Bissmillah Sempro - 085845 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN FAKTOR- FAKTOR EKONOMI YANG MEMOTIVASI PETANI DALAM USAHATANI JAHE DI KECAMATAN TERENTANG KABUPATEN KUBU RAYA Oleh : Yudi Kusairi NIM. C1021161070



PROGRAM STUDI AGRIBISNI JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2021



Daftar Isi BAB I.......................................................................................................................3 PENDAHULUAN...................................................................................................3 1.1



Latar Belakang........................................................................................3



1.2



Rumusan Masalah...................................................................................4



1.3



Tujuan......................................................................................................5



BAB 2......................................................................................................................6 TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6 2.1



Landasan Teori........................................................................................6



2.1.1



Klasifikasi Tanaman Jahe...............................................................6



2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani untuk Melakukan Usahatani.........................................................................................................7 2.1.3



Teori Keputusan.............................................................................10



2.2



Penelitian Terdahulu.............................................................................12



2.3



Kerangkan Pemikiran...........................................................................15



2.4



Hipotesis.................................................................................................16



BAB III..................................................................................................................17 METODE PENELITIAN....................................................................................17 3.1



Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................17



3.2



Populasi dan Responden.......................................................................17



3.3



Teknik Pengumpulan Data...................................................................18



3.4



Analisis Data..........................................................................................18



3.5



Definisi Operasional..............................................................................21



3.6



Batasan Operasional.............................................................................22



Daftar Pustaka......................................................................................................23



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jahe merupakan jenis tanaman rimpang-rimpangan yang sudah banyak dikembangkan dan diteliti khasiat serta kandungan bahan obatnya (Triyono et al 2018). Menurut Saadudin et al (2016), Jahe juga merupakan salah satu komoditas yang dipasarkan sampai keluar negeri, sehingga mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan. Tanaman holtikultura yang banyak dibudidayakan di Kalimantan Barat salah satunya adalah jahe. Berdasarkan data tahun 2019 dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Kalimantan Barat menyebutkan bahwa produksi jahe di Kalimantan Barat mencapai 1.987.529 kg dengan luas lahan panen 1.265.480 m2. Kabupaten penghasil jahe terbanyak adalah Kabupaten Mempawah dengan jumlah produksi



689.066 kg disusul Kabupaten Kubu Raya dengan



jumlah produksi 591.675 kg pertahun, akan tetapi untuk tingkat produktivitas Kabupaten Kubu Raya lebih tinggi dengan produktivitas 2,06 Kg/m 2 sedangkan Kabupaten Mempawah hanya 1,32 Kg/m 2. Jahe putih atau jahe gajah merupakan komoditi unggulan di Kubu Raya. Menurut BPS Kubu Raya tahun 2020. Luas lahan dan jumlah produksi jahe di Kubu Raya



mencapai 151.542 m2 dan 214.137 kg . Kecamatan Terentang



merupakan daerah yang banyak memprodukasi jahe. Hampir setiap desa yang ada di kecamatan Terentang banyak penduduk yang membudidayakan jahe dilahan mereka, sebagai tambahan atau selingan untuk menambah pendapatan. Menurut BPS produksi jahe di Kecamatan Terentang dari tahun 2018-2020 berturut-turut



