Blok KB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Melakukan Kolaborasi Interprofesional Dalam Penatalaksanaan Efek Samping Kontrasepsi AKDR (Spotting, Amenorrhea, Mual, Pusing, Kenaikan BB, Hiperpigmentasi, Menometroraghi)



Kelompok 3 Di susun oleh : 



Hani Nurcahyati



(1915201002)







Putri habibah



(1915201009)







Iklima Novianti



(1915201011)







Zahra salsabila



(1916201047)



Dela adila ruswandi ` (1915201021)



1



Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal, Simptotermal Dosen: Ika Oktaviani SST, MKM



Yang disusun oleh : Kelompok 3 Jiihan Latiifah Azzahroh (1915201040) Dita Siti Nurfadhilah (1915201008) Anissawida Maharani (1915201045) Tiara Safitri (1915201006) Muhlina Putri (1915201014) Rohmah (1915201037)



PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG TAHUN 2021



2



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Banyak hal yang akan kami sampaikan kepada pembaca mengenai “Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal, Simptotermal” untuk membaca lebih lengkap, Anda dapat membaca hasil makalah Kami. Kami menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah. Demikian Kami ucapkan terima kasih atas waktunya telah membaca hasil makalah Kami.



Tangerang, 29 April 2021



Penulis



3



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR DAFTAR ISI



ii



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang



1



1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan



2



1.4 Manfaat



2



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian .



1



3



3



2.2 Metode Amenorhoe Laktasi (MAL)



3



2.3 Coitus Interuptus 4 2.4 Metode kalender 5 2.5Metode Lendir Serviks



6



2.6 Metode Suhu Basal



9



2.7 Metode simptothermal



10



BAB III PENUTUP 12 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran



12



12



3.3 Daftar Pustaka



13



4



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode keluarga berencana alami telah banyak digunakan di masa lalu oleh berbagai kelompok agama seperti penganut Katolik Roma. Metode ini dilakukan dengan mengamati perubahan tubuh tertentu yang menandai ovulasi. Dari informasi ini, pasangan dapat memilih pantang koitus dan menggunakannya sebagai metode keluarga berencana mereka, atau menggunakan masa subur ini untuk melakukan koitus sehingga meningkatkan kehamilan, yang disebut sebagai kesadaran terhadap kesuburan. (Suzanne Everett, 2007: 37). KB pada hakikatnya merupakan program yang turut berperan penting dalam menciptakan generasi masa depan bangsa Indonesia yang berkualitas serta mampu bersaing dengan bangsa lain.Beberapa pasangan suami-istri mengalami kesulitan dalam memilih metode KB. Ada ibu yang kegemukan mengikuti suatu metode KB, ada juga yang alergi dan sebagainya. Tentu itu bukan tujuan dari program KB, hanya efek samping tapi kadang-kadang turut mengusik kebahagiaan rumah tangga. Beberapa di antara mereka memperhitungkan masa subur, dimana masa subur sangat besar artinya bagi mereka yang menginginkan hamil dan bagi yang ingin menunda kehamilan.



5



1.2 Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Metode Amenorhoe Laktasi (MAL)? Coitus Interuptus? Metode Kalender? Metode Lendir Serviks? Metode Suhu Basal? Simptotermal



1.3 Tujuan 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Kita dapat mengetahui tentang Amenorhoe Laktasi (MAL). Kita dapat mengetahui tentang Coitus Interuptus. Kita dapat mengetahui tentang Metode Kalender. Kita dapat mengetahui tentang Metode Lendir Serviks. Kita dapat mengetahui tentang Metode Suhu Basal. Kita dapa mengetahui tentang Simptotermal



1.4 Manfaat Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahiu apa saja hal-hal yang terkait dengan Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal, Simptotermal



6



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Metoda kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dapat dikerjakan sendiri oleh peserta keluarga berencana, tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Hasil yang diperoleh dengan cara ini umumnya kurang efektif dibandingkan dengan cara-cara yang lain.



2.2 Metode Amenorhoe Laktasi (MAL) metode amenorhoe laktasi ( MAL) adalah metode kontrasepsi alami bersifat sementara yang dapat digunakan setelah persalinan. MAL  memiliki cara kerja berupa penekanan



ovulasi.



