6 0 1 MB
LAPORAN STUDI KASUS BESAR PENATALAKSAAN DIET PADA PASIEN DEWASA DENGAN DIAGNOSA NEFROTIK SINDROM & DYSPEPSIA RUANG RAWAT INAP TERATAI C RSUD CIAWI
Oleh Pipid Handayani 1205025055 PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan
permebialitas
glomerulus
terhadap
protein
plasma
yang
menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Sifat khusus penyakit ini adalah sering kambuh, sering gagalnya pengobatan dan timbul penyulit, baik akibat dari penyakit itu sendiri maupun oleh karena akibat pengobatannya. Penyulit yang sering terjadi pada sindrom nefrotik adalah infeksi, trombosis, gagal ginjal akut, malnutrisi gangguan pertumbuhan, hiperlipidemia, dan anemia (Betz, et al. 2009). Sindrom nefrotik pada anak merupakan penyakit ginjal anak yang paling sering ditemukan. Insiden SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7 kasus baru per 100.000 anak per tahun, dengan prevalensi berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Di negara berkembang insidensnya lebih tinggi. Di indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada anak yang berusia kurang dari 14 tahun. Perbandingan anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1 (Konsensus IDAI, 2012). Etiologi SN dibagi menjadi 3, yaitu Kongenital, primer/idiopatik, dan sekunder mengikuti penyakit sistemik, antara lain, lupus eritematosus sistemik (LES), purpura Henoch Schonlein, dll (Konsensus IDAI, 2012). Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital, sindrom nefrotik primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya sebagian besar (Β±80%) sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% diantaranya akan relaps dan sekitar 10% tidak memberi respon lagi dengan pengobatan steroid (IDAI, 2010). 1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum Melatih mahasiswa untuk memberikan asuhan gizi klinik serta meningkatkan pengetahuan dalam melakukan penatalakasanaan diet pada
2
pasien dewasa Sindrome Nefrotik diruang rawat inap Teratai C kelas 3 Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi, Bogor. 1.2.2 Tujuan Khusus 1.
Mengkaji status gizi pasien
2.
Menentukan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya
3.
Menghitung anamnesa gizi pasien selama perawatan di Rumah Sakit
1.3
4.
Menentukan jenis diet sesuai penyakitnya
5.
Melaksanakan intervensi
6.
Memberikan edukasi gizi
7.
Melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi
Metode Ruang lingkup laporan studi kasus ini mengacu pada masalah gizi di ruang rawat inap Teratai C Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi Bogor pada tanggal 18 Mei 2016 pada penyakit Sindrom Nefrotik yang di derita oleh Nn. R. F dengan menggunakan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) (NCP).
1.4
Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapat selama proses perkuliahan. 1.4.2. Bagi Pasien Memberikan informasi mengenai diet yang harus dijalankan agar dapat mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien. 1.4.3 Bagi Instalasi Gizi Memberikan informasi dan gambaran mengenai kebutuhan asupan makan pasien sesuai dengan kemampuan, penyakit, dan dietnya.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Sindrom Nefrotik Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh kelainan
glomerulus
50mg/kg/BB/24jam),
dengan
gejala
hipoalbuminemia
edema, (
dan
hiperkolesterolemia ( > 250 mg/dl). Tanda-tanda tersebut dijumpai pada kondisi rusaknya membran kapiler glomerulus yang signifikan dan menyebabkan peningkatan permebialitias membran glomerulus terhadap protein. Penyakit ini berlaku secara tiba-tiba dan berlanjut secara progresif dan tersering pada anak-anak dengan insiden tertinggi ada anak usia 3-4 tahun dengan rasio laki-laki dan perempuan 2:1. Biasanya ditemukan juga oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat. Terkadang dijumpai pula hematuria, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal. Sedimen urin bisa juga normal namun bila didapati hematuria mikroskopik (> 20 eritrosit per lapangan pandang besar) dicurigai dengan adanya lesi glomerular misalnya sklerosis glomerulus fokal. Umumnya, sindrom nefrotik diklasifikasikan menjadi sindrom nefrotik primer dan sekunder. Pada sindrom nefrotik primer terjadi kelainan pada glomerulus itu sendiri dimana faktor etiologinya tidak diketahui. Penyakit ini 90% ditemukan pada kasus anak. Pasien sindrom nefrotik primer secara klinis dapat dibagi lagi menjadi 3 kelompok yaitu sindrom nefrotik kongenital, responsif steroid dan resisten steroid. Sindrom nefrotik primer yang biasanya paling banyak menyerang anak berupa sindrom nefrotik tipe kelainan minimal dan majoriti dari mereka berumur antara 1-6 tahun dan 90-95% dari mereka memberi respon yang baik kepada terapi kortikosteroid. Pada dwasa pula, prevalensi sindrom nefrotik tipe kelainan minimal jauh lebih sedikit kasusnya berbadning pada anak-anak.
