Bentuk Dan Pola Jalan Kota Banjarmasin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



KATA PENGANTAR



Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Morphologi Kota Ngawi”



dengan



tepat



waktu.



Penulisan



makalah



ini



bertujuan



untuk



mengidentifikasikan pola jaringan jalan dan bentuk kota dari salah satu kota sedang atau kota mengengah di Indonesia, dalam hal ini kami memilih Kota Banjarmasin. Seluruh data dan informasi diperoleh berdasarkan data sekunder yang kami lakukan. Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini dari awal sampai selesai. Ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada dosen pembimbing mata kuliah Teori Perancangan dan Morfologi Kota, Bapak Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso dan Bapak Ardy Maulidy Navastara, ST. MT. Melalui makalah ini kami berharap dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri serta kepada pembaca mengenai bagaimana kami melakukan studi literatur untuk mengidentifikasi bentuk/pola kota, pola jaringan jalan kota dan perubahanperubahannya, serta faktor penyebab yang mempengaruhi wajah Kota Banjarmasin pada waktu sekarang. Pada akhirnya kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik.



Surabaya, 23 Oktober 2018



Tim Penyusun



-i-



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1 1.2. Tujuan ....................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3 2.1. Dasar Teori ................................................................................................................ 3 2.1.1. Pengertian Kota .............................................................................................. 3 2.1.2. Perkembangan Kota ........................................................................................ 3 2.1.3. Morfologi Kota ............................................................................................... 4 2.2. Gambaran Umum Kota Banjarmasin ........................................................................ 9 2.3. Bentuk Kota Banjarmasin ....................................................................................... 12 2.4. Pola Jalan Kota Banjarmasin .................................................................................. 16 2.4.1. Perbandingan Ketergantungan Jalur Transportasi Kota Banjarmasin Sebelum Tahun 1990 dengan Setelah Tahun 2000 ................................................................ 16 2.4.2. Komposisi Pola pada Struktur Kota ............................................................. 18 2.4.3. Konfigurasi Pola pada Struktur Kota / Generic Type Urban Pattern ........... 19 2.4.4. Bentuk Tipologis Jalan Kota Banjarmasin ................................................... 22 BAB III KESIMPULAN .............................................................................................. 24 REFERENSI ................................................................................................................. 26



- ii -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota akan selalu diiringi dengan perkembangan kehidupan sosial budaya, politik, dan ekonomi yang menjadi latar belakangnya. Perkembangan kota merupakan hasil dari olah pikir manusia baik dalam tataran adaptasi terhadap lingkungan maupun adjustment. Budaya menjadi salah satu faktor yang penyebab gambaran dari citra kota dapat berubah. Perubahan pola hidup tradisional hingga modern dari masyarakat kota dapat pula mempengaruhi perubahan dalam bentukan kota. Faktor kemantapan budaya masyarakat dalam mempertahankan diri dari penetrasi budaya luar (pengaruh akulturasi dan asismilasi budaya) dan intensitas pengaruh perubahan menjadi dua faktor yang sangat menentukan proses perkembangan kota. Selain itu, faktor-faktor alamiah seperti keadaan geografis, struktur tanah dan sebagainya mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kota (Wikantiyoso,1995). Nielsen (2005), mengungkapkan bahwa terdapat tiga faktor yang berperan penting dalam proses pertumbuhan kota, yakni ekologi, teknologi dan organisasi sosial. Perkembangan kota tersebut merupakan proses berkesinambungan yang erat hubungannya dengan perubahan sosial-budaya masyarakat. Keberadaan kota tidak lepas dari sejarah awal perkembangan, kondisi saat ini, serta wajah kota di masa yang akan datang. (Mumford,1967)



menuturkan



bahwa



perkembangan



kota



sangat



berkaitan dengan fungsi waktu. Hal ini mengingatkan pada masa lampau yaitu aspek kesejarahan yang memegang peranan penting dalam membentuk morfologi kota. Bentuk kota bukan hanya sekedar produk, tetapi juga merupakan proses akumulasi menifestasi fisik dari kehidupan non fisik, yang dipengaruhi oleh sistem nilai dan norma-norma yang berlaku pada masa pembentukannya (Danisworo,1989). Dapat juga dikatakan sebagai urban artifact, yang dapat diartikan bahwa kota dalam perjalanan sejarahnya telah dan akan membentuk suatu pola morfologi sebagai implementasi bentuk



-1-



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



perubahan sosial-budaya masyarakat yang membentuknya. Selanjutnya ketika berbicara mengenai dua hal yang telah dijelaskan di atas, yaitu perkembangan dan bentuk kota, maka perkembangan dan bentuk kota merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan di dalam melihat suatu kondisi perkotaan jika ditinjau dari pola morfologi kota. Makalah ini mengambil studi kasus Kota Banjarmasin, salah satu kota sekaligus ibukota dari provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Morfologi Kota Banjarmasin dapat dianalisis dari segi kondisi geografis, perkembangan sejarah, budaya, aktivitas sosial, dan ekonomi masyarakat. Kota Banjarmasin didominasi oleh daerah yang relatif datar dan berada di dataran rendah. Kota ini merupakan kawasan rawa yang dipengaruhi pasang surut air laut. Kota Banjarmasin dikelilingi oleh sungai-sungai besar beserta cabang-cabangnya, sehingga kota in dijuluki sebagai Kota Seribu Sungai. Sejak dulu sungai dijadikan sebagai sumber kehidupan di Kota Banjarmasin. Hal ini mengakibatkan wilayah persebaran penduduk mengikuti aliran sungai. 1.2. Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk dan pola jalan Kota Banjarmasin dianalisa dari segi kondisi geografis, perkembangan sejarah, budaya, aktivitas sosial, dan ekonomi masyarakat.



