Buku Pedoman Pelatihan PFPM (110910) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

T.O.T Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat



Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72: 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (5 milyar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)



T.O.T Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat



Penyunting: Ferry F. Karwur Eka Simanjuntak Dharmaputra Palekahelu Fajar Sudarwo Warno Hadi Winarno Immanuel Djahi Jerry F. Langkun Yulius Ranimpi



Penerbit



The Institute for Good Governance and Regional Development (IGGRD)



T.O.T Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Cetakan I, Mei 2010 Penyunting: Ferry F. Karwur Eka Simanjuntak Dharmaputra Palekahelu Fajar Sudarwo Warno Hadi Winarno Immanuel Djahi Jerry F. Langkun Yulius Ranimpi Penata letak: Jerry F. Langkun Desain Sampul: Yisar Andrianus Penerbit: The Institute for Good Governance and Regional Development (IGGRD) Jl. Cilandak Tengah II No.3A Cilandak, Jakarta 12430 - Indonesia Phone: 021-7695466, 75915687 Fax: 021-75908972



T.O.T Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Jakarta: ... xiii + 310 hal.; 19.5 cm x 26 cm ISSBN: .................



Kata Pengantar Buku T.O.T. Pemberdayaan Masyarakat yang sedang Anda baca adalah hasil dari proses dalam pelatihan 647 tenaga Pelatih Fasilitator Pemberdayan Masyarakat yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Ditjen PMD) melalui The Institute for Good Governance and Regional Development (IGGRD) dan British Council (BC)pada tahun 2009 – 2010. Buku ini dimulai dengan keinginan untuk menyiapkan tenaga pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat oleh Ditjen PMD dalam upaya penyiapan tenaga fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Pedesaan (PNPM-MP). Kebutuhan di atas diikuti oleh serangkaian kegiatan dalam rangka penyiapan bahan belajar Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Desa. Serangkaian kegiatan tersebut adalah: (1) Pertemuan multipihak untuk merumuskan analisis kebutuhan (Training Need Analysis) pelatihan bagi Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat, (2) Perumusan awal tentang kemampuan yang harus dimiliki oleh Pelatih dalam Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat, (3) Perumusan kurikulum dan bahan belajar oleh tim konsultan yang melibatkan pihak PMD, kepakaran yang ada di Balai PMD, Pusat-Pusat Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat, (4) Penyiapan draft materi belajar berdasarkan kurikulum dan bahan ajar yang sudah ditetapkan, yang bersumber dari bahan sekunder dan bahan yang dengan khusus dikembangkan. Draft materi belajar kemudian mengalami ujicoba dalam suatu pelatihan yang sesungguhnya kepada calon Pelatih di Jateng dan DIY yang berlangsung di Yayasan Bina Darma Salatiga. Hasil ujicoba tersebut memberikan masukkan kepada keseluruhan desain pelatihan 11 hari, alokasi waktu tiap sesi, metode belajar, dan sistem pendukung pelatihan, serta pemantapan desain dan teknikalitas dari sesi “peer teaching”. Pandangan-pandangan kepakaran Dr. Willi Toisuta dalam hal desain Peer Teaching bersifat mendasar, didalamnya termasuk alokasi waktu, sudut pengambilan video, detil video, serta tahapan playback multimedia dan feedback dari rekan sejawat yang berlangsung simultan. Bahan hasil ujicoba terus mengalami perbaikan dan peningkatan relevansi. Masukkan yang cukup banyak datang dari sejumlah pelatihan yang dilaksanakan di 7 kota: Medan, Jakarta, Salatiga, Makassar, Manado, Malang, dan Kupang, dimana di setiap lokasi pelatihan, ada saja masukkan soal relevansi metode. Dalam hal ini, pengalaman Pelatih Utama maupun Pelatih Pakar dalam interaksi dengan peserta pelatihan merupakan rujukan penting. Ada keterampilan-keterampilan elementer dari seorang pelatih fasilitator masyarakat yang berlaku umum untuk setiap fasilitaror. Akan tetapi, unik dari apa yang telah dikembangkan



v



di sini ialah bahwa kemampuan elementer tersebut haruslah dirasuki oleh “Roh Penggiat” bagi Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat. “Roh Penggiat” itulah yang benar-benar secara otentik diperkembangkan dalam Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat. Dalam hal ini, titik tolaknya bukan kepada teori “asing” dan pengalaman praktikal pemberdayaan masyarakat selama ini dilakukan, tetapi lebih mendasar, ditarik dari sejarah pembebasan dan kemerdekaan Indonesia sebagai suatu Sejarah Pemberdayaan Rakyat dan Bangsa Indonesia. Disinilah pemikiran dasar dan strategis yang disumbangkan oleh Bapak Prabawa Eka Susanta dari Ditjen PMD dalam memberikan Roh Penggiat dari Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang terumuskan dalam buku T.O.T yang Anda baca. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih untuk banyak pihak yang terlibat dalam penyiapan materi ini: Pihak PMD Jakarta, Tim IGGRD, British Council, Para Konsultan, Mereka yang terlibat TNA, Para PU, Richard Gnagey yang telah men-share bahan ajar yang ia miliki. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada mereka yang telah memberikan akses sejumlah bahan ajar tanpa kami ketahui sumbernya tetapi relevan dalam pelatihan ini.



Salatiga, 31 Mei 2010.



Editor



vi



Daftar Isi Kata Pengantar



v



Panduan Penggunaan Modul



x



Modul I PRADAYA



1



Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain



3



Sikap Terhadap Diri Sendiri 9 Kontrak Belajar 11 Mempersiapkan Situasi Pelatihan



13



Menetapkan Norma Kelompok



15



Pre Test 19 Praktek Umpan Balik 20 Umpan Balik Harian



22



Bahan Bacaan Pokok Modul I



24



Modul II FASILITATOR MASYARAKAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA Pengantar



33



35



Memahami Nilai-Nilai Ke-Indonesia-An



36



Mengembangkan Nilai-Nilai Ke-Indonesia-An



38



Memahami Kembali Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat 40 Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Indonesia



42



PeRan Dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat



44



Bahan Bacaan Pokok Modul II



46



Modul III DASAR-DASAR PELATIHAN Pendidikan Orang Dewasa



75 77



Aspek-Aspek Etika Pelatih dan Pelatihan 79 Memahami Pembelajar 80



vii



Taksonomi Tujuan Instruksional Manajemen Stres



85



86



Pengembangan Atmosphere Belajar 87 Praktek Dinamika Kelompok 89 Merancang Sesi Pelatihan



93



Mengembangkan Agenda Pelatihan 95 Merumuskan Rencana Sesi 



96



Menulis Rencana Sesi Sederhana



98



Bahan Bacaan Pokok Modul III



99



Modul IV METODE DAN MEDIA PELATIHAN Berbagi Metode Pelatihan



145



147



Mempraktekkan Metode Pelatihan 148 Memilih Metode Pelatihan



151



Pemanfaatan Media Pembelajaran



154



Bahan Bacaan Pokok Modul IV



156



Modul V MENYAMPAIKAN PELATIHAN



169



Karakteristik Pelatih Dan Gaya Pelatihan 171 Membangun Hubungan/Interaksi



181



Memperkenalkan Keterampilan Fasilitasi Praktek Kemampuan Menyimak Praktek Pengamatan



185



Praktek Bertanya



188



183



Memberikan dan Menerima Umpan Balik Praktek Parafrase



192



Praktek Menguji



194



Praktek Dialog 196 Komunikasi Non Verbal



198



Mengatur Perilaku yang Sulit Praktek Fasilitasi



viii



199



200



Menilai Keterampilan Fasilitasi



182



203



190



Bahan Bacaan Pokok Modul V



206



Modul VI MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN



239



Analisis Perkembangan Belajar Peserta Pelatihan 241 Monitoring Pelatihan 246 Mengevaluasi Pelatihan



247



Bahan Bacaan Pokok Modul VI



249



Modul VII PEER TEACHING



265



Peer Teaching 267 DAFTAR PUSTAKA



273



LAMPIRAN



263



1. Kurikulum Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 278 2. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan 3.Lay Out Ruang Pelatihan



286



294



4.Media Dan Kebutuhan Pelatihan Lain Yang Harus Disiapkan 295 5.Kriteria Pelatih



297



6.Syarat-Syarat Menjadi Peserta



298



7.Team Management 299 8.Daftar Pelatih Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 300 9. Daftar Peserta Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat



302



ix



Daftar Istilah 1. Pelatih Utama = Individu yang pakar dalam bidang community development, pendidikan orang dewasa, metode dan media, serta teknik melakukan fasilitasi dan memiliki pengalaman secara nasional dalam melatih fasilitator minimal 15 tahun. 2. Pelatih Pakar (Master Trainer) = Individu yang pakar dalam bidang-bidang tertentu yaitu bidang Pemberdayaan Masyarakat, Pendidikan Orang Dewasa, Metode dan Media, dan Teknik Fasilitasi serta memiliki pengalaman melatih fasilitator masyarakat minimal 10 tahun. 3. Ceremonial = ceremony, acara resmi; suatu acara yang disusun secara runut dan diselenggarakan secara resmi. 4. Pre test = Kegiatan untuk menjajagi ; kemampuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman bagi peserta pelatihan 5. Rehat Kopi = Istirahat 6. Ishoma = Istirahat, Sholat dan Makan 7. Learner-centered = Pelatihan yang berpusat pada pembelajar 8. Information-centered = Pelatihan yang berpusat pada materi 9. Taksonomi = Pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh, taksonomi dalam bidang botani mengelompokkan tumbuhan berdasarkan karakteristik tertentu, misalnya kelompok tumbuhan ber-sel satu dan tumbuhan ber-sel banyak. 10. Peer Teaching = Praktek Melatih 11. Flip chart = Kertas lebar berfungsi sebagai pengganti papan tulis 12. Post-it = Kertas pada bagian tertentu ada lemnya sehingga mudah ditempel di manapun 13. Metaplan = Kertas yang dipotng-potong seukuran ¼ kertas HVS 14. Sharing = Tukar pengalaman 15. Media = Pendukung metode pembelajaran berbentuk; permainan, crita, sosio drama, kasus, lagu-lagu, kuis, film, puisi, poster, foto, kartun, teka-teki, 16. Sesi = sejumlah waktu untuk pokok/sub pokok bahasan tertentu 17. Triads = Diskusi tiga orang 18. Dyads = Diskusi dua orang 19. Time-line = Rentang Waktu



x



Daftar Singkatan 1. TOT



= Training of Trainers



2. LSM



= Lembaga Swadaya Masyarakat



3. PU



= Pelatih Utama



4. PK



= Pelatih Pakar



5. TM



= Training Manager



6. SS



= Supporting staff



7. IGGRD



= The Institute for Good Governance and Regional Development



8. BC



= British Council



9. PNPM



= Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat



10. DITJEN



= Direktorat Jenderal



11. PMD



= Pemberdayaan Masyarakat dan Desa



12. DEPDAGRI = Departemen Dalam Negeri



xi



Panduan Penggunaan Modul 1. Melakukan Analisis Kebutuhan Pelatihan Modul ini diperuntukkan bagi pelatih fasillitator pemberdayaan masyarakat sehingga hal-hal mengenai prasyarat sebagai seorang pelatih sudah dilakukan pada saat calon peserta mengalami seleksi. Proses seleksi calon peserta memastikan bahwa peserta yang terpilih mengikuti pelatihan adalah peserta yang memenuhi persayaratan sebagaimana dijabarkan dalam Panduan Penyelenggaraan Pelatihan (lampiran 2). Jadi dalam analisa kebutuhan pelatihan ini yang diperlukan adalah mendapatkan informasi yang cukup tentang keragaman dan kedalaman peserta dalam hal: pengetahuan, sikap, keterampilan dan pengalamannya melakukan pelatihan, bukan melakukan analisa kebutuhan materi pelatihan. Modul dirancang untuk diterapkan dalam pelatihan secara berkesinambungan tidak terputus-putus mulai dari Modul I (satu) sampai dengan Modul VII (tujuh). Apabila proses fasilitasi dilakukan di luar kelas, muatan dan alurnya tidak boleh mengurangi dari tiap-tiap sesi yang sudah ada. 2. Menganilisis Kurikulum Pelatihan Kurikulum yang tersedia merupakan panduan bagi penyelenggara dan semua komponen yang terlibat dalam pelatihan pelatih fasilitator pemberdayaan masyarakat. Kurikulum yang tersedia sudah disusun berdasarkan urutan (sequences) dan bobot materi yang disiapkan dalam modul, namun tidak tertutup kemungkinan kurikulum tersebut mengalami perubahan. Perubahan yang mungkin dilakukan adalah perubahan dalam hal pergeseran waktu istirahat dan waktu hari-hari besar, misalnya hari Jumat, Hari Minggu atau Hari Besar Nasional. Dalam hal pemberian jumlah waktu pada setiap pokok bahasan dalam panduan tersebut lebih baik tidak dikurangi sebab apabila dikurangi beban waktu dan bobot materi menjadi tidak seimbang dan mengacaukan sequences. Pembagian waktu pada tiap-tiap pokok bahasan pada dasarnya sudah memperhatikan masukkan dari para pengguna modul ini sebelumnya, masukkan dari para pakar, masukkan dari para praktisi dan sudah mengalami penyempurnaan berdasarkan masukkan tersebut. 3. Mempelajari Sistematika Modul Sebelum menerapkan modul ini, para Pelatih Pakar disarankan mempelajari sistematika seluruh modul, yaitu Modul I sampai dengan Modul VII. Aspekaspek yang harus dipelajari adalah:



xii



• Tujuan modul secara umum • Tujuan setiap bagian modul • Strategi penyampaian modul/proses fasilitasi • Waktu yang disediakan • Media dan materi pendukung • Evaluasi capaian tiap-tiap bagian modul 4. Mempelajari Struktur Setiap Pokok Bahasan Struktur Pokok Bahasan secara umum terdiri dari: Tujuan akhir pokok bahasan, bahan-bahan pendukung, waktu yang tersedia dan langkah-langkah fasilitasi. Pengguna modul wajib mempelajari dan menerapkan struktur setiap pokok bahasan, tidak boleh memfasilitasi berdasarkan “feeling” sendiri. Struktur pokok bahasan harus diikuti untuk menjaga alur proses secara runut dan sistematik sehingga mudah dipahami oleh peserta pelatihan dan pada akhirnya memudahkan Pelatih Pakar untuk mengevaluasi capaian hasil pada setiap Pokok Bahasan. 5. Menyiapkan Materi Pada bagian modul ini disediakan materi (bahan bacaan pokok) yang wajib dijadikan acuan dalam melaksanakan pelatihan pelatih fasilitator pemberdayaan masyarakat, namun demikian sebagai seorang Pelatih Pakar tentunya tidak cukup dengan materi yang disediakan. Pengkayaan materi dari berbagai referancy (materi pendukung) dan nara sumber dari luar sangat disarankan, akan tetapi materi pendukung tersebut sifatnya mendukung materi pokok, bukan memasukkan materi yang berbeda sama sekali dengan tujuan dari tiap-tiap pokok bahasan. 6. Perhatian Disarankan: Sebaiknya tidak membagikan foto copy materi kepada peserta sebelum pokok bahasan tersebut difasilitasikan karena cara demikian akan mengganggu proses pelatihan. Materi dibagikan kepada peserta setelah pokok bahasan selesai difasilitasikan. Dianjurkan: Dianjurkan kepada Pelatih Pakar untuk memperkaya materi di luar materi pokok. Diwajibkan: Sebelum menerapkan modul ini para pengguna wajib membaca Panduan Penyelenggaraan Pelatihan PFPM.



xiii



xiv



MODUL I



PRADAYA



Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain Sikap Terhadap Diri Sendiri Kontrak Belajar Mempersiapkan Situasi Pelatihan Menetapkan Norma Kelompok Pre Test Praktek Umpan Balik Umpan Balik Harian



MENGENAL DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN



Tujuan Di akhir sesi peserta diharapkan: • lebih mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri maupun peserta lain dalam menjadi pelatih. • dapat menjelaskan pentingnya mengenal diri sendiri dan orang lain dalam suatu pelatihan.



Bahan



Flip chart, spidol kecil, selotip, angket profil kepribadian



Waktu



60 menit



Proses



Aktivitas 1: 1. Pelatih memulai dengan menjelaskan bahwa di awal suatu program pelatihan, peserta harus saling memperkenalkan diri dan mengenal satu sama lain dengan lebih baik. Fasilitator menekankan pentingnya seorang pelatih mengenal dirinya sendiri dan peserta pelatihan. Fasilitator menjelaskan proses perkenalan. 2. Tulis pada flip chart identitas diri (sebelumnya pelatih telah menyiapkan flip chart tentang dirinya), pertama-tama nama Anda dan asal tempat tinggal. Mintalah peserta berdiri dan berkeliling sambil memperkenalkan flip chart mereka kepada peserta lain. Carilah empat orang kawan baru dan tulis nama panggilan (nama yang biasanya dipakai oleh yang bersangkutan dalam berteman) dari orang tersebut. 3. Lanjutkan dengan mengemukakan dalam flip chart kekuatan dan kelemahan diri [sebagai pelatih] kemudian tempelkan flipchart tersebut pada bagian depan tubuh dengan selotip. Peserta diminta berdiri dan berkeliling sambil memperkenalkan/menerangkan flip chart mereka kepada 4 orang yang namanya telah Anda tulis sebelumya. 4. Peserta diminta berkumpul kembali. Pelatih menjelaskan pentingnya merefleksikan kelemahan kita sendiri dan menemukan hal-hal yang ingin kita perbaiki agar dapat mengambil manfaat lebih banyak dari pelatihan ini (Sebaiknya membaca terlebih dahulu ilustrasi “gentong yang retak”). Ulangi kembali proses tahapan ketiga (3) di atas kepada empat kawan baru yang lain. 5. Mintalah peserta berkumpul lagi dan lakukan refleksi atas kedua kegiatan di atas: Apa yang mereka pelajari tentang diri sendiri dan peserta lain? Mengapa kegiatan itu bermanfaat? Apakah hanya dapat dilakukan dalam situasi pelatihan untuk pelatih?



Modul I - Pradaya |



3



Aktivitas 2: Refleksi dan Sharing 1. Fasilitator pertama-tama menjelaskan kegiatan refleksi dan sharing (atau berbagi), sebagai alat bantu untuk belajar tentang orang lain, pengalaman mereka, dan tentang kita sendiri. Refleksi dapat dilakukan terhadap: • identitas, pemikiran, nilai, norma • kualitas, kemampuan, kekuatan, kelemahan • pengalaman, pelajaran yang diperoleh Tekankan bahwa refleksi diri penting bagi perkembangan diri, dan merupakan suatu proses dimana orang berpikir untuk dirinya sendiri dan menggunakan pengalaman mereka untuk menyempurnakan gagasan-gagasan mereka. Ini akan mengarah pada perubahan diri; perasaan-perasaan baru, gagasan-gagasan baru, kemampuan baru, dsb. 2. Minta peserta untuk mengisi dan mendiskusikan angket profil kepribadian. 3. Simpulkan sesi ini dengan menekankan bahwa selama pelatihan berjalan akan ada banyak kesempatan untuk lebih saling mengenal dan mengenal diri sendiri dengan lebih baik juga. Lembar Kerja ANGKET PROFIL KEPRIBADIAN Konteks: Seorang pakar psikologi pernah berkata, “Sebagian besar dari kebahagiaan dalam hidup kita datang dari hubungan yang baik dengan orang lain. Sebagian besar dari penderitaan dalam hidup kita datang dari hubungan yang tidak baik.” Hubungan antar manusia dapat diibaratkan dengan penggunaan perkakas seorang tukang. Bila tukang ingin membuka sebuah sekrup bintang maka perlu digunakan obeng bintang. Bila ingin membuka baut maka diperlukan sebuah kunci pas. Demikian juga dengan hubungan antar manusia, setiap orang memiliki keunikan dan perlu didekati dengan cara yang unik pula. Selain prinsip relasi yang baik, kita juga perlu melihat konfigurasi psikologis dari seseorang. Konfigurasi ini dikenal dengan sebutan profil. Sebelum melihat profil orang lain, maka perlu terlebih dahulu melihat dan mempelajari profil diri sendiri. Instruksi: Anda akan dihadapkan dengan satu pasang pernyataan. Bacalah kedua pernyataan dengan cermat dan lingkari huruf yang berada di depan pernyataan yang menurut Anda menggambarkan kecenderungan Anda. Isilah dengan jujur dan apa adanya, sebab tidak ada jawaban yang benar atau salah. Isilah secara berurutan dan jangan dilompatlompat.