4
Sindrom nefrotik bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal dan resisten terhadap semua pengobatan. Prognosisnya buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya atau usia 1-5 tahun. Faktor prediposisi kematian sering, oleh karena infeksi, malnutrisi atau gagal ginjal. Pasien bisa diselamatkan dengan terapi agresif atau transplantasi ginjal yang dini. 2.2 Etiologi Sindrom Nefrotik Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis primer dan sekunder
akibat
infeksi,
keganasan,
penyakit
jaringan
penghubung
(connective tissue disease), obat atau toksin, dan akibat penyakit sistemik. Klasifikasi dan penyebab sindrom nefrotik didasarkan pada penyebab primer (gangguan glomerular karena umur), sekunder (penyebab sindrome nefrotik), dan sindrom nefrotik bawaan. a.
Sindrom Nefrotik Bawaan Diturunkan
sebagai
resesif
autosomal
atau
karena
reaksi
maternofetal dan resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan pertama kehidupannya atau pada usia 1-5 tahun. Faktor prediposisi kematian sering oleh karena infeksi, malnutrisi, atau gagal ginjal. Pasien bisa diselamatkan dengan terapi agresif atau transplantasi ginjal yang dini. b. Penyebab Primer Sindrom nefrotik primer dikelompokkan menurut International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC). Berdasarkan kelainan histopatologik glomerulus. Kelainan glomerulus ini sebagaibesar ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskop cahaya, dan apabila diperlukan, dengan pemeriksaan mikroskop elektron dan immunofluoresensi. Nefrotik primer yang bila berdasarkan gambaran dari histopatologinya, dapat terbagi menjadi : 1. Sindroma nefrotik kelainan minimal 2. Nefropati membranosa
5
3. Glomerulonephritis proliferative membranosa. 4. Glomerulonephritis stadium lanjut. b. Penyebab Sekunder Sindrom nefrotik sekunder timbul menyertai suatu penyakit yang telah diketahui etiologinya. Penyebab yang sering dijumpai adalah penyakit metabolik atau kongenital, infeksi, paparan toksin dan alergen, penyakit sistemik bermediasi imunologik, neoplasma. a. Infeksi : malaria, hepatitis B dan C, GNA pasca infeksi, HIV, sifilis, TB, lepra, skistosoma b. Keganasan : leukemia, Hodgkinβs disease, adenokarsinoma :paru, payudara, colon, myeloma multiple, karsinoma ginjal c. Jaringan penghubung : SLE, artritis rheumatoid, MCTD (mixed connective tissue disease) d. Metabolik : Diabetes militus, amylodosis e. Efek obat dan toksin : OAINS, preparat emas, penisilinami, probenesid, kaptopril, heroin. f. Berdasarkan respon steroid, dibedakan respon terhadap steroid (sindrom nefrotik yang sensitive terhadap steroid (SNSS) yang lazimnya berupa kelainan minimal, tidak perlu biopsy), dan resisten steroid atau SNRS yang lazimnya bukan kelainan minimal dan memerlukan biopsy.
