Bismillah Proposal Ayu Semangat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS SIKAP DAN PERILAKU KONSUMEN TERHADAP ROTI O DI KOTA BENGKULU



PROPOSAL PENELITIAN



Oleh : Ayu Lorenza NPM. E1D014087



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2018



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor



pertanian



memegang



peranan



penting



dari



keseluruhan



perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja dalam sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari sektor pertanian. Pada triwulan II 2017 berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian terus memberi kontribusi positif untuk perekonomian Indonesia yaitu sebesar 468,6 triliun. Menurut BPS, terlihat bahwa besaran produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp 3.366,8 triliun. Jika dilihat dari sisi produksi, pertanian merupakan sektor kedua paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, setelah industri pengolahan. Posisi sektor pertanian masih di atas sektor lainnya, seperti perdagangan maupun konstruksi. Pengembangan sektor pertanian merupakan salah satu strategi serta kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Agroindustri sebagai subsistem agribisnis mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, karena memiliki peluang pasar dan nilai tambah yang besar. Dimana agribsisnis terdiri dari lima subsitem yaitu subsistem input, subsistem budidaya, subsistem agroindustri, subsistem agroniaga dan subsistem penunjang (Saragih (2000). Subsistem agroindustri merupakan subsistem yang melakukan pengolahan pada komoditi pertanian sehingga mengalami perubahan bentuk yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dan menghasilkan nilai tambah yang menguntungkan bagi industri. Salah satu komoditi pertanian yang diolah dan memiliki nilai tambah adalah gandum. Gandum atau terigu sudah menjadi bahan pangan utama di Indonesia. Pada saat ini sebagian besar penduduk Indonesia telah mengkonsumsi roti dan mie berbahan baku tepung terigu sebagai bahan pangan pokok kedua setelah beras. Pola konsumsi pangan terigu menyebar ke seluruh wilayah, baik di



perkotaan maupun pedesaan, sehingga dapat dikatakan diversifikasi pangan berbasis gandum secara nasional sudah terjadi. Dalam kehidupan modern, pangan berbahan gandum mendominasi pasar swalayan, karena mudah diawetkan dalam bentuk roti, cake, biskuit, cookies, mie instan, dan lainnya. Disamping itu gandum sebagai bahan dasar tepung terigu, merupakan sumber karbohidrat yang paling banyak digunakan untuk pengolahan berbagai bahan makanan. Meskipun gandum bukan merupakan bahan pangan pokok namun kegunaannya yang cukup banyak, salah satunya dapat dibuat sebagai bahan utama pembuatan roti dan dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat menjadikan gandum sebagai bahan baku pangan yang digemari untuk dikonsumsi. Roti menjadi makanan siap saji yang banyak dipilih masyarakat sebagai alternatif sumber kalori pengganti nasi dan camilan pengganjal perut. Selain praktis roti relatif tahan lama, kaya karbohidrat dan harganya cukup terjangkau semua kalangan masyarakat. Roti memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan produk pangan lainnya, selain awet, roti juga lebih mudah dalam penyajiannya, serta kandungan gizinya yang cukup tinggi dari jenis rotinya dalam hal ini bahan baku dengan proses pengolahan yang dilakukan. Konsumen roti mencakup hampir semua kalangan. Berbagai merek roti di sekitar Kota Bengkulu membuat para produsen untuk meningkatkan kualitas dari setiap produknya agar dapat menarik perhatian para konsumen. Salah satu olahan roti di Kota Bengkulu adalah Roti O. Roti O merupakan roti yang berkembang 2 tahun belakangan di Kota Bengkulu. Roti O memasuki Kota Bengkulu pada tahun 2016 awal. Outlet yang berada di pusat perbelanjaan membuat Roti O mudah untuk dijangkau para konsumen. Melalui survei awal pada bulan April 2018 di Kota Bengkulu outlet Roti O mampu menjual sebanyak 200-300 buah roti perhari. Hal ini menggambarkan bahwa Roti O mampu bersaing dengan roti sejenis lainnya yaitu Roti Boy, yang telah lebih awal masuk di kota Bengkulu. Minat konsumen terhadap Roti O sudah cukup tinggi hal ini dilihat dari jumlah penjualan outlet Roti O rata-rata 200-300 buah



roti perhari, padahal harga yang ditawarkan berkisar Rp 10.000-Rp 11.000 perbuah. Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk dan merek setiap periode tertentu. Konsumen melakukan keputusan setiap hari atau setiap periode tanpa menyadari bahwa mereka telah mengambil keputusan (Sumarwan, 2003). Keputusan konsumen dalam memilih suatu produk sangat dipengaruhi faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri pribadi konsumen dan faktor ekternal merupakan fakor dari luar konsumen seperti faktor dari lingkungan (keluarga, teman dan lain-lain). Penentuan sikap dan perilaku konsumen dalam memutuskan pembelian produk ditentukan oleh beberapa atribut. Menurut Tjiptono (2002) dalam pengambilan keputusan pembelian atribut produk merupakan unsur-unsur yang penting dalam pandangan konsumen. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis sikap dan perilaku konsumen terhadap Roti O di Kota Bengkulu.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah sikap dan perilaku konsumen terhadap produk Roti O di Kota Bengkulu?



1.3 Tujuan Penlitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji sikap dan perilaku konsumen terhadap Roti O di Kota Bengkulu.



1.4 Manfaat Penlitian Hasil dari penelitiian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat antara lain : 1.



Bagi penulis, diharapkan dapat memberi dan menambah wawasan serta mengaplikasikan teori yang didapat saat dibangku kuliah dan, salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pertanian Universitas Bengkulu.



2.



Bagi



produsen



sebagai



bahan



pertimbangan



atau



evaluasi



untuk



mengembangkan usaha. 3.



Sebagai informasi kepada pihak-pihak lain yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Roti 2.1.1



Sejarah Roti Sejarah pembuatan roti bermula pada zaman Mesir Purba lebih dari 5.000



tahun yang lalu. Bermula dari zaman Mesir Purba ini maka di Eropa evolusi pembuatan roti bermula dari era zaman Besi, Roman, Viking, lalu revolusi industri hingga sampai saat ini. Setiap era revolusi membawa pembaharuan dari segi kualitas bahan baku yaitu gandum, proses mengisar, membakar, membentuk serta tekstur roti yang dihasilkan. Di zaman Mesir, penghasilan roti merupakan salah satu bagian penting dalam penyediaan makanan bersamaan dengan penghasilan bir, keduanya juga mempunyai kepentingan teknologi yaitu dapat dipercaya bahwa orang-orang Mesir menciptakan oven tertutup pertama bagi pembakaran roti (Radzi, 2007 dalam Iswanti, 2013). Hal ini dapat diketahui bahwa roti merupakan salah satu jenis makanan yang telah dikonsumsi sejak zaman dahulu kala, bahkan sebelum dimulainya budaya bercocok tanam. Dengan mengumpulkan berbagai macam sumber daya dari alam sekitar, manusia mulai mengolah bahan-bahan tersebut agar dapat digunakan



sebagai



bahan



pemenuhan



utama,



yaitu



makanan.



