Booklet Modul Asesmen Berbicara [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tes Berbicara Tidak Langsung Tes Berbicara tidak langsung mengukur keterampilan berbicara tetapi hanya mengukur sub-sub keterampilan keterampilan berbicara. Saja. Tes berbicara tidak langsung BUKAN teori tentang berbicara. Tetapi, pengukuran dilakukan pada bagian-bagian dari keterampilan berbicara yang akan diukur.



Contoh yang Sub keterampilan Tes Berbicara Langsung



3. Implementasi Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Penilaian Berdasarkan Standar a. Perencanaan Penilaian Kompetensi Berbicara Penilaian dalam pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan KTSP berorientasi pada standar-standar yang ditetapkan. Standar tersebut tertuang pada Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan Standar Penilaian. Menurut MacMillan (2008) tujuan utama kegiatan penilaian berdasarkan standar adalah untuk mengetahui apakah kompetensi dasar yang seharusnya dicapai dalam serangkaian pembelajaran sudah dikuasai siswa atau belum. Oleh karena itu, untuk menentukan ketepatan aspek yang hendak diukur untuk suatu kompetensi perlu disusun prosedur penilaian yang biasanya dituangkan dalam kisikisi pengukuran berdasarkan kompetensi dasar yang menjadi standar penguasaan suatu kompetensi. Kisi-kisi berisi tersebut berisi: (a) kompetensi dasar yang hendak diukur, (b) indicator pencapaian kompetensi, (c) bentuk alat penilaian, (d) bentuk soal/ tugas, (e) pedoman penyekoran, dan (f) pedoman pemberian keputusan remedial Dikaitkan dengan penilaian kompetensi berbicara, amati langkah-langkah perencanaan penilaian berbicara berikut. Langkah penilaian secara utuh mencakup (a) kompetensi dasar yang hendak diukur, (b) indikator pencapaian kompetensi, (c) bentuk alat penilaian, (d) bentuk soal/ tugas, (e) pedoman penyekoran, dan (f) pedoman pemberian keputusan remedial, (g) mengumpulkan data pada waktu yang telah ditetapkan, dan (h) menyimpulkan tingkat pencapaian kompetensi, dan (i) menentukan tindak lanjut bagi siswa yang tuntas atau tidak tuntas.



2



Langkah penilaian untuk mengetahui pencapaian kompetensi tersebut diuraikan berikut. (a) Menentukan kompetensi dasar yang akan dinilai (b) Merinci aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan berkaitan dengan kompetensi dan indikator kompetensi dalam kurikulum. Hal ini ditempuh karena tidak semua indikator pada kurikulum sudah bersifat rinci. Guru perlu merinci lagi atau menambahkan indikator yang ada dalam kurikulum. Dalam kurikulum BI, indikator pengetahuan dan keterampilan telah terdapat pada kurikulum. Indikator sikap belum terdapat pada indikator sehingga guru perlu menganalisis aspek life skill yang akan dinilai. Dari hasil pengamatan, terdapat beberapa indikator yang sudah cukup rinci dan ada indikator yang masih umum, sehingga guru perlu menganalisis lagi indikator yang sesuai dengan konstruk kompetensi dasar. Dari indikator yang sudah rinci tersebut direncanakan berbagai informasi yang akan dikumpulkan beserta alat penilaiannya dan waktu pengumpulannya. Amati contoh berikut. Contoh Kompetensi Dasar: berpidato dengan isi yang sesuai dan menggunakan intonasi yang sesuai Indikator : - mampu berpidato dengan penguasaan isi yang sesuai tujuan/ tema pidato - mampu berpidato dengan menggunakan lafal yang jelas - mampu berpidato dengan intonasi yang bervariasi - mampu berpidato dengan mimik dan gesture yang sesuai



287



o



Bahan untuk penyempurnaan instrumen



o



Bahan untuk menyesuaikan kurikulum



17. LANGKAH MELAKSANAKAN ASESMEN PORTOFOLIO o



TAHAP PERSIAPAN



o



TAHAP PELAKSANAAN



o



TAHAP PENILAIAN



18. 1. TAHAP PERSIAPAN o



Mengidentifikasi tujuan pembelajaran



o



Menjelaskan tujuan, cara, melaksanakan asesmen portofolio beserta contoh



o



Menjelaskan persyaratan minimal membuat portofolio



o



Menjelaskan penyajian hasil karya



19. 2. TAHAP PELAKSANAAN o



Mendorong dan memotivasi siswa



o



Melakukan pertemuan rutin dan mendiskusikan hasil kerja



o



Memberikan umpan balik



o



Memamerkan hasil karya



20. 3. TAHAP PENILAIAN



Percaya diri Perencanaan Aspek yang dinilai Keterampilan mikro



Keterampilan



Rincian informasi yang akan diperoleh mampu memberi tanda jeda secara tepat pada naskah pidato yang akan ditampilkan mampu membacakan teks hasil pengumuman dengan artikulasi dan



Alat yang digunakan Tes tulis



Teks bahan tes performansi (unjuk kerja) Rubrik penyekoran membacakan berita



Waktu dan teknik pengumpulan informasi Terintegrasi pada pembelajaran (4 jam pelajaran



terintegrasi dalam proses pembelajaran (setelah pembahasan beberapa model pembacaan berita, siswa berkelompok menilai antarteman dengan rubrik



o



Penilaian dilakukan bersama siswa



o



Penerapan kriteria penilaian secara konsisten



o



Self assessment oleh siswa (siswa menilai diri sendiri)



o



Hasil penilaian dijadikan input /masukan bagi proses belajar mengajar berikutnya



286







3



c. cara menerapakan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dalam kehidupan nyata di masyarakat



lafal yang jelas, intonasi, dan jeda yang tepat



10. LANGKAH MENYUSUN TUGAS o



o



2. Merancang tugas-tugas untuk asesmen kinerja, dengan cara menentukan: 



a. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas







b. Kompleksitas tugas yang diberikan







c. Kesesuaian tugas-tugas yang diberikan dengan kemampuan kognitif, sosial dan afektif yang hendak dicapai







d. Tugas yang berkaitan langsung dengan TU







e. Jenis tugas yang berkaitan langsung dengan upaya perbaikan mutu



Sikap



3. Menyusun kriteria keberhasilan



11. RUBRICkriteria Menjamin reliabilitas, keadilan, dan kebenaran penilaian 12. a o



Alat sko ring yang memuat kriteria suatu pelaksanaan pekerjaan atau hasil kerja



o



Pedoman penilaian yang dipakai dalam penilaian bersifat subyektif



RUBRIC 13. ISI RUBRIC Dimensi Definisi & contoh dimensi Skala Penilaian Standar untuk setiap kategori kinerja 14. LANGKAH PENGEMBANGAN RUBRIK 7. REVISI DAN REVIU SKALA 6. UJI COBA 5. DESKRIPSIKAN KINERJA 4. TENTUKAN SKALA 3. TENTUKAN PRIORITAS KONSEP 2. RUMUSKAN URUTAN KONSEP 1. TENTUKAN KONSEP KINERJA 15. ASESMEN PORTOFOLIO Asesmen yang terdiri dari kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematik untuk membuktikan upaya belajar, hasil belajar, dan kemajuan belajar siswa dalam waktu tertentu



keaktifan siswa membahas model yang ditampilkan, kerjasama, menerima kritikan/hasil penilaian teman, menerima kekurangan penampilannya untuk perbaikan



yang telah ditentukan ditambah dengan penilaian guru) lembar observasi inventori



terintegrasi dalam proses pembelajaran (pada waktu proses diskusi membahas penampilan siswa yang membacakan pengumuman)



perkembangan pencapaian kompetensi dalam satu semester/ satu tahun



Wujud alat penilaian Mengembangkan alat penilaian yang sesuai (diskusikan alat yang cocok sesuai dengan yang direncanakan pada tabel di atas) ................ Menentukan kriteria keberhasilan (kualitas keterampilan/kompetensi). Perencanaan satu semester penilaian satu semester



16. Perbedaan Portofolio dan Asesmen Portofolio Portofolio Asesmen Portofolio o



Representasi keterampilan yang perlu dikuasai siswa



o



Mengukur ranah yang telah ditentukan



o



Bukti kemampuan yang dimiliki



o



Bahan yang akan dibahas



o



Bahan laporan



o



Landasan untuk mencapai level penguasaan berikutnya



o



Mengidentifikasi ranah yang harus dikembangkan



o



Pencatatan kemampuan yang telah dicapai



Aspek yang dinilai



Rincian informasi yang akan diperoleh mampu menjelaskan cara/langkah membacakan pengumuman secara tepat (hal-hal yang perlu dihindari dalam membacakan



Alat yang digunakan Tes unjuk kerja dengan tugas berpidato dengan tema tertentu Rubrik penyekoran keterampilan berpidato



Waktu dan teknik pengumpulan informasi Terintegrasi pada pembelajaran (4 jam pelajaran



4



Keterampilan



pengumuman) mampu membacakan teks hasil pengumuman dengan artikulasi dan lafal yang jelas, intonasi, dan jeda yang tepat



tes performansi (unjuk kerja)



terintegrasi dalam proses pembelajaran (setelah pembahasan beberapa model pembacaan pengumuman, siswa berkelompok menilai antarteman dengan rubrik yang telah ditentukan ditambah dengan penilaian guru)



285



3.



LANDASAN PSIKOLOGIS ASESMEN ALTERNATIF (GARDNER) PROSES DAN HASIL BELAJAR TIDAK HANYA MENGUKUR SALAH SATU ATAU BEBERAPA ASPEK KEMAMPUAN INDIVIDU, TETAPI MENGUKUR SELURUH ASPEK KEMAMPUAN ASSESSMENT



4.



LANDASAN PSIKOLOGIS ASESMEN ALTERNATIF (R. SPIRO) o



KEMAMPUAN SPONTAN UNTUK MENATA ULANG PENGETAHUAN SEBELUMNYA MERESPON PERUBAHAN/KENYATAAN/ SITUASI BARU BELAJAR MERUPAKAN SUATU PROSES YANG TERUS MENERUS BELAJAR 5.



sikap



keaktifan siswa membahas model yang ditampilkan, kerjasama, menerima kritikan/hasil penilaian teman, menerima kekurangan penampilannya untuk perbaikan



lembar observasi inventori



terintegrasi dalam proses pembelajaran (pada waktu proses diskusi membahas penampilan siswa yang membacakan pengumuman)



perkembangan pencapaian kompetensi dalam satu semester/ satu tahun (c ) Mengembangkan alat penilaian yang sesuai (diskusikan alat yang cocok sesuai dengan yang direncanakan pada tabel di atas) (d) Menentukan kriteria keberhasilan (kualitas keterampilan/kompetensi). (e) Mengumpulkan data pada waktu yang telah ditetapkan (f) Menyimpulkan tingkat pencapaian kompetensi (g) Menentukan tindak lanjut bagi siswa yang tuntas atau tidak tuntas.



Assessment dilakukan dalam konteks belajar dan menyertai seluruh kegiatan pembelajaran



6.



ASPEK KEMAMPUAN INDIVIDU o



VISUAL – SPATIAL



o



BODILY – KINESTHETIC



o



MUSICAL – RYTHMICAL



o



INTERPERSONAL



o



INTRAPERSONAL



o



LOGICAL – MATHEMATICAL



o



VERBAL – LINGUISTIC



o



NATURALISTIC



ASESMEN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT) o



ASUMSI DASAR



o



Menekankan pada partisipasi aktif siswa



o



Tugas-tugas yang diberikan, merupakan bagian integral dari proses pembelajaran



o



Asesmen tidak hanya melihat posisi siswa pada suatu saat dalam proses pembelajaran, tetapi untuk memperbaiki proses pembelajaran itu sendiri



o



Kriteria penilaian ditentukan dan disampaikan kepada siswa pada awal proses pembelajaran



7.



WUJUD ASESMEN KINERJA RUBRIC (KRITERIA) TASK (TUGAS)



8.



TASK (TUGAS) COMPUTER ADAPTIVE TESTING TES PILIHAN GANDA YANG DIPERLUAS TES JAWABAN TERBUKA TUGAS KELOMPOK TUGAS INDIVIDU WAWANCARA OBSERVASI PORTOFOLIO PROYEK PAMERAN DEMONSTRASI



9.



LANGKAH MENYUSUN TUGAS



b. Pelaksanaan Penilaian Kompetensi Berbicara Pengumpulan informasi kompetensi berbicara dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi. Artinya, pelaksanaan penilaian terhadap kompetensi berbicara dapat



o



1. Mengidentifikasi pengetahuan & keterampilan yang harus dimiiliki, dengan cara menentukan:



dilakukan di dalam atau di luar kelas. Ditinjau dari waktu pelaksanaan, waktu penilaian







a. jenis pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan



kompetensi berbicara dapat dilakukan dengan menggunakan waktu khusus setelah







b. pengetahuan dan keterampilan bernilai tinggi yang harus dipelajari



284



Winkel,W.S.,1996. Psikologi Pengajaran (Edisi Revisi) Cetakan ke-5. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. A.



5



beberapa kompetensi dasar berbicara dibelajarkan. Selain itu, pelaksanaan penilaian kompetensi berbicara dapat dilakukan terintegrasi pada kegiatan pembelajaran. Hal ini dilakukan mengingat untuk menilai kompetensi berbicara memerlukan waktu yang cukup banyak. Pengamatan terhadap penampilan kemampuan berbicara siswa, memerlukan waktu yang tidak sedikit.



Taksonomi Bloom ini telah direvisi oleh Krathwohl salah satu penggagas taknomi tujuan belajar, agar lebih cocok dengan istilah yang sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar. Kita sering mengenalnya dengan C1 s.d. C6



Pelaksanaan penilaian kompetensi berbicara ditinjau dari jumlah kompetensi dasar dan waktu pelaksanaannya dibedakan menjadi tiga cara. Cara pertama adalah melaksanakan penilaian tiap kompetensi berbicara terintegrasi dalam pembelajaran. Pada jenis penilaian ini seorang guru menilai satu kompetensi berbicara secara terintegrasi dalam proses



Pada revisi ini , jika dibandingkan dengan taksonomi sebelumnya, ada pertukaran pada posisi C5 dan C6 dan perubahan nama. Istilah sintesis dihilangkan dan diganting dengan Create.



pembelajaran. Cara kedua adalah melaksanakan penilaian beberapa kompetensi berbicara dengan menyediakan waktu tes tersendiri. Cara kedua ini juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan yang menonjol pada cara kedua adalah efisiensi waktu dan kepraktisan pelaksanaan. Kelemahan cara kedua terletak pada adanya keterbatasan



Taksonomi Baret ini memiliki 5 kategori yang terdiri dari: (1) Pemahaman



latihan kompetensi berbicara pada waktu pembelajaran. Dengan keterbatasan waktu yang



literal, (2) Reorganisasi, (3) Pemahaman inferensial, (4) Evaluasi, dan (5) Apresiasi.



ada, pembelajaran kompetensi berbicara dilakukan dengan berfokus pada pemodelan dan



Kelima kategori ini dapat membantu anak-anak kita untuk memahami, berpikir, dan



kegagalan siswa untuk mencapai kompetensi berbicara. Cara ketiga adalah pelaksanaan



berinteraksi dengan wacana atau bacaan mulai dari makna tersurat sampai kepada



yang lain (misalnya diintegrasikan dengan keterampilan menulis, menyimak, atau



interpretasi dan reaksi terhadap pesan informasi dalam wacana/bacaan tersebut. Untuk



penilaian kompetensi berbicara, amati contoh berikut.



dapat kita pahami dengan mudah berikut ini penulis memaparkan secara mudah sesuai



Pendahuluan, memodelkan, mencoba kelompok, dinilai per kelompok untuk satu KD



dengan pengalaman penulis.



analisis model. Kesempatan berlatih sebentar yang diberikan kepada siswa memungkinkan



penilaian dengan menyediakan waktu tersendiri dan diintegrasikan dengan kompetensi



membaca). Dalam rangka mendapatkan pemahaman yang baik tentang pelaksanaan



a)Pelaksanaan terintegrasi dalam pembelajaran



berbicara b)Pelaksanaan penilaian setelah pembelajaran beberapa kompetensi berbicara Ditinjau dari strategi pelaksanaan penilaian berbicara terdapat dua cara pelaksanaan.



MAHASISWA MEMBUAT CONTOH



Cara pertama adalah melaksanakan penilaian kompetensi berbicara secara individual. Cara kedua pelaksanaan penilaian kompetensi berbicara adalah dengan melakukan secara



DAFTAR PUSTAKA



berkelompok/ berantai. Dalam rangka mendapatkan pemahaman yang baik tentang pelaksanaan penilaian kompetensi berbicara, amati contoh berikut. 



6



283



a) Pelaksanaan penilaian secara individu pada satu kompetensi dasar berbicara dan terintegrasi pada pembelajaran b) Pelaksanaan penilaian satu KD secara kelompok dan terintegrasi dalam



Bogdan, Robert C. and Biklen, Sari Knopp.1982. Qualitative Research for Education: An introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.



pembelajaran c) Pelaksanaan penilaian beberapa KD secara kelompok dengan waktu khusus d) Pelaksanaan penilaian beberapa KD secara individu dengan waktu khusus e) Pelaksanaan penilaian satu KD secara individu dan terintegrasi dalam pembelajaran



Collis, K. F. & Biggs J. B. 1986. Using The SOLO Taxonomy. http://www.hebes.mdx.ac.uk/teaching/ Davis,Robert B.1984. Learning Mathematics, The Cognitive Science Approach to Mathematics Education. Croom Helm:London & Sidney



Melaksanakan Kelemahan model pelaksanaan kedua adalah memerlukan waktu khusus yang relatif banyak di luar jam pembelajaran yang telah direncanakan. Kelebihan model penilaian jenis ini adalah memberikan waktu berlatih yang cukup pada siswa. Pelaksanaan penilaian secara individu Penyekoran:



Goldin,G.A.1998. Observing Mathematical Problem Solving Through Taskbased Interviews. In: A.Teppo (Ed.) Qualitative Research Methods in Mathematics Education. Monograph No. 9 Journal for Research in Mathematical Education (JRME). Hartanto Sunardi. 2006. Taksonomi SOLO Plus. Disertasi Doktor P. Matematika UNESA: Tidak Dipublikasikan.



kesesuaian isi dengan tujuan pidato mendapat skor 5 karena isi yang dipaparkan sesuai dengan tujuan berpidato yaitu ...... c. Penafsiran Kompetensi Berbicara Siswa



Hawkins, W & Hedberg, J.G.1986. Evaluating LOGO: Use of the SOLO Taxonomy. Australian Journal of Educational Technology. 2(2) http://www.ascilite.org.au/ajet/ajet2/



Bila informasi tentang kompetensi berbicara siswa telah terkumpul dengan jumlah yang memadai, guru perlu membuat keputusan terhadap prestasi siswa. Keputusan yang perlu diambil dipandu dengan pertanyaan berikut.  Apakah siswa telah menguasai indikator-indikator pencapaian kompetensi berbicara dari kompetensi dasar tertentu?  Apakah skor kompetensi berbicara yang telah dicapai siswa sama atau lebih tinggi dibandingkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia? Bila skor yang dicapai siswa kurang dari KKM berarti



Hughes, Dave.1999. Materials and Designs – Use of SOLO. http://www.bradford.ac.uk/acad/civeng/ Nulty, Duncan.2001. Enhancing the transition of first year science students – a strategic and systematic approach . http://www.adcet.edu.au/ uploads/documents/055.doc Soedjadi,R. 1999/2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Ditjen Dikti.Depdiknas.



siswa perlu mengikuti remedial. Sebaliknya, jika telah terlampaui dapat diberikan pengayaan, pendalaman materi ajar.  Apakah siswa harus memperoleh cara lain sebagai pendalaman?  Apakah siswa perlu menerima pengayaan? Pengayaan apa yang perlu diberikan?  Apakah perbaikan dan pendalaman program atau kegiatan pembelajaran, pemilihan bahan atau buku ajar, dan penyusunan silabus telah memadai?



Tjokrodihardjo, Soegijo. 2001. Taksonomi Tujuan Pendidikan (Buku I Bidang Kognitif) Alih Bahasa. Surabaya: Unesa University Press. Widada,Wahyu.2003. Struktur Representasi Pengetahuan Mahasiswa tentang Permasalahan Grafik Fungsi dan Kekonvergenan Deret Tak Hingga pada Kalkulus. Disertasi Doktor P. Matematika UNESA: Tidak Dipublikasikan.



282



7



Melaksanakan penilaian yang sesuai meliputi (1) mengidentifikasi waktu



Extended Abstract C6-S4 Kemampuan memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi dengan lebih dari satu kriteria untuk menentukan kualitas tertentu dan dapat menjelaskan keterkaitan penilaian dengan beberapa kriteria tersebut serta dapat memperluas untuk kriteria yang lebih umum.



pelaksanaan kompetensi perencanaan penilaian, (2) menentukan jumlah alat/ media untuk



PENUTUP Model taskonomi dua dimensi ini dapat digunakan untuk menilai kualitas respon siswa terhadap terhadap masalah matematika. Realitas di lapangan menunjukkan bahwa, pada saat guru melakukan skoring terhadap kualitas jawaban soal uraian masih menggunakan pendekatan “materi”. Artinya, kualitas jawaban soal matematika bentuk uraian ditentukan oleh kompleksitas materi atau panjang-pendek prosedur pengerjaan soal tersebut. Model taksonomi dua dimensi ini tidak hanya mengukur kulitas jawaban dari sisi “isi materi”, tetapi dapat mengukur kualitas berpikir subjek yang menjawab soal tersebut.



Pelatihan 3



DAFTAR PUSTAKA Anderson,Lorin W.;Krathwohl,David R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York: Addison Wesley Logman. Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Biggs, J. & Collis, K.F. 1982. Evaluating the quality of learning: The SOLO taxonomy. New York: Academic Press.



penilaian (bahan teks, tugas otentik, rubrik) sesuai dengan jumlah siswa, (3) menentukan strategi pelaksanaan/ skenario pelaksanaan penilaian sesuai dengan konteks siswa, dan (4) melaksanakan pengamatan terhadap unjuk kerja dan memberikan penyekoran pada rubrik,



1. Berdiskusilah ( satu kelompok lima orang) untuk menyimpulkan prinsip Penilaian Berbasis Kelas! 2. Buatlah contoh berbagai tujuan penilaian dalam pembelajaran! 3. Dari mengamati langkah perencanaan penilaian di atas, pilihlah sebuah kompetensi dasar pada kurikulum berbasis kompetensi. Buatlah tabel perencanaan penilaian seperti contoh ( lakukan secara berkelompok)! Setiap kelompok memilih kompetensi dasar yang berbeda. Hasil tiap kelompok dipresentasikan dan dikomentari kelompok lain!



Berpidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat Mampu menyusun kerangka isi pidato Mampu  Menyusun garis besar kerangka pidato/ ceramah/khotbah.







Berpidato/berceramah/berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas



1. Menyusun garis besar kerangka pidato/ ceramah/khotbah.



Sebelum berpidato kita terlebih dahulu membuat rancangan isi pidato.



Biggs, J.1995. Assesing for learning: Some dimensions underlying new approaches to educational assesment. The alberta Journal of Educational Research 41 (1). http://www.tedi.uq.edu.au/downloads/Biggs_SOLO.pdf Biggs,J.1999. Teaching for quality at University. Second Edition. Buckingham: SRHE/OU press Bloom, Benyamin S. 1979. Taksonomy of Educational Objectives (The Clasification of Educational Goals) Handbook 1 Cognitive Domain. London: Longman Group Ltd.



Rancangan itu akan teratur apabila kita mau menuliskan bagain-bagian pidato secara cermat dan sistematis. Apabila kita mengamati secara cermat pidato di atas, kita akan mendapatkan bagian-bagian naskah pidato. Secara umum naskah pidato teridiri atas tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Untuk itu kita sebaiknya mengetahui dahulu peristiwa yang melingkupi pidato. Apabila peristiwa yang melatarbelakangi pidato adalah ulang tahun, kamu dapat menyusunan bagian naskah pidato seperti di bawah ini.



8 Pidato Ulang tahun Pembukaan Poin utama : mengajak dan memberi selamat Salam : kepada para tamu undangan, semua yang hadir Isi Alasan perayaan



Masa lampau Harapan Penutup



: Penjelasan singkat mengapa perayaan ulang tahun sampai Diadakan : Pembeberan singkat riwayat hidup orang yang sedang berulang tahun. Berikan pengalaman yang unik untuk menyegarkan suasana : Harapan akan hidup yang lebih baik



: Ungkapan batin denga orang yang berulang tahun ajakan kepada hadirin untuk memberi selamat bagi orang yang berulang tahun



Sebagai latihan, cobalah kamu bergabung dengan kelompokmu dan menentukan persoalan yang mungkin dapat diungkapkan dalam topik pidato berikut ini. Setiap topik pidato dikerjakan satu kelompok. Jangan lupa tentukan dulu komponen pidatonya. Selanjutnya kamu susun garis besar persoalan sesuai dengan urutannya. 1. Perpisahan dengan kakak kelasmu 2. Menyambut siswa baru. 3. Membuka acara pertemuan antarsiswa 4. Sebagai ketua panitia memberi sambutan dalam acara malam kesenian



2. Berpidato/berceramah/berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas Pidato akan dapat berhasil dengan baik apabila dipersiapkan dengan matang. Akan tetapi terkadang kamu tidak cukup waktu untuk mempersiapkan naskah pidatonya. Pada saat yang demikian kamu harus dapat mengetahui keinginan dari pihak yang meminta kamu berpidato. Dengan demikian kamu dapat dengan cepat memperoleh gambaran persoalan yang harus kamu kemukakan dalam pidato. Apabila kamu mempunyai waktu yang cukup, kamu harus mempersiapkan naskah pidato. Setelah naskah pidato disusun hendaknya kamu dapat memahami isi pidatomu dengan baik. Dengan cara ini kamu tidak



281



Relasional C4-S3 Kemampuan memecah suatu kesatuan menjadi bagianbagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan dengan beberapa model dan dapat menjelaskan kesetaraan model tersebut. Extended Abstract C4-S4 Kemampuan memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan dengan beberapa model dan dapat menjelaskan kesetaraan model-model tersebut serta dapat memperluas pada model yang lebih umum. Sintesis Pra-struktural C5-S0 Tidak dapat membentuk suatu kesatuan dari bagian-bagian atau dapat membentuk suatu kesatuan tetapi tidak tepat. Uni-struktural C5-S1 Kemampuan membentuk suatu kesatuan dari bagianbagian dengan satu model. Multi-struktural C5-S2 Kemampuan membentuk suatu kesatuan dari bagianbagian dengan lebih dari satu model namun tidak dapat menjelaskan keterkaitan model-model tersebut dan kalaupun mencoba menjelaskan keterkaitan model-model tersebut merupakan keterkaitan yang tidak tepat. Relasional C5-S3 Kemampuan membentuk suatu kesatuan dari bagian-bagian dengan lebih dari satu model dan dapat menjelaskan keterkaitan model-model tersebut. Extended Abstract C5-S4 Kemampuan membentuk suatu kesatuan dari bagian-bagian dengan lebih dari satu model dan dapat menjelaskan keterkaitan model-model tersebut serta dapat memperluas pada model yang lebih umum. Evaluasi Pra-struktural C6-S0 Tidak dapat memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi dengan satu kriteria, kalaupun dapat memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi dengan satu kriteria tertentu tetapi kriteria yang digunakan tidak tepat. Uni-struktural C6-S1 Kemampuan memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi dengan satu kriteria untuk menentukan kualitas tertentu. Multi-struktural C6-S2 Kemampuan memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi dengan lebih dari satu kriteria untuk menentukan kualitas tertentu namun tidak dapat menjelaskan keterkaitan penilaian dengan beberapa kriteria tersebut, kalaupun mencoba mengaitkan keterkaitannya tidak tepat . Relasional C6-S3 Kemampuan memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan dan metodologi dengan lebih dari satu kriteria untuk menentukan kualitas tertentu dan dapat menjelaskan keterkaitan penilaian dengan beberapa kriteria tersebut.



280



9



dengan masalah. Uni-struktural C2-S1 Kemampuan merumuskan sebuah makna yang relevan dengan masalah. Multistruktural C2-S2 Kemampuan merumuskan lebih dari satu makna yang relevan dengan masalah tetapi masih bersipat parsial. Relasional C2-S3 Kemampuan merumuskan lebih dari satu makna yang relevan dengan masalah dan dapat menghubungkan beberapa makna tersebut menjadi satu kesatuan. Extended Abstract C2-S4 Kemampuan merumuskan lebih dari satu makna yang relevan dengan masalah dan dapat menghubungkan beberapa makna tersebut menjadi satu kesatuan serta dapat memperluas makna dalam konteks yang lebih luas. Penerapan Pra-struktural C3-S0 Tidak dapat menggunakan konsep, prinsip, dan metode pada suatu konteks atau menggunakan konsep, prinsip, dan metode pada konteks yang tidak tepat. Uni-struktural C3-S1 Kemampuan menggunakan konsep, prinsip, dan metode pada satu konteks. Multi-struktural C3-S2 Kemampuan menggunakan konsep, prinsip, dan metode pada beberapa konteks namun masih bersifat terpisah kalaupun mencoba mengaitkan antar konteks keterkaitannya tidak tepat. Relasional C3-S3 Kemampuan menggunakan konsep, prinsip, dan metode pada beberapa konteks dapat menjelaskan keterkaitannya. Extended Abstract C3-S4 Kemampuan menggunakan konsep, prinsip, dan metode pada beberapa konteks dapat menjelaskan keterkaitannya serta memperluas penggunaan dalam konsteks yang umum. Analisis Pra-struktural C4-S0 Tidak dapat memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan atau dapat memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan tetapi tidak tepat. Uni-struktural C4-S1 Kemampuan memecah suatu kesatuan menjadi bagianbagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan dengan satu model. Multi-struktural C4-S2 Kemampuan memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan dengan beberapa model tetapi tidak dapat menjelaskan keterkaitan model-model tersebut kalupun mencoba menjelaskan keterkaitan model-model tersebut meruapakan keterkaitan yang tidak tepat.



harus membaca naskah pidato secara lengkap atau menghafal semua kata yang ada di dalam naskah pidatomu. Kamu cukup menulis garis besar persoalannya. Dengan demikian kamu dapat leluasa menjelaskan isi pidatomu tanpa keluar dari pokok persoalan. Sebelum kamu menulis sendiri naskah pidato, cobalah kalian memahami isi pidato di bawah ini. Selanjutnya kamu dan kelompokmu bermain peran. Salah satu temanmu berperan sebagai Mentri Pendidikan Nasional RI dan teman yang lain sebagai pendengar. Cobalah secara bergantian .



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh Saudara-saudara sebangsa dan setanah air Marilah kita panjatkan puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan perkenan-Nya kita dapat hadir pada upacara Peringatran Hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2005. Setiap kali Bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional, kita senantiasa mengenang pahlawan Nasional Ki Hajar Dewantara sebagai perintis dan tokoh pembangunan pendidikan nasional. Beliau adalah teladan bagi generasi penerus bangsa karena semasa hidupnya beliau dengan gigih berjuang untuk memajukan pendidikan dan sekaligus mencerdasakan bangsanya. Undang-undang



Nomor



20



tahun



2003



tentang



Sistem



Pendidikan



nasional



10



279



mengamanatkan bahwa Pemerintah berkewajiban memenuhi hak setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan, memberdayakan dan memberadabkan kehidupan bangsa sesuai amanat konstitusi dan Undang-undang Sisdiknas, dalam rangka mentransformasikan Indonesia menuju peradaban modern yang canggih, madani dan unggul.



kritis, menyajikan pemikiran dengan pandangan yang menyeluruh, imajinatif atau original untuk menghubungkan antara aspek yang tidak berhubungan secara langsung. Dia mampu mendemonstrasikan berpikir multidimensi, dan dapat menghubungkan dengan item-item di luar yang ada sehingga terbentuk gagasan baru. Mahasiswa dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level extended abstract. Dari uraian ini, mahasiswa pada level ini telah berpikir secara konseptual, dan dapat melakukan generalisasi pada suatu area baru. Rincian respons yang dibangun pada suatu pola struktural dapat terintegrasi pada suatu struktur yang lain.



Pada peringatan Hardiknas tahun 2005 kita mengambil tema:”DENGAN SEMANGAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL, KITA PERKOKOH PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA UNTUK MEMBANGUN MANUSIA INDONESIA YAGN CERDAS, BERBUDAYA, BERDAYA DAN BERKUALITAS”. Tema Hardiknas ini relevan dengan harapan agar masyarakat dan bangsa Indonesia mampu berperan dalam dinamika kehidupan global di abad 21 yang sangat kompetitif. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan, Deprtemen Pendidikan Nasional selaku institusi yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pembangunan bidang pendidikan, sedang menyusun Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional, untuk kurun waktu 2004 – 2009. Renstra ini merupakan acuan bagi seluruh jajaran penyelenggara pendidikan, baik pemerintah pusat maupun daerah, serta masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan pendidikan sampai dengan 2009. Rencana strategis disusun dengan mempertimbangkan aspek legalitas, aspek prioritas, aspek perimbangan kewenangan pusat dan daerah dan melalui proses identifikasi masalah terhadap kondisi nyata pendidikan dewasa ini, baik pusat maupun daerah, yang selanjutnya dirumuskan dalam prioritas kebijakan pembangunan untuk kurun waktu lima tahun ke depan. Saudara-saudara sebangsa dan setanah air Berbagai upaya telah kita lakukan untuk membangun manusia Indonesia menjadi “subyek” bermutu yang mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara utuh dan optimal, yang terbukti dari kekokohan imannya, kecanggihan kompetisi ipteknya, keindahan ekspresi estetisnya, keluhuran budi pekertinya, kebugaran fisiknya, dan keunggulan kepribadiannya. Di samping itu guna mendukung keberhasilan wajib belajar 9 tahun dan peningkatan daya saing dan kualitas generasi muda Indonesia yang sehat dan kompetitif, serta untuk memperoleh anak didik yang sehat, aktif dan bugar, sehingga terhindar dari berbagai penyakit degeneratif yang fatal dan merugikan di masa mendatang, maka pembudayaan Gaya Hidup Sehat dan aktif sedini mungkin menjadi sangat mendesak, dan perlu juga menjadi perhatian dan kepedulian para pendidik dan orang tua, sekarang dan dimasa mendatang. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, setiap pemerintah daerah mempunyai penekanan prioritas kebijakan program pembangunan yang berbeda, sesuai dengan



Karakteristik Setiap Sel Ci-Sj Berdasarkan uraian di atas dapat dideskripsikan karakteristik setiap sel Ci-Sj seperti diuraikan pada matriks berikut. Tabel 2: Deskripsi dan Karakteristik Setiap Sel Ci-Sj Taksonomi Bloom dan SOLO Taksonomi Bloom Taksonomi SOLO Sel Ci-Sj Hipotesis Karakteristik Respon 1234 Pengetahuan Pra-struktural C1-S0 Tidak dapat memanggil informasi dari memori jangka panjang atau memanggil informasi dari memori yang tidak relevan dengan masalah. Uni-struktural C1-S1 Kemampuan memperoleh kembali sebuah informasi dari memori jangka panjang yang relevan dengan masalah. Multi-struktural C1-S2 Kemampuan memperoleh kembali sebuah informasi dari memori jangka panjang yang relevan dengan masalah lebih dari satu yang bersifat parsial, kalaupun mecoba mengaitkan satu informasi dengan informasi lainya namun keterkaitannya tidak tepat. Relasional C1-S3 Kemampuan memperoleh kembali sebuah informasi dari memori jangka panjang yang relevan dengan masalah lebih dari satu dan mampu mengaitkan satu informasi dengan informasi lainya. Extended Abstract C1-S4 Kemampuan memperoleh kembali sebuah informasi dari memori jangka panjang yang relevan dengan masalah lebih dari satu dan mampu mengaitkan satu informasi dengan informasi lainya serta dapat memperluas informasi tersebut dalam konteks yang lebih luas. Pemahaman Pra-struktural C2-S0 Tidak dapat merumuskan makna yang relevan dengan masalah atau dapat merumuskan makna tetapi tidak relevan



278



11



Nulty (2001) menemukan bahwa mahasiswa yang memberikan lebih dari satu desain eksperimen, dengan lebih dari satu hipotesis. Mahasiswa tersebut dapat mengaitkan desain dan hipotesis secara bersama-sama. Desain eksperimennya menggunakan pendekatan tahap ganda untuk menemukan perbedaan fakta. Mahasiswa pada level ini dapat memberikan lebih dari satu interpretasi dari suatu argumen. Dia dapat memberikan beberapa solusi untuk suatu problem divergen, dan memberikan hubungan antar solusi yang mungkin. Mahasiswa pada level ini dapat mengaitkan hubungan antara fakta dan teori serta tindakan dan tujuan. Mahasiswa mulai mengaitkan informasiinformasi menjadi satu kesatuan yang koheren, sehingga ia peroleh konklusi yang konsisten. Pemahaman mahasiswa terhadap beberapa komponen terintegrasi secara konseptual. Mahasiswa dapat menerapkan konsep untuk masalah yang familier dan tugas situasional. Mahasiswa dapat mengaitkan bagian-bagian menjadi satu kesatuan. Mahasiswa dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level relasional.



kebutuhan, kondisi dan situasi daerah masing-masing. Oleh karena itu , Renstra dirancang sebagai dokumen perencanaan nasional yang memberikan ruang gerak lebih luas bagi para penyusun kebijakan dan pelaksana pembangunan terutama untuk tingkat propinsi dan kebupaten/kota. Namun demikian, perlu disadari bahwa upaya Pemerintah Daerah untuk melaksanakan program pembangunan yang efektif dan efisien di wilayah masing-masing tetap dalam kerangka jalinan sinkronisasi dan koordinasi yang dilandasi semangat persatuan dan kesatuan nasional.



Level Extended Abstract Menurut Collis & Biggs (1986) mahasiswa yang dapat memberikan beberapa kemungkinan konklusi. Prinsip abstrak digunakan untuk menginterpretasikan fakta-fakta konkret dan respons yang tepat yang terpisah dengan konteks. Hal ini dilakukannya secara konsisten. Mahasiswa dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level extended abstract. Hawkins & Hedberg (1986) mendeskripsikan mahasiswa yang memiliki kemampuan menyusun keterkaitan antar sistem. Dia mampu menulis program dalam model teks dan mengeditnya bila perlu, dengan memunculkan variabel-variabel tertentu. Mahasiswa dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level extended abstract. Nulty (2001) juga mendeskripkan mahasiswa yang dapat memberikan lebih dari satu desain eksperimen dengan lebih dari satu hipotesis. Dia memberikan suatu dasar untuk mendesain eksprimen dan membuat hipotesis dari masalah awal. Diagnosis yang dilakukan tidak selalu konvergen, sehingga memungkinkan adanya temuan-temuan baru dan teori baru. Desain eksperimen tersebut menggunakan pendekatan tahap ganda. Dia memberikan lebih dari satu interpretasi tentang suatu argumen, sehingga dapat mengaitkan keterpaduan diantara interpretasi tersebut untuk membentuk suatu gagasan baru. Dalam hal problem solving, mahasiswa pada level ini dapat memberikan beberapa solusi terhadap suatu masalah, memberikan penjelasan tentang hubungan antar solusi yang mungkin, melakukan justifikasi terhadap solusi-solusi tersebut untuk membangun struktur baru. Dalam hal berpikir



Saudara-saudara sebangsa dan setanah air



Saudara-saudara sebangsa dan setanah air Dalam segala upaya pembangunan pendidikan nasional, peran guru sangat menentukan keberhasilannya. Oleh sebab itu, guru telah dicanangkan sebagai profesi pada bulan Desmeber 2004. Lebih lanjut, pengembangan guru sebagai profesi akan dijamin secara legal oleh RUU tentang Guru, yang sekarang ini masih dalam taraf pembahasan dengan DPR RI. Dewan Pendidikan yang dibentuk di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota dan Komite Sekolah pada hakekatnya merupakan lembaga untuk mewadahi peranserta masyarakat dalam upaya peningkatan mutu, pemerataan dan efisiensi dan pengelolaan pendidikan.



Di tengah-tengah upaya membangun pendidikan, bencana alam terjadi di berbagai tempat di tanah air, dengan bencana gempa dan tsunami sebagai bencana terbesar yang menghantam bangsa ini, memporakporandakan wilayah Propinsi NAD dan Sumut, menelan ratusan ribu Saudara-saudara kita di sana. Marilah kita doakan kiranya Tuhan Yang Maha Esa mengampuni dosa-disa dan menerima amal kebaikan Saudara-saudara kita yang telah meninggal dunia karena bencana, dan memberikan kekuatan dan ketabahan kepada keluarga yang ditinggalkan serta memberikan kemudahan kepada bangsa Indonesia dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul sebagai akibat dari bencana tersebut. Meskipun duka kita sangat mendalam, kita harus segera bangkit agar tugas-tugas kita dapat terlaksana dengan baik. Akhirnya, pada kesempatan yang berbahagia ini, sesuai dengan tema kita dalam peringatan Hardiknas tahun ini, saya mengajak semua pihak, terutama yang terlibat secara langsung dalam proses penyelenggaraan pendidikan nasional, untuk terus berjuang bersama dan membangun manusia Indonesia yang berkualitas sebagai perwujudan dalam mengemban amanat UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saya juga mengucapkan terima kasih atas kegigihan Saudara-saudara yang selama ini telah dibuktikan melalui pengabdian dan perjuangan yang tak mengenal lelah untuk memajukan pendidikan di Tanah Air. Sekali lgai, terima kasih dan selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional tahun 2005. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkahi Bangsa Indonesia. Amin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh



12



Menteri Pendidikan Nasional Prof.Dr. Bambang Sudibyo, MBA



Agar pidato kamu lebih baik mintalah teman lain dalam satu kelompok untuk memberi penilaian atas pidatomu. Gunakanlah rambu-rambu penilaian berikut ini. Angka 1 menunjukkan ketidakmampuan dalam berpidato sedangkan angka 5 menunjukkan kemampuan tertinggi dalam berpidato. Lingkarilah angka yang sesuai dengan hasil pengamatan temanmu!



No.



Aspek yang Dinilai



01. 02.



Ketepatan pengucapan kata Keselarasana hubungan isi antarbagian pidato 03. Kesesuaian ekspresi dengan pesan yang diungkapkan 04. Kelancaran dalam mengucapkan kalimat-kalimat 05. Kesesuaian intonasi dengan isi pesan yang diungkapkan 06. Gaya Pengucapan Total Skor Keterangan:



1 2 3 4 5 6



1



2



Skor 3



Ket.



4



5



= tidak tepat = kurang tepat = agak tepat = tepat = sangat tepat



C. Menulis teks pidato/ceramah/ khotbah dengan sistematika dan bahasa yang efektif



 



 Menentukan tema pidato/ceramah/ khotbah Menyusun kerangka pidato/ceramah/ khotbah Mengembangkan kerangka menjadi teks pidato/ceramah/khotbah dengan memperhatikan sistematika yang baik



277



satu perintah. Dia juga menggunakan mode teks dan berusaha membuat program, namun tidak memiliki kemampuan untuk mengedit, bila terjadi kesalahan dia akan hapus program tersebut, dan memulai dengan yang baru. Mahasiswa dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level multistruktural. Hasil penelitian Nulty (2001) menunjukkan bahwa mahasiswa yang memberikan lebih dari satu desain eksperimen, dengan lebih dari satu hipotesis. Desain eksperimen tersebut konvergen, namun dapat memberikan beberapa kemungkinan jawaban. Dia memberikan lebih dari satu interpretasi terhadap suatu argumen namun interpretasi tersebut masih dilakukan secara terpisah. Terkait dengan problem solving, mahasiswa pada level ini memberikan beberapa solusi dari suatu permasalahan. Dia mendemonstrasikan suatu pola pikir dalam dua dimensi. Mahasiswa pada level ini menggunakan dua atau lebih penggal informasi, namun urutan informasi tersebut sering gagal diberikan penjelasan mengapa atau apa hubungan di antara sekumpulan data tersebut. Berkaitan dengan berpikir kritis, mahasiswa memfokuskan pemikiran pada beberapa asfek strategi dan solusi, tanpa mampu menghubungkan antara aspek-aspek dan strategi-strategi yang jelas-jelas saling berkaitan. Mahasiswa dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level multistruktural. Berdasarkan uraian di atas, dapat dismpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki kemampuan merespon masalah dengan beberapa strategi yang terpisah. Banyak hubungan yang dapat mereka buat, namum hubunganhubungan tersebut belum tepat. Respons yang dibuat mahasiswa pada level ini didasarkan pada hal-hal yang konkret tanpa memikirkan bagaimana interrelasinya. Mahasiswa dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level multistruktural.



Level Relasional Collis & Biggs (1986) mendeskripsikan bahwa mahasiswa yang merespons suatu tugas berdasarkan konsep-konsep yang terintegrasi, menghubungkan semua informasi yang relevan. Konklusi yang diperoleh secara konsisten secara internal. Mahasiswa dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level realsional. Penelitian Hawkins & Hedberg (1986) tentang pemrograman dengan bahasa LOGO menemukan bahwa mahasiswa mampu membuat keputusan, dan mengintegrasikan semua data yang ada. Dia mampu menulis program dalam model teks, dan jika terjadi kesalahan cukup diedit. Mahasiswa dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level relasional.



276



satu hubungan sederhana, sehingga hubungan yang dibuat tersebut tidak memiliki logika yang jelas. Hasil penelitian Hawkins & Hedberg (1986) menunjukkan bahwa mahasiswa yang hanya menggunakan satu model display, hanya menggunakan satu perintah tunggal, dan ia tidak dapat memberikan penalaran terhadap respon yang diberikan dapat dikategorikan pada level unistruktural. Hasil penelitian Nulty (2001) menunjukkan bahwa mahasiswa pada level ini memberikan satu desain eksperimen, dengan satu hipotesis. Desain eksperimen ini bersifat konvergen dengan hanya ingin mengetahui satu jawaban. Desain eksperimen tersebut diasumsikan dapat menemukan jawaban hanya dengan satu tahapan (jika x maka y). Dia memberikan satu interpretasi tanpa kualifikasi atau mendasarkan pada sesuatu yang kontekstual. Terkait dengan problem solving, mahasiswa hanya memberikan satu solusi, dan dia menyatakan solusinya hanya itu (walaupun yang sebenarnya problem tersebut adalah divergen). Dalam hal berpikir kreatif, mahasiswa tersebut mendemonstrasikan suatu pola pikir yang uni-directional, yang memfokuskan pada satu aspek atau satu strategi atau satu solusi. Dia berpikir terbatas pada parameter, dan membuat hubungan antar item secara langsung. Penelitian Biggs & Collis (1982) tentang bagaimana cara mengevaluasi kemampuan berpikir kritis terhadap masalah seperti berikut, mengapa sisi gunung yang menghadap ke pantai lebih basah dibanding sisi gunung yang menghadap ke darat? Responden yang memberikan jawaban seperti berikut, “karena hujan lebih banyak terjadi pada sisi gunung yang menghadap ke pantai” dapat dikategorikan pada level unistruktural. Berdasarkan uraian di atas, mahasiswa pada level ini mencoba menjawab pertanyaan secara terbatas, dengan cara memilih satu penggal informasi yang ada. Level Multistruktural Collis & Biggs (1986) mendeskripsikan bahwa mahasiswa yang dapat memecahkan masalah dengan beberapa strategi yang terpisah. Banyak hubungan yang dapat mereka buat, namum hubungan-hubungan tersebut belum tepat. Respons yang dibuat mahasiswa pada level ini didasarkan pada hal-hal yang konkret tanpa memikirkan bagaimana interrelasinya. Respons tersebut konsisten, namun belum terintegrasi dengan baik. Mahasiswa dengan karakteristik seperti tersebut dapat dikategorikan pada level multistruktural. Penelitian Hawkins & Hedberg (1986) tentang evaluasi program computer dengan bahasa LOGO menemukan mahasiswa yang bekerja dengan trial & error. Dia dapat melihat lebih dari satu strategi, tetapi mereka tidak melakukan interrelasi. Dia menggunakan model display dengan lebih dari



13 1. Menentukan tema pidato/ceramah/ khotbah Sebenarnya pidato tidaklah harus tampil tanpa teks. Ada beberapa model pidato yang dapat kamu pilih. Model pertama adalah pidato impromtu atau pidato tanpa teks, yaitu pidato yang tidak didahului oleh suatu persiapan apapun. Model kedua adalah pidato manuskrip atau pidato dengan teks, yaitu pidato yang dirancang dan dipersiapakan serta ditulis sebelum kamu berpidato.



Model ketiga adalah pidato memoriter atau pidato hafalan,



menghafal naskah pidato yang telah dibuat sebelumnya.



yaitu pidato dengan



Model keempat adalah pidato



ektemporer, yaitu jenis pidato yang dilakukan dengan menulis terlebih dahulu garis besar persoalan yang akan kamu kemukakan.



Untuk



menyusun



naskah



pidato



yang



baik



hendaknya



kamu



memperhatikan beberapa langkah penyusunan pidato. Pertama, menentukan topik yang akan dibicarakan. Kedua, merumuskan tujuan kamu berpidato. Ketiga, mengenali pendengar. Keempat mengumpulkan infomasi yang berkaitan dengan isi pidatomu. Kelima,



menyorti informasi yang tidak diperlukan dan



menyusunnya dengan baik. Keenam, memahami informasi yang telah kamu kumpulkan. Cobalah kamu berusaha untuk berusaha mengaitkan informasi yang satu dnegan informasi lainnya. Ketujuh, merancang teks pidato. Informasi yang telah kamu kumpulkan, kamu susun berdasarkan susunan teks pidato yang terdiri atas pembukaan, isi, dan penutup. Kedelapan, mencermati naskah secara umum. Setelah kamu membaca naskah pidato dari Menteri Pendidikan Nasioanl RI di atas, tentunya kamu sudah dapat menentukan isi dan tema pidato di atas. Berikut ini cobalah kamu jelaskan beberapa butir pertanyaan yang sesuai dengan naskah pidato di atas. 1. Menurutmu apa tujuan naskah pidato di atas ? 2. Jelaskan secara singkat isi pidato itu? 3. Buatlah garis besar persoalan yang dibicarakan pada pidato di atas !



14



275



4. Tandailah naskah pidato itu mana yang termasuk salam pembuka, isi,



terorganisasi secara intrinsik. Mahasiswa tersebut tidak memahami tentang apa yang didemonstrasikan. Bila dikaitkan dengan bangunan suatu rumah, maka semua bahan berserakan dan tidak dapat memulai membangun rumah tersebut. Nulty (2001) melakukan penelitian tentang respons mahasiswa dalam konteks seperti berikut, yaitu mendesain eksperimen (merencanakan suatu percobaan dalam mata kuliah Sain/Kimia) dan menguji hipotesis; menganalisis suatu argumen; menyelesaikan masalah; dan berpikir kreatif. Mahasiswa tidak dapat mendesain eksperimen dan tidak dapat menguji hipotesis, tidak dapat menganalisis suatu argumen, tidak dapat menyelesaikan masalah, dan tidak dapat berpikir secara kreatif mahasiswa tersebut dapat dikategorikan pada level prastruktural. Biggs & Collis (1982) melakukan penelitian tentang bagaimana cara mengevaluasi kemampuan berpikir kritis. Dalam penelitian ini, masalah yang diajukan adalah seperti berikut, mengapa sisi gunung yang menghadap ke pantai lebih basah dibanding sisi gunung yang menghadap ke darat? Dua responden pada level prastruktural memberikan respon seperti berikut, responden pertama tidak memberikan jawaban apapun, sedangkan responden kedua memberikan jawaban tetapi tidak relevan dengan masalah. Menurut Hawkins, et al (1986) bila mahasiswa diberikan masalah dan tidak ada upaya untuk memecahkan masalah tersebut. Jenis-jenis perintah yang digunakan untuk menjalankan suatu algoritma tidak bermakna. Hal ini berarti mahasiswa tersebut tidak memahami pertanyaan atau tugas yang harus dia selesaikan. Dia melakukan sesuatu yang tidak relevan, tidak melakukan identifikasi terhadap konsep-konsep yang terkait, dan sering menuliskan fakta-fakta yang tidak ada kaitannya. Mahasiswa yang berkarakteristik seperti di atas dapat dikategorikan pada level prastruktural Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, mahasiswa prastruktural tidak melakukan respons yang sesuai dengan sekumpulan pernyataan yang diberikan. Dia tidak memahami masalah yang diberikan. Dia mengabaikan pernyataan-pernyataan atau informasi-informasi yang diberikan, atau bila memberikan respon maka respon tersebut tidak relevan dengan informasi-informasi yang diberikan. Level Unistruktural Menurut Collis & Biggs (1986) bahwa mahasiswa yang melakukan respons berdasarkan satu fakta konkret yang digunakan secara konsisten, namun hanya dengan satu elemen dapat dikategorikan pada level unistruktural. Untuk suatu permasalahan yang kompleks, mahasiswa hanya memfokuskan pada satu konsep saja. Biggs (1999) menemukan respons mahasiswa pada level unistruktural dalam usaha menyusun struktur tertentu hanya membuat



dan penutup. 5. Diskusikan dengan teman kelompokmu tema pidato di atas. 6. Berilah penjelasan singkat isi dari bagian pembukaan, isi, dan penutup pidato di atas. Untuk memberikan penilaian hasil kerja siswa dapat digunakan rubrik penilaian sebagai berikut. Kelompok: ................. No.



Aspek yang Diberi Skor



01.



Ketepatan penentuan tujuan pidato



02. 03.



Ketepatan dalam menyimpulkan isi pidato Ketepatan dalam menyusun garis besar isi pidato Ketepatan menentukan tema Jumlah skor



04.



Nilai Maksimal 25



Keterangan



25 25 25 100



2. Menyusun kerangka pidato/ceramah/ khotbah Seperti dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa secara umum pidato terbagi atas tiga bagian, yaitu pembukaan, isi, dan penutup. Bagian pembukaan dapat berisi sapaan dan salam dan pujian kepada Tuhan. Bagian isi berupa deskripsi pesan yang ingin di sampaikan, sedangkan penutup berisi simpulan dan ucapan terima kasih pada pihak lain. Sebagai latihan perhatikan pidato berikut ini.



Hasan Wirayuda



274



multistruktural adalah mengklasifikasikan, menghitung, mendes-kripsikan, mendaftar, mengombinasikan, dan mengerjakan suatu algoritma. Indikasi level unistruktural adalah mengidentifikasi, melakukan prosedur sederhana. Indikasi level prastruktural adalah tidak ada poin dalam taksonomi Bloom. Hawkins & Hedberg (1986) melakukan penelitian tentang evaluasi LOGO (nama software komputer) dengan menggunakan taksonomi SOLO. Deskripsi umum tentang level SOLO untuk keterampilan belajar dengan LOGO adalah sebagai berikut. Mahasiswa yang tidak melakukan upaya untuk menyelesaikan masalah, dan jenis-jenis perintah yang “diberikan” mahasiswa tidak dipahami oleh komputer dikategorikan pada level prastruktural. Mahasiswa yang dapat menggunakan hanya satu model display, menggunakan hanya satu perintah, dan untuk membersihkan screen monitor dimatikan dan dimulai lagi dikategorikan pada level unistruktural. Mahasiswa yang dapat menggunakan model-model display dengan satu atau lebih perintah, menggunakan model teks dan berusaha membuat program, namun tidak dapat mengedit, bila salah program dihapus dan dimulai lagi dikategorikan pada level multistruktural. Mahasiswa yang dapat menulis program dalam model teks, dan jika terjadi kesalahan, maka dilakukan editing dikategorikan pada level relasional. Mahasiswa yang dapat menulis program dengan model teks, dan mengeditnya bila perlu, serta mampu memasukkan variabel dapat dikategorikan pada level extended abstract. Dalam penelitian Olive (1991) tentang pemrograman LOGO dan pengertian geometri, diperoleh deskripsi sebagai berikut. Respons mahasiswa prastruktural tidak dapat menggunakan objek secara tepat. Mahasiswa unistruktural menggunakan satu objek. Mahasiswa multistruktural menggunakan objek-objek yang dikombinasikan dengan objek lainnya atau perintah pada suatu prosedur, tetapi objek tersebut tidak direlasikan secara tepat. Mahasiswa realtional dapat menghubungkan objek-objek secara bersama-sama dalam suatu urutan penyelesaian tugas. Operasi relasi terkait dengan tugas dan struktur objek. Objek LOGO digunakan untuk membangun blok. Mahasiswa extended abstract dapat merelasikan objek-objek secara bersama-sama untuk memciptakan objek baru yang lebih umum, lebih abstrak dari bagiannya; atau suatu prosedur digeneralisasi secara efektif untuk menciptakan objek khusus dalam struktur tersebut. Level Prastruktural Mahasiswa yang merespons suatu tugas dengan menggunakan pendekatan yang tidak konsisten dikategorikan pada level prastruktural (Collis & Biggs, 1986). Respons yang ditunjukkan berdasarkan rincian informasi yang tidak relevan. Konsepsi yang dia munculkan bersifat personal, subjektif dan tidak



15



Sambutan Menteri Luar negeri RI Pada Resepsi Peringatan Hari Ulang Tahun Departemen Luar Negeri ke-61 di Gedung Pancasila Jakarta, 25 Agustus 2006 Para pejabat Departemen Luar Negeri, Para anggota Duta Belia 2006 yang baru kami kukuhkan beberapa jam yang lalu, Hadirin yang saya hormati, Hari ini adalah hari kita semua. Pada hari ini kita merayakan hari ulang tahun Departemen Luar Negeri yang ke 61. Deplu lahir dua hari setelah proklamasi kemerdekaan. Deplu tumbuh dan berkembang sesuai dengan tumbuh dan berkembangnya Republik kita tercinta, karena itu kami ingin mengajak para hadirin yang saya hormati untuk mengenang kembali, mengingat perjuangan para pendahulu kita, para pejuang dilplomasi yang telah ikut mengawal republik kita sejak hari pertama republik diproklamirkan. Kita kenang mereka dengan kebanggaan, akan dedikasi dan pengabdian mereka di bidang diplomasi. Saya ingin kita semua menundukkan kepala, mendoakan semoga arwah para pejuang diplomat kita mendapat tempat yang layak disisi Tuhan. Saya katakan hari ini adalah kita, karena itu ketika sebagian bapak mengucapkan selamat kepada saya, saya katakan ini hari kita bersama. Sengaja dalam kesempatan peringatan hari ulang Deplu yang sesungguhnya jatuh pada tanggal 19 Agustus tetapi karena pertimbangan tahun ini 17 Agustus disusul dengan cuti bersama maka baru pada hari ini baru kita selenggarakan, khususnya bagi para sesepuh dan duta besar senior kami harapkan resepsi di ruangan ini, gedung yang sangat bersejarah bagi kita semua, bagi Repulik Indonesia. Tetapi juga bagi seluruh karyawan Deplu, kami harapkan kegiatan perayaaan ulang tahun pada jam 2 nanti di halaman samping Gedung Utama Pejambon. Tentunya terbuka kesempatan pada bapak-bapak dan ibu-ibu apabila memungkin untuk ikut serta dalam pesta rakyat nanti. Merupakan kesempatan dalam pertemuan ini bagi kami untuk terus menerus menyampaikan penghargaan kami terhadap para senior dan sesepuh Departemen Luar Negeri, sebab Deplu yang kita kenal sekarang, juga tidak lepas dari upaya jerih payah para senior kami dalam membangun Departemen Luar Negeri. Tetapi juga dengan kehadiran di Pejambon, ibu-ibu dan bapak-bapak juga mungkin dengan begitu dapat mengikuti lebih dekat apa yang berkembang di Departemen Luar Negeri sekarang. Tadi saya menyebutkan bahwa pagi ini kami baru mengukukuhkan 70 duta belia Indonesia. Mereka adalah pelajar-pelajar terbaik, mewakili propinsi-propinsi dari seluruh wilayah Indonesia, 66 jumlahnya dan 4 pelajar terbaik yang telah memenangkan Olimpiade Fisika International di Singapur seperti memenangkan junior Nobel Prize. Jadi bersama kita pada siang ini, para duta besar senior, para duta besar yang masih menjalankan secara aktif tugas di Departemen Luar Negeri dan para duta belia. Ada konsistensi dan percayalah dengan ini kami juga ingin membangun keberlanjutan kontinuiti dari apa-apa yang bapak-bapak dan ibu-ibu telah sumbangkan bagi diplomasi. Duta belia kami mulai kembangkan sejak tahun 2003, mereka yang di depan ibu-ibu dan bapak-bapak adalah angkatan ke 4. Di era globalisasi ini kita perlukan pemuda-pemuda yang tidak hanya kuat semangat kebangsaan, paham akan persoalan-persoalan yang



16



dihadapi oleh bangsa dan oleh mereka di kemudian hari, tetapi juga paham dan kenal dekat dunia di luar kita. Karena itu kami kirim mereka juga ke luar negeri, ke Singapur, Malaysia, tahun lalu ke Australia, angkatan 2006 ini kami kirim ke China, Beijing, Hong Kong, Shanghai, Guangdong. Saya menghargai bantuan semua pihak termasuk perwakilan dan staf perwakilan yang juga bergotong royong, urunan untuk menjadi tuan rumah dari kunjungan mereka. Kami berharap dari para duta belia tidak hanya menekankan merupakan bagian konstituen diplomasi jika mereka kembali ke wilayahnya, ke publiknya masing-masing, tetapi dari mereka juga akan muncul di kemudian hari duta besar - duta besar Republik Indonesia. Saya juga punya harapan seperti harapan Pak Alatas, diantara mereka akan lahir menteri-menteri luar negeri. Bukan maksud saya untuk memberikan sambutan yang berkepanjangan, sekali lagi kami ingin ucapkan selamat kepada para senior kami, tetapi juga kepada kita semua pada hari ulang tahun Departemen Luar Negeri yang ke 61. Semoga Departemen Luar Negeri terus berjaya. Dirgahayu Departemen Luar Negeri kita. Terima kasih. Sumber: Direktorat Informasi dan Media Departemen Luar Negeri Republik Indonesia Setelah kamu amati contoh sambutan di atas, diskusikanlah dengan teman sebangkumu



pidato



atau sambutan tersebut! 1. Tentukanlah topik pidato di atas ! 2. Tentukan tujuan naskah pidato di atas ! 4. Susunlah persoalan yang dibicakan dalam naskah pidato di atas ! 5. Menurutmu bagaimanakah sistimatika naskah pidato di atas ? 6. Buatlah kerangka pidato di atas berdasarkan naskah pidatonya! Untuk memberikan penilaian hasil kerja siswa dapat digunakan rubrik penilaian sebagai berikut. Kelompok: ................. No.



Aspek yang Diberi Skor



01.



Ketepatan penentuan tujuan pidato



02. 03.



Ketepatan dalam menyimpulkan isi pidato Ketepatan dalam menyusun garis besar isi pidato Ketepatan dalam mengelompokkan komponen naskah pidato Kesesuaian kerangka pidato dengan naskah



04. 05



Nilai Maksimal 15 20 25 15 25



Keterangan



273



abstract.



Biggs & Collis (1982) mendeskripsikan setiap level tersebut sebagai berikut. Mahasiswa yang tidak menggunakan data yang terkait dalam menyelesaikan suatu tugas, atau tidak menggunakan data yang tidak terkait yang diberikan secara lengkap dikategorikan pada level prastruktural. Mahasiswa yang dapat menggunakan satu penggal informasi dalam merespons suatu tugas (membentuk suatu data tunggal) dikategorikan pada unistruktural,. Mahasiswa yang dapat menggunakan beberapa penggal informasi tetapi tidak dapat menghubungkannya secara bersama-sama dikategorikan pada level multistruktural. Mahasiswa yang dapat memadukan penggalan-penggalan informasi yang terpisah untuk menghasilkan penyelesaian dari suatu tugas dikategorikan pada level relasional. Mahasiswa yang dapat menghasilkan prinsip umum dari data terpadu yang dapat diterapkan untuk situasi baru (mempelajari konsep tingkat tinggi) dapat dikategorikan pada level extended abstract. Tugas tidak dikerjakan oleh mahasiswa secara tepat, dia tidak memiliki keterampilan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan tugasnya, mahasiswa itu adalah mahasiswa prastruktural. Untuk mahasiwa unistruktural dan multistruktural, dapat mengerjakan tugas dengan menggunakan satu atau lebih aspek yang terkait, namun belum diintegrasikan. Bila aspek-aspek tersebut diintegrasikan secara koheren, maka mahasiswa tersebut tergolong dalam relasional. Jika integrasi tersebut dikonseptualisasi pada level tinggi dengan cara abstraksi dan generalisasi untuk topik atau area baru, maka mahasiswa ini berada dalam level extended abstract. Menurut Biggs (1999) respons mahasiswa pada level extended abstract dan relasional adalah fase kualitatif. Dalam hal ini, mahasiswa merespons suatu masalah dengan cara mengintegrasikan informasi-informasi yang diberikan dengan menggunakan pola (pattern) struktural. Sedangkan untuk level-level di bawahnya merupakan fase kuantitatif. Mahasiswa dalam hal ini melakukan respons terhadap tugas dengan menggunakan satu atau lebih atau bahkan tidak sama sekali dari informasi-informasi yang diberikan. Bila informasiinformasi tersebut digunakan, dia tidak melakukan penginteg-rasian. Bila dibandingkan dengan Taksonomi Bloom, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut. Indikasi level extended abstract adalah membuat teori, generalisasi, hipotesis, refleksi, dan membangun. Indikasi level relasional adalah membandingkan, menjelaskan (tentang mengapa), memadukan, menganalisis, menghubungkan, dan menerapkan. Indikasi level



272



rencana seperti penyusunan satuan pelajaran yang dilakukan guru atau penyusunan proposal penelitian ilmiah, dalam mengembangkan suatu skema dasar sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan tersebut. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan analisis, karena dituntut kriteria untuk menemukan pola dan struktur organisasi. Misalnya, siswa dapat merumuskan suatu hipotesis penelitian berdasarkan teori dan kajian data tertentu (Winkel, 1996). Sintesis satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesis akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk. Evaluasi Evaluasi didefinisikan sebagai kemampuan melakukan judgement berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan dalam menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas. Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Misalnya, memberikan penialian tepat tidaknya suatu rumusan tujuan pembelajaran khusus berdasarkan kriteria penyusunan rumusan tujuan pembelajaran khusus. Kemampuan ini merupakan tingkat tertinggi, karena mencakup semua kemampuan mulai dari pengtahuan sampai sintesis (Winkel, 1996). Evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.



17



pidato



Jumlah skor



100



3. Mengembangkan kerangka menjadi teks pidato/ceramah/khotbah dengan memperhatikan sistematika yang baik



Setelah



menyusun garis besar persoalan, berikanlah kepada kelompok



lain untuk mendapat masukkan. Pertimbangkan masukkan dan saran dari kelompok lain untuk memperbaikinya . Selanjutnya berdasarkan urutan garis besar persoalan itu



susunlah dalam bentuk naskah pidato. Sebelum kalian



mengembangkan kerangka karangan pidato perhatikanlah beberapa hal yang berkaitan dengan bagian pidato. Itu sangat penting bagi kalian agar kalian mempunyai gambaran yang jelas arah pengembangannnya. Apabila kita mengamati secara cermat pidato di atas, kita akan mendapatkan bagian-bagian naskah pidato. Secara umum naskah pidato teridiri atas tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Secara khusus bagian-bagian itu dapat kita lihat d ibawah ini. a. Sapaan dalam Pidato. Umumnya sapaan ini dilakukan saat akan memulai pidato. Sapaan yang digunakan bergantung dari orang yang akan di sapa. Apabila pendengar bersifat homogen kita dapat menyapa dengan satu kali sapaan. Sebaliknya apabila yang disapa lebih dari satu, urutkan dari jabatan yang lebih tinggi, atau orang yang dinggap lebih dihormati baru kemudian pada pendengar secara umum. Berikut contoh beberapa penggunaan sapaan.



Taksonomi SOLO Biggs & Collis (1982) mendesain taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes) sebagai suatu alat evaluasi tentang kualitas respons mahasiswa terhadap suatu tugas. Taksonomi tersebut terdiri dari lima level, yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan extended



Contoh sapaan yang mandiri Teman-teman yang saya cintai



18



Para pengurus OSIS yang berbahagia



Contoh Sapaan yang diurutkan Yang saya hormati, Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia, Para Pimpinan Lembaga-Lembaga Negara, Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Saudara Jenderal TNI Endriartono Sutarto yang akan segera menyerahterimakan tugas dan jabatan sebagai jabatan Panglima TNI dan para pimpinan TNI, para sesepuh TNI, Saudara Panglima TNI dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara,



b. Membuka Pidato Setelah memberi salam kepada hadirin, akan diteruskan dengan membuka pidato. Pada umunya pembuka pidato berupa ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berikut contoh ungkapan pembuka pidato. Marilah kita panjatkan puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan perkenan-Nya kita dapat hadir pada upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 2005. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya karena rahmat-Nya kita bisa hadir di dalam ruangan yang cukup bersejarah ini dalam keadaan sehat walafiat c. Penjabaran Isi Pada saat menjabarkan isi pidato, kita tidak hanya menjelaskan apa yang ingin kita jelaskan. Terkadang kita juga meminta maaf, mengucapkan terima kasih, atau memuji. Berikut ini beberapa contoh tentang hal itu. 



Penjelasan kesan terhadap peristiwa



Kami tahu perjalanan kami masih panjang. Onak dan duri akan banyak kami lewati dalam perjalanan kami selanjutnya. Untuk itu, kami berharap doa dari Bapak Ibu Guru semuanya, agar kami dapat menapaki bagian-bagian hidup kami pada sekolah yang lebih tinggi dengan selamat. Sebagaimana saudara ketahui, jabatan adalah amanah, kepercayaan dan kehormatan. Junjung tinggi amanah, kepercayaan dan kehormatan yang telah diberikan oleh negara kepada saudara. Di sisi lain, jabatan adalah tugas dan pengabdian, laksanakan tugas dengan pengabdian itu sebaikbaiknya, dengan berbuat yang terbaik dalam setiap pelaksanaan tugas yang saudara emban



Peringatan tahun baru hijriah ini diselenggarakan di saat-saat kita sedang menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan di bidang kesejahteraan rakyat, di bidang pembangunan ekonomi, di bidang penegakkan hukum dan



271



menyelesaikan persamaan kuadrat x2 + 2x – 3 = 0 dengan cara melengkapkan kuadrat. Contoh kategori penerapan dalam masalah matematika yang tidak routin adalah kemampuan siswa menyelesaikan masalah luas persegipanjang dengan menggunakan konsep persamaan kuadrat. Analisis Analisis adalah kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagain-bagian pokok atau komponen dasar, bersama hubungan antara bagianbagian itu. Kemampuan analisis setingkat lebih tinggi dibanding penerapan, karena kemampuan ini menangkap adanya kesamaan dan perbedaan antara sejumlah hal (Winkel, 1996). Anderson (2001) menyatakan bahwa, analisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagain-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagain tersebut dengan keseluruhannya. Kemampuan yang sering disepadankan dengan analisis adalah kemampuan membedakan (differentiating), dan mengorganisasi (organizing). Differentiating meliputi kemampuan membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang sesuai. Misalkan, ketika seorang siswa membedakan antara ”apel” dan ”jeruk” dalam konteks buah, apabila dilihat dari sisi ”biji”nya tepat dijadikan aspek pembeda, sedangkan apabila dilihat dari sisi ”warna” dan ”bentuk” nya tidak tepat sebagai aspek pembeda. Organizing meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur yang saling terkait. Analisis menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan analisis adalah kemampuan memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagain tersebut dengan keseluruhannya. Contoh dalam matematika adalah kemampuan menentukan unsur-unsur dan karakteristik kubus. Sintesis Sintesis merupakan kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga tercipta suatu bentuk baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu



270



19



sebab akibat sebuah sistem. Siswa yang memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab akibat antar bagian dalam suatu sistem. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Contoh dalam matematika, khusunya dalam topik bahasan “dimensi tiga” adalah kemampuan siswa menentukan sudut yang dibentuk oleh garis dan bidang dalam ruang. Dalam contoh ini siswa tidak hanya mampu menentukan sudut dan besar sudut, tetapi berdasarkan definisi sudut antara garis dan bidang mampu menjelaskan alasannya. Penerapan Penerapan adalah kemampuan menerapkan suatu konsep, prinsip, dan metode pada suatu masalah yang kongkrit dan baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam penerapan suatu rumus pada masalah yang belum pernah dihadapi atau penerapan suatu metode kerja pada pemecahan masalah baru. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi dari kemampuan memahami, karena memahami suatu kaidah belum tentu membawa kemampuan untuk menerapkan pada suatu masalah. Misalnya, siswa dapat menghitung jumlah liter cat dan uang yang dibutuhkan untuk untuk mengecat dinding suatu ruangan, apabila kuantitas cat yang dibutuhkan untuk tiap m3 dan harga cat perliter disajikan (Winkel, 1996). Sedangkan Anderson (2001: 77) menyatakan bahwa penerapan adalah kemampuan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah. Dengan demikian, penerapan selalu berkaitan dengan pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Kategori penerapan sering disepadankan dengan kemampuan melakukan (executing) sesuatu pekerjaan routin, atau sering disepadankan dengan kemampuan menerapkan (implementing) gagasan, prosedur, metode, dan teori dalam kondisi kerja yang tidak routin. Apabila suatu masalah sudah dikenal oleh siswa, maka secara umum sudah diketahui prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun, apabila masalah tersebut tidak routin, maka siswa harus mencari prosedur seperti apa yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bloom (1979) menyatakan bahwa, penerapan mengikuti kaidah bahwa untuk menerapkan sesuatu membutuhkan pemahaman metode atau prinsip. Seorang guru sering mengatakan bahwa, apabila sesorang siswa betul-betul paham maka dia dapat menggunakan pemahamannya tersebut. Penerapan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan menggunakan gagasan, prosedur, metode, dan teori dalam menyelesaikan suatu masalah baik yang routin maupun yang tidak routin. Contoh kategori penerapan dalam masalah matematika yang routin adalah kemampuan siswa



lain-lain, yang memerlukan pemikiran dan kerja keras kita semua, termasuk umat Islam di seluruh tanah air. 



Ucapan terima kasih dalam pidato



Pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Guru yang telah banyak membimbing kami. Bapak Ibu Guru telah menuntun tangantangan mungil kami menapaki bagian perjalanan hidup kami di sekolah menengah pertama ini. Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para investor, khususnya investor otomotif di bawah naungan PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, dan PT Yamaha Motor Manufacturing West Java, yang telah meningkatkan peranannya dalam pembangunan industri dan peningkatan ketersediaan lapangan kerja 



Memohon maaf dalam pidato



Sebagai wakil dari kelas III, kami mohon maaf atas kesalahan yang kami perbuat kepada Bapak dan Ibu Guru. Kami yakin kesalahan itu tidak terhitung. Kami tahu kekecewaan sering Bapak Ibu alami karena perbuatan kami. Untuk itu semua, sekali lagi kami mohon maaf. 



Ajakan



Mari mulai sekarang kita menjadi bangsa yang hemat energi, kita kembangkan alternatif energi, bukan hanya yang bersumber dari fosil, tapi dari sumber pertanian, perkebunan dan lain-lain. Kita perlu mengembangkan kebijakan energi yang tepat, yang ramah lingkungan, yang memeluangkan masa depan generasi kita. Saya mengajak hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena hari ini kita dapat berkumpul di tempat ini untuk bersama-sama meresmikan beroperasinya PT Yamaha Motor Manufacturing West Java. 



Penghargaan



Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh direksi dan jajaran PT Yamaha Motor. Mudah-mudahan dengan peresmian pabrik yang baru ini, perusahaan akan mampu memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi nasional dan bagi penyediaan tenaga kerja yang lebih luas lagi. d. Menutup pidato Demikianlah hal-hal yang dapat kami sampaikan ada acara perpisahan ini. Apabila ada turtur kata yang tidak benar atau bahkan menyinggung perasaan hadirin, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.



20 Setelah kaliam mengetahui bagian pidato secara nyata, cobalah kalian kembangkan kerangka karangan berikut ini menjadi sebuah teks pidato. Kerangka Pidato Laporan Kegiatan Acara Seminar (Acara ini dihadiri oleh kepala sekolah, pembicara, dewan guru, dan siswa) 1. Sapaan 2. Salam 3. Tujuan Kegiatan 4. Jenis Kegiatan 5. Peserta 6. Harapan 7. Penutup 4. Menyunting teks pidato/ceramah/khotbah yang ditulisnya. Naskah pidato yang telah dibuat sebelum dibackan di depan publik, sebaiknya terlebih dahulu disunting. Tahap penyuntingan ini mencakup dua hal, yaitu penyuntingan bahasa dan penyuntingan isi. Penyuntingan bahasa mencakup tata kalimat, ejaan, dan ketepatan makna. Sekarang perhatian pidato berikut ini dan selanjutnya kalian melakuakn penyuntingan naskah. Bapak kepala sekolah yang saya hormati. Bapak Ibu Guru yang saya hormati. Para undangan yang saya muliakan, dan para siswa-siswa SMP negeri 2 Malang yang saya cintai



Assalamualaikum w. w., ……! Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Hanya dengan rahmat-Nya semata, pada hari ini kita dapat melaksanakan acara pelepasan siswa-siswa kelas III SMP 2 Surabaya tahun 2003. Tak lupa saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mewakili teman-teman kelas III yang akan meninggalkan sekolah ini. Tidak terasa tiga tahun telah berlalu. Suka dan duka telah kami alami disekolah ini. Dan hari ini tanggal 12 Juli 1 kita mengadakan perpisahan kelas III. Acara ini sangat bermakna bagi kami para siswa kelas III yang akan meninggalkan sekolah yang kami cintai ini. Pada kesempatan yang baik inilah kami atas nama temanteman mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak dan Ibu Guru yang telah membimbing kami menyelesaikan satu tahap jenjang pendidikan di sekolah ini. Mudah-mudahan ilmu yang telah bapak ibu berikan dari pada kami bermanfaat bagi kami semua. Demikian juga kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang telah ikhlas membimbing dan membesarkan kami sehingga kami dapat mendapat pendidikan yang utuh. Selain itu, pada kesempatan ini, kami juga mohon maaf atas kesalahan yang kami perbuat kepada Bapak dan Ibu guru. Kami yakin kesalahan itu tak terhitung.



269



kembali (recognition). Dalam penelitian ini, yang dimaksud pengetahuan adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang sesuai dengan informasi tersaji, baik berupa fakta, konsep, prinsip, struktur, prosedur, klasifikasi, maupun kategori. Contoh dalam topik bahasan “dimenasi tiga” adalah kemampuan siswa menuliskan kembali definisi dua garis bersilangan dalam ruang. Pemahaman Pemahaman adalah kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, dan peraturan (Wikipedia). Sedangkan menurut Winkel (1996:246 ), pemahaman adalah kemampuan menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dapat dilihat dalam bentuk, kemampuan menguaraikan isi pokok dari suatu bahasan, kamampuan mengubah suatu data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain, seperti rumusan matematika dalam bentuk katakata. Bloom (1979) menyatakan bahwa, seorang siswa dikatakan memiliki pemahaman, apabila dihadapkan pada sesuatu yang harus dikomunikasikan maka dia diperkirakan mengetahui apa yang harus dikomunikasikan dan dapat menggunakan ide yang termuat di dalamnya. Mengkomunikasikan ide tersebut dapat bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan atau dalam bentuk verbal maupun dalam bentuk simbol. Secara lebih singkat, pemahaman adalah kemampuan mengkomunikasikan ide dalam berbagai macam bentuk komunikasi. Contoh dalam matematika, siswa mampu mengkomunikasikan ”rumus” dalam bentuk verbal. Anderson (2001) menggunakan istilah (mengerti) understand sebagai padanan kata pemahaman. Understand adalah kemampuan merumuskan makna dari pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Kata kerja yang sering disepadankan dengan kata pemahaman adalah menginterpretasikan (interpreting), memberi contoh (exemplifying), mengkalsifikasi (classifying), menyimpul-kan (summarizing), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining). Menginterpretasikan adalah kemampuan mengubah sajian informasi dari suatu bentuk ke bentuk yang lain. Memberi contoh adalah kemampuan memberikan contoh khusus dari suatu konsep atau prinsip. Klasifikasi adalah kemampuan untuk memilah contoh dan yang bukan contoh dari suatu konsep atau prinsip. Menyimpulkan adalah kemampuan untuk menyusun pernyataan tunggal yang mewakili suatu informasi. Membandingkan adalah kemampuan menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek. Menjelaskan adalah kemampuan merumuskan dan menggunakan model



268



pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Kategori ini ditempatkan berdasarkan asumsi bahwa proses kognitif bermula dari konkret (faktual) ke abstrak (metakognitif). Taksonomi Bloom Taksonomi Bloom yang dimaksud dalam penelitian ini adalah katego-risasi atau klasifikasi tujuan pendidikan pada ranah kognitif. Kategorisasi ini disusun secara hierarkis, sehingga menjadi tingkatan yang semakin kompleks. Bloom mengklasifikasikan ranah kognitif menjadi enam kategori, pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Pengetahuan Pengetahuan adalah kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, dan prinsip dasar (Wikipedia). Pengetahuan adalah kemampuan memberi bukti bahwa siswa tidak lupa, baik dengan mengingat kembali maupun dengan mengenali lagi beberapa gagasan atau fenomena, karena telah memiliki pengalaman dalam proses pendidikan. Pengetahuan didefinisikan sebagai kemampuan sedikit lebih dari sekedar menghafal gagasan atau fenomena dalam bentuk yang sangat menyamai aslinya. Pengetahuan tentang sesuatu dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, seperti pengetahuan tentang fakta, istilah, urutan, klasifikasi, kriteria, dan metodologi (Tjokrodihardjo, 2001; Bloom, 1979). Pengetahuan meliputi ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, dipanggil kembali pada saat dibutuhkan melalui bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Misalnya, dalam bentuk rumusan tujuan pembelajaran khusus adalah seperti berikut, siswa dapat menuliskan definisi lingkaran (Winkel, 1996). Anderson (2001) menggunakan istilah “mengingat (remember)” sebagai konsep yang sepadan dengan “pengetahuan (knowledge)”. Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali pengetahuan yang releven dari memori jangka panjang. Dua kata yang sepadan dengan kata “mengingat” adalah kata recognizing dan recalling. Recognizing adalah kemampuan menemukan informasi di memori jangka panjang yang relevan dengan informasi tersaji, sedangkan recalling adalah kemampuan untuk memanggil kembali informasi di memori jangka panjang dalam merespon masalah. Demikian juga, Winkel (1996: 245) menyatakan bahwa pengetahuan yang disimpan dalam ingatan digali pada saat dubutuhkan melalui bentuk mengingat (recall) atau mengenal



21



Kami tahu kekecewaan sering Bapak Ibu alami karena perbuatan kami. Untuk itu semua, sekali lagi kami mohon maaf. Kami tahu perjalanan kami masih panjang. Onak dan duri akan banyak kami lewati dalam perjalanan kami selanjutnya. Untuk itu, kami berharap doa dari Bapak Ibu Guru semuanya, agar kami dapat menapaki bagian-bagian hidup kami pada sekolahan yang lebih tinggi dengan selamat. Kami ingin mewujudkan citacita kami dengan iringan doa para Ibu dan Bapak Guru serta doa orang tua kami. Kepada teman-teman yang saya cintai…. Marilah kita jaga nama baik dari pada sekolah kita ini sampai ke tingkat yang lebih tinggi. Mari kita jaga nama baik sekolah kita ini dengan berprestasi yang lebih baik. Kebersamaan kita selama tiga tahun ini sangat bermakna bagi kita. Mudah-mudahan tidak sirna begitu saja setelah berpisah. Demikianlah hal-hal yang dapat kami sampaikan pada acara perpisahan ini. Apabila ada tutur kata yang tidak benar atau bahkan menyinggung perasaan hadirin, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Wassalamualaikum w.w.,



Menulis esai berdasarkan topik tertentu dengan pola pengembangan pembuka, isi, penutup Mengidentifikasi tema dan ciri-ciri puisi kontemporer melalui kegiatan membaca buku kumpulan puisi kontemporer



22



267



masalah matematika yang mengukur kemampuan kognitif ke-i. Makalah ini merupakan pemikiran awal untuk mengembangkan sebuah teori baru model taksonomi dua dimensi yang menggabungkan taksonomi Bloom dan taksonomi SOLO. Dari pemikiran awal ini akan dirumuskan karakteristik yang bersifat hipotetik, selanjutnya akan diuji secara empirik dan pada akhirnya akan diperoleh karakteristik yang bersifat valid dan reliabel. Teori ini sedang dikembangkan oleh penulis dalam sebuah penelitian dalam rangka menyelesaikan studi di Program S-3 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya.



Modul 7



Pengembangan Alat Penilaian Kompetensi Berbicara Dr. Titik Harsiati, M. Pd.



Pendahuluan ______________________________________________________



PENDAHULUAN



A.Manfaat dan Relevansi Pada modul 5 dan 6 Anda belajar penyusunan alat penilaian kompeternsi membaca,



PEMBAHASAN Taksonomi Taksonomi adalah suatu klasifikasi khusus, yang berdasar data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang digolong-golongkan dalam sistematika tertentu (Winkel, 1996: 244; Anderson, et al., 2001). Salah satu klasifikasi khusus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah klasifikasi tujuan-tujuan pembelajaran. Tujuan (objective) pembelajaran menunjukkan apa yang harus dicapai mahasiswa sebagai hasil belajar, yang dituangkan dalam “rumusan eksplisit untuk mengubah performa mahasiswa melalui proses pendidikan”. Tujuan ini sangat penting dalam pembelajaran, sebab pembelajaran merupakan suatu tindakan yang disengaja dan beralasan (Widada, 2003). Tujuan-tujuan pembelajaran ini dapat diklasifikasikan dalam suatu taksonomi, seperti Taksonomi Bloom berdimensi dua (Anderson,et al., 2001), Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes) (Biggs & Collis, 1982).



dan menyimak. Pada modul ini Anda akan belajar menyusun alat penilaian keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Keterampilan membaca dan menyimak merupakan keterampilan reseptif yang berhubungan dengan kemampuan memahami baik wacana tulis maupun wacana lisan. Calon guru perlu mempelajari pengembangan alat penilaian berbicara karena pada standar isi terdapat keterampilan berbicara. Calon guru mata pelajaran Bahasa Indonesia perlu memahami karakteristik alat penilaian berbicaraa dan prosedur pengembangannya. Di samping itu, diperlukan latihan –latihan mengembangkan alat penilaian berbicara bagi calon guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Dengan latihan yang memadai untuk menyusun alat penilaian berbicara, seorang calon guru BI akan memiliki kompetensi yang memadai.