4



T : Saya mudah berkenalan dengan orang yang sebelumnya tidak saya kenal, baik dalam lingkungan pekerjaan maupun dalam lingkungan sosial A : Saya merasa segan dan agak sulit untuk memulai perkenalan dengan orangorang yang sebelumnya tidak saya kenal A : Jika berbicara, saya lebih senang to the point tanpa basa basi T : Jika berbicara, saya senang berbagi pengalaman dan hal-hal lain yang menarik K : Saya lebih senang bekerja sesuai aturan dan petunjuk baku D : Saya bekerja dan menyesuaikan peraturan dengan situasi dan kondisi lapangan K : Jika berada dalam kelompok, saya lebih senang mendengar dan bicara hanya jika diminta D : Jika berada dalam kelompok, saya lebih senang berbicara dan menyumbangkan pendapat/ide saya A : Saya lebih senang membuat keputusan berdasarkan data, fakta dan bukti tertulis T : Saya cenderung membuat keputusan berdasarkan pengalaman, perasaan (intuisi) dan hubungan yang baik K : Dalam berkomunikasi, intonasi dan bahasa tubuh saya cenderung stabil (monoton) D : Dalam berkomunikasi, intonasi dan bahasa tubuh saya sangat bervariasi D : Saya lebih senang menggunakan pernyataan-pernyataan langsung, seperti “Kita harus….”, atau “Menurut Pak Eka mestinya….” K : Saya lebih senang menggunakan pernyataan-pernyataan kualitatif, seperti “Menurut buku ABC….” Atau “Teori Maslow menyebutkan….” T : Bila berbicara atau mendengar, ekspresi wajah dan respon saya mudah dibaca A : Bila berbicara atau mendengar, ekspresi wajah dan respon saya sukar dibaca A : Saya cenderung tidak mengungkapkan hal-hal pribadi di muka umum, saya hanya mengungkapkannya secara pribadi kepada orang-orang yang dekat dengan saya T : Saya tidak takut mengungkapkan hal-hal pribadi secara terbuka A : Dibandingkan dengan orang lain, semangat dan atusiasme saya terlihat kurang



T : Saya orang yang cenderung bersemangat dan antusias Modul I - Pradaya |



5



D : Dalam situasi sosial, saya cenderung lebih dahulu memperkenalkan diri pada orang yang belum saya kenal K : Dalam situasi sosial, saya lebih cenderung menunggu orang lain memperkenalkan dirinya kepada saya T : Saya cenderung fleksibel terhadap orang-orang yang memanfaatkan waktu saya A : Saya cenderung disiplin terhadap orang-orang yang memanfaatkan waktu saya A : Dalam pertemuan, saya lebih cenderung mengikuti agenda pertemuan yang telah ditetapkan sebelumnya T : Dalam pertemuan, saya cenderung tidak terpaku pada agenda, saya lebih senang mengikuti dinamika acara



D : Bersikap tegas adalah wajar dan alamiah bagi saya K : Bersikap mengalah dan menahan diri adalah alami bagi saya D : Saya lebih senang mengemukakan pendapat saya secara terbuka (blak-blakan) K : Saya lebih cenderung mengemukakan pendapat saya secara lebih halus dan diplomatis







D : Saya cenderung mengambil keputusan secara cepat dan spontan K : Saya cenderung mengambil keputusan secara hati-hati dan banyak pertimbangan A : Saya lebih senang bekerja sendiri dan bebas, tanpa banyak pengawasan dan di luar kelompok T : Saya lebih senang bekerja dalam kelompok dan selalu ada dalam kelompok kerja K : Dalam menghadapi perubahan, saya cenderung untuk memberi respon dengan hati-hati dan perlahan-lahan D : Dalam menghadapi perubahan, saya cenderung untuk memberi respon dengan cepat dan spontan







6



Jumlahkan huruf yang Anda lingkari:



D:…………………………………………







T:………………………………………….







K:………………………………………….







A:………………………………………….



ANALISA PROFIL



Arti dari huruf-huruf D, T, K, A adalah: D = DOMINAN T = TERBUKA K = KALEM A = AKURAT Dengan 4 (empat) parameter sifat di atas maka kita memperoleh empat kombinasi sifat yang dapat dianggap sebagai profil dasar kepribadian seseorang. Contoh berikut adalah skor peserta pelatih Iwan; D 8







T 1



K 5



A 4



Berdasarkan skor di atas maka akan diperoleh psikografis sebagai berikut: 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0



DOMINAN TERBUKA



KALEM



AKURAT



• •











Buatlah psikografis (seperti contoh di atas) Anda. Lalu bentuk kelompok, setiap kelompok maksimal 5 orang. Berbagiceritalah mengenai profil kepribadian Anda dalam situasi kelompok. Ketika melakukan sharing profil, cobalah untuk bertanya kepada setiap anggota kelompok untuk mengetahui latar belakang atau konteks atau situasi yang melatarbelakangi profil kepribadian yang bersangkutan. Pertanyaan-pertanyaan penuntun dalam kegiatan Sharing profil kepribadian Innerview: memahami orang lain 1. 2. 3. 4.



Tips: dalam keadaan waktu Di mana anda dilahirkan dan dibesarkan? terbatas, pilih pertanyaan Pengalaman apa yang paling berkesan dari masa kecil yang menurut Anda menjadi anda? pertanyaan prioritas. Apa pengaruh masa kecil anda terhadap hidup anda saat ini? Siapakah orang yang paling berjasa membina Anda? Mengapa? Modul I - Pradaya |



7



5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.



Seberapa pentingnya keluarga bagi Anda? Mengapa? Apa pendidikan terakhir Anda? Siapa yang mendukung pendidikan Anda? Apa prestasi yang paling Anda banggakan dari masa studi Anda? Sejauh mana pendidikan Anda berkaitan dengan pekerjaan Anda sekarang? Pelatihan-pelatihan apa saja yang pernah Anda ikuti? Dimana pertama kali Anda mempelajari program PMD? Bagimana situasi kerja di tempat Anda saat ini? Bagaimana kerjasama Anda dengan rekan sekerja? Hal apa yang paling menyenangkan dalam pekerjaan Anda saat ini? Mengapa? Hal-hal apa saja dalam pekerjaan Anda yang membuat Anda frustrasi? Apa falsafah hidup Anda? Bagaimana bisa seperti itu? Apa kiat Anda menghadapi kegagalan? Apa nasehat Anda untuk mereka yang ingin bekerja sebagai pelatih dan atau fasilitator PMD? 19. Hal-hal apa saja yang dapat membuat Anda bergembira dan bahagia dalam hidup Anda? SARIPATI: 1. Dua hal yang paling berguna/bermanfaat yang saya peroleh dari sesi ini adalah: a. ……………………………………………………………. b. ……………………………………………………………. Alasan saya berkata demikian adalah: ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 2. Ide-ide pada pokok (1) tersebut akan saya terapkan dengan cara: a. ………………………………………………………. b. ………………………………………………………..



Hambatan yang mungkin muncul adalah: ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………



3. Hal-hal yang akan saya lakukan untuk menghadapi hambatan-hambatan di atas adalah: ......................................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................



Bahan Bacaan



• Gentong Yang Retak • Peta Sifat-sifat Dasar



8



SIKAP TERHADAP DIRI SENDIRI



Tujuan



Peserta dapat menyimpulkan bahwa sikap terhadap diri sendiri dapat dipengaruhi oleh pemaknaan terhadap kegagalan dan kesuksesan yang pernah dilakukan.



Bahan



Form lembar kerja keberhasilan dan komitmen.



Waktu



45 menit



Proses 1. Pelatih menyampaikan materi dengan ceramah. 2. Setelah menyampaikan materi, pelatih meminta peserta untuk mengisi 2 lembar kerja di bawah (pengalaman berhasil dan komitmen untuk berhasil). 3. Lembar kerja yang telah diisi peserta dikumpulkan, dan secara acak dibahas oleh pelatih (berdasarkan ketersediaan waktu).



Lembar Kerja Pengalaman Berhasil Sebagai Pelatih Pengalaman



Faktor Pribadi yang Menyebabkan Keberhasilan



Modul I - Pradaya |



9



Komitmen Untuk Berhasil Sebagai Pelatih Proyek/Kegiatan yang Akan Dilakukan dengan Berhasil



Bahan Bacaan



• Sikap Terhadap Diri Sendiri



10



Potensi Diri yang Akan Menyebakan Keberhasilan



KONTRAK BELAJAR



Tujuan Di akhir sesi peserta diharapkan: • dapat menyampaikan harapan mereka masing-masing terkait keikutsertaan mereka dalam Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyakarat. • dapat menjabarkan kapan harapan itu dapat dicapai, atau mengapa tidak dapat dicapai. Diakhir pelatihan, peserta dan pelatih: • melihat kembali harapan mereka dan menentukan mana dari harapan-harapan mereka yang dapat atau tidak dapat tercapai.



Bahan Post-it



Waktu



60 menit



Proses 1. Pelatih menunjukkan agenda pelatihan dan menjelaskan bahwa agenda itu dibuat berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu. Jelaskan pula bahwa setelah membaca agenda secara detail, mungkin peserta mempunyai harapan tertentu, atau hal-hal yang mereka harapkan dan tidak harapkan terjadi. 2. Bagikan 2 lembar kertas post-it kepada peserta, dan mintalah untuk menulis 2 hal yang diharapkan terjadi dan 2 hal yang tidak diharapkan terjadi. Tekankan bahwa yang ditulis harus spesifik dan ditulis dengan jelas. 3. Setelah semua selesai, mintalah mereka maju ke depan dan menempelkan post it mereka ke papan tulis. Sebelumnya papan tulis telah dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian untuk menempelkan sambil membaca apa yang ditulis oleh yang lain. 4. Pelatih mengklasifikasi pandangan peserta, menyortir hal-hal berikut: a. Mana harapan yang dapat dicapai, b. Mana harapan yang mungkin tercapai, c. Mana harapan yang mungkin tidak akan tercapai, d. Mana harapan yang akan tercapai hanya dengan komitment kuat peserta, e. Mana dari harapan peserta yang samasekali tidak akan tercapai. 5. Fasilitator menjelaskan pencapaian harapan (4) dengan hari atau sesi-sesi tertentu dalam pelatihan.



Modul I - Pradaya |



11



Catatan Mengaitkan harapan dengan masing-masing sesi secara spesifik: Jika harapan dituliskan dengan baik dan spesifik, anda bisa menempelkannya pada alur agenda. Ini akan memberikan gambaran yang jelas kepada peserta tentang kapan harapan mereka akan tercapai, dan juga mengingatkan anda untuk merujuk pada harapan-harapan tertentu selama pelatihan berlangsung. Mendorong pembelajaran untuk diri sendiri: Ide lain yang dapat dilakukan adalah meminta peserta menempelkan harapan mereka pada gambar diri yang dibuat pada sesi “mengenal diri sendiri dan orang lain”. Gunanya untuk mendorong mereka agar fokus pada proses belajar mereka selama pelatihan dan memonitor proses itu.



12



MEMPERSIAPKAN SITUASI PELATIHAN



Tujuan Di akhir sesi peserta diharapkan dapat: • menyimpulkan alur pelatihan dan metode yang digunakan • menerima peran pelatih dan peran mereka masing-masing • berpartisipasi terhadap isi dan metode pelatihan



Bahan • Alur pelatihan yang ditulis/digambar pada flip chart besar • Tujuan/Objektif/Hasil dari pelatihan yang dituliskan pada flip chart (beberapa kalau perlu) • Jadwal harian • Daftar hal-hal logistik



Waktu



60 menit



Proses 1. Jelaskan bahwa kita akan menyiapkan setting dengan melihat tujuan, objektif, alur dan proses dari pelatihan. Kita akan mendiskusikan WHY (MENGAPA), WHAT (APA), HOW (BAGAIMANA), WHO (SIAPA) dan WHEN (KAPAN) dengan cara partisipatif. 2. Pertama-tama jelaskan MENGAPA dengan menempelkan flip chart bertuliskan tujuan dan objektif pelatihan, serta jelaskan bagaimana semuanya ditentukan. Biasanya, tujuan akan termasuk belajar tentang belajar atau mengajar. Jika ada pertanyaan, berikan klarifikasi kemudian tempelkan di tempat yang mudah dilihat sepanjang pelatihan berlangsung. 3. Jelaskan bahwa peserta pelatihan kemudian akan membicarakan APA dari pelatihan dan letakkan tumpukan flip chart yang berisikan alur pelatihan di tengah-tengah ruangan. Mintalah beberapa relawan untuk mengambil flip chart tersebut, kemudian mengurutkannya dengan berdiri menghadap peserta yang lain sambil membawa flip chart itu. Bersama dengan semua peserta, pelajari alur itu sambil memberikan klarifikasi dan kesempatan kepada orang untuk bertanya. 4. Jelaskan sekarang peserta pelatihan akan melihat BAGAIMANA pelatihan akan diselenggarakan. Mintalah agar mereka menebak berapa persen orang dewasa menggunakan apa yang mereka dengar (20%), apa yang mereka lihat dan dengar (40%), dan apa yang mereka alami (80%). Jelaskan bahwa metode yang digunakan akan menjadi metode yang diajarkan, yaitu metode partisipatif. Modul I - Pradaya |



13



5. Jelaskan bahwa SIAPA berhubungan erat dengan BAGAIMANA. Tanyakan kepada mereka, apa yang dilihat dari peran anda sebagai pelatih dan peran mereka sebagai peserta. Tekankan bahwa semua peserta yang datang kaya dengan pengalaman, dan proses belajar akan terjadi melalui sharing atau saling berbagi, misalnya dalam kerja kelompok kecil. 6. Jelasakan KAPAN pelatihan dilakukan dengan menempelkan dan mereview jadwal/ agenda. 7. Tambahkan pengumuman-pengumuman logistik seperti makanan, akomodasi, uang, dan sebagainya.



Catatan Jika pelatihan ini adalah bagian dari program yang lebih panjang, jelaskan objektif dan alur dari seluruh program. Tambahkan aspek komitmen terhadap seluruh proses dari semua pihak (pelatih, peserta, dan penyelenggara)



14



MENETAPKAN NORMA KELOMPOK



Tujuan Di akhir sesi peserta menerima dan mendukung norma belajar yang akan digunakan selama pelatihan berlangsung.



Bahan



Flip chart dengan usulan beberapa norma



Waktu



30 menit



Proses 1. Pelatih menjelaskan bahwa karena kebanyakan di antara peserta belum mengenal dengan baik, sedangkan harus bekerja bersama untuk menyelesaikan pelatihan ini, maka adalah berguna mencari kesepakatan tentang bagaimana akan bekerja bersama. Jelaskan pula bahwa hal ini dapat dicapai dengan menyepakati beberapa aturan main atau norma belajar. Bagi peserta dalam kelompok dengan anggota 6 orang. 2. Pelatih memberikan beberapa contoh, tetapi kelompok harus menambahnya. Tuliskan setiap norma satu demi satu; dan tanyakan apakah norma yang dituliskan berguna dan apakah disetujui semua orang. Beberapa contoh: • Setiap orang berhak untuk mengerti • Setiap pertanyaan adalah pertanyaan yang baik • Setiap orang harus mendapat kesempatan berpartisipasi • Setiap orang bertanggung-jawab untuk berpartisipasi • Kita saling membantu dalam belajar • Dilarang merokok dalam ruangan • dan sebagainya. 3. Mintalah agar peserta berpikir sejenak tentang norma yang ingin mereka tambahkan, lalu persilahkan mereka bertukar pikiran dengan yang lain dalam kelompok dimana mereka bisa merefleksikan pengalaman dari pelatihan yang lain. 4. Tanyakan pada masing-masing kelompok agar memberikan usulan mereka. Jika yang lain sepakat, dapat dituliskan pada daftar norma belajar. 5. Jelaskan bahwa selama pelatihan berlangsung, setiap orang bisa saling mengingatkan tentang norma belajar yang disepakati, dan dapat mengubah atau menambahkannya sesuai kebutuhan.



Modul I - Pradaya |



15



6. Lakukan refleksi kegiatan dengan bertanya apakah peserta pernah melakukan ini sebelumnya, apa yang menjadi tujuan kegiatan ini, dan apakah mereka akan menggunakannya dalam pelatihan yang mereka selenggarakan. 7. Norma yang telah disepakati, ditempel di dinding dalam ruang kelas selama pelatihan berlangsung. Setiap peserta mempunyai tanggung jawab untuk senantiasa mengingatkan kepada peserta atau pelatih mengenai norma tersebut, jika mendapati terjadinya pelanggaran.



Catatan Penting sekali untuk menumbuhkan rasa memiliki peserta terhadap norma belajar. Jika peserta mengganggap itu sebagai peraturan yang dipaksakan, akibatnya tidak akan efektif. Sangat penting bahwa peserta merumuskan sendiri norma-norma mereka kemudian menyepakatinya secara kelompok. Tempelkan daftar norma itu di tempat yang mudah dilihat, dan jika ada masalah dalam dinamika kerja kelompok, tinjaulah kembali norma yang sudah ada atau mintakan usulan tambahan norma yang sesuai.



16



PRE TEST



Tujuan



Peserta dapat membuat penilaian terhadap diri sendiri terkait kompetensinya sebagai pelatih.



Bahan



Bahan pre test sebanyak peserta



Waktu



30 menit



Proses 1. Pelatih menjelaskan tujuan pre test dan serta bagaimana mengisi/mengerjakan soalsoal yang ada dalam pre test tersebut. Beri kesempatan peserta untuk mengajukan pertanyaan, jika ada hal yang belum jelas. 2. Peserta mengerjakan. 3. Pelatih mengumpulkan hasil pre test setelah semua peserta selesai mengisinya. 4. Akhiri sesi dengan memberikan motivasi atau yel-yel yang dapat membangkitkan semangat mereka.



Lembar Kerja LEMBAR PRE TEST Nama Peserta: Asal peserta : Petunjuk Berilah nilai berdasarkan 10 dimensi fasilitasi, dengan membubuhkan tanda centang pada kolom BAIK atau SEDANG atau KURANG. Nilai pada ke tiga kolom nilai tersebut bergerak dari nilai yang rendah (yaitu 1) sampai ke nilai yang tinggi (yaitu 6).



Modul I - Pradaya |



17



No



Dimensi



1.



Dalam membangun rapport, SAYA: Memberi respon dengan menyebut nama peserta, memberi dukungan dan motivasi agar tidak takut mencoba atau gagal, menjadikan peserta sebagai pembelajar yang aktif, bertindak dengan antusias, tidak meremehkan peserta



2.



Dalam melakukan fasilitasi, SAYA: Menunjukkan keterbukaan, menunjukkan empati, mampu mendiagnosis masalah, memotivasi peserta secara verbal maupun non verbal, mampu menyelesaikan perbedaan pendapat



3.



Dalam menyimak, SAYA: Menunjukkan adanya perhatian, menunjukkan empati, membantu peserta untuk mengembangkan kompetensi, memotivasi peserta untuk memecahkan masalah-masalahnya, mampu diam saat harus diam, tidak memotong pembicaraan/menyela, mendorong peserta untuk berbicara secepatnya



4.



Dalam melakukan pengamatan, SAYA: Mampu memahami petunjuk non verbal peserta



5.



Ketika bertanya, SAYA: Menunjukkan kemampuan mendengar, mampu mendorong keterlibatan peserta untuk mencari jawaban, mampu mendorong peserta yang pasif untuk aktif, mampu menggunakan jenis pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat,



6.



Ketika memberi dan menerima umpan balik, SAYA: Tidak terburu-buru memberi umpan balik, tidak terkesan memberi pembelaan diri, menjernihkan persoalan dengan mengajukan pertanyaan sebelum memberi umpan balik, menyampaikan umpan balik dengan spesifik dan jelas, tidak bersifat personal judgement, mengucapkan terima kasih kepada peserta yang memberi umpan balik



18



Baik 6 5



Sedang 4 3



Kurang 2 1



Catatan



7.



Dalam melakukan parafrase, menguji dan dialog, SAYA: Mengulang pernyataan atau pertanyaan peserta dengan tujuan memastikan pemahaman yang tepat/benar, mampu mengajukan pertanyaan untuk mendapat pemahaman, tidak melompat dari pertanyaan yang satu ke pertanyaan lain, tidak berasumsi, senantiasa mengajukan jenis pertanyaan terbuka, memberi kesempatan terhadap munculnya perspektif yang lain/berbeda



8.



