Budaya Dalam Praktik Kebidanan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BUDAYA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN



Disusun Oleh : Alya Aulia Rahmayani NIM G2E020003 Fira Maharani Efendi NIM G2E020018 Hawa Nurjannatu Naim NIM G2E020010



PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Budaya dalam Praktik Kebidanan” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada matakuliah Asuhan Kebidanan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Budaya dalam Praktik Kebidanan bagi para pembaca dan juga penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Nurjanah, S.SiT, M.Kes, selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Semarang, 7 Oktober 2020



Penyusun



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………….……….…………………………………………......i KATA PENGANTAR ………….………………………………………….. ……….ii DAFTAR ISI …………………….…………………………………………………..iii BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. ……….1 A. Latar Belakang ….…….………………………………………………………1 B. Tujuan ….………………………………………..………..............................2 C. Lingkup Mata Kuliah……….………………………………………………….2 BAB II LANDASAN TEORI ………….……………………..………….... ..……...3 A. Pengertian Kebudayaan……………………………………………………… 3 B. Pengertian Praktik Kebidanan…................................................................4 C. Budaya dalam Praktik Kebidanan…….. ……..……………………….……..4 BAB III PEMBAHASAN ……………..…..…………………………………………9 A. Ketersediaan Pangan di Desa Tiripan yang Membangun Pola Makan …9 B. Kesimpulan pada Kasus yang ada di Desa Tiripan………………………..11 BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………..13 A. Kesimpulan ……………………………………………………………….........13 B. Saran …………………………………………………………………………….14 DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku, ras, agama, dan antargolongan. Dengan begitu Indonesia pun kaya akan budaya. Kebudayaan di Indonesia ada kebudayaan material dan nonmaterial. Budaya material adalah hasil kebudayaan fisik yang diciptakan oleh manusia,misalnya senjata, rumah adat, alat transportasi, dsb. Budaya nonmaterial adalah kebudayaan yang berupa ide atau gagasan yang berbentuk abstrak dan tidak berwujud fisik, misalnya nilai dan kepercayaan. Salah satunya dalam budaya praktik kebidanan. Budaya atau kebiasaan



dalam



praktik



kebidanan



merupakan



salah



satu



yang



mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun adatistiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan. Salah satu hal yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh sosial budaya yang turun menurun masih



dianut



sampai



saat



ini.Selain



itu ditemukan pula



sejumlah



pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya. Pada salah satu provinsi di Indonesia yaitu di Bali pasti setelah melahirkan ada upacara adat yang dilaksanakan. Upacara yang dilakukan tersebut pasti berbeda dengan upacara yang diadakan di Jawa Barat. Masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak serta hambatan



1



dalam upaya penurunan Angka Kematian Bayi sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka tinggal pula. B. Tujuan Untuk mengetahui aspek sosial budaya dalam yang berkaitan dengan peran seorang bidan. C. Lingkup Mata Kuliah Ketepatan menjelaskan dan menerapkan budaya-budaya dalam praktik kebidanan.



2



BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kebudayaan Kata kebudayaan asalnya dari bahasa Sansekerta budhayah. Dalam Sansekerta budhayah berasal dari kata budhi yang mempunyai arti akal atau budi atau hal yang berhubungan dengan akal. Kata budhayah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi budaya. Budaya berasal dari dua kata yaitu budi dan daya. Budi bermakna rasa, karsa, dan cipta, sedangkan daya mempunyai arti hasil. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil dari rasa, karsa, dan cipta. Dalam bahasa Inggris kata budaya sama artinya dengan culture. Jika dalam bahasa Belanda budaya adalah cultuur. Asal-usul dari kata culture adalah colera yang berasal dari bahasa Latin. Makna dari kata ini adalah mengerjakan, menyuburkan, atau mengolah. Culture juga bisa diartikan sebagai semua daya tindakan dan aktivitas manusia yang berhubungan dengan pengolahan alam dan tanah. Dalam KBBI juga terdapat kata kebudayaan yang mempunyai makna hasil penciptaan akal budi manusia. Sedangkan, jika dilihat dari sudut pandang antropologi kebudayaan bermakna sebagai semua pengetahuan yang dimiliki oleh makhluk sosial yang digunakan untuk pedoman dalam bertingkah laku. Bapak Pendidikan (Ki Hajar Dewantara) mengungkapkan bahwa kebudayaan adalah buah atau hasil dari budi manusia. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kebudayaan adalah hasil dari perjuangan manusia terhadap pengaruh alam dan zaman.



