Bentanglahan Wonogiri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Bentanglahan Wonogiri



Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7°32' sampai 8°15' dan garis bujur 110°41' sampai 111°18' dengan batas-batas Sebelah Utara : berbatas dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Sebelah Timur : berbatas dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur). Sebelah Selatan : berbatas dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Samudra Indonesia. Sebelah Barat : berbatas dengan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten (http://wonogirikab.go.id/). Struktur geologi yang dijumpai umumnya sesar (patahan) yang mempunyai arah umum Baratdaya – Timur laut dan sebagian Baratlaut – Tenggara, dan setempat yaitu di sekitar Baturetno dijumpai sayap-sayap antiklin atau sinklin. Secara umum struktur yang terbentuk di Kabupaten Wonogiri secara langsung di pengaruhi oleh tektonik dan sejarah geologi yang terjadi di Pulau Jawa. Di tepi jalan di sebelah barat Waduk Gajah Mungkur banyak dijumpai singkapan seperti di jembatan kecamatan Purwantoro yang memperlihatkan sedimentasi endapan vulkanik (pyroclastys). Salah satunya singkapan tersebut adalah struktur diapir. Di bawah singkapan tersebut terdapat satu lapisan tuff berbutir kasar yang terendapkan di dasar laut sebagai lapisan lapili. Di atas lapisan lapili ini suatu lapisan debu vulkanik diendapkan dan semua ini tertutup oleh satu lapisan lapili lagi. Berat jenis lapisan lapili lebih besar daripada debu vulkanik, situasi tidak stabil, sehingga lapisan lapili akan menekan lapisan debu ke bawah. Di samping itu, ada satu sifat lain yang berbeda, yaitu sifat plastis. Debu yang basah dengan porositas tinggi akan berubah bentuk dengan mudah. Hal ini terjadi pada lapisan endapan vulkanik. Lapisan debu akan berubah enjadi cairan kental yang akan mengalir secara plastis. Aliran plastis tersebut dibantu oleh tekanan dari atas. Akhirnya, terjadi pembengkakan yang dibentuknya seperti jamur, atau membentuk struktur diapir. Jika aliran plastis itu tertekan terus-menerus, maka lapisan lapili yang ada diatasnya dapat tertembus aliran debu vulkanis. Selain diapir dan penembusan lapisan atas, load casts dapat dilihat juga. Load casts pada ingkapan mi adalah bahan lapili dan lapisan atas yang turun sebagai bola dalam bahan debu, hanya oleh karena perbedaan jenis beratnya. Struktur sedimen mi sering ditemui bila ada lapisan pasir diendapkan di atas lapisan lempung atau lanau yang lembek, dan mudah berubah bentuknya.



Fenomena yang menarik pada singkapan mi adalah pembentukan diapir yang terjadi path skala kecil juga pada skala besar yang ratusan kilometer. Diapir kecil biasanya muncul pada lapisan lempung, sedangkan diapir besar muncul jika batu garam evaporit terkubur di bawah sedimen biasa. Di. Jawa, struktur diapir atau sejenisnya dapat ditemukan di kaki gunungapi. Gunungapi mi terletak di atas sedimen Tersier yang relatif plastis. Karena gaya berat gunungapi itu sendiri menyebabkan tekanan yang besar pada lapisan sedimen Tersier tersebut, sehingga terjadi struktur diapir. Di sebelah barat Waduk Wonogiri (Cakaran), di sepanjang jalan raya, banyak batuan vulkanik tersingkap yang berumur Miosen Bawah. Di lokasi Cakaran kita dapat menemui lapili dengan warna terang; abu-abu sampai putih. Ini adalah light coloured acid tuffs and ash dan terkadang pumiceous ash yang terdiri atas mineral feldspar dan kuarsa. Di Cakaran dan banyak tempat lain, lapili dan debu vulkanik sudah mengeras sampai tuff, sehingga batuan ini dapat digergaji dan dijual untuk bangunan. Tuff ini dihasilkan selama erupsi yang dinamakan “Peleean” yang berbeda dan erupsi biasa, karena debu dan lapili, panas maupun dingin, terlempar ke luar dari kawah. Erupsi ‘Peleean’ disertai oleh gas vulkanik yang sangat panas dan turbulent. Dalam literatur peristiwa ini sering disebut nuee ardente atau glowing cloud, yaitu debu dan lapili yang bersinar panas dalam awan gas yang turbulen dan panas. Awan ini dapat mencapai kecepatan yang mendekati 100 km/jam ketika turun dari kawah ke kaki gunungapi. Suhu yang tinggi dan gerakan gas turbulen menyebabkan vegetasi di lereng gunungapi hancur total dan berubah menjadi arang. Pada tuff di Cakaran seringkali sisa arang dapat dilihat yang tampak tercampur dalam awan panas dengan debu dan lapili. Campuran ini menunjukkan betapa turbulen awan gasnya. Semacam erupsi hampir selalu terjadi pada gunungapi yang tertutup dengan lava yang sangat kental (viscous lava dome) seperti di Merapi. Di bawah lava yang kental dalam saluran utama ke bawah, tekanan gas akan naik sampai ada letusan besar atau tubuh gunungapi terbongkar, sehingga gas ini keluar. Penggunaan lahan di sebelah kanan jalan menuju Wonogiri berupa area Waduk Wonogiri, dan sebelah kiri jalan sebagái daerah pertanian dengan tanaman padi dan palawija. Karena topografi kasar dan sumber air yang terbatas, maka produksi pertanian juga rendah. Waduk Wonogiri terletak pada formasi batuan yang cukup stabil yang tersusun oleh breksi dan batu pasir. Fungsi waduk adalah untuk pengendali banjir, pengairan, pembangkit tenaga listrik, dan rekreasi. Tipe bendung pada Waduk Wonogiri adalah tipe urug.