Ketika menyampaikan materi pelatihan; SAYA: Menyampaikan salam pembuka, menyampaikan tujuan instruksional, menyampaikan deskripsi materi pelatihan, menyampaikan garis besar alur proses dan metode, menyampaikan resume, menyampaikan pertanyaan diagnosis, menyampaikan petunjuk (clue) yang menghantar ke materi selanjutnya, menyampaikan salam penutup



9



Terkait dengan penguasaan materi, SAYA: Mampu menjawab pertanyaan peserta dengan percaya diri, tidak memberi kesan mempertahankan diri, tidak mengalihkan pertanyaan peserta ke hal lain yang tidak ada hubungannya, konsisten dengan penyampaian materi dari awal hingga akhir



10.



Terkait dengan penguasaan dan pemanfaatan metode dan media pelatihan, SAYA: Menyampaikan tujuan instruksional, menjelaskan metode dan prosedur pelatihan, menggunakan media pembelajaran dengan efektif, melibatkan peserta dalam proses pembelajaran, memberikan kesempatan kepada peserta untuk praktek, mampu menjawab pertanyan peserta terkait perbedaan diantara metode-metode pelatihan yang ada



Modul I - Pradaya |



19



PRAKTEK UMPAN BALIK



Tujuan



Di akhir pelatihan: • peserta melakukan pengamatan dan memberikan penilaian terhadap perilaku peserta yang lain • memutuskan untuk menerima masukan yang positif dan konstruktif dari peserta lain terhadap perilaku mereka



Bahan Kartu-kartu masukan/umpan balik untuk semua peserta (disiapkan oleh support team). Ada dua jenis kartu: kartu pertama akan dituliskan hal-hal yang positif dan kartu yang ke dua adalah hal-hal yang terkait dengan kekurangan. Setiap peserta memperoleh dua kartu.



Waktu



10 menit untuk menjelaskan kegiatan pada awal pelatihan 20 menit untuk mendiskusikannya pada hari terakhir



Proses Perkenalan 1. Pelatih menjelaskan tujuan kegiatan. Beritahukan ke peserta bahwa mereka akan mendapat kartu bertuliskan nama seorang peserta lain (tunjukkan kartunya). 2. Jelaskan bahwa selama pelatihan berlangsung, peserta harus mengamati rekannya tersebut dan menuliskan hal-hal positif dan kekurangan-kekurangan [sebagai pelatih fasilitator pemberdayaan masyarakat] yang mereka amati berdasarkan yang dilihat dan yang didengar. 3. Setelah tujuan dan instruksi sesi ini jelas, pelatih membagikan kartu-kartu itu (kocok dulu) dan tekankan bahwa peserta tidak boleh saling menunjukkan kartunya kepada yang lain. 4. Katakan bahwa di akhir pelatihan kartu yang penuh berisikan umpan balik yang positif itu akan dikumpulkan dan diberikan kepada pemilik nama kartu itu sebagai hadiah perpisahan. Peserta akan menerima kartu berisi pengamatan-pengamatan positif tentang mereka. Tetapi mereka tidak akan tahu siapa yang menulisnya.



20



Pembagian di hari terakhir 1. Kumpulkan semua kartu pada awal hari terakhir. Bacalah sekilas tanpa memperlihatkannya kepada yang lain untuk memastikan agar tidak ada umpan balik negatif yang dituliskan. 2. Akhiri pelatihan dengan positif dengan membagikan kartu-kartu umpan balik sebagai hadiah perpisahan untuk semua peserta. Katakan bahwa kartu itu sangat berharga dan sebaiknya disimpan dengan baik, sehingga pada saat-saat mereka merasa sedih atau patah semangat dan membutuhkan energi yang positif, mereka tinggal mengambil kartu itu dan membacanya.



Catatan Pada waktu kegiatan ini diperkenalkan, peserta harus betul-betul mengerti bahwa kegiatan ini BUKAN kesempatan untuk diam-diam menulis hal-hal yang negatif tentang orang yang diamatinya!



Modul I - Pradaya |



21



UMPAN BALIK HARIAN



Tujuan



Di akhir sesi panitia dan peserta bersepakat proses umpan-balik harian sistem bergiliran



Bahan



Waktu



30 menit



Proses 1. Pelatih menjelaskan yang dimaksud dengan umpan balik harian (lihat bahan bacaan pokok). 2. Tanyakan pada peserta siapa saja yang pernah meminta umpan balik dari peserta pelatihan yang mereka selenggarakan (catat nama-nama peserta itu sebagai anggota kelompok pertama). Tanyakan mengapa ini dilakukan dan bagaimana caranya. 3. Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan melakukan kegiatan-kegiatan umpan balik harian di akhir setiap hari selama pelatihan dilakukan. Gunanya untuk memonitor terus jalannya pelatihan, tetapi selain itu untuk memberikan kesempatan bagi peserta untuk bereksperimen dengan berbagai cara mengumpulkan, menganalisa, dan memberikan sharing umpan balik itu. Jelaskan dengan singkat proses pengumpulan, analisa, dan pemberiannya kembali keesokan harinya. 4. Pelatih menjelaskan bahwa untuk pelatihan ini, peserta akan memberikan umpan balik untuk memberikan kesempatan bagi mereka melatih keterampilan memantau proses belajar dalam lingkungan yang aman (tidak mengancam). Perkenalkan gagasan kelompok-kelompok umpan balik harian dan pelajari bersama peran dan tugas mereka (lihat bahan bacaan pokok). 5. Jelaskan pula bahwa untuk besok hari dan sampai hari terakhir, Anda (pelatih) bersama peserta akan menentukan kelompok umpan balik. 6. Pelatih membagi dan membentuk kelompok umpan balik dengan jumlah anggota 5 orang. Juga tentukan jadwal (hari dan tanggal) bertugasnya.



22



Catatan • Selama pelatihan berjalan, berikan dorongan kepada kelompok umpan balik agar meningkatkan keterampilan mereka dalam mengumpulkan, menganalisa dan menyampaikan umpan balik. • Berikan pujian kepada kelompok kalau ada perkembangan menonjol dan dorong mereka untuk menggunakan metode yang bervariasi tergantung dari kegiatan tiap hari, tingkat energi, dan keterbukaan kelompok.



Bahan Bacaan



• Umpan Balik Harian



Modul I - Pradaya |



23



BAHAN BACAAN POKOK MODUL I GENTONG YANG RETAK ”Jangan takut akan kekurangan-kekuranganmu!” Alkisah seorang Pemikul Air yang mempunyai dua buah gentong besar, yang digantungkan pada sebatang bambu yang dipikulnya. Salah satu gentong itu retak. Gentong yang tidak retak selalu bekerja dengan baik dan membawa pulang segentong air penuh pada akhir perjalanan panjang dari sungai hingga rumah majikan si Pemikul Air, sedangkan gentong yang retak hanya berhasil membawa pulang setengah gentong air. Selama dua tahun hal yang sama terjadi, dari hari ke hari, si Pemikul Air hanya bisa mengantarkan satu setengah gentong air ke rumah majikannya. Sudah tentu Gentong Sempurna sangat bangga atas keberhasilannya yang sempurna pula. Sedangkan Gentong Retak sangat malu karena kekurangannya, dan sedih karena hanya bisa memenuhi setengah dari tugasnya. Setelah merasa gagal selama dua tahun, Gentong Retak itu berkata pada si Pemikul Air pada waktu berada di tepi sungai, “Saya sangat malu dan ingin minta maaf.” Si Pemikul bertanya, “Ada apa? Mengapa kamu malu?” “Karena,” kata si Gentong Retak, “selama dua tahun terakhir ini saya hanya bisa membawa setengah gentong air gara-gara retakan ini yang membuat air bocor keluar sepanjang jalan menuju rumah majikanmu.” Si Pemikul Air merasa kasihan pada Gentong Retak yang tua itu, dan dengan ramah mengatakan, “Nanti kalau kita kembali ke rumah Pak Majikan, perhatikan bunga-bunga indah sepanjang jalan menuju rumahnya.“ Memang betul, di sepanjang jalan menuju rumah Pak Majikan, Gentong Retak melihat bunga-bunga indah yang dihangatkan oleh sinar matahari, dan hatinya sedikit terhibur. Tetapi, ketika tiba di rumah Pak Majikan, ia kembali sedih karena lagi-lagi setengah isinya bocor sepanjang perjalanan. Gentong Retak meminta maaf lagi kepada Si Pemikul Air atas kegagalannya. Si Pemikul Air berkata, “Apakah kamu perhatikan bahwa bunga-bunga itu hanya tumbuh pada sisi yang kamu lewati, tetapi tidak pada sisi yang dilewati Gentong Sempurna? Itu terjadi karena dari awal saya mengetahui kekurangan kamu, tetapi kemudian memanfaatkannya. Saya menanam biji bunga sepanjang sisi jalan yang kamu lewati, dan setiap hari, sepanjang kita berjalan dari sungai sampai rumah Pak Majikan, kamu telah menyirami mereka dengan air yang bocor itu. Selama dua tahun saya dapat menghiasi meja makan Pak Majikan dengan bunga-bunga yang indah itu. Tanpa kamu menjadi dirimu sendiri, Pak Majikan tidak akan bisa menikmati keindahan itu dalam rumahnya.” Kita semua mempunyai kekurangan yang unik. Kita semua adalah gentonggentong yang retak. Jangan takut akan kekurangan-kekurangan itu. Terimalah, dan percayalah bahwa kamu juga bisa menjadi pencipta keindahan. Dalam memahami kekurangan kita, kita juga menemukan kekuatan kita sendiri.



24



PETA SIFAT-SIFAT DASAR DOMINAN 1



Mengatur



2



Hal yang diinginkan Ruang kerja



3



Irama kerja



4



TERBUKA



KALEM



AKURAT



Ketenangan



Sistem yang baik



Pribadi, santai, informal



Berstruktur, rapi, fungsional



Cepat dan tegas



Mempengaruhi orang lain Menarik, penuh warna, sentuhan pribadi Cepat dan spontan



Lambat dan santai



Penampilan



Formal, konservatif



Modis dan trendi



Biasa dan santai



Lambat dan sistematik Fungsonal, dinas



5



Prioritas utama



Tugas dan hasilnya



6



Hal yang ditakutkan Bila stress dan terpojok Mencari dan mengutamakan Pertimbangan membeli



Kehilangan kontrol



Jadi pusat perhatian Keharmonisan hubungan kerja Diabaikan Konfrontasi



Diktator dan keras kepala Produktivitas



Menyerang dan sarkastik Perhatian



7 8 9



10 11 12



13



14 15 16 17



18



Formal, prestisius, berstruktur



Apa yang dihasilkannya? Berapa harganya? Memperoleh rasa Mengontrol aman Ingin Sukses mempertahankan Dukungan yang Sasaran diharapkan dari orang lain Strategi untuk Kompetisi, diterima kepemimpinan dan kerja keras Mengharapkan Tegas orang lain Lugas Posisi yang Saya mengatur diinginkan Tidak suka pada Inefisiensi dan ketidak-tegasan Ukuran sukses Hasil pribadi Rekor Keberhasilan Kemajuan Jika membuat Cepat dan tegas keputusan



19 Volume dan intonasi suara



Keras dan tegas



Tugas dan prosesnya Bertindak salah, tidak akurat Diam dan kompromi Mundur dan menghindar Persetujuan Akurasi



terhadap peningkatan citra dan gengsi? Fleksibilitas



mempengaruhi lingkungan diri saya? Hubungan akrab



Apakah pembelian itu logis dan masuk akal? Persiapan matang



Status



Hubungan baik



Kredibilitas



Ide



Dukungan



Pelaksanaan tugas dengan sistematis



Hangat Lincah Menarik Sedia mendengar



Loyalitas Kompromi Penurutan Baik dan ‘manis’



Ketelitian Ketuntasan Kerapian Tepat dan persis



Saya diperhatikan



Saya disenangi



Saya benar



Rutinitas dan peraturan Pengakuan Pujian Tepuk tangan



Ketaksabaran dan ketaksensitifan Kecocokkan Hubungan baik Silaturahmi



Kejutan dan ketidakpastian Presisi Akurasi Logika



Cepat dan spontan



Memperkelompokbangkan perasaan orang lain Lembut dan memotivasi



Berdasarkan data dan fakta



Keras, menyenangkan



Medium dan netral



Modul I - Pradaya |



25



SIKAP TERHADAP DIRI SENDIRI Dalam kehidupan keseharian, kita sering menghadapi sejumlah pengalaman yang dapat membuat sikap kita lebih positif atau justru lebih negatif. Umumnya hal yang kita ingat biasanya berkaitan dengan hal-hal yang luar biasa, bisa baik ataupun buruk. Bila kita berhasil dalam salah satu aspek pekerjaan, maka sikap kita cenderung positif. Sebaliknya, sikap kita cenderung negatif jika salah satu aspek pekerjaan kita menemui kegagalan. Kita cenderung menganggap biasa terhadap banyak hal yang kita selesaikan setiap hari. Misalnya, banyak di antara kita menempuh perjalanan puluhan kilometer tiap hari, dari dan ke tempat kerja. Bila kita ingat bagaimana pertama kali kita belajar menyetir mobil atau mengendarai sepeda motor, dengan penuh konsentrasi kita berusaha mengemudi atau mengontrol kendaraan yang berat tersebut agar tidak terjadi kecelakaan. Bandingkan dengan sekarang, ketika kita sudah lancar mengemudi atau mengendarai kendaraan tersebut? Bagaimana sikap kita? Itu adalah salah satu contoh dari sekian banyak keterampilan yang tidak lagi dianggap sebagai suatu keberhasilan. Coba pikirkan betapa banyaknya hal yang sekarang kita lakukan setiap hari, yang dahulu tampaknya sangat sulit untuk dilakukan. Jadi, memang kita mengalami banyak keberhasilan yang pada saat sekarang menjadi terlihat biasa-biasa saja. Kita lalu mengatakan hal itu sebagai suatu yang rutin dan tidak memiliki daya tarik lagi. Lama kelamaan kita menganggap biasa terhadap semua keberhasilan kita. Hal ini mengakibatkan kita jarang mengalami suasana menikmati rasa harga diri dan sikap positif terhadap diri sendiri. Satu cara untuk meningkatkan sikap positif terhadap diri sendiri adalah “merayakan” kesuksesan yang kita raih sehari-hari. Tekniknya ialah membuat catatan sukses harian yang berupa catatan dari semua kesuksesan yang telah kita raih setiap hari. Pada waktu tertentu kita dapat membaca kembali catatan tersebut agar kita dapat mengembangkan sikap yang tepat terhadap diri kita sendiri. Pandangan Baru Terhadap Kesalahan Kita dapat merubah sikap terhadap diri kita sendiri dengan cara merubah cara pandang kita terhadap hal-hal yang telah kita lakukan di masa lalu. Kita sadar bahwa keberhasilan ataupun kegagalan yang pernah menghampiri hidup kita seringkali memberi dampak kepada cara pandang kita. Agar dapat menempatkan kesalahan dalam perspektif yang benar dan tepat, maka kita terlebih dahulu harus tahu apa itu kesalahan dan bagaimana dampaknya terhadap sikap kita sekarang. 1. Kesalahan adalah sesuatu yang kita perbuat pada waktu lampau. Tidak pernah kita mengatakan, “Saya sedang melakukan kesalahan” atau “Besok saya akan/ingin melakukan kesalahan.” 2. Tanyakan pada diri anda, “Perlukah kita membiarkan perisitiwa-peristiwa tertentu di masa lampau mempengaruhi sikap kita terhadap diri kita sendiri?”



26



Contoh: Pelatihan pelatih yang sedianya akan diadakan dua minggu mendatang ternyata diubah waktu dan tempatnya. Kita harus memberitahu seseorang mengenai perubahan tersebut. Persoalannya orang tersebut berdomisili jauh dari tempat kita. Di kantor kita sedang digalakkan penghematan pemakaian telepon interlokal dan kita memutuskan untuk menyampaikan informasi tersebut via surat. Tapi, pada saat yang bersamaan kita tidak tahu bahwa orang tersebut telah dipindah-tugaskan ke kantor yang lain. Pada saat surat kita tiba segala sesuatunya telah terlambat. Apakah kita telah melakukan kesalahan? 3. Terhadap pengalaman kita di masa lampau, kita sering memberi penilaian. Yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana penilaian-penilaian tersebut berpengaruh atau tidak berpengaruh pada sikap kita terhadap diri kita sendiri. Informasi tentang situasi tertentu tidak pernah sempurna. Artinya, tidak semua informasi kita miliki. Atas kesadaran itu, kita tetap harus membuat dan mengambil keputusan. Kita baru mengetahui bahwa ada alternatif lain yang terbaik setelah beberapa waktu kemudian. Untuk itu, kita harus meyakini bahwa pada saat keputusan diambil, kita sudah mendasarkan pada informasi yang saat itu kita ketahui adalah benar. Kita tidak bisa merubah kejadian di masa lampau, tapi kita dapat membuat dan mengambil pelajaran yang konstruktif bagi perkembangan dan pertumbuhan diri kita di masa yang akan datang. Kegagalan dipandang bukan sebagai kesalahan tapi sebagai pelajaran. Kita belajar dari kesalahan namun kita bertumbuh dari keberhasilan. Bertumbuh dan belajar tidak harus selalu sama. Walaupun kita dapat belajar dari kesalahan, kita dapat saja berhenti di sana dan tidak berjalan terus serta menerapkan apa yang kita pelajari. Ringkasan 1. Peristiwa yang terjadi setiap hari sesungguhnya memberikan banyak alasan bagi kita untuk merasa berhasil. Asalkan kita tidak menganggap biasa terhadap hal-hal yang biasa kita selesaikan setiap harinya. 2. Lihatlah kegagalan sebagai pelajaran bukan sebagai kesalahan. 3. Peliharalah sikap mental yang mendatangkan ketenangan dan kegembiraan dengan cara: penuhi benak kita dengan hal-hal yang membawa damai, keberanian, kesehatan, dan harapan. Jauhkan pikiran dari keinginan untuk membalas dendam terhadap musuh sekalipun. Lakukan sesuatu dengan motif tanpa pamrih. Hitung berkat-berkat anda, bukan kemalangan. Ciptakan kebahagiaan bagi orang lain.



Modul I - Pradaya |



27



UMPAN BALIK HARIAN 1. Apa itu Kelompok Umpan Balik Harian? Kelompok umpan balik harian adalah kelompok yang terdiri dari 3 – 5 orang, yang tugasnya adalah bertanggung jawab atas umpan balik yang diperoleh dalam satu hari tertentu. Setiap hari kelompok umpan baliknya berbeda, supaya setiap orang mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan ini. 2. Apa yang harus dikerjakan kelompok umpan balik harian? Kelompok ini bertanggung jawab untuk: • Waspada sepanjang hari tentang bagaimana perasaan peserta, apa yang mereka pikirkan, bagaimana mereka bereaksi, dan sebagainya. • Memilih dan menyiapkan metode umpan balik. • Mengumpulkan umpan balik. • Menganalisa dan menyimpulkan umpan balik. 3. Kapan dan bagaimana membuat persiapan? Setelah Anda terpilih menjadi anggota kelompok umpan balik, semua anggota harus berkumpul dan menyepakati metode yang akan digunakan berdasarkan pengalaman kolektif anggota kelompok dan pilihan yang disukai (baca bahan bacaan dengan seksama untuk mendapat gagasan baru). Jika Anda membutuhkan bantuan dari yang lain, seperti pelatih maupun peserta, jangan ragu untuk memintanya. Buatlah rencana tentang siapa akan melakukan apa dan siapkan metode serta bahan yang mungkin diperlukan. 4. Apa yang dimaksud dengan umpan balik harian? Mengakhiri setiap hari dengan kegiatan memberikan feedback atau umpan balik singkat memberikan kesempatan peserta untuk menilai perkembangan dari pelatihan yang sedang berlangsung, berdasarkan masukan dari semua yang hadir di situ. Kegiatan ini sering juga disebut review harian. 5. Untuk apa dilakukan? Kegiatan umpan balik harian memungkinkan para peserta memperoleh gambaran tentang perasaan dan reaksi peserta yang lain, sekaligus hal-hal apa yang telah dipelajari dan/atau usulan dari peserta. Umpan balik harian memperkuat desain pelatihan dan meningkatkan rasa kepemilikan. 6. Bagaimana mendapatkan umpan balik? Banyak cara untuk mendapatkan umpan balik, tingkat partisipasi, interaksi dan tingkat detil. Pilihannya tergantung pada tujuan, kelompok, waktu, dsb. Sebaiknya, umpan balik harian berlangsung paling sedikit selama 10 menit di akhir atau awal setiap hari. Tetapi bisa saja menjadi setengah jam, jika anda memilih melakukan umpan balik secara lisan atau kemudian mendiskusikan bagaimana sebaiknya memperbaiki pelatihan berdasarkan umpan balik yang diberikan.