Peningkatan hormon



prolaktinb (hormon



pembentukan



asi) usai



persalinan menyebabkan penurunan hormon lain seperti LH dan estrogen yang yang diperlulan untuk pemeliharan siklus menstruasi sehingga ovulasi (pematangan sel telur) tidak terjadi. Jika Ibu ingin menggunakan MAL sebagai kontrasepsi alami, berikut adalah syarat dan hal- hal yang harus diperhatikan: 1. Ibu harus menyusui bayi secara ekslusif. Eksklusif berarti penuh atau hampir penuh selama 24 jam dalam sehari termasuk malam hari. Ibu harus menyusui bayi selama 8x sehari atau lebih, biasanya sebanyak 10-12x dalam sehari. Hindari jarak antar menyusui lebih dari 4 jam. Bayi harus menghisap payudara ibu secara langsung.   2. Bayi berusia kurang dari 6 bulan. Jika bayi sudah berusia lebih dari 6 bulan maka kebutuhan akan MPASI meningkat dan frekuensi  pemberian asi akan berkurang. 3. Ibu harus dalam masa belum mengalami menstruasi. Jika ibu sudah mengalami menstruasi maka metode ini tidak dapat digunakan lagi karena ovulasi dapat terjadi setelah menstruasi. Pendarahan sebelum 56 hari paska salin belum dianggap sebagai haid. Pada ibu yang menyusui secara eksklusif ovulasi tidak akan terjadi sampai 10 minggu paska persalinan.  MAL sebagai kontrasepsi memiliki banyak keunggulan baik bagi Ibu maupun bayi. Bagi ibu menyusui secara ekslusif dapat mengurangi kejadian pendarahan setelah persalinan. MAL tidak memiliki efek samping sistemik bagi ibu.  Untuk bayi pemberian 7



ASI secara ekslusif dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena ASI mengandung antibodi yang dibutuhkan oleh bayi. Bayi juga mendapatkan gizi yang terbaik dari nutrisi yang terdapat pada asi. Yang paling penting, MAL meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi. 2.3 Coitus Interuptus Coitus Interuptus Nama lain dari coitus interuptus ; senggama terputus atau ekspulsi pra ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method. Dalam bahasa latin disebut juga interrupted intercourse. Pengertian Coitus interuptus atau senggama terputus ; metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim. Efektifitas Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif. Manfaat Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.



Manfaat kontrasepsi 1. Alamiah. 2. Efektif bila dilakukan dengan benar. 3. Tidak mengganggu produksi ASI. 4. Tidak ada efek samping. 5. Tidak membutuhkan biaya. 6. Tidak memerlukan persiapan khusus . 7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. 8. Dapat digunakan setiap waktu.



8



2.4 Metode kalender Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/menstruasi wanita. Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasiberikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem kalender. Pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atauhubungan seksual pada masa subur/ovulasi. a. Manfaat: Dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi. 1. Manfaat kontrasepsi yaitu sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegahk ehamilan. 2. Manfaat konsepsi dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil. b. Keuntungan 1. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana. 2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat. 3. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya. 4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual. 5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. 6. Tidak memerlukan biaya. 7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi. 8. Keterbatasan



9



Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain: 1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri. 2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya. 3. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat. 4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur. 5. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus. 6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat). 7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. c.



Keefektifitas Akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan



metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawankawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun. 2.5 Metode Lendir Serviks Metode mukosa cerviks atau ovulasi billings ini dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne, Australia dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan obat atau alat, sehingga dapat diterima oleh pasangan taat agama dan budaya yang berpantang dengan kontrasepsi modern. Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi. a) Esensi Metode Mukosa Serviks 10



Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel sekretori serviksdan mengandung tiga komponen penting yaitu: a) Molekul lendir. b) Air. c) Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll). Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim tetapi juga oleh sel-selvagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet yang mampu berperan terhadap adanya lendir padamasa subur/ovulasi. vulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari ovarium/indung telur. Pada saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim akan mengalir dari vagina bila wanita sedang berdiri atau berjalan. Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5 hari. Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan: 1. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari. 2. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu. Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan. Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar Tidak Subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini mengikuti hormon yang mengontrol kelangsungan hidupsperma dan konsepsi/pembuahan. Dengan demikian akan memberikan informasi yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan. b) Manfaat Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu dengan berpantangsenggama pada masa subur. Selain itu, metode ini juga bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan. c) Efektifitas Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi yang tepat, pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan dan pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan kerjasama dari pasangan dalam mengaplikasikannya. Angka kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan per 100 perempuan per tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila petunjuk metode mukosa serviks atau 11



ovulasi billings ini digunakan dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen. d) Kelebihan Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain: 1. Mudah digunakan. 2. Tidak memerlukan biaya. 3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan. e) Keterbatasan Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain: 1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metodekontrasepsi lain (misal metode simptothermal). 2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya. 3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan. 4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir. f) Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh: 1. Menyusui. 2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery. 3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi. 4. Perimenopause. 5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat. 6. Spermisida. 7. Infeksi penyakit menular seksual. 8. Terkena vaginitis. g) Instruksi Kepada Pengguna/Klien Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut: 1. Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya. 2. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahanperasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.