Dengan



mengandalkan bahan baku dari alam seperti gandum masyarakat membuat berbagai jenis makanan guna untuk memenuhi kebutuhan makan. Roti yang pada awalnya dianggap sebagai makanan para tuan dan nona Belanda pada zaman penjajahan (Radzi, 2007 dalam Iswanti, 2013). Pada saat sekarang roti tidak hanya dikonsumsi oleh para bangsawan atau orang-orang penting tetapi roti dapat dikonsumsi berbagai kalangan yang mana roti sudah menjadi makanan kedua selain nasi. Selain mudah didapatkan roti saat sekarang tersedia dengan berbagai macam bentuk,rasa dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat terkhusus di Indonesia. Permintaan terhadap konsumsi roti di Indonesia dipengaruhi oleh masyarakat kita yang dewasa ini hidup di era modern yang terpengaruh oleh gaya hidup yang lebih praktis dan juga efisien. Roti menjadi makanan siap saji yang



banyak dipilih masyarakat sebagai alternatif sumber kalori pengganti nasi dan camilan pengganjal perut. 2.1.2



Pengertian Roti Roti adalah produk makanan hasil fermentasi tepung dengan ragi atau



bahan pengembang lainnya, kemudian dipanggang. Roti merupakan salah satu produk



bioteknlogi



konvensional



karena



didalam



proses



pembuatannya



berlangsung proses fermentasi yang melibatkan mikroorganisme (Mudjajanto dan Yulianti, 2007). Roti merupakan produk makanan yang terbuat dari bahan baku utama yaitu tepung terigu, serta ditambahkan dengan beberapa bahan tambahan atau bahan pendukung seperti garam, gula, susu, lemak dan bahan-bahan penaambah rasa seperti coklat dan kismis. Selian itu roti ditambahkan dengan ragi sebagai bahan pengembang lalu di panggang. 2.1.3 Jenis-Jenis Roti Roti dapat dibedakan atas roti putih dan roti gandum. Roti putih dibuat dari tepung terigu, sedangkan roti cokelat dibuat dari tepung gandum utuh. Proses pengolahan gandum menjadi terigu akan membuang bagian dedak yang kaya mineral dan serat pangan Namun saat ini, roti dari tepung gandum utuh dihargai lebih mahal karena kandungan gizi lebih banyak (Kusmiati, 2005). Menurut Kusumastuti (2006) Roti juga mempunyai beberapa variasi yang terbagi menjadi lima jenis roti, yaitu: 1. Bakery merupakan jenis roti manis yang berbahan dasar tepung terigu, mentega, telur, susu, air, dan ragi yang dalamnya dapat diisi keju, coklat, atau yang lainnya. 2. Cake merupakan jenis roti yang memiliki rasa manis dengan tambahan rasa sense rum, jeruk atau coklat dengan bahan dasar tepung terigu, mentega, dan telur tanpa menggunakan isi. 3. Pastry merupakan jenis roti kering yang bisa berupa sus dan croissant. 4. Donut merupakan jenis roti tawar atau manis yang digoreng dan berlubang di tengahnya



5. Roti tawar merupakan jenis roti yang berbahan dasar tepung terigu,susu, telur, mentega, ragi, dan air tanpa menggunakan isi. 2.2 Roti O Berbagai macam variasi roti yang ada pada saat sekarang. Para perusahaan berlomba-lomba menciptakan produk yang khas, menarik dan mudah untuk diingat oleh para konsumen, salah satu nya yaitu Roti O. Roti O merupakan roti yang berasal dari negara tetangga yaitu Malaysia. Dimana Roti O merupakan pecahan dari Roti Boy. Saat masuk ke Indonesia, roti yang juga dikenal sebagai Mexican Coffe Bun ini masih bernama Roti Boy. Aslinya produk makanan di berasal dari Malaysia yang berdiri tahun 1998 di Bukit Mertajam, Penang. Pendiri Roti Boy bernama Hiro Tan yang dulunya merupakan seorang dosen bidang ekonomi. Pada tahun 2004, Roti Boy masuk ke Indonesia setelah pengusaha Indonesia di PT Sebastian Citra Indonesia membeli hak waralabanya. Sayangnya kemudian kemudia kedua perusahaan pecah kongsi. Sebagai hasilnya, lahirlah Roti O. Roti O telah mendapatkan konsumen sendiri diberbagai kota-kota besar seperti Jakarta, Bali, Banten dan kota lainnya. Begitupun di kota Bengkulu, Roti O telah memiliki konsumen sendiri yang mampu bersaing dengan roti yang terlebih dahulu masuk di kota Bengkulu. Roti O dapat menjual 200-300 buah perhari roti di outlet nya di pusat perbelanjaan Mega Mall Bengkulu. Hal ini dapat diketahui bahwa Roti O cukup diminati oleh masyarakat kota Bengkulu. Dikota Bengkulu outlet Roti O terletak di pusat perbelanjaan di Jl. K.H. Abidin II Pasar Minggu Bengkulu (Mega Mall). Hal ini membuat para konsumen dengan mudah untuk menjangkau outlet Roti O. 2.3 Atribut (Salient Belief) Atribut adalah karakteristik dari objek sikap (Ao). Salient belief adalah kepercayaan konsumen bahwa produk memiliki berbagai atribut. Setiap objek atau produk memiliki atribut yang berbeda-beda sesuai dengan objek yang mana akan dipertimbangkan oleh konsumen ketika mengevaluasi suatu obejek sikap. Kepercayaan adalah kekuatan kepercayaan bahwa suatu produk memiliki