-2-



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



BAB II PEMBAHASAN



2.1. Dasar Teori 2.1.1. Pengertian Kota Dalam UU No. 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Ditinjau dari segi geografis, kota adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar, dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah di belakangnya (Bintarto, 1987). 2.1.2. Perkembangan Kota Sebuah kota selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan ini menyangkut aspek-aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi, dan fisik (Yunus, 1982 : 107). Bintarto (1976) mengemukakan bahwa perubahan dan perkembangan suatu kota ditimbulkan oleh beberapa faktor. Pertama, kebutuhan warga kota yang selalu berubah sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, kemajuan tingkat pendidikan dan kemajuan teknik penduduk kota; kedua, kontak atau hubungan nasional maupun internasional yang dapat merubah ideide ruang kota dalam mengembangkan kota sebagai ajang hidupnya, terutama di bidang pengaturan tata ruang kota dan arsitektur kota; ketiga, unsur-unsur geografi seperti: topografi, tanah, sumber air, lokasi, site dan situation. Faktor-faktor tersebut menimbulkan dua proses perkembangan yakni perluasan keluar (outward extension) dan pembangunan ke dalam (internal reorganization).



-3-



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



2.1.3. Morfologi Kota Morfologi kota adalah sebuah pendekatan dalam memahami kota sebagai suatu kumpulan geometris bangunan dan artefak dengan konfigurasi kesatuan ruang fisik tertentu produk dari perubahan sosiospatialnya (Wishaguna dan Saodih, 2001). Melalui pemahaman terhadap morfologi kota, akan didapatkan gambaran fisik arsitektural yang ada kaitannya dengan sejarah pembentukan dan perkembangan suatu kota mulai dari awal terbentuk hingga saat ini, dan juga akan diperoleh pemahaman terkait kondisi masyarakat di kota tersebut. Pendekatan Morfologi kota dapat dilakukan melalui Tissue Analysis. Dalam Tissue Analysis ini termuat beberapa informasi terkait dengan hal-hal yang menjadi dasar terbentuknya suatu kawasan yang meliputi pola guna lahan, persebaran fasilitas, jaringan jalan, dan permukiman dimana informasi-informasi ini nantinya sangat berguna dalam membantu menganalisis morfologi suatu kota. Terdapat 3 langkah dalam Tissue Analysis ini : ▪



Proses, dalam konteks ini dijelaskan bahwa munculnya suatu kota tidak terjadi secara langsung, namun membutuhkan suatu proses yang memiliki kurun waktu tertentu. Terdapat suatu perkembangan sejarah yang melatarbelakanginya hingga dapat muncul seperti saat ini.







Produk, dalam hal ini kota yang ada ada tidak terjadi secara abstrak, namun merupakan hasil dari produk desain massa dan ruang yang berwujud 3 dimensi.







Behavior, dalam konteks ini keberadaan suatu ruang dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang menghuninya. Bentuk kota yang ada merupakan hasil perpaduan budaya, aktivitas sosial, dan ekonomi masyarakatnya sehingga menciptakan ruang. Perubahan ruang kota juga dapat terjadi yaitu karena dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang akan berdampak pula bagi perubahan kehidupan dan perilaku penghuni kota.



-4-



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



2.1.3.1. Ekspresi Keruangan Bentuk Kota A. Bentuk Kompak ▪ Bentuk Bujur Sangkar (The Square Cities), bentuk ini mempunyai



kesempatan



perluasan ke segala arah, secara seimbang. Selain itu dalam kota



penerapan seperti



bentuk



ini,



tidak



Bentuk Bujur Sangkar Sumber: Yunus, 2005



mempunyai kendala yang berarti, karena pengembangannya yang merata dan seimbang.



Namun



dalam



pertumbuhannya,



lebih



cenderung meningkat pada sisi-sisi jalur transportasi utama saja. ▪ Bentuk Persegi Panjang (The Rectagular Cities), bentuk ini mempunyai space atau lahan kosong yang cukup besar



dan



luas



pengembangan



guna wilayah.



Bentuk Persegi Panjang Sumber: Yunus, 2005



Biasanya daerah yang menggunakan bentuk ini adalah daerah yang bertopografi perairan, hutan, gurun pasir, dan berlereng. ▪ Bentuk Kipas (Fan Shapes



Cities),



bentuk ini biasanya digunakan bemtuk



untuk lahan



aluvial



Bentuk Kipas Sumber: Yunus, 2005



atau



pesisir.



Pada



perkembangannya dominasi kota pelabuhan atau coastal menggunakan bentuk ini karena cukup baik untuk perkembangan perdagangan. Kendala yang dihadapi



-5-



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



yaitu berasal dari perairan, berada pada delta sungai yang besar. ▪ Bentuk



Bulat



(Rounded



Cities), bentuk ini adalah bentuk yang paling ideal untuk



kota,



karena



mempunyai kelebihan yaitu perkembangannya kesegala penjuru



arah



seimbang.



dan



juga



Kota



berkembang baik



dapat



Bentuk Bulat Sumber: Yunus, 2005



secara natural



maupun dengan



perencanaan yang disertai peraturan tata ruang untuk mencapai bentuk bulat. Pada kota yang berbentuk bulat dengan perencanaan, batas terluar kota ditandai dengan green belt zoning” atau “growth limitation”, sehingga terciptalah bentuk bulat artifisial. ▪ Bentuk Pita (Ribbon Shaped Cities), Bentuk ini mirip “rectangular city”, namun dimensi memanjangnya jauh lebih



besar



darip



ada



Bentuk Pita Sumber: Yunus, 2005



dimensi melebar. Pada bentuk ini terlihat adanya peran jalur memanjang (jalur transportasi) yang sangat dominan dalam mempengaruhi perkembangan kota, dan terhambatnya perluasan ke arah samping. ▪ Bentuk