2.3 Patofisiologi Perubahan patologis yang mendasari pada sindrom nefrotik adalah proteinuria.
Terjadinya
proteinuria
disebabkan
oleh
permeabilitas kapiler terhadap protein akibat kerusakan
peningkatan glomerulus
(kebocoran glomerulus) yang ditentukan oleh besarnya molekul dan muatan listrik, dan hanya sebagian kecil berasal dari sekresi tubulus (proteinuria tubular). Proteinuria sebagian berasal dari kebocoran glomerulus (proteinuria tubular). Perubahan integritas membran basalis glomerulus menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma dan protein utama yang dieskresikan akibat peningkatan permiabilitas membran
6
glomerulus. Sebagian besar protein dalam urin adalah albumin. Peningkatan permeabilitas glomerulus menyebabkan albuminuria dan hipoalbumineia. Sebagai akibatnya hipoalbuminemia menurunkan tekanan onkotik plasma koloid, meyebabkan peningkatan filtrasi transkapiler cairan keluar tubuh dan menigkatkan edema. Hipoalbumin disebabkan oleh hilangnya albumin melalui urine dan peningkatan katabolisme albumin di ginjal. Sintesis protein di hati biasanya meningkat (namun tidak memadai untuk mengganti kehilangan albumin dalam urin), tetapi mungkin normal menurun. Sindrom nefrotik dapat terjadi di hampir setiap penyakit renal intrinsik atau sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik dapat terjadi pada orang dewasa dan lansia. Kolesterol serum, VLDL (Very Low Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein), trigliserida meningkat sedangkan HDL (High Density Lipoprotein) dapat meningkat, normal atau meningkat. Hal ini disebabkan oleh sintesis hipoprotein lipid disentesis oleh penurunan katabolisme di perifer. Peningkatan albumin serum dan penurunan tekanan onkotik. Mekanisme terjadinya peningkatan kolesterol dan trigliserida akibat 2 faktor. Pertama, hipoproteinemia menstimulasi sintesis protein di hati termasuk lipoprotein. Kedua, katabolisme lemak terganggu sebagi akibat penurunan kadar lipoprotein lipase plasma (enzim utama yang memecah lemak diplasma darah). 2.4 Tanda dan Gejala Gejala utama yang paling umum terjadinya pembengkakan. Hal ini dapat terjadi di wajah dan sekitar mata (pembengkakan wajah), pada lengan dan kaki, terutama pada bagian kaki dan pergelangan kaki, dan didaerah perut (ascites), retensi cairan yang menyebabkan sesak nafas (efusi pleura). Gejala lainnya antara lain adalah: urin nampak berbuih, peningkatan berat badan (edema), penurunan nafsu makan, dan tekanan darah tinggi. Untuk memastikan sindrom nefrotik, dilakukan beberapa uji laboratorium, antara lain : pemeriksaan kreatinin serum, Blood Urea Nitrogen (BUN), albumin
7
darah, dan urinalis untuk melihat kadar protein dalam urin. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah., oligouria, arthalgia, ortostatik hipotensi, dan nyeri abdomen, edema generalisata, edema jelas terjadi pada kaki, namun dapat juga terjadi pada bagian muka, perut (ascites). 2.5 Hubungan Penyakit terhadap Metabolisme Zat Gizi a.
Energi Energi dalam makanan berbentuk energi kimia yang dapat diubah menjadi energi dalam bentuk yang lain. Bentuk energi yang berkaitan dengan proses-proses biologis adalah energi kimia, energi mekanik, energi panas dan energi listrik (Budiyanto, 2002). Energi dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hiup, menunjang pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik. Energi harus tersedia dalam jumlah yang cukup agar sintesis protein dapat berlangsung dan penggunaan asam amino untuk memenuhi kebutuhan energi dapat dicegah. Energi tersebut diperoleh dari hasil oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein yang ada pada makanan serta alkohol. Setiap gram karbohidrat dan protein menghasilkan energi sebesar 4Kal, lemak menghasilkan 9kal, dan alkohol menghasilkan 7kal. Metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan alkohol diatur oleh hati (Almatsier, 2010). Oleh karena itu, hati dikatakan sebagai pemegang peran utama dalam menjaga keseimbangan energi.
b.