Menurut Anderson, et al. (2001) suatu pernyataan tentang tujuan pembelajaran memuat kata kerja dan kata benda. Kata kerja secara umum dideskripsikan sebagai suatu perubahan perilaku yang diharapkan dalam proses kognitif sebagai dampak dari suatu proses pembelajaran. Sedangkan kata benda secara umum dideskripsikan sebagai pengetahuan mahasiswa yang diharap dapat dikonstruknya. Untuk itu, Taksonomi Bloom yang direvisi adalah Taksonomi Bloom Berdimensi Dua. Dua dimensi tersebut adalah dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif memuat enam kategori yaitu, ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan menciptakan. Kontinuitas dimensi proses kognitif diasumsikan berdasarkan kompleksitas kognitif; yaitu, pemahaman lebih kompleks secara kognitif dari ingatan, dan seterusnya. Dimensi pengetahuan memuat empat kategori, yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,



266



berdasar pada proses kognitif siswa dalam memahami suatu masalah. Pencapaian hasil belajar siswa diukur berdasar pada kemampuan siswa menjawab masalah (instrumen evaluasi) yang sesuai proses kognitif yang akan diukur. Seorang siswa dipandang telah mencapai proses kognitif yang diinginkan apabila telah menjawab dengan benar masalah matematika yang sesuai dengan proses kognitif tersebut. Taksonomi Bloom sering digunakan guru untuk menentukan hasil belajar yang diinginkan, menentukan proses pembelajaran yang akan dilakukan, dan menentukan alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Anderson et. al., 2001). Taksonomi Bloom berperan dalam menentukan tujuan pembelajaran, kemudian dari tujuan tersebut dapat disusun alat evaluasi (masalah) yang sesuai dengan tujuan tersebut. Sedangkan taksonomi SOLO berperan menentukan kualitas respon siswa terhadap masalah tersebut. Artinya taksonomi SOLO dapat digunakan sebagai alat menentukan kualitas jawaban siswa. Berdasarkan kualitas yang diperoleh dari hasil jawaban siswa, selanjutnya dapat ditentukan kualitas ketercapaian proses kognitif yang ingin diukur oleh alat evaluasi tersebut. Berdasarkan peran yang berbeda ini, kedua model taksonomi seharusnya digunakan bersama-sama sebagai alternatif sistem evaluasi yang saling melengkapi. Selanjutnya dapat dibuat sistem taksonomi baru dua dimensi. Dimensi pertama adalah ”masalah matematika” yang didesain berdasar taksonomi Bloom, sedangkan dimensi kedua adalah ”kualitas respon terhadap masalah” berdasar pada taksonomi SOLO. Berdasarkan uraian di atas, makalah ini akan mendeskripsikan, bagaimana karakteristik kemampuan respon mahasiswa dipandang dari taksonomi SOLO terhadap masalah matematika disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang mengacu pada taksonomi Bloom? Matriks berikut dapat menggambarkan model taksonomi dua dimensi Bloom dan SOLO. Tabel 1: Penggabungan Taksonomi Bloom dan Taksonomi SOLO Prastruktural Unistruktural Multistruktural Relasional Extended Abstract Pengetahuan C1-S0 C1-S1 C1-S2 C1-S3 C1-S4 Pemahaman C2-S0 C2-S1 C2-S2 C2-S3 C2-S4 Aplikasi C3-S0 C3-S1 C3-S2 C3-S3 C3-S4 Analisis C4-S0 C4-S1 C4-S2 C4-S3 C4-S4 Sintesis C5-S0 C5-S1 C5-S2 C5-S3 C5-S4 Evaluasi C6-S0 C6-S1 C6-S2 C6-S3 C6-S4 Keterangan, Ci : Masalah matematika yang mengukur kemampuan kognitif level ke-i, i = 1, 2, ... ,6 Sj : Respon siswa pada level SOLO ke-j, j = 0, 1, ... ,4 Ci-Sj: Karakteristik respon siswa pada setiap level SOLO ke-j terhadap



23



Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat berlatih mempraktikkan penyusunan alat penilaian berbicara. Secara khusus, setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu menguasai hal-hal berikut.



1. Mahasiswa mampu menjelaskan



pendekatan dalam penilaian kemampuan



berbicara 2. Mahasiswa mampu menjelaskan ragam alat penilaian kemampuan berbicara dan prinsip penyusunannya. 3. Mahasiswa mampu menyusun alat penilaian kemampuan berbicara 4. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip-prinsip penyusunan alat penilaian berbicara 5. Mahasiswa mampu menyusun alat penilaian kemampuan berbicara.



B. Deskripsi / Cakupan Materi Modul Modul ini penting dipelajari sebagai bekal untuk merencanakan penyusunan alat penilaian membaca. Modul ini penting dipelajari karena dengan memahami prinsip penilaian membaca, seorang guru dapat menyusun alat penilaian membaca yang tepat. Materi yang akan Anda pelajari mencakup (1) pendekatan dalam penilaian kemampuan membaca, (2) ragam alat penilaian kemampuan membaca pemahaman dan praktik penyusunannya, (3) praktik penyusunan alat penilaian kemampuan membaca penahaman, (4) prinsip-prinsip penyusunan alat penilaian membaca cepat, dan (5) praktik penyusunan alat penilaian kemampuan membaca cepat. PRAKTIK MENGOMENTARI KETEPATAN TES MEMBACA, memperbaiki, menyusun C. Susunan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran terdiri atas lima tahap. Tahapan pembelajaran dalam modul ini dilakukan dengan urutan berikut.



24



Kegiatan Belajar 1 : pendekatan dalam penilaian kemampuan membaca dan prinsip penyusunannya (tingkatan kemampuan membaca) Kegiatan Belajar 2: ragam alat penilaian hasil dan proses pembelajaran membaca pemahaman (penggunaan tes objektif dan tes esai sebagai alat penilaian kemampuan membaca pemahaman,



penggunaan portofolio sebagai alat penilaian kemampuan



membaca pemahaman, penggunaan teknik cloze sebagai alat penilaian hasil belajar membaca pemahaman,



penggunaan jurnal, wawancara, anekdot, konferensi sebagai alat



penilaian proses pembelajaran membaca pemahaman) Kegiatan Belajar 3: prinsip-prinsip penyusunan alat penilaian membaca cepat Kegiatan Belajar 4: menyusun alat penilaian kemampuan membaca cepat.



KEGIATAN BELAJAR 1 URAIAN MATERI Sasaran Penilaian Pembelajaran Berbicara



a. Penilaian hasil



Tes Kemampuan Berbicara Berbicara berarti mengungkapkan pikiran secara lisan. Dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan, seseorang dapat membuat orang lain yang diajak bicara mengerti apa yang ada dalam pikirannya. Agar orang lain dapat menangkap dan memahaami apa yang diungkapkan secara lisan, seorang yang berbicara perlu memerhatikan rambu-rambu yang perlu dipenuhi. Pertama-tama seorang pembicara perlu memiliki sesuatu pesan, masalah, atau topik tertentu yang ingin disampaikan kepada mereka yang mendengarkannya, sekurang-kurangnya untuk sekedar dipahami, ada kalanya untuk ditanggapi. Tanpa adanya suatu pesan, masalah, atau topik tertentu yang ada di dalam pikiran untuk diungkapkan, tidak akan terdapat kebutuhan bagi seseorang untuk berbicara. Agar pesan, masalah, atau topik yang ingin diungkapkan itu dapat mencapai orang yang mendengarkan dan dapat memahaminya, maka isi pesan, masalah, atau topik itu perlu diatur susunannya sedemikian rupa sehingga memudahkan pemahaman oleh orang yang mendengarkan. Di samping itu perlu pula isi pesan diungkapkan secara jelas berdasarkan pemilihan kata-kata yang



265



Panduan untuk merumuskan tujuan pembelajaran merupakan hal penting yang diperlukan para praktisi pendidikan. Untuk keperluan tersebut beberapa pakar mengklasifikasikan tujuan-tujuan pembelajaran dalam suatu model yang disebut taksonomi. Taksonomi berguna sebagai alat untuk menjamin ketelitian dalam komunikasi berkenaan dengan pengorganisasian dan interrelasi, dalam hal ini taksonomi tujuan pendidikan (Bloom et. al, 1979; Tjokrodihardjo, 2001). Beberapa model taksonomi tujuan pendidikan diantaranya adalah, Taksonomi Bloom, Taksonomi Bloom Berdimensi Dua (Anderson, et al., 2001), dan Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes) (Biggs & Collis, 1982). Bloom, Engelhart, Furst, Hill, dan Krathwohl mengklasifikasi tujuan pendidikan pada ranah kognitif menjadi enam kategori, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Bloom et. al., 1979; Arikunto, 2002; Winkel, 1996). Taksonomi ini sering disebut dengan taksonomi Bloom dan menjadi satu-satunya model taksonomi tujuan pembelajaran yang digunakan sebagai acuan mengembangkan tujuan kurikulum dalam sistem pendidikan di Indonesia. Selain taksonomi Bloom, terdapat model taksonomi tujuan pembelajaran lain, seperti Taksonomi SOLO. Biggs dan Collis pada tahun 1982 mengembangkan model taksonomi tujuan pembelajaran yang kemudian dikenal dengan taksonomi SOLO. Taksonomi SOLO mengelompokkan tingkat kemampuan siswa pada lima level berbeda dan bersifat hirarkis, yaitu level 0: prastruktural (pre-structural), level 1: unistruktural (uni-structural), level 2: multistruktural (multy-structural), level 3: relasional (relational), dan level 4: extended abstract (Biggs dan Collis, 1982). Selanjutnya taksonomi SOLO ini dikembangkan oleh Hartanto (2006) menjadi taksonomi SOLO Plus (TSP) yang levelnya menjadi 7 level yaitu, prastruktural, unistruktural, multistruktural, semirelasional, relasional, abstrak, dan extended abstract. Berdasarkan uraian di atas, perbedaan model-model taksonomi tujuan pembelajaran tersebut dilandasi oleh cara pandang berbeda dalam melihat tujuan pendidikan. Biggs dan Collis (1982) mendesain taksonomi SOLO sebagai suatu alat evaluasi tentang kualitas respons siswa terhadap suatu tugas. Taksonomi yang digunakan untuk mengukur kemampaun siswa dalam merespon (baca: menjawab) suatu masalah dengan cara membandingkan jawaban benar optimal dengan jawaban yang diberikan siswa. Taksonomi SOLO digunakan untuk mengukur kualitas jawaban siswa terhadap suatu masalah berdasar pada kompleksitas pemahaman atau jawaban siswa terhadap masalah yang diberikan. Taksonomi Bloom digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa



264



25



tepat, disusun menurut susunan dan kaidah gramatika, serta dilafalkan dengan ucapan yang jelas dan intonasi yang sesuai. Semua itu merupakan rambu-rambu yang perlu dicermati dan diikuti TAKSONOMI



apabila seseorang menginginkan agar wacana yang diungkapkannya secara lisan dapat dipahami



TAKSONOMI BLOOM DAN SOLO UNTUK MENENTUKAN KUALITAS RESPON SISWA TERHADAP MASALAH MATEMATIKA



oleh orang kepada siapa ungkapan itu ditujukan. Itu pula yang merupakan unsur-unsur yang perlu



Oleh, Drs. ASEP SAEPUL HAMDANI, M.Pd. (Dosen Program Studi Pendidikan Matematika IAIN Sunan Ampel Surabaya)



diperhatikan sebagai sasaran pelaksanaan tes kemampuan berbicara yang merupakan sasaran untuk dicermati dan dinilai. Dengan urutan dan bobot yang mungkin dirinci secara berbeda oleh orang yang berbeda serta kebutuhan yang mungkin berbeda pula, sasaran tes berbicara meliputi (a) relevansi dan



ABSTRAK Panduan untuk merumuskan tujuan pembelajaran yang tepat merupakan hal penting yang diperlukan para praktisi pendidikan. Untuk keperluan tersebut beberapa pakar mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam suatu model yang disebut taksonomi. Beberapa model taksonomi tujuan pendidikan diantaranya adalah, taksonomi Bloom, taksonomi Bloom Berdimensi Dua (Anderson, et al., 2001), dan Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcomes). Taksonomi Bloom merupakan satu-satunya model taksonomi yang dipakai dalam sistem pendidikan di Indonesia. Taksonomi Bloom mengklasifikasikan tujuan pendidikan pada ranah kognitif menjadi enam kategori, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Taksonomi SOLO mengklasifikasikan kemampuan respon siswa terhadap masalah menjadi lima level berbeda dan bersifat hirarkis yaitu, prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan extended abstract. Kedua model taksonomi tersebut dapat digabungkan menjadi satu model taksonomi baru berdimensi dua. Dimensi pertama adalah “masalah matematika” yang disusun berdasar pada tekasonomi Bloom, sedangkan dimensi kedua adalah “kualitas respon siswa terhadap masalah matematika”. Sehingga dapat ditentukan karakteristik respon siswa pada setiap level taksonomi SOLO terhadap masalah matematika yang disusun berdasarkan setiap level taksonomi Bloom. Penggabungan dua taksonomi tersebut bermanfaat untuk menentukan kualitas jawaban siswa terhadap soal matematika yang berbentuk uraian. Kata Kunci: Taksonomi Bloom, Taksonomi SOLO, Kualitas Respon Terhadap Masalah Matematika.



LATAR BELAKANG



kejelasan isi pesan, masalah, atau topik, (b) kejelasan dan kerapian pengorganisasian isi (c) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta sesuai dengan isi, tujuan wacana, keadaan nyata termasuk pendengar. Tergantung pada kebutuhan dan hakikat penyelenggaraan suatu tes berbicara yang diselenggarakan, rincian sasarannya dapat berupa kriteria yang umum dan luas atau bersifat lebih khusus dan terinci. Yang penting untuk diupayakan demi penyelenggaraan tes berbicara yang baik adalah penetapan titik berat sasaran tes dalam bentuk rincian kemampuan berbicara sebagai patokan dalam melakukan penilaian seperti yang dapat dirinci sebagai berikut. Ikhtisar Rincian Kemampuan Berbicara



NO.



UNSUR KEMAMPUAN RINCIAN KEMAMPUAN BERBICARA



1.



ISI YANG RELEVAN



2.



ORGANISASI SISTEMATIS



3.



PENGGUNAAN BAHASA Wacana diungkapkan dalam bahasa dengan YANG BAIK DAN susunan kalimat yang gramatikal, pilihan kata BENAR yang tepat, serta intonasi yang sesuai dan pelafalan yang jelas.



Isi wacana lisan sesuai dan relevan dengan topik yang dimaksudkan untuk dibahas.



YANG Isi wacana disusun secara sistematis menurut menurut suatu pola tertentu.



Sesuai dengan hakikat dan sifat kegiatan berbicara sebagai penggunaan kemampuan bahasa yang aktif-produktif, tes kemampuan berbicara ini paling tepat dilaksanakan bukan sebagai tes objektif melainkan sebagai tes subjektif. Penggunaan tes objektif untuk tes kemampuan berbicara merupakan suatu pemaksaan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan dan oleh karena itu perlu dihindarkan. Tes objektif untuk tes kemampuan berbicara tidak sesuai dengan kegiatan berbicara senyatanya yang sarat dengan unsur-unsur penggunaan bahasa yang spontan dan tidak dapat diduga sebelumnya. Itu semua berbeda dengan penggunaan tes objektif yang mempersyaratkan daftar jawaban yang harus dipersiapkan sebelumnya. Seperti dimaklumi dalam penyelenggaraan tes subjektif bukan kunci jawaban dengan jawaban yang diperlukan, melainkan rambu-rambu



26



penskoran (scoring guide) seperti diuraikan pada bab 3, khususnya bahasan tentang tes subjektif. Itu semua demi terjaminnya validitas tes dan sekaligus upaya untuk tercapainya tingkat reliabilitas yang tinggi, bila perlu, menugaskan lebih dari satu orang penilai.



b. Penilaian Proses



Tes Diskrit, Integratif, dan komunikatif Secara umum pendekatan



Dalam penilaian hasil belajar membaca



Kata ‘diskret’ diadaptasi dari bahasa Inggris ‘discrete’ yang artinya terpisah atau tersendiri. Bila pengertian ini dikaitkan dengan bidang evaluasi, atau secara khusus bidang tes, maka kita dapat mengartikannya sebagai alat evaluasi yang disusun secara terpisah atau tersendiri. Artinya, bidang cakupan materi yang akan diukur melalui tes tersebut sudah dispesifikasikan kepada bidang tertentu secara khusus, tanpa diintegrasikan ataupun dipadukan dengan materi lainnya. Dalam bidang studi bahasa Indonesia, misalnya, kita mengenal dua aspek induk materi, yakni aspek kebahasaan dan aspek kesastraan. Sementara itu, masing-masing aspek juga terdiri atas sub-subaspek materi yang lebih kecil dan lebih rinci lagi. Aspek kebahasaan terbagi ke dalam kelompok aspek pengetahuan bahasa atau struktur (gramatika), aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), serta aspek kosakata. Aspek struktur meliputi aspek fonologi (tata bunyi), morfologi (tata bentuk), sintaksis (tata kalimat), dan seterusnya. Aspek kesastraan pun terbagi ke dalam beberapa bidang, seperti aspek teori dan sejarah sastra, teori dan kritik sastra, serta genre karya sastra. Kalau kita membuat pemetaan. Terhadap ruang lingkup materi bidang bahasa dan sastra Indonesia itu, paling tidak akan tercermin dalam skema berikut.



263



Uji Taraf Sukar Uji taraf sukar butir dilakukan terhadap instrumen tes, yang dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian budi pekerti siswa aspek kognitif. Taraf sukar butir adalah proporsi responden yang dapat atau tidak dapat menjawab butir dengan betul. Taraf sukar butir sebagai salah satu paramater butir dimaksudkan untuk menguji seberapa sukar butir untuk dijawab oleh responden. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mengetahui taraf sukar butir atas dasar jawaban responden, yaitu: taraf sukar butir proporsi sederhana seluruh kelompok responden, dan taraf sukar butir proporsi sederhana kelompok tinggi-rendah. Pada analisis hasil uji coba empirik instrumen penilaian budi oekerti siswa di sekolah ini digunakan uji taraf sukar butir proporsi sederhana seluruh kelompok. Artinya dalam analisis ini tidak memisahkan antara kelompok skor tinggi dan kelompok skor rendah. Pemilihan ini didasarkan pada alasan bahwa jumlah tesponden ujicoba tergolong sedikit, yakni 35 responden dan seluruh skor merupakan satu kesatuan hasil pengukuran menggunakan satu perangkat alat ukur. Rumus yang digunakan sebagai berikut: Pi =



f1 (x = 1) M Di mana: X = 1 = jawaban betul M = banyaknya responden f = frekuensi yang menjawab betul Pi = proporsi jawaban betul Kriteria: p ≥ 0,40 berarti cukup memuaskan (Dali S Naga. Teori Tes dan Pengukuran. Bahan Kuliah. PPs Universitas Negeri Jakarta (Jakarta, 2003), p. 14A-23.) Tingkat Kesukaran Butir Tingkat kesukaran butir adalah proporsi peserta tes menjawab benar terhadap setiap butir tes. Tingkat kesukaran butir tes biasanya dilambangkan dengan p. Semakin besar nilai p berarti semakin rendah tingkat kesukaran butir tes tersebut, antara 0,0 sampai 1,0. Tingkat kesukaran butir 0,0 berarti tidak seorang pun peserta tes yang dapat menjawab butir tes tersebut secara benar. Sedangkan tingkat kesukaran butir 1,0 berarti semua peserta tes dapat menjawab butir tes dengan benar. Adapun rumus untuk menghitung tingkat kesukaran butir tes yaitu: (Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion, Penilaian Hasil Belajar, (Jakarta: Pusat Antar Universitas, 1997), p. 160) P=



B JS Keterangan: P = tingkat kesukaran butir tes B = Banyaknya responden yang menjawab benar dan butir tes JS = Jumlah peserta (responden) Untuk kriteria dan kesimpulan dari tingkat kesukaran butir suatu tes dikategorikan seperti pada tabel 3.6 berikut (Suke Silverius. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. (Jakarta: PT. Grasindo, 1991), p. 169.) Tabel 3. 6. Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Besarnya P Kategori No Kurang dari 0,30 Sukar 1. 0,30 – 0,70 Sedang (cukup) 2. Lebih dari 0,70 Mudah 3. 4.



262



mengatakan tujuan penggunaan analisis faktor adalah meringkas saling hubungan antar variabel-variabel yanga da, tetapi dengan arti yang tepat, sebagai suatu penolong dalam membuat sejumlah pengertian. (Richard L. Gorsuch,. Faktor Analysis: Second Edition. (London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. 1983). p. 2.) Karena pengembangan instrumen klompetensi guru terkait dengan banyak indikator perilaku empirik, maka untuk menentukan validitas konstruk penelitian ini digunakan uji analisis dengan teknik analisis faktor. Analisis faktor merupakan kumpulan prosedur matematis yang kompleks guna menganalisis saling hubungan di antara variabel-variabel dan menjelaskan saling hubungan itu dalam kelompok variabel yang terbatas yang disebut faktor. Analisis Reliabilitas Istilah reliabilitas sering disamakan dengan consistency, stability, atau dependability, yang pada prinsipnya menunjukkan sejauhmana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama. (Saifuddin Azwar. Reliabilitas dan Validitas: Interpretasi dan Komputasi. (Yogyakarta: Liberty. 1986), p.6.) Sebagaimana dighunakan dalam psikometri, istilah reliabilitas selalu berarti klonsistensi. Menguji reliabilitas berarti menguji konsistensi score yang diperoleh dari pengukuran yang berulang-ulang menggunakan tes dan responden yang sama. (Anne Anastasi. Op. cit., p. 27.) Analisis reliabilitas instrumen dilakukan terhadap butir-butir yang valid. Dalam kasus skala yang item-itemnya tidak dapat dibagi dua maupun dibagi tiga sama banyak, pengujian reliabilitasnya dapat dilakukan melalui teknik analisis varians. Salah satu teknik analisis varians yang sangat populer untuk keperluan ini adalah teknik analisis varians dari Hoyt, retest, Kuder Richadson 21, Split Half method.15 Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Apha Cronbach. Pemilihan teknik ini didasarkan asumsi bahwa skor hasil pengukuran dalam penelitian ini berupa skor campuran. Menurut Aiken teknik Alpha Cronbach sesuai untuk data campuran. 16 Uji reliabilitas juga dikenakan pada uji interrater. Untuk menjaga reliabilitas butir soal essai perlu analisis interrater (interscorer reliability). Teknik analisis dilakukan dengan dua cara yaitu mengkorelasikan sejumlah hasil penyekoran oleh dua penilai atau bisa dilakukan analisis beberapa penilai merespon sebuah hasil. pengukuran.17 Uji Daya Beda Uji daya beda dilakukan terhadap instrumen tes, yang dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian budi pekerti siswa aspek kognitif. Indeks daya beda atau indeks diskriminasi butir merupakan indikator keseralasan atau konsistensi antara fungsi butir dengan fungsi skala secara keseluruhan yang dikenal dengan istilah konsistensi butir-total. Pengujian daya diskriminasi butir menghendaki dilakukan komputasi koefisien korelasi antara butir-total yang dikenal pula dengan sebutan parameter daya beda butir. Bila item tes diberi skor dikotomi, yaitu 0 atau 1, maka teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi point biserial (r pb). (Saifuddin Azwar. Op. cit. p. 72). Instrumen penilaian budi pekerti siswa di sekolah yang akan dilakukan uji daya beda diberi skor 0 atau 1, maka untuk menghitung koefisien korelasi skor butir dan total digunakan teknik korelasi point biserial. Sebagai kriteria pemilihan item berdasar korelasi item-total, biasanya digunakan batasan r xy ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. (Saifuddin Azwar. Op. cit. p. 65) Kriteria dan kesimpulan dari daya beda suatu butir tes dikategorikan sebagai berikut: Tabel 3.3. Kriteria Daya Beda Butir Tes No 1. 2. 3. 4.



Besarnya DB Kurang dari 0,19 0,20 – 0,39 0,40 – 1,00 Bertanda negative



Kategori Kurang baik Baik Sangat baik Jelek



15 16 17



Lewis R Aiken.Psychological testing and assessment Allyn Bacon, Inc.1997 86-92



27



Berdasarkan pemetaan cakupan materi bahasa dan sastra di atas, mudahlah sekarang bagi kita untuk menentukan bidang apa yang sesungguhnya yang akan menjadi objek evaluasi. Sebagai contoh, kita mau mengevaluasi kemampuan siswa dalam hal pengenalan jenis-jenis fonem bahasa Indonesia. Materi tersebut termasuk ke dalam bidang garapan fonologi. Dengan menggunakan pendekatan diskret, contoh soal yang mungkin dihasilkan tampak seperti berikut ini. Kata-kata yang dibentuk oleh konsonan bilabial adalah …. A. membeli B. tertawa C. sederhana D. bersua Berdasarkan contoh di atas, kita dapat melihat bahwa satu butir soal hanya dimaksudkan untuk mengukur satu aspek kebahasaan tertentu, dalam hal ini aspek fonologi. Menurut Oller (1979:37), tes diskret adalah tes yang hanya menekankan atau menyangkut satu aspek kebahasaan pada satu waktu. Pengertian aspek kebahasaan di sini meliputi juga aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Oleh karenanya, sebuah tes yang secara khusus dimaksudkan untuk mengukur salah satu aspek dari empat aspek keterampilan berbahasa tersebut tanpa dikaitkan atau dipadukan dengan aspek lainnya, juga termasuk ke dalam jenis tes diskret. Menurut Brown (1980 dalam Nurgiantoro, 1987:157), pendekatan diskret didasari oleh teori strukturalisme dalam linguistik dan teori behaviorisme dalam psikologi. Konsep yang mendasar dari kedua teori tersebut menyebutkan bahwa suatu bentuk keseluruhan dapat dipecah menjadi bagian-bagian tertentu. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, teori menganut paham bahwa setiap subaspek kebahasaan dapat diajarkan dan diteskan secara terpilah dan mandiri, terlepas dari konteks keseluruhan dan situasi pemakaian bahasa yang sesungguhnya. Pendekatan ini dalam pengajaran bahasa masih populer hingga menjelang diberlakukannya Kurikulum 1984. Sebelumnya, orientasi pengajaran bahasa berlandaskan pada pendekatan struktural. Oleh karena itu, tidak heran jika pengajaran bahasa itu sarat dengan teori bahasa, dan miskin dengan praktik berbahasa. Hal ini berdampak pada pemberian tes yang lebih menekankan pada pemberian tes secara diskret terhadap aspekaspek kebahasaan dan kesastraan yang bersifat teoretis. Filosofis tes diskret yang beranggapan bahwa keseluruhan itu sama dengan jumlah bagian-bagiannya bertentangan dengan hakikat berbahasa. Dalam kenyataannya, bahasa merupakan satu kesatuan yang padu dari berbagai unsurnya serta tidak bisa dilepaskan dari konteks pemakaiannya. Hal inilah yang tidak dipertimbangkan oleh pendekatan diskret, baik dalam pembelajaran maupun dalam pengevaluasiannya. Meskipun begitu, bukan berarti pendekatan diskret dianggap pendekatan terburuk dan tidak dibenarkan pemakaiannya dalam evaluasi pembelajaran bahasa. Sebenarnya, dalam hal-hal tertentu, pendekatan ini malah lebih disarankan untuk digunakan. Sebagai contoh, untuk melatih perbedaan bunyi kata tertentu dari bunyi-bunyi kata lain yang hampir mirip, mungkin kita lebih tepat menggunakan pendekatan diskret. Melalui tes menyimak, anak diminta untuk mengidentifikasi bunyi-bunyi fonologis kata-kata berikut, misalnya: Bahasa Inggris: (a) sleep - slip (b) ship - sheep (c) neat - knit



Bahasa Indonesia (a) syarat - sarat (b) folio - polio (c) syah - sah



Pandangan teori diskret yang memecah belah unsur kebahasaan dan mengisolasikannya dari konteks pemakaian berbahasa dipandang orang sebagai kelemahan yang mendasar. Hal ini seiring dengan munculnya pandangan baru dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan struktural yang selama ini digunakan sebagai landas pijak dalam pembelajaran bahasa dikritik oleh para pakar pembelajaran bahasa yang berorientasikan



28



261



pada fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Hal ini menandai lahirnya pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan ini menekankan aspek fungsi komunikatif bahasa yang bersifat alami dalam pembelajaran bahasa. Dengan demikian, pengelolaan proses belajar-mengajarnya lebih diarahkan pada pemajanan keterampilan berbahasa dalam berbagai konteks dan situasi berbahasa. Berdasarkan pandangan tersebut, pendekatan diskret dalam evaluasi bahasa dianggap tidak sesuai dengan ruh pengajaran bahasa yang seharusnya. Pendekatan diskret dianggap tidak akan sanggup membangun keterampilan berbahasa siswa yang sesuai dengan life skills, yang sesuai dengan kenyataan pemakaian bahasa yang sesungguhnya di masyarakat. Oleh karenanya, tes kebahasaan diskret yang hanya mengukur aspek kebahasaan yang terisolasi dari konteks pemakaian bahasa secara wajar, seharusnya dibatasi untuk aspek-aspek tertentu yang memang mengharuskan pelatihan dan pengetesan secara diskret.



sejauhmana test itu mengukur suatu teori yang memiliki suatu konstruksi atau ciri-ciri tertentu. (Anne Anastasi. Op. cit. p. 151.) Proses validitas konstruk sebuah instrumen dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya korelasi-korelasi dengan tes lainnya, analisis faktor, konsistensi internal, validasi konvergen dan diskriminan, dan intervensi eksperimental. (Anne Anastasi dan Susana Urbina. Tes PSikologi. Edisi Bahasa Indonesia. (Jakarta: Prenhalindo, 1997), pp. 94-97.) Pada tahap uji coba teoritik yang menggunakan kelompok panelis, teknik statistik untuk uji validitas isi dilakukan dengan menggunakan metode penskalaan Thrustone. Metode interval tampak-setara, yang sering pula dikenal sebagai metode penskalaan Thrustone merupakan salah satu model penskalaan pernyataan sikap dengan pendekatan stimulus. Penskalaan dalam pendekatan ini ditujukan untuk meletakkan stimulus atau pernyataan sikap pada suatu kontinum psikologis yang akan menunjukkan derajat favorable (kesesuaian) atau tak favorable-nya (tak sesuainya) pernyataan yang bersangkutan. (Saifuddin Azwar. Op. cit. p. 126) Untuk uji validitas butir digunakan pendekatan internal consistency, yaitu dengan cara menghitung koefisien korelasi antara skor item dengan skor total tes itu sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Anne Anastasi (1976) bahwa analisis item sering dilakukan terhadap total skor pada tes itu sendiri. (Anne Anastasi. Op. cit. p. 215.) Hasil pengukuran tes Literasi Membaca Kritis-kreatif uraian skor butirnya bersifat non dikotomi, untuk analisis butir dilakukan dengan menggunakan teknik koefisien korelasi product moment dari Pearson. Butir-butir yang diberi skor dikotomi, yakni hasil pengukuran tes Literasi Membaca Kritis-kreatif yang berbentuk objektif, dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi biserial. Pada tahap pembakuan instrumen, pengujian validitas konstruk dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Instrumen penilaian budi pekerti siswa di sekolah yang terdiri dari banyak butir, secara teoritik mengandung banyak faktor. Analisis faktor utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variable). (Supranto, J. Analysis Multivariant. Arti dan Interpretasi. (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), p. 114.) Analisis faktor merupakan teknik analisis statistika yang bertujuan menerangkan struktur hubungan di antara variabelvariabel yang diamati dengan jalan membangkitkan beberapa faktor yang jumlahnya lebih sedikit daripada banyaknya variabel asal. (Gaspersz, Vincent. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. (Bandung: Tarsito, 1995), p.p. 421-422.) Tujuan reduksi data untuk mengeliminasi variabel independen yang saling berkorelasi mungkin mempunyai kesamaan atau kemiripan karakter dengan variabel lainnya sehingga dapat dijadikan menjadi satu faktor. (Anne Anastasi. Op. cit. p. 27.) Dengan digunakannya analisis faktor akan diperoleh hasil penempatan butir-butir dalam faktor-faktor yang sesuai. Selanjutnya Popham ( 1981) mengemukakan beberapa strategi untuk menentukan validitas konstruk, yaitu: a) studi intervensi, b) studi dengan populasi berbeda, dan studi korelasi (W. James Popham, Modern Educational Measurement (Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Inc, 1981), p. 114). Menurut Gable ada empat cara yang dapat digunakan untuk menentukan validitas konstruk, yaitu: a)menentukan hubungan dengan variabel-variabel lain, b) analisis sifat jamak metode jamak (multitraitmultimethod analysis), c) analisis faktor, dan d) prosedur dengan kelompok yang diketahui karakteristiknya. (Gable, op.cit, p. 77) Menurut Litwin, metode analisis faktor dilakukan dengan bantuan komputer untuk menilai apakah butir-butir yang beragam dalam suatu survei memiliki kebersamaan dalam suatu atau skala. (Mark S. Litwin, How to Measure Survey Reliability and Validity (London: Sage Publ., 1985), p. 82) Jadi analisis faktor bertujuan untuk menganalisis sejumlah variabel dari sejumlah pengukuran atau pengamatan yang didasarkan pada teori dan kenyataan sebenarnya, serta menganalisis interkorelasi (hubungan) antar variabel tersebut berasal atau berdasarkan sejumlah faktor dasar yang jumlahnya lebih sedikit dari jumlah variasi yang ada pada variabel. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya analisis faktor digunakan untuk mereduksi data, yaitu proses menjelaskan sejumlah variabel menjadi lebih sedikit dan menamakannya sebagai faktor dengan bantuan program komputer. Dari beberapa teknik analisis faktor, ada teknik yang mengasumsikan sejumlah faktor umum yang membentuk matriks interkorelasi faktor, menunjukkan variabel-variabel teramati yang membentuk hubungan dengan faktor umum sebagai pola faktor, dan akhirnya tiap-tiap variabel memiliki residu atau faktor unik/khusus. (John C. Loehlin, Latent Variable Models: An Introduction to Factor Path and Structure Analysis (Hillsdale NJ: Lawrence Erlb. 1987), p. 131) Tujuan utama analisis faktor adalah untuk menentukan apakah suatu perangkat variabel dapat digambarkan berdasarkan faktor atau dimensi yang lebih kecil daripada jumlah variabel dan menunjukkan karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh masing-masing faktor tersebut. Atau sejauh mana instrumen mengukur sifat atau konstruk teoritis tertentu. Gorsuch (1983)



B. PENDEKATAN INTEGRATIF Sebagai reaksi atas pendekatan diskret dalam evaluasi pembelajaran bahasa dan sastra adalah munculnya pendekatan baru yang disebut pendekatan integratif. Jika dalam tes diskret aspek-aspek kebahasaan dan aspek kesastraan dilakukan secara terpilah, dalam tes integratif aspek-aspek dimaksud diintegrasikan atau disatukan secara bersamaan. Dalam hal ini, tes integratif berusaha mengukur beberapa aspek kemampuan siswa secara integratif dalam satu waktu tertentu. Coba Anda bandingkan contoh tes diskret di atas dengan contoh tes berikut. Dalam sebuah tes disediakan beberapa buah kalimat yang masih acak. Para peserta tes diminta untuk menyusun kalimat-kalimat acak tersebut menjadi sebuah paragraf yang runtun dan padu. Mari kita perhatikan contohnya!



a. b. c. d. e. f.



Cermati beberapa kalimat acak berikut ini! Maksudnya, selalu tergantung dari pasaran produk-produk agraris tersebut. Hal ini kadang-kadang diciptakan oleh negara-negara yang kuat ekonominya. Perekonomian agraris memang mempunyai banyak kelemahan. Perekonomian agraris antara lain tidak mampu mandiri. Kalau pasaran lesu, perekonomian agraris ikut lesu. Pada hal, kelesuan ini tidak selalu merupakan siklus ekonomi yang alamiah wajar.



A. B. C. D. E.



Susunan yang paling logis dari kalimat-kalimat acak di atas adalah …. c-e-f-b-d-a e-b-c-d-a-f c-d-a-e-f-b e-b-d-f-a-c c-f-e-b-a-d



Apa yang dapat Anda simpulkan dari contoh di atas? Jika Anda diminta menyusun kalimat-kalimat acak di atas, yang mana pilihan Anda? Pengetahuan dan keterampilan apa yang Anda kerahkan untuk sampai pada pilihan Anda itu? Ya, kita tidak mungkin dapat menyusun kalimat-kalimat itu dengan baik kalau kita tidak memiliki pengetahuan tentang tata kalimat, tata wacana, terutama pengetahuan tentang ide pokok, ide penjelas, syarat pembentukan paragraf, dan lain-lain. Artinya, terdapat beberapa kemampuan dan keterampilan yang diukur melalui tes di atas. Inilah yang dimaksud dengan tes integratif. Pendekatan integratif dalam tes didasari oleh pandangan ilmu jiwa Global yang berpandangan bahwa keseluruhan tidak sama dengan jumlah bagian-bagiannya. Walaupun bahasa terdiri atas berbagai komponen



260



Gambar 3: Prosedur pengembangan instrumen baku Secara umum dapat dijelaskan bahwa tahapan prosedur pembakuan instrumen secara bertahap diawali dengan telaah konsep, penentuan indikator, penyusunan kisi-kisi, telaah panel (pakar), analisis hasil telaah pakar, revisi instrumen, ujicoba lapangan, analisis validitas dan reliabilitas, dan penyempurnaan instrumen. Instrumen baku merupakan instrumen yang reliabel dan butir-butir yang valid. Perencanaan dan Penyusunan Instrumen



1. Perencanaan a. b.



Tujuan penyusunan instrumen ini adalah menciptakan instrumen baku dan dapat digunakan untuk menilai budi pekerti siswa di sekolah. Pengembangan spesifikasi instrumen 1) Dimensi (variabel) nilai-nilai moral secara operasional didefinisikan sebagai skor hasil pengukuran budi pekerti siswa di sekolah dengan menggunakan instrumen tentang nilainilai moral siswa dalam kehidupan di sekolah. 2) Dimensi (variabel) nilai-nilai sosial secara operasional didefinisikan sebagai skor hasil pengukuran budi pekerti siswa di sekolah dengan menggunakan instrumen tentang nilainilai sosial siswa dalam kehidupan di sekolah.



29



dengan segala kespesifikannya, namun bahasa yang alami bukanlah merupakan gabungan dari berbagai komponennya itu. Oleh karena itu, tes integratif tidak memilah aspek kebahasaan dan kesastraan secara tersendiri dan diteskan secara tersendiri pula. Tes integratif tidak secara khusus mengeteskan salah satu aspek kebahasaan tertentu atau aspek kesastraan tertentu secara mandiri. Jika tes bahasa dipilah berdasarkan aspek-aspeknya secara khusus, sifat alami dari bahasa itu menjadi hilang. Tes integratif sejalan dengan pembelajaran bahasa yang berlandaskan pendekatan integratif. Dalam pendekatan integratif, baik dalam tes maupun pembelajaran, aspek-aspek tes atau aspek-aspek pembelajaran itu selalu dikaitkan dengan konteks pemakaian bahasa secara wajar sebagaimana halnya penggunaan bahasa yang hidup di masyarakat. Yang demikian itu adalah cerminan dari hakikat kompetensi komunikatif. Bahkan, menurut Oller (1979), tes kebahasaan yang sesuai dengan kompetensi komunikatif, tes yang sesuai dengan konteks pemakaian bahasa secara wajar tergolong juga ke dalam tes pragmatik. Menurutnya, tes pragmatik sudah pasti tergolong juga tes integratif, tetapi tes integratif belum tentu tes pragmatik. Artinya, dalam tes integratif masih dimungkinkan terjadi pengisolasian, bersifat artifisial, tidak mencerminkan pemakaian bahasa yang sesungguhnya. Lalu, apa perbedaan tes integratif dan tes pragmatik? Kadang-kadang antara tes integratif dan tes pragmatik sulit dibedakan. Demikian, juga untuk kasus-kasus tertentu, tes integratif akan sulit dibedakan dari tes diskret. Akan tetapi, tes diskret sangat berbeda dengan tes pragmatik, sehingga kedua pendekatan tes ini dapat dibedakan dengan jelas. Oleh karenanya, Burhan Nurgiantoro memberikan batasan untuk tes integratif dengan adanya minimal dua aspek kebahasaan (dan atau kesastraan) yang diujikan pada saat yang bersamaan (Nurgiantoro, 1987:160). Beberapa contoh tes integratif, antara lain sebagai berikut. 1.



2. Penyusunan butir instrumen Butir-butir penilaian budi pekerti siswa di sekolah (draf 1) disusun berdasarkan konsep yang telah diuraikan pada bagian kajian teoretik. Sesuai dengan konsep tersebut, instrumen ini terdiri dari empat aspek, yakni: aspek afektif, aspek kognitif, aspek perilaku di dalam pembelajaran, dan aspek perilaku di luar proses pembelajaran. Instrumen penilaian budi pekerti siswa di sekolah aspek afektif sebanyak 101 butir, aspek kognitif sebanyak 72 butir, aspek perilaku di dalam proses pembelajaran sebanyak 100 butir, dan aspek perilaku di luar proses pembelajaran sebanyak 95 butir, masing-masing terbagai atas dua dimensi dan sembilan indikator. Draf 1 butir-butir instrumen penilaian budi pekerti siswa di sekolah, disajikan pada lampiran A.1, halaman 230. Teknik Analisis Data



1. Analisis Validitas Kesahihan (validitas) adalah tingkat yang dapat menunjukkan pengamatan secara terus-menerus atau mengukur apa saja yang diamati (diukur). (Charles D. Hopkins and Richard L. Antes. Classroom Measurement and Education. Third Edition. (Irasca: Illionis: FE. Peacock Publisher, Inc. m 1990), p.6.) Kesahihan tidak sekedar mengukur apa yang seharusnya diukur, melainkan juga mengandung pengertian sejauh mana informasi yang diperoleh dari pengukuran dapat diinterpretasikan sebagai tingkah laku atau karakteristik yang diukur. (Linda Crocker and Jame Algina. Introduction to Classical and Modern Test Theory. (Florida USA: Halt Rinehart and Winston. Inc, 1986), p. 217). Dalam pengembangan instrumen penilaian budi pekerti siswa di sekolah, teknik analisis data akan menggunakan validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi yang sangat utama adalah menyangkut pengujian yang sistematis dari isi tes untuk perilaku yang hendak diukur. (Anne Anastasi. Op. cit. pp. 134-135.) Validitas isi menunjukkan kesesuaian butir dengan kriteris-kriteria yang akan diukur, kriteria tes disusun dalam bentuk kisi-kisi. (John W. Best. Research in Education. Fourth Edition. (New Jersey: Englewood Cliffs: Prentice-Hall. Inc, 1981), p. 197.)Validitas konstruk adalah lingkup sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur suatu konstruk atau sifat-sifat yang teoritis. Validitas konstruk suatu test adalah tingkat



Menyusun Kata-kata Acak Menjadi Kalimat Dalam soal ini disediakan beberapa buah kata yang belum tersusun dengan baik dan tidak gramatis. Peserta tes diminta menyusun kata-kata acak itu menjadi susunan kalimat yang gramatis dan bermakna. Jika tes akan dibuat dalam bentuk objektif, disediakan beberapa pilihan dan peserta tes diminta salah satu di antara pilihan itu yang dianggap paling tepat. Susunlah kata-kata acak berikut menjadi sebuah kalimat yang baik dan bermakna! Merupakan-kedelai-murah-protein-kaya-protein-yang-didapat-dantanaman-mudah 2.



Menjawab Pertanyaan Berdasarkan Rangsang Wacana Singkat yang Dibaca/Didengar Dalam soal ini, disediakan teks (bisa satu paragraf atau 2-3 paragraf) yang harus dibaca peserta tes sebelum mereka menjawab pertanyaan yang diberikan. Soal digali dari teks tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang digali hendaknya pertanyaan yang bersifat menggali pemikiran, bukan pertanyaan yang menggali ingatan. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan yang bersifat faktual atau informatif, sebaiknya tidak digunakan untuk tes integratif. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini kurang menuntut siswa untuk mengoperasikan kemampuan berbahasanya. Tentu saja, pertanyaan faktual atau pertanyaan ingatan bisa kita gunakan jika memang hal itu dimaksudkan untuk mengukur kemampuan mengingat fakta atau mengingat rincian dari apa yang mereka dengar atau mereka baca. Soal-soal yang dianggap menuntut jawaban berupa pemikiran dan kemampuan mengoperasikan kemampuan berbahasa peserta tes, antara lain kemampuan: a. menafsirkan makna kata/frase/kalimat yang terdapat dalam teks; b. menyimpulkan isi bacaan; c. menentukan ide pokok; d. menjelaskan maksud tersurat/tersirat; e. menilai pendapat penulis;



30



f.



mengemukakan tanggapan/alasan.



3.



Menyusun Kalimat Acak Menjadi Paragraf Soal jenis ini hampir mirip dengan menyusun kata-kata acak menjadi kalimat. Bedanya, pada soal ini, rangsang yang diberikan berupa kalimat-kalimat acak. Peserta tes diminta untuk menyusun kalimat-kalimat tersebut menjadi susunan yang utuh dan padu. Silakan, Anda cermati lagi contoh soal yang disajikan pada bagian awal uraian tentang “Pendekatan Integratif”. C. PENDEKATAN PRAGMATIK Dalam hal tertentu, tes pragmatik sering diidentikkan dengan tes integratif. Seperti sudah dijelaskan di muka bahwa setiap tes pragmatik pasti integratif, tetapi tidak setiap tes integratif bersifat pragmatis. Kedua pendekatan tes ini sama-sama merespons pendekatan diskret yang dianggapnya terlalu artifisial dan tidak mencerminkan kemampuan berbahasa siswa yang sesungguhnya. Meskipun kedua pendekatan tes ini berpijak pada filosofis yang sama, yakni ilmu jiwa Global, namun keduanya masih bisa dibedakan. Pendekatan diskret lebih menekankan pada pemaduan dua atau lebih unsur aspek bahan tes dalam satu waktu; sedangkan tes pragmatik lebih menekankan pada pengetesan kompetensi komunikatif peserta tes yang dikemas secara kontekstual sesuai dengan pemakaian bahasa yang wajar dan alami sebagaimana pemakaiannya dalam kehidupan sesungguhnya di masyarakat. Menurut Oller (1979), tes pragmatik merupakan suatu pendekatan dalam tes keterampilan (skills) berbahasa untuk mengukur seberapa baik siswa mempergunakan elemen-elemen bahasa sesuai dengan konteks komunikasi yang nyata (Nurgiantoro, 1987:163). Pendekatan tes ini sejalan dengan penerapan pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa. Sasarannya adalah penguasaan empat aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) sebagai perwujudan dari kompetensi berbahasa. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi benar-benar menjadi dasar bagi pengelolaan proses belajar-mengajar bahasa, termasuk pengevaluasiannya. Istilah kompetensi berbahasa (‘use’ menurut Widdowson, 1984) dan kompetensi bahasa (‘usage’ menurut Widdowson) berpijak pada dua pendekatan pengajaran bahasa yang berbeda. Orientasi pembentukan kompetensi berbahasa berpijak pada pendekatan komunikatif; sedangkan orientasi pembentukan kompetensi bahasa berpijak pada pendekatan struktural. Yang disebut terakhir itulah yang merupakan muara dari pendekatan tes diskret; sedangkan yang pertama merupakan muara dari pendekatan tes pragmatik. Karena landas pijak tes pragmatik adalah pendekatan komunikatif dengan sasaran pembentukan kompetensi berbahasa (use), maka penyusunan tes dengan pendekatan pragmatik harus mempertimbangkan aspek situasi pemakaian bahasa yang sesungguhnya. Bagi pendekatan ini, teori diskret yang berusaha memecah belah unsur-unsur kebahasaan yang dilatihkan atau diteskan secara terpisah dan terisolasi dari konteks pemakaiannya adalah sesuatu yang bersifat artifisial; sesuatu yang dibuat-buat. Oleh karenanya, hasil tes tersebut tidak mencerminkan kemampuan berbahasa siswa yang sesungguhnya. Dengan demikian, fungsi komunikatif bahasa tidak terlatihkan dan tidak terukur. Dalam konteks berbahasa yang sesungguhnya, kegiatan berbahasa melibatkan dua hal, yakni aspek linguistik dan aspek ekstra-linguistik. Yang dimaksud dengan aspek linguistik adalah wujud bahasa sebagai lambang verbal dengan segala sub-subaspeknya, seperti aspek fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Sementara, aspek ekstra-linguistik merupakan aspek penunjang kegiatan berbahasa di luar bahasa. Aspek-aspek dimaksud turut mendukung proses kelancaran berkomunikasi. Wujudnya bisa berupa isyaratisyarat nonverbal, intonasi, gerak-gerik tubuh, mimik muka, dan faktor-faktor penentu berkomunikasi lainnya di luar bahasa. Faktor-faktor penentu inilah yang kemudian disebut sebagai faktor pragmatik. Karena aspek linguistik dan aspek ekstra-linguistik merupakan dua sisi yang memiliki hubungan timbalbalik dan bersifat sistemik dalam proses berkomunikasi, maka tes pragmatik dalam tes kebahasaan harus



259



ukur, merumuskan tujuan yang jelas, model skala yang digunakan, menyusun kisi-kisi dan menetapkan alokasi waktu yang dibutuhkan dalam mengisi instrumen. (Sumadi Suryabrata. Pengembangan alat ukur psikologis. (Yogyakarta, Andi Offset, 2002). Pp. 178-179.) Pengembangan spesifikasi dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, yakni: melalui pendekatan rasional, konsistensi internal, dan empirikal. (Gilbert Sax. Principles of Educational and Psychological Measuremnet and Evaluation. 2nd. (Belmont. California Wadsorth, Inc, 1983), p. 49) Pendekatan rasional dan konsistensi internal dilakukan dengan mendasarkan pada analisis konsep teoritis, sedangkan pendekatan empirik dilakukan dengan mengidentifikasi butir-butir pengamatan yang kemudian dikelompokkan sesuai dengan kriteria tertentu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun alat ukur berupa non-tes, yaitu adanya kejelasan konsep atau teori yang menjadi landasan, identifikasi atribut-atribut yang akan diukur atau diamati, atributatribut yang telah diidentifikasi kemuadian didefinisikan secara operasional dan memiliki bentuk atau format yang sesuai dengan atribut yang hendak diukur. (Sumadi Suryabrata, Op. cit. p. 35.) Pengembangan butir instrumen Pada dasarnya, instrumen dibagi dua; yakni tes dan non tes. Tes merupakan prosedur sistematis untuk melakukan pengamatan terhadap perilaku seseorang dan mendeskripsikan perilaku tersebut dengan bantuan skala angka atau suatu sistem penggolongan. (Lee J. Cronbach. Essentials of Psychological Testing. (New York: Harper and Row Publisher, 1984), p. 26.) Selanjutnya dijelaskan bahwa indikator perilaku yang diungkap oleh instrumen yang berbentuk non-tes bersifat kinerja pada umumnya (typical performance). Instrumen ini dirancang dengan menggunakan stimulus yang tidak berstruktur sehingga individu dapat membuat penafsirannya sendiri terhadap stimulus tersebut dan meresponnya sesuai dengan aspek afektif dalam dirinya saat itu. (Ibid, pp. 29-34) Kelompok non-tes antara lain: skala sikap, skala penilaian, pedoman obserasi, pedoman wawancara, angket, dan pemeriksaan dokumen. Instrumen yang akan dikembangkan melalui penelitian ini adalah instrumen yang berbentuk tes dan non-tes. Bentuk tes digunakan untuk mengukur aspek kognitif, sedangkan bentuk non tes digunakan untuk mengukur aspek perilaku dan aspek afektif. Pengembangan butir instrumen yang bersifat non kognitif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyusun daftar perilaku dan daftar pernyataan perasaan dan emosi. Daftar perilaku yang akan diukur kemudian digunakan sebagai pedoman untuk obserasi. Penskalaan Langkah berikutnya untuk memperoleh instrumen baku adalah menentukan nilai hasil pengukuran dengan menggunakan skala penilaian. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seorang individu pada suatu rentangan kontinum atau kategori mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. (Djaali, Puji Mulyono dan Ramly, Pengukuran dalam bidang Pendidikan. (Jakarta: Pascasarjana UNJ, 2000), p. 135.) Penilaian (assessment) performance dapat dilakukan pada penampilan proses maupun produk dan diukur dengan teknik checklist atau rating scale. (Gale H. Roid and Thomas M. Haladyna. A Technology for Test-item Writing. (New York: Academic Press, 1982), pp. 67-68.) Penskalaan yang akan digunakan adalah penskalaan yang berorientasi pada subjek. Penskalaan ini bertujuan menempatkan individu-individu pada suatu kontinum penilaian sehingga kedudukan relatif individu menurut suatu atribut yang diukur dapat diperoleh. (Saifuddin Azwar. Penyusunan Skala Psikologi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), p. 51.) Skala penilaian yang akan digunakan untuk menilai minat baca kritis kreatif dalam penelitian ini adalah teknik rating scale. Prosedur pengembangan instrumen baku Prosedur pengembangan instrumen baku penilaian budi pekerti digambarkan dalam bentuk skema dalam bentuk alur sebagai berikut. Telaah konsep



Analisis Validitas dan Reliabilitas



Revisi Instrumen



Indikator instrumen



Ujicoba Lapangan I



Kisi-kisi Instrumen



Revisi Instrumen



Ujicoba Lapangan II



Penilaian Panel



Analisis Hasil Penilaian Panel



Analisis Validitas dan Reliabilitas



Instrumen



Penyempurnaan



258



31



Kesulitan pemahaman kritis ditentukan dengan pola respon siswa yang



dikaitkan dengan konteks pemakaian bahasa itu, sesuai dengan kenyataan berbahasa yang sesungguhnya. Tes pragmatik merupakan suatu tes atau tugas yang menuntut siswa untuk menghasilkan produksi bahasa (baca: susunan unsur kebahasaan) yang sesuai dengan pemakaian bahasa secara nyata serta kemampuan menghubungkan unsur-unsur kebahasaan dimaksud dengan konteks ekstra-linguistiknya. Dengan demikian, tes-tes unsur kebahasaan dalam tes pragmatik tidak lagi disajikan secara terisolasi, melainkan senantiasa dikaitkan dengan unsur ekstra-linguistiknya. Tes semacam ini pada prinsipnya sama dengan konsep tes kompetensi komunikatif (Vallete, 1977 dalam Nurgiantoro, 1987:65) yang menekankan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa dalam situasi tertentu. Fokus penilaiannya lebih diarahkan pada kemampuan memproduksi dan atau memahami bahasa, dan bukan pada ketepatan penggunaan bahasa semata. Oleh karenanya, kekeliruan atau kesalahan kecil berbahasa yang tidak terlalu mengganggu kelancaran berkomunikasi masih bisa ditoleransi. Itulah sebabnya, tes yang bersifat pragmatik sudah barang tentu bersifat integratif, tetapi tes integratif belum tentu pragmatis. Tes pragmatik ideal yang sesuai dengan kenyataan berbahasa yang sesungguhnya memang sulit diwujudkan secara murni. Meski demikian, sekadar usaha memperkecil kadar keartifisialan, contoh-contoh tes pragmatik berikut dapat dipertimbangkan pemakaiannya.



mencerminkan ketidakpahaman terhadap apa yang harus dikritik, ciri kalimat kritik, atau kriteria-kriteria yang tepat dari tiap-tiap aspek yang dikritik baik aspek penggunaan bahasanya, keruntutannya, keakuratan isi, atau kelengkapan isinya. Kesulitan pemahaman kreativitas ditandai pada dua hal yaitu kemampuan memvariasikan/ mengubah bagian wacana maupun mengubah wacana dari bentuk satu ke bentuk yang lain serta kemampuan menggunakan isi untuk memecahkan masakah yang dihadapi. Kesulitan dapat bersumber pada ketidakpahaman siswa pada cara mengubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, kurangnya variasi kosakata atau kalimat yang dimiliki untuk memvariasikan bagian wacana, atau kurangnya ide baru untuk mengkreasikan isi maupun bahasa dari wacana yang dibaca.



E. Penyekoran Hasil Pengukuran dan Penyusunan Norma



Langkah-langkah Prosedur Pembakuan Instrumen Kriteria Instrumen Baku Instrumen baku adalah (1) disusun oleh para ahli dan telah dikalibrasi; (2) mempunyai petunjuk pelaksanaan yang jelas; (3) memiliki acuan norma untuk menginterpretasi suatu skor, dan yang utama adalah kesahihan (validitas), kepercayaan (reliabilitas), dan kepraktisan. (R. L. Ebel. Essentials of Educational Measurement. Fourth Edition. (Englewood Cliffs, New Jersey. Prentice Hall. Inc. 1986), p. 30.). Pembakuan suatu alat ukur menyangkut beberapa persoalan, yaitu: butir-butir tes secara teknis berkualitas, administrasi, dan penilaian jelas, adanya norma dan penafsiran yang pasti. (Norman E. Gronlund. Measurement and Evaluation in Teaching. Fifth. Ed. (New York. Macmilan. 1985), p. 23.) Dalam proses standardisasi suatu instrumen, diatur pedoman umum yang berkenaan dengan untuk siapa tes itu dirancang. (Anne Anastasi. Psychological Testing. Fourth Edition. (New York: MacMillan Publishing Co., Inc. 1976), p. 26.) Agar kriteria instrumen baku terpenuhi dalam penelitian ini, maka instrumen dinilai oleh kelompok panel sebanyak 20 orang dari empat bidang keahlian, yakni bidang pengukuran, bidang psikologi, bidang bahasa, dan bidang agama, adat istiadat serta budi pekerti. Penilaian kelompok panelis menggunakan skala Thrustone dengan skor terendah 1 dan skor tertinggi 11. Instrumen ini dirancang untuk menilai budi pekerti siswa di sekolah, maka instrumennya berupa non tes dan tes. Instrumen non tes berupa checklist atau daftar pernyataan tentang perilaku siswa, dan kuesioner yang menggunakan skala model Likert. Penskoran menggunakan checklist adalah nol dan satu, sedangkan penskoran pada kuesioner adalah 1 sampai dengan lima. Instrumen berupa tes berbentuk pilihan ganda dengan lima alternative jawaban, dengan penskoran jika jawaban salah diberi skor nol dan jika jawaban betul diberi skor satu. Untuk menentukan nilai akhir budi pekerti siswa di sekolah, digunakan norma persentil. Pengembangan spesifikasi Proses pembakuan alat ukur, khususnya yang sifatnya non-kognitif, dalam hal ini penilaian perilaku, dilakukan melalui pengembangan spesifikasi, yaitu: menentukan subyek yang akan dikenai alat



Pendekatan Komunikatif Sebagaimana halnya pendekatan pragmatik yang dapat ditafsirkan sebagai pengembangan gagasan pendekatan integratif falam bentuk penggabungan unsur-unsur secara lebih luas dan lebih beragam, pendekatan komunikatif dapat dipahami sebagai pengembangan dari pendekatan pragmatik dengan cakupan yang jauh lebih luasm lebih beragam, dan lebih kompleks. Pendekatan komunikatif terhadap bahasa terkait juga dengan gagasan tentang konteks ekstra linguistik seperti halnya dalam pendekatan pragmatik, namun dengan cakupan yang lebih lengkap dan lebih luas, karena bertitik tolak dari komunikasi sebagai fungsi utama dalam penggunaan bahasa. Dengan menitikberatkan pada fungsi utama sebagai alat komunikasi itu, pendekatan komunikatif pada penyelenggaraan pembelajaran bahasa dan tes bahasa, tidak pertama-tama mengedepankan struktur bahasa dengan komponen-komponen dan unsur-unsurnya secara terpisah dan berkecilkecil, seperti pada penerapan pendekatan diskret. Pendekatan komunikatif tidak juga mendekati penggunaan bahasa sekadar sebagai penggabungan unsur-unsur bahasa itu secara integratif seperti pada pendekatan integratif. Pendekatan komunikatif bahkan juga tidak berangkat dari pemahaman tentang penggunaan bahasa dengan sekadar mempertimbangkan peranan unsurunsur ekstralinguistik, seperti halnya pendekatan pragmatik. Pendekatan komunikatif menjangkau cakupan yang lebih luas dengan menelaah penggunaan dan pemahaman bahasa dari fungsi utamanya, yaitu melakukan komunikasi dengan mengandalkan penggunaan kemampuan komunikatif. Adapun kemampuan komunikatif itu mula-mula dipahami antara lain sebagai: Kemampuan untuk memahami atau mengungkapkan apa yang sudah atau perlu diungkapkan, dengan menggunakan berbagai unsur bahasa yang terdapat di semua bahasa, dalam memahami ungkapan-ungkapan yang ada secara luwes dan disesuaikan dengan perubahan yang senantiasa timbul, tidak semata-mata berdasarkan nilai-nilai konvensional yang sudah baku. Bertitik tolak dari definisi yang tidak mudah dipahami itu, pemahaman terhadap kemampuan komunikatif itu lebih lanjut dijabarkan sebagai terdiri dari penguasaan terhadap tiga komponen utama, masing-masing adalah (1) kemampuan bahasa (language competence), yang meliputi berbagai unsur bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi lewat bahasa, termasuk struktur, kosakata, prosodi, makna, (2) kemampuan strategis (strategic competence), yaitu kemampuan untuk menerapkan dan memanfaatkan komponen-komponen kemampuan bahasa dalam



32



257



berkomunikasi lewat bahasa senyatanya, dan (3) mekanisme psiko-fisiologis (psychophysiological competence), yaitu proses psikis dan neurologis yang digunakan dalam berkomunikasi lewat bahasa. Secara lebih singkat, padat, dan sekaligus lebih mudah dipahami, kemampuan komunikatif didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan bahasa sesuai dengan situasi nyata, baik secara reseptif maupun secara produktif (ability to use language appropriately, both receptively amd productively, in real situations). Penerapan kemampuan komunikatif pada tes bahasa komunikatif didasarkan pada rincian rumusan yang banyak digunakan, yang memahami kemampuan komunikatif itu sebagai terdiri dari kemampuan linguistik (linguistic competence), kemampuan sosiolinguistik (sociolinguistic competence), kemampuan wacana (discourse competence), dan kemampuan strategis (strategic competence). Dalam hal ini kemampuan linguistik, meskipun disebut dengan istilah yang berbeda, yaitu kemampuan berbahasa (language competence), namun dengan pemahaman yang sama seperti telah diuraikan di atas. Demikian pula halnya dengan kemampuan strategis. Sedangkan kemampuan sosiolinguistik meliputi pemahaman latar belakang dan kaidah-kaidah sosio-kultural penutur asli bahasanya, sementara kemampuan wacana mengacu secara khusus pada kemampuan memahami kohesi dan koherensi dalam wacana. Di tengah berbagai upaya untuk memahami dan mendefinisikan kemampuan komunikatif yang masih dalam perkembangan itu, kemampuan komunikatif yang dimaknai sebagai upaya untuk menggunakan kemampuan linguistik yang cocok dengan situasi nyata kiranya dapat digunakan. Dalam keadaan semacam itu, intensitas pengembangan tes yang sepenuhnya komunikatif masih amat terbatas. Semua itu menunjukkan tidak mudahnya mengedepankan unsur-unsur yang wajar dan alamiah dalam penggunaan bahasa sesuai dengan ciri komunikatif, dengan pada saat yang sama, mengindahkan ciri-ciri tes yang perlu dipertahankan. Secara umum tes bahasa komunikatif adalah tes yang mengedepankan penggunaan kemampuan komunikatif, yang tidak mengedepankan pengetahuan gramatikal. Secara umum pula tes bahasa komunikatif merupakan tes yang pengembangan dan penggunaannya didasarkan atas penerapan teori kemampuan bahasa komunikatif, meskipun bentuknya tergantung pada dimensi mana yang perlu diutamakan seperti kontek, keaslian (authenticity), atau simulaso bahasanya.



mungkin dialami siswa. Diagnosis kesulitan tampak pada option soal esai yang dikembangkan pada pemahaman kritis-kreatif. 14 Dari kajian teori di atas, sumber kesulitan kemampuan literasi membaca kritis kreatif mencakup hal-hal berikut. Sumber kesulitan pertama adalah kesulitan memahami kata dan kalimat. Di samping itu, sumber kedulitan juga dari pemahaman hubungan antar kalimat. Kesulitan jenis ini berupa ketidakmampuan untuk menyimpulkan makna elemen yang tidak diketahui sering menimbulkan keputusasaan pada diri siswa ketika mereka menghadapi teks yang baru. Problem yang sama timbul ketika siswa tidak dapat memahami struktur kalimat. Struktur kalimat yang kompleks menjadi sumber utama kesulitan siswa. Kesulitan pemahaman tersebuti akan menghalangi pemahaman siswa jika



teks



terdiri dari kalimat-kalimat



kompleks. Sumber kesulitan yang kedua adalah kesulitan menyambung kalimat dan gagasan. Siswa perlu menyadari bahwa teks merupakan jaringan ide-ide yang Pendekatan Sistem dan Pendekatan Performansi Tahun 1970 sampai 1980 pendekatan penilaian bahasa diwarnai pendekatan struktural dan integratif. Pendekatan struktural melahirkan tes diskrit. Diskrit tes didasari asumsi bahwa bahasa



berhubungan dengan menggunakan referensi. Sumber kesulitan yang ketiga adalah kesulitan menyesuaikan ragam bahasa dan struktur teks. Sumber kesulitan yang kelima adalah penguasaan topik bacaan. Dari berbagai uraian diagnosis di atas, respon siswa terhadap tes literasi



dapat dipecah-pecah menjadi bagian-bagian dan dapat dinilai secara terpisah. Tes integratif



membaca akan dikelompokkan polanya. Dari pola tersebut



didasari Karakteristik penilaian bahasa dengan pendekatan sistem 1. Mengukur pemahaman komponen bahasa secara terpisah



memprediksi kesulitan yang dialami siswa dalam memahami isi secara komprehensif, memahami secara kritis, dan memahami secara kreatif.



2. Soal-soal banyak terfokus pada kemampuan menganalisis tata bentukan, tata makna, tata bunyi, dan tata kalimat.



dapat digunakan untuk



14Walker,



op. cit., p. 23-27.



256



pengetahuan, (7) menggambarkan peristiwa dan ide/gagasan (kaitan antarperistiwa kunci dan peristiwa ikutan



kaitan antargagasan utama dan gagasan pendukung (teks



nonsastra), (8) menyimpulkan isi, (9) membedakan



antara



isi/makna



tersurat



memberikan contoh berdasarkan isi, (10) dan



menggunakan ”kiat-kiat” membaca, dan (12)



tersirat,



(11)



mengembangkan



33



3. Tidak fokus menilai



kemampuan menggunakan bahasa tetapi pada pengetahuan



tentang bahasa. 4. Banyak menggunakan alat berupa tes/ formal



dan



menduga makna kata sesuai dengan



konteks serta mengaktifkan skemata untuk menginterpretasi isi teks bacaan. 13 Secara ringkas unsur untuk mendiagnosis literasi membaca disimpulkan pada diagram berikut.



Pertengahan



1980,



pendekatan



pembelajaran



bahasa



menggunakan



pendekatan



komunikatif. Penilaian pun ikut diwarnai pendekatan komunikatif. Tes komunikatif memfokuskan pada kemmapuan siswa untuk penggunaan kompetensi strategi, kompetensi kebahasaan, kompetensi



Pengetahuan Isi/Topik



kewacanaan,



dan



kompetensi



sosiolinguistik.



Pendekatan



komunikatif



dan



pendekatan bahasa sebagai aksi memunculkan tes performansi dalam penilaian bahasa. Tes performansi mengukur keterampilan berbahasa siswa secara otentik dan kontekstual. Penilaian



Pengetahuan ciri bagian teks



Kemampuan kebahasaan dan mekanik



dilakukan baik secara formal maupun informal.



Tes diskrit dikelompokkan sebagai penilaian



tradisional dan tes performansi dikelompokkan sebagai kelompok penilaian alternatif. Menurut Brown (2004) perbedaan penilaian secara tradisional dan penilaian alternatif dipaparkan berikut.



Keterampilan Mengaplikasikan secara terbatas



Keterampilan memahami berbagai Literasi Membaca Gambar 2.2 Unsur Diagnosis jenis teks



Dari paparan teori di atas, dikembangkan model tes diagnostik kemampuan literasi membaca



yang mencakup keseluruhan indikator dan sumber kesulitan yang



Penilaian tradisional



Penilaian Alternatif



Waktu relatif pendek



Kontinyu / jangka waktu panjang



Format tes objektif



Berbagai bentuk instrumen



Tes lepas konteks



Kontekstual



Sedikit balikan



Balikan terus-menerus dalam berbagai bentuk



Kriteria norma



Kriteria patokan



Berfokus pada jawaban yang tepat



Berfokus pada jawaban yang kreatif



Berorientasi pada produk



Berorientasi pada proses dan produk



Non interactive performance



Interaktif performance



Mendorong motivasi ekstrinsik



Mendorong motivasi intrinsik



Dalam pengembangan tes bahasa terdapat



dua pendekatan yaitu pendekatan bahasa



12Robert



J. Marzano dan John S. Kendall, Taxonomy of Educational Objectives (California: Corwin Press, 2007), p. 32. 13 Brown, op. cit., 187-188.



sebagai aksi/ keterampilan dan pendekatan bahasa sebagai sistem. Pendekatan bahasa sebagai



34



255



aksi berorientasi pada pengembangan tes komunikatif berbahasa dengan konteks khusus.



Selanjutnya juga dikemukakan pemberian skor tes klos pada dasarnya ada dua



Pendekatan ini mengukur performansi keterampilan berbahasa siswa dalam berbagai konteks..



macam, yaitu pemberian skor secara eksak (exact word method) dan secara kontekstual



dapat disimpulkan bahwa



(contextually appropriate word method). Dengan metode pertama, jawaban siswa



karakteristik tes kemampuan membaca dipaparkan pada tabel berikut. Contoh tes membaca



dianggap benar apabila jawaban siswa sesuai dengan teks asli. Pada metode kedua,



pada pendekatan sistem



jawaban siswa dianggap benar jika jawaban yang diisikan pada teks sesuai dengan



Dari ulasan



tentang pendekatan penilaian tersebut,



konteks yang ada dalam sebuah teks. Dengan metode kedua ini, jawaban tidak harus persis dengan teks aslinya. Asalkan jawaban itu sudah sesuai dengan konteksnya maka Alat Penilaian membaca pada pendekatan



Alat Penilaian membaca pada pendekatan



jawaban siswa dapat dianggap benar. Penelitian ini menggunakan metode kontekstual



sistem



performansi



untuk penyekoran tes klos.



Berfokus pada pemahaman kata-kata sulit, tata



Berfokus



bentukan, dan makna kalimat pada teks yang



memahami (keterampilan mikro dan makro)



pada



berbagai



keterampilan



Dari



berbagai



mengukur



keterbacaan



teks



di



atas,



penelitian



ini



menggunakan tes klos sebagai alat ukur keterbacaan. Karena, tes klos lebih bersifat empiris dan menguji



dibaca



cara



keterbacaan teks dengan cara meminta respon siswa. Formula-



Format tes objektif maupun esai



Format tes dan nontes



formula yang lain banyak berorientasi pada linguistik. Padahal struktur kata dan kalimat



Tes lepas konteks



Kontekstual



bahasa Indonesia berbeda dengan formula-formula tersebut.



Jawaban konvergen Sedikit balikan



Jawaban divergen



Ragam teks kutipan paragraf



Ragam



teks



otentik



dan



variatif



sesuai



D. Teori Diagnosis



Kemampuan Literasi Membaca



kebutuhan komunikasi Berfokus pada jawaban yang tepat



Berfokus pada jawaban yang kreatif



Berorientasi pada produk



Berorientasi pada proses dan produk



Dari



segi tingkatan kognitif, kemampuan literasi membaca kritis-kreatif



termasuk pada level informasi dan mental prosedur. Level kognitif informasi mencakup kemampuan mengorganisasikan ide dan memahami detail informasi. Kemampuan mental prosedur mencakup proses dan keterampilan menerapkan. 12



Makna kata



Sementara



Makna istilah



proses



mencapai



literasi



membaca



kritis-kreatif



memerlukan



kemampuan: (1) mengenali kata-kata dan/atau kalimat-kalimat kunci untuk menangkap isi bacaan, (2) mengenali makna tertentu, (3) mengenali alat-alat kohesi



Contoh tes membaca pada pendekatan performansi



antarkalusa,



antarkalimat, ataupun antarparagraf, (4) mengenali struktur teks/register teks,



Membaca reflektif



(5)



mengenali fungsi komunikasi dalam teks bacaan sesuai dengan bentuk dan tujuannya, Pendekatan bahasa sebagai sistem mengukur ketuntasan penguasaan terhadap sistem bahasa. Sistem bahasa mencakup tata bunyi, tata bentukan, tata kalimat,



dan tata makna.



(6) memprediksi isi teks bacaan sesuai dengan konteks berdasarkan latar belakang



254



35



kata pada jumlah tertentu (ke-n) atau dapat juga pada kategori kata tertentu. Oleh



Pendekatan sistem bisa dilakukan baik secara diskrit atau integratif. Pada tes diskrit kemampuan



karena yang diukur adalah kemampuan membaca bukan kemampuan memahami kata-



terhadap tata bunyi, tata bentukan, tata kalimat, dan tata makna diukur secara terpisah-pisah.



kata tertentu pelesapan dilakukan pada setiap kata ke-n (kelima) dari setiap kalimat dalam teks yang diukur tingkat keterbacaannya.



Pada tes integratif penguasaan terhadap tata bunyi, tata bentukan, tata kalimat, dan tata makna. Contoh tes integratif pada pendekatan sistem adalah tes cloze, yaitu siswa diminta



Analisis keterbacaan dalam penelitian ini dilakukan dengan tes klos. Analisis keterbacaan dilakukan dengan langkah: (1) memilih sekitar 100-250 kata dari wacana hasil penyempurnaan uji empiris tahap pertama,



(2) merumpangkan setiap kata ke-n



(kelima atau ketujuh) dan kalimat pertama tidak



boleh dirumpangkan, (3) mengganti



mengisi sejumlah kata yang dirumpangkan dari suatu wacana. Model pendekatan pengembangan tes bahasa tersebut digambarkan pada diagram berikut. Tabel 1.1 Klasifikasi dan Karakteristik Tes Bahasa Lebih analitis



kata yang dirumpangkan dengan titik-titik dan angka, (4) meminta siswa mengisi kata yang dirumpangkan, dan (5) melakukan penyekoran dengan mencocokkan isian siswa dengan wacana asli. Penyekoran dapat dilakukan dengan eksak atau kontekstual.



LANGSUNG



TIDAK LANGSUNG



Lebih khusus Tes komunikatif



Penyekoran eksak harus sama persis dengan teks aslinya. Penyekoran kontekstual disesuaikan dengan kata yang sesuai walaupun tidak sama persis dengan teks asli.



(keterampilan



Rata-rata skor hasil tes klos menggambarkan tingkat keterbacaan suatu teks.



membaca,



menulis,



berbicara, dan menyimak kontekstual)



Skor rata-rata lebih besar dari 50 % termasuk independen, 40% sampai 50% termasuk kategori instruksional, dan di bawah 40% termasuk kategori frustrasi. keterbacaan jika rata-rata skor siswa kurang dari 40 %



10



membaca, menulis, berbicara, dan menyimak disajikan secara diskrit)



Hasil skor



benar berarti teks termasuk



pada level frustrasi atau sangat sulit. Kriteria lain untuk level keterbacaan dikemukakan



Tes Diskrit Komunikatif (keterampilan



Tes menulis dan berbicara secara



Tes struktur (grammar) dan kosakata



tradisional



secara diskrit atau integratif



Lebih Umum



Walker yang menentukan ada 4 level keterbacaan. Skor pemahaman rata-rata 0-40 %



Dari kajian tentang proses pengembangan tes bahasa di atas disimpulkan karakteristik tes



kategori frustasi (sangat sulit), skor pemahaman rata-rata 40%-50% kategori memadai



membaca pada pendekatan performansi dan pendekatan sistem. Tes membaca pada pendekatan



(instruksional). Dari berbagai uji keterbacaan yang ada, penelitian ini menggunakan tes



sistem memiliki karakteristik (1) kemampuan membaca dinilai satu aspek secara terpisah, (2)



klos (cloze test) sebagai uji keterbacaan wacana. Uji keterbacaan ini penting mengingat



bentuk tes berupa tes obyektif atau tes essai, dan (3) tidak bersifat khusus pada kebutuhan



keterbacaan teks mempengaruhi pemahaman kritis-kreatif yang dituntut dari siswa.



komunikasi khusus (konteks khusus). Aspek kebahasaan menjadi fokus yang akan diukur



Teknik ini dipilih karena lebih bersifat empiris dibanding teknik lainnya yang berbasis



(pemahaman tata bentukan kata, tata kalimat, tanda kohesi, dan pemahaman makna kata



pada jumlah kata pada teks. 11



(vocabulary). Karakteristik tes membaca komunikatif meliputi (1) berdasarkan pada analisis kebutuhan



Universitas Terbuka, 2007), pp. 24-28. 10Frank, op. cit., pp. 388-389. 11Barbara J. Walker, Diagnostic Teaching of Reading (New York: Teachers College Press, 1992), pp. 35-38.



membaca atau fungsi membaca dalam kehidupan, (2) berfokus pada beberapa keterampilan berpikir yang dipadukan (membuktikan fakta-fakta untuk mendukung simpulan – literal, inferensial,



36



253



reorganisasi, menyimpulkan dalam bentuk diagram (meringkas dalam bentuk diagram),



dengan menghitung kata-kata yang tidak lazim (unfamiliar), kata-kata yang sukar, kata-



mengevaluasi teks dengan menunjukkan fakta-fakta, mengapresiasi/merefleksikan dengan



kata yang rendah kekerapan pemakaiannya, kata-kata yang terdiri dari tiga suku kata



menunjukkan fakta, simpulan), (3) aspek kebahasaan diukur dalam fungsi komunikasi tertentu,



atau lebih, dan kata-kata yang terdiri dari tujuh huruf atau lebih.



dan (4) tes berbentuk essai atau objektif. Pengembangan tes bahasa dalam penelitian ini menggunakan pendekatan bahasa sebagai aksi dan dilakukan secara langsung.



Para ahli keterbacaan telah mengembangkan berbagai formula keterbacaan untuk mengukur tingkat keterbacaan (grade level readability). Tingkat keterbacaan



Bahasa sebagai sistem memandang membaca pemahaman sebagai kemampuan



adalah suatu angka yang dihasilkan dengan menerapkan formula keterbacaan terhadap



memahami simbol-simbol tertulis. Penekanan penilaian terfokus pada makna kata sulit



teks yang akan menunjukkan kesesuaian teks untuk tingkatan pembaca tertentu.



dalam bacaan, makna istilah, dan pemahaman makna kalimat. Jenis alat penilaian



Formula keterbacaan cenderung mengacu sebagai alat ramal (predictive device)



sebagian besar menggunakan tes baik tes objektif maupun esai.



termasuk



Perbedaan penilaian membaca tradisional dan penilaian alternatif : dari segi sasaran, jenis teks, bentuk



memperkirakan



secara



objektif



kesukaran



membaca.



Formula-formula



keterbacaan dapat digunakan untuk meramalkan keterbacaan sebuah teks. Beberapa formula keterbacaan yang memakai panjang kalimat dan kata sebagai penentu kesulitan sintaksis antara lain formula RE Flesch, formula Foq Index, formula SMOG, dan formula



Kegiatan Belajar 2



Lix Index. Formula-formula keterbacaan tersebut dilakukan dengan menghitung aspek



Jenis Alat Penilaian Berbicara



linguistik yang terdapat pada teks. Aspek linguistik bisa berupa panjang kata, panjang



Uraian dan Contoh



kalimat, atau jumlah kata. Pengujian dilakukan secara teoritis tanpa uji empiris pada siswa sasaran. Dalam penelitian ini digunakan tes klos (cloze test) sebagai alat penguji



1) Sasaran Penilaian Hasil Belajar Berbicara Penyusunan alat penilaian berbicara berkaitan dengan konstruk (bangunan



keterbacaan. Pemilihan formula ini dengan mempertimbangkan bahwa suatu formula



pengertian) kemampuan berbicara. Konstruk kemampuan berbicara inilah yang dijadikan



keterbacaan dianggap baik jika tingkat keterbacaan teks memiliki kesejajaran dengan



dasar penentuan aspek apa yang diukur berkaitan dengan kemampuan berbicara.



tingkat pemahaman pembaca terhadap teks yang dibaca. Dengan teknik tes klos dapat



Konstruk kemampuan berbicara diuraikan berikut.



diketahui



. Indikator pemahaman isi mencakup kemampuan (1) mengidentifikasi inti wacana, (2) kemampuan menentukan detail isi, dan (3) kemampuan mengidentifikasi unsur wacana. Indikator pemahaman kritis ini mencakup: (1) menentukan komentar terhadap isi yang dibaca, (2) menganalisis bukti yang mendukung pernyataan, (3) menentukan alasan kebenaran/ kesalahan suatu pernyataan pada wacana, (4) menentukan penjelasan tentang isi/ bahasa yang ada pada wacana, (5) membandingkan beberapa kasus dan menilai yang lebih baik, (6) menilai yang terbaik dari beberapa alternatif, (7) menilai dengan kriteria internal (penalaran dalam teks, hubungan antarbagian, penggunaan bahasa), (8) menilai dengan kriteria eksternal (dibandingkan dengan hal di luar teks), dan (9) mengidentifikasi bias dan inkonsistensi dalam wacana yang dibaca. Indikator kemampuan memahami secara kreatif meliputi: (1) menentukan variasi berbagai unsur wacana yang dibaca, (2) menentukan variasi penggunaan bahasa (kata/kalimat) dari berbagai wacana yang dibaca, (3) mengkombinasikan berbagai unsur sehingga menjadi gabungan yang relatif baru, (4) mengubah isi wacana ke bentuk lain (menjadi poster, kalimat himbauan), (5) menambahkan penekanan dari apa yang dibaca, (6) menambahkan unsur sehingga lebih baik, (6) mengurangi unsur sehingga lebih baik, (7) menata



dikembangkan. Untuk menguji kesahihan formula keterbacaan tersebut pada umumnya digunakan



secara



uji



empiris



empiris



tingkat



keterbacaan



berdasarkan



wacana



kemampuan



siswa



dalam



instrumen



mengisi



bagian



yang



yang



dirumpangkan sebagai ciri khas tes klos. Selanjutnya dijelaskan bahwa mengukur keterbacaan dengan tes klos dilakukan dengan memilih teks tertentu (teks yang diukur tingkat keterbacaannya) kemudian melesapkan sejumlah kata dari teks tersebut. Pelesapan dapat dilakukan pada setiap



9Titik



Harsiati, M. Daras, dan Endah Tripriyatni, Membaca dan Pembelajarannya (Jakarta:



252



37



(readability). 8 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan adanya dua aspek keterbacaan,



ulang (rekonstruksi ide) berdasarkan isi teks yang dibaca, dan (8) kemampuan menstransfer isi teks yang dibaca untuk memecahkan masalah yang relevan dengan isi teks yang dibaca.



yaitu: unsur-unsur dalam teks dan keberhasilan dalam memahami teks. Keberhasilan berarti pembaca memahami teks, membacanya dengan kecepatan yang optimal, dan dapat merasakan kesenangan sewaktu membaca. Dari definisi tersebut jelas terlihat bahwa fokus kajian keterbacaan adalah masalah kesesuaian teks dengan pembaca. Dalam pengembangan tes membaca, telaah tentang keterbacaan ini penting untuk



memahami apa yang membuat teks mudah atau sukar dipahami, dan



mengembangkan kesesuaian yang optimal antara pembaca dengan teks. Kesesuaian antara teks dengan pembaca merupakan salah satu syarat untuk menentukan kesahihan tes membaca. Teks yang tidak sesuai dengan pembaca mengakibatkan pembaca tidak dapat memahami isi pesan yang terdapat dalam teks tersebut karena tidak ada interaksi antara pembaca dengan teks. Tidak terpahaminya teks oleh pembaca disebabkan oleh ketidakberhasilan pembaca mengangkat makna, baik makna gramatikal, makna leksikal, maupun makna kultural dalam teks karena teks tersebut tidak selaras dengan kemampuan pembaca. Ketidakmampuan ini terkait dengan pengetahuan tentang bahasa teks dan pengetahuan tentang dunia (skemata). Kemampuan pembaca ini akan



Barret (dalam Marzano 2001) mengungkapkan



bahwa kemampuan memahami



bacaan dikelompokkan menjadi 5 jenis. Kelima jenis kemampuan tersebut mencakup (1) Kemampuan memahami secara tersirat ............................ Contoh untuk masing-masing 2) Prinsip Penyusunan Alat Penilaian Kemampuan Membaca Pemahaman a. karakteristik teks dalam penilaian membaca pemahaman Salah satu ciri tes membaca pemahaman adalah penggunaan teks sebagai acuan b. mencakup berbagai tingkatan kemampuan berpikir c. memperkaya pemahaman kebahasaan dan nonkebahasaan d. keterampilan mikro mencakup (a) Contoh kutipan yang sesuai dengan pertanyaan Contoh yang tidak sesuai 3) Jenis Tes Berbicara Berdasarkan Tingkatan Keterampilan Berbicara penggunaan Tes Objektif dalam Penilaian Hasil Belajar Berbicara



menentukan tingkat kesukaran teks, yaitu mudah, sedang, atau sulitnya teks bagi pembaca. Tingkat kesukaran teks (grade level readability) dalam kajian keterbacaan ini



Tes Imitatif a. Menirukan yang didengar



hanya difokuskan pada kesulitan bahasa (linguistic difficulty), khususnya difokuskan pada kesulitan struktural dan leksikal (kosa kata) dan mengabaikan minat pembaca. Hal Menirukan kalimat yang didengar ini karena keterbacaan didasarkan pada pandangan struktural yang memandang bahwa teks itu bersifat netral, sehingga faktor minat pembaca tidak diperhitungkan. 9 Kesulitan struktural dapat dilihat dari faktor sintaksis, khususnya terkait dengan bentuk-bentuk gramatikal. Kesulitan struktural yang paling elementer dapat dilihat dari



b. Membaca nyaring kalimat yang tersedia Tes Membaca pemahaman pada pendekatan komunikatif



faktor semantik, yang berkaitan dengan kesukaran kata. Kesukaran kata dapat diukur Dengan mengamati kedua contoh tersebut, butlah bandingan tes membaca pada pendekatan sistem dan pendekatan performansi. 8Venezky,



op. cit., pp. 24-25.



