Budaya Yang Menyimpang Di Bidang Kesehatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BUDAYA YANG MENYIMPANG DI BIDANG KESEHATAN (KHUSUSNYA KEBIDANAN) I.



II.



III. 1.



2. a. b. IV. 1.   2.



3.



PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Sebagai warga Negara Indonesia yang mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan harus menganut filosofi yang mempunyai keyakinan bahwa semua manusia adalah makhluk biopsikososiokulturalspiritual yang unik dan merupakan satu kesatuan jasmani yang utuh dan tidak ada individu yang sama. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan perbedaan budaya Membicarakan kehamilan dan seluk beluknya selalu saja ada yang menarik, unik dan indah didalamnya. Apalagi bila berkaitan dengan kearifan tradisi budaya Nusantara. Dimana didalamnya terkandung nilai - nilai adat istiadat lokal yang mempunyai kekayaan tradisional yang merupakan warisan leluhur turun - temurun. Banyak nilai positif didalamnya. Dari sana pula kemajuan ilmu pengetahuan digali pada mulanya. Dikembangkan dalam cara cara yang lebih modern, terkontrol dan berdasar penelitian yang berbasis ilmu pengetahuan terkini. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latarbelakang tersebut maka perlu ditinjau lebih lanjut mengenai kebudayaan yang menyimpang dibidang kesehatan, khususnya dikebidanan. TUJUAN PENULISAN Umum Menganalisis tentang Budaya masyarakat yang menyimpang dibidang kesehatan (khususnya Kebidanan). Khusus Mendeskripsikan tentang Budaya masyarakat yang menyimpang dibidang kesehatan (khususnya Kebidanan). Menunjukkan beberapa contoh dari budaya masyarakat yang menyimpang dibidang kebidanan , khususnya di wilayah Gresik dan Surabaya. MANFAAT PENULISAN Bagi Masyarakat Sebagai informasi pada masyarakat tentang perbedaan kebudayaan pada masa kehamilan di setiap daerah. Masyarakat dapat mengetahui segi positif dan negative budaya daerah. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai informasi tenaga kesehatan khususnya bidan, tentang pentingnya layanan kesehatan dalam pemberian layanan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada masyarakat. Bagi Institusi Pendidikan Menambah pengetahuan referensi yang menunjang ilmu pengetahuan.



SUMBER-SUMBER DARI MASYARAKAT



Contoh Budaya di daerah Gresik



Masyarakat



yang



Menyimpang



dibidang



kebidanan



 Seorang ibu hamil tidak boleh makan didalam kamar agar anaknya tidak kudisan. Fakta: Secara logika ilmu kesehatan, tidak ada hubungan antara ibu makan di dalam kamar dengan anaknya akan kudisan.  Seorang ibu hamil tidak boleh duduk didekat pintu karena proses kelahiran akan tidak lancar. Fakta: Lahir macet disebabkan, ibu tidak kuat mengejan, dll bukan karena waktu hamil duduk ditengah pintu  Membuka semua perabot yg ada tutupnya, agar jalan lahir cepat membuka dengan cepat. Fakta: Tidak mempengaruhi karena membukanya jalan lahir dipengaruhi power, passage,passenger,psikis,penolong  Ibu hamil dilarang banyak tidur dikhawatirkan ibu jadi malas kaki bengkak dan gemuk. Fakta: Tidak benar, karena istirahat dan ibu sangatlah diperlukan bagi ibu hamil, karena daya tahan menurut kesehatan umum juga menurun, jika kurang istirahat akan mudah sakit  Suami dilarang menyakiti/menyiksa hewan pada saat istrinya hamil hal itu dikhawatirkan anaknya cacat / menyerupai binatang yang dibunuh misal: ular maka anaknya bersisik. Fakta: Masih merupakan tahayul.  Suami tidak boleh menyakiti/membenci orang lain karena Dikhawatirkan anaknya akan mirip dengan orang yang dibenci. Fakta:Hal ini tidak ada hubungan karena sifat genetic dan kemiripan wajah anak diturunkan gen orangtuanya  Ibu hamil dilarang makan buah-buahan yang dempet, Ditakutkan bayinya kembar dempet. Fakta: Hamil gemelli disebabkan oleh factor keturunan yang tidak ada hubungannya.  Ibu hamil tidak boleh menyiapkan pakaian bayi sebelum bayi lahir, ditakutkan bayi akan dilahirkan meninggal dunia. Fakta: Hal tersebut lebih berhubungan dengan orang yang akan melahirkan dengan menyiapkan baju bayinya terlihat seperti orang yang berpamitan (firasat) yang akan meninggal dunia







 











 



Contoh Budaya Masyarakat yang Menyimpang dibidang kebidanan di daerah Surabaya Ketika ada gerhana bulan ibu hamil harus keramas tengah malam supaya anaknya tidak cacat/sumbing. Fakta: bayi lahir sumbing bukan karena gerhana bulan,tetapi karena ada kelainan genetic/ kromoson. Suami tidak boleh membunuh binatang ketika istrinya hamil supaya anaknya tidak cacat. Fakta : Masih merupakan tahayul. Seorang ibu hamil tidak boleh menjahit karena nanti proses persalinannnya akan susah. Fakta: Tidak benar, karena lancar tidaknya proses kelahiran tentu saja bukan ditentukan hal itu. proses persalinan tergantung pada 5P (power, passage,passenger,psikis,penolong) Seorang ibu hamil jika duduk dilantai harus memakai alas agar pada saat persalinan tidak BAB. Fakta : Tidak benar. BAB pada saat melahirkan disebabkan karena kontraksi yang berlebihan Seorang ibu hamil jika berpergian harus membawa senjata tajam, misalnya : gunting , supaya perutnya tidak sakit seperti orang mau melahirkan. Fakta : Hal tersebut membahayakan keselamatan si ibu Seorang ibu hamil tidak boleh makan makanan pedas karena mata si bayi akan belekan. Fakta : Tidak masuk akal Disarankan :  Minum minyak kelapa buatan sendiri agar persalinan lancar. Fakta :Keluarnya bayi dipengaruhi oleh refleksi mengejan dari ibu dan bentuk panggul ibu



















 Minum kunyit agar proses persalinan tidak bau amis. Fakta :Kunyit berkhasiat untuk menghilangkan bau. Seorang ibu hamil tidak boleh makan ikan kerang karena nanti bayinya tidak mau keluar. Fakta : Tidak benar, karena lancar tidaknya proses kelahiran tentu saja bukan ditentukan hal itu. proses persalinan tergantung pada 5P (power, passage,passenger,psikis,penolong) Seorang ibu hamil tidak boleh memakai handuk dililitkan dileher nanti bayinya tidak terlilit usus. Fakta : Hal tersebut bukan penyebab lilitan tali pusat,karena lilitan tali disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya lilitan tali pusat terlalu panjang dll Seorang ibu hamil dilarang mandi larut malam nanti lahirnya lambat.Fakta: Tidak benar, karena lancar tidaknya proses kelahiran tentu saja bukan ditentukan hal itu. proses persalinan tergantung pada 5P (power, passage,passenger,psikis,penolong) Seorang ibu hamil tidak boleh makan terong nanti sulit pembukaan persalinannya. Fakta: Tidak benar, karena lancar tidaknya proses kelahiran tentu saja bukan ditentukan hal itu. proses persalinan tergantung pada 5P (power, passage,passenger,psikis,penolong)



SUMBER-SUMBER DARI INTERNET



1.