12



3. Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola dasar ketidaksuburan. 4. Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak selama satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir normal atau pola kesuburan maupun pola dasar tidak subur. 5. Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama tergolongaman pada dua hari setelah menstruasi. 6. Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur (pantang bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan lengket menunjukkan masa tidak subur. 7. Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin dan elastis. Ini merupakan hari puncak dalam periode subur (fase paling subur). 8. Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak subur. Hal ini untuk menghindari terjadinya pembuahan. 9. Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari setelah puncak hari subur sehingga senggama dapat dilakukan hingga datang haid berikutnya 2.6 Metode Suhu Basal Metode suhu basal ( termal) 



Dasar : • Peninggian suhu badan basal 0.2 - 0.5 0C pada waktu ovulasi. • Peninggian suhu badan basal mulai 1 - 2 hari setelah ovulasi, dan disebabkan oleh peninggian kadar hormon progesteron.







Teknik Metode Suhu Badan Basal : • Umumnya digunakan untuk termometer khusus dengan kalibrasi yang di perbesar (basal termometer), meskipun termometer biasa dapat juga dipakai . • Waktu pengukuran harus pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur nyenyak sedikitnya 3-5 jam serta masih dalam keadaan istirahat mutlak. a)



Oral (3 menit)



b)



Rektal (1 menit)



c)



Vaginal



13







Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan basal : 1. Influensa atau infeksi traktus respiratorius lain. 2. Infeksi/penyakit-penyakit lain yang meninggikan suhu badan. 3. Inflamasi lokal lidah, mulut atau daerah anus. 4. Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk, jet lag, mengganti popok bayi pukul 6 pagi, 5. Jam tidur yang ireguler 6. Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum penngambilan suhu badan basal. 7. Pemakaian selimut elektris. 8. Kegagalan membaca termometer dengan tepat atau baik.







Efektifitas Metode Suhu Basal Angka kegagalan : 0.3 - 6.6 kehamilan pada 100 wanita per tahun.



Kerugian utama metode suhu badan basal ialah bahwa abstinens sudah harus dilakukan pada masa pra-ovulasi. 2.7 Metode simptothermal Metode Simptothermal Metode Simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks dan perhitungan masa subur melalui metode kalender. Metode simptothermal akan lebih akurat memprediksikan hari aman pada wanita daripada menggunakan salah satu metode saja. Ketika menggunakan metode ini bersamasama, maka tanda-tanda dari satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi.  



Manfaat Metode simptothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi maupun konsepsi







Manfaat Kontrasepsi Metode simptothermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur (pantang saat masa subur).



14







Manfaat Konsepsi Metode simptothermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan kehamilan dengan melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur Efektifitas Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-20



wanita akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kesalahan dalam belajar, saran atau tidak ada kerjasama pasangan. Namun, studi lain juga menyatakan angka kegagalan dari metode simptothermal mempunyai angka kegagalan hanya 3 persen apabila di bawah pengawasan yang ketat. Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Menjadi Efektif Metode simptothermal akan menjadi efektif apabila: 



Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat.







Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat mengubah siklus menstruasi dan pola kesuburan. 







Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah kehamilan. Kerja sama dengan pasangan adalah perlu, karena ia harus bersedia untuk membantu



untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak melakukan hubungan seksual atau menggunakan beberapa metode penghalang selama hari-hari paling subur. Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Tidak Efektif Metode simptothermal dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada malam hari. Wanita yang mempunyai penyakit. Pasca perjalanan. Konsumsi alkohol.



15



16



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan. Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional/alamiah,dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum mencapai ejakulasi. Efektifitas coitus interuptus sangat bergantung padakesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiapmelaksanakannya (angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan pertahun).Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu hanya diberikan ASIsaja tanpa tambahan makanan ataupun yang lainnya. (Saifuddin, dkk, 2012,hal.MK-1) Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi.