adalah 75 ton, 125 ton dan 15 ton. Fluktuatifnya produksi jahe di Terentang tidak terlepas dari minimnya pengetahuan petani dalam pengendalian hama pada tanaman jahe serta air pasang laut yang sering dialami beberapa tahun terakhir. Hal ini menyebabkan proses panen jahe dilakukan lebih awal, agar jahe tidak mengalami pembusukan. Kita mengetahui bahwa tanaman jahe lebih maksimal jika dibudidayakan pada dataran tinggi. Menurut Hapsoh (2011) Jahe terutama dibudidayakan di daerah tropika dengan ketinggian tempat antara 0-1.700 mdpl. Menurut BPS (2020) Dataran di Kecamatan Terentang rata-rata hanya sekitar 84 m (BPS 2020). Hingga saat ini banyak petani masih membudidayakan jahe di Kecamatan Terentang. Berbagai masalah yang sering dihadapi berupa hama, banjir, dan fluktuasi harga yang tidak stabil. Sehingga perlu dilakukan kajian faktor-faktor ekonomi yang memotivasi petani dalam usahatani jahe di Kecamatan Terentang Kabupaten Kubu Raya. Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengulas dalam bentuk skripsi dengan judul “Faktor-faktor Ekonomi yang Memotivasi Petani dalam Usahatani Jahe di Kecamatan Terentang Kabupaten Kubu Raya”.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah apakah faktor-faktor ekonomi mempengaruhi motivasi petani dalam usahatani jahe di Kecamatan Terentang.



1.3 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor ekonomi terhadap motivasi usahatani jahe di Kecamatan Terentang.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2



Landasan Teori



2.1.1



Klasifikasi Tanaman Jahe Jahe merupakan salah satu tanaman empon–empon yang paling banyak



dibudidyakan dan dimanfaatkan orang. Manfaat dan khasiatnya yang sangat beragam membuat jahe selalu dibutuhkan oleh kalangan masyarakat. Tanaman jahe merupaka tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 0,4–1 m. Tanaman ini dapat berusia tahunan (Muhlisah, 2005). Berdasarkan taksonomi jahe gajah termasuk dalam; Kingdom: Plantae;



Divisio: Spermatophyta;



Klas: Monocotyledoneae;



Ordo: Zingiberales;



Family: Zingiberaceae; Genus: Zingiber;



Spesies: Zingiber officinale (Paimin et al., 2002). Jahe bisa tumbuh dengan optimal di ketinggian 0–1.500 m dpl, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500–950 m dpl. Curah hujan yang cocok agar jahe



dapat berproduksi dengan optimal yaitu 2.500–3.000 mm per tahun, kelembaban 80% dan tanah lembab dengan pH 5,5–7,0 serta unsur hara yang tinggi dan media tanam tidak boleh tergenang air (Agoes, 2010). Sedangkan menurut Kardinan et al. (2010) tanaman jahe membutuhkan tipe iklim A, B, dan C (Schmid dan Ferguson). Lahan yang dikehendaki adalah lempung berpasir dengan aerasi dan drainase baik serta Nutrisi bahan organik yang tinggi (C/N ratio 12–13). 2.1.2



Faktor-faktor



yang



Mempengaruhi



Petani



untuk



Melakukan



Usahatani. Keputusan petani untuk berusahatani disuatu wilayah memiliki faktorfaktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan petani. Umur petani, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan, frekuensi mengikuti penyuluhan dan kemudahan berusahatani. 1. Umur Petani Hasyim (2006) berpendapat bahwa umur petani dapat mempengaruhi perilaku petani dalam memutuskan untuk berusahatani. Perbedaan umur antarpetani bisa saja menyebabkan kemampuan petani yang berbeda pula dalam mengelola lahan. Umur dapat pula menjadi tolok ukur melihat aktivitas petani dalam bekerja. Kemampuan fisik dan daya ingat petani usia produktif umumnya lebih baik dibandingkan petani yang usianya tidak lagi produktif, begitu pula dengan keberaniannya dalam mengambil risiko. Tingkat kosmopolitan dan penerapan teknologi oleh petani usia produktif lebih tinggi apabila dibandingkan dengan petani yang usianya lebih tua. 2. Pengalaman Berusahatani Lamanya waktu berusahatani seorang petani akan mempengaruhi keputusan



petani untuk tetap mempertahankan pekerjaannya, karena waktu yang relatif lebih lama dalam berusahatani cenderung akan mengurungkan minat petani untuk beralih profesi ataupun beralih komoditas. Pengalaman yang diperoleh petani selama melakukan suatu usahatani dapat menentukan keberhasilan usahataninya karena petani mengetahui secara jelas apa yang menjadi kebutuhan usahataninya. Petani dengan pengalaman atau waktu bekerja yang lebih lama akan lebih mudah dalam menetapkan suatu keputusan bagi usahataninya. Pengalaman usahatani akan mempengaruhi kemampuan petani, seperti pengetahuan, pengalaman dan keterampilan



