Buku Bina Diri PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA



BAB III PENGEMBANGAN BINA DIRI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA



Penyusun:



TIM PENGEMBANG SUMBER BELAJAR PLB-FIP- UNESA



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017



BAB III PENGEMBANGAN BINA DIRI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA A. Pendahuluan Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan terkait pengembangan bina diri peserta didik tunagrahita, serta menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 1. Kompetensi Inti Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 2. Kompetensi Dasar (KD)/Kelompok Kompetensi Dasar (KKD). a. Menguasai konsep pengembangan bina diri sebagai sarana pemenuhan kebutuhan dasar anak berkebutuhan khusus b. Menguasai prinsip, teknik, dan prosedural pembelajaran pengembangan bina diri c. Menguasai materi pengembangan bina diri d. Menguasai model pembelajaran pengembangan bina diri e. Menguasai materi pengembangan bina diri yang menjadi prioritas dengan kebutuhan anak tunagrahita f. Menguasai prinsip pembelajaran adaptif bagi anak tunagrahita g. Menguasai metode/media pembelajaran bagi peserta didik tunagrahita



B. Materi 1. Konsep, tujuan, ruang lingkup pembelajaran pengembangan bina diri bagi peserta didik tunagrahita a. Konsep pembelajaran pengembangan bina diri bagi peserta didik tunagrahita Pembelajaran pengembangan bina diri merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus secara terencana dan terprogram terhadap peserta didik tunagrahita yang membutuhkan layanan khusus, yaitu peserta didik tunagrahita yang mengalami hambatan berkaitan 1



dengan bina diri dan koordinasi motorik agar mereka dapat melakukan aktivitas dan



keterampilan



hidup



sehari-hari



secara



optimal.



Pembelajaran



pengembangan bina diri digunakan untuk mengurangi dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Aktivitas dan keterampilan hidup sehari-hari berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan individu/perserta didik tunagrahita dalam beraktivitas sehari-hari, mulai dari aktivitas bangun tidur sampai tidur kembali. Aktivitas ini juga dikenal dengan



istilah



ADL



(Actifity



of



Daily



Living).



Dalam



pembelajaran



pengembangan bina diri terdapat beberapa istilah, antara lain activities of daily living yang sering disingkat dengan ADL, mengurus diri atau merawat diri (self care), dan menolong diri atau self help. Aktivitas dan keterampilan hidup sehari-hari



(Activity



of



Daily



Living/ ADL),



dalam



pendidikan



anak



berkebutuhan khusus dikenal dengan istilah bina diri. Bina Diri merupakan suatu kegiatan yang bersifat pribadi, tetapi memiliki dampak dan berkaitan dengan human relationship (hubungan antar manusia/sosial). Bina diri merupakan pembelajaran pada anak tunagrahita agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, seperti mengurus diri sendiri, membersihkan diri, makan, minum, menggunakan toilet sendiri, dan lain-lain, mengatasi berbagai masalah dalam menggunakan pakaian, memilih pakaian yang cocok, dapat mengancing pakaian sendiri (Wantah, J.M., 2007:37). Bina diri adalah suatu usaha dalam membangun diri individu baik sebagai individu maupun makluk sosial melalui pendidikan keluarga, disekolah maupun dimasyarakatk, sehingga terwujud kemandirian dan ketelibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai (Astati, 2003:15). Kemampuan merawat diri berarti kecakapan atau keterampilan yang perlu bagi anak agar dapat mengurus dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari tanpa bantuan orang lain (Suranto, 2002). Kemampuan bina diri harus dipelajari, untuk anak-anak yang tergolong normal pembelajaran ini bisa dikatakan relatif mudah, mereka mengamati, mendengarkan ataupun menirukan orang lain dengan relatif lancar akan dapat 2



melakukannya, akan tetapi tidaklah demikian bagi anak tunagrahita. Mereka perlu berusaha keras untuk berlatih dengan program pembelajaran pengembangan bina diri yang disusun secara sistematis berdasarkan hasil asesmen mulai dari materi yang sederhana ke materi yang komplek. b. Tujuan Pembelajaran pengembangan bina diri bagi peserta didik tunagrahita Tujuan dari bina diri adalah untuk mengembangkan sikap-sikap dan kebiasaankebiasaan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurus diri sendiri sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Bina diri juga juga bertujuan mengurangi dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-harI. Bina diri menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan anak tunagrahita dalam tata laksana pribadi (mengurus diri, menolong diri, merawat diri, bersosialisasI). Bina diri merupakan program pengembangan pembelajaran agar anak tunagrahita dapat mandiri dengan tidak/kurang bergantung pada orang lain dan mempunyai rasa tanggung jawab. Bina diri sebagai proses belajar dalam diri, anak harus diberikan kesempatan untuk belajar secara optimal, kapan saja dan dimana saja. Implikasinya terwujud dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mendengarkan, melihat, mengamati, dan melakukannya. Tujuan pembelajaran pengembangan bina diri adalah agar anak tunagrahita mempunyai rasa tanggung jawab berkaitan dengan aktivitas pribadi dan sosial. Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut: 1)



Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan anak tunagrahita dalam tatalaksana pribadi (mengurus diri, menolong diri, merawat diri, dsb)



2)



Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan anak tunagrahita dalam berkomunikasi sehingga dapat mengkomunikasikan keberadaan dirinya.



3)



Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan anak tunagrahita dalam hal sosialisasi.



c. Ruang lingkup pembelajaran pengembangan bina diri bagi peserta didik tunagrahita Ruang lingkup pengembangan bina diri bagi anak tunagrahita meliputi keterampilan merawat diri, mengurus diri, menolong diri, bekomunikasi, 3



bersosialisasi,



keterampilan



hidup,



dan



menggunakan



waktu



luang



(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014). 1) Keterampilan Merawat Diri Keterampilan merawat diri merupakan keterampilan dasar seseorang dalam merawat dirinya sendiri. Keterampilan merawat diri berkaitan dengan kemampuan memelihara tubuh, kesehatan dan keselamatan diri seperti melindungi dari bahaya sekitar ataupun mengatasi luka, dan sebagainya. Keterampilan merawat diri, diantaranya adalah keterampilan mandi, menggosok gigi, merawat rambut, mencuci tangan, membersihkan telinga, dan lain-lain. Keterampilan dalam menjaga keselamatan dan kesehatan mencakup kemampuan mengikuti petunjuk atau prosedur keselamatan, penggunaan atau pemakaian obat dan kemampuan mengikuti peringatan akan bahaya. Termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat-alat elektronika, keterampilan dalam menggunakan benda tajam seperti pisau, gunting, sabit dan lain-lain, dan keterampilan mengikuti rambu lalu lintas, misalnya saat menyeberang jalan, dan sebagainya. 2) Keterampilan Mengurus diri Kebutuhan mengurus diri meliputi memelihara diri secara praktis, mengurus kebutuhan yang bersifat pribadi seperti makan, minum, menyuap makanan, berpakaian, pergi ke toilet, berdandan, keramas, vulva



hygiene,



berpakaian, menyisir rambut, berhias, menyeterika,



melipat, dan menggantung,



mencuci tangan sebelum dan sesudah



makan, memakai dan merawat sepatu. 3) Kebutuhan menolong diri Kebutuhan menolong diri, diantaranya adalah memasak sederhana, mencuci pakaian, menyeterika dan melakukan aktivitas rumah seperti menyapu dan lain sebagainya. 4) Keterampilan Berkomunikasi Kebutuhan komunikasi meliputi komunikatif ekspresif yaitu menjawab nama dan identitas keluarga dan komunikasi reseptif yaitu mampu 4