28



Doronglah peserta agar spesifik mengenai apa yang ingin diungkapkan, dan analitik tentang mengapa mereka mengungkapkan sesuatu. Pada awal pelatihan, mungkin peserta sangat tidak lazim dengan umpan balik harian, tetapi lama kelamaan mereka akan menjadi lebih terbiasa dalam merefleksikan apa yang dipelajari dan perasaan mereka, sehingga mereka juga akan menjadi lebih analitik. Karena itu, mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah dijawab dalam memancing umpan balik, kemudian secara perlahan ajukan pertanyaanpertanyaan yang lebih analitik. 7. Bagaimana menganalisis hasil umpan balik? Cara paling mudah adalah menghitung jumlah tanggapan yang diperoleh terhadap beberapa aspek dari pelatihan hari itu, kemudian merangkum isi tanggapan-tanggapan tersebut. Dengan menghitung jumlah tanggapan, baik pelatih maupun peserta mendapat gambaran tentang aspek-aspek apa saja yang menarik perhatian peserta. Sedangkan rangkuman isi tanggapan menjelaskan alasannya. 8. Bagaimana menyampaikan kembali hasil umpan balik? Pada awal hari berikutnya, sampaikan rangkuman dari tanggapan serta komentar yang diperoleh dari kegiatan umpan balik hari sebelumnya. Berikan kesempatan pada peserta untuk menanggapi. Kalau hasilnya termasuk usulan, penting bagi Anda untuk menjelaskan apabila para pelatih mengusulkan adanya perubahan berdasarkan umpan balik yang diterima, atau jika tidak, apa alasannya. Jangan menyebutkan komentar-komentar negatif atau memalukan yang secara khusus ditujukan pada perorangan. Jika ada beberapa komentar tentang seseorang, anda bisa membicarakannya secara pribadi dengan orang yang bersangkutan. 9. Beberapa gagasan untuk umpan balik: a. Kata Kenangan Minta agar peserta menuliskan kata-kata yang, misalnya: • paling menggambarkan apa yang telah dipelajari atau mencerminkan pengalaman dalam pelatihan hingga saat itu. • Kemudian bisa diikuti dengan pertanyaan: ”Mengapa Anda memilih kata-kata itu?” atau ”Apakah Anda bisa menjelaskan kata-kata yang Anda pilih?’ b. Celengan atau Kotak Tabungan Siapkan sejumlah uang logam seharga 100 dan 500 rupiah, dan sebuah celengan atau kotak uang (yang bisa dibuka). Minta agar setiap peserta memilih satu uang logam yang mencerminkan tingkat kepuasan mereka pada hari itu kemudian dimasukkan kedalam celengan yang disediakan. Setiap peserta hanya boleh memilih satu koin saja. Kalau sangat puas, mereka harus memasukkan uang logam 500 rupiah, kalau kurang puas 100 rupiah. c. Menggunakan metafor sebagai ungkapan perasaan atau hal yang dipelajari Minta agar peserta membandingkan pelatihan dengan jenis-jenis makanan. Kemudian, mereka harus menuliskan makanan apa yang paling melambangkan pengalaman mereka mengikuti pelatihan sampai saat itu, disertai alasan mengapa makanan tersebut yang dipilih. Modul I - Pradaya |



29



d. Menggunakan gambar Minta agar peserta menggambarkan perasaan mereka tentang pelatihan hari itu, dan tanyakan mengapa gambar tersebut yang dibuat. e. Kartu umpan balik Bagikan kartu metaplan atau post-it. Minta agar peserta menjawab dengan singkat pada metaplan atau post-it: • Apa yang paling menolong anda hari ini? kemudian Mengapa? atau • Apa yang paling bermanfaat, menarik, sulit... apa yang paling Anda sukai? Dapat juga ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: • Apa yang paling tidak menolong, tidak bermanfaat... yang tidak Anda sukai? Diikuti dengan • Apa yang perlu diperbaiki? atau Apa usulan Anda? Setelah kartu metaplan atau post it dikumpulkan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan: 1. Kalau waktu memungkinkan, kocok kartu itu, bagikan kembali, lalu minta agar para peserta membaca kartu yang didapatnya; atau 2. Tempelkan kartu di depan dan mintalah peserta untuk mengelompokkannya. Diskusikan setelah ditimkan; atau 3. Kumpulkan semua kartu, buatlah rangkuman setelah sesi selesai, kemudian sampaikan hasil umpan balik keesokan paginya sebelum acara dimulai. f. Melempar bola Tuliskan beberapa pertanyaan tentang hal-hal yang ingin dievaluasi pada selembar kertas. Remas-remas kertas itu dan buatlah menjadi sebuah bola. Peserta kemudian diminta membentuk lingkaran, kemudian saling melemparkan bola kertas tadi selama Anda berbalik memunggungi mereka. Setelah beberapa saat, baliklah kembali menghadap mereka sambil menyerukan ”Stop!” Yang sedang memegang bola kertas itu harus membukanya dan menjawab pertanyaan yang pertama. Kalau perlu, anda bisa meminta peserta yang lain untuk membantu atau menambahkan pendapat mereka. Ulangi sampai semua pertanyaan terjawab. Harap diingat bahwa karena cara ini sifatnya lebih langsung, pertanyaan yang diajukan jangan menyinggung perasaan atau hal-hal yang sensitif, tetapi berfokus pada apa yang telah mereka pelajari hari itu. Variasi untuk melenpar bola Gunakan musik untuk menandakan kapan bola mulai dilempar dan kapan harus berhenti. g. Menyelesaikan kalimat Tuliskan di kertas plano (atau siapkan fotokopi untuk setiap peserta) beberapa pernyataan yang belum selesai, yang berkaitan dengan aspek-aspek pelatihan yang ingin dievaluasi. Misalnya: - Menurut saya, pelatihan ini efektif karena... - Pelatihan ini bisa disempurnakan dengan... - Fasilitator bisa lebih efektif kalau...



30



Setiap peserta diminta menjawab semua pernyataan atau memilih pernyataan mana saja yang ingin ditanggapi. h. Pengukur suasana hati Kertas plano dengan gambar muka senang, muka biasa, dan muka sedih. Jelaskan arti dari masing-masing simbol kepada peserta, dan tempelkan kertas plano tersebut dekat pintu keluar ruangan. Mintalah agar peserta memberi tanda pada simbol yang sesuai dengan perasaan mereka terhadap acara hari itu dengan spidol atau stiker. Sebagai variasi, dapat digunakan post-it yang bertuliskan komentar peserta untuk memberi klarifikasi atas pilihan mereka. Untuk membedakan tim-tim peserta dari wilayah atau institusi yang berbeda, bisa digunakan kertas warna; seringkali akan terlihat adanya perbedaan persepsi. Perlu diingat bahwa cara ini harus tetap anonim, sehingga pembagian tim jangan terlalu kecil. Variasi lainnya adalah dengan menggunakan pengukur suasana hati selama seluruh pelatihan berlangsung, dengan mengukur perasaan peserta pada akhir setiap sesi pagi dan sore. i. Duka dan Suka Atur peserta dalam lingkaran, sehingga semua bisa saling melihat. Secara bergantian, setiap peserta melengkapi kalimat: ”Saya tidak suka ketika...” Jawabannya bisa menyangkut apa saja yang terjadi hari itu. Peserta boleh memilih untuk tidak menjawab apa-apa, atau menjawab sebanyak mungkin pada gilirannya. Peserta yang lain tidak boleh memberikan tanggapan atau menilai apa yang telah dikatakan. Anda, sebagai pelatih, harus pertama memulai dengan berbicara sejujur yang Anda harapkan dari peserta yang lain. Setelah semua memberikan tanggapan, hal yang sama dilakukan untuk menjawab apa yang mereka sukai. Kalimat yang harus dilengkapi adalah: “Saya suka ketika...” Kegiatan ini berakhir dengan hal-hal apa saja yang disukai, dengan demikian dalam suasana positif. j. Human Continuum • Pada dinding yang panjang, tempelkan kertas bertuliskan ‘tidak belajar apa-apa’ pada satu ujung, lalu ‘sangat mahir’ di ujung lainnya dan buatlah garis yang menghubungkan keduanya. • Jelaskan makna dari human continuum tersebut, dan mintalah agar mereka berpikir tentang posisi mereka pada awal pelatihan, dari segi pengetahuan, rasa percaya diri, dan keterampilan. • Lalu mintalah mereka berdiri kemudian menempatkan diri mereka pada garis di dinding itu. Setelah mereka diam, mintakan pendapat dari tiga atau empat orang tentang mengapa mereka memilih berdiri di tempat tertentu. • Kemudian, minta agar peserta berpikir lagi tentang posisi mereka sekarang, diakhir pelatihan. Lalu undang mereka untuk berdiri di posisi yang sesuai sepanjang garis di dinding. • Sekali lagi mintakan pendapat dari beberapa peserta mengenai alasan mereka berdiri di tempat tertentu. • Mintakan pendapat tim tentang kegiatan evaluasi ini, dengan tidak lupa menekankan betapa nyatanya penilaian diri mereka atas apa yang telah dicapai. Modul I - Pradaya |



31



k. Pameran poster Siapkan beberapa kertas plano dengan judul aspek-aspek yang ingin dievaluasi (satu poster/plano satu judul). Tempelkan pada dinding, dan mintalah para peserta untuk berkeliling sambil menuliskan komentar mereka dengan spidol pada masing-masing poster. l. Fishbowl /Aquarium Sebagian peserta diminta duduk dalam sebuah lingkaran dalam, dengan peserta lainnya di lingkaran luar. Berikan pertanyaan diskusi yang berkaitan dengan apa yang dipelajari hari itu. Misalnya: ”Sesi apa saja yang bermanfaat hari ini? Dan mengapa?” Hanya mereka yang duduk di lingkaran dalam yang boleh berbicara. Mereka yang duduk di luar hanya mendengarkan. Setelah beberapa menit, peserta bertukar tempat (yang di lingkaran dalam duduk di luar, dan sebaliknya). Anda boleh mengajukan pertanyaan yang berbeda. Jika timnya besar (lebih dari 15 orang), lakukan kegiatan ini dalam tiga ronde, tim yang pertama dulu, lalu tim kedua dan terakhir tim ketiga. m. Roda Monitoring Tetapkan delapan elemen yang ingin dimonitor. Tuliskan setiap elemen pada jari-jari roda tersebut, lalu fotokopi untuk semua peserta. Bagikan kepada peserta, sambil meminta mereka untuk memberikan evaluasi terhadap setiap aspek dengan membuat titik pada setiap jari-jari roda. (mendekat ke pusat roda artinya rendah, sedangkan lingkar luar roda artinya tinggi). Setelah selesai, hubungkan titik-titik tadi sehingga membentuk jaring-jaring. Tempelkan semua roda di dinding, dan kalau cukup waktu diskusikan hasil evaluasi tadi. n. Meninjau kembali dan Menyusun Tujuan Belajar Minta agar peserta secara individu atau bertim menyusun kartu-kartu yang bertuliskan tujuan-tujuan belajar, sesuai dengan manfaatnya, dan sebagainya. o. Skala berlawanan Pilihlah beberapa aspek yang ingin dievaluasi, misalnya, tingkat kesulitan. Untuk setiap aspek, buatlah skala dengan nilai untuk setiap jawaban (misalnya, positif nilainya 5, negatif nilainya 1, dengan 2, 3 dan 4 di tengah-tengah). Supaya hasilnya lebih berarti, bisa ditambahkan dengan penjelasan mengapa, komentar atau usulan. p. Membagi kertas Ajak peserta untuk berpikir tentang apa yang mereka pelajari hari ini. Kemudian, mintalah mereka untuk merobek selembar kertas kosong sesuai dengan aspek-aspek apa saja dari pelatihan hari itu yang bermanfaat bagi mereka. Setiap bagian harus diberi judul, dan ukurannya mencerminkan besarnya manfaat yang diperoleh. Lalu, mereka harus menulis mengapa hal tersebut mereka anggap bermanfaat.



32



MODUL II



FASILITATOR MASYARAKAT DAN TANGGUNG JAWAB PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA



Pengantar Memahami Nilai-Nilai ke-Indonesia-an Mengembangkan Nilai-nilai ke-Indonesia-an Memahami Kembali Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Indonesia Peran dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat



PENGANTAR Tujuan Menyegarkan kembali persepsi peserta mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep dasar pemberdayaan masyarakat yang harus dijadikan dasar pijakan dan orientasi dalam mengelola program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Indonesia.



Bahan



Flip chart, spidol kecil, spidol besar, selotip



Waktu



30 menit



Proses 1. Pelatih mengantarkan sesi dengan menceritakan upaya-upaya pemberdayaan



masyarakat yang telah dilakukan oleh pemerintah ataupun LSM di Indonesia.



2. Berikan contoh-contoh nyata baik contoh keberhasilan maupun kegagalan. Ajak peserta untuk menganalisis kenapa sebuah program bisa berhasil dan kenapa pula bisa gagal. Mintalah contoh-contoh dari peserta. 3. Ajaklah peserta menengok kembali konsep-konsep pemberdayaan yang diterapkan di wilayahnya, apakah konsep pemberdayaan dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai ke-Indonesia-an atau menerapkan konsep dari luar yang justru mematikan nilai-nilai ke-Indonesia-an? 4. Setelah peserta dapat menganalisis secara kritis dan obyektif sesi dilanjutkan ke sesi berikutnya, yaitu Memahami Nilai-nilai Ke-Indonesia-an



Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



35



MEMAHAMI NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN



Tujuan • Mengidentifikasi nilai-nilai ke-Indonesia-an yang perlu dikembangkan sebagai upaya



untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia sesuai dengan karakter dan jati dirinya. • Menjelaskan dan menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang selama ini telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sepanjang sejarah kehidupan mereka.



Bahan



Flip chart, spidol kecil, selotip, teks lagu Nasional dan lagu Daerah



Waktu



90 menit



Proses 1. Menyanyikan lagu Nasional dan Daerah (10 menit) Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana memasuki kegiatan belajar, sehingga para peserta mempunyai kesiapan untuk melaksanakan kegiatan belajar. Lebih dari itu kegiatan belajar ini juga dimaksudkan sebagai pintu masuk pada pembahasan mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an. Kegiatan belajar ini dilakukan dengan meminta salah satu peserta untuk memimpin menyanyikan salah satu lagu nasional, seperti lagu Dari Sabang Sampai Mereuke, Satu Nusa Satu Bangsa dan sejenisnya. Selesai menyanyikan lagu nasional dilanjutkan dengan meminta beberapa orang peserta yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia untuk menyanyikan lagu daerah masing-masing secara bergiliran. 2. Mempelajari Bahan Belajar (20 menit) Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan nilainilai ke-Indonesiaan. Informasi dimaksud dapat diperoleh melalui membaca materi bacaan yang telah disediakan atau materi bacaan lain yang dimiliki oleh peserta. Untuk itu kepada masing-masing peserta diberikan kesempatan dan waktu untuk mempelajarinya. 3. Curah Pendapat (45 menit) Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali pendapat dan pemahaman peserta tentang nilai-nilai ke-Indonesia-an. Untuk itu peserta diberi pertanyaan kunci:



36



“Nilai-nilai apa saja yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia sepanjang sejarah kehidupan mereka mulai dari jaman pra sejarah sampai sekarang? Dan apa bukti yang ada dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia dari nilai-nilai ke-Indonesia-an yang dijunjung tinggi tersebut? “ Dalam kegiatan ini akan lebih baik jika terdapat lebih banyak peserta yang diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Setiap pendapat peserta direkap secara singkat inti pendapatnya di papan tulis atau kertas plano di depan kelas yang dapat dibaca oleh semua peserta. Kegiatan ini dilaksanakan sampai dapat diidentifikasi nilainilai ke-Indonesia-an beserta buktinya dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia dalam jumlah yang dipandang cukup. Jika peserta kesulitan menyampaikan pendapat, pemandu bisa membantu dengan memberikan “pernyataan atau pertanyaan perangsang”. Pendapat yang sudah disampaikan oleh peserta hendaknya tidak disampaikan lagi oleh peserta yang lain untuk menghindari duplikasi, memperoleh lebih banyak hasil identifikasi, serta menghemat waktu. Format Rekapitulasi hasil curah pendapat dapat dibuat sebagai berikut: No



Nilai-nilai ke-Indonesia-an



Bukti dalam Kehidupan Nyata



1 2 dst 4. Penegasan (15 menit) Kegiatan ini dimaksudkan memberikan ulasan dan penyimpulan terhadap hasil curah pendapat yang telah dilakukan. Ulasan disampaikan dengan memberikan penegasan dan penjelasan terhadap pendapat tertentu yang dipandang perlu mendapatkan perhatian, seperti pendapat yang kontroversial yang memancing perbedaan pendapat. Ulasan juga disampaikan terhadap pendapat yang kritis, unik, dan menarik.



Bahan Bacaan • Memahami Nilai-nilai ke-Indonesia-an



Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



37



MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN



Tujuan



• Menghubungkan nilai-nilai Ke-indonesia-an dengan nilai keberagaman • Menjelaskan dan menyimpulkan dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat • Memberikan penilaian terhadap program, kegiatan dan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat yang selama ini telah dilaksanakan sehingga dapat menemukan kelemahan yang perlu diperbaiki dan kekuatan yang perlu dikembangkan lebih lanjut • Menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan dalam melaksanakan tugas pemberdayaan masyarakat secara tepat dan benar



Bahan



Flip chart, spidol kecil, selotip, contoh kasus.



Waktu



120 menit



Proses 1. Pembagian Kelompok (5 menit) Dalam kegiatan ini peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Jumlah kelompok dalam satu kelas dan jumlah anggota untuk setiap kelompok bisa disepekati bersama sesuai dengan kondisi kelas yang ada. Jumlah anggota kelompok hendaknya tidak terlalu sedikit, tetapi juga tidak terlalu banyak, paling banyak 5 orang setiap kelompok. 2. Diskusi Kasus (90 menit) a) Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mencari dua kasus dan mendiskusikannya, yaitu: 1) Peristiwa (kasus) nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang mengandung nilai-nilai ke-Indonesia-an yang positif untuk dikembangkan, serta analisis mengapa perlu dikembangkan, bagaimana cara mengembangkan, dan kendala apa yang akan dihadapi dam mengembangkan nilai tersebut. 2) Peristiwa (kasus) nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an dan karenanya perlu dihindari disertai dengan analisis alasan mengapa perlu dihindari dan mengapa kasus atau peristiwa tersebut sampai terjadi. Hasil diskusi kasus dalam kelompok dirumuskan tertulis secara singkat dan padat dalam format sebagai berikut:



38



Uraian Kasus



Nilai Positif yang Dikembangkan



Nilai Negatif yang Harus Dihindari



Analisis



b) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok secara bergantian. Setelah semua kelompok selesai menyampaikan hasil diskusi kelompok, dilanjutkan dengan pemberian tanggapan dari dan oleh setiap kelompok terhadap hasil diskusi mereka. Jika jumlah kelompok terlalu banyak dan waktu yang tersedia tidak mencukupi, maka penyampaian hasil diskusi kelompok bisa dilakukan oleh beberapa kelompok saja dengan pemilihan kelompok secara acak. Jika jumlah kelompok cukup kecil dan waktu yang tersedia mencukupi, maka kesempatan pemberian tanggapan bisa diberikan langsung setelah setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya, 3. Penegasan (25 menit) Kegiatan ini dimaksudkan memberikan ulasan dan penyimpulan terhadap hasil diskusi kasus. Ulasan disampaikan dengan memberikan penegasan dan penjelasan terhadap pendapat yang dipandang perlu mendapatkan perhatian, seperti pendapat yang kontroversial dan memancing perbedaan pendapat. Ulasan juga disampaikan terhadap pendapat yang kritis, unik, dan menarik.