3



Kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adatistiadat, dan lain kemampuankemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E. B. Taylor) Pengertian kebudayaan secara umum adalah hasil olahan tingkah laku manusia yang dijadikan sebagai pedoman hidup masyarakat. Kebudayaan juga bisa diartikan sebagai hasil dari cipta dan rasa dari manusia. B. Pengertian Praktik Kebidanan Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan



yang



bersifat



otonom,



kepada



perempuan,



keluarga



dan



komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan. (Wikipedia) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin dan praktik bidan, BAB I Pasal 1, Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan. C. Budaya dalam Praktik Kebidanan Beberapa perilaku dan aspek budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Health believe Adalah tradisi- tradisi yang diberlakukan secara turun- menurun dalam. Contohnya: dalam pemberian makanan pada bayi, di daerah Nusa Tenggara Barat ada pemberian nasi papah atau di jawa dengan tradisi nasi pisang. 2. Life style



4



Adalah



gaya



hidup



yang



berpengaruh



terhadap



kesehatan.



Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok



3. Health seeking behaviour Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang mempercayai apabila seseorang sakit tidak perlu ke pelayanan kesehatan akan tetapi cukup dengan membeli obat di warung atau mendatangi dukun. a)



Kebudayaan yang Dianut oleh Masyarakat Indonesia pada Masa Kehamilan Bicara soal “upacara adat yang dikhususkan bagi ibu hamil” terutama selama melalui masa kehamilan sangat penting untuk kita ketahui. Hal ini merupakan dukungan psikologis, fisik, dan sosial yang luar biasa dan diwariskan secara turun temurun. Didalamnya juga terkandung nilai-nilai spiritual yang disesuaikan dengan agama masingmasing. Upacara adat bagi ibu hamil juga akan memberi rasa percaya diri, menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran menjadi seorang ibu, mengubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh  selama kehamilan, meningkatkan rasa aman dan perasaan dihargai. Orang Jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering menitik beratkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa kehamilan, sehingga di dalam adat-istiadat yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi. Biasanya upcara dimulai sejak usia ketujuh bulan kandungan ibu sampai pada saat kelahirannya, walaupun ada pula sebagian kecil masyarakat yang telah melakukannya sejak janin di kandungan ibu berusia 3 bulan. Upacara-upacara adat Jawa bertujuan mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya itu upacara mitoni, procotan, dan brokohan



5



Selain di Jawa setiap daerah juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda di kalangan masyarakat terhadap kesehatan ibu. Berikut budaya yang ada di beberapa daerah terhadap kesehatan ibu hamil:



a)



Jawa Tengah Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan banyak.



b)



Jawa Barat Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecildan mudah dilahirkan.



c)



Masyarakat Betawi Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang, dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.



b) Kebudayaan yang Dianut oleh Masyarakat Indonesia pada Proses Persalinan Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan kebudayaan ibu bersalin yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern. Beberapa hal yang dilakukan oleh masyarakat pada ibu bersalin: a)



Meminum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas. Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Rumput Fatimah atau biasa disebut Labisia pumila ini, berdasarkan kajian obatobatan tradisional di Sabah, Malaysia padatahun 1988, dikatakan mengandung



hormone



oksitosin



yang



dapat



membantu



menimbulkan kontraksi. Tetapi apa kandungan dan seberapa takarannya belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan ke dokter dahulu sebelum meminumnya. Karena, rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai



3-5 cm,



letak bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau



6



tipis dan posisi ubun-ubun kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. b)



Makan duren, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan.ini benar karena bisa mengakibatkan perdarahan atau keguguran. Duren mengandung alcohol yang menimbulkan rasa panas ketubuh. Begitu juga tape serta aneka masakan yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari. Buah nanas juga karena mengakibatkan keguguran.



c)



Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa, memang konotasinya bikin lancer dan licin. Namun, dalam dunia kedokteran,



minyak



tak



ada



gunanya



sama



sekali



dalam



melancarkan persalinan. Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan meminum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar



persalinannya.



