Berpikir Kritis Menurut para Tokoh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Beberapa tokoh mendefinisikan apa itu Berpikir Kritis. Edward Glaser, penulis Waston-Glaser Critical thinking Appraisal. (1)Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan halhal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2) Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; (3)Semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya (Glaser, 1941, hlm. 5). Robert Ennis. Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan (Norris and Ennis, 1989). Richard Paul Berpikir kritis adalah mode berpikir – mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – di mana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya (Paul, Fisher and Nisich, 1993, hlm. 4).



Core Critical Thinking Skills Kesimpulannya behwa metode berpikir kritis sudah berlangsung sejak lama dan terus berkembang. Sangat jelas bahwa berpikir kritis berbeda dengan berpikir reflektif – jenis berpikir bahwa kita langsung mengarah pada kesimpulan, atau



menerima langusng keputusan begitu saja, tanpa sungguh-sungguh memikirkannya. Berpikir keritis adalah aktivitas terampil, yang bisa dilakukan dengan lebih baik atau sebaliknya, dan pemikiran kritis yang baik akan memenuhi beragam standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi, kecukupan, koherensi, dan lain-lain. Berpikir keritis dengan jelas menuntut interpretasi dan evaluasi terhadap observasi, komunikasi, dan sumber-sumber lainnya. Ia juga menuntut keterampilan dalam memikirkan asumsi-asumsi, dalam mengajukan pertanyaanpertanyaanyang relevan, dalam menarik implikasi-implikasi. Singkatnya, dalam memikirkan dan memperdebatkan isu-isu secara terus menerus. Lebih lanjut, pemikir yang keritis percaya ada banyak situasi dimana cara tebaik memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan adalah dengan memakai jenis berpikir yang keritis dan reflektif ini dan karena itu,cenderung memakai metode-metode ini kapan saja waktunya tepat.