Gurita/Bintang



(Octopus/Star Cities), terdapat



pada



Shaped bentuk



beberapa



ini jalur



transportasi yang dominan, terdapat



juga



Bentuk Gurita/Bintang Sumber: Yunus, 2005



daerah



hinterland, selain itu pada tepi pinggirannya tidak ada



-6-



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



kendala fisik yang berarti. Hinterland adalah tanah atau Kota di belakang batas-batas suatu pantai atau sungai. B. Bentuk Tidak Kompak ▪ Fragment



Cities



(Bentuk



Terpecah), bentuk awalnya adalah



bentuk



kompak



namun dalam skala yang kecil,dan



akhirnya



menyatu



dan



Bentuk Terpecah Sumber: Yunus, 2005



saling



membentuk



kota yang besar. Pada negara berkembang, enclaves merupakan permukiman-permukiman yang berubah dari sifat pedesaan menjadi perkotaan. ▪ Chained



Cities



(Bentuk



Berantai), bentuk kota ini sebenarnya juga merupakan bentuk



terpecah,



namun Bentuk Berantai Sumber: Yunus, 2005



karena terjadinya hanya di sepanjang



rute



tertentu,



maka kota ini seolah-olah merupakan mata rantai yang dihubungkan



oleh



rute



transportasi.



Dalam



perkembangan selanjutnya mungkin saja pola ini berkembang menjadi Ribbon City. ▪ Split



Cities



Terbelah),



(Bentuk



bentuk



ini



menggambarkan bentuk kota yang kompak namun sektor terbelah oleh perairan yang lebar. Pada perpotongan ini



Bentuk Terbelah Sumber: Yunus, 2005



biasanya dihubingkan oleh kapal/jembatan. Contoh kota yang menerapkan bentuk ini adalah kota Buda (barat) dan Pest (timur) di sungai Danube, sehingga dikenal sebagai kota Budapest.



-7-



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



▪ Stellar



Cities



(Bentuk



Satelit), biasanya terdapat pada kota-kota besar yang dikelilingi oleh kota satelit. Dalam



hal



ini



terjadi



penggabungan antara kota



Bentuk Bujur Satelit Sumber: Yunus, 2005



besar utama dengan kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip “telapak katak” dimana pada ujungujungnya terdapat bulatan. Proses konurbasi yang terusmenerus akan membawa bentuk ini ke arah megapolitan. 2.1.3.2. Pola Jalan Pola jalan di dalam kota merupakan salah satu unsur dari morfologi kota. Dari sekian banyak komponen morfologikal, “lay out of streets” merupakan komponen paling nyata manifestasinya dalam menentukan periodesasi pembentukan kota. Ada 3 tipe sistem pola jalan yang diketahui, yakni: ▪ Sistem pola jalan tidak teratur (irregular system) Terdapat



ketidakteraturan



sistem jalan baik ditinjau dari arah,



lebar



perletakan



jalan,



maupun



bangunannya.



Ketidakteraturan terlihat pada pola jalannya yang melingkarlingkar,



lebarnya



bervariasi,



bercabang-cabang dan banyak



Pola Jalan Tidak Teratur Sumber: Yunus, 2005



terdapat culdesac. Pada umumnya kota-kota pada awal pertumbuhannya selalu ditandai dengan bentuk ini, tetapi pada tahap perkembangan selanjutnya menjadi lebih teratur.



-8-



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



▪ Sistem



pola



jalan



radial



konsentris (radial concentric system) Mempunyai



pola



jalan



konsentris dan radial. Bagian pusatnya



merupakan



daerah



kegiatan utama dan sekaligus merupakan tempat pertahanan terakhir



kota



(pada



masa



Pola Jalan Radial Konsentris Sumber: Yunus, 2005



lampau). Di daerah pusat terdapat pasar, kastil, tempat ibadah, perbentengan. Secara keseluruhan pola jalan ini membentuk jaringan sarang laba-laba. Selain itu, pola jalan ini punya keteraturan geometris. ▪ Sistem pola jalan bersudut siku atau grid (rectangular or grid



system).



Pola



ini



terbentuk dari perpotongan garis-garis tegak lurus. Bagian kota



dibagi-bagi



blok-blok



menjadi



empat



panjang dengan



persegi jalan-jalan



yang berpotongan siku-siku. Jalan utama membentang dari



Pola Jalan Grid Sumber: Yunus, 2005



gerbang utama kota sampai pusat kota. Sistem ini merupakan bentuk yang sangat cocok untuk pembagian lahannya, dan untuk daerah luar kota yang masih banyak tersedia lahan kosong. Pengembangan kotanya akan tampak teratur dengan mengikuti pola yang telah terbentuk. 2.2. Gambaran Umum Kota Banjarmasin Kota Banjarmasin (latin: Bandiermasinensis) adalah salah satu kota sekaligus ibukota dari provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota Banjarmasin merupakan pusat kegiatan wilayah (PKW), pusat pemerintahan



