Blood Urea Nitrogen Atau Ureum Adalah Produk Limbah Hasil Metabolisme Protein Yang Bersifat Racun Bagi Tubuh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Blood Urea Nitrogen atau ureum adalah produk limbah hasil metabolisme protein yang bersifat racun bagi tubuh. Kadar ureum darah perlu diuji melalui tes Blood Urea Nitrogen (BUN) untuk mengetahui nilai ureum normal atau tidak. Berapakah nilai normal ureum? Apa artinya jika ureum tinggi atau ureum rendah? Simak selengkapnya melalui penjelasan ini untuk menemukan jawabannya dan beberapa informasi penting terkait kadar ureum darah!



Apa Itu Tes Blood Urea Nitrogen (BUN)? Tes Blood Urea Nitrogen (BUN) adalah pemeriksaan laboratorium yang bertujuan untuk menetapkan kadar nitrogen ureum dalam darah. Pemeriksaan kadar nitrogen ureum darah (BUN) dilakukan dengan cara mengukur konsentrasi nitrogen di dalam plasma darah. Hati kita berfungsi untuk memecah protein dari makanan dan menghasilkan zat Nitrogen urea yang akan disaring lewat ginjal dan dibuang melalui urine. Kadar ureum di dalam darah ini dapat mencerminkan keseimbangan produksi ureum pada hati dan fungsi ekskresi atau pembuangan ureum tersebut melalui ginjal. Ginjal yang sehat dapat menyaring dan membuang ureum melalui urine, sehingga kadar ureum darah dapat dipertahankan dalam jumlah yang normal. Sebaliknya, apabila fungsi ginjal menurun, ginjal tidak dapat membuang zat ureum melalui urine, sehingga kadar ureum di dalam darah akan menjadi tinggi. Hasil pemeriksaan tes BUN dinyatakan dengan satuan mg/dL. Berikut ini adalah fungsi Tes BUN (Blood Urea Nitrogen): 1. 2. 3. 4.



Mengevaluasi fungsi ginjal dalam berbagai keadaan Mendiagnosis penyakit atau gangguan ginjal Memantau pasien dengan indikasi gangguan ginjal akut atau kronis. Mengevaluasi status kesehatan seseorang secara umum



Prosedur Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN) Ada prosedur yang harus dijalani pada proses pemeriksaan kadar ureum darah atau BUN. Pemeriksaan kadar ureum darah yang sesuai prosedur bisa meningkatkan akurasi hasil sehingga kekeliruan dalam interpretasi hasil bisa dikurangi. Prosedur pemeriksaan kadar ureum darah harus melewati beberapa langkah ini:



1. Proses pengambilan darah Pasien yang akan menjalani tes BUN harus diambil sampel darahnya. Sampel darah diambil melalui pembuluh darah vena di lengan. Pengambilan sampel darah pasien untuk tes BUN perlu menunda diet tinggi protein dan menghentikan terapi obat tertentu atas saran dokter.



Efek samping yang mungkin terjadi setelah pengambilan sampel darah adalah hematoma atau adanya memar kebiruan pada tempat suntikan pengambilan darah.



2. Pemeriksaan ureum di laboratorium Setelah sampel darah disimpan di dalam tabung yang sudah diberikan label keterangan, maka kadar ureum darah akan diperiksa di laboratorium. Ada beberapa metode untuk mengukur kadar ureum darah. Metode yang bisa dilakukan untuk mengukur kadar nitrogen darah (urea) di antaranya adalah metode enzimatik UV, colorimetri, dan UV Auto Fast Rate. Biasanya, metode enzimatik sering dipilih karena lebih murah, lebih mudah, lebih cepat, dan tingkat akurasi lebih tinggi.