Protein Protein adalah sumber asam amino tyang mengandung unsurunsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang, dan unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1997). Fungsi utama protein bagi tubuh yaitu membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada. Secara garis besar fungsi protein yaitu sebagai enzim, alat pengangkut dan penyimpan, pengatur pergerakan, penunjang mekanis, membangun sel-sel jaringan
8
tubuh, pertahanan tubuh, bahan bakar dan pemberi tenaga, menjaga asam basa cairan tubuh, membuat protein darah, dan media perambatan impuls saraf (Pramadhani, 2006). Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin/air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Ginjal memiliki struktur yang unik yaitu pembuluh darah dan unit penyaring. Proses penyaringan terjadi pada bagian kecil dalam ginjal, yang disebut dengan nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar satu miliar nefron. Pada nefron ini terdapat jaringan pembuluh darah kapiler (glomerulus) yang merupakan organ filtrasi, yang saling menjalin dengan saluran-saluran yang kecil, yaitu tubulus. Tubulus-tubulus ini pertama kali menerima gabungan antara zat-zat buangan dan berbagai zat kimia hasil metabolisme yang masih dapat digunakan oleh tubuh. Ginjal akan menyaring zat-zat kimia yang masih berguna bagi tubuh (natrium, fosfor, dan kalium) dan mengembalikannya ke peredaran darah dan memasukannya lagi kembali kedalam tubuh. Dengan cara demikian, ginjal turut mengatur kadar zat-zat kimia tersebut dalam tubuh. Gangguan sindrom nefrotik terdapat pada pembuluh darah kapiler pada glomerulus. Sindrom nefrotik disebabkan oleh adanya kerusakan pada pembuluh darah kapiler pada glomerulus ginjal yang bekerja menyaring sampah-sampah tubuh dan kelebihan air pada darah dan mengirimkannya ke kandung kemih sebagai urin. Bila glomerulus bekerja dengan benar, maka protein akan tetap terjaga di dalam darah dan tidak keluar bersama urin. Ginjal sehat memungkinkan < 1gram protein untuk dikeluarkan melalui urin dalam sehari. Pada sindrom nefrotik glomerulus yang rusak bisa menyebabkan 3 gram atau lebih protein masuk kedalam urine selama periode 24 jam. Sebagai akibat dari kehilangan protein, darah kekurangan jumlah normal protein darah yang diperlukan untuk mengatur cairan diseluruh tubuh. Protein bertindak seperti spons untuk menyerap cairan ke dalam aliran darah.
9
Ketika protein dalam darah menjadi rendah, cairan akan terakumulasi di jaringan tubuh sehingga menyebabkan pembengkakan.
2.5 Bahan Makanan yang Di Anjurkan dan yang Tidak Di Anjurkan
Bahan Makanan Sumber Karbohidrat
Yang dianjurkan Nasi, bihun, jagung, kentang,
Yang di batasi Roti, biskuit, dan kue-kue
makaroni, mi, tepung-tepungan, yang dimasak dengan garam singkong, ubi, selai, permen
dapur dan atau baking powder dan soda
Sumber protein
Telur ayam, Ayam tanpa kulit,
Ayam dan daging dengan
daging tidak berlemak, ikan
lemak (kulit), sosis, kornet,
segar, susu skim
daging asap, usus, babat, otak, sumsum, batasi konsumsi kuning telur, kacang-kacangan seperti kacang merah dan kacang polong yang mengandung gas dan hasil olahan kacangkacangan, seperti tempe dan tahu
Sayuran
Semua sayuran dan buah,
Sayuran dan buah yang
kecuali pasien dengan
tinggi kalium pada pasien
hiperkalimea dianjurkan yang
dengan hiperkalemia, dan
mengadung kalium rendah/
Sayuran yang mengandung
sedang dan juga Sayurang yang
gas seperti lobak, kol, sawi,
tidak mengandung gas atau
timun
yang rendah serat seperti wortel, bayam, bit, labu siam, kacang panjang muda, buncis muda, daun kangkung Lemak
Minyak zaitun, minyak jagung,
Santan kental, kelapa,
10
minyak kacang tanah, minyak
minyak kelapa, margarine,
kelapa sawit, minyak kedelai,
dan mentega rendah garam
margarin dan mentega rendah garam Minuman
Teh yang tidak kental, susu
Batasi penggunaan gula,
skim,
makanan dan minuman manis seperti: sirup, cola, limun, gula, dodol, tarcis, kolak, dan es krim
Bumbu
Bumbu jangan terlalu
Cabai merah, cabai hijau,
merangsang. Salam, laos,
lada
kunyit, bawang merah, bawang putih, dan ketumbar boleh dipakai tetapi jangan terlalu banyak
11
BAB III Kegiatan Manajemen Asuhan Gizi Klinik 1.1
Assesment
1.1.1 Riwayat Personal Nama
: Nn. R. F
No RM
: 541432-16
Ruang/tgl masuk
: TC18/ 17 Mei 2016 /03.15 WIB
DPJP
: dr. Miko SpPD
Usia
: 20 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Mahasiswi
Alamat
: Banjar Wangi 02/07, Banjar Wangi, Ciawi
Keluhan/Anamnesa
: Sesak sejak 1 hari SMRS, sakit kepala berputarputar, mual (+), nyeri ulu hati (+), bengkak Β± 1 bulan
Riwayat Penyakit
:-
Diagnosa Medis
: Nefrotik Syndrome, Dyspepsia
Penggunaan Obat yang diberikan Rumah Sakit Nama Obat
Fungsi
Efek Samping
Furosemid
Mengendalikan tekanan darah
Mulut kering, sensitif
tinggi dan edema (retensi cairan)
terhadap cahaya matahari, pusing, sakit kepala, sakit perut, penglihatan buram, merasa lelah
Omeprazole (OMZ)
Mengurangi produksi asam
Sakit kepala, konstipasi,
lambung, mencegah dan
diare, sakit perut, nyeri sendi,
mengobati gangguan pencernaan
sakit tenggorokan, kram otot,
dan nyeri ulu hati, tukak
menurunnya nafsu makan
lambung, syndrome ZollingerEllison, penyakit asam lambung atau GERD
12
Lisinopril
Mengobati hipertensi atau
Merasa pusing atau kepala
tekanan darah tinggi. Mengobati
terasa ringan saat bangkit dari
gagal jantung dan edema.
