbin. Beberapa penulis melaporkan bahwa invasi tersebut dapat mencapai cavum orbital dan sinus paranasal. Karena penyebarannya yang invasif, terapi yang diberikan harus dapat membunuh larva atau cacing secara berangsur-angsur, diikuti dengan surgical debridement dan terapi antibiotik (FK UI 1997).



XII.



Prognosis Jika dilakukan tindakan dengan segera maka pada umumnya prognosis dari corpus alienum cavum nasal ini adalah baik. Selain itu perlu juga dilakukan tindakan untuk mencegah adanya infeksi sekunder (FK UI 1997)



26



XIII.



KESIMPULAN Corpus alienum merupakan benda asing yang berasal baik dari dalam (benda asing endogen) maupun luar (benda asing eksogen) tubuh yang normalnya tidak ada. Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama usia 1-4 tahun, anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang berlubang termasuk hidung. Benda asing yang paling sering ditemukan adalah sisa makanan, permen, manik manik dan kertas. Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing dalam hidung antara lain faktor personal, kegagalan mekanisme proteksi normal, ukuran, bentuk, serta sifat benda asing, serta faktor kecerobohan. Benda asing dapat menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas bila masuk ke saluran nafas bawah. Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung, sebagian besar ditemukan di dasar hidung, tepat di bawah konka inferior atau di bagian atas fossa nasal anterior hingga ke bagian depan konka media. Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan apabila tertanam dalam jaringan granulasi yang terpapar oleh kalsium, magnesium fosfat, karbonat, dan kemudian akan menjadi rhinolith. Berdasarkan jenis bendanya, etiologi corpus alienum di hidung dapat di bagi menjadi : benda asing hidup (benda organik) dan benda asing non organik. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral, dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis, bersin, dan disertai bekuan darah. Pemeriksaan fisik di rongga hidung dapat ditemukan destruksi luas pada mukosa membran, tulang, dan kartilago, serta edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral. Teknik mengeluarkan benda asing bisa melalui instrumen langsung, kateter balon, tekanan positif, tekanan negatif, lem/perekat. Komplikasi yang dilaporkan meliputi : sinusitis, otitis media akut, nasal septal perforation, periorbital cellulitis, meningitis, dll.



27



DAFTAR PUSTAKA Drake, L. Richard;Vogl, A. Wayne;Mitchell, A.W.M., 2012. GRAY DASAR DASAR ANATOMI V. P. Kalanjati, ed., Fischer JI, 2013. Nasal Foreign Body. Available at: http//emedicine.medscape.com/article/763767-overview. FK UI, 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT 3rd ed., Jakarta. Hafil, A ; Helmi, S., 2012. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher 7th ed., Jakarta. Kalan, A. & Tariq, M., 2000. Foreign bodies in the nasal cavities : a comprehensive review of the aetiology , diagnostic pointers , and therapeutic measures. , pp.484–487. Octaviana, B., 2017. Corpus Alienum Cavum Nasi. Punagi, A., 2016. SISTEM TRAUMA DAN KEGAWATAN DARURAT EPISTAKSIS. Available at: https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wpcontent/uploads/2016/10/EPISTAKSIS-QP-SISTEM-TRAUMATOLOGI.pdf. Shrestha, I., 2012. Analysis of Ear, Nose and Throat Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. , pp.4–8.



28