dalam



menjalankan



suatu



usahatani. Mulyati, et al., (2014)



berpendapat pengalaman bertani penting dalam keberhasilan usahatani, sebab pengalaman yang ada akan memapukan petani mengatasi berbagai hambatan. Menurut Sumantri, et al., (2004), petani yang pengalamannya lebih lama memungkinkan tingkat keterampilan yang dimilikinya lebih tinggi dan lebih banyak, selain itu pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani juga akan mendukung keberhasilan berusahatani. Pengalaman yang diperoleh petani selama melakukan usatani diharapkan dapat menciptakan aktivitas usahatani yang baik sesuai dengan yang diharapkan oleh petani. 3. Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan keluarga biasanya turut menentukan besar atau kecilnya pengeluaran suatu rumah tangga. Jumlah anggota keluarga yang banyak akan menyebabkan pengeluaran juga semakin banyak, mulai dari biaya makan seharihari, transportasi, hingga pendidikan. Menurut Purwanto dan Taftazani, (2018), jumlah tanggungan keluarga yang besar juga dapat memotivasi petani untuk melakukan usahatani dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Anggota



keluarga juga dapat membantu segala aktivitas usahatani yang dilakukan oleh petani, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam suatu usahatani menggunakan tenaga kerja yang terdiri atas anggota keluarga itu sendiri, atau biasa disebut dengan tenaga kerja dalam keluarga. Sehingga, petani lebih semangat dan memutuskan untuk melakukan usahatani karena tidak perlu mengalokasikan biaya khusus untuk membayar tenaga kerja. 4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Penyuluhan pertanian adalah pendidikan non formalyang diberikan untuk petani dan keluarganya, di mana pada kegiatan tersebut terjadi proses transfer informasisertakecakapan dari petugas penyuluh kepada petani. Penyuluh pertanian harus dapat berkomunikasi secara efektif untuk mempermudah petani dalam proses belajar, serta penyuluh hendaknya benar-benar memahami mengenai apa yang disuluhkannya kepada petani. Kegiatan penyuluhan biasanya mengangkat topik mengenai isu-isu permasalahan yang sedang dihadapi oleh petani, oleh karena itu penyuluh harus tanggap mengenai masalah yang dihadapi petani dalam usahataninya (Mardikanto, 2009). Kegiatan penyuluhan di kalangan petani dapat membantu pembentukan kesadaran petani, perbaikan pola pikir, sikap dan perilaku, serta keterampilan petani. Semakin sering petani mengikuti kegiatan penyuluhan, maka petani akan memiliki kesadaran tentang arti pentingnya usahatani yang dilakukannya. Apabila pengetahuan dan keterampilan petani bertambah setelah mengikuti penyuluhan, maka akan berpengaruh terhadap keputusan petani untuk mempertahankan usahatani yang dimilikinya, atau melakukan usahatani terhadap komoditas yang dinilai baik dan bernilai ekonomis. Oleh karena itu, frekuensi petani mengikuti



penyuluhan pertanian bisa saja mempengaruhi seorang petani dalam megambil keputusan berusahatani. 5. Kemudahan Berusahatani Petani yang telah melakukan kegiatan usahatani secara terus-menerus atau kontinyu akan merasa mudah dalam membudidayakn suatu komoditas. Kemampuan atau keahlian petani dalam melakukan usahatani diperoleh dari proses belajar selama kegiatan usahatani. Petani yang pengalamannya lebih lama cenderung lebih tinggi pula tingkat kemahirannya, sehingga petani merasakan kemudahan dalam melakukan usahatani dibandingkan dengan petani yang masih baru memulai usahataninya. Kemudahan berusahatani bisa saja menjadi salah satu faktor pendorong keputusan petani untuk tetap melanjutkan usahataninya, karena risiko kegagalannya juga lebih kecil apabila telah menguasai teknik-teknik budidaya yang sesuai. Kemudahan berusahatani bukan saja dilihat dari kemampuan petani melakukan budidaya, tetapi juga dari komoditas yang diusahakan. Apabila suatu komoditas tahan terhadap berbagai ancaman dari luar dan tidak sulit dalam pemeliharaannya, maka akan menciptakan kemudahan bagi petani untuk membudidayakannya.