Bahan Bacaan



• Mengembangkan Nilai-Nilai ke-Indonesia-an



Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



39



MEMAHAMI KEMBALI KONSEP DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT



Tujuan • Peserta memahami konsep dasar pemberdayaan masyarakat • Peserta dapat menentukan konsep pengembangan masyarakat yang sesuai dengan visi, misi dan prinsip yang sesuai dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an



Bahan



Flip chart, spidol kecil, selotip, bahan bacaan pokok, audio visual berupa rekaman kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada pada beberapa program pemberdayaan



Waktu



120 menit



Proses 1. Penyampaian Informasi dengan Ceramah Bervariasi (30 menit) Kegiatan belajar diawali dengan penyampaian informasi melalui ceramah tentang konsep-konsep dasar pemberdayaan masyarakat. Untuk lebih menarik dan memudahkan pemahaman dalam menyampaikan ceramah didukung dengan media audio visual berupa rekaman kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada pada beberapa program pemberdayaan (dipersiapkan oleh support team). Ceramah juga bisa diselingi dengan tanya jawab singkat dan pendek, sehingga dapat membuat suasana lebih aktif dan dinamis. Selama penyampaian informasi, peserta diminta mencatat hal-hal yang dipandang penting dan menonjol. 2. Diskusi (75 menit) a) Setelah selesai penyampaian informasi mengenai konsep-konsep dasar pemberdayaan masyarakat, peserta diminta untuk membuat beberapa kelompok dengan anggota maksimal 5 (lima) orang per kelompok. b) Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mengidentifikasi contoh-contoh kasus pemberdayaan masyarakat yang kurang sesuai dengan visi, misi, prinsip, dan strategi pemberdayaan masyarakat yang seharusnya. Selanjutnya menganalisis mengapa hal tersebut bisa terjadi serta bagaimana jalan keluar untuk mengatasinya. Hasil diskusi kelompok dituangkan dalam format hasil diskusi kelompok sebagai berikut:



40



No Kasus



Permasalahan



Analisis Masalah



Alternatif Pemecahan



c) Hasil diskusi dari setiap kelompok disampaikan secara bergiliran untuk mendapatkan tanggapan dan umpan balik dari peserta anggota kelompok lain. 3. Penegasan (15 menit) Pada akhir kegiatan diberikan penegasan untuk memberikan ulasan dan komentar terhadap hasil diskusi kelompok. Pemikiran-pemikiran kritis dan inovatif yang berkembang selama diskusi perlu digarisbawahi.



Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



41



PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF INDONESIA



Tujuan



Pada akhir sesi peserta: • menemukenali model pengembangan masyarakat yang sesuai dengan jati diri keIndonesia-an yang tidak meninggalkan budaya lokal dan tata nilai yang berlaku di Indonesia • mampu menganalisis permasalahan pemberdayaan masyarakat di Indonesia dan solusi pemecahannya



Bahan Flip chart, spidol, selotip, lembar analisis.



Waktu



75 menit



Proses 1. Pengantar (10 menit) Penyampaian pengantar dimaksudkan untuk mengingatkan kembali kepada peserta tentang perlunya pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat di Indonesia yang bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan jati diri masyarakat Indonesia, baik nilai-nilai sosial budaya, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia, serta jati diri ke-Indonesia-an. Perlu juga disampaikan bahwa dalam prakteknya masih dijumpai adanya kegiatan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang ditengarai tidak sejalan dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an sehingga berpotensi untuk menimbulkan permasalahan dan tidak bisa berjalan secara efektif. 2. Diskusi Identifikasi Kasus dan Analisis Masalah (45 menit) a) Kepada peserta diminta untuk membentuk kelompok berdasarkan pengalaman dan keterlibatannya dalam program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat tertentu. Setiap kelompok beranggotakan tidak lebih dari 5 orang. b) Kepada masing-masing kelompok diminta sukarela untuk mengidentifikasi beberapa kasus kegiatan pemberdayaan masyarakat yang pernah dialami dan/ atau diketahui kurang atau tidak bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan jati diri masyarakat Indonesia, kemudian menganalisis permasalahan yang ada dalam kasus tersebut dan merumuskan beberapa alternatif pemecahannya. Hasil diskusi dari masing-masing kelompok dituangkan dalam format sebagai berikut:



42



No



Kasus



Analisis Permasalahan



Alternatif pemecahan



c) Hasil diskusi dari setiap kelompok disampaikan secara bergiliran untuk mendapatkan tanggapan dan umpan balik dari peserta anggota kelompok lain. 3. Penegasan (20 menit) Pada akhir kegiatan diberikan penegasan untuk memberikan ulasan dan komentar terhadap hasil diskusi kelompok. Hal-hal yang dipandang kurang tepat diberikan koreksi dan penegasan secukupnya. Bahan Bacaan • Pemberdayaan Masyarakat



Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



43



PERAN DAN FUNGSI PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT



Tujuan Peserta mengetahui peran dan fungsi pelaku pemberdayaan masyarakat.



Bahan Flip chart, spidol, selotip.



Waktu



60 menit



Proses 1. Pengantar dan Penyampaian Informasi (10 menit) Kegiatan belajar diawali dengan memberikan pengantar dan penyampaian informasi mengenai dilema yang sering dihadapi oleh para pelaku (pendamping) pemberdayaan masyarakat di lapangan. Dilema terjadi antara peran dan fungsi pendamping sebagai “sutradara” dan “aktor utama”, antara “motivator” dan “provokator”, antara “dinamisator” dan “operator”, antara “pendorong kemandirian” dan “pencipta ketergantungan”. 2. Tukar Pengalaman (30 menit) Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali pengalaman mengenai pelaksanaan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan masyarakat yang pernah dilakukan oleh para peserta. Kepada beberapa peserta diminta secara sukarela untuk menceritakan pengalamannya sebagai pendamping atau pelaku pemberdayaan masyarakat. Masing-masing peserta diberi waktu paling lama 5 menit sehingga akan terdapat paling tidak 7 peserta yang berkesempatan mengungkapkan pengalamannya. 3. Tanggapan dan Penegasan (20 menit) Kegiatan belajar diakhiri dengan pemberian tanggapan dan penegasan terhadap pengalaman yang telah diungkapkan oleh sejumlah peserta. Tanggapan dan penegasan dimaksudkan untuk memberikan ulasan apakah pengalaman yang telah mereka ungkapkan itu sudah sesuai dengan peran, fungsi, dan tugas pelaku pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya. Kalau belum sesuai mengapa dan bagaimana jalan pemecahannya. Hasil penegasan sebaiknya dituangkan dalam format sebagai berikut:



44



No



Peran dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan



Tugas yang harus dilakukan



Bahan Bacaan • Peran dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat



Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



45



BAHAN BACAAN POKOK MODUL II PENGANTAR Upaya pemberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak melalui berbagai program, baik yang dikoordinasikan oleh pemerintah maupun dilakukan oleh lembaga atau organisasi kemasyarakatan, baik yang didanai oleh anggaran pemerintah, bantuan pihak lain, maupun yang didanai secara swadaya. Berbagai program pemberdayaan masyarakat tersebut dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat agar “bisa hidup lebih hidup”. Namun jika dilaksanakan tidak bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan karakter ke-Indonesia-an yang telah ada dan tumbuh berkembang sepanjang sejarah kehidupan masyarakat Indonesia, justru akan menghilangkan identitas ke-Indonesia-an yang lama berakar, sehingga yang terjadi bukan lagi pemberdayaan melainkan justru “pemerdayaan” karena telah mencabut masyarakat dari akar budaya, karakter dan jati dirinya. Karena itu dalam bagian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk melakukan refleksi diri, apakah program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada selama ini sudah betul-betul bertumpu pada nilai ke-Indonesia-an serta berdasarkan konsepsi dasar dari pemberdayaan masyarakat secara hakiki. Untuk itu perlu dilakukan penyegaran kembali persepsi mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep dasar tentang pemberdayaan masyarakat sehingga dapat dijadikan pijakan dalam mengambil sikap dan tindakan pemberdayaan masyarakat yang Indonesiawi sehingga dapat “meng-Indonesia-kan masyarakat Indonesia sesuai dengan harkat, martabat, dan jati diri ke-Indonesia-an.” Tujuan Umum Pembelajaran Secara umum tujuan pembelajaran dalam bagian ini adalah untuk menyegarkan kembali persepsi para pelaku pemberdayaan masyarakat (yang nantinya bertindak sebagai pelatih fasilitator pemberdayaan masyarakat di Indonesia, ed.) mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep dasar pemberdayaan masyarakat yang harus dijadikan dasar pijakan dan orientasi dalam mengelola program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat Indonesia. dapat:



Secara khusus dalam setiap kegiatan pembelajaran bertujuan agar para peserta pelatihan



1. Mengidentifikasi nilai-nilai ke-Indonesia-an yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia sesuai dengan karakter dan jati dirinya. 2. Menjelaskan dan menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang selama ini telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sepanjang sejarah kehidupan mereka. 3. Menghubungkan nilai-nilai Ke-indonesia-an dengan nilai keberagaman. 4. Menjelaskan dan menyimpulkan dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat. 5. Memberikan penilaian terhadap program, kegiatan dan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat yang selama ini telah dilaksanakan sehingga dapat menemukan kelemahan yang perlu diperbaiki dan kekuatan yang perlu dikembangkan lebih lanjut. 6. Menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan dalam melaksanakan tugas pemberdayaan masyarakat secara tepat dan benar.



46



MEMAHAMI NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN Pada prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memperkuat daya ketahanan masyarakat dengan memanfaatkan sumber potensi masyarakat itu sendiri yang telah lama mereka miliki. Salah satu sumber potensi itu diantaranya adalah nilai-nilai ke-Indonesia-an yang telah tertanam, tumbuh, dan berkembang sepanjang perjalanan hidup masyarakat yang berdiam di wilayah antara samudera Hindia dan Pasifik serta benua Asia dan Australia. Karena itu upaya pemberdayaan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari upaya menggali dan mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an bangsa Indonesia. A. Memahami Hakekat Bangsa Indonesia adalah identitas kebangsaan bagi suatu bangsa yang berdiam di wilayah nusantara. Karena itu sebelum memahami hakekat ke-Indonesia-an bangsa Indonesia terlebih dahulu perlu dipahami mengenai hakekat bangsa. Menurut Ernest Renan bangsa adalah jiwa, suatu asas kerohanian yang timbul dari kejayaan bersama di masa lampau, sebagai hasil sejarah dan kehendak atau persetujuan bersama untuk hidup bersama di masa sekarang dan yang akan datang dengan kesediaan memberikan pengorbanan-pengorbanan. Dalam pandangan Renan, manusia bukan budak dari rasnya, bahasanya, agamanya atau tempat tinggalnya. Bangsa adalah suatu kesadaran moral (conscience morale). Jiwa, rasa, dan kehendak adalah faktor subyektif manusia dan tidak bisa diukur dengan faktor-faktor obyektif, seperti bahasa, agama, ras, dan budaya. Karena itu agama, bahasa, ras, dan juga budaya bukanlah unsur pembentuk melainkan hanya merupakan faktor pendorong suatu bangsa. Bangsa dan rasa kebangsaan juga tidak dapat dibatasi secara teritorial, sebab daerah suatu bangsa bukan merupakan sesuatu yang statis tetapi dapat berubah-ubah secara dinamis sesuai dengan jalannya sejarah dari bangsa yang bersangkutan. Ada pula yang melihat, seperti Otto Bouer, bahwa bangsa adalah suatu masyarakat ketertiban yang muncul dari masyarakat yang senasib. Jadi bangsa itu terbentuk oleh adanya kesamaan perangai atau karakter yang timbul karena adanya kesamaan nasib atau pengalaman. Bangsa juga dapat terbentuk oleh adanya kesamaan kebudayaan (a.l. bahasa), kepercayaan, dan keturunan (ras), seperti pendapat P.J. Bouman. Terbentuknya suatu bangsa dalam pandangan Rudolf Kjellen, bermula dari adanya nafsu atau dorongan untuk mempertahankan hidup yang berlanjut dengan kesadaran dan tekad untuk bersatu dalam suatu persoonlijkheid (kepribadian) sehingga timbul kesadaran untuk mengurus dan menentukan nasibnya sendiri dalam bentuk keinginan untuk hidup bernegara sendiri (natioale state) yang merdeka dan berdaulat. Dengan demikian nafsu hidup suatu bangsa akan menjelma dalam bentuk hidup sebagai negara yang merupakan cita-cita perjuangannya. Dengan dimilikinya kesadaran kebangsaan (dalam bentuk bernegara yang berdaulat) maka suatu bangsa akan berusaha terus menerus untuk memiliki kebudayaan yang sama, juga satu bahasa dan aspekaspek kehidupan lainnya. Dengan demikian, menurut Rudolf, di balik suatu bahasa terdapat suatu bangsa dan bahasa bukan saja merupakan sebab tetapi juga akibat dari kebangsaan. Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



47



Jan Romein melihat bangsa terbentuk oleh adanya suatu keinginan bersama dari suatu suku atau beberapa suku untuk mendirikan suatu negara nasional dimana semua penduduknya mempunyai hak dan kewajiban serta kedudukan yang sama. Karl Houshofer memandang bahwa bangsa itu terbentuk oleh adanya kesatuan antara “darah dan tanah”, artinya persatuan antara orang dan tempat, yaitu adanya kesamaan tanah air dengan batasbatas geografis tertentu dari sekelompok manusia yang berkehendak untuk hidup bersama. Perbedaan sudut pandang dalam melihat proses terbentuknya suatu bangsa tersebut telah mengakibatkan perbedaan dalam melihat hakekat kebangsaan. Ada yang melihat dari sudut pandang politik, seperti Hans Kohn yang melihat paham kebangsaan sebagai suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu yang harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Lothorp Stoddart melihat kebangsaan dari sudut pandang psikologis, yaitu suatu keadaan jiwa (state of mind), suatu kepercayaan yang dianut oleh sejumlah besar manusia perseorangan, sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan, yaitu rasa kebersamaan segolongan manusia sebagai suatu bangsa (a sense of belonging together). Louis I. Snyder melihat kebangsaan sebagai suatu hasil perpaduan dari faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual, sehingga kebangsaan adalah suatu keadaan pikiran, perasaan atau sentimen dari suatu kelompok manusia yang hidup dalam daerah geografis tertenu, mempunyai bahasa yang sama, memiliki kesusasteraan yang memuat cita-cita nasional yang bersangkutan, mempunyai ketaatan kepada adat istiadat yang sama, menghormati pahlawanpahlawan yang sama dari kalangan mereka sendiri, dan terkadang juga mempunyai agama yang sama. RM Soebantardjo memaknai kebangsaan sebagai suatu perasaan cinta terhadap bangsa dan tanah airnya yang ditimbulkan oleh persamaan tradisi, sejarah, agama, bahasa, kebudayaan, pemerintahan, dan tempat tinggal, serta keinginan untuk mempertahankan dan memperkembangkan tradisi itu sebagai milik bersama dari anggota-anggota bangsa itu sebagai suatu bangsa. Dari berbagai pandangan tersebut dapat memberikan pemahaman yang utuh dan komprehensif mengenai hakekat bangsa dan kebangsaan, yaitu sebagai suatu gejala psikologis yang berupa rasa kebersamaan dari sekelompok manusia yang sama-sama hidup dalam suatu wilayah (geografis) tertentu yang menimbulkan kesadaran untuk diakui keberadaannya sebagai suatu bangsa karena adanya keadaan yang sama dan tujuan yang sama pula di masa depan yang dibentuk oleh lingkungan kebudayaan melalui proses sejarah, sosial, ekonomi dan politik yang cukup panjang. Cara memandang hakekat bangsa dan kebangsaan (wawasan kebangsaan) yang demikian itulah yang harus dikembangkan, termasuk dalam memandang ke-Indonesia-an bangsa Indonesia. B. Menggali Nilai-Nilai ke-Indonesia-an Adalah suatu keniscayaan, bahwa nilai-nilai ke-Indonesia-an bangsa Indonesia itu dibingkai, dibangun dan dikembangkan atas tiga pilar waktu; masa lalu, masa kini dan masa akan datang. Masa lalu, berkaitan dengan pengalaman-pengalaman sejarah kehidupan bersama, baik yang pahit maupun yang manis. Masa kini, berkaitan dengan kondisi nyata dan tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan bersama. Masa akan datang, berkaitan dengan cita-cita tentang kehidupan ideal yang hendak dan hanya bisa dicapai secara bersamasama.



48



Karena itu penggalian dan pengembangan nilai-nilai ke-Indonesia-an akan lebih efektif jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan historis melalui penggalian nilainilai kehidupan dalam perjalanan sejarah masyarakat dan bangsa Indonesia sepanjang zaman, mulai dari zaman prasejarah sampai dengan perkembangan kondisi kehidupan masyarakat saat ini. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa identitas ke-Indonesia-an sebagai bangsa Indonesia yang kita kenal sekarang ini tidaklah terbentuk dalam proses yang singkat, melainkan terbentuk melalui proses yang amat panjang, yaitu sepanjang sejarah kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Walaupun konsep ke-Indonesia-an bangsa Indonesia baru terbentuk pada awal abad ke-20, tetapi kondisi yang demikian itu sudah terbentuk sejak awal terbentuknya masyarakat Indonesia, yaitu sejak jaman kedatangan manusia Indonesia ke kepulauan Indonesia pada jaman prasejarah, jaman terbentuknya pengaruh Hindu-Budha dan Islam serta pertemuan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa Barat pada jaman penjajahan. Sejak proses migrasi manusia Indonesia dari luar wilayah Indonesia serta terbentuknya pemukiman di kawasan Nusantara dan pertemuan dengan bangsa-bangsa lain tersebut identitas masyarakat Indonesia mulai terbentuk yang ditandai dengan sistem kemasyarakatan, sistem religi dan kepercayaan, sistem pemerintahan kerajaan dan ketatanegaraan, serta sistem sosial budaya lainnya. Melalui pertemuan dengan bangsa-bangsa asing, baik secara politis, sosial budaya, dan ekonomi maka bangsa Indonesia pun mulai menyadari tentang pentingnya membentuk identitas ke-Indonesia-an pada awal abad ke-20. Kesadaran tersebut selanjutnya menjadi energi yang menggerakkan pergerakan nasional sampai dengan tercapainya kemerdekaan Negara RI. Kesadaran akan perlunya identitas ke-Indonesia-an itu pula yang harus terus dipertahankan dan dikembangkan di era global ini sesuai dengan tuntutan dan tantangan kehidupan sekarang agar bangsa Indonesia tetap dapat menjaga martabat dan harga diri sebagai bangsa. Adalah suatu kebanggaan adanya fakta yang menunjukkan bahwa nenek moyang manusia Indonesia sudah ada sejak beribu-ribu tahun sebelum Masehi. Hal ini bisa dibuktikan dari penemuan berbagai fosil manusia purba dan bukti-bukti arkeologis di berbagai daerah Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan daerah-daerah lainnya. Bahkan diyakini pula bahwa nenek moyang suku asli Australia (Aborigin) berasal dari Indonesia, yaitu Homo wajakensis. Buktibukti arkeologis yang ditemukan di kepulauan nusantara juga menunjukkan bahwa sejak awal manusia Indonesia selalu belajar untuk mengembangkan teknologi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kehidupan, mempunyai sistem religi dan kepercayaan yang kuat (bangsa yang relegius). Hampir semua bukti arkeologi yang ditemukan selalu berkaitan dengan produk teknologi dan alat atau tempat yang berkaitan dengan peribadatan. Selain itu juga menujukkan adanya pengembangan sistem kemasyarakatan dengan pembagian kerja dan gotong-royong, sistem pemerintahan yang “melindungi” dan pola hubungan dengan alam yang menjaga keharmonisan dan keseimbangan. Sejarah penyebaran manusia Indonesia juga menujukkan bahwa manusia Indonesia yang tersebar ke seluruh pelosok nusantara merupakan “satu saudara” karena berasal dari ras yang sama yaitu ras Austronesia. Bahkan ras Austronesia ini juga merupakan nenek moyang bangsa-bangsa di daratan Asia. Dengan demikian sebetulnya orang Melayu, Indonesia, Cina, Korea, Thailand, Jepang adalah satu nenek moyang. Bukti-bukti arkeologis juga menunjukkan Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