atribut tertentu. Konsumen akan mengungkapkan kepercayaan terhadap berbagai atribut yang dimiliki suatu merek dan produk yang dievaluasinya. Evaluasi Atribut adalah evaluasi baik atau buruknya suatu atribut, yaitu menggambarkan pentingnya suatu atribut bagi konsumen. Konsumen akan mengidentifikasikan atribut-atribut atau karakteristik yang dimiliki oleh objek yang akan dievaluasi. Konsumen menganggap atribut produk memiliki tingkat kepentingan yang berbeda, kemudian konsumen akan mengevaluasi kepentingan atribut tersebut (Sumarwan, 2002). Pada penelitian yang dilakukan Rosalia dan Rahardjo (2016) dengan judul pengaruh atribut produk rotiboy terhadap kepuasan konsumen di mall ciputra Semarang bahwa faktor yang dominan untuk menyediakan layanan pelanggan adalah kepuasan konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen dalam penelitian ini antara lain; keterjangkauan, kualitas produk, desain produk dan keandalan produk. Sebagaimana dinyatakan oleh Dutka (2010) yang mengatakan bahwa atribut produk kepuasan pelanggan secara umum yaitu: 1) relatons nilai harga, 2) kualitas produk, 3) manfaat produk, 4) fitur produk, 5) produk berkenan, 6) keandalan produk dan konsistensi, dan 7) rentang produk atau layanan. Sinyal Dutka diambil dari 4 faktor atribut produk yang dianggap berpengaruh pada kepuasan konsumen Rotiboy, karena alasan terkait avaibilitas data dan visibilitas objek, yaitu; keterjangkauan, kualitas produk, desain produk dan keandalan produk. Atribut yang paling dominan dari rotiboy yaitu kualitas produk. 2.4 Sikap 2.4.1



Pengertian Sikap Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek



apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek tersebut. Sikap konsumen merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat berkaitan dengan kepercayaan konsumen dan bagaimana perilaku konsumen terhadap suatu objek (Sumarwan, 2002).



Sikap merupakan perasaan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek tertentu atau tanggapan seseorang atas objek tertentu. Sikap konsumen merupakan tanggapan perasaan konsumen dapat berupa perasaan suka maupun tidak suka terhadap objek tertentu. Sikap mempengaruhi pengalaman seorang individu dan bersumber dari dorongan dalam hati, kebiasaan-kebiasaan yang dikehendaki dan pengaruh lingkungan disekitar individu itu, dengan kata lain sikap dihasilkan dari keinginan-keinginan pribadi dan sejumlah stimulus. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Suatu sikap bisa dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan). Pada penelitian yang dilakukan Frisdinawati dan Priyono (2012) bahwa Nilai sikap konsumen pada tiap atribut yang beragam menggambarkan adanya perbedaan keyakinan konsumen terhadap beberapa atribut (bi) dengan kondisi kenyataan di lapangan (ei). Nilai total sikap konsumen terhadap produk donat paket Surya bakery di Kota Bengkulu (AB) = 10.289 > 0, hal ini menunjukkan bahwa, konsumen donat paket Surya bakery memiliki sikap yang positif terhadap atribut-atribut yang ditawarkan perusahaan Surya bakery. Penelitian ini menggunakan Metode Fishbein, dan perilaku konsumen dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sikap total konsumen (AB) dan norma subjektif (SN), hasil yang diperoleh untuk perilaku konsumen terhadap paket donat Surya Bakery bernilai positif dengan nilai sebesar (7,5914), dan pada norma subjektif yang berpengaruh pembelian paket donat Surya Bakery adalah dari atribut anggota keluarga dan nilai sebesar (1,9161), artinya konsumen donat paket Surya Bakery merasa yakin dalam pembelian donat surya bakery termotivasi atau dipengaruhi anggota keluarganya. 2.4.2 Komponen Sikap Menurut Sumarwan (2002) komponen sikap terdiri atas tiga komponen, yaitu:



1. Komponen Kognitif (Pengetahuan) Komponen Kognitif merupakan pengetahuan dan kepercayaan konsumen terhadap suatu objek yang diperoleh melalui pengalaman dan informasi dari berbagai sumber. Kepercayaan konsumen yaitu terhadap atribut yang dimiliki objek biasanya dievaluasi secara alami,semakin tinggi sikap positif konsumen terhadap merek produk maka semakin semakin tinggi nilai kepercayan konsumen terhadap keseluruhan atribut produk tersebut. Pada penelitian Fadilah, dkk (2015) mengungkapkan bahwa kepercayaan merupakan kekuatan kepercayaan bahwa suatu produk memiliki atribut tertentu (bi). Konsumen akan mengungkapkan kepercayaan terhadap berbagai atribut yang dimiliki donat. Semakin tinggi kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimiliki donat maka semakin menjadi pertimbangan utama konsumen memilih donat tersebut. 2. Komponen Afektif (Emosi, Perasaan) Komponen Afektif yaitu menunjukan penilaian langsung dan umum terhadap suatu produk, apakah produk tersebut disukai atau tidak disukai. Apakah produk itu baik atau buruk. Komponen ini merupakan Merupakan emosi atau perasaan konsumen mengenai produk atau merek tertentu. Konsumen akan mengungkapkan bagaimana perasaannya terhadap suatu produk apakah menyukai (positif) atau tidak (negatif). 3. Komponen Konatif (Tindakan) Komponen Konatif menunjukan tindakan seseorang atau kecendrungan perilaku terhadap suatu objek. Konatif berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan oleh seorang konsumen. jika sikap konsumen positif maka perilaku konsumen terhadap produk tersebut positif yaitu dengan membeli produk tersebut. Pada penelitian yang dilakukan Frisdinawati dan Priyono (2012), salah satu responden yang bernama Nadya Ayudiah Putri mengatakan bahwa, jika atribut-atribut sesuai dengan harapan konsumen, maka akan menyebabkan konsumen loyal terhadap produk donat paket tersebut dan akan melakukan pembelian berulang. Karena konsumen merasa apa yang diinginkan dari keseluruhan



atribut produk sudah terpenuhi. Dengan hal ini bahwa atribut yang sesuai dengan harapan konsumen akan mempengaruhi komponen konatif (tindakan) para konsumen.



2.4.3 Tingkatan Sikap Konsumen Menurut Priansa (2017), sikap konsumen sesungguhnya berjenjang. Sikap tersebut terdiri dari : 1. Menerima Menerima dapa diartikan bahwa konsumen mau dan mempertahankan stimulus yang diberikan oleh perusahaan. Hal ini bearti konsumen telah memiliki sifat positip terhadap produk tersebut. 2. Merespon Konsumen akan memberi jawaban atas evaluasi yang telah dilakukannya, memperhatikan berbagai produk perusahaan, dan mengkonsumsi produk merupaka indikasi dari sikap dimana konsumen menrima keberadaan perusahaan. 3. Menghargai Konsumen cenderung akan mengajak orang lain ketika telah menyukai suatu produk tersebut dan ikut mendiskusikannya. Konsumen juga meminta pendapat orang lain bagaimana dari produk yang telah konsumsi terdahulu dan memberi penghargaan atas pendapat tersebut. 4. Bertanggung jawab Bertanggung jawab atas sikap yang telah diambilnya dalam mengkonsumsi produk perusahaan. Konsumen akan memberi alasan mengapa menyukai dan mengkonsumsi produk tersebut dan memberi alasan mengapa lebih menyukai produk A dibanding produk lain. 5. Pencerita positif Konsumen sebagai pencerita yang positif adalah bahwa ia akan menjadi seorang pemasar produk perusahaan namun tidak dibayar oleh perusahaan. Hal ini karena konsumen merasa puas dan percaya terhadap produk perusahaan. Pada penelitian yang dilakukan