memahami apa yang disampaikan orang lain. Keterampilan berkomunikasi bagi peserta didik tunagrahita merujuk pada keterampilan berbahasa baik secara verbal maupun tertulis dalam konteks komunikasi. Termasuk di dalamnya keterampilan dalam menyampaikan pesan, keinginan atau perasaan. 5) Keterampilan Bersosialisasi Keterampilan bersosialisasi merujuk pada keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan peserta didik tunagrahita dalam menjalin interaksi dengan orang lain, termasuk keterampilan menjalin pertemanan, mengungkapkan emosi atau perasaan, mengenali atau membaca emosi orang lain dan mentaati norma sosial. Kebutuhan sosialisasi juga berkaitan



dengan



keterampilan



bermain, berinteraksi,



partisipasi



kelompok, ramah dalam bergaul, mampu menghargai orang, bertanggung jawab pada diri sendiri dan mampu mengendalikan emosi. 6) Keterampilan hidup Anak tunagrahita meskipun mengalami hambatan inteligensi dan adaptasi sosial, tetap membutuhkan keterampilan hidup/kecakapan hidup karena anak tunagrahita diharapkan juga bisa berpartisipasi dalam lingkungan sosial secara mandiri dan seoptimal mungkin sesuai potensi yang dimiliki. Berkaitan dengan hal tersebut anak tunagrahita juga perlu pembelajaran dan pelatihan tentang keterampilan hidup sebagai bekal berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, diantaranya meliputi keterampilan menggunakan uang, keterampilan berbelanja dan keterampilan dalam bekerja, membersihkan lingkungan dalam rumah: membersihkan debu, menyapu lantai, mengepel lantai, membersihkan alat-alat rumah tangga, membersihkan lingkungan sekitar rumah: membersihkan halaman rumah, membuang sampah, memelihara kebun, dan sebagainya. Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi lima yaitu: a) kecakapan mengenal diri (self awareness), sering disebut kecakapan personal, b) kecakapan berfikir rasional (rational thinking skill), c) kecakapan sosial (social skill), d) kecakapan akademik (academic skill), e) kecakapan 5



vokasional (vocational skill) (Depdiknas, 2002). Pendidikan kecakapan hidup bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk anak tunagrahita meliputi: a) kecakapan kegiatan sehari-hari (activity of daily living), b) kecakapan personal-sosial (personal skill), dan c) kecakapan sosial (social skill) (Polloway dan Patton, 1994). Kecakapan dasar meliputi: kecakapan belajar mandiri; kecakapan membaca,



menulis,



dan



menghitung;



kecakapan



berkomunikasi;



kecakapan berpikir ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral, sistem, kreatif, eksploratif, reasoning, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah; kecakapan kalbu/personal; kecakapan mengelola raga; kecakapan merumuskan kepentingan dan upaya-upaya untuk mencapainya; dan kecakapan berkeluarga dan sosial. Kecakapan instrumental meliputi: kecakapan memanfaatkan teknologi; kecakapan mengelola sumber daya; kecakapan bekerjasama dengan orang lain; kecakapan memanfaatkan informasi; kecakapan menggunakan sistem; kecakapan berwirausaha; kecakapan



kejuruan;



kecakapan



memilih,



menyiapkan,



dan



mengembangkan karir; kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan: dan kecakapan menyatukan bangsa. Pendidikan kecakapan hidup memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tunagrahita tentang nilainilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjalankan kehidupannya, yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya. Keterampilan kerja berbeda dengan keterampilan



vokasional.



Keterampilan



bekerja



merujuk



pada



keterampilan yang mendukung kesuksesan peserta didik tunagrahita dalam pekerjaannya. Sedangkan keterampilan vokasional merujuk pada penguasaan individu pada satu jenis pekerjaan, misalnya keterampilan untuk pekerjaan mencuci sepeda motor. 7) Keterampilan menggunakan waktu luang Keterampilan menggunakan waktu luang merupakan keterampilan peserta didik tunagrahita menggunakan waktu luang untuk kegiatan 6



rekreatif sesuai usia perkembangan anak. Keterampilan menggunakan waktu luang bagi anak tunagrahita dapat berupa kegiatan kegiatan olahraga, seni dan keterampilan sederhana seperti memelihara tanaman atau hewan, keterampilan bermain baik sendiri maupun bersama teman yang lain, dan sebagainya. 2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Pengembangan Bina Diri Pada Peserta Didik Tunagrahita Prinsip



dasar



pembelajaran pengembangan bina diri pada peserta didik



tunagrahita meliputi dua hal, yaitu: a. prinsip yang berkaitan dengan peristilahan yang dipergunakan. Perbedaan istilah di atas bila ditinjau dari sudut kepentingan masyarakat tidaklah berbeda, secara esensi sama yaitu membahas tentang aktivitas yang dilakukan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hariannya dalam hal perawatan atau pemeliharaan diri b. berkaitan dengan fungsi dari kegiatan Bina Diri, yaitu mengembangkan keterampilan-keterampilan pokok/penting untuk memelihara (maintenance) dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan personal, untuk melengkapi tugastugas pokok secara efisien dalam kontak sosial sehingga dapat diterima di lingkungan kehidupannya, meningkatkan kemandirian. Prinsip umum



pelaksanaan pembelajaran pengembangan bina diri yaitu:



assesmen: menemukan hal-hal yang sudah dan belum dimiliki



anak dalam



berbagai hal dan menemukan kebutuhan anak, keselamatan (safety), kehatihatian (poise), kemandirian (independent), percaya diri (confident), tradisi yang berlaku di sekitar anak berada (traditional manner), sesuai dengan usia (in appropriate), modifikasi alat dan cara, analisa tugas (task analysis). Prinsip-prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pengembangan bina diri pada peserta didik tunagrahita sebagai berkut: a. Prinsip fungsional bina diri: layanan yang diberikan dalam bentuk latihanlatihan fungsi otot dan sendi, tujuan untuk meningkatkan fungsi gerak otot dan sendi agar mencapai kemampuan gerak yang optimal.