Hal yang berpengaruh terhadap akurasi hasil tes BUN Hasil pemeriksaan kadar ureum darah bisa jadi kurang akurat dari kadar ureum yang sebenarnya. Ada beberapa hal yang bisa memengaruhi tingkat akurasi hasil tes Blood Urea Nitrogen (BUN). Berikut ini adalah beberapa hal yang memengaruhi akurasi hasil tes BUN:    



proses pengambilan sampel darah alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan pasien mengonsumsi protein atau obat-obatan yang memengaruhi kadar ureum metode pemeriksaan yang dipakai di laboratorium



Nilai normal ureum Pemeriksaan BUN atau kadar ureum darah yang selesai dilakukan akan mendapatkan nilai ureum dalam mg/dL. Nilai ureum yang didapatkan perlu dibandingkan dengan nilai normal ureum sebagai acuan. Inilah nilai normal ureum pada beberapa kategori usia menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC): 1. Usia 0-5 tahun                  : 5-18 mg/dL 2. Usia 5-15 tahun                : 7-18 mg/dL 3. Usia lebih dari 15 tahun     : 6-23 mg/dL



Referensi lain menyebutkan bahwa nilai ureum normal untuk orang dewasa adalah 10–20 mg/dL. Kisaran angka pada nilai normal ureum ini memang bisa jadi berbeda dari nilai normal ureum menurut referensi lain.



Apabila ureum tinggi



Ureum dikatakan tinggi apabila hasil nilai ureum lebih besar dari nilai normal  menurut usianya. Orang dewasa memiliki ureum tinggi bila kadar ureumnya lebih dari 25 mg/dL. Kondisi ureum tinggi menandakan ada beberapa masalah medis atau hal lain, yaitu:



1. Diet tinggi protein Kadar ureum darah bisa tinggi jika pasien menerapkan diet tinggi protein. Diet tinggi protein akan meningkatkan katabolisme protein sehingga terjadi peningkatan produksi ureum yang tidak sebanding dengan tingkat ekskresinya.



2. Gangguan fungsi ginjal Nilai ureum tinggi biasanya dikarenakan adanya gangguan fungsi ginjal atau kerusakan ginjal. Kerusakan atau gangguan fungsi ginjal tersebut bisa bersifat akut atau kronis. Penyakit yang bisa memicu gangguan fungsi ginjal adalah diabetes dan hipertensi.



3. Aliran darah ke ginjal berkurang Pasien yang tidak mengalami gangguan fungsi ginjal bisa saja memiliki ureum tinggi bila aliran darah ke ginjal berkurang. Penurunan tingkat aliran darah ke ginjal ini bisa dipicu oleh beberapa hal seperti dehidrasi, syok hipovolemik, uka bakar, dan serangan jantung.



4. Terapi obat Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan nilai ureum. Oleh karena itu, Anda perlu memberi tahu semua jenis obat yang sedang Anda jalani dan menghentikan jenis obat yang diminta oleh dokter. Sebagai contoh, obat golongan kortikosteroid meningkatkan proses katabolisme tubuh dan pemecahan protein sehingga meningkatkan produksi ureum.



Apabila ureum rendah Hasil pemeriksaan tes Blood Urea Nitrogen (BUN) juga bisa menunjukkan nilai yang rendah dari nilai ureum normal meskipun hal ini tidak lazim terjadi. Nilai ureum rendah jika kurang dari 6 mg/dL. Beberapa hal yang menyebabkan nilai ureum rendah terdiri dari:



1. Kekurangan protein Kadar ureum darah bisa lebih rendah dari nilai normal ureum jika pasien tersebut mengalami kekurangan asupan protein. Seperti yang telah dijelaskan diatas, ureum adalah hasil pemecahan dari protein, sehingga intake protein yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya hasil ureum darah.



2. Penyakit hati



Selain dikarenakan kurang asupan protein, nilai ureum rendah bisa dikarenakan adanya penyakit hati lanjut seperti sirosis hepatis atau liver failure. Ini terkait dengan fungsi hati yang bertanggung jawab memecah protein hingga menjadi urea.



3. Usia Nilai ureum rendah juga bisa dialami oleh anak-anak. Hal ini dikarenakan anak-anak memiliki kemampuan tubuh yang lebih rendah dalam memecah protein.