-9-



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



(Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan), serta sebagai pintu gerbang nasional dan kota-kota pusat kegiatan ekonomi nasional. Kota ini juga merupakan kota penting di wilayah Kalimantan Selatan yang saat ini memiliki posisi yang strategis secara geografis. Kota terpadat di Pulau Kalimantan ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia Kota Banjarmasin yang terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Dengan luas 98,46 km2 , kota ini dibagi menjadi 5 wilayah administrasi kecamatan, yaitu Kecamatan Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Barat, Banjarmasin Timur, Banjarmasin Utara, dan Banjarmasin Selatan, dengan total 52 kelurahan. Kota Banjarmasin secara geografis terletak antara 3°16’46’’ sampai dengan 3°22’54” LS dan 114°31’40’’ sampai dengan 114°39’55” BT. Kota Banjarmasin berada pada ketinggian rata-rata 0,16 m di bawah permukan laut dengan kondisi daerah berpaya-paya dan relatif datar. Secara administratif, Kota Banjarmasin berbatasan dengan: ▪ Di sebelah utara dengan Kabupaten Barito Kuala ▪ Di sebelah timur dengan Kabupaten Banjar ▪ Di sebelah barat dengan Kabupaten Barito Kuala ▪ Di sebelah selatan dengan Kabupaten Banjar. Kota Banjarmasin terletak di sisi Sungai Barito dan dibelah oleh Sungai Martapura. Secara umum, lokasi morfologi Kota Banjarmasin didominasi oleh daerah yang relatif datar dan berada di dataran rendah. Kota ini merupakan kawasan rawa yang dipengaruhi pasang surut, pada musim hujan tergenang, berada pada ketinggian 0,16 m di bawah permukaan air laut, berair payau, Sungai Barito Sumber : http://banjarmasin.tribunnews.com



bertopografi



relatif



datar,



beriklim panas (28-35°C), bercurah hujan tinggi (2.400-3.500 mm/tahun),



dan didominasi oleh tanah alluvial. Wilayah Banjarmasin dilintasi oleh 2 (dua) sungai besar, yakni sungai Barito dan Sungai Martapura, 7 sungai sedang, dan puluhan sungai kecil. Kondisi hidrologi Kota Banjarmasin dikelilingi oleh



- 10 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



sungai-sungai besar beserta cabang-cabangnya, mengalir dari arah utara dan timur laut ke arah barat daya dan selatan. Sungai-sungai tersebut mengalir dan membentuk pola aliran mendaun (dendritic drainage patern). Sungai utama dan terbesar adalah Sungai Barito dengan cabang utamanya seperti Sungai Martapura dan Sungai Alalak. Muka air Sungai Barito dan Sungai Martapura dipengaruhi oleh pasang surut Laut Jawa



sehingga



mempengaruhi



drainase kota dan sebagian wilayah kota akan digenangi air apabila air laut pasang. Rendahnya permukaan lahan (0.16 m di bawah permukan laut)



menyebabkan



air



sungai



menjadi payau dan asin di musim kemarau, karena terjadi institusi air



Peta Aliran Sungai Kota Banjarmasin Sumber : http://sdad.banjarmasinkota.go.id



laut. Kondisi fisik alamiah Kota Banjarmasin ini menyebabkan kota ini dikenal dengan julukan Kota Seribu Sungai. Secara historis, Kota Banjarmasin memiliki peran yang sangat strategis dalam perdagangan antar pulau karena merupakan wilayah pertemuan Sungai Barito dan Sungai Martapura. Di masa kolonial Belanda, Banjarmasin dengan aliran Sungai Barito yang luas menjadi pelabuhan keluar-masuk barang dari Singapura dan Jawa menuju ke pantai timur Kalimantan. Selain itu, secara internal, Suku Banjar banyak memanfaatkan keberadaan sungai tersebut beserta anak sungainya sebagai jalur transportasi utama dengan jukung sebagai ‘kendaraan’ utama dalam pergerakan masyarakat. Akibatnya, sebagian



besar



aktivitas



dan



permukiman masyarakat Banjarmasin Bangunan Rumah di Tepi Sungai Martapura, Muka Bangunan Menghadap ke Sungai Sumber : http://kalsel.prokal.co



- 11 -



berkembang di sekitar sungai dengan karakteristik rumah mengapung, atau mereka sering menyebut sebagai



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



Rumah Lamin. Lebih jauh lagi, penggunaan sungai sebagai jalur transportasi mempengaruhi orientasi muka bangunan yang dibangun menghadap ke sungai. 2.3. Bentuk Kota Banjarmasin Suatu kota dapat dikatakan memiliki pertumbuhan yang baik bila dilihat dari beberapa aspek, salah satunya yaitu petumbuhan penduduk. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk suatu kota sangat mempengaruhi keadaan kota tersebut, dengan kata lain semakin luasnya wilayah terbangun dan semakin meningkatnya kepadatan penduduk di beberapa bagian kota. Seperti halnya Kota Banjarmasin, yang pertumbuhan dan perkembangan penduduknya diikuti oleh perluasan wilayahnya sendiri.



Peta Kota Banjarmasin Pada Masa Kolonial Belanda, Permukiman Penduduk Dibangun Memanjang Mengikuti Aliran Sungai Sumber: http://suluhbanjar.blogspot.com ; http://labakktaunpar.blogspot.com



Kota Banjarmasin dikenal sebagai Kota Seribu Sungai. Sejak dulu sungai dijadikan sebagai sumber kehidupan di Kota Banjarmasin. Jadi, masyarakat Banjarmasin tidak dapat lepas dari keberadaan sungai. Hal ini mengakibatkan wilayah persebaran penduduk mengikuti aliran sungai. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa bentuk fisik Kota Banjarmasin adalah bentuk kompak ribbon. Bentuk kompak ribbon yaitu bentuk kota dengan peran jalur transportasi yang dominan, yang mana di Kota Banjarmasin sendiri dulunya jalur transportasi yang utama adalah melalui sungai, maka pertumbuhan dan perkembangan di kota ini memanjang sesuai aliran sungai. Pada kenyataannya, fakta pembangunan dan peningkatan infrastruktur kawasan serta pertumbuhan fasilitas permukiman belum mengakomodir potensi dan citra kota Banjarmasin dengan baik. Sebagian besar permukiman tepi sungai yang ada berdiri



di atas sungai sehingga memakan badan sungai dan



- 12 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



menghambat arus aliran sungai. Permukiman-permukiman dibangun tanpa memperhatikan fungsi sungai sebagai jalur transportasi, sehingga mengganggu sirkulasi kapal/perahu yang lewat. Beberapa bangunan bahkan dibangun di atas bantaran sungai yang merupakan ruang publik untuk kegiatan sosial (RTH, aktivitas MCK, dan lain- lain). Adanya aktivitas masyarakat yang menjadikan sungai sebagai daerah “belakang” dan area pembuangan limbah rumah tangga, semakin memperparah kerusakan di lingkungan sungai.