7



b. Prinsip supportif bina diri: latihan atau pembinaan untuk meningkatkan motivasi, dan percaya diri bahwa dirinya mempunyai kemampuan yang dapat dikembangkan, tujuan hal tersebut adalah menanamkan rasa percaya diri dan motivasi sehingga mempunyai keyakinan bahwa hambatan yang dialaminya tidak menjadi hambatan untuk berprestasi. c. Prinsip evaluasi bina diri: kegiatan terstruktur



layanan



atau



pembinaan



secara



dan dengan standar perkembangan atau kemampuan standar



normal. d. Prinsip Activity of Daily Living: pembinaan atau latihan yang diberikan



mengacu kepada segala aktiitas yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali 3. Teknik Pembelajaran Pengembangan Bina Diri Pada Peserta Didik Tunagrahita



Pengembangan diri pada peserta didik tunagrahita didasarkan pada pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik tunagrahita, memperhatikan lingkungan yang kondusif, menggunakan pembelajaran terpadu, mengembangkan keterampilan hidup/kecakapan hidup, menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan dan kemampuan peserta didik tunagrahita. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program pengembangan diri supaya berhasil sesuai dengan yang diharapkan dimulai dengan kesiapan peserta didik dalam menerima latihan, belajar dalam keadaan nyaman dan diusahakan peserta didik dibawa dalam kondisi yang kongkrit dan nyata supaya pengalaman belajar yang didapat peserta didik utuh dan menyeluruh, latihan diberikan berdasarkan tahapan tugas (task analisys), berikan penguatan berupa pujian dan lainnya, latihan dilakukan secara berulang-ulang. Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran bina diri bersifat perbaikan tingkah laku (behavior modification). Dalam pendekatan yang bersifat perbaikan tingkah laku, diperlukan: baseline, kriteria, dan reinforcement. Baseline adalah kemampuan yang dimiliki anak 8



sebelum mendapat pembelajaran dan latihan bina diri. Kemampuan ini untuk melihat ada tidaknya perubahan setelah mendapat pembelajaran dan latihan bina diri Untuk mengetahui kemampuan ini perlu dilakukan asesmen lebih dulu. Kriteria ialah menetapkan sejumlah trial (betul) yang harus dicapai dalam satu pertemuan. Pembelajaran dilakukan dalam beberapa pertemuan, pada setiap pertemuan dibagi atas trial (betul) dan eror (salah). Jika jumlah tersebut (misalnya anak dalam memakai pakaian selama tiga kali dengan betul) tercapai, maka anak dinyatakan berhasil, dan guru akan menetapkan jumlah yang betul (trial) dalam pertemuan tersebut. Reinforcement ialah penguatan yang diberikan oleh guru kepada anak segera setelah anak itu melakukan kegiatan bina diri agar siswa terdorong melakukan kegiatan bina diri lagi. Teknik yang perlu dilakukan dalam pembelajaran pengembangan bina diri pada peserta didik tunagrahita adalah sebagai berikut: a. Memberi contoh (modelling), menunjukkan kepada anak apa yang harus dikerjakan b. Menuntun/mendorong (promting), melakukan atau mengatakan sesuatu untuk membantu anak agar dapat mengerti apa yang harus dilakukan c. Mengurangi tuntunan (fading), ialah mengurangi tuntunan secara



bertahap



sejalan dengan keberhasilan siswa d. Pentahapan (shaping), ialah membagi kegiatan dalam beberapa pentahapan, dimulai dari yang mudah ke yang sukar. Selain yang telah diuraikan di atas, strategi pelaksanaan program pembelajaran pengembangan bina diri pada pserta didik tunagrahita juga didasarkan pada beberapa pendekatan, sebagai berikut: a. Berorientasi pada kebutuhan anak dan dilaksanakan secara integratif dan holistik. b. Lingkungan yang kondusif. Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan, dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam belajar. c. Menggunakan pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu yang beranjak dari tema yang menarik anak (centre of interest) dimaksudkan agar 9



anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. d. Mengembangkan keterampilan hidup. e. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar. Media dan sumber belajar dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan. f. Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan dan kemampuan anak. Ciri-ciri pembelajaran ini adalah 1) anak belajar dengan sebaik-baiknya



apabila



kebutuhan



fisiknya terpenuhi, serta merasakan



aman dan tentram, 2) siklus belajar anak berulang, dimulai dari membangun kesadaran, melakukan penjelajahan (eksplorasi), memperoleh penemuan untuk selanjutnya anak dapat menggunakannya, 3) anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman sebayanya, 4) minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya, 5) perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual, 6) anak belajar dengan cara dari sederhana ke yang rumit, dan tingkat yang termudah ke yang sulit. 4. Prosedur pembelajaran pengembangan bina diri pada peserta didik tunagrahita Pelaksanaan program pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita



perlu



memperhatikan rambu-rambu, sebagai berikut. a. Pengembangan diri dibuat tidak berdasarkan jenjang, satuan pendidikan, dan tingkatan kelas. Program pengembangan diri disusun berdasarkan hasil asesmen. b. Metode, alat pengembangan atau pembelajaran, dan evaluasi diserahkan sepenuhnya kepada guru. c. Proses pengembangan dilaksanakan dengan mengutamakan aspek motorik dan psikomotor. d. Penguasaan kemampuan dan indikator tidak harus dilakukan secara berurutan, tetapi guru diberi wewenang untuk memilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. 10



Dalam menyusun rencana pembelajaran pengembangan bina diri pada peserta didik tunagrahita, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Pembelajaran pengembangan bina diri sebagai proses belajar dalam diri. Anak harus diberikan kesempatan untuk belajar secara optimal, kapan saja dan dimana saja. Implikasinya terwujud dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mendengarkan, melihat, mengamati, dan melakukannya. b. Pendidikan Bina Diri sebagai proses sosialisasi. Pendidikan Bina Diri bukan hanya untuk mencerdaskan dan membuat anak terampil, tetapi juga membuat anak menjadi manusia yang bertanggung jawab. c. Pendidikan Bina Diri sebagai proses pembentukan dan pengembangan diri anak kearah kemandirian. Beberapa pedoman yang perlu ditaati agar pembelajaran pengembangan bina diri dapat mencapai hasil dengan efektif adalah sebagai berikut: a. Perhatikan apakah anak sudah siap (matang) untuk menerima latihan, kenalilah anak dan terimalah ia dengan segala kekurangannya. b. Belajar dalam keadaan nyaman (rileks). Segala sesuatu dikerjakan dengan tegas tanpa ragu-ragu tetapi dengan lemah lembut. Bersikaplah tenang dan manis walau anak melakukan kesalahan berkali-kali. c. Latihan hendaknya diberikan dengan singkat dan sederhana, tahap demi tahap. Usahakan agar pada waktu latihan, anak melihat dan mendengarkan apa yang kita inginkan. d. Tunjukkan pada anak cara melakukan sesuatu yang benar, berikan contohcontoh yang mudah dimengerti anak. Jangan banyak kata-kata karena akan membingungkan anak. e. Pada waktu melakukan sesuatu, iringilah dengan percakapan, dan gunakan kata-kata yang sederhana. f. Tetapkanlah disiplin/aturan dan jangan menyimpang dari ketetapan utama, waktu dan tempat, karena akan membingungkan anak. g. Berilah pujian bila usaha yang dilakukan anak berhasil baik. Tidak perlu memberi pujian yang berlebihan bila memang usaha yang dikerjakan anak belum berhasil. 11



h. Tidak perlu merasa kecewa bila tidak tampak kemajuan anak walau sudah latihan lama, hentikan latihan agar anak tidak frustasi dan merasa gagal. i.



Fleksibilitas. Jika metode latihan tetap tidak berhasil setelah latihan cukup lama, maka perlu disusun kembali metode yang sesuai dengan batas kemampuan dan kondisi anak.