2.1.3



Teori Keputusan Keputusan adalah suatu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, dan



pilihan itu diambil melalui sebuah pertimbangan. Keputusan juga merupakan penetapan mengenai sesuatu yang diinginkan dari pembuat keputusan. Sang pembuat keputusan akan memilih berlandaskan logika, memilih salah satu yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada sehingga keputusan yang diperoleh akan



memdekatkan kepada tujuan yang hendak dicapai (Anwar 2014). Menurut Siagian (2008) keputusan merupakan suatu pendekatan yang terstruktur atau sistematis. Kesimpulnya adalah keputusan dapat diartikan sebagai tindakan memilih alternatif terbaik dari berbagi alternatif yang ada dalam proses atau upaya yang dilakukan manusia untuk mencapai tujuan, dan proses tersebut berlangsung secara sistematis untuk selanjutnya dijadikan sebagai cara dalam penyelesaian suatu masalah. Terry dan Brinckloe (2005) mengemukakan mengenai dasar-dasar keputusan yang umum digunakan, di antaranya sebagai berikut. 1. Intuisi Pengambilan keputusan dengan intuisi ini mengandalkan perasaan, sehingga mudah terpengaruh oleh beberapa hal seperti sugesti atau faktor kejiwaan lain karena perasaan sifatnya subjektif. Namun, keputusan intuitif juga memiliki kelebihan, seperti keputusan yang diambil tepat untuk permasalahan yang bersifat manusiawi. 2. Pengalaman Keputusan berdasarkan pengalaman memiliki banyak keuntungan, seperti manusia dengan banyak pengalaman akan lebih bijak dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan permasalahan karena berpedoman dari pengalaman yang diperoleh. 3. Fakta Pengambilan keputusan dengan fakta dapat memberikan keputusan yang meyakinkan karena bersumber dari berbagai fakta yang ada, baik berupa data atau



informasi, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang akurat walaupun sangat sulit dalam hal memperoleh data dan informasi. 4. Wewenang Wewenang mendorong seseorang untuk membuat suatu keputusan yang sifatnya otoriter atau memaksa, keputusan yang dibuat juga seringkali melebihi batas permasalahan yang seharusnya dipecahkan. 5. Rasional Keputusan atas suatu permasalahan hendaknya bersifat rasional atau dapat diterima oleh akal sehat. Keputusan yang dihasilkan atas dasar pemikiran rasional akan lebih objektif sesuai kebutuhan, sehingga masyarakat dapat merasakan kepuasan dari keputusan yang diambil oleh sang pembuat keputusan. 3



Penelitian Terdahulu Penelitian ini memerlukan bahan pertimbangan dan acuan dari beberapa



penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain, seperti berikut ini : Penelitian Suci Tifani (2019) dengan penelitiannnya yang berjudul “Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani Kelapa Sawit Desa Kampung Sennah, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu”.



Penelitian



ini



bertujuan



untuk



menganalisis



faktor-faktor



yang



mempengaruhi produktivitas usahatani kelapa sawit di Desa Kampung Sennah. Sampel responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 40 jiwa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan, tenaga kerja dan luas lahan berpengaruh signifikan terhadap produktifitas usahatani kelapa sawit, sedangkan pengalaman bertani dan modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas usahatani kelapa sawit.



