Bukit Kerang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Aceh Tamiang memiliki potensi wisata alam yang sangatlah banyak dan jika dikelola dengan sangat baik, maka akan menjadi sumber APBD yang sangat berlimpah bagi Aceh Tamiang sendiri. Tidak hanya potensi wisata alamnya saja, ternyata di Aceh Tamiang sendiri memiliki objek wisata prasejarah yaitu situs bukit kerang yang berlokasi di desa Mesjid Kec, Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang. Untuk menuju situs purbakala ini tidak membutuhkan waktu lama dari simpang Upah. Memang keberadaannya tertutup oleh pepohonan sawit, dan kita hanya perlu berjalan menyebrangi parit yang lebarnya sekitar 2.5 meter dengan sebatang tiang yang sudah disediakan, dan berjalan sedikit untuk mencapainya. Keistimewaan wisata ini adalah sebagai objek wisata penelitian prasejarah. Prasejarah adalah ilmu pengetahuan yang merekonstruksi segala aspek kehidupan manusia di masa lampau sebelum mengenal tulisan melalui benda-benda yang ditinggalkan (artefak, ekofak, fitur) serta mempelajari tradisi sejarah yakni suatu tingkah laku atau pola kehidupan masa prasejarah yang masih dipertahankan atau berlangsung hingga manusia mengenal tulisan. Tulisan dijadikan batasan dari masa prasejarah ke masa sejarah karena tulisan menunjukkan budaya peradaban yang tinggi. Masayarakat pada saat itu banyak memakan biota-biota laut salah satunya kerang, karna jaraknya berdekatan dengan laut.



Berdasarkan hasil penelitian bahwasannya situs kerang ini merupakan peninggalan budaya zaman Mesolitikum di Indonesia. Suatu corak istimewa dari mesolitikum adalah adanya peninggalan-peninggalan yang disebut dengan perkataan Denmark Kjokkenmoddinger (kjokken= dapur, modding= sampah, jadi arti sebenarnya: sampah- sampah dapur). Didapatkannya di sepanjang pantai- pantai Sumatra timur laut, beberapa puluh kilometer dari laut sekarang, tetapi dahulunya di tepi pantai (Soekmono, 1973: 39). Pada saat bukit- bukit itu pertama kali ditemukan, para ahli geologi mengira bahwa itu adalah suatu lapisan bumi yang istimewa, namun tidak demikian keadaannya. Sehingga tumpukan-tumpukan kerang itu berubah menjadi gundukan yang membentuk bukit.



. Dulunya bukit ini memiliki tinggi hingga 9 meter, namun karna adanya pengambilan kulit kerang untuk bahan pembuatan kapur dan cat, maka tinggi bukit tersebut hanya tinggal 3 meter. Keberadaan situs ini tidak hanya berada di desa mesjid, kec.bendahara saja, namun juga terdapat di sei liput, kec. Kejuruan muda yang disebut dengan bukit Remis.