5. Rancangan dan Penerapan Pembelajaran Bina Diri Merawat Diri, Mengurus Diri, Menolong Diri Dengan Tepat Pada Peserta Didik Tunagrahita Dengan Pendekatan Saintifik Dalam merancang pembelajaran pengembangan bina diri peserta didik tunagrahita sebaiknya berdasarkan pada kompetensi dan indikator yang ada dalam pengembangan



bina



diri,



contoh



program



pelaksanaan



pembelajaran



pengembangan bina diri adalah sebagai berikut: Contoh Program Pengembangan Diri Satuan Pendidikan : SDLB-C Bidang Pengembangan: Merawat diri Waktu: 4 jam pelajaran setiap minggu a. Kompetensi Dasar Mampu makan dan minum di kehidupan sehari-hari dengan cara yang benar a. Indikator 1) Mengenal alat makan dan minum 2) Menggunakan alat makan dan minum 3) Memilih alat dan bahan untuk makan-minum yangbiasa digunakan 4) Melakukan kegiatan makan dengan menggunakan tangan 5) Melakukan kegiatan makan dengan menggunakan alat sendok, dan garpu 6) Melakukan kegiatan minum dengan menggunakan gelas atau cangkir b. Tujuan 1) Peserta didik mampu mengenal alat makan dan minum dengan benar 2) Peserta didik mampu menggunakan alat makan dan minum dengan benar 3) Peserta didik mampu memilih alat dan bahan makan-minum yang digunakan sehari-hari dengan tepat



12



4) Peserta didik mampu melakukan kegiatan makan dengan menggunakan tangan 5) Peserta didik mampu melakukan kegiatan makan dengan menggunakan alat sendok, dan garpu 6) Peserta didik mampu melakukan kegiatan minum dengan menggunakan gelas atau cangkir c. Pendekatan, Strategi, Metode 1) Pendekatan: individual 2) Strategi: starategi pembelajaran langsung 3) Metode: demonstrasi, tanya jawab, tugas, latihan dan praktik langsung d. Materi 1) mengenal alat makan dan minum 2) menggunakan alat makan dan minum 3) bahan-bahan makanan dan minuman 4) tata cara makan dan minum dengan benar e. Sumber dan Media/Alat: Sendok, garpu, piring, gelas, lap, nasi, lauk, sayur, makanan dan minuman. f. Pelaksanaan Program 1) Pendahuluan a) Mengondisikan peserta didik ke dalam situasi belajar b) Melakukan tanya jawab tentang kebiasaan makan yang dilakukan peserta didik dan peralatan yang digunakan. 2) Kegiatan Inti a) Peserta didik mengamati, dan menunjukkan alat makan dan minum. b) Menyebutkan nama alat makan dan minum. c) Peserta didik memilih peralatan makan dan minum serta bahan makanan dan minuman yang biasa digunakan sehari-hari. d) Guru memperagakan cara memegang sendok dan garpu, yaitu sendok dipegang oleh tangan kanan dan garpu dipegang oleh



tangan kiri,



cara memegangnya seperti memegang pensil atau pulpen pada waktu



13



menulis, dan setelah selesai menggunakan sendok dan garpu disimpan secara menyilang dengan posisi telungkup e) Peserta didik praktik memegang sendok dan garpu sesuai dengan bimbingan guru f) Guru memperagakan cara memegang gelas dan cangkir dengan tangan kanan, untuk gelas yang mempunyai kaki dipegang pada bagianatas kakinya dan gelas yang tanpa kaki dipegang pada bagian bawah, menggunakan 5 jari. Sedangkan cara memegang cangkir dipegang pada tangkainya. g) Peserta didik praktik memegang alat minum gelas dan cangkir h) Peserta didik melakukan praktik makan menggunakan tangan dengan bimbingan guru dengan tahapan kegiatan meliputi cuci tangan ke dalam mangkuk; membaca do’a sebelum makan; mengambil nasi dari tempat nasi ke piring; mengambil lauk dari yang terdekat ke piring; mengambil nasi dan lauk dengan tangan dan memasukkannya ke dalam mulut; makan harus habis dan piring harus bersih; membaca doa setelah selesai makan; mencuci tangan; mengelap tangan dan mulut dengan serbet; peserta didik mencuci peralatan makan-minum yang telah digunakan dan menyimpan kembali pada tempatnya i) Peserta didik melakukan kegiatan makan menggunakan alat sendok dan garpu dengan bimbingan guru dengan tahapan: mencuci tangan; membaca doa sebelum makan; mengambil nasi dari tempat nasi ke piring; mengambil lauk dari yang terdekat ke piring; memegang sendok dengan tangan kanan, garpu dipegang dengan tangan kiri; menghabiskan makanan yang ada di piring; setelah selesai makan sendok, dan garpu disimpan bersilang dengan posisi telungkup; membaca doa setelah selesai makan; mencuci tangan; mengelap tangan dengan serbet; mencuci peralatan makan yang telah digunakan, dan mengembalikan pada tempatnya. j) Peserta didik melakukan kegiatan minum menggunakan gelas atau cangkir, dengan tahapan: pegang badan gelas (untuk gelas tanpa kaki) 14



dengan kelima jari, sedangkan untuk memegang cangkir pegang bagian tangkainya, dekatkan ke mulut lalu teguk perlahan-lahan, dan tidak tergesa-gesa, simpan kembali gelas atau cangkir dengan rapi. mencuci peralatan minum yang telah digunakan, dan mengembalikan pada tempatnya. 3) Penutup a)



Melakukan refleksi seluruh aktivitas pembelajaran pengembangan bina diri yang telah dilakukan



g.



b)



Berpesan pada siswa agar mempraktekkan di rumah.



c)



Menutup pembelajaran dengan doa.



Penilaian Guru mencatat hasil pengamatan atas respon yang diberikan peserta didik untuk setiap indikator yang diajarkan, contoh lembar penilaian untuk satu indikator (terlampir)



6. Model Pembelajaran yang Berbasis Analisis Tugas Dengan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kehidupan Sehari-hari. Pembelajaran pengembangan bina diri adalah salah satu pelajaran yang diberikan melalui analisis tugas.



Analisa tugas adalah tehnik memecah suatu



tugas atau kegiatan menjadi langkah-langkah kecil yang berurutan dan mengajarkan tiap langkah itu hingga anak dapat mengerjakan seluruhnya. Analisa tugas harus direncanakan melalui program pembelajaran/latihan yang disusun secara rinci, konkrit, berkesinambungan dan dalam pelaksanaannya disertai dengan bantuan verbal dan nonverbal sesuai dengan kemampuan anak yang dilatih. Dalam perencanaan analisa tugas, harus disesuaikan pula dengan tingkat kecerdasan anak tunagrahita. Analisis tugas terhadap bahan yang akan diajarkan meliputi analisis tugas rincian, analisis tugas alur, dan analisis tugas generalisasi, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Analisis tugas rincian (discrimination task analysis), dalam analisis tugas rincian ini tugas dipecah menjadi satuan sub tugas berdasarkan perbedaan 15



satu sama lain. Dalam menggosok gigi, membedakan sub-sub seperti: menggosok bagian luar gigi rahang kanan, menggosok bagian dalam gigi rahang kiri, dan sebagainya. b. Analisis tugas alur (flow chart task analysis), seperti analisa tugas rincian , analisa tugas alur juga dirinci atas sub-sub yang lebih kecil tetapi dengan meletakkan penekanan pada urutan-urutan sub-sub satu sama lain. Tugas mengenakan kaos kaki misalnya, dapat dipecah menjadi beberapa sub tugas dan sub-sub tersebut berurut dengan urutan yang tetap. Sub-sub tugas tersebut biasanya digambarkan berupa persegi empat satu sama lain dihubungkan dengan tanda panah mengarah ke kanan. Contoh analisis tugas alur: mengenakan kaos kaki, sebagai berikut: 1. Masukkan jari kaki ke lubang kaos kaki