Jika



itu



demi



ketenangan



psikologisnya, maka itu diperbolehkan karena minyak kelapa bukan racun. c)



Kebudayaan yang Dianut oleh Masyarakat Indonesia pada Masa Nifas Macam-macam mitos yang ada pada masyarakat mengenai ibu nifas diantaranya: a)



Kaki harus lurus Menurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring, kaki harus larus. Dalam arti kaki kanan dan kaki kiri tidak boleh saling tumpeng tidih ataupun ditekuk. Selain agar jahitan akibat robekan di vagina tak melebar kemana-mana, juga dimaksudkan supaya aliran darah lancar alias tak terhambat. Secara medis, posisi kaki yang lurus memang lebih menguntungkan karena membuat aliran darah menjadi



lancar.



Sedangkan



mobilisasi



secara



umum,



pada



dasarnya boleh dan malah harus dilakukan. Makin cepat dilakukan kian menguntungkan pula. Dengan catatan, kondisisi ibu dalam keadaan baik, semisal tak mengalami perdarahan atau kelainan apapun saat melahirkan. b)



Tidak boleh tidur siang



7



Menurut Chairul sjah, tidur berkepanjangan memang mengundang proses recovery yang lebih lambat. “Makin lama berbaring makin besar pula peluang terjadi tromboemboli atau pengendapan elemen-elemengaram.” Lalu bila si ibu bangun/berdiri mendadak, endapan elemen tersebut dikhawatirkan lepas dari pelekatannya di dinding pembuluh darah. Padahal akibatnya bisa fatal. Endapanendapan tadi bisa masuk kedalam pembuluh darah lalu ikut aliran darah ke jantung, otak, dan organ-organ penting yang lain yang akan memunculkan stroke c)



Tidak boleh bepergian Larangan ini bertujuan supaya ibu tidak terlalu letih beraktivitas. Bila ibu terlalu letih maka ASI-nya akan berkurang. Hal ini akan mempengaruhi tumbuh kembang bayi karena biasanya seumur ini sedang kuat-kuatnya menyusu.



8



BAB III PEMBAHASAN A. Ketersediaan Pangan di Desa Tiripan yang Membangun Pola Makan Berdasarkan pengamatan, masyarakat pada umumnya belum menyatakan dirinya kenyang sebelum makan nasi. Lauk-pauk apapun dikonsumsi sebagai pelengkap konsumsi nasi tanpa memperhitungkan kandungan gizi yang ada. Ketika informan ditanya tentang makanan apa yang sudah dikonsumsi, jawaban pertamanya adalah nasi. Anggapan tentang apa yang namanya makanan dan bukan makanan merupakan suatu kontruksi sosial. Masyarakat menilai seseorang sudah makan ketika sudah mengonsumsi nasi. Foster & Anderson (2006) pun menyatakan bahwa masyarakat umumnya percaya bahwa kuantitas makanan adalah penting sementara kualitas terbatas untuk memperkuat tubuh dan sering diabaikan. Kebiasaan makan adalah kebiasaan yang tidak akan cepat berubah dan akan sulit berubah apabila pada makanan tersebut memiliki makna mendalam (Lowenberg, et al., 1986). Konsumsi lauk-pauk yang mengandung protein hewani dapat dikatakan sangat rendah di Desa Tiripan. Masyarakat lebih memilih bahan makanan yang lebih murah dan mudah didapat, yaitu tahu dan tempe. Terlebih lagi untuk mengonsumsi ikan laut sangat kurang. Ketersediaan ikan laut yang terbatas, membuat harga dipasaran menjadi mahal. Masyarakat cenderung lebih memilih untuk membeli lauk pauk yang lebih murah harganya dan terjangkau. Ketersediaan makanan tergantung pada kondisi geografi, iklim, siklus musiman dan kondisi tanah (Schutkowski, 2006). Desa Tiripan terletak pada lereng pegunungan. Dengan demikian, ikan laut jarang ditemui sebagai lauk-pauk sehari-hari sementara sayuran