Penelitian Agus Setiawan, Tetty Wijayanti (2018) yang berjudul “. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah; Faktor sosial Ekonomi (umur, pendidikan, luas lahan, pendapatan, lingkungan sosial, lingkungan ekonomi) dan Tingkat motivasi petani dengan alat analisis yang digunakan Persentase Skoring, Analisis Deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa ; tingkat motivasi petani dalam usahatani padi sawah (Oryza sativa L.) di Kelurahan Bukuan Kecamatan Palaran Kota Samarinda termasuk dalam kategori sedang. Adapun faktor-faktor sosial ekonomi terhadap motivasi petani yang memiliki peran paling besar dalam usahatani padi sawah di Kelurahan Bukuan Kecamatan Palaran yaitu pada faktor internal umur petani. Erimus Damasus & Midiansyah Effendi (2019) dengan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Yang Memotivasi Petani Dalam Usahatani Lada (Piper nigrum L.) (Studi Kasus di Kawasan Perbatasan Desa Bambangan Kecamatan Sebatik Barat Kabupaten Nunukan)”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendidikan, Profesi Keturunan, Lapangan Pekerjaan, Pasar, Harga Jual dan Pendapatan. Adapun alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase skoring dan analisis deskriptif kualitatif. Hasil pembahasan yang didapatkan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut; (1) Faktor sosial yang memotivasi petani dalam usahatani lada di Desa Bambangan dengan skor rata-rata 30,96. (2) Faktor ekonomi yang memotivasi petani dalam usahatani lada di Desa Bambangan dengan skor rata-rata 21,72. (3) Faktor yang dominan memotivasi petani dalam usahatani lada di kawasan perbatasan Desa Bambangan Kecamatan Sebatik Barat Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara ialah faktor sosial indikator lapangan pekerjaan (96,96%),



diikuti dengan faktor ekonomi indikator pendapatan (66,66% dengan kategori cukup dominan), faktor ekonomi indikator pasar (63,63% dengan kategori cukup dominan), faktor ekonomi indikator harga jual (59,59% dengan kategori cukup dominan), faktor sosial indikator pendidikan (53,53% dengan kategori cukup dominan), dan faktor sosial indikator profesi keturunan (47,47% dengan kategori cukup dominan). Galih Rio Saputra, Isyaturriyadhah dan Pitriani (2017) dengan judul Penelitian “Faktor Sosial Ekonomi Yang Memotivasi Petani dalam Usahatani Jahe di Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang menjadi motivasi petani untuk berusahatani jahe. Alat analisis yang digunakan untuk penelitian ini adalah Persentase Skoring, Uji Chi-Square ( X 2 ) dan Analisis Deskriptif Kualitatif, dengan variabel yang digunakan indikator motivasi (kebutuhan fisiologi, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi) dan indikator sosial ekonomi ( umur, tanggungan keluarga, tingkat pendidikan dan pendapatan). Hasil pembahasan dalam penelitian ini adalah; (1) Motivasi petani dalam berusahatani jahe di Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin tergolong tinggi yaitu yaitu 74,19 %. (2) Terdapat hubungan antara factor umur (χ² hitung = 4,03 > χ² tabel 3,84), terhadap motivasi petani dalam usahatani jahe di Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin. Sedangkan tanggungan keluarga (χ² hitung = 0,01 < χ² tabel 3,84), tingkat pendidikan (χ² hitung = 0,78 < χ² tabel 3,84) dan tingkat pendapatan (χ² hitung = 0,90 < χ² tabel 3,84) tidak berhubungan dengan motivasi petani dalam berusahatani jahe di Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin.