Rahmawati (2014) dengan judul perilaku konsumen berdasarkan multi atribut produk jajanan khas Magetan “Roti Bolu” Pada penelitian Rahmadayanti (2013) menunjukkan bahwa para konsumen pancake durian menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab atas produk pancake durian yang telah dikonsumsi dan sebagai inovasi pengembangan agroindustri durian/ produk turunan dari buah durian. Sikap konsumen kearah proporsi positif dapat tergambar dari pengetahuan konsumen yang baik tentang profil produk pancake durian, baiknya pelayanan produsen terhadap konsumen, interaksi antara produsen dan konsumen terjalin dengan baik dan sebagainya. Selain itu konsumen pancake durian juga berperan sebagai pencerita positif dimana informasi dari teman merupakan faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam membeli roti bolu. Konsumen bersedia menginformasikan roti bolu kepada saudara, keluarga atau tema, karena kualitas yang cukup bagus. Hal ini menggambarkan bahwa konsumen Roti Bolu bertanggung jawab atas kepercayaannya terhadap produk tersebut dengan menjadi pencerita positif tanpa di bayar oleh perusahaan Roti Bolu.



2.4.4



Karakteristik Sikap Menurut Sumarwan (2002), karakteristik sikap konsumen terdiri dari



delapan karakteristik yaitu sebagai berikut: 1. Sikap memiliki objek Berdasarkan konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan objek. Objek tersebut terkait dengan berbagai konsep konsumsi produk, harga, kemasan, aroma, iklan dan sebagainya. Pada penelitian Muliasari (2015) bahwa pilihan konsumen terhadap produk roti tertentu atas dasar kualitas yang diberikan produsen seperti mengidentifikasi nilai, keamanan pangan, gizi dan kemasan. Komponen nilai terdiri dari komposisi bahan, ukuran, penampilan, rasa dan kenyamanan.



2. Konsistensi sikap Sikap merupakan gambaran perasaan dari seorang konsumen dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilaku. Perilaku seorang konsumen merupakan gambaran dari sikapnya. Sikap seseorang terhadap suatu produk tidak selamanya positif, sikap dapat berubah seperti sikap yang positif, negati ataupun netal. Sikap positif, negatif dan netral 3. Intensitas sikap Sikap seorang konsumen terhadap suatu merek produk akan bervariasi tingkatannya, ada yang sangat menyukainya ataupun ada yang begitu sangat tidak menyukainya. Ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya. Pada penelitian Fadilah dan Aris (2015) konsumen memiliki sikap yang positif terhadap donat berbahan 100% tepung terigu dari pada donat yang berbahan tepung mocaf. Hal ini menggambarkan bahwa sikap konsumen donat berbahan tepung mocaf lebih rendah (negatif) dari pada donat berbahan tepung terigu. Hal ini dapat dilihat pada skor total sikap masing-masing dengan menggunakan analisis sikap multiatribut Fishbein dimana skor total sikap masing-masing donat yaitu donat berbahan 100% tepung terigu memiliki skor (88.88) sedangkan donat berbahan 30% tepung mocaf (86,91) sementara donat bersubtitusi 50% teung mocaf (84,84). 4. Resistensi sikap Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang konsumen dapat berubah. Hal ini sangat penting umtuk perusahaan memahami bagaimana resistensi konsumen agar dapat menerapkan strategi pemasaran yang tepat. Sikap konsumen dapat saja berubah dengan begitu saja dan dapat berubah dikarenakan faktor-faktor seperti mengikuti trend, usia, ataupun pemasaran yang dilakukan perusahaan lain yang lebih bisa menarik minat konsumen, dengan itu perusahaan harus membuat strategi pemasaran yang tidak monoton dan diperbarui agar konusmen tidak merasa bosan.



5. Persistensi sikap Persistensi adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu. Seorang konsumen tidak menyukai makan di suatu tempat (sikap negatif), namun dengan berlalunya waktu setelah beberapa bulan kemungkinan berubah dan menyukai makan di tempat tersebut. 6. Keyakinan sikap Keyakinan sikap adalah kepercayaan konsumen mengenai kebenaran yang dimilikinya. keyakinan sikap terhadap suatu objek bisa saja berbeda-beda. Hal tersebut tergantung bagaimana seorang konsumen menilai suatu objek yang dilihat nya, apakah menyukai objek tersebut atau tidak menyukai objek tersebut. 7. Sikap dan situasi Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali muncul dalam konteks situasi, yaitu situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek.



2.5



Perilaku konsumen



2.5.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan evaluasi. Studi perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia seperti waktu, uang, usaha dan energi. Secara sederhana, studi perilaku konsumen meliputi hal-hal sebagai berikut. Apa yang dibeli konsumen?, mengapa konsumen membelinya?, Kapan mereka membelinya?, Dimana



mereka



membelinya?, Berapa sering mereka membeilnya? dan berapa sering mereka membelinya? (Sumarwan, 2002). Beberapa definisi perilaku konsumen hampir semuanya mengarah pada bagaimana memahami tindakan-tindakan yang dilakukan konsumen dalam



hubungan terhadap produk. Menurut Fahmi (2016) perilaku konsumen merupakan studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang meilbatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide. Menurut Priansa (2017), perilaku konsumen adalah perilaku yang ditampilkan oleh konsumen saat mereka mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Perilaku tersebut dapat ditampilkan oleh konsumen akhir (konsumen ruma tangga maupun konsumen bisnis (konsumen perantara). Berdasarkan uraian diatas maka perilaku konsumen merupakan suatu tindakan konsumen dalam menggunakan dan memutuskan suatu barang guna untuk memuaskan dan memenuhi kebutuhan pribadi konsumen. Pada penelitian Rauf (2017) bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan yang dilakukan seseorang yang dipengaruhi oleh nilai total sikap dan nilai total konsumen. Perilaku terbentuk akibat akibat adanya gabungan antara sikap yang merupakakn faktor internal individu dan norma subjektif yang merupakan faktor eksternal individu. Dari hasil penelitian tersebut bahwa perilaku konsumen terhadap pembelian dan mengkonsumsi sate ita beten merupakan perilaku yang positif yang bernilai 4,04. 2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Perilaku konsumen dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Menurut Kotler dan Amstrong (2012) dalam Fahmi (2016), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terdiri dari budaya, sosial, pribadi, dan pesikologi. Faktor-faktor tersebut tidak seutuhnya dapat dikendalikan oleh perusahaan. Berikut urian dari faktor-faktor perilaku konsumen menurut: 1. Faktor Budaya Faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen, faktor kebudayaan terdiri dari faktor budaya, subbudaya, dan kelas sosial. Dimana setiap budaya memilki ciri khas tersendiri sehingga sangat berpengaruh dalam keputusan konsumen dalam melakukan pembelian.