2.



3.



4.



Dr. Oni Khonsa, SpOG, dari RSU Persahabatan, Jakarta: Ibu hamil jangan minum es, nanti bayi menjadi besar. Fakta: Minum air es sebenarnya tidak bermasalah. Yang menimbulkan masalah kalau ibu hamil banyak minum-minuman yang serba mengandung gula, seperti: es doger, es campur, es teller, dan sebagainya. Jika ibu hamil sering minum es yang banyak mengandung gula, bias jadi bayi akan besar karena kalori yang dimakan ibu menjadi lebih banyak. Minum susu kehamilan, menyebabkan bayi besar. Fakta: Jika peningkatan berat badan ibu berlebihan , dokter mungkin akan menyarankan susunya untuk dikurangi. Namun hal tersebut sangat insidentil, tidak berarti kalau minum susu kehamilan, bayinya pasti akan menjadi besar. Banyak factor yang menyebabkan bayi itu besar. Kalau berat badan ibu tergolong kurus, maka dokter akan menyarankan agar ibu hamil minum susu lebih banyak. Hal ini mungkin berbeda dengan ibu hamil yang sudah mengalami obesitas. Tapi percayalah, peningkatan berat badan bayi tidak semata-mata karena susu. Asupan makanan dan jumlah kalori yang banyak, factor ibu hamil yang mengalami diabetes, karekteristik si ibu yang tinggi besar dan lain-lain mempengaruhi besar tidaknya bayi. Tapi sebaiknya ibu hamil tetap mengonsumsi susu untuk ibu hamil. Jika eneg boleh diganti dengan susu lain, kecuali susu kental manis. Bentuk perut menentukan jenis kelamin bayi. Kalau bentuk perut ibu hamil memanjang berarti bayinya perempuan, kalau melebar ke samping berarti laki-laki. Fakta: Tidak benar. Dokter kandungan kadang memang bias memperkirakan jenis kelamin janin dari luar berdasarkan hormone-hormon kehamilan, misalnya ibu yang mukanya lebih hitam, lebih jerawatan dan keringat berlebihan mungkin saja anaknya laki-laki karena memperlihatkan hormon androgen yang lebih dominan. Tapi bukan berarti penilaian lewat hormon selalu tepat. Terbukti benar tidaknya, lewat USG. Namun USG pun bias jadi salah, apalagi hanya penampakan luarnya. Jika putting menjadi gelap, berarti anak yang dikandung laki-laki. Fakta:tidak benar. Sebab puting menjadi gelap adalah ciri khas orang hamil. Hal ini disebabkan oleh hormone kehamilan Areola/bagian sekitar puting akan melebar, bintik-bintik di sekitar puting juga



akan lebih menonjol. Hormon yang muncul selama kehamilan mempersiapkan sang ibu untuk menyusui. 5. Makan kacang hijau membuat rambut bayi lebat. Fakta: Tidak benar. Kacang hijau memang bagus untuk dikonsumsi ibu hamil karena mengandung serat tinggi serta vitamin B1, B6 dan B12. Namun factor rambut bayi tidak tergantung dari asupan kacang hijau. Selain factor keturunan, jika gizi janin tercukupi, rambut bisa bagus. 6. Minum air kelapa membuat kulit bayi menjadi putih. Fakta: Tidak ada hubungannya antara minum air kelapa dengan kulit bayi yang putih. Belum ada penelitian yang membuktikan hal tersebut sebab ada orang yang tidak minum air kelapa tapi bayinya tetap putih. Tapi air kelapa tetap boleh dikonsumsi oleh ibu hamil. 7. Minum minyak kelapa agar mudah melahirkan. Fakta: Tidak benar. Minyak kelapa jika diminum akan masuk ke saluran pencernaan. Lemak nabati ibu saja yang bertambah. Jika pada proses persalinan, jalan lahir diberi jeli atau minyak kelapa, mungkin itu masuk akal. Yang mempengaruhi lancar tidaknya kelahiran adalah ukuran panggul, berat bayi dan pecah / belumnya ketuban. Bagi ibu hamil yang tetap ingin mengonsumsi semacam virgin coconut oil (VCO) tidak dilarang, tapi jangan terlalu berharap bahwa lahirnya bayi pasti akan lancar dan cepat. 8. Minum air rumput Fatimah, memudahkan ibu melahirkan. Fakta: Harus hati-hati memberikan rumput Fatimah pada ibu hamil karena memiliki efek merangsang kontraksi rahim yang sangat kuat. Ada yang minum sebotol baru mulai mulas. Jika air Fatimah tersebut diminum oleh ibu hamil yang pembukaan jaln lahirnya masih kecil, atau ibu yang baru melahirkan anak pertama dan mulut rahimnya masih kaku, akan menimbulkan kontraksi yang hebat di dalam rahim. Padahal jalan lahir belum terbuka sehingga bias jadi robek jalan lahirnya. Akibatnya bias fatal dan berbahaya buat bayi. Ibu hamil sebaiknya mengonfirmasikan pda dokter kandungannya masing-masing jika hendak minum rumput Fatimah. 9. Makan sambal, bayi bias botak. Fakta: tidak ada hubungannya antara makan sambal dengan bayi yang botak. Hanya saja sebaiknya ibu hamil menghindari makanan yang bisa membuat dia sakit, misalnya sambal yang bisa menjadi pencetus diare. Jika sedikit untuk menambah nafsu makan tidak mengapa. 10. Kalau garuk-garuk perut, akan timbul scratchmark. Fakta: Scratchmarktetap aka nada walaupun ibu hamil menggaruk perutnya atau tidak. Pada seseorang yang berkarakteristik tertentu scratchmark ini memang tidak muncul. Yang penting scratchmark ini jangan digaruk, sebab akan membuat infeksipada kulit. Memakai produk / lotion bisa jadi usaha untuk mengurangi timbulnya scratchmark walaupun hal ini tidak bisa menjadi jaminan, karena kadar hormon orang hamil berbeda-beda. 11. Kalau sedang hamil, jangan menyusui. Fakta: boleh-boleh saja ibu hamil menyusui. Hanya saja ketika menyusui akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang dapat menimbulkan kontraksi rahim. Jika timbul kontraksi pada rahim, sebaiknya anak harus segera disapih. Apalagi bila dikhawatirkan perkembangan janin di rahim agak terhambat karena nutrisinya kurang akibat menyusui. 12. Ibu hamil tidak boleh makan nanas, durian, nangka dan daging kambing.Fakta: sebenarnya jika hanya makan satu butir durian, atau sepotong nanas tidak masalah. Yang penting ibu hamil tidak alergi dengan makanan tersebut. Nanas sendiri sebenarnya merangsang ibu hamil untuk mual karena sifatnya masam. Sedangkan ibu hamil yang mengalami hipertensi memang diharuskan menghindari makanan seperti daging kambing dan durian dengan alas an kesehatan. Kol dan nangka pun yang bisa menghasilkan



gas dalam perut sebaiknya dihindari oleh ibu hamil, sebab pada ibu hamil gerakan lambung melambat dan membentuk gas sehingga mengakibatkan perut terasa kembung. 13. Ibu hamil jangan minum soda. Fakta: Sebenarnya soda sendiri meningkatkan kadar asam lambung. Jika ibu hamil minum soda maka rasa mual akan bertambah parah.