3.1 Saran 1.Bagi PenulisPenulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap dapat memperbaikikekurangan dalam penyusunan makalah yang akan datang. 2.Bagi Institusi Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat meningkatkan keefektivan dalam belajar, pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilanmahasiswa dalam menerapkan atau mengaplikasi materi yang sudah didapatkan, serta untuk melengkapi sumber – sumber buku perpustakaansebagai bahan informasi dan referensi yang penting dalam mendukung pembuatan makalah selanjutnya. 3.Bagi Pembaca Penulis berharap pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini yang penulis buat, dan dapat menerapkannya dalam kehidupan bermsayarakat



17



DAFTAR PUSTAKA https://pdfcoffee.com/metode-simptothermal-pdf-free.html https://skata.info/article/detail/155/metode-amenore-laktasi-kontrasepsi-alami-selepasmelahirkan http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/kb-alamiah-metode-kalender-metodesuhu.html?m=1 https://en.wikipedia.org/wiki/Coitus_interruptus



18



MAKALAH KELUARGA BERENCANA & PELAYANAN KONTRASEPSI “KONSELING PADA KONTRASEPSI” DOSEN MATA KULIAH : ZUHROTUNIDA, SST, M.Kes



Disusun Oleh : Laily Zaimatul F



(1915201018)



Ayu Puji Lestari



(1915201031)



Siti Nurhalimah



(1915201032)



Diany Safitri



(1915201036)



Ayu Marhamah



(1915201028)



PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG TAHUN AJARAN 2021/2022



KATA PENGANTAR



19



Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. Bagi penulis, penyusunan makalah yang berjudul “KONSELING PADA KONTRASEPSI” ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan makalah ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun pada akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tentulah karena beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Tidak lupa saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin.



Tangerang, Juli 2021



Penyusun.



20



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL KATAPENGANTAR..................................................................................................................i DAFTARISI...............................................................................................................................ii BAB I.........................................................................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1 B. Rumusan Masalah............................................................................................................1 C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3 A. Konseling Pada Kontrasepsi ..........................................................................................3 B. Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat...................................................................7 C. Barrier ............................................................................................................................9 D. Steroid..........................................................................................................................13 E. Mekanik........................................................................................................................14 F. Kimia............................................................................................................................16 G. Pembedahan..................................................................................................................16 BAB III PENUTUP..................................................................................................................19 A. Kesimpulan...................................................................................................................19 B. Saran.............................................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20



21



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas (UU Kependudukan Nomor 52 tahun 2009). Keluarga Berencana merupakan suatu cara yang memungkinkan setiap orang untuk mengatur jumlah anak yang diinginkan dan jarak kehamilan melalui informasi, pendidikan dan penggunaan metode kontrasepsi (WHO, 2014). Penggunaan kontrasepsi atau KB Pasca Persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan, persetujuan atau dukungan suami, informasi keluarga berencana, pelayanan keluara berencana, faktor ekonomi, durasi menyusui, usia dan paritas (Bwazi et al., 2014;Kripa S etal., 2017; Jalang’o et al., 2017; Widyastuti, 2010). Pengetahuan merupakan unsur penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2012). B. RUMUSAN MASALAH a. Bagaimana Konseling Pada Kontrasepsi? b. Apa yang dimaksud dengan Metode Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat? c. Apa yang dimaksud dengan Barrier? d. Apa yang dimaksud dengan Steroid? e. Apa yang dimaksud dengan Mekanik? f. Apa yang dimaksud dengan Kimia? g. Apa yang dimaksud Pembedahan? C. TUJUAN PENULISAN a. Untuk Mengetahui Konseling Pada Kontrasepsi. b. Untuk Mengetahui Kontrasepsi Sederhana Tanpa Alat. c. Untuk Mengetahui Metode Barrier. d. Untuk Mengetahui Metode Steroid. e. Untuk Mengetahui Metode Mekanik. 1



f. Untuk Mengetahui Metode Kimia. g. Untuk Mengetahui Metode Pembedahan



2



BAB II PEMBAHASAN A. KONSELING PADA KONTRASEPSI Konseling menurut Sarwono adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya, di samping itu dapat membuat klien merasa lebih puas (Sarwono, 2006). Konseling kontrasepsi lengkap mengenai



adalah proses pemberian informasi



yang objektif dan



kontrasepsi dengan dasar pengetahuan dengan tujuan membantu



klien untuk memilih metode kontrasepsi.



