BJT Tugas2 Eksi4203 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama Mahasiswa



: SAFII



Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041112295



Kode/Nama Mata Kuliah



: EKSI4203 / TEORI PORTOFOLIO &



ANALISIS INVESTASI



Kode/Nama UPBJJ



: 18 / PALEMBANG



Masa Ujian



: 2021.1



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA



1



Saham Awal = 1.000.000 lembar saham Penambahan saham 200.000, jadi total saham perusahaan yakni 1.200.000 lembar saham A =40% KEPEMILIKAN SAHAM X 1 JT = 400.000 LEMBAR B= 30% KEPEMILIKAN SAHAM X 1 JT = 300.000 LEMBAR C= 10 % KEPEMILIKAN SAHAM X 1 JT = 100.000 LEMBAR PUBLIK = 20% KEPEMILIKAN SAHAM X 1JT = 200.000 B MEMBELI 200.000 LEMBAR SAHAM, MAKA JUMLAH SAHAM B YAKNI =500.000 MAKA SUSUNANNYA YAKNI A = (400.000/1.200.000) X 100% = 33,333% B = (500.000/1.200.000) X 100% = 41,667% C = (100.000/1.200.000) X 100% = 8,333% D = (200.000/1.200.000) X 100% = 16,667%



2



Cara menghitung nilai fundamental atau nilai intrinsik saham 1. Pilih saham dengan fundamental bagus Sebelum menghitung nilai intrinsik sebuah saham, kita harus memilih dulu sahamnya. Pastikan bahwa pilih saham yang secara historis memiliki kinerja yang bagus, stabil, dan senantiasa bertumbuh dalam jangka panjang. Indikator yang paling mudah bisa dilihat dari ekuitas dan laba bersihnya, apakah besar, dan naik terus atau tidak. Contoh perusahaan yang kinerjanya bagus dan stabil dalam jangka panjang seperti Unilever Indonesia (UNVR), Charoen Pokphand (CPIN), atau Telkom Indonesia (TLKM) Kinerja perusahaan yang stabil dalam jangka panjang ini sangat penting untuk diperhatikan. Salah satu elemen dari menghitung nilai intrinsik ala Warren Buffett adalah dengan memperkirakan berapa kira-kira pertumbuhan ekuitas dan laba bersih perusahaan kedepannya. Di mana perusahaan dengan track record kinerja yang bagus tentunya akan lebih berpeluang untuk mencatat kinerja yang sama bagusnya di masa yang akan datang. Memang tidak ada jaminan bahwa perusahaan dengan kinerja yang stabil akan tetap mencatat kinerja yang stabil kedepannya, sama halnya dengan perusahaan yang baru berdiri atau punya kinerja yang kurang bagus di masa lalu bisa saja menjadi perusahaan yang bagus suatu hari nanti. Namun, sebuah perusahaan dengan track record kinerja yang bagus tentunya bisa lebih dipercaya ketimbang perusahaan yang sebelumnya rugi melulu. Analoginya jika sebuah perusahaan membutuhkan seorang karyawan untuk posisi manager atau direktur, maka mungkinkah perusahaan tersebut merekrut karyawan fresh graduate yang belum berpengalaman, atau karyawan berpengalaman namun punya catatan buruk, katakanlah pernah tersangkut masalah hukum? Kamu tahu jawabannya.



2. Pahami usaha/ bisnis emiten tersebut Selain punya kinerja yang stabil di masa lalu, kamu juga harus mengerti benar tentang perusahaan serta jenis usaha/bisnisnya. Dalam hal ini kamu harus mempelajari tentang perusahaannya dulu sebelum kemudian baru masuk ke langkah berikutnya. Analoginya balik lagi ke perusahaan yang merekrut pegawai tadi: apakah sebuah perusahaan akan langsung mempekerjakan seorang karyawan hanya karena CV-nya bagus? Jelas tidak. Minimal ia harus melalui proses wawancara dengan pemilik perusahaan, atau pegawai yang posisinya lebih tinggi, atau HRD, dan jika cocok barulah ia akan diterima bekerja. 3. Perhatikan Book Value-nya Menurut Buffett, yang disebut dengan nilai intrinsik adalah jumlah uang cash yang bisa ditarik dari perusahaan selama perusahaan tersebut masih beroperasi. Yang disebut dengan “uang cash” tersebut adalah angka ekuitas terakhir perusahaan (atau disebut juga nilai buku/book value), plus akumulasi dari laba bersih yang akan perusahaan peroleh/kumpulkan kedepannya, yaitu selama perusahaan tersebut terus beroperasi.