49



besar kemungkinan pada masa ribuan tahun yang lalu antara semenanjung Malaka, pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau lainnya adalah satu daratan. Dengan demikian kesatuan bangsa Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan RI bukanlah hal baru. Pola penyebaran atau migrasi nenek moyang bangsa Indonesia yang menjangkau hampir seluruh wilayah daratan Asia, bahkan sampai Madagaskar dengan kapal bercadiknya juga menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai wawasan global (manusia gaul secara internasional), manusia bahari yang unggul (pelaut ulung). Masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu dan Budha dari India, budaya muslim dari Timur Tengah, dan budaya Eropa, juga merupakan bukti lain bahwa sudah sejak lama masyarakat Indonesia bersifat terbuka, mempunyai komunikasi baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, budaya dan politik secara internasional. Namun keterbukaan itu tidak mengakibatkan masyarakat Indonesia kehilangan jati dirinya. Masyarakat Indonesia mampu mengolah dan mensintesakan hal-hal positif dari kebudayaan luar dengan kekayaan budaya sendiri sehingga menghasilkan suatu bentuk dan perilaku budaya baru yang khas. Posisi geografis yang strategis dan sumber kekayaan alam yang melimpah adalah potensi yang menjadi daya tarik bagi bangsa-bangsa lain untuk datang berdagang ke tanah Nusantara. Potensi inilah yang harus dijaga, dipelihara, dan dikembangkan menjadi keunggulan bangsa Indonesia. Sejarah perjalanan masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa nilai-nilai religius mempunyai andil yang amat besar dalam membentuk identitas ke-Indonesia-an yang ada sekarang. Kerajaan-kerajaan besar yang bercorak Hindu-Budha yang tersebar ke seluruh pelosok Nusantara, seperti Majapahit, Sriwijaya, Tarumanegara, Pajajaran, Kutai, juga kerajaan-kerajaan besar yang bercorak Islam seperti Samudera Pasai, Aceh, Demak, Mataram, Goa, Bone, merupakan bukti bahwa sejak dahulu negara yang ada di Indonesia adalah negara yang ber-Ketuhanan. Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berdasarkan atas nilainilai Ketuhanan. Masuknya Islam di Indonesia telah membentuk nilai-nilai kesetaraan, persamaan derajat, dan tradisi-tradisi peribadatan dalam kehidupan keseharian. Hal ini juga mewarnai secara mencolok terhadap identitas ke-Indonesia-an. Penerimaan bangsa Indonesia terhadap kedatangan bangsa-bangsa Eropa yang semula bermaksud berdagang juga merupakan bukti keterbukaan bangsa Indonesia. Karena bangsa Indonesia juga bangsa pedagang, selain petani (agraris), maka kehadiran pedagangpedagang Eropa disambut dengan terbuka. Namun karena pedagang-pedagang Eropa yang datang ke Nusantara itu ternyata bukan pedagang-pedagang yang “baik dan jujur”, melainkan pedagang-pedagang yang “culas, licik, dan serakah”, maka akhirnya banyak menimbulkan benturan dengan pedagang-pedagang lain dan kerajaan-kerajaan yang ada. Sistem monopoli yang diterapkan oleh pedagang Eropa telah menghancurkan sistem perdagangan dan perekonomian yang sudah ada sebelumnya. Apalagi disertai dengan keikutsertaan campur tangan para pedagang Eropa terhadap konflik-konflik kekuasaan yang ada di kerajaankerajaan saat itu. Tak terelakkan lambat laun akhirnya banga Indonesia pun terjajah, baik secara ekonomi maupun politik. Sebuah pelajaran yang amat berharga, bahwa sistem monopoli ekonomi, ketergantungan ekonomi pada negara lain baik melalui penanaman



50



modal maupun perdagangan yang tak berimbang cenderung menimbulkan campur tangan politik yang selanjutnya akan mengarah pada penjajahan. Disinilah pentingnya kemandirian ekonomi dan menciptakan sistem perdagangan yang berimbang tanpa monopoli sebagai upaya untuk menegakkan kedaulatan bangsa. Adalah kenyataan sejarah bahwa kedatangan bangsa Eropa di satu sisi telah mengakibatkan penjajahan dan penderitaan yang berkepanjangan bagi bangsa Indonesia. Namun disisi lain telah menggugah kesadaran rasa kebangsaan Indonesia, memperkuat dan mengentalkan rasa solidaritas, kesetiakawanan, dan kebersamaan. Tatkala Portugis bermaksud menguasai Selat Malaka, maka Raja Demak, Raden Patah, menugaskan putranya Pati Unus yang kemudian bergelar Pangeran Sabrang Lor untuk membantu Kerajaan Samudera Pasai melawan Portugis. Kraeng Galengsong bangsawan dari Bugis juga bergabung dengan Untung Suropati untuk melawan Belanda di Jawa. Munculnya perlawanan di berbagai daerah yang silih berganti tak henti-hentinya selama ratusan tahun, meskipun secara sporadis, merupakan bukti mulai tumbuh suburnya benih-benih kebangsaan Indonesia. Perjuangan melawan penjajahan di berbagai pelosok Nusantara adalah prakondisi yang amat berarti bagi terbentuknya identitas kebangsaan Indonesia. Sisi lain, penjajahan juga telah menjadi pelajaran yang amat berharga bagi bangsa Indonesia. Adanya kenyataan bahwa pengetahuan dan teknologi penjajah dari Eropa lebih baik telah menyadarkan bangsa Indonesia akan perlunya pendidikan dan penguasan ilmu pengetahuan dan teknologi secara lebih baik. Tak sedikit, meskipun tidak dapat dikategorikan banyak, bangsa Indonesia yang kemudian mulai menempuh pendidikan tinggi. Dan mereka inilah yang kemudian menjadi pelopor dan penggerak dalam menemukan, merumuskan dan mewujudkan bentuk identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia. Identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia kemudian mulai menemukan bentuknya pada awal abad ke-20. Het wonder is geschied! Insulinde – deschome slappster – is ontwaak. Keajaiban telah terjadi. Insulinde si cantik molek yang sedang tidur telah bangun. Itulah komentar van Deventer dalam keterkejutannya melihat kebangkitan bangsa-bangsa Timur (Asia), termasuk Indonesia yang mulai bangkit meramu dan menemukan identitas dirinya sebagai bangsa di awal abad ke-20. Perjuangan untuk mewujudkan identitas ke-Indonesia-an mulai memasuki babak baru. Melalui pergerakan yang bersifat nasional dan terorganisir secara modern. Dipelopori oleh Budi Utomo yang merupakan organisasi nasional modern yang pertama. Disusul dengan Sarekat Dagang Islam yang kemudian menjadi Sarekat Islam, Indische Partij, berbagai organisasi kepemudaan, organisasi sosial keagamaan, dan organisasi politik yang bertebaran di seluruh wilayah Nusantara. Tonggak-tonggak sejarah pergerakan nasional tersebut telah menggambarkan bentuk-bentuk kontribusi perjuangan dari berbagai elemen masyarakat dalam membentuk identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia. Suatu pelajaran yang amat berharga bahwa kebangkitan nasional itu dipelopori oleh kaum terpelajar. Budi Utomo pun pertama kali dipimpin oleh seorang pemuda mahasiswa kedokteran yang usianya belum genap 20 tahun. Berbagai bentuk organisasi yang bergerak di berbagai bidang, seperti Budi Utomo dan Taman Siswa yang bergerak dibidang pendidikan, Sarekat Dagang Islam dibidang ekonomi, persarikatan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dibidang keagamaan, dan organisasi-organiasi politik seperti Indische Partij dan Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



51



Partai Nasional Indonsia, juga memberikan pelajaran bahwa rasa kebangsaan itu harus digarap dari berbagai aspek kehidupan secara serentak dan simultan. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 juga memberikan pelajaran betapa strategisnya peranan pemuda dalam mengukuhkan identitas ke-Indonesia-an. Ditambah lagi dengan peristiwa Rengasdengklok yang dilakukan oleh para pemuda menjelang detik-detik kemerdekaan. Cukup banyak nilai-nilai yang bermakna yang dapat digali dan dikembangkan dari peristiwa sepanjang sejarah pergerakan nasional sampai sekitar proklamasi kemerdekaan. Kepedulian akan nasib sesama, kesetiakawanan sosial, kebersamaan, toleransi, kerelaan berkorban, kebesaran tekad, dan kesabaran adalah nilai-nilai yang mendasari terbentuknya identitas ke-Indonesia-an. Beberapa nilai yang terkandung dalam berbagai peristiwa perjalanan hidup bangsa Indonesia tersebut perlu dijadikan pijakan dan cermin untuk bisa memantulkan identitas ke-Indonesia-an di masa kini dan mendatang. Terbentuknya identitas ke-Indonesia-an yang berpuncak pada proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan RI, bukan berarti telah usainya proses “meng-Indonesia-nya” bangsa Indonesia. Proses itu masih terus berlanjut dan berkembang secara dinamis. Dinamika perkembangan masyarakat Indonesia dengan berbagai bentuk wujud perilaku sosialnya sejak awal kemerdekaan hingga sekarang merupakan romantika kehidupan berbangsa yang harus disikapi secara positif untuk dijadikan sebagai bahan pelajaran. Berbagai gejolak politik dan pemerintahan serta pasang surut kehidupan sosial ekonomi yang selama ini terjadi, mulai dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan, pembentukan dan pembubaran RIS, dinamika pemerintahan parlementer, perbedaan pendapat di tubuh Konstituante, Dekrit Presiden 5 juli 1959, berbagai gejolak politik (seperti PRRI, Permesta, DI/TII, G 30 S/PKI), peristiwa sekitar Supersemar, hegemoni Orde Baru, hiruk pikuk Reformasi, lepasnya Timor Timur, GAM dan bencana Tsunami, persoalan Papua, sampai dengan krisis multi dimensi (moneter, ekonomi, sosial dan politik) yang hingga kini belum berhenti, hendaknya dianggap sebuah ujian untuk semakin mengukuhkan dan memperkokoh identitas ke-Indonesia-an. Memang peristiwa-peristiwa itu mengandung sisi kelam yang pahit, tetapi tidak harus disikapi sebagai sebuah “kecelakaan” yang membekaskan luka dalam tak tersembuhkan. Mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an haruslah dengan kearifan dan berorientasi ke masa depan tanpa harus melupakan masa lalu. Masa lalu adalah untuk pelajaran, bukan untuk melestarikan dendam. “Siapa yang melupakan masa lalu dia akan kehilangan pelajaran yang berharga, dan siapa yang terbuai oleh masa lalu akan ketinggalan pelajaran berikutnya”.



52



MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN Perjalanan panjang sejarah kehidupan bangsa Indonesia telah membentuk identitas keIndonesia-an sebagai bangsa yang merupakan jati diri dan ciri karakteristik yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Identitas dan jati diri itu terbentuk dari kristalisasi nilainilai kehidupan yang dipandang baik dan dijadikan sebagai arah dan cita-cita dalam membina kehidupan berbangsa dan bernegara. Identitas dan jarti diri itu terakumulasi dan terumuskan dalam sila-sila Pancasila yang dipandang sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan kemudian dijadikan sebagai dasar negara. Karena itu nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila diyakini mengandung nilai-nilai yang tinggi dan berharga yang jika diamalkan akan menempatkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat dan berharga diri tinggi. Nilai martabat dan harga diri bangsa Indonesia ada dan melekat pada aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, mengembangkan harkat, martabat, dan harga diri sebagai bangsa Indonesia berarti menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila sebagai bingkai dalam mengembangkan dan memberdayakan kualitas hidup di segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Martabat dan harga diri bangsa Indonesia terletak pada aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan nyata. Persoalannya adalah apakah memang nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila itu telah teraktualisasikan dan menjadi kenyataan sehari-hari di setiap lokalitas masyarakat Indonesia. Apakah nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, demokrasi dan musyawarah, keadilan dan kesejahteraan sudah betul-betul teraktualisasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari? Hal inilah yang akan menjadi penanda seberapa jauh harkat, martabat, dan harga diri bangsa Indonesia itu berada. Kesetiaan masyarakat bangsa Indonesia dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila secara sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari, dan bukan sekedar kesetiaan dalam wacana atau kesetiaan secara politis belaka, akan menjadi penanda terhadap kesetiaan masyarakat dan bangsa Indonesia terhadap jati diri ke-Indonesia-an mereka. Ada dua tantangan utama dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dewasa ini, yaitu meluasnya globalisasi yang dapat melunturkan identitas ke-Indonesia-an dan merebaknya primodialisme yang dapat menghancurkan integritas ke-Indonesia-an. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang amat pesat telah melipat lingkaran bumi ini tinggal sebesar globe. Tak ada lagi kendala jarak, batas wilayah, dan waktu tempuh. Persinggungan budaya, sosial, ekonomi, dan politik praktis tak terhindari, sehingga tidak sedikit manusia Indonesia yang tidak lagi merasa terikat oleh batas-batas adimisnistrasi dan geografis negara Indonesia, bahkan sampai melepas identitas ke-Indonesia-annya dan mengidentifikasi dirinya sebagai warga dunia (kosmopolit). Karena itu dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an perlu dilakukan identifikasi dan pembandingan struktur kebudayaan dan wujud perilaku sosial antara budaya Indonesia dan budaya dunia. Perlu dilakukan analisis dampak positif dan negatif akibat dari persinggungan budaya tersebut, sehingga dapat menumbuhkan kemampuan untuk memilih dan memilah serta mengambil sikap bagaimana seharusnya menyikapi era globalisasi. Sebab keanekaragaaman Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



53



struktur dan perilaku budaya global di satu sisi akan mendorong ke arah kemajuan namun di sisi lain bisa juga menimbulkan kerusakan. Sikap keterbukaan untuk menilai struktur dan perilaku budaya masyarakat Indonesia sendiri yang juga mengandung kelebihan dan kelemahan juga perlu dikembangkan. Beberapa contoh mengenai kearifan dan local genius dari bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan budaya luar perlu terus dipupuk dan dikembangkan. Sebab suatu keniscayaan yang tak bisa dihindari, bahwa globalisasi bisa menjadi obat kuat atau energy drink bagi kemajuan bangsa Indonesia, tetapi jika tidak selektif dan berlebihan justru akan menjadi racun yang merusak dan menghancurkan daya tahan tubuh dan identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia. Bersamaan dengan maraknya era globalisasi ternyata disertai pula dengan merebaknya gejala-gejala primordialisme. Beberapa fenomena di negara kita yang lebih mengedepankan dan menonjolkan unsur kedaerahan dengan dalih otonomi daerah, bahkan pemikiran untuk memfederasi-kan kesaturan negara RI, juga isu-isu tuntutan kemerdekaan dari sebagian daerah seperti Aceh dan Papua adalah bukti dari merebaknya primordialisme itu. Konflik horisontal antar etnis yang pernah terjadi di Kalimantan atau antar pemeluk agama yang berbeda di Maluku dan Poso adalah ancaman nyata bagi disintegrasi bangsa. Karena itu, tidak bisa tidak, bahwa pengembangan nilai-nilai ke-Indonesia-an harus disertai dengan upaya memahami struktur dan perilaku budaya dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia sehingga dapat menumbuhkan sikap saling memahami, menghormati, dan menghargai antar pendukung budaya di masing-masing daerah. Beberapa ciri fisik dan bentuk perilaku masing-masing budaya daerah perlu diidentifikasi dan dibandingkan untuk menemukan kesamaan atau unsur-unsur positif yang perlu dibina dan perbedaan atau unsur-unsur negatif yang perlu dihindari. Pemahaman dan penghayatan akan prinsip bhinneka tunggal ika secara benar dan tepat perlu mendapatkan penekanan. Bahwa identitas ke-Indonesia-an itu sebetulnya melekat pada identitas kedaerahan sehingga identitas kedaerahan itu sebetulnya menjadi bagian inti dan tak terpisahkan dari identitas ke-Indonesia-an. Ke-Indonesia-an memang memerlukan kesatuan, keterpaduan, dan kebersamaan, tetapi tidak dengan mengeliminasi dan menafikkan kedaerahan. Sebab roh dan nafas ke-Indonesia-an bersumber dan berada di daerah. Merebaknya gejala primordialisme dalam sejarah perjalanan hidup bangsa Indonesia juga tidak bisa dilepaskaan dari kondisi stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan yang ada. Ketidakseimbangan pembangunan, kepincangan ekonomi, ketidakadilan sosial, kesenjangan kesejahteraan, sentralisasi politik dan pemerintahan, serta kerawanan keamanan dan pertahanan wilayah negara, adalah akar permasalahan yang menjadi biang keladi dari merebaknya gejala primordialisme. Sejarah perjalanan hidup kebangsaan Indonesia telah memberikan pelajaran bahwa kekecewaan daerah terhadap pemerintah pusat karena hegemoni pemerintah pusat terhadap daerah yang berlebihan akan menjadi bahaya laten primordialisme yang sewaktu-waktu muncul bergejolak. Ia bisa menjadi “bara dalam sekam”.



54



PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan tidak dapat dilepaskan dari hadirnya paradigma baru pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development). Paradigma ini menuntut untuk menempatkan masyarakat atau rakyat sebagai pusat perhatian dan sasaran sekaligus pelaku utama dalam pembangunan. Untuk itu segala upaya pembangunan harus selalu diarahkan pada penciptaan kondisi dan kesempatan yang memungkinkan masyarakat dapat menikmati kehidupan yang lebih baik dan sekaligus memberi kesempatan yang lebih luas kepada mereka untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan karakteristik yang mereka miliki. Pendekatan ini muncul sebagai reaksi terhadap timbulnya berbagai kesenjangan, baik kesenjangan kemajuan antar daerah, kesenjangan kemajuan antar sektor, maupun kesenjangan kemajuan dan kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sebagai akibat dari pendekatan pembangunan yang bersifat top down dengan lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi. Karena itu pendekatan ini menempuh strategi dengan memberikan perhatian yang lebih banyak kepada lapisan masyarakat bawah yang masih tertinggal dengan memberikan kesempatan, fasilitas, dan perlindungan agar mereka dapat mengembangkan daya dan potensinya secara maskimal sehingga mampu bertahan dan mencapai tarap hidup yang lebih baik secara mandiri. 1. Makna Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti kekuatan atau kemampuan. Berdaya adalah suatu kondisi atau keadaan yang mendukung adanya kekuatan atau kemampuan itu. Dalam kehidupan bermasyarakat, keberdayaan adalah suatu kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat sehingga memungkinkan masyarakat yang bersangkutan mampu bertahan dan mengembangkan diri secara dinamis. Keberdayaan ini meliputi keberdayaan di bidang ekonomi, sosial budaya dan politik, sehingga merupakan sumber ketahanan nasional dari suatu bangsa. Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka dapat mengaktualisasikan jati diri, harkat dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara manidiri. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan demikian pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian, baik di bidang ekonomi, sosial budaya dan politik. Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu strategi dalam pembangunan nasional berorientasi pada pemberian kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk dapat ikut serta dalam proses pembangunan dengan mendapatkan kesempatan yang sama dan dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara proporsional. Pemberdayaan di bidang ekonomi, berarti menyangkut upaya peningkatan pendapatan dan tingkat kesejahteraan hidup yang bertumpu pada kekuatan ekonomi sendiri sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri secara mandiri. Dibidang sosial budaya, berarti menyangkut upaya peningkatan kehidupan sosial budaya yang berakar pada nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat sehingga mereka tidak tercerabut dari akar budaya yang telah melingkupi kehidupan mereka selama ini. Dibidang politik, berarti menyangkut upaya Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



55



peningkatan kemampuan dan pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil keputusan sendiri mulai dari proses perencanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi berbagai program pembangunan yang mereka laksanakan. Dengan demikian konsep pemberdayaan bukan hanya menyangkut persoalan ekonomi, tetapi merupakan konsep yang menyangkut semua aspek kehidupan. Kesemua aspek kehidupan itu haruslah diberdayakan secara bersamaan dan integratif. Pemberdayaan ekonomi harus pula disertai dengan pemberdayaan sosial budaya dan politik. Begitu pula sebaliknya. Hal ini diyakini sebagai strategi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemampuan ekonomi serta ketahanan nasional. Namun keyakinan tersebut menuntut adanya penerjemahan dalam bentuk program-program dan kegiatan-kegiatan usaha yang nyata. 2. Visi dan Misi Pemberdayaan Masyarakat Visi adalah gambaran tentang keadaan masa depan yang diinginkan yang ideal dan realistis. Sesuai dengan pengertian dan tujuan pemberdayaan sebagaimana dikemukakan di muka, maka visi dari pemberdayaan adalah terciptanya masyarakat yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam bidang kehidupan sehingga mereka mampu memecahkan dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri tanpa tergantung dengan pihak lain. Dalam konteks pembangunan, kemandirian di sini berarti kewenangan untuk merencanakan, menetapkan, melaksanakan dan mengendalikan program-program pembangunan sesuai dengan esensi dan prioritas kebutuhan mereka. Kemandirian ini akan dapat menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap seluruh program-program pembangunan yang dilaksanakan, sehingga akan mengindikasikan adanya demokratisasi dalam pengelolaan pembangunan. Dengan visi yang demikian itu maka yang menjadi misi dari pemberdayaan adalah mengembangkan dan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki oleh masyarakat secara maksimal, baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya sosial. Dengan demikian diharapkan akan dapat meningkatkan ketahanan masyarakat, baik di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, sehingga mereka dapat mempertahankan hidup secara lebih baik. Katahanan yang dimaksudkan di sini bukanlah ketahanan yang bermakna pendekatan security, melainkan suatu dinamika kehidupan masyarakat yang mampu melakukan proses pengembangan dan peningkatan kualitas diri dan lingkungannya secara mandiri. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan Masyarakat Keberdayaan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukung sebagai prasyaratnya. Faktor-faktor pendukung yang merupakan prasyarat keberdayaan tersebut meliputi faktor pendidikan, kesehatan, penguasaan akses sumber-sumber kemajuan ekonomi, dan faktor sosial budaya. Keterpaduan dari berbagai faktor tersebut secara serasi akan membentuk suatu kekuatan yang memungkinkan suatu masyarakat yang dapat bertahan (survive) dan mengembangkan diri secara mandiri dalam berbagai kondisi untuk mencapai tujuan hidupnya.



