Best Practise [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENINGKATAN KUALITAS PEDIDIK MELALUI PENDEKATAN KEMITRAAN DI SMK PLUS CENDIKIA



(Laporan Best Practise )



Disusun Oleh:



AEN JAENUDIN, S.Pd.I



DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH V KABUPATEN SUKABUMI Jl.Raya Karang Tengah KM.07 Kp.Cijulang RT.03/RW.04 Desa Darmareja Kecamatan Nagrak Kabupatn Sukabumi Provinsi Jawa Barat 43356



email: [email protected]



2020



Kata Pengantar Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan best practice ini. Laporan ini penulis susun berdasarkan pengalaman pribadi penulis dalam menemukan solusi bagi permasalahan yang terjadi di SMK PLUS CENDIKIA Melalui laporan best practice ini penulis ingin berbagi sedikit pengalaman penulis dalam mengatasi permasalah internal dan eksternal yang penulis hadapi selama menjadi kepala sekolah di SMK PLUS CENDIKIA



Penulis memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih



kepada semua pihak, baik para rekan kerja guru di sekolah maupun para orang tua siwa yang telah menjadi bagian penting dari terlaksananya best practice ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis berharap saran dan masukan dari berbagai pihak agar dapat dijadikan sebagai bahan penyempurnaan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan yang berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan.



Sukabumi, Januari 2021 Penulis,



DENIENURLANGSYAH, S.Pd.I MM,Pd



ABSTRAK Dalam menjalankan tugas sebagai kepala sekolah di SMK PLUS CENDIKIA Penulis mnemukan permasalahan pada minimnya kemampuan guru dalam menyiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran sangat rendah. Motivasi guru untuk belajar dan meningkatkan kemampuan profesionalnya yang sangat rendah, hubungan komunikasi dan kerja sama antara kepala sekolah, guru dan masyarakat sangat renggang dan kurang terjalin dengan baik, serta keterlibatan partisipatif dari masyarakat khususnya orang tua siswa dalam pendidikan anak sangat rendah. Untuk mengatasi hal ini penulis memilih pendekatan kemitraan untuk membuka peluang tercipatanya komunikasi dua arah yang saling mengisi. Pendekatan ini ditransformasikan ke dalam langkah operasional dalam bentuk langkah nyata. yang terbagi dua yaitu langkah operasional bagi guru yang terdiri atas (1) Focus Group Discussion (FGD), Mentoring, (3) Supervisi Akademik, dan langkah operasional bagi orang tua siswa yang terdiri atas (1) Home Visit dan (2) School Visit. Dalam pengaplikasiannya, semua langkah operasiona ini terbukti mampu meningkatkan kompetensi guru dan peran partisipatif orang tua siswa dalam peningkatan pendidikan anak di sekolah.



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................. KATA PENGANTAR............................................................................................ ABSTRAK ............................................................................................................ DAFTAR ISI ......................................................................................................... BAB I



PENDAHULUAN.......................................................................................



1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1.2. Permasalahan............................................................................................... 1.3. Tujuan ......................................................................................................... 1.4. Manfaat ....................................................................................................... BAB II



METODE PEMECAHAN MASALAH...................................................



2.1. Menganalisis Sumber Masalah.................................................................... 2.2. Menemukan Pendekatan untuk Pemecahan Masalah.................................. 2.3. Menyusun Langkah Operasional................................................................. BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL YANG DIPEROLEH.......................... 3.1. Pelaksanaan Kegiatan.................................................................................. 3.2. Hasil Kegiatan.............................................................................................. BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI....................................................... 4.1. Simpulan...................................................................................................... 4.2. Refleski........................................................................................................ 4.3. Rekomendasi................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................................



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMK PLUS CENDIKIA



terletak di Desa



Darmareja Kecamatan



Nagrak



Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Sekolah ini telah berdiri sejak tahun 2011. Penulis diangkat menjadi Kepala Sekolah pada sekolah ini pada tahun 2014. Sebelum menjadi Kepala Sekolah pada SMK PLUS CENDIKIA penulis sebelumnya telah menjalankan tugas sebagai Tenaga Kependidikan selama lima tahun pada SMK PLUS CENDIKIA Kecamatan Nagrak. Saat penulis menjalankan tugas menajadi Kepala Sekolah pada SMK PLUS CENDIKIA penulis menemukan keadaan yang bertolak belakang dengan keadaan sekolah yang sebelumnya penulis pimpin. Penulis menghadapi kendala serius yang muncul dari dalam sekolah maupun di luar sekolah. Kendala internal datang dari keadaan sekolah yang kurang mamadai dari segi sarana dan prasarana, kemampuan mengajar guru yang berada di bawah rata-rata, movitasi guru dalam mengajar yang sangat rendah dan resistensi guru terhadap perubahan. Permasalahan ini telah ada sejak lama, bahkan sebelum penulis ditunjuk untuk memimpin sekolah ini. Melalui observasi, penulis menemukan bahwa hampir semua guru yang melaksanakan proses pembelajaran tidak memiliki standar yang jelas, sehingga proses belajar mengajar terkesan seadanya. Rencana pembelajaran disusun asal-asalan dan sebatas konsep di atas kertas saja karena dalam aplikasinya rencana pembelajaran ini sama sekali tidak digunakan. Keadaan ini semakin diperparah dengan sikap beberapa guru yang cenderung menjaga jarak dengan kepala sekolah dalam interaksi sehari-hari sehingga hubungan yang terjalin menjadi terlalu formal dan kaku. Selain kendala internal, penulis juga menghadapi kendala eksternal yang datang dari masyarakat sekitar khususnya orang tua siswa. Melalui interaksi langsung dengan masyarakat sekitar dan observasi yang dilakukan dalam kurun waktu beberapa bulan penulis menemukan bahwa kebanyakan orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya di SMK PLUS CENDIKIA memiliki pandangan yang keliru mengenai pendidikan anak mereka di sekolah. Mereka beranggapan bahwa pendidikan anak mereka sudah sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah. Sehingga mereka menjadi berlepas diri