Permukiman Penduduk Kota Banjarmasin Tepi Sungai Martapura Pada Masa Kolonial Belanda, Dibangun Sepanjang Aliran Sungai dan Mengandalkan Perahu Sebagai Sarana Transportasi Utama Sumber: Wikipedia



Pada kenyataannya, fakta pembangunan dan peningkatan infrastruktur kawasan serta pertumbuhan fasilitas permukiman belum mengakomodir potensi dan citra kota Banjarmasin dengan baik. Sebagian besar permukiman tepi sungai yang ada berdiri



di atas sungai sehingga memakan badan sungai dan



menghambat arus aliran sungai. Permukiman-permukiman dibangun tanpa memperhatikan fungsi sungai sebagai jalur transportasi, sehingga mengganggu sirkulasi kapal/perahu yang lewat. Beberapa bangunan bahkan dibangun di atas bantaran sungai yang merupakan ruang publik untuk kegiatan sosial (RTH, aktivitas MCK, dan lain- lain). Adanya aktivitas masyarakat yang menjadikan



- 13 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



sungai sebagai daerah “belakang” dan area pembuangan limbah rumah tangga, semakin memperparah kerusakan di lingkungan sungai. Kondisi permukiman dan budaya masyarakat seperti ini sangat umum ditemui di Kota Banjarmasin dan menjadikan Kota Banjarmasin kehilangan identitas lokalnya sebagai kota sungai. Permasalahan yang terjadi di Kota Banjarmasin, khususnya yang disebabkan oleh perkembangan permukiman tepi sungai yang tidak terkendali ini telah terjadi sejak lama. Kondisi ini akan terjadi terus-menerus dan cenderung semakin ekstensif, baik pertumbuhan permukiman maupun dampak negatifnya. Saat ini, dampak paling jelas adalah hilang dan matinya beberapa sungai di Kota Banjarmasin sebagai akibat dari pembangunan yang tidak terkendali.



Permukiman Penduduk Dibangun Memanjang Mengikuti Aliran Sungai Barito Sumber: Google Maps



Fenomena transformasi permukiman tepi sungai di Kota Banjarmasin sangat dipengaruhi oleh menurunnya fungsi sungai. Fungsi utama



sungai



sebagai sarana transportasi telah terbentuk sejak tahun 1526 M, yaitu pada saat Kesultanan Banjarmasin berdiri. Seiring waktu, karena paradigma pembangunan yang sangat berorientasi pada daratan, menyebabkan fungsi sungai mengalami kemunduran drastis. Dengan pembangunan yang mulai berorientasi pada daratan maka bentuk kota Banjarmasin saat ini juga mengarah ke konsentris tetapi bentuk kota ribbon masih tetap ada karena permukiman masih terbangun di daerah pinggiran sungai mengikuti aliran sungai.



- 14 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



Munculnya bentuk suatu kota karena dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung. Menurut Sujarto (1989) faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan yang bekerja pada suatu kota dapat mengembangkan dan menumbuhkan kota pada suatu arah tertentu. Ada tiga faktor utama yang sangat menentukan pola perkembangan dan pertumbuhan kota : ▪ Faktor manusia, yaitu menyangkut segi-segi perkembangan penduduk kota baik karena kelahiran maupun karena migrasi ke kota. Segi-segi perkembangan tenaga kerja, perkembangan status sosial dan perkembangan kemampuan pengetahuan dan teknologi. ▪ Faktor kegiatan manusia, yaitu menyangkut segi-segi kegiatan kerja, kegiatan fungsional, kegiatan perekonomian kota dan kegiatan hubungan regional yang lebih luas. ▪ Faktor pola pergerakan, yaitu sebagai akibat dari perkembangan yang disebabkan oleh kedua faktor perkembangan penduduk yang disertai dengan perkembangan fungsi kegiatannya akan menuntut pola perhubungan antara pusat-pusat kegiatan tersebut. Selain itu juga terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi bentuk suatu kota seperti aspek topografi, religius, politik dan sebagainya. Di bawah ini akan dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kota terhadap Kota Banjarmasin: ▪ Topografi Kota Banjarmasin terletak pada 3°15' sampai 3°22' Lintang Selatan dan 114°32' Bujur Timur, ketinggian tanah asli berada pada 0,16 m di bawah permukaan laut dan hampir seluruh wilayah digenangi air pada saat pasang. Kota Banjarmasin berlokasi daerah kuala sungai Martapura yang bermuara pada sisi timur Sungai Barito. Letak Kota Banjarmasin nyaris di tengah-tengah Indonesia. Kota ini terletak di tepian timur sungai Barito dan dibelah oleh sungai Martapura yang berhulu di Pegunungan Meratus. Kota Banjarmasin dipengaruhi oleh pasang surut air laut Jawa, sehingga berpengaruh kepada drainase kota dan memberikan ciri khas tersendiri terhadap kehidupan