Waduk ini kalau ditinjau dan fungsinya sebagai reservoir air kurang tepat karena sedimentasinya sangat cepat. Sedimentasi yang sangat cepat tersebut disebabkan oleh lahan kritis yang sangat luas di daerah hulunya. Sumber air waduk ini berasal dari 8 anak sungai, yaitu S.Keduang, S.Wiroko, S.Temon, Bengawan Solo Hulu, S.Alang, S.Ngrancah (S. Ngrowo), dan S.Wuryantoro. Tinggi muka air tertinggi adalah 127 m, muka air terendah 127 m; volume waduk: 750 x 106 m³ luas genangan 8.000 Ha. Waduk Wonogiri merupakan waduk serbaguna yang juga sebagai daerah wisata alam air dengan kegiatan naik perahu dan memancing. Di tengah-tengah waduk ini terdapat jalur rute Panglima Besar Jendral Sudirman waktu melakukan gerilya, yang ditandai dengan tugu-tugü di tengah waduk. Di sebelah utara Kota Wonogiri dijumpai Bengawan Solo yang mengalirkan airya pada suatu lembah yang lebar. Lembah ini semakin ke arah selatan-barat gawir-gawir sesar (fault-scarps) dan zone selatan dapat dilihat. Lembah Bengawan Solo sudah termasuk Zone Tengah Pulau Jawa. Dengan jelas tampak balok-balok sesar turun secara gravitasi-tektonik (gravity tectonics) melalui sesar turun dengan bidang yang melengkung (concave fault planes). Semua itu adalah reaksi terhadap pengangkatan Plato Wonosari pada kala Plestosen Tengah, yang berkaitan dengan pengangkatan-berkubah (updoming/uparching) Zone Tengah sebelum kegiatan vulkanik regional mulai. Balok-balok sesar yang turun melalui sesar-sesar sering mengalami rotasi terputar balik (backward rotation along curve slip faults). Dalam lembah ini balok-balok dan zone selatan masih kelihatan sebagai pulau di tengah dataran aluvial. Bukit-bukit ini juga terjadi dari bahan vulkanik berumur Miosen Bawah. Geologinya kelihatan masuk tuff masam (acid tuffs) sampai ignimbrit dengan kristal besar. Tuff kristal ini juga menunjukkan pengendapan dalam keadaan panas. Ada suatu sifat yang menarik, yaitu tuff ini mengandung kalsium karbonat. Tetapi kalsium karbonat harus sekunder, sebab tuff yang masih panas bila jatuh dalam laut tidak akan membentuk kristal. Barangkali sumber kalsium karbonat adalah Formasi Wonosari yang secara stratigrafis terletak di atas tuff-tuff ini. Kalsium karbonat terdapat pula di dalam urat (veins) dan barik-barik (veinlets), mungkin ini sudah membuktikan, bahwa kalsiurn karbonat adalah sekunder. Di daerah ini terdapat suatu sisa intrusi diorit bukit ini diberi nama Gunung Tenong (Tim Fakultas Geografi UGM, 1996 : 96-101). Satuan Geologi Kabupaten Wonogiri, antara lain : 1) Satuan Geologi Lingkungan Dataran