Penelitian Hayati dan Maisaroh (2019) yang berjudul, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Pemilihan Komoditas (Studi Kasus Pada Tanaman Tembakau dan Padi Di Kabupaten Pamekasan)”, bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani memilih komoditas dan perbedaan pendapatan petani tembakau dan petani padi. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi binary logistic dan Uji-T independen dengan analisis pendapatan R/C rasio dengan aplikasi software SPSS. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam pemilihan komoditas antara lain luas lahan dan pengalaman, serta adanya perbedaan antara pendapatan petani tembakau dan petani padi. Sehingga, strategi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan sosialisasi terhadap petani tembakau agar petani lebih tanggap, walaupun risiko tinggi dalam pertanian cerdas dengan jadwal rencana yang pasti. 4



Kerangkan Pemikiran Petani ketika melakukan suatu usahatani selalu mempertimbangkan faktor-



faktor tertentu yang dapat mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani, seperti petani jahe yang ada di Desa Teluk Empening, Kecamatan Terentang,



Kabupaten



mempengaruhi



Kubu



keputusan



Raya.



petani



antara



Faktor-faktor lain



yang



umur petani,



diprediksikan pengalaman



berusahatani, jumlah tanggungan, frekuensi mengikuti penyuluhan, serta kemudahan berusahatani. Setelah mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, barulah petani dapat termotivasi untuk melakukan atau tidak melakukan usahatani jahe.



Umur Petani



Pengalaman Berusahatani Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Petani



Jumlah Tanggungan



Faktor yang Mempengaruhi Petani Melakukan Usahatani Jahe



Frekuensi Mengikuti



Penyuluhan Kebudahan Berusahatani



Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : : Variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat secara sendiri–sendiri (parsial) dan secara bersama-sama (serempak)



5



Hipotesis Umur petani, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan, frekuensi



mengikuti penyuluhan, serta kemudahan berusahatani menjadi motivasi terhadap keputusan petani untuk melakukan usahatani jahe.



BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Daerah Penelitian dilaksanakan di Desa Teluk Empening, Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya yang memiliki beberapa desa dengan petani jahe. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diinginkan sesuai permasalahan dan tujuan penelitian. Hal ini dilakuakan untuk membantu peneliti agar mendapatkan data yang memliki nilai lebih representasi. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian dapat dilaksanakan pada bulan Januari 2022. 3.2 Populasi dan Responden Populasi merupakan obejek, keseluruhan anggota kelompok orang, Organisasi atau kumpulan orang yang mempunyai karakteristik tertentu yang dirumuskan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah petani jahe di Desa Teluk Empening Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya. Responden merupakan sebagian subjek yang menjadi wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2006). Teknik penarikan responden menggunakan teknik simple random sampling, yaitu dilakukan secara acak tanpa mempertimbangkan strata dan setiap unit responden memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih (Trisnani, 2019). Jumlah responden diperoleh dari formula Slovin dengan rumus sebagai berikut; n=



N 1+ N (e)2



Keterangan: n = jumlah/ukuran responden N = jumlah/ukuran populasi e = persentase kelonggaran ketidak telitian, disebabkan kesalahan pengambilan responden dan masih dapat ditoleransi (e = 10%) [ CITATION Uma13 \l 1057 ].



Berdasarkan hasil survey awal di lapangan, diketauhi bahwa jumlah petani jahe di Desa Tekuk Empening sebanyak 30 orang, sehingga rumus Slovin dengan taraf kelonggaran sebesar 10% atau 0,10, maka banyaknya responden adalah: n=



30 = 23,08 1+ 30(0,10)2



Sehingga, ditetapkan bahwa jumlah responden sebanyak 23 petani jahe. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara langsung dengan petani di lokasi penelitian, observasi atau pengamatan langsung di lapangan, serta menggunakan metode survei dengan membuat kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh melalui bahan-bahan referensi seperti jurnal publikasi, buku-buku literatur, dokumentasi, serta data-data pendukung yang diperoleh dari instansi terkait.