posisi duduk atau berbaring
Mencegah terjadinya stroke dan serangan jantung. Mencegah gangguan ginjal dan mata sebagai komplikasi diabetes Miniaspi
Prednison
Mencegah agregasi platelet pada
Iritasi GI, mual, muntah,
infark miokard & angina tak
perdarahan GI, tukak peptik,
stabil, mencegah serangan
serangan dispneu, reaksi
iskemik otak sepintas
kulit, trombositopenia
Mengurangi inflamasi dan reaksi
Sakit perut atau gangguan
alergi, menekan sistem kekebalan
pencernaan, merasa mual,
tubuh
infeksi jamur, mudah merasakan kebingungan, susah tidur, berat badan bertambah, kekuatan otot melemah dan merasa letih atau lemah, menstruasi tidak teratur
Berdasarkan diagnosa medis, OS menderita Nefrotik Syndrome dan Dyspepsia. Nefrotik syndrom adalah gangguan ginjal yang menyebabkan tubuh manusia kehilangan banyak protein didalam urine. Penyakit ini biasanya disertai dengan gejala seperti proteinuria, hipoalbuminemia, edema, efusi pleura (sesak napas), terjadi penurunan nafsu makan. Sama seperti gejala yang dirasakan os. Os juga mengalami edema, proteinuriam hipoalbuminemia, efusi pleura (sesak napas) dan juga os mengalami penuruan nafsu makan. Hal ini disebabkan oleh padatnya kegiatan os sebagai mahasiswi yang aktif mengikuti kegiatan dikampusnya dan ditambah gaya hidup os yang kurang sehat yakni yang tidak suka makan sayur dan gemar konsumsi junkfood.
13
3.1.2 Antropometri Lila
: 32 cm
TB
: 158 cm
BB dengan edema
: 71,7 kg
Edema terjadi diseluruh tubuh (kedua kaki, kedua tangan, wajah, dan perut), sehingga terjadi pengurangan berat badan sebanyak 14 kg (Retnowidiyaningsih, 2013). Bba
: 71,7 -14 kg = 57,7 kg
IMT
:
π΅π΅ (ππ) ππ΅ (ππ
:
57,7 ππ 1,58Β²π
23,11 kg/mΒ² BBI
: (TB-100) β 10% : (158-100) β 5,8 : 52,2 kg
Berdasarkan penghitungan IMT, Status gizi OS termasuk dalam kategori overweight (WHO, 2005 Asia Pasifik) sehingga OS harus mengurangi asupan makan guna mencapai berat badan idealnya. 3.1.3 Biokimia Jenis
16/5/16
17/5/16
18/5/16
Nilai Rujukan
Status
Hemoglobin
8,9
9,1
-
12-14 g/dl
Rendah
Hematokrit
31
31
-
40-48 %
Rendah
6900
7600
-
5-10 ribu/ml
Normal
460000
513000
-
150-400 ribu/ml
Tinggi
-
4,9
-
4,5-5,5 juta/ml
Normal
pemeriksaan
Leukosit Trombosit Eritrosit Protein Total
3,75
-
6,6-8,7 g/dl
Rendah
Albumin
1,29
-
2-6,5 %
Rendah
Globulin
2,46
-
1,3-2,7 g/dl
Normal
SGOT
18
-
< 37 U/I
Normal
SGPT
6
-
< 42 U/I
Normal
Ureum
20,3
-
10-50 mg/dl
Normal
14
Creatinin
0,72
-
< 1,5 mg/dl
Normal
89
-
80-120
Normal
584
< 200 mg/dl
Tinggi
Trigliserida
109
40-155 mg/dl
Normal
HDL Kolesterol
58
35-55
Tinggi
LDL Kolesterol
450
< 130 mg/dl
Tinggi
Glukosa Sewaktu Kolesterol
523
Natrium
135
134
135-147 mmol/l
Normal
Kalium
3,9
4,0