terhadap tanggung jawab mendidik anak. Hal ini berimbas pada tingkat pastisipasi orang tua terhadap kemajuan pendidikan anak yang sangat rendah. Mereka sangat jarang hadir dalam kegiatan pertemuan yang diadakan oleh pihak sekolah. Selain itu pada beberapa kesempatan penulis sering berhadapan dengan orang tua siswa yang menyalahkan pihak sekolah dan guru atas rendahnya nilai yang didapatkan oleh anaknya. Orang tua siswa seolah apatis dan tidak mau tahu demgam kendala yang dihadapi oleh pihak sekolah. Mereka juga kurang menyadari bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama yang harus dijalankan secara kolaboratif untuk mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik. 1.2. Permasalahan Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, maka penulis menarik beberapa permasalahan pokok pada SMK PLUS CENDIKIA yaitu: 1. Guru dan orang tua siswa memiliki kesadaran yang sangat rendah mengenai peran mereka dalam peningkatan kualitas pendidikan. 2. Kemampuan guru dalam menyiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran sangat rendah. 3. Motivasi guru untuk belajar dan meningkatkan kemampuan profesionalnya sangat rendah 4. Hubungan komunikasi dan kerja sama antara kepala sekolah, guru dan masyarakat sangat renggang dan kurang terjalin dengan baik. 5. Keterlibatan partisipatif dari masyarakat khususnya orang tua siswa dalam pendidikan anak sangat rendah 1.3. Tujuan Merujuk pada permasalahan yang telah dijabarkan di atas maka tujuan dari best practice kepala sekolah ini adalah untuk: 1. Meningkatkan kesadaran guru dan orang tua siswa mengenai peran mereka dalam peningkatan kualitas pendidikan. 2. Meningkatkan kemampuan guru dalam menyiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran. 3. Meningkatkan motivasi guru untuk belajar dan meningkatkan kemampuan profesional mereka



4. Menciptakana pola hubungan kerja sama dan komunikasi yang baik antara kepala sekolah, guru, dan masyarakat khususnya orang tua siswa. 5. Meningkatkan keterlibatan partisipatif dari masyarakat khususnya orang tua siswa dalam pendidikan anak. 1.4. Manfaat Melalui pelaksanaan best practice ini penulis berharap dapat memberikan manfaat pedagogik dan praktis sebagai berikut: 1. Manfaat pedagogik, pelaksanaan best practice ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi rekan-rekan kepala sekolah dalam menemukan solusi yang tepat bagi permasalahan yang dihadapi oleh sekolah. 2. Manfaat praktis: pelaksanaan best practice ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi pemecahan masalah peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya mengenai peningkatan profesionalisme guru dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak.



BAB II METODE PEMECAHAN MASALAH Setelah melakukan observasi dan menemukan permasalahan pokok yang terjadi di SMK PLUS CENDIKIA penulis melakukan beberapa tahapan untuk merumuskan solusi yang tepat bagi permasalahan tersebut. Tahap pertama adalah menganalisis sumber masalah, tahap kedua adalah menemukan pendekatan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan tahap yang ketiga adalah menjabarkan dan merumuskan pendekatan tersebut ke dalam langkah-langkah operasional yang konkret. 2.1. Menganalisis Sumber Masalah Dalam tahapan ini penulis melakukan analisis sumber masalah untuk menemukan penyebab utama dari permasalahan-permasalah yang timbul di SMK PLUS CENDIKIA Melalui proses ini penulis memetakan sumber-sumber permasalahan menjadi beberapa poin penting sebagai berikut: A. Sumber permasalahan internal: a. Kebanyakan guru memiliki pengetahuan yang sangat minim mengenai penyusunan perangkat pembelajaran, metode-metode pengajaran yang inovatif dan efektif, termasuk pemanfaatan sumber belajar dan media pembelajaran sehingga mereka tidak mampu untuk mengembangkan metode pembelajaran denan baik. b. Seluruh guru pada SMK PLUS CENDIKIA



belum pernah mendapatkan



observasi atau penilaian dalam proses pembelajaran sehingga mereka tidak mengetahui kelemahan dan kekurangan yang mereka miliki dalam melaksanakan pembelajaran. c. Motivasi yang rendah dari beberapa guru disebabkan oleh tidak adanya dorongan positif dari masyarakt sekolah khususnya rekan guru dan kepala sekolah.



d. Sebagian guru menjaga jarak dengan kepala sekolah karena menghindari koreksi atau kritikan yang mungkin diberikan oleh kepala sekolah sehubungan dengan kinerja mereka di sekolah. B. Sumber permasalahan eksternal a. Karakter sosial ekonomi orang tua siswa yang rata-rata memiliki mata pencaharian sebagai petani dan pedagang membuat mereka tidak memiliki waktu untuk terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan anak sehingga membebankan semua tanggung jawab tersebut kepada pihak sekolah. b. Mindset atau pola pikir orang tua siswa yang memandang bahwa pendidikan anak terbatas hanya di lingkungan sekolah saja menjadi penyebab utama kurangnya keperdulian mereka terhadap pendidikan anak di luar sekolah khususnya di rumah. c. Komunikasi dan interaksi langsung antara pihak sekolah dan orang tua siswa yang sangat kurang menjadikan hubungan kedua pihak menjadi renggang dan kurang harmonis. 2.2. Menemukan Pendekatan untuk Pemecahan Masalah Setelah mengetahui sumber permasalahan internal dan eksternal yang dihadapi oleh SMK PLUS CENDIKIA penulis kemudian mencari pendekatan yang dapat secara efektif memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut. Dari berbagai sumber masalah yang telah penulis paparkan, penulis menarik kesimpulan bahwa pada dasarnya permasalahan yang ada di sekolah ini dapat diselesaikan jika terjalin komunikasi dan hubungan kerjasa sama yang erat baik antara pihak guru dan kepala sekolah maupun antara pihak sekolah dan masyarakat. Jika komunikasi dan hubungan interpersonal dapat terjalin dengan baik maka kepercayaan (trust) dengan sendirinya akan muncul sehingga informasi atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu penulis memilih pendekatan kemitraan untuk membuka peluang tercipatanya komunikasi dua arah yang saling mengisi. Menurut Widodo (2002:441) secara etimologi kata kemitraan berasal dari kata mitra yang artinya pasangan kerja, atau partner usaha. Kemitraan atau partnership pada dasarnya dikenal dengan istilah perkongsian di mana dua pihak atau lebih membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang tertentu dalam rangka memperoleh