3.4 Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode regresi logistik. Metode regresi logistik merupakan salah satu jenis regresi yang dapat



menghubungkan antara satu atau lebih variabel terikat atau dependent variable (Y) yang berupa kategori dengan variabel bebas atau independent variable (X). Pada variabel terikat (Y) biasanya berupa kategori yang disimbolkan dengan angka 0 dan angka 1. Model dari metode regresi logistik ini adalah sebagai berikut. ln



(



p( x ) =α + βX 1−p (x)



)



Keterangan: p(x) = probabilitas keputusan petani α = konstanta β = parameter yang dicari X = variabel-variabel yang berpengaruh Model yang digunakan dalam logit ini adalah sebagai berikut. Y =α + β 1 X 1+ β2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 Keterangan: Y = keputusan petani 1 : petani melakukan usahatani salak Pakkat; dan 0 : petani tidak melakukan usahatani salak Pakkat.



β1, β2, β3, β4, β5 = parameter yang dicari X1 = umur petani (tahun) X2 = pengalaman berusahatani (tahun) X3 = jumlah tanggungan (orang) X4 = frekuensi mengikuti penyuluhan (kali/6 bulan) X5 = kemudahan berusahatani



0 = tidak mudah 1 = mudah Kriteria Uji 1. Hosmer and Lemeshow Test Hosmer and Lemeshow Test adalah uji Goodness of Fit (GoF) yang merupakan uji untuk menentukan apakah model yang dibentuk telah sesuai atau tidak. Suatu model dikatakan tepat atau sesuai apabila tidak ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya. Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat nilai goodness of fit test yang diukur dengan nilai chi square pada taraf signifikansi 5%. Keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan pertimbangan berikut. H0 : model yang dihipotesiskan fit atau sesuai dengan data. H1 : model yang dihipotesiskan tidak fit atau tidak sesuai dengan data. Jika nilai Sig > 0,05 maka terima H0 dan tolak H1 Jika nilai Sig ≤ 0,05 maka tolak H0 dan terima H1



2. Uji G atau Uji Simultan Uji G adalah suatu uji simultan yang digunakan untuk mengetahui signifikansi parameter β terhadap variabel terikat secara keseluruhan atau serentak. Pengujian parameter model dengan cara serentak dapat menggunakan uji ratio likelihoodtest dengan statistik Uji G yang dapat digunakan untuk menguji peranan variabel bebas yang ada pada model secara keseluruhan. Hipotesis dari Uji G adalah sebagai berikut. H0 : β1 = β2 =…= βp = 0 ; secara serempak, variabel bebas tidak mempengaruhi



variabel terikat. H1 :βj ≠ 0 (j adalah 1, 2, 3, … ,p) ; secara serempak, variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Jika nilai Sig > 0,05 maka terima H0 dan tolak H1 Jika nilai Sig ≤ 0,05 maka tolak H0 dan terima H1



3. Uji Wald atau Uji Parsial (Uji-T) Uji Wald digunakan untuk mengetahui seberapa besar signifikansi dari masingmasing variabel bebas (prediktor). Hipotesisnya dapat dijelaskan sebagai berikut.



H0 : βj= 0 (j adalah 1, 2, 3, … p) ; variabel bebas ke-j tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. H1 : βj ≠ 0 (j adalah 1, 2, 3, … p) ; variabel bebas ke-j mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Jika nilai signifikansi statistik Wald ≤ 0,05 ; terima H1 dan tolak H0 Jika nilai signifikansi statistik Wald> 0,05 ; tolak H1 dan terima H0



3.5 Definisi Operasional Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini perlu dibuat batasan definisi operasional 1. Tanaman jahe yang dibudidayakan petani di Desa Teluk Empening Kecamatan Terentang yakni jahe gajah atau jahe putih. 2. Pengambilan keputusan adalah proses petani dalam menentukan keputusannya dalam melakukan atau tidak melakukan usahatani salak Pakkat.