38



251



tersebut,



pembaca



berusaha



dengan



segenap



kemampuannya



untuk



melakukan



rekonstruksi pesan yang ada dalam teks. Potensi teks untuk dapat dipahami pembaca



JENIS Tes Berbicara Intensif



tertentu disebut keterbacaan (readability). Keterbacaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap bacaan. 6 Pemahaman terhadap isi teks, menurut Nuttall



Membaca nyaring wacana yang relatif panjang tidak



memahami



sampai



dengan



benar–benar



terentang antara sama sekali



memahami.



Keberagaman



tingkat



pemahaman itu bukan hanya terjadi antara individu satu dengan lainnya, tetapi juga pada individu itu sendiri. Hal ini terjadi karena pemahaman itu dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor karakteristik materi bacaan



Merespon secara lisan rangsangan dialog



dan karakteristik pembaca itu



sendiri. Karakteristik materi bacaan meliputi konsep isi bacaan, kosatakata, makna,



Merespon secara lisan



kata-kata khusus, dan struktur sintaksis yang masih asing bagi pembaca. Beberapa karakteristik tersebut dapat membatasi pemahaman pembaca. Adapun karakteristik pembaca yang dapat membatasi pemahaman adalah IQ, minat baca, kebiasaan membaca yang jelek, dan minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat dan



Merespon langsung pertanyaan



efektif. Berikut diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. 7 Teks yang dipakai sebagai bahan ajar sangat menentukan hasil belajar siswa.



Menceritakan gambar/ menjelaskan gambar Membandingkan beberapa gambar yang tersedia secara lisan Menceritakan letak-letak gambar



Oleh karena itu, teks yang digunakan sebagai bahan ajar harus diseleksi, disesuaikan dengan daya serap, dan minat siswa. Ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih teks, yaitu: keterbacaan, kemenarikan, dan keontentikan teks. Keterbacaan secara umum diartikan dapat dipahami orang lain yang membaca



Menceritakan denah



suatu instrumen sesuai dengan tujuan. Keterbacaan dalam bidang membaca



DENAH Dari Surabaya-Probolinggo



adalah



keseluruhan unsur teks yang mempengaruhi keberhasilan pembaca dalam memahami teks yang dibaca. Keterbacaan teks ini memiliki kaitan erat dengan tingkat kesulitan teks. Tingkat kesulitan teks terkait erat dengan kemampuan pembaca. Suatu telaah yang



Jur. Jember/Tanggul Alun - alun



Jur. Pasirian



membahas masalah penyerasian teks dengan pembaca inilah yang disebut keterbacaan



PEMKAB Lumajang



6Richard



Klojen Gladag Abang KTL



Masjid Jami



Pendopo Jur. Jember/Kencong



L.Venesky, Research on Reading and Writing Relation (Newark: Assosiation Reading Inc., 1983), pp. 627-642. 7Nuttal, op. cit., p. 122.



250



sikap



keaktifan siswa membahas model yang ditampilkan, kerjasama, menerima kritikan/hasil penilaian teman, menerima kekurangan penampilannya untuk perbaikan



lembar observasi inventori



terintegrasi dalam proses pembelajaran (pada waktu proses diskusi membahas penampilan siswa yang membacakan pengumuman)



perkembangan pencapaian kompetensi dalam satu semester/ satu tahun (c ) Mengembangkan alat penilaian yang sesuai (diskusikan alat yang cocok sesuai dengan yang direncanakan pada tabel di atas) (l) Menentukan kriteria keberhasilan (kualitas keterampilan/kompetensi). (m) Mengumpulkan data pada waktu yang telah ditetapkan (n) Menyimpulkan tingkat pencapaian kompetensi (o) Menentukan tindak lanjut bagi siswa yang tuntas atau tidak tuntas.



39



Ceritakan rute yang harus ditempuh untuk menuju Sekolah PESTER!



Indikator Stimulus; bantuan komputer/ audio visual (slide gambar peristiwa Respon: melaporkan secara lisan Contoh soal: .



Tes Berbicara level responsif Pertanyaan dan jawaban Stimulus a. Apa komentarmu terhadap bedah plastik untuk mempercantik diri? b. Apa komentarmu terhadap pengaruh rokok terhadap kesehatan? Respon siswa Menjawab/ mengomentari secara lisan Memparafarasekan secara lisan wacana tulis Stimulus



Pelatihan 3 6. Berdiskusilah ( satu kelompok lima orang) untuk menyimpulkan prinsip Penilaian Berbasis Kelas!



Respon Parafrasekan secara lisan wacana tersebut! Ceritakan dengan bahasamu sendiri wacana tersebut!



7. Buatlah contoh berbagai tujuan penilaian dalam pembelajaran! 8. Dari mengamati langkah perencanaan penilaian di atas, pilihlah sebuah kompetensi dasar pada kurikulum berbasis kompetensi. Buatlah tabel perencanaan penilaian seperti contoh ( lakukan secara berkelompok)! Setiap kelompok memilih kompetensi dasar yang berbeda. Hasil tiap kelompok dipresentasikan dan dikomentari kelompok



Melisankan petunjuk yang ada pada gambar!



lain! Stimulus : gambar d. Analisis Keterbacaan Membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi dari apa yang dibacanya. Dalam proses



Respon Menjelaskan resep/ bahasa petunjuk pada gambar!



40



249



menganalisis data, dan (6) mengambil simpulan dan keputusan. Secara rinci langkah penilaian untuk mengetahui pencapaian kompetensi tersebut diuraikan berikut.



1. Mendukung pendapat 2. Membandingkan 3. Mendeskripsikan jadwal



c. Tingkatan interaktif interview Indikator Stimulus; bantuan komputer/ audio visual Bentuk soal: Soal: . Rubrik penilaian



(e) Menentukan kompetensi dasar yang akan dinilai (f) Merinci aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan berkaitan dengan kompetensi dan indikator kompetensi dalam kurikulum. Hal ini ditempuh karena tidak semua indikator pada kurikulum sudah bersifat rinci. Guru perlu merinci lagi atau menambahkan indikator yang ada dalam kurikulum. Dalam kurikulum BI, indikator pengetahuan dan keterampilan telah terdapat pada kurikulum. Indikator sikap belum terdapat pada indikator sehingga guru perlu menganalisis aspek life skill yang akan dinilai. Dari hasil pengamatan, terdapat beberapa indikator yang sudah cukup rinci dan ada indikator yang masih umum, sehingga guru perlu menganalisis lagi indikator yang sesuai dengan konstruk kompetensi dasar. Dari indikator yang sudah rinci tersebut direncanakan berbagai informasi yang akan dikumpulkan beserta alat penilaiannya dan waktu pengumpulannya. Amati contoh berikut. Contoh Kompetensi Dasar: membacakan pengumuman Indikator : mampu membacakan teks hasil pengumuman dengan artikulasi dan lafal yang jelas, intonasi, dan jeda yang tepat



diskusi Aspek yang dinilai Indikator Stimulus; masalah diskusi



pengetahuan



Respon: diskusi Contoh soal: . Rubrik penilaian



keterampilan Indikator Stimulus; topik Respon: percakapan Contoh soal: . Rubrik penilaian d. Tes Berbicara Tingkatan Ekstensif



Rincian informasi yang akan diperoleh mampu menjelaskan cara/langkah membacakan pengumuman secara tepat (hal-hal yang perlu dihindari dalam membacakan pengumuman) mampu membacakan teks hasil pengumuman dengan artikulasi dan lafal yang jelas, intonasi, dan jeda yang tepat



Alat yang digunakan



Waktu dan teknik pengumpulan informasi



Tes lisan



pada akhir pembelajaran (refleksi/ pengukuhan)



tes performansi (unjuk kerja)



terintegrasi dalam proses pembelajaran (setelah pembahasan beberapa model pembacaan pengumuman, siswa berkelompok menilai antarteman dengan rubrik yang telah ditentukan ditambah dengan penilaian guru)



248



B.



Penilaian Berbasis Kelas 3. Prosedur Penilaian Pencapaian Kompetensi Tujuan utama kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah kompetensi dasar yang seharusnya dicapai dalam serangkaian pembelajaran sudah dikuasai siswa atau belum. Oleh karena itu, untuk menentukan ketepatan aspek yang hendak diukur untuk suatu kompetensi perlu disusun prosedur penilaian yang biasanya dituangkan dalam kisikisi pengukuran. Kisi-kisi berisi: (a) aspek yang hendak diukur, (b) indikator, (c) bentuk alat penilaian, ( c) jumlah, dan (d) bentuk soal/tugas dengan pedoman penyekorannya. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi,



41



Presentasi lisan e. Indikator f. Stimulus; masalah diskusi g. h. Respon: diskusi i. j. Contoh soal: k. . Rubrik penilaian Bercerita l. Indikator m. n. Bermain peran Rubrik penilaian



di dalam atau di luar kelas, menggunakan waktu khusus misalnya untuk penilaian aspek



Menceritakan kegiatan aktual



sikap/ nilai dengan tes atau nontes atau terintregasi dalam seluruh kegiatan belajar



Berpidato



mengajar (di awal, tengah, akhir). Di sekolah sering digunakan istilah tes untuk kegiatan



Tambah



PBK dengan alasan kepraktisan, karena tes sebagai alat ukur sangat praktis digunakan



5) Penggunaan Tes dalam Penilaian Berbicara dan Tingkat validitasnya



untuk melihat prestasi siswa dalam kaitannya dengan tujuan yang telah ditentukan.



6) Penggunaan Portofolio dalam Kompetensi Berbicara



Bila informasi tentang hasil belajar siswa telah terkumpul dengan jumlah yang memadai, maka guru perlu membuat keputusan terhadap prestasi siswa:  Apakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah ditetapkan?  Apakah siswa telah memenuhi syarat untuk maju ke tingkat lebih lanjut?



7) Penggunaan Jurnal dalam Penilaian Kompetensi Berbicara 8) Penggunaan Lembar Observasi dalam Penilaian Proses Membaca 9) Penggunaan Teknik Konferensi dalam Penilaian Membaca



 Apakah siswa harus mengulang bagian-bagian tertentu?



Teknik konferensi digunakan ketika guru ingin mengetahui strategi membaca dan



 Apakah siswa harus memperoleh cara lain sebagai pendalaman?



kesulitan membaca yang dilakukn siswa.



 Apakah siswa perlu menerima pengayaan? Pengayaan apa yang perlu diberikan?



10) penggunaan angket, inventori, dan wawancara Papers and general subject reports



 Apakah perbaikan dan pendalaman program atau kegiatan pembelajaran, pemilihan



Essay, compositions



bahan atau buku ajar, dan penyusunan silabus telah memadai? Merencanakan alat penilaian yang sesuai meliputi (1) mengidentifikasi



Academic Writing



academically focused journals



kompetensi dan indikator yang ada dalam kurikulum, (2) menentukan jenis tagihan dan



Short answer test responses



bentuk alat penilaian yang relevan dengan indikator, (3) menjabarkan indikator menjadi



Technical reports (e.g., lab reports)



soal/ pedoman penyekoran (rubrik), (4) megumpulkan data dengan alat penilaian, (5)



Theses, dissertations



42



Messages (e.g., phone messages)



seluruh umat manusia karena masalah ini tak bisa diatasi secara sepihak. Penanaman kesadaran bahaya debris laut ini perlu melalui pendidikan keluarga kepada anak-anak hingga ke pendidikan formal. Sosialisasi Hari Laut Sedunia perlu dilakukan dengan melakukan kegiatan-kegiatan membumi sehingga umat manusia semakin sadar akan lingkungan. Diharapkan, tidak hanya sehari saja umat manusia tidak mencemari laut, tetapi setiap hari.



Letters/emails Job-related writing



247



Memos (e.g., interoffice) Reports (e.g., job evaluations, project reports)



Pemulung Plastik Di Jabodetabek, sampah plastik menjadi salah satu sumber kegiatan ekonomi. Plastik dikumpulkan para pemulung dan dijual ke pengumpul. Di tingkat pengumpul plastik sampah dipisahkan dan sebagian diolah menjadi bubuk plastik dan berupa bongkahan yang selanjutnya dijual ke pabrik daur ulang. Salah satu pengumpul sampah plastik di Bogor melaporkan, setiap hari sampah plastik, berupa gelas dan botol minuman, terkumpul beberapa mobil truk sehingga di tempat penampungan terlihat sampah-sampah plastik menggunung. Para pemulung yang setiap hari mengumpulkan sampah-sampah plastik seharusnya dihargai, misalnya dengan memberikan intensif. Jasa mereka cukup besar menyerap sampah plastik yang secara langsung mengurangi dampak negatif pada laut. Jumlah pemulung, khususnya di kota-kota besar seperti di Jabodetabek, sangat banyak sehingga perlu diperhitungkan. Sebaliknya, masyarakat yang membuang sampah plastik sembarangan perlu diberi sanksi. Hal ini merupakan salah satu tindakan nyata untuk menyelamatkan laut yang pada akhirnya untuk keselamatan kita semua. (Kompas, Jumat, 12 Juni 2009, halaman 14).



schedules, labels, signs Advertisements, announcements Manuals



Letters, emails, greeting card, invitations Messages, notes Calendar entries, shopping lists, reminders Personal Writing



financial



documents



(e.g.,



checks,



tax



forms,



loan



application) Forms,



questionnaires,



medical



documents ‘



diaries, personal journals Fiction (e.g., short stories, poetry)



Langkah penyusunan tes pilihan ganda a. mencermati konstruk membaca yang tergambar pada KD b. menyusun indikator soal c. memilih bentuk alat penilaian d. memilih kutipan yang sesuai indikator e. menyusun stem yang sesuai indikator soal f. menyusun option



reports,



immigration



Lubang Resapan Biopori Apa itu Biopori? Lubang resapan biopori adalah lubang slindris yang secara vertikal ke dalam tanah. Diemeternya sekitar 10 cm dan dalamnya kira-kira 1 meter. Lubang ini nantinya akan diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori. Biopori sendiri adalah pori-pori berbentuk lubang yang dibuat oleh aktifitas fauna tanah atau akar tanaman. Lubang resapan biopori ini berguna untuk mengatasi banjir karena bisa meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik dalam lubang jadi kompos, mengurangi emisi gas rumah kaca, memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah atau akar tanaman, serta mencegah penyakit yang ditimbulkan genangan air seperti DBD atau Malaria. Perhatiin deh bedanya saluran pembuangan air yang pakai lubang serapan biopori dengan yang tidak! FYI, teknologi serapan Biopori ini diperkenalkan oleh Bapak Ir. Kamir R. Brata, Msc, dosen Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Banyaknya manfaat lubang serapan biopori ini bikin warga Bogor tersadar dan segera membuatnya di lingkungan tempat tinggal masing-masing. Bahkan, tepat di hari jadi kota Bogor ke 525, sekaligus memperingati Hari Bumi 2007. Pemerintah Kota Bogor serentak bikin 5250 lubang serapan biopori di 21 kelurahan yang tersebar di 6 kecamatan kota Bogor! Wow! Penasaran gimana cara bikin lubang resapan biopori yang sangat bermanfaat ini? Yuk, kita bikin sendiri di halaman rumah, mumpung liburan nih! Step by Step Kamu bisa bikin biopori di: dasar saluran air, sekeliling batang pohon, atau di batas taman. Caranya: 9. Buat alur untuk membuat beberapa lubang biopori yang akan berjarak 1 – 2 meter. Lalu airi tanah supaya gampang dilubangi. 10. Buat lubang slindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman 1 meter, dengan menggunakan bor biopori. 11. Tanah harus selalu basah supaya bor mudah dipakai. 12. masukin sampah organik ke dalamnya. Tambahkan terus sampah organik saat isi lubang mulai berkurang (terurai). Menurut penilaian Tim Biopori IPB, satu rumah bisa menghasilkan 2 liter sampah tiap hari, sedangkan 1 lubang biopori bisa memuat sampah sekitar 8 liter! Jadi, butuh 3 – 4 hari supaya lubang resapan biopori penuh. Sampah yang terurai dalam lubang akan menjadi kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk alami lho!



246



Sadarkah Anda bahwa satu gelas plastic bekas yang dibuang begitu saja di sungai atau di pinggir pantai akan menutupi dasar laut dan lama-kelamaan akan menggunung? Plastik yang telah lama menumpuk akan berubah menjadi serpihan-serpihan kecil seukuran plankton, termakan oleh ikan dab secara tidak langsung menjadi santapan manusia. Bayangkan, 10.000 gelas plastic volume 240 mililiter akan membentuk tumpukan 2,4 meter kubik (m2). Jika setiap minggu ada 1 juta pengunjung Ancol membuang gelas plastik ke pantai, akan terbentuk tumpukan 240 m2 – dan ini terbawa ke laut. Sebagian besar akan melayang di bawah permukaan air lalu tenggelam di dasar laut. Ilmuwan Belanda menemukan lebih dari 70 persen sampah plastik akan tenggelam di dasar laut. Pasifik tertutup plastik Badan Lingkungan PBB memperkirakan, tahun 2006 tiap 1 mil persegi lautan mengandung 46.000 lembar sampah plastik (marine debris). Dilaporkan, dasar perairan Samudra Pasifik tertutup sampah plastic yang luasnya dua kali daratan Amerika Serikat – diperkirakan jadi dua kali lipat pada 2015. Ini akan berdampak negatif pada rantai makanan. Di Pasifik terjadi proses oseanografi gyre, yakni arus melingkar searah jarum jam berkecepatan lambat. Lingkungan arus ini cukup luas, ribuan kilomater. Sampah plastik secara perlahan bergerak sesuai aliran gyre. Lama-kelamaan sampah plastik mengumpul di tengah gyre karena energi arus di tengah gyre cukup lemah – disebut sebagai ”zona mati”. Charles Moore, ahli oseanografi Amerika, menyebut Lautan Pasifik sebagai ”Great Pasific Garbage Patch”. Diperkirakan 100 juta ton sampah terapung mengikuti aliran gyre. Hal yang sama dalam skala lebih kecil terjadi di perairan tertutup, misal di teluk. Hasil pengamatan pada 2007 selama berlayar dari pantai Marisa Gorontalo menuju Kepulauan Togean, kami menemukan di tengah Teluk Tomini banyak sampah, termasuk botol plastik. Akibat bentuk Teluk Tomini yang tertutup diperkirakan sampah plastik akan mengumpul di suatu tempat. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Mengingat Kepulauan Togean merupakan salah satu pusat terumbu karang dunia, hal ini perlu cepat ditanggapi. Bayangkan jika keindahan terumbu karang tertutup sampah-sampah plastik. Lama-kelamaan terumbu karang itu akan rusak. Siapa yang akan datang ke sana? Ikan pun akan lari.



Teluk Jakarta dan Ambon Berdasarkan data hasil penelitian mulai tahun 1990—2005 yang dirangkum lembaga Greenpeace telah ditemukan limbah plastik di sejumlah lokasi di dunia. Pada tabel terlihat bahwa Teluk Ambon mengandung serpihan plastik terpadat dari delapan lokasi yang disurvei. Di Kepulauan Seribu ditemukan ada pulau yang masih belum terkontaminasi, tetapi ada juga yang sangat tinggi hingga 29.000 item per km. Tahun 2008 sekelompok pencinta lingkungan yang melakukan pembersihan sampah plastik menemukan cukup banyak sampah plastik di Pulau Untung Jawa. Mengingat dampak negatif sampah plastik ini, maka perhatian yang serius untuk mengatasinya perlu segera dilakukan. Dampak negatif Program Lingkungan PBB (UNEP) memperkirakan jutaan burung laut dan 100 ribu binatang laut mati setiap tahun dan ditemukan sejumlah partikel plastik di dalam perutnya. Peneliti Kanada, Dr. James, menemukan plastik di dalam perut sepertiga kura-kura Leatherbacks. Kura-kura menyangka plastik yang mengapung adalah ubur-ubur sehingga salah makan. Kura-kura tidak langsung mati, tetapi kesehatannya terganggu dan akhirnya mati. Sampah-sampah plastik yang mengapung di laut lama-kelamaan berubah menjadi serpihan-serpihan kecil menyerupai plankton dan termakan oleh berbagai jenis ikan. Solusi Beberapa langkah untuk mengatasi masalah serpihan laut ini telah dilakukan baik secara internasional maupun nasional, di antaranya Internasional Convention for the Prevention of Pollution from Ship (MARPOL) yang dikeluarkan tahun 1988 dan 122 negara telah meratifikasi. Salah satu isi dari MARPOL adalah melarang kapal-kapal membuang sampah di laut. Namun, diperkirakan 80 persen debris berasal dari darat (Greenpeace). Karena itu, perlu ditingkatkan kesadaran



43



. ILUSTRASI LANGKAH YANG BENAR DAN SISWA MENYIMPULKAN Lalu mencocokkan



Contoh 1 kemampuan membaca literal



Contoh Tes Esai dengan tugas kontekstual Indikator soal: Disajikan sebuah paragraf ekspositoris, siswa dapat menceritakan kembali isi yang dibaca secara tepat. Stimulus dan respon yang diharapkan: Stimulus : teks yang terdiri atas beberapa paragraf Respon yang diharap dari siswa : penceritaan kembali secara lisan Bentuk Soal Bacalah teks berikut! disediakan. Ceritakan kembali isi artikel yang kalian baca secara lisan!



Ditpol Air (Direktorat Polisi Perairan) Kepolisian Daerah Jawa Timur berhasil menggagalkan upaya penyelundupan 1.000 ton solar di Alur Pelayaran Timur Surabaya. Solar tersebut diduga akan dibawa ke Laut Arafuru, dan akan dijual kepada nelayan asing yang banyak menangkap ikan di perairan tersebut. Saat Wakil Kepala Badan Pembinaan dan Keamanan Markas Besar (Mabes) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Inspektur Jenderal Jonny Yodjana mengunjungi barang bukti, beliau mengungkapkan bahwa penyelundupan dilakukan oleh Motor Tanker Pusaka 2, Tongkang Indo Ocean dan Tag Boat Sentausa. Penyelundupan dilakukan pada Jumat pukul 19.00 di sekitar satu kilometer sebelah utara dermaga Zamrud Utara Pelabuhan Tanjung Perak, tepatnya 07022’35’ Lintang Selatan dan 112059’95’ Bujur Timur. Saat itu Kapal Patroli Rajawali-623 milik Mabes Polri berpatroli di perairan Selat Madura melihat kegiatan bungker (pemindahan bahan bakar minyak dari satu kapal ke kapal lain) dari tongkang TK Indo Ocean ke Motor Tanker (MT) Pusaka 2 dibantu satu unit tag boat (TB) Sentausa. Pada saat kejadian solar yang sudah dipindahkan ke Kapal Tanker Pusaka 2 sebanyak 728 ton. Setelah semua ABK dan nahkoda diperiksa, maka yang ditetapkan sebagai tersangka adalah nahkoda Indo Ocean, Damous Minggu, nahkoda MT Pusaka 2, Usman Muhammad, Mualim 1 MT Pusaka 2 yang berkebangsaan Thailand dan Mulaim 1 TK Indo Ocean. Anak buah kapal (ABK) MT Pusaka 2 yang berjumlah 11 orang berasal dari Thailand akan diperiksa menyangkut keabsahan dokumen kewarganegaraan. Sedangkan ABK TK Indo Ocean dan TB Sentausa yang seluruhnya berjumlah 14 orang dan berkebangsaan Indonesia juga menjalani pemeriksaan. Belum dapat dipastikan apakah mereka semua atau sebagian akan ditetapkan sebagai tersangka. Kepolisian akan mengembangkan kasus ini agar dapat menangkap pemilik solar sesungguhnya. Atas kejadian itu semua tersangka akan dijerat dengan pasal 55, 56 KHUP. Juga pasal 55 Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.



44



245



B. Walaupun Indonesia negara yang rawan bencana, sistem nasional peringatan dini bencana alam belum ada. C. Indonesia negara yang rawan bencana karena sistem nasional peringatan dini bencana alam belum ada. D. Karena Indonesia negara yang rawan bencana sehingga sistem peringatan dini bencana alam belum ada. E. Sistem nasional peringatan dini bencana alam belum ada apalagi Indonesia negara yang rawan bencana.



Berurutan membacakan berita



a)Taksonomi kemampuan berbicara imitatif responsif Langkah Perencanaan



PRAKTEK PENYEKORAN DAN PENAFSIRAN KEMAMPUAN BERBICARA Kasus Teks pidato dan komentar D. penggunaaan portofolio dalam penilaian kemampuan membaca pemahaman Apa yang akan dinilai? Mengapa menggunakan portofolio? (keuntungan dan kelemahan)



27.Pemakaian tanda baca yang benar terdapat pada kalimat (A) Sahlan, mengucapkan terima kasih atas bantuan Putut. (B) Semua peserta, yang tidak membawa kartu peserta, harus melaporkan diri ke panitia. (C) F. Ratulangi tinggal di Jalan Mawar 5, Pati, Jawa Tengah. * (D) Ia harus pulang sekarang, karena sakit. (E) Karena terlalu putus asa mereka akhirnya melakukan kejahatan. 28.Struktur kalimat berikut merupakan ciri ragam baku …. A. Dalam rapat itu membicarakan masalah hasil evaluasi belajar mahasiswa. B. Buku itu bermanfaat bagi penulisan karya ilmiah. * C. Pada bahasa Indonesia yang baik dan benar membicarakan ejaan dan ragam. D. Bagi pegawai negeri sipil tidak boleh ikut partai. E. Bagi penerima beasiswa diharapkan mengikuti upacara. 28. Penggunaan kata depan dari di bawah ini benar, KECUALI pada kalimat (A) Tikar itu dibuat dari rotan. (B) Dari logat bicaranya tampak dia berasal dari Jawa. (C) Dari laparnya dia tidak sempat berdoa. (D) Kota Jakarta lebih luas dari kota Surabaya. * (E) Dari Malang ke Jakarta diperlukan waktu satu jam penerbangan.



29.Menurut seorang ahli linguistik mengatakan bahwa bahasa-bahasa di dunia menghadapi ancaman kepunahan. Kalimat di atas merupakan kalimat yang salah. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara (1) membubuhkan tanda koma (,) sebelum kata penghubung bahwa. (2) mengubah kata mengatakan menjadi dikatakan. (3) menanggalkan kata bahwa dari kalimat tersebut. (4) menanggalkan kata seorang dari kalimat tersebut. 30. Kalimat yang menggunakan huruf kapital secara tepat adalah A. Siapakah Gubernur yang baru dilantik itu? B. Tahun ini jumlah orang Indonesia yang menunaikan Ibadah Haji tidak berkurang. C. Kemarin Brigadir Jenderal Hariyadi dilantik menjadi mayor jenderal. * D. Kedudukan Wakil Presiden dalam pemerintahan Habibie pernah kosong.



Langkah penyusunan Cara memberi skor/ penilaian Penggunaan Tes Unjuk Kerja (menceritakan kembali apa yang dibaca) Mengapa dilakukan?



Hari Laut Sedunia



Kelemahan dan kelebihan



Limbah Plastik mengancam Masa Depan



Contoh



Banyak orang berharap laut menjadi masa depan (Kompas,5/6/2009). Namun, jika laut tidak dijaga, harapan itu akan sirna. Kita tidak boleh menutup mata bahwa laut yang menjanjikan itu saat ini juga terancam dari berbagai tindakan manusia baik secara sengaja maupun tidak.



Indikator



244



Kata berimbuhan yang sesuai untuk melengkapi kalimat di atas adalah ……. A. beranggotakan, berdasarkan, berdatangan B. beranggota, berdasar, datang Sekolahku telah memiliki sebuah koperasi sekolah. Koperasi sekolah ……(1)…….seluruh siswa. Koperasi sekolah menyediakan barang ……(2)………..kebutuhan siswa. Pada waktu istirahat, para siswa yang mendapat jadwal piket ……………(3)……..untuk mengurus koperasi sekolahnya. Kata berimbuhan yang sesuai untuk melengkapi kalimat di atas adalah ……. C. beranggotakan, berdasarkan, berdatangan D. beranggota, berdasar, datang E. beranggotakan, berdasarkan, mendatangi F. beranggota, berdasar, didatangkan G. beranggota, berdasarkan, mendatangkan



45



Stimulus: teks tertulis Respon: menceritakan kembali Contoh soal: . E. Penggunaan Jurnal dalam F. Penggunaan lembar observasi (sikap dan proses) Apa yang dinilai? Mengapa? (kelemahan dan kelebihan)



23. Sekolah mendatangkan penceramah narkoba dari kepolisian. Makna imbuhan yang sama dengan kata bercetak miring pada kalimat di atas terdapat pada kalimat A. Polisi telah memenjarakan para koruptor B. Pemerintah berupaya memasyarakatkan kebiasaan membaca. C. Pembicaraannya selalu memojokkan aku. D. Ibu selalu membesarkan hatiku. E. Sebelum pergi dia membawakan sebuah lagu.



24. . PR matematika itu ……. kepada siswa kelas II. Siswa yang ……. diharapkan bertanggung jawab untuk menyelesaikannya tepat waktu. Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat-kalimat di atas adalah … A. ditugasi, ditugaskan B. ditugaskan, ditugasi C. ditugaskan, ditugaskan D. ditugasi, ditugasi E. ditugasi, menugaskan



25. Penggunaan tanda baca dan ejaan yang sesuai terdapat pada kalimat ……



A. Bangsa Indonesia baru mengadakan Pemilu yang demokratis B. Kenaikan harga BBM telah dibahas di bapenas. C. Sekolah Standar Nasional didanai oleh ditjen Peningkatan Mutu SMP. D. Tahun ini Abdul Muis naik Haji bersama keluarganya. E. Kemarin dia dilantik menjadi gubernur. 26. Amati dua kalimat berikut!



(1) Sistem nasional peringatan dini bencana alam belum ada.



Lembar Observasi Keterampilan Presentasi Kelompok No



Item Penilaian 1



2



Skor Tiap Kelompok 3 4 5 6



7



8



1 2 3 4



Kebenaran isi Kejelasan Suara Keruntutan Penyampaian Kemampuan Menanggapi Pertanyaan 5 Kerjasama dalam menanggapi pertanyaan Jumlah Rerata



1.Kebenaran Isi Skor 3 bila: semua isi konsep yang disampaikan benar Skor 2 bila: 75% isi konsep yang disampaikan benar Skor 1 bila: 25 - 50% isi konsep yang disampaikan benar Skor 0 bila: dalam penyampaian tidak ada konsep yang isinya benar 2. Kejelasan Suara Skor 3 bila: suara cukup keras, jelas, intonasi beragam, bersemangat Skor 2 bila: hanya muncul tiga indikator Skor 1 bila: hanya muncul dua indikator Skor 0 bila: tidak ada indikator yang muncul



(2) Indonesia negara yang rawan bencana.



Kalimat yang tepat hasil penggabungan dua kalimat tunggal tersebut adalah …. A. Sistem nasional peringatan dini bencana alam belum ada sehingga Indonesia negara yang rawan bencana



3. Keruntutan Penyajian Skor 3 bila: semua materi yang disajikan secara urut (judul presentasi, data hasil pengamatan, jawaban pertanyaan, simpulan) Skor 2 bila: hanya tiga materi yang disajikan secara urut Skor 1 bila: hanya dua materi yang disajikan secara urut



46



243



Mereka lupa kemajuan di bidang teknologi ditopang kemajuan bidang ilmu sosial. Dan bahwa



Skor 0 bila: penyajian materi tidak urut sama sekali



kemajuan keduanya tak bisa dicapai kecuali kita wajib menghargai buku. Buku apa saja. Termasuk dongeng



1. Kemampuan menanggapi pertanyaan Skor 3 bila: semua pertanyaan ditanggapi dengan tiga kriteria: jelas, benar dan sopan Skor 2 bila: semua pertanyaan ditanggapi hanya dengan dua Skor 1 bila: semua pertanyaan ditanggapi hanya dengan satu indikator Skor 0 bila: bila tidak pertanyaan yang ditanggapi 5. Kerjasama dalam menanggapi pertanyaan Skor 3 bila: pertanyaan ditanggapi oleh tiga atau lebih anggota kelompok Skor 2 bila: pertanyaan ditanggapi oleh dua anggota kelompok saja Skor 1 bila: pertanyaan ditanggapi oleh satu anggota kelompok saja Skor 0 bila: anggota kelompok tidak berbagi tugas dalam menanggapi pertanyaan



tentang kancil, Putri Salju, Oliver Twist dan Tom Sawyer, pahlawan bangsa Indian Winnetou, dongengdongeng Grimm, dan Ande-Ande Lumut. 19. Mahasiswa bebas dari jebakan perbedaan minat dan tidak adanya keterikatan pada kharisma. Karena itu, adalah sah bila dikatakan mahasiswa mewakili aspirasi dan tuntutan masyarakat. Golongan masyarakat lainnya seperti kalangan menengah dan bahkan wakil rakyat sedang terjebak oleh berbagai kepentingan diri dan masalah yang kompleks. Mahasiswa merupakan urat saraf keadilan di sebuah negeri. Frekuensi perjuangan mahasiswa sangat tinggi. Jika demikian halnya, adalah adil untuk tidak meremehkan dan apalagi melumpuhkan gerakan politik moral mahasiswa. Paragraf di atas menggunaka kata serapan yang tidak baku. Agar semua kata serapan menjadi baku revisi dilakukan dengan cara …. A. Mengubah kata kharisma menjadi karisma. B. Mengubah kata sah menjadi syah C. Mengubah kata saraf menjadi syaraf D. Mengubah kata frekuensi menjadi frekwensi E. Mengubah kata moral menjadi moril 20. Bacalah paragraf berikut! (1) Jumlah perahu nelayan yang dipakai untuk menangkap ikan di Selat Bali sudah sangat banyak sehingga tidak sebanding dengan potensi produksi ikan di perairan itu. (2) Jumlah perahu nelayan sebanyak 146 unit dengan anak buah kapal antara 20 orang hingga 30 orang per unit. (3) Kapal-kapal it kondisinya masih sangat bagus dan bisa beroprasi. (4) Jumlah ini sudah termasuk berlebihan sehingga nelayan yang beroperasi di Selat Bali itu dinilai tidak sebanding dengan potensi produksi ikan. (5) Apalagi, nelayan itu hidupnya susah dan dengan pendidikan yang relatif rendah. (6) Sudah saatnya nelayan harus mengalihkan lokasi penangkapan di laut lepas Banyuwangi. (7) Potensi produksi ikan di laut lepas Banyuwangi itu sangat besar dan mampu memproduksi sekitar 212.000 ton per tahun. Kalimat pada paragraf di atas yang harus dihilangkan adalah … A. B. C. D. E.



kalimat 1 dan 3 kalimat 2 dan 3 kalimat 3 dan 4 kalimat 3 dan 5 kalimat 6 dan 7



21. Mereka tanpa nurani merusak: laut, hutan, dan sungai. Mereka hanya menginginkan kekayaan. Karena memburu uang mereka tak mempedulikan akibat yang akan ditimbulkan. Memang, masyarakat belum sadar bahaya yang mengancam dari kerusakan alam. Penggunaan tanda baca yang salah terdapat pada kalimat … A. 1 dan 2 B. 1 dan 3* C. 3 dan 4 D. 2 dan 4 E. 3 dan 2 22. Sekolahku telah memiliki sebuah koperasi sekolah. Koperasi sekolah ………….seluruh siswa. Koperasi sekolah menyediakan barang ……………..kebutuhan siswa. Pada waktu istirahat, para siswa yang mendapat jadwal piket …………………..untuk mengurus koperasi sekolahnya.



242



47



membaca koran. Membaca koran memang tergolong membaca juga, tetapi ini bukan berita gembira bagi dunia pendidikan sebab mestinya membaca koran hanya selingan untuk membaca buku lebih serius. Kedua, mengarang bagi kebanyakan orang memang sukar. Kita belum bisa mentradisikan membaca



Lampiran 3: Contoh Penilaian Afektif



dan mengarang. Khazanah kebudayaan kita mungkin lebih besar “tersimpan” di masyarakat dalam bentuk



Lembar Evaluai Diri Kerjasama dalam Kelompok



tradisi lisan. Ini memperkukuh tradisi lisan dan diam-diam membunuh kesempatan lahirnya tradisi menulis. Banyak ilmu lenyap bersama kematian pemiliknya. Dunia pesantren mungkin contoh paling jelas. Kita memiliki banyak kyai yang dalam ilmunya, tapi tidak menulis buku yang bisa diwariskan sebab di pesantren latihan pidato, bukan menulis lebih diutamakan. Di universitas dan lembaga penelitian kita memiliki banyak ahli, termasuk profesor yang tidak pernah menulis buku. Mungkin kita tak mampu membeli buku sebab harga buku mahal. Tapi mengapa di kalangan elite



Petunjuk: Secara jujur nilailah dirimu sendiri dengan diketahui oleh teman lain satu kelompok, berkaitan dengan kemauanmu bekerjasama! Nilai dalam bentuk angka dengan skor: 4: bila selalu dilakukan 3: bila sering dilakukan 2: bila jarang dilakukan 1: bila tidak pernah dilakukan



kita, yang di rumahnya ada lapangan golf dan kolam renang, tak juga tersedia perpustakaan yang menampung banyak buku?



Nama Kelompok: ................. Kelas : .................



Dalam alam kebudayaan macam ini tak aneh bila masyarakat kita banyak sarjana meremehkan buku sastra (buat orang dewasa maupun anak-anak). Dalam sebuah diskusi di antara mahasiswa di Universitas Monash, Australia, beberapa tahun lalu, seorang mahasiswa biologi mengatakan membaca novel hanya membikin bodoh. Dua bulan lalu seorang peneliti mengejek kegemaran saya mengutip cerita anakanak saat menulis kolom, dan itu katanya, karena pada dasarnya saya penulis cerita anak-anak. Peneliti ini tidak tahu, cerita nak-anak sebagai bahan mentah sama statusnya dengan hasil pemilu atau keputusan menteri yang ia teliti. Sastra, juga sastra anak-anak, bisa dijadikan ilmu sosial buat memahami fenomena tertentu dalam kebudayaan suatu bangsa. Bukankah orang bilang, sastra itu cermin masyarakat, dan kamera zaman? Buku-buku Mark Twain, petualangan Tom Sawyer, dan Huckleberry Rinn, pada dasaranya ditulis begitu saja. Tetapi akhirnya menjadi bacaan anak-anak yang juga bagus buat orang dewasa. Seluruh dunia membaca buku-buku itu. Dan orang memperoleh pencerahan.



No



Item Penilaian .......



1



Keberadaan saya dalam kelompok 2 Membantu teman yang kesulitan 3 Melaksanakan tugas yang diberikan kelompok 4 Menghargai pendapat teman lain dalam kelompok 5 Menjaga kekompakan kelompok Jumlah Skor



Ketika dua setengah bulan saya keliling Amerika, di mana-mana orang menaruh penghargaan tinggi karena saya menulis banyak buku anak-anak, tidak karena saya peneliti LIPI atau karena menulis kolom di berbagi media massa. Menulis cerpen atau buku anak-anak dalam beberapa segi, jauh lebih sulit daripada menulis bacaan orang dewasa.



Nilai = Jumlah skor dicapai X 100 Skor Maksimum



Di Amerika, dan negara-negara maju lainnya, cerita anak-anak ditulis tidak sembarang orang. Ratarata mereka bergelar Ph.D., juga seperti peneliti kita. Ada yang filsuf, ada yang psikolog. Ada yang ahli bidang pendidikan. Tak mengherankan di sana buku bacaan anak-anak sangat dihargai tinggi. Di masyarakat kita, pelecehan atas buku dan penulis buku anak-anak oleh –anehnya- kalangan ahli, memang punya akar. Kita kagum pada ilmu eksakta.



Skor maksimum = 20



Nama Anggota dan Skornya ....... ........ ....... .......



.......



48



Contoh Lembar Peer Assessment Kerjasama dalam Kelompok



Petunjuk: Secara jujur nilailah semua temanmu dalam kelompok, berkaitan dengan kemauanmu bekerjasama! Nilai dalam bentuk angka dengan skor: 4: bila selalu dilakukan 3: bila sering dilakukan 2: bila jarang dilakukan 1: bila tidak pernah dilakukan



241



Masuknya tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Sabak dan Serawak di Malaysia Timur sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Mereka masuk secara tidak sah dan tradisional. Pemerintah Malaysia tidak mempersulit masuknya TKI itu, karena negara itu memang memerlukan. Mengalirnya arus tenaga kerja diakibatkan oleh terbukanya kesempatan kerja di negeri Jiran, selain itu juga akibat banyaknya kesamaan kehidupan sosial budaya dan ekonomi. Menurut Konsul Jenderal RI di Kinibalu Medio 1994, jumlah TKI yang sah di Sabak dan Serawak, 154.600 orang. Sedangkan pendatang yang tidak sah di Sabah 151.699 orang. Angka-angka itu tentu angka minimal, yaitu yang dapat di data lewat pendataan. Para TKI sekitar 50 persen bekerja di sub perkebunan, 35 persen di kilang-kilang pabrik atau industri, 10 persen sebagai buruh bangunan, dan 5 persen di tempat-tempat lain. Kalau dilihat dari segi asalnya 75 persen TKI di Malaysia Timur berasal dari Sulawesi Selatan, 10 persen dari NTB/NTT dan 15



Nama Penilai : ..................................... Kelompok : ..................................... Kelas : ..................................... No



Item Penilaian



Nama Anggota yang Dinilai dan Skornya ....... ....... ........ ....... .......



1 2 3



Keberadaan saya dalam kelompok Membantu teman yang kesulitan Melaksanakan tugas yang diberikan kelompok 4 Menghargai pendapat teman lain dalam kelompok 5 Menjaga kekompakan kelompok Jumlah Skor



persen lagi dari daerah lain. Malaysia dan Indonesia pada tanggal 12 Mei 1984 menandatangani persetujuan sistem pengiriman TKI dari Indonesia ke Malaysia. Namun, itu belum mampu menekan laju tenaga kerja masuk Malaysia secara tidak sah. Pada 15 Desember 1993, kedua pemerintah menyempurnakan persetujuan lama agar ekspor manusia Indonesia ke Malaysia lebih tertib, lancar, dan sah sesuai dengan aturan yang berlaku. Tanpa alasan yang jelas, sejak Juni 1993 Malaysia membekukan masuknya tenaga kerja dari seluruh dunia. Tentu saja termasuk tenaga kerja dari Indonesia.



Buku Buat meramaikan pesta buku tanggal 14 s.d. 22 Juni tahun ini, harian Kompas, Jakarta Post, dan Ikapi (Ikatan Penerbit Indonesia) menyelenggarakan lomba menulis artikel bagi para guru dan murid-murid di kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Tema lomba “Membaca itu menyenangkan”. Para peserta hanya diminta menceritakan kembali pengalaman paling berkesan yang mereka peroleh dari membaca. Semua yang doyan membaca bisa bercerita. Lomba ini diadakan untuk merangsang minat baca terutama di kalangan murid dan guru. Syukur pula bila meluas, hingga terbentuklah reading society. Gagasan macam ini sudah ditempuh sejak tahun 1974 saat untuk pertama kalinya pemerintah



Nilai = Jumlah skor dicapai X 100 Skor Maksimum



mencetak dalam jumlah besar buku bacaan anak-anak lewat proyek inpres. Proyek ini sampai hari ini masih berjalan. Meskipun begitu minat baca di kalangan murid, guru, dan masyarakat umumnya mungkin tak



Skor maksimum = 20



terlalu menggembirakan. Dan kita tak tahu persis apa sebabnya. Kita hanya tahu, lomba ini tidak begitu menarik minat peserta.



Contoh G. Analisis Validitas dan reliabilitas tes membaca H. Evaluasi proses Membaca



Dari ratusan ribu guru di kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi hanya 36 guru yang mengikuti lomba. Di kalangan murid jumlah itu bahkan lebih kecil, hanya delapan belas orang. Setidaknya ada dua hal yang bisa menjelaskan perkara ini. Pertama mungkin mereka tak begitu gemar membaca. Sejumlah karangan menyatakan pengalaman membaca bukan membaca buku, melainkan



I. Strategi Pelaksanaan Tes Membaca (pada akhir)



240



disebut “KTP Nasional”, tidak dimungkinkan (teorinya) ada seseorang memiliki dua KTP? Kalaupun ada – maklum, masih ada desa yan tak punya komputer online dan banyak orang kota yang nakal – bukankah ada “tinta pemilu”yang mencegah orang memilih dua kali? Tinggal pengawasan. Yang gampang itu dipersulit oleh ndang-undang. Ini hanya satu contoh. Banyak contoh lain. Lalu, siapa yang membuat undang-undang itu? Ya, wakil rakyat yang ditentukan oleh partai. Jadi, kalau pemilu ini buruk, yang sesungguhnyaburuk adalah orang-orang partai di Senayan. Mari perbaiki dari pangkalnya, jangan menuduh, apalagi memprovokasi dengan menyampaikan wacana bahwa pemilu tak sah atau perlu diulang. Rakyat, yang makin pintar, siap menghukum provokator. Saya adalah sebagian dari rakyat itu, meskipun tak cukup pintar. (Koran Tempo, Minggu 19 April 2009 halaman A2).



Chen mengingatkan betapa anak-anak sangat banyak menghabiskan waktu di depan layar kaca. Chen menyebut TV sebagai “Si Pencuri Waktu”, karena TV dengan mudah bisa melahap sebagian besar waktu anak-anak dan remaja. Menurut Chen, panjangnya waktu yang dilewatkan anak-anak AS untuk menonton TV benar-benar menakutkan: ratarata 4 jam sehari, 28 jam seminggu, dan 1.400 jam setahun, atau mendekati 18.000 jam sampai seorang anak lulus SMU. Padahal waktu yang dilewatkan anak-anak di sekolah dari mulai TK hingga lulus SMU hanyalah 13.000 jam. Satu usulan Chen dalam buku ini yang amat bagus untuk diterapkan orangtua adalah “mengendalikan pesawat TV”. Ia menyarankan orangtua untuk mengubah pola menonton TV: dari menonton secara tak sadar ke menonton secara sadar. Dalam rangka inilah ia memberi usulan brilian bagi orangtua, yakni melakukan diet TV. Chen menyamakan menonton TV ibarat makanan. Jadi, sebagaimana orangtua mengatur masalah makanan dalam keluarga mereka, begitulah pula TV harus ditangani. Kebanyakan orangtua tidak membiarkan anak-anaknya memakan apa pun yang anak-anak itu pilih. Orangtua menyadari bahwa apa pun yang dimasukkan anak-anak ke dalam tubuh mereka akan mempengaruhi kesehatan, tingkat kecerdasan, dan suasana hati mereka. Sebagian besar dari orangtua berusaha keras menciptakan diet yang menyehatkan dan menarik bagi anak-anak itu. Kita berusaha menghindari anak-anak kita dari apa yang disebut junkfood alias makanan sampah. Dewasa ini anggrek bulan telah dibudidayakan secara komersial. Di Taiwan para pelaku bisnis bersama para petani bunga mampu mendirikan kompleks hamparan anggrek bulan seluas 3,3 hektar. Mereka telah memproduksi 1,5 juta bibit dengan sasaran ekspor ke negara Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, dan negara-negara



49



Validitas konstruk Tes Berbicara Langsung Uji reliabilitas interrater juga dilakukan untuk menguji reliabilitas pedoman penyekoran tes literasi membaca yang berbentuk esai. Dengan responden guru Bahasa Indonesia dilakukan uji interrater untuk menguji reliabilitas rubrik penyekoran tes literasi membaca kritis-kreatif yang berbentuk uraian. Pengujian reliabilitas interater



pada



penelitian ini dilakukan dengan menghitung korelasi antar penilai. Penghitungan dilakukan dengan langkah (1) pengaturan data hasil pengukuran, (2) menghitung



r



antarrater, dan (3) menentukan reliabilitas antarrater berdasarkan indeks korelasi. Reliabilitas interrater dilakukan



pada data hasil observasi terhadap butir -butir pada



suatu instrumen. (McMillan, 2004: 42-44). Baker, 1998: 61) juga mengemukakan batas reliabilitas interrater minimal 0,7 Kriteria minimal koefisien reliabilitas interrater yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,7. Pedoman penyekoran pada penelitian ini dikembangkan secara analitis untuk memberikan skor pada hasil jawaban siswa terhadap soal-soal esai pemahaman kritis dan soal-soal esai pemahaman kreatif. Teknik analisis reliabilitas lebih lanjut dibahas secara rinci. Uji reliabilitas juga dikenakan pada uji interrater. Untuk menjaga reliabilitas butir soal esai perlu analisis interrater (interscorer reliability). Teknik analisis dilakukan dengan dua cara yaitu mengkorelasikan sejumlah hasil penyekoran oleh dua penilai atau bisa dilakukan analisis beberapa penilai merespon sebuah hasil (Baker, 1998: 60-61). Mc. Millan (2008: 42-43) juga mengemukakan pentingnya interrater yang dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu: pendekatan kesepakatan dan pendekatan korelasi. Cara yang digunakan dalam penelitian ini mengkorelasikan hasil yang diperoleh antarpenilai. Pada penelitian ini menggunakan interrater model anava (Djaali, 2008: 76).



Eropa. Lantas bagaimana dengan Indonesia? Dari sisi peluang, Indonesia mempunyai peluang yang sama dengan Taiwan. Hutan tropis Indonesia menyimpan plasma nuftah anggrek bulan. Namun kenyataannya, sistem budi daya anggrek bulan belum dikembangkan secara sempurna. Padahal, hanya ditanam pada pot, asal dilakukan perawatan secara intensif, anggrek bulan sudah menghasilkan rupiah. TKI



Perlu diingat bahwa profil pengamatan data evaluasi seharusnya tisak digunakan sebagai menu atau daftar kegiatan penilaian, tetapi sebagai bagian dari kerangka pembelajaran bahasa yang lebih luas. Murid hendaknya dibimbing mmenjadi pribadi yang memanfaatkan kemampuan membaca dan meulisuntuk sebagai tujuan yang bermakna, startegi pengamata dapat dipadukan dengan teknik catatan anekdotal, wawancara dan survei, konverensi dan diskusi, ceklis, menceritakan kembali, tes diagnostik, dan membaca buku. Catatan anekdotal



50



239



Catatan anekdotal adalah catatan pengamatan informal, yang menggambarkan perkembangan bahasa dan perkembangan sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kemajuan, gaya belajar, keterampilan, dan strategi yang digunakan oleh pembelajar, atau apa saja yang tampak bermakna ketika dilakuka pengamatan. Catatan-catatan ini biasanya berupa komentar singkat yang sangat spesifik megenai sesuatu yang dikerjakan dan yang perlu dikerjakan oleh anak. Wujudnya berupa kumpulan informasi yang didokumentasikan secara terus menerus dan memnggambarkan perkembangan kemampuan berbahasa anak secara luas.



kepada orang kebanyakan, mereka pasti tidak mengerti apa saja alasan untuk menambah modal itu. Kalau ADB punya nilai tambah bagi kita, mengapa kita tidak pernah berhenti dirundung persoalan ekonomi? Mengapa kita begitu sulit meraih momentum pemulihan, setelah krisis moneter 1998 memorakporandakan sendi-sendi perekonomian nasional? Sekaang pun, ketika perekonomian sedang berada dipuncak krisis akibat runtuhnya sektor keuangan global, mengapa perekonomian kita tak bisa ditolong oleh ADB. Kita prihatin karena peran APBN sebagai motor penggerak pertumbuhan terus melemah. Proses mengubah APBN 2009 menjadi APBN-P 2009 pasti mengurangi kecepatan peran APBN karena harus dilakukan penyesuaian di sana sini guna mendapatkan Rp 500 miliar untuk tambahan modal ke ADB. Sebelum masuknya kasus tambahan modal untuk ADB, APBN 2009 pun sudah ‘bermasalah’, yang ditandai oleh lambannya realisasi belanja negara. Kita mengimbau pemerintah agar lebih memprioritaskan peningkatan efektivitas APBN, dengan tidak memberi beban tambahan, apalagi jika beban itu tidak prinsip. Kita setuju saja pemerintah menambah modal di ADB. Tapi, langkah itu hendaknya tidak mengganggu efektivitas APBN. Artinya, perlu dicari sumber atau cara lain. Sebab, dalam pandangan kita, lebih bijaksana jika kita menggunakan semua sumber daya yang ada sekarang untuk mereduksi ekses kritis ekonomi. Daripada membuat utang baru untuk menangkal dampak krisis, gunakan saja alokasi anggaran dari APBN itu untuk menstimulasi perekonomian kita. Pemerintah bisa mengambil inisiatif menegosiasikan waktu penambahan modal ke ADB. Katakanlah bahwa beban APBN kita sangat berat, sehingga kita dibolehkan merealisasi penambahan modal itu pada beberapa tahun mendatang kita percaya, anggota ADB lainnya bisa memahami posisi kita (Suara Karya, Senin, 4 Mei 2009 halaman 11).



Catatan anekdotal dapat dibuat dalam berbagai kegiatan, misalnya menulis jurnal, memainkan drama, membaca nyaring, diskusi kompak, pengucapan, kerja mandiri, dan menulis. Latar pembuatan catatan dapat berupa kelas secara keseluruhan, kelompok kecil atau individu. Biasanya catatan anekdotal mengenai keadaan murid secara individual, murid yang berhadapan satu persatu dengan guru, guru mengamati murid, atau anak bekerja dalam konteks tertentu. Wawancara dan Survei Wawancara satu demi satau merupakan cara yang ideal untuk mengetahui keadaan murid. Murid-murid cenderung memberikan tanggapan tertulis dalam bentuk sederhana. Dengan wawancara secara personal, kita dapat memancing tanggapan dan memperoleh informasi yang mencerminkan sikap, strategi, kesenangan, dan tingkat kepercayaan diri anak dalam waktu yang singkat. Contoh pertanyaan yang perlu diajukan kepada murid:    



Kalau di rumah, di mana kamu melakukan kegiatan membaca? Berapa lama kamu menonton TV? Acara apa saja yang kamu senangi? Apakah semua orang yang ada di rumah kamu suka membaca? Apakah kamu meminjam buku di perpustakaan umum atau perpustakaan keliling, atau membeli sendiri?  Sebutkan judul buku yang terakhir kamu baca? Konfrensi atau Diskusi Konfrensi atau diskusi merupakan alat evaluasi yang dapat digunakan untuk memantau proses pembelajaran. Dengan mengikuti keinginan murid, tidak memaksakan keinginan guru, konfrensi memungkinkan bagi guru untuk memahami murid-murid sebagai pembelajar dan pembimbing mereka menghubung-hubungkan kemampuan mereka berbahasa. Banyak guru yang mulai dengan konfrensi(berdiskusi dengan murid) dalam membuat catatan anekdotal. Di samping konfrensi menulis, perlu juga diadakan konfrensi membaca yang berhubungan dengan kegiatan membaca secara individual. Ceklis Ceklis biasanya dikombinasikan dengan komentar hasil pengamatan untuk mengecek prilaku melek huruf (pengetahuan tentang bunyi, tulisan, dan konsep tentang tulisan)



Terburuk Putu Setia Politikus yang kalah dalam pemilu 9 April lalu, plus para tokoh yang punya nafsu besar berkuasa tapi tak punya partai, berkumpul di rumah Ibu Megawati. Salah satu kesepakatannya, pemilu 9 April lalu adalah pemilu terburuk sepanjang era reformasi. Kesimpulan itu diiyakan juga oleh mantan wakil presiden Hamzah Haz. Saya sepakat soal ini. Tak ada yang perlu dibantah. Pemilu yang lalu membuat capek banyak orang. Calon legislator capek bukan main, bahkan ada yang nekat ingin istirahat selamanya, misalnya dengan gantung diri. Petugas pemilu, dari panitia pemungutan suara sampai anggota Komisi Pemilihan Umum, pasti capek juga. Pimpinan partai lebih capek lagi, mondar-mandir menawarkan koalisi. Saya, yang mujur tak menjadi calon legislator, juga capek. Mata capek melihat tabulasi suara di televisi yang tak beranjak naik. Kuping capek mendengar politikus yang saling tuduh lewat radio. Jadi, saya sepakat soal capek ini. Pemilu direkayasa untuk kemenangan partai tertentu. Daftar pemilih tetap yang amburadul disengaja untuk menggelembungkan Partai Demokrat. Karena itu, pemilu harus digugat, tidak sah, an perlu diulang. Ini pendapat sejumlah tokoh, bahkan tokoh yang pernah saya kaumi karena sempat menyebut diri sebagai calon alternatif. Saya, dengan tidak mengurangi rasa hormat, tidak sepakat. Saya langsung mencoret sejumlah tokoh idola dari memori otak saya. Menjelang pemilu, saya banyak berada di Bali dan di eks Karesidenan Surakarta, kadang di Solo, kadang di Karanganyar. Orang-orang yang tak masuk daftar pemilih tetap, atau yang tak menerima surat panggilan mencontreng kesal benar terhadap “pemerintah”. “Pemerintah” disebut memihak partai besar, yaitu Parta Banteng Gemuk dan Partai Beringin. Lo, kenapa partai itu jadi tersangka? Maklum, yang jadi bupati adalah kader PDI Perjuangan dan Golkar. Bahkan, di Bali, gubernurnya ikut kampenye PDIP. Bukankah dari “pemerintah” itu sumber daftar pemilih tetap yang amburadul? Maka, kader partai biru meradang, sedangkan kader partai merah dan partai kuning tenang-tenang saja. Eh, setelah pemilu, terjadi keajaiban. Yang memprotes daftar pemilih tetap justru sebaliknya. Artinya, protes dan tidak memprotes, hujat dan tidak menghujat tergantung siapa yang kalah dan siapa yang menang. Partai yang menang sudah nasibnya jadi tersangka, dan partai yang kalah tak perlu malu jadi penuntut. Pemilu yang buruk memang disepakai. Tetapi, buruk rupa pemilu, jangan cermin bangsa dibelah. Sistemlah yang memuat pemlu jadi rumit, bertele-tele, dan amat mahal. Sistem lahir karena tuntutan undangundang. Contoh kecil, pemilih harus terdaftar. Padahal, kalau mau gampang, pemilih tinggal menyodorkan kartu tanda penduduk. Bukankah dengan KTP ber-NIK (Nomor induk kependudukan), yang oleh orang desa



238



Nama berbagai jenis dinosaurus yang unik didasarkan pada tiga hal. Pertama, karena ciri fisiknya. Kedua, berdasaran kebiasaan aneh yang diduga dilakukan jenis itu, dan ketiga berdasarkan nama daerah atau penemu fosil tersebut Fosil pertama yang ditemukan bergigi khas mirip gigi iguana karena itu diberi nama Iguanodon. Ada reptil terbang berambut kasar, jelek, dan menakutkan, diberi nama Sordes Pilosus yang artinya Setan Berambut. Nama Stegosaurus berarti kadal berenting karena di pungungnya ada lempengan mirip genting rumah. Nama berdasarkan kebiasaan khas, diberikan kepada dinosaurus pemakan daging yang sangat kuat dan ganas. Dinosaurus ini menyerang apa saja, dari ang kecil sampa yang paling besar. Karena kebuasan dan kekejamannya, ia dinamakan Kadal si Raja Lalim, ata Tyrannousarus rex (T-rex). Nama berdasarkan tempat temuan fosilnya antara lain diberikan kepada Albertosaurus. Fosil pemakan daging tubuh raksasa ini pertaa kali ditemukan di Kanada (Kompas, Minggu, 19 April 2009 halaman 25). Rasisme dan Realitas Konferensi Anti-Rasisme yang kedua yang digagas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berlangsung panas. Konferens bertajuk Durban Review Conference ini dibuka sejak 20 April dan berakhir pada 24 April 2009 lusa. Forum pertama pada 2001 di Durban, Afrika Selatan, pun diwarnai aksi walk out oleh Amerika Serikat dan Israel. Mereka menolak deklarasi yang antara lain mendesak Israel untuk memperlakukan Palestina secara lebih baik. Dalam deklerasi yang belum dibicarakan secara resmi itu, antara lain berisi melawan anti-Semit, Islamofobia, Christianofobia, dan anti-Arab. Juga, disebutkan tema-tema sangat aktual yang kini sedang dihadapi umat manusia di abad ke-21, yaitu kemiskinan, keterbelakangan, marginalisasi, pengucilan sosial, disparitas ekonomi, dan pendudukan asing sangat terkait dengan rasisme, diskriminasi sosial, dan xenophobia. Di tengah abad yang sangat modern ini, tentu sangat memprihatikan dan menyedihkan bahwa rasisme masih merupakan realitas yang keras dan yang begitu sulit dihadapi. Negeri-negeri tertentu secara terangterangan menerapkan asas rasialisme, seperti Israel. Dalam banyak masyarakat, rasisme masih merupakan praktik yang begitu mudah kita jumpai. Hal itu tidak saja kita temui di negara-negara berkembang, tapi juga dinegara-negara maju. Awalnya adalah stereotipe. Namun, ketika ada persaingan memperebutkan kue ekonomi ataupun politik, rasisme segera menyembul. Bahkan, di dunia olahraga, seperti di liga-liga Eropa, masyarakat Barat begitu mudah mempertontonkan sikap rasial. (Republik, Kamis, 23 April 2009 halaman 6). Tambahan Modal ADB dan Beban APBN Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2009 dipastikan makin berat, setelah Indonesia memutuskan menambah kontribusi dan menambah penyertaan modal ke Bank Pembangunan Asia atau ADB (Asian Development Bank) sebesar Rp 2 triliun yang dilakukan selama empat tahun. Dengan penambahan itu, Indonesia tidak menambah saham pemilikan modal di ADB. Indonesia hanya menambah modal untuk mempertahankan porsi pemilikan modal sebesar 5,43 persen atau enam besar di antara 67 anggota lainnya. Mengapa beban APBN 2009 bertambah berat? Sebab penambahan modal ke ADB menyedot dana dari APBN. Untuk keperluan itu, pemerintah akan berembuk dengan DPR dan menyampaikan keinginan menambah modal ke ADB dalam rapat usulan perubahan APBN 2009 yang rencananya pada pertengahan 2009. Salah satu faktor yang memberi beban teramat berat bagi APBN kita dalam beberapa tahun terakhir ini adalah pembayaran pokokdan bunga utang luar negeri. Jumlahnya bisa mencapai 30 sampai 40 persen dari total nilai APBN. Berdasarkan outstanding utang luar negeri pemerintah, pembayaran utang luar negeri pemerintah menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 2005 pembayaran utang luar negeri pemerintah berjumlah 7,048 miliar dolar AS. Pada tahun 2008 meningkat jadi 17,059 miliar dolar AS. Kemudian dalam APBN Perubahan 2008, pemerintah mengalokasikan Rp 92,242,7 triliun untuk pembayaran utang luar negeri. Pada 2009 ini jumlahnya diperkirakan naik menjadi Rp 94,891,4 triliun. Kalau tahap pertama dari tahapan penambahan modal ke ADB itu harus direalisasikan segera, berarti APBN2009 setidaknya harus mengalokasikan Rp 500 miliar. Kurang lebih sebesar itulah tambahan beban APBN yang dimaksud. Pemerintah barangkali punya catatan tersendiri tentang jasa atau peran ADB membantu masa-masa sulit perekonomian Indonesia, utamanya ketika kita menghadapi krisis ekonomi. Catatan itulah yang pastinya mendasari keputusan menambah modal penyertaan Indonesia ke ADB. Ketika hal ini kita tanyakan



51



Contoh: Ceklis koreksi Cetakan Percobaan (Proofreading) Nama: ............................ Tanggal: ................................ Sebelum kamu menganggap bahwa karanganmu sudah lengkap, berilah tanda cek (V) sesuai dengan kegiatan yang kamu lakukan! -



Setiap kalimat dimulai dengan huruf kapital. Setiap kalimat diakhiri dengan tanda.,?, atau!. Nama tempat dan orang ditulis dengan huruf kapital. Tanda petik (“) digunakan untuk menunjukkan kalimat langsung. Setiap paragraf baru dimulai dengan 5-8 ketukan ke dalam Kesalahan ejaan sudah dibetulkan. Sudah dicek sehingga cerita yang ditulis masuk akal Tulisan jelas dan mudah dibaca Menceritakan kembali



Tehnik menceritakan atau menuliskan kembali hasil bacaan merupakan strategi yang efektif untuk mengevaluasi pemahaman dan merupakan suatu alternatif untuk menindaklanjuti pertanyaan-pertanyaan guru. Murid ditugasi menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri tentang apa yang mereka pahami. Latar pembelajaran dibuat sesantai dan seinformal mungkin. Menceritakan kembali dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lisan dan kemampuan memahami bacaan. Tes/Survei diagnostik Tes/survei diagnostik biasa digunakan untuk memilih anak-anak yang perlu diberi program membaca tambahan. Prosedur ini dapat pula diadaptasi untuk tes akhir tahun di TK atau SD kelas 1 dan kelas 2. Contoh tes diagnostik antara lain: menemukan huruf, tes kata, dan konsep tentang tulisan, menulis kata, dan dikte. Membaca buku Salah satu cara mengevaluasi membaca nyaring yang tidak menakutkan anak adalah berupa menyuruh anak memilih bagian atau bab-bab tertentu dari sebuah buku yang disenangi. Selain itu, guru dapat juga menyiapkan fotokopidan meminta anak-anak membacanya. Penilaian Portofolio Penilaian portofolio berwujud kumpulan contoh hasil pekerjaan murid yang representatif sesuai dengan proses pelaksanaan tugas. Lembar-lembar pekerjaan murid disimpan dalam map atau amplop besar. Penilaian portofolio sesuai dengan prinsip pembelajaran bahasa secara holistik, bersifat alami dan bermanfaat bagi murid maupun guru.



52



237



Yang terpenting dari penilaian portofolio bukanlah wujud fisiknya, tetapi bimbingan guru terhadap murid untuk melihat secara hati-hati pekerjaan yang telah dihasilkan. Evaluasi terhadap pekerjaannya sendiri hendaknya difokuskan pada proses prubahan dan hasil yang dicapai. Penilaian ini dimaksudkan agar murid menjadi pembelajar yang mandiri dan pemikir yang kritis.



Maka, mulailah untuk membantu anak Anda dari usia dini menggembangkan daya kreativitasnya dengan menggambar. Hal yang tidak sulit dilakukan, hanya membutuhkan kesabaran dan ketenangan dalam membimbing mereka (Kompas, Minggu, 19 April 2009 halama 33).



Pada tahap-tahap awal pelaksanaan penilaian portofolio, pemilihan hasil pekerjaan murid dapat dilakukan oleh guru dan secara bertahap murid dipandu untuk memilih sendiri pekerjaannya. Murid perlu diberi penjelasan dan alasan dipilihnya suatu pekerjaan. EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN MEMBACA Dalam kegiatan pembelajaran membaca, guru seringkali mengamati siswanya apakah mereka telah memahami materi yang dipelajari, apakah mereka dapat merespon dengan tepat, dan apakah mereka menyukai aktivitas membaca. Hal inilah yang merupakan esensi asesmen kelas. Pengamatan dapat diartikan sebagai kegiatan melihat aktivitas anak dalam belajar, mencatat bagaimana mereka melaksanakan tugas, dan bagaimana hasilnya. Pengamatan terjadi secara simultan dengan kegiatan pengajaran dan seringkali dilakukan dengan menggunakan format-format yang telah disiapkan. Kegiatan pengamatandapat menyiapkan informasi bagi guru tentang visi anak, pendengaran, pengucapan, kesehatan secara umum, serta emosi dan kebutuhan sosial mereka. Guru dapat memperoleh wawasan tentang strategi pemecahan masalah yang diahadapi anak dan dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar membaca. Itulah sebabnya, pengamatan seringkali dipandang sebagai alat komprehensif untuk mengumpulkan informasi guna pengambilan keputusan. Berikut dipaparkan beberapa metode pengamatan yang dilengkapi ceklis yang dikembangkan untuk pengajaran membaca. Pengamatan Terstruktur Pengamatan merupakan salah satu sarana, bukan satu-satunya sarana, untuk mengumpulkan informasi yang berguna bagi guru dalam pengambilan keputusan. Pengamatan yang dilaksankan secara teratur dapat membantu guru mengenali secara dini kelemahan-kelemahan anak, sehingga kelemahan tersebut dapat ditangani dengan baik. Guru sering melakukan pengamatan secara tak terstruktur dan tidak membuat catatan-catatan hasil pengamatan. Perlu diingat bahwa bagaimanapun baiknya daya ingat seorang guru, mereka sulit dapat mengingat semua kegiatan yang dihadapi sehari-hari. Untuk itu, guru disarankan untuk melakukaan pengamatan terstruktur dan mencatat hasilnya. Selama melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswanya. Guru disarankan untuk membuat catatan atau rekaman dengan fokus atau tujuan tertentu. Informasi yang didapat selanjutnya didokumentasikan sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perencanaan program.



Dinosaurus: Berenang, Terbang, Melata Jutaan tahun silam, dunia hanya dihuni aneka hewan, salah satuna dinosaurus. Dinosaurus diperkirakan mulai menghuni Bumi 225 juta tahun silam dan menguasai daratan Bumi selama sekitar 160 juta tahun. Sayangnya, spesies ini punah karena bencana alam pada 65 juta tahun lalu. Dinosaurus Terbang Di udara, hidup beberapa jenis reptil purba bersayap yang mampu terbang atau melayang dari pohon ke tanah, disebut dino terbang atau flying dinosaur. Sebetulnya nama dinosaurus hanya untuk reptil purba yang hidup di darat. Fosil Pterosaurus ditentukan tahun 1970-an. Spesies ini punya dua sayap lebar dan panjang terdiri atas selaput tipis berserat. Dengan sayap itulah, Pterosaurus berkepak dan terbang melayang. Jenis Perosaurus berbulu, bentuknya seperti kelelawar zaman sekarang. Keluarga Pterosaurus dibagi menjadi dua kelompok, ekor panjang dan ekor pendek. Pterosaurus berekor panjang disebut Ramforinkhus. Adapun yang berekor pendek bernama Pterosaurus. Di bagian ujung ekor panjang Ramforinkhus ada sebentuk bandul. Pterosaurus yang berekor pendek dan berkepala mirip jengger disebut Pteranodon. Ada lagi reptil terbang berkaki dua, berbulu, dan bersayap yang disebut Arkhepteriks, makanan utamanya serangga. Bentuk Arkheopteriks merupakan perpaduan antara dinoaurus dan burung. Dinosaurus Air Sama seperti sekarang, zaman purba pun ada berbagai jenis hewan yang hidup di tiga tempat: air, udara, dan darat. Di laut, selain ikan, seperti hiu, yangselama juaan tahun tak banyak berubagh bentuknya, juga hidup sejumlah reptil (binatang melata) purba. Kelompok reptil purba yang hidup di air disebut Plesosaurus. Plesiosaurus ada yang berleher panjang, berleher pendek, an tak berkaki. Dengan keemat siripnya, Plesiosaurus berenang seperti penu. Selain itu, ada Ikhtiosaurus yang bentuknya mirip lumba-lumba dan melahirkan anak-anaknya di dalam air. Adapun Mosasaurus, buaya purba yang makanannya kerang. Dinosaurus Darat Aneka reptil purba yang hidup di daratan pada masa Mesozoikum (225 juta-65 juta tahun lalu) inilah yang disebut dinosaurus. Hingga kini, para ahli telah menemukan sekitar 600 jenis fosil dinosaurus dari zaman berbeda, sejak Zaman Trias (225 juta – 180 juta tahun lalu), Zaman Jura (180 juta – 135 juta tahun lalu), dan Zaman Kapur (135 juta – 65 juta tahun lalu). Dinosaurus dibagi dua: karnivora (pemakan daging) dan herbivora (pemakan tumbuhan). Jenis karnivora karena makanannya daging atau ikan, giginya panjang dan tajam. Jenis hrbivora bergigi kecil dan rata. Dinosaurus Raksasa Dari fosilnya, Seismosaurus diduga sebagai dinosaurus dengan panjang 42 meter. Mamenkhisaurus dipercaya sebagai dinosaurus berleher terpanjang, sekitar 10 meter. Tahu ukuran leher jeapah? Hanya sekitar dua meter! Adapun dinosaurus paling besar dinamai Ultrasaurus, dengan tinggi 18 meter, panjang 30 meter, dan berat sekitar 136 ton. Dinosaurus raksasa ini diduga kerabat Brakhiosaurus dan termasuk herbivora berleher panjang. Dinosaurus Mungil Di antara dinosaurus raksasa ada yang berukuran kecil tak lebih dari anjing atau kucing. Panjang Saltopus dan Ekhinodon hanya 60 sentimeter dengan berat sekitar satu kilogram. Compsognatus dengan berat 3 kg sama besarnya dengan kucing. Oleh kaena ukurannya yang kecil, dinosaurus ini lebih lincah dan lebih cepat dalam berlari sehingga mudah menghindar dari dinosaurus pemakan daging. Compsognatus mampu berlari 60 kilometer per jam, Struthiomimus berlari 64 km per jam, dan Ornitomimus 80 km perjam. Ornitomimus diyakini sebagai pelari tercepat. Asal Usul Nama Dinosaurus



236



53



mengelola sebuah biro konsultasi dan bantuan hukum bidang kedokteran dan kesehatan berbendera Maulana Medical Law di Surabaya (Surya, Selasa, 28 Oktober 2008, halaman 4).



Salah satu cara untuk mengumpulkan data secara sistematis berupa penggunaan format anekdotal (anecdotal form) yang berisi: nama siswa, tanggal, komentar, dan tindakan yang disarankan, bagaimana terlihat dalam tabel berikut.



Pisang Bikin Tubuh Langsing Buah pisang ternyata adalah salah satu buah kegemaran orang Jepang dan menjadi makanan untuk diet. Dan data yang menunjukkan 970.000 ton pisang dikonsumsi warga Jepang selama tahun 2007. lucunya, akibat tren, diet pisang naik daun, persediaan pisang di super market di beberapa wilayah Jepang menjadi langka. Tren diet pisang pagi hari bermula dari sebuah program televisi yang disiarkan pada September 2008. Seorang penyanyi Jepang yang hadir sebagai bintang tamu mengaku berat badannya turun sekitar 6,75 kilogram dalam waktu 1,5 bulan karena diet pisang. Ia hanya makan pisang sebanyak-banyaknya di pagi hari sebagai sarapan serta minimum air putih lalu makan siang seperti biasa dan makan malam tak lewat dari jam delapan malam. Rahasia ini kemudian tersebar lewat internet dari tangan Itoshi Watanabe, 31, mantan karyawan kantor percetakan di Tokyo. Ia mengaku sukses menurunkan berat badan hingga 17,1 kilogram berkat diet pisang itu. Menurutnya, kelebihan berat badannya karena sering telat makan malam, kurang berolahraga, dan stres. Informasi tentang diet pisang ini lalu menyebar lewat mixi, layanan jejaring sosial terbesar di Jepang, yang bisa di askes hanya oleh anggotanya. Gara-gara diet pisang jadi tren. Hiromi Otaki dari Dole Japan Co, perusahaan importir terkemuka di Jepang melaporkan, impor pisang bertambah dari 25 persen jadi 27 persen beberapa bulan terakhir. Pakar diet Jepang Miwa Tamura mengatakan, diet pisang berlangsung mulai awal 2008 dan mencapai puncaknya pada musim panas dan gugur ini. Sedikitnya ada 2.400 orang mengakses situs Watanabe, dan kemudian menuliskan kesuksesan diet pisang mereka. Menurut Watanabe, pisang mengandung banyak vitamin dan mneral, tetapi rendah kalori selain dapat menghambat pertambahan asam dalam tubuh. Ia juga mengingatkan agar tetap mengimbangi diet dengan olahraga dan cukup istirahat. (Surya, Selasa, 28 Oktober 2008 halaman 4). Menggambar, Media Ekspresif si Kecil Jika berbicara mengenai dunia anak, kita melihat dunia yang penuh dengan imajinasi alami. Tidak hanya imajinasi, tetapi juga rasa ingin tahu yang tinggi, ingin berintekrasi dengan lingkungan sekitar dan daya kreatiitas si kecil. Salah satu media yang tepat untuk mengungkapkan imajnasi anak Anda, adalah dengan menggambar. Pilihannya adalah menggambar karena aktivitas ini membantu pengembangan otak anak. Jika yang diajarkan melulu ilmu eksakta, yang tentu saja memengaruhi otak kiri si kecil, maka akan cenderung mengakibatkan si anak menjadi lebi egois, dan kurang bersosialisasi. Pengembangan otak kanan penting dan diperlukan, karena dapat mendorong anak untuk lebih bersosialisasi, berempati dengan orang lain, juga meningkatkan ekspresinya. Menggambar dapat memberikan kesempatan pada anak untuk peka terhadap lingkungan sekitar sejalan dengan situasi dan obyek yang mereka tuangkan di atas kertas. Boleh dikatakan, menggambar adalah media yang paling ekspresikan, karenasi kecil secara langsung dapat menuangkan imajinasinya berupa ekspresi gagasan dari dalam dirinya. Orangtua dan para pendidik mesti menciptakan atmosfer yang mendukung kegiatan menggambarkan si anak. Caranya seperti memberi kata-kata positif pada anak. Sebaliknya kita mengungkapkan pujian secara detail pada anak agar anak merasa karyanya diperhatikan dan dihargai. Dengan begitu, anak menjadi semakin berani mengeksprsikan pemikirannya ke dalam bentuk gambar. Kemudian, hindari mengarahkan anak dengan cara menggambar yang sudah biasa. Biarkan mereka menggambar sesuai imajinasinya, agar mendapat ciri khas hasil karyanya yang akan berbeda dengan anak lainnya. Selain itu, hindari pula mencela gambar anak karena kurang bagus dai sudut pandang kita. Jika memang ambar tersebut sangat berbeda dengan gambar seharusnya, kita dapat mengarahkannya tanpa harus mencelanya. Kita dapat memberikan panduan dan arahan kepada mereka. Dan, terakhir, sekali-kali, ajaklah anak Anda ke taman atau tempat di luar ruangan lainnya ebagai tempat mengambar. Hal ini akan membantu anak-anak untk meningkatkan imajinasinya dengan mendekatkan dia dengan obyek dan suasana nyata yang akan digambar.