- 15 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



masyarakat, terutama pemanfaatan sungai sebagai salah satu prasarana transportasi air, pariwisata, perikanan, perdagangan. ▪ Manusia Fungsi utama sungai sebagai sarana transportasi telah terbentuk sejak tahun 1526 M, yaitu pada saat Kesultanan Banjarmasin berdiri. Seiring waktu, karena paradigma pembangunan yang sangat berorientasi pada daratan, sehingga fungsi sungai mengalami kemunduran drastis. Berdasar perjalanan waktu yang dapat ditelusuri dari tahun 1960-an kondisi Kota Banjarmasin sangat tergantung pada transportasi air. Peran dua buah sungai besar, yaitu Sungai Martapura dan Sungai Barito yang melayani aktivitas transportasi air serta menghubungkan ratusan sungai sedang dan sungai kecil di berbagai pelosok kota. Seiring perkembangan di berbagai bidang ratusan sungai tersebut mengalami penurunan aktivitas, fungsi dan perannya dalam kehidupan masyarakat. Dari pembahasan dua faktor di atas, kita dapat mengetahui bahwa terbentuknya pola ribbon pada kota Banjarmasin tidak lepas dari sejarah perkembangannya. Walaupun adanya pergeseran fungsi sungai, namun sungai masih tetap digunakan hingga sekarang. Dari hal itulah mengapa Kota Banjarmasin



memiliki



pola



ribbon



yang



persebaran



penduduk



dan



perkembangan kotanya memanjang mengikuti aliran sungai. 2.4. Pola Jalan Kota Banjarmasin 2.4.1. Perbandingan



Ketergantungan



Jalur



Transportasi



Kota



Banjarmasin Sebelum Tahun 1990 dengan Setelah Tahun 2000 Fungsi utama sungai sebagai sarana transportasi telah terbentuk sejak tahun 1526 M, yaitu pada saat Kesultanan Banjarmasin berdiri. Seiring



waktu,



berorientasi



karena



paradigma



pembangunan



pada daratan, sehingga fungsi



yang



sungai



sangat



mengalami



kemunduran drastis. Berdasarkan perjalanan waktu yang dapat ditelusuri dari tahun 1960-an kondisi Kota Banjarmasin sangat tergantung pada transportasi air. Peran dua buah sungai besar, yaitu Sungai Martapura dan Sungai Barito yang melayani aktivitas



- 16 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



transportasi air serta menghubungkan ratusan sungai sedang dan sungai kecil di berbagai pelosok kota. Seiring perkembangan di berbagai bidang ratusan sungai tersebut mengalami penurunan aktivitas, fungsi dan perannya dalam kehidupan masyarakat. Ditinjau dari jumlah sungai yang bisa dilewati transportasi air, saat ini hanya terdapat sekitar 72 buah sungai. Sungai-sungai mengalami penurunan kualitas seperti pendangkalan, tertutup sampah, bangunan, jalan dan jembatan.



Pergerakan Jalur Sungai dan Jalan di Kota Banjarmasin Sumber: diolah dari Dinas Drainase dan Irigasi (2009); Heldiansyah (2010)



Kondisi ini berbanding terbalik dengan pesatnya kemajuan sarana transportasi darat. Tahun 1991, panjang jalan hanya 205,07 km; dimana 193,29 km diantaranya sudah beraspal. Tahun 2009, total panjang jalan di Kota Banjarmasin tercatat 458,391 km, terdiri dari 425,726 km jalan beraspal, 8,139 jalan kerikil, dan 24,526 km jalan tanah. Panjang jalan darat bertambah seiring dengan pertumbuhan kendaraan bermotor. Tahun 1991, tercatat 47.564 buah sepeda motor dan 14.818 buah mobil; namun pada tahun 2009, jumlah sepeda motor meningkat menjadi 259.778 buah dan mobil menjadi 55.280 buah (BPS, 2010; Sari 2008).



- 17 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



Dilihat dari sarana transportasi sungai yang ada, pada tahun 1991 jumlah transportasi sungai kategori pelayaran lokal mencapai 1.136 buah, pelayaran rakyat 1.247 buah, dan kapal lokal berjumlah 1.136 buah. Namun pada tahun 2009, pelayaran lokal dan kapal lokal sudah tidak ada lagi dan hanya terdapat 416 buah perahu kelotok, 54 buah perahu getek, dan 28 buah speedboat. Tahun 1980 peran transportasi sungai masih mendominasi dalam kehidupan masyarakat yaitu sebesar 69% namun menurun tajam di tahun 2012 hanya sebesar 23%. Berdasar data yang diolah kembali dari Dishub (2006), Permata (2008), dan BPS (2012) penurunan penggunaan transportasi sungai dan meningkatnya transportasi darat diprosentasikan pada gambar berikut.



Penurunan Penggunaan Transportasi Air Sumber : Dishub (2006), Permata (2008), BPS (2012)



2.4.2. Komposisi Pola pada Struktur Kota



Urban Structure Kota Banjarmasin Sumber: Karyadi Kusliansjah, 2012



- 18 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



Komposisi Pola jalan Kota Banjarmasin yang dikaji akan terfokus pada satu kawasan, yakni kawasan Delta Tatas, yakni daerah kekuasaan pemerintah Kolonial Belanda. Daerah ini disewa oleh Belanda dari Sultan Banjar melalui perjanjian pada tahun 1747. Pola urban path sungai / kanal telah membagi kota Banjarmasin, menjadi 6 keping kawasan yang mempunyai bangun struktur kota . Pola jalan di makalah ini akan membahas poin 2 dan 3, yang menjadi wilayah Delta Tatas. 2.4.3. Konfigurasi Pola pada Struktur Kota / Generic Type Urban Pattern Pola simpul pada struktur kota di Delta Tatas ini berpola menyebar. Tipologis pola ini berasal dari pengaruh eksternal yaitu dibangun oleh penguasa kolonial pola



Belanda



struktur



berelasi



mengikuti



Barat.