Konseling kontrasepsi meliputi informasi



tentang pengertian kontrasepsi, manfaat kontrasepsi, berbagai jenis kontrasepsi, keunggulan, angka kegagalan, efek samping serta biaya dari setiap jenis kontrasepsi (Fadjar, 2013). 1. HAK DAN PERSETUJUAN DALAM KONSELING KB a. Informed choice Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang: Metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya atau keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti oleh klien. Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia b. Informed consent Informed consent merupakan: 1) Bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien.



3



2) Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut. 3) Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap keselamatan klien (baik yang terduga



atau



tak



terduga



sebelumnya). Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) berisi tentang kebutuhan reproduksi klien, informed choice, dan prosedur klinik yang akan dilakukan. Ada penjelasan tentang risiko dalam melakukan prosedur klinik tersebut. Informed consent juga dilakukan pada pasangannya dengan alasan sebagai berikut: 1) Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa pasangannya secara sadar telah memberikan persetujuan terhadap tindakan medik. 2) Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya untuk memberikan persetujuan (atau sebaliknya) kecuali pada kondisi khusus tertentu. 3) Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi penentu dalam memberikan persetujuan tetapi secara hukum, hal tersebut hanya merupakan persetujuan terhadap konsekuensi biaya dan pemahaman risiko (yang telah dijelaskan sebelumnya) yang mungkin timbul dari prosedur klinik yang akan dilakukan. 2. JENIS KONSELING KB a) Konseling umum Konseling umum dapat dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) serta kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Konseling umum sering dilakukan di lapangan (nonklinik). Tugas utama dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara perseorangan. Konseling umum meliputi penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga. b) Konseling spesifik Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Pelayanan konseling spesifik dilakukan di klinik dan diupayakan agar diberikan secara perorangan di ruangan khusus. Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk 4



melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling lapangan. Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntunganketerbatasan, akses, dan fasilitas layanan. c) Konseling pra dan pasca Tindakan Konseling pra dan pasca Tindakan dapat dilakukan oleh operator / konselor / dokter / bidan. Pelayanan konseling ini juga dilakukan di klinik secara perseorangan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan ( pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan / instruksi tertulis asuhan mandiri. 3. TEKNIK KONSELING KB Cara suportif untuk memberikan dukungan kepada klien: a) Bicaralah dengan suara yang menunjukkan perhatian dan minat untuk membantu dan menunjukkan sikap bersahabat. b) Ajukan satu pertanyaan setiap saat dan tunggulah jawaban c) Gunakan bentuk pertanyaan terbuka, yang memungkinkan klien untuk menjawab dalam bentuk cerita, misalnya tentang keadaan keluarganya, kesulitan hidup, pekerjaan, dan sebagainya yang mungkin menjadi dasar keinginannya untuk melaksanakan KB atau memilih cara KB. d) Hindari menggunakan bentuk pertanyaan tertutup yang hanya mungkin dijawab dengan “ya” atau “tidak”. Perhatikan pula bahwa anda mengajukan pertanyaan yang tidak mengarahkan, tetapi mendorong agar klien mau dan merasa bebas untuk bercerita lebih lanjut, misalnya kalimat sebagai berikut. “Apa yang bisa saya bantu?” “Apa yang anda ketahui mengenai ” e) Pakailah kata-kata seperti “Lalu?”, “Dan?”, “Oooo”. Komentar kecil ini biasanya mampu mendorong untuk terus bercerita lebih lanjut. f) Jangan mengajukan pertanyaan bernada memojokkan seperti “mengapa begitu?”, “kok begitu?”. Meskipun seringkali anda bermaksud mengetahui alasannya, nada demikian dapat menimbulkan salah pengertian, misalnya ia merasa disalahkan. g) Cari bentuk pertanyaan lain apabila ternyata klien tidak begitu mengerti maksud 5



pertanyaan anda. 4. CONTOH PEMBERIAN KONSELING KB a. GATHER G-Geet



:Memberi salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi



A-Ask



:Menanyakan keluhan / kebutuhan klien dan menilai apakah keluhan / keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan kondisi yg dihadapi



T-Tell



:Memberikan informasi dan pilihan mengenai metode KB yang tersedia dan yang cocok untuk klien (kelebihan dan keterbatasan). Tanyakan mengenai 4 hal berikut: “Apakah masih ingin memiliki anak?” “Apakah sedang menyusui anak berusai