4. Kehamilan Wanita hamil juga biasa memiliki nilai ureum yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil karena kondisi kehamilan memengaruhi kemampuan metabolisme tubuh dalam melakukan katabolisme protein.     Informasi ini telah ditinjau oleh dr. Patricia Aulia   Sumber: 1. LabTestsOnline: Blood Urea Nitrogen (BUN). https://labtestsonline.org/tests/blood-ureanitrogen-bun [diakses pada 28 Maret 2019] 2. CDC: Laboratory Procedure Manual (BUN). https://wwwn.cdc.gov/nchs/data/nhanes/20132014/labmethods/BIOPRO_H_met_Blood_Urea_Nitrogen.pdf [diakses pada 28 Maret 2019] 3. Michigan Medicine: Blood Urea Nitrogen. https://www.uofmhealth.org/healthlibrary/aa36271#aa36282 diakses pada 28 Maret 2019] 4. Jeri Y, Michaela E, dan Youla A. 2016. Gambaran Kadar Urea Nitrogen Darah Pada Vegetarian Lacto-Ovo (Jurnal). Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. https://media.neliti.com/media/publications/62818-ID-gambaran-kadar-urea-nitrogen-darahpada.pdf diakses pada 28 Maret 2019] 5. Hilfan A dan Tawanita B. Serum Blood Urea Nitrogen (BUN) Sebagai Penanda Independen Kematian Di Rumah Sakit Pada Penderita Infark Miokard Akut St Elevasi Tanpa Reperfusi Dini (Jurnal). Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jms/article/viewFile/17954/7658 diakses pada 28 Maret 2019] 6. UMS: Tinjauan Pustaka (Ureum). http://eprints.ums.ac.id/26225/2/BAB_1.pdf diakses pada 28 Maret 2019]



STOMATITIS UREMIC Stomatitis uremik merupakan komplikasi uremia yang tidak biasa karena munculnya dialisis ginjal yang mungkin terjadi sebagai akibat dari gagal ginjal tingkat lanjut dengan adanya peningkatan yang nyata Kadar BUN sekitar 150-300 mg / dl.1 Secara klinis dinyatakan sebagai plak putih terdistribusi terutama pada mukosa bukalantai mulut dan permukaan dorsal atau ventral lidah. Pasien biasanya mengeluh sakit, disgeusia rasa tidak enak dan sensasi terbakar dengan lesi, dan dokter mungkin mendeteksi bau amonia atau urin dalam napas pasien. Itu penampilan klinis kadang-kadang meniru leukoplakia berbulu mulut. Stomatitis uremik dapat digolongkan sebagai empat jenis seperti eritemopultaceous, ulseratif, hemoragik, dan hiperkeratotik. Secara histologis, stomatitis uremik ditandai dengan minimal infiltrat inflamasi yang mendasari dengan epitel hiperplastik dan hiperparakeratisasi yang tidak biasa. Lesi oral diusulkan karena iritasi dan cedera kimia pada mukosa oleh amonia atau senyawa amonium yang dibentuk oleh hidrolisis urea dalam saliva oleh urease.2 Diagnosis banding harus dilakukan terutama dari mikroba vesiculobullous infeksi, defisiensi vitamin, lichen planus, leukoplakia oral berbulu dan kandidosis hiperplastik kronis. Perawatan terdiri terutama hemodialisis dan peningkatan kebersihan mulut dengan antiseptik obat kumur dan agen antimikroba / antijamur jika perlu.3



EPIDEMIOLOGI Uremic stomatitis jarang terjadi, biasanya terjadi pada kedaan gagal ginjal yang parah. Angka kejadianya hanya 14% dari pasien dengan terapi hemodialisis. Diperkirakan hanya 8 dari 562 penderita gagal ginjal kronis yang menderita uremic stomatitis3,4,9



PATOGENESIS Uremic stomatitis juga dianggap sebagai chemical burning akibat dari peningkatan kadar amoniak. Amoniak dibentuk melalui bakteri yang menghasilkan urea memodifikasi urea saliva yang meningkat pada pasien gagal ginjal kronis. Uremic stomatitis terlihat pada level urea darah yang lebih tinggi dari 300mg/mL, meskipun dilaporkan adanya perubahan mukosa pada level urea kurang dari 200 mg/mL dan diperkirakan sudah ada perubahan pada mukosa pada level diatas 55 mg/dL. (keadaan normal 18-21 mg/mL) j2 Pada keadaan uremia, glomerular filtration menjadi progressif terjadi retensi sisa produksi nitrogen, hal ini dapt dikonfermasi dengan pemeriksaan Blood Urea nitrogen (BUN) dan serum keratin. Glomerular Filtration Rate (GFR) menjadi deteksi derajat keparahan dari gagal ginjal.2