2. Dekatkan ujung kaos kaki ke jari kaki



3. Tarik lubang kaos kaki ke betis atas



4. Merapikan



Setiap sub berkali-kali sampai mahir, selama anak 1 tugas sebaiknya dilatih 2 belun mahir dalam



salah satu sub tugas, sub-sub tugas sebelumnya 4 3



dilakukan dengan bantuan sepenuhnya oleh guru. Sedangkan sub-sub tugas yang sudah dikuasai dilakukan sendiri sepenuhnya oleh anak. c. Analisis tugas generalisasi (generalization analysis)



Analisis tugas ini digumakan untuk tugas-tugas yang terdiri atas beberapa prinsip. Misalnya dalam mengenal alat-alat bina diri, kata-kata dan kalimat yang berkaitan dengan nama alat bina diri dirinci dan dipisahkan dengan tanda koma. Langkah-langkah pembuatan analisis tugas adalah sebagai berikut: a. Identifikasi: mengidentifikasi keterampilan/kegiatan yang akan dilatihkan b. Tentukan tujuan yang akan dicapai c. Tentukan target yang harus dikuasai anak pada akhir program d. Tentukan jumlah langkah penting bagi anak tertentu e. Tentukan titik awal latihan dimulai f. Tentukan berapa kali pertemuan, untuk menyelesaikan tugas g. Penilaian: contoh format penilaian bina diri (terlampir) 16



Strategi pembelajaran pengembangan diri dengan analisis tugas adalah sebagai berikut: a. bagilah tugas itu menjadi langkah-langkah kecil (sub tugas) b. metode yang digunakan: forward chainning atau backward chainning c. bantuan yang akan digunakan: bantuan verbal, non vernal d. alat bantu yang diperlukan: disesuaikan dengan kegiatan yang dilatihkan e. peragaan/pemberian contoh Penilaian yang paling sesuai untuk program pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita adalah penilaian kinerja. Melalui penilaian kinerja peserta didik tunagrahita dinilai keterampilannya dalam berperilaku adaptif pada situasi yang sealamiah mungkin dalam kehidupan sehari-hari. Prosedur penilaian kinerja terdiri dari tiga tahapan, yaitu penetapan tugas, penyusunan rubrik dan penetapan level kinerja. a. Penetapan Tugas Tugas secara khusus diberikan kepada peserta didik tunagrahita sesuai kompetensi dan indikator yang ditargetkan. Tugas yang diberikan dilakukan pada keadaan yang sesungguhnya, bukan simulasi. Sebagai contoh untuk indikator mencuci kaki maka tugas yang diberikan kepada peserta didik tunagrahita adalah mencuci kaki di kamar mandi. Dengan demikian tugas yang diberikan kepada peserta didik tunagrahita harus khusus, jelas dan langsung dalam kehidupan sehari-hari. b. Menyusun Rubrik Penilaian Rubrik penilaian merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai suatu tugas yang diberikan kepada peserta didik. Melalui rubrik penilaian guru dapat memberikan skor dari kinerja yang ditampilkan atau ditunjukkan oleh peserta didik. Rubrik untuk menilai kecakapan peserta didik tunagrahita dalam kegiatan pengembangan bina diri dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu mandiri, dengan bantuan verbal, dengan bantuan fisik, dan dengan bantuan verbal dan fisik. Indikator perilaku untuk setiap kategori dapat dilihat dalam tabel berikut ini:



17



Tabel 1. Indikator Perilaku Untuk Rubrik Penilaian Kegiatan Pembelajaran Pengembangan Bina Diri Skor 4



Kategori



Indikator Perilaku



Mandiri



a. Melakukan tugas secara mandiri tanpa bantuan dari guru atau orang lain dan melakukan tugas dengan secara lancar.



3



2



1



Dengan bantuan



Melakukan tugas dengan bantuan verbal atau bimbingan



verbal



secara verbal dari guru atau orang lain.



Dengan bantuan



Melakukan tugas dengan bantuan fisik atau bimbingan secara fisik



fisik



secara langsung dari guru atau orang lain.



Dengan bantuan



Melakukan tugas dengan bantuan verbal dan fisik secara langsung



verbal dan fisik



dari guru atau orang lain.



Hasil pembelajaran pengembangan bina diri kemudian disimpulkan secara keseluruhan. Kesimpulan tersebut dilaporkan kepada orang tua sebagai bentuk informasi hasil pengembangan bina diri. Hasilnya kemudian akan digunakan untuk pengembangan program pengembangan bina diri pada periode selanjutnya. Teknik penulisan laporan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, artinya bahwa hasil kegiatan pengembangan diri dilaporkan secara diskriptif dan dilengkapi dengan angka berupa persentase keberhasilan. Format pelaporan yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran pengembangan bina diri (terlampir). 7. Materi pembelajaran pengembangan bina diri yang fungsional sesuai kebutuhan peserta didik tunagrahita Materi



pembelajaran



atau



latihan



dalam



memberikan



pengalaman



pembelajaran pengembangan bina diri sebaiknya diberikan dari yang konkrit menuju abstrak, atau dari yang mudah menuju yang lebih sulit, dari yang ringan menuju yang berat. Materi bina diri untuk anak tunagrahita, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Membersihkan diri dan merapikan diri Sub pokok bahasan: membersihkan diri dan merapikan diri adalah mencuci tangan dan mengeringkanya, mencuci kaki dan mengeringkanya, mencuci muka dan mengelapnya, menggosok gigi, mandi, mencuci rambut (keramas), memakai pembalut wanita, dan sebagainya. 18



b. Berbusana/berpakaian Anak tunagrahita sangatlah perlu dilatih untuk berbusana dengan rapi, sopan, sesuai dengan keadaan sehingga mereka mempunyai rasa percaya diri dan dapat mengembangkan perasaan estetis. c. Makan dan Minum Sub pokok bahasan makan dan minum adalah makan dengan menggunakan sendok, makan dengan menggunakan sendok dan garpu, minum dengan menggunakan gelas, minum dengan menggunakan cangkir, minum dengan menggunakan sedotan. d. Menghindari Bahaya Sub-sub menghindari bahaya yang perlu dilatihkan adalah menghindari bahaya listrik, bahaya api atau panas, bahaya benda runcing dan benda tajam, bahaya lalu lintas, bahaya binatang buas, bahaya binatang tertentu, bahaya air dan banjir Kemampuan, dan indikator pembelajaran pengembangan bina diri untuk peserta didik tunagrahita sebagai berikut: Tabel 2. Kompetensi dan Indikator Program Pembelajaran Pengembangan Bina Diri Bagi Peserta Didik Tunagrahita KOMPETENSI



INDIKATOR



A. Merawat, mengurus,



Mengenal alat makan dan minum



menolong diri



Menggunakan alat makan dan minum



1. Mampu makan dan



Makan menggunakan tangan



minum dalam



Makan menggunakan alat (sendok, dan garpu)



kehidupan sehari-hari



Makan makanan berkuah



dengan cara yang benar



Makan makanan kemasan Minum menggunakan gelas atau cangkir Minum menggunakan sedotan Minum minuman dalam kemasan Makan di restoran atau resepsi Melakukan tatacara makan dan minum dengan sopan



2. Mampu membersihkan



Memelihara kebersihan tangan dan kaki



dan menjaga kesehatan



Menggunakan toilet



badan dengan cara



Membersihkan diri setelah buang air kecil dan besar



yang benar



Mencuci wajah



19



Melakukan kegiatan mandi Menggosok gigi Melakukan cuci rambut Memelihara kebersihan telinga dan hidung Menggunakan pembalut wanita(wanita) Memelihara kuku Mencukur kumis dan jenggot 3.



Mampu menanggalkan



Menanggalkan pakaian dalam



dan mengenakan



Mengenakan pakaian dalam



pakaian dengan cara



Menanggalkan pakaian luar



yang benar



Mengenakan pakaian luar Melepas sepatu dan kaus kaki Memakai sepatu dan kaus kaki Mengenakan asesoris pakaian Memilih pakaian sesuai kebutuhan Mengenakan pakaian sesuai kebutuhan



4.



Mampu merias diri



Menyisir rambut



dengan cara yang



Menata rambut



benar



Merias wajah Mengenakan asesoris



5. Menjaga Keselamatan



Mengenal benda-benda berbahaya



dan Kesehatan



Mengenal binatang buas dan jinak



a.



Mampu menjaga



Menghindarkan



keselamatan diri



(tajam,runcing,licin,panas)



dengan baik



Menghindarkan diri dari binatang berbahaya



diri



dari



benda-benda



berbahaya



Menghindarkan diri dari bencana alam Menjaga keselamatan dari dalam penggunaan ruangan, naik turun tangga atau eskalator, menggunakan lift b. Mampu mengobati luka dengan cara yang benar B. Berkomunikasi 1. Mampu berkomunikasi dengan orang lain



Mengobati luka dari benda-benda berbahaya Mengobati luka dari binatang berbahaya Berkomunikasi secara verbal atau lisan (tatap muka) Berkomunikasi secara audio-visual (dengan media) Menggunakan bahasa sesuai etika



secara verbal, dan tulisan dengan cara yang benar



20



C. Bersosialisasi 1. Mampu beradaptasi di



Beradaptasi dengan teman Melakukan orientasi dan adaptasi dengan lingkungan



lingkungan keluarga,



Melakukan kerjasama di lingkungan keluarga, sekolah dan



sekolah, masyarakat



masyarakat



dengan baik D



Keterampilan hidup



Mengenal alat masak



1. Mampu melaksanakan



Membuat minuman dingin



kesibukan, dan



Membuat minuman panas



keterampilan



Memasak masakan sederhana



sederhana dalam



Merapikan tempat tidur



kehidupan sehari-hari



Menjaga kebersihan sekolah dan rumah Menjaga kebersihan pakaian Menjaga kerapihan pakaian Memelihara pakaian (memasang kancing, dll) Memelihara kebersihan perabot rumah tangga Menghemat penggunaan energi (listrik, air bersih)



2. Mampu mengenal uang dengan baik 3. Mampu berbelanja



Mengenal nilai uang Mengenal fungsi uang Membelanjakan uang sesuai dengan harga barang



dengan cara yang benar E. Menggunakan Waktu



Menggunakan waktu istirahat



Luang



Menggunakan waktu libur



1. Mampu menggunakan



Berpartisipasi dalam pekerjaan di rumah



waktu luang dengan baik



8. Prinsip



Pembelajaran



Adaptif



yang



Sesuai



Bagi



Peserta



Didik



Tunagrahita a. Berdasarkan asesmen Program pembelajaran pengembangan bina diri dikembangkan berdasarkan hasil dari asesmen. Dalam konteks program pengembangan diri asesmen merupakan suatu usaha yang bertujuan mengumpulkan berbagai informasi tentang perkembangan peserta didik tunagrahita dalam aspek perilaku adaptif yang berkaitan dengan pembelajaran pengembangan bina diri. Adapun tujuan mengadakan asesmen adalah untuk menemukan hal-hal yang sudah dimiliki (kekuatan) dan yang belum dimiliki (kelemahan) peserta didik; untuk 21



menemukan kebutuhan peserta didik; untuk menentukan kemampuan awal peserta didik (baseline); untuk menyiapkan Program Pendidikan Individual (PPI), untuk menentukan strategi, lingkungan belajar, penilaian dan evaluasi, waktu dan alat yang cocok atau sesuai digunakan dalam pembelajaran pengembangan bina diri. 1) Memperhatikan kesalamatan (safety) Dalam melaksanakan kegiatan pengembangan diri perlu diperhatikan keselamatan peserta didik tunagrahita terutama dalam melaksanakan kegiatan menolong diri. Peserta didik tunagrahita perlu mengenal bendabenda berbahaya, mengenal binatang buas dan jinak, menghindarkan diri dari



benda-benda



berbahaya



(tajam,



runcing,



licin,



dan



panas),



menghindarkan diri dari binatang berbahaya, menghindarkan diri dari bencana alam dan menjaga keselamatan diri dalam penggunaan ruangan, naik turun tangga atau eskalator, dan menggunakan lift. 2) Kehati-hatian (poise) Prinsip kehati-hatian perlu dimiliki oleh setiap guru. Kehati-hatian atau kewaspadaan sebagai sikap hati-hati guru untuk memenuhi tanggung jawab profesional. Guru mempunyai kewajiban untuk melaksanakan kegiatan pengembangan bina diri bagi peserta didik tunagrahita dengan sebaikbaiknya sesuai dengan kemampuan atau kompetensinya demi kepentingan peserta didik tunagrahita secara konsisten, tekun, cermat dan sesuai dengan tanggung jawab profesinya. 3) Kemandirian (independent) Menumbuhkan kemandirian peserta didik tunagrahita sangatlah penting karena dengan memiliki kemandirian peserta didik tunagrahita akan terbiasa mengerjakan kebutuhannya sendiri. Secara naluriah, peserta didik tunagrahita



mempunyai



dorongan



untuk



berkembang



dari



posisi



ketergantungan (dependent) ke posisi bersifat mandiri (independent), peserta didik tunagrahita yang mandiri akan bertindak dengan penuh rasa percaya diri dan tidak selalu mengandalkan bantuan orang lain atau orang dewasa dalam bertindak. 22



b. Berdasarkan keadaan lingkungan peserta didik atau tradisi yang berlaku di sekitar peserta didik berada (traditional manner) Dengan kondisi ini peserta didik tunagrahita tidak atau kurang dapat bersosialisasi dengan teman-teman seusianya dan masyarakat sekitarnya. Di lingkungan atau tempat tinggal peserta didik tunagrahita, mereka harus dapat bergaul atau bersosialisasi dengan baik. Setiap lingkungan atau tempat tinggal memiliki tata tertib atau aturan dan tradisi yang perlu dikenal, dipahami, dan dilaksanakan oleh semua warganya termasuk peserta didik tunagrahita, karena kemampuan peserta didik tunagrahita yang berbeda, mereka terkadang dipandang aneh oleh anak-anak seusianya, dan oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. c.



Sesuai dengan usia (in appropriate) Permasalahan bagi peserta didik tunagrahita, diantaranya kesulitan dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam melakukan kegiatan pengembangan bina diri. Masalah lainnya yaitu penyesuaian diri. Peserta didik tunagrahita mengalami kesulitan dalam hubungan dengan kelompok maupun dengan individu di sekitarnya. Peserta didik tunagrahita cenderung dijauhi oleh lingkungannya dan tidak diakui secara penuh sebagai individu. Hal ini berakibat pada pembentukan kepribadiannya, oleh karena itu mereka membutuhkan latihan pengembangan kemampuan adaptasi dengan lingkungan,



baik di



lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk itulah maka peserta didik tunagrahita perlu mendapat kegiatan pengembangan atau latihan yang terencana dan rutin mengenai kegiatan pengembangan bina diri. Kegiatan pengembangan bina diri yang dilakukan perlu disesuaikan dengan hasil asesmen peserta didik tunagrahita. d. Modifikasi alat dan cara atau strategi (contrivance and strategy modification) 1) Modifikasi alat pengembangan diri Modifikasi alat dalam pelaksanaan pengembangan bina diri akan berfungsi sebagai alat untuk latihan pengembangan diri, dan alat untuk kegiatan asesmen. Oleh sebab itu dalam pengadaan alat pengembangan bina diri tidak secara langsung untuk pengembangan secara khusus tetapi harus 23



berkaitan



dengan



alat-alat



untuk



mengembangkan



kemampuan



sensorimotor dan persepsi sebagai kemampuan dasar. Alat-alat yang dibutuhkan yaitu alat-alat yang berkaitan dengan kemampuan prasyarat antara lain alat latihan motorik kasar, alat latihan motorik halus, alat koordinasi mata-tangan, dan alat latihan kemampuan persepsi, alat-alat pengembangan diri antara lain alat-alat makan dan minum, menghidangkan makanan, berpakaian, kebersihan, dan alat latihan sosialisasi. 2) Modifikasi cara Modifikasi cara pengembangan diri peserta didik tunagrahita adalah keseluruhan usaha termasuk perencanaan, dan taktik dalam pengembangan diri untuk mencapai tujuan pengembangan atau kompetensi yang diharapkan. Modifikasi cara dalam pengembangan diri peserta didik tunagrahita



antara



lain



kegiatan



pengembangan



diri



yang



diindividualisasikan. Peserta didik tunagrahita dapat belajar bersama-sama dalam satu kelas atau kelompok tetapi dalam kegiatan pengembangan bina diri dapat dilakukan oleh guru khusus dan didukung



oleh guru mata



pelajaran. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengembangan diri antara lain metode demonstrasi, tanya jawab, penugasan, latihan, dan sebagainya. 9. Metode/Media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik tunagrahita Metode yang digunakan dalam program pelaksanaan pengembangan diri meliputi metode demonstrasi, pemberian tugas, simulasi, drill dan karyawisata. Selain itu guru juga dapat mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik tunagrahita, diantaranya dengan cara bermain dan permainan, bermain peran, kegiatan okupasi, modeling, modifikasi perilaku, dan sebagainya. . Modeling sangat mudah untuk dilaksanakan di dalam ruang kelas. Metode ini menunjukkan bahwa guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang oleh guru dengan melibatkan siswa sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar 24



karena model yang dihadirkan guru lebih variatif. Siswa juga tidak mudah bosan karena siswa dapat belajar dari sumber yang bermacam-macam tidak hanya dari satu guru saja. Metode tersebut juga sangat efektif, pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan dan lebih berkesan. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar dan pembelajaran terjadi (Sadiman, A., S., 2003:6). . Media, sarana dan prasarana program pembelajaran pengembangan bina diri bagi peserta didik tunagrahita mengikuti kompetensi yang hendak diajarkan. Tabel berikut memberi contoh kaitan antara kompetensi dan kebutuhan media, sarana dan prasarana. Tabel 3. Media, Sarana dan Prasarana Program Pembelajaran Pengembangan Bina Diri Peserta Didik Tunagrahita Kompetensi 1. Mampu makan dan



2.



Perangkat makan dan minum seperti piring, sendok,



minum dalam kehidupan



garpu, gelas, cangkir, mangkuk, dan lain-lain.



sehari-hari dengan cara



Ruang makan dan perabot pendukungnya seperti meja



yang benar



dan kursi.



2. Mampu membersihkan dan



1.



Media, sarana dan prasarana



Perangkat mandi seperti handuk, sabun, sikat gigi, pasta



menjaga kesehatan badan



gigi dan sampo.



dengan cara yang benar



Kamar mandi, toilet dan wastafel.



Mampu mengenakan



Pakaian dalam dan pakaian luar berbagai jenis, misalnya



pakaian dengan cara yang



pakaian berkancing, beresleting, dan kaos, untuk laki-laki



benar



dan perempuan.



Mampu merias diri dengan



Seperangkat alat rias, seperti cermin, sisir, bedak,



cara yang benar



deodoran, krim pelembab dan lain-lain.



25



C. REFERENSI Amin Mohamad. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Proyek Dikti Depdikbud. Anwar. (2004). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education), Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta. Arends. (2001). AnalisisTugas. http://arends.ngeblogs.com/2012/11/30/analisis-tugas. Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Astati. (2010). Bina Diri untuk Anak Tunagrahita. Bandung: CV Catur Karya mandiri. Astati, dkk, (2003). Program Khusus Bina Diri Bisakah aku Mandiri. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar Biasa. Ati, R., Kemis. (2013). Pendidikan Anak Tunagrahita. Jakarta: Luxima. Bailey, R., D. (1982). Therapeutic Nursing for the Mentally Handicapped. New York: Oxford University Press. Cartledge, G., Milburn, J, F. Teaching Social Skills to Children. New York: Pergamon Press. Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT. Refika Aditama. Depdiknas. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skill). Jakarta: Ditjen Diklusepa. Depdiknas. (2007). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Program Khusus Bina Diri SDLB, SMPLB. Jakarta: Direktorat Pembinaan SLB Depdiknas. -------------. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skill). Jakarta: Ditjen Diklusepa. -------------. (2002). Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas (Broad Based Education). Jakarta: Tim BBE. Depdikbud. (1997). Kurikulum Pendidikan Luar Biasa, GBPP Mata Pelajaran Program Khusus Bina Diri dan Bina Gerak. Jakarta: Depdikbud. ------------. (1997). Kurikulum Bina Diri untuk SLB C. Jakarta: Depdikbud, Subdit Pendidikan Luar Biasa. Gargiulo, R, M. (2012). Special Education in Contemporary Society. California: Sage Publications, Inc. Mannix, D. (2009). Life Skill Activities for Secondary Students with Special Needs. San Fransisco: Jossey Bass. Mc. Clure, V S. (2006). Anak Berkebutuhan Khusus. Terj. Oleh: Umam, K. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Poloway, Edward, A. & Patton, James, K. (1993). Strategies for Teaching Learners with Special Needs. New York: Macmillan Publishing Company. Sudrajad, D., Rosida, L. (2013). Pendidikan Bina Diri bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: PT. Luxima Metro Media. Wantah, M., J. (2007). Pengembangan Kemandirian ATG Mampu Latih. Jakarta: Depdiknas.



26



LAMPIRAN Format Hasil Asesmen Nama



: Rendi



Kelas



: .....................................



Umur



: .....................................



Tanggal : ......................................



Kompetensi: Mampu makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang benar NO



Pernyataan/Pertanyaan



1



Menunjukan alat makan dan minum



2



Menyebutkan alat makan dan minum



3



Menggunakan alat makan dan minum



4



Makan menggunakan tangan



5



Makan menggunakan sendok, dan garpu



6



Makan makanan berkuah



7



Makan makanan kemasan



8



Minum menggunakan gelas atau cangkir



9



Minum menggunakan sedotan



10



Minum minuman dalam kemasan



11



Makan di restoran atau resepsi



12



Melakukan tatacara makan dan minum dengan



Hasil M



MB



TM



sopan Keterangan: M : Mampu MB : Mampu dengan bantuan TM : Tidak mampu



Kompetensi: Mampu membersihkan dan menjaga kesehatan badan dengan cara yang benar NO 1



Pernyataan/Pertanyaan



Hasil M



MB



TM



Memelihara kebersihan tangan dan kaki



27



2



Menggunakan toilet



3



Membersihkan diri setelah buang air kecil dan besar



4



Mencuci wajah



5



Melakukan kegiatan mandi



6



Menggosok gigi



7



Melakukan cuci rambut



8



Memelihara kebersihan telinga dan hidung



9



Memelihara kuku



Keterangan: M : Mampu MB : Mampu dengan bantuan TM : Tidak mampu



Kompetensi: Mampu menanggalkan dan mengenakan pakaian dengan cara yang benar NO



Pernyataan/Pertanyaan



1



Menanggalkan pakaian dalam



2



Mengenakan pakaian dalam



3



Menanggalkan pakaian luar



4



Mengenakan pakaian luar



5



Melepas sepatu



6



Melepas kaus kaki



7



Memakai sepatu



6



Memakai kaus kaki



7



Mengenakan asesoris pakaian



8



Memilih pakaian sesuai kebutuhan



9



Mengenakan pakaian sesuai kebutuhan



Hasil M



MB



TM



Keterangan: M : Mampu MB: Mampu dengan bantuan TM: Tidak mampu



28



Format Laporan Deskripsi Hasil Asesmen



Nama



: ........................................................



Kelas



: ........................................................



Umur



: ........................................................



Tanggal : ........................................................



No



Aspek



Deskripsi



1



Mampu makan dan minum dalam kehidupan seharihari dengan cara yang benar



2



Mampu membersihkan dan menjaga kesehatan badan dengan cara yang benar



3



Mampu menanggalkan dan mengenakan pakaian dengan cara yang benar



Format Pemetaan Hambatan dan Potensi Hasil Asesmen Nama



: ....................................................



Kelas



: ...................................................



Umur



: ...................................................



Tanggal: .....................................................



No



1



Aspek



Yang telah



Yang belum



Yang



dikuasi



dikuasi



dibutuhkan



Mampu makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang benar



2



Mampu membersih-kan dan menjaga kesehatan badan dengan cara yang benar



3



Mampu menanggal-kan dan mengenakan pakaian dengan cara yang benar



29



Teknik penentuan skala prioritas



NO



KOMPETENSI



A



Merawat Diri



1



Mampu makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang benar



INDIKATOR



YA



TIDAK



Mengenal alat makan dan minum Menggunakan alat makan dan minum Makan menggunakan tangan Makan menggunakan sendok, dan garpu Makan makanan berkuah Makan makanan kemasan Minum menggunakan gelas atau cangkir Minum menggunakan sedotan Minum minuman dalam kemasan Makan di restoran atau resepsi



2



Mampu membersihkan dan menjaga kesehatan badan dengan cara yang benar



Melakukan tatacara makan dan minum dengan sopan Memelihara kebersihan tangan dan kaki Menggunakan toilet Membersihkan diri setelah buang air kecil dan besar Mencuci wajah Melakukan kegiatan mandi Menggosok gigi Melakukan cuci rambut Memelihara kebersihan telinga dan hidung Memelihara kuku



3



Mampu menanggalkan dan mengenakan pakaian dengan cara yang benar



Menanggalkan pakaian dalam Mengenakan pakaian dalam Menanggalkan pakaian luar Mengenakan pakaian luar Melepas sepatu Melepas kaus kaki Memakai sepatu Memakai kaus kaki Mengenakan asesoris pakaian Memilih pakaian sesuai kebutuhan Mengenakan kebutuhan



pakaian



sesuai



30



SISTEMATIKA PROGRAM KEBUTUHAN KHUSUS SELAIN RPP YANG JUGA BISA DIGUNAKAN UNTUK PENGEMBANGAN BINA DIRI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA



Nama Sekolah



: ………………………………………………



Satuan Pendidikan



: SDLB/SMPLB/SMALB*)



Jenis Ketunaan



: ………………………………………………



Bidang Pengembangan : ……………………………………………… Waktu



: ………………………………………………



Hari/Tanggal



: ………………………………………………



1.



Kompetensi



2.



Indikator



3.



Tujuan



4.



Pendekatan, Strategi, dan Metode



5.



Materi



6.



Sumber dan Media/Alat



7.



Pelaksanaan Program



8.



a.



Pendahuluan



b.



Kegiatan Inti



c.



Penutup



Penilaian



31



FORMAT PENILAIANPEMBELAJARAN PENGEMBANGAN DIRI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA



Nama



: ......................................................



Kelas



: .....................................................



Materi pokok : ......................................... Tanggal : .......................................................



Materi



Skor



No



1



2



3



4



1. 2. 3. Dst.



Rubrik Penilaian: Skor 4 = jika dapat melakukan dengan benar tanpa bimbingan Skor 3 = jika dapat melakukan dengan benar dan sedikit bimbingan Skor 2 = jika dapat melakukan dengan benar tetapi banyak bimbingan Skor 1 = tidak dapat melakukan



Rubrik Penilaian: Nilai 0: Jika tidak dapat melakukan Nilai 1: Jika dapat melakukan dengan bantuan verbal dan nonverbal Nilai 2: Jika dapat melakukan dengan bantuan non verbal Nilai 3: Jika dapat melakukan dengan bantuan verbal Nilai 4: Jiksa dapat melakukan tanpa bantuan .........................................., 2016 Kepala Sekolah



-------------------------



Guru Program KebutuhanKhusus



--------------------------------------



32



Format Laporan Program Pengembangan Bina Diri



Aspek



Kompetensi



Kemampuan



Deskripsi Kemampuan



(A,B,C,D) Merawat Diri Menjaga Keselamatan dan Kesehatan Dst.



33



LEMBAR/FORMAT PENILAIAN



Nama Anak : .....................



Kelas : ......................................



Sekolah : .........................



Guru : ......................................



Makan dengan menggunakan tangan



No.



Tahap Kegiatan



Skor 4



1.



Mencuci tangan ke dalam mangkuk



2.



Membaca do’a sebelum makan



3.



Mengambil nasi dari tempat nasi ke piring



4.



Mengambil lauk dari yang terdekat ke piring



5.



Mengambil nasi dan lauk lalu dengan tangan



3



2



1



dan memasukkannya ke dalam mulut 6.



Menghabiskan makanan yang diambil di piring sampai bersih



7.



Membaca doa setelah selesai makan



8.



Mencuci tangan



9.



Mengelap tangan dan mulut dengan serbet



Berpakaian



Nama Siswa: Tanggal:



Sendiri



Bantuan



Bantuan



Verbal



Fisik



Bantuan Verbal



&



fisik



Melepaskan dan menyimpan pakaian: Membuka kancing baju Mengeluarkan tangan dari lengan baju. Membuka baju Menyimpan pakaian, dan seterusnya.



34