2. Faktor Sosial Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta status sosial. Hal ini dalam keputusan konsumen dipengaruhi oleh ruang lingkup sekitar konsumen, dimana dampaknya terhadap keputusan konsumen sangat besar. Pada penelitian Poh, dkk (2013) sebelum mengonsumsi produkproduk pastry dan bakery konsumen cenderung untuk terlebih dahulu mencari



informasi



mengungkapkan



dari



bahwa



teman faktor



atau



kerabat



lingkungan



terdekat.



sangat



Hal



ini



mempengaruhi



keputusan konsumen dalam mengonsumsi suatu produk. 3. Faktor Pribadi Faktor pribadi yang memberikan kontribusi terhadap perilaku konsumen terdiri dari : usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri. Pada penelitian Setiawan (2015) perilaku konsumen dalam melakukan pembelian ditoko roti dipengaruhi oleh emosi, dimana emosi merupakan perasaan kuat dan relatif yang tidak terkendali yang mempengaruhi perilaku konsumen, dimana emosi dipengaruhi oleh lingkungan. 4. Faktor psikologis Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.



Pada penelitian Putri, dkk (2017) bahwa konsumen 84%



memilih produk rotiboy dikarenakan telah mengenal merek rotiboy sehingga konsumen sangat yakin dan termotivasi untuk mengkonsumsi produk rotiboy. Selain keyakinan pada merek rotiboy konsumen 98% juga menyatakan bahwa citarasa dari rotiboy sudah sesuai dengan harapan.



2.6



Model sikap Multiaribut Fishbein Model Multi Atribut Sikap dari Fishbein erdiri atas tiga model: the



attitude-toward—object model, the attiitude-toward-behavior—model, dan the theory-of-reasoned-action model. Model sikap multiatribut menjelaskan bahwa



sikap konsumen terhadap suatu objek sikap (produk atau merek) sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Model tersebut disebut dengan multiatribut karena avaluasi konsumen terhadap objek berdasarkan kepada evaluasinya terhadap banyak atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. Model “the attitude-toward—object model”digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap sebuah produk (pelayanan/jasa) atau berbagai merek produk. Model ini secara singkat menyatakan bahwa sikap seorang konsumen terhadap suatu objek akan ditentukan oleh sikapnya terhadap berbagai atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. Model multiatribut menekankan adanya salience of attributes. Salience artinya tingkat kepentingan yang diberikan konsumen terhadap suatu produk atau merek sebuah produk ditentukan oleh dua hal yaitu kepercayaan terhadap atribut yang dimiliki produk atau merek (komponen bi), dan evaluasi pentingnya atribut dari produk tersebut (komponen ei). (Sumarwan, 2002). Model sikap Fishbein menyatakan bahwa sikap seseorang konsumen terhadap suatu objek akan ditentukan oleh sikapnya terhadap berbagai atribut yang dimiliki oleh suatu objek tersebut. Model sikap multiaribut fishbein menyatakan bahwa sikap seorang konsumen terhadap suatu objek akan ditentukan oleh sikapnya terhadap berbagai atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. Model ini untuk digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap berbagai merek terhadap suatu produk. Komponen ei mengukur evaluasi kepentingan atribut-atribut yang dimilki objek tersebut. Konsumen belum memperhatikan merek dari suatu produk ketika mengevaluasi tingkat kepentingan atribut tersebut. Sedangkan bi mengukur kepercayaan konsumen terhadap atribut yang dimilki oleh masing-masing merek. Fishbein digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen terhadap keseluruhan atribut produk meliputi rasa, harga, tekstur, tata ruang/letak, aroma, kemasan, kebersihan, letak yang strategis, dan pelayanan (Karnawati, dkk. 2012). Pada penelitian yang dilakukan Fadilah dkk (2015) dengan judul sikap konsumen terhadap produk donat berbahan mocaf sebagai pengganti tepung terigu. Penelitian ini menggunak model fishbein dimana atribut dari donat meliputi rasa, tekstur, bentuk, ukuran, warna dan harga. Atribut yang dianggap



penting oleh konsumen adalah rasa dan tekstur, hal ini bearti kedua atribut tersebut diangap penting dalam pemilihan produk donat. 2.7 Kerangka Pemikiran Roti O merupakan roti yang berkembang 2 tahun belakangan di Kota Bengkulu. Roti O memasuki Kota Bengkulu pada tahun 2016 awal. Outlet yang berada di pusat perbelanjaan membuat Roti O mudah untuk dijangkau para konsumen. Melalui survei awal pada bulan April 2018 di Kota Bengkulu outlet Roti O mampu menjual sebanyak 200-300 buah roti perhari. Hal ini menggambarkan bahwa Roti O mampu bersaing dengan roti sejenis lainnya yaitu Roti Boy, yang telah lebih awal masuk di kota Bengkulu. Minat konsumen terhadap Roti O sudah cukup tinggi hal ini dilihat dari jumlah penjualan outlet Roti O rata-rata 200-300 buah roti perhari. Dalam menentukan pilihan pembelian konsumen memiliki pertimbangan, dasar yang dijadikan pertimbangan adalah atribut. Atribut merupakan faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pengembalian keputusan tentang pembelian Roti O atau kategori yang melekat pada Roti O yang menjadi bagian dari Roti O tersebut. Menurut Dutka (2010) dalam Rosalia dan Rahardjo (2016) menyatakan bahwa atribut produk kepuasan pelanggan secara umum yaitu: 1) harga produk 2) kualitas produk, 3) manfaat produk, 4 ) fitur produk, 5) desain produk, 6) keandalan produk dan konsistensi, dan 7) rentang produk atau layanan. Dilihat dari pernyataan Dutka bahwa harga merupakan atribut umum pada objek atau produk. Pada penelitian yang dilakukan Rosalia dan Rahardjo (2016) dengan judul pengaruh atribut produk rotiboy terhadap kepuasan konsumen di mall ciputra Semarang atribut yang melekat pada Rotiboy adalah harga, kualitas produk, desain produk dan keandalan produk, penelitian ini menggunakan analisis uji-t (test). Pada hasil penelitian bahwa harga secara partial berpengaruh terhadap kepuasan konsumen (Y) Terbukti dari nilai t-hitung sebesar 2,321 > nilai t-tabel 5% sebesar 1,98, begitu juga dengan kualitas produk, desain produk dan keterandalan produk secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan konsumen (Y). Terbukti dari nilai F-hitung sebesar 60,097 > (Constant)