3. Umur petani adalah usia petani yang dinyatakan dalam tahun pada saat dilakukannya penelitian dan dikategorikan sebagai petani dewasa, petani lansia serta petani manula. 4. Pengalaman berusahatani adalah waktu yang ditempuh petani dari awal melakukan usahatani hingga pada saat dilakukannya penelitian yang dinyatakan dalam tahun. 5. Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga inti ataupun yang bukan keluarga inti petani namun biaya hidupnya ditanggung oleh petani. 6. Frekuensi mengikuti penyuluhan adalah seberapa sering petani mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh penyuluh lapangan setiap bulannya. 7. Kemudahan berusahatani adalah tingkat kemahiran petani dalam melaksanakan usahataninya atau keadaan di mana petani menganggap usahataninya mudah. 3.6 Batasan Operasional Batasan operasional dibuat agar penelitian menjadi lebih tepat sasaran. Adapun batasan–batasan operasional adalah sebagai berikut 1. Penelitian dilakukan di Desa Teluk Empening Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimatan Barat. 2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2022. 3. Responden terdiri dari petani jahe gajah atau jahe putih.



Daftar Pustaka Agus Setiawan, T. W. (2017). Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Yang Memotivsi Petani Melakukan Usahatani Padi Sawah (Oryza Sativa L.). Jurnal Ekonomi Pertanian & Pembangunan, 14 No. 2. BPS. (2020). Kecamatan Terentang dalam Angka 2020. Kubu Raya: BPS Kabupaten Kubu Raya. BPS, K. R. (2019). Statistik Pertanian Tanaman Hortikultura Kabupaten Kubu Raya 2019. Kubu Raya: BPS Kabupaten Kubu Raya. BPS, K. R. (2020). Statistik Pertanian Tanaman Hortikultura Kabupaten Kubu Raya 2020. BPS Kabupaten Kubu Raya. Galih Rio Saputra, I. &. (2017). Faktor Sosial Ekonomi Yang Memotivasi Petani dalam Usahatani Jahe di Kecamatan Renah Pembarap Kabupaten Merangin. Jurnal Agri Sains, Vol. 1 No. 02. Hasyim, H. (2006). Analisis Hubungan Karakteristik Petani Kopi terhadap Pendaptan (Studi Kasus Desa Dolok Seribu Kecamatan Pagurana Kabupaten Tapanuli Utara). Jurnal Komunikasi Penelitian Medan: Universitas Sumatra Utara, Lembaga Penelitian . Hayati, M. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Pemilihan Komoditas (Studi Kasus Pada Tanaman Tembakau dan Padi Di Kabupaten Pamekasan). Jurnal PAMATOR, Vol 12 No. 2, 84-92. Lestari, S. (2020, Agustus 6). (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Kalbar) Dipetik November 10, 2021, dari Satu Data Kalbar: http://data.kalbarprov.go.id/dataset/data-produksi-luas-panen-danprovitas-jahe-di-kalbar-per-kabupaten-tahun-2019 Mulyati, S. R. (2014). Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani dan Partisipasi Petani dalam Penerapan Teknologi Pola Tanam Padi (Oryzasativa L) Jajar Legowo 4:1 (Studi Kasus pada Kelompok Tani Gunung Harja di Desa Kalijaya Kecamatan Banjar Sari Kabupaten Ciamis).



Purwanto, A. d. (2018). Pengaruh Jumlah Tanggungan terhadap Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Pekerja K3L Universitas Padjajaran. Jurnal Pekerja Sosial. Saadudin D, R. Y. (2016). Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C Usahatani Jahe. Agro Info Galuh, 3(1):1-7. Sumantri, B. P. (2004). Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Lada di Desa Kunduran Kecamatan Ulu Musi Kabupaten Lahat Sumatra Selatan. Tifani, S. (2019). Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani Kelapa Sawit Desa Kampung Sennah, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhan Batu. Trisnani, N. (2019). Teknik Sampling dan Suvey. Yogyakarta: IKIP PGRI Wates. Triyono K, Sumarmi. (2018). Budidaya Tanaman Jahe di Desa Plesung Kecamatan Gondang Rejo Kabupaten Karang Anyar Provinsi Jawa Tengah. 2(2):1-9. Umar, H. (2013). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edidi Kedua. Jakarta: Rajawali Press.