Nama



Tgl



Komentar



Saran Tindakan



Hikam



20/03



Tidak memahami informasi



Elis



20/03



Dapat memprediksi Tidak ada peristiwa dalam cerita



urutan Bekerja tertentu



dengan



urutan



Dst. Format di atas digunakan setiap minggu. Pada setiap akhir minggu, guru dapat mengetahui siswa nama yang belum teramati, sehingga kegiatan pengamatan berikutnya difokuskan pada siswa yang belum diamati. Pengamatan Terstruktur Kemahirwacanaan Untuk dapat memantau pemahaman tentang materi bacaan, mengukur keterampilan atau perangkat keterampilan diperliukan instrumen dalam bentuk format/ceklis. Guru dapat memfokuskan pada keseluruhan aspek pemahaman atau pada aspek-aspek tertentu saja. Berikut disajikan contoh ceklis pengamatan. Ceklis Pengamatan Tahap Kemahirwacanaan Tingkat Awal Dan Lancar Keterampilan Membaca Pemahaman Nama Murid Nama Penguji



: .......................................... Kelas : .......................................... Peng. I (.....) No. Aspek yang diamati Baik Kurang I. Pemahaman Literal 1 2 3 4 5 6 7 8



Menyatakan ide pokok Mengingat rincian Mengingat rincian peristiwa Mengingat hubungan sebab-akibat Mengenali latar dalam cerita narasi Mengingat perbandingan/kontras Mengingat cerita dengan tepat Memberikan karakter pokok



Peng. I (.....) Baik Kurang



54



II. Pemahaman Inferensial 1 2



Menyimpulkan ide pokok bacaan Menggambarkan kesimpulan /generalisasi 3 Menafsirkan bahasa figuratif 4 Meramalkan hasil, hipotesis 5 Menafsirkan gambar dan ilustrasi 6 Mengidentifikasi ciri watak dalam cerita 7 Mengenali suasana (mood) dalam cerita 8 Menentukan makna kata dalam konteks 9 Merangkum peristiwa atau butir-butir pokok 10 Melukiskan pengetahuan terdahulu III. Pemahaman Kritis 1 2 3 4



Membedakan fantasi dan fakta Membedakan fakta dan opini Menilai motif dan tindakan Menilai tulisan berdasarkan citarasa personal 5 Mempertanyakan informasi faktual IV. Merespon Karya Sastra 1 2 3 4 5



Mengembangkan sendiri akhir sebuah cerita Menulis kembali cerita dengan menggunakan pola bahasa yang sama Mendramatisasikan bagian cerita Membuat tampilan audio-visual sebua cerita Mengembangkan peta semantis sebuah kata



Penafsiran dan saran ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ______ Misalkan kegiatan pengamatan dilakukan pada 20 April 1998 dan 26 April 1998. Pada pengamatan pertama prilaku mambaca bersuarayang dilakukan Hikam ditandai dengan pemparafrasean yang kurang tepat, kurang lancar, dan tanpa ekspresi. Hikam juga tidak menghiraukan tanda baca. Hikam tidak bisa memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya sendiri. Dia juga mengganti kata dengan kata yang lain dengan makna yang serupa, padahal artinya dalam konteks berbeda. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk



235



Banyak orang mengabaikan saran para ahli kesehatan agar memenuhi kecukupan cairan untuk tubuh. Padahal sungguh berbahaya jika tubuh sampai mengalami dehidrasi yang kerap tak kita sadari. Cairan yang mudah diserap tubuh segera untuk menggantikan cairan yang hilang itulah yang diperlukan demi menghindari dehidrasi. Idialnya kita perlumengonsumsi cairan sebanyak dua liter hingga 2,5 liter pada aktivitas normal. Cairan dalam hal ini, tidak hanya air putih saja tapi cairan dalam sumber meski yang utama tetap air putih. Pada manusia dalam kondisi sehat, tubuhnya akan mengeluarkan caira setiap hari. Pengeluaran cairan tersebut melalui keringat, urin, saat buang air besar, dan bahkan menenkur ketika tidur. Saat tidur tubuh kita mengeluarkan cairan minimal 500 cc dan bisa lebih banyak ketika udara gerah. Bayangkan jika kita tidak mencukupi kebutuhan cairan dalam tubuh dengan segera padahal komposisi cairan dalam tubuh kita sebesar 60 persen. Maka kita akan mengalami dehidrasi atau kondisi kekurangan cairan yang jika dibiarkan akan sangat berbahaya dan mengganggu keseimbangan tubuh. Padahal gejala dehidrasi tak selalu ditandai dengan munculnya rasa haus. Andriyanto, SH. Mkes, konsultan gizi dari Akademi Gizi (Akzi) Surabaya, mengatakan meski air putih tetap yang utama disarankan untuk dikonsumsi setiap hari dalam jumlah cukup, sumber-sumber pemenuhan kebutuhan cairan lainnya tetap perlu. Kenyataannya, tak banyak dari kita yang bisa memenuhi jumlah ideal konsumsi air putih yang disarankan. “Nyatanya jika kita minum air putih dalam jumlah banyak pasti menimbulkan rasa mual dan itu akan membuat kita jadi malas mengonsumsi air putih banyak-banyak. Nah, akan berbahaya jika konsumsi air putih kurang tapi kita tidak berusaha menggantinya dari sumber lain,” tegas Andriyanto saat menjadi pembicara dalam seminar bertema Minuman Isotonik dan Kesehatan oleh Persagi (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) dan PT. Amerta Indah Otsuka di Hotel Santika, Sabtu (25/10) lalu. Menurut Andriyanto, tubuh yang mengalami dehidrasi bisa dideteksi dari beberapa gejala, seperti stres, pusing, tubuh lemah, mudah marah, dan timbul rasa haus. Dalam tubuh sendiri sebenarnya ada sensor yang bekerja alami, misalnya jika kita kurang makan atau belum makan maka timbul rasa lapar. Begitupun jika tubuh kekurangan cairan maka akan timbul rasa haus. Hanya kadang, sensor alami tidak bekerja baik dan kerap mengabaikannya, terutama di usia 50 tahun ke atas. Bisa juga dialami pada mereka yang banyak berdiam dalam ruangan berpendingan bisanya sensor haus pada tubuh rendah sehingga meski kita kurang minum rasa haus tidak terasa yan berbeda jika kita banyak beraktivitas di lapangan dan di bawah terik matahari. Mengetahui apakah tubuh mengalami dehidrasi atau tidak bisa juga dari alat deteksi khusus untuk dehidrasi. Alat ini berupa kertas indikator yang di dalamnya terdapat tingkatan warna urin sebagai penanda yang ditunjukkan dengan angka. Pada angka satu hingga tiga menunjukkan warna bening hingga agak kekuningan (kuning keputihan) yang berarti tubuh tidak mengalami dehidrasi, tapi jika menunjukkan angka empat hingga tujuh, berarti tanda tubuh sudah mengalami dehidrasi. Bahkan jika warna urin berada di angka tujuh yang berwarna paling pekat, itu pertanda di dalam tubuh terdapat infeksi dan sudah termasuk kategori berbahaya. Bahaya dari dehidrasi bisa menimbulkan kondisi darah mengental. Jika darah sudah mengental, maka kemampuan otak mengasup cairan juga melemah, dan bahkan bisa menjadi pemicu stroke. Kita tidak ingin hal itu terjadi bukan. (Surya, Selasa, 28 Oktober 2008 halaman 4).. . . Tak Meninggalkan Endapan Lantas cairan yang bagaimanakah yang bagus untuk tubuh selain air putih? Andriyanto menjelaskan, cairan atau minuman yang tidak mengandung pengendapan adalah yang bagus untuk tubuh dan bisa diserap langsung oleh tubuh. Kopi dan teh adalah jenis minuman yang meninggalkan endapan sehingga sebaiknya dibatasi konsumsinya sedangkan air putih memang tidak meninggalkan endapan tapi proses penyerapan oleh tubuh membutuhkan waktu. Saat itulah diperlukan peranan minuman isotonik yang lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan air putih. Buku Kategori Pangan BPOM RI 2006 menyebutkan, minuman isotonik adalah minuman formulasi yang ditujukan untuk menggantikan cairan, karbohidrat, elektrolit, dan mineral tubuh, dengan cepat. Kriteria minuman isotonik adalah tingkat osmolaritas sebesar 250-340 mOsm/L, ber-ph tak lebih dari empat, gula tidak kurang dari lima persen, mengandung natrium 800-1000 mg/L dan kalium 125-175 mg/L. “Minuman isotonik bagus untuk tubuh karena komposisinya yang dibuat sesuai dengan komposisi tubuh dengan kation dan amion seimbang. Kita tidak bisa mengandalkan hanya air putih biasa terlebih yang berkualitas rendah dan dimasak dengan cara yang belum tentu benar,” tegas Andri, sapaannya, yang juga



234



55



Impor kita per tahun meliputi kedelai (1,2 juta ton), gandum (5 juta ton), kacang tanah (800.000 ton), kacang hijau (300.000 ton), gaplek (900.000 ton), sapi (600.000 ekor), dan susu (964.000 ton atau 70 persen). Ini adalah suatu pertanda bahwa sistem pertanian kita tidak sehat. Terjadi pembiaran terhadap eksistensi sektor pertanian, sementara faktor lingkungan makro telah mengancam eksistensi sektor pertanian dalam negeri. Kompas, Rabu, 26 November 2008 halaman 7).



menentukan strategi dan level kemampuan membacayang dimiliki Hikam. Dalam observasi kedua, Hikam mulai memperhatikan tanda baca, dan ada peningkatan dalam hal pemparafrasean. Keterampilan Hikam dalam mengidentifikasi kata tergolong baik. Dia juga tampak menerapkan prinsip fonemik untuk membaca kata yang tak dikenalinya. Pada pengamatan yang pertama, Hikam menggunakan unsur konteks untuk memahami kata yang tidak dikenalinya, sehingga dia melakukan penggantian kata dengan kata lain yang sejenis. Hal ini merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki Hikam. Tetapi dalam kegiatan membaca tak bersuara, Hikam seringkali tidak tetap dalam tugas yang dikerjakan dan sering kali meminta bantunan guru. Prilaku ini tidak mengalami perkembangan sampai dengan pengamatan yang kedua. Guru perlu berupaya untuk menjadikan Hikam sebagai pembaca independen dan lebih banyak memberikan kesempatan untuk berlatih membaca tak bersuara dengan menggunakan materi bacaan yang menarik. Wawancara Tujuan pemanfaatan wawancara adalah untuk menyamakan persepsi murid, sebab seringkali muncul perbedaan antara persepsi guru dan murid sehubungan dengan kegiatan membaca. Respon murid terhadap wawancara dapat membangkitkan minat baca anak terhadap kegiatan membaca, penggunaan strategi dalam membaca, dan penilain terhadap dirinya sendiri. Wawancara dilakukan dalam situasi informal. Jangan lakukan wawancara seperti mengerjakan tes. Guru perlu mengembangkan rasa saling percaya dengan murid. Tanpa rasa saling percaya, data yang diperoleh melalui wawancaa dapat menyesatkan. Guru harus bertindak objektif dalam wawancara. Guru dapat memusatkan perhatiannya pada sikap anak terhadap sekolah, kebiasaan membaca, strategi membaca yang digunakan. Untuk itu, guru perlu menyiapkan seperangkat pertanyaan sebagai pemandu kegiatan wawancara. Berikut dikemukakan contoh wawancara-wawancara dengan anak kelas 4 SD yang diduga mengalami kesulitan belajar. Jumlah pertanyaan dapat ditambah, tetapi jangan sampai menjadikan wawancara terlalu banyak memakan waktu. Perlu diberikan penekanan pada kejelasan respon murid sehubungan dengan isi pertanyaan yang akan diajukan. Untuk itu guru diharapkan untuk menggunakan berbagai strategi bertanya yang sesuai kondisi anak. Perlu diingat bahwa tujuan wawancara aadalah untuk belajar dari anak, untuk memperoleh informasi tentang dunia anak dalam membaca. Nama : Agustina Usia : 9 tahun Tanggal : 20 April 1998 Sekolah : SDN Kauman I Pewawancara : Eni (1). Apakah kamu suka membaca Ya_____ Tidak _____ Ya : Mengapa kamu suka membaca Tidak : Mengapa kamu tidak suka membaca? Sebab itu kegiatan membasankan. Cerita itu membosankan. (2). Apakah kamu seorang pembaca yang baik? Ya : Mengapa kamu berpikir demikian? Saya dapat membaca huruf. Membaca itu urusan mudah Tidak : bagian mana yang kamu anggap sulit dalam membaca (3). Sewaktu kamu membaca cerita kancil, apa yang pertama kali kamu kerjakan? Saya mulai membaca halaman pertama. Kadang-kadang saya melihat gambargambarnya sebelum saya membacanya



Rumah Sakit Sistem Keselamatan Pasien Belum Berjalan Untuk mengantisipasi liberalisasi sektor pelayanan kesehatan, sistem keselamatan pasien perlu diterapkan di seiap rumah sakit. Sayangnya, sejak dikembangkan tahun 2005, baru sekitar 20 persen dari 1.292 rumah sakit di Indonesia yang menerapkannya. Untuk itu, menurut Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Adib Abdullah Yahya, dalam seminar yang diprakarsai Ikatan Rumah Sakit Jakarta Metropolitan, Selasa (2/12/), di Jakarta, sosialisasi sistem keselamatan pasien dan perubahan budaya manajemen RS harus terus dilakukan. Keselamatan pasien rumah sakit KPRS) merupakan sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk identifikasi dan pengelolaan hal yang terkait risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera. Ketua Komite Keselamatan Pasien RS Nico A Lumenta K Nefro mengatakan. RS merupakan institusi dengan kerumitan padat, sehingga kejadian tidak diharapkan mudah terjadi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan, hal itu merupakan masalah sistem yang serius. Penyebab paling umum kesalahan medik adalah kegagalan komunikasi antarstaf, antartim layanan dengan pekerja nonklinis, serta antarstaf medik dengan pasien. Penyebab lain adalah arus informasi RS tidak adekuat, masalah terkait sumbr daya manusia di antaranya gagal mengikuti standar prosedur operasional dan lemahnya pengawasan . Kesalahan medik juga bisa terjadi karena kurangnya transfer pengetahuan di RS, dan hal-hal terkait pasien seperti identifikas tidak tepat. “Penyebab lain adalah kegagalan teknis seperti tidak berfungsinya pompa infus dan monitor, serta kebijakan dan prosedur tidak adekuat,” ujarnya. Untuk tu, perlu ada paradigma baru keselamatan pasien di antaranya keterbukaan, pelaporan insiden, analisis dan belajar, mengembangkan komunikasi dengan pasien. “Manfaat sistem keselamatan pasien adalah komunikasi dengan pasien berkembang, risiko klinis menurun, keluhan berkurang, serta mutu pelayanan dan citra rumah sakit meningkat,”ata Nico. Kompas, Riset Kesehatan Dasar Stroke Penyebab Utama Kematian di Perkotaan Stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di wilayah perkotaan. Jumlahnya mencapai 15,9 persen dari proporsi penyebab kematian di Indonesia. Adapun tuberkulosis menjadi penyebab kematian tertinggi di perdesaan dengan proporsi 12,3 persen, disusul stroke di peringkat dua dengan proporsi 11,5 persen. “Itu data dari hasil Riset Kesehatan Dasar 2007. Data akurat yang kami miliki ini adalah sesuatu yang mewah. Biaya risetnya Rp 120 miliar. Untuk bupati an wali kota bisa mendapatkan Data Riset Kesehatan Dasar ini secara gratis sehingga bisa membuat program yang lebih menukik demi kesehatan masyarakat,” kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam Simposium Nasional IV Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan di Jakarta, Selasa (2/12). Stroke menjadi penyebab kematian trtinggi karena penyakit tersebut terkait erat dengan gaya hidup seseorang, seperti pola makan dan kebiasaan berolahraga. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama pada awal Agustus 2007 sampai dengan Januari 2008 di 28 provinsi. Tahap kedua pada Agustus – September 2008 di lima provinsi: Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Balitbangkes mengarahkan .619 enumerator, 502 peneliti Balitbangkes, 186 dosen Politeknik Kesehatan, serta jajaran pemerintahan kabupaten/kota. Dari 33 provinsi Data dasar kesehatan dihimpun dari 33 provinsi dan 440 Isotonik pelengkap Cairan Tubuh



56



(4). Apa yang kamu kerjakan sewaktu kamu menjumpai kata yang tidak tahu maknanya? Saya menanyakan kepada orang lain (guru) Apakah kamu mengerjakan hal lain? Tidak (5). Apa yang kamu lakukan jika kamu tidak memahami apa yang kamu baca? Membacanya kembali a(adakah hal lain yang kamu kerjakan?). tidak. Saya dapat memahami beberapa waktu kemudian. (6). Pernahkah kamu membaca untuk hiburan Tidak Ya, apa yang kamu baca. (7). Pernahkah kamu membaca bacaan yang isinya tidak kamu sukai? Bacaan apakah itu? (8). Adakah buku atau buku cerita terbaik yang pernah kamu baca? (9). Belajar apa yang kamu sukai yang dapat menjadikan dirimu menjadi pembaca yang baik? (10). Membaca itu apa, sih? (11). Dapatkah kamu membaca tanpa buku? (12). Mengapa manusia membaca? Mengapa kamu membaca? Penafsiran dan Rekomendasi Anak ini tidak suka membaca di sekolah. Dia merasa yakin bahwa pembaca yang baik adalah seperti yang diinginkan oleh gurunya. Strategi membaca yang dimiliki sangat vterbatas. Dia menyatakan bahwa jika dia tidak mengetahui makna suatu kata, dia akan menanyakan kepada orang lain; dan jika dia tidak memahami suatu bacaan, dia akan membaca ulang bacaan tersebut. Fakta ini juga didukung dari hasil pengamatan. Dia mengalami kesulitan dalam menulis paragraf, dan berpandangan bahwa bagaimana cara menulis paragrafmerupakan langka terbaik untuk belajar membaca, tetapi tidak secara teratur menggunakan strategi membaca. Oleh sebab itu guru perlu membekalinya dengan berbagai strategi membaca. Pengajaran harus difokuskan pada upaya peningkatan minat baca dan menambahkan berbagai strategi membaca secara menyeluruh. Evaluasi Strategi Pemahaman Ada beberapa aspek yang tidak dapat dievaluasi dengan menggunakan tes standar maupun inventori membaca. Tes standar dan inventori cocok digunakan untuk memperkirakan kemampuan siswa menguasai buku teks yang digunakan di kelas. Jika guru ingin mengevaluasi pengetahuan siswa tentang struktur teks, pengetahuan umum, pengetahuan bahasa, dan kemampuan meramalkan, maka diperlukan strategi asesmen yang lain. Combs (1996) menyatakan bahwa pengukuran proses berupaya memahami dan mengukur pemahaman yang terjadi dalam diri pembaca. Oleh sebab itu, guru membutuhkan beberapa pendekatan interaktif untuk mengukur strategi pemahaman. Inventori Isi Bacaan Inventori isi bacaan (IIB) merupakan teknik asesmen informal yang menyiapkan informasi tentang pengetahuan anak mengenai bagian-bagian buku, piranti referensi, kosakata, dan pemahaman materi teks. Alat ini mudah di susun, diadministrasikan, dan disekor. Kelebihan alat ini terletak pada kemampuan murid dalam membaca diukur berdasarkan teks yang digunakan di kelas tinggi sekolah dasar.



233



*Skala 1 – 5 (5 tertinggi) Tabel Hasil Survei NACE USA Mengenai Kualitas Lulusan Perguruan Tinggi Yang Diharapkan Dunia Kerja Terlepas dari apakah Anda ingin bekerja pada orang lain atau membuka usaha sendiri, soft skill akan sangat berguna. Lagipula siapa sih yang akan bertanya pada Anda mengenai solusi integral lipat tiga seperti yang dipelajari dalam kalkulus? Kecuali Anda menjadi staf pengajar, besar kemungkinan Anda tidak akan menemui hal-hal semacam itu. Apapun pekerjaan yang Anda geluti kelak, sedikit atau banyak, Anda harus belajar lagi mengenai halhal yang berhubungan dengan pekerjaan. Bahkan, sejumlah perusahaan menyediakan masa training untuk mengajari karyawannya mulai dari hal yang sangat mendasar. Itulah mengapa banyak orang yang bekerja tidak sesuai dengan bidang studi yang dulu dipelajarinya. Bila Anda ingin membuka usaha sendiri pun, banyak sekali hal yang harus Anda pelajari dari dasar. Dari kualitas-kualitas yang disebutkan pada table di atas, mana sajakah yang dilatih dalam perkuliahan? Hampir tidak ada? Sebetulnya tidak juga. Bila diperhatikan lebih lanjut, ada beberapa kualitas yang secara langsung maupun tidak langsung, terbentuk melalui perkuliahan. Misalnya, saja kemampuan berkomunikasi dapat dilatih dengan berbagai presentasi pada matakuliah tingkat akhir. Atau kemampuan computer yang memang diasah lewat praktikum matakuliah tertentu. Akan tetapi tak dapat dipungkiri bahwa sejumlah kualitas lain yang memang cenderung tidak terfasilitasi dalam kurikulum akademik. Misalnya saja, seorang mahasiswa bias saja tidak ramah tetapi memiliki IP 4. Untuk mengasah berbagai soft skill, idealnya seorang mahasiswa memiliki kehidupan yang seimbang antara aktivitas akademik dan non akademik. Dengan demikian, ketika lulus kuliah, yang diperoleh bukan sekadar gelar saja, tetapi peningkatan kualitas diri sehingga memiliki daya saing ketika terjun ke dunia nyata. Selain itu, walau tak berwujud, perusahaan memerlukan bukti nyata bahwa Anda memiliki soft skill tersebut. Mana yang lebih meyakinkan Anda sekadar mengklaim diri sebagai komunikator yang baik tanpa bukti, atau Anda mencantumkan sejumlah pengalaman presentasi dalam seminar nasional dan internasional? Sebagian orang mengatakan bahwa mereka membiarkan hidup mereka mengalir seperti air. Termasuk mengenai masa-masa kuliah. Tapi Anda bukan air, untuk menjadikan masa kuliah sebagai investasi masa depan, Anda memerlukan tujuan dan perencanaan yang jelas. Soft skill dapat terbentuk secara tidak sadar, namun hasilnya mungkin ala kadarnya juga. Jika Anda sadar bahwa aktivitas akademik dan non akademik dapat menjadi ajang pembentukan diri, maka Anda juga akan lebih termotivasi dan lebih memaknai hidup. Manurut Patrick S. O’Brien dalam bukunya “Making College Count”, berbagai soft skill penting dapat dikategorikan ke dalam 7 area yang disebut Winning Characteristics. Dengan sedikit modifikasi, ketujuh area tersebut membentuk akronim CLLEGE, yakni: 1. Communication Skill 2. Organizational Skill 3. Leadership 4. Logic 5. Effort 6. Group Skill 7. Ethics Penjabaran soft skill dalam buku ini akan menggunakan kerangka akronim CLLEGE tersebut. Dalam buku ini akan diuraikan mengenai berbagai langkah yang dapat membantu menjadikan masa kuliah sebagai investasi yang luar biasa. Tiap bagian terdiri dari sejumlah bab yang dilengakpi dengan contoh kasusu, tips dan latihan. Namun tentu saja, bila tidak diterapkan, apa yang dijelaskan dalam buku ini tidak akan banyak membawa manfaat. Oleh karena itu, selamat mencoba!



Menyehatkan Pertanian Kita Thailand, negara yang topografi dan kesuburannya kalah jauh dari Indonesia, mampu membangun branding sebagai produsen buah tropis berkelas dunia. Kita adalah negeri agraris yang menjadi pengimpor produk pertanian terbesar di dunia.



232



57



sebanyak puluhan juta hektar. Di Kalimantan ada sekitar 53 juta hektar hutan pada tahun 1995, tetapi tahun 1997 tinggal sekitar 33 juta hektar. Begitupun di Sumatera. Pada tahun 1945 luas hutannya mencapai sekitar 48 juta hektar dan tahun 1997 tinggal 18 juta hektar. Tahun 1945 Irian Jaya memiliki sekitar 42 juta hektar hutan dan tahun 1997 tinggal 35 juta hektar. Sulawesi memiliki sekitar 20 juta hektar hutan (1945) dan tinggal sekitar 10 juta hektar (1997). Jawa dari sekitar 12 juta hektar (1945) tinggal sekitar 2 juta hektar (1997). Dr. CGGJ van Steenis pada kata pengantar buku Flora untuk Sekolah di Indonesia yang diterbitkan tahun 1975 menulis bahwa buku tersebut lahir dalam keadaan darurat. Ia mengatakan, sejak adanya pendidikan tinggi di Indonesia, tetapi kondisi keilmuan botani tidak beranjak dari 40 tahun lalu. Di dalam buku tersebut ia memperkenalkan jenis-jenis tanaman peneduh jalan, taman, kebun, halaman rumah di desa, di sekitar rumpun bambu, sawah tegalan, taman pemakaman, padang rumput dan hutan paku, rimba semak, di sekitar tempat sampah, rawa, kolam ikan tawar dan laut, di pantai pasir atau di atas pepohonan lain. Ada cerita kecil yang dituturkan oleh Steenis dalam bukunya bahwa alang-alang merupakan petunjuk bahwa tanah dalam keadaan sedang baik, Alang-alang tahan pembakaran. Karena sifatnya itu bahkan ada peribahasa abu dari lapangan rumput belum mendingin, akar alang-alang di dalam tanah sudah mengeluarkan tunas baru. Buku ilmiah tersebut juga menjelaskan tentang akasia. Pohon ini memiliki bonggol yang berbau enak dan biasa dijadikan parfum. Polong mudanya menghasilkan lem. Andai saja pelajaran di sekolah masih seperti ini, mungkin bangsa ini lebih mampu menjadi sahabat pohon, juga hutan-hutannya.



Ada tiga bagian pokok dari IIB ini: (1) penggunaan bagian buku dan piranti belajar (2) pengetahuan kosa kata, dan (3) pemahaman. Rinciannya dapat dikemukahkan sebagi berikut. I. Buku teks/piranti belajar A. Menggunakan bagian buku (daftar isi, indeks, glosarry, grafik, bagian pendahuluan, rangkuman, appendix, dsb.) B. Menggunakan referen (kartu katalog, ensiklopedi, atlas, dsb.) II. Pengetahuan kosa kata A. Mengingat makna kata B. Menggunakan konteks untuk menentukan makna kata III. Pemahaman A. Makna literal B. Makan inferensial C. Organisasi pesan



Pernah berpikir tidak, apa sih yang sebetulnya membuat seseorang itu sukses di dunia nyata? Indeks Prestasi (IP) nyaris 4? Wajah menarik? Keberuntungan? Calon mertua pengusaha terkenal? Menurut survey yang diterbitkan National Association of Colleges and Employyers (NACE) pada tahun 2002 di Amerika Serikat, dari hasil jajak pendapat pada 457 pengusaha, diperoleh kesimpulan bahwa IP hanyalah nomor 17 dari 20 kualitas yang dianggap penting dari seorang lulusan universitas. Kualitas yang duduk di peringkat atas justru hal-hal yang kadang dianggap sekedar basa-basi ketika tertulis di iklan lowongan kerja. Misalnya, kemampuan berkomunikasi, integritas dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Kualitas-kualitas yang tidak terlihat wujudnya (intangible) namun sangat diperlukan ini, disebut juga soft skill. Selengkapnya mengenai hasil survey tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.



Kualitas Kemampuan berkomunikasi Kejujuran/Integrasi Kemampuan bekerja sama Kemampuan interpersonal Etos kerja yang baik Memiliki motivasi/berinisiatif Mampu beradaptasi Kemampuan analitikal Kemampuan komputer Kemampuan berorganisasi Berorientasi pada detail Kemampuan memimpin Percaya diri Berkepribadian ramah Sopan/beretika Bijaksana IP ≥ 3,0 Kreatif humoris Kemampuan entrepreneurship



Skor* 4,69 4,59 4,54 4,05 4,46 4,42 4,41 4,36 4,21 4,05 4,00 3,97 3,95 3,85 3,82 3,75 3,68 3,59 3,25 3,23



Panjang IIB sebaiknya berkisar antara 20 s.d. 25 butir. Penentuan panjang pendeknya IIB didasarkan pada usia dan kemampuan anak dalam membaca. Dalam menyusun IIB, guru dapat mengutip 3 atau 4 halaman dari sebuah buku yangbbelum dibaca siswa. Pengadministrasiannya dilakukan dengan cara: guru membacakan pertanyaan secara lisan kepada siswa sebelum meeka memulai membaca. Murid diberitahu bahwa hasil tes tersebut digunakan untuk merancang pengajaran. Suasana kelas dirancang sesantai dan seakrab mungkin. IIB dapat dilaksanakan satu atau dua pertemuan. Jika dilaksanakan dalam 2 pertemuan, bagian I disajikan dalam pertemuan petama, bagia II dan III disajikan pada pertemuan yang ke dua. Penyekoran IIB dilakukan dengan cara menghitung jumlah jawaban benar dibagi dengan total jumlah jawaban benar. Penentuan kemampuan siswa dalam memca teks dilakukan dengan menggunakan kiteria berikut. Presentase jawaban benar kesulitan teks 86 – 100% Sangat mudah 64 – 85% Sesuai untuk pengajaran > 64% terlalu sulit Jika teks terlalu sulit untuk sebagian besar anak, guru pelu memberikan penekanan pada aspek kosakata dan penjelasan latar belakang isi bacaan sebelum pelajaran dimulai. Contoh IIB (untuk kelas 4) I. Buku teks/piranti belajar Petunjuk: Gunakan buku teks atau pengetahuan yang kamu miliki, jawab pertanyaan berikut pada lembar yang telah disiapkan. A. Bagian buku 1. Di mana informasi tentang masyarakat dapat diperoleh? 2. Apa topik yang terdapat dalam buku tersebut? Dari mana kamu mendapat informasi? 3. Apa yang dibahasa dalam bab 3?



58



231



4. Gunakan glosari untuk membuat defenisi tentang baik? B. Menggunakan referensi 5. Piranti pustaka apa yang dapat membantu kamu memahami kota Jakarta? 6. Sewaktu kamu menjelaskan kepada temanmu di kelas tentang pemerintahan, apaka h ensiklopedi membantu? Mengapa? 7. Misalkan kamu akan menjelaskan perjalanan hidup Bung Karno, piranti apa yang dapat membantumu?



Namun, saat menyampaikan itu sejmlah pendemo berteriak kurang mendengar dan tak jelas akhirnya Duta Besar Dato Zainal Abidin Zain naik ke atas kap kenderaan petugas. “Saya jelaskan lagi, pemerintah Kerajaan Malaysia tak pernah mengklaim tarian Seni Reog asli dari Malaysia. Namun sekitar 150 tahun lalu orang Jawa membawa kebudayaan itu ke Malaysia,” ujarnya. Setelah mendapatkan tersebut sejumlah pendemo secara berangsur membubarkan diri (Pos Kota, Jumat, 30 Nov 2007).



Petunjuk:



Bacalah bagian dari sebuah buku. Gunakan informasi dari bacaan tersebut untuk menjawab pertanyaan berikut! II. Pengetahuan kosakata 8. Definisikan apa yang dimaksud dengan propinsi Jawa Timur! 9. Apa arti kata metropolitan? 10. Jelaskan makna kota perdagangan! 11. Jelaskan makna kota terbesar kedua dalam kalimat Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia! III. Pemahaman 12. Sebutkan nama-nama kota perdagangan yang ada di Indonesia! 13. Mengapa pemimpin wilayah haru orang yang mengetahui perdagangan? 14. Mengapa orang memerlukan kota perdagangan? 15. Tunjukkan bangunan tertua yang terdapat di kota Surabaya! Inventori Kelompok Bacaan Inventori kelompok bacaan (IKB) dapat digunakan untuk mengenali siswa yang mengalami kesulitan pemahaman terhadap isi bacaan serta untuk memperkirakan tingkat kemampuan siswa dalam membaca. Alat ini sesuai digunakan untuk siswa kelas 3-4 SD. Ada tiga fase kegiatan dalam menggunakan IKB: Pengantar, membaca tak bersuara, dan pengecekan pemahaman. Dalam fase pengantar, guru mengecek pengetahuan siswa sehubungan dengan topik bacaan, dan memperkenalkan kata-kata sulit, serta tujuan membaca. Fase kedua, siswa membaca tak bersuara; guru mengamati kegiatan yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan format yang telah disediakan. Fase ketiga, murid menjawab pertanyaan pemahaman yang diajukan oleh guru dan mendiskusikannya. Kriteria: 80 – 100% murid tidak mengalami kesulitan dalam memahami teks 65 – 79% murid perlu bantuan dalam memahami teks < 65% murid mengalami kesulitan untuk memahami teks dan perlu teks penunjang Contoh: I. Pendahuluan (pengembangan latar pengetahuan) Suruh siswa memperhatikan gambar yang terdapat dalam bacaan dan ajukan pertanyaan beikut. Apa yang tertuang dalam gambar tersebut!



Pemerintah Tak Ingin Bangsa Lain Mengklaim Departemen kebudayaan dan Pariwisata bersama Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia sepakat melindungi segala karya cipta yang merupakan warisan budaya Indonesia, supaya tidak lagi dklaim milik bangsa lain. Biaya pendaftaran akan dibuat semurah mungkin. “sambil berjalannya proses pencarian bukti pememilikan lagu Rasa Sayange di Jepang, mulai pekan depan seluruh warga daerah di penjuru Tanah Air sudah bisa mendaftarkan karya-karya budayanya ke Departemen Hukum dan Hak asasi Manusia,” kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Selasa (23/10/07), seusai menandatangani nota kesepahaman tentang Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Kekayaan Intelektual Ekspresi Budaya Warisan Tradisional Milik Bangsa Indonesia. Penandatangan nota kesepahaman dilakukan oleh Menbudpar Jero Wacik serta Menhuk dan HAM Andi Mattalatta di Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta. Adapun karya budaya yang dimaksud bukanlah hanya berupa lagu-lagu daerah, tetapi juga tariantarian, upacara tradisional, busana khas daerah, hingga makanan khas daerah. Menbudpar mengakui, persiapan penandatanganan nota kesepahaman ini dilakukan sangat cepat setelah karya lagu Rasa Sayange, yang diyakini milik bangsa Indonesia, kini digunakan untuk jingle promosi pariwisata Malaysia (Kompas, Rabu, 24-10-07:12). Lingkungan Pohon (Bukan) Sahabat Kita Tak kenal, maka tak saying. Pepatah ini sepertinya berlaku untuk Bangsa Indonesia terhadap hutannya.



Saat tengah merayakan hari ulang tahunnya ke-60 beberapa waktu lalu, pencipta lagu flamboyan, Iwan Abdulrahman (60), bercerita tentang banyaknya orang yang mengatakan pohon flamboyan yang menginspirasi Iwan menulis syair Flamboyan saat dirinya muda sudah ditebang. Padahal, menurut Iwan, hingga tahun 2007 pohon-pohon flamboyan di Jalan Cipto Kota Bandung, masih berdiri. Bahkan, jumlahnya masih sama. Ini mungkin gambaran yang palingnya betapa orang tak lagi mengenal pepohonan disekelilingnya. Pohon sirsak, rambutan, jambu, mangga, atau jeruk mungkin masih dikenal banyak orang. Tetapi tahukah Anda nama-nama pohon di jalan menuju rumah, kantor, atau sekolah Anda? “Iya, ya … saya tak tahu semua pohon di dekat saya ini,” kata Selvi Diana (17) sambil melihat-lihat sekelilingnya. Siswi kelas III SMA Persatuan Guru Islam Indonesia (PGII) I, Kota Bandung, tersebut tengah duduk-duduk di Taman Cilaki, Rabu (12/12/07) siang. Mereka bermain-main di taman tersebut untuk melepaskan ketegangan setelah mengikuti ujian akhir semester. Mata Selvi kembali mengitari taman. Tetapi ia belum juga menemukan jawabannya. “Saya paling sebal kalau lihat berita tentang ditebangi atau di pinggir jalan tidak ada pohon. Tetapi ternyata saya sendiri tidak kenal pohon-pohon itu. Habis, di sekolah tidak diajarkan untuk mengenal pepohonan,” kata Selvi. Di bawah rindangnya pepohonan Taman Cilaki, Selvi dan teman-temannya berteduh serta menikmati kesejukan kota. Udara di taman ini segar membuat pikiran jadi segar,” kata Siti Fatimah, taman Selvi. Tetapi, Siti juga mengaku hanya kenal satu dari puluhan jenis tanaman di dekatnya. “Yang saya kenal hanya pohon sukun itu,” katanya. Carita Nur Agustin ikut nimbrung. Ia mengaku mengenal jenis pohon-pohon yang biasa di tanam di tengah kota, seperti mahoni dan flamboyan. “Saya sering dengan namanya, tetapi saya tidak tahu bentuk pohon itu seperti apa,” kata Carita. “Seharusnya kami juga diajarkan soal pepohonan di sekolah agar bisa mengenal dan mengetahui manfaatnya dengan lebih baik,” kata Padma, selama sekolah nyaris 12 tahun, yang ia rasakan pelajaran ilmu pengetahuan alam tidak membuatnya mengenal alam di sekelilingnya dengan baik. Apa yang terjadi pada para pelajar tersebut bisa jadi dialami juga oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Tak heran jika berdasarkan data yang disimpan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) sejak tahun 1945 hingga masa reformasi tahun 1997 telah terjadi deforestasi



230



kardiovaskuler, yaitu dengan timbulnya gejala hipertensi, jantung berdebar-debar, keringat berlebihan, serta telapak kaki dan tangan terasa dingin. Sementara pergerakan tubuh juga terganggu, misalnya akibat kram, tangan bergetar, atau tubuh limbung. Stres terutama juga akan berakibat pada gangguan tidur (susah tidur atau tidur tidak nyenyak). Gangguan fisik lainnya akibat stres dapat berupa menurunnya gairah seksual dan flu yang berkepanjangan. Sementara itu, dampak stres terhadap perilaku dapat terlihat dari kebiasaan seperti menggigit kuku atau gagap. Stres juga dapat berdampak kepada mental. Mereka yang mengalami tingkat stres tinggi umumnya lebih sensitif, suasana hatinya tidak baik (bad mood), motivasi menurun, mudah lupa, dan sulit berkonsentrasi. Dampaknya terhadap perilaku, antara lain, sulit tidur, mudah marah-marah, serta hubungan dengan teman dan keluarga terganggu. Akibat lebih lanjut adalah penurunan prestasi dan produktivitas kerja. Singkatnya, akumulasi berbagai dampak buruk stres akan sangat merugikan. Menyadari kerugian yang disebabkan stres, banyak orang menyiasatinya dengan melakukan berbagai hal. Misalnya saja dengan menonton televisi, berdoa atau kegiatan spiritual lainnya, pergi ke tempat hiburan, tidur, membaca, merokok, atau melakukan aktivitas relaksasi seperti yoga. Semuanya sah-sah saja dan sangat tergantung pada kondisi tiap-tiap orang. Lactium Selain berbagai aktivitas tersebut, dewasa ini mulai dikenal pula bahan alami yang diketahui memiliki manfaat membantu meringankan efek stres, yaitu lactium. Pada tahun 2004, Lactium memperoleh penghargaan sebagai Best Innovation pada pameran yang diselenggarakan Health Ingredients Europe (HIE). Ide awal inovasi Lactium muncul dari observasi terhadap perilaku bayi yang tenang setelah meminum susu. Penelitian menemukan bahwa perilaku bayi yang tenang disebabkan oleh kandungan Lactium dalam protein susu. Lactium adalah zat makanan alami dan dapat diserap dengan baik oleh bayi yang sistem pencernaannya belum sempurna. Pada orang dewasa, untuk mendapatkan efek yang sama perlu ditambahkan Lactium. Rantai Lactium akan terbelah-belah karena sistem pencernaan orang dewasa sudah sempurna dan selektif. Lactium juga relatif tidak menimbulkan alergi karena kandungan laksotannya yang rendah, di bawah 0,5 persen. Anda pun dapat memesan Nutrive Rellax di 021 72087070 (khusus area Jabotabek) dan langsung di antar ke rumah Anda. Dengan segala kemudahan yang ditawarkan Nutrive Rellax, hari-hari Anda pun terhindar dari stres dan semakin rileks (Kompas, Selasa, 18 Desember 2007:29).



Ribuan seniman kepung kedubes REOG BUKAN MILIK MALAYSIA Ribuan seniman, praktisi dan pecinta Reog asal Ponorogo tuntut pemerintah memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia, jika tak mencabut dan menjelaskan masalah klaim Seni Reog yang diakui miliknya. Ini untuk menjaga martabat dan kejayaan bangsa Indonesia yang kerap dirongrong pemerintah Malaysia. “Rakyat Indonesia minta ketegasan kepada pemerintah Malaysia secepatnya mencabut pernyataan yang mengakui seni reog milik negaranya,” kata Ketua Gelar Keprihatinan Budaya, H. Yulianto didampingi H. Begug Purnomo Sidi, di depan Kedutaan Besar Malaysia, Jl. Raya Rasuna Said, Kamis (29/11/07). Aksi demo mulai Pk. 10.00 dari Jl. Nyi Ageng Serang, Rasuna Said, membuat kenderaan yang melalui ruas jalan tersebut terjebak macet. Sekitar 235 Singa ukuran besar berjalan beriringan menuju Kedubes Malaysia. Sesampai dipagar kedubes langsung menggelar tarian Reog. Menurut Yulianto, seluruh seniman dan praktisi serta pecinta reog tak akan mundur selangkah pun terhadap kebudayaan asli turun temurun yang ada di Indonesia. “Kalau perlu pemerintah secepatnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia,” katanya.



DIBAWA Sekitar Pk. 11.00, Duta Besar Malaysia Dato Zainal Abidin Zain didampingi sejumlah petugas keamanan setempat mendatangi pendemo dan menjelaskan bahwa pemerintahnya tak pernah mengklaim Tarian Seni Reog.



59



Di mana lokasi gambar tersebut? II. Membaca tak bersuara Berikan bacaan yang telah disiapkan, dan suruh anak membaca bacaan tersebut secara keseluruhan. III. Pengecekan pemahaman Berikan pertanyaan pemahaman kepada siswa dan katakan bahwa jawaban terhadap petanyaan harsus didasarkan dengan teks bacaan dan dituliskan pada lembar kertas yang telah disiapkan IV. Diskusi lanjut Kumpulkan lembar jawaban dari siswa dan diskusikan jawaban siswa dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara. Strategi Mengevaluasi Penggunaan Metakognisi dalam Membaca Pemahaman Metakognisi adalah kemampuan siswa untuk mengetahui bagaimana belajar dan bagaimana mengevaluasi kegiatan belajarnya. Strategi metakognisi dapat dibedakan menjadi 4 tahap/jenis: perencanaan, penggunaan atau penerapan strategi, monitoring, dan evaluasi. Dalam tahap perencanaan, pembaca menganalisis tugas-tugas yang harus dikerjakan. Pertayaan yang memandu tahap ini adalah  Materi bacaan termasuk jenis apa?  Apakah saya mengetahui tentang topik bacaan tersebut?  Apa yang saya harapkan dari kegiatan belajar membaca ini?  Apa tugas atau tujuan saya?  Apa yang akan terjadi dalam cerita ini? Dalam tahap penerapan strategi, pembaca memilih berbagai strategi yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pembaca mungkin memilihmembaca sekilas (skeim) isi bacaan dan mengembangkan seperangkat pertanyaan pemandu, seperti survey, pertanyaan, read, recite, review, (SQ3R). Atau mungkin pembaca menggunakan strategi yang cocok untuk mengenali struktur teks. Dalam tahap monitoring, pembaca memantau proses dan strategi dengan cara merangkum dan mengklarifikasi apa yang mereka baca. Mereka memilih strategi untuk mengatasi kata-kata yang tidak diketahui maknanya, melihat kembali apa yang telah mereka baca, dan memantau pemahamannya. Dalam tahap ini pembaca secara aktif mengecek tingkat pemahamannya dan menggunakan strategi tertentu jika mengalami kegagalan. Setelah kegiatan membaca selesai dilakukan, pembaca masuk pada tahap evaluasi. Dalam tahap ini, ada sejumlah pertanyaan pemandu yang dapat digunakan, yaitu:  Apa yang telah saya pelajari?  Apakah saya telah mengerjakan tugas secara lengkap  Apakah saya sampai pada level memuaskan dalam belajar?



60



 Apa yang harus saya kerjakan agar tetap ingin tahu? Penggunaan strategi metakognisi dapat membantu pembaca untuk mengontrol kegiatan membaca dan prilaku belajarnya. Keterampilan sangat diperlukan untuk mengembangkan diri sebagai pembelajar yang independen dan pembaca yang baik. NO 1.



TINGKAT KEMAMPUAN DASAR



RINCIAN KEMAMPUAN 1. Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana 2. Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya 3. Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana 4. Mampu menjawab pertanyaanpertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana



2.



MENENGAH



1. s/d 4. sda. DASAR 2. Mampu menjawab pertanyaanpertanyaan yang jawabannya terdapat dalam wacana meskipunj diungkapkan dengan kata-kata yang berbeda 3. Mampu menarik inferensi tentang isi wacana



3.



LANJUT



1. s/d 6. sda. MENENGAH 2. Mampu mengenali dan memahami kata-kata dan ungkapanungkapan untuk memahami nuansa sastra 3. Mampu mengenali dan memahami maksud dan pesan penulis sebagai bagian dari pemahaman tentang penulis



229



Investor lokal didorong agar dapat membangun pondok-pondok atau vila-vila dengan corak tradisional. “Turis-turis sebenarnya juga menginginkan kondisi yang alami dan tradisional,” kata Daria. Gubernur Kepulauan Riau Ismet Abdullah menekankan, pemda-pemda harus berupaya membangun infrastruktur di daerah. Insfrastruktur itu disebut orang sebagai the magic of infrastructure. “Justru kalau infrastruktur dibangun, hal itu mengundang investasi masuk dan orang datang. Jadi, jangan menunggu orang datang, baru infrastruktur dibuat,” katanya. Ke depan, pemerintah maupun para pemangku kepentingan di sektor pariwisata seharusnya tidak hanya mengandalkan Bali sebagai daya tarik wisata di Indonesia. Daya tarik wisata dan pusat-pusat wisata berkelas dunia perlu terus dikembangkan ke berbagai daerah, seperti di Kepulauan Riau yang kaya dengan budaya Melayu, wisata bahari, wisata alam, dan wisata religi. Dengan upaya itu, diharapkan jumlah wisatawan dapat bertambah dan devisa pun lebih banyak masuk. Sebagai gambaran, saat ini, jumlah wisatawan di Indonesia cukup memprihatinkan. Data BPS Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, tahun 2006 jumlah turis ke Indonesia hanya 3,98 juta orang dengan perkiraan devisa yang masuk 4,4 miliar dollar AS. Jumlah itu sangat berbeda jauh dibandingkan turis ke Malaysia, di mana pada tahun yang sama tercatat 17,5 juta orang yang berkunjung ke sana dengan perkiraan devisa sebesar 36,27 miliar ringgit Malaysia. Sementara Singapura mampu mendatangkan turis hingga 9,7 juta orang (2006) dengan perkiraan devisa sebesar 12,4 miliar dollar Singapura. Patut dicatat dari total jumlah turis ke Singapura tersebut, jumlah turis terbesar berasal dari Indonesia, yakni 1,92 juta orang. Bangsa Indonesia seharusnya belajar dari Malaysia atau Vietnam yang mampu mempromosikan budaya. Kedua Negara itu gencar mengelola kekayaan budaya menjadi kekuatan ekonomi, khususnya di sektor pariwisata. Slogan pariwisata Malaysia, “truly Asia”, benar-benar dikemas dan diwujudkan. Vietnam juga terus berupaya mempromosika Vietnam sebagai “the hidden cham”. Adapun Singapura dengan slogan pariwisata “uniquely Singapura”-nya. Bagaimana dengan Indonesia? Tahun 2008 pemerintah mencanangkan “Visit Indonesia” dengan target wisatawan 7 juta orang. Pesawat-pesawat pun bahkan diminta untuk mencantumkan tulisan itu di badan pesawat. Melengkapi itu semua, barangkali Indonesia juga perlu mempromosikan dan “menjual” kekayaan budaya dan alam Indonesia yang menakjubkan ini dengan slogan “amazing country”. Mengapa tidak? (Kompas, Selasa, 18 Desember 2007:34).



SOLUSI BARU, MANAJEMEN STRES LEWAT NUTRISI Apa yang melintas dalam pikiran Anda saat terjaga di pagi hari? Daftar tugas yang harus segera diselesaikan? Antrean dan kemacetan sepanjang jalan tol manuju kantor? Atau, si kecil sedang pilek? Memang manusia di mana pun tidak pernah lepas dari persoalan dan hal itu berpotensi menimbulkan stress. Pada dasarnya stress bukanlah penyakit. Stress adalah reaksi alamiah tubuh dan pikiran kita merespon tekanan dan masalah yang dihadapi. Saat seseorang mengalami stres, tubuh mereaksi dengan melepaskan hormon andrenalin dan kortisal. Pelepasan hormon inilah yang menyebabkan tubuh menunjukkan perubahan yang dikenal sebagai gejala stres. Tingkat stres tiap orang tidak sama, tergantung dari besar kecilnya tekanan dan masalah yang dihadapi. Mereka yang hidup di kota kecil, misalnya, tingkat stresnya tidak sebesar yang hidup di kota metropolitan seperti Jakarta. Namun, faktanya, setiap orang pasti mengalami stres – dari yang ringan hingga yang berat. Suka – tidak suka, stres tidak bisa dihindari. Bahkan, dapat dikatakan, stres adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita harus “berdamai” dengan stres. Kita harus berupaya menghadapinya. Dampak stres Hal-hal seperti pekerjaan yang belum selesai, kesulitan keuangan, masalah dalam keluarga, hingga kondisi lingkungan yang tidak bersahabat dapat menjadi faktor pemicu stres. Jika dibiarkan, stres dapat menimbulkan berbagai akibat buruk. Stres dapat berdampak terhadap fisik, psikologis, serta perilaku. Pada fisik, stres dapat mengganggu pencernaan dengan timbulnya rasa mual, lambung perih, mulut kering, serta kurangnya nafsu makan. Sementara terhadap pernapasan stres dapat mengakibatkan sesak napas, serangan asma, dan gangguan tenggorokan. Stress juga dapat menimbulkan gangguan



228



Kurang promosi Salah satu kekayaan budaya di Indonesia adalah budaya melayu. Di Provinsi Kepulauan Riau, seperti Kabupaten Lingga, terdapat beberapa aset budaya. Sebutlah seperti istana Sultan-Sultan Kerajaan RiauLingga, sisa perlengkapan istana kerajaan, dan benteng-benteng pertahanan. Seni tradisi dan budaya Melayu pun tak alang kepalang banyaknya. Tarian dan Nyanyian Melayu, tradisi teater Bangsawan, teater Makyong, orkes Melayu, pencak silat, hingga permainan tradisional, seperti gasing dan layang-layang, niscaya memberi daya tarik yang khas. Sayangnya, keanekaragaman seni tradisi dan budaya itu belum gencar dipromosikan ke dunia pariwisata. Tarian Melayu cenderung hanya ditampilkan pada pembukaan acara-acara untuk menyambut para pejabat. Teater-teater rakyat pun tampil jika ada acara tertentu. Permainan tradisional cenderung menjadi acara tahunan, seperti pada peringatan hari Kemerdekaan RI atau event tertentu untuk proyek APBD. Ibrahim Ahmad, seorang sutradara teater Bangsawan – suatu teater rakyat yang menceritakan kehidupan istana Kerajaan Melaya – mengatakan, teater rakyat seperti Bangsawan memang perlu dilestarikan. Akan tetapi, lanjut Ibrahim, bagaimana teater itu dapat dilestarikan kalau tidak memiliki “nilai jual”. Artinya, teater itu tidak dapat dipromosikan ke dunia pariwisata sehingga mempunyai nilai ekonomis. Pendapatan bagi pemain pun tidak ada. Ibrahim mencontohkan, untuk berlatih saja pemain harus meninggalkan pekerjaan jika mereka bekerja, seperti mencari ikan. “Kalau tidak memiliki nilai jual, bagaimana pemain mau berlatih, mau ikut, dan teater bisa bertahan hidup,” katanya. Oleh karena itu, menurut Ibrahim, upaya mempromosikannya ke dunia pariwisata sangat penting agar jenis tontonan ini dapat lebih sering ditampilkan. Entah itu di hotel-hotel, resor-resor, atau kegiatan pariwisata lainnya. Untuk itu, peran pemerintah – baik Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau maupun Pemerintah Kabupaten Lingga – sangat dibutuhkan. Dengan demikian, seni tradisi itu pun dapat dikenal, dilestarikan, dan pemain pun mendapatkan imbalan. Hal yang sama juga diungkapkan Donny Christopel, manajer sebuah perusahaan perjalanan. Menurut Donny, seni budaya Melayu memang cukup kental dalam keseharian masyarakat Riau – Lingga. Namun, seni budaya belum memiliki nilai jual untuk sektor pariwisata. “kalau saya mau mengajak turis menonton seni dan tradisi Melayu, ke mana mereka harus saya bawa,” kata Donny. Bahkan, menurut dia, Kepulauan Riau, seperti di Batam, pun tidak ada gedung festival atau seni (arts) yang dapat menampilkan paket-paket kegiatan-kegiatan seni. Promosi wisata budaya pun seperti timbul-tenggelam. Padahal, promosi seni tradisi dan budaya sangat penting. Itulah yang dilakukan Malaysia, termasuk Vietnam. Bahkan, Singapura juga membangun tempat-tempat yang identik dengan suatu budaya tertentu, misalnya China Town, Little India, Malaysia Village, Chinese and Japanese Garden. Jika seni tradisi dan budaya Melayu dipromosikan, “nilai jual” akan menjadi lebih tinggi jika dipadukan atau dikemas dengan wisata alam dengan berbagai kegiatan wisata. Di Lingga misalnya, terdapat gunning Daik dengan ketinggian 1.165 meter. Kondisi alam pun masih asri dan alami. Kondisi alam itu sebenarnya dapat dikelola untuk kegiatan wisata alam dan pendakian gunung. Selain itu, pantai-pantai pun masih cukup alami dan bersih. Tidak kalah – bahkan bila dipoles jauh lebih cantik – dibandingkan Pantai Kuta di Bali. Dengan garis pantai yang cukup banyak, wisata bahari dengan berbagai kegiatan seperti memancing, lomba dayung sampan, menyelam, tur pulau, sebenarnya dapat dikelola untuk obyek wisata yang menarik. Persoalannya, promosi saja memang tidak cukup di dalam dunia pariwisata. Promosi tanpa dukungan pengelolaan obyek wisata dan pengembangan potensi wisata yang ada, tidak akan laku. Untuk itu, pengembangan insfrastruktur memang perlu dilakukan. Pemerintah daerah harus gencar membangun infrastruktur untuk memberi kenyamanan kepada pendatang, baik turis asing maupun turis domistik. Misalnya, masaalah akses transportasi, dermaga kapal, pengelolaan tempat wisata yang mau dikembangkan, fasilitas penginapan dan restoran. Bupati Lingga Daria memang mengharapkan promosi pariwisata itu dikembangkan para investor. Namun, selama ini investor lebih tertarik pada sektor pertambangan. “investor lebih banyak meminta izinizin pertambangan, seperti bauksit,” katanya. Untuk itu, dalam pengembangan pariwisata itu, lanjut Daria, ia pun mendorong pelaku uasaha lokal. “Untuk saat ini tidak perlu membuat resor-resor atau hotel yang mahal-mahal,” kata Daria.



61



Penilaian kemampuan Membaca Pemahaman 1. Membentuk kelompok 5 orang satu kelompok! 2. Tiap kelompok diundi maju ke depan kelas atau di luar kelas (tiap anggota ditempel kertas bernomor 1-5) 3. Guru memerintahkan nomor yang disebut untuk memulai menceritakan isi cerita. Guru akan menghentikan dan berpindah pada nomor yang lain untuk melanjutkan isi cerita. Selama satu kelompok tampil, siswa kelompok lain menilai dengan format berikut!



No



Skor



Yang Diamati



Keterangan 4



1



3



2



Kelancaran penceritaan



2



Ketepatan isi dengan cerita yang dibaca



3



Kejelasan ucapan



4



Kekompakan



5



Kepercayaan diri



Keterangan 4 = tepat semua anggota kelompok 3 = tepat sebagian besar anggota kelompok 2 = tepat sebagian kecil anggota kelompok



1



62



1



= tidak tepat semua anggota



Para pemulung yang setiap hari mengumpulkan sampah-sampah plastik seharusnya dihargai, misalnya dengan memberikan intensif. Jasa mereka cukup besar menyerap sampah plastik yang secara langsung mengurangi dampak negatif pada laut. Jumlah pemulung, khususnya di kota-kota besar seperti di Jabodetabek, sangat banyak sehingga perlu diperhitungkan. Sebaliknya, masyarakat yang membuang sampah plastik sembarangan perlu diberi sanksi. Hal ini merupakan salah satu tindakan nyata untuk menyelamatkan laut yang pada akhirnya untuk keselamatan kita semua. (Kompas, Jumat, 12 Juni 2009, halaman 14).



Tak lupa pula dipangkasnya tanaman hias yang telah agak liar.



Sesampai di kantor ia selalu membersihkan seluruh meja dan kursi kantor kepala sekolah.



Tong sampah yang penuh dengan sampah pun tak luput dari jangauan Pak Min



Pak Min selalu datang tepat pukul 06.00. setiap harinya



227



Pak Min memang pegawai yang rajin.



Amatilah diagram pohon tersebut! Di antara kalimat-kalimat pada diagram pohon, pilihlah kalimat utama? Diskusikan dengan temanmu! Selanjutnya, kamu perlu merumuskan gagasan utama paragraf tersebut dengan menyarikan kalimat utama yang kamu temukan. Jika kamu setuju dengan pernyataan berikut, kemukakan alasanmu! Kalimat utama: Pak Min memang pegawai yang rajin Gagasan utama: Pak Min rajin



PENILAIAN MENYIMAK a. Sasaran yang diukur b. Taksonomi/ ranah kemampuan menyimak c. Prinsip penyusunan penilaian menyimak (pemilihan bahan) d. Pengembangan tes sebagai alat penilaian menyimak e. Pengembangan Cloze lisan sebagai alat penilaian menyimak



Lubang Resapan Biopori Apa itu Biopori? Lubang resapan biopori adalah lubang slindris yang secara vertikal ke dalam tanah. Diemeternya sekitar 10 cm dan dalamnya kira-kira 1 meter. Lubang ini nantinya akan diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori. Biopori sendiri adalah pori-pori berbentuk lubang yang dibuat oleh aktifitas fauna tanah atau akar tanaman. Lubang resapan biopori ini berguna untuk mengatasi banjir karena bisa meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik dalam lubang jadi kompos, mengurangi emisi gas rumah kaca, memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah atau akar tanaman, serta mencegah penyakit yang ditimbulkan genangan air seperti DBD atau Malaria. Perhatiin deh bedanya saluran pembuangan air yang pakai lubang serapan biopori dengan yang tidak! FYI, teknologi serapan Biopori ini diperkenalkan oleh Bapak Ir. Kamir R. Brata, Msc, dosen Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Banyaknya manfaat lubang serapan biopori ini bikin warga Bogor tersadar dan segera membuatnya di lingkungan tempat tinggal masing-masing. Bahkan, tepat di hari jadi kota Bogor ke 525, sekaligus memperingati Hari Bumi 2007. Pemerintah Kota Bogor serentak bikin 5250 lubang serapan biopori di 21 kelurahan yang tersebar di 6 kecamatan kota Bogor! Wow! Penasaran gimana cara bikin lubang resapan biopori yang sangat bermanfaat ini? Yuk, kita bikin sendiri di halaman rumah, mumpung liburan nih! Step by Step Kamu bisa bikin biopori di: dasar saluran air, sekeliling batang pohon, atau di batas taman. Caranya: 5. Buat alur untuk membuat beberapa lubang biopori yang akan berjarak 1 – 2 meter. Lalu airi tanah supaya gampang dilubangi. 6. Buat lubang slindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman 1 meter, dengan menggunakan bor biopori. 7. Tanah harus selalu basah supaya bor mudah dipakai. 8. masukin sampah organik ke dalamnya. Tambahkan terus sampah organik saat isi lubang mulai berkurang (terurai). Riau-Lingga WISATA BUDAYA YANG BELUM BERNILAI JUAL Budaya memang tidak hanya memiliki nilai seni, nilai historis, nilai moral atau nilai magis. Budaya juga memiliki nilai ekonomi. Budaya dapat “dijual” untuk menarik wisatawan dan menjadi mesin uang penyumbang devisa negara. Contohnya Malaysia yang menyebut diri sebagai “Malaysia, Truly Asia”, begitu gencar mempromosikan budaya sebagai aset dan daya tarik pariwisata. Misalnya, lomba permainan tradisional dari bambu, lomba memancing di laut dalam, dan festival produk kerajinan. Jumlah turis pun meningkat tiap tahun. Bahkan, beberapa kesenian Indonesia, seperti reog atau kain batik, dijadikan alat promosi pariwisata. Pendek kata, apapun yang berbau budaya dan seni dapat menjadi alat promosi wisata. Vietnam juga mempromosikan berbagai paket tur. Misalnya, paket tur budaya yang juga mempromosikan makanan khas Vietnam, paket wisata alam, sampai paket wisata atau tur ke bekas Perang Vietnam yang menelan banyak korban jiwa. Indonesia memiliki kekayaan budaya yang hampir tak terbatas, tetapi sayangnya belum mampu benarbenar dikemas untuk menarik wisatawan. Akibatnya, jumlah turis menurun. Target mendatangkan turis tidak tercapai. Arus devisa pun tersendat masuk. Mengapa? Pertama, memang faktor promosi yang lemah. Kedua, pengembangan infrastruktur di daerah yang terbatas sehingga tidak mendukung promosi wisata.



226



63



yang luasnya dua kali daratan Amerika Serikat – diperkirakan jadi dua kali lipat pada 2015. Ini akan berdampak negatif pada rantai makanan. Di Pasifik terjadi proses oseanografi gyre, yakni arus melingkar searah jarum jam berkecepatan lambat. Lingkungan arus ini cukup luas, ribuan kilomater. Sampah plastik secara perlahan bergerak sesuai aliran gyre. Lama-kelamaan sampah plastik mengumpul di tengah gyre karena energi arus di tengah gyre cukup lemah – disebut sebagai ”zona mati”. Charles Moore, ahli oseanografi Amerika, menyebut Lautan Pasifik sebagai ”Great Pasific Garbage Patch”. Diperkirakan 100 juta ton sampah terapung mengikuti aliran gyre. Hal yang sama dalam skala lebih kecil terjadi di perairan tertutup, misal di teluk. Hasil pengamatan pada 2007 selama berlayar dari pantai Marisa Gorontalo menuju Kepulauan Togean, kami menemukan di tengah Teluk Tomini banyak sampah, termasuk botol plastik. Akibat bentuk Teluk Tomini yang tertutup diperkirakan sampah plastik akan mengumpul di suatu tempat. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Mengingat Kepulauan Togean merupakan salah satu pusat terumbu karang dunia, hal ini perlu cepat ditanggapi. Bayangkan jika keindahan terumbu karang tertutup sampah-sampah plastik. Lama-kelamaan terumbu karang itu akan rusak. Siapa yang akan datang ke sana? Ikan pun akan lari.



Teluk Jakarta dan Ambon Berdasarkan data hasil penelitian mulai tahun 1990—2005 yang dirangkum lembaga Greenpeace telah ditemukan limbah plastik di sejumlah lokasi di dunia. Pada tabel terlihat bahwa Teluk Ambon mengandung serpihan plastik terpadat dari delapan lokasi yang disurvei. Di Kepulauan Seribu ditemukan ada pulau yang masih belum terkontaminasi, tetapi ada juga yang sangat tinggi hingga 29.000 item per km. Tahun 2008 sekelompok pencinta lingkungan yang melakukan pembersihan sampah plastik menemukan cukup banyak sampah plastik di Pulau Untung Jawa. Mengingat dampak negatif sampah plastik ini, maka perhatian yang serius untuk mengatasinya perlu segera dilakukan. Dampak negatif Program Lingkungan PBB (UNEP) memperkirakan jutaan burung laut dan 100 ribu binatang laut mati setiap tahun dan ditemukan sejumlah partikel plastik di dalam perutnya. Peneliti Kanada, Dr. James, menemukan plastik di dalam perut sepertiga kura-kura Leatherbacks. Kura-kura menyangka plastik yang mengapung adalah ubur-ubur sehingga salah makan. Kura-kura tidak langsung mati, tetapi kesehatannya terganggu dan akhirnya mati. Sampah-sampah plastik yang mengapung di laut lama-kelamaan berubah menjadi serpihan-serpihan kecil menyerupai plankton dan termakan oleh berbagai jenis ikan. Solusi Beberapa langkah untuk mengatasi masalah serpihan laut ini telah dilakukan baik secara internasional maupun nasional, di antaranya Internasional Convention for the Prevention of Pollution from Ship (MARPOL) yang dikeluarkan tahun 1988 dan 122 negara telah meratifikasi. Salah satu isi dari MARPOL adalah melarang kapal-kapal membuang sampah di laut. Namun, diperkirakan 80 persen debris berasal dari darat (Greenpeace). Karena itu, perlu ditingkatkan kesadaran seluruh umat manusia karena masalah ini tak bisa diatasi secara sepihak. Penanaman kesadaran bahaya debris laut ini perlu melalui pendidikan keluarga kepada anak-anak hingga ke pendidikan formal. Sosialisasi Hari Laut Sedunia perlu dilakukan dengan melakukan kegiatan-kegiatan membumi sehingga umat manusia semakin sadar akan lingkungan. Diharapkan, tidak hanya sehari saja umat manusia tidak mencemari laut, tetapi setiap hari. Pemulung Plastik Di Jabodetabek, sampah plastik menjadi salah satu sumber kegiatan ekonomi. Plastik dikumpulkan para pemulung dan dijual ke pengumpul. Di tingkat pengumpul plastik sampah dipisahkan dan sebagian diolah menjadi bubuk plastik dan berupa bongkahan yang selanjutnya dijual ke pabrik daur ulang. Salah satu pengumpul sampah plastik di Bogor melaporkan, setiap hari sampah plastik, berupa gelas dan botol minuman, terkumpul beberapa mobil truk sehingga di tempat penampungan terlihat sampah-sampah plastik menggunung.



f. Tes kebahasaan melalui menyimak g. Jenis respon tes menyimak ( respon melakukan, memilih yang benar, mewarnai, menggambar h. Menyimak intensif dan menyimak ekstensif



Modul 1



Penyusunan Alat Penilaian Kompetensi Dasar Menulis Dr. Titik Harsiati, M. Pd.



MODUL 4 KREATIF a. memvariasikan pembukaan pembawa acara yang didengar/ dilihat b. memvariasikan pidato (pembukaan, mengembangkan isi, mengucapkan trimakasih, c. memvariasikan dialog dalam cerita



DIAGNOSTIK MEMBACA/ MENULIS MODUL 5 Level Kemampuan menulis



64



225



Namun, kini pun ternyata masih bisa dimunculkan pertanyaan, mengapa setelah pengetahuan tentang potensi bencana lingkungan tambah baik, peristiwa seperti Buyat masih bisa terjadi? Boleh jadi itu karena kita di sana-sini memang masih bersikap lalai dan – pada sisi lain – tidak tegas menegakkan hukum. Sekali lagi kita ingin mengulang bahwa kegiatan industri merupakan aktivitas penting dan baik untuk menampung tenaga kerja. Dengan pembangunan industri itu kita akan mampu meningkatkan pendapatan negara, yang lalu bisa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun, hendaknya aktivitas ini selalu dikelola secara disiplin, mengikuti analisis dampak lingkungan secara ketat. Seandainya semua sudah dibuat jelas, dan ada industri yang melanggar, maka tidak ada jalan lain kecuali hukum ditegakkan. Yang bersalah dihukum dan diharuskan membayar ganti rugi. Sayangnya kita tak kunjung menjadi bangsa yang baik dalam urusan ini. Masih banyak pelanggar tata tertib lingkungan yang tak terjangkau hukum. Sekadar mengingatkan, bagaimana urusan pencemaran di Teluk Jakarta baru-baru ini yang membuat puluhan ribu ikan mati? Adakah jawaban yang tuntas atas masalah itu?



Imitasi Kemampuan menulis tidak langsung terstruktur



Oleh sebab itu, tidak heran kalau setiap tahun selalu ada isu asap akibat pembakaran hutan ilegal, dan akhirnya juga terjadi bencana seperti yang dialami oleh warga Buyat. Kalau ke depan kita juga tak kunjung bertobat dan memperbaiki perilaku terhadap lingkungan, pastikanlah satu hari nanti kita siap menanggung konsekuensi lebih serius dari lingkungan yang hancur dan tercemar. Baru beberapa hari lalu kita dibuat kaget oleh putusan DPR yang menyetujui pemanfaatan hutan lindung untuk kegiatan pertambangan. Kepentingan ekonomi jangka pendek dan juga ketakutan akan tekanan negara besar membuat kita mau mengorbankan hutan lindung. Kita ingatkan bahwa kelemahan kita adalah dalam hal pengawasan dan kecepatan untuk menangani masalah. Apa yang terjadi di Buyat merupakan salah satu contoh kelemahan kita sebagai bangsa. Kita bisa bayangkan bencana seperti apa yang akan terjadi di kemudian hari.



PENILAIAN A.sasaran konstruk kemampuan menulis Jenis menulis: menulis akademik, ( bagan) B. Variasi taksonomi – imitatif, intensif (controlled), responsif, ekstensif Hari Laut Sedunia C.prinsip: validitas konstruks, validitas isi, otentik,tugas otentik (model tugas menulis) CONTOH SESUAI VALIDITAS KONSTRUK KD: Indikator: CONTOH TIDAK SESUAI CONTOH TUGAS OTENTIK DAN TUGAS YANG TIDAK SESUAI Buatlah karangan dengan tema pahlawan



C.Penggunaan Tes dalam Tes Menulis Tidak langsung



a) Sasaran kemampuan yang dapat digunakan untuk penilaian kemampuan menulis



Limbah Plastik mengancam Masa Depan Banyak orang berharap laut menjadi masa depan (Kompas,5/6/2009). Namun, jika laut tidak dijaga, harapan itu akan sirna. Kita tidak boleh menutup mata bahwa laut yang menjanjikan itu saat ini juga terancam dari berbagai tindakan manusia baik secara sengaja maupun tidak. Sadarkah Anda bahwa satu gelas plastic bekas yang dibuang begitu saja di sungai atau di pinggir pantai akan menutupi dasar laut dan lama-kelamaan akan menggunung? Plastik yang telah lama menumpuk akan berubah menjadi serpihan-serpihan kecil seukuran plankton, termakan oleh ikan dab secara tidak langsung menjadi santapan manusia. Bayangkan, 10.000 gelas plastic volume 240 mililiter akan membentuk tumpukan 2,4 meter kubik (m2). Jika setiap minggu ada 1 juta pengunjung Ancol membuang gelas plastik ke pantai, akan terbentuk tumpukan 240 m2 – dan ini terbawa ke laut. Sebagian besar akan melayang di bawah permukaan air lalu tenggelam di dasar laut. Ilmuwan Belanda menemukan lebih dari 70 persen sampah plastik akan tenggelam di dasar laut. Pasifik tertutup plastik Badan Lingkungan PBB memperkirakan, tahun 2006 tiap 1 mil persegi lautan mengandung 46.000 lembar sampah plastik (marine debris). Dilaporkan, dasar perairan Samudra Pasifik tertutup sampah plastic



224



Perlu Anda ketahui, pikiran yang positif dan segar akan sangat mempengaruhi mekanisme kerja tubuh. Jadi, jika Anda stres, maka mekanisme kerja tubuh pun akan ikut kacau, termasuk sistem kekebalannya. Tak hanya itu, stres juga dapat mengganggu keseimbangan hormonal. Stres memicu hormon adrenalin secara berlebihan sehingga menyebabkan kerja jantung meningkat, dan memicu terjadinya darah tinggi. Solusinya? ”Kelola stres. Setiap persoalan pasti ada solusinya, jadi berpikirlah positif, tetap tenang dan rileks,” pungkas dr. Handrawan (Tabloit Nyata, 1 Juni 2008 halaman 15). TAJUK



65



CONTOH PENGGUNAAN TEPAT - menyunting tanda baca dan ejaan - menyunting kata, kalimat, CONTOH PENGGUNAAN TIDAK TEPAT untuk mengukur pengetahuan tentang menulis (jenis iklan) b)Prinsip (untuk menilai tahapan kemampuan menulis (indikator kebahasaan)



Bhopal, Buyat, dan Pentingnya Pengelolaan Industri Aman (22 juli 2004) Secara geografi, dan juga secara waktu, tragedi lingkungan yang terjadi di Bhopal, India, dan Buyatm Sulawesi Utara, berjauhan. Tetapi, kearifan dan pesan yang dikirim oleh kedua peristiwa di atas – yang duaduanya dimuat beritanya di harian ni Rabu (21/7) kemarin – sama. Peristiwa Bhopal terjadi Desember 1984, ketika berton-ton gas beracun dari sebuah pabrik pesticida milik Union Carbide bocor. Malam itu 1.750 orang tewas seketika, 2.500 orang lainnya meninggal meninggal dalam sepekan kemudian, dan diperkirakan maíz ada 10.000 orang lainnya menyusul kemudian. Sungguh bencana yang sangat mengerikan dan memilukan. Peristiwa yang sudah 20 tahun berlalu ini kemarin muncul kembali ke dalam pemberitaan karena Mahkamah Agung India pada hari Senin lalu telah memerintahkan Bank Central India untuk membayar ganti rugi lepada para sorban tragedi Bhopal. Sementara itu, kemarin, kita juga membaca bahwa sejumlah wakil warga Buyat, Kabupaten Minaza Selatan, Sulawesi Utara, pada hari Selasa lalu mengadukan Menteri Kesehatan RI dan PT Newmont Minaza Raya ke Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia. Pengaduan terkait dengan merebaknya penyakit minimata yang diderita oleh sekitar 100 warga Buyat. Mereka diduga terkontaminasi logam berat arsen dan merkuri yang mencemari Teluk Buyat, dan diduga berasal dari limbah PT Newmont Minaza Raya. Gejala terkena minamata itu sendiri menurut dokter Jane Pangemanan dari Universitas Sam Ratulangi, Manado, sudah muncul sejak tahun 1999. Penelitian yang dilakukan estela itu menyimoulkan bahwa perairan di Teluk Buyat terkontaminasi merkuri yang berasal dari pembuangan limbah industri emas. Efek keracunan yang dialami warga tampak pada sakit kepala, kram, serta timbal benjolan yang makin lama makin besar di beberapa bagian tubuh. Pada tragedi minimata – dari nama sebuah desa nelayan dan petani sederhana Minimata di pantai barat Kyushu, pulau paling selatan di Jepang – waktu itu, pada tahun 1950-an, diamati sejumlah gerakan aneh. Tiba-tiba saja orang-orang berteriak-teriak tak terkontrol, omongannya sulit dimengerti, atau sumpitnya jatuh saat makan. Kemudian disadari bahwa itulah gejala awal kondisi saraf yang mengalami kerusakan akibat menelan merkuri. Kejadian-kejadian misterios di atas semula memang tampak terpisah-pisah, tidak saling berhubungan, tetapi kemudian meluas dan menghantui Kota Minamata, dan kemudian berkembang menjadi kasus polusi industri yang paling dramatik, dan secara emosional paling menggugah, sepanjang sejarah. (Lihat misalnya tulisan Douglas Allchin berjudul The Poisoning of Minamata) Di Minamata kisah dimulai dari desa miskin yang didatangi Chisso Corporation, yang sebenarnya sudah menjadi bagian integral ekonomi local sejak tahun 1907, dan pada tahun 1932 mulai memproduksi acetaldehyde yang digunakan untuk membuat plastic. Kini kita tahu bahwa merkuri dari produksi tersebut lalu terbuang ke teluk. Beberapa dekade kemudian orang juga tahu bahwa merkuri si logam berat ini berubah menjadi metil merkuri klorida, senyawa organik yang masuk ke dalam rantai makanan. Padahal, warga Minamata waktu itu sangat bergantung pada ikan dan kerang dari teluk sebagai sumber utama protein. Demikianlah kisah Minamata kita ulang kembali untuk menyegarkan ingatan bahwa apa yang terjadi di Buyat besar kemungkinan mengikuti apa yang terjadi di kota kecil Jepang itu. Sempat dikemukakan, Minamata bisa terjadi – dalam konteks sejarah – karena waktu itu belum ada pengalaman ilmiah. Juga belum ada kesadaran lingkungan luas yang bisa dijadikan sebagai alat untuk memberikan peringatan kepada kita semua.



c) Langkah penyusunan tes pilihan ganda a. mencermati konstruk menulis yang tergambar pada KD b. menyusun indikator mikro c. menyusun soal c. memilih bentuk alat penilaian (B-S, menjodohkan, d. memilih ilustrasi yang sesuai indikator (ilustrasi penggunaan yang salah-memperbaiki, cloze, pargraff belum selesai,tema CONTOH ILLUSTRASI TIDAK SESUAI (SALAH KONSEP CONTOH ilustrasi sesuai



e. menyusun stem yang sesuai indikator soal D. penggunaan tes esai pada penilaian menulis a) Aspek yang diukur b) Langkah penyusunan



a. mencermati konstruk menulis yang tergambar pada KD b. menyusun indikator kemampuan menulis (makro dan makro) c. menyusun tugas (ilustrasi) / rangsang untuk tugas menulis c. menentukan rambu-rambu penilaian d. memilih ilustrasi yang sesuai indikator (ilustrasi tema, rangsang gambar, rangsang data, dsbn.) CONTOH ILLUSTRASI/ TUGAS TIDAK SESUAI (SALAH KONSEP CONTOH ilustrasi sesuai



Contoh Tes Esai dengan tugas kontekstual Indikator soal: Disajikan sebuah paragraf ekspositoris yang dirumpangkan dua kalimat penjelasnya, siswa dapat melegkapi kalimat penjelas yang sesuai pada paragraf Bentuk soal: Soal: .



66



Contoh rubrik/ rambu-rambu penilaian kemampuan menulis Contoh BENAR (Tes menulis dengan rangsang kontekstual)



Indikator Stimulus; bantuan komputer/ audio visual Bentuk soal: Soal: .



Indikator Stimulus; bantuan komputer/ audio visual



223



Tubuh sendiri sudah memprodukdi antioksidan, hanya saja sangat tidak mencukupi ketika radikal bebas sudah semakin membanjiri lingkungan kita. Apa yang mesti kita lakukan? Konsumsi banyak makanan antioksidan bisa menjadi jawabannya. ”Makanan kaya vitamin C dan E bisa merupakan antioksidan yang hebat menangkal radikal bebas,” ucap dr. Handrawan Nadesul. Hati-hati jika menggantikan makanan dengan suplemen, karena konsumsi dua vitamin ini pun tidak bisa sembarangan. Jika berlebihan, akan berakibat buruk pada organ hati dan ginjal. ”perhatikan dosisnya, jangan sampai konsumsi suplemen justru menimbulkan gangguan pada tubuh,” ungkap dr. Handrawan. Tal ada salahnya juga ketika Anda mulai berpikir untuk menetap di desa, seperti orang Okinawa. Setidaknya pinggiran kota. Saat ini, sudah banyak perusahaan properti yang menawarkan paket perumahan di pinggiran kota, demi alasan kenyamanan lingkungan. Ide seperti ini bisa saja Anda lakukan. ”Di pinggiran Jakarta, tingkat polusinya masih rendah. Ini sangat bagus untuk kesehatan,” pungkasnya. Walau ada sayangnya sih. Macet di perjalanan bisa jadi keseharian (Tabloit Nyata, 1 Juni 2008 halaman 14).



Ingin Panjang Umur? Bergerak dan Tertawalah Masyarakat Okinawa adalah masyarakat yang aktif, dan juga suka tertawa. Mungkin inilah salah satu kunci sukses panjang umur mereka selama ini.



Respon: Contoh soal: . Bandingkan kedua contoh di atas. Mana yang benar? Jelaskan mengapa Anda anggap benar



D. penggunaaan portofolio dalam penilaian kemampuan membaca pemahaman Apa yang akan dinilai?



Mengapa menggunakan portofolio? (keuntungan dan kelemahan) Langkah penyusunan Cara memberi skor/ penilaian Penggunaan Tes Unjuk Kerja (menceritakan kembali apa yang dibaca) Mengapa dilakukan? Kelemahan dan kelebihan Contoh



Perbanyak Bergerak Orang Okinawa terbiasa dengan aktivitas fisik setiap harinya. Mereka bukanlah masyarakat pemalas. Selain pekerjaan sehari-hari mereka sebagai nelayan, mereka juga gemar berdansa, berkebun dan berjalan kaki. Singkatnya, mereka adalah masyarakat yang gemar berolahraga. Tentu saja aktivitas ini membuat tubuh menjadi bugar dan sehat. Aktivitas mereka bukanlah aktivitas yang berat, namun dengan membiasakan tubuh terus bergerak, maka elastisitas otot pun lebih terjaga. Jadi, cukup bagi Anda untuk bergerak minimal 30 menit setiap hari, misal dengan berjalan santai atau jogging. Doronglah tubuh Anda untuk terus bergerak. Semakin Anda aktif bergerak, maka oksigen yang mengalir ke darah pun akan semakin lancar. Olahraga juga bisa mengurangi risiko obesitas, penyakit jantung dan hipertensi karena selain bisa melancarkan aliran darah, juga bisa meningkatkan kapasitas kerja jantung dan mengurangi lemak tubuh. Bahagia dan Tertawalah Yang unik dari masyarakat Okinawa adalah kehidupan mereka yang selalu diliputi perasaan gembira, penuh canda dan tawa. Hari-hari mereka sering diisi dengan tertawa bahkan hingga terpingkalpingkal. Bisa dikatakan, jiwa mereka sangat sehat karena dalam kesehariannya mereka selalu mengedepankan pikiran positif dan menjauhkan pikiran negatif. ”Orang yang sering tertawa itu tandanya bahagia, dan secara psikologis bisa membuat orang sehat. Selain itu, secara tak sadar, orang tertawa itu bisa menggerakkan otot di seluruh tubuh dan hal ini bisa dianggap sebagai aktivitas olahraga. Tertawa mampu melancarkan aliran darah dalam tubuh sehingga mengurangi risiko penyakit jantung,” ujar dr. Handrawan. Tertawa juga mengeluarkan hormon endhorpin dalam jumlah banyak yang berfungsi sebagai morphin alami. Kita menjadi lebih rileks, dan mampu meredakan rasa sakit. Endhorpin sering disebut-sebut sebagai hormon bahagia. Jadi mengapa tidak tertawa?. Jauhi Stres Menurut dr. Handrawan, orang yang stres memiliki risiko lebih tinggi untuk menerima penyakit. Penyakit akan mudah menyerang tubuh, karena pada saat stres, kekebalan tubuh berkurang bahkan kacau.



222



Jadi, lebih baik, pilihlah ikan laut lepas atau ikan laut dalam seperti salmon, karena ikan jenis ini memiliki tingkat cemaran merkuri cadmium dan logam beratnya lebih kecil dibandingkan ikan jenis lainnya. Kandungan Omeganya 3 nya juga lebih besar. Kebutuhan protein rata-rata perhari sebesar 63 gram, bisa Anda penuhi dengan konsumsi ikan satu ekor ikan besar per hari. Meski begitu, Anda juga tidak dianjurkan untuk makan ikan secara berlebihan, karena kebanyakan konsumsi protein juga tidak bagus untuk ginjal. JAUHI MAKANAN OLAHAN Masyarakat Okinawa banyak menghindari jenis makanan kalengan dan olahan. Tidak salah, karena ada berbagai macam zat adiktif dalam makanan kalengan. Seperti pengawet, pewarna, obat pencegah hancur, penambah rasa (MSG) dan zat adiktif lainnya. Bahan makanan kalengan juga memungkinkan mengandung zat kimia berbahaya seperti sulfites, nitrates dan MSG yang lebih dikenal sebagai penyedap rasa. Tak hanya itu, bahan bakunya pun tak lagi segar karena telah melalui tahapan pengolahan, penyimpanan hingga pengawetan. ”Zat warna dan penyedap rasa merupakan pencetus kanker. Begitu juga nitrate yang bercampur dengan protein. Sedangkan sulfites bisa membuat orang alergi dan asma,: tutur dr. Handrawan. Perlu diingat, makanan kehilangan sebagian zat gizi selama proses pengawetan dan penyimpanan. Dan makanan olahan jadi semakin ’babak belur’ ketika Anda memasaknya lagi. ”bisa Anda bayangkan, berapa banyak zat makanan yang tersisa ketika Anda pun melakukan kesalahan saat pengolahan?” urainya.



67



Indikator Stimulus: teks tertulis Respon: menceritakan kembali Contoh soal: . E. Penggunaan Jurnal dalam F. Penggunaan lembar observasi (sikap dan proses) Apa yang dinilai? Mengapa? (kelemahan dan kelebihan) Contoh



RAKUS MAKAN SAYUR Bisa dikatakan, pola makan orang-orang Okinawa adalah semi vegetarian, karena mereka lebih banyak mengkonsumsi bahan makanan dari tumbuhan, seperti sayur, kacang-kacangan, sereal, buah-buahan dan meminimalkan konsumsi lemak hewan, kecuali ikan, telur dan susu. ”Dan menjadi semi vegetarian itu lebih sehat, karena konsumsi lemak jenuh mereka sedikit, dan resiko penyakit jantung, hipertensi pun menjadi berkurang,” tutur dr. Handrawan. Mengapa orang-orang Okinawa sebagian besar berkadar kolesterol rendah, tak lain karena kebiasaan mereka mengonsumsi sayur dan buah. Selama ini, serat merupakan zat makanan yang dikenal ampuh mencegah sembelit, menurunkan kadar kolesterol, membantu mengontrol kadar gula darah serta mengurangi risiko obesitas dan penyakit jantung. Kemampuan serat untuk mengikat air, selulosa dan pectin, membantu mempercepat sisa-sisa makanan untuk segera diekskresikan keluar saluran pencernaan, sehingga penyerapan zat makanan pun berkurang.



G. Analisis Validitas dan reliabilitas tes membaca H. Evaluasi proses Membaca



Implementasi Penilaian dalam Penilaian Pembelajaran Menulis 1. Sasaran hasil keterampilan menulis 2. Penilaian terhadap proses menulis



PUASA Orang Okinawa juga sesekali berpuasa. Dalam dunia medis, berpuasa ternyata cukup menyehatkan tubuh dan sangat dianjurkan. Sadarkah Anda, ketika berpuasa tanpa disadari tubuh kita melakukan detoks? Detoksifikasi merupakan proses menetralisir zat-zat berbahaya (toksin) yang masuk ke dalam tubuh baik melalui makanan, minuman atau pada saat kita melakukan pernapasan oleh organ hati dan ginjal. Tak hanya itu saja, puasa juga memungkinkan organ untuk beristirahat sementara. Ini sama saja kita tengah meringankan kerja mereka dan mengendurkan keletihan akibat beban aktivitas rutin sehari-hari (Tabloit Nyata, 1 Juni 2008 halaman 14-15).



PERBANYAK ANTIOKSIDAN Rasanya sangat sulit untuk bisa mendapatkan kualitas hidup yang sama dengan masyarakat Okinawa, ketika kita tinggal di daerah perkotaan yang tingkat polusinya begitu tinggi. Sementara orang Okinawa lebih banyak tinggal di desa yang lingkungannya masih sejuk, nyaman dan jauh dari aneka polusi. Dengan tingkat polusi yang cukup tinggi, maka radikal bebas menjadi musuh utama kita. Satusatunya cara menangkal radikal bebas adalah dengan mengonsumsi antioksidan.



Jenis aspek yang dinilai (kemampuan merencanakan penulisan, proses kreatif, drafting, editing, publishing) Penilaian penilaian kemmapuan menulis Imitatif a. sasaran b.bentuk: -



imitatif: pengopian, cloze, pengisian formulir, penggunaan kata,



-



intensif: menulis terkontrol, dikte dan dikte komposisi, pemvariasian gramatikal, melengkapi kalimat/ paragraf berdasarkan gambar, mendeskripsi gambar tunggal, deskripsi



68



gambar berseri, membuat kalimat/ paragraf dengan menggunakan kata tertentu, mengurutkan kata/ kalimat, jawaban singkat -



responsif dan ekstensif: menulis berbagai genre berdasarkan berbagai kontek (mengembangkan berbagai kalimat topik, menulis laporan, menulis ringkasan, karya tulis, iklan, slogan)



Penilaian Kemampuan Menulis Tahap Imitatif (mekanis) a. Sasaran kemampuan menggunakan kata b. Bentuk tes c. Penafsiran hasil



221



Pola makan masyarakat Okinawa patut dicontoh, karena dengan tradisi makan yang telah mereka jalankan selama bertahun-tahun, terbukti membuat tubuh mereka sehat dan panjang umur. Masyarakat Okinawa terbiasa makan dalam porsi kecil, tetapi sering. Kebiasaan makan sedikit demi sedikit ini rupanya memberikan dampak positif bagi kesehatan. Pasalnya, cara makan seperti ini akan meringankan kerja usus. Akibatnya, laju pencernaan menjadi lebih cepat, sehingga penyerapan zat gizi yang dibawa makanan pun lebih optimal. Tak hanya itu, makan dalam porsi kecil tetapi sering, juga membuat kadar gula darah lebih stabil. Pasalnya, cara ini tidak membuat pankreas menghasilkan insulin secara mendadak atau berlebihan. Sebaliknya, makan dalam jumlah besar sekaligus, dapat memicu peningkatan kadar gula darah secara tajam. Karena pada saat Anda lapar akibat beberapa jam tidak makan, tubuh akan meminta peningkatan kadar gula darah dalam porsi yang sama. ”Efeknya Anda makan dalam jumlah yang cukup banyak. Hal ini bisa memicu diabetes, obesitas dan jantung koroner,” urai dr. Handrawan. Makan dalam jumlah besar juga memicu terjadinya perpindahan aktivitas tubuh yang tidak seimbang. Aliran darah menjadi terfokus ke saluran pencernaan dalam rangka mengolah makanan. Akibatnya, aliran darah ke otak dan organ lain menjadi berkurang.



d. Bentuk penilaian proses (portofolio), jurnal Perkembangan Kemampuan menulis kata, penggunaan kata,



Penilaian Kemampuan Menulis Intensif ( a. Sasaran kemampuan menggunakan kata b. Bentuk tes c. Penafsiran hasil d. Bentuk penilaian proses (portofolio), jurnal



Catatan anekdokal Catatan anekdotal adalah catatan pengamanan informal,ang mengambarkan bahasa dan perkembangan sosial,kebutuhan,keterampilan,dan strategi yang digunakan oleh pelajar,atau apasaja yang tampak bermakna ketika dilakukan pengamatan.catatan-catatan ini biasanya komentar singkat yang sangat spesifik mengenai suatu yang dikerjakan dan yang perlu dikerjakan oleh anak.Wujudnya berupa kumpulan informasi yang didokumentasikan secara terusmemerus dan mengambarkan perkembangan kemampuan berbahasa anak secara luas 1. Ruang Lingkup Pembelajaran Menulis dan Implikasinya dalam Penilaian Sasaran penilaian dalam pembelajaran menulis dapat dilihat pada ringkasan berikut.



Apa yang disebut mampu menulis?