Keterjangkauan Harga Kualitas Produk Desain Produk Keterandalan Produk nilai F-tabel 5% sebesar 2,47. Pada penelitian yang dilakukan oleh Frisdinawati dan Priyono (2012) aribut yang melekat pada produk donat paket surya bakery di Kota Bengkulu adalah warna, rasa, varian produk, harga, kemasan dan label. Hasil penelitian menunjukan nilai sikap yang paling tinggi terletak pada yaitu sebesar (2,968). pada atribut rasa sebesar (2,72), atribut varian produk sebesar (1.857), atribut harga (1.195), dan atribut kemasan (0.806) sedangkan nilai terendah pada atribut label produk, yaitu sebesar (0.743). Hal ini menunjukan bahwa hampir semua atribut yang terletak pada produk donat paket surya bakery di Kota Bengkulu memiliki nilai yang positif. Pada analisis perilaku konsumen donat paket Surya bakery di Kota Bengkulu menghasilkan nilai B (perilaku) = 7.5914 dimana nilai B = 7.5914 > 0 menunjukkan bahwa perilaku konsumen positif, artinya perilaku konsumen terhadap donat paket Surya bakery juga baik/ loyal. Pada penelitian yang dilakukan Fadilah dkk (2015) dengan judul sikap konsumen terhadap produk donat berbahan mocaf sebagai pengganti tepung terigu. Penelitian ini menggunak model fishbein dimana atribut dari donat meliputi rasa, tekstur, bentuk, ukuran, warna dan harga. Atribut yang dianggap penting oleh konsumen adalah rasa dan tekstur, hal ini bearti kedua atribut tersebut diangap penting dalam pemilihan produk donat. Berdasarkan penelitian terdahulu dan hasil survei pada bulan April tahun 2018 dapat diketahui bahwa atribut yang melekat pada Roti O yaitu rasa, tekstur, harga, kemasan, aroma, kualitas produk dan desain produk. Selain atribut yang melekat pada Roti O keputusan konsumen dalam melakukan pembelian dipengaruhi oleh faktor



orang lain (keluarga, orang lain dan teman). Untuk



mengukur sikap dan perilaku konsumen digunakan salah satu model yaitu model sikap Fishbein yang berfokus pada sikap yang dibentuk seseorang terhadap Roti O. Dalam pembentukan sikap konsumen, evaluasi merupakan komponen yang utama dikarenakan ketika konsumen baru pertama kali membeli roti O maka konsumen akan mengevaluasi berbagai atribut yang terdapat di roti O. Setelah



dilakukannya evaluasi tersebut, maka konsumen baru bisa memutuskan sikap terhadap roti O, dimana sikap ini akan mempengaruhi maksud perilaku dari konsumen. Maksud dari perilaku ini yaitu berhubungan erat dengan keyakinan norma objektif, dimana norma subjektif terdiri dari norma normatif dan motivasi konsumen. keyakina norma subjektif tersebut akan memberikan tekanan sosial, sehingga dapat terbentuknya perilaku. Setelah diketahui sikap dan perilaku konsumen maka dapat diketahui bagaimana keloyalitas konsumen terhadap Roti O yang dilihat dari bagaimana sikap dan perilaku konsumen terhadap Roti O setelah di evaluasi. Jika perilaku konsumen > 0 maka perilaku konsumen loyal terhadap Roti O. Sebalik nya, jika periaku konsumen ≤ 0 maka perilaku konsumen tidak loyal terhadap Roti O.



Keyakinan Atribut pada Roti O: 1. Rasa 2. Tekstur 3. Harga 4. Kemasan 5. Aroma 6. kualitas produk 7. desain produk Evaluasi Atribut yang menonjol pada Roti O : 1. Rasa 2. Tekstur 3. Harga 4. Kemasan 5. Aroma 6. kualitas produk 7. desain produk Keyakinan Normatif : 1. Keluarga 2. Teman 3. Orang Lain



Sikap



Perilaku



Atribut sikap dan perilaku konsumen: 1. Rasa 2. Tekstur 3. Harga 4. Kemasan 5. Aroma 6. kualitas produk 7. desain produk 8. Keluarga 9. Teman 10. Orang lain



Loyalitas



Norma subjektif



Motivasi : 1. Keluarga 2. Teman 3. Orang Lain Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan:



: Berhubungan



2.6 Hipotesis 1. Diduga bahwa sikap dan perilaku konsumen terhadap Roti O adalah positif 2. Diduga bahwa perilaku konsumen terhadap Roti O adalah loyal



BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1



Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di toko Roti O di Jl. K.H. Abidin II Pasar Minggu



Bengkulu (Mega Mall). Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan tempat memproduksi Roti O, selain itu juga menjual produknya secara langsung kepada konsumen dengan membuka toko tempat penjualan Roti O. 3.2



Metode Penentuan dan Pengambilan Responden Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Accidental



sampling/Convenience sampling. Menurut Virtucio dalam Harta (2005), teknik penarikan accidental sampling yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan responden bila dipandang orang yang ditemui itu cocok sebagai sumber data, kriteria tersebut adalah sebagai berikut : 1. Responden yang dinilai dapat mengerti pertanyaan-pertanyaan yang ada pada kuisioner penelitian. 2. Responden pernah membeli dan mengkonsumsi Roti O minimal dua kali. 3. Responden yang berusia minimal 15 tahun. Dikarenakan jumlah seluruh populasi penelitian tidak diketahui, maka banyaknya sampel yang diambil ditentukan berdasarkan metode standar eror untuk proporsi atau persentasi. Menurut Suhartanto (2014), metode ini digunakan karena populasi sulit diketahui terlebih dahulu. Adapun rumus yang dipakai adalah sebagai berikut: √𝜋(1 −𝜋)



E =Z E2=



𝑛



𝑍 2 𝜋(1−𝜋) 𝑛



𝑍 2 𝜋(1−𝜋)



n=



𝐸2



Dimana : n = jumlah sampel



n=



(1,962 )0,5(1−0,5) (0,1)2



Z = tingkat kepercayaan 95% dengan



Z = 1,96



3.3



n= 96,04



𝜋 = 0,5



n = 96, n = 100



E = Standar Eror 10%.



Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan



data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari konsumen yang mengonsumsi Roti O melalui wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mencari dan mempelajari bahanbahan dari buku, website dan hasil penelitian yang dapat dipakai sebagai acuan dalam pembuatan tulisan. 3.4 Analisis Data 3.4.1



Analisis Deskriptif Dalam pengukuran analisis terhadap sikap dan perilaku konsumen



terhadap Roti O digunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan metode dalam meneliti status kelompok, manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir 2005). Analisis deskriptif dipilih karena analisis ini mampu mendeskripsikan dan menggambarkan karakteristik konsumen serta proses keputusan pembelian saat penelitian dilaksanakan. Data primer yang diperoleh melalui pengisian kuesioner dan wawancara kemudian ditabulasikan dalam kerangka tabel yang selanjutnya dianalisis dengan pendekatan konsep perilaku konsumen serta garis besar pengolahan data secara deskriptif. 3.4.2



Skala Likert Menurut Schiffman,et al. (2008), Skala Likert merupakan bentuk skala



sikap yang paling populer karena mudah bagi peneliti untuk mempersiapkan dan menafsirkan, dan mudah bagi konsumen untuk menjawab. Skala Likert adalah



skala yang menggunakan pengukuran ordinal yang berbentuk rangking, mulai dari rangking yang paling buruk hingga rangking yang paling baik, dalam mengukur sikap masyarakat. Dalam menyatakan tingkat persetujuan terhadap suatu pertanyaan, responden akan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Umumnya disediakan 5 pilihan skala dengan format seperti: -2 = Sangat tidak setuju -1 = Tidak setuju 0 = Netral 1 = Setuju 2 = Sangat setuju . Untuk mengetahui sikap konsumen terhadap Roti O peneliti mengunakan skala likert untuk mengetahui dan menilai bagaimana tanggapan konsumen dari atribut-atribut yang terdapat pada Roti O dengan menggunakan skala dari -2, -1, 0, 1, 2 dengan kriteria sebagai berikut : sangat setuju (2), setuju (1), netral (0), tidak setuju (-1), sangat tidak setuju (-2). Dimana responden memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan melalui penyebaran kuisioner. Untuk menganalisis sikap konsumen maka digunakan metode Likert, dengan mencatat penguatan respon pada setiap pilihan jawaban atas suatu pernyataan positif ataupun negatif. Jawaban dengan menggunakan skala likert ini diberi nilai sebagai berikut :



3.4.3



Bobot Skor



Kategori



-2



STS = Sangat Tidak Setuju



-1



TS = Tidak Setuju



0



N



= Netral



1



S



= Setuju



2



SS = Sangat Setuju



Analisis Multi Atribut Fishbein Menurut Sumarwan (2002) untuk mengetahui sikap dan perilaku



konsumen menggunakan metode Fishbein, model ini digunakan untuk mengetahui sikap konsumen terhadap keseluruhan atribut-atribut produk meliputi rasa, tekstur, harga, kemasan, aroma dan pelayanan produk Roti O, dengan rumus:



𝒏



𝑨𝒐 = ∑(𝐛𝐢. 𝐞𝐢) 𝒊=𝟏



Dimana, Ao: Sikap terhadap objek bi : Tingkat kepercayaan konsumen bahwa Roti O tersebut memiliki atribut i ei : Evaluasi kepentingan konsumen terhadap atribut produk Roti O n : Jumlah hasil (outcome), pada kombinasi bi dan ei dihitung ∑ : Mengidentifikasikan adanya beberapa atribut yang dikenal, dimana melalui atribut-atribut tersebut kombinasi bi dan ei dijumlahkan. Sikap total konsumen terhadap Roti O di Kota Bengkulu dapat ditentukan sebagai berikut: a.



jika Ao < 0, maka nilai sikap total konsumen negatif



b.



jika Ao > 0, maka nilai sikap total konsumen positif



c.



jika Ao = 0, maka nilai sikap total konsumen tetap Untuk mengukur norma subjektif atau faktor kelompok referensi



digunakan rumus dibawah ini :



𝑺𝑵 = ∑𝒏𝒊=𝟏 (NBj)(MCj) Dimana : SN



: Norma subjektif konsumen terhadap kelompok referensi



NBj



: Keyakinan normatif individu (subjek sikap) bahwa referensi personal atau organisasi menginginkan subjek sikap untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu prilaku.



MCj



: Motivasi konsumen prilaku.



Untuk mengetahui atau memperoleh konsitensi antara sikap dan perilaku maka digunakan model maksud perilaku Fishbein, yang dirumuskan sebagai berikut: B ~BI =W1(AB) +W2(SN) Dimana : B



: Perilaku aktual, dalam hal ini sama dengan BI



BI



: Maksud perilaku pada saat tertentu



AB



: Sikap konsumen terhadap produk



SN



: Nomor subjektif terhadap perilaku



W1,W2



: Bobot yang ditentukan yang menggambarkan pengaruh relatif dari komponen



Kriteria pengambilan keputusan adalah sebaai berikut : a) Jika B > 0 artinya perilaku konsumen loyal terhadap produk Roti O b) Jika B ≤ 0 artinya perilaku konsumen tidak loyal terhadap produk Roti O



Untuk menghitung atau membuat skala interval digunakan rumus sebagai berikut: Interval:



𝒂 (𝒎−𝒏) 𝒃



Dimana: a = jumlah atribut m = skor tertinggi yang mungkin terjadi n = skor terendah yang mungkin terjadi b = jumlah skala penilaian yang ingin dibentuk



3.5 Konsep dan Pengukuran Variabel 1.



Roti O merupakan makanan yang terbuat dari bahan dasar tepung terigu yang memiliki outle satu-satu nya di Kota Bengkulu yang terletak di pusat perbelanjaan yaitu di Mega Mall Bengkulu.



2.



Atribut adalah faktor yang menjadi komponen penilaian konsumen Roti O dalam mengambil suatu keputusan pembelian. Adapun atribut dari Roti O yaitu rasa, tekstur, harga, kemasan, aroma dan pelayanan diukur menggunakan skoring.



3.



Sikap adalah penilaian konsumen Roti O terhadap berbagai informasi yang berkaitan dengan produk. Penilaian konsumen terhadap Roti O didapatkan dari keyakinan dan evaluasi konsumen terhadap atribut Roti O dan Aribut Norma Normatif



4.



Perilaku adalah keputusan konsumen untuk membeli atau tidak membeli Roti O.



5.



Pengukuran sikap dan perilaku konsumen didasarkan pada beberapa pertanyaan



untuk



masing-masing



indikator



atribut,



diukur



dengan



menggunakan skala likert, digunakan skala dari -2, -1, 0, 1, 2 dengan kriteria sebagai berikut : sangat setuju (2), setuju (1), netral (0), tidak setuju (-1), sangat tidak setuju (-2). 6.



