Bituna Gunung Guntur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BITUNA GUNUNG GUNTUR Ratu malam sudah asal nembongan dari tebeh timur,mirip yang menyorot akan menerangi bagi tanah kota garut. kadang teralang oleh mega hitam , akan tetapi ga lama bangun , lalu pergi pula mengejar mega hitam yang sejena. Angin ririh bangun akan istirahat dari capek. Daun daun terus bergoyang tertiup oleh aingin kecil, saling senggol bersama temannya. daun kelapa bergerak,mileleyanken kanu akan pergi meninggalkan,anjuran kerasan kepada yang baru datang. cimanuk seperti ular yang ke melata,kulinya gelombang kecil yang tertuju oleh sinar bulan ,yang kulitnya dari perak. Terdengarnyaa bunyi air ikut meler,ngaruhnya bunyi curug kecil mengajak kenal,hiliwirna angin ikut tresna. daerah selatan terlihat anggun, daerah timur telaga putih menambah rasa untuk melihatnya. Gunung Galunggung yang panjat gampang bersama talaga putih yang disambut oleh asap perak dewangga. Tidak terlewat gunung guntur ikut bangga,gunung besar pu juga , ikut serta mengawal meriksa di dalamnya, ya di gunung besar dua lelaki sudah tua, menghuni satu rumah yang ga seberapa besar, layak di sebut gubuk pula. Yang paling tua sudah berusia delapan puluhan. sekalipun sudah orangtua lahiriah namun sehat sekali. keanehan itu lelaki orangtua tersebut memiliki kulit yang kuning serta rambutnya pun kuning tangannya tidak. Hanya saja bawa tongkat,pakaiannya saja sederhana. waktu itu pun memakai celana pangsi hitam baju polos,pantas pada tampilan. Postur tubuhnya kecil, tapi tidak lemas. Di tempat itu sudah puluhan tahun. Dari jaman istrinya, cucunya, yang meninggalkan dunia. Tapi tidak mau punya istri lagi. Katanya takut ke anaknya Cuma satu, anaknya laki laki, tertelan rambut putih, anak yang di harapkan. Rambut putih juga punya keanehan. Dari turun ke dinia, dari rambut sampai kekuliatnya putih, malah darahnya juga putih. Dari bayi sudah terbiasa di rawat bapanya, sampai sekarang umurnya 60 tahun, tidak jauh dari bapaknya. Itu juga ada perintah dari bapanya supaya punya istri, tapi biasanya kasihan ke bapanya tidak ada yang ngurus atau isrinya nyusahin bapanya. Malem pada saat itu ada dirumahnya, ariya duduk sila di dekat hamparan kulit domba. Rambut putih duduk di awah, sambil menghadap ke bapanya. Setelah itu Ariya bercerita sesuatu dengan penuh wibawa. “Anaking rambut putih”, matanya tertuju ke anaknya. Yang diam, sambil memperhatikan, dan mendengarkan/ “ada apa, pa” “bapa lagi tidak enak diliatin, sudah 3 minggu kebelakang, melihat kamu membangun alam, kenapa sama kamu masih dipikirin” Setelah bercerita sebentar, rambut putih pun bercerita.