PILIHLAH BAHAN ALAMI Masyarakat Okinawa tinggal di pedesaan yang cenderung lebih banyak mengonsumsi makanan alami dan masih segar, ketimbang yang olahan. Bahan makanan bisa mereka peroleh secara mudah dari lingkungan sekitar dan terjamin kesehatannya karena bebas dari pestisida. Mereka memilih menu alami kaya karbohidrat seperti jenis padi-padian, kacang-kacangan, bijibijian, umbi-umbian selain sayur dan buah-buahan segar. Makanan yang masih segar dan alami ini, tentu lebih kaya zat-zat gizi. Sayang, saat ini rasanya sangat sulit bisa mendapatkan makanan alami yang benar-benar bebas dari senyawa kimia, seperti pestisida. Zat kimia dan bahan pengawet sering kita temui di kulit buah, permukaan sayur serta daging olahan yang sering kita temui di supermarket. ”Itu semua racun orang modern yang jika dikonsumsi dalam waktu lama, akan menumpuk dan membahayakan kinerja organ. Khususnya ginjal dan hati,” ucap dr. Handrawan. Namun, tetap ada solusinya. ”Sering-seringlah melakukan detoksifikasi,” kata dr. Handrawan. Misal dengan diet buah dan sayur secara berkala, atau puasa secara rutin. Tidak dipungkiri, hidup benar-benar bebas toksin memang sulit. Meskipun ada yang alami, sayuran organik harganya jauh lebih mahal daripada yang banyak beredar di pasaran. Itupun, hanya bisa kita dapatkan di toko-toko khusus yang menyediakan sayuran dan buah organik. Namun, sayuran segar di pasar tradisional yang ada beberapa lubang ulatnya juga bisa dijadikan pilihan. Karena sayuran itu kemungkinan besar ditumbuhkan tanpa pestisida. Soal air minum, orang Okinawa kebanyakan mengambil dari mata air yang masih terjamin kesehatannya, tanpa tercemar bahan-bahan adiktif yang berbahaya. Solusinya, ”Saat ini banyak dijual air miniral yang telah mengalami uji klinis kesehatan. Ini bisa menjadi pilihan, di tengah parahnya pencemaran air di sekitar kita. Banyak mengkonsumsi air putih lebih menyehatkan daripada air lainnya,” ujarnya. RAKUS MAKAN IKAN Mungkin, karena profesi orang Okinawa kebanyakan nelayan, mereka lebih banyak mengonsumsi ikan. Studi Harvard Medical School selama 25 tahun di Pulau Okinawa menyimpulkan bahwa rahasia umur panjang mereka salah satunya karena banyak mengonsumsi ikan. ”Ikan merupakan sumber protein tinggi, yang kaya akan omega tiga. Omega tiga adalah lemak sehat yang sangat penting untuk pembuatan hormon, mencegah pengerasana pembuluh darah serta menekan timbulnya kanker,” ungkap dr. Handrawan. Orang-orang Okinawa cenderung menghindari daging merah, dan ayam ras yang diberi pakan buatan sehingga berlimpah lemak jenuhnya. Sumber lemak ini merupakan lemak jahat dan bisa memicu kolesterol tinggi, hipertensi dan jantung koroner.



220



A. Selalu berdoa B. Selalu berdoa dan berusaha. C. Berdoa, bekerja, dan berusaha memperbaiki diri. D. Mengubah seluruh sistem yang ada. E. Mengaudit seluruh manajemen. Kunci jawaban: C Tiga hal yang diusulkan penulis untuk mengatasi musibah yang selalu berulang, yaitu berdoa, bekerja, dan berusaha memperbaiki diri.



SEHAT DENGAN PROGRAM OKINAWA Hayo, siapa yang ingin awet muda? Pasti semua langsung menjawab ‘saya!’. Tapi bagaimana caranya? Program Okinawa bisa jadi salah satu jawabannya. Sehat dan awet muda adalah dambaan setiap manusia. Usia memang rahasia Tuhan, namun dengan tubuh sehat, kita bisa menjalani hidup dengan lebih indah. Soal kesehatan, faktor genetik memang tak bisa kita kesampingkan. Tapi jangan salahkan warisan gen yang buruk, ketika Anda mendapatkan vonis penyakit kanker, darah tinggi, atau diabetes, jika pola hidup Anda saja begitu buruk. Menurut dr. Handrawan Nadesul, dokter yang juga dikenal sebagai penulis buku best seller Sehat itu Murah, pewaris gen buruk masih memiliki peluang besar untuk bisa merasakan indahnya masa tua dengan tubuh sehat. Tentu saja, jika didukung dengan kualitas hidup sehat yang mereka ciptakan sejak dini. ”Untuk bisa sehat itu nggak hanya cukup dengan pasrah. Jangan putus asa jika mewarisi gen buruk dari nenek moyang kita, karena tubuh sehat masih bisa diupayakan dengan pola hidup yang sehat pula. Seperti mesin, tubuh pun perlu pemeliharaan agar bisa berfungsi dengan maksimal dan tahan lama,” jelas dr. Handrawan kepada Nyata. Sayangnya, gaya hidup zaman sekarang sudah semakin jauh dari pola hidup sehat. Semakin banyaknya ragam makanan tidak sehat seperti junk food, ditambah efek polusi dan radikal bebas, semakin memperburuk kualitas hidup manusia. Padahal untuk menciptakan kualitas hidup sehat, bukanlah sesuatu yang susah, apalagi mahal. Kita hanya perlu sedikit berusaha, maka kita akan mendapatkannya. Salah satu cara awet muda adalah mencontek pola hidup masyarakat Okinawa, Jepang. Masyarakat Okinawa selama ini dikenal sebagai masyarakat panjang umur, karena rata-rata usia mereka lebih dari 100 tahun. Rahasia panjang umur mereka ternyata begitu sederhana. Nelayan Okinawa yang rata-rata berbadan kurus ini hanya perlu menikmati hidup, dan menjalankan tradisi hidup sehat yang sudah terbentuk secara turun-temurun (ini adalah studi Harvard Medical School selama 25 tahun). ”Dibalik tubuh kurus mereka itu, tersimpan kualitas hidup yang sehat. Hidup mereka itu nggak neko-neko, mereka hanya perlu tradisi hidup sehat yang telah mereka jalani secara turun-temurun,” ungkap dr. Handrawan. Hasil dari gaya hidup orang Okinawa ternyata terekam oleh medik. Fakta mengungkapkan bahwa penyakit jantung, store, kanker dan beberapa penyakit kalangan usia lanjut ternyata sangat jarang. Bahkan dibandingkan masyarakat Jepang lainnya, orang Okinawa jauh lebih sehat dan bugar. Ini menjadi bukti bahwa mencegah munculnya penyakit ternyata bisa dilakukan dengan mengatur pola hidup kita sehari-hari. Untuk bisa seperti mereka, maka pola hidup pun mesti diprogram ulang. Mungkin kita bisa meniru gaya dan pola hidup mereka yang sederhana, tetapi sehat. Seperti apa program Okinawa? Berikut dr. Handrawan Nadesul memberikan penjelasannya untuk Anda:



MAKAN SEDIKIT TAPI SERING



69



Indikator Keterampilan mikro 1) mampu memilih/ menggunakan kata dengan tepat sesuai konteks 2) mampu menggunakan kalimat sesuai dengan konteks komunikasi 3) mampu menggunakan tanda penghubung antarkalimat/ antarparagraf. 4) Mampu menggunakan tanda kohesi keterampilan menyesuaikan proporsi isi pendahuluan, inti, dan penutup sesuai dengan tujuan penulisan dan bentuk wacana) 5) Mampu menggunakan aspek mekanik (ejaan dan tanda baca) yang sesuai 6) Mampu memperbaiki kesalahan penggunaan kata, kalimat, mekanik yang tidak sesuai Keterampilan makro 7) Mampu memilih ide yang relevan dari penggalian ide 8) Mampu menggunakan bentuk retorika/ strategi sesuai genre dan tujuan 9) Mampu memilih topik/ isi komunikasi sesuai dengan konteks (latar komunikasi, topik, suasana, hubungan penutur dan pendengar, tujuan/fungsi komunikasi) 10) Mampu menata struktur wacana sesuai konteks 11) Mampu mengembangkan isi wacana 12) Keterampilan merencanakan garis besar isi (kerangka) karangan sesuai dengan tujuan penulisan dan genre wacana 13) Keterampilan memulai sebuah tulisan secara kreatif dan sesuai genre/ konteks 14) Keterampilan mengembangkan/ merinci kerangka menjadi wacana secara utuh , lengkap, kohesif, jelas sesuai dengan topik dan tujuan. 15) Keterampilan menggunakan fungsi-fungsi retorik sesuai dengan wacana yang akan dihasilkan (membuat argumen, menilai, menjelaskan, mempersuasi, menghibur, membuat wacana sastra yang prismatis). 16) Keterampilan mengekspresikan makna- makna tersirat (dengan menggunakan inference, presuposisi, implikatur, aspek non kebahasaan seperti tanda penulisan subjudul, tanda baca, tanda grafis yang lain) 17) Keterampilan menyesuaikan proporsi isi wacana pendahuluan, inti, dan penutup sesuai dengan tujuan penulisan dan bentuk wacana) 18) Keterampilan mengakhiri sebuah wacana tulisan dengan isi, gaya, bahasa yang sesuai dengan konteks. (19) Keterampilan mengubah dari bentuk wacana yang satu ke bentuk wacana yang lain sesuai konteks. B.Prinsip /Karakteristik Alat Penilaian Menulis a.sasaran mencakup kemampuan memilih/ menggali ide, mengembangkan b. memperhatikan proses dan produk c. mengukur indikator kemampuan menulis baik mikro dan makro sesuai konteks d. mengukur indikator kemampuan menulis baik mikro dan makro sesuai konteks e. tugas menulis kontekstual



70



Tugas menulis tidak kontekstual (



Tugas menulis kontekstual



Perhatikan



219



Persoalan yang kita hadapi memang berkaitan dengan kultur. Praktis kultur kita tidak berubah, padahal segalanya sedang berubah begitu cepat. Ditambah lagi dengan teknologi yang berkembang begitu cepat, yang menuntut adanya kedisiplinan, ketekunan, dan kecermatan. Musibah pesawat Garuda Indonesia di Yogyakarta, meski masih belum kita ketahui penyebab pastinya, salah satu yang menjadi perhatian orang adalah landasan pacunya. Ketika jumlah perusahaan penerbangan masih terbatas dan frekuensi masih sedikit, dengan landasan pacu yang bergelombang seperti itu, peluang terjadinya kecelakaan memang masih kecil. Namun, ketika kemudian frekuensi meningkat begitu tinggi, peluang terjadinya kecelakaan otomatis semakin besar. Mari kita cek sekarang, apakah kelemahan seperti itu hanya berlaku di Bandara Adisutjipto ataukah terjadi di bandara lain? Siapa yang mau melakukan audit? Sepanjang kita tidak pernah mau melakukan audit total terhadap semua sistem yang ada, musibah akan selalu terjadi. Oleh karena itu, selain berdoa, yang tidak kalah penting adalah kita harus memperbaiki diri.



C.Langkah-langkah Menyusun Alat Penilaian Kompetensi Dasar Menulis Diperlukan sejumlah langkah untuk menyusun alat penilaian menulis a. Menentukan konstruks kompetensi dasar menulis yang akan diukur b. Menentukan indikator keterampilan menulis yang diukur c. Merancang tugas menulis d. Merancang rubrik penilaian produk menulis



Contoh ; KD Indikator



D. Penilaian Proses dalam Pembelajaran Menulis



SOAL 13 Berbagai musibah dan bencana yang bertubi-tubi melanda negeri ini, menurut Opini penulis bersumber dari ... A. B. C. D. E.



Kultur kita yang tidak pernah mau berubah. Perubahan teknologi yang berkembang begitu cepat. Kita tidak mau berinstropeksi diri. Kita hanya mengandalkan penyelesaian dengan berdoa saja. Kultur kita yang lemah, kurang disiplin, dan kurang ulet.



Kunci jawaban: A



Sasaran penilaian proses dalam pembelajaran menulis adalah tingkat keefektifan kegiatan belajar-mengajar dalam rangka mencapai tujuandalam pembelajaran menulis adalah tingkat keefektifan kegiatan belajar-mengajar dalam rangka mencapai tujuan



Kultur yang tidak pernah mau berubah, tidak mau belajar dari pengalaman, adalah penyebab berulangnya musibah/bencana yang melanda negeri ini, menurut pendapat



pembelajaran menulis. Tujuan ini baik yang bersifat akademis maupun afektif (senang menulis, senang menggali ide dari berbagai sumber, Selain itu sasaran evaluasi proses



penulis(lihat paragraf 2).



juga berfokus pada strategi yang digunakan siswa dalam menulis (menghasilkan produk wacana tulis). SOAL 14 Solusi yang ditawarkan penulis untuk mengatasi musibah yang selalu terjadi adalah...



218



Simpanlah lilin ini dihatimu,” begitulah kata laki-laki yang memberikan lilin waktu itu sambil menggenggamkan sebuah lilin di tanganku.Aku tak bisa menerimanya karena kala itu aku masih terlalu muda untuk membagi perasaan dengan seorang laki-laki. Akupun patuh dengan kata-kata ayahku yang melarang keras diriku untuk pacaran karena masih duduk di bangku SMP. 4.



5.



6.



Konflik (rising action) Terjadinya peningkatan kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh, data pendukungnya,........... ....................................................................................................................................................................... ............................................................................................................. Puncak konflik (turning point) Perubahan nasib beberapa tokohnya, mulai muncul. Data pendukungnya,...... ..... ....................................................................................................................................................................... ............................................................................................................. Penyelesaian (ending) Penyelesaian tentang nasib-nasib tokohnya mulai ditata. Data pendukungnya,............................................................................................................................................... ............................................................................................................



Kegiatan Kreatif!



71



Alat penilaian : proses Sasaran yang dinilai: aspek afektif siswa yang berupa tanggung jawab/ kerja keras mengerjakan tugas menulis, mampu menilai dengan objektif



E. Model-model Instrumen Penilaian Kompetensi Dasar Menulis Sasaran penilaian hasil dalam kompetensi dasar menulis berupa kemampuan siswa memilih, merencanakan, dan mengembangkan (a) Instrumen Penilaian Aspek Keterampilan Menulis Instrumen keterampilan menulis berupa tes performansi dan rubrik. Contoh tugas menulis dan rubriknya dicontohkan berikut. (1) Tugas Menulis dengan Rangsang Buku a. Bacalah sebuah buku yang kamu sukai. Buatlah ringkasan isinya! Buatlah diagram yang mencerminkan isi buku tersebut! b. Bacalah sebuah buku dan buatlah resensinya!



Berdiskusilah dengan teman sebangkumu, untuk melakukan hal-hal berikut! Bacalah sebuah cerpen, bebas dan yang kamu suka. 1. Tunjukkan pada bagian mana pengarang memperkenalkan tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh, dan sertakan bukti yang mendukung! 2. Tunjukkan pada bagian mana mulai memunculkan berbagai masalah untuk tokoh-tokohnya. pertentangan, atau kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya? Sertakan bukti yang mendukung! 3. Tunjukkan pada bagian mana pengarang mulai menunjukkan terjadinya peningkatan perhatian yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh sertakan bukti yang mendukung! 4. Tunjukkan pada bagian mana yang paling mendebarkan, adanya perubahan nasib beberapa tokohnya sertakan bukti yang mendukung! 5. Tunjukkan pada bagian mana pengarang mulai menunjukkan tentang nasib-nasib tokohnya mulai diperhitungkan sertakan bukti yang mendukung!



Tajuk



YA BERDOA,YA BERUSAHA



Sudah sepantasnya, di tengah banyak bencana dan musibah kita berintrospeksi diri. Kita memohon perlindungan Yang Maha Kuasa atas berbagai cobaan ini. Namun, berbagai persoalan yang kita hadapi tidaklah mungkin hanya diselesaikan melalui doa. Selain berdoa kita harus bekerja, kita harus berusaha untuk memperbaiki diri.Dalam hal yang terakhir inilah kita seringkali lemah. Kita sepertinya tidak pernah mau belajar dari pengalaman sehingga berbagai kesalahan selalu berulang. Contoh paling menonjol adalah kasus kapal motor penumpang Levina I. Puluhan orang tewas ketika kapal itu terbakar di perairan Jakarta. Kapal itu meminta lagi korban ketika tenggelam justru saat sedang diselidiki oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi.



(2) Tugas menulis dengan Rangsang Gambar Buatlah cerita lucu berdasarkan gambar berikut!



72



217



suatu malam tinggallah sebuah lilin yang terakhir, sedangkan laki-laki yang memberiku lilin belum pernah kudengar kabarnya. Aku menyalakan lilin terakhir dan berharap esok pagi ketika bangun aku mendapatinya. Semua adalah sia-sia. Aku tak punya lilin lagi untuk dinyalakan tiap malam. Malamku sudah terlalu gelap tanpa lilin-lilin itu. Namun, masih ada sebuah lilin yang masih menyala dan tak pernah bisa padam, yaitu sebuah lilin yang ditaruhnya di hatiku. Suatu malam angin mengabarkan bahwa laki-laki yang memberiku lilin ternyata tidak hanya menaruh lilin di hatiku saja, melainkan di hati perempuan-perempuan lain. Lilin di hatiku hampir padam ketika aku mencoba menguburnya dalam-dalam. “Ibu…” Dia adalah anak pertamaku., Andris Setyawan. Sudah tiga tahun yang lalu aku menikah dengan seorang laki-laki yang kukenal di kampusku. Aku mencintainya. Ia juga mencintaiku. Hingga cinta kami telah membuahkan Andris. Suamiku sangat sayang kepada anakku. Mereka baru saja jalan-jalan di taman. Berlari-lari mengejar Eno, nama kucing kami.. Tiba-tiba hp di meja berdering. Sebuah nomor baru muncul. “Masihkah lilin itu menyala di hatimu? (Andris Setyawan)” Aku tertegun menatap layar hpku. Laki-laki yang pernah memberiku lilin mencoba menyulut kembali lilin yang baginya sudah mati. Dengan segera aku menghapus sms tersebut. Aku menghapiri suamiku dan anakku. Kami bercanda bersama-sama di atas sofa. Masih ada sebuah lilin yang menyala di hatiku



(3) Tugas Menulis dengan rangsang peristiwa Amati peristiwa yang sedang terjadi di sekolah/masyarakat sekitarmu. Tulislah berita berdasarkan peristiwa tersebut!



(4) Tugas menulis dengan rangsang konteks komunikasi (simulasi) a. Pada sebuah kegiatan pentas seni akan diadakan di sekolahmu kamu bertindak sebagai ketua panitia. Buatlah proposal untuk kegiatan tersebut! b. Daerahmu sedang dilanda demam berdarah. Penduduk yang terjangkit sejumlah 165 orang. Buatlah poster agar masyarakat di sekitarmu mau melakukan tindakan pencegahan terhadap demam berdarah! (1) Tugas menulis Berdasarkan Pengalaman Ingat-ingatlah perjalanan yang pernah kamu lakukan! Tulislah garis besar perjalanan itu menjadi sebuah laporan perjalanan yang menarik. (6) Tugas Menulis dengan Rangsang Kegiatan Ambil kertas dan buatlah mainan sesukamu. Tulislah petunjuk pembuatan mainan tersebut sehingga orang lain akan mudah melakukannya. (7)Tugas Menulis dengan rangsang Gambar Tulislah puisi berdasarkan gambar!



Diterbitkan dalam kumpulan cerpen “La Runduma” kerjasama Menpora dan CWI 2005



Tahukah Kamu? Alur atau jalan cerita merupakan rangkaian peristiwa. Rangkaian peristiwa tersebut merupakan bagian tahapan dari, 6. Pengenalan situasi cerita (eksposition) Pengarang dalam bagian ini memperkenalkan tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh. 7. Pengungkapan peristiwa (complication) Disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah pertentangan, atau kesukarankesukaran bagi para tokohnya. 8. Menuju pada adanya konflik (rising action) Terjadinya peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh. 9. Puncak konflik (turning point) Sering disebut dengan klimak, bagian yang paling mendebarkan. Pada bagian ini ditentukan perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya tokoh berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal. 10. Penyelesaian (ending) Penyelesaian tentang nasib-nasib tokohnya mulai diperhitungkan. Namun ada juga cerpen/novel yang penyelesaian akhirnya diserahkan pada pembacanya, akhir cerita dibiarkan menggantung tanpa penyelesaian. Mari berlatih menentukan alur cerpen di atas! Perhatikan tahapan alur berikut ini! 1. Pengenalan situasi cerita (eksposition) Pengarang memperkenalkan tokoh aku yang masih menyisakan beberapa gerat-gerat perasaan yang masih jelas dirasakan, data yang mendukung… Jauh di dasar hati, di antara reruntuhan puing-puing bangunan peristiwa masa lalu, masih tersisa beberapa gerat-gerat perasaan yang masih jelas kurasakan. Aku tak berani menyisir kembali reruntuhan kenangan itu, karena gerat –gerat itu mampu menimbulkan getaran yang dahsyat di dasar hati. 2. Pengungkapan peristiwa (complication ) Pengarang mulai memunculkan berbagai masalah untuk tokoh-tokohnya. pertentangan, atau kesukarankesukaran bagi para tokohnya, data pendukungnya....



216



73



Pengarang memperkenalkan tokoh aku yang masih menyisakan beberapa gerat-gerat perasaan yang masih jelas dirasakan, data yang mendukung… Jauh di dasar hati, di antara reruntuhan puing-puing bangunan peristiwa masa lalu, masih tersisa beberapa gerat-gerat perasaan yang masih jelas kurasakan. Aku tak berani menyisir kembali reruntuhan kenangan itu, karena gerat –gerat itu mampu menimbulkan getaran yang dahsyat di dasar hati. 2. Pengungkapan peristiwa (complication ) Pengarang mulai memunculkan berbagai masalah untuk tokoh-tokohnya. pertentangan, atau kesukarankesukaran bagi para tokohnya, data pendukungnya.... Simpanlah lilin ini dihatimu,” begitulah kata laki-laki yang memberikan lilin waktu itu sambil menggenggamkan sebuah lilin di tanganku.Aku tak bisa menerimanya karena kala itu aku masih terlalu muda untuk membagi perasaan dengan seorang laki-laki. Akupun patuh dengan kata-kata ayahku yang melarang keras diriku untuk pacaran karena masih duduk di bangku SMP. 1.



2.



3.



Konflik (rising action) Terjadinya peningkatan kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh, data pendukungnya,........... ....................................................................................................................................................................... ............................................................................................................. Puncak konflik (turning point) Perubahan nasib beberapa tokohnya, mulai muncul. Data pendukungnya,...... ..... ....................................................................................................................................................................... ............................................................................................................. Penyelesaian (ending) Penyelesaian tentang nasib-nasib tokohnya mulai ditata. Data pendukungnya,............................................................................................................................................... ............................................................................................................



Kegiatan Kreatif!



Buatlah bahasa petunjuk berdasarkan gambar berikut!



Berdiskusilah dengan teman sebangkumu, untuk melakukan hal-hal berikut! Bacalah sebuah cerpen, bebas dan yang kamu suka. 1. Tunjukkan pada bagian mana pengarang memperkenalkan tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh, dan sertakan bukti yang mendukung! 2. Tunjukkan pada bagian mana mulai memunculkan berbagai masalah untuk tokoh-tokohnya. pertentangan, atau kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya? Sertakan bukti yang mendukung! 3. Tunjukkan pada bagian mana pengarang mulai menunjukkan terjadinya peningkatan perhatian yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh sertakan bukti yang mendukung! 4. Tunjukkan pada bagian mana yang paling mendebarkan, adanya perubahan nasib beberapa tokohnya sertakan bukti yang mendukung! 5. Tunjukkan pada bagian mana pengarang mulai menunjukkan tentang nasib-nasib tokohnya mulai diperhitungkan sertakan bukti yang mendukung! Laki-laki yang memberiku lilin akhirnya memberiku lilin yang terakhir. “Bisakah lilin yang satu ini kau taruh di hatimu?” katanya tanpa membawa lilin seperti sebelumnya. Aku seperti tersihir. Aku terpelincir.Tenggelam di telaga yang dalam. Aku tak bisa muncul ke permukaan. Aku tak bisa mengelak. Tak bisa menolak. Nafasku sesak. Aku jatuh di dasar telaga laki-laki yang memberiku lilin sepanjang nyala sumbu hidupku hingga ke dasar tumpu. *** Ada sebuah lilin di hatiku. Keempat lilin yang pernah diberikan laki-laki yang memberi lilin sudah habis kunyalakan semua. Setiap malam menjelang tidur aku selalu menyalakn lilin itu satu demi satu. Malam ke malam. Hingga tiba



(8) Tugas Menulis dengan Rangsang Objek a. Amati objek yang ada di sekitar sekolah! Tulislah sebuah puisi yang sesuai dengan objek pilihanmu b. Amati kehidupan orang-orang di terminal! Tulislah sebuah cerpen tentang kehidupan mereka!



74



c. Amati kondisi perpustakaan di sekolahmu. Buatlah laporan tertulis tentang keadaan perpustakaan tersebut. (9) Tugas Menulis dengan peta/ denah Amati peta berikut! Buatlah paragraf berdasarkan isi peta!



(8) Tugas Menulis dengan rangsang diagram/ tabel/peta Kompetensi yang diuji : Menyusun laporan Indikator : Siswa dapat menulis laporan terdiri atas  200 kata berdasarkan data yang tersedia (tabel, gambar, grafik, atau Contoh tugas/soal Perhatikan tabel berikut! Tabel ini menggambarkan banyaknya pengguna obat-obat terlarang di Indonesia tahun 1998 - 2001.



Narkotika Psikotropika Bahan Berbahaya Jumlah



Laki-laki yang memberiku lilin akhirnya memberiku lilin yang terakhir. “Bisakah lilin yang satu ini kau taruh di hatimu?” katanya tanpa membawa lilin seperti sebelumnya. Aku seperti tersihir. Aku terpelincir.Tenggelam di telaga yang dalam. Aku tak bisa muncul ke permukaan. Aku tak bisa mengelak. Tak bisa menolak. Nafasku sesak. Aku jatuh di dasar telaga laki-laki yang memberiku lilin sepanjang nyala sumbu hidupku hingga ke dasar tumpu. *** Ada sebuah lilin di hatiku. Keempat lilin yang pernah diberikan laki-laki yang memberi lilin sudah habis kunyalakan semua. Setiap malam menjelang tidur aku selalu menyalakn lilin itu satu demi satu. Malam ke malam. Hingga tiba suatu malam tinggallah sebuah lilin yang terakhir, sedangkan laki-laki yang memberiku lilin belum pernah kudengar kabarnya. Aku menyalakan lilin terakhir dan berharap esok pagi ketika bangun aku mendapatinya. Semua adalah sia-sia. Aku tak punya lilin lagi untuk dinyalakan tiap malam. Malamku sudah terlalu gelap tanpa lilin-lilin itu. Namun, masih ada sebuah lilin yang masih menyala dan tak pernah bisa padam, yaitu sebuah lilin yang ditaruhnya di hatiku. Suatu malam angin mengabarkan bahwa laki-laki yang memberiku lilin ternyata tidak hanya menaruh lilin di hatiku saja, melainkan di hati perempuan-perempuan lain. Lilin di hatiku hampir padam ketika aku mencoba menguburnya dalam-dalam. “Ibu…” Dia adalah anak pertamaku., Andris Setyawan. Sudah tiga tahun yang lalu aku menikah dengan seorang laki-laki yang kukenal di kampusku. Aku mencintainya. Ia juga mencintaiku. Hingga cinta kami telah membuahkan Andris. Suamiku sangat sayang kepada anakku. Mereka baru saja jalan-jalan di taman. Berlari-lari mengejar Eno, nama kucing kami.. Tiba-tiba hp di meja berdering. Sebuah nomor baru muncul. “Masihkah lilin itu menyala di hatimu? (Andris Setyawan)” Aku tertegun menatap layar hpku. Laki-laki yang pernah memberiku lilin mencoba menyulut kembali lilin yang baginya sudah mati. Dengan segera aku menghapus sms tersebut. Aku menghapiri suamiku dan anakku. Kami bercanda bersama-sama di atas sofa. Masih ada sebuah lilin yang menyala di hatiku



Diterbitkan dalam kumpulan cerpen “La Runduma” kerjasama Menpora dan CWI 2005



Menulis berita denga rangsang data



Kasus Narkoba yang Ditangani Polri 1998 - 2001 Kasus 1998 1999 421 894 416 839 121 100 958 1.833



215



2000 2.058 1.356 64 3.478



2001 1.907 1.648 62 3.617



Tulislah laporan yang panjangnya kurang lebih 200 kata berdasarkan informasi yang terdapat dalam tabel tersebut dalam bentuk narasi (cerita)!



Tahukah Kamu? Alur atau jalan cerita merupakan rangkaian peristiwa. Rangkaian peristiwa tersebut merupakan bagian tahapan dari, 1. Pengenalan situasi cerita (eksposition) Pengarang dalam bagian ini memperkenalkan tokoh, menata adegan, dan hubungan antartokoh. 2. Pengungkapan peristiwa (complication) Disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah pertentangan, atau kesukarankesukaran bagi para tokohnya. 3. Menuju pada adanya konflik (rising action) Terjadinya peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh. 4. Puncak konflik (turning point) Sering disebut dengan klimak, bagian yang paling mendebarkan. Pada bagian ini ditentukan perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya tokoh berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal. 5. Penyelesaian (ending) Penyelesaian tentang nasib-nasib tokohnya mulai diperhitungkan. Namun ada juga cerpen/novel yang penyelesaian akhirnya diserahkan pada pembacanya, akhir cerita dibiarkan menggantung tanpa penyelesaian. Mari berlatih menentukan alur cerpen di atas! Perhatikan tahapan alur berikut ini! 1. Pengenalan situasi cerita (eksposition)



214



Brown,J. 2007. Pengajaran Bahasa. Terjemahan. Nababan, Sri Utari Subiyakto. 1993. Metode Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia.



75



Tulisanmu akan dinilai berdasarkan isi, alur, kosakata, dan penggunaan kaidah bahasa Indonesia. (9) Tugas Menulis dengan Rangsang Masalah



Cara membuat kompos sampah Bahan : 1. Pisahkan sampah sisa sayuran dengan sampah yang lain 2. Potong sisa sayuran menjadi kecil-kecil dengan ukuran sekitar 2-5 cm 3. Masukkan sisa sayur yang telah dipotong-potong tersebut dalam wadah atau ember bekas atau karung bekas. 4. Setiap hari sampah hijauan itu bisa ditambahkan dalam wadah tersebut. 5. Pada sisa hijauan dengan bantuan pengurai cacing tanah, cacing akan selalu memilih bagian atas sampah yang ada di bagian bawah sudah membusuk. 6. Untuk sampah yang diuraikan cacing membutuhkan waktu sekitar tiga minggu kompos sudah siap dipanen atau siap untuk ditanami. 7. Keringkan kompos yang dipanen sehingga wadah sisa pengomposan pertama masih dapat dipakai untuk wadah pengomposan kedua.



Masalah : (10) Tugas Menulis dengan Rangsang 3. Instrumen Penilaian Proses Menulis Tagihan aspek afektif berkaitan erat dengan penjabaran life skill. Instrumen yang digunakan berupa jurnal, daftar cek, atau lembar observasi. Contoh alat penilaian untuk menjaring aspek afektif siswa dalam pembelajaran menulis dicontohkan berikut. Nama



Kerjasama



Keaktifan/ketekunan



keterbuka an terhadap kritik



berpikir kritis



Teks 2 Biopori sendiri adalah pori-pori berbentuk lubang yang dibuat oleh aktifitas fauna tanah atau akar tanaman. Lubang resapan biopori ini berguna untuk mengatasi banjir karena bisa meningkatkan daya resapan air, mengubah sampah organik dalam lubang jadi kompos, mengurangi emisi gas rumah kaca, memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah atau akar tanaman, serta mencegah penyakit yang ditimbulkan genangan air seperti DBD atau Malaria. Perhatiin deh bedanya saluran pembuangan air yang pakai lubang serapan biopori dengan yang tidak! FYI, teknologi serapan Biopori ini diperkenalkan oleh Bapak Ir. Kamir R. Brata, Msc, dosen Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Banyaknya manfaat lubang serapan biopori ini bikin warga Bogor tersadar dan segera membuatnya di lingkungan tempat tinggal masing-masing. Bahkan, tepat di hari jadi kota Bogor ke 525, sekaligus memperingati Hari Bumi 2007. Pemerintah Kota Bogor serentak bikin 5250 lubang serapan biopori di 21 kelurahan yang tersebar di 6 kecamatan kota Bogor! Wow! Penasaran gimana cara bikin lubang resapan biopori yang sangat bermanfaat ini? Yuk, kita bikin sendiri di halaman rumah, mumpung liburan nih!



Kamu bisa bikin biopori di: dasar saluran air, sekeliling batang pohon, atau di batas taman. Caranya: 1. Buat alur untuk membuat beberapa lubang biopori yang akan berjarak 1 – 2 meter. Lalu airi tanah supaya gampang dilubangi. 2. Buat lubang slindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman 1 meter, dengan menggunakan bor biopori. 3. Tanah harus selalu basah supaya bor mudah dipakai. 4. masukin sampah organik ke dalamnya. Tambahkan terus sampah organik saat isi lubang mulai berkurang (terurai).



Pemahaman /komprehensi 1. ide pokok, ide pejelas, 2. hubungan sebab-akibat, definisi, klasifikasi, sebab-akibat,



4. Penggunaan Portofolio dalam Penilaian Pembelajaran Menulis Aspek perkembangan siswa dalam menguasai kompetensi menulis lebih cocok dinilai dengan portofolio. Dengan melihat portofolio siswa dapat ditentukan bagaimana perkembangan kompetensi menulis siswa, pada tahapan mana siswa mengalami kesulitan, pada kompetensi menulis apa siswa lemah/kuat. Dengan portofolio perkembangan pencapaian kompetensi menulis secara utuh seperti yang diinginkan dalam kurikulum dapat dipotret. Penggunaan portofolio dalam penilaian keterampilan menulis berfungsi untuk menilai perkembangan keterampilan menulis yang dicapai siswa. Portofolio ini menjadi bukti bahwa siswa telah belajar berbicara. Portofolio yang digunakan hendaknya dapat membuktikan bahwa siswa telah melakukan psoses pembelajaran dan sebagai bukti perkembangan kompetensi siswa. Amati contoh perencanaan portofolio berikut. Portofolio keseluruhan keterampilan (satu mata pelajaran untuk kurun waktu tertentu) Kompetensi



Indikator



Informasi/ bukti belajar yang dimasukkan dalam portofolio



hal yang akan diamati



Simpulan dan keputusan yang akan diambil/keg unaan informasi



76



213



b.



 Mengingat : mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi , menemukan kembali dsb.  Memahami : menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb.  Menerapkan : melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb



Descriptive Graphic Rating Scale Tipe rating scale inipun bersamaan dengan numerical rating scale, hanya dalam graphic rating scale yang digunakan bukan angka sebagai tanda penggambaran tingkah laku atau hasil tugas, tetapi dengan memberi tanda tertentu pada suatu kontinum baris. Tipe rating scale ini amat baik digunakan untuk mendeskripsikan suatu profil dari suatu kegiatan, prosedur atau hasil kegiatan tertentu. Contoh berikut ini akan memberi gambaran yang lebih jelas, untuk mendeskripsikan partisipasi peserta didik dalam kegiatan diskusi kelas. 1. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam diskusi? 2. Bagaimanakah kemampuan siswa mengemukakan pendapat 3. Bagaimanakah urutan pikiran siswa? 4. Bagaimanakah kemampuan siswa membantah pendapat orang lain? 5. Bagaimana kemampuan mendukung pendapat orang lain? 6. Bagaimana kemampuan menarik kesimpulan? 7. Bagaimana sikap terhadap pendapat orang lain? Setiap komponen dari graphic rating scale dapat dideskripsi lebih akurat, sebab dapat ditentukan di mana saja sepanjang garis kontinum yang ada di depan pertanyaan atau pernyataan. Dengan secara keseluruhan akan mudah dilihat profil dari kemampuan siswa yang bersangkutan dalam diskusi.



 Menganalisis : menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.  Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.  Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah dsb. (g) Tes Membaca Cerita Fiktif 



Memahami Unsur Intrinsik dalam Cerita …………………………………………………….



Ada gubernur yang bijaksana hidup di kota kecil di TaiwanUtara. Namanya ChuSan. Suatu hari, ia memeriksa penjara lokal.Ia melihat banyak tahanan di sana, dan bertanya pada penjaga penjaramengenai apa yang mereka perbuat. Mereka semua adalah perampok,jawab penjaga. Lepaskan mereka kata gubernur. Ia menyuruh perampok-



Anderson, J. Charles/ Assessing Reading. 2007. Cambridge: Cambridge University Press. Sevilla G.. Consuela, et all. Pengantar Metode Penelitian .1993. Jakarta: Universitas Indonesia



a.



212



77



Dalam persiapan mengajar calon guru tercantum upaya menyusun langkah-langkah mengajar. Instruktur/dosen yang akan memberi nilai pada persiapan yang dibuat oleh calon guru tersebut menggunakan format observasi berikut.



perampok itu “kalian bisa bebas, carilah pekerjaan, jangan merampok atau mencuri lagi”. ia memberi setiap orang sepuluh dollar. Kurang lebih satu bulan kemudian, ia mengunjungi penjara lagi. ia mengenal satu di antara tahanan-tahanan yang telah ia bebaskan sebelumnya. Ia sangat marah,” Keluarkan orang ini dan eksekusi saja” perintah sang gubernur.Semua orang mendengar hal ini dan kota itu menjadi damai untuk waktu yang lama, tidak terdengar lagi beritaberita mengenai pencurian. Suatu hari, seorang penjahat dihadapkan pada gubernur. Ia segera mengenali orang itukarena orang itu adalah salah satu tahanan yang ia bebaskan. Orang ini harus dihukum, katanya. Ia tidak melakukan nasihatku, bawa ia lalueksekusi ( hukum mati) saja. “Jangan hukum mati saya tuan”, seru penjahat,”Anda dapat menghukum saya dengan cara lain, tapi tolong jangan bunuh saya. Ibu saya ada di luar apa yang akan terjadi padanya bilasaya mati?” Chu-san pergi ke luar. Ia melihat seorang wanita tua duduk di tanah. Ia menangis dan memegang selimut kumal. “ Mengapa anda membawa selimut itu?” tanya gubernur “Ini untuk menutupi mayat anak saya jika ia sudah dihukum mati,” jawab ibu tua. Chu-San merasa kasihan. Ia melepas anaknya dan memberinya sepuluh dollar. Penjahat dan ibunya berlutut di hadapannya lalu berterima kasih padanya. Segera setelah itu, penjahat itu mendapat pekerjaan dan bekerja dengan keras. Ia tidak pernah lagi mencuri. Lalu ia menikah dan mempunyai keluarga. Ketika anaknya bertumbuh besar, ia berkata” Jangan mencuri atau melanggar hukum. Berbuat baiklah kepada orang lain. jika kamu mendengarkan saya, pasti kalian hidup enak,” Isilah tabel berikut dengan tokoh, perwatakan, setting, alur dan tema yang dikemukakan pengarang dalam ceritanya.



Menyusun langkah-langkah mengajar Penjelasan: Langkah-langkah mengajar (pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup) hendaknya memenuhi kriteria berikut:  Sesuai dengan tujuan  Sesuai dengan materi yang akan diajarkan  Sesuai dengan perkembangan anak  Sesuai dengan waktu yang tersedia  Sesuai dengan sarana yang tersedia  Sesuai dengan lingkungan  SIstematis  Memungkinkan keterlibatan siswa Skala Penilaian 1 2 3 4 5 b.



Penjelasan Dalam rencana pembelajaran: Tidak satu deskriptor pun tampak, Satu sampai dua deskriptor tampak, Tiga sampai empat deskriptor tampak, Lima sampai enam deskriptor tampak, atau Tujuh sampai delapan deskriptor tampak



Pada waktu praktek mengajar, calon guru harus mengakhiri pembelajaran. Instruktur/dosen yang menilai pelaksanaan pembelajaran tersebut dapat menggunakan format observasi berikut: Mengakhiri pembelajaran dalam satu pertemuan Penjelasan: Kemampuan guru mengakhiri pembelajaran dapat dilakukan dengan cara merangkum, meringkas, mereviu (meninjau ulang), dan sebagainya. Kegiatan menutup/mengakhiri pembelajaran dapat terjadi beberapa kali pada akhir pembahasan setiap topik. Skala Penilaian 1 2 3 4 5



Penjelasan Tidak ada kegiatan merangkum, meringkas, atau meninjau ulang Ada kegiatan merangkum, meringkas, atau meninjau ulang tetapi tidak lengkap Ada kegiatan merangkum, meringkas, atau meninjau ulang secara lengkap yang dilakukan oleh guru saja Kegiatan merangkum, meringkas, atau meninjau ulang dilakukan oleh guru dengan melibatkan siswa Guru membimbing siswa membuat rangkuman, ringkasan, atau meninjau ulang



Dengan dicantumkannya penjelasan (kriteria) untuk setiap skala penilaian para pengamat memiliki pedoman dalam memilih skala sehingga hasil akhirnya lebih objektif, persepsi pengamat dapat dibuat hampir sama terhadap apa yang dinilainya. Dengan kata lain reliabilitas pengukuran



Isilah table berikut berdasarkan isi cerita! Unsur



Penggambaran dalam Cerita



Setting Tokoh dan perwatakan Alur (urutan peristiwa) Tema  Menjelaskan Kekhasan tempat, nama, budaya, sosial, politik yang melatari cerita Isilah tabel berikut dengan kekhasan tempat, nama, budaya, sosial, dan politik berdasarkan isi cerita.



(h) Tes Pemahaman Puisi ….. Pergi ke dunia luas, anakku sayang pergi ke hidup bebas!



78



211



Selama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinar daun-daun dalam rimba dan padang hijau 2)



Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Selama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau.



3)



Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhkoda telah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku!



4)



5)



Kembali pulang, anakku sayang kembali ke balik malam! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita “Tentang cinta dan hidupmu pagi hari”



6)



selalu harus dimulai dengan merinci suatu tugas atau prosedur atau hasil yang akan diukur ke dalam komponen-komponen kecil. Secara jelas keseluruhan komponen itu harus ditata kembali sehingga membentuk keseluruhan yang akan diukur. Barulah setelah itu dilakukan pemilihan komponen yang akan digunakan dalam rating scale. Angka untuk seperangkat rating scale tertentu haruslah mempunyai arti yang sama. Misalnya dalam satu perangkat rating scale bila sekali digunakan angka 1 (satu) bermakna kurang atau tidak ada, maka untuk keseluruhan rating scale itu digunakan arti yang sama. Jangan sampai terjadi dalam satu butir pernyataan 1 (satu) berarti tidak ada, dan dalam pernyataan lain 1 (satu) berarti sangat baik Jumlah kategori angka yang digunakan supaya diusahakan cukup bermakna, tetapi tidak terlalu renik sehingga tidak jelas lagi perbedaan arti satu angka dengan angka lainnya. Sebagai patokan hendaknya kategorisasi angka yang digunakan itu tidak melebihi 7 (tujuh) kategori. Pembagian sampai dengan tujuh itu masih dapat dibedakan secara jelas arti satu angka dari angka lainnya. Misalnya: 1=hampir tidak ada; 2=kurang, 3=di bawah rata-rata, 4=rata-rata, 5=di atas rata-rata, 6=cukup, 7=sempurna. Bila akan menyatakan dua kategori, maka sebaiknya tidak menggunakan rating scale, tetapi gunakan “check list” Setiap pernyataan atau pertanyaan hendaknya hanya mengukur satu karakteristik atau satu komponen. Karakteristik yang dipilih hendaknya yang penting dalam keseluruhan bagian yang akan diukur itu. Jadi tak usah memasukkan karakteristik atau komponen yang remeh dalam suatu rating scale. Bila rating scale itu akan mengukur suatu prosedur, maka sebaiknya pertanyaan atau pernyataan disusun secara urut berdasarkan urutan pelaksanaan prosedur. Bila rating scale akan mengukur suatu hasil, maka komponen rating scale disusun menurut urutan dari mudah diamati ke yang lebih sukar diamati.



(Asrul sani)



 Identifikasi sikap penyair Dari puisi di atas, sikap penyair yang tersirat adalah …. a. menasehati para generasi muda b. menjelaskan isi hatinya kepada anak-anaknya c. memberi petuah kepada para pemuda d. menyurati anaknya yang jauh  Identifikasi nilai/pesan dalam puisi Nilai yang sesuai dengan isi puisi di atas adalah…. a. Anak-anak pantang pulang sebelum sukses b. Setelah berhasil anak-anak diminta pulang kampung c. Menimba ilmu seluas-luasnya d. kegelisahan seorang ibu menanti anaknya.  Identifikasi makna tersirat dalam baris atau bait Bait ketiga puisi Surat dari Ibu tersebut menyiratkan ….. a. Keberhasilan seorang anak b. Tercapainya cita-cita yang diinginkan orangtua



No Aspek yang diukur 1 Cara memegang pensil 2 Posisi duduk waktu menulis 3 Posisi tangan terhadap kertas 4 Letak kertas yang akan ditulis 5 Jarak mata dari kertas/meja 6 Bentuk huruf 7 Cara merangkai huruf *) 8 Kejelasan tulisan 9 Keindahan tulisan 10 Kebenaran tulisan Keterangan: *) tidak berlaku bila tulisan gaya manuskrip 1= tidak memuaskan 2= di bawah rata-rata 3= rata-rata 4= di atas rata-rata 5= sempurna Tandailah dengan cara memberi tanda cek (v)



1



2



3



4



5



Rating scale seperti dicontohkan di atas tentu dapat disusun dengan lebih merinci lagi aspek yang diukur bila dikehendaki pengukuran yang lebih teliti. Tetapi juga harus diperhatikan bahwa rating scale yang terlalu rinci akan membutuhkan waktu untuk menyusun alat ukurnya. Untuk pengukuran yang akan digunakan oleh guru dalam mengobservasi kegiatan yang mencakup prosedur dan hasil kegiatan hendaknya guru menyusun alat ukur yang cukup sederhana, tetapi mempunyai validitas dan reliabilitas yang dapat diandalkan. Di bawah ini dicantumkan 2 contoh penggunaan “numerical rating scale” dalam format observasi pelaksanaan: 1. Praktek Mengajar (PPL/PKM) 2. Praktikum Kimia (titrasi) Kedua contoh ini tidak mencantumkan semua kegiatan dari tahap persiapan sampai dengan tahap akhir kegiatan (penilaian/umpan balik) tetapi hanya mengambil tahap tertentu. 1.



Praktek Mengajar



210



5.



6.



d. Ion negatif akan dinetralisir menjadi sisa asam (dioksidasikan) pada kutub positif (anoda) e. Bahan baru akan terbentuk dari larutan garam f. Fenolftalein adalah indikator yang dapat membedakan larutan yang bersifat asam atau basa Apakah kelompok melakukan kegiatan berikut: a. Menyusun alat percobaan sesuai dengan petunjuk b. Mengukur volume larutan garam yang diperlukan dengan menggunakan gelas ukur c. Mengukur volume larutan menggunakan cara-cara yang tepat d. Mengukur volume larutan kanji menggunakan gelas ukur e. Mencampur larutan garam Fenolftalein dan larutan kanji dicampur dalam gelas piala f. Mengaduk larutan menggunakan gelas pengaduk g. Pada saat melakukan elektrolisa, mula-mula menggunakan tegangan rendah kemudian tegangannya ditinggikan. h. Menggunakan gelas pengaduk pada waktu menuangkan larutan dari gelas piala ke telepa Petrie Apakah kelompok dapat menjelaskan: a. Pada katoda: (i) Perubahan larutan tak berwarna menjadi berwarna merah (ii) Timbulnya gas (tidak berwarna dan tidak berbau) b. Pada anoda: Perubahan larutan tak berwarna menjadi berwarna biru/ungu c. Timbulnya gas yang tidak berwarna pada katoda d. Perubahan larutan tak berwarna pada anoda menjadi biru/ungu e. Perubahan kecepatan reaksi jika tegangan dinaikkan f. Larutan garam yang terbentuk g. Reaksi nyala pada ion natrium dan pada ion kalium (ion natrium berwarna kuning, ion kalium berwarna ungu). h. Reaksi garam dengan ion perak atau ion timbal membentuk endapan berwarna kuning



3. Rating Scale (Skala Lajuan) Yang dimaksud dengan “rating scale” ialah alat pengukuran non-tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi, yang menyatakan posisi sesuatu dalam hubungannya dengan yang lain. Biasanya rating scale berisikan seperangkat pernyataan tentang karakteristik atau kualitas dari sesuatu yang akan diukur beserta pasangannya yang berbentuk semacam cara menilai yang menunjukkan peringkat karakter atau kualiatas yang dimiliki oleh sesuatu yang diukur tersebut. Jadi suatu rating scale terdiri dari dua bagian utama, yaitu: (1) adanya pernyataan tentang keberadaan atau kualitas keberadaaan dari suatu unsur atau karakteristik tertentu, dan (2) adanya semacam petunjuk penilaian tentang pernyataan tersebut. Komponen ini mirip dengan tes objektif, yaitu adanya stem dan option. Misalnya, Alex Inkeles dalam kegiatan penelitiannya mengenai manusia modern (Becoming Modern) menggunakan format tes melengkapi pilihan di mana pokok soal diiringi dengan 3 pilihan. Setiap pasang pernyataan dan penilaian itu dapat dianggap sebagai sebutir soal dalam rating scale tersebut. Ada beberapa tipe rating scale, yaitu: a. Numerical rating scale b. Descriptive graphic rating scale c. Ranking Methods Rating scale d. Paired comparisons rating scale a.



Numerical Rating Scale Tipe rating scale ini dianggap yang paling sederhana bentuk dan pengadministrasiannya. Komponen numerical rating scale adalah pernyataan tentang suatu karakteristik atau kualitas tertentu dari sesuatu yang akan diukur keberadaannya, yang diikuti oleh angka yang menunjukkan kualitas keberadaan itu. Untuk setiap numerical rating scale seperti itu, petunjuk pengerjaannya harus jelas, terutama bila pengadministrasiannya rating scale itu dilakukan oleh peserta didik yang akan diukur hasil belajarnta. Pengembangan numerical rating scale hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1) Jumlah butir pernyataan atau pertanyaan haruslah terbatas, dalam arti tidak boleh terlalu banyak, tetapi tetap dapat memberi gambaran yang utuh dari keseluruhan hal yang ingin diukur. Dengan demikian harus dilakukan pemilihan sampel yang cukup representatif. Dalam setiap pengembangan rating scale,



79



c. Kecukupan seorang anak dari segi ilmu dan bekal hidup d. Nahkoda dapat mengemudikan kapalnya dengan baik.  Memparafrasekan puisi Parafrasekan baris pertama dari puisi tersebut! (subjektif) Parafrase baris pertama yang sesuai adalah …….. (objektif)  Menjelaskan makna bait Jelaskan makna bait pertama dalam puisi di atas!  Menjelaskan sikap penulis terhadap pokok masalah Sikap penyair terhadap pokok masalah adalah …….  Menjelaskan makna simbol dalam puisi Makna angin buritan dan nakhkoda dalam puisi di atas adalah ….  Menjelaskan tema puisi Tema puisi di atas adalah …..  Menjelaskan suasana dalam puisi Suasana yang digambarkan penyair dalam puisi adalah ….  Memberi judul puisi Judul puisi yang sesuai adalah ….. (i) Tes Pemahaman Puisi Naratif LELAKI TUA DAN GEROBAK Pada suatu pagi yang tenang seorang lelaki tua/terangguk-angguk di atas gerobak/ Berderak/di atas jalanan menuju kota Matahari di atasnya Ia bertanya Jam berapakah sekarang? (Ketika itu ia hampir sampai di pusat kota. Angin dan debu mengapung) Seorang anak kecil melintas dengan gugup Lelaki itu bertanya lagi;



80



Kemana kau nak? Gerobak itu berjalan terus Dan lelaki itu terbatuk-batuk Lelaki itu bicara sendiri: Bedakanlah buatku Ya Tuhan antara keyakinan dan cinta Izinkan daku bercinta. Dan tunjukkanlah padaku di sudut manakah di kota ini kasih sayang dan keramahan? Lelaki itu kemudian terbatuk-batuk Dan malaikat membawanya Tanpa berobak. 



Pemahaman Unsur Cerita dalam Puisi Naratif (setting, alur, tema, tokoh dan perwatakan)



Lengkapi tabel berikut berdasarkan isi puisi di atas! waktu dan tempat terjadinya peristiwa



Tokoh dan watak Tema Urutan peristiwa yang terjadi







Parafrase puisi naratif (baris/bait) Parafasekan baris pertama dalam puisi di atas!



Parafrasekan bait pertama puisi di atas! 



Petunjuk: Berilah tanda cek (V) di temoat yang telah disediakan dalam tabel berikut, untuk setiap pernyataan yang disajikan. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19



Aspek yang diamati Memperlihatkan keinginan untuk menyenangkan guru atau orang dewasa Menyatakan rasa gembira secara lisan Menyatakan rasa sedih secara lisan Memperlihatkan rasa sedih Memperlihatkan sikap gembira Meniru tingkah laku orang dewasa Meniru tindakan orang dewasa yang lebih kompleks Meniru kata-kata atau frasa orang dewasa Menyapa orang lain dengan panggilan tepat (misalnya Pak, Bu, Teman) Mengenal orang lain dengan menyebut ciri khasnya (buikan nama) Tertawa atau tersenyum pada situasi yang tepat Mengucapkan selamat kepada orang lain yang berbahagia Mengucapkan rasa simpati kepada orang lain yang mendapat kemalangan Memulai pembicaraan kepada orang lain dengan tiopik yang disenangi orang lain itu Memberi ucapan selamat kepada anggota keluarga yang ulang tahun Menunjukkan sikap yang lebih menyenangi beberapa teman daripada teman yang lain Lebih senang bergaul dengan teman yang berlainan kelamin Mempunyai seorang atau beberapa orang teman yang dianggap paling akrab Memiliki kelompok teman yang tetap



Pemahaman Suasana dalam Puisi



Cek ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... .....



Contoh di atas merupakan suatu check list yang keseluruhannya berindikasi positif. Artinya makin banyak komponen yang ada, makin baik hubungan interpersonal yang dimiliki pleh peserta didik yang diamati. Kekuatan checklist ialah ia sangat fleksibel untuk mencetak kemampuan untuk semua jenis dan tingkat hasil belajar. Ia dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Namun mutu checklist yang digunakan akan sangat tergantung dari kejelasan komponen yang dinyatakan dalam daftar, keutuhan komponen itu sebagai bagian menyeluruh dari kemampuan yang diukur, dan kemampuan pengamat untuk menandai ada atau tidak adanya komponen tersebut. Bahkan hanya dengan suatu daftar cek yang singkat saja, sudah diambil kkesimpulan untuk suatu karakteristik atau trait tertentu. Misalnya, suatu daftar cek (check list) yang dikembangkan oleh Mehren dan Lehmann (1969) untuk mengukur penyesuaian diri dan penyesuaian sosial untuk peserta didik SD hanya terdiri dari 9 komponen. Tetapi acapkali juga daftar cek terdiri dari suatu daftar yang panjang. Misalnya daftar cek (Checklist) yang disusun oleh Ralph W. Tyler untuk menguji keterampilan menggunakan mikroskop. Check list tersebut terdiri dari 83 butir komponen. Di bawah ini daftar cek untuk menentukan kualitas kegiatan kelompok dalam satu percobaan kimia. Untuk meneliti pengaruh arus listrik terhadap suatu larutan garam, satu set alat praktikum disusun seperti tercantum dalam diagram di bawah ini: Kepada 10 ml larutan garam yang akan diteliti ditambahkan 0,5 ml larutan kanji dan tiga tetes larutan Fenolftalein. Campuran larutan ini dimasukkan dalam telepa Petrie sehingga kertas saring yang terdapat di dalamnya basah seluruhnya. Alirkan arus listrik dan amati apa yang terjadi. Uraikan dengan teliti dan tepat pengamatannya dan berikan penjelasannya mengapa demikian. Kemungkinan larutan garam apakah itu dan bagaimana rumusannya. Tes apa sajakah yang mungkin Anda lakukan untuk menentukan ion-ion dalam larutan itu?



1. 2.



Pemahaman Simbol dalam Puisi Kata gerobak dalam puisi di atas melambangkan apa?







209



3. 4.



Format Observasi Apakah mereka membaca petunjuk dengan baik sebelum melakukan praktikum? Apakah mereka melakukan: a. Pemeriksaan terhadap semua alat yang tersedia? b. Pemeriksaan terhadap larutan yang disediakan? c. Pemeriksaan terhadap sambungan baterai (sumber arus) Apakah semua anggota kelompok ikut serta dalam diskusi? Apakah hal-hal berikut menjadi bahan diskusi: a. Di dalam larutan garam terdapat ion positif (Kation) dan ion negatif (Anion) b. Ion positif dapat dipisahkan dari ion negatif lewat peristiwa elektrolisa c. Ion positif dapat akan dinetralisir menjadi logam (direduksikan) pada kutub negatif (katoda)



208



Tes pilihan berganda dengan semua variasinya selalu dapat menggunakan diagram, gambar, grafik, atau tabel baik sebagai pokok soal (stem) maupun sebagai alternatif pilihan. Biasanya butir soal yang menggunakan diagram, gambar, grafik, dan tabel dapat mengukur/aspek proses berpikir yang lebih tinggi dari aspek ingatan. 2. Perbedaan dan Persamaan Tes Uraian dan tes Objektif Bila dibandingkan antara tes uraian dan tes objektif, terdapat berbagai perbedaan dan persamaan. Perbandingan kedua bentuk tes tersebut dapat terlihat pada tabel berikut ini.



Taksonomi yang diukur



Jumlah sampel



Menyusun pertanyaan



Pengolahan Faktor-faktor mengganggu pengolahan



yang hasil



TES OBJEKTIF Baik untuk mengukur pengetahuan ingatan, pemahaman, aplikasi, dan analisa. Kurang tepat untuk mengukur sintesa dan evaluasi



Pengolahan objektif, sederhana, dan ketetapannya (reliabilitas) tinggi Hasil kemampuan mahasiswa dapat terganggu oleh kemampuan membaca dan menerka



TES URAIAN Kurang baik untuk mengukur ingatan, baik untuk mengukur pemahaman, aplikasi, analisa, kpaling baik untuk mengukur sintesa dan evaluasi Hanya dapat menanyakan beberapa pertanyaan sehingga kurang mewakili materi yang diajarkan Menyususn pertanyaan yang baik sulit tetapi lebih mudah dibandingkan pertanyaan objektif, waktu yang digunakan cukup singkat. Pengolahan sangat subjektif, sukar, dan ketepatannya (reliabilitas) rendah. Hasil kemampuan mahasiswa dapat terganggu oleh kemampuan menulis dan mendongeng.



Mendorong mahasiswa untuk lebih banyak mengingat, membuat interpretasi dan menganalisa ide orang lain



Mendorong mahasiswa untuk mengorganisasikan, menghubungkan, dan menyatakan ide sendiri secara tertulis.



Penyelesaian tes oleh mahasiswa dan pengolahan tes oleh dosen memerlukan waktu singkat



Penyelesaian tes oleh mahasiswa dan pengolahan tes oleh dosen memerlukan waktu yang cukup banyak.



Dapat mengukur lebih banyak sampel pertanyaan sehingga benar-benar mewakili materi yang diajarkan Menyusun pertanyaan yang baik sulit dilakukan dan memakan waktu yang banyak



2. Check Lists Check list pada dasarnya mempunyai kemiripan bentuk dengan rating scale. Perbedaannya ialah dalam esensi dan penggunaannya. Dalam rating scale esensinya ialah untuk menentukan derajat atau peringkat dari suatu unsur, komponen, trait, karakteristik, atau orang, baik dalam bandingannya dengan suatu kriteria tertentu maupun dibandingkan dengan anggota kelompok yang lain. Sedangkan check list, esensinya ialah untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu unsur, komponen, trait, karakteristik, atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau satu kesatuan yang kompleks. Jadi dalam check list pengamat hanya dapat menyatakan ada atau tidak adanya suatu hal yang sedang diamati, bukan memberi peringkat atau derajat kualitas hal tersebut. Check list sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar baik yang berupa produk maupun prosedur atau proses yang dapat dirinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil, terdefinisi secara operasional dan atau sangat spesifik. Check list yang digunakan untuk mengamati suatu hasil belajar yang tidak terinci secara jelas dan tidak terdefinisi secara baik tidak terlalu bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat ukur. Suatu check list makin besar manfaatnya bila tersusun dari komponen yang lengkap. Jadi berbeda dengan watak dari alat ukur lainnya, check list justru menghendaki, dicantumkannya semua komponen yang mungkin diamati, baik komponen penting atau komponen yang remeh (trivial). Bagaimanapun rtemehnya suatu komponen, tetap akan memberikan sumbangan yang berarti bagi keutuhan keseluruhan yang sedang diamati. Tentu saja jumlah komponen yang dimasukkan ke dalam check list masih tetap dibatasi oleh waktu yang tersedia untuk mengamati dan kemampuan pengamat untuk memperhatikan komponen yang dicantumkan dalam daftar tersebut. Check list terdiri dari dua, yaitu komponen yang akan diamati dan tanda yang menyatakan ada atau tidak adanya komponen tersebut dalam observasi. Untuk jelasnya, satu contoh berikut ini merupakan check list untuk mengukur kemampuan hubungan interpersonal murid di sekolah dasar kelas 1 (satu) dan 2 (dua).



81







Suasana yang digambarkan dalam puisi adalah………… a. kesendirian b. kesombongan c. kecapaian d. kemiskinan



Menulis dengan Rangsang Wacana Sejenis



a. Memvariasikan pujian dalam iklan, memvariasikan struktur iklan (rubrik memvariasikan satu/dua unsur) b. Memvariasikan pidato (pembukaan, meminta maaf, mengucapkan trimakasih, c. memvariasikan dialog dalam cerita d. memvariasikan kata dalam puisi (dengan gambar) e. memvariasikan akhir sebuah cerita f. memvariasikan kalimat laporan dari gambar benda yang disajikan g. memvarasikan penggunaan peribahasa



5. Instrumen Penilaian Kompetensi dasar menulis berupa tes a. Kapan Menggunakan Tes? Selain menggunakan alat penilaian seperti yang terurai di atas, penggunaan tes kemampuan menulis terbatas melalui paper and pencil tes masih diperlukan. Penggunaan jenis tes ini diutamakan pada penilaian sumatif. Sasaran penilaian pada indikator mikro Tes menulis jenis ini berupa tes objektif untuk mengukur kemampuan siswa menguasai keterampilan menulis secara terbatas dan bersifat diskrit. Tes kemampuan menulis secara terbatas ini digunakan untuk mengukur subketerampilan menulis berikut.  kemampuan menggunakan kata, frase, dan klausa secara tepat (mengisi/melengkapi kata, frase, klausa dari kalimat yang belum lengkap; memilih/mengidentifikasi kata, frase, dan klausa yang tepat dari kalimat yang belum lengkap)  kemampuan menggunakan struktur kalimat (mengisi bentukan yang tepat dari bentukan kata yang belum sempurna, memvariasikan struktur kalimat, menyusun struktur kalimat yang telah diacak menjadi kalimat bermakna, melengkapi bagian kalimat yang belum lengkap, menggabungkan kalimat,  kemampuan menyunting kata, ejaan, dan struktur dalam tulisan (menghilangkan kata yang berlebihan, memilih penggunaan kata, ejaan, atau struk tur yang tepat dalam wacana tertentu, mengganti bagian yang belum tepat, mengelompokkan kesalahan, mengidentifikasi kesalahan)



82



207



 kemampuan menyunting isi (menghilangkan isi yang tidak sesuai dengan topik, memodifikasi/mengganti dengan isi yang lebih sesuai,  kemampuan mengurutkan ( mengurutkan kalimat acak menjadi paragraf utuh, mengurutkan paragraf menjadi wacana, mengurutkan topik menjadi kerangka topik yang padu)  kemampuan mengembangkan (mengembangkan topik menjadi tesis, mengembangkan tesis menjadi kerangka, mengembangkan kerangka menjadi karangan, mengembangkan kalimat topik menjadi paragraf)  kemampuan memvariasikan sesuai dengan ragam (memvariasikan dari ragam resmi menjadi tidak resmi, memvariasikan dari wacana serius menjadi parodi, memvariasikan dari yang lugas menjadi figuratif, mengubah dari simbol menjadi paparan verbal, mengubah tabel menjadi paparan verbal, mengubah  kemampuan melengkapi bagian wacana ( melengkapi kalimat topik dari sebuah paragraf, melengkapi kalimat penjelas dari sebuah paragraf, melengkapi bagian awal, tengah atau akhir sebuah wacana)



6. Hindari penggunaan kata-kata teknis atau ilmiah atau istilah yang aneh atau mentereng. Perlu diingat bahwa tes yang dikembangkan bertujuan untuk mengukur materi pelajaran, kalau menteri tersebut tidak menyangkut perbendaharaan, janganlah menggunakan istilah teknik atau aneh. Contoh: Yang kurang baik Apakah kritik utama ahli psikologi terhadap tes? A. Tes menimbulkan anciety B. Tes selalu disertai cultural bias C. Tes hanya mengukur hal-hal yang trivial D. Tes tergantung pada kemampuan kognitif guru Contoh: Yang lebih baik Apakah kritik utama ahli psikologi terhadap tes? A. Tes menimbulkan rasa cemas B. Tes sangat tergantung pada nilai budaya tertentu C. Tes mengukur hasil belajar yang tidak penting D. Tes sangat ditentukan oleh pengetahuan guru 7. Semua pilihan hawaban harus homogen dan dimungkinkan sebagai jawaban yang benar. Ciri khas pilihan ganda dari tes objektif yang lain adalah pada pilihan ganda semua alternatif jawaban ada kemungkinan sebagai jawaban yang benar, sehingga mahasiswa terpaksa membaca dan memikirkan semua pilihan dan menentukan yang mana yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hindari pengecoh yang dengan melihat sepintas mahasiswa sudah dapat menentukan pengecoh tersebut tidak ada sangkutannya dengan pokok soal atau pengecoh tersebut adalah jawaban yang tidak masuk akal. 8. Hindari keadaan di mana jawaban yang benar selalu ditulis lebih panjang dari jawaban yang salah. ada kecenderungan mahasiswa memilih jawaban yang lebih panjang dan yang lebih terinci sebagai jawaban yang benar. Oleh karena itu, penulis soal berusaha agar pengecoh dan jawaban yang benar ditulis sama panjang dengan rincian yang sama pula. 9. Hindari adanya petunjuk/indikator pada jawaban yang benar. 10. Hindari menggunakan pilihan yang berbunyi “semua yang diatas benar” atau “tidak satupun yang di atas benar”, adanya pilihan semacam ini sebenarnya mengurangi jumlah alternatif pilihan, karena kalau nahasiswa sudah mengenal satu atau dua di antara empat pilihan sebagai jawaban pilihan ketiga mahasiswa tersebut akan memilih “semua yang di atas benar”. Hal yang sama berlaku untuk “tidak satupun yang di atas benar”. 11. Gunakan tiga atau lebih alternatif pilihan. Kalau hanya ada dua pilihan, bentuk ini sama dengan bentuk salahbenar. Dua pilihan berarti tebakannya tinggi sedangkan kalau lima pilihan faktor tebakan menurun yaitu 20 persen. Banyaknya pilihan yang disediakan sangat ditentukan oleh usia peserta tes dan juga tergantung pada sifat bahan yang disajikan. 12. Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata-kata yang bermakna tidak tentu, misalnya: kebanyakan, seringkali, kadang-kadang, dan sejenisnya. 13. Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau pertanyaan positif. Jika terpaksa menggunakan pernyataan negatif maka kata negatif tersebut digarisbawahi atau ditulis tebal



Tes tentang teori struktur, teori makna, teori paragraf, dan teori tentang menulis BUKAN termasuk tes kemampuan menulis. b. Contoh Tes Menulis Penggunaan tes essai dan objektif untuk mengukur kemampuan menulis disebut tes menulis tidak langsung. Tes menulis tidak langsung tersebut mengukur pencapaian kompetensi secara terfokus dan tidak serentak dalam satu tugas. Kemampuan menulis untuk menemukan, membatasi, mengembangkan , mengorganisasikan, dan menyunting gagasan diteskan secara terpisah dan terfokus. Tes menemukan ide dan membatasi ide diteskan sendiri. Tes mengorganisasikan ide diteskan sendiri. Demikian juga tes mengembangkan dan menyunting diteskan secara terfokus. Tes menulis tidak langsung menggunakan tes bentuk objektif maupun subjektif. Kemampuan siswa menggunakan bahasa dalam tes menulis tidak langsung juga diteskan tersendiri dengan terinci. Misalnya, tes menggunakan kosakata tertentu dalam kalimat, tes menyusun majas tertentu, tes menggunakan tanda kohesi dalam kalimat/paragraf, atau tes menyusun kalimat dengan struktur tertentu. Contoh Tes Menulis Tidak Langsung menggunakan dicontohkan berikut.



(1) Tes Mengurutkan Indikator mengurutkan berkaitan dengan kemampuan mengorganisasi ide dalam menulis. Indikator mengurutkan dalam tes menulis mencakup : (1) mengurutkan kata



Pilihan Ganda Menggunakan Diagram, Gambar, Grafik, atau Tabel Bentuk soal ini mirip dengan Analisis Kasus baik struktur maupun pola pertanyaannya. Bedanya dalam tes bentuk ini tidak disajikan kasus dalam bentuk ceritera atau persitiwa tetapi kasus tersebut berupa diagram, gambar, grafik, atau tabel. Contoh: Tabel 3 di bawah ini menggambarkan rata-rata suhu dan curah hujan di kota X Udara (°C) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Suhu Udara (°C) 28,9 29,9 31,3 29,9 29,1 28,6 27,9 28,1 28,9 28,7 28,4 28,6 Curah hujan (mm) 1,0 4,0 23,0 66,0 27,0 0,0 0,0 1,0 2,0 42,0 34,0 8,0 Pertanyaan: Manakah yang benar untuk kota X? A. Bulan yang terpanas suhu udaranya adalah bulan yang sedikit curah hujannya B. Setiap bulan selalu turun hujan di Kota X C. Terjadi dua kali musim hujan dalam setahun di kota X D. Waktu yang paling baik untuk menanam padi di kota X adalah pada bulan Juni



206



Mari Kita Berdiskusi



83



(dalam kalimat iklan, kalimat imbauan, kalimat majemuk, baris puisi, dsb.), (2) mengurutkan kalimat menjadi paragraf yang utuh dan kohesif, (3) mengurutkan tindak



Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda Materi  Soal harus sesuai dengan indikator  Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi  Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar



tutur dalam wacana tertentu (mengurutkan tidak tutur menjelaskan, menyanjung, memberi alasan, mempertanyakan, menyuruh dalam iklan, (4) mengurutkan paragraf menjadi wacana utuh, dan (5) mengurutkan ide dalam kerangka karangan. Contoh indikator



Konstruksi  Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.  Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.  Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.  Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.  Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.  Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan jawaban di atas salah", atau "Semua pilihan jawaban di atas benar".  Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologisnya.  Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.  Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.



mengurutkan dipaparkan berikut.



Bahasa  Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.  Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.  Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.  Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.



Dinding Candi Berjatuhan



Beberapa prinsip konstruksi butir soal pilihan ganda Mutu butir soal tipe pilihan ganda sangat bergantung kepada kemampuan orang yang mengkontruksi butir soal tipe ini. Butir soal yang dibuat secara serampangan atau dibuat oleh orang yang tidak terlatih akan berbahaya bagi proses pendidikan secara keseluruhan karena akan mengarah kepada interpretasi yang salah kepada kemampuan atau hasil belajar peserta tes. Jadi pelatihan dan pengetahuan tentang prinsip penyusunan butir soal tipe ini akan sangat menentukan hasil pengukuran hasil belajar. Dalam tes bentuk pilihan ganda, selain pokok soal yang harus jelas rumusnya dan tidak merupakan pernyataan yang dapat ditafsirkan bermacam-macam sehingga meragukan artinya, atau tidak jelas maksutnya, rumusan pilihan yang benar pada dirinya. Apakah yang ingin ditanyakan telah dituliskan (dikomunikasikan) dengan baik. Apakah terdapat “petunjuk” pada alternatif jawaban yang benar. Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip pokok dalam konstruksi butir soal tipe pilihan ganda. 1. Saripati permasalahan harus ditempatkan pada pokok soal (stem). Inti permasalahan dalam butir soal tersebut harus dicantumkan dalam rumusan pokok soal, sehingga dengan membaca pokok soal, mahasiswa sudah dapat menentukan jawaban sebbelum dilanjutkan membaca pilihan jawaban. Persyaratan ini tidak berlaku bagi pengembangan butir soal kesusasteraan. 2. Hindari pengulangan kata-kata yang sama dalam pilihan. Peniadaan pengulangan kata berarti menyangkut waktu menulis dan membaca serta menghemat tempat. 3. Hindari rumusan kata yang berlebihan. Tidak selalu penjelasan terinci mempermudah pengertian, justru dapat membingungkan dan mengaburkan pengertian. Yang penting rumusan yang baik yang berisi, padat, dan jelas tyanpa kata-kata “kembang”. 4. Kalau pokok soal merupakan pernyataan yang belum lengkap, maka kata atau kata-kata yang melengkapi harus diletakkan pada ujung pernyataan, bukan di tengah-tengah kalimat. 5. Susunan alternatif jawaban dibuat teratur dan sederhana. Cara menyusun alternatif jawaban dibuat berderet dari atas ke bawah. Kalau yang dideretkan itu terdiri dari satu kata, urutan ke bawah dibuat berdasarkan alphabet, kalau yang dideretkan bilangan, urutan ke bawah berdasarkan bilangan yang makin bertambah besar atau makin menurunm, atau diurutkan berdasarkan panjang kalimat.



1.2 …………………………………………….



 Pasangkan topik di bawah ini dengan urutan angkanya! Topik Di Jatim banyak terdapat candi. Candi di daerah Malang Candi di daerah Mojokerto Kondisi Candi memprihatinkan



Dasar Candi Berlubang-lubang 1…………………………………………….. 1.1 ……………………………………………



2. ……………………………………………… 2.2………………………………………………  Perhatikan sejumlah kalimat berikut! 1. Kepedih-perihan ini bisa menjadi hantu yang mengancam keberadaan suatu bangsa. 2. Acapkali, suatu bangsa didirikan dan dipertahankan dengan meninggalkan sekian banyak luka. 3. Tapi, suatu bangsa dan seorang pemimpin bangsa gadungan bisa saja justru menyembunyikan dan menyimpan rapi luka-luka bangsa. 4. Karena itu, suatu bangsa dan seorang pemimpin bangsa sejati selalu berusaha menyembuhkan dan mengobati luka-luka bangsa. 5. Luka itu, tentu saja amat pedih-perih dalam hati warga bangsa. 6. Yang pertama hasilnya kekukuhan dan kelanggengan bangsa, sedang yang kedua hasilnya justru kerapuhan dan keretakan bangsa. Kalimat-kalimat di atas dapat menjadi paragraf yang padu dengan urutan berikut. (a) 2, 5, 4, 1, 3, 6 (b) 2, 5, 1, 4, 3, 6 (c) 1, 2, 4, 5, 3, 6 (d) 2, 1, 5, 4, 3, 1



84



(e) 1, 5, 6, 4, 3



205



 Kompetensi Dasar : Kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa setelah mempelajari materi pelajaran tertentu. Kompetensi dasar ini diambil dari



(2) Tes Mengembangkan/melengkapi Indikator mengembangkan berkaitan dengan kemampuan mengembangkan (1) tema



Standar Isi.  Materi : Bahan ajar yang harus dikuasai siswa berdasarkan kompetensi



/ide penulisan menjadi subtema, (2) mengembangkan subtema yang dipilih menjadi



dasar yang akan diukur. Penentuan materi (bahan ajar) yang akan diambil



pernyataan/pertanyaan yang menjadi tesis karangan, (3) mengembangkan tesis menjadi



disesuaikan dengan inkator yang akan disusun.



kerangka karangan, dan (4) mengembangkan kalimat topik menjadi paragraf.



 Indikator : Berisi ciri-ciri perilaku yang dapat diukur sebagai petunjuk untuk



Contoh



membuat soal.



 Kembangkan pokok masalah di bawah ini menjadi puisi!



 Soal : Disusun berdasarkan indikator yang dibuat.



Pokok masalah: kesedihan seorang tukang becak yang becaknya diambil kamtib  Kembangkan kalimat topik di bawah ini dengan beberapa kalimat penjelas(minimal 4 kalimat penjelas)!



 Kisi-kisi adalah matriks informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis dan merakit soal menjadi tes.



(1) Ditinjau dari bentuknya puisi lama lebih terikat daripada puisi modern (2) …………………. …………………….. , (3) ……………………………………….



 Kisi-kisi merupakan acuan dalam menulis soal.



……………….., (4)…………………………………………………………………..



 Berbagai paket tes yang memiliki tingkat kesulitan, kedalaman materi, dan cakupan materi sama (paralel) akan mudah dihasilkan hanya dengan satu



(5) …………………. …………………….. ……. …………………………………



kisi-kisi yang baik. Kisi-kisi yang baik Lengkapilah dengan paragraf yang sesuai untuk diletakkan sebelum paragraf berikut!



 Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan;



……………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………. Untuk menutup kekurangan pasokan yang cukup besar, negara kita terpaksa mendatangkan berbagai jenis bunga dari luar negeri. Terutama untuk jenis bunga potong atau bunga yang dijual eceran per kuntum bunga. Bunga potong saat ini masih diimpor dari Thailand. Selain dari Thailand juga didatangkan bunga dari India. Bunga jenis Anggrek langka banyak diimpor dari India.



 Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami; 



Memandu pembuatan soal agar dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. Indikator



 Memuat ciri-ciri kompetensi dasar yang akan diukur  Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur  Berkaitan dengan materi (bahan ajar) yang dipilih  Dapat dibuatkan soalnya  Dalam penyusunan indikator, komponen -komponen yang perlu diperhatikan adalah subjek, perilaku yang akan diukur, dan kondisi/konteksnya



204



85



penyusunan definisi konseptual dan definisi operasional, (2) menentukan dimensi dan indikator, (3) pengembangan spesifikasi tes, (4) penulisan butir, (5) uji coba rasional oleh para pakar , (6) uji coba terbatas



Lengkapilah bagian iklan yang telah dihilangkan dengan isi yang sesuai (tes subjektif)



untuk melihat validitas dan reliabilitas, (7) uji coba secara empiris, dan (8)



--------------------------------------



pengadministrasian instrumen tes yang telah dikembangkan. Selanjutnya, Azwar mengemukakan bahwa proses pembakuan alat ukur variabel yang



Masaklah dengan FILMA.



bersifat nonkognitif meliputi (1) pengembangan spesifikasi alat ukur, (2) penulisan pernyataan



Kalimat yang menyatakan keunggulan dan cocok untuk melengkapi awal iklan atau pertanyaan, (3) penelaahan pernyataan, (4) perakitan instrumen, (5) uji coba, (6) analisis



tersebut adalah……



hasil uji coba, (7) seleksi dan perakitan instrumen, (8) administrasi instrumen (bentuk akhir), dan



(a) Hidangkan sajian istimewa



(9) penyusunan skala.4



(b) Langsing itu Indah Menurut Djaali, pengembangan instrumen nonkognitif meliputi (1) menentukan objek yang akan diukur, (2) menganalisis variabel menjadi dimensi, (3) mengembangkan dimensi menjadi indikator, (4) dari tiap indikator ditentukan ruang lingkup pernyataan sikap yang berkenaan dengan objek, dan (4) menyusun pernyataan untuk tiap-tiap aspek dalam dua kategori yaitu pernyataan negatif dan pernyataan positif.5 Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun alat ukur berupa nontes yaitu adanya kejelasan konsep atau teori yang menjadi landasan dan



identifikasi atribut-atribut yang akan



diukur atau diamati, atribut-atribut yang telah diidentifikasi kemudian didefinisikan secara operasional dan memiliki bentuk atau format yang sesuai dengan atribut yang hendak diukur.



TUGAS 1.Bandingkan langkah umum dengan langkah perencanaan tes dalam kelas! 2. Buatlah perencanaan seperti contoh untuk menilai hasil pembelajaran BI seperti contoh! 3. Buatlah perencanaan seperti contoh untuk menilai hasil pembelajaran BI seperti contoh!



4



Sumadi Suryabrata, Pengembangan Alat Ukur Psikologis (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), pp. 178-179. 5Djaali dan Puji Muljono, op. cit., pp. 91-92



© Bermain bersama (d) Mari kita jaga bersama



86



203



kebutuhan membaca atau fungsi membaca dalam kehidupan, (2) berfokus pada beberapa



Contoh surat



keterampilan berpikir yang dipadukan (membuktikan fakta-fakta untuk mendukung simpulan – literal, inferensial, reorganisasi, menyimpulkan dalam bentuk diagram (meringkas dalam bentuk



Lengkapilah bagian surat yang belum lengkap ini! No.



: 38/0A/PMR/PK/97



Hal.



: Permohonan Pinjaman Alat P3K



1 November 1999



diagram), mengevaluasi teks dengan menunjukkan fakta-fakta, mengapresiasi/merefleksikan dengan menunjukkan fakta, simpulan), (3) aspek kebahasaan diukur dalam fungsi komunikasi



………………………………….



tertentu, dan (4) tes berbentuk essai atau objektif. Pengembangan tes bahasa dalam penelitian ini



………………………………….



menggunakan pendekatan bahasa sebagai aksi dan dilakukan secara langsung.



Dengan hormat, ……………………………………………………………………………………………….



Pengembangan tes keterampilan berbahasa dipaparkan pada gambar 2.1 berikut.



……………………………………………………………………………………………….…………………… …………………………………………………………………………. Sehubungan dengan itu, kami mohon bantuan pinjaman alat-alat P3K selengkapnya untuk kami gunakan dalam kegiatan peragaan kegiatan UKS dan ke-PMR-an pada peringatan hari Pahlawan 1997. Kegiatan tersebut akan kami selenggarakan pada



kemampuan berbahasa



uji coba dan revisi



hari/tanggal



: Kamis, 8 Nopember 1997



waktu



: Pukul 09.00 s.d. 13.00



tempat



: Gedung serba Guna SLTP Negeri 8 Surabaya



Kami berharap agar alat dan perlengkapan P3K tersebut sudah dapat kami ambil pada tanggal 7 Nopember 1997. Selanjutnya, alat-alat dan perlengkapan P3K tersebut akan kami kembalikan setelah kegiatan peragaan selesai.



Mengetahui,



Hormat kami,



Pembina PMR SLTP Negeri 8



Ketua PMR SLTP Negeri 8



Surabaya



Surabaya



ttd



ttd



Ahmad Farid



Muhammad Fauzi



NIS 96752



kriteria kemampuan



pengembangan tes



Atas perhatian dan bantuan Bapak, kami ucapkan terima kasih.



analisis elemen keterampilan kisi –kisi tes



Kalimat yang dapat digunakan untuk melengkapi bagian awal surat di atas adalah



a.



Demikianlah kiranya, dengan adanya kegiatan PMR kami akan melaksanakan dengan sekuat tenaga.



b.



Kami segera melaksakan kegiatan PMR, untuk itu kami minta bantuannya agar kegiatan ini terselenggara dengan baik.



c.



Sesuai dengan program Cawu 2 tahun ajaran ini, kami bermaksud memberikan pengtahuan dasar UKS dan ke-PMR-an kepada para anggota baru.



d.



Memang program Cawu 2 tahun ajaran ini segera berakhir , kami bermaksud memberikan pengtahuan dasar UKS dan ke-PMR-an kepada para anggota baru.



sampling Gambar 2.1 Pengembangan Tes Keterampilan Berbahasa Dari skema tersebut disimpulkan bahwa pengembangan tes literasi membaca dilakukan dengan langkah (1) membedah elemen keterampilan membaca pemahaman, (2) menentukan kriteria dan indikator, (3) menentukan sampel, (4) menyusun kisi-kisi, (5) mengembangkan tes, (6) uji coba, dan (7) revisi. Secara umum dapat disimpulkan bahwa prosedur pengembangan tes



NIS 95591



literasi membaca



1993), pp.28-32.



yang digunakan dalam penelitian ini mencakup langkah-langkah (1)



202



aksi berorientasi pada pengembangan tes komunikatif berbahasa dengan konteks khusus.



87



(3) Tes Memvariasikan/mengubah Indikator ini berkaitan dengan kemampuan memvariasikan isi, bahasa, dan urutan



Pendekatan ini mengukur performansi keterampilan berbahasa siswa. Pendekatan bahasa sebagai sistem mengukur ketuntasan penguasaan terhadap sistem bahasa. Sistem bahasa mencakup tata bunyi, tata bentukan, tata kalimat,



dan tata makna.



Pendekatan sistem bisa dilakukan baik secara diskrit atau integratif. Pada tes diskrit kemampuan



wacana sesuai dengan konteks. Variasi tersebut dapat berupa variasi kalimat dengan makna yang sama (variasi pasif-aktif, kalimat majemuk-kalimat tunggal, variasi ragam percakapan dan ragam ilmiah). Variasi paragraf misalnya , variasi teknik pengembangan yang berbeda dengan kalimat topik yang sama. Variasi yang dilakukan harus tetap



terhadap tata bunyi, tata bentukan, tata kalimat, dan tata makna diukur secara terpisah-pisah.



mewadahi ide dasar yang sama. Perbedaannya terletak pada bentuk kalimat, ragam, teknik Pada tes integratif penguasaan terhadap tata bunyi, tata bentukan, tata kalimat, dan tata makna. Contoh tes integratif pada pendekatan sistem adalah tes cloze, yaitu siswa diminta



pengembangan atau bentuk wacana. Di bawah ini dicontohkan tes dengan indikator memvariasikan.



mengisi sejumlah kata yang dirumpangkan dari suatu wacana. Model pendekatan pengembangan tes bahasa tersebut digambarkan pada diagram berikut.



Pasir dikeruk jembatan ambruk! Ubahlah kalimat di atas menjadi kalimat himbauan langsung!