9



dan tahu tempe selalu dikonsumsi sehari-hari. Ketersediaan makanan dari lingkungan dan makanan yang dibawa oleh bakul butuh ataupun yang tersedia di toko-toko terdekat menggambarkan pola makan masyarakat. Ibu hamil membeli bahan makanan apapun yang dijajakan oleh bakul butuh ataupun yang tersedia di toko dekat rumah dengan harga yang terjangkau. Makanan yang diperoleh dari bakul butuh, toko terdekat atau lingkungan setempat kurang bervariasi. Pilihan makanan yang tersedia hanya terbatas dari apa yang ada di lingkungan dan apa yang dijual oleh penjual. Masyarakat cenderung memilih makanan seadanya yang tersedia pada lingkungan atau penjual. Pola makan berdasarkan ketersediaan makanan dianalisis menggunakan metode segitiga kuliner dengan konsep strukturalisme yang dikemukakan oleh Levi-Strauss dalam Koentjaraningrat (1987). Pola Makan Lauk-Pauk Berdasarkan Ketersediaan Makan Dapat diketahui bahwa pola makan lauk-pauk pada masyarakat dibagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, jenis lauk-pauk yang setiap hari dikonsumsi adalah tahu dan tempe karena mudah didapat dan terjangkau. Kedua, telur, ikan dan ayam sering dikonsumsi. Ketiga, daging dan ikan laut sangat jarang dikonsumsi karena harganya yang mahal dan tidak terjangkau. Dalam satu porsi makan, nasi dan sayur selalu dikonsumsi ditambah dengan salah satu jenis lauk-pauk saja. Misalnya dalam satu porsi terdiri dari nasi, sayur bening, tempe ditambah sambel dan krupuk. Pola makan masyarakat yang tidak beragam juga menggambarkan pola makan ibu hamil. Apabila ditinjau dari sisi medis, pola makan yang tidak beragam dan tidak seimbang adalah kurang baik. Seharusnya dalam satu porsi makan terdiri dari berbagai macam kebutuhan gizi. Seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentang pedoman gizi seimbang (PGS) sebagai salah satu program perbaikan gizi. Gizi seimbang merupakan susunan makanan seharihari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang seduai dengan kebutuhan tubuh dengan memperhatikan 4 prinsip, yaitu variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal (Danone Institute, 2013).



10



Pantangan Makan Pantangan makanan merupakan suatu perilaku individu dalam masyarakat untuk tidak mengonsumsi atau menghindari bahan makanan tertentu karena terdapat larangan yang bersifat budaya dan diperoleh secara turun-temurun pada kondisi tertentu (Foster & Anderson, 2006). Dalam istilah lokal di daerah tersebut, pantangan makanan dikenal dengan sebutan tarak atau sirik. Seiring perkembangan zaman, adat memantang makanan kian lama semakin memudar. Hal ini terjadi karena pengetahuan masyarakat akan kesehatan yang semakin luas. Sehingga mereka bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk dikonsumsi dari segi medis. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada beberapa yang masih mempercayai dan mempraktekkan pantangan makan ketika masa kehamilan. Orang yang melakukan pantang makanan sudah tidak seketat dahulu. Upaya-upaya untuk memperbaiki gizi telah dilakukan oleh tenaga medis dalam bentuk pengarahan kepada masyarakat, khususnya ibu hamil. Masyarakat pun banyak yang menerima pengetahuan baru tentang makanan untuk ibu hamil dari segi medis. Sebenarnya dari sisi medis, pantang makanan sangat tidak dianjurkan karena semua makanan itu pada dasarnya baik semua untuk tubuh tidak berlebihan dalam mengonsumsinya. B. Kesimpulan pada Kasus yang ada di Desa Tiripan Pantang makanan ibu hamil dan pasca melahirkan di daerah tersebut tidak diberlakukan secara ketat. Kenyataan yang terjadi masih terdapat beberapa orang yang melakukan. Pantangan terhadap beberapa makanan yang dianggap membahayakan kondisi ibu hamil, seperti keguguran atau 11



pendarahan. Masih terdapat mitos beberapa makanan yang tidak baik untuk dikonsumsi oleh ibu hamil maupun ibu pada masa nifas karena alasan dengan berbagai macam asosiasi. Perilaku untuk melakukan pantangan makanan berkaitan erat dengan orang-orang di sekitar ibu hamil, yaitu keluarga dekat maupun kerabat dan tetangga. Sebaliknya, ibu hamil yang tidak tinggal bersama orang tua atau mertua tidak menghiraukan mitos yang ada. Pola makan selama hamil sama seperti kondisi orang normal. Ada yang mengkhususkan untuk memilih makanan tertentu, namun ada pula yang tidak memberikan perlakuan khusus pada ibu hamil karena kondisi hamil dianggap suatu peristiwa yang wajar. Kebiasaan makan dipengaruhi oleh ketersediaan makan di lingkungan. Konsumsi sayuran tidak pernah terlepas dari menu sehari-hari karena ketersediaannya yang melimpah. Namun untuk ketersediaan bahan makanan yang mengandung protein hewani sangat kurang, terutama ikan laut. Akibatnya jenis ikan laut yang terdapat di daerah penelitian menjadi tidak beragam. Padahal ikan laut memiliki kandungan protein yang lebih banyak dibandingkan dengan sumber protein lainnya, seperti ayam, daging, dan telur. Pola makan pun menjadi tidak seimbang dengan menu-menu yang bergizi. Konsumsi ayam dan daging pun dikatakan kurang karena harga yang mahal mengakibatkan beberapa orang yang memiliki kekurangan dalam hal ekonomi memilih untuk tidak mengonsumsinya. Tahu dan tempe merupakan lauk-pauk dengan kandungan protein nabati yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Selain harga yang murah, tahu dan tempe mudah didapatkan di sekitar rumah.



12



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kebudayaan di Indonesia ada kebudayaan material dan non-material. Budaya material adalah hasil kebudayaan fisik yang diciptakan oleh manusia, misalnya senjata, rumah adat, alat transportasi, dsb. Budaya nonmaterial adalah kebudayaan yang berupa ide atau gagasan yang berbentuk abstrak dan tidak berwujud fisik, misalnya nilai dan kepercayaan. “Upacara adat yang dikhususkan bagi ibu hamil” merupakan dukungan psikologis, fisik, dan sosial yang luar biasa dan diwariskan secara turun temurun. Didalamnya juga terkandung nilai-nilai spiritual yang disesuaikan dengan agama masing-masing. Upacara adat bagi ibu hamil juga akan memberi rasa percaya diri, menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran menjadi seorang ibu, mengubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh  selama kehamilan, meningkatkan rasa aman dan perasaan dihargai. Budaya dan tradisi bagi ibu hamil banyak terdapat di Indonesia. Mulai dari masa kehamilan, proses persalinan, hingga masa nifas.



13



Salah satu contohnya pantang makanan ibu hamil dan pasca melahirkan di Desa Tiripan. Walaupun tidak terlalu ketat budayanya tetapi kenyataan yang terjadi masih terdapat beberapa orang yang melakukan pantangan terhadap beberapa makanan yang dianggap membahayakan kondisi ibu hamil, seperti keguguran atau pendarahan. Masih terdapat mitos beberapa makanan yang tidak baik untuk dikonsumsi oleh ibu hamil maupun ibu pada masa nifas karena alasan dengan berbagai macam asosiasi.



B. Saran Berdasarkan makalah ini kami menilai bahwa budaya dalam praktik kebidanan masih ada di Indonesia dan sebagai calon bidan diharuskan untuk mengetahui dan memahami bagaimana budaya yang ada ada di daerah tersebut, bagi para pembaca hendaknya dapat memahami isi dari makalah ini dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.



14



DAFTAR PUSTAKA 4.



https://www.studiobelajar.com/kebudayaan/



5.



Yulianti.2015.Ilmu SosialBudayaDasar



6.



http://repository.unimus.ac.id



7.



Walyani. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Kemenkes RI



8.



http://journal.unair.ac.id/filerPDF/aunea282ad76dfull.pdf



9.



https://voi.co.id/kebudayaan-adalah/



10. http://www.ibi.or.id/media/PMK%20No.%2028%20ttg%20Izin%20dan %20Penyelenggaraan%20Praktik%20Bidan.pdf 11. http://rohanihasanuddin.blogspot.com/2016/06/budaya-dalam-praktikkebidanan.html#:~:text=Aspek%20budaya%20dalam%20praktik %20kebidanan,-Perilaku%20kesehatan%20merupakan&text=Adalah %20tradisi%2D%20tradisi%20yang%20diberlakukan,jawa%20dengan %20tradisi%20nasi%20pisang.