3,5-5,0
Normal
Klorida
106
106
100-106
Normal
3,6
3,4-4,7
Normal
Asam Urat
Berdasarkan hasil Laboratorium OS menunjukkan bahwa kadar Hb, Ht, Protein Total, dan Albumin Os termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan kadar Trombosit, Kolesterol, HDL kolesterol, dan LDL kolesterol termasuk dalam kategori tinggi. Penurunan nilai albumin serum akan mengakibatkan cairan dari pembuluh vaskular keluar ke jaringan-jaringan, sehingga menyebabkan edema sama seperti keadaan os yang mengalami edema diseluruh bagian tubuhnya. Hemoglobin adalah suatu substansi protein dalam sel-sel darah merah yang terdiri dari zat besi, yang merupakan pembawa oksigen. Nilai hemoglobin yang rendah berhubungan dengan masalah klinis seperti anemia dan rendahnya asupan protein, terutama protein hewani yang memiliki nilai HBV tinggi. Hematokrit adalah volume sel-sel darah merah dalam 100ml darah. Penurunan kadar Ht dapat disebabkan oleh anemia, leukimia, gagal ginjal kronis, sirosis hati, defisiensi vitamin B dan C. Rendahnya nilai protein total dapat disebabkan oleh adanya malnutisi, kelaparan, sindrom malabsorbsi, penyakit hepar kronis, kanker saluran GI, luka bakar berat, gagal ginjal kronis. Sedangkan kadar kolesterol yang tinggi dapat disebabkan oleh hiperkolesterolemia, IMA, aterosklerosis, hipotiroidisme, dm tak terkontrol, sindrom nefrotik.
15
3.1.4 Klinis Nama pemeriksaan
17/5/16
Nilai Rujukan
Status
Nadi
88
60-100x/menit
Normal
Pernapasan
18
20-30x/menit
Eupnea
Tekanan darah
100/70
110/70-120/80
Normal
mmHg Kesadaran
Compos Mentis
Berdasarkan pemeriksaan klinis, Tekanan Darah OS termasuk dalam kategori normal cenderung, RR (Respiratory Rate) termasuk dalam kategori lemah. 3.1.5 Dietary History Kebiasaan makan OS SMRS adalah OS gemar mengonsumsi junk food, hal ini dapat disebabkan oleh padatnya kegiatan yang dilakukan karena os merupakan salah satu mahasiswa disalah satu perguruan tinggi swasta di bogor. Selain gemar mengonsumsi junk food, dengan frekuensi makan 3 kali dalam seminggu dan suka mengonsumsi soft drink, selain itu os jarang mengonsumsi sayur dan konsumsi buah hanya sesekali saja. Snack yang sering dikonsumsi oleh os ialah makanan ringan dengan nilai natrium yang cukup tinggi seperti Chiki, Biskuit berbalut coklat. Pada saat dikampus biasanya os sering membeli jajanan seperti seblak, cilok, batagor dengan bumbu yang sangat pedas. Selain itu, sehari-hari os biasanya makan hanya 2 kali saja yakni sarapan dan makan sore. Berdasarkan recall 24hr, didapat kebiasaan makan SMRS os yaitu Sarapan
: Nasi goreng, teh manis
Makan sore
: Nasi, ayam goreng, sayur sop
Cemilan
: Pocky rasa strawberry, Lays rumput laut besar.