Satuan ini merupakan dataran dengan kemiringan lereng < 5 % , ketinggian antara 50 - 100 meter dpl, meluas di bagian Tengah dan Utara. Satuan dataran ini dapat dipisahkan menjadi, Dataran Lembah Waduk Gajah Mungkur untuk kawasan industri perlu penelitian lebih terkait buangan limbah; Dataran Limpah Banjir K. Tirtomoyo dan Dataran Limpah Banjir Hulu Bengawan Solo dikembangkan untuk lahan tegalan, pesawahan, dan setempat pemukiman; Dataran Giriselo untuk pengembangan kawasan pemukiman, pesawahan, dan industri. 2) Satuan Geologi Lingkungan Perbukitan Berlereng Landai Satuan



ini



merupakan



daerah



perbukitan



rendah



atau



bergelombang



rendah



(undalating) dengan kemiringan lereng 5 - 10 %, ketinggian antara 100 - 600 meter dpl, hampir di sekeliling kaki Baratdaya - Selatan G. Lawu (Komplek G. Silamuk - G. Kukusan), tersusun oleh endapan batuan vulkanik, breksi, tuff, dan batupasir, dan batuan beku. Daerah ini adalah Perbukitan Landai Ngadirejo - Slogohimo - Purwantoro dapat dikembangkan umtuk pemukiman, tegalan, dan pesawahan; Perbukitan Landai G. Tunggul dikembangkan untuk pemukiman,



tegalan,



dan



pesawahan; Perbukitan



Landai



G.Pertapan



-



G.



Sindoro dikembangkan untuk perkebunan, tegalan, dan setempat pemukiman. 3) Satuan Geologi Lingkungan Perbukitan Berlereng Agak Terjal Satuan ini membentuk morfologi perbukitan agak terjal dengan kemiringan lereng 15 - 25 %, tersusun oleh batupasir, batulempung dan sebagian kecil batuan beku, breksi dan lahar. Satuan ini meluas dengan perbukitan landai dan perbukitan terjal, terutama di Purwantoro. Secara umum daerah ini dikembangkan untuk perkebunan, tanaman keras tahunan, tegalan, dan setempat pemukiman, seperti Perbukitan Agak Terjal Bulukerto. 4) Satuan Geologi Lingkungan Perbukitan Berlereng Terjal Satuan ini membentuk morfologi perbukitan terjal dengan kemiringan antara 25 - 40 % pada ketinggian antara 200 – 1.000 meter dpl, tersusun oleh batuan beku, breksi, tufa, dan konglomerat, satuan ini melampar luas di bagian Barat dan Tenggara, dan Utara Timurlaut, Peruntukan lahan sebagai kawasan hutan lindung, hutan, perkebunan tanaman keras cukup cocok mengingat kondisi morfologinya perbukitan terjal, sehingga tumbuhan penutup ini akan berfungsi mengurangi aliran permukaan, selain itu akan meresapkan aliran air permukaan tersebut ke dalam tanah yang pada akhirnya akan tersimpan sebagai cadangan ar tanah atau muncul sebagai mata air di kaki-kaki perbukitan. Daerah tersebut adalah Perbukitan terjal