Pola



dan satu sisi cabang



pola sejajar dengan sungai dan pola Kawasan Benteng Tatas Sumber: Karyadi Kusliansjah, 2012



setengah



mengelilingi



benteng



lingkar Tatas,



untuk pertimbangan keamanan serta mempunyai dua cabang jalur pencapaian darat dan air melalui



kanal



menghubungkan



yang Sungai



Martapura ke Sungai Barito. Cabang yang lain menyebar untuk mencapai semua bagian dari Delta Tatas.



- 19 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



Pola



pada



kawasan



Kuin



Selatan - Kuin Pasar Lama Antasan Besar ini, merupakan campuran antara pola lintasan tradisional yang tegak lurus sungai atau kanal dengan pola yang berasal dari intervensi penguasa kolonial Belanda yang memotong Kawasan Kuin Selatan - Kuin Pasar



tradisional.



semua Pada



jalur



lokasi



ini



Lama - Antasan Besar



terbentuk pola ring sepanjang



Sumber: Karyadi Kusliansjah, 2012



sungai dan kanal. Pola dasar pohon



mengisi



daratan



ring



dalam



pada



berbagai



konfigurasi pola sisir tunggal atau pola sisir ganda. Pola



pada



kawasan



Teluk



Dalam ini, berada dikawasan pola lintasan tradisional yang tegak lurus kanal dengan pola yang berasal dari intervensi penguasa kolonial Belanda yang memotong tradisional.



semua



jalur



Pada lokasi ini



terbentuk pola ring sepanjang Kawasan Teluk Dalam Sumber: Karyadi Kusliansjah, 2012



kanal



dan



jalan



tradisional



terluar. Pola dasar sisir mengisi ring di daratan dalam berbagai konfigurasi pola sisir tunggal atau pola sisir ganda.



- 20 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



Pola pada kawasan Pelambuan ini, merupakan campuran antara pola lintasan tradisional yang tegak lurus sungai atau kanal dengan pola yang berasal dari intervensi



penguasa



Belanda,



yang



kolonial memotong



semua jalur tradisional



Pada



lokasi ini terbentuk pola trial Kawasan Pelambuan Sumber: Karyadi Kusliansjah, 2012



ring



sepanjang



sungai



dan



kanal. Pola dasar pohon



dan



grid mengisi pada daratan di dalam trial ring, dalam berbagai konfigurasi pola sisir tunggal atau pola sisir ganda. Pola



pada



Murung



kawasan



Pasar



Baru



Ujung ini



merupakan pola yang berasal dari



intervensi



penguasa



kolonial Belanda. Pada lokasi ini



terbentuk



pola



ring



sepanjang sungai. Pola dasar grid mengisi ring di daratan dalam Kawasan Ujung Murung Pasar Baru Sumber: Karyadi Kusliansjah, 2012



- 21 -



kawasan.



berbagai



konfigurasi



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



Pola pada Kawasan Kertak Baru Ulu dan Kertak Baru Ilir ini, merupakan



campuran



antara



pola lintasan tradisional yang tegak lurus sungai, kanal atau jalan dengan pola yang berasal dari



sentral



Benteng



Tatas.



Pada lokasi ini terbentuk pola ring Kawasan Kertak Baru Ulu dan Kertak Baru Ilir



sepanjang



sungai



dan



kanal. Pola dasar pohon mengisi ring di daratan dalam berbagai



Sumber: Karyadi Kusliansjah, 2012



konfigurasi pola sisir tunggal atau pola sisir ganda. Pola luar pada kawasan Teluk Tiram



ini



lintasan



merupakan tradisional



pola yang



mengelilingi teluk sepanjang Sungai Martapura dan Kanal Raden. Pola dalam merupakan lintasan tegak lurus sungai atau kanal yang memotong jalur tradisional Kawasan Teluk Tiram Sumber: Karyadi Kusliansjah, 2012



konfigurasi



membentuk pola



sisir



atau



cabang pohon.



2.4.4. Bentuk Tipologis Jalan Kota Banjarmasin Bentuk tipologis jalan kota di Kota Banjamasin yang dikembangkan dapat di bedakan dalam 7 tipe, yaitu : 1. Tipe jalan dengan kedua sisinya diapit daratan 2. Tipe jalan dengan kedua sisinya diapit daratan dan bagian sisi tengahnya mengapit kanal



- 22 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



3. Tipe jalan dengan satu sisi diapit daratan



dan satu sisi diapit



daratan - kanal 4. Tipe jalan dengan satu sisi diapit daratan dan satu sisi diapit sungai 5. Tipe jalan dengan satu sisi diapit daratan dan satu sisi diapit kanal - daratan 6. Tipe jalan dengan kedua sisinya diapit daratan-kanal -daratan 7. Tipe jalan dengan kedua sisinya diapit kanal – daratan