16
Hasil recall OS SMRS Waktu Makan Sarapan
Menu Makanan Nasi goreng telur Teh manis
Bahan makanan Nasi Telur ayam Minyak Gula
Makan siang
Nasi putih Ayam goreng Sayur Sop Jeruk
Nasi Ayam Sayur sop Wortel Kentang Buncis Minyak goreng Jeruk manis
Makan diluar
Ayam KFC
Cemilan
Pocky Strawberry Lays Rumput hijau
Nasi Ayam dada KFC Soda (Coca-cola) Pocky
Gr/URT 100 65 5 10 100 55 50 10 20 20 10 100 100 85 400ml 45
Lays rumput laut
TOTAL
KH 39,8 0,45 9,4 49,65 39,8 0
P 3 8,06 11,06 3 10,01
L 0,3 7,02 5 12,32 0,3 13,8
E 180 100,1 44,2 39,4 363,7 180 164
0,79 2,7 1,44 11,2 55,93 39,8 0,085 65 31
0,1 0,42 0,48 0,2 14,21 3 27,28 0 3
0,06 0,04 0,06 10 0,9 29,12 0,3 14,28 0 10
3,6 12,4 6,8 88,4 45 500,2 180 253,3 140 220
11
1
5
70
146,885 252,465
34,28 59,55
29,58 71,24
863,3 1727,2
Hasil recall 24hr OS pada saat di RS. Menu Makanan Bubur Ayam Ciawi
Bubur Fuyunghai Tahu berbumbu Sup Kimlo (wortel, jamur kuping, soun, sedap malam)
Bahan makanan Bubur
gr/URT 50
KH 19,9
P 1,5
L 0,15
E 90
Ayam Kacang kedele Kerupuk Minyak
10 5 7 10
Bubur Telur Minyak Tahu Minyak Wortel
30 15 2,5 10 2,5 20
0 1,245 5,3 26,445 7,8 0,105 0,08 0,07 1,6
1,82 2,02 0,7 6,04 0,72 1,86 1,09 1,24 0,2
2,5 0,835 0,1 10 13,585 0,12 1,62 2,5 0,47 1,08 0,12
29,8 19,05 25,5 88,4 252,75 36 23,1 22,1 8 15,4 7,2
5 0
3,23 0
0,8 0
0,045 0
14,7 0
Jamur Soun
17
Pepaya Snack Bubur Ayam ungkep Sayur asem
Tempe bacem Jeruk Teh manis Biskuit
Sedap malam Minyak Pepaya Kue Lumpur
0 2,5 87 47
Bubur Ayam Minyak Labu siam Kacang panjang Kacang merah Tempe Minyak Jeruk manis
25 15 2,5 10 5 3 20 2,5 90
Gula Roma gandum Total
10 29
0 10,164 20,72 43,769 6,5 0 0,67 0,265 0,741 1,82 10,08 20,076 9,4 19 118,69
0 0,435 1,692 8,052 0,6 2,73 0,06 0,115 0,3 2,8 0,81 7,415 0 2 23,507
0 2,5 5,17 13,625 0,1 3,75 2,5 0,01 0,0005 0,03 1,54 2,5 0,18 10,610 0 7 44,82
0 22,1 40,02 136,77 325,39 30 44,7 22,1 3 1,55 4,32 30 22,1 40,5 178,27 39,4 150 945,81
Berdasarkan asupan os saat sebelum masuk rumah sakit dan saat os sudah masuk rumah sakit. Terdapat perbedaan jumlah asupan makanan os yang cukup signifikan dimana asupan os saat SMRS adalah sebesar 1727,2 kkal untuk energi, KH 252,465 gr, P 59,55 gr, Lemak 71,24 gr. Sedangkan asupan os pada saat dirumah sakit mengalami penurunan asupan yakni hanya sebesar 945,81kkal, Karbohidrat 118,69 g, Protein 23,507 g, dan Lemak 44,82 g. Hal ini disebabkan oleh adanya mual pada os dan penurunan nafsu makan os. Kebutuhan Zat Gizi Energi Protein Lemak KH
Asupan SMRS
1827 kkal 52,2 gr 30,45 gr 221,98gr Analisis
1727,2 59,55 71,24 252,465
MRS 945,81 23,507 44,82 118,69
Keterangan
Presentase SMRS
MRS
94,5 % 114 % 175,5 % 85,3 %
53,6% 46,6% 114,3% 39,3%
Defisit berat Defisit berat Normal Defisit berat
Berdasarkan hasil perhitungan persentase asupan, persentase asupan energi, protein, lemak, dan protein SMRS Os berkategori defisit berat. Klasifikasi Perbandingan Tingkat Asupan dengan Kebutuhan Kategori Persentase Di atas kebutuhan >120% Normal 90-119% Defisit ringan 80-89% Defisit sedang 70-79% Defisit berat