PENUTUPAN Dari hasil yang telah kami peroleh, dapat kami simpulkan bahwa Budaya yang menyimpang dibidang kesehatan (khususnya dibidang kebidanan) merupakan kebiasaan yang masih melekat pada kehidupan masyarakat yang turun temurun dari nenek moyang mereka , namun kebenarannya sebagian sangat bertolakbelakang dengan bidang kesehatan (kebidanan). Demikian isi dari makalah kami. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Maka dengan rendah hati, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang sangat berguna untuk memperbaiki makalah ini. Atas kritik dan saran yang diberikan , kami mengucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum wr.wb



DAFTAR PUSTAKA o Sumber : Masyarakat Gresik dan Surabaya



o http://tipsanda.com/2009/02/02/tips-kupas-tuntas-mitos-seputar-kehamilan/



BUDAYA SUKU SASAK DENGAN KESEHATAN Juniartha Semara Putra BAB I PENDAHULUAN 1.1 KEBUDAYAAN SUKU SASAK Indonesia adalah negara yang kaya dengan beragam suku dan budaya, yaitu sekitar 300 suku bangsa. Setiap suku memiliki keunikan masing-masing. Diantara suku – suku diatas, disini kita akan membahas tentang Suku Sasak yang hidup di Pulau Lombok yang tinggal di dusun Sade, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Sekitar 80% penduduk pulau ini diduduki oleh Suku Sasak dan selebihnya adalah suku lainnya, seperti Suku Mbojo (Bima), Dompu, Samawa (Sumbawa), Jawa dan Hindu (Bali Lombok). Suku Sasak adalah suku terbesar di Propinsi yang berada di antara Bali dan Nusa Tenggara Timur. Suku Sasak masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi suku ini sebagian besar memeluk agama Islam. Umumnya, kepala keluarga suku ini bekerja sebagai petani, sedangkan kaum wanitanya memiliki sambilan sebagai penenun kain. Hasil Tenunan dipajang di teras rumah atau di gazebo yang ada di sekitar rumah. Para wisatawan bisa berkeliling menyusuri lorong kecil dari rumah ke rumah untuk melihat hasil tenun sambil melihat rumah adat suku Sasak yang disebut bale tani. Keunikan dari rumah adat suku Sasak adalah lantai yang dibuat dari campuran tanah liat, kotoran kerbau, dan kulit padi. Menurut mereka, campuran tersebut lebih kokoh dibandingkan semen biasa dan memiliki arti tersendiri. Tanah menggambarkan dari mana manusia berasal. Sedangkan kotoran kerbau menggambarkan kehidupan mereka sebagai petani yang sangat memerlukan kerbau untuk membajak sawah. Dari Pemaparan diatas, nampak jelas terlihat banyak sekali hal yang perlu kita ketahui secara mendalam tentang Suku Sasak, sehingga dapat memperluas khasanah keilmuan dan untuk lebih memahami bahwa indonesia mempunyai berbagai suku dan adat istiadat masing-masing sehingga kita mempunyai bekal untuk manentukan sikap dan jalan apa yang paling tepat untuk menyikapinya. BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 KONSEP TRANSCULTURE Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan



·



untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan. Menurut Dr.Madelaine Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ), baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan. Leininger berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur. Kazier Barabara (1983) dalam bukuya yang berjudul Fundamentals of Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistik, filosofi perawatan, praktik klinis keperawatan, komunikasi dan ilmu sosial. Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio – psiko – sosial – spiritual. Oleh karenanya, tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komprehensif sekaligus holistik. Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya . Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan (cultural nursing approach). Peran dan Fungsi Transcultural Nursing Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu, penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien). Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari, seperti tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan, pergaulan sosial, praktik kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan, hubungan kekeluargaaan, peranan masing – masing orang menurut umur. Kultur juga terbagi dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak



II.



seluruhnya menganut pandangan kelompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan. Nilai – nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental dengan hal–hal yang dianggap tabu. Dalam tahun – tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan. Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru; ia berfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan hubungannya dengan perawatannya. Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda ras, yang mempengaruhi pada seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. 2.2 BUDAYA SUKU SASAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN 1. BANGUNAN SUKU SASAK Dari segi bangunan Masyarakat Sasak di Dusun Sade masih menggunakan bangunan asli dari jaman dahulu, meski sekitar Desa Sade sudah termasuk modern. Atap bangunan menggunakan ilalang yang telah disusun sedemikian rupa. Sehingga meski hujan lebat air tetap tidak bisa masuk ke dalam rumah. Ruangan di dalam rumah adat Sasak sendiri dipisahkan oleh 2 – 3 anak tangga yang menghubungkan ruangan bagian depan dan belakang. . Hanya ada satu pintu unuk masuk dan keluar, rumah tersebut juga tidak memiliki jendela. Lantai berupa tanah liat, sebagian memang sudah menggunakan semen. Yang Unik adalah lantai tanah liat dalam beberapa waktu sekali di pel menggunakan kotoran kerbau. BUDAYA ADAT 1. Upacara Rebo Dimaksudkan untuk menolak bala (bencana/penyakit), dilaksanakan setiap tahun sekali tepat pada hari Rabu minggu terakhir bulan Safar. Menurut kepercayaan masyarakat Sasak bahwa pada hari Rebo Bontong adalah merupakan puncak terjadi Bala (bencana/penyakit), sehingga sampai sekarang masih dipercaya untuk memulai suatu pekerjaan tidak diawali pada hari Rebo Bontong. Rebo Bontong ini mengandung arti Rebo dan Bontong yang berarti putus sehingga bila diberi awalan pe menjadi pemutus. Upacara Rebo Bontong ini sampai sekarang masih tetap dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Pringgabaya.