Tabel 1.1 Klasifikasi dan Karakteristik Tes Bahasa Lebih analitis LANGSUNG



TIDAK LANGSUNG



(4) Tes Menyunting Indikator menyunting dalam tes menulis mencakup penyuntingan bahasa,



Lebih khusus Tes



komunikatif



(keterampilan



Tes Diskrit Komunikatif (keterampilan



membaca, menulis, berbicara, dan



membaca, menulis, berbicara, dan



menyimak kontekstual)



menyimak disajikan secara diskrit)



Tes menulis dan berbicara secara



Tes struktur (grammar) dan kosakata



tradisional



secara diskrit atau integratif



penyuntingan teknik ( ejaan, tanda baca, dan sistematika), dan penyuntingan isi. Indikator menyunting dalam tes menulis dipecah-pecah lagi dalam indikator yang lebih kecil yakni (1) indikator mengidentifikasi bagian yang salah, (2) menghilangkan bagian yang salah/ berlebih, (2) melengkapi yang seharusnya ada tetapi belum ada, (3) mengganti bagian



Lebih Umum Dari kajian tentang proses pengembangan tes bahasa di atas disimpulkan karakteristik tes



yang tidak tepat (paragraf, kalimat, atau kata), (4) memperbaiki (urutan, struktur, ejaan, tanda baca, sistematika, atau isi), dan (5) mengidentifikasi penggunaan bahasa/ejaan yang tidak tepat/yang tepat. Indikator menyunting dalam tes menulis dapat digunakan secara efektif untuk



membaca pada pendekatan performansi dan pendekatan sistem. Tes membaca pada pendekatan



mengukur kemampuan menggunakan bahasa dalam konteks tertentu. Kemampuan



sistem memiliki karakteristik (1) kemampuan membaca dinilai satu aspek secara terpisah, (2)



menggunakan kata, kalimat, tanda penghubung dengan berbagai bentuk dan ragam dapat



bentuk tes berupa tes obyektif atau tes essai, dan (3) tidak bersifat khusus pada kebutuhan



diukur dengan indikator menyunting ini. Kemampuan menggunakan ejaan, tanda baca dan



komunikasi khusus (konteks khusus). Aspek kebahasaan menjadi fokus yang akan diukur



sistematika dapat dukur secara terfokus dengan indikator menyunting ini. Perhatikan



(pemahaman tata bentukan kata, tata kalimat, tanda kohesi, dan pemahaman makna kata



contoh-contoh berikut!



(vocabulary). Karakteristik tes membaca komunikatif meliputi (1) berdasarkan pada analisis



(a) Penghilangan



3Norman



Gronlund, How to Make Achievement Test and Asseseement (Boston: Allyn and Bacon,



 Sebagaimana telah ditetapkan dalam GBHN bahwa pembangunan pendidikan dititikberatkan pada peningkatan setiap jenjang dan jenis



88



pendidikan. Agar kalimat tersebut efektif, bagian kalimat yang harus dihilangkan adalah …. A. sebagaimana B. telah C. dalam D. bahwa E. pada  Sesuai dengan tujuannya, maka metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Agar kalimat tersebut efektif, bagian kalimat yang harus dihilangkan adalah … A. sesuai B. dengan C. maka D. yang E. adalah



201



data untuk dianalisis guna menyeleksi butir-butir yang dapat digunakan, (6) menentukan prosedur yang akan digunakan untuk pembakuan alat ukur, dan (7) membuat rancangan petunjuk pelaksanaan tes. Menurut Djaali dan Puji Muljono langkah-langkah mengembangkan instrumen mencakup (1) merumuskan konstruk berdasarkan sintesis teori-teori yang dikaji, (2) dari konstruks dikembangkan dimensi dan indikator variabel yang hendak diukur, (3) membuat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir, (4) menetapkan besaran atau parameter dalam suatu rentangan kontinum, (5) menulis butir-butir instrumen,



(6) melakukan proses validasi, (7) melakukan validasi teoretik, (8) merevisi



(b) Penggantian



berdasarkan hasil panel, (9) melakukan penggandaan untuk ujicoba, (10) uji coba empiris di



 Sedangkan Saryono (1986:40) mengatakan bahwa sikap terhadap nilai yang baru mempengaruhi kemampuan memahami karakteristik dan implikasi suatu nilai dalam kehidupan. Kata sedangkan pada kalimat tersebut seharusnya diganti dengan kata….



lapangan, (11) pengujian validitas empiris, (12) berdasarkan hasil analisis butir, butir-butir yang



A. B. C. D. E.



sebaliknya adapun tetapi namun seterusnya



(c ) Mengidentifikasi penggunaan yang salah/yang benar  Penggunaan konjungsi korelatif dalam kalimat berikut benar. A. Penerapan nilai Pancasila tidak hanya melalui pemahaman, tetapi juga melalui pengamalan secara pribadi. B. Penerapan nilai Pancasila bukan hanya melalui melalui pemahaman, tetapi juga melalui pengamalan secara pribadi. C. Penerapan nilai Pancasila tidak hanya melalui pemahaman, melainkan juga melalui pengamalan secara pribadi. D. Penerapan nilai Pancasila bukan hanya melalui pemahaman, melainkan juga melalui pengamalan secara pribadi. E. Penerapan nilai Pancasila bukan hanya melalui pemahaman, melainkan melalui pengamalan secara pribadi. Penggunaan konjungsi korelatif dalam kalimat berikut benar.  Perhatikan kalimat berikut! (1) Dalam hubungan global anak-anak Indonesia mulai sekarang menjadi prajurit peradaban. (2) Kemajuan informasi yang semakin tiada batas. Hubungan dua buah kalimat itu dapat digabungkan dengan kata hubung …… A. karena B. karena itu, C. akibatnya



tidak valid dikeluarkan atau diperbaiki, butir-butir yang valid dirakit kembali,



(13) menghitung



reliabilitas, dan (14) perakitan kembali butir-butir yang valid.1 Selanjutnya Brown mengemukakan langkah-langkah untuk mengembangkan tes baku, yaitu (1) menentukan tujuan penyusunan tes, (2) mendesain kisi-kisi/ spesifikasi tes, (3) memilih tugas dan menyusun butir, (4) memilih teknik pemberian skala/skor, (5) melakukan validasi lapangan, dan (5) merevisi hasil.2 Proses pengembangan tes performansi memiliki pola yang hampir sama dengan proses pengembangan tes hasil belajar. Menurut Gronlund, langkah-langkah dalam pengembangan tes performance



meliputi



menyusun



spesifikasi



performance



yang



akan



diukur,



memilih



tingkatan/derajat kesesuaian (penguasaan), menyiapkan instruksi-instruksi, menyiapkan format pengukuran untuk menilai performance. Langkah-langkah dalam pengembangan spesifikasi tes menurut Gronlund mencakup tiga langkah penting, yaitu penyusunan tujuan yang ingin dicapai, garis besar isi atau materi tes, dan penyusunan spesifikasi tes dalam bentuk kisi-kisi.3 Dalam pengembangan tes bahasa terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan bahasa sebagai aksi/keterampilan dan pendekatan bahasa sebagai sistem. Pendekatan bahasa sebagai



1Djaali



dan Puji Muljono, op. cit., p. 61. op. cit., pp. 70-82.



2Brown,



200



89



D. sebab itu



dengan penokohan?



f. Apakah penghayatan e. Penghayat an / Emosi 2. Vokal



a. Intonasi



b. Artikulasi



c. Jenis suara



pelaku mampu membawa penonton untuk bersedih atau bergembira? a. Apakah intonasi suara pelaku sesuai dengan karakter yang diperankan? b. Apakah artikulasi suara dapat ditangkap dengan jelas oleh penonton? c. Apakah timbre jelas dan sudah sesuai dengan karakter dan usia tokoh yang dibawakan?



E. Merancang Pementasan Drama Kegiatan Kreatif Setelah tiap kelompok berlatih memerankan naskah drama di atas, kini tiba saatnya kamu berlatih mementaskan drama tersebut secara utuh, melalui kegiatan berikut! 1. Pilihlah seorang dari teman sekelasmu sebagai sutradara! 2. Pilihlah juga siapa yang bertindak sebagai asisten sutradara! 3. Pilihlah juga siapa yang bertanggung jawab sebagai seksi tata panggung, tata busana, tat arias, dan jangan lupa seksi konsumsi! 4. Setelah sutradara terpilih beri kesempatan kepada sutradara dan asistennya untuk memilih pemain, mengatur laku, dan lain-lain!







Guru yang mengajar pada sekolah dasar bukan lagi lulusan SPG, …. lulusan program D3 PGSD.



Kata hubung yang tepat untuk melengkapi kalimat di atas adalah … (a) melainkan (b) namun © tetapi (d) bahkan (e) selanjutnya  Penggunaan ejaan yang benar dalam penulisan sumber berikut adalah …… (a) Badudu, J.S. 1991. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia. (b) Badudu, J.S 1991. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta, Gramedia. © Badudu, J.S. 1991. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta , Gramedia. (d) Badudu, J.S. 1991. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia. (e) J.S, Badudu. 1991. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.



Pelatihan 6 1. Pilihlah dua kompetensi dasar menulis dalam KBK! Diskusikan tugas dan rubrik yang dapat digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi tersebut! 2. Diskusikan dengan teman Anda wujud tes objektif atau essai yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi yang Anda pilih!



Contoh Rubrik dalam Tes Menulis Rubrik Kemampuan Menulis Karya tulis Pemilihan judul ……. 5 judul sesuai dengan tema, unik (belum banyak dibahas)/ orisinil ……. 3 judul sesuai dengan tema, mencontoh judul yang sudah ada dengan beberapa perubahan …… 1 judul sesuai dengan tema, mencontoh judul yang sudah ada dengan beberapa perubahan



LANGKAH-LANGKAH



Pengembangan Ide/Isi ……. 5 pengembangan sesuai dengan tema, penjelasan rinci (kaya) dan akurat. ……. 3 pengembangan sesuai dengan tema, akurat, pengembangan topik relevan tetapi kurang detail ……. 1 Ide sulit diikuti, kurang relevan, kurang akurat dan tidak detail



Langkah-langkah tersebut meliputi (1) mendefinisikan secara jelas kawasan atau atribut yang akan diukur, (2) menentukan siapa yang akan menggunakan atau siapa respondennya, (3) menspesifikasikan isi yang akan diukur, (4) menentukan format-format butirnya, jenis respon yang diharapkan, dan prosedur pemberian skornya, (5) membuat rancangan ujicoba agar diperoleh



Organisasi ……. 5 Informasi disajikan secara logis, ide dikelompokkan secara logis (dalam bentuk paragraf), hubungan antarkalimat/antarparagraf padu ……. 3 Informasi disajikan secara logis, ide dikelompokkan secara logis (dalam bentuk paragraf), hubungan antarkalimat/antarparagraf kurang padu padu



90



……. 1 Informasi disajikan secara acak, hubungan antarkalimat/antarparagraf kurang padu Pengungkapan (Voice) dan pengorganisasian ……. 5 Pengungkapan dengan bukti-bukti yang menarik, memiliki konsistensi isi dalam keseluruhan tulisan, serta runtut (mudah diikuti) …… 3 Bukti yang diungkapkan kurang menarik tetapi memiliki konsistensi isi dari awal hingga akhir., serta mudah diikuti …… 1 Bukti yang diungkapkan kurang menarik, sulit diikuti, dan tidak memiliki konsistensi isi dari awal hingga akhir.



199



Mereka mengejek saya. Ibu Suci



: Kalau memang betul tanamanmu kurang subur, jangan malu mengakui kenyataan. Bagaimana yang sesungguhnya? Subur atau tidak?



(Waskito tidak menjawab dan tidak memandang ke wajah Ibu Suci) Ibu Suci



: Kutunggu jawabanmu, bagaimana menurutmu apakah tanamanmu subur atau tidak?



(Waskito tetap terdiam. Badannya tidak tenang. Pantatnya beringsut. Kakinya usil di bawah kursi) Ibu Suci



: Tidak ada orang yang baik atau pandai atau cekatan dalam



Penggunaan Bahasa …… 5 Bebas dari kesalahan penggunaan kata, struktur kalimat …… 3 Sedikit kesalahan penggunaan kata dan struktur kalimat …… 1 Banyak kesalahan penggunaan kata dan struktur kalimat



segalanya. Kamu terampil dalam hal pertukangan, otakmu cerdas. Bukankah itu sedah sangat mencukupi? Kalau kamu ingin balas dendam pada teman-teman tidak dengan menginjak-injak tanamanmu. Berprestasilah. Tekuni pelajaranmu. Kalau kamu lemah dalam menumbuhkan biji-



Rubrik Kemampuan Menulis Iklan Ketepatan Ide/Isi ……. 5 Isi iklan sesuai dengan apa yang akan diiklankan dan konteks iklan, mengandung penjelasan, pujian, dan ajakan yang dapat meyakinkan pembaca ……. 3 Isi iklan sesuai dengan apa yang akan diiklankan, mengandung penjelasan tetapi kurang dapat meyakinkan pembaca ……. 1 Isi tidak sesuai dengan apa yang diiklankan



bjian, carilah sebab-sebab. Jangan berputus asa. Memalukan sekali! (Waskito menoleh, menatap wajah ibu Suci) Ibu Suci



: Kamu berhasil mendapat pujian dari para guru dan kepala sekolah. Pertahankanlah ini! Jangan selalu membuat seisi kelas ketakutan semacam tadi. (Ibu Suci bangkit dari duduknya) Ayo, kembali ke kelas! Kamu



Kreativitas Penggunaan Bahasa …… 5 Penggunaan pilihan kata unik, menarik perhatian serta sesuai dengan sasaran …… 3 Penggunaan pilihan kata menarik tetapi tidak sesuai dengan sasaran …… 1 Penggunaan pilihan kata kurang sesuai dengan sasaran Kepadatan Isi Kalimat …… 5 Penggunaan kalimat padat singkat dan jelas …… 3 Ada beberapa kata yang masih perlu dipadatkan …… 1 Penggunaan kalimat terlalu panjang



meninggalkan kelas dalam keadaan berantakan. Namun tetap saja teman-temanmu ingin membereskan itu untukmu. Tapi kularang mereka menyapu. Aku yakin, sebegitu kamu akan membersihkan lantai, pastilah ada yang menolongmu tanpa kusuruh. (Waskito bangkit dari duduknya. Ibu Suci dan waskito berjalan beriringan menuju ke kelas. Membiarkan hati mereka berdua bertautan satu sama lain) (Dikutip dari Modul PTBK, 2006)



Contoh Rubrik Membaca (menceritakan isi tajuk yang dibaca) secara holistik Kategori



Deskriptor



Wow



Pokok- pokok isi lengkap (sesuai dengan teks), pengungkapan lancar, mengungkapkan yang tersirat, mengandung prediksi dan tanggapan logis terhadap apa yang dibaca



RUBRIK PENILAIAN Kemampuan Membacakan Naskah Drama Kompetensi 1. Ekspresi



Subkompetensi b. Gerak



d. Mimik



Pertanyaan d. Apakah gerak yang dilakukan mendukung penokohan dalam peran? e. Apakah mimik yang disampaikan tokoh sesuai



Ya



Tidak



Bukti



198



(Sesampai di kelas, kaleng-kaleng bekas penyok bekas sepatu dan tindihan berat badan! Tanah hitam bercampur coklat berserakan. Tunas-tunas patah.) Bu Suci



: (Mengedarkan pandang ke seluruh kelas) Di mana Waskito?



Murid Laki I



: Keluar, Bu.



Wahyudi



: Saya cari, Bu?



Ibu Suci



: Tidak! Jangan! Biarkan dulu! Dia harus datang atas kemauannya



91



Istimewa



Pokok- pokok isi lengkap (sesuai dengan teks), pengungkapan lancar, mengungkapkan yang tersirat, belum mengandung prediksi dan tanggapan logis terhadap apa yang dibaca



Baik



Pokok- pokok isi lengkap (sesuai dengan teks), pengungkapan lancar, belum mengungkapkan yang tersirat, belum mengandung prediksi dan tanggapan logis terhadap apa yang dibaca



Perlu Usaha



Pokok isi yang diungkapkan tidak lengkap dan tidak mengungkapkan tanggapan sama sekali



sendiri. Kita tunggu sebentar. (Suasana kelas tenang tetapi tegang. Wahyudi dan seorang murid perempuan membersihkan tebaran tanah dan kaleng). Ibu Suci



: Jangan! Sementara ini biar kotor, tidak apa-apa sebentar saja.



Rubrik Kemampuan Menyusun Proposal (Kegiatan)



(Kedua anak itu mengawasi ibu Suci dengan keheranan) No.



Deskripsi



(Pelajaran terus berlangsung. Waskito tidak muncul sampai lonceng istirahat dibunyikan. Bu Suci melangkah keluar dan mendapati Waskito duduk di pinggri selokan.)



1.



Apakah judul kegiatan sesuai dengan peringatan hari besar yang akan dilaksanakan?



Bu Suci



2.



Apakah latar belakang memaparkan pentingnya kegiatan tersebut untuk dilaksanakan?



3.



Apakah tujuan kegiatan dirumuskan secara jelas bagi siapa dan untuk apa?



4.



Apakah semua unsur telah kamu tulis secara lengkap (A s.d. J)?



5.



Apakah lampiran-lampiran sudah kamu tulis secara jelas?



6.



Apakah tidak ada kesalahan dalam penulisan struktur kalimat?



7.



Apakah tidak ada kesalahan dalam penulisan ejaan dan tanda baca?



Ibu Suci



: Nanti dibersihkan bersama-sama.



: (melangkah mendekati Waskito) Sedang apa kamu di sini?



(Waskito diam tidak menjawab. Matanya diarahkan ke depan tanpa memandang Ibu Suci) Ibu Suci



: Sejak tadi seisi kelas mencarimu. Kami semua khawatir! Jangan-jangan kamu mengamuk di tempat lain! Malahan ada yang mengatakan barangkali kamu tidak akan mau masuk sekolah lagi, setiap hari ke Banjirkanal memancing!



Ibu Suci : (menyentuh tangan Waskito dan mengajaknya untuk berdiri. Bergandengan menuju kantor. Kemudian duduk berdampingan di atas kursi) Apakah kau sadar kau telah melakukan pembunuhan?



Ya



Tidak



(Waskito membelalakan matanya sambil cemberut. Ia ingin membantah namun suaranya seolah tertahan) Ibu Suci



: Ya betul! Pembunuhan! Kamu membanting dan menginjak



PENCARIAN FAKTA



tanaman yang tidak berdosa. Bayi-bayi tanaman itulah yang kau bunuh. Bu Suci tidak mengira kau bisa sekejam itu. Coba, kalau



PENEMUAN MASALAH BERDASARKAN MUNCULNYA FAKTA



kamu dewasa, apakah kaukira akan menjadi manusia yang baik? Apakah kamu akan dapat hidup bersama-sama orang lain kalau tetap tidak mampu mengendalikan kemarahanmu?



PENGIDENTIFIKASIAN PENYEBAB MUNCULNYA MASALAH PENETAPAN MASALAH YANG AKAN DIANGKAT DALAM PENELITIAN



(Waskito tidak menunduk. Pandangannya menembus jendela kaca. Bu Suci tidak melepaskan genggaman tangannya) Ibu Suci



(Waskito tetap bungkam) Ibu Suci



PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN



: Ceritakan apa yang terjadi? Contoh proses perumusan masalah penelitian



: (Melepaskan genggamannya dan memgang dagu Waskito, mengarahkan matanya supaya menatap dirinya) Aku ingin



USULAN PENERAPAN BUSWAY



Fakta



PERBINCANGAN PUBLIK



Masalah



mendengar sebabnya mengapa kamu berbuat semacam itu. Anak-anak lain sudah bercerita, tetapi mereka bukan kamu. Pikiran mereka lain dari pikiranmu. Waskito



: (menatap Ibu Suci sebentar kemudian menundukkan wajahnya)



PRO



KONTRA



92



Identifikasi masalah



197



Ibu Suci



: Pastilah telah terjadi sesuatu di rumah, di antara keluarganya atau di kelas yang membuatnya geram. Kemarahannya dilampiaskannya kepada siapa kalau tidak kepada kita, lingkungan terdekatnya?



Guru I



: Kalau setiap kali dia marah, kita yang menanggung akibatnya, kita menjadi korbannya, itu tidak adil! Tidak termasuk dalam program maupun kurikulum! Tugas kita mengajar!



Ibu Suci



: (Cepat menyela) berbicara mengenai tugas, saya kira tugas kita juga termasuk menolong murud-murid sukar. Saya mulai merasa mengenal dan mengerti dia. Barangkali dia juga demikian terhadap saya. Tetapi kami masih memerlukan waktu. (Menoleh ke arah kepala sekolah dengan nada rendah hati) Satu bulan, Pak! Saya mohon diberi satu bulan lagi! Kalau dalam jangka waktu satu bulan keadaan Waskito tetap tidak membaik, terserah keputusan Anda dan juga Bapak Kepala Sekolah. Kalau boleh saya mengingatkan , bukan tugas kita mengucilkan Waskito.



(Semua terdiam seolah menyetujui apa yang dikatakan Bu Suci.)



(Ibu Suci meninggalkan rapat menuju ke kelas) Ibu Suci



BAGAIMANA DUKUNGAN DAN ANCAMAN PENERAPAN BUSWAY



h



Masala



: Mulai hari ini saya minta Waskito maju, menempati bangku Karsih. Karsih pindah ke belakang. Mulai hari ini Ibu yang bertanggung jawab atas apa saja yang kamu lakukan di kelas. Kalau kamu berbuat keji yang dapat membahayakan kawan-kawanmu, gurumu atau dirimu sendiri, Bu Suci akan dikeluarkan! Kamu juga! Kamu akan diberikan masa percobaan selama sebulan untuk memperbaiki diri.



(Proses belajar pun berjalan seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya sampai bel tanda pelajaran berakhir berbunyi) RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah tingkat dukungan masyarakat terhadap rencana



2.



penerapan busway di Kota Surabaya?



Babak V



Ancaman apa saja yang akan muncul dengan rencana penerapan busway di Kota Surabaya?



(Waskito sedikit demi sedikit mulai dapat mengendalikan dirinya. Prestasi ‘kecil-kecilan’ Waskito tak sedikit pun luput dari perhatian Bu Suci. Hari itu, bel sudah lama dibunyikan. Bu Suci masih berada di dalam kantor. Agak lama kemudian, Bu Suci berjalan menuju ke kelas. Di tengah jalan, Wahyudi mencegatnya)



B. Menetapkan Judul Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah kita temukan, langkah berikutnya adalah menetapkan judul penelitian. Nah, kira-kira judul penelitian yang tepat untuk masalah penelitian di atas adalah: Tingkat Dukungan dan Ancaman Penerapan Busway di Kota Surabaya. C. Menetapkan Kerangka Teori Sebagai sebuah karya ilmiah, proposal penelitian harus didukung oleh kerangka teori yang akan



Wahyudi Bu Suci



Wahyudi



: (tertawa terkikih) Tidak, Bu. Tanaman kami dirusak.



Bu Suci



: (Menghela nafas) Tanaman mana? Pot-pot di sudut kelas? Di samping pintu?



Wahyudi



Betapa pentingnya kebiasaan menabung dalam membentuk karakter anak, maka kebiasaan menabung harus ditanamkan dan dimulai sejak dini. Kebiasaan menabung akan sangat sulit dilakukan bila semasa kecil



: Bukan! Tanaman percobaan yang tadi pagi kita letakkan di jendela supaya kena panas!



penggunaan transportasi, optimalisasi penggunaan jalan raya, kebijakan penerapan busway di Kota Surabaya, dan dampak penerapan busway bagi masyarakat.



: (Terkejut dan mempercepat langkah) Mengamuk lagi dia? (Memandang Wahyudi)



digunakan sebagai acuan atau pemandu dalam kegiatan penelitian. Kerangka teori yang sesuai untuk contoh judul penelitian yang telah kita temukan di atas adalah, teori berkaitan dengan: efisiensi



: Waskito, Bu!



Bu Suci



: Dicabuti? Semua?



Wahyudi



: Hanya kepunyaan beberapa orang, dibanting kalengnya!



196



murid lain.) Baiklah. Ibu kira, Ibu tahu mengapa kamu tidak mau pindah! (Proses belajar mengajar pun berlalu seperti biasa. Lonceng istirahat berbunyi) Ibu Suci



: Raharjo, buku bacaan akan dipergunakan kelas lain setelah



93



dan remaja tidak terbiasa dengan pola menabung atau menyisihkan sebagian uang untuk masa depan. Bahkan banyak orang dewasa tidak tahu cara menangani uang dengan benar karena ketika masih kanakkanak mereka jarang atau tidak diperkenalkan dengan permasalahan menabung. Berkaitan dengan kebiasaan anak menabung dan membeli jajan tersebut, dalam karya ilmiah ini akan disajikan gambaran kebiasaan siswa sekolah dasar di Kota Malang: antara menabung dan membeli jajan.



istirahat. Kamu cepat mengembalikannnya ke lemari kantor. Ya! Waskito! Tolong bawakan buku-buku tugas! Ibu tidak dapat membawa semuanya sendiri. (Ibu Suci keluar menenteng tas menuju kantor guru)



Babak IV (Waskito mulai menuju ke arah perbaikan. Ia tidak lagi mengganggu teman-temannya. Pendek kata, ia menjadi murid yang paling rajin. Akan tetapi, kali ini Waskito kambuh lagi. Waktu istirahat dimulai.) Murid laki-laki



: (berlari terengah-engah menuju ke ruang guru) Bu Suci, Waskito kambuh, Bu! Dia Mengamuk! Dia mau membakar kelas!



1. Kutipan teks di atas adalah salah satu bagian laporan penelitian bab..... A. Bab I, latar belakang masalah B. Bab I, rumusan masalah C. Bab I, batasan masalah D. Bab I, manfaat penelitian E. Bab I, asumsi penelitian



D. Menentukan Metode Penelitian Masalah penelitian yang hendak dijawab dalam rencana penelitian di atas hanya ada dua, yaitu: 1) bagaimana dukungan masyarakat terhadap rencana penerapan busway di Kota Surabaya dan 2) kira-kira ancaman apa yang akan muncul dengan adanya penerapan busway tersebut. Nah, berdasarkan masalah yang akan dijawab tersebut kita akan menetapkan bagaimana metode penelitian untuk dapat menjawab dua pertanyaan tersebut.



(Guru-guru lelaki termasuk Bu Suci berlarian menuju ruang kelas) Bu Suci



: (Ketinggalan dan kehabisan nafas) Mengapa begitu? Apa yang menyebabkan dia marah? Kalian bertengkar?



Murid laki-laki



: Tidak, Bu! Dia tidak mau keluar istirahat. Wahyudi dan beberapa kawan mau menemaninya, juga tidak keluar. Tadinya saya ikut-ikut, tapi hanya sebentar terus keluar. Tidak tahu lagi apa yang terjadi! Saya kembali dari kamar kecil, dari jauh terdengar Waskito berteriak-teriak seperti dulu! Betul sama, Bu! Katanya: aku benci! Aku benci kalian semua! Saya masuk kelas, Waskito menodongkan gunting! Entah dari mana! Begitu tiba-tiba, saya berbalik, lari ke kantor!



(Ibu Suci berlari menuju kelas, menerobos kerumunan murid-murid yang menonton di pintu. Di sana telah ada Kepala Sekolah. Ia maju membentak dan menghardik para penonton. Waskito beridir di muka kelas., membelakangi deretan bangku-bangku.Tangannya menggengam gunting yang tak terbuka.) Kepala Sekolah



No. 1.



Hal yang Dinilai Kelengkapan isi proposal



2.



Kesesuaian antar unsur proposal



3.



Ketepatan penggunaan kalimat



4.



Ketepatan penggunaan kata



5.



Ketepatan pengguaan ejaan



: (Suara agak menggelegar) Berikan gunting itu, Waskito!



(Waskito terlihat terkejut dengan nada suara kepala sekolah yang seikit kasar) Ibu Suci



: (Dengan tiga atau empat langkah ke depan merebut gunting tersebut dari tangan Waskito) Ah, kamu ini ada-ada saja! Dari mana kau dapatkan gunting ini! (Merangkulkan lengan ke arah pundak Waskito sambil mengajaknya keluar dari kelas)



(Peristiwa itu mulai melunturkan kepercayaan pihak sekolah. Bu Suci dengan teguh hati tetap mempertahankan Waskito untuk tidak dikeluarkan dari sekolah. Rapat pun digelar guna membahas peristiwa Waskito ini.) Ibu Suci



: Berilah saya waktu sebulan lagi.



Guru I



: (nada jengkel) Sebulan! Sementara itu, sebelum waktu satu bulan habis, barangkali besok atau tiga hari lagi dia membakar kelas anda! Membakar sekolah kita !



Pertanyaan Pemandu Apakah isi proposal, sudah mengandung unsur-unsur proposal? Apakah semua unsur proposal sesuai (tidak ada isi bagian yang bertolak belakang)? Apakah tidak terdapat penggunaan kalimat yang tidak tepat? Apakah semua kata yang digunakan adalah kata baku dengan penggunaan yang tepat? Apakah tidak terdapat kesalahan ejaan dan tanda baca?



Ya



Tidak



94



E. Menyunting Surat Dinas



195



Ibu Suci



: (Ibu Suci memandang lekat murid-muridnya) Kamu pernah melihat dia di rumah neneknya? Lalu pindah ke tempat orang



Suntinglah surat lamaran yang telah kamu tulis dengan rubrik berikut! Aspek Ketepatan dan Kelengkapan isi



tuanya?



Deskriptor



Penggunaan bahasa, ejaan dan tanda baca



Ya



Tidak



 Apakah kop surat dituliskan secara tepat?  Apakah terdapat alamat surat yang dituliskan secar tepat?  Apakah nomorsurat, hal, dan lampiran dan dituliskan secara tepat?  Apakah alenia pembuka surat dinas berisi dasar penulisan sesuai konteks/tujuan penulisan surat?  Apakah isi berisi pernyataan sesuai konteks/tujuan penulisan surat?  Apakah penulisan penutup surat berisi ucapan ssuai dengan sesuai konteks/tujuan penulisan surat?



Raharjo



: Tidak, Bu. Saya belum kenal ketika dia tinggal bersama neneknya.



Ibu Suci



: Jadi, dari mana kamu tahu semua itu?



Raharjo



: (Bungkam sesaat sambil menatap Bu Suci) Waskito sendiri yang mengatakannya. Setiap kambuh dia menjadi bengis, selalu berteriakteriak. Macam-macam yang dikatakannya. Yang sering diulang-ulang: seperti barang. Nih, begini, dilempar ke sana kemari. Dititipkan ! Apa itu! Persetan! Aku tidak perlu kalian semua!



Murid laki-laki II



: Kemudian menyebut kakeknya, neneknya, orang tuanya. Semua dicaci maki! Kami yang ada di dekatnya terkena cambukan atau pukulan.



Ibu Suci



: Apa kata-katanya lainnya lagi?



Murid perempuan I



: Tidak semua jelas, Bu. Paling-paling: aku benci! Aku benci! Anehnya, kalau dia kambuh begitu, yang menjadi sasaran



 Apakah kalimat dan kata yang digunakan dalam surat baku?



pertama selalu Raharjo, Marno, Denok. (Rini segera menyambung ucapan temannya sambil mengarahkan pandang kepada teman sekelasnya)



 Apakah tidak ditemukan kesalahan penggunaan kata, struktur kalimat, ejaan dan tanda baca?



Rini



: Aku juga! Selalu kalau aku berada jauh pun, seolah-olah dia sengaja mencari aku untuk kena sabetannya.



Marno



: Saya tidak tahu apa kesalahan saya



Raharjo



: Saya juga tidak tahu.



(Denok yang duduk di belakang, emenyeletuk perlahan)



Kompetensi Dasar : membacakan berita Indikator : mampu membacakan berita dengan intonasi, lafal, mimik, dan jeda yang tepat



Kejelasan isi Kelengkapan isi Kesesuaian isi Ketepatan intonasi



: Apalagi kami anak perempuan! Kami tidak pernah main dengan dia!



(Selama beberapa saat, para murid berbincang ramai mengenai Waskito. Suasana kelas sedikit riuh. Bu Suci mendengarkan pengaduan para murid. Bel istirahat berbunyi selang waktu kemudian) Babak III



Rubrik A Aspek yang dinilai



Denok



Pertanyaan Pemandu



Teramati/tidak



(Waskito kembali masuk sekolah. Ini merupakan kali pertama Ibu Suci bertemu dengan Waskito. Pemuda berkulit coklat bersih itu duduk di deretan bangku ketiga dari kiri, di tengah. Hari ini, Bu Suci menyuruh murid-murid berpindah tempat. Tak terkecuali Waskito)



Bukti



Apakah pemenggalan kata atau frasa memperjelas rincian isi berita? Apakah isi berita lengkap? Apakah isi sesuai dengan judul? Apakah intonasi sesuai dengan kalimat?



Ibu Suci sebelah sana!



: (Menunjuk ke arah bangku kedua sebelah kanan) Waskito, coba kamu pindah ke



Waskito



: Tidak, Bu! Saya di sini saja!



Bu Suci



: (Menahan diri) Mengapa? (Mengalihkan pandangan ke arah murid lain) Narsih ke bangku sana, di belakang! Di samping Rusidah! (Mengarahkan pandangan kembali ke Waskito) Kalau kamu



Rubrik B Aspek yang dinilai Kejelasan isi



tidak mau pindah, coba katakan apa sebabnya! Pasti ada Pertanyaan Pemandu Apakah pemenggalan kata atau



1



2



3



4



alasanmu, bukan? (Kembali mengacuhkan Waskito dan mengatur duduk murid-



194



Murid laki-laki II Raharjo



Ibu Suci



: Kalau saya, memang bertengkar! Lalu dipukul! : Kebanyakan kali tanpa ada yang dipersoalkan, Bu. Tiba-tiba saja dia memecut atau memukul. Yang paling senang menjegal. Sesudah itu dia purapura tidak tahu. : Bagaimana di memukul? Sampai berdarah? Menurut peraturan, kalau ada luka berdarah. Harus lapor kepada kepala sekolah.



Murid laki-laki I



: Satu kali, dahi saya dipukul. Sorenya, bengkak sebesar telur.



Ibu Suci



: Apa kata orang tuamu?



Murid laki-laki I



: Saya bilang jatuh, Bu.



Ibu Suci



: Mengapa berdusta?



Murid laki-laki I



: Saya takut dimarahi karena bertengkar di sekolah, Bu.



Ibu Suci



: Siapa lagi yang pernah berurusan dengan Waskito?



Murid laki-laki IV



: Kamu katakan bahwa Waskito yang melakukannya?



Murid laki-laki IV



: Saya bilang tabrakan dengan teman, Bu.



Ibu Suci



: (dengan nada merendah) Mengapa ? : (Diam sejenak) saya tidak suka bapak bikin perkara ke sekolah, Bu.



(Kelas menjadi sepi) Murid perempuan II



: (Menyeletuk) Lebih baik dia tidak usah masuk saja, Bu!



(Murid- murid lain pun secara serempak ikut menyahut) Ya, Mudah-mudahan dia pindah! Murid Laki-laki Iv



: Untung kalau begitu! Tanpa dikeluarkan, dia keluar sendiri.



Raharjo



: Dulu dia pernah dikeluarkan sekolah lain, Bu



Ibu Suci



: Dari sekolah mana?



Raharjo



: Sekolah swasta, Bu.



Murid laki-laki I



: Bukan ! SD Negeri juga, tapi di kota.



Murid Perempuan II Raharjo Ibu Suci



Ketepatan pelafalan Ketepatan mimik dan gerakan Ketepatan intonasi Volume suara



frasa memperjelas rincian isi berita? Apakah pelafalan kata tepat? Apakah ekspresi wajah dan gerakan tubuh menunjang isi? Apakah intonasi sesuai dengan kalimat? Apakah suara cukup keras sehingga dapat didengar dengan jelas?



Rubrik C Nama



Pelafalan



mimik



intonasi



suara



Isi



: Saya dilempari batu-batus besar, Bu. Untung tidak kena. Tetapi lampu sepeda saya pecah. Saya kena marah di rumah.



Ibu Suci



Murid laki-laki IV



95



Rubrik D No. Aspek yang Dinilai 1. Isi a. Relevansi (kesesuaian antara informasi yang tertulis dengan yang dibaca)  ……. Sesuai skor 2  ……… Tidak sesuai, skor 0 b. Kejelasan isi ( pemenggalan tepat sehingga memperjelas isi)  … jelas, skor 3 (tidak terdapat kesalahan pemenggalan)  …. cukup, skor 2 (terdapat 1 atau 2 kesalahan)  …. kurang, skor 1 ( terdapat 3 atau 4 kesalahan)  …. tidak jelas, skor 0 (banyak kesalahan) 2.



Intonasi, pelafalan, kekuatan suara (power) a. Intonasi (variasi irama dan tekanan)  … terdapat variasi irama dan tekanan, skor 2  ….. irama dan tekanan monoton, skor 0 b. Pelafalan (ketepatan melafalkan kata)  ….. tidak terdapat kesalahan pelafalan, skor 3  …… terdapat 1 atau 2 kesalahan , skor 2  ….. terdapat banyak kesalahan pelafalan, skor 1 c. Suara  ….. dapat dijangkau semua pendengar , skor 3  …… dapat dijangkau sebagian pendengar, skor 2  ….. sangat lemah tidak dapat didengar , skor 1



3.



Kelancaran (pembacaan tidak tersendat dan pengaturan napas tepat)



: Sekolah swasta, betul! : Memang SD swasta. Neneknya yang memasukkan dia di sana. Tetapi karena sering membolos, lalu dikeluarkan. : Waskito tinggal bersama neneknya?



Murid perempuan III : Dulu, Bu. Sekarang sudah diambil kembali oleh Bapak dan Ibunya. Ibu Suci



: Diambil kembali?



Raharjo



: Ya, Bu.



Ibu Suci



: Apakah orang tuanya pernah pindah ke kota lain atau bagaimana?



Raharjo



: Tidak tahu, Bu!



Ibu Suci



: Dari siapa kalian mengetahui semua ini?



(Raharjo tidak menjawab. Murid-murid lain juga diam)



Skor



3  Tidak tersendat dan napas tidak tersengal-sengal  Ada pengulangan pembacaan, napas teratur  Banyak pengulangan, tersendat, napas tersengal



skor 3 skor 2 skor 0



96



4.



Penampilan a. Penggunaan gerakan tubuh ( kesesuaian mimik, gerakan kepala, tatapan mata)  Jika seluruh gerakan tubuh mendukung dengan isi berita dan menarik skor 3  Jika terdapat sedikit ketidaksesuaian gerakan tubuh dengan isi berita skor 2  Jika gerakan tubuh mengganggu isi berita skor 0 b. Percaya Diri  Tatapan mata dan gerak tubuh mantap skor 2  Tatapan mata dan gerak tubuh menunjukkan keraguan/grogi skor 0 Skor Maksimum



193



Marno



: (Dengan suara rendah namun jelas) Takut, Bu.



Ibu Suci



: Mengapa? Raharjo! Ganti kamu yang menjelaskan! Mengapa kalian takut pergi ke rumah Waskito?



Raharjo



: Marno saja, Bu.



Ibu Suci



: Kamu yang menjadi Ketua Kelas di sini. Ibu kira, kamu seharusnya lebih tahu apa yang terjadi dalam kelasmu. Ibu orang baru di sini, bukan? Kamulah yang memberi penjelasan apa yang ibu perlukan mengenai kelas ini.



Raharjo



: (menatap ibu Suci dengan ragu-ragu) Rumahnya besar, Bu. selalu ada anjing yang menggonggong di halamannya



Murid laki-laki I



: Dia anak orang kaya, Bu.



(Kelas mendadak berubah senyap kembali) Aspek Ketepatan dan Kelengkapan isi



Penggunaan bahasa, ejaan dan tanda baca



Deskriptor



Ya



Tidak



 Apakah terdapat alamat surat, hal, dan lampiran dan dituliskan secara tepat?  Apakah alenia pembuka surat lamaran berisi dasar /sumber iklan/pengumuman yang sesuai?  Apakah isi berisi pernyataan pelamar untuk mengajukan lamaran untuk pekerjaan tertentu seperti yang ditawarkan?  Apakah menuliskan kualifikasi diri pelamar ( nama, tanggal dan tempat lahir, alamat, kepribadian, pendidikan, pengalaman)?  Apakah sudah mencantumkan syarat admistratif yang diminta dan beberapa jenis lampiran yang sesuai dengan pekerjaan  Penulisan penutup surat lamaran pekerjaan ditulis dengan aturan berisi ucapan terima kasih dan harapan untuk dipertimbangkan



Ibu Suci



: Hanya itu? Apa lagi lain-lainnya?



(Suasana kelas menjadi tegang) Ibu Suci



: Tentunya kalian sudah mengetahui bahwa orang kaya tidak perlu ditakuti. Kalau takut kepada anjing lain persoalannya.



Murid Perempuan II



: (Tiba-tiba menyeletuk) `Ya betul, Bu! Kami malahan senang!



Murid laki-laki II



: Ya betul, Bu! Kelas tenang kalau dia tidak ada.



Ibu Suci



: O, ya? Mengapa? Karena Waskito suka bergurau? Membikin keributan?



Murid perempuan II



: Oh tidak! Bukan Bergurau! Kalau itu, kami juga suka!



Murid perempuan III : Dia jahat! Jahat sekali, Bu! Ibu Suci



: Ah, masa! Tidak ada anak-anak yang jahat. Kalian masih tergolong tingkatan umur yang dapat dididik. Memang kalian bukan kanak-kanak lagi! Tetapi kalian sudah bisa diajak berpikir teratur, ditunjukkan mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi, bu Suci beritahu sejelas-jelasnya: tidak ada anak



 kata ganti yang digunakan adalah saya dan bukan kami,  kata sapaan untuk pejabat/ pemimpin lembaga/ perusahaan adalah Bapak atau Ibu bukan Saudara/ Anda.



jahat. Kalaupun seandaninya terjadi kenakalan yang keterlaluan, anak itu mempunyai kalainan. Tapi dia nakal. Bukan jahat.! Murid perempuan III : Waskito jahat atau nakal, saya tidak tahu, Bu! Tapi dia



 ditemukan kesalahan penggunaan kata, struktur kalimat, ejaan dan tanda baca



mempunyai kelainan. Suka memukul. Menyakiti siapa saja! Ibu Suci



: Siapa yang pernah dipukul? Atau disakiti?



(Tangan-tangan terunjuk ke atas) Ibu Suci



: Bagaimana terjadinya? Kalian bertengkar? Bergelut? Berkelahi?



Modul 6



Murid laki-laki I



: Tidak, Bu!



192



Ibu Suci



97



Penyusunan Alat Penilaian Kompetensi Dasar Membaca



: Baiklah. Dengan begini Ibu tahu siapa pemimpin dan penanggung jawab kelas ini. Selanjutnya, Ibu akan memanggil nama kalian satu per satu.



Dr. Titik Harsiati, M. Pd.



(Ibu Suci memanggil satu per satu nama murid dalam daftar absen)



Babak II (Keesokan harinya, salah seorang murid bernama Waskito tidak masuk kelas selama beberapa hari tanpa alasan atau pemberitahuan yang jelas. Ini tentu saja mengundang tanya bagi Bu Suci sebagai guru baru) Ibu Suci



: (Duduk sambil menatap map absen) Ada yang tahu di mana



F. PENERAPAN PENILAIAN BERBASIS KELAS DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA



rumah Waskito ? (Kelas hening. Tak ada seorang murid pun yang menyahut.) Ibu Suci



1. Mengamati Perencanaan dan Pelaksanaan PBK dalam Pembelajaran Membaca



: Ya? Siapa yang tahu? Rumahnya jauh atau dekat?



(Kelas tetap sunyi. Tidak ada jawaban. Beberapa orang murid menunduk mencoba menghindari tatapan mata Bu Suci yang menebar ke seluruh ruang kelas.)



Pak Anang merencanakan penilaian membaca seperti diuraikan berikut!



Ibu Suci



No.



Ibu Suci



: Kalau ada yang tahu, cobalah menengok ke sana. Jangan-jangan dia sakit. : ( Menunduk sambil menatap map absen)



(Terdengar bisik-bisik para murid) Ibu Suci



Kompetensi



Indikator



membacakan pengumuman



mampu membacakan teks hasil pengumuman dengan artikulasi dan lafal yang jelas, intonasi, dan jeda secara tepat



Membaca memindai (scanning) ensiklopedi/buku telepon



Mampu menemukan informasi dalam ensiklopedi atau buku telepon dengan cepat dan tepat



Membaca cepat 250 kata per menit



Mampu mengukur kecepatan membaca untuk diri sendiri dan teman Mampu meningkatkan kecepatan membaca dengan (1) metode gerak mata memperluas jangkauan mata, mengurangi regresi (mengulang) (2) menghilangkan kebiasaan membaca dengan bersuara (3) meningkatkan konsentrasi Mampu menjawab pertanyaan



: Raharjo! Pergilah ke rumah Waskito sepulang dari sekolah nanti. Atau sore sambil jalan-jalan. Tanyakan mengapa dia lama tidak masuk.



(Raharjo diam tak menjawab. Sebentar-sebentar kepalanya menuduk dan mendongak. Ia menghindari tatapan mata Bu Suci.) Ibu Suci



: (Mendongak sambil menatap Raharjo yang kelimpungan) Ya Raharjo?



(Raharjo kebingungan. Ia menatap wajah teman sebangkunya. Mencoba mencari dukungan) Ibu Suci



: Mengapa tidak menjawab Raharjo? Kamu tidak tahu rumah Waskito?



Raharjo



: Tahu, Bu.



Ibu Suci



: Lalu? Terlalu jauh buat kamu?



Raharjo



: Oh tidak, Bu. Saya selalu melaluinya kalau berangkat atau pulang.



Ibu Suci



: (Menatap Raharjo dengan pandangan heran) Mengapa kamu tidak singgah selama ini? Apakah kamu tidak ingin mengetahui mengapa dia tidak masuk?



(Raharjo menggerakkan badan ke kanan, ke kiri sambil menunduk) Ibu Suci



: (Menatap seluruh murid di kelas) Siapa lagi yang mengetahui rumah Waskito?



(Satu per satu para murid mengacungkan telunjuknya smabil tetap menundukkan kepala mereka) Ibu Suci



: Mengapa kalian tidak mau menengoknya? Marno! Coba tolonglah Ibu! Beritahu mengapa kamu tidak mau menengok Waskito ?



(Marno ragu-ragu untuk mnjawab. Ia pun menatap Raharjo yang duduk di sampingnya)



bentuk alat penilaian /aspek yang dinilai  tugas bermakna membacakan pengumuman  Aspek yang dinilai artikulasi dan lafal yang jelas, intonasi, dan jeda secara tepat  Tugas membaca Ensiklopedi/Buku telepon (termasuk halaman kuning)  Aspek yang dinilai dalam rubrik ketepatan temuan informasi, kecepatan, dan ketepatan cara  Tugas membaca teks -+ 250, 500 atau 750 kata  Tes membaca pemahaman (pertanyaanpertanyaan bacaan)  Tes (pertanyaan lisan tentang prosedur membaca cepat)  Lembar observasi/ daftar cek untuk mengamati jangkauan mata,gerak mata, regresi, dan konsentrasi



98



191



dengan peluang ketepatan 75% Membaca intensif teks berita



membaca dan menganalisis novel sastra Indonesia



Membaca dan membandingkan sastra lama dan sastra modern



Mampu menentukan informasiinformasi pokok dalam berita (menjawab pertanyaan tentang apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana)  Mampu mengidentifikasi kebiasaan, adat, etika, cara menggunakan perasaan, pola pikir yang terdapat dalam novel tahun 20-30-an  Mampu mengaitkan isi novel dengan kehidupan masa kini  Mampu mengidentifikasi nilai historis dalam novel tahun 20-30an  Mampu menerangkan makna ungkapan peribahasa yang terdapat dalam novel tahun 2030an



 Membandingkan persamaan dan perbedaan karya sastra lama dan karya sastra modern  Mampu mendiskusikan karya sastra lama dan karya sastra modern



 Tugas membaca teks berita dan meringkas isi berita  Pertanyaan tentang isi pokok berita  rubrik ringkasan berita  Pertanyaan tentang kebiasaan, adat, etika, cara menggunakan perasaan, pola pikir yang terdapat dalam novel tahun 20-30-an  Pertanyaan tentang kaitan isi novel dengan kehidupan masa kini  Pertanyaan untuk mengidentifikasi nilai historis dalam novel tahun 20-30-an  Pertanyaan/tugas untuk menerangkan makna ungkapan peribahasa yang terdapat dalam novel tahun 20-30an  Tugas membuat tabel perbandingan dan uraiannya  Tugas untuk menemukan hal-hal yang dapat didiskusikan dari karya sastra lama dan baru



Pelatihan a. Diskusikan alat yang digunakan untuk menilai ketiga kompetensi dasar di atas!



b. Artikulasi



c. Jenis suara



rolog Babak I (Pada suatu pagi, di sebuah kelas, murid-murid duduk dan menanti kedatangan seorang guru baru. Kepala Sekolah dan Bu Suci masuk secara berdampingan ) Kepala Sekolah



: Ini Ibu Suci. Berusahalah tenang, jangan nakal. Tunjukkan kepada Bu Suci bahwa kalian adalah murid-murid yang patuh.



(menatap Ibu Suci dan mempersilakan beliau untuk memperkenalkan diri) Bu Suci



: (menebarkan pandangan sekilas ke arah murid-murid) Selamat pagi, Anak-Anak.



Murid-Murid



: (Menyahut dengan serempak) Selamat pagi, Bu!



Bu Suci



: Seperti yang telah dikatakan Bapak Kepala Sekolah, Ibu akan menggantikan guru kalian yang sebelumnya pernah mengajar. Panggil saja Ibu, Ibu Suci.



(Kepala Sekolah berpamitan keluar ruang. Bu Suci mengantarkan Kepala Sekolah sampai ke daun pintu.) Bu Suci



: (Kembali ke ruang kelas. Berdiri di muka meja sambil menatap anak-anak didiknya.) Sebelumnya Ibu mengajar di sebuah kota kecil selama sepuluh tahun.



b. Isilah tabel berikut secara berdiskusi! Apa yang akan Dinilai



Instrumen yang digunakan



Perkembangan kemampuan membaca



jurnal tentang respon membaca, konferensi membaca, portofolio membaca, catatan anekdot, booktalk



Kemampuan membaca



karakter yang diperankan? b. Apakah artikulasi suara dapat ditangkap dengan jelas oleh penonton? c. Apakah timbre jelas dan sudah sesuai dengan karakter dan usia tokoh yang dibawakan?



(Suasana kelas menegang) Bu Suci Murid Perempuan I



: Pasti beberapa di antara kalian sudah mengetahuinya. : (Mengacungkan tangan sambil bertanya dengan segera) Di mana itu, Bu Suci ?



Ibu Suci



: Di Purwodadi. Kalian pasti sudah tahu, bukan ?



Murid perempuan II



: Nenek saya tinggal di sana, Bu.



(Suasana kelas yang semula tegang menjadi sedikit tercairkan dengan percakapan yang terjalin akrab antara Ibu Suci dan murid-murid )



Minat Baca



Ibu Suci



: (duduk sambil membuka map absen) Wah, kamu sungguh beruntung. Nah, Ibu ingin tahu siapa Ketua Kelas di sini?



Strategi Membaca



Raharjo



: (Mengacungkan tangan dan menjawab dengan lantang) Saya,Bu!



Ibu Suci



: Siapa nama kamu?



Raharjo



: Raharjo, Bu.



190



99



Sikap positif dalam membaca A. Menentukan Gerak, Mimik, dan Intonasi yang Sesuai dengan Isi Naskah dan Watak Tokoh Kegiatan Kreatif 1. Berbagilah menjadi beberapa kelmpok! 3. Berlatihlah menentukan intonasi, gerak, mimik yang sesuai dengan dialog dan watak tokoh. 4. Gunakan format berikut untuk panduan diskusi!



Nama Tokoh dan wataknya



Rasus (Sabar, penuh pertimbangan)



Dialog



Ah, sudahlah, Srin. Sekarang begini saja. Malam sudah menjelang pagi. Kau tentu sangat lelah karena seharian melayani nenekku dan aku. Sekarang kita bubuk saja ya? Besok kita bicarakan kembali. Yuk!



Intonasi



gerak dan mimik yang sesuai



Lembut, datar



Mengharapkan sesuatu



C. Berlatih Memerankan Dialog Setelah kamu lakukan analisis gerak, mimik, dan intonasi, sekarang berlatihlah memerankan dialog drama yang telah kamu analisis tersebut! D. Menilai Kemampuan Memerankan Naskah Drama



Nilailah kemampuanmu dalam memerankan naskah drama yang dilakukan temanmu dengan menggunakan rubrik penilaian berikut! RUBRIK PENILAIAN Kemampuan Membacakan Naskah Drama Kompetensi 1. Ekspresi



Subkompetensi a. Gerak



b. Mimik



c. Penghayat an / Emosi 2. Vokal



a. Intonasi



Pertanyaan a. Apakah gerak yang dilakukan mendukung penokohan dalam peran? b. Apakah mimik yang disampaikan tokoh sesuai dengan penokohan? c. Apakah penghayatan pelaku mampu membawa penonton untuk bersedih atau bergembira? a. Apakah intonasi suara pelaku sesuai dengan



Ya



Tidak



Bukti



Menurut Hirai dan kawan-kawan (2009: 77) pengertian literasi pada awalnya adalah kemampuan membaca dan memahami sebuah dokumen sederhana. Bahkan pada awal perkembangannya, literasi membaca hanya berkaitan dengan melek aksara. Pengertian literasi terus berkembang dan pengertian secara luas literasi adalah kemampuan untuk menggunakan, memahami, mengkreasikan wacana yang dibaca dan mengomunikasikan secara fleksibel dalam berbagai situasi. Matsuda dan Silva (2005: 154-155) mengungkapkan bahwa secara umum literasi adalah kemampuan memahami beragam wacana dan kemampuan menghubungkannya dengan keterampilan menulis. Pembaca dapat menggunakan wacana yang dibaca sebagai model untuk menulis atau merespon secara tertulis apa yang dibaca. Secara khusus pengertian literasi membaca telah didefinisikan secara rinci oleh Progress In International Reading Literacy Study (PIRLS). PIRLS adalah studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia di bawah koordinasi The Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA). Literasi membaca mencakup: (1) kemampuan memahami, (2) kemampuan menggunakan, dan (3) kemampuan merefleksi dalam bentuk tulisan (reflecting on written text). Menurut lembaga ini literasi membaca diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan bentuk bahasa tulis yang diperlukan siswa. Siswa dapat menyusun makna dari bermacam-macam wacana. Mereka membaca untuk belajar berpartisipasi dalam berbagai respon tertulis (Hayat, 2004: 4). Brown (2004: 186-188) merangkum sejumlah keterampilan dalam literasi membaca yang diringkas menjadi dua kelompok yaitu keterampilan mikro dan keterampilan makro. Keterampilan mikro dan makro berkaitan dengan aspek kebahasaan maupun nonkebahasaan. Selain itu, literasi membaca juga dikaitkan dengan empat jenis membaca yang mencakup: (1) kemampuan melakukan tugas membaca perseptif, (2) kemampuan melakukan tugas membaca selektif, (3) kemampuan melakukan tugas membaca interaktif, dan (4) kemampuan melakukan tugas membaca ekstensif. Alderson (200: 3) menyatakan bahwa literasi membaca mencakup proses dan produk. Membaca sebagai proses mekanistis digolongkan sebagai membaca tingkat rendah. Sementara membaca sebagai produk digolongkan sebagai membaca tingkat tinggi yang mencakup pemahaman kata, kalimat, maupun paragraf. Frank (1990: 149-150) mengungkapkan cakupan kemampuan literasi membaca meliputi: (1) pemahaman literal (literal thinking operation), (2) pemahaman inferensial (inferencial thinking operation), (3) pemahaman kritis (critical thinking operation), dan (4) pemahaman kreatif (creative thinking operation). Pakar lain mengungkapkan cakupan literasi membaca meliputi (1) keterampilan menangkap detail isi (keterampilan mengidentifikasi, membandingkan, dan mengklasifikasi), (2) keterampilan menangkap urutan (sekuen), (3) keterampilan memahami hubungan sebab-akibat, (4) keterampilan menangkap ide pokok, (5) keterampilan memprediksi hasil, (6) keterampilan menilai maksud pengarang, dan (7) keterampilan memecahkan persoalan (Beyer, 1991:120-123) Braunger (2006: 3) mengemukakan bahwa literasi membaca dalam era globalisasi didefinisikan sebagai kemampuan berpikir kritis-kreatif untuk menggunakan atau mengolah berbagai jenis wacana yang ada dalam komunikasi nyata. Literasi membaca pada era global setara dengan kemampuan belajar (study skills). Kemampuan literasi membaca setara dengan keterampilan belajar sehingga siswa selain dituntut memahami wacana yang berupa paparan verbal juga dituntut mampu menggunakan tabel, peta, dan grafik. Dari berbagai kajian literasi membaca di atas dapat disimpulkan ada tiga kelompok pengertian literasi membaca. Pengertian kelompok pertama adalah literasi membaca sebagai kemampuan memahami simbol-simbol tertulis atau sekedar melek aksara. Keterampilan



100



membaca difokuskan pada kemampuan siswa menggerakkan mata di sepanjang baris-baris kalimat dalam bacaan. Pengertian sempit ini belum memasukkan proses pemahaman dan penafsiran makna sebagai bagian kegiatan membaca tetapi dipandang sebagai proses mekanis yang belum banyak melibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang menyertai proses membaca. Pengertian kelompok kedua literasi membaca dipandang sebagai proses memahami aspek kebahasaan serta proses pemaduan atau penataan berbagai unsur makna menjadi kesatuan ide. Literasi membaca memusatkan diri pada proses pemahaman makna atau isi bacaan saja. Masalah reaksi pembaca terhadap bacaan dan kreativitas pembaca dalam menentukan nilai, fungsi, dan signifikasi bacaan itu dipandang bukan merupakan masalah membaca. Pengertian kelompok ketiga mencakup pengertian luas dari literasi membaca kritiskreatif. Menurut pengertian kelompok ini membaca bukan keterampilan bahasa yang pasif. Pada kegiatan membaca, pembaca aktif melibatkan keterampilan memprediksi, memeriksa, dan mempertanyakan isi teks. Pengertian ini memandang lirasi membaca sebagai proses berpikir tingkat tinggi yang menuntut pembaca memberikan reaksi kritis-kreatif terhadap bacaan dalam menemukan signifikasi, nilai, fungsi, dan hubungan isi bacaan itu dengan suatu masalah kehidupan yang lebih luas serta dampak dari masalah yang dipaparkan pengarang. Proses berpikir kritis, evaluatif, dan kreatif dalam membaca ini bukan saja merupakan bagian integral dari proses membaca yang bersama-sama dengan proses pengenalan makna dan pemahaman makna mewujudkan kesatuan proses membaca, melainkan juga merupakan kelanjutan dari proses pengenalan bentuk dan makna serta proses pemahaman makna. Literasi membaca dalam penelitian ini cenderung pada definisi kelompok ketiga. Dalam penelitian ini kemampuan literasi membaca kritis-kreatif didefinisikan sebagai kegiatan mental untuk memaknai wacana tulis dan meginterpretasikan makna sehingga pembaca dapat memahami, mengkritisi, dan mengkreasikan wacana yang dibaca, serta mentransfer isi wacana yang dibaca untuk memecahkan masalah. Dari kajian di atas juga dapat disimpulkan bahwa dimensi literasi membaca secara kritiskreatif terdiri atas empat, yaitu: kemampuan pemahaman komprehensif, pemahaman kritis, pemahaman kreatif, dan pemecahan masalah. Selanjutnya dipaparkan lebih jauh kajian tentang dimensi-dimensi tersebut untuk menentukan indikator literasi membaca kritis-kreatif dalam penelitian ini. Pemahaman isi menurut Nuttal (1989: 25) mencakup kemampuan memahami detail informasi dari wacana yang dibaca, menangkap makna tersirat dari bagian-bagian bacaan, mengerangkakan inti bacaan, menarik simpulan tentang isi bacaan, dan menentukan tujuan dan maksud pengarang. Pemahaman isi menurut Burn, Roe, dan Roos (1994: 177-179) mencakup kemampuan membaca literal, pemahaman detail, penentuan ide pokok, penentuan hubungan sebab-akibat, dan penentuan hubungan urutan. Konsep memahami secara kritis mencakup kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan berpikir reflektif dan produktif serta melibatkan evaluasi bukti. Termasuk ke dalam pemikiran kritis ini adalah kemampuan mempertanyakan fakta-fakta yang ada, menganalisis bukti yang mendukung pernyataan, menganalisis kesesuaian dan keakuratan, membandingkan beberapa kasus dan menilai yang lebih baik, menilai yang terbaik dari beberapa alternatif, menilai bias dan propaganda, menilai dengan kriteria internal (penalaran dalam wacana, hubungan antarbagian, penggunaan kefektifan bahasa), dan menilai dengan kriteria eksternal (Simmon, 1997: 11). Menurut Brown (2004: 188) kemampuan memahami secara kritis berkaitan dengan kemampuan mendeteksi budaya spesifik yang menjadi konteks wacana, menyimpulkan hubungan antar kejadian, antarfakta, mendeteksii hubungan ide pokok dengan ide penjelas, dan kemampuan mendeteksi kesesuaian generalisasi. Sementara, kemampuan memahami secara kreatif berkaitan dengan konsep kreativitas. Kreativitas menurut Sonawat dan Begani (2007: 2-7) didefinisikan sebagai pernyataan pikiran yang diekspresikan melalui keluasan variasi respon. Lebih jauh juga dikemukakan bahwa berpikir kreatif berkaitan dengan kepekaan terhadap masalah (kelebihan dan kekurangan sesuatu), kelancaran berpikir (tercermin pada kelancaran ide, kelancaran kata, kelancaran asosiasi, dan kelancaran ekspresi), fleksibilitas berpikir (keluwesan memvariasi ide dan cara baru), keaslian (menghasilkan ide unik,



189



Rasus Kartareja



Rasus Kartareja Rasus



Kartareja



: Sekali lagi, maaf, Mbah. Simbah benar, saya berusaha menemukan bayangan emak dalam wajah Srintil. Maka, sebenarnya aku tidak rela Srintil menjadi seorang ronggeng. : Ngger, cucuku cah bagus! Pengorbananmu memang menyakitkan dirimu tetapi di situlah letak kebesaran jiwamu. Ngger, hari sudah cukup malam. Apakah kamu akan segera kembali ke markas? : Iya, Mbah. Esok hari. : Jadi, kamu tidak akan tinggal kembali di Dukuh Paruk ini? : Itu tak mungkin, Mbah. Aku sudah menjadi tentara. Aku harus segera bergabung kembali dengan Sersan Slamet. Dia beserta anak buahnya sangat membutuhkan tenagaku. Wilayah Kecamatan Dawuan belum aman, to, Mbah? : (Mengangguk-anggukkan kepala) Ya, sudah kalau begitu. Wis bengi, aku takbali, Ngger.



Mendengar Kartareja berpamitan pulang, Srintil keluar. Berdua dengan Rasus, mereka mengiringi Kartareja sampai di pintu. Sesaat mereka berdiri di depan pintu. Kemudian, mereka , duduk berdampingan di sebuah risban. Srintil : Kang Rasus? Rasus : Hm? Srintil : Mengapa Kang Rasus tidak tinggal saja di sini?. Rasus : Tidak, Srin. Aku harus kembali ke markas. Srintil : Mengapa? Rasus (Sejenak terdiam) Mengapa kaudesak aku dengan pertanyaan itu? Srintil : Apakah kau sudah lupa apa yang pernah terjadi di antara kita? Di kuburan Ki Secamenggala dan di belakang rumah Kartareja? Rasus : Aku sama sekali tidak lupa, Srin. Semua masih kuingat sampai sekarang dan itu takkan pernah lenyap dari ingatanku. Srintil : Lalu? Rasus : Maksudmu? Srintil (Diam sejenak) Sesungguhnya aku ingin kauperlakukan sebagai perempuan yang utuh, punya suami, dan melahirkan anakmu dari rahimku. Maka, jujur kukatakan, aku ingin kau tinggal bersamaku di Dukuh Paruk ini. Atau, pergi bersamamu bergabung dengan kelompok Sersan Slamet. Rasus : Tapi .... Srintil : Bila kau ingin bertani, aku mampu membeli satu hektar sawah buat kaukerjakan. Bila kau ingin bendagang, akan kusediakan uang secukupnya. Bagaimana, Kang? Rasus : Srin, aku belum berpikir sedemikian jauh. Atau, aku takkan pernah memikirkan hal semacam itu. Lagi pula, aku masih teringat betul kata-katamu dulu bahwa kau senang menjadi seorang ronggeng. Srintil Bukankah kau mendukung keronggenganku dengan memberikan keris pusaka itu? Kang Rasus, mengapa kau menyebut hal-hal yang sudah lalu? Aku mengajukan permintaanku itu sekarang. Dengar, Kang, aku akan berhenti menjadi ronggeng karena aku ingin menjadi istri seorang tentara, dan engkaulah orangnya. Rasus : (Diam dan hanya mengeluarkan suara berdehem) He..hmm. Srintil : Kenapa, Kang? Rasus : Entahlah, Srin. Aku juga bingung dengan diriku sendiri. Bingung antara menuruti kaca hati, memenuhi permintaanmu, dan panggilan tugas sebagai seorang prajurit. Srintil : Atau Kang Rasus sudah tidak mencintai aku lagi? Rasus : Kenapa hal itu kautanyakan? Srintil : Habis? Kenapa harus bingung? Rasus : Ah, sudahlah, Srin. Sekarang begini saja. Malam sudah menjelang pagi. Kau tentu sangat lelah karena seharian melayani nenekku dan aku. Sekarang kita bubuk saja ya? Besok kita bicarakan kembali. Yuk! (Berdiri dan membimbing tangan Srintil) Srintil : Artinya, Kang Rasus memenuhi permintaanku? Rasus : Besok pagi akan kujelaskan kepadamu. Kita beristirahat saja dulu. (Digubah ke dalam bentuk drama dari penggalan novel Ronggeng Dukuh Paruk dan Lintang Kemukus Dini Hari karya Ahmad Tohari)



188



A. Mendalami Isi Naskah Kegiatan awal sebelum memerankan drama, yang perlu kamu lakukan adalah membaca dan memahami naskah drama. Bacalah naskah drama berikut!



Semalam di Dukuh Paruk Para pemain: 1. Rasus 2. Srintil 3. Kartareja 4. Nenek Rasus Adegan 1 Sebuah ruang tamu sederhana. Sebuah meja panjang diapit dua buah risban. Sebuah lampu teplok ditempatkan di atas meja. Rasus duduk di sebuah risban. Ia duduk termenung. Tidak lama kemudian, Kartareja masuk dan duduk di risban lain. Suasana sedikit tidak akrab. Rasus tampak tidak tenang. Waktu itu kira-kira pukul 20.00. Kartareja : Mana Kopral Pujo dan Sersan Slamet? Rasus : Sudah pulang. Kartareja : Kok tidak menginap saja? Bukankah ini sudah malam? Rasus : Mereka tidak mau. Malam ini juga mereka harus kembali ke markas di Dawuan. Masih ada banyak tugas yang harus diselesaikan. Tadi sebenarnya mereka juga memaksa aku ikut serta, tapi aku mohon izin semalam tinggal di sini. Aku katakan kepada mereka, aku mau mencari seseorang yang bisa menjaga Nenek yang sudah sangat renta. Kartareja : Itu tidak usah kaupikirkan benar. Kami dan semua orang di sini akan membantu menjaga dan merawat nenekmu dengan sukarela. Rasus : Iya. Terima kasih. Aku sungguh tidak menyangka bahwa semua orang di tanah kelahiranku ini siap memenuhi keinginanku. Srintil keluar, menghidangkan dua gelas teh tubruk dan beberapa potong gula aren untuk medang. Srintil Kartareja



Rasus



Kartareja



Rasus Kartareja



Rasus Kartareja



Rasus Kartareja



: Mbah, Kang Rasus, silakan medang ala kadarnya. : Iya, Nduk. (Rasus hanya mengangguk, kemudian matanya mengikuti langkah Srintil meninggalkan ruangan itu.) Kau lihat sendiri, Rasus. Srintil dengan senang hati membantu kerepotan di rumahmu ini. : Iya, Mbah! Bukan hanya aku yang dimanjakannya secara berlebihan, melainkan juga Nenek. Nenek pasti merasa mendapat saat yang paling menyenangkan sepanjang hidupnya. Apalagi, sudah cukup lama aku pergi meninggalkannya. : (Sambil menghidupkan korek api dan menyalakan rokok klembak menyan) Ya, sejak kamu menjadi tentara, kamu memang tidak pernah pulang. Selama itu pula kami selalu menjaga dan merawat nenekmu.” : Iya. Sekali lagi terima kasih, Mbah! Tapi sampai berapa lama? : (Mengambil gelas, meminum teh. Meletakkan kembali gelas itu di alas meja) Soal nenekmu, jangan kaurisaukan benar. Kami akan terus menjaga dan merawatnya baik-baik. Kami sungguh sadar dari dirinyalah lahir seorang cucu, seorang bocah bagus yang telah berhasil membunuh dua orang penjahat (Memandang Rasus sambil mengacungkan ibu jari kepadanya). Dan aku sanggup memberinya makan ronggeng keadaan menjadi sedikit berubah. : Tapi dengan begitu aku .... : Aku tahu kamu sangat kecewa karena Srintil menjadi ronggeng. Dan kalau sekarang warga pedukuhan kecil ini banyak rnemberikan perhatian kepada nenekmu, anggaplah itu sebagai penawar kekecewaanmu. : (Termenung sejenak). Maaf, Mbah, atas kekasaran kata-kataku tadi. : Tidak apa-apa. Seorang prajurit memang harus berani begitu. Tetapi saya tahu, bahwa kamu sangat kecewa, marah, dan sakit hati atas keronggengan Srintil karena di dalam wajah Srintil itulah kamu berusaha menemukan bayangan emakmu yang meninggal akibat malapetaka tempe bongkrek itu.



101



tidak lazim), pendefinisian kembali (menata ulang ide, konsep, objek, cara penggunaan sehingga ada cara baru), elaborasi (memvariasikan implikasi dan konsekuensi dengan berbagai perluasan/ pengombinasian). Kreativitas menurut Elijen (2005: 32-34) berkaitan dengan kemampuan berpikir tentang sesuatu dari sudut pandang baru dan tidak biasa. Komponen kreativitas mencakup pemahaman (keahlian), motivasi, dan keterampilan berpikir kreatif. Kreativitas berkaitan dengan pengetahuan teknis, prosedur dan intelektualitas berkaitan dengan apa yang akan dikreasikan. Motivasi lebih berkaitan dengan motivasi intrinsik daripada ekstrinsik. Keterampilan berpikir kreatif berkaitan dengan keluwesan ide dan imajinasi seseorang dalam mendekati masalah. Csikszentmihalyi (1996:19) menyimpulkan bahwa kemampuan memahami secara kreatif berkaitan dengan kemampuan menstranfer pemahaman untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa membaca dan mendengar berkaitan erat dengan kreativitas. Kreativitas dalam membaca berkaitan dengan pemikiran divergen yang menghasilkan banyak jawaban untuk suatu pertanyaan. Karakteristik kreativitas adalah pemikiran divergen, fleksibel, dan orisinalitas. Kajian definisi kemampuan literasi membaca dan rincian literasi membaca di atas dijadikan dasar untuk menyusun dimensi dan indikator-indikator tes literasi membaca kritis-kreatif dalam penelitian ini.



pa yang belum dinilai dari penilaian selama ini?  Penilaian terhadap kemampuan lisan dan presentasi berbagai keterampilan belum dilakukan  Penilaian terhadap performansi dan kemampuan menerapkan pengetahuan pada penciptaan sebuah produk 



Penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menemukan atau menyelidiki suatu masalah







Penilaian terhadap kemampuan berpikir kritis, mensintesis informasi, dan memberikan alasan berdasarkan informasi yang diketahui.



Apa yang dinilai dari penilaian selama ini? 



Kemampuan mengingat fakta, konsep, atau prosedur.







Penilaian terhadap pengetahuan tentang bahasa



Berikut ini Struktur dari Dimensi Proses Kognitif menurut Taksonomi yang telah direvisi 1 Remember (Mengingat) , yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. 1.1 Recognizing (mengenali) 1.2 Recalling (memanggilan/mengingat kembali)



102



2 Understand (Memahami), yaitu menentukan makna dari pesan dalam pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis ataupun grafik. 2.1 Interpreting (menginterpretasi) 2.2 Exemplifying (mencontohkan) 2.3 Classifying (mengklasifikasi) 2.4 Summarizing (merangkum) 2.5 Inferring (menyimpulkan) 2.6 Comparing (membandingkan) 2.7 Explaining (menjelaskan) 3 Apply (Menerapkan), yaitu mengambil atau menggunakan suatu prosedur tertentu bergantung situasi yang dihadapi. 3.1 Executing (mengeksekusi) 3.2 Implementing (mengimplementasi) 4 Analyze (menganalisa), yaitu memecah-mecah materi hingga ke bagian yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama lain menuju satu struktur atau maksud tertentu. 4.1 Differentianting (membedakan) 4.2 Organizing (mengelola) 4.3 Attributing (menghubungkan) 5 Evaluate (mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar. 5.1 Checking (memeriksa) 5.2 Critiquing (mengkritisi) 6 Create (menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk membentuk sesuatu yang berbeda atau mempuat produk original. 6.1 Generating (menghasilkan) 6.2 Planning (merencanakan) 6.3 Producing (memproduksi) Proses kognitif meaningful learning atau yang melibatkan proses berpikir kompleks bisa digambarkan dari struktur ke C2 hingga ke C5. Sumber David R. Krathwohl, A Revision of Bloom’s Taxonomy, An Overview (Ohio: Theory Into Practice, vol 41 number 4 : 2002)



187



anak



Tahukah Kamu? Hikayat adalah bentuk prosa lama yang mengandung cerita, baik sejarah maupun roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta (KBBI, 1995: 351). Dalam teks-teks lama, hikayat sering dirumuskan sebagai bentuk cerita kuno sejenis roman berbahasa Melayu, yang penuh dengan khayal. Isinya menceritakan kehidupan putra raja yang gagah perkasa beserta putri yang cantik molek. Cerita-cerita hikayat dimulai dengan mengisahkan nenek moyang mereka yang berasal dari dewadewa di kayangan. Lukisan peristiwa-peristiwa yang digunakan untuk membangun cerita hikayat sangat dipentingkan, termasuk yang berkaitan dengan kesaktian-kesaktian sang tokoh dan pengalamanpengalamannya yang menakjubka.n sekaligus membahayakan. Umumnya cerita hikayat berakhir dengan pertemuan antara putra raja dan kekasihnya, yang setelah menikah lalu memerintah kerajaan yang makmur dan sajahtera. Ciri lain yang cukup menonjol dari bentuk cerita hikayat adalah banyaknya anasir asing, seperti Arab dan Hindu, sehingga dalam sebuah hikayat terdapat lukisan kemelayuan, dewa-dewa Hindu, dan nabi-nabi Islam. Plot merupakan rangkaian cerita yang saling berhubungan dari awal sampai akhir. Rangkaian peristiwa dalam cerita digerakkan dengan hukum sebab-akibat. Cerita berkembang dari tahap pengenalan (apa, siapa, dan di mana terjadinya cerita), mulai timbulnya konflik/pertentangan, klimaks (pertentangan memuncak) peleraian , dan penyelesaian ( solusi/penyelesaian dari masalah yang muncul). Tahapan plot a. Pengenalan tokoh/Pelukisan awal cerita Tahap ini merupakan tahaperistiwa yang menjadi inti cerita pengenalan tokoh dan situasi latar cerita. Penonton mulai mendapat gambaran tentang b. Pertikaian awal, pada tahap ini mulainya muncul konflik. Masalah-masalah atau peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Konflik-konflik dikembangkan menjadi konflik yang lebih besar a. Klimaks atau titik puncak. Peristiwa-peristiwa yang menegangkan muncul. Konflik yang meningkat itu akan terus meningkat sampai titik puncak. Tokoh utama mengalami hal ini, dan berperan sebagai pelaku dan penderita akibat terjadinya konflik tersebut. b. Peleraian, atau antiklimak. Pada tahap ini konflik mulai mereda dan ketegangan menurun. Tokoh yang menciptakan suasana menjadi memanas mulai menuju pada penyelesaian konflik. Masingmasing telah mulai mengalami pencerahan batin. c. Penyelesaian atau akhir cerita. Pada tahap ini semua persoalan sudah diselesaikan. Ketegangan antar tokoh dikendorkan. Dalam cerita mengandung pesan yaitu pandangan tentang ajaran hidup yang disampaikan pengarang melalui rangkaian peristiwa dalam cerita. Pengarang menyampaikan pesan melalui peristiwa sebab-akibat, karakter pelaku, dialog dalam, dan penjelasan pengarang (narasi pengarang). Menyampaikan Dialog disertai Gerak-Gerik dan Mimik yang Sesuai dengan Watak Tokoh  Mampu menjelaskan isi naskah drama yang dibaca.  Mampu menentukan gerak, mimik, dan intonasi yang sesuai dengan dialog dan watak tokoh.  Mampu memerankan naskah drama disertai gerak, mimic, dan intonasi yang sesuai dengan isi dialog dan watak tokoh. Menyampaikan dan yang lebih keren lagi istilahnya adalah memerankan naskah drama bukanlah pekerjaan yang mudah. Pemeran atau para pemain drama harus terus-menerus berlatih agar dapat memerankan naskah drama dengan baik. Latihan dimulai dari memahami isi naskah drama, menentukan gerak, mimik, dan intonasi yang ssuai dengan isi naskah dan watak para tokoh, dilanjutkan dengan berlatih memerankan drama secara utuh. Pada bagian ini, kamu akan berlatih memerankan drama.



186



103



4. Identifikasi juga peristiwa mana yang merupakan puncak konflik! 5. Identifikasi juga peristiwa mana yang merupakan penyelesaian atau akhir konflik! NO.



PERKENALAN



AWAL KONFLIK



PUNCAK KONFLIK



AKHIR KONFLIK



E. Menemukan Nilai Hikayat Tahukah kamu? 1. Nilai adalah sifat, hal-hal penting, ajaran/nasihat penting yang berguna bagi kehidupan. 2. Dalam hikayat, nilai ini dapat disimpulkan dari peristiwa yang dialami para pelaku, penjelasan pengarang, watak para tokoh, dan dialog para pelaku. 3. Aspek nilai inilah unsur utama yang hendak disampaikan dalam hikayat. Hal ini karena aspek inilah yang paling menonjol dalam hikayat. Kegiatan kreatif 1. Berbagilah menjadi beberapa kelompok! 2. Temukan nilai yang terkandung dalam hikayat dengan terlebih dahulu menunjukkan bukti pendukungnya yang dikutip dari teks hikayat! 3. Gunakan panduan berikut untuk mengarahkan temuan diskusimu! No. 1.



Aspek Perilaku Tokoh



Data Dukung Sekali peristiwa adalah seorang raja di Benua Tabaristan namanya. Maka raja itu senantiasa ia berjamu segala hulubalangnya.



Nilai Menjamu tamu dengan baik.



F. Mengaitkan Nilai Hikayat dengan Kehidupan Sehari-hari Seperti halnya sastra lama yang lain yang selalu sarat dengan nilai, hikayat sebagai sastra lama juga sarat dengan nilai. Apakah nilai-nilai dalam hikayat itu masih bisa diterapkan dalam kehidupan masa kini? Untuk menemukan kaitan nilai hikayat dengan kehidupan masa kini, jawablah pertanyaan berikut! 1. 2. 3. 4. 5.



Dalam kehidupan sekarang ini, masih adakah orang yang memiliki kesetiaan seperti yang dilakukan Taifah terhadap rajanya? Seandainya kamu menjadi Taifah disuruh membunuh anaknya, bagaimana perasaanmu? Setujukah kau dengan sikap istri Taifah yang menyerahkan anaknya untuk dibunuh demi kesetiaan pada raja. Apakah peristiwa dalam Cerita Taifah terjadi dalam kehidupan sekarang? Apakah nilai yang akan disampaikan penulis masih sesuai dengan kehidupan saat ini?



G. Mengidentifikasi Adat, Budaya yang Mempengarui Penciptaan Hikayat Kalau kamu perhatikan dengan seksama, ternyata dari nama para tokoh, nilai yang terkandung dalam hikayat, peristiwa yang dialami para tokoh, memiliki kemiripan atau diambil dari adapt atau budaya tertentu. Identifikasilah adat dan budaya manakah yang kira-kira mempengaruhi penciptaan hikayat yang berjudul Cerita Taifah. No. Aspek Adat, Budaya, Ajaran yang Mempengauhi 1. Nama Tokoh: Taifah, Nama-nama yang biasanya dipakai oleh kaum muslim Tabaristan, Syah Alam 2.



Peristiwa:



menyembelih



…………………………………………………………



Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadiansampai pada kemampuan berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi (http://en.wikipedia.org/wiki/Bloom%27s_Taxonomy). Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Konsep ini mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik. Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya sehinggi dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya. Untuk lebih mudah memahami taksonomi bloom, maka dapat dideskripsikan dalam dua pernyataan di bawah ini: 



Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep itu.







Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu memahami isinya



Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari



104



kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada. Gambar 1. Diagram Taksonomi Bloom



Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori tersebut. Kata-kata kunci itu seperti terurai di bawah ini 



Mengingat : mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi , menemukan kembali dsb.







Memahami : menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb.







Menerapkan : melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi dsb







Menganalisis : menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan dsb.







Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.







Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah dsb.



185



Maka kata istri Khojah Maimun, ”Betapakah hikayat itu? Hikayatkanlah supaya kudengar.” Maka sahut Bayan, ”Tiadalah mau hamba berhikayatkan dia, seolah-olah hamba hendak berlalaikan tuan dengan hikayat, menjadi durjanalah hamba kepada tuan hamba.” Maka kata Bibi Zainab, ”Hai Bayan! Tiadakah engkau kasih akan daku?” Setelah Bayan mendengar katanya itu, maka ia pun berhikayat dengan sukacitanya. Dikutip dari Hikayat Bayan Budiman B. Mendiskusikan Kata-Kata Sulit Seperti kamu ketahui bahwa hikayat adalah karya prosa lama, sehingga banyak kata-kata yang mungkin tidak kamu ketahui maknanya karena kosa kata itu sudah tidak dipakai lagi sekarang. Cobalah kamu identifikasi kosa kata yang tidak kamu kenal tersebut dan diskusikanlah maknanya! Lakukanlah kegiatan ini dengan teknik brainstorming atau curah pendapat! No. Kosa Kata Makna 1.



C.Mendiskusikan Tokoh dan Watak Tokoh dalam Hikayat Kegiatan Kreatif 1. Berbagilah menjadi beberapa kelompok! 2. Setelah kamu membaca contoh hikayat yang berjudul Cerita Taifah di atas, diskusikanlah tokoh dan watak tokoh dalam hikayat dengan menggunakan panduan diskusi berikut! Panduan Diskusi 1. Hikayat yang berjudul Cerita Taifah di atas adalah cerita berbingkai, yaitu cerita yang diceritakan oleh orang lain. Siapakah pencerita dalam hikayat di atas? Siapa sajakah tokoh dalam cerita yang diceritakan oleh pencerita di atas? 2. Benarkah nama-nama yang kamu sebutkan tersebut adalah tokoh cerita? Apakah tokoh-tokoh tersebut benar-benar menggerakkan cerita? 3. Deskripsikan perilaku/tindakan, ucapan, atau tindakan esensial yang diucapkan/dilakukan setiap tokoh dalam hikayat tersebut! 4. Deskripsikan komentar tokoh terhadap tokoh lain, atau komentar pencerita terhadap tokoh (jika ada) dalam hikayat tersebut! 5. Buatlah simpulan tentang watak tokoh berdasarkan perilaku, ucapan, dan tindakan esensial tokoh, atau komentar tokoh lain dalam hikayat tersebut! No. Nama Tokoh Ucapan, Tindakan Komentar Tokoh Simpulan Lain/Pencerita Watak Tokoh



D. Mendiskusikan Alur Hikayat Kegiatan Kreatif 1. Berbagilah menjadi beberapa kelompok! 2. Tiap kelompok tulislah peristiwa-peristiwa yang dialami para tokoh mulai dari awal sampai dengan akhir cerita! 3. Dari peristiwa tersebut identifikasilah peristiwa mana yang merupakan awal terjadinya konflik!