NILAI INTRINSIK SAHAM = EARNING PER SHARE = LABA BERSIH/JUMLAH SAHAM BEREDAR 10 = 500/JUMLAH SAHAM MAKA JUMLAH SAHAM YANG BEREDAR YAKNI = 500 X 10 = 5.000 3



A. Surat Utang Negara (SUN) adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah. SUN digunakan oleh pemerintah untuk membiayai kebutuhan anggaran pemerintah seperti untuk menutup defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).



Dari sisi pemerintah, SUN bermanfaat untuk mencari dana untuk membiayaan APBN. Sementara itu, dari sisi pembeli atau investor, SUN adalah suatu produk keuangan yang menawarkan keuntungan, dengan adanya pembayaran bunga atau kupon dan potensi peningkatan harga (capital gain). Dalam bahasa awamnya, SUN ini adalah bukti pemerintah berutang kepada investor dalam jangka waktu tertentu. Pemerintah menjamin pembayaran bunga dan pokok dari SUN sesuai masa berlakunya.



Tujuan dari penerbitan SUN adalah: (1)Membiayai deficit APBN (2)Menutup kekurangan kas jangka pendek dan (3)Mengelola portofolio utang negara.



B. Sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2002, SUN terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara (termasuk Obligasi Negara Retail/ORI).



1. Surat Perbendaharaan Negara (SPN)



Surat Perbendaharaan Negara (SPN) adalah SUN yang berjangka waktu maksimal 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.



2. Obligasi Negara



Obligasi Negara adalah SUN yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon atau pembayaran bunga secara diskonto.



3. Obligasi Ritel Indonesia (ORI)



Obligasi Negara yang diperdagangakan secara ritel. Tujuan diterbitkannya ORI adalah untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat atau investor individual untuk secara langsung memiliki dan memperdagangkan secara aktif dalam perdagangan Obligasi Negara.



4. Saving Bond Retail (SBR)



SBR merupakan turunan dari ORI, yang memiliki sifat mirip dengan tabungan (saving) atau deposito bank untuk masyarakat ritel sehingga dinamakan seperti produk perbankan itu. Biasanya, tenor dari SBR tidak terlalu panjang, seperti SBR003 memiliki tenor 2 tahun saja.



4



Portofolio efisien adalahportofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terendah, atau risiko tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi. sehingga pemodal harus berusaha memaksimalkan tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi dan risiko yang diterima



5



Pertama, menghitung return saham bulanan dari masing-masing saham perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi dengan rumus (Hartono, 2017: 284).



Kedua, menghitung expected return dari masing-masing saham perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi dengan rumus (Hartono, 2017: 300).



Ketiga, Menghitung standar deviasi (risiko) saham dari masing-masing saham perusahaan sampel yang memiliki expected return positif dengan rumus (Hartono, 2017: 307).



Keempat, Menghitung kovarian antar saham perusahaan sampel dengan rumus (Hartono, 2017: 340).



Kelima, Menghitung expected return portofolio yang merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing saham di dalam portofolio dengan rumus (Hartono, 2017: 332).



Keenam, menghitung risiko portofolio adalah perkalian matrik antar matrik kovarian dengan matrik proporsi masing-masing saham dengan rumus (Hartono, 2017: 352).



Ketujuh, menghitung Kinerja portofolio menunjukan sejauh mana portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan kinerja yang memuaskan investor, dengan rumus (Hartono, 2017: 729).



Kedelapan, menggunakan program Solver untuk menghitung bobot masingmasing saham. Kesembilan, menghitung expected return (no. 5), risiko (no. 6), dan kinerja portofolio (no. 7) proporsi optimal menggunakan bobot yang didapat dari program Solver.