2. Periseian Adalah kesenian bela yang sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Lombok, awalnya adalah semacam latihan pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan pertempuran. Pada perkembangannya hingga kini senjata yang dipakai berupa sebilah rotan dengan lapisan aspal dan pecahan kaca yang dihaluskan, sedangkan perisai (Ende) terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Setiap pemainnya/pepadu dilengkapi dengan ikat kepala dan kain panjang. Kesenian ini tak lepas dari upacara ritual dan musik yang membangkitkan semangat untuk berperang. Pertandingan akan dihentikan jika salah satu pepadu mengeluarkan darah atau dihentikan oleh juri. Walaupun perkelahian cukup seru bahkan tak jarang terjadi cidera hingga mengucurkan darah didalam arena. Tetapi diluar arena sebagai pepadu yang menjunjung tinggi sportifitas tidak ada dendam diantara mereka III. UPACARA ADAT Masyarakat Sasak menyelenggarakan beberapa upacara yang berhubungan dengan daur / lingkaran hidup (life cycle) manusia dimulai dari peristiwa kelahiran hingga kematian. · Kelahiran Wanita Sasak apabila hendak melahirkan, maka suaminya segera mencari be lianyang merupakan orang yang mengetahui seluk beluk pristiwa tersebut. Dalam melahirkan anaknya, calon ibu mengalami kesulitan maka be lian menafsirkan hal tersebut sebagai akibat tingkah laku sang ibu sebelum hamil. Hal tersebut biasanya ditafsirkan akibat berlaku kasar terhadap ibu atau suaminya. Untuk itu diadakan upacara, seperti menginjak ubun-ubun, meminum air bekas cuci tangan, dan sebagainya yang kesemuanya tadi dimaksudkan agar mempercepat kelahiran sang bayi. Sesudah lahir, maka ari – ari diperlakukan sama seperti orang memperlakukan sang bayi, karena menurut mereka ari – ari merupakan saudara bayi, yang oleh orang Lombok disebut adi kaka berarti bayi dan ari – arinya adalah adik – kakak. Oleh sebab itu, ari – ari mendapat perawatan khusus, setelah dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam periuk atau kelapa setengah tua yang sudah dibuang airnya. Kemudian ditanam di muka tirisan rumah dengan diberi tanda gundukan tanah seperti kuburan serta batu nisan dari bambu kecil dan diletakkan lekesan pada tempat tersebut. · Menjelang dewasa Menjelang dewasa, anak laki-laki harus menjalani suatu upacara untuk mengantarkan kedewasaannya. Upacara tersebut adalah bersunat atau berkhitan (nyunatang) yang merupakan hal yang wajib dilakukan oleh pemeluk Islam. Pada upacara ini dilakukan naglu’ ai’, padakemali mata air denagn diiringi gamelan serta



·



menggunakan pakaian adat. Air yang diambil dari kemali kemudian dikelilingi sembilan kali di tempat paosenli atau berupa pajangan. Air tersebut digendong oleh seorang wanita yang dipayungi. Setelah itu air diserahkan kepada inen beru. Anak yang dikhitan biasanya harus berendam terlebih dahulu. Waktu pergi serta pulang berendam diirngi dengan gamelan serta diusung di atas juli yang disebut peraja. Khitan dilaksanakan oleh dukun sunat yang disebut tukang sunat. Selain upacara di atas, bagi seorang yang menjelang dewasa, juga dilakukan upacara potong gigi yang pelaksanaannya biasa bersamaan dengan upacara lain, seperti bersunat dan perkawinan. Upacara potong gigi disebut juga rosoh oleh suku Sasak. Hanya saja upacara ini jarang dilakukan. 2.3 PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT BUDAYA SUKU SASAK Terkait budaya Masyarakat Suku Sasak yang melapisi rumah mereka dengan kotoran sapi dan kerbau, maka secara tidak langsung penyakit yang mungkin timbul dari kebiasaan ini antara lain, diare, cacingan, gatal – gatal, sesak napas, keracunan yang diakibatkan dari gas metana yang dihasilkan oleh kotoran sapi dan kerbau. Seperti yang kita ketahui, kotoran hewan, khususnya sapi dan kerbau mengandung cacing pita (taenia solium dan taenia saginata) sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat tersebut menderita penyakit cacingan. Pada tradisi pemberian nasi papah, yaitu nasi papah juga dapat menjadi media penyebaran penyakit antara si ibu dengan bayi, dimana jika seorang ibu menderita penyakit-penyakit infeksi menular tertentu yang berhubungan dengan gigi dan mulut serta pernapasan maka akan sangat mudah untuk ditularkan pada bayinya. Misalnya Tuberculosis. Dari segi kebersihan dan keamanan pangan nasi papah masih perlu dipertanyakan juga, karena anak bisa tertular penyakit yang diderita ibu melalui air liur, sedangkan dari segi kuantitas dan kualitas nilai gizi jelas merugikan bayi, karena ibu-ibu akan mendapatkan sari makanan sedangkan bayinya akan mendapatkan ampasnya. BAB III KASUS DAN PEMECAHAN MASALAH Kasus I Di Kabupaten Lombok Timur angka pemberian ASI Eksklusif berdasarkan laporan tahunan dinas kesehatan masih sangat rendah, yaitu sekitar 13%, bahkan dalam Survey PHBS 2007 menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif sebesar 10%. Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif tersebut seperti karena ibu bekerja, pengaruh iklan, dorongan dari keluarga dan pengaruh tenaga dan sarana kesehatan. Namun diantara beberapa faktor tersebut ada kebiasaan yang kurang baik yang masih menjadi budaya masyarakat sekitar yaitu membuang ASI pertama



yang keluar (colostrum) dan memberikan makanan sebelum waktunya kepada bayi dalam bentuk nasi papah. Nasi papah masih menjadi permasalahan yang sulit diatasi apalagi dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Lombok Timur. Oleh karena itu perlu dirancang strategi promosi kesehatan yang dapat diterima oleh masyarakat sekitar tentang kerugian pemberian nasi papah tersebut. Sangat sedikit literatur yang menjelaskan kapan nasi papah itu mulai diberikan, bahkan kalau kita menanyakan pada nenek – nenek kita di kampung mengatakan bahwa kamu besar juga karena dulu diberikan nasi papah dan kenyataannya kamu bisa hidup dan sukses seperti saat ini. Jadi disini dapat dijelaskan bahwa praktik pemberian nasi papah tersebut sudah berlangsung sangat lama dan diteruskan secara turun temurun. Sebagian ibu – ibu percaya bahwa anak – anak memerlukan makanan untuk dapat tumbuh dan berkembang. Untuk itu diperlukan makanan yang tersedia setiap saat dan tidak membahayakan kesehatannya baik dari segi ukuran maupun teksturnya. Indikator yang dapat dilihat untuk menentukan kekenyangan seorang bayi adalah apabila dia terus menerus menangis walaupun sudah diberikan ASI. Untuk memenuhi kebutuhan bayi maka ibu – ibu atau nenek akan memberikan berbagai jenis makanan mulai dari madu, pisang, bubur dan lain sebagainya. Namun masih ada sebagian masyarakat yang tinggal di daerah – daerah tertentu masih menerapakan kebiasaan memberikan nasi papah kepada bayinya. Nasi papah adalah nasi yang dikunyah terlebih dahulu sebelum diberikan kepada bayinya. Bahkan ada yang sengaja menyimpan untuk beberapa kali pemberian makanan. Kebiasaan memberikan makanan kepada bayi berupa nasi papah didapatkan secara turun temurun, dan ini merupakan bentuk kearifan lokal tentang hubungan kasih sayang antara ibu dan bayinya. Sebagian besar para ahli sepakat bahwa makanan terbaik bagi bayi adalah air susu ibu karena mengandung zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi khususnya sampai berumur 6 bulan, dan setelah itu baru diberikan makanan tambahan berupa makanan pendamping sesuai umurnya. Air Susu Ibu juga memiliki banyak kelebihan selain yang disebutkan di atas seperti mengandung zat antibody terutama pada ASI yang pertama keluar yang disebut colustrum. ASI juga tidak perlu membeli, bias tersedia setiap saat dengan suhu yang sesuai kebutuhan bayi dan banyak lagi manfaat lainnya. Pemberian Makanan Pendamping ASI juga perlu memperhatikan tingkatan umur bayi, dimana semakin besar umurnya maka kebutuhannya juga akan semakin meningkat. Umumnya makanan pendamping ASI yang dibuat secara rumahan sangat