184



Maka titah Raja Tabaristan, ”Pergilah engkau lihat suara apa itu.” Maka Taifah pun pergilah mengikuti suara itu. Setelah Taifah datang kepada tempat suara itu, maka dilihatnya ada seorang perempuan terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya. Maka kata Taifah itu, ”Hai perempuan! Siapa engkau ini, dan apa kehendakmu?” Maka sahut perempuan itu, ”Akulah yang mengawal istana raja ini. Sekarang telah keluarlah aku, dan siapa dapat mengembalikan daku?” Maka kata Taifah, ”Apakah arti katamu itu?” Maka kata perempuan itu, ”Bahwa Raja Tabaristan itu telah berpalinglah daulatanya dan umurnya pun singkatlah.” Maka sahut Taifah, “Hai perempuan! Betapa juga perinya, maka engkau kembali ke istana raja ini, dan daulatnya pun makin bertambah-tambah, dan umurnya dilanjutkan Allah ta’ala?” Maka kata perempuan itu, ”Jika sungguh-sungguh engkau hendak berbuat bakti kepada raja dan hendak bertambah -tambah daulatnya dan umurnya pun lanjut, maka hendaklah engkau bunuh anakmu yang kaukasihi itu dengan tulus hatimu, supaya segera aku kembali ke istana raja kamu.” Setelah Taifah mendengar kata perempuan itu, maka Taifah pun segera kembali ke rumahnya. Maka segala kata itu sekaliannya diceritakannya kepada anak-istrinya.Maka kata istrinya, ”Tuan hamba bawalah anak kita ini pergi beri, jikalau boleh selamat tuan kita.” Maka oleh Taifah diambilnya seorang anaknya yang dikasihi itu, dibawanya pergi kepada perempuan itu, lalu diikatnya, serta dihunusnya kanjar,1) dihantarkannya pada leher anaknya. Baharu hendak disembelihnya, maka oleh perempuan itu segera ditangkapnya tangan Taifah itu, seraya katanya, ”Janganlah anakmu ini kaubunuh. Bahwa sesungguhnya kembalilah aku ke istana rajamu, daripada tulus hatimu berbuat bakti kepada rajamu; maka berbahagialah raja kamu dan daulatnya pun bertambah-tambah dan umurnya pun panjang lanjutkan Allah Subhanahu Wa ta’ala.” Maka perempuan itu pun lenyaplah. Maka oleh Taifah pun dilepaskan anaknya yang diikat itu, lalu dibawanya kembali ke rumahnya. Adapun tatkala itu Raja Tabaristan sudah mengikuti dari belakang mengintaikan segala ketakuan dan perkataan Taifah dengan suara perempuan itu, sekaliannya habislah didengarnya oleh Raja Tabaristan itu. Maka Raja pun kembalilah ke istananya. Maka Taifah pun berpikirlah di dalam hatinya, ”Hendak pun aku katakan kepada Raja, seperti kata perempuan itu, bahwa saya sekali-kali Raja tiada percaya akan kataku ini; jika demikian, baiklah kukatakan kata yang lain-lain.” Hatta seketika lagi Taifah pun datanglah menghadap Raja. Maka apabila Taifah itu datang menghadap, maka Raja Tabaristan pun pura-pura bertanya kepada Taifah, ”Suara apakah itu?” Maka sembah Taifah, ”Ya Tuanku syah alam! Suara itu suara orang berkelahi laki-istri; sudahlah patik perdamaikan.” Maka titah Raja Tabaristan, seraya tersenyum di dalam hatinya, ”Hai Taifah! Tiadakah engkau ketahui aku melihat barang kelakuanmu itu, hai Saudaraku? Bahwa sesungguhnya aku saudaramu: Insya Allah lihatlah olehmu kubalas kasihmu akan daku itu.” Maka hari pun sianglah. Maka Raja Tabaristan pun memberi anugerah akan Taifah sebuah negeri dan harta pun terlalu banyaknya tiadalah terkira-kira lagi, dan serta diberinya pula kerajaan akan dia itu selama hidupnya sampai kepada anak cucunya, serta diakui baginda akan dia saudara.” Maka kata Bayan, ”Demikianlah orang yang menunjukkan kebaktian dan tulus ikhlas kasihnya di belakang tuannya. Maka sekarang ini baiklah tuan hamba segera pergi mendapatkan anak raja itu, karena ia ada menanti, kalau-kalau hari akan siang.” Maka istri Khojah Maimun pun turunlah; baharu hingga pintu kampungnya, maka hari pun sianglah. Maka ia pun kembalilah ke rumahnya duduk dengan berahinya akan anak raja itu, beberapa dihiburkannya tiadalah juga terhibur. Sebermula setelah hari malam pada ketika sunyi orang tidur, maka istri Khojah Maimun pun memakai pakaian yang indah-indah dan memakai bau-bau yang amat harum baunya, maka ia pun datanglah kepada bayan seraya katanya, ”Hai unggas, yang bijaksana! Beri apalah akan daku izin supaya aku pergi mendapatkan mahbubku.” Maka sahut Bayan, ”Hai Sitti! Belumlah tuan hamba bertemu dengan kekasih tuan itu? Pada sangka hamba pada malam tadi sudahlah tuan bertemu. Maka terlalu amat bebal sekali tuan tiada mau bertemu dengan anak raja itu; pada bicara hamba baiklah tuan pergi. Jangan tuan takut; tiadalah tuan beroleh malu Insya Allah ta’ala hambalah membicarakan. Janganlah syak di dalam hati tuan hamba itu. Tiadakah tuan mendengar hikayat seorang perempuan yang bijaksana, lakinya cemburuan? Maka daripada sangat arif serta tahu ia memeliharakan dirinya, beberapa harta diperolehnya!”



105



Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah : 



Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu







Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu







Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai







Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui



Pentahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari sebagian orang. Alasannya, dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua tahap seperti itu diperlukan. Contohnya dalam menciptakan sesuatu tidak harus melalui penatahapan itu. Hal itu kembali pada kreativitas individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja. Namun, model pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran secara terintegrasi. Sebagian orang juga menyanggah pembagian pentahapan berpikir seperti itu karena dalam kenyataannya siswa seharusnya berpikir secara holistik. Ketika kemampuan itu dipisah-pisah maka siswa dapat kehilangan kemampuannya untuk menyatukan kembali komponen-komponen yang sudah terpisah. Model penciptaaan suatu produk baru atau menyelesaian suatu proyek tertentu lebih baik dalam memberikan tantangan terpadu yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis. Tags: Taksonomi, Bloo Taksonomi Bloom telah menancapkan akar pengaruhnya yang kuat dalam perkembangan teknologi pembelajaran di Indonesia selama lebih dari 25 tahun. Teori yang dipakai untuk memetakan tujuan pembelajaran itu terdiri atas kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, pada tahun 2001 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl menulis A Taxonomy for



106



Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives) yang diterbitkan oleh Longman di New York. Keduanya melakukan revisi mendasar atas klasifikasi kognitif yang pernah dikembangkan Bloom. Jika sebelumnya, Bloom mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam level, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) dalam satu dimensi, maka Anderson dan Kratwohl merevisinya menjadi dua dimensi, yaitu proses dan isi/jenis. Pada dimensi proses, terdiri atas mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate), dan berkreasi (create). Sedangkan pada dimensi isinya terdiri atas pengetahuan faktual (factual knowlwdge), pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge). Penerapan revisi kognitif ini dalam desain pembelajaran, salah satu contohnya, pernah dicoba oleh Hamdani dengan mengambil setting tujuan pembelajaran agama Islam. Hanya saja tulisannya yang pernah dimuat dalam Nizamia, jurnal nasional terakreditasi milik Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel itu, belum sampai memberikan analisis kritis, jadi hanya lebih ke konsep aplikatifnya. Dalam bab terakhir bukunya, Anderson dan Krathwohl sendiri mengakui bahwa hasil revisinya ini lebih melihat fungsi otak dalam satu kesatuan ranah (domain). Tidak seperti sebelumnya yang menggunakan klasifikasi dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pembagian tersebut dikritisi banyak pihak karena cenderung membuat pendidikan beranggapan bahwa adanya isolasi aspek-aspek dalam sebuah tujuan yang sama. Pada revisi taksonomi Bloom kali ini, ranah kognitif tidak dianggap terpisah dengan ranah afektif atau psikomotor, melainkan terkait antara satu dengan yang lain. Karena semua aspek tersebut merupakan satu bagian utuh dari fungsi kerja otak. Sebagai contoh, pada kategori pengetahuan metakognitif, di dalamnya juga mencakup ranah kognitif dan afektif, juga psikomotor. Saya melhat bahwa revisi ini merupakan bukti fenomena kompleksitas fungsi otak. Weisstein mengatakan, complexity is the theory of classifying problems based on how difficult they are to solve. Sebutan ini cukup wajar karena masalah otak dan fungsinya telah mengundang beragam teori yang secara tak langsung telah menunjukkan betapa rumitnya kajian tentangnya. “How amazing is it…” begitulah ungkapan yang Saya temukan saat kali pertama membaca artikel Barry L. Aaronson. Dalam narasi yang lebih sederhana, Saya mencoba mengambil analog dari gambaran saat seseorang



183



dengan baik, tidak kelihatan terengah-engah?



Jika banyak jawaban TIDAK, kamu harus mengulangi latihanmu!



Menemukan Unsur-Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat  Mampu menjelaskan kata-kata sulit dalam hikayat yang dibaca.  Mampu mengidentifikasi tokoh dan watak tokoh yang terdapat dalam hikayat yang dibaca.  Mampu mengidentifikasi alur hikayat yang dibaca.  Mampu mengidentifikasi nilai dalam hikayat yang dibaca.  Mampu mengaitkan isi hikayat dengan kehidupan masa kini.  Mampu menilai adat dan buadaya yang berpengaruh terhadap penciptaan hikayat. Hikayat adalah karya sastra berbentuk prosa yang biasanya menceritakan tentang raja-raja dan bangsawan pada zaman dulu yang di dalamnya memuat banyak nilai atau nasihat agar dapat diteladani. Hikayat dikategorikan sebagai prosa lama, oleh karena itu mungkin banyak kosakata yang tidak kamu kenal. Pada bagian ini kamu akan mengidentifikasi beberapa unsur penting yang terkandung dalam hikayat. A. Membaca Hikayat Bacalah hikayat berikut ini!



CERITA TAIFAH Maka kata Bayan, ”Sekali peristiwa adalah seorang raja di Benua, Tabaristan namanya. Maka, raja itu senantiasa ia berjamu segala hulubalangnya. Maka ada seorang hulubalang datang dengan anak istrinya daripada sebuah negeri kepada raja ini. Maka titah raja Tabaristan, ”Dari mana engkau datang dan siapa namamu dan apa kehendakmu datang kepada aku ini?” Maka sembah Taifah, “Yang diperhamba ini beberapa sudah berbuat khidmat kepada raja di benua Irak, tiada juga kelihatan kepadanya. Setelah yang diperhamba mendengar Duli Syah Alam sangat mengasihani segala hulubalang, itulah sebabnya maka hamba hendak perhambakan diri ke bawah Duli Syah Alam. Maka titah Raja Tabaristan, ”Baiklah! Duduklah di sini bersama-sama dengan aku.” Maka dianugerahi raja akan Taifah itu daripada emas dan perak serta dikurniai seperti adat hulubalang dan dikurniainya rumah dan kampung. Sebermula, akan adat Raja Tabaristan itu, tiga hari sekali ia berjamu segala hulubalangnya makan minum bersuka-sukaan. Maka pada suatu ketika, raja Tabaristan berjamu segala hulubalangnya; tatkala itu Taifah pun ada hadir menghadap. Setelah beberapa cawan seseorang minum itu, maka Taifah pun bercakaplah, katanya, ”Hai Raja yang maha mulia lagi besar! Tiada siapa yang terlebih kasih akan Duli Syah Alam, lebih daripada patik dan tiada siapa yang akan melawan seteru Syah Alam melainkan yang diperhamba juga yang melawan dia.” Dan lagi berbagai-bagai pula cakapnya di hadaman Raja Tabaristan itu. Maka Raja pun murkalah akan Taifah itu, tiadalah berguna lagi kepadanya. Hatta, beberapa lama Taifah dimurkai raja itu, tetapi Taifah itu berbuat bakti juga kepada Raja. Maka kepada suatu malam Raja Tabaristan pun mendengar suatu suara, demikian bunyinya, ”Telah keluarlah aku dari sini! Siapa dapat mengembalikan akan daku?” Setelah Baginda mendengar suara yang demikian itu, maka Baginda pun turun ke serambi istana menengok daripada kisi-kisi mahligai itu. Sebermula pada tatkala itu Taifah pun ada mengawali istana itu. Maka, dilihat oleh Raja Tabaristan, ada seorang laki-1aki berdiri dengan senjata, ada mengawal istana itu. Maka titah Raja Tabaristan, ”Siapa engkau itu?” Maka sembah Taifah, “Hambalah Taifah! Telah setahun lamanya hamba berkawal ini, baharulah tuanku melihat patik hadir pada malam ini.” Maka titah Raja Tabaristan, ”Adakah engkau mendengar suara itu?” Maka sembah Taifah, ”Telah tiga hari sudah yang diperhamba mendengar suara itu, akan tetapi tiada yang diperhamba hiraukan dia, karena yang diperhamba lagi masygul dengan berkawal di bawah istana Duli Tuanku juga.”



182



107



C. Berlatih Menganalisis Persamaan dan Perbedaan Dua Karya Sastra Kedua cerita di atas sekilas tampaknya mirip, namun jika kita cermati dengan seksama banyak perbedaanya juga. Perbedaan tersebut dilatari oleh unsur-unsur ekstrinsiknya. Kegiatan Kreatif 1. Berbagilah menjadi beberapa kelompok! 2. Tiap kelompok, bacalah dua karya sastra di atas dengan cermat! 3. Temukan persamaan dari kedua karya tersebut! 4. Temukan perbedaan dari kedua karya tersebut! 5. Temukan juga keterangan atau alasan yang menyebabkan munculnya perbedaan! No. Persamaan Perbedaan Keterangan



sedang berpikir. Terkadang, dia akan terlihat mengernyitkan dahi, memegang atau memijit-mijit keningnya. Orang lain yang melihatnya, dengan mudah menebak kalau orang dengan tanda-tanda seperti itu sedang melakukan proses berpikir. Pasalnya, berpikir tentu saja merupakan aktifitas menggunakan otak. Karena informasi yang dipikirkan berat, maka reaksi tubuh dan gesture penyerta semacam itu menjadi indikasi seseorang sedang berpikir. Namun, saat seseorang menyampaikan perasaan atau dengan kata, “hati-hati di jalan ya!”, mengapa yang dipegang bukanlah kepala, tetapi malah memegang dada. Bukankah saraf emosi dan perasaan juga berada dalam otak? Yang jelas, menfungsikan otak berarti menggunakan pikiran atau berpikir. Bartlett (1932) mengartikan berpikir (thinking) sebagai (1) interpolasi yang memenuhi gap informasi, (2) ekstrapolasi yang melampaui informasi yang diberikan, dan (3) re-interpretasi yang mengatur kembali informasi. Terkait dengan hal ini pula, Mayer (1977) menyarankan pengertian berpikir sebagai upaya mengarahkan dan menghasilkan perilaku untuk memecahkan (solve) atau mencari solusi dari suatu masalah. Pengertian ini selevel dengan kategori metakognitif Anderson dan Krathwohl. Kompleksitas fungsi otak lainnya terkait dengan berpikir adalah adanya pandangan para ahli cognitive neuroscientists. Marianne Szegedy, misalnya, menegaskan bahwa aktifitas kognitif manusia dan perilakunya bergantung kepada 95 persen di bawah batas kesadaran manusia (subconscious awarness). Hanya 5 persen aktifitas manusia dilakukan berdasarkan kesadaran penuh (conscious awareness). Konsep ini agak sulit disinergikan dengan kalsifikasi Anderson dan Krathwohl dalam revisi Taksonomi Bloomnya. Akhirnya, bagaimanapun begitu kompleknya masalah ini, langkah Anderson dan Krathwohl dalam merevisi yang diakuinya sebagai hasil kontribusi dari advances in cognitive theory itu patut mendapat a0presiasi tinggi. Setidaknya, demi pencerahan dunia teknologi pembelajaran ke depan. Semoga!



D. Merangkum Hasil Temuan Kegiatan Kreatif 1. Tetaplah bergabung dengan kelompomu! 2. Rangkumlah hasil analisismu tentang persamaan dan perbedaan antara cerita yang berjudul Dongeng Tujuh Samurai dan Hikayat Hang Tuah yan berjudul Pemaling Tujuh Bersaudara dari Majapahit menjadi sebuah karangan yang menarik! 3. Lengkapilah ulasanu tentang persamaan atau perbedaan dari kedua sastra tersebut dengan menambahkan kutipan dari kedua naskah tersebut agar lebih meyakinkan pembaca! 4. Suntinglah rangkuman yang telah kamu susun dari segi isi, ejaan, dan tanda bacanya! RANG Kompetensi: Membacakan Teks Berita NO.



ASPEK



1.



Jeda



INDIKATOR 



Apakah pembacaan dilakukan per satuan makna bukan per kata?







Apakah pengaturan jeda menjadikan berita yang



YA



TIDAK



dibaca mudah dipahami pendengar? 2.



Lafal/Vokal







Apakah setiap kata dilafalkan dengan jelas?



3.



Intonasi







Apakah tinggi rendahnya nada, keras lunaknya suara, dan cepat lambatnya pembacaan, sudah diatur sesuai dengan isi kalimat dalam teks berita?



4.



Mimik







Apakah ekspresi wajah wajar dan sesuai dengan isi dan ragam berita yang dibacakan?



5.



Pernafasan







Apakah pembaca dapat mengatur nafasnya



Pengukuran = proses mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan skala kuantitatif. Proses pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki seseorang. Pengukuran adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Guru menaksir prestasi siswa denganmengamati apa saja yang dilakukan siswa (proses pemberian angka terhadap atribut seseorang dengan mengacu pada aturan atau fomula



108



tertentu. Pengukuran kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu. Asesmen penilaian proses, kemajuan dan hasil belajar siswa. Asesmen adalah pengumpulan data untuk menunjukkan perkembangan pembelajaran. Asesmen sarana yang membantu guru untuk memonitor siswa. Bentuk asesmen tradisional



dan asesmen alternatif . Evaluasi bisa dilakukan dengan baik dan benar jika berdasarkan informasi/ data yang diperoleh dari pengukuran atau asesmen yang menggunakan berbagai instrumen. Evaluasi = penilaian data yang dikumpulkan berdasarkan asesmen. Tes merupakan pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut psikologis tertentu.Prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu. Evaluasi (evaluation) merupakan penilaian program pendididkan secara menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh. Evaluasi program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Sementara itu assessment merupakan penilaian dalam scope yang lebih sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi. Seperti dikemukakan oleh Kumano (2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi siswa dan perbaikan program pembelajaran. Tes Bahasa Khusus Selain tes kemampuan bahasa dan tes unsur bahasa, masing-masing dengan berbagai jenis dan variasi tesnya, di dalam kelompok tes bahasa secara keseluruhan masih pula terdapat beberapa jenis tes bahasa yang tidak secara lugas dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari kedua kelompok tes bahasa itu. Sebagaimana dibahas dalam bagian awal bab ini tentang tes kemampuan bahasa maupun tes unsur bahasa, dengan jelas dapat dipahami dan diidentifikasi kemampuan bahasa tertentu atau unsur bahasa tertentu yang dijadikan sasaran penyelenggaraannya. Sasaran utama tes kemampuan membaca, misalnya, adalah kemampuan membaca. Demikian pula halnya dengan penguasaan dan kemampuan tata bahasa yang merupakan sasaran utama dari tes tata bahasa. Hubungan semacam itu dengan lugas dapat dikaitkan dalam pembahasan dan kemampyuan tata bahasa yang merupakan sasaran utama dari tes tata bahasa. Hubungan semacam itu dengan lugas dapat dikaitkan dalam pembahasan tentang berbagai jenis tes, baik yang



181



banyak lembu kerbau. Prajurit itu mengambil seorang, lalu dibantainya. Setelah hari malam, pergilah dua orang mencari arak di negeri itu setempayan. Ia pun minumlah ketujuh bersaudara itu. Setelah hari siang, ia pun masuk menyamar ke dalam negeri bermain-main, melihat temasa pada segenap pintu orang kaya-kaya dan saudagar-saudagar. Setelah ratalah, ia pun kembali duduk pada tempatnya di bukit Cina itu. Setelah hari malam, Merga Paksi pun berjalanlah ke dalam negeri, masuk pada kampung saudagar yang kaya; dicurinya hartanya. Ketujuhnya pun sarat membawa harta itu. Ditaruhnya di bukit Cina itu. Ia duduk makan minum bersuka-sukaan. Setelah hari malam, ia pun masuk mencuri. Banyaklah harta yang diperolehnya. Hatta dengan demikian, banyaklah saudagar di dalam negeri itu yang hilang hartanya kecurian. Sekalian saudagar itu pun datanglah menghadap Raja. Dipersembahkannya segala hal ihwal ia kehilangan dengan kecurian itu. Raja pun tercengang seketika. Kata Tumenggung, ”Sehari-hari patik menyuruh berkawal. Baiklah pada malam sekarang patik turut berkawal pada seglaa rumah saudagar itu.” Merga Paksi pun masuklah ke dalam negeri itu. Dilihatnya orang berkawal dengan lembing perisai masing-masing itu. Merga Paksi pun masuk ke dalam orang yang berkawal itu; dicurinya pula di rumah saudagar yang lain. Hari pun sianglah. Saudagar itu pun masuklah berdatang sembah, mengatakan dirinya kecurian. Raja pun heran, lalu menyuruh memanggil Temengguyng; Temenggung pun datanglah. Titah Raja, ”Hai, Temenggung, manatah diri berkawal, maka saudagar ini kecurian semalam?” Sembah Temenggung, ”Bala apa yang datang atas negeriku ini?” Baginda pun menyuruh memanggil Bendahara dan Laksamana; serta datang titah Baginda, ”Apakah hal negeri kita ini, binasalah segala saudagar-saudagar dan orang kaya-kaya habis kecurian. Apatah bicara Bendahara dan Laksamana?” Maka Bendahara pun memandang kepada Laksamana, serta berdatang sembah, ”Ya, Tuanku sudah patik menyuruh Temenggung berkawal.” Titah Raja, ”Makin berkawal makin kecurian.” Sembah Laksamana, “Daulat Tuanku Syah Alam, patik mohonkan ampun dan kurnia. Jika ada kurnia, patik hendak bermohon ke bawah Duli Tuanku tujuh hari juga, tiada patik jauh, sekedar duduk di dalam negeri ini juga.” Titah Raja, ”Laksamana pergi, siapakah teman kita?” Sembah Laksamana, ”Tiada mengapa Tuanku, patik hendak coba main penjurit juga.” Titah Raja, ”Baiklah jangan lama.” Laksamana bermohonlah kepda Raja dan Bendahara, lalu kembali ke rumahnya. Diambilnya irun dua biji, dibubuhnya obat bius dan beras sesumpit. Setelah hari malam, Laksamana pun memakai serba hitam, lalu berjalan menggandar irun arak sumpit dan sumpit beras itu berkeliling negeri, masuk ke kota hendak mencuri. Dilihatnya seorang menggandar irun arak dua buah. Dikerumuninya, katanya, ”Siapa engkau ini?” Kata Laksamana, Hamba ini orang lepas dari penjara, hendak lari membawa diri, karena hamba ini orang berdosa.” Kata Merga Paksi, ” Jika sungguh engkau hendak lari, marilah engkau bersama-sama aku ini.” Kata Laksamana, ”Baiklah.” Laksamana pun pergilah mencuri bersama-sama dengan Merga Paksi itu ke rumah saudagar. dst. dst.....(Pada akhir cerita dengan penyamaran laksamana tersebut, pencuri-pencuri itu akhirnya dapat ditumpas dengan cara dipenggal lehernya setelah lebih dahulu dibuat mabuk oleh Laksamana). (Dr. C. Hooykaas, J.B. Wolters, Groningen, Perintis Sastra Jakarta, 1951.)



180



109



Akhirnya ketika malam tiba, para samurai sampai di depan sebuah pintu besi yang terjaga, pintu masuk ke dalam gua. Raiko mengetuk pintu itu. ”Kami adalah pertapa-pertapa miskin yang tersesat,” katanya pada penyamun yang membukakan pintu. ”Izinkanlah kamu numpang bermalam.” Saat itu para penyamun sedang bersuka ria. Sebuah anak sapi dipanggang di api unggun dan mereka mengelilinginya sambil tertawa dan bercanda. Pemimpinnya menyuruh para pertapa itu masuk ke dalam gua. ”Dengar! Kalau mereka mau duduk diam-diam di sudut ruang gua, dan tidak ribut maka boleh menginap di sini!” kata pemimpin rampok. Dengan terbungkuk-bungkuk para samurai yang menyamar itu pergi ke sudut yang gelap dan mengunyah sisa sisa makanan yang dilemparkan mereka. Setelah para penyamun selesai makan, Raiko berdiri, tangannya memegang buli-buli atau guci arak. ”Kami adalah pengembara miskin,” katanya. ”Kalau boleh kami ingin membalas budi. Terimalah anggur ini. Silahkan minum sampai habis!” Pemimpin penyamun memandangnya dengan remeh. ”Lihat pertapa konyol ini. Ditawarkannya anggur murahan dengan lagak sok gagah! Katanya sambil tertawa. Tapi diterimanya juga buli-buli anggur itu. Diendusnya. Ia melengak. Bau anggur itu kelihatannya enak. Akhirnya, anggur itu diminumnya. “Hai! Jangan habiskan sendiri. Kami juga mau, ” seru kawan-kawannya. Buli-buli itu berpindah dari tangan ke tangan. Semua perampok mencicipi anggur yang memang lezat segar itu. Hingga habis sampai tetes terakhir. Suasana gua dipenuhi tawa dan canda. Cahaya api unggun menyinari wajah-wajah rampok yang terkekeh-kekeh, mabuk, tak sadarkan diri. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, tiba-tiba saja satu per satu mereka tersedak, memegangi leher yang panas serasa terbakarf. Anggur itu telah diracuni. Mereka mencoba menghunus pedangnya tapi sudah terlambat. Semua pingsan kecuali sang pemimpin. Ia memang kuat dan sakti. Ia menerjang ke arah Raiko. Ketujuh samurai itu melepaskan pakaian pertapa pengembara. Mereka berdiri tegak perkasa dalam jubah kebesaran kaum samurai. Raiko dengan sigap mencabut samurainya, terjadilah pertempuran yang seru. Duel satu lawan satu akhirnya ujung samurai Raiko menembus jantung pemimpin rampok. Gerombolan rampok yang menghantui desa telah binasa. Amanlah penduduk di sekitar lembah itu. Jalan menuruni gunung sungguh sulit dan melelahkan, namun akhirnya Raiko dan sahabat-sahabatnya berhasil menghadap Kaisar Mikado dan melaporkan hasil tugas mereka. Kaisar menyambut kedatangan mereka dengan upacara kebesarann sebagai tanda penghormatan. (Dongeng Mancanegara, Hartatik, Tanpa Tahun) Teks 2



termasuk kelompok tes kemampuan bahasa maupun tes unsur bahasa. Sementara itu masih pula terdapat kelompok tes bahasa yang sasaran utamanya ternyata tidak dapat dengan lugas dikaitkan dengan salah satu dari kedua kelompok tes bahasa tersebut. Jenis tes bahasa itu dimasukkan ke dalam kelompok tes bahasa khusus dan meliputi (1) Dikte, (2) Tes Cloze, dan (3) Tes C.



Hikayat Hang Tuah Pemaling Tujuh Bersaudara dari Majapahit Sebermula Merga Paksi tujuh beradik (penjuru dari Majapahit) itu pun naik ke darat mencahari tempat singgah. Dilihatnya sebuah bukit di luar negeri itu, terlalu baik tempat bersembunyi dan tempat menaruh harta. Merga Paksi pun pergilah ke bawah bukit itu. Dilihatnya



Dikte Dikte atau imla menugaskan peserta tes untuk menuliskan suatu wacana yang dibacakan oleh seorang penyelenggara tes. Secara tradisional dikte pada umumnya semata-mata dikaitkan dengan kemampuan menyimak, yaitu kemampuan memahami wacana lisan. Kadang-kadang dikte bahkan dipahami sekedar sebagai tes kemampuan mendengarkan bunyi-bunyi bahasa yang terdapat dalam wacana yang dibacakan. Tidak jarang dikte bahkan dikaitkan sekadar dengan kemampuan menuliskan kata-kata dengan ejaan yang benar karena semua yang didengar harus dituliskan oleh peserta sama seperti teks yang dibacakan, termasuk penggunaan tanda baca yang terdapat di dalamnya. Pada kenyataannya dikte meliputi gabungan atau bahkan semua jenis kemampuan itu seperti yang dipahami dalam pendekatan pragmatik. Seperti dirumuskan pada bagian 2.4, kemampuan pragmatik itu dimengertikan sebagai “kemampuan untuk memahami suatu teks atau wacana, bukan semata-mata berdasarkan apa yang secara linguistik tertulis atau terucapkan, melainkan dengan memanfaatkan konteks ekstralinguistik, yaitu kumpulan fakta dan pengalaman yang dimiliki seseorang di luar teks yang tengah dibaca atau wacana yang tengah didengarkan.” Untuk memeriksa dan menilai dikte diperlukan banyak waktu, tenaga, dan ketelitian yang tinggi. Dengan manfaat yang terbatas, penyelenggaraan, dan koreksi yang rumit semacam itu dapatlah dipahami bahwa di kalangan pengajar bahasa selama ini dikte dalam pemahaman dan penggunaan semacam itu tidak banyak diterapkan sebagai salah satu bentuk pengajaran atau tes bahasa yang cukup dimanfaatkan. Dalam penyelenggaraan pengajaran bahasa dewasa ini dikte dipahami dan disikapi secara lebih luas. Penerapannya tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan kemampuan menuliskan wacana yang didiktekan secara langsung atau melalui rekaman dengan fokus sekedar pada penggunaan ejaan kata-kata dan tanda baca yang benar. Penggunaan dikte sebagai bentuk pengajaran bahasa dan bahkan bagian dari tes bahasa dikaitkan dengan kemampuan bahasa yang lebih kompleks dan beragam. Kemampuan yang dituntut untuk mengerjakan dikte dengan benar menyangkut kemampuan mengidentifikasi dan membedakan bunyi-bunyi bahasa, kemampuan mengenali dan memaknai kosakata, kemampuan mengenali dan memaknai rangkaian kata-kata dalam



110



susunan tata bahasa yang benar, kemampuan memahami wacana yang didengar, dan secara tidak langsung kemampuan merekonstruksi dan menyusun wacana seperti yang dituntut dalam kegiatan menyusun karangan. Pendek kata dalam pandangan yang lebih mutakhir, dikte sebagai suatu bentuk tes dipahami menuntut lebih banyak dari peserta tes untuk menggunakan kemampuan bahasa yang lebih rumit daripada sekedar ejaan dan bahkan kemampuan menyimak. Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa praktis semua jenis kemampuan bahasa dan semua unsur bahasa perlu digunakan untuk dapat mengerjakan tes dikte secara memadai, kecuali tentu saja kemampuan berbicara yang memang tidak termanfaatkan. Dikte yang banyak digunakan di sekolah-sekolah mengikuti format biasa yang dapat digolongkan ke dalam dikte standar atau dikte baku. Di samping itu terdapat pula dikte sebagian. Pada jenis pertama dikte diselenggarakan secara konvensional dengan menggunakan teks lengkap yang telah dipilih berdasarkanm beberapa kriteria, termasuk kesesuaian isi, jenis teks, panjang teks, penggunaan kosakata dan istilah, dan sebagainya. Teks biasanya dibaca tiga kali. Pembacaan pertama dilakukan terhadap seluruh teks untuk memberikan kesan dan gambaran umum tentang teks yang digunakan. Pembacaan ini dilakukan dengan kecepatan membaca biasa dan peserta tes hanya diharapkan mendengarkan dengan saksama tana menuliskan apa pun. Pembacaan kedua dilakukan bagian demi bagian, masing-masing diikuti dengan jeda yang cukup bagi peserta dikte yang menuliskannya. Bagian-bagian itu harus merupakan bagian wacana yang wajar, dengan panjang yang cukup untuk dapat diingat dan dipahami sebagian bahan ingatan jangka pendek. Pembacaan ketiga yang dilakukan kembali terhadap seluruh teks dengan kecepatan biasa setelah tahap kedua selesai dilakukan. Maksud pembacaan terakhir ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta dikte untuk melakukan pemeriksaan akhir terhadap pekerjaannya dan melakukan pembetulan apabila diperlukan. Dikte jenis kedua, dikte sebagian, pada dasarnya merupakan gabungan dari dikte dan tes cloze. Seperti pada dikte standar dikte sebagian diawali dengan pembacaan terhadap teks secara keseluruhan dengan kecepatan membaca biasa. Perbedaannya adalah bahwa sambil mendengarkan pembacaan teks secara keseluruhan peserta dikte memiliki teks tertulis yang pada dasarnya sama dengan teks yang dibacakan, kecuali beberapa bagian yang dengan sengaja telah dilesapkan. Bagian-bagian yang telah dilesapkan itulah yang perlu diperhatikan baik-baik untuk dituliskan pada teks aslinya atau pada lembar khusus yang disediakan. Bagian-bagian yang dilesapkan itu telah dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang dianggap penting untuk dijadikan fokus dan sasaran tes, misalnya tentang tempat dan waktu kejadian.



179



Tahukah kamu? Setelah membaca contoh cara membandingkan dua cerita di atas, kini kamu telah memiliki gambaran tentang sastra bandingan. 1. Membandingkan dua karya sastra atau lebih dari sedikitnya dua negara yang berbeda dapat dikategorikan dalam wilayah sastra bandingan (comparative literature). 2. Perbandingan dilakukan dengan membaca secara cermat kedua karya sastra yang akan dibandingkan. 3. Aspek yang dibandingkan bisa dari unsur intrinsiknya atau ekstrinsiknya. B. Membaca Dua Karya Sastra yang Hendak Dibandingkan Bacalah secara cermat dua karya sastra berikut ini! Teks 1 Dongeng Para Samurai Dahulu di negeri Jepang, di sebuah yang tinggi, ada sekelompok perampok tinggal di sebuah goa yang lebar. Tiap malam para perampok itu turun ke lembah. Mereka mengobrak-abrik desa dan membunuh siapa saja yang berani melawan. Para perampok ini sangat sakti, pandai memainkan pedang dan golok. Sudah banyak prajurit dikirim ke lereng gunung untuk menumpas mereka, namun tidak satu pun dari prajurit itu hidup, semua tewas terbunuh kawanan perampok ganas. Hal ini membuat kaisar pusing. Ia tidak mungkin terus-menerus mengirim prajurit pilihannya hanya untuk menumpas perampok gunung, di sisi lain ia merasa kasihan kepada penduduk setempat yang terus menerus mendapat gangguan para perampok itu. Maka ia memanggil ksatria samurai paling terkenal di seluruh Jepang, yaitu Raiko. Sejak kecil Raiko telah digembleng menjadi ksatria yang terampil, cerdas, dan berani, pandai ilmu perang dan pedang, serta pantang menyerah. ”Kau boleh memilih prajurit yang kau sukai, juga segala peralatan dan bekal sebanyak yang kau perlukan,” kata Kaisar. Raiko berkata dengan hormat: ”Kaisar yang sangat mulia.... hamba tidak memerlukan prajurit atau pengawal dan perlengkapan senjata. Hamba akan menghadapi kawanan rampok itu dengan siasat.” ”Nah, bagus sekali kalau begitu!” sahut Kaisar lega. Lalu Raiko memilih enam samurai di antara kawan-kawannya. Mereka menyembunyikan pedang-pedang mereka yang berkilauan dengan pakaian compangcamping, menyamar sebagai pertapa pengembara, lalu mendaki gunung. Gunung itu berhutan lebat. Tak ada jalan setapak ke arah puncak. Kerikil-kerikil tajam melukai ketujuh samurai itu. Dan kedatangan mereka bukannya tidak diketahui lawan. Mata penjaga gua yang tajam mengawasi setiap gerak-gerik dan langkah mereka. Tapi, tujuh pertapa pengembara tak mungkin membahayakan para penyamun, lagi pula tak ada yang bisa dirampok dari para pertapa pengembara. Tanpa gangguan mereka terus mendaki.



178



Membandingkan Unsur Ikstrinsik dan Intrinsik Novel Terjemahan dengan Hikayat  Mampu menunjukkan perbedaan unsur intrinsik novel terjemahan dan hikayat.  Mampu menunjukkan perbedaan unsur ekstrinsik novel terjemahan dan hikayat. Membandingkan dua karya sastra atau lebih dari sedikitnya dua negara yang berbeda, termasuk wilayah sastra bandingan (Mahayana, 1990). Syaratnya antara lain, karya sastra yang akan dibandingkan setidak-tidaknya memiliki tiga perbedaan, yaitu: bahasa, wilayah, dan politik. Dari perbedaan inilah paling sedikit akan tersimpul bahwa perbedaan latar belakang sosial budaya (lokasi, tradisi, dan pengaruh) yang melingkari masing-masing pengarang akan tercermin pula dalam karyanya. Pernahkah kamu membandingkan novel terjemahan dan hikayat? Bila belum, pada bagian ini marilah kita coba melihat perbedaan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel terjemahan dan hikayat. A. Membaca Contoh Sastra Bandingan Untuk dapat memahami sastra bandingan, bacalah contoh perbandingan Cerita Tan Gun dan Hikayat Aceh yang dikutip dari makalah yang ditulis oleh S. Soraya Saleh berikut ini. CERITA TAN GUN DAN HIKAYAT ACEH: Perbandingan Mitos Genealogi Raja dan Puteri dalam Sastra Tradisional Korea-Indonesia



Cerita Tan Gun (TG) dalam Khazanah Sastra Lama Korea termasuk sastra lama. Demikian pula dengan hikayat Aceh (HA). Cerita TG dimulai dengan tokoh Tan-Gun pergi ke Asadai dan di sana dia menjelma menjadi dewa gunung. Dalam cerita HA, cerita dimulai dengan “Inilah hikayat raja Aceh daripada asal turun-temurun.” Kedua cerita (TG dan HA) tidak mencantumkan siapa nama pengarangnya. TG dan HA adalah sastra tradisional yang memiliki unsur mitos genealogi raja dan puteri sampai ke kayangan. Perbedaannya dalam TG yang berketurunan kayangan adalah raja, sedangkan dalam HA yang mempunyai keturunan kayangan adalah puteri. Perbedaan yang lain terletak pada akhir cerita. Dalam TG, tokoh Tan-Gun berakhir dengan penjelmaan menjadi dewa gunung, dan Hwan-un, ayah Tan-Gun perannya pada akhir cerita disebut sebagai penerus keturunannya. Dalam HA, Puteri Mendini Candera, istri Raja Syah Muhammad berakhir dengan kematian setelah raja melanggar janji, yaitu membuang roma yang ada di dagu sang puteri. Dalam HA diceritakan bahwa puteri telah memperingatkan Raja Syah Muhammad agar tidak membuang roma yang ada di bawah dagunya, namun diam-diam ketika puteri sedang tidur Sang Raja memotong roma itu, sehingga puteri itu mati. Perbedaan yang lain adalah tempat turunnya puteri dan raja kayangan. Dalam HA, puteri turun di kolam yang airnya bersih dan jernih, sedangkan pada cerita TG, Tan-Gun turun di gunung Taeboek, yaitu suatu tempat yang indah yang dipilihkan oleh ayahnya.



111



Jenis dikte manapun yang digunakan, dikte pada umumnya dinilai atas dasar jumlah kata yang dituliskan dengan benar yang dapat diperhitungkan dari jumlah kesalahan yang ditemukan. Kesalahan ejaan pada umumnya tidak diperhitungkan kecuali bila disertai dengan penyimpangan yang cukup jauh dari yang seharusnya. Demikian juga halnya dengan kesalahan sama yang berulang yang tidak dengan sendirinya diperhitungkan sebagai tambahan jumlah kesalahan. Dalam pada itu tambahan kata-kata yang tidak terdapat pada teks aslinya diperhitungkan sebagai kesalahan. Berikut adalah contoh dikte sebagian dengan bagian-bagian tertentu dari teks yang sudah dilesapkan dari teks yang dibagikan kepada peserta. Pada pembacaan teks dikte bagian-bagian tersebut tetap dibacakan secara utuh. Sesuai prosedur baku teks dikte dibacakan tiga kali: pertama seluruh teks dengan kecepatan biasa, ke-2 seluruh teks dengan jeda setelah bagian-bagian yang dilesapkan dari teks peserta, dan ke-3 seluruh teks dengan kecepatan biasa. Tes Cloze Sasaran tes cloze. Seperti halnya dikte, tes cloze merupakan jenis tes bahasa yang sasarannya tidak secara khusus dikaitkan dengan salah satu kemampuan bahasa atau unsur bahasa tertentu. Sebagai tes yang dianggap\ memiliki ciri-ciri tes integratif dan bahkan pragmatik, pengerjaan tes cloze, seperti halnya dikte, mencakup beberapa jenis kemampuan bahasa dan unsur bahasa sekaligus. Kecuali kemampuan berbicara yang biasanya tidak dilibatkan, kemampuan untuk mengerjakan tes cloze mengandalkan kemampuan memahami wacana tulis yang meliputi dan ditunjang oleh penguasaan tata bahasa, kosakata, serta susunan wacana secara umum. Penggunaan berbagai jenis kemampuan itu memungkinkan seseorang mengerjakan tes cloze yang pengembangan dan penyelenggaraannya memiliki ciri-ciri khusus tersendiri. Asal mula tes cloze. Tes cloze sebagai salah satu bentuk tes bahasa mula-mula dikembangkan oleh Wilson Tylor (1953) berdasarkan proses closure, bagian dari psikologi Gestalt khususnya tentang kaidah pengorganisasian. Kaidah itu mengasumsikan adanya kemampuan pada diri manusia untuk memahami sesuatu sebagai nampak seolah-olah utuh (Gestalt = the whole, yang utuh), meskipun pada kenyataannya ada bagian-bagian yang hilang atau tidak tampak. Dengan sedikit mengubah istilahnya menjadi cloze, proses itu diterapkan pada bidang bahasa sebagai proses pemahaman wacana tulis meskipun di sana-sini terdapat bagian-bagian yang kosong, tidak jelas, atau tidak lengkap. Melalui utuh, kendati sebenarnya tidak utuh karena banyak bagian yang terlewati. Hal itu dapat diilustrasikan lewat gambar



112



sederhana di bawah ini yang dengan mudah dapat dianggap menunjukkan wajah seorang yang gembira meskipun hanya terdapat amat sedikit coretan yang menunjukkan bentuk mata dan bibir pada posisi tertentu, bahkan tanpa hidung dan telinga. Demikian pula halnya dengan gambar di sebelahnya yang pada umumnya akan dikenali sebagai suatu bujur sangkar meskipun salah satu sisinya tidak sepenuhnya utuh. Dengan sedikit mengubah istilahnya menjadi cloze, proses closure itu diterapkan di bidang bahasa sebagai proses pemahaman wacana yang disertai dengan melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada. Proses melengkapi itu terjadi secara di bawah sadar sebagai bagian dari kemampuan bahasa yang dimiliki. Dalam penerapannya pada tes cloze kekurangan yang harus dilengkapi itu terdiri dari kata-kata pada suatu wacana tulis yang dengan sengaja telah dilesapkan dari teks aslinya. Kemampuan untuk mengenali dan mengembalikan kata-kata yang telah dilesapkan itu secara tepat menunjukkan tingkat kemampuan bahasa tertentu. Kemampuan bahasa yang dimaksud berupa kemampuan untuk memperkirakan suatu kata yang telah dilesapkan dan mengaitkannya dengan konteks secara keseluruhan. Kemampuan itu juga ditunjang oleh adanya unsur keberlebihan (redundancy) dalam penggunaan bahasa senyatanya seperti yang misalnya terdapat pada kalimat Those two books are mine. Pada kalimat itu dipahami bahwa yang dibicarakan adalah benda yang jamak, bukan tunggal, dapat diketahui bukan dari satu kata saja: books, melainkan juga kata two, bahkan juga kata those. Itu semua merupakan perwujudan dari adanya unsur keberlebihan pada penggunaan bahasa apa pun yang membantu pemahamannya sekalipun misalnya ada bagian-bagian yang, karena berbagai sebab, hilang atau tidak jelas. Pelesapan kata (word deletion). Pelesapan kata-kata (word deletion) dari suatu wacana tulis itu merupakan ciri khas dari tes cloze. Pada format aslinya pelesapan kata-kata itu dilakukan secara ajeg dan sistematis dengan menerapkan rumus setiap kata ke-n. maksudnya dalah bahwa pada suatu teks yang telah dipilih berdasarkan suatu kriteria tertentu, setiap kata ke-n dilesapkan sehingga meninggalkan bagian-bagian kosong pada teks ada jarak yang ajeg, misalnya setiap kata ke-7, ke-9, dan seterusnya. Dengan demikian pada suatu teks yang digunakan sebagai bahan tes cloze akan terdapat sejumlah tempat kosong yang berjarak ajeg setiap kata ke sekian (ke-n). dalam hal ini tugas peserta tes adalah berusaha menemukan kata-kata yang telah dilesapkan itu dan memasukkannya kembali pada tempatnya semula seperti teks aslinya. Menemukan secara tepat kata-kata yang telah dilesapkan semacam itu hanya dimungkinkan atas dasar kemampuan memahami konteks dan hubungan suatu kata dengan bagian teks bacaan yang mendahului atau mengikutinya, atau bahkan teks secara keseluruhan. Hal itu jelas menuntut



177



28) Mampu menentukan makna kata (konotatif, metaforis) 29) Mampu menentukan makna kalimat yang digunakan dalam karya sastra 30) Mampu mengidentifikasi unsur-unsur fisik pendukung keindahan dalam karya sastra (rima, tipografi, enjambemen, dan sebagainya) 31) menentukan makna penggunaan rima Keterampilan makro 32) Mampu menyusun penghargaan terhadap nilai keindahan dalam karya sastra 33) Mampu menilai karya sastra dari segi pengalaman kemanusiaan 34) Mampu menilai karya sastra dari segi keindahan 35) Mampu menyusun penghargaan gaya penulisan 36) menentukan kaitan isi karya sastra dengan konteks yang melingkupi 37) Mampu mengidentifikasi unsur intrinsik karya sastra 38) Mampu menyusun refleksi dari hasil pemahaman karya sastra 39) Mampu mengidentifikasi situasi dan kondisi pelaku dalam cerita 40) Mampu mengidentifikasi unsur keindahan dalam karya sastra 41) Mampu mengidentifikasi kesatuan makna suatu karya sastra 42) Mampu merespon karya sastra secara personal dengan melibatkan emosinya B.Prinsip /Karakteristik Alat Penilaian Apresiasi Sastra a.sasaran mencakup kemampuan memilih/ menggali ide, mengembangkan b. memperhatikan proses dan produk c. mengukur indikator kemampuan mikro dan makro sesuai konteks



Tak usah ditanya kenapa aku tak berani menatap sepasang mata ibu ketika aku mencium telapak tangannya sebagai pamitan. Aku juga tidak tahu apakah sepasang mata ibu berkaca seperti sepasang mataku. Alasan yang mungkin adalah, aku tidak tega membiarkan ibu sendiri merajut sepi. Dan, masih ada satu alasan yang kulipatsembunyikan. Tak mungkin aku ceritakan. (Tatapan Mata Ibu oleh Lubis G) 4. Watak aku yang melankolis tercermin pada kalimat... A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E. 5



176



113



tulisannya. Pembaca juga harus memberikan penilaian terhadap penggunaan bahasa dalam teks.



bukan sekadar penguasaan kemampuan kosakata melainkan penguasaan jenis kemampuan dan unsur bahasa lain termasuk kemampuan menulis, tata bahasa, penggunaan tanda baca, dan memahami teks. Penggunaan rumus kata ke-n secara ajeg dalam pelesapan kata-kata menunjukkan bahwa pelesapan kata itu dilakukan secara acak, tidak pandang bulu. Jenis kata apa pun yang ditemukan pada kata ke-n tersebut dihilangkan, kecuali kata-kata yang berupa nama diri yang tentu saja tidak dapat begitu saja dikaitkan dengan konteksnya. Penerapan rumus kata ke-n itu tentu saja berdampak terhadap panjang pendeknya teks yang perlu digunakan di samping juga terhadap tingkat kesulitan tes cloze yang dihasilkan. Maksudnya adalah bahwa semakin sering pelesapan kata dilakukan berarti semakin banyak kata yang dilesapkan. Dan semain banyak kata yang dilesapkan menjadi semakin pendek teks asli yang tersisa yang pada gilirannya membuat teks bersangkutan menjadi semakin banyak yang hilang, semakin kurang utuh teksnya, dan semakin sulit test cloze yang dihasilkan. Sebaliknya semakin panjang jarak pelesapan kata-kata semakin banyak teks asli yang tersisa, dan semakin kurang sulit tes cloze yang dihasilkan. Jarak pelesapan kata (deletion rate) yang sering digunakan berkisar antara kata ke-6, atau ke-7 sampai ke-9 atau ke-10. Adapun jumlah kata yang dilesapkan untul satu tes cloze biasanya sekitar 50 buah yang berarti 50 buah butir tes. Pemilihan teks bacaan. Pemilihan teks untuk penyusunan tes cloze merupakan hal yang penting karena berkaitan dengan ciri-ciri pokok tes cloze yang perlu diperhatikan, terutama dalam kaitan dengan kesesuaian teks bacaan, keutuhan isi, panjang teks yang berkaitan dengan jumlah dan frekuensi pelepasan kata. Teks bacaan yang digunakan dalam tes cloze perlu disesuaikan dengan latar belakang peserta tes baik dalam hal isi, gaya penulisanm maupun tingkat kesulitannya. Semua itu dimaksudkan agar tes dapat difokuskan pada penguasaan kemampuan dan aspek bahasa yang relevan, terhindarkan dari kesulitan-kesulitan lain yang tidak relevan, termasuk topik bahasan yang asing, gaya penulisan dan gaya bahasa yang tidak dikenal, dan penggunaan teks-teks bacaan singkat yang tidak merupakan satu kesatuan wacana yang utuh seperti yang digunakan dalam tes melengkapi. Di samping semua persyaratan itu penggunaan bahasa yang baik dan benar pada teks asli perlu pula dijadikan pertimbangan sejak awal dengan memerhatikan sumber dan penulis naskahnya. Perubahan dan penyesuaian yang mungkin perlu dilakukan terhadap teks bacaan asli harus pula dilakukan dengan tetap mengutamakan mutu bahasa yang digunakan. Di luar rambu-rambu tentang berbagai jenis kesesuaian seperti diungkapkan sebelumnya, teks bacaan yang digunakan untuk tes cloze



Pertanyaan jenis ini jauh lebih sulit dibandingkan dengan pertanyaan jenis 1,2, dan 3. Hal ini karena untuk menjawab pertanyaan evaluatif siswa tidak hanya merespon saja tetapi juga menganalisis respon yang dikemukan serta menemukan alasan-alasannya. Kelima,



kemampuan literasi membaca



berkaitan dengan



pemahaman kreatif



yaitu



kemampuan yang dapat diukur dengan menanyakan apa yang bisa dilakukan pembaca setelah memahami teks. Pertanyaan jenis ini menyadarkan pembaca untuk melakukan sesuatu setelah memahami teks secara keseluruhan. Misalnya, pembaca dapat melakukan tanggapan balik, memecahkan masalah berdasarkan isi teks, memberi saran terkait dengan apa yang ditulis dalam teks, memvariasikan/memodifikasi isi atau bahasa teks untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang telah dibaca. Pada pemahaman karya sastra, pemahaman kreatif mencakup kemampuan memprediksi akhir cerita, menambahkan tokoh baru, mengubah karakter, mengubah dialog, atau mengubah judul cerita.



Pertanyaan kritis mencakup (1) bertanya bukan hanya apa yang terjadi tetapi mengapa dan bagaimana terjadinya, (2) menuntut



siswa menganalisis



bukti yang mendukung pernyataan, (3) menuntut siswa memikirkan ulang apa yang sudah ada (mempertanyakan apa benar begitu), (4) memberi tugas membandingkan beberapa kasus dan menilai yang lebih baik, (5) menilai yang terbaik dari beberapa alternatif, (6) menilai dengan kriteria internal (penalaran dalam teks, hubungan antarbagian, penggunaan bahasa), dan (7) menilai dengan kriteria eksternal (dibandingkan dengan hal di luar teks), serta (8) mengidentifikasi bias dan inkonsistensi dalam teks.



Indikator Keterampilan mikro 26) mampu mengidentifikasi tanda penghubung/ kohesi antarlarik/ antarperistiwa 27) Mampu mengidentifikasi simbol/ kata yang bermakna konotatif



114



175



memiliki ancer-ancer panjang yang ada kaitannya dengan frekuensi pelesapan kata. Semakin pendek frekuensi pelesapan kata semakin pendek pula teks bacaan yang diperlukan. Demikian pula sebaliknya. Dan karena jumlah soal tes cloze biasanya mencapai sekitar 50 butir, maka panjang teks bacaan yang diperlukan dapat mencapai lebih dari 50x frekuensi pelesapan kata. Dengan frekuensi kata setiap kata ke-8, misalnya, diperlukan teks bacaan yang panjangnya kira-kira 8 x 50 kata, atau sekitar 400 kata. Semua itu masih harus diperhitungkan pula penyusunan tes cloze yang mempersyaratkan dibiarkannya kalimat pertama dan kalimat terakhir dari teks bacaan asli, agar tetap utuh tanpa kata-kata yang dilesapkan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu peserta tes memperoleh gambaran yang utuh setidak-tidaknya pada awal dan akhir teks bacaan. Dengan demikian panjang teks bacaan yang disediakan perlu ditambah dengan perkiraan jumlah kedua kalimat awal dan kalimat akhir itu. Bentuk tes cloze. Pada dasarnya terdapat dua cara penyusunan tes cloze, yaitu dalam bentuk tes cloze konvensional dan tes cloze pilihan ganda. Tes cloze konvensional disusun dengan sekadar melesapkan satu kata secara sistematis setiap kata ke-n mulai dari kalimat ke-2 dari awal sampai dengan kalimat ke-2 dari akhir tes bacaan. Setelah sebuah kata dilesapkan tempatnya dapat dibiarkan kosong atau, bila perlu, dapat diberi nomor urut sesuai urutan pelesapannya. Jawaban dalam bentuk isian kata yang telah dilesapkan itu dapat dilakukan pada naskah yang memuat teks yang digunakan atau dituliskan pada lembar jawaban yang disediakan. Sebagai variasi dan sekaligus bantuan kepada peserta, tes tempat kosong yang ditinggalkan oleh kata yang telah dilesapkan itu dapat diisi titik-titik atau tanda hubung yang jumlahnya sama dengan jumlah huruf kata aslinya. Hal itu akan sedikit mempermudah pengerjaan tes cloze yang pada umumnya termasuk sulit bahkan bagi penutur asli. Cara lain yang kadang-kadang digunakan juga adalah dengan membiarkan huruf pertama dari kata yang dilesapkan diikuti dengan titik-titik atau tanda hubung sebanyak jumlah huruf kata aslinya. Bila kata yang telah dilesapkan itu misalnya selesai, atau people, maka pada teks yang digunakan disediakan tujuh titik _ _ _ _ _ _ _ atau enam titik _ _ _ _ _ _ , atau dengan menyisakan huruf pertama dengan sejumlah titik sisanya: s _ _ _ _ _ _ atau p_ _ _ _ _



kritis, dan kreatif. Tingkatan pemahaman tersebut dapat diukur dengan pertanyaan-pertanyaan berikut. Pertama, kemampuan literasi membaca berkaitan dengan



kemampuan yang dapat diukur dengan menanyakan sesuatu yang tertera secara jelas dalam teks. Oleh karena itu, jawaban terhadap pertanyaan literal ini terdapat di dalam teks dan biasanya berupa kata-kata yang jelas ada di dalam teks. Pertanyaan literal ini penting untuk mengarahkan pembaca pada pemahaman yang lebih lanjut (kompleks). Tanpa pemahaman literal lebih dahulu, pembaca tidak akan pernah bisa memahami teks secara rinci. Kedua, kemampuan literasi membaca berkaitan dengan pemahaman interpretatif yaitu kemampuan yang dapat diukur dengan menanyakan reorganisasi dan reinterpretasi seseorang terhadap teks. Untuk menjawab pertanyaan jenis yang kedua ini pembaca harus mengumpulkan sejumlah



informasi



literal



dari



berbagai



bagian



teks



kemudian



menyatakan



atau



menginterpretasikan kembali informasi tersebut. Ketiga, kemampuan literasi membaca berkaitan dengan pemahaman inferensial yaitu kemampuan yang dapat diukur dengan



menanyakan sesuatu yang



menuntut pembaca



memahami isi teks secara tersirat (tidak langsung terdapat pada teks).



Pertanyaan jenis ini



menanyakan sesuatu yang tidak secara eksplisit tidak ada dalam teks. Pertanyaan jenis ini jauh lebih sulit dibandingkan dengan pertanyaan jenis 1 dan 2, karena mengharuskan



siswa



memahami teks secara lebih baik untuk menemukan apa yang tersirat, menemukan implikasiimplikasi dari apa yang tertera secara literal. Siswa harus mengumpulkan informasi-informasi yang tersebar dalam teks kemudian menyatukannya, menyimpulkan, dan kemudian mengungkapkan apa yang terimplikasikan di balik itu semua. Keempat, kemampuan literasi membaca berkaitan dengan pemahaman evaluatif yaitu kemampuan yang dapat diukur dengan



Berikut adalah contoh tes cloze konvensional dalam bahasa Indonesia dengan lesapan setiap kata ke-7 dan membiarkan kalimat pertama dan kalimat terakhir tetap utuh. Tempat setiap kata yang dilesapkan ditandai dengan sejumlah titik yang sama, yaitu lima buah, dan nomor yang berurutan dan berjumlah 24 buah butir soal dari teks yang terdiri dari 204 buah kata.



pemahaman literal yaitu



menanyakan sesuatu yang mengharuskan pembaca



untuk menilai teks, dalam artian apa yang sebenarnya ingin ditulis oleh pengarang dan bagaimana tujuan tersebut dicapai. Pembaca harus memberikan penilaian terhadap kekuatan argumentasi yang dikemukakan pengarang, atau keefektifan narasi yang dipakai untuk memaparkan



174



Hasil belajar kategori pengetahuan ini berkaitan dengan hasil belajar kognitif mengenai sastra. Siswa dituntut untuk mengenal dan memahami sejumlah fakta yang berkaitan dengan karya sastra. Hasil belajar penerapan berkaitan dengan kemampuan siswa mengaplikasikan sejumlah konsep, prinsip atau prosedur yang berkaitan dengan masalah kesusastraan. Siswa mengaplikasikan kemampuan kognitifnya dalam menyusun karya sastra. Hasil belajar respons mengacu pada keseluruhan persepsi, kognitif, psikomotor, dan afektif yang terjadi ketika seseorang membaca, mendengar, atau mengamati penampilan suatu karya sastra. Kategori ini dibedakan lagi menjadi dua macam, yakni hasil belajar penerapan, respons reseptif, dan hasil belajar respons ekspresif. Hasil belajar respons reseptif adalah response siswa yang berkaitan dengan perilaku kognitif sehubungan dengan kegiatan klasifikasi dan analisis suatu karya sastra. Bentuknya berupa analisis segmen, hubungan, dan organisasi atau keseluruhan. Analisis reseptif dibedakan lagi menjadi dua, yakni analisis bentuk dan analisis isi. Sedangkan respons ekspresif adalah respons yang berkaitan dengan rekreasi karya sastra sebagai karya seni. Bentuknya bisa berupa pembacaan puisi secara lisan, dramatisasi, dan menceritakan kembali hasil pembacaan secara artistik, serta mengubah karya sastra dalam berbagai bentuk. Hasil belajar kategori partisipasi berkaitan dengan unsur afektif. Kategori ini perlu dikembangkan, sebab salah satu fungsi pengajaran sastra adalah sebagai alat untuk mengembangkan unsure sikap. Pengukuran aspek ini banyak menggunakan alat-alat evaluasi nontes. Dengan berpijak pada paparan teori di atas, disimpulkan cakupan kemampuan literasi membaca



meliputi



(1) pemahaman aspek mikro yang mencakup tiga wilayah yaitu kata,



kalimat, dan wacana, (2) pemahaman isi , (3) refleksi dan evaluasi terhadap penggunaan bahasa dan isi, dan (4) penggunaan isi yang dibaca untuk memecahkan masalah. Pijakan teori tersebut dijadikan dasar untuk menyusun dimensi dan indikator –indikator yang akan dikembangkan pada tes literasi membaca dalam penelitian ini. Dari pendapat-pendapat di atas nampak bahwa dimensi kemampuan literasi membaca dapat dirinci menjadi lima tingkat yaitu pemahaman tingkatan literal, interpretatif, inferensial,



115



Dalam bentuk tes cloze pilihan ganda (multiple-choice cloze) pengisian kata-kata yang telah dilesapkan itu dilakukan dengan memilih salah satu pilihan yang disediakan sebagaimana terdapat dalam tes pilihan ganda. Dalam hal ini peserta tes tinggal memilih salah satu dari kata-kata yang disediakan itu yang menurut pemahamannya merupakan kata yang cocok untuk ditempatkan pada tempat yang telah dikosongkan. Pilihan jawaban dapat disediakan di tepi halaman di sebelah teks bacaan atau pada lembar jawaban yang disediakan tersendiri. Berikut adalah contoh sebagian, hanya terdiri dari 75 kata dari yang teks yang ada (contoh 4.6) dan contoh lembar jawabannya (contoh 4.7). Penilaian tes cloze. Pemeriksaan dan pemberian nilai terhadap pekerjaan peserta tes cloze dapat dilakukan menurut beberapa cara. Penilaian yang paling baku dan konvensional dilakukan atas dasar metode kata yang tepat sama (exact word method). Dalam cara ini hanya jawaban dalam bentuk kata yang tepat sama dengan kata yang telah dilesapkan dari teks bacaan aslinya dianggap benar. Jawaban yang dari segi isi dan makna termasuk sama dengan kata yang dilesapkan tetapi berbeda katanya, dianggap jawaban yang salah. Berbeda dengan cara penilaian yang lain atas dasar metode kata padanan (equivalent word method). Dalam cara ini jawaban dianggap benar bukan atas dasar arti dan bentuk kata yang tepat sama melainkan cukup kemiripan arti kata dengan kata yang tentu saja berbeda. Dengan cara ini kata waktu misalnya, dapat merupakan jawaban yang benar meskipun kata yang telah dilesapkan adalah saat. Cara penilaian yang lebih longgar ditemukan dalam penerapan metode kata padanan konstektual (contextually acceptable method) yang membenarkan penggunaan kata yang sesuai secara kontekstual. Sepanjang konteks secara keseluruhan memungkinkan penggunaan suatu kata sebagai padanan dari kata yang telah dilesapkan, kata itu dianggap sebagai jawaban yang benar. Tergantung pada keseluruhan konteks, suatu wacana yang mendahului atau mengikuti suatu butir tes cloze yang telah dilesapkan, seperti kata tempat misalnya, dapat merupakan jawaban yang benar untuk kata kota dalam kalimat Di .... mana orang itu tinggal. Demikian pula kata own dapat merupakan jawaban yang benar untuk kata original dalam kalimat one student started his .... story. Dibandingkan dengan metode penilaian pertama, dapat dibayangkan betapa rumitnya penerapan kedua metode terakhir itu. Memang benar bahwa penggunaan metode pertama, yaitu menyatakan kebenaran jawaban sematamata berdasarkan kesamaan dengan kata yang digunakan dalam teks aslinya mengasumsikan bahwa pilihan kata itu oleh penulisnya benar-benar telah merupakan pilihan paling tepat dibandingkan dengan kata-kata lain yang



116



dapat digunakan. Sementara itu penggunaan kedua metode penilaian yang lain atas dasar kata-kata lain yang dapat digunakan di luar kata yang nyatanyata telah digunakan dalam teks aslinya akan membuka peluang adanya aneka ragam argumentasi dan interpretasi yang sulit dibatasi untuk memperoleh kesepakatan. Dapat dimengerti bahwa penggunaan metode penilaian yang berbeda akan menghasilkan nilai yang berbeda pula. Hasil penilaian dengan metode pertama (metode kata yang tepat sama), dalam bentuk skor memang pada umumnya paling rendah. Meskipun demikian dalam beberapa kajian didapati bahwa perbedaan yang ada ternyata secara statistik tidak cukup signifikan. Atas dasar pertimbangan keajegan penilaian yang perlu diutamakan seperti dalam penelitian, metode pertama lebih dapat diandalkan. Metode penilaian yang lain yang bersifat lebih terbuka, lebih sesuai untuk digunakan sebagai bagian dari pengajaran bahasa sebagai latihan dan pengayaan. Catatan terhadap tes cloze. Uraian tentang beberapa seluk beluk tes cloze seperti dipaparkan di atas mungkin memberikan kesan tentang betapa mudah dan sederhananya penyusunan dan penggunaan tes cloze. Sepintas lalu tes cloze sebagai salah satu jenis tes bahasa memberikan kemudahan dalam pengembangan dan penggunaan sehingga seringkali pemakaiannya tidak disertai dengan upaya untuk melakukan kajian terhadap ciri-ciri pokoknya terutama validitas dan reliabilitasnya. Sebgian pengguna tes cloze bahkan berpendapat bahwa ciri-ciri pokok itu tidak perlu dikaji secara khusus karena adanya anggapan bahwa tes cloze dapat diandalkan dan valid. Tentu saja pendapat demikian kurang tepat. Pembuatan dan penggunaan tes cloze senantiasa perlu dilengkapi dan didukung dengan pembuktian tersendiri tentang ciri-cirinya sebagai tes yang baik karena pada dasarnya tidak ada tes yang sudah baik untuk siapa pun, dengan tujuan apa pun, dan digunakan kapan pun. Karena keterbatasan rumus yang dapat digunakan, keterandalan tes cloze biasanya diperhitungkan dengan menggunakan rumus K-R (Kuder Richardson) baik KR-20 maupun KR-21. Penggunaan rumus K-R itu perlu disertai dengan catatam tentang disyaratkannya butir-butir tes yang tidak saling tergantung satu sama lain. Seperti diketahui bahwa saling ketergantungan itu justru merupakan salah satu ciri pokok dan alasan penggunaan tes cloze karena seluruhnya didasarkan atas suatu wacana utuh. Dalam pada itu validitas tes cloze biasanya ditunjukkan secara empirik atas dasar perhitungan statistik terhadap sejumlah skor yang dihasilkan dari penggunaan tes cloze yang dikorelasikan dengan sejumlah skor dari penggunaan tes lain. Hal itu dapat diartikan sebagai upaya untuk menunjukkan adanya salah satu jenis validitas empirik dalam bentuk validitas



173



sastra, memahami konvensi-konvensi dalam karya sastra, dan sebagainya yang terkait dengan teori kesastraan. Di samping itu, termasuk juga kemampuan memahami informasi dasar tentang karya sastra, misalnya: siapa pelaku cerpen, di mana terjadi, kapan, dan sebagainya. Hasil belajar konsep berkaitan dengan persepsi siswa tentang bagaimana unsur-unsur karya sastra itu diorganisasikan. Masalah yang ditekankan berkaitan dengan unsur-unsur karya sastra dan hubungan antar unsur tersebut. Siswa diharapkan menganalisis dan mensintesis unsur-unsur dalam karya sastra, misalkan saja kemampuan untuk menganalisis mengapa seorang pengarang memilih unsur seperti itu dan apa efeknya terhadap karya yang dihasilkan, konflik apa saja yang timbul, atau mengapa penyair memilih bentuk tertentu. Hasil belajar perspektif berkaitan dengan kemampuan siswa menilai karya sastra yang dibaca. Siswa dituntut memberikan pandangan dan mereaksi suatu karya sastra setelah siswa memahami karya sastra tersebut. Permasalahan yang dibahas menyangkut ada tidaknya manfaat sebuah karya sastra, ada tidaknya kesesuaian karya sastra tersebut dengan realitas yang ada, dan sebagainya. Oleh karenanya, siswa dituntut untuk mampu menghubungkan sesuatu yang ada dalam karya sastra dan sesuatu yang ada di luar karya sastra. Siswa dituntut untuk memahami secara kreatif. Pada hasil belajar perspektif siswa dituntut untuk mengenali dan memahami bahasa sastra melalui ciri-cirinya kemudian membandingkan efektifitasnya dengan penuturan bahasa secara umum. Kategori kognitif yang termasuk di dalamnya antara lain: kemampuan mengenal, memahami, menganalisis, membandingkan, menggeneralisasi, dan menilai bentuk-bentuk kebahasaan yang dipergunakan dalam suatu karya sastra. Termasuk pula dalam kategori ini adalah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, mengapa pengarang memilih bentuk-bentuk linguistic tertentu, apa efeknya terhadap karya yang dihasilkan, ragam bahasa yang digunakan, dan lain sebagainya. Purves (dalam Harsiati) mengklasifikasikan hasil belajar sastra menjadi empat kategori, meliputi: (1) hasil belajar pengetahuan, (2) hasil belajar penerapan, (3) hasil belajar respons, dan (4) hasil belajar partisipasi.



172



117



contoh ( lakukan secara berkelompok)! Setiap kelompok memilih kompetensi dasar yang



kesamaan waktu (concurrent validity), validitas prediktif, atau validitas kriteria. Meskipun demikian tidaklah mudah untuk menunjukkan secara jelas jenis kemampuan bahasa dan unsur bahasa yang sebenarnya diukur melalui tes cloze yang merupakan informasi amat penting tentang validitas tes cloze. Hal ini merupakan masalah dan sekaligus catatan amat penting tentang keberadaaan dan ketepatan penggunaan tes cloze. Catatan lain berkaitan dengan cara pelepasan kata yang merupakan ciri khas pokok dari tes cloze, khususnya tentang dari mana tepatnya pelesatan itu harus diawali. Kecuali itu ada juga masalah frekuensi pelepasan kata. Menurut pengamatan, perbedaan dan perubahan awal pelepasan kata dan seberapa sering pelesapan itu seharusnya dilakukan, memberikan hasil yang berbeda. Demikian pula halnya dengan kenyataan yang merisaukan tentang tingkat kesulitan tes cloze yang menunjukkan bahwa bahkan penutur asli tidak mudah untuk memperoleh skor maksimum. Di samping itu seperti telah diulas di atas, penilaian jawaban peserta yang dapat dilakukan secara beragam. Semua itu merupakan beberapa hal yang bagi sementara ahli tes bahasa merupakan sumber ketidakpastian yang mengganggu,



berbeda. Hasil tiap kelompok dipresentasikan dan dikomentari kelompok lain!



Ruang Lingkup Konstruk Apresiasi Sastra Sasaran penilaian dalam apresiasi sastra diuraikan berikut.



Tujuan pembelajaran apresiasi sastra adalah memfasilitasi siswa untuk menggauli sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan kritis, dan kepekaan perasaan. Dalam apresiasi sastra sasaran penilaian mencakup aspek kognitif, aspek emotif, dan aspek evaluatif. Belajar sastra adalah belajar tentang hidup. Memamlui karya sastra manusia memperoleh gizi batin sehingga sisi-sisi gelap manusia bisa tercerahkan melalui kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Teks sastra merupakan layar tempat diproyeksikan pengalaman pskisis manusia. Bekal awal belajar sastra adalah kepekaan emosi/ perasaan, pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan kemanusiaan (bisa diperoleh dengan cara menghayati kehidupan secara intensif atau membaca buku-buku humanitas/ psikologi, pemahaman aspek kebahasaan, pemahaman unsur intrinsik, sering menggauli karya sastra Secara lebih khusus dijelaskan juga kemampuan literasi membaca teks-teks sastra. Indikator kemampuan literasi membaca



teks sastra



yang diharapkan dalam pembelajaran



sastra menurut Valette dibedakan menjadi empat kategori, yakni: (1) hasil belajar informasi, (2) hasil belajar konsep, (3) hasil belajar perspektif, dan (4) hasil belajar apresiasi. Uraian masingmasing kategori sebagai berikut (Disick, 1990: 101). Hasil belajar informasi berkaitan dengan pemahaman hal-hal pokok dalam sastra, baik yang menyangkut data tentang suatu karya sastra maupun data lain yang digunakan untuk menafsirkan kasya tersebut. Termasuk dalam kategori ini misalnya, kemampuan memahami biografi pengarang (nama, status sosial, riwayat hidup, dll), kemampuan memahami genre



Tes C Tes C merupakan salah satu hasil upaya pengembangan tes cloze yang penggunaannya ternyata menimbulkan banyak catatan dan keberatan dari berbagai pihak. Upaya pengembangan tes C dirintis oleh Christine KleinBraley dan Ulrich Raatz sekitar tahun 1983. Seperti tercermin pada kemiripan istilahnya, tes C merupakan upaya untuk beranjak dari kesulitan dan keberatan terhadap tes cloze, terutama karena tingkat kesulitan yang tinggi untuk mencapai skor yang memadai, bahkan oleh penutur asli yang tidak dengan mudah mengerjakannya tanpa kesalahan, terutama bila penilaiannya didasarkan atas kata yang tepat sama. Tes C dikembangkan sebagai upaya untuk mengatasi beberapa kesulitan yang sekaligus merupakan bagian dari kelemahan tes cloze. Sebagaimana halnya tes cloze, tes C diselenggarakan dengan menggunakan wacana berupa teks bacaan sebagai bahan pokok. Perbedaannya dengan tes cloze yang menggunakan satu teks bacaan yang utuh, tes C menggunakan beberapa teks bacaan pendek. Di samping itu pelesapan kata pada tes C dilakukan atas dasar dan cara yang berbeda, tanpa mengikuti formula setiap kata ke-n seperti yang diterapkan di tes cloze. Pelesapan kata pada tes C dilakukan dengan menerapkan formula kaidah serba dua (the rule of two). Seperti pada tes cloze, kalimat pertama dan kalimat terakhir teks dibiarkan tetap seperti aslinya, tanpa pelesapan kata. Pelesapan kata baru dimulai pada kalimat ke-2, mulai dengan kata ke-2 dan setiap kata ke-2 berikutnya dengan melesapkan



118



bagian ke-2 dari kata-kata tersebut. Yang dimaksud dengan bagian ke-2 dari setiap kata ke-2 adalah huruf-huruf yang membentuk setiap kata yang jumlahnya mungkin genap atau gasal. Bagi kata yang terdiri dari jumlah huruf yang gasal pelesapan dilakukan terhadap bagian belakang kata dengan jumlah huruf satu lebih banyak daripada bagian depan. Dengan demikian untuk kata buku atau book, misalnya, setelah dilesapkan bagian belakangnya menjadi bu - - atau bo - - . sedangkan kata tetap atau compare dilesapkan sebagai te - - - atau com - - - -, bagian belakang yang dilesapkan tiga huruf, dan menyisakan dua huruf di bagian depan. Bagian kata yang telah dilesapkan dapat diganti dengan titik-titik dalam jumlah yang sama dengan jumlah huruf yang telah dilesapkan atau sekadar dengan bagian kosong. Tes C sebagai bentuk modifikasi tes cloze memang memiliki beberapa kelebihan. Dengan penerapan kaidah serba dua frekuensi pelesapan dapat dilakukan terhadap jumlah kata yang lebih banyak sehingga jumlah butir tes yang cukup dapat diperoleh dengan menggunakan teks yang lebih pendek. Hal itu pada gilirannya memungkinkan digunakannya lebih banyak teks dengan isi yang lebih beragam daripada sekadar satu teks bacaan seperti yang lazim dipakai pada tes cloze. Koreksi terhadap jawaban peserta tes juga dapat dilakukan secara lebih sederhana, lebih ajeg, dan lebih objektif, karena pada umumnya hanya terdapat satu kemungkinan jawaban benar untuk setiap butir tes. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kenyataan bahwa bagi peserta tes mengerjakan tes C dirasakan lebih sederhana dan kurang sulit dibandingkan dengan tes cloze. Secara umum perolehan skor pada tes C lebih tinggi daripada tes cloze. Berikut adalah contoh tes C dengan 33 butir tes, dengan kalimat pertama dan terakhir dibiarkan utuh tanpa pelesapan. 2. Model- model Penilaian Membaca Pemahaman (a) Teks dan Gambar/ tabel/diagram Bacalah teks berikut! Buatlah tabel perbandingan yang menunjukkan ringkasan isi teks tersebut!



171



sikap



membacakan teks hasil pengumuman dengan artikulasi dan lafal yang jelas, intonasi, dan jeda yang tepat



performansi (unjuk kerja)



pembelajaran (setelah pembahasan beberapa model pembacaan pengumuman, siswa berkelompok menilai antarteman dengan rubrik yang telah ditentukan ditambah dengan penilaian guru)



keaktifan siswa membahas model yang ditampilkan, kerjasama, menerima kritikan/hasil penilaian teman, menerima kekurangan penampilannya untuk perbaikan



lembar observasi inventori



terintegrasi dalam proses pembelajaran (pada waktu proses diskusi membahas penampilan siswa yang membacakan pengumuman)



perkembangan pencapaian kompetensi dalam satu semester/ satu tahun (c ) Mengembangkan alat penilaian yang sesuai (diskusikan alat yang cocok sesuai dengan yang direncanakan pada tabel di atas) (h) Menentukan kriteria keberhasilan (kualitas keterampilan/kompetensi). (i) Mengumpulkan data pada waktu yang telah ditetapkan (j) Menyimpulkan tingkat pencapaian kompetensi (k) Menentukan tindak lanjut bagi siswa yang tuntas atau tidak tuntas. Pelatihan 3 4. Berdiskusilah ( satu kelompok lima orang) untuk menyimpulkan prinsip Penilaian Berbasis Kelas!



(b) Teks Tulis dan Cloze Bacalah teks berikut! Setelah teks yang utuh ditarik siswa melengkapi cloze.



5. Buatlah contoh berbagai tujuan penilaian dalam pembelajaran! Dari mengamati langkah perencanaan penilaian di atas, pilihlah sebuah kompetensi



Isilah bagian yang rumpang berikut sesuai dengan apa yang telah kamu baca! dasar pada kurikulum berbasis kompetensi. Buatlah tabel perencanaan penilaian seperti .SARS pertama kali ditemukan di Propinsi Guangdong, Republik Rakyat Cina. Seorang (1) …….. .. yang terjangkit penyakit SARS berkunjung ke (2) ……..



170



 Apakah perbaikan dan pendalaman program atau kegiatan pembelajaran, pemilihan bahan atau buku ajar, dan penyusunan silabus telah memadai? Merencanakan alat penilaian yang sesuai meliputi (1) mengidentifikasi kompetensi dan indikator yang ada dalam kurikulum, (2) menentukan jenis tagihan dan bentuk alat penilaian yang relevan dengan indikator, (3) menjabarkan indikator menjadi soal/ pedoman penyekoran (rubrik), (4) megumpulkan data dengan alat penilaian, (5) menganalisis data, dan (6) mengambil simpulan dan keputusan. Secara rinci langkah penilaian untuk mengetahui pencapaian kompetensi tersebut diuraikan berikut. (c) Menentukan kompetensi dasar yang akan dinilai (d) Merinci aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan berkaitan dengan kompetensi dan indikator kompetensi dalam kurikulum. Hal ini ditempuh karena tidak semua indikator pada kurikulum sudah bersifat rinci. Guru perlu merinci lagi atau menambahkan indikator yang ada dalam kurikulum. Dalam kurikulum BI, indikator pengetahuan dan keterampilan telah terdapat pada kurikulum. Indikator sikap belum terdapat pada indikator sehingga guru perlu menganalisis aspek life skill yang akan dinilai. Dari hasil pengamatan, terdapat beberapa indikator yang sudah cukup rinci dan ada indikator yang masih umum, sehingga guru perlu menganalisis lagi indikator yang sesuai dengan konstruk kompetensi dasar. Dari indikator yang sudah rinci tersebut direncanakan berbagai informasi yang akan dikumpulkan beserta alat penilaiannya dan waktu pengumpulannya. Amati contoh berikut. Contoh Kompetensi Dasar: membacakan pengumuman Indikator : mampu membacakan teks hasil pengumuman dengan artikulasi dan lafal yang jelas, intonasi, dan jeda yang tepat



Aspek yang dinilai pengetahuan



keterampilan



Rincian informasi yang akan diperoleh mampu menjelaskan cara/langkah membacakan pengumuman secara tepat (hal-hal yang perlu dihindari dalam membacakan pengumuman) mampu



Alat yang digunakan Tes lisan



tes



Waktu dan teknik pengumpulan informasi pada akhir pembelajaran (refleksi/ pengukuhan)



terintegrasi dalam proses



119



pada bulan Februari. Mereka kemudian menularkan ke Vietnam, Kanada, Singapura, dan kepada orang-orang di Hongkong. Severe acute respiratory syndrome (SARS) atau corona virus pneumonia (CVP) adalah kasus dugaan, yakni seseorang menderita demam di atas (3) ….. derajat Celsius disertai masalah (4)…………….. , batuk kering, tenggorokan sakit, tersengal-sengal, ngilu otot, serta sakit kepala yang disebabkan strain virus baru corona virus. Virus ini bersifat (5) …….. yang biasanya menyerang saluran pernapasan atas dan menyebabkan selesma. Pneumonia merupakan semacam ……… yang menyebabkan paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen berkurang. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), SARS menyebar seperti flu atau radang paru, melalui ………. yang melayang di udara atau cairan tubuh. Masa inkubasinya antara dua hingga ……….. Namun, penyakit ini hanya menyerang orang-orang yang langsung dan intens berhubungan dengan mereka yang sakit.



(c ) Cerita dan Urutan Kronologis Bacalah cerita berikut! Lengkapilah urutan kronologis berikut. Tahap awal cerita …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………..



Tahap klimaks …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………..



Tahap peyelesaian cerita …………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………..



120



…………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………..



169



(2) Menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat benda, tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan;



(d)Teks dan Ringkasan Bacalah teks berikut kemudian buatlah ringkasannya!



(3) mengapresiasi serta berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak, cerita



Budidaya Anggrek di Jatim



rakyat, puisi anak, syair lagu, pantun, dan menonton drama



Bertani anggrek ternyata cukup menjanjikan. Dengan bertani anggrek kita mempunyai peluang besar untuk menadapatkan untung. Kebutuhan bunga anggrek di pasar lokal masih sangat besar. Permintaan yang datang cukup besar, sementara kebun-kebun anggrek tak bisa memenuhi. Tahun 1995 pasar lokal baru bisa memenuhi 12% kebutuhan pasar lokal. Tahun 1996, dapat memenuhi pasar lokal sebesar 23% . Bahkan sampai Sekarang saja masih 30-40% kebutuhan pasar lokal yang dapat dilayani petani anggrek. Untuk menutup kekurangan pasokan yang cukup besar, negara kita, terpaksa mendatangkan jenis anggrek dari luar negeri. Terutama untuk jenis bunga potong atau bunga yang dijual eceran perkuntum bunga. Bunga potong saat ini masih diimpor dari Thailand. Anggrek yang dimpor jenis anggrek silangan terbaru. Selain dari Thailand anggrek juga diimpor dari India.



anak.



3. Prosedur Penilaian Pencapaian Kompetensi Tujuan utama kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah kompetensi dasar yang seharusnya dicapai dalam serangkaian pembelajaran sudah dikuasai siswa atau belum. Oleh karena itu, untuk menentukan ketepatan aspek yang hendak diukur untuk suatu kompetensi perlu disusun prosedur penilaian yang biasanya dituangkan dalam kisikisi pengukuran. Kisi-kisi berisi: (a) aspek yang hendak diukur, (b) indikator, (c) bentuk alat penilaian, ( c) jumlah, dan (d) bentuk soal/tugas dengan pedoman penyekorannya.



(e) Kutipan Bacaan dan Pertanyaan Pemilihan teks dalam menyusun tes membaca pemahaman teks perlu memperhatikan hal-hal berikut. 



Pilih teks yang tidak terlalu panjang tetapi cukup untuk membuat soal. Panjang kutipan kurang lebih 100-250 kata.







Topik yang diangkat tidak terlalu umum atau terlalu teknis.







Teks dapat berasal dari berbagai koran, majalah, atau media elektronik yang telah diolah penyusun soal.



Contoh tes membaca teks dengan sasaran berbagai tingkat kemampuan diuraikan berikut.



Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi, di dalam atau di luar kelas, menggunakan waktu khusus misalnya untuk penilaian aspek sikap/ nilai dengan tes atau nontes atau terintregasi dalam seluruh kegiatan belajar mengajar (di awal, tengah, akhir). Di sekolah sering digunakan istilah tes untuk kegiatan PBK dengan alasan kepraktisan, karena tes sebagai alat ukur sangat praktis digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam kaitannya dengan tujuan yang telah ditentukan. Bila informasi tentang hasil belajar siswa telah terkumpul dengan jumlah yang memadai, maka guru perlu membuat keputusan terhadap prestasi siswa:  Apakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah ditetapkan?  Apakah siswa telah memenuhi syarat untuk maju ke tingkat lebih lanjut?



Gunung Galunggung Meletus Malapetaka datang tidak terduga. Gunung Galunggung di Jawa Barat dengan ketinggian 2504 meter di atas permukaan laut meletus menggelegar di kesunyian malam. Hari itu, Rabu 4 April l982, Gunung Galunggung yang selama ini membisu



 Apakah siswa harus mengulang bagian-bagian tertentu?  Apakah siswa harus memperoleh cara lain sebagai pendalaman?  Apakah siswa perlu menerima pengayaan? Pengayaan apa yang perlu diberikan?



168



121



memperlihatkan keperkasaannya. Gunung itu mengamuk hampir terus menerus selama seminggu. 3. Penggunaan Portofolio dalam Penilaian Kompetensi Berbicara Penggunaan portofolio dalam penilaian keterampilan berbicara berfungsi untuk menilai perkembangan keterampilan berbicara yang dicapai siswa. Portofolio ini menjadi bukti bahwa siswa telah belajar berbicara. Portofolio yang digunakan hendaknya dapat



 Berton-ton bahan mineral dimuntahkan oleh Gunung Galunggung. Lahar panas yang membara mengalir menghancurkan apa saja yang menghalanginya. Batu-batuan besar dan kecil membara terpencar ke udara bagaikan kembang api. Awan panas dan hujan debu tebal menyelimuti puncak gunung. Bahkan hujan debu tersebut sampai juga di



membuktikan bahwa siswa sudah mengalami proses pembelajaran.



Bandung. Siang hari berubah menjadi gelap sehingga mobil-mobil harus menyalakan lampu.



Contoh Pertanyaan Kompetensi Dasar



Tgl penampilan



Topik yang dibicarakan /



Aspek yang dinilai



Hasil Penilaian/ penilai



 Bagaimana kondisi Galunggung saat mengamuk? (jenis pertanyaan tersurat karena jawaban langsung dapat diambil dalam teks)  Gunung Galunggung yang selama ini membisu memperlihatkan keperkasaannya. Jelaskan Apa makna kalimat tersebut.! (jenis pertanyaan inferensial /tersirat karena jawaban memerlukan penafsiran dari siswa dan tidak dapat langsung ditemukan dalam teks).  Sampai tanggal berapa berapa gunung Galunggung mengamuk? Sebutkan



Pelatihan 12 1. Berdiskusilah untuk membuat contoh alat penilaian bericara seperti contoh! Ambil kompetensi dasar berbicara yang ada dalam kurikulum!



berdasarkan kalimat yang mana jawabanmu kauberikan! (pertanyaan ini termasuk pertanyaan inferensial karena siswa perlu menafsirkan jawaban berdasarkan data dalam teks yang berbunyi Hari itu, Rabu 4 April l982, Gunung Galunggung yang selama ini



16. Cobalah teman kelompok Anda untuk melakukan tugas berbicara yang Anda rancang!



membisu memperlihatkan keperkasaannya. Gunung itu mengamuk hampir terus



Mintalah teman lain untuk menilai dengan rubrik yang Anda susun! Simpulkan hasil



menerus selama seminggu). Jika tanggal 4 mulai mengamuk dan seminggu terus-



penilaian apakah penampilan teman Anda tadi sudah menggambarkan pencapaian



menerus mengamuk maka Galunggung berhenti mengamuk tanggal 10 April 1982.  Jelaskan ide poko dan ide penjelas dalam teks tersebut! (pertanyaan reorganisasi,



kompetensi!



karena siswa dituntut dapat mengkerangkakan ide dari keseluruhan isi wacana) Modul 1 TUJUAN Mampu mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses;



 Buatlah diagram hubungan sebab akibat dari paragraf-paragraf di atas! Dan uraikan menjadi hubungan sebab-akibat dengan kata-katamu sendiri! (pertanyaan ini juga termasuk jenis reorganisasi karena siswa dituntut mengerangkakan ide yang yang menjadi sebab dan ide yang menjadi akibat). Gambar diagram yang menunjukkan ringkasan pola sebab-akibat itu dapat dicontohkan berikut!