“kenapa seperti itu, pa. Saya itu punya ga enak. Apa yang bapa pegang, ga ada yang salah” “kenapa apa atuh, anaku?” “jadi begini pa.”kata rambut putih sambil cerita lagi.” 3 malam yang lalu, saya mimpi bertemu sama aki, aki dharma. Dalam mimpi itu aki ngomong gini: “rambut putih, sepertinya ilmu yang ada dalam dirimu sudah cukup. Sudah waktunya kamu meninggalkan tempat ini. Cara berbakti ke negara dan masyarakat. Segera temui raja negara timbang anten, yang tertelah suan rangga law. Yang didikanya sangat berbakti kepada keturunan rangga. Para dewa akan memaparkan segala kenikmatan dan keselamatan. Yuk biar eyang tuntun”. Rambut putih berhenti dulu ceritanya. Bapanya seperti tanda ngerti pada isi cerita anaknya, tak lama kemudian cerita : “setelah itu, apa yang kamu pikirkan?” “begini pa, saya ingin di berikan pembelajaran, tapi kenapa dari sini, kalau pergi, saya izin pa, kalau tidak jadi, siapa tau aki punya sesuatu”. “jadi itu yang kamu pikirin siang dan malam? Rambut putih. Dari waktu itu juga bapa cerita, tapi malah nyuruh, kalo diem disini tuh ga akan ada kemajuan, biarkan ini jadi pengalaman, bapa sudah tua, tapi jangan lupa. Malah kamu meninggalkan tempat ini, bapa akan menuju gua batu gede. Ingin menghilangkan beban pikiran dan cape sambil bertapa” “kenapa begitu pa?” kata rambut putih sembari bertanya. Yang ditanya sangat pendek, tidak lama kemudian bapanya menambahkan kata. “sebenarnya hati bapa tidak tega kita berpisah, tapi itu mimpi ada benarnya. Sebaiknya besok kamu berangkat, sambil bapa mendoakan mu. Didoakan supaya mendapat kemudahan dan kemuliaan. Kala itu, aku sudah tua, jangan jadi lemah. Ada umur serta para dewata akan mempertumakan kita, semoga bertemu kembali. Kalau tidak bertemu, biarkan saja, karena kita sudah puluhan tahun hidup bersama”. Ariya wesi berhenti bercerita, sambil minum, yang tadi ada pikirannya, persediaan anaknya. Seteleh itu lanjutkan kembali. “rambut putih, ilmu yang bapa sudah di ajarkan, sekali bapaingatkan. Ilmu itu jangan digunakan di pake keangkuhan, sombong, rasa paling bisa segalanya. Harus di gunakan untuk seksama, ingat yang dibawah, di pake untuk menolong kepada yang membutuhkan dan yang sengsara. Harus hormat kepada yang lebih teua dan berbakti ke siapapun yang membuat kita masih di disini”. “keris pusaka telaga meta, ini harus di bawa, tapi bukan dipake semena-mena. Sekarang masih cahaya bulan, akan nyekar ke ibu kamu, setelah itu, besok subuh datangi negara timbang anten, segera temui raja suan rangga lawe. “hati rambut putih teracak, tidak terbawa yang disuruh oleh bapanya”.



“duh bapa, terima kasih atas segalanya. Biar saya tulis di dalam sanubari saya, semoga dapet hasilnya, dapet sesuatu dari usaha saya. Maaf atas segala kesalahan saya, dari atas rambut sampai ujung kaki” Ariya wesi mengusap rambut anaknya, di usah penuh kasih sayang, dengan berat hati. “sudahlah nak, tidak usah nangis, sudah dimaafkan semua kesalahn kamu. Sebaliknya bapa juga harus dimaafkan, supaya bapa tidak berdosa, dan bisa dipertemukan kamu, dalam hidup’ Setelah bermaaf-maafan, rambut putih izin ke ibunya, di iringi angin malam dari hutan, yang menghilir dingin hingga ke hati. Sesudah berpamitan dibawah dedaunan, yang tertiup angin kecil, yang membuat takut. Suara dari kejauhan membuatnya untuk berangkat. Suara keras mengikuti beliau dan apa yang ada, sungkan dengan 2 orang ingin bersapa. Tapi itu kejadiannya hanya seberapa saat, sebeb arya wesi kuning yang pergi ke gua batu gede, atau ariya rambut putih yang punya maksud lain. Tak bisa di halangin, sapu nyeret copot bakal teringat. Besoknya rambut putih bangun dari tempat itu, mengunjungi negara timbang anten. Negara tersrbut berdiri di suku gunung kutu (guntur), negaranya subur dan makmur. Rajin bekerja sama, pedagangnya jujur, rakyatnya sejahtera, sepi dari maling, maupun rampok, tidak ada yang mencuri barang. Yang mengelola nya pintar dan adil serta punya abdi kecil. Dan rakyatnya juga setia dan nurut ke rajanya. Sri nurpati yang terkenal dengan sunan rangga lawe, satu raja ampuh andalemi, para meuda narpati suka dengan ibu ramana. Ramana yang terkenal dengan rangga raksanagara sudah lama meninggalkan dunia. Karena lagi ibunya, sudah tua, yang di ambil ; istri, yaitu ratna inten dawata. Perempuan cantik nan ayu. Yang ke dau yaitu sunan rangga lawe. Menurut ragrag waris, harunya kerajaan itu diamil ratna inten dewata. Tapi di lain waktu rangga raksanegara tidak sehat, yang memutuskan raga dan huug nyawanya. Dan tidak ada yang menduduki kursi raja, dan harus ada yang mengambil kendali pemerintahan itu anaknya, ratna inten dewata. Tapi ratna inten dewara berkata kerajaan nu disampaikan seperti ini : “rama prabu, bukan aku sudah menolak keaadaan kamu, ku ingat lagi, waktu itu sudah lama adik bae rangga lawe yang berhak memegang kerajaan ini. Dia satu satunya lalaki, dia lebih mengerti, pintar dan serba bisa. Apabila oleh ibu tidak ada, aku ingin mendinginkan pikiranku di perkampungan, secara sendirian.”



TRANSLATE BAHASA SUNDA “ BITUNA GUNUNG GUNTUR”



DI TERJEMAHKAN OLEH : M. YUSUF ZAUHAR XI IPA 5