sedikit mengandung mikronutrient yang justru sangat dibutuhkan bayi untuk tumbuh dan berkembang terutama untuk perkembangan kecerdasannya. Pemberian nasi papah jelas sangat kurang dari asfek pemenuhan kebutuhan gizi tersebut, dimana biasanya yang dipapah hanya makanan sumber karbohidrat saja seperti beras dan sangat jarang ditambahkan makanan yang lain baik makanan sumber protein maupun vitamin dan mineral. Sehingga akan sulit memenuhi kebutuhan zat gizi bayi. Nasi papah juga dapat menjadi media penyebaran penyakit antara si ibu dengan bayi, dimana jika seorang ibu menderita penyakit-penyakit infeksi menular tertentu yang berhubungan dengan gigi dan mulut serta pernapasan maka akan sangat mudah untuk ditularkan pada bayinya. Misalnya Tuberculosis. Dari segi kebersihan dan keamanan pangan nasi papah masih perlu dipertanyakan juga, karena anak bisa tertular penyakit yang diderita ibu melalui air liur, sedangkan dari segi kuantitas dan kualitas nilai gizi jelas merugikan bayi, karena ibu-ibu akan mendapatkan sari makanan sedangkan bayinya akan mendapatkan ampasnya. Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi. ·



Kasus 2 Para wisatawan bisa berkeliling menyusuri lorong kecil dari rumah ke rumah untuk melihat hasil tenun sambil melihat rumah adat suku Sasak yang disebut bale tani. Keunikan dari rumah adat suku Sasak adalah lantai yang dibuat dari campuran tanah liat, kotoran kerbau, dan kulit padi. Menurut mereka, campuran tersebut lebih kokoh dibandingkan semen biasa dan memiliki arti tersendiri. Tanah menggambarkan dari mana manusia berasal. Sedangkan kotoran kerbau menggambarkan kehidupan mereka sebagai petani yang sangat memerlukan kerbau untuk membajak sawah. Masyarakat Sasak di Dusun Sade masih menggunakan bangunan asli dari jaman dahulu, meski sekitar Desa Sade sudah termasuk modern. Atap bangunan menggunakan ilalang yang telah disusun sedemikian rupa. Sehingga meski hujan lebat air tetap tidak bisa masuk ke dalam rumah. Ruangan di dalamrumah adat Sasak sendiri dipisahkan oleh 2 – 3 anak tangga yang menghubungkan ruangan bagian depan dan belakang. Hanya ada satu pintu unuk masuk dan keluar, rumah tersebut juga tidak memiliki jendela. Lantai berupa tanah liat, sebagian memang sudah menggunakan semen. Lantai tanah liat dalam beberapa waktu sekali di pel menggunakan kotoran



kerbau. Selain itu, mereka tidur tidak menggunakan ranjang, tetapi tidur di lantai hanya dengan dilapisi tikar yang terbuat dari bambu. Terkait budaya Masyarakat Suku Sasak yang melapisi rumah mereka dengan kotoran sapi dan kerbau, maka secara tidak langsung penyakit yang mungkin timbul dari kebiasaan ini antara lain, diare, cacingan, gatal – gatal, sesak napas, keracunan yang diakibatkan dari gas metana yang dihasilkan oleh kotoran sapi dan kerbau. Seperti yang kita ketahui, kotoran hewan, khususnya sapi dan kerbau mengandung cacing pita (taenia solium dan taenia saginata) sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat tersebut menderita penyakit cacingan. BAB IV KESIMPULAN Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya . Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan (cultural nursing approach). Budaya suku sasak yang berkaitan dengan kesehatan yang pertama adalah budaya pemberian nasi papah pada bayi setelah dilahirkan padahal bayi hanya boleh mengonsumsi ASI dari ibunya selama dua tahun dan mendapat makanan dalam bentuk pandat saat usia empat tahun. Selain itu, dari segi kesehatan nasi papah tidak sehat untuk bayi karena bisa sebagai media penyebaran penyakit antara si ibu dengan bayi, dimana jika seorang ibu menderita penyakit-penyakit infeksi menular tertentu yang berhubungan dengan gigi dan mulut serta pernapasan maka akan sangat mudah untuk ditularkan pada bayinya. Yang kedua, penggunaan kotoran kerbau pada lantai rumah. Terkait budaya Masyarakat Suku Sasak yang melapisi rumah mereka dengan kotoran sapi dan kerbau, maka secara tidak langsung penyakit yang mungkin timbul dari kebiasaan ini antara lain, diare, cacingan, gatal – gatal, sesak napas, keracunan yang diakibatkan dari gas metana yang dihasilkan oleh kotoran sapi dan kerbau. Seperti yang kita ketahui, kotoran hewan, khususnya sapi dan kerbau mengandung cacing pita (taenia solium dan taenia saginata) sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat tersebut menderita penyakit cacingan.



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dengan demikian Kebudayaan adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu yang dipelajari secara turun temurun, tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang risiko bagi timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak dibatasi oleh suatu batasan tertentu yang sempit, tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai dengan perkembangan dari masyarakat itu sendiri. Kebudayaan adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu yang dipelajari secara turun temurun, tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang risiko bagi timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak dibatasi oleh suatu batasan tertentu yang sempit, tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai dengan perkembangan dari masyarakat itu sendiri. Definisi dari budaya yaitu suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Budaya terbentuk dari unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. B. Ritual atau Mitos Budaya Yang Berkaitan Dengan Kesehatan Ibu, Bayi, Anak, Kehamilan, dan Masa Reproduksi 



Ritual atau Mitos Budaya dan Sosial Pada Kesehatan Ibu Sebelum Melahirkan Di dalam masyarakat sederhana kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup suku mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi yang bertujuan supaya reproduksi berhasil ibu dan bayi selamat. Dari sudut pandang modern tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapa yang kenyataannya malah merugikan. Contoh pada kebiasaan menyusukan bayi yang lama pada beberapa masyarakat merupakan contoh yang baik karena itu merupakan kebiasaan yang bertujuan melindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit atau pada ibu-ibu lanjut usia, tradisi budaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Dia berusaha menyusukan bayinya tetapi gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi mana yang dibutuhkan bayi (biasanya demikian) bayi dapat mengalami malnutrisi dan mudah terserang infeksi. Permasalahan yang sebenarnya cukup besar pengaruhnya yaitu pada kehamilan tepatnya pada masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang, ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil, tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah. Beberapa kepercayaan yang ada misalnya di Jawa Tengah, terdapat kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.