122



167



ejaan secara tepat (tidak ada kesalahan)



Galunggung meletus ------- memuntahkan mineral, lahar panas, ------ awan panas dan hujan debu----- gelap.



Galunggung meletus menyebabkan keluarnya mineral dan lahar panas. Selanjutnya lahar panas dan muntahan mineral menyebabkan awan panas dan hujan debu. Awan



Keterangan 3 = baik 2 = sedang 1 = kurang



panas dan hujan debu menyebabkan jalanan menjadi gelap.  Bagaimana pendapatmu jika penduduk di sekitar Galunggung ditransmigrasikan? (termasuk pertanyaan evaluasi karena menuntut siswa menilai sebuah pernyataan)  Berilah komentar teks di atas dari segi penggunaan bahasa dan kesesuaian isi antarkalimat. (tes evaluatif)



Penilaian Aspek Sikap



 Bagaimana seandainya kamu menjadi salah satu penduduk yang kena musibah



No.



indikator sikap



tagihan



1. 2. 3.



kerjasama



hasil pengamatan



keberanian



unjuk kerja



4.



ketekunan



ketekunan



5.



inisiatif



pertanyaan lisan



tersebut? Jelaskan perasaanmu! (tes apresiatif)



Tes membaca yang berupa teks dan pertanyaan dapat berupa tes objektif maupun tes subjektif. Di bawah ini dicontohkan beberapa tes membaca dalam berbagai jenis teks. Carilah teks lain dan susunlah pertanyaan yang berjenis literal, inferensial, reorganisasi, dan evaluatif.



tahapan kegiatan pembelajaran untuk mengambil data penilaian selama diskusi pada waktu menyampaikan laporan wawancara selama proses pembelajaran pada waktu refleksi dan penyimpulan



Pelatihan 11 Dari skenario tersebut isilah tabel berikut! (f) Teks Iklan dan Pertanyaan ( Tes Membaca Iklan) Kita tahu tubuh kita butuh serat. Tapi serat saja tidak cukup. Kan ada yang lengkap. Ya, FIBER mengandung serat dan vitamin E. 



Apa kandungan Fiber? ( tes pemahaman literal)







Apa yang akan diyakinkan penulis kepada pembeli fiber? (tes pemahaman inferensial)







Apa maksud penggunaan kalimat Kita tahu tubuh kita butuh serat. Tapi serat saja tidak cukup.



No. indikator yang dinilai



Alat yang digunakan



Waktu penilaian



166



dengan topik Bukti Bahasa yang digunakan



Penyampaian Penampilan



123







isi/topik yang didiskusikan ? Apakah tanggapan disertai bukti/contoh-contoh dan logis? Apakah bahasa yang digunakan efektif (struktur kalimat dan pilihan kata tepat) Apakah tanggapan diungkapkan dengan lancar dan runtut Apakah tanggapan disampaikan dengan tenang dan penuh percaya diri?



keunggulan itu ditonjolkan ? 







Rincian







Berilah komentar bagaimana kejelasan produk yang diiklankan!







Berilah komentar bagaimana ketepatan pemilihan kata dalam meyakinkan orang untuk membeli produknya! (pertanyaan evaluatif)



Skor 3



a. Unsur laporan lengkap berisi (a) topik, (2) waktu, (3) peserta, (4) proses, dan (5) hasil. b. Isi laporan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya



Kelengkapan



a. Unsur notulen lengkap terdiri atas ( 1) kepala notulen, (2) waktu dan tempat serta jam, (3) pemimpin Ketua, dan sekretaris, (4) jumlah yang hadir/ tidak hadir, (5) acara/ urutan pembicaraan, (6) risalah pembicaraan yang menyebutkan jalannya diskusi mulai pembukaan sampai penutup, (7) tempat, tanggal, bulan, dan tahun, serta (8) pembuat notulen, pengesahan notulen oleh ketua diskusi



Bahasa yang digunakan dalam laporan dan notulen



a. Penggunaan kata dan struktur kalimat secara baku b. Penggunaan struktur kalimat secara efektif penggunaan tanda baca dan



Penggunaan tanda baca dan ejaan



Dari iklan tersebut, bagian manakah yang merupakan alasan pembelian produk, penjelasan identitas produk, dan mana penjelasan keunggulan produk



Setelah laporan dan notulen selesai ditulis, nilailah dengan panduan berikut!



Kelengkapan dan ketepatan laporan



Apakah ada kesan iklan tersebut menjelekkan produk lain? Pada kalimat mana hal itu dinyatakan secara tidak langsung oleh pembuat iklan?



3 = baik 2 = sedang 1 = kurang



Aspek laporan



Keunggulan apa yang ditonjolkan pembuat iklan? Pada kalimat yang mana



2



1







Berilah komentar keindahan bunyi dalam iklan tersebu



(g) Tes Membaca Cerita Fiktif 



Memahami Unsur Intrinsik dalam Cerita …………………………………………………….



Ada gubernur yang bijaksana hidup di kota kecil di TaiwanUtara. Namanya ChuSan. Suatu hari, ia memeriksa penjara lokal.Ia melihat banyak tahanan di sana, dan bertanya pada penjaga penjaramengenai apa yang mereka perbuat. Mereka semua adalah perampok,jawab penjaga. Lepaskan mereka kata gubernur. Ia menyuruh perampokperampok itu “kalian bisa bebas, carilah pekerjaan, jangan merampok atau mencuri lagi”. ia memberi setiap orang sepuluh dollar. Kurang lebih satu bulan kemudian, ia mengunjungi penjara lagi. ia mengenal satu di antara tahanan-tahanan yang telah ia bebaskan sebelumnya. Ia sangat marah,” Keluarkan orang ini dan eksekusi saja” perintah sang gubernur.Semua orang mendengar hal ini dan kota itu menjadi damai untuk waktu yang lama, tidak terdengar lagi beritaberita mengenai pencurian. Suatu hari, seorang penjahat dihadapkan pada gubernur. Ia segera mengenali orang itukarena orang itu adalah salah satu tahanan yang ia bebaskan. Orang ini harus dihukum, katanya. Ia tidak melakukan nasihatku, bawa ia lalueksekusi ( hukum mati) saja. “Jangan hukum mati saya tuan”, seru penjahat,”Anda dapat menghukum saya dengan cara lain, tapi tolong jangan bunuh saya. Ibu saya ada di luar apa yang akan terjadi padanya bilasaya mati?” Chu-san pergi ke luar. Ia melihat seorang wanita tua duduk di tanah. Ia menangis dan memegang selimut kumal. “ Mengapa anda membawa selimut itu?” tanya gubernur “Ini untuk menutupi mayat anak saya jika ia sudah dihukum mati,” jawab ibu tua. Chu-San merasa kasihan. Ia melepas anaknya dan memberinya sepuluh dollar. Penjahat dan ibunya berlutut di hadapannya lalu berterima kasih padanya.



124



Segera setelah itu, penjahat itu mendapat pekerjaan dan bekerja dengan keras. Ia tidak pernah lagi mencuri. Lalu ia menikah dan mempunyai keluarga. Ketika anaknya bertumbuh besar, ia berkata” Jangan mencuri atau melanggar hukum. Berbuat baiklah kepada orang lain. jika kamu mendengarkan saya, pasti kalian hidup enak,” Isilah tabel berikut dengan tokoh, perwatakan, setting, alur dan tema yang dikemukakan pengarang dalam ceritanya. Isilah table berikut berdasarkan isi cerita! Unsur



165



Alat yang digunakan untuk menilai dalam skenario tersebut diuraikan berikut. Rubrik Penilaian wawancara No.



Pertanyaan Pemandu



1.



Kesesuaian pertanyaan dengan tujuan



2.



Kerincian dan kelangkapan pertanyaan



3.



Kreativitas dalam mengajukan pertanyaan



4.



Kejelasan pertanyaan dan kesesuaian dengan mitra bicara



5



Intonasi dan mimik



6.



Kelancaran



7.



Kewajaran Penampilan



Tokoh dan perwatakan Alur (urutan peristiwa) Tema  Menjelaskan Kekhasan tempat, nama, budaya, sosial, politik yang melatari cerita Isilah tabel berikut dengan kekhasan tempat, nama, budaya, sosial, dan politik berdasarkan isi cerita.



(h) Tes Pemahaman Puisi ….. Pergi ke dunia luas, anakku sayang pergi ke hidup bebas! Selama angin masih angin buritan dan matahari pagi menyinar daun-daun dalam rimba dan padang hijau Pergi ke laut lepas, anakku sayang pergi ke alam bebas! Selama hari belum petang dan warna senja belum kemerah-merahan menutup pintu waktu lampau. Jika bayang telah pudar dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua Tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhkoda telah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku! Kembali pulang, anakku sayang kembali ke balik malam! Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita “Tentang cinta dan hidupmu pagi hari”



Skor 1



Penggambaran dalam Cerita



Setting



Aspek yang Dinilai



Lembar Observasi No. Nama



2



3



4



Apakah semua pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tujuan wawancara? Apakah jumlah pertanyaan cukup untuk mendapatkan informasi yang ada dalam tujuan? Apakah pewawancara berusaha mengaitkan pertanyaan lanjutan dengan jawaban orang yang diwawancarai? Ataukah pewawancara hanya terpaku pada daftar pertanyaan secara kaku? Apakah pertanyaan menggunakan kata tanya yang jelas? Apakah pilihan kata sesuai dengan orang yang diajak bicara? Apakah intonasi sesuai? Aapakah ekspresi wajah bersahabat? Apakah pewawancara lancar mengajukan seluruh pertanyaan? Apakah penampilan pewawancara wajar atau dibuat-buat? Jumlah Skor =



ketekunan



kerjasama



keaktifan menyimpulakn/men gajukan pertanyaan



keberanian



Sementara temanmu mengungkapkan berbagai tanggapan dalam diskusi, buatlah penilaian terhadap tanggapan yang dikemukakan dengan panduan berikut! Hal yang dinilai



Rincian



Skor 3



Kejelasan tanggapan Ketepatan tanggapan /kesesuaian



Apakah hal yang ditanggapi terfokus? Apakah tanggapan sesuai dengan



2



1



164



125



(Asrul sani)



Amati skenario pembelajaran dalam kelas untuk mencapai indikator tersebut!



 Identifikasi sikap penyair Dari puisi di atas, sikap penyair yang tersirat adalah ….



No 1.



Kegiatan Pendahuluan 1. Guru menunjukkan gambar wartawan sedang mewawancarai seorang artis yang sedang berhasil mengeluarkan album 2. Guru menanyakan dalam konteks apa saja wawancara dilakukan. 3. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut Inti 1. Guru memberikan empat amplop kepada empat kelompok (amplop berisi pertanyaan wawancara dengan nara sumber dan tujuan yang berbeda) 2. Siswa setiap kelompok mengelompokkan pertanyaan yang ada dalam teks (dalam bentuk pemetaan) 3. Setiap kelompok membandingkan pemetaan pertanyaan yang dihasilkan dan menyimpulkan konsep bahwa setiap konteks yang berbeda memerlukan pertanyaan yang berbeda, cara mengurutkan pertanyaan, dan bentuk pertanyaan untuk wawancara 4. Siswa secara berkelompok diberi tugas untuk menyusun pertanyaan dan melakukan wawancara. Kelompok lain mengamati dengan rubrik wawancara (lihat rubrik wawancara 1 di bawah skenario ini) 5. Siswa menyimpulkan cara bertanya dan melakukan wawancara yang baik 6. Siswa ditugasi mewawancarai berbagai tokoh dengan tujuan tertentu (siswa menyusun pertanyaan) 7. Siswa mencatat hasil wawancara (secara individual) 8. Siswa melaporkan hasil wawancara 9. Siswa menilai secara berkelompok laporan hasil wawancara



waktu



Metode



e. menasehati para generasi muda f. menjelaskan isi hatinya kepada anak-anaknya g. memberi petuah kepada para pemuda h. menyurati anaknya yang jauh  Identifikasi nilai/pesan dalam puisi Nilai yang sesuai dengan isi puisi di atas adalah…. e. Anak-anak pantang pulang sebelum sukses f. Setelah berhasil anak-anak diminta pulang kampung g. Menimba ilmu seluas-luasnya h. kegelisahan seorang ibu menanti anaknya.  Identifikasi makna tersirat dalam baris atau bait Bait ketiga puisi Surat dari Ibu tersebut menyiratkan ….. e. Keberhasilan seorang anak f. Tercapainya cita-cita yang diinginkan orangtua g. Kecukupan seorang anak dari segi ilmu dan bekal hidup h. Nahkoda dapat mengemudikan kapalnya dengan baik.  Memparafrasekan puisi Parafrasekan baris pertama dari puisi tersebut! (subjektif)



Penutup 5. Refleksi 6. Penugasan



Parafrase baris pertama yang sesuai adalah …….. (objektif)  Menjelaskan makna bait Jelaskan makna bait pertama dalam puisi di atas!  Menjelaskan sikap penulis terhadap pokok masalah Sikap penyair terhadap pokok masalah adalah …….  Menjelaskan makna simbol dalam puisi



126



163



Makna angin buritan dan nakhkoda dalam puisi di atas adalah ….  Menjelaskan tema puisi



(5) Tugas dengan Rangsang Kegiatan Amati pementasan drama tersebut dan tanggapilah karakter dan latar dalam drama tersebut!



Tema puisi di atas adalah …..  Menjelaskan suasana dalam puisi



(6) Tugas Berbicara dengan rangsang objek



Suasana yang digambarkan penyair dalam puisi adalah ….



Amati kondisi laboratorium dan perpustakaan di sekolahmu. Laporkan secara lisan di depan kelompokmu.



 Memberi judul puisi Judul puisi yang sesuai adalah ….. (i) Tes Pemahaman Puisi Naratif LELAKI TUA DAN GEROBAK Pada suatu pagi yang tenang seorang lelaki tua/terangguk-angguk di atas gerobak/ Berderak/di atas jalanan menuju kota Matahari di atasnya Ia bertanya Jam berapakah sekarang? (Ketika itu ia hampir sampai di pusat kota. Angin dan debu mengapung) Seorang anak kecil melintas dengan gugup Lelaki itu bertanya lagi; Kemana kau nak? Gerobak itu berjalan terus Dan lelaki itu terbatuk-batuk Lelaki itu bicara sendiri: Bedakanlah buatku Ya Tuhan antara keyakinan dan cinta Izinkan daku bercinta. Dan tunjukkanlah padaku di sudut manakah di kota ini kasih sayang dan keramahan? Lelaki itu kemudian terbatuk-batuk Dan malaikat membawanya Tanpa berobak. 



Pemahaman Unsur Cerita dalam Puisi Naratif (setting, alur, tema, tokoh dan perwatakan)



Lengkapi tabel berikut berdasarkan isi puisi di atas!



(7) Tugas Berbicara dengan rangsang gambar/peta Amati peta berikut. Pilihlah salah satu kota yang pernah kamu kunjungi. Ceritakan laporan perjalananmu ke kota itu! (8) Tugas Berbicara dengan rangsang diagram/ tabel Amati tabel berikut. Buatlah tanggapan tentang isi tabel tersebut! (9) Tugas Berbicara dengan rangsang bacaan Bacalah teks tersebut dan dan berilah tanggapan dari segi isi dan penggunaan Bahasanya!



2. Penerapan Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Berbicara Amati contoh berikut! Kompetensi yang diajarkan Berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan Indikator    



Mampu membuat daftar pertanyaan untuk wawancara Mampu melakukan wawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan Mampu mencatat pokok-pokok wawancara Mampu merangkum dan menyampaikan hasil wawancara dengan bahasa yang mudah dipahami



162



Penilaian Aspek Sikap No.



127



waktu dan tempat



indikator sikap



tagihan



1. 2. 3.



kerjasama



hasil pengamatan



keberanian



unjuk kerja



4.



ketekunan



ketekunan



5.



inisiatif



pertanyaan lisan



tahapan kegiatan pembelajaran untuk mengambil data penilaian selama diskusi



terjadinya peristiwa



Tokoh dan watak Tema



pada waktu menyampaikan laporan wawancara selama proses pembelajaran pada waktu refleksi dan penyimpulan



2.Model Penilaian Keterampilan Berbicara Instrumen penilaian keterampilan berbicara berupa tugas dan rubrik untuk menilai tugas tersebut. Contoh tugas dan rubrik dalam pembelajaran berbicara dicontohkan berikut. (1) Tugas Berbicara dengan Rangsang Buku Bacalah sebuah buku yang kamu sukai. Laporkan secara lisan isi buku dan alasannya mengapa kamu menyukainya! (2) Tugas Berbicara dengan rangsang peristiwa Amati peristiwa yang terjadi di sekitarmu! Ceritakan di depan kelas!



Urutan peristiwa yang terjadi







Parafrase puisi naratif (baris/bait) Parafasekan baris pertama dalam puisi di atas!



Parafrasekan bait pertama puisi di atas! 



Pemahaman Simbol dalam Puisi Kata gerobak dalam puisi di atas melambangkan apa?







Pemahaman Suasana dalam Puisi







Suasana yang digambarkan dalam puisi adalah…………



(3) Tugas dengan rangsang konteks komunikasi (simulasi) a. Pada sebuah kegiatan pentas seni yang diadakan di sekolahmu kamu bertindak sebagai pembawa acara. Lakukan kegiatan itu dan anggaplah teman-temanmu sebagai undangan/pendengar! Pada waktu temanmu membawakan acara kamu menilai berdasarkan rubrik yang disediakan. b. Daerahmu sedang dilanda demam berdarah. Penduduk yang terjangkit sejumlah 165 orang. Lakukan pidato seandainya kamu seorang Lurah yang ada di daerah itu.



d. kesendirian e. kesombongan f. kecapaian d. kemiskinan



(j) Tes Membaca Diagram (4) Tugas Berdasarkan Pengalaman



Diagram merupakan penggambaran kuantitas dengan menghubungkan unsur-unsur diagram yang terletak pada rah horisontal dan vertikal. Penyusunan tes bahasa tentang



Ingat-ingatlah perjalanan yang pernah kamu lakukan! Tulislah garis besar perjalanan itu kemudian sampaikan di kelompokmu.



diagram tidak boleh memasuki wilayah bidang studi Matematika. Misalnya dengan



128



menyuruh siswa menjumlahkan angka-angka dalam diagram. Dalam membaca diagram



161



Alat yang digunakan untuk menilai dalam skenario tersebut diuraikan berikut. Rubrik Penilaian wawancara



siswa diharapkan dapat membahasakan diagram dari simbol-simbol angka, gambar, atau singkatan-singkatan ukuran (%, ton, tahun). Selain itu juga menyusun kalimat yang



No.



Aspek yang Dinilai



Pertanyaan Pemandu



merupakan simpulan dari diagram.



1.



Kesesuaian pertanyaan dengan tujuan



Bacalah diagram berikut!



2.



Kerincian dan kelangkapan pertanyaan



3.



Kreativitas dalam mengajukan pertanyaan



4.



Kejelasan pertanyaan dan kesesuaian dengan mitra bicara



5



Intonasi dan mimic



6.



Kelancaran



7.



Kewajaran Penampilan



 Pernyataan yang tidak sesuai dengan isi diagram adalah …………..  Memberi judul isi diagram (diagram tidak diberi judul dulu) Judul yang sesuai untuk diagram di atas adalah…  Menyimpulkan isi diagram (tidak terlihat langsung melalui diagram tetapi melalui siswa dituntut untuk menghubung-hubungkan antardata dalam diagram)  Meramalkan Kecenderungan Isi Diagram Dari data dalam diagram tersebut buatlah prediksi (ramalan) yang sesuai.! (k) Tes Membaca Peta



Skor 1



Lembar Observasi No. Nama



2



3



Apakah semua pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tujuan wawancara? Apakah jumlah pertanyaan cukup untuk mendapatkan informasi yang ada dalam tujuan? Apakah pewawancara berusaha mengaitkan pertanyaan lanjutan dengan jawaban orang yang diwawancarai? Ataukah pewawancara hanya terpaku pada daftar pertanyaan secara kaku? Apakah pertanyaan menggunakan kata tanya yang jelas? Apakah pilihan kata sesuai dengan orang yang diajak bicara? Apakah intonasi sesuai? Aapakah ekspresi wajah bersahabat? Apakah pewawancara lancar mengajukan seluruh pertanyaan? Apakah penampilan pewawancara wajar atau dibuat-buat? Jumlah Skor =



ketekunan



kerjasama



keaktifan menyimpulakn/men gajukan pertanyaan



keberanian



4



160



129



Peta merupakan penggambaran suatu tempat, jarak, dan arah. Penyusunan tes bahasa Amati skenario pembelajaran dalam kelas untuk mencapai indikator tersebut! No 1.



Kegiatan Pendahuluan 1. Guru menunjukkan gambar wartawan sedang mewawancarai seorang artis yang sedang berhasil mengeluarkan album 2. Guru menanyakan dalam konteks apa saja wawancara dilakukan. 3. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut Inti 1. Guru memberikan empat amplop kepada empat kelompok (amplop berisi pertanyaan wawancara dengan nara sumber dan tujuan yang berbeda) 2. Siswa setiap kelompok mengelompokkan pertanyaan yang ada dalam teks (dalam bentuk pemetaan) 3. Setiap kelompok membandingkan pemetaan pertanyaan yang dihasilkan dan menyimpulkan konsep bahwa setiap konteks yang berbeda memerlukan pertanyaan yang berbeda, cara mengurutkan pertanyaan, dan bentuk pertanyaan untuk wawancara 4. Siswa secara berkelompok diberi tugas untuk menyusun pertanyaan dan melakukan wawancara. Kelompok lain mengamati dengan rubrik wawancara (lihat rubrik wawancara 1 di bawah skenario ini) 5. Siswa menyimpulkan cara bertanya dan melakukan wawancara yang baik 6. Siswa ditugasi mewawancarai berbagai tokoh dengan tujuan tertentu (siswa menyusun pertanyaan) 7. Siswa mencatat hasil wawancara (secara individual) 8. Siswa melaporkan hasil wawancara 9. Siswa menilai secara berkelompok laporan hasil wawancara



waktu



Metode



tentang peta tidak boleh memasuki bidang studi IPS. Misalnya dengan menanyakan nama kota-kota yang ada dalam teks. Tes bahasa Indonesia mengarahkan pada kemampuan membahasakan dan memahami peta dalam kaitannya sebagai simbol penggambaran tempat, arah, simbol, dan jarak. Bacalah peta berikut!



 Identifikasi kalimat yang sesuai dengan isi peta Kalimat yang tidak sesuai dengan isi peta di atas adalah ……



Penutup 3. Refleksi 4. Penugasan



 Identifikasi kalimat yang menunjukkan jarak dan arah Dari peta tersebut wilayah kekuasaan Sriwijaya yang paling utara adalah ….  Identifikasi tempat sesuai dengan peta. Tunjukkan dalam peta di atas tempat ditemukannya peninggalan Sriwijaya  Memberi judul peta sesuai dengan penggambaran dalam peta.  Manakah pernyataan berikut yang sesuai dengan isi peta adalah…..  Pernyataan berikut yang TIDAK sesuai dengan isi peta adalah…..  Menjelaskan simbol dalam peta  Membahasakan Peta (Identifikasi kalimat/paragraf) yang sesuai dengan isi peta



130



159



 Memberi Judul Peta  Mengidentifikasi pernyataan yang sesua/tidak sesuai dengan isi peta



gagasan 7.



Manakah pernyataan berikut yang sesuai dengan isi peta adalah…..



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



pendapat



Pernyataan berikut yang TIDAK sesuai dengan isi peta adalah….. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d, atau e!



Kemampuan mempertahankan



Kompetensi yang diajarkan Berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan



1. Para pengusaha di berbagai sektor industri maupun jasa menjawab kebutuhan itu dengan berbagai produk unggulan mereka. Banyak kalangan atas memiliki sepeda motor unik dan antik dengan harga ratusan juta hanya karena gengsi. Mandi uap dan pergi ke salon juga menjadi kebutuhan untuk memuaskan emosi para pelanggan. Kalimat yang sesuai untuk melengkapi paragraf di atas sehingga membentuk paragraf padu adalah … A. Kebutuhan manusia kini tidak lagi karena tuntutan kebutuhan pokok melainkan sudah meluas pada kebutuhan yang bersifat emosional. B. kebutuhan manusia sangat beragam sesuai dengan kebutuhan hidup, kepentingan bersama, dan kepentingan pribadi. C. kebutuhan manusia sangat beragam sesuai dengan keadaan lingkungan kebutuhan dan lingkungan sosial. D. Kebutuhan hidup sangat mendesak untuk dipenuhi doibanding kebutuhan lain. E. Kebutuhan manusia kini tidak lagi karena tuntutan kebutuhan pokok. 2. Teks 1 Di Desa Kamal, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember, sekitar 10 km sebelah selatan Kecamatan Grujugan, Bondowoso, jumlah Watu Kenong sebagai benda peninggalan bersejarah mencapai ratusan. Benda-benda itu berserakan di halaman rumah penduduk, sawah-sawah, sungai, dan tepi-tepi jalan kecil. Di daerah ini, Watu Kenong banyak sekali yang hilang. Bahkan, polisi setempat beberapa kali berhasil ‘mengamankan’ barang bukti berikut menangkap tersangka pencurinya. Teks 2 Di Kawasan pegunungan Ijen terdapat benda-benda peninggalan megalitik. Namun,lantaran lokasilokasi benda purbakala ini mudah dijangkau publik – sangat dekat dengan pemukiman penduduk – justru berpengaruh buruk terhadap kondisinya. Sebagai akibatnya, perawatan benda-benda bersejarah itu pun tak bisa dilakukan secara optimal. Beberapa fragmen sebagian benda-benda itu tampak terlepas dari kesatuannya, dan berserakan. Beberapa batu penyangga Dolmen juga tampak amblas, dan sebagian Sarkofagus pecah. Bahkan, pecahannya tercecer di sekitar rumah penduduk. Padahal dari batu-batu purbakala itulah kita bisa mengenang tradisi Megalitik yang pernah ada. Kedua teks di atas sama-sama menggambarkan… A. B. C. D.



ketegasan polisi dalam menangani pencurian benda-benda bersejarah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menghargai benda-benda bersejarah kurangnya peraturan untuk menjamin benda-benda bersejarah berkurangnya benda-benda bersejarah di wilayah Jatim



Indikator    



Mampu membuat daftar pertanyaan untuk wawancara Mampu melakukan wawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan Mampu mencatat pokok-pokok wawancara Mampu merangkum dan menyampaikan hasil wawancara dengan bahasa yang mudah dipahami



158



2. Diskusikan ketepatan pedoman penilaian di bawah ini berdasarkan sasaran dan cakupan kemampuan berbicara! Pedom an Penilaian berpidato No.



Aspek yang dinilai



Tingkatan skala



1.



Keakuratan informasi (sangat buruk -



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



akurat sepenuhnya). 2.



Hubungan antar informasi (sangat



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



sedikit - berhubungan sepenuhnya). 3.



Ketepatan Struktur dan Kosa Kata



131



E. di Jatim terdapat banyak benda-benda bersejarah peninggalan megalitik. 3.Kalimat yang menggunakan huruf kapital secara tepat adalah (A) Siapakah Gubernur yang baru dilantik itu? (B) Tahun ini jumlah orang Indonesia yang menunaikan Ibadah Haji tidak berkurang. (C) Kemarin Brigadir Jenderal Hariyadi dilantik menjadi mayor jenderal. (D) Kedudukan Wakil Presiden dalam pemerintahan Habibie masih kosong. (E) Yang memanggil terdakwa adalah Jaksa Agung Muda. 4.Penggunaan tanda baca yang betul terdapat pada kalimat (1) Kalau ingin bertubuh sehat dan langsing, rajinlah menjaga kebugaran! (2) Situasi ekonomi sedang terpuruk, tetapi dunia hiburan tetap berlangsung. (3) Selain memiliki suara merdu, Anita menguasai tarian klasik Sunda. (4) Mereka tidak dapat melanjutkan sekolah, karena ketiadaan biaya. 1. (A) (B) (C) (D) (E)



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



(tidak tepat - tepat sekali) 4.



Kelancaran (terbata-bata - lancar sekali) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



5.



Kewajaran Urutan Wacana (tak normal



Semua kalimat berikut adalah kalimat yang tidak menggunakan ragam baku, KECUALI Dalam rapat itu membicarakan masalah hasil evaluasi belajar mahasiswa. Buku itu bermanfaat bagi penulisan karya ilmiah. Pada bahasa Indonesia yang baik dan benar membicarakan ejaan dan ragam. Bagi pegawai negeri sipil tidak boleh ikut partai. Rencana undang-undang disyahkan oleh DPR.



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



- normal) 6.



Gaya Pengucapan (kaku - wajar)



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Skor: ………. 6. Dalam penelitian-penelitian itu menggambarkan bahwa para remaja itu, walaupun berbeda-beda kebudayaan dan suasana lingkungan sosial mereka, tetapi menghadapi berbagai macam masalah yang sama. Hanya perbedaan terletak pada macam problema yang dihadapi dan dalam cara mereka memandang masalah. Sebenarnya, ada masalah tertentu yang dialami oleh semua remaja di manapun mereka hidup. Perbedaan masalah yang dialami remaja hanya terletak pada luas serta pentingnya masalah yang dihadapi remaja berkaitan dengan keadaan sosial dan budaya yang melingkungi remaja itu. Kalimat pada paragraf di atas akan menjadi efektif jika direvisi dengan cara … A. Menghilangkan kata dalam pada kalimat 1 dan kata hanya pada kalimat 2. B. Menghilangkan kata dalam pada kalimat 1 dan kata sebenaranya pada kalimat 3. C. Menghilangkan kata sebenarnya pada kalimat 3 dan kata hanya pada kalimat 2. D. Menghilangkan kata sebenarnya pada kalimat 3 dan kata hanya pada kalimat 4. E. Menghilangkan kata sebenarnya pada kalimat 3 dan kata dengan pada kalimat 4.



Pedoman Penilaian Diskusi 8.



No.



Aspek yang Dinilai



Tingkatan Skala



1.



Ketepatan Struktur



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



2.



Ketepatan Kosa Kata



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



3.



Kelancaran



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



4.



Kualitas gagasan yang dikemukakan



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



5.



Banyaknya gagasan yang dikemukakan



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



6.



Kemampuan/kekritisan menanggapi



0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



…………….. Masih bebasnya mahasiswa dari jebakan kepentingan pribadi, keterikatan mahasiswa pada prinsip atau nilai kebebasan ilmiah, dan tidak terpisahkannya mahasiswa dari kesulitan masyarakat yang diwakili oleh keluarga dan lingkungan kampus menjamin sensitifitas mereka terhadap kondisi kehidupan masyarakat. Maka, adalah sah bila dikatakan mahasiswa mewakili aspirasi dan tuntutan masyarakat. Terutama masyarakat yang tidak mampu bersuara karena terkooptasi dan terkendalikan oleh negara. Apalagi golongan masyarakat lainnya seperti kalangan menengah dan bahkan wakil rakyat sedang terjebak oleh berbagai kepentingan diri sendiri. Jika demikian halnya, adalah adil untuk tidak meremehkan dan apalagi melumpuhkan gerakan politik moral mahasiswa dengan cara-cara yang tidak jujur, seperti menuduh gerakan itu sebagai pengacau, mubazir, dan ditunggangi. Kalimat topik yang sesuai untuk melengkapi awal paragraf di atas adalah … A. Menghukum mahasiswa baik secara akademis maupun secara fisik merupakan tindakan semena-mena. B. Pemukulan, penculikan, dan penangkapan terhadap mahasiswa akan menimbulkan banyak kekacauan.



132



C. Gerakan mahasiswa merupakan tindakan terpuji yang perlu dilestarikan. D. Gerakan mahasiswa masih relevan untuk mewakili suara masyarakat* E. Penunggangan gerakan mahasiswa membahayakan dunia perpolitikan kita. 9. Fungsi magis Tayub berkaitan dengan kepercayaan ritual yang dimiliki masyarakat terhadap makhluk gaib yang “berkuasa” dan mengendalikan mereka. Tayub dilakukan sebagai upaya untuk menghindari makhluk gaib “marah” dengan menebarkan wabah atau bencana dalam suatu masyarakat. Beberapa tokoh masyarakat menyatakan akibat negatif dari tidak dilakukannya Tayub pada suatu desa, akan muncul beragam persoalan di desa tersebut. Tayub diselenggarakan sebagai sebuah ritualisme yang banyak dihubungkan dengan adanya mitos-mitos yang dimiliki, baik dengan kepercayaan akan keselamatan ataupun ketidaktenangan yang dimiliki anggota masyarakat. Upacara-upacara yang berkaitan fungsi magis Tayub dapat berupa sedekah bumi, upacara perkawinan, maupun nazar. Ketiga ritualisme tersebut telah menjadi semacam keharusan yang dihubungkan dengan makhluk gaib yang diyakininya masih memiliki “kekuasaan”. Artinya, jika pertunjukan Tayub tidak dilakukan maka nantinya akan mengakibatkan turunnya bala (malapetaka).



Ide pokok paragraf di atas adalah … A. Tayub menyebabkan berbagai dampak pada masyarakat. B. Tayub berfungsi magis untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan dalam masyarakat. C. Tayub berfungsi magis untuk menunjukkan ritualisme. D. Tayub berfungsi sebagai pertunjukan magis. E. Tayub dianggap merugikan sebagian masyarakat kita.



10. Dunia bisnis dan industri memerlukan kehadiran peralatan berteknologi tinggi yang dikendalikan komputer. Lulusan pemrograman komputer seperti pascal, C++, bisnis dan industri. Mereka dibutuhkan dunia kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan proses



157



(4) Keterampilan mengekspresikan makna- makna tersirat (dengan menggunakan inference, presuposisi, implikatur, aspek non kebahasaan seperti intonasi, jeda, tekanan, mimik, gesture dalam pembicaraan) (5) Keterampilan menggunakan indikator kewacanaan lisan (indikator transisi ide baru, indikator pengembangan ide, indikator penyimpulan) (6) Keterampilan memelihara kelangsungan sebuah wacana (bagaimana cara merespon, cara mengatasi kebuntuan ide, kemacetan pengembangan ide, melanjutkan percakapan, adaptasi dengan lawan tutur dsb.) (7) Keterampilan mengekspresikan nilai komunikatif teks dengan dan tanpa indikor nilai komunikatif tersebut misalnya, berupa pertanyaan keraguan, ketidakpercayaan, peramalan ketidaksetujuan, mempengaruhi, mentolerir, memberikan alasan, dan sebagainya. (8) Keterampilan menggunakan tanda kohesi leksikal dan gramatikal untuk menyatakan hubungan makna dalam kalimat, dalam paragraf, antarparagraf, maupun antar bagian wacana. (9) Keterampilan mengekspresikan informasi penting dalam wacana dengan kunci-kunci verbal, kalimat topik dan tanda intonasi, jeda, tekanan, gesture, atau mimik yang spesifik (10) Keterampilan menggunakan informasi nonkebahasaan seperti intonasi, jeda, tekanan, gesture, atau mimik dalam pembicaraan. (11) Keterampilan menyesuaikan proporsi isi pendahuluan, inti, dan penutup sesuai dengan tujuan wicara. (12) Keterampilan mengakhiri sebuah wacana lisan dengan isi, gaya, bahasa yang sesuai dengan konteks. Jenis berbicara a. Imitatif: perforansi untuk menyuarakan bahasa tulis dengan intonasi yang sesuai (repetisi b. Intensif : memproduksi bahasa lisan pendek dengan kosakata dan struktur terbatas, melengkapi dialog, respon secara tertruktur, respon



kerja dalam perusahaan-perusahaan. Jika lembaga pendidikan komputer mampu meningkatkan kompetensi lulusannya setiap tahun, dapat diprediksikan lulusan pendidikan komputer mampu unggul dalam dunia kerja selama kurun waktu sepuluh tahun. …. Paragraf di atas mengandung kalimat yang tidak tepat. Paragraf di atas akan menjadi baik jika dilakukan revisi yang berupa … A. Menggabungkan kalimat 1 dan 2 dengan memberikan tanda koma (,) setelah kata industri. B. Menggabungkan kalimat 1 dan 2 dengan menghilangkan kata komputer pada kalimat 1.



terbatas, c. Responsif: percakapan pendek, pemberian komentar d. Interaktif lebih kompleks interaksinya. Strategi Penilaian (games. Tugas dengan konteks)



Pelatihan 10 1. Berdasarkan sasaran kemampuan berbicara di atas, diskusikan aspek apa saja yang harus dinilai terhadap kemampuan berpidato, berwawancara, dan kemampuan membawakan acara!



156



H. Penerapan Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Berbicara 1. Sasaran Penilaian Berbicara Sasaran penilaian terhadap kemampuan berbicara mencakup (1) kemampuan merencanakan pembicaraan, (2) kemampuan melaksanakan pembicaraan, dan (3) kemampuan membahas performansi pembicaraan pada konteks tertentu. Sejumlah keterampilan yang diajarkan dan diujikan dalam pembelajaran berbicara diuraikan berikut. Indikator Keterampilan mikro 1) mampu memilih/ menggunakan kata dengan tepat sesuai konteks 2) 3) 4) 5)



mampu menggunakan kalimat sesuai dengan konteks komunikasi mampu menggunakan tanda penghubung antarkalimat/ antarparagraf. mampu menggunakan tanda kohesi mampu menggunakan intonasi, mimik, dan gesture yang sesuai dengan konteks



Keterampilan makro 1) Mampu merencanakan garis besar isi yang akan dibicarakan sesuai dengan konteks komunikasi 2) Mampu menggunakan bentuk retorika/ strategi sesuai dengan tujuan komunikasi 3) Mampu memilih topik/ isi komunikasi sesuai dengan konteks (latar komunikasi, topik, suasana, hubungan penutur dan pendengar, tujuan/fungsi komunikasi) 4) Mampu menata struktur wacana sesuai konteks 5) Mampu mengembangkan isi wacana sesuai dengan konteks wicara 6) Mampu memulai sebuah pembicaraan sesuai dengan genre/ konteks 7) Mampu mengembangkan/ merinci inti pembicaraan secara utuh sesuai dengan tujuan wicara 8) Mampu menggunakan fungsi-fungsi retorik sesuai dengan wacana lisan yang akan dihasilkan (membuat argumen, menilai, menjelaskan, mempersuasi, menghibur, membuat wacana sastra yang prismatis). 9) Mampu mengekspresikan makna- makna tersirat (dengan menggunakan inference, presuposisi, implikatur, aspek nonkebahasaan seperti gesture, intonasi, mimik, dan sebagainya) 10) Mampu mengakhiri sebuah wacana tulisan dengan isi, gaya, bahasa yang sesuai dengan konteks. (1) Keterampilan mengurutkan gagasan secara logis. (2) Keterampilan menggunakan fungsi-fungsi retorik sesuai dengan wacana yang akan dihasilkan (membuat argumen, menilai, menjelaskan, mempersuasi). (3) Keterampilan mengekspresikan informasi secara eksplisit dalam pembicaraan.



133



C. Menggabungkan kalimat 2 dan 3 dengan menambahkan tanda koma (,) setelah kata mereka. D. Menggabungkan kalimat 2 dan 3 dengan menghilangkan kata mereka. E. Menggabungkan kalimat 3 dan 4 dengan menambahkan tanda koma (,) sebelum kata jika 11.. Perhatikan cuplikan cerpen yang berjudul Menanti di Surga berikut ini. Matahari setinggi tumbak itu kelihatan bersinar terang benderang di ufuk timur. Hari Selasa pagi nan cerah itu, Saleh dan Salehah pamit ibu bapaknya untuk pergi ke Larandaka. Jarak dari Andalusia ke Larandaka memang tidak terlalu jauh, hanya sekitar 40 Km. Tapi berhubung jalannya yang sempit dan penuh kendaraan besar, mereka pun memilih naik sepeda motor. Tampak, Bu Maimunah dibantu Aisyah adik Salehah membopong sekardus kue untuk oleh-oleh ke keluarga Saleh. Kardus berisi kue itu pun di letakkan di sela-sela sepeda motor. Dari cuplikan di atas, menggambarkan kebiasaan…. a. berkunjung merupakan kebiasaan yang sebaiknya dilakukan. b. membawa buah tangan jika berkunjung ke saudara karena itu merupakan adat. c. keluarga yang kompak, yang saling membantu. d. suasana di desa yang damai dan sejahtera. e. menggunakan kendaraan bermotor agar perjalanan cepat sampai. Meningkatkan kesehatan dengan makanan yang sehat merupakan hal yang sangat penting, khususnya pada lanjut usia (lansia). Oleh karena itu, bagi setiap orang, khususnya lansia, perlu menyikapi hidup, khususnya di dalam memilih makanan yang sehat sehari-hari , agar di dalam memasuki dan menjalani lansia, mereka berada dalam kondisi yang nyaman dan kualitas hidup yang baik. Pada lansia, kebutuhan energi yang menurun akibat berkurangnya aktivitas, menyebabkan perlunya pemilihan dan pengelolaan untuk mendapatkan bahanbahan makanan yang sehat karena kekurangan, kelebihan asupan energi maupun zat-zat gizi dari makanan akan sama-sama memberikan dampak yang tidak kita harapkan. Bagaimana kita menyikapi hidup, khususnya dalam perilaku makan sehari-hari agar dalam memasuki dan menjalani lansia, kita berada dalam kondisi yang sehat, nyaman, produktif dan mandiri, dan untuk itulah setiap lansia khususnya perlu memilih dan mengolah bahan-bahan makanan yang sehat.



Pemilihan bahan makanan Makan bukan hanya dimaksudkan untuk memberikan rasa kenyang, tetapi harus pula menyediakan berbagai zat makanan bagi tubuh, termasuk vitaminvitamin. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan kepada beberapa alternatif, oleh karena itu kita harus mampu memilih salah satu atau beberapa dari makanan yang tersedia. Kejelian di dalam memilih bahan makanan yang sehat adalah merupakan langkah awal yang mempunyai andil sangat besar dalam menentukan mutu akhir dari suatu hidangan yang sekaligus pula menentukan derajat kesehatan khususnya para lansia. Pemilihan bahan makanan harus beragam jenisnya, disesuaikan dengan selera dan keuangan yang dimiliki oleh para lansia. Demikian pula, mutu dari



134



155



bahan makanan yang dikonsumsi oleh para lansia dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi bahan makanan yang beraneka ragam. Setiap jenis makanan mempunyai cita rasa, tekstur (susunan), bau (aroma), campuran zat-zat makanan dan daya cernanya sendiri-sendiri. Dengan mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam maka zat-zat gizi yang terdapat di dalam hidangan akan saling melengkapi satu sama lain. Pemilihan bahan makanan tidak selamanya harus ditujukan kepada bahan yang mahal dan mewah,. karena banyak bahan makanan yang harganya murah tetapi sangat bermanfaat ditinjau dari segi gizinya. Misalnya penggunaan daging, susu, ikan dan sebagainya, karena harganya mahal dan keterbatasan keuangan pada sebahagian lansia maka dapat digantikan dengan bahan makanan seperti tahu, tempe, oncom dan lain-lain yang mempunyai harga yang jauh lebih murah namun tidak kalah nilai gizinya. Di dalam memilih bahan makanan juga perlu diperhatikan bahan-bahan makanan alami yang segar. Demikian juga, warna, bau, rasa, tekstur dan kriteria-kriteria lainnya dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai baik tidaknya suatu bahan makanan. Bahan makanan sumber vitamin umumnya terdapat pada sayur-mayur dan buah-buahan, terutama yang berdaun hijau dan kuning sampai jingga sebagai sumber vitamin C dan A. Biji-bijian dan kacang-kacangan banyak mengandung vitamin B, sedangkan tauge mengandung banyak vitamin E. Hati, daging, jeroan, telur dan susu merupakan sumber vitamin B. Jadi, hidangan yang terdiri dari berbagai jenis makanan akan mengandung segala jenis vitamin yang diperlukan dalam jumlah masing-masing yang mencukupi kebutuhan. Sebaliknya, hidangan yang hanya terdiri dari satu atau dua jenis makanan dan dikonsumsi secara terus menerus (monoton) besar kemungkinan tak dapat menyediakan semua vitamin yang diperlukan. Untuk lebih jelasnya, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1995 membuat Panduan Umum Gizi Seimbang (PUGS) sebagai berikut. * Upayakan untuk makan atau menggunakan aneka ragam bahan makanan. Dengan mengkonsumsi berbagai bahan makanan secara bergantian akan mengurangi kemungkinan kekurangan zat gizi tertentu. * Memilih sumber hidrat arang yang kompleks. Tujuannya adalah untuk menjamin kandungan cukup serat serta tidak terlalu banyak mengkonsumsi refined carbohydrates (mis. roti putih, tepung beras). * Membatasi konsumsi lemak secara berlebihan. Dianjurkan penggunaan sumber lemak nabati yang kaya akan lemak tak jenuh (lemak yang tidak merusak kesehatan ) paling tidak sama dengan sumber lemak hewani (lemak jenuh/lemak yang merusak kesehatan) agar konsumsi lemak jenuh tidak berlebihan. * Mengurangi konsumsi jajanan yang padat energi, yaitu yang banyak mengandung gula, terigu dan lemak. * Membiasakan diri untuk mengkonsumsi bahan makanan sumber protein hewani laut (sumber lemak tak jenuh omega 3 dan omega 6 serta mineral seng) misalnya, ikan secara bergantian dengan hewani darat seperti daging ayam, daging sapi yang tidak berlemak (sumber zat besi) dan protein nabati (kacang kedelai).



Soal Ringkaslah isi tabel yang kamu dengar!



Pelatihan 9 1. 2. 3.



Carilah kompetensi dasar menyimak pada kurikulum,! Buatlah alat penilaian dengan variasi berbagai rangsang seperti contoh! Buatlah rubrik (pedoman penyekoran) untuk menilai menyimak dongeng! Buatlah pertanyaan untuk menilai pemahaman isi dongeng!



154



…………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. Tahap peyelesaian cerita …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………..



(5) Teks Lisan dan Diagram/tabel Dengarkan tuturan berikut! Buatlah diagram yang menunjukkan pemenuhan persentase pasar lokal terhadap bunga anggrek! Budidaya Anggrek di Jatim ( Tuturan yang diperdengarkan) Bertani anggrek ternyata cukup menjanjikan. Dengan bertani anggrek kita mempunyai peluang besar untuk menadapatkan untung. Kebutuhan bunga anggrek di pasar lokal masih sangat besar. Permintaan yang datang cukup besar, sementara kebun-kebun anggrek tak bisa memenuhi. Tahun 1995 pasar lokal baru bisa memenuhi 12% kebutuhan pasar lokal. Tahun 1996, dapat memenuhi pasar lokal sebesar 23% . Bahkan sampai Sekarang saja masih 30-40% kebutuhan pasar lokal yang dapat dilayani petani anggrek. Untuk menutup kekurangan pasokan yang cukup besar, negara kita, terpaksa mendatangkan jenis anggrek dari luar negeri. Terutama untuk jenis bunga potong atau bunga yang dijual eceran perkuntum bunga. Bunga potong saat ini masih diimpor dari Thailand. Anggrek yang dimpor jenis anggrek silangan terbaru. Selain dari Thailand anggrek juga diimpor dari India.



(6) Teks Lisan dan Meringkas Isi yang didengar (baik secara tertulis atau secara lisan) Dengarkan tuturan berikut! Buatlah ringkasannya secara tertulis/lisan! (7) Teks Lisan berupa Perintah dan Tindakan Dengarkan perintah berikut dan lakukan pekerjaan seperti yang diperintahkan! …………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………..



(8)Diperdengarkan rincian tabel dan Meringkas Isi Tabel Rincian tabel yang diperdengarkan.



135



* Memperbanyak konsumsi sayur dan buah berwarna hijau tua dan oranye sebagai sumber serat dan anti oksidan alami. * Menggunakan garam beryodium serta mengkonsumsi air yang terjamin kebersihannya. * Membatasi penggunaan garam secara berlebihan (yang banyak pada bahan makanan diawetkan dan bahan penyedap). Pengolahan bahan makanan Memasak bahan makanan di dalam rumah tangga terdiri dari pekerjaan menyiangi bagian yang tidak dimakan, mengiris-iris atau memotong-motong, mencuci dan mengolahnya dengan mempergunakan panas. Pada buah-buahan, bagian kulit yang tidak dimakan tersebut jika dibuang, hal ini berarti membuang sebahagian kandungan vitamin yang ada di dalam buah tersebut, kecuali hanya tipis saja dibuang. Oleh karena itu, buah-buahan seperti jambu air, jambu bol, jambu biji, anggur, apel sebaiknya dimakan mentah bersama kulitnya. Pada bijibijian seperti padi dan kacang-kacangan biasanya hanya dibuang kulit luarnya saja. Pada pemotongan dan pengirisan bahan makanan mentah, sebahagian dari sel-sel makanan itu akan terpotong sehingga isinya termasuk vitamin-vitamin di dalamnya menjadi keluar dan rusak kena sinar matahari. Bahkan semakin halus diiris maka semakin banyak vitamin yang rusak. Kerusakan vitamin semakin banyak pula jika setelah diiris masih dibiarkan beberapa lama baru dimasak. Pada pencucian sayuran mentah yang telah diiris, vitamin yang larut di dalam air terutama vitamin B dan C akan larut sebahagian dan ikut terbuang dengan air pencuci. Demikian juga, mencuci beras dengan air banyak dan dilakukan beberapa kali, dapat mengurangi kadar vitamin dalam jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu, pada beras yang berkualitas baik, biasanya sudah cukup bersih, sehingga pencucian tidak perlu dengan air banyak dan diaduk-aduk lama untuk menghilangkan debu yang tercampur seperti pada zaman dahulu, karena hal ini dapat membuang vitamin B dalam jumlah banyak. Pada pengolahan makanan dengan air panas, misalnya direbus, lebih banyak lagi vitamin-vitamin yang larut dalam air terbuang dalam air rebusan. Pemanasan itu sendiri misalnya sayur dapat merusak berbagai vitamin, seperti vitamin A dan Cterutama jika pemanasan dilakukan dalam panci terbuka tanpa tutup, karena dapat dioksidasi oleh udara bebas. Memasak sayur yang baik adalah dengan mendidihkan air terlebih dahulu, baru kemudian sayur tadi dimasukkan ke dalam panci dan tidak terlalu lama dimasak. Selain itu, ion-ion logam yang terlepas dari alat pemasak yang dibuat dari bahan logam akan memudahkan terjadinya kerusakan oleh oksidasi dari berbagai vitamin, seperti vitamin A, C dan B. Alat pemasak logam sebaiknya dilapisi bahan panci. Makanan yang mengandung kuah, sebaiknya dimakan bersama kuahnya agar vitamin yang larut di dalam kuahnya tidak terbuang. Juga, kebiasaan memanaskan makanan berkali-kali menyebabkan kerusakan berbagai vitamin yang lebih banyak. Oleh karena itu, dianjurkan untuk memasak sayur segera sebelum dikonsumsi. Bubur kacang hijau dan ketan hitam yang banyak dijumpai dijual di kota-kota



136



153



besar juga merugikan kandungan vitamin yang terdapat di dalamnya, karena bubur ini biasanya dibuat dalam jumlah yang banyak dan dipanaskan secara terus menerus sepanjang hari untuk dihidangkan kepada para pembeli, demikian juga makanan lainnya yang dipanaskan secara terus menerus.



(2)Teks Lisan dan Gambar



Pada pengolahan dengan mengeringkan secara menjemur di panas matahari juga terjadi kerusakan vitamin-vitamin yang dikandungnya oleh oksidasi sinar matahari, seperti ikan asin, pisang sale, dendeng



(Rangsang yang diperdengarkan sebagai berikut). Penjual soto sedang melayani pembeli



Perlakuan-perlakuan pada proses pengolahan bahan makanan yang dapat menurunkan nilai gizinya adalah pemotongan, pencucian, penggorengan, pemanasan, perebusan, suhu tinggi, cahaya, oksidasi dan keadaan asam atau basa.. Makin lama suatu bahan makanan dimasak, makin banyak vitamin yang hilang dari bahan tersebut, terutama vitamin yang sifatnya tidak tahan terhadap panas. Vitamin C mudah sekali rusak karena panas waktu pemasakan atau karena pengaruh sinar matahari. Kerusakan vitamin C karena pemasakan dapat mencapai 90 %. Untuk mengurangi kerusakan ini, sebaiknya sayuran dimasukkan ke dalam panci yang airnya telah mendidih sehingga waktu pemasukan tidak terlalu lama. Untuk vitamin yang mudah larut di dalam air, seperti vitamin B dan C, penggunaan air pemasak harus sesedikit mungkin. Pencucian bahan harus dilakukan sebelum bahan tersebut dipotong-potong. Kuah sayur sebaiknya jangan dibuang, karena kemungkinan vitamin banyak larut di dalamnya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanasan dengan uap atau pemasakan dengan tekanan menyebabkan kehilangan vitamin C yang lebih besar daripada yang dididihkan di dalam air. Suatu penelitian lain menunjukkan bahwa memasak beras menjadi nasi dengan cara dikukus mengakibatkan penurunan kandungan vitamin B 1 sebanyak 5 persen, sedangkan memasak dengan cara direbus mengakibatkan kehilangan yang lebih besar. Untuk vitamin-vitamin yang larut dalam lemak biasanya lebih tahan terhadap pengaruh pemanasan. Akan tetapi suhu pemanasan yang tinggi dengan adanya oksigen mengakibatkan vitamin yang larut di dalam lemak cenderung rusak, karena struktur kimianya yang banyak mengandung ikatan rangkap.



Simaklah pernyataan berikut dengan cermat kemudian pilihlah gambar yang sesuai!



Soal tertulis Gambar yang cocok dengan informasi yang kamu dengan adalah …….. (3) Teks Lisan dan Cloze Dengarkan tuturan berikut (diperdengarkan tuturan tentang SARS) Isilah bagian yang rumpang berikut sesuai dengan apa yang telah kamu dengar! .SARS pertama kali ditemukan di Propinsi Guangdong, Republik Rakyat Cina. Seorang (1) …….. .. yang terjangkit penyakit SARS berkunjung ke (2) …….. pada bulan Februari. Mereka kemudian menularkan ke Vietnam, Kanada, Singapura, dan kepada orang-orang di Hongkong. Severe acute respiratory syndrome (SARS) atau corona virus pneumonia (CVP) adalah kasus dugaan, yakni seseorang menderita demam di atas (3) ….. derajat Celsius disertai masalah (4)…………….. , batuk kering, tenggorokan sakit, tersengal-sengal, ngilu otot, serta sakit kepala yang disebabkan strain virus baru corona virus. Virus ini bersifat (5) …….. yang biasanya menyerang saluran pernapasan atas dan menyebabkan selesma. Pneumonia merupakan semacam ……… yang menyebabkan paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen berkurang. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), SARS menyebar seperti flu atau radang paru, melalui ………. yang melayang di udara atau cairan tubuh. Masa inkubasinya antara dua hingga ……….. Namun, penyakit ini hanya menyerang orang-orang yang langsung dan intens berhubungan dengan mereka yang sakit.



Beberapa upaya yang perlu dilakukan dan mendapat perhatian agar kekurangan vitamin C dapat dihindari adalah : * Sumber vitamin C yang penting di dalam makanan terutama berasal dari buahbuahan dan sayur-sayuran, sedangkan bahan makanan yang berasal dari hewani pada umumnya tidak merupakan sumber yang kaya akan vitamin C. Sayuran segar mengandung kadar vitamin C yang lebih sedikit dibandingkan dengan buahbuahan. Kadar vitamin C di dalam berbagai tumbuhan sangat bervariasi. Dalam sesuatu buah sumber vitamin C, kadar vitamin ini lebih banyak terdapat pada bahagian kulitnya dibandingkan bahagian dagingnya, dan bahagian dari buah yang paling sedikit mengandung vitamin C adalah bijinya. Juga, pada buah yang sama jenisnya didapati pula perbedaan kadar vitamin C karena perbedaan lingkungan tempat tumbuh, pemakaian berbagai jenis pupuk, tingkat kematangan buah dan lain-lain. Oleh karena itu, perbedaan kadar vitamin C yang terdapat di dalam sesuatu buah harus diperhatikan. * Vitamin C sangat mudah rusak pada penyimpanan dan pemanasan/pemasakan



(4) Teks Lisan dan Urutan Kronologis Dengarkan cerita berikut! Lengkapilah urutan kronologis berikut. Tahap awal cerita …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. Tahap klimaks …………………………………………………………………….. …………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………..



152



137



serta berbagai proses teknologi pangan, sehingga di dalam hidangan, vitamin C yang tersisa jauh lebih kecil kadarnya dibandingkan dengan kadarnya di dalam bahan makanan yang segar sebelum mengalami pemasakan atau penanganan lainnya.



2. Model-model Tes dalam Penilaian Kemampuan Menyimak (1) Teks Lisan dengan Pertanyaan Simak wacana berikut kemudian jawablah beberapa pertanyaan tentang isi bacaan dengan tepat! SARS pertama kali ditemukan di Propinsi Guangdong, Republik Rakyat Cina. Seorang dokter Cina yang terjangkit penyakit SARS berkunjung ke Hongkong pada bulan Februari. Mereka kemudian menularkan ke Vietnam, Kanada, Singapura, dan kepada orang-orang di Hongkong. Severe acute respiratory syndrome (SARS) atau corona virus pneumonia (CVP) adalah kasus dugaan, yakni seseorang menderita demam di atas 38 derajat Celsius disertai masalah pernapasan, batuk kering, tenggorokan sakit, sulit bernapas, tersengat-sengat, ngilu otot, serta sakit kepala yang disebabkan strain virus baru corona virus. Virus ini bersifat menular yang biasanya menyerang saluran pernapasan atas dan menyebabkan selesma. Pneumonia merupakan semacam infeksi yang menyebabkan paru meradang. Kantungkantung udaradalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen berkurang. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), SARS menyebar seperti flu atau radang paru, melalui partikel yang melayang di udara atau cairan tubuh. Masa inkubasinya antara dua hingga tujuh hari. Namun, penyakit ini hanya menyerang orang-orang yang langsung dan intens berhubungan dengan mereka yang sakit. Pertanyaan yang diperdengarkan a. Sebutkan gejala orang yang terserang virus SARS! b. Bagaimana awal mula ditemukannya SARS? c. “Masa inkubasi SARS antara dua hingga tujuh hari.” Jelaskan maksud pernyataan tersebut! d. Mengapa orang yang terserang SARS mengalami sesak napas dan tersengal-sengal? e. Apa yang harus dilakukan agar tidak tertular SARS? f. Setujukah Anda jika penderita SARS dikucilkan? g. Apa yang harus Anda lakukan jika salah seorang anggota keluarga Anda terserang SARS? h. Menurut Anda, apa judul yang cocok untuk wacana tersebut?



Misalnya, sayur-sayuran berwarna hijau yang segar sebenarnya mempunyai kadar vitamin C yang cukup tinggi, tetapi setelah daunnya layu maka sebahagian besar dari vitamin C yang terdapat di dalam sayuran tersebut menjadi rusak dan hilang. Oleh karena itu, penyimpanan pada suhu rendah (di lemari es) dan pemasakan yang tidak sampai menyebabkan daun menjadi layu dan berubah warnanya, perlu dilakukan agar selain daripada mendapatkan hidangan yang sehat juga tidak sampai merusak atau menghilangkan sebahagian besar kadar vitamin C yang terkandung di dalam hidangan tersebut. * Vitamin C merupakan vitamin yang mudah sekali larut di dalam air, oleh karena itu, pada waktu merajang/mengiris-iris, mencuci dan merebus bahan makanan yang mengandung vitamin C maka makanan tersebut akan kehilangan sebahagian besar kadar vitamin C yang dikandungnya ke dalam air pencuci atau perebus, yang kemudian menjadi rusak pula oleh adanya proses oksidasi oleh udara luar, terutama jika dipanaskan. Merebus atau memanaskan bahan makanan sumber vitamin C di dalam panci yang terbuka bukanlah cara memasak yang dianjurkan. Sebaiknya, terlebih dahulu dididihkan air di dalam panci, lalu memasukkan sayuran setelah air mendidih dan diberi bertutup pancinya. Adanya ion-ion (zat-zat yang bermuatan listrik) yang dilepaskan oleh bahan logam dari panci tersebut juga dapat mempercepat kerusakan vitamin C yang terhadap di dalam bahan makanan karena terjadinya proses oksidasi. Memanaskan hidangan beberapa kali atau menghangatkannya sebelum disantap, menyebabkan kerusakan vitamin yang terdapat di dalam hidangan tersebut. Oleh karena itu, dengan cara mengolah makanan yang baik, dapat mempertahankan kadar vitamin C di dalam sesuatu bahan makanan masih tetap tinggi, sehingga risiko untuk mengalami kekurangan vitamin C dapat dihindari atau dikurangi. Pemilihan sayuran dan buah-buahan sebaiknya dipilih dari bahanbahan yang berwarna terang atau gelap (hijau, merah, kuning, jingga, ungu atau oranye), karena warna yang pekat menunjukkan kandungan zat gizi khususnya vitamin yang lebih tinggi dibandingkan dengan warna yang pucat. Penggunaan makanan dalam kaleng sebaiknya tidak dilakukan, tetapi jika terpaksa dilakukan maka hendaknya diperiksa secara seksama tanggal kedaluarsa dan keadaan kaleng. Kaleng dengan penampakan yang tidak bagus, seperti kembung, peot, buram, bocor dan lain-lain supaya tidak dipilih, karena kaleng yang demikian dapat mencerminkan rusaknya isi kaleng, sehingga tidak layak lagi untuk di konsumsi. Penambahan bahan-bahan kimiawi ke dalam makanan yang berbahaya supaya dihindari, seperti zat warna, pemanis buatan (sakharin), bahan pengawet dan lainlain, bahkan adakalanya zat-zat yang ditambahkan tersebut dapat memicu terjadinya kanker (dr.Pirma Siburian Sp PD, dokter spesialis penyakit dalam yang mendalami penyakit lansia/Geriatri). () B. Menjawab Pertanyaan Terkait dengan Isi Teks



138



151



Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu huruf dari empat pilihan jawaban yang menurutmu paling tepat! 1. Aspek penting yang harus diperhatikan para lansia agar mendapatkan kualitas hidup yang baik di usia senja, menurut bacaan di atas adalah... A. Pemilihan dan pengolahan makanan sehat B. Pemilihan makanan sehat. C. Kebutuhan energi D. Peningkatan aktivitas E. Pemilihan menu.



3.



Ketepatan simpulan



Lembar Observasi No. Nama



keseluruhan yang ada pada khotbah/ceramah? Apakah simpulan yang dibuat merangkum keseluruhan detail isi dan merupakan hal yang inti?



ketekunan



kerjasama



2. Bagi lansia, pemilihan makanan menentukan tingkat kesehatannya karena... A. Kelebihan energi/zat gizi berdampak negatif bagi lansia B. Kekurangan energi/zat gizi berdampak negatif bagi lanzia C. Kelebihan energi/zat gizi berdampak positif bagi lansia D. Kekurangan energi/zat gizi berdampak positif bagi lanzia E. Kelebihan/kekurangan energi/zat gizi berdampak negatif bagi lanzia. 3. Dalam Pemilihan makanan yang ditekankan adalah... A. Jumlah energi B. Jumlah kandungan gizi C. Jumlah aktivitas D. Jumlah keseringan makan E. Jumlah porsi makan 4. Mutu dari bahan makanan yang dikonsumsi oleh para lansia dapat diperbaiki dengan ... A. Mengonsumsi beraneka ragam makanan.



keaktifan menyimpulakn/ mengajukan pertanyaan



keberanian



Jurnal Penulisan jurnal yang berkaitan dengan pembelajaran menyimak dicontohkan berikut. Nama ….. …….. tanggal ……………… Judul yang disimak ………………….



B. Mengonsumsi makanan dalam porsi besar. C. Mengonsumsi sesering mungkin makanan. D. Mengunyah makanan sebanyak-banyaknya. E. Menyajikan beraneka ragam makanan.



5. Menurut bacaan di atas, biji-bijian banyak mengandung vitamin... A. A



1. Yang saya pahami dari simakan………………………………………………. 2. Bagian simakan yang saya sukai dan alasannya ……………………………………………………… 3. Bagian yang tidak saya pahami atau tidak saya sukai ……………………………. 4. Yang saya harapkan dari pembelajaran menyimak ………………………………… 5. Kesulitan yang saya alami dalam menyimak …………………………



Pelatihan 8 Dari skenario tersebut isilah tabel berikut dengan berdiskusi!



B. B C. C D. D E. E



No. indikator yang dinilai



informasi yang akan didapatkan



alat yang digunakan



cara/ waktu mengambil data penilaian



150



139 6. Sayur-sayuran berwarna hijau dan buah-buahan berwarna kuning merupakan sumber vitamin ...



dalam pembelajaran dan manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut Inti 1. Guru memberikan memperdengarkan khotbah dan siswa secara berkelompok mencatat isi khotbah dan urutan penyajian isinya 2. Siswa setiap kelompok menyampaikan simpulan isi khotbah dengan menunjukkan bukti yang mendukung simpulan. 3. Setiap kelompok membandingkan simpulan yang ditemukan dan menentukan mana yang paling baik. 4. Siswa secara individual diberi tugas mendengarkan ceramah dan mencatat rincian serta simpulan ceramah 5. Hasil dinilai bersama (lihat rubrik memahami khotbah/ceramah di bawah skenario ini) 6. Guru dan siswa mengukuhkan simpulan cara efektif mendengarkan khotbah/ceramah dan cara menyimpulkan isi ceramah/khotbah



A. A dan B B. A dan C C. A dan E D. B dan C E. C dan B 7.Kegiatan berikut ini yang tidak termasuk kategori pengolahan bahan makanan adalah ... A. Pemotongan B. Perebusan C. Pemanasan D. Penggorengan E. Pengemasan 8.Cara merebus sayur yang paling baik menurut bacaan di atas adalah ... A. Air dididihkan, sayur dimasukkan, panci dibuka



Penutup Refleksi



B. Air dan sayur dimasukkan bersama-sama,panci ditutup C. Air dididihkan, sayur dimasukkan, panci ditutup. D. Air dan sayur dimasukkan bersama-sama, panci dibuka. E. Air dipanaskan, sayur dimasukkan, panci boleh dibuka/ditutup. 9.Tips-tips dalam bacaan di atas difokuskan untuk para ... A. Lansia



TITIK



B. Anak-anak



Alat Penilaian yang digunakan guru berupa rubrik menyimak khutbah berikut.



C. Remaja



No.



D. Dewasa



Aspek yang Dinilai



Pertanyaan Pemandu



Skor 1



1.



2.



Kesesuaian isi dengan khotbah/ceramah yang didengarkan Kelengkapan isi



Apakah semua rincian yang dicatat siswa sesuai dengan isi ceramah/khotbah? Apakah hal penting yang dicatat siswa lengkap sesuai dengan butir-butir



2



3



4



E. Segala usia 10.Tema yang paling tepat sesuai dengan isi bacaan di atas adalah... A. Tips memilih dan mengolah makanan sehat bagi lansia. B. Tips mengolah makanan bagi lansia. C. Tips memilih makanan bagi lansia D. Tips mengolah dan memilih makanan E. Hidup sehat di usia senja



140



Kegiatan Kreatif



149



G.. Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Menyimak



Lakukanlah kegiatan berikut! 1. Ukurlah kecepatan membacamu dengan prosedur berikut! 1) Catat berapa detik kamu perlukan untuk menyelesaikan membaca bacaan di atas! 2) Setelah kamu menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan bacaan di atas,cobalah kamu cocokkan jawabanmu dengan kunci jawaban berikut!



K



B (60) X = ………Kpm 2) Hitunglah berapa jawaban benar yang kamu peroleh, kemudian kalikan dengan 10. Wd SM KUNCI JAWABAN: Itulah skor yang kamu peroleh. Skor maksimal adalah 100. 1. A 2. E 3. B 4. A 5. B 6.B 7 E 8 C 9. A 10. A



Indikator Keterampilan mmampu mengidentifikasi tanda penghubung/ kohesi antarlarik/ antarperistiwa 20) Mampu mengidentifikasi kata-kata kunci 21) Mampu mengidentifikasi makna kata 22) Mampu menentukan makna kalimat 23) Mampu membedakan tekanan, nada, dan intonasi 24) Mampu mengidentifikasi makna tanda-tanda kohesi secara lisan 25) Mampu menentukan makna intonasi dan suprasegmental yang lain



3) Cobalah kamu hitung tingkat kecepatan membacamu (KMC) dengan rumus berikut!



Keterampilan makro K



B (60)



WD



X



= ……….Kpm SM



Keterangan: K : Jumlah kata yang dibaca Wd : Waktu tempuh baca (dalam detik) B : Skor yang diperoleh SM : Skor maksimal Kpm : Kata per menit Contoh penghitungan: Jika K : 242 kata WD : 65 detik B : 80 SM : 100 Maka : 242 (60) X 80 = 178 kata per menit 65 100



1.



Temukan simpulan tentang kecepatan membacamu!



1.Mampu mengidentifikasi makna tersurat 2. Mampu mengidentifikasi detail isi 3. Mampu mengidentifikasi urutan 4. Mampu membandingkan 5. Mampu menentukan hubungan sebab-akibat, hubungan contoh, hubungan pertentangan, hubungan penambahan, dan sebagainya. 6. Mampu memprediksi isi 7. Mampu menyimpulkan konteks wacana 8. Mampu mengidentifikasi hal-hal tersirat 9. Mampu mengorganisasikan isi (membedakan ide pokok dan ide penjelas, 10. Mampu menganalisis isi 11. Mampu menilai isi yang didengar 12. Mampu menunjukkan bukti-bukti yang mendukung pendapat 13. Mampu membedakan opini dan fakta 14. Mampu mengidentifikasi tujuan penulisan (maksud penulis) 15. Mampu mengkritisi dari segi isi dan bahasa



Contoh simpulan  Kemampuan membaca saya masih rendah karena belum mencapai 300 kata per menit.



1. Mengamati Pelaksanaan Penilaian dalam Pembelajaran Menyimak C. Berlatih Menemukan Gagasan Pokok Teks Tahukah kamu? 1. Kecepatan dalam membaca memang penting, namun tidak semua teks harus dibaca dengan cepat. Jika kamu membaca teks dokumen penting, tentu kamu harus membacanya secara cermat dan tidak boleh tergesa-gesa seperti membaca koran untuk tujuan rekreatif. Setiap orang memang harus selalu meningkatkan kecepatan membacanya, namun riset menunjukkan bahwa pembaca yang baik adalah pembaca yang fleksibel, yaitu orang yang dapat menyesuaikan kecepatan membacanya sesuai dengan keperluannya. Nah, jika demikian untuk apa sebenarnya kemampuan membaca cepat itu diperlukan? 2. Kemampuan membaca cepat kita perlukan kalau kita ingin mendapatkan gagasan umum dari teks yang hendak kita baca. Gagasan umum itu misalnya, kita ingin tahu secara cepat garis besar isi buku/teks yang kita baca, kita ingin mengetahui secara cepat sub-sub topik yang dibahas dalam



Amati pelaksanaan penilaian pembelajaran menyimak berikut!



No 1.



Kegiatan Pendahuluan 1. Guru menunjukkan gambar peristiwa khotbah 2. Guru menanyakan apa saja yang didapatkan dari sebuah khotbah 3. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai



waktu



Metode



148



Apakah seperti ini optionnya? Option mana yang benar? Mengapa yang lain salah? A. Kecepatan pertumbuhan tanaman B. Faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman C. Satu faktor pertumbuhan tanaman dari dalam adalah kualitas bibit D. Salah faktor pertumbuhan dari luar adalah penyiraman dan pemupukan



141



buku itu, ingin mengetahui dengan cepat kesan awal tentang kualitas isi dan bahasa buku itu, sehingga dapat dipakai sebagai acuan untuk memutuskan membeli atau tidak membeli buku itu.



3. Menilai Kemampuan Membaca Cepat Kemampuan membaca cepat yang dinilai mencakup kemampuan skimming dan scanning (membaca memindai)



SMP Kencana akan mengadakan Porseni. Kalah dan menang bukanlah tujuan utama, namun sportivitas yang perlu dijunjung tinggi. Itu himbauan kepada peserta Porseni. 9. Slogan yang tepat sesuai ilustrasi tersebut adalah .... A. Kalah - menang itu biasa, sportivitas prioritas utama B. Utamakan sikap sportif dalam setiap pertandingan C. Sportivitas bertanding cermin calon juara sejati D. Jiwa sportif menjunjung tinggi persahabatn. Apakah pilihan Jawabannya lebih dari satu?



Indikator: Melengkapi puisi dengan larik bermajas Riang terbang berkejaran ... Iringi senyum para petani Jelang musim tanam Harap panen berhasil 10. Larik bermajas yang tepat untuk melengkapi puisi tersebut adalah ... A. Canda pipit di bulir padi* B. Menggapai awan hitam C. Belalang merana beterbangan D. Bercengkerama membagi duka Apakah stem sudah tepat? Bagaimana kalau stemnya seperti ini Larik bermajas yang tepat untuk membentuk keutuhan makna puisi tersebut adalah ....



(a) Menilai Kemampuan Siswa dalam Melakukan Skimming Apa Skimming?  



Tindakan mencari gagasan pokok atau hal-hal penting dari bacaan secara cepat Keterampilan membaca yang diatur untuk mendapatkan hasil yang efisien



Kapan melakukan Skimming?  Mengenali topik bacaan atau memilih bacaan  Mengetahui pendapat seseorang secara umum  Mendapatkan bagian penting dari suatu bacaan tanpa membaca keseluruhan  Melakukan penyegaran apa yang pernah dibaca Mengapa melakukan Skimming?  Tidak semua kata dalam suatu bacaan harus dibaca untuk memahami isinya  Informasi yang diperlukan dalam suatu bacaan tergantung dari tujuan membaca  Membantu menyerap informasi yang sangat banyak dalam waktu yang terbatas Bagaimana melakukan skimming?  Memahami dan menemukan bagian-bagian dari suatu bacaan yang memuat informasi penting (misalnya memahami dan menemukan letak ide pokok dalam paragraf, memahami dan menemukan letak informasi penting dari sauatu buku, dsb.)  Melompati bagian -bagian yang tidak penting dari suatu bacaan ( contoh, illustrasi, paragraf transisi)  Detail khusus yang penting (nama, tanggal) perlu dilihat sepintas tanpa menatap lamalama  Paragraf pertama dan terakhir dari suatu wacana perlu dibaca dengan kecepatan ratarata karena umumnya berisi ringkasan bahan yang dibicarakan.



Contoh 1 Carilah gagasan pokok dari paragraf berikut secara cepat! Catat waktu yang kamu gunakan untuk menemukan gagasan pokok tersebut! Tandailah bagian-bagian yang harus dibaca dengan garis bawah!



142



147



Terbang tidak hanya menjadi monopoli burung, tetapi juga binatang lainnya. Kelelawar adalah satu-satunya mamalia yang bisa terbang. Jutaan tahun yang lalu sebelum burung pertama muncul, angkasa purba telah diramaikan oleh reptil-reptil terbang yang disebut Pterodatil. Burung pertama yang muncul di muka bumi tidak dapat terbang. Ia hanya dapat meluncur dari pepohonan dengan sayapnya yang bercakar mirip dengan tupai terbang yang hidup saat ini. Dongeng-dongeng binatang terbang sudah dikenal di hampir semua negara. Di Cina muncul kepercayaan tentang binatang bernama naga yang terbang mengarungiangkasa dengan kecepatan kilat dan membawa angin prahara yang dahsyat dan hujan yang lebat. Naga adalah ular raksasa bermata harimau, berkuku rajawali, bersisik ikan, bermulut singa, berhidung sapi jantan, bertubuh ular, dan bertanduk rusa.



pemerintah dan DPR menyelipkan pembahasan RUU tersebut sebagai salah satu bukti konkret keberpihakan kepada rakyat.



(b) Menilai Kemampuan Siswa dalam Melakukan Membaca Memindai Apa Membaca Memindai (scanning)? 



 



Teknik membaca cepat untuk menemukan informasi yang telah ditentukan pembaca (mencari nomor telepon, mencari makna kata dalam kamus/ensiklopedi, mencari entri pada indeks, menemukan angka-angka statistik, menemukan informasi tertentu yang terdapat dalam daftar) Pembaca telah menentukan kata yang dicari sebelum kegiatan membaca dilakukan. Pembaca tidak membaca bagian lain dari teks kecuali informasi yang dicaro



Kapan melakukan Scanning?  Mencari fakta khusus atau informasi dari suatu bacaan dengan format tertentu (berupa daftar, kamus, ensiklopedi, buku )  Fakta khusus atau informasi yang dicari sudah ditetapkan sebelum membaca, dan Anda ingin mencari Bagaimana melakukan scanning?  



Menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah menemukan informasi yang telah ditetapkan. Setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan keterangan lengkap dari informasi yang dicari.



Contoh Lakukan scanning terhadap program televisi di bawah ini! 1. Tulislah acara yang ditayangkan oleh stasiun tertentu pada jam tayang berikut!



No. 1. 2. 3.



Nama Acara yang Dicari Planet Satwa Dialog Pemilu Sportivo



Stasiun TV …………. ………….



Jam Tayang …………. ………….



4.



Gagasan utama tajuk tersebut adalah .... A. Kesepakatan pemerintah dan DPR mengatur Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) B. Rencana pembentukan UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) C. Pemerintah dan DPR telah abai terhadap rakyat D. Desakan agar RUU tentang BPJS segera dibahas Bagaimana caranya agar panjang option homogen? Indikator: Siswa dapat menentukan kalimat fakta dalam tajuk 5. Letak kalimat fakta pada tajuk tersebut adalah ... A. kalimat 1 paragraf I B. kalimat 3 paragraf I. C. kalimat 1 paragraf III. D. kalimat 1 paragraf IV. Sesuaikan stem soal dengan indikator? Tepatkan cara penulisan jawaban? 6. Keberpihakan penulis tajuk tersebut adalah ... A. DPR B. Pemerintah C. Rakyat D. netral Perlukan teks bacaan yang terkait dengan jawaban tersebut disunting? 7. Simpulan isi tajuk tersebut adalah ... A. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dalam UU No 40 Tahun 2004 belum disahkan. B. RUU yang sedang dibahas pemerintah dan DPR, tak ada RUU tentang BPJS. C. Salah satu amanat penting dari UU SJSN adalah pembentukan BPJS. D. Pemerintah menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu). Adakah pilihan jawaban tersebut yang tepat? Inikah pilihan jawabannya? Desakan terhadap pemerintah agar segera mengundangkan SJSN Tepatkah penulisan bacaannya? Perhatikan teks berikut Kecepatan pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dari dalam adalah kualitas dan jenis bibit. Faktor dari luar yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, antara lain suhu, cahaya, kelembapan, penyiraman, dan pemupukan. 8. Gagasan utama paragraf tersebut adalah … A. Faktor kecepatan pertumbuhan tanaman B. Faktor yang mempengaruhi tanaman C. Salah satu faktor pertumbuhan tanaman adalah kualitas bibit D. Salah faktor pertumbuhan dari luar adalah penyiraman dan pemupukan Plihan Jawabannya yang mana?



146



A. B. C. D.



undangan pergi untuk bersekolah keluarga yang menjadi penyihir perubahan kehidupan dengan dibanjiri surat ditinggal di depan rumah



Bagaimana cara menyusun option ini? 2. Tempat kejadian dalam cerita tersebut adalah... A. sekolahan B. rumah kel penyihir C. Hogwarts D. pinggir jalan



143



Catat waktu yang anda perlukan untuk mencari informasi tersebut! 2. Lakukan scanning untuk menemukan acara pa saja yang ditayangkan TVRI, Anteve, SCTV, dan RCTI pada pukul 19.30! (Catat waktu yang anda perlukan untuk mencari informasi tersebut!)



Indikator: Siswa dapat menentukan simpulan tajuk



3. Perhatikan kutipan teks berita berikut! Modus pembiusan mulai mengincar para pemudik. Pembius itu mengincar pemudik di terminal dan bandara. Untuk menjerat korbannya, mereka biasanya menyodorkan minuman dalam botol atau jamu. Setelah itu, mereka menguras harta pemudik. Salah satu korbannya adalah Hartadi (40), seorang guru, yang akan mudik ke Tegal. Oleh sebab itu, dihimbau pemudik untuk lebih waspada, terlebih bila bertemu dengan orang yang baru dikenal dan sok akrab. Isi kutipan teks berita tersebut yang tepat adalah ... A. Korban pembiusan banyak terjadi di terminal bus dan stasiun kereta api. B. Modus pembiusan biasanya menyodorkan makanan yang telah diberi obat. C. Pemudik dihimbau lebih waspada untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.* D. Seorang guru bernama Hartadi telah berhasil lolos dari tindak kejahatan pembiusan. Apakah Stem sesuai dengan indikator?



Anda dapat berlatih mengukur kecepatan membaca Anda sendiri. Untuk mengukur kecepatan membaca digunakan rumus berikut. Jumlah kata yang dibaca ___________________ x 60 = jumlah kpm (kata permenit) Jumlah detik untuk membaca



Efisienkah kutipan tajuk berikut? Setelah melalui proses panjang, pemerintah dan DPR akhirnya sepakat mengatur Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dalam UU No 40 Tahun 2004. Sistem jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sayangnya, setelah hampir lima tahun diundangkan, tak ada upaya konkret pemerintah mewujudkannya. Salah satu amanat penting dari UU itu adalah pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Badan itu merupakan gabungan empat perusahaan persero, yang kini menyelenggarakan jaminan sosial secara parsial, yakni Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen), Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri), dan Asuransi Kesehatan Indonesia (Askes). Undang-undang untuk membentuk badan itu harus disahkan paling lambat 19 Oktober 2009. Tetapi, menjelang batas waktu, tak ada tanda-tanda pembahasannya. Belakangan, muncul desakan agar pemerintah menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang. Kita menilai pemerintah dan DPR telah abai melayani rakyat. Dalam sisa masa tugas pemerintah dan DPR periode 2004-2009, kita mendesak agar RUU tentang BPJS segera dibahas. Dari 73 RUU yang kini sedang dibahas pemerintah dan DPR, memang tak ada RUU tentang BPJS. Untuk itu, kita mendorong



CONTOH Andaikan Anda membaca teks yang berisi 660 kata dalam waktu 2 menit 10 detik (130 detik), kecepatan membaca Anda 660 x 60 = 342 kata permenit. 130 Tabel Kecepatan Membaca Teks 611 kata) Waktu yang Diperlukan 60 detik 70 detik 80 detik 90 detik 100 detik 110 detik 120 detik 130 detik 140 detik



Kecepatan Membaca 611 kata/menit 523 kata/menit 458 kata/menit 407 kata/menit 366 kata/menit 333 kata/menit 305kata/menit 282 kata/menit 261kata/menit



144



150 detik 160 detik 170 detik 180 detik 190 detik 200 detik 210 detik 220 detik 230 detik 240 detik 250 detik 260 detik 270 detik 280 detik 290 detik 300 detik 310 detik 320 detik 330 detik 340 detik 350 detik 360 detik 370 detik



145



244 kata/menit 229kata/menit 215 kata/menit 203kata/menit 192kata/menit 183 kata/menit 174kata/menit 166 kata/menit 159 kata/menit 152 kata/menit 146 kata/menit 141 kata/menit 135kata/menit 130kata/menit 126kata/menit 122 kata/menit 118kata/menit 114 kata/menit 111 kata/menit 107 kata/menit 104 kata/menit 101 kata/menit 99 kata/menit



Pelatihan 7



Kisi-kisi berisi: (a) aspek yang hendak diukur, (b) indikator, (c) bentuk alat penilaian, ( c) jumlah, dan (d) bentuk soal/tugas dengan pedoman penyekorannya



(a)Berdiskusilah untuk membuat contoh alat penilaian membaca seperti contoh! Ambil kompetensi dasar membaca yang ada dalam kurikulum! (b)Amati diagram berikut! Buatlah pertanyaan yang relevan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap isi diagram (Lihat contoh penyusunan soal membaca tabel/diagram)



PRINSIP PENYUSUNAN TES OBJEKTIF DALAM EVALUASI HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA Harry Potter hidup sebagai anak biasa di keluarga paman dan bibinya. Setelah saat ia bayi ditinggal di depan rumah mereka oleh Albus Dumbledora. Orangtuanya dibunuh penyihir hitam yang sangat kuat bernama Voldemort, namun ia menghilang saat mencoba membunuh Harry. Oleh keluarga Dursley, ia diperlakukan semena-mena, karena keluarga Dursley tidak ingin keluarga Harry dan orang lain tahu bahwa mereka adalah keluarga dari penyihir. Kehidupan Harry berubah saat rumahnya dibanjiri surat sampai mereka harus mengungsi namun akhirnya Rubeus Hagrid dari Hogwarts mengantar sendiri surat tersebut yang merupakan undangan bersekolah di Hogwarts. Soal seperti ini ada dalam indikator? 1. Dari penggalan cerita tersebut yang menggambarkan realitas sosial yang jadi tokoh antagonis adalah...