hasil yang baik. Penulis menganggap bahwa pendekatan kemitraan dapat menghilangkan dinding pemisah antara kepala sekolah dan guru begitupun juga antara pihak sekolah dengan masyarakat atau orang tua siswa. Hal ini dapat terjadi karena konsep kemitraan mengandung sebuah nilai kesetaraan dan persahabatan. Kemitraan dapat menghilangkan kesenjangan karena semua pihak memiliki posisi dan peran yang sama dalam sebuah usaha bersama. Pendekatan ini ternyata sangat efektif karena mereka menjadi lebih terbuka dan bersedia memberikan ruang untuk berdiskusi. Dalam proses diskusi tersebut penulis berusaha menekankan pentingnya peran mereka di dalam program yang dijalankan sehingga mereka merasa dihargai dan dibutuhkan. Rasa dibutuhkan inilah yang mendorong mereka untuk terlibat secara aktif karena penulis memposisikan mereka sebagai mitra yang sejajar dengan penulis dalam melaksanakan setiap program. Pengalaman empiris ini menjadi salah satu dasar penulis untuk menerapkan pendekatan ini kepada para guru dan orang tua siswa. Penulis berkeyakinan bahwa dengan pendekatan kemitraan akan tercipta sebuah sinergi yang harmonis yang mendorong keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan khususnya guru dan orang tua siswa sehingga tujuan sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak dapat didukung secara penuh dan berkelanjutan. Melalui pendekatan kemitraan ini pula penulis dapat menghilangkan rintangan-rintangan komunikasi dan interaksi yang selama ini terjadi. Menurut Utari (2010) umumnya kegiatan kemitraan adalah upaya penyediaan sumber daya dan sumber dana pendidikan, pendampingan pengerjaan tugas, dan dukungan langsung di ruang kelas bersama guru. Dari definisi ini maka dapat dikatakan bahwa kemitraan antara guru dan kepala sekolah dapat berbentuk pendampingan dan dukungan langsung yang diberikan oleh kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi guru. Sementara itu menurut Anderson (1998: 589) kemitraan antara sekolah dan orang tua siswa dapat terjalin melalui interaksi dalam bentuk pertemuan langsung (tatap muka), di sekolah, di rumah, atau bahkan di tempat kerja orangtua. Komunikasi yang dijalin juga hendaknya disadari sebagai bagian penting dari pola pengasuhan, sehingga orangtua berkomitmen dalam peningkatan pendidikan anak. Comer dan Haynes (1997) mengatakan bahwa anak-anak belajar dengan lebih baik jika lingkungan sekelilingnya mendukung, yakni orangtua, guru, dan anggota keluarga lainnya serta kalangan masyarakat sekitar. Karena



sekolah



tidak



dapat



memberikan



semua



kebutuhan



pertumbuhan



dan



perkembangan siswa, sehingga diperlukan keterlibatan bermakna oleh orangtua dan anggota masyarakat. 2.3. Menyusun Langkah Operasional Pada tahapan ini penulis mentransformasikan pendekatan kemitraan yang telah dijabarkan sebelumnya menjadi langkah operasional dalam bentuk action atau langkah nyata. Langkah operasional ini terbagi dua yaitu langkah operasional bagi guru yang terdiri atas (1) Focus Group Discussion (FGD), (2) Mentoring, (3) Supervisi Akademik, dan langkah operasional bagi orang tua siswa yang terdiri atas (1) Home Visit dan (2) School Visit



A. Langkah Operasional bagi Guru a. Focus Group Discussion (FGD) Henning dan Columbia (1990) menjelaskan bahwa Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah adalah wawancara dari sekelompok kecil orang yang dipimpin seorang narasumber atau moderator yang mendorong peserta untuk berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting dan berkaitan dengan topik saat itu. Penulis memilih FGD sebagai tahapan awal untuk membuka komunikasi dan keterbukaan dengan semua guru karena sebelumnya model diskusi seperti ini tidak pernah dilakukan di SMK PLUS CENDIKIA Hal ini juga bertujuan untuk memberikan ruang bagi guru dalam menyampaikan permasalahan yang mereka hadapi. Melalui proses ini penulis memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anggota kelompok untuk menyatakan pendapat berdasarkan topik yang diberikan, hal ini mengacu pada tujuan dari Diskusi Kelompok Terarah atau FGD yaitu untuk memperoleh masukan atau informasi mengenai permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik (Prastowo, 2008). b. Mentoring Mentoring atau pendampingan dapat didefinisikan sebagai proses yang dilakukan untuk mendukung dan mendorong seseorang untuk mengelola belajarnya agar ia dapat mengembangkan potensinya secara maksimal, mengembangkan keterampilan, meningkatkan kualitas kinerja, dan menjadi seperti yang ia inginkan (Parsloe dan Leedham, 2009). Mentor atau pendamping adalah seseorang yang



membantu si terdamping menemukan arah yang benar dalam mencari pemecahan masalah-masalah karirnya (Parsloe dan Leedham, 2009). Pendamping bersandar pada kepemilikan pengalaman yang sama untuk mendapatkan empati dari terdamping dan pemahaman tentang masalah mereka. Seorang pendamping memiliki peran dalam membantu terdamping untuk menumbuhkan motivasi dan percaya dirinya. Berdasarkan penjelasan mengenai mentoring atau pendampingan ini maka dapat dilihat bahwa posisi kepala sekolah sebagai pendamping dan guru sebagai terdamping adalah sejajar, dimana keduanya memiliki visi yang sama dan berbagai pengetahuan (sharing knowledge) berdasarkan visi tersebut. Kepala sekolah mendampingi guru sebagai rekan atau sahabat untuk memberikan masukan dan dorongan motivasi dalam menjalankan tugas pengajaran di sekolah. c. Supervisi Akademik Supervisi



akademik



adalah



serangkaian



kegiatan



membantu



guru



mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, status sosial, ekonomi dan berkebutuhan khusus dalam mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Secara umum terdapat tiga tujuan penting dari supervisi akademik adalah untuk: 1. Membantu guru mengembang kemampuan profesionalnya dalam memahami akademik, kehidupan telah mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. 2. Memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawat, maupun sebagai peserta didik. 3. Mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.



Langkah Supervisi Akademik dipilih oleh penulis sebagai acuan untuk melihat keberhasilan dari pendekatan FGD dan mentoring yang telah penulis lakukan sebelumnya. Melalui supervisi akademik ini penulis ingin melihat bagaimana para guru mampu mentransformasikan proses FGD dan mentoring yang telah mereka dapatkan sebelumnya ke dalam aplikasi nyata di dalam kelas. B. Langkah Operasional bagi Orang Tua Siswa a. Home Visit (Kunjungan Rumah) Seperti telah dikemukakan pada bagian analisis sumber masalah bahwa rata-rata orang tua siswa pada SMK PLUS CENDIKIA tidak memiliki waktu untuk terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan anak mereka. Mereka memiliki mindset atau pola pikir yang cenderung sempit mengenai keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak sehingga membebankan semua tanggung pendidikan kepada pihak sekolah. Selain itu, pihak sekolah juga menghadapi masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua siswa yang secara langsung menjadi penghalang bagi proses sinergi antara sekolah dan orang tua siswa dalam meningkatkan pendidikan anak. Memahami semua permasalahan tersebut maka penulis menggunakan pendekatan interpersonal melalui kegiatan Kunjungan Rumah atau home visit. Kegiatan ini merupakan sebuah aplikasi nyata dari pendekatan kemitraan yang coba dilakukan oleh penulis dalam rangka menciptakan keterbukaan antara orang tua siswa dan pihak sekolah. Penulis meyakini bahwa kunjugan rumah merupakan solusi yang efektif untuk menjembatani komunikasi dan hubungan silaturrahmi antara orang tua siswa dan pihak sekolah yang pada gilirannya dapat membangun hubungan saling percaya (trust). Melalui hubungan saling percaya ini maka pihak sekolah dapat dengan mudah menanamkan pemahaman sekaligus mendorong orang tua siswa untuk terlibat aktif dalam memajukan pendidikan anak baik di dalam maupun di luar sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Anderson (1998: 589) yang menyatakan bahwa kemitraan antara sekolah dan orang tua siswa dapat terjalin melalui interaksi dalam bentuk pertemuan langsung (tatap muka), di sekolah, di rumah, atau bahkan di tempat kerja orangtua. b. School Visit (Kunjungan Sekolah)



Kunjungan sekolah pada dasarnya merupakan kegiatan yang dirancang sebagai kegiatan lanjutan dari kegiatan kunjungan rumah. Jika dalam kegiatan kunjungan rumah pihak sekolah yang dituntut untuk terlibat secara aktif dalam berkomunikasi dan memberikan pemahaman kepada orang tua siswa, maka dalam kunjungan sekolah orang tua siswalah yang didorong untuk terlibat secara langsung dan aktif untuk memberikan dukungan pada proses belajar anak di sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Comer dan Haynes (1997) yang menyatakan bahwa anakanak belajar dengan lebih baik jika lingkungan sekelilingnya mendukung, yakni orangtua, guru, dan anggota keluarga lainnya serta kalangan masyarakat sekitar. Melalui kehadiran orang tua secara langsung di sekolah, mereka dapat dengan leluasa melihat dan memahami proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh pihak sekolah. Hal ini sangat penting untuk membangun pemahaman mereka mengenai tugas guru dalam mendidik anak yang dapat menumbuhkan rasa simpati dan penghargaan bagi profesi guru. Selain itu kegiatan kunjungan sekolah memiliki implikasi positif untuk membangun inteaksi dan keterlibatan aktif dari orang tua siswa sehingga mereka dapat merasa turut dilibatkan dalam proses pendidikan anak di sekolah. Dalam kunjunga sekolah ini juga orang tua siswa dapat secara langsung memberikan masukan kepada kepala sekolah dan guru mengenai harapanharapannya terkait dengan pendidikan anak. Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pemecahan masalah seperti yang telah dijabarkan di atas maka penulis dapat menggambarkan kerangka pemecahan masalah sebagai berikut:



Internal: Pengetahuan Motivasi Interaksi Komunikasi



SUMBER MASALAH



SOLUSI Membangun Pendekatan Kemitraan AKSI: GURU ORANG TUA SISWA



Eksternal: Sosio-ekonomi Mindset Interaksi Komunikasi



Focus Group DiscussionHome Visit ↓↓ Mentoring dan CoachingSchool Visit ↓ Supervisi Akademik



Gambar 2.1. Kerangka Pikir Metode Pemecahan Masalah



BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL YANG DIPEROLEH 3.1. Pelaksanaan Kegiatan 1. Focus Group Discussion (FGD) Kegiatan FGD ini pertama kali penulis laksanakan pada tahun ajaran baru 2020/2021 setelah melakukan observasi tidak langsung pada keadaan sekolah dan kinerja guru pada SMK PLUS CENDIKIA selama beberapa bulan. Penulis memilih tahun ajaran baru sebagai waktu pelaksanaan FGD dengan pertimbangan bahwa momen tersebut dapat menjadi bahan refleksi menyeluruh bagi sekolah khususnya bagi para guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini terus penulis pertahankan hingga sekarang dan menjadi salah satu agenda rutin di setiap tahun ajaran baru untuk merefleksi kinerja sekolah dan guru setiap tahunnya. Topik yang penulis angkat pada FGD ini adalah seputar kendala dalam proses pembelajaran di sekolah. Diskusi kelompok terarah ini melibatkan semua guru yang berjumlah 6 orang dan dilaksanakan di sekolah setelah proses penerimaan siwa baru selesai dilaksanakan. Penulis mengemas proses diskusi ini dengan dalam suasana akrab kekeluargaan diselingi dengan acara “makan siang bersama” dengan tujuan untuk menghindari perasaan tertekan dari suasan formal yang mungkin timbul dan dapat menjadi rintangan komunikasi antara sesama kelompok diskusi. Penulis meminta para guru untuk



secara terbuka menyatakan berbagai kekurangan dan permasalahan yang selama ini mereka hadapi termasuk solusi yang dapat mereka tawarkan. Dalam diskusi ini penulis hanya bertindak sebagai moderator atau fasilitator dan tidak melibatkan diri secara langsung dalam proses diskusi. Hal ini penulis lakukan untuk menjaga keleluasaan para guru dalam mengeluarkan gagasan atau pendapatnya selama proses diskusi. 2. Mentoring Mentoring atau pendampingan merupakan follow up atau kelanjutan dari proses FGD yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah penulis dan para guru secara bersamasama menemukan permasalahan yang selama ini dihadapi dalam proses pembelajaran, maka selanjutnya penulis secara berkala melakukan proses pendampingan kepada setiap guru untuk membantu mereka secara personal mengatasi permasalahan tersebut. Dalam hal ini penulis tidak bertindak sebagai kepala sekolah yang mengawasi kinerja bawahannya tetapi bertindak sebagai sahabat atau pendamping yang secara suka rela dan terbuka bersedia berbagi pengalaman dan solusi bagi permasalahan yang mereka hadapi. Berbeda dengan proses FGD yang dilakukan secara terstruktur dan terjadwal, kegiatan mentoring dilaksanakan melalui proses on going learning di mana kepala sekolah sebagai mentor mendampingi guru secara aktif dengan memperhatikan kebutuhan guru tersebut. Penulis juga secara rutin memantau perkembangan para guru yang didampingi memastikan proses mentoring ini berjalan secara berkesinambungan. 3. Supervisi Akademik Setelah penulis melakukan pendampingan dan berusaha membangun percaya diri serta motivasi para guru untuk menemukan solusi yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran, maka sebagai tahap akhirn penulis melaksanakan Supervisi Akademik kepada setiap guru. Hal ini sangat penting untuk mengetahui kemajuan yang telah mereka capai dari proses FGD dan mentoring yang telah mereka lalui sebelumnya. A. Persiapan Menyusun perencanaan supervisi akademik. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah : a. Sosialisasi supervisi akademik.



Pada tahap ini penulis memberikan sosialisasi mengenai perencanaan supervisi akademik kepada guru yang akan disupervisi dan membuat kesepakatan mengenai waktu pelaksanaan supervisi akademik. b. Menyusun instrumen supervisi. Instrumen yang perlu dipersiapkan dalam tahap ini adalah : 1. Administrasi Perencanaan Pembelajaran. 2. Istrumen Check List Rencana Pembelajaran 3. Lembar Observasi / Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas. 4. Daftar Pertanyaan Setelah Observasi 5. Lembar observasi Penilaian Hasil Pembelajaran c. Menyusun jadwal supervisi. Berdasarkan diskusi dengan guru-guru SMK PLUS CENDIKIA



disepakati



jadwal pelaksanaan supervisi akademik adalah sebagai berikut: Hari Tanggal Tempat



: Senin – Sabtu : Desember 2020 : SMK PLUS CENDIKIA .



d. Menentukan guru yang akan disupervisi. Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah Penetapan guru yang akan disupervisi dilakukan pada sosialisasi awal tentang rencana supervisi akademik oleh Kepala Sekolah kepada guru yang akan disupervisi. Tabel 3.1. Jadwal Supervisi Akademik smp ISLAM CENDIKIA Mata pelajaran pokok



Hari/tangga l



Nama guru



1



Senin



Abdul Jabbar, S.Pd.I



PPKn



Guru Mapel



1



2



Selasa



Ahmad Yandi, S.Pd



B. Sunda



Guru Mapel



1



3



Rabu



Eni Rohaeini



B. Inggris



Guru Mapel



1



No



Kelas/program Jam keahlian ke -



Fokus masalah Keterpaduan RPP dengan Pelaksanaan Pembelajaran Keterpaduan RPP dengan Pelaksanaan Pembelajara Pemanfaatan Media



4



Kamis



5



SamsudinS.Pd



B. Indonesia



Guru Mapel



1



Dedi Suryadi,S.Pd



IPA



Guru Mapel



1



Prakarya



Guru Mapel



1



Jumat



6



Sabtu



Ujang Manan



Pembelajaran tematik terpadu Pembelajaran tematik terpadu Pembelajaran tematik terpadu



s B. Pelaksanaan a. Pra-observasi Pra-observasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta (Kepala Sekolah) sebelum melakukan observasi kelas. Pelaksanaan observasi diawali dengan langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Penyiapan instrumen 2. Kepala berkonsultasi dengan guru yang akan disupervisi. 3. Meminta perangkat pembelajaran 1 hari sebelum observasi. 4. Pengisian instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran. b. Observasi Kelas Sekolah melakukan pra-observasi sebelumnya maka dilanjutkan dengan melaksanakan observasi kelas IX untuk mengetahui kompetensi guru tersebut dalam menyajikan pembelajaran. Pelaksanaan observasi kelas dilakukan terhadap semua guru kelas. Berikut disajikan beberapa dokumentasi observasi kelas dalam supervisi akademik yang dilaksanakan oleh penulis:



5. Kunjunga Rumah (Home Visit) Kunjungan rumah bertujuan untuk menjalin komunikasi dan silaturrahmi dengan orang tua siswa dalam rangka meningkatkan peran partisipatif orang tua dalam mendukung perkembangan pendidikan anak. Terdapat sebuah proses penting sebelum kunjungan rumah dilaksanakan yaitu setiap guru kelas diwajibkan mengisi jurnal kelas yang berisi tentang hasil observasi guru terhadap perkembangan setiap peserta didik pada kelas mereka masing-masing. Penulis sebagai kepala sekolah mewajibkan setiap guru untuk



mempelajari atau mengobservasi perilaku siswa di dalam dan di luar kelas untuk kemudian menuliskan perkembangan mereka di dalam sebuah jurnal. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang mungkin dihadapi siswa dalam baik di dalam maupun di lingkungan sekolah. Sebagai contoh seorang siswa kelas 9 sering terlambat ke sekolah dan kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Guru kelas menuliskan kebiasaan siswa ini ke dalam jurnal yang kemudian dapat menjadi bahan diskusi dengan orang tua ketika kunjungan rumah dilaksanakan Alternatif semacam ini sengaja ditempuh oleh penulis karena siswa kadang takut untuk terbuka kepada guru jika ditanyakan mengenai masalah yang mereka hadapi. Oleh karena itu penulis mendorong guru untuk langsung mengkomunikasikan permasalahan ini kepada orang tua siswa. Dengan demikian orang tua siswa dapat mengetahui perkembangan dan permasalahan dimiliki oleh anak sekaligus berperan aktif untuk mencarik solusi efektif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Berikut ini adalah salah satu ilustrasi dari kunjungan rumah yang dilakukan oleh penulis dan guru kelas. . 6. Kunjungan Sekolah (School Visit) Kunjungan sekolah merupakan kebalikan dari kunjunga rumah, di mana dalam kegiatan ini orang tua siswa diminta meluangkan waktu mereka untuk secara langsung memantau proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh pihak sekolah. Dengan kunjungan sekolah ini maka perserta didik akan belajar dengan lebih baik karena merasakan dukungan lingkungan sekelilingnya terutama orangtua. Berbeda dengan home



visit yang dilaksanakan secara sistematis, kunjungan sekolah dilaksanakan secara acak. Artinya bahwa orang tua siswa yang datang ke sekolah untuk mengantar anaknya secara persuasif diajak oleh pihak guru dan kepala sekolah untuk mengikuti dan memantau proses belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas. Proses ini dapat berlangsung minimal 1 jam pelajaran sehingga dengan sendirinya mereka dapat menilai kemampuan guru dalam membimbing anak termasuk melihat perkembangan anak di sekolah secara langsung. 3.2. Hasil Kegiatan 1. Focus Group Discussion Para guru menunjukkan antusiasme yang tinggi selama proses diskusi dan secara terbuka dapat mengkomunikasikan semua pendapat dan gagasan yang mereka miliki.



Bahkan selama diskusi setiap guru secara sadar mengoreksi kekurangan mereka dalam proses pembelajaran di kelas termasuk kendala rasa percaya diri dan motivasi rendah yang mereka miliki. Di luar dugaan ternyata forum diskusi kelompok ini telah mampu menjadi “media curhat” bagi para guru dan mampu melunturkan semua tembok pemisah yang selama ini ada di antara para guru dan kepala sekolah. Berdasarkan FGD yang telah dilaksanakan tersebut penulis kemudian menarik beberapa poin pokok hasil diskusi sebagai berikut:



Tabel 3.2. Hasil FGD Guru SMK PLUS CENDIKIA . Permasalah



Solusi



Pengetahuan tentang metode pengajaran sangat kurang



Pengenalan dan praktek mengenai metode-metode pengajaran



Motivasi rendah disebabkan masalah personal



Dibutuhkan pendekatan interpersonal untuk memahami permasalahan tersebut Pelatihan mengenai cara penyusunan perangkat pembelajaran yang baik dan benar



Guru tidak tahu menyusun perangkat pembelajaran yang baik dan benar Guru takut mendapatkan koreksi juga takut dianggap tidak mampu mengajar



Meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya koreksi demi kemajuan kompetensi guru



Rencana tindak lanjut Melaksanakan praktek secara langsung mengenai metodemetode pengajaran efektif Membangun komunikasi dari hati ke hati dengan guru secara personal Memberikan pelatihan mengenai pedoman penyusunan perangkat pembelajaran yang baik dan benar Memberikan pemahaman mengenai pentingnya koreksi demi kemajuan kompetensi guru



2. Mentoring Melalui proses mentoring ini penulis berhasil mengatasi hambatan komunikasi yang selama ini terjadi antara guru dan kepala sekolah. Hal ini mampu memberikan pengaruh positif bagi penyampaian pengetahuan antara kepala sekolah sebagai pendamping dan guru sebagai terdamping. Sebagai salah satu contoh, pendampingan pada Bapak Dadang Saripudin, S.Pd., guru yang mengajar mapel Ilmu Pengetahuan Sosial. Guru tersebut merupakan guru senior yang telah menginjak masa pensiun sehingga motivasi



mengajarnya sangat rendah. Selain itu metode mengajar yang digunakan merupakan metode konvensional yaitu metode diktasi atau meminta siswa untuk menyalin ulang materi tertentu dari buku paket yang diberikan. Melalui pendekatan komunikasi interpersonal dengan guru yang bersangkutan, penulis berhasil memberikan pemahaman dan motivasi untuk lebih serius lagi dalam melaksanakan tugasnya. Bahkan penulis memperkenalkan metode-metode pengajaran lain yang lebih efektif dan meminta guru tersebut untuk mengaplikasikannya di dalam kelas sehingga secara berangsur-angsur guru tersebut dapt belajar dan termotivasi kembali untuk mengajar. Perkembangan mentoring guru SMK PLUS CENDIKIA dapat dilihat pada tabel berikut ini:



Tabel 3.3. Mentoring Progress SMP ISLAM CENDIKIA Nama guru



Permasalahan



Neng Didah, S.Pd



a. Cenderung emosional dalam mengajar b. Kurang menguasai metode pengajaran



Ujang Abdul Manan, S.Pd



a. Motivasi mengajar sangat kurang b. Selalu mengajar dengan metode pengajaran konvensional



Samsudin, S.Pd



a. Motivasi mengajar sangat kurang b. Sering



Proses Mentoring a. Memberikan pengetahuan dan penjelasan tentang psikologi anak agar guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif b. Memberikan masukan tentang metode-metode pengajaran efektif



Perkembangan Guru selama Mentoring



a. Sudah mampu mengontrol emosi dan nada suara dalam menghadapi siswa baik di luar maupun di dalam kelas b. Mulai dapat menerapkan metode pengajaran baru di dalam kelas a. Memberikan a. Motivasi pendekatan mengajar telah interpersonal untuk dapat meningkat memberikan b. Mulai dorongan motivasi mempraktekkan b. Memperkenalkan dan metode mengajar mempraktekkan yang efektif metode mengajar yang efektif a. Memberikan a. Motivasi pendekatan mengajar sudah interpersonal untuk mulai meningkat memberikan b. Kebiasaan



Abdurrahman, S.Pd,I



a.



b.



Usman Abdul Karim, S.Pd



a.



b.



Sri Mulyani, S.Pd



a.



b.



memberikan tugas dorongan motivasi dan membiarkan b. Berusaha siswa belajar menumbuhkan sendiri di dalam kesadaran guru untuk kelas terlibat aktif dalam pengajaran Motivasi a. mendorong guru mengajar tinggi untuk terus belajar namum kurang dan membantu guru memahami materi memahami materi yang diajarkan yang akan diajarkan kurang suka b. memberikan dengan siswa pemahaman yang aktif mengenai psikologi bertanya anak termasuk cara menghadapi siswa yang aktif kurang mampu a. mendorong guru memberikan mempraktekkan penjelasan di cara-cara efektif depan kelas dalam berbicara dan materi yang memberikan diajarkan penjelasan di depan cenderung kelas. monoton b. Mendorong guru untuk memperkaya materi yang akan diajarkan agar siswa tidak bosan Guru tidak a. memberikan mampu pemahaman menguasai siwa mengenai psikologi yang aktif anak termasuk cara Guru tidak menghadapi siswa mampu yang aktif mengelola kelas b. guru diberikan dengan baik pemahaman mengenai cara pengelolaan kelas yang efektif



memberikan tugas dan membiarkan siswa belajar sendiri sudah mulai berkurang a. telah mampu menguasai materi karena motivasi belajar menjadi tinggi b. mampu memberikan pendekatan yang baik bagi siswa yang aktif a. Guru memiliki motivasi yang tinggi untuk mengaplikasikan cara-cara yang diajarkan b. Guru menjadi rajin mecari tahu materi yang menarik bagi siswa a.



secara bertahap mampu menghadapi siswa yang aktif b. pengelolaan kelas menjadi lebih baik dari sebelumnya



3. Supervisi Akademik Berdasarkan pelaksanaan supervisi akademik penulis dapat menyajikan analisis hasil supervisi akademin dalam bentuk tabel dibawah ini:



Tabel 3.4. Hasil Supervisi Akademik No



Nama



Perangkat pembelajar an



Proses pembelajaran



Penilaian pembelajaran



Skor ratarata



1.



Haris Siswandar, S.Pd



79,16



69,55



74



74,24



2.



Nahyudin, S.Kom



72,91



65,45



68



68,79



3.



Yulianti, S.Pd.I



72,91



68,18



72



71,03



4.



Narti Nurhayati, S.Pd



79,17



65,45



72



72,21



5.



Dadang Saripudin, S.Pd.I



72,91



65,45



72



70,12



6.



Aries B Setiawan, S.Pd



77,08



69,09



74



73,39



Catatan hasil temuan Agenda harian dan pedoman guru tidak ada Penguasaan materi dan keterlibatan siswa kurang Agenda harian dan pedoman guru tidak ada Siswa tidak difokuskan untuk menerima pelajaran Agenda harian dan pedoman guru tidak ada Agenda harian,prota dan pedoman guru tidak ada



Tabel 3.5. Penilaian Komponen Pembelajaran N O



Komponen Analisis



Kelebihan



Kelemahan



Alternatif Pemecahan Masalah



Agenda harian kelas dan pedoman guru tidak ada semua, prota masi ada yang belum buat Pada kegiatan inti



Pembuatan agenda harian dan prota dibuat semua guru, pedoman guru diadakan oleh sekolah Bimbingan oleh Kepala



1.



Perangkat Pembelajaran



100% mendapat nilai baik untuk semua item sudah dilaksanakan



2.



Proses



50% nilai baik



3.



Pembelajaran



50% nilai cukup untuk semua item sudah dilaksanakan



Penilaian Pembelajaran



100 % mendapat nilai baik untuk semua item sudah dilaksanakan



guru kurang memanfaatkan media pembelajaran dan kurang maksimal menggunakan alat peraga



Sekolah agar memanfaatkan alat peraga yang sudah ada. KKG membahas teknis penggunaan alat peraga. Pembinaan cara penyusunan soal dan pengolahan nilai



4. Kunjungan Rumah Kunjugan Rumah memberikan hasil positif yaitu: a. Terjalin komunikasi dan silaturrahmi yang baik antara guru dan orang tua siswa b. Orang tua siswa berperan aktif dalam mengawasi proses belajar anak di rumah c. Tercipta rasa saling percaya (trust) antara orang tua siswa dan guru d. Orang tua dapat menjadi pendukung yang efektif dalam membantu guru meningkatkan prestasi peserta didik 5. Kunjungan Sekolah a. Orang tua siswa menjadi lebih dapat memahami dan menghargai tugas sekolah dan guru dalam mendidik anak b. Orang tua dapat secara langsung memantau proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh sekolah c. Orang tua siswa dapat secara langsung memberikan masukan bagi peningkatan pendidikan anak d. Menciptakan hubunga harmonis antara guru dan orang tua siswa di dalam maupun di luar sekolah BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI 4.1. Simpulan



Melalui kegiatan Focus Group Discussion pra guru menunjukkan antusiasme yang tinggi selama proses diskusi dan secara terbuka dapat mengkomunikasikan semua pendapat dan gagasan yang mereka miliki. Bahkan selama diskusi setiap guru secara sadar mengoreksi kekurangan mereka dalam proses pembelajaran di kelas termasuk kendala rasa percaya diri dan motivasi rendah yang mereka miliki. Melalui kegiatan mentoring ini penulis berhasil mengatasi hambatan komunikasi yang selama ini terjadi antara guru dan kepala sekolah. Hal ini mampu memberikan pengaruh positif bagi penyampaian pengetahuan antara kepala sekolah sebagai pendamping dan guru sebagai terdamping. Melalui supervisi akademik guru mampu meningkatkan kompetensi mereka dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kegiatan kunjungan rumah memberikan hasil positif berupa terjalin komunikasi dan silaturrahmi yang baik antara guru dan orang tua siswa, orang tua siswa berperan aktif dalam mengawasi proses belajar anak di rumah, tercipta rasa saling percaya (trust) antara orang tua siswa dan guru, dan orang tua dapat menjadi pendukung yang efektif dalam membantu guru meningkatkan prestasi peserta didik. Kegiatan Kunjungan Sekolah meningkattkan pemahaman dan penghargaan orang tua siswa terhadap tugas sekolah dan guru dalam mendidik anak, orang tua dapat secara langsung memantau proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh sekolah, orang tua siswa dapat secara langsung memberikan masukan bagi peningkatan pendidikan anak, dan sekolah dapat menciptakan hubunga harmonis antara guru dan orang tua siswa di dalam maupun di luar sekolah 4.2. Refleksi Meskipun upaya pendekatan yang dilakukan oleh penulis dapat memberikan peningkatan dan perbaikan masalah internal dan eksternal yang ada di SMK PLUS CENDIKIA namun upaya peningakatan kualitas pendidikan tidak hanya berhenti sampai di situ. Penulis masih harus banyak belajar dan berusaha mencari pendekatan-pendekatan baru yang mungkin dapat lebih efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Selain itu penulis juga masih perlu untuk mendalami tugas dan fungsi manajerial kepala sekolah khususnya pelatihan-pelatihan kompetensi kepala sekolah yang pada gilirannya dapat menjadi faktor pendukung dalam menjalankan sekolah yang maju dan inovatif. 4.3. Rekomendasi



Melalui laporan ini penulis memberikan beberapa rekomendasi terkait dengan pendekatan kemitraan yang penulis lakukan di SMK PLUS CENDIKIA sebagai berikut: a. Dalam melaksanakan pendekatan kemitraan diperlukan peran aktif semua stakeholder untuk bersama-sama menjalin kerja sama dalam rangka peningkatan kapabilitas sekolah bagi kualitas pendidikan yang maju dan berkelanjutan b. Kepala sekolah memilki peran yang strategis sebagai morot penggerak sehingga dalam pendekatan kemitraan kepala sekolah diharapkan dapat memberikan dedikasi yang banyak dalam membangun jembatan komunikasi dan interaksi dengan masyarakat khususnya orang tua siswa c. Pendekatan kemitraan ini hanya salah satu pendekatan di antara banyak pendekatan-pendekatan yang dapat dipilih oleh kepala sekolah. Oleh karena itu dalam memilih pendekatan yang sesuai untuk menyelesaikan masalah yang dihadapai sekolah kepala sekolah diharapkan dapat mampu untuk mengidentifikasi sumber masalah guna menemukan pendekatan yang efektif dan berkelanjutan.



DAFTAR PUSTAKA Ambar Teguh Sulistiyani. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gaya Media. Yogyakarta. 2004. hal. 129.



Anderson, Gary L. 1998. Deconstructing Participatory Reforms In Education. American Educational Research journal, winter 1998, Vol. 35 No. 4 (hal. 571-603). Comer, James P. & Norris Haynes. 1997. The Home School Team. (Online). (http://www.edutopia.org/home-school-team). Frey, JH & Fontana, A. 1993. The Group Interview in Social Research. in Ed. DL Morgan: Succesfull Focus Group Irwanto, 2007. Focus Group Discussion: Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Knodel, J. 1993. The Design and Analysis of Focus Group Studies. in Ed. DL Morgan: Successfull Focus Group. Minter, David & Reid, Michael. 2007. Lightning Innovation Strategy. Jakarta: Serambi. Prastowo, Andi. 2008. Menguasai Teknik-teknik Data Penelitian Kualitatif. Jogya: DIVA Press. Utari, Rahmania. 2010. Tantangan kemitraan orang tua, sekolah, dan masyarakat. Jurnal manajemen pendidikan. No. 2 Vol. VI.



LAMPIRAN-LAMPIRAN