Budaya dan Sosial Pada Bayi dan Anak Diberbagai Daerah di Indonesia Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah makanan yang diberikan. Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi kesehatan modern. Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan moderen ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan



tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 tahun. Namun, pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin selain memberikan nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi. Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yangsudah dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, colostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa colostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, colostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi. Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi. Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan.Ada beberapa adat istiadat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah, pada saat usia kehamilan 7 bulan, diadakan acara nujuh bulanan atau mitoni pada acara ini disiapkan sebuah kelapa gading dengan gambar wayang Dewa Kamajaya (jika laki-laki akan tampan seperti Dewa Kamajaya) dan Dewi Kamaratih (jika perempuan akan cantik seperti Dewi Kamaratih), gudangan (sayuran) yang dibumbui, lauk lainnya, serta rujak buah. Ketika bayinya lahir, diadakan slametan, yang dinamakan brokohan, pada brokohan ini biasanya disediakan nasi tumpeng lengkap dengan sayur dan lauknya. Ketika bayi berusia 35 hari, diadakan acara slametan selapanan, pada acara ini rambut sang bayi dipotong habis. Tujuannya agar rambut sang bayi tumbuh lebat. Adat selanjutnya adalah tedak-siten, adat ini dilakukan pada saat sang bayi berusia 245 hari, adat di mana sang bayi untuk pertama kalinya menginjakkan kaki ke atas tanah, setelah si anak berusia menjelang 8 tahun, namun masih belum mempunyai adik, maka dilakukan acara ruwatan. Ini dilakukan untuk menghindarkan bahaya. Ketika menjelang remaja, tiba waktunya sang anak ditetaki atau dikhitan. Orang Jawa kuno sejak dulu terbiasa menghitung dan memperingati usianya dalam satuan windu atau setiap 8 tahun dan peristiwa ini dinamakan windon. 



Ritual atau Mitos Budaya yang berkaitan dengan Kehamilan Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Fakta di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan ke bidan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat melahirkan. Contohnya di kalangan masyarakat pada suku bangsa nuaulu (Maluku) terdapat suatu tradisi upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa kehamilan seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan kedelapan. Namun pada usia saat kandungan telah mencapai Sembilan bulan, barulah mereka akan mengadakan suatu upacara. Masyarakat nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan seorang perempuan telah mencapai Sembilan bulan, maka pada diri perempuan yang bersangkutan banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang



dapat menimbulkan berbagai bahaya gaib. Dan tidak hanya dirinya sendiri juga anak yang dikandungannya, melainkan orang lain disekitarnya, khususnya kaum laki-laki. Untuk menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut, si perempuan hamil perlu diasingkan dengan menempatkannya di posuno. Masyarakat nuaulu juga beranggapan bahwa pada kehidupan seorang anak manusia itu baru tercipta atau baru dimulai sejak dalam kandungan yang telah berusia 9 bulan. Jadi dalam hal ini ( masa kehamilan 1-8 bulan ) oleh mereka bukan dianggap merupakan suatu proses dimulainya bentuk kehidupan. Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantanganpantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. 



Ritual atau Mitos Budaya Pada Masa Reproduksi di Salah Satu Daerah Masa reproduksi dimana masa wanita mampu melahirkan, yang disebut juga usia subur (1549 tahun). Masa subur wanita dinyatakan sebagai masa dimana terdapat sel telur yang siap dibuahi oleh sperma (dan bersamaan dengan itu ada sperma yang siap membuahi sel telur). Sel telur yang siap dibuahi adalah sel telur yang telah dilepaskan dari indung telur dalam suatu proses yang disebut ovulasi. Waktu masa subur perempuan bisa diketahui dengan menggunakan beberapa metode. Kultur budaya suku Dayak di Kalimantan Tengah menempatkan kaum wanita pada derajat yang tinggi. Tak heran, kedudukan wanita dalam masyarakat dayak memang special. Kaum wanita selalu mendapatkan perhatian penuh, terlebih saat proses menjelang persalinan. Fase Melahirkan dalam budaya Suku Dayak mengisyaratkan perlunya sejumlah persiapan termasuk persiapan perlengkapan suku dayak menjelang persalinan. Pada proses jelang melahirkan bayi atau Awau, sang calon ibu dibaringkan pada sebuah dipan kecil dengan posisi miring terbuat dari kayu yang disebut Sangguhan dengan motif ukiran Dayak di masing-masing sisi. Selanjutnya, keluarga yang melahirkan juga perlu menyiapkan kain Bahalai (Jarik dalam bahasa Jawa) dengan lapisan yang berbeda. Tujuh lapis kain bahalai saat menyambut bayi laki-laki dan lima lapis kain bahalai untuk bayi dengan jenis kelamin perempuan. Walaupun sebagai peralatan penunjang, keberadaannya dalam persiapan prosesi persalinan menurut budaya suku Dayak mutlak diperlukan. Pada fase ketika bayi telah lahir, maka tali pusar atau ari-ari bayi dipotong menggunakan sebuah sembilu. Untuk tahap pertama dan pemotongan terakhir ari-ari dengan uang ringgit. Kedua perlengkapan suku Dayak menjelang persalinan tersebut disiapkan sejak awal dalam sebuah piring atau Paraten. Sedangkan ari-ari yang terpotong tadi disimpan di dalam Kusak Tabuni. Bayi (awau) yang baru lahir dimandikan dalam kandarah, dan popok bayi yang digunakan disimpan dalam saok. Bagi sang ibu setelah melahirkan biasa menggunakan stagen (babat kuningan) untuk mengikat perut agar mengembalikan perut ibu ke kondisi semula dengan cepat. Tentunya untuk menjaga tubuh ibu setelah melahirkan dan juga berfungsi untuk berjaga-jaga dalam kondisi yang tidak terduga seperti sulitnya bayi keluar. Kalau itu terjadi, maka masyarakat Dayak memiliki cara yang khas dan bernuansa magis.



C. Pendekatan atau Peran Seorang Bidan Terhadap Budaya Sosial Masyarakat Yang Berkaitan Pada Kesehatan Ibu, Bayi, Anak, Kehamilan, dan Masa Reproduksi Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu, bayi, anak, kehamilan, dan masa



reproduksi. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, mengenai persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman medis kontrasepsi. 2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat. 3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi. 4. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan. 5. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya masyarakat. 6. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas kesehatan lainnya. 7. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat. Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan social dan budaya yang akurat. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap kesenian atau kebudayaan seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Melalui kegiatankegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut. Misalnya: Dengan Kesenian wayang kulit melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan.