- 23 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



BAB III KESIMPULAN



Perkembangan kota sangat berkaitan dengan fungsi waktu. Hal ini mengingatkan pada masa lampau yaitu aspek kesejarahan yang memegang peranan penting dalam membentuk morfologi kota. Bentuk kota bukan hanya sekedar produk, tetapi juga merupakan proses akumulasi menifestasi fisik dari kehidupan non fisik, yang dipengaruhi oleh sistem nilai dan norma-norma yang berlaku pada masa pembentukannya. Dapat juga dikatakan sebagai urban artifact, yang dapat diartikan bahwa kota dalam perjalanan sejarahnya telah dan akan membentuk suatu pola morfologi sebagai implementasi bentuk perubahan sosial-budaya masyarakat yang membentuknya. Kota Banjarmasin adalah salah satu kota sekaligus ibukota dari provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kondisi hidrologi Kota Banjarmasin dikelilingi oleh sungai-sungai besar beserta cabang-cabangnya, mengalir dari arah utara dan timur laut ke arah barat daya dan selatan. Kondisi demikian membuat Kota Banjarmasin dikenal sebagai Kota Seribu Sungai. Sejak dulu sungai dijadikan sebagai sumber kehidupan di Kota Banjarmasin. Hal ini mengakibatkan wilayah persebaran penduduk mengikuti aliran sungai. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa bentuk fisik Kota Banjarmasin adalah bentuk kompak ribbon. Bentuk kompak ribbon yaitu bentuk kota dengan peran jalur transportasi yang dominan, yang mana di Kota Banjarmasin sendiri dulunya jalur transportasi yang utama adalah melalui sungai, maka pertumbuhan dan perkembangan di kota ini memanjang sesuai aliran sungai. Seiring waktu, karena paradigma pembangunan yang sangat berorientasi pada daratan, menyebabkan fungsi



sungai



mengalami kemunduran drastis. Dengan pembangunan yang mulai berorientasi pada daratan maka bentuk kota Banjarmasin saat ini juga mengarah ke konsentris tetapi bentuk kota ribbon masih tetap ada karena permukiman masih terbangun di daerah pinggiran sungai mengikuti aliran sungai. Pola jalan Kota Banjarmasin yang dikaji di makalah ini akan terfokus pada satu kawasan, yakni kawasan Delta Tatas. Pola urban path sungai / kanal telah membagi kota Banjarmasin, menjadi 6 keping kawasan yang mempunyai bangun struktur kota. Pola jalan di makalah ini akan membahas poin 2 dan 3, yang menjadi wilayah Delta



- 24 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



Tatas. Berikut merupakan pola jalan di tempat-tempat yang termasuk dalam Kawasan Delta Tatas. ▪



Benteng Tatas; Pola simpul pada tempat ini berpola menyebar. Tipologis pola ini berasal dari pengaruh eksternal yaitu dibangun oleh penguasa kolonial Belanda.







Kuin Selatan - Kuin Pasar Lama - Antasan Besar, Teluk Dalam; Campuran antara pola lintasan tradisional yang tegak lurus sungai atau kanal dengan pola yang berasal dari intervensi penguasa kolonial Belanda yang memotong semua jalur tradisional. Pada lokasi ini terbentuk pola ring sepanjang sungai dan kanal. Pola dasar pohon mengisi ring pada daratan dalam berbagai konfigurasi pola sisir tunggal atau pola sisir ganda.







Ujung Murung Pasar Baru; Pola ring yang terbentuk di sepanjang sungai. Pola dasar grid mengisi ring di daratan dalam berbagai konfigurasi kawasan.







Pelambuan; Campuran antara pola lintasan tradisional yang tegak lurus sungai atau kanal dengan pola yang berasal dari intervensi penguasa kolonial Belanda, yang memotong semua jalur tradisional. Pada lokasi ini terbentuk pola trial ring sepanjang sungai dan kanal. Pola dasar pohon dan grid mengisi pada daratan di dalam trial ring, dalam berbagai konfigurasi pola sisir tunggal atau pola sisir ganda.







Kertak Baru Ulu dan Kertak Baru Ilir; campuran antara pola lintasan tradisional yang tegak lurus sungai, kanal atau jalan dengan pola yang berasal dari sentral Benteng Tatas. Pada lokasi ini terbentuk pola ring sepanjang sungai dan kanal. Pola dasar pohon mengisi ring di daratan dalam berbagai konfigurasi pola sisir tunggal atau pola sisir ganda.







Teluk Tiram; Pola lintasan tradisional yang mengelilingi teluk sepanjang Sungai Martapura dan Kanal Raden. Pola dalam merupakan lintasan tegak lurus sungai atau kanal yang memotong jalur tradisional membentuk konfigurasi pola sisir atau cabang pohon.



- 25 -



-Teori Perancangan dan M orfologi Kota: Bentuk Kota dan Pola Jalan Kota Banjarmasin -



REFERENSI



Rini, Farida dkk. 2014. Morfologi Kota Ngawi . Diakses pada 23 Oktober 2018, dari https://www.academia.edu/12503052/Morfologi_Kota_Ngawi Kusliansjah, Karyadi. 2012. Jalan Dan Sungai, Kanal Sebagai Elemen Pembentuk Struktur



Kota



Sungai



Banjarmasin



Kalimantan



Selatan.



Bandung:



Universitas Katolik Parahyangan Mutia, Indah. 2011. Morfologi Perumahan Terencana di Pinggiran Kota Banjarmasin. Diakses



pada



23



Oktober



2018,



dari



http://ejurnal.poliban.ac.id/index.php/intekna/article/view/63 PU, Raditya. 2010. Waterfront City, Banjarmasin: Sebuah Upaya Inovatif Pengembalian



Citra



Kota.



Diakses



pada



23



Oktober



2018,



dari



http://tataruang.atr-bpn.go.id/Bulletin/upload/data_artikel/edisi5b.pdf UN-HABITAT Indonesia. 2012. City Visioning Profile: Banjarmasin, Kalimantan. Diakses pada 23 Oktober 2018, dari http://www.kotakita.org/publicationsdocs/2012%2008%2015%20Banjarmasin%20Profile_FINAL_ENG.pdf Gani, Handika. 2010. Konsep Perencanaan Lanskap Kota Banjarmasin Berbasis Bioregion. Bogor: Institut Pertanian Bogor Nurhidayati, Ely. 2015. Formasi dan Karakteristik Pola Permukiman di Kawasan Waterfront City Pontianak. Pontianak: Politeknik Negeri Pontianak



- 26 -