Rasa adalah tanggapan indera pengecap konsumen terhadap rasa dari pancake durian usaha Ucok Durian yang diukur dari tingkat kelezatan pancake durian. Rasa pancake durian diukur dengan pemberian skor: sangat enak (2), enak (1), netral (0), tidak enak (-1), sangat tidak enak (-2).



7.



Aroma adalah tanggapan indera penciuman konsumen terhadap aroma yang dihasilkan pancake durian usaha Ucok Durian. Aroma pancake durian diukur dengan pemberian skor: sangat harum (2), harum (1), cukup harum (0), tidak harum (-1), sangat tidak harum (-2).



8.



Tekstur adalah penilain konsumen terhadap kualitas Roti O yang dihasilkan, kualitas Roti O timbul dari struktur bahan baku dan proses pemanggangan. Tekstur Roti O diukur dengan pemberian skor: sangat lembut (2), lembut(1), cukup lembut (0), tidak lembut (keras) (-1), sangat tidak lembut (sangat keras) (-2).



9.



Harga yaitu sejumlah uang yang ditukarkan konsumen untuk medapatkan roti O, sesuai atau tidaknya harga tersebut bagi konsumen. Harga Roti O diukur dengan pemberian skor: sangat murah (2), murah (1), cukup murah (0), mahal (-1), sangat mahal (-2).



10. Kemasan adalah penilaian konsumen terhadap wadah yang digunakan untuk membungkus Roti O. Kemasan Roti O diukur dengan pemberian skor: sangat menarik (2), menarik (1), cukup menarik (0), tidak menarik (-1), sangat tidak menarik (-2). 11. Pelayanan adalah aktivitas yang yang ditawarkan oleh pegawai Roti O, dimana yang diukur dalam pelayanan ini adalah keramahan pelayanan dalam melayani konsumen dari memesan Roti O hingga membayar Roti O.



Pelayanan pegawai Roti O diukur dengan pemberian skor: sangat ramah (2), ramah(1), cukup ramah (0), tidak ramah (-1), sangat tidak ramah (-2). 12. Loyalitas adalah kesetiaan konsumen dalam mengkonsumsi Roti O. Loyalitas Roti O diukut dengan pemberian skor: sangat setia (2), setia(1), cukup setia (0), tidak setia (-1), sangat tidak setia (-2).



DAFTAR PUSTAKA Dutka, Abideen, Zain Ul and Salman Saleem. 2010. Effective advertising and its influence on consumer buying behavior. European Journal of Business and Management,Vol. 3 (3): 55-65. Fadilah, A.N., Widodo dan Aris, S.W. 2015. Sikap Konsumen Terhadap Produk Donat



Berbahan



Mocaf



Sebagai



Pengganti



Tepung



Terigu.



AGRARIS.1:149-156. Fahmi Irham. 2016. Perilaku Konsumen Teori dan Aplikasi. Cet. Ke-1.CV Alfabeta. Bandung. Frisdinawati, D & Priyono, S,B. 2012. Aanlisis Sikap dan Perilaku Konsumen Terhadap Produk Donat Paket Surya Bakery di Kota Bengkulu. AGRISEP. 11:197-203 Harta, Melly. 2005. Sikap dan Perilaku Konsumen Terhadap Produk Minuman Sirup Kalamansi Bukit Bengkulu di Kota Bengkulu. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Universitas Bengkulu. Bengkulu. Kusmiati. 2005. Membuat Aneka Roti.PT Musi Perkasa Utama. Jakarta Kusumastuti R. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Industri Kecil Roti dan Kue (Studi Kasus Toko Ibu Ratna Roti dan Kue). skripsi. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Karnawati, T. A., Prabowo dan Hanggi. 2012. Sikap Konsumen Terhadap Citra Toko Distro Inspireddi Kota Malang. Jurnal manajemen dan akutansi.1:75 Kustanto, A, W. 2014. Persepsi Konsumen Terhadap Atribut Produk Breadtalk Tunjungan Plasa Surabaya. Jurnal Hospitality dan manajemen Jasa. 2 Mudjajanto, E. S., L. N. Yulianti. 2007. Membuat Aneka Roti. Jakarta: Penebar Swadaya. Muliasari, R.M. dan Dwi. R. 2015. Keputusan Pembelian dan Sikap Konsumen Roti Merek Sari Roti (Studi Kasus pada Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor). Journal Ipb. Bogor. 5



Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.



Poh, S.I., Budi, H dan Sienny, T. 2013. Perilaku Konsumen dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Surabaya Dalam Mengkonsumsi Produk-Produk Pastry dan Bakery. Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa. 1 Priansa, J,D. 2017. Perilaku Konsumen Dalam Persaingan Bisnis Kontemporer. Cet ke-1. CV Alfabeta. Bandung. Putri, I.I., Sofyan dan Rahmaddiansyah. 2017. Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk dan Promosi Terhadap Kepuasan Konsumen Produk Rotiboy di Kota Banda Aceh. Jim Unsyiah. 2:225-237 Rahmadayanti, P.A. 2013. Sikap dan Perilaku Konsumen Terhadap Produk Olahan Durian (Kasus: Pancake Durian Mei Cin Pancake Kecamatan Medan Petisah Kota Medan). Skipsi. Fakultas Pertanian, Universita Sumatera Utara.Medan Rahmawati, A,N. 2014. Perilaku Konsumen Berdasarkan Multi Atribut Produk Jajanan Khas Magetan Roti Bolu. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Surabaya. Rauf, D.A. 2017. Analisis Sikap, Norma Subjektif dan Perilaku Konsumen Terhadap Sate Ita Teben di Kota Bengkulu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu. Bengkulu Rosalia & Rahardjo. 2016. Pengaruh Atribut Produk Rotiboy Terhadap Kepuasan Konsumen di Mall Ciputra Semarang. Diponegoro Journal Of Management. 5:1-9. Saragih, B. 2000. Karakteristik Agribisnis dan Implikasinya untuk Manajemen Agribisnis. Jurnal Agribisnis. 2 Sciffman, Leon & Kanuk, Leslie, Lazar. 2008.Perilaku Konsumen. PT Indeks. Jakarta. Setiawan, A.R. 2015. Atmosfer Toko, Emosi Konsumen dan Perilaku Pembelian Pada Toko Roti. Thesis. Fakultas Ekonomi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.



Sumarwan Ujang. 2002. Perilaku konsumen teori dan penerapannya dalam pemasaran. Agrimedia: Bogor ______________2003. Perilaku konsumen teori dan penerapannya dalam pemasara. Ghalia Indonesia: Jakarta. Suhartanto, Dwi. 2014. Metode Riset Pemasaran. Alfabeta. Bandung. Tjiptono, F. (2002). Strategi pemasaran. Cetakan keenam. Yogyakarta : Andi Offset.