56



a. Faktor Pendidikan Keberdayaan suatu masyarakat mensyaratkan adanya penguasaan tingkat pendidikan yang memadai atau dengan kata lain keberdayaan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan yang mereka miliki. Pendidikan memang merupakan penanda dari masyarakat modern. Melalui pendidikan masyarakat akan memperoleh informasi, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai pola pikir rasional dan memiliki sikap serta ketrampilan yang profesional dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan sehari-hari. Karena itu masyarakat terdidik mempunyai kemungkinan lebih besar untuk lebih berdaya ketimbang masyarakat yang kurang berpendidikan. Faktor pendidikan ini bisa dilihat secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif adalah seberapa tinggi tingkat pendidikan formal dan seberapa luas tingkat pendidikan formal tersebut dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. Semakin banyak jumlah masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi maka akan semakin berdaya dalam menghadapi berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Sedang secara kualitatif dapat dilihat dari profesionalisme dan kesadaran masyarakat yang bersangkutan untuk berpartisipasi dalam program-program pembangunan. Faktor pendidikan memang tidak bisa hanya dilihat dari aspek kuantitas pemilikan tingkat pendidikan formal, tetapi juga harus dilihat dari kualitas ketrampilan dan sikap kesadaran masyarakat. Dengan demikian upaya pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah merupakan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan masyarakat, yakni dalam arti peningkatan wawasan dan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam rangka mengaktualisasikan segala potensi yang mereka miliki untuk dapat mencapai taraf hidup yang lebih baik. b. Faktor Kesehatan Masyarakat berdaya adalah masyarakat yang sehat dan masyarakat yang sakit adalah masyarakat yang tak berdaya. Keberdayaan masyarakat mensyaratkan adanya tingkat kesehatan tertentu yang memadai. Kesehatan adalah faktor yang penting dalam menumbuhkan keberdayaan. Kesehatan amat berpengaruh terhadap kualitas hidup secara keseluruhan, baik dari aspek ekonomis maupun pendidikan. Dari aspek ekonomi, kesehatan amat berpengaruh terhadap tingkat produktifitas, sedang dari aspek pendidikan kesehatan amat berpengaruh terhadap tingkat intelegensi. Tingkat kesehatan masyarakat dapat diukur dari tinggi rendahnya angka harapan hidup. Dan hal ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan kualitas layanan kesehatan yang ada di masyarakat yang bersangkutan. c. Faktor Penguasaan Akses Sumber-Sumber Kemajuan Ekonomi Keberdayaan suatu masyarakat sangat erat kaitannya dengan masalah ekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi masyarakat maka akan semakin besar peluang mereka untuk berdaya, sebab diakui atau tidak ekonomi adalah sumber materi kehidupan yang nyata. Karena itu keberdayaan masyarakat juga mensyaratkan dan sangat dipengaruhi oleh penguasaan mereka terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti akses modal, penguasaan teknologi, akses lapangan kerja, akses pengembangan sumber daya manusia dan akses pasar. Bagi masyarakat golongan ekonomi lemah beberapa sumber kemajuan ekonomi di atas masih merupakan barang langka dan merupakan kendala utama bagi keberdayaan mereka. Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



57



Kecilnya modal, rendahnya penguasaan teknologi, sempitnya peluang dan kesempatan kerja, terbatasnya pengembangan sumber daya manusia dan tidak dikuasainya akses pasar, sering menjadi penyebab utama ketergantungan dan ketertinggalan masyarakat lapisan bawah. Padahal berbagai faktor tersebut merupakan prasyarat keberdayaan yang mutlak diperlukan. d. Faktor Sosial Budaya Faktor lain yang tak kalah pentingnya dengan faktor pendidikan, kesehatan dan akses pada sumber-sumber kemajuan ekonomi adalah faktor sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Keberdayaan masyarakat memang tidak bisa dilepaskan dari faktor sosial budaya, bahkan bisa dikatakan bahwa kualitas keberdayaan suatu masyarakat pada hakekatnya merupakan cerminan dari kualitas sosial budaya mereka. Faktor sosial budaya ini meliputi aspek tata nilai, kelembagaan dan pola hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat. Keberdayaan suatu masyarakat memang mensyaratkan adanya pemilikan tata nilai yang kondusif. Seringkali terjadi bahwa kendala keberdayaan itu bersumber dari adanya tata nilai sosial budaya masyarakat yang melahirkan sikap dan perilaku yang berlawanan dengan sikap dan tata nilai yang dipersyaratkan dalam keberdayaan. Sebagai contoh adalah sikap malas yang dilahirkan dari pandangan hidup yang nerima ing pandum (menerima nasib apa adanya), padahal keberdayaan mensyaratkan adanya etos kerja yang produktif. Contoh lain adalah sikap boros yang dilahirkan dari pandangan yang mementingkan hidup hari ini, padahal keberdayaan mensyaratkan adanya sikap hemat sebagai perwujudan dari pandangan hidup yang berorientasi ke masa depan. Masih banyak sikap dan tata nilai lainnya yang menjadi prasyarat keberdayaan, seperti tanggung jawab, terbuka terhadap perubahan, berorientasi pada prestasi dan sebagainya. Apakah sikap dan tata nilai yang demikian itu dipunyai dan berkembang dalam masyarakat? Hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat keberdayaan mereka. Disamping hal di atas faktor sosial budaya yang cukup berpengaruh adalah keberadaan lembaga masyarakat baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas berkaitan dengan jumlah lambaga informal yang ada dalam masyarakat. Banyaknya jumlah lembaga informal yang ada di masyarakat dapat menunjukkan tingkat keberdayaan yang tinggi. Secara kualitas berkaitan dengan berfungsi tidaknya lembaga masyarakat yang ada. Semakin berfungsi lembaga masyarakat yang ada menunjukkan semakin tingginya tingkat keberdayaan mereka. Faktor sosial budaya lainnya yang juga menjadi prasyarat dan berpengaruh terhadap keberdayaan masyarakat adalah pola hubungan antar kelompok yang ada di dalamnya. Apakah pola hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat bersifat setara dan adil serta tidak ada ketergantungan atau sebaliknya. Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang di dalamnya terdapat pola hubungan antar kelompok yang setara, adil dan tidak ada ketergantungan dari suatu kelompok tertentu kepada kelompok yang lain. Dengan demikian maka upaya pemberdayaan masyarakat dalam bentuk konkritnya akan selalu bertumpu pada konteks sosial budaya masyarakat setempat dalam bentuk pemanfaatan nilai dan institusi masyarakat setempat yang telah ada. Pandangan masyarakat terhadap alam lingkungan yang ada di sekitarnya adalah potensi sosial budaya yang



58



perlu diakomodasikan. Lambaga-lembaga adat, keagamaan dan sosial budaya lainnya, merupakan sarana dan wahana pemberdayaan yang harus didayagunakan secara maksimal. Sehingga upaya pemberdayaan masyarakat tidak akan mencabut masyarakat setempat dari akar sosial dan budaya mereka sendiri. 4. Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat Upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengembangkan potensi dan sumber daya yang mereka miliki haruslah diletakkan di atas beberapa prinsip berikut: a. Prinsip Partisipatif Pemberdayaan masyarakat harus mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran secara langsung agar dapat berjalan secara efektif, sesuai dengan kehendak, kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Disamping itu dengan pengikutsertaan tersebut diharapkan juga akan meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui pemberian pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan segala upaya peningkatan diri yang mereka lakukan. Ini berarti partisipasi yang dimaksudkan adalah partisipasi yang betul-betul menjadikan masyarakat sebagai aktor utama dalam pemberdayaan dirinya, dan bukan sekedar sebagai pemberi dukungan melalui mobilisasi terhadap program-program yang sebetulnya telah dirancang oleh pihak lain, termasuk oleh pemerintah. b. Prinsip Terarah (targetted) Pemberdayaan masyarakat haruslah dilakukan secara terarah (targetted), artinya ditujukan langsung secara jelas kepada mereka yang betul-betul membutuhkan dan dengan program yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Salah satu wujud penerapan prinsip ini adalah dengan memberikan prioritas kepada kelompok masyarakat yang paling membutuhkan sebagai sasaran program. c. Prinsip Pemihakan Pemberdayaan masyarakat juga menuntut adanya pemihakan secara nyata terhadap mereka yang perlu diberdayakan. Hal ini memang perlu dilakukan mengingat pemberdayaan pada prinsipnya adalah upaya emergency yang memerlukan tindakan dan perlakuan khusus. Pemihakan yang terarah kepada mereka yang perlu diberdayakan ini tidak berarti merupakan tindakan diskriminasi, melainkan semata-mata untuk memberikan perlindungan dan percepatan agar proses pemberdayaan berjalan secara efektif. Sebab proses pemberdayaan bagi mereka yang lemah tidak bisa dibiarkan berjalan secara alami tanpa disertai dengan rekayasa dan manipulasi secara terarah dan sistematis. Adalah keadilan suatu tindakan yang memihak dan melindungi mereka yang lemah dari persaingan yang tidak seimbang dan ketergantungan dari pihak yang lebih kuat. Perlindungan adalah upaya untuk menjamin suatu kepentingan dari pihak tertentu yang dipandang perlu mendapatkan pengamanan sebagai wujud dari pemihakan yang perlu dilakukan. Sebab kegiatan pembangunan akan banyak bersinggungan dengan berbagai kepentingan masyarakat yang tidak mustahil akan menimbulkan dilema. Padahal disamping berorientasi pada kepentingan dan pemanfaatan bagi masyarakat secara umum, Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



59



harus dapat dipastikan bahwa hal itu tidak akan mengesampingkan kepentingan kelompok masyarakat yang justru kurang beruntung. Kepentingan kelompok masyarakat yang kurang beruntung ini sering kurang mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga sering menimbulkan problem sosial tersendiri yang justru akan menghambat pencapaian tujuan program. d. Prinsip Kemandirin Pemberdayaan masyarakat juga harus diarahkan untuk memampukan dan memandirikan masyarakat yang bersangkutan dan bukan untuk menciptakan ketergantungan. Prinsip kemandirian ini amat penting sebab tanpa ada kemandirian tidak mungkin terdapat keberdayaan. Seringkali terjadi bahwa upaya pemberdayaan dengan memberikan perlakuan, bantuan, ataupun pemihakan dan perlindungan kepada mereka yang lemah justru malah menciptakan ketergantungan dan menghilangkan kemandirian. Karena itu segala tindakan, bantuan, atau pun pemihakan dan perlindungan yang diberikan haruslah dalam konteks menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya potensi secara mandiri dan berkelanjutan. e. Prinsip Desentralisasi Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan memberikan kewenangan dalam pengambilan keputusan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendalian kepada masyarakat melalui forum atau lembaga yang paling dekat dengan masyarakat. Prinsip ini amat penting agar rencana dan pelaksanaan pengelolaan pembangunan dapat betul-betul sesuai dengan potensi dan kebutuhan nyata masyarakat setempat. f. Prinsip Keterbukaan Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan penuh keterbukaan dengan menciptakan kondisi atau situasi yang memberikan kesempatan kepada masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, maupun pengelolaan keuangan. Hal ini penting karena salah satu penyebab rendahnya pastisipasi masyarakat dalam pembangunan selama ini adalah kurangnya keterbukaan, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap para pelaku pembangunan. Melalui prinsip keterbukaan dimaksudkan akan terdapat kontrol dan pengawasan secara terbuka oleh masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan sehingga dapat dihindari terjadinya hal-hal yang merugikan pihak masyarakat atau penyimpanganpenyimpangan yang tidak diinginkan. g. Prinsip Keswadayaan Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan menggunakan segala potensi yang dimiliki masyarakat sendiri dalam setiap kegiatan. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa dalam diri masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Disamping itu dengan prinsip tersebut juga akan dapat menumbuhkan partisipasi dan rasa memiliki masyarakat terhadap kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan. Potensi masyarakat tersebut dapat berupa bahan material, dana, maupun tenaga. Karena itu dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan, bahan material, dana,



60



atau tenaga masyarakat yang digunakan harus diperhitungkan sebagai bagian dari sumber pembiayaan kegiatan yang dikeluarkan oleh masyarakat secara swadaya. 5. Strategi dan Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Ada beberapa strategi dan bentuk pemberdayaan masyarakat yang dipandang cukup efektif dan efisien untuk diterapkan dan dikembangkan. Strategi dan bentuk-bentuk pemberdayaan tersebut diantaranya adalah strategi: (a) penguatan kelompok masyarakat; (b) penguatan kelembagaan; (c) pendampingan; (d) pengembangan sumberdaya manusia (SDM); (e) pemberian stimulan; (f) industrialisasi pedesaan; (g) pengembangan usaha ekonomi rakyat; (h) Pengembangan Pola Kemitraan. Kedelapan strategi dan bentuk pemberdayaan tersebut merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan saling mempunyai keterkaitan yang erat satu sama lain. Karena itu kedelapan strategi tersebut merupakan satu paket yang mesti ada dalam setiap program pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam dan pemukiman. a. Penguatan Kelompok Masyarakat Pendekatan kelompok adalah strategi pemberdayaan masyarakat yang dipandang masih relevan untuk masyarakat pedesaan, sebab masyarakat desa yang kebanyakan secara ekonomi, sosial budaya, dan politik dalam posisi yang relatif lemah akan sulit memecahkan masalahmasalah yang mereka hadapi secara sendiri-sendiri. Potensi-potensi yang mereka miliki secara individual meskipun kecil akan dapat menjadi potensi yang amat berarti manakala diakumulasikan menjadi kekuatan kelompok. Dan upaya pemberdayaan akan menjadi terlalu luas dan tidak efektif jika dilakukan secara individual. Karena itu penguatan kelompok adalah strategi yang paling efektif dan efisien dalam upaya pemberdayaan potensi dan kemampuan masyarakat. Dengan penguatan kelompok ini pula diharapkan masyarakat yang lemah akan mempunyai posisi tawar yang kuat dan seimbang jika harus berhubungan dengan kelompok atau anggota masyarakat yang lebih kuat. Penguatan kelompok juga akan menumbuhkan rasa solidaritas yang tinggi diantara anggota masyarakat miskin yang senasib. Melalui pendekatan kelompok juga akan dapat kebersamaan dan tanggung jawab bersama dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Apalagi dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa yang memerlukan keterlibatan masyarakat secara keseluruhan. Kepentingan yang menjadi sasarannya pun juga merupakan kepentingan bersama masyarakat dan bukan merupakan kepentingan orang per orang secara individual. Pendekatan ini bukan berarti menuntut adanya pembentukan kelompok baru dalam masyarakat. Tetapi akan lebih efektif jika memanfaatkan secara maksimal kelompokkelompok yang telah ada dan berfungsi di masyarakat. Seperti kelompok tani, kelompok keagamaan, dan kelompok-kelompok kemasyarakatan lainnya. Implementasi pendekatan kelompok ini diantaranya dapat diwujudkan melalui: 1) Pemberian kesempatan setiap kelompok masyarakat yang ada untuk ikut mengelola sumber daya alam yang selama ini telah mereka ambil manfaatnya secara lebih baik. 2) Pemberian keterampilan teknis dan budidaya sesuai dengan potensi sosial budaya Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



61



masyarakat setempat. 3) Pemberian kepercayaan untuk ikut serta berpartisipasi secara aktif dalam pengamanan dan pelestarian lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. 4) Pengembangan usaha bersama dalam pengelolaan sumber daya yang ada, baik dalam bentuk koperasi maupun usaha ekonomi lainnnya. 5) Pengembangan kelompok baru baik berdasarkan bidang kegiatan sosial maupun usaha ekonomi produktif atau bidang-bidang lain. b. Penguatan Kelembagaan Selain strategi penguatan kelompok, penguatan kelembagaan juga merupakan strategi yang cukup efektif dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa. Lembagalembaga sosial yang ada di masyarakat pada prinsipnya merupakan media yang cukup efektif untuk mengelola masyarakat dalam melakukan serangkaian program dan kegiatan. Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa tidak bisa melepaskan diri dari keterlibatan lembaga-lembaga masyarakat setempat yang ada. Hal ini memang bukan diarahkan untuk membentuk lembaga baru, tetapi lebih dari sebagai upaya untuk memberdayakan dan menfungsikan lembaga yang ada agar berfungsi secara maksimal sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Lembaga-lembaga masyarakat yang ada bisa berupa lembaga adat, lembaga keagamaan, lembaga ekonomi, atau bahkan juga lembaga-lembaga semi pemerintah atau lembaga pemerintah yang ada di desa. Strategi penguatan kelembagaan ini dimaksudkan agar mekanisme, proses, dan penetapan aturan-aturan kegiatan yang harus mereka lakukan mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan dilakukan secara terorganisir melalui institusi yang telah mereka miliki. Pengorganisasian ini penting karena akan dapat menumbuhkan manajemen program dan kegiatan dengan mekanisme yang jelas dan baku. Untuk itu mengfungsikan kembali lembaga-lembaga adat yang selama ini sudah hampir mati atau lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lainnya dengan memberikan berbagai input pembinaan dan pengembangan merupakan satu kesatuan dari program dan kegiatan. Strategi penguatan kelembagaan ini juga dapat memberikan peluang kepada masyarakat untuk melakukan proses belajar dalam mengorganisir kemampuan dan potensi yang mereka miliki agar dapat dikembangkan secara maksimal dalam upaya mengelola sumberdaya alam dan pemukiman desa. Proses belajar ini merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pembangunan pada umumnya, bahkan pada prinsipnya pembangunan itu merupakan proses sosial learning bagi masyarakat. Penguatan kelembagaan juga akan meningkatkan kemampuan dan posisi tawar warga masyarakat dalam berinteraksi dengan pihak-pihak lain, baik dalam interaksi ekonomi, sosial budaya, maupun politik. Selanjutnya juga dengan penguatan kelembagaan akan meningkatkan rasa percaya diri masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Dengan demikian sekaligus akan dapat melindungi masyarakat dari tindakan-tindakan pihak lain yang dapat merugikan kepentingan mereka. Penguatan kelembagaan yang dimaksudkan di sini adalah penguatan kelembagaan baik bagi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berbasis adat, keagamaan, ekonomi,



62



maupun lembaga-lembaga semi pemerintahan atau bahkan lembaga pemerintahan yang ada di desa. Implementasi strategi penguatan kelembagaan ini diantaranya dapat diwujudkan melalui: 1) Identifikasi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di daerah lokasi sasaran program. 2) Pemberian kesempatan untuk ikut serta terlibat dan mempunyai wewenang dalam pengembilan keputusan, baik dalam penggalian gagasan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, maupun evaluasi kegiatan. 3) Pemberian kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan penyuluhan, pelatihan, dan pengorganisasian terhadap masyarakat berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan, secara terarah dan terencana. 4) Pemberian kesempatan untuk ikut serta merumuskan dan menetapkan mekanisme, proses, dan aturan-aturan yang perlu ditaati oleh masyarakat sesuai dengan budaya, adat istiadat, dan keyakinan masyarakat setempat tanpa harus bertentangan dengan peraturan perundang-undangan formal yang berlaku. 5) Pemberian kesempatan untuk ikut dalam berbagai pelatihan, seperti pelatihan kepemimpinan, pengembangan organisasi dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan sumber daya alam. c. Pendampingan Strategi pendampingan merupakan satrategi yang lazim dipakai dalam program-program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Hal ini didasari atas pemikiran bahwa masyarakat, terutama masyarakat desa, secara umum berada dalam kondisi yang lemah, baik secara ekonomi, sosial budaya, maupun politik. Kondisi yang demikian itu seringkali menjadi salah satu kendala yang cukup serius bagi pelaksanaan program-program dan kegiatan pembangunan yang seharusnya melibatkan pihak masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif. Pendampingan adalah salah satu solusi yang diharapkan dapat mengatasi kendala tersebut. Melalui pendampingan diharapkan akan dapat memberikan pembelajaran dan kesadaran kepada masyarakat untuk mengenali dirinya sendiri, menggali potensi dan kemampuan yang mereka miliki, mengidentifikasi berbagai kendala dan kelemahan yang menjadi penghambat, serta merumuskan rencana dan alternatif pemecahan masalah yang perlu mereka ambil. Dengan demikian tugas utama pendamping adalah menyelenggarakan dialog untuk menggali kebutuhan-kebutuhan masyarakat, menggali sumber-sumber potensi yang tersedia, mengidentifikasi spesifikasi masalah yang dapat dipecahkan, dan mengorganisir masyarakat untuk mengambil keputusan secara tepat. Ia harus dapat menempatkan kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dalam memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui pelatihan dan pendidikan pembangunan, yang merupakan proses pendidikan bertindak, dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan tujuan komunitasnya secara demokratis. Sehingga ia akan lebih berperan sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi masyarakat ketimbang hanya sebagai penggerak sasaran program. Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