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut, kebudayaan adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu yang dipelajari secara turun temurun, tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundang risiko bagi timbulnya suatu penyakit, budaya terbentuk dari unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Ritual atau mitos budaya yang berkaitan dengan kesehatan ibu, bayi, anak, kehamilan, dan masa reproduksi diberbagai daerah yang di dalam masyarakat sederhana kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentuk untuk mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup suku mereka. Berbagai kebiasaan dikaitkan dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi yang bertujuan supaya reproduksi berhasil ibu dan bayi selamat. Dari sudut pandang modern tidak semua kebiasaan itu baik. Masih banyak tradisi yang perlu mendapatkan perhatian akibat perlakuan yang kurang tepat dalam penanganan perawatan ibu dan bayi baru lahir. Sebaiknya, ada program yang melakukan pendekatan-pendekatan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil, calon ibu, dan keluarga mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi



kesehatan ibu dan bayi. Pendekatan kepada keluarga juga sangat diperlukan dikarenakan tindakan yang dilakukan kepada ibu dan bayi cenderung atas masukan dari suami, ibu ayah kandung, ibu ayah mertua, atau kakek nenek yang mewarisi tradisi-tradisi tersebut. Bidan juga mempunyai peran perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional lainnya. B. SARAN Saya berharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila ada kesalahan atau kekeliruan baik kata-kata maupun penyusunan dalam pembuatan makalah, supaya pembaca memberikan saran dan kritik yang bisa mengubah penulis kearah yang lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya.



BAB II PEMBAHASAN A. Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri. Fakta di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan ke bidan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat melahirkan. Contohnya di kalangan masyarakat pada suku bangsa nuaulu (Maluku) terdapat suatu tradisi upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa kehamilan seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan kedelapan. Namun pada usia saat kandungan telah mencapai Sembilan bulan, barulah mereka akan mengadakan suatu upacara. Masyarakat nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan seorang perempuan telah mencapai Sembilan bulan, maka pada diri perempuan yang bersangkutan banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang dapat menimbulkan berbagai bahaya gaib. Dan tidak hanya dirinya sendiri juga anak yang dikandungannya, melainkan orang lain disekitarnya, khususnya kaum laki-laki. Untuk menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut, si perempuan hamil perlu diasingkan dengan menempatkannya di posuno. Masyarakat nuaulu juga beranggapan bahwa pada kehidupan seorang anak manusia itu baru tercipta atau baru dimulai sejak dalam kandungan yang telah berusia 9 bulan. Jadi dalam hal ini ( masa kehamilan 1-8 bulan ) oleh mereka bukan dianggap merupakan suatu proses dimulainya bentuk kehidupan. Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali merupakan penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat. Perilaku, kebiasaan, dan adat istiadat yang merugikan seperti misalnya: Ibu hamil dilarang tidur siang karena takut bayinya besar dan akan sulit melahirkan Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya: ikan asin, telur asin karena bisa membuat ASI jadi asin Ibu habis melahirkan dilarang tidur siang Bayi berusia 1 minggu sudah boleh diberikan nasi atau pisang agar mekoniumnya cepat keluar Ibu post partum harus tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk karena takut darah kotor naik ke mata Ibu yang mengalami kesulitan dalam melahirkan, rambutnya harus diuraikan dan persalinan yang dilakukan di lantai, diharapkan ibu dapat dengan mudah melahirkan Bayi baru lahir yang sedang tidur harus ditemani dengan benda-benda tajam Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan, dibeberapa wilayah masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun. Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktekpraktek persalinan oleh dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan). Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi



B.



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



untuk memperbanyak produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula,memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan, atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996). Ini adalah sedikit gambaran tentang aspek sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan persalinan dan pasca persalinan, yang tentunya masih banyak terdapat aspek sosial budaya yang mempengaruhi persalinan dan pasca persalinan sesuai dengan keanekaragaman masyarakat di Indonesia. Pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya dengan Peran Seorang Bidan Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut: Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, mengenai persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman medis kontrasepsi. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya masyarakat. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas kesehatan lainnya. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuannya. Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu diperhatikan oleh bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan aspek sosial-budaya, telah diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai



1.



2. 3.      4. 5.



wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa dengan cara: Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada pembagian wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari keterangan tentang penduduk dari masing-masing RT. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna, tokoh masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain. Mempelajari data penduduk yang meliputi: Jenis kelamin Umur Mata pencaharian Pendidikan Agama Mempelajari peta desa Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan golongan. Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat. Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.



NO



MITOS



FAKTA



1



Ibu hamil dilarang keluar rumah saat sore hari hingga maghrib selesai. Karena masyarakat sekitar percaya apabila ibu hamil keluar rumah saat itu maka bayi yang di kandung ibu akan diambil makhluk halus.



Sebenarnya hal tersebut dalam dunia kesehatan tidak ada pengaruhnya karena dengan keluar pada saat magrib tidak akan mengakibatkan anaknya hilang diambil roh halus hanya saja yang berpengaruh adalah angin pada saat magrib tidak baik untuk kesehatan.



2



Memakai jimat ini menjadi hal yang wajib bagi ibu hamil oleh masyarakat setempat. Ibu hamil harus membawa kemanapun pergi kecuali ke kamar mandi jimat harus dilepas. Biasanya jimat ini berisi paku, gunting, magnet, bawang putih tunggal (sebongkol), jerangau dan kunyit molai.



Sebenarnya hal ini tidak berpengaruh pada kesehatan kerena hal tersebut tidak memiliki dampak terhadap kesehatan ibu maupun bayi yang dikandungnya hanya saja ini merupakan tradisi dari masyarakat tersebut.



3



Di bawah tempat tidur ibu hamil Sebenarnya hal ini tidak berpengaruh pada biasanya di letakkan parang panjang kesehatan kerena hal tersebut tidak yang sudah tua/karatan dan sapu lidi. memiliki dampak terhadap kesehatan ibu maupun bayi yang dikandungnya hanya saja ini merupakan tradisi dari masyarakat tersebut.



C. Adat Istiadat Kehamilan yang Terdapat di Provinsi Bengkulu 1. Muko-Muko



2. Seluma NO 1



MITOS



FAKTA



Ibu yang baru pertama kali hamil biasanya diperiksa oleh dukun beranak. Dukun beranak akan mengurut dan meraba perut ibu hamil kemudian apabila terasa panas, akan diberikan obat tradisional pendingin perut berupa air dedaunan.



Memeriksakan kehamilan itu sangat penting, tetapi apabila ibu hamil yang diperiksa oleh dukun perutnya diurut maka akan berdampak pada bayi ibu terlebih jikalau usia kehamilanya masih sangat muda. Mengurut dengan tidak mengetahui aturan dapat menyebabkan



keguguran pada bayi yang dikandung oleh ibu. Hal ini berpengaruh terhadap kesehatan kerena ibu hamil sebaiknya mengkonsultasikan tentang proses kelahirannya kepada tenaga kesehatan agar pada saat persalinan lebih terarah. Tetapi jika memberikanbanggelai dan sebagainya, maka tidak ada pengaruh terhadap kesehatan, hal tersebut sematamata hanya adat-istiadat yang dimiliki masyarakat setempat.



2



Apabila usia kandungan mencapai 6-7 bulan, maka ibu hamil harus mengatakan kepada dukun beranak bahwa proses persalinan akan dilakukan oleh beliau. Biasanya ibu hamil akan mengantarkangulai kepada dukun kemudian dukun memberikanbenggelai yang dibuatnya sendiri.Benggelaiberupa tumbuhan berbau sangat menyengat yang harus dikunyah oleh ibu hamil dan disemburkan ke sekeliling rumah nya. Tradisi ini merupakan turun temurun sehingga dapat mencegah gangguan yang datang kepada ibu hamil.