G. Kukusan, Perbukitan terjal G. Gude - G. Badud, Perbukitan terjal G. Kambengan G. Kukusan - G. Runungan, Perbukitan terjal G. Songterus - G. Rohtawu - G. Kayulawang. 5) Geologi Lingkungan Berlereng Sangat Terjal Satuan ini merupakan puncak Komplek G. Silamuk, G. Tejokaton, dan G. Kemukus, membentuk perbukitan berlereng sangat terjal dengan kemiringan > 40 %, melampar pada ketinggian > 1000 meter dpl, tersusun oleh breksi, lahar dan batuan beku jenis andesit & basalt. Produktivitas akuifer kecil setempat berarti, setempat airtanah dalam jumlah terbatas dapat diperoleh pada daerah lembah atau zona lapukan, muka airtanah > 10 meter, air jernih, setempat muncul mataair terutama pada lembah antar bukit debit < 5 liter/detik. Batu belah dari batuan beku, sirtu, dan tras cadangannya cukup berlimpah. Longsoran bahan rombakan dapat terjadi pada lereng-lereng atau tebing-tebing terjal, terutama pada musim-musim hujan. Peruntukan lahan satuan ini sangat cocok sebagai kawasan hutan lindung mengingat kondisi morfologinya berlereng sangat terjal, sehingga tumbuhan penutup akan berfungsi mengurangi aliran permukaan dan meresapkan aliran tersebut ke dalam tanah yang pada akhirnya akan tersimpan sebagai cadangan airtanah atau nantinya akan muncul sebagai mata air di kaki-kaki perbukitan. 6) Satuan Geologi Lingkungan Perbukitan Karst (Batugamping) Satuan ini merupakan morfologi yang khas pada batugamping, batugamping pasiran, yang membentuk morfologi berelief kasar, dan kemiringan lereng curam. Batugamping adalah batuan yang mudah larut oleh air sehingga pada morfologi ini akan terbentuk fenomena alam yang khas antara lain gua-gua yang di dalamnya dapat dijumpai stalaktit atau stalakmit, guagua ini merupakan proses dari alur sungai di bawah tanah yang akhirnya muncul sebagai mataair di kaki atau lembah morfologi ini. Morfologi ini melampar cukup luas di bagian Selatan Kabupaten Wonogiri, dan sebagian di bagian Tengah yaitu di Perbukitan karts antaraPracimantoro - Giribelah - Paranggupito, Perbukitan karts Mayaran - Wuryantoro - Eromoko, dan Perbukitan karst Batuwarno.



Potensi ancaman pada daerah ini antara lain, Longsoran : Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah antara lain kemiringan lereng, sifat fisik batuan, kedudukan batuan, kondisi keairan, penggunaan lahan, struktur geologi, kegempaan, dan aktivitas manusia, dari beberapa faktor tersebut yang sangat berpengaruh adalah kemiringan lereng, sifat fisik batuan, kedudukan batuan



dan kondisi ke airan. Dapat diamati di ruas jalan yang memotong atau mengupas tebing bukit, misalnya ruas jalan Wonogiri – Wuryantoro, Tirtomoyo – Jatiroto, Batuwarno – Karangtengah. Nendatan : Nendatan atau emblesan sering dijumpai pada ruas-ruas jalan, karena tanah atau batuan di tempat tersebut tidak kuat menahan beban berat atau daya dukung batuannya rendah. Tanah hasil pelapukan batuan induknya yang bersifat lunak, mudah mengembang jika mengandung air, jika mengalami tekanan karena beban berat akan ambles. Erosi Sungai : Erosi sungai atau kikisan tebing oleh arus sungai terlihat di sepanjang sungai besar, yang telah mengakibatkan berpindahnya alur sungai, proses perubahan alur sungai merupakan proses alam dalam pencapai keseimbangannya. Contohnya ialah



Bengawan Solo, K. Tirtomoyo, dan K. Keduwan.



Pendangkalan Waduk Gajah Mungkur : Waduk Gajah Mungkur dikelilingi oleh perbukitan dengan anak-anak sungai yang cukup banyak, kondisi perbukitannya umumnya tandus, kering, kurang tutupan vegetasi, hal ini memudahkan terjadinya erosi permukaan. Pelapukan batuan berupa tanah, pasir, lanau, akan mudah terbawa aliran permukaan, dan akhirnya akan masuk ke dalam sungai. Proses selanjutnya material lepas tersebut akan terbawa sungai dan masuk ke dalam waduk, yang akhirnya mengendap di dasar waduk. Material kasar akan terendapkan di pinggirpinggir waduk, sedang yang halus akan terbawa ke tengah. Sungai besar yang mengalir dan bermuara ke waduk antara lain K. Tirtomoyo, Bengawan Solo, K, Keduwan, K. Wuryantoro, dan K. Dungrahu.



DAFTAR PUSTAKA Tim Fakultas Geografi UGM. 1996. Pengenalan Bentanglahan (Parangtritis-Bali).Yogyakarta : Yayasan Pembina Fakultas Geografi UGM W., Adit Tri. 2011. Struktur Geologi Wonogiri. http://geoenviron.blogspot.co.id/2011/11/strukturgeologi-wonogiri.html http://wonogirikab.go.id/home.php?mode=content&id=206