63



Dengan demikian tenaga pendamping yang diperlukan adalah tenaga yang bertindak sebagai interpriner yang telah terlatih, baik yang direkrut dari dalam maupun dari luar warga masyarakat setempat. Pilihan antara dari dalam dan luar masyarakat setempat masing- masing mempunyai kelemahan dan kelebihan bawaan yang harus menjadi bahan pertimbangan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Strategi pendampingan merupakan pilihan strategi yang harus disertai batasan waktu tertentu. Artinya, bahwa pendampingan kepada masyarakat tidak bisa dilakukan secara terus menerus sepanjang masa, tetapi dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan berdasarkan ketersediaan sarana pendukung dan perkiraan kemampuan masyarakat untuk mandiri. Pendampingan memang tidak dimaksudkan untuk menciptakan ketergantungan, tetapi justru diharapkan dapat mempercepat proses kemandirian masyarakat. Karena itu pola dan strategi pendampingan yang dirancang harus mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam jangka waktu tertentu disamping mendukung secara langsung proses pencapaian tujuan kegiatan. Pada prinsipnya strategi pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam bentuk tenaga pengembang yang mampu mendampingi masyarakat mengembangkan potensinya secara maksimal dalam mewujudkan kemandirian. Pendampingan ini bisa dilakukan oleh tenaga pendamping yang berasal dari dalam masyarakat sendiri maupun didatangkan dari luar komunitas masyarakat yang bersangkutan. Atau bisa juga dilakukan oleh aparat pemerintah yang memang khusus ditugaskan untuk itu, seperti tenaga penyuluh pertanian, juru penerang, penyuluh kesehatan, dan sebagainya. Implementasi strategi pendampingan ini dapat diwujudkan melalui: 1) Penyediaan tenaga pendamping yang betul-betul mempunyai keahlian dibidang tertentu sekaligus mempunyai keahlian dibidang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. 2) Penyediaan fasilitas pendukung bagi pendamping yang memadai, seperti gaji yang cukup untuk jangka waktu tertentu, sarana transportasi yang sesuai, pembekalan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan jaminan masa pasca kontrak yang memungkinkan dapat berkembang secara mandiri. 3) Pola pendampingan yang digunakan sedapat mungkin merupakan pola pendampingan purna waktu, sehingga upaya memfasilitasi masyarakat dapat dilaksanakan secara maksimal dan intensif. Konsekuensi dari pola pendampingan purna waktu ini adalah adanya keharusan bagi tenaga pendamping untuk bertempat tinggal dan hidup bersama-sama masyarakat di desa tempat tugasnya. 4) Pemberian pembinaan kepada para tenaga pendamping dilakukan secara periodik dan kontinyu dalam jangka waktu tertentu guna memberikan peluang bagi mereka untuk berkoordinasi dan membahas bersama persoalan-persoalan yang dihadapi di masyarakat. 5) Pemberian tugas dan kewenangan kepada para tenaga pendamping purna waktu untuk melakukan pengakaderan atau pembinaan guna mempersiapkan tenaga-tenaga pendamping mandiri yang berasal dari komunitas masyarakat itu sendiri sehingga tugas pendampingan tetap dapat dilanjutkan jika masa penugasan mereka selesai.



64



d. Pengembangan SDM Pada prinsipnya proses pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan sumberdaya manusia dari berbagai aspek secara komprehensif dan integratif. Karena itu pengembangan sumberdaya manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pemberdayaan masyarakat. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan upaya untuk mengembangkan sumberdaya insani masyarakat, baik yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Hal ini merupakan suatu keharusan dalam setiap program pembangunan, sebab pada hakekatnya pembangunan itu adalah pembangunan untuk masyarakat yang dilakukan oleh dan dari masyarakat. Strategi pengembangan sumberdaya manusia ini merupakan strategi yang mengarah pada penciptaan prakondisi agar di kemudian hari masyarakat bisa membangun dirinya sendiri secara mandiri. Konsekuensi dari penggunaan strategi pengembangan sumberdaya manusia ini menuntut adanya program-program kegiatan yang bersifat pendidikan dan latihan secara sistematis. Program dan kegiatan yang demikian itu membawa konsekuensi pula terhadap perlunya penyediaan dana dan sarana pendukung yang tidak sedikit, meskipun hasil dari kegiatan tersebut tidak akan dapat dinikmati secara langsung dalam waktu dekat. Pengembangan sumberdaya manusia memang merupakan investasi sosial berjangka panjang yang membutuhkan kesabaran. Apalagi yang menjadi sasarannya adalah masyarakat pedesaan dengan seperangkat kekurangan dan kelebihannya. Pada prinsipnya strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan strategi yang mempunyai sentuhan secara langsung dengan upaya pemberdayaan masyarakat, sebab upaya pemberdayaan masyarakat itu pada hakekatnya adalah upaya pengembangan sumber daya manusia. Namun secara lebih khusus strategi pengembangan sumber daya manusia ini lebih dititik beratkan pada pengembangan sumber daya insani masyarakat, baik yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Implementasi strategi pengembangan sumber daya manusia ini dapat diwujudkan melalui: 1) Identifikasi individu ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai keterampilan khusus. 2) Pemberian pendidikan dan pelatihan secara sistematis mengenai keterampilan khusus yang dibutuhkan sesuai dengan potensi alam yang ada disekitarnya. 3) Pengiriman kader-kader pembangunan masyarakat atau generasi muda untuk mengikuti pelatihan keterampilan tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing keluar daerah komunitas mereka. 4) Pemberian beasiswa kepada putra-putra desa yang berbakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, terutama untuk pendidikan kejuruan yang dapat mendukung program pemberdayaan masyarakat yang sedang dilaksanakan. e. Pemberian Stimulan Strategi lainnya dalam pemberdayaan masyarakat yang sampai kini masih cukup efektif adalah dengan pemberian stimulan. Stimulan yang diberikan biasanya berupa dana hibah, baik hibah murni maupun hibah bergulir (revolving fund). Dana stimulan ini dimaksudkan hanya sebagai entry point untuk menggali dan menggerakkan potensi-potensi yang Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



65



secara laten sebetulnya tersedia dalam masyarakat. Dengan demikian pemberian dana stimulan dimaksudkan bukan untuk menyediakan pembiayaan dari semua komponen program, melainkan hanya memberikan dana pendamping yang tidak dapat disediakan sendiri oleh masyarakat. Karena itu strategi pemberian dana stimulan ini harus disertai dengan ketersediaan masyarakat untuk melakukan swadaya sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Bentuk swadaya itu bisa berupa, dana, tenaga, waktu, pemikiran, atau hal-hal lain yang mendukung pencapaian tujuan program kegiatan. Memang dalam praktek sering terjadi dilema. Disatu sisi jika salah pendekatan dan sosialisasi pemberian dana stimulan justru akan bisa menciptakan ketergantungan masyarakat tetapi disisi lain tanpa pemberian dana stimulan akan sulit melakukan motivasi dan menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat. Sebab secara umum masyarakat seringkali berpandangan pragmatis dan tidak mudah percaya atau tergerak hanya dengan motivasi verbal-educational yang manfaatnya terkadang tidak bisa dirasakan secara langsung dan nyata. Dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa strategi pemberian stimulan ini bisa diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan dana untuk modal usaha ekonomi produktif yang harus dikembangkan secara bergulir. Dana bantuan stimulan juga dapat diwujudkan dalam bentuk bantuan untuk penyediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi yang secara langsung dan nyata menunjang peningkatan kualitas hidup masyarakat, seperti penyediaan sarana air bersih, irigasi, prasarana transportasi ekonomi, dan sebagainya. Implementasi strategi pemberian stimulan ini dapat diwujudkan melalui: 1) Identifikasi program-program kegiatan yang tidak dapat dibiayai sepenuhnya oleh masyarakat sendiri dan memerlukan pemberian dana bantuan, baik yang secara hibah maupun pinjaman. 2) Pemberian bantuan dana secara hibah untuk penyediaan prasarana fisik baik yang dapat menunjang secara langsung usaha pengelolaan sumber daya alam yang ada di masyarakat sekitarnya maupun yang secara nyata menunjang peningkatan kualitas hidup masyarakat seperti air bersih, irigasi, transportasi, dan sebagainya. 3) Pemberian bantuan dana pinjaman lunak atau yang bersifat hibah bergulir untuk modal usaha ekonomi produktif dari upaya pengelolaan sumber daya alam yang ada di masyarakat sekitarnya. 4) Penetapan perlunya penyertaan dana swadaya masyarakat dalam setiap kegiatan yang diberikan stimulan bantuan dana sesuai dengan kemampuan masyarakat. 5) Pemberian fasilitas dan kesempatan terhadap masyarakat untuk mengakses dengan mudah kepada lembaga-lembaga dana dan keuangan terdekat. f. Industrialisasi Perdesaan Industrialisasi perdesaan merupakan orientasi program yang cukup relevan dalam rangka pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat perdesaan. Melalui industrialisasi pedesaan diharapkan sumber-sumber potensi alam yang ada di perdesaan dapat dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal bagi pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan



66



hidup masyarakat. Tujuan dari industrialisasi perdesaan ini adalah untuk meningkatkan keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri melalui fungsionalisasi industri pengolahan hasil pertanian yang mampu menghasilkan produk-produk bernilai tambah yang tinggi. Arah dan sasaran dari industrialisasi perdesaan ini adalah untuk: 1) mengembangkan pengolahan hasil pertanian rakyat di perdesaan; 2) mendorong peningkatan efisiensi dan produktifitas serta penganekaragaman produk pertanian dengan investasi teknologi; 3) mendorong investasi industri teknologi di perdesaan; 4) meningakatan kemampuan masyarakat untuk mengkaji teknologi industri yang akan digunakan; 5) mengembangkan komoditas unggulan daerah; 6) mengembangkan sistem manajemen industri yang akan dibangun dan menyiapkan sumber daya yang diperlukan; 7) mencegah fragmentasi tanah rakyat sebagai aset produksi. Sedang strategi yang harus dikembangkan dalam industrialisasi perdesaan ini diantaranya adalah dengan: 1) peningkatan peluang pasar dan daya saing produk pertanian; 2) pengembangan teknologi peralatan proses; 3) pemenuhan konsumsi dari hasil produksi sendiri dan menekan komoditas sejenis dari luar daerah atau desa; 4) membuka peluang pemasaran komoditas produk pertanian sendiri dengan nilai tambah yang tinggi. g. Pengembangan Usaha Ekonomi Rakyat Pada umumnya jenis usaha ekonomi rakyat termasuk usaha “pasaran” yang kurang spesifik dan mudah dimasuki oleh semua orang, sehingga rawan persaingan. Padahal sebagian besar mereka kurang mempunyai kemampuan bersaing dengan baik. Akibatnya usaha ekonomi rakyat mudah terancam kemacetan dan tidak mempunyai umur yang panjang. Apalagi jika usaha ekonomi rakyat tersebut sudah dimasuki oleh para pengusaha kuat yang memproduk komoditas sejenis dengan menggunakan teknologi tinggi. Karena itu ancaman terhadap produk substitusi hasil usaha ekonomi rakyat relatif tinggi, terutama ancaman dari komoditas sejenis dari hasil fabrikasi yang harganya reltif lebih murah dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini mengakibatkan lebih kuatnya posisi tawar pembeli, karena produk yang dibeli bukan produk yang unik, tetapi produk yang mudah diperoleh di pasaran. Belum lagi jika terdapat ketergantungan terhadap pemasok input produksi, sehingga posisi tawar pemasok lebih kuat ketimbang produsen, terutama untuk pemasok input hasil olahan dengan skala besar. Disamping itu, rendahnya daya saing produk usaha ekonomi rakyat itu juga disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ialah rendahnya akses kepada modal, rendahnya akses terhadap pasar, rendahnya kemampuan manajemen, rendahnya kualitas sumber daya manusia, Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



67



rendahnya penguasaan terhadap teknik produksi. Namun demikian, sebetulnya masih terdapat peluang yang cukup besar bagi pengembangan usaha ekonomi rakyat. Kondisi pasar yang cenderung heterogen dapat memberikan banyak pilihan. Apalagi tuntutan pasar yang cenderung bervariasi, sehingga masih ada celah yang bisa digunakan untuk mengembangkan usaha ekonomi rakyat secara lebih fleksibel. Sifat usahanya yang biasanya mempunyai skala usaha yang kecil dan informal bisa menjadikan usaha ekonomi rakyat bergerak secara fleksibel dalam mengantisipasi pasar. Untuk memperkuat posisi transaksi usaha ekonomi rakyat diperlukan beberapa prasyarat yang diantaranya adalah: 1) tidak adanya ancaman dari pendatang baru bagi komoditas yang sedang diproduksi; 2) produksi, distribusi, dan akses pasar harus mantap; 3) tingkat persaingan produk rendah; 4) posisi tawar pemasok input lebih rendah sehingga mengurangi ketergantungan produsen pada pemasok; 5) produk substitusi sejenis di pasaran tidak banyak, sehingga produsen bisa mempertahankan mutu dengan harga yang bersaing. Untuk memperkuat posisi usaha ekonomi rakyat maka perlu ditempuh berbagai usaha strategis yang diantaranya adalah: 1) menciptakan efisiensi biaya produksi, distribusi, dan pemasaran; 2) mempertahankan kualitas barang yang stabil dengan harga yang reltif murah; 3) menciptakan diferensiasi produk secara bervariasi; 4) memfokuskan pasar pada segmen tertentu, sehingga terhindar dari persaingan yang frontal; 5) berusaha untuk memperoleh perlindungan dari pemerintah melalui subsidi, pembinaan manajemen dan teknologi produksi, regulasi, dan penetapan harga; 6) mengembangkan model kemitraan usaha yang sederajat dan saling menguntungkan. h. Pengembangan Pola Kemitraan Kemitraan adalah hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih guna mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan usaha ekonomi rakyat kerjasama ini dilakukan sebagai upaya untuk saling meningkatkan dan memperkuat usaha yang sedang mereka lakukan. Hal ini perlu dilakukan karena dalam dunia usaha, tidak mungkin segala aktivitas dan keperluannya dapat dilakukan atau dipenuhi sendiri tanpa melibatkan pihak lain. Apalagi bagi usaha ekonomi rakyat yang biasanya dilakukan oleh kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan dan potensi terbatas, pola kemitraan ini menjadi salah satu alternatif strategi andalan yang diharapkan mampu mengembangkan usaha secara kuat dan mantap. Ada tiga prinsip utama yang harus dipegang teguh dalam pola kemitraan ini. Pertama adalah prinsip saling membutuhkan. Kemitraan akan berjalan dengan baik manakala pihakpihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut berada dalam posisi yang saling membutuhkan.



68



Kemitraan tidak mungkin bisa berjalan secara seimbang manakala satu pihak merasa lebih membutuhkan dan pihak yang lain sebetulnya merasa tidak membutuhkan. Jelas kondisi yang demikian ini akan melahirkan posisi tawar yang tidak seimbang, dimana satu pihak mempunyai posisi tawar yang kuat sedang yang lain berada dalam posisi tawar yang lemah, sehingga akan menciptakan ketergantungan satu pihak kepada pihak yang lainnya. Kedua adalah prinsip saling menguatkan. Jika kedua belah pihak yang menjalin kemitraan merasa saling membutuhkan dan mempunyai posisi tawar yang seimbang, maka masing-masing pihak akan selalu menjaga kelangsungan kemitraan dengan baik. Hal ini bisa menghindari adanya saling memanfaatkan dan saling mengeksploitasi secara sepihak. Pola kemitraan harus dapat menciptakan kondisi yang saling menguatkan. Kedua belah pihak harus merasa mendapatkan input yang dapat memperkuat usaha. Prinsip ketiga adalah saling menguntungkan. Pola kemitraan yang dibuat antar pihak pengusaha ekonomi rakyat harus dapat saling menguntungkan. Jika ada salah satu pihak ada yang tidak memperoleh keuntungan maka tidak mungkin kemitraan akan bisa terjalin dengan baik. Suatu hal yang sering terjadi bahwa dalam pola kmitraan pihak yang lemah selalu saja berada posisi yang lemah dan kurang mendapatkan keuntungan yang seimbang. Sementara itu pihak yang kuat cenderung bersifat arogan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Selanjutnya paling tidak ada 3 (tiga) prasyarat yang harus dipenuhi agar dapat tercipta kemitraan yang kuat dalam kegiatan usaha ekonomi rakyat. Ketiga prasyarat tersebut adalah: 1) komoditas yang menjadi produk usaha ekonomi rakyat tersebut harus mempunyai harga yang kompetitif, sehingga dapat menjaga kelangsungan usahanya dan menguntungkan pihak mitranya; 2) komuditas yang menjadi produk usaha ekonomi rakyat tersebut harus mempunyai kualitas yang standar, konsisten setiap waktu, dan kompatibel dengan industri mitranya; 3) delivery harus tepat waktu sehingga tidak mengganggu jadwal kerja pihak mitranya. Disamping beberapa prasyarat tersebut kemitraan dalam bidang usaha ekonomi rakyat akan menghadapi dua tantangan utama, yaitu sempitnya wawasan dan sulitnya mengubah tradisi usaha dari para penguasaha ekonomi rakyat, dan sifat dari produk usaha ekonomi rakyat yang biasanya tradisional dan kurang kompetitif. Kedua tantangan tersebut seringkali menjadi penghambat bagi pengusaha ekonomi rakyat untuk menjalin kemitraan dengan para pihak pengusaha lain yang relatif lebih mapan. Para pihak pengusaha yang cukup mapan sering merasa was-was dan ragu-ragu untuk menjalin kemitraan dengan para pengusaha ekonomi rakyat jika kedua hal tersebut di atas tidak dapat diatasi. Ada 4 (empat) pola yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam menjalin kemitraan dalam usaha ekonomi rakyat. Keempat pola tersebut adalah: 1) Pola Dagang; yaitu pola kemitraan yang bersifat dagang biasa seperti penjual dan pembeli antara pihak-pihak yang bermitra. Hubungan dagang yang mereka lakukan dimaksudkan untuk mengembangkan usaha mereka, terutama bagi pengembangan usaha ekonomi rakyat. Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



69



2) Pola Vendor; yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk dimana salah satu pihak menjadi pemasok produk atau barang baku kepada pihak lain yang menjadi mitranya. Dalam pola ini kepastian pasok barang dari pemasok tidak terlalu mengikat. 3) Pola Waralaba; yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk kerjasama antara pihak yang memiliki produk, preskripsi, brand image, dan kemampuan manajerial dengan pihak lain yang memiliki semangat bisnis sebagai mitranya. 4) Pola Pembinaan; yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk pemanfaatan nilai peduli dan kelebihan mitra usaha dalam relasi, akses pasar, dan kepercayaan lembaga keuangan untuk pengembangan usaha ekonomi rakyat yang dimiliki oleh pihak yang menjadi mitranya. Pemberdayaan masyarakat merupakan program yang bersifat multidimensi, meskipun harus bertitik tolak dari suatu bentuk kegiatan tertentu. Berbagai prinsip, strategi, dan bentuk program dalam penerapannya di lapangan akan sangat tergantung dengan situasi dan kondisi obyektif yang ada. Keberhasilan dari program pemberdayaan masyarakat sangat tergantung dari komitmen, semangat, dan kesungguhan dari para pelaku pemberdayaan di lapangan.



70



PERAN DAN FUNGSI PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Salah satu ciri utama dari program pemberdayaan masyarakat adalah adanya pelaku pemberdayaan yang biasanya berfungsi sebagai pendamping masyarakat. Hal ini sebagai bentuk dari strategi pendampingan yang dikembangkan dalam program-program pemberdayaan masyarakat. Pelaku pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu melakukan perubahan sosial. Mereka mempunyai tugas utama menyelenggarakan dialog dengan masyarakat untuk menggