Biografi KH Abdul Hamid Pasuruan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BIOGRAFI KH ABDUL HAMID PASURUAN Nama



: Abdul Mu’thi (Abdul Hamid)



Lahir



: 22 November 1914, di Desa Sumber Girang,



Lasem,



Rembang,



Jawa



Tengah. Wafat



: 25 Desember 1985.



Pendidikan :



Pesantren Pesantren



Talangsari, Kasingan,



Jember; Rembang,



Jateng; Pesantren Termas, Pacitan, Jatim. Pengabdian :



pengasuh



Pesantren



Salafiyah,



Pasuruan



Kyai Hamid adalah anak ketiga dari tujuh belas bersaudara. Lima di antaranya saudara seibu. Hamid dibesarkan di tengah keluarga santri. Ayahnya, Kyai umar, adaiah seorang ulama di Lasem. Ibunya adalah anak Kyai Shiddiq, juga ulama di Lasem Keluarga Hamid memang memiliki keterikatan yang sangat kuat dengan dunia pesantren. Hamid sejak kecil dipersiapkan untuk menjadi kyai. mula-mula belajar membaca al-Quran dari ayahnya. Pada umur sembilan tahun, ayahnya mulai mengajarinya ilmu fiqh dasar. Tiga tahun kemudian, lalu mondok di tempat KH. Shiddiq, di Talangsari, Jember, Jawa Timur. Konon, Kyai Hamid sangat disayang, baik oleh ayah maupun kakeknya. Kiai Hamid mulai mengaji fiqh dari ayahnya dan para ulama di Lasem. Pada usia 12 tahun, ia mulai berkelana. Mula-mula ia belajar di pesantren kakeknya, KH. Shiddiq, di Talangsari, Jember. Tiga tahun kemudian ia diajak kakeknya untuk pergi haji yang pertama kali bersama keluarga, paman-paman serta bibi-bibinya. Tak lama kemudian dia pindah ke pesantren di Kasingan, Rembang. Di desa itu dan desa-desa sekitarnya, ia belajar fiqh, hadits, tafsir dan lain lain. Pada usia 18 tahun, ia pindah lagi ke Termas, Pacitan, Jawa Timur. Hamid menikah pada usia 22 tahun dengan sepupunya sendiri, Nyai H. Nafisah, putri KH Ahmad Qusyairi. Pasangan ini dikarunia enam anak, satu di antaranya putri. Hamid menjalani masa-masa awal kehidupan berkeluarganya tidak dengan mudah. Selama beberapa tahun ia harus hidup bersama mertuanya di rumah yang jauh dari mewah. Untuk menghidupi keluarganya, tiap hari ia mengayuh sepeda sejauh 30 km pulang pergi, sebagai blantik (broker) sepeda. Sebab, kata ldris, pasar sepeda waktu itu ada di Desa Porong, Pasuruan, 30 km ke arah barat Pasuruan.



BIOGRAFI KH. ABDUL HAMID PASURUAN KELAHIRAN KH. Abdul Mu’thi atau yang biasa dipanggil dengan sapaan KH. Abdul Hamid Pasuruan lahir pada 22 November 1914 M di dukuh Sumurkepel, desa Sumbergirang, di tengah kota kecamatan Lasem, Rembang, Jawa Tengah. WAFAT Bagaimanapun beliau manusia biasa (Rasulullah pun manusia biasa), yang harus merasakan kematian. Pada Sabtu 9 Rabiul Awal 1403 H, bertepatan dengan 25 Desember 1982 M, menjadi awal berkabung panjang bagi msyarakat muslim Pasuruan, dan muslim di tempat lain.



KELUARGA KH. Hamid menikah dengan Nyai Nafisah pada 12 September 1940 M, bertepatan dengan 9 Sya’ban 1359 H, selepas duhur pukul 1.00 di Masjid Jami’ (sekarang Masjid Agung AlAnwar) Pasuruan. PENDIDIKAN Pada usia sekitar 12-13 tahun, Hamid dikirim ayahandanya ke Pondok Kasingan, Rembang. Maksud ayahandanya, untuk meredam kenakalannya. Di pondok tersebut Hamid hanya mengeyam pendidikanya satu setengah tahun, kemudian beliau pindah ke Pondok Tremas, Pacitan, Pondok yang di asuh oleh KH. Dimyathi. MENJADI PENGASUH PONDOK Sekitar 1951, sepeninggal KH. Abdullah ibn Yasin yang jadi nazhir (pengasuh) Pondok Salafiyah, beliau dipercaya sebagai guru besar pondok, sementara KH. Aqib Yasin, adik Kiai Abdullah, menjadi nazhir. Berkat perkembangan pondok pesantren yang di asuh oleh beliau, akhirnya dipanggil “haji” lalu diakui sebagai “kiai”, pengakuan masyarakat semakin membesar dan membesar. Tamunya semakin lama semakin banyak