3



Ibu hamil dipasangkan peniti. Agar Hal ini tidak ada pengaruhnya dengan pada saat kehamilan tidak terjadi hal-hal kesehatan ibu maupun bayi yang yang tidak diinginkan. dikandungnya. Hal ini hanya merupakan adat-istiadat daerah tersebut.



4



Pada saat tujuh bulan usia kehamilan, ada tradisi doa atau syukuran tujuh bulanan. Doa tersebut dilakukan agar bayi selamat sampai saat kelahiran.



Hal ini tidak ada hubungannya dengan kesehatan ibu maupun janin, hanya saja hal tersebut sangat berhubungan dengan agamanya karena syukuran merupakan wujud terima kasih kita kepada tuhan atas nikmat yang telah diberikan kepada sang ibu sehingga dikaruniai seorang anak.



5



Sang suami atau istri tidak boleh menganiaya binatang dan membunuh binatang. Karena nanti ditakutkan anaknya berupa seperti binatang yang dibunuh atau dianiayanya.



Hal ini tidak berhubungan dengan kesehatan karena jikalau hal ini dilakukan belum tentu akan terjadi. Sifat anak biasanya terbentuk atas didikan dari orang tua dan pengaruh dari lingkungan. Tetapi ada sebagian sifat yang diturunkan dari gen orang tuanya.



6



Tidak boleh memotong nagka Hal ini tidak berhubungan dengan nyungsang nanti anaknya bisa lahir kesehatan ibu dan anak, bu yang



sungsang



7



Tidak boleh keluar maghrib. Karena Sebenarnya hal tersebut tidak ada nanti anak dan ibunya diganggu oleh pengaruhnya dengan kesehatan, karena roh halus. dengan keluar pada saat magrib tidak akan mengakibatkan anaknya hilang diambil roh halus hanya saja yang berpengaruh adalah angin pada saat magrib tidak baik untuk kesehatan ibu dan janin.



3. Kepahiang NO 1



2



3



4



5



melahirkan sungsang dikarenakan posisi bayi yang tidak normal dan keadaan ibu yang patologis..



MITOS



FAKTA



Ibu hamil tidak boleh memakan buah Hal ini berpengaruh pada kesehatan janin durian karena nanti anaknya keguguran. yang dikandung ibu, sebab buah durian bersifat panas dan dapat menggangu perkembangan dan kesehatan janin yang di kandung ibu. Ibu hamil tidak boleh memakan nanas Hal tersebut berpengaruh pada kesehatan karena nanti anaknya keguguran. bayi karena buah nanas bersifat panas sehingga berbahaya pada janin dan dapat mengalami keguguran pada calon bayi tersebut. Ibu hamil tidak boleh makan tapai Hal tersebut berpengaruh pada kesehatan karena nanti anaknya keguguran. bayi karena tapai tersebut bersifat panas sehingga berbahaya untuk kesehatan bayi dan ibu dapat mengalami keguguran. Ibu hamil diharuskan sering-sering Hal ini baik untuk kesehatan ibu maupun minum air kelapa dan bubur kacang janin karena air kelapa dan kacang hijau hijau tujuanya untuk melebatkan rambut sangat bagus untuk melebatkan rambut anaknya nanti. dan baik untuk kesehatan sang bayi tersebut. Ibu hamil tidak boleh duduk didepan Hal ini tidak berhubungan dengan atau dibelakang pintu karena hal kesehatan kerena duduk didepan atau tersebut dapat menghambat kelahiran dibelakang pintu tidak ada hubungan



anaknya nanti.



6



7



dengan proses kelahiran. Proses kelahiran dapat berlangsung lancar atau tidak tergantung dengan kondisi ibu dan anaknya. Apabila seorang ibu mengalami kelahiran yang patologis, maka proses kelahiran anaknya akan sulit daripada kondisi ibu yang normal.



Ibu hamil tidak boleh duduk diatas Hal ini tidak berhubungan dengan lesung karena nanti kelahiranya tidak kesehatan karena duduk di atas lesung lancar. tidak ada hubungan nya dengan kehamilan. Proses kelahiran dapat berlangsung lancar atau tidak tergantung dengan kondisi ibu dan anak. Ibu hamil bila mengambil dengan Hal tersebut tidak berpengaruh pada sendok nasi, harus dibersihkan dengan kesehatan hanya saja hal tersebut tangan sendiri agar anaknya nanti selalu tergantung kepada keyakinan dan adat menjaga kebersihan. istiadat daerah tersebut.



8



Ibu hamil jika menyalakan api ditungku, harus memasukan kayunya yang pangkal terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar bayinya nanti tidak lahir sungsang atau keluar kaki terlebih dahulu.



Hal ini tidak berkaitan dengan kesehatan karena kelahiran bayi yang sungsang bukan dikarenakan cara memasukan kayu kedalam tungku tetapi kelahiran bayi sungsang disebabkan karena keadaan ibu pada saat kelahiran mengalami kondisi yang patologis.



9



Ibu hamil jika ingin membunuh bianatng yang dianggap aneh dan mengganggu harus mengucapkan “nauzubillahminzalik” agar pada saat melahirkan anaknya tidak memiliki kesamaan sifat dengan binatang yang dibunuhnya



Hal ini tidak berhubungan dengan kesehatan karena jikalau hal ini dilakukan belum tentu akan terjadi. Sifat anak biasanya terbentuk atas didikan dari orang tua dan pengaruh dari lingkungan. Tetapi ada sebagian sifat yang diturunkan dari gen orang tuanya.



10



Ibu hamil apabila akan berpergian jauh harus membawa jimat yang isinya gunting kecil, empon-empon yang isinya beras kuning, dingo dan banglai. Hal ini bertujuan supaya ibu tidak diganggu oleh roh halus



Hal ini tidak berpengaruh pada kesehatan kerena hal tersebut tidak memiliki dampak terhadap kesehatan ibu maupun bayi yang dikandungnya hanya saja ini merupakan tradisi dari masyarakat tersebut.



11



Dibawah tempat tidur diberi sapu lidi, cabai, bawang merah, bawang putih. Tujuanya agar makhluk halus tidak mendekat dan mengganggu si jabang bayi dalam kandungan ibu.



Hal ini tidak berpengaruh pada kesehatan kerena hal tersebut tidak memiliki dampak terhadap kesehatan ibu maupun bayi yang dikandungnya hanya saja ini merupakan tradisi dari masyarakat tersebut.



12



Pada saat tiga dan tujuh bulan selalu membuat bubur merah putih agar pada saat melahirkan lancar dan anaknya sehat.



Hal ini tidak berpengaruh pada kesehatan ibu dan anak karena hal tersebut hanya mitos dan sudah merupakan tradisi masyarakat tersebut.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran serta tanggung jawabnya. Seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.



Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau kebudayaan tradisional tersebut. B. Saran Bidan harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan masyarakat dengan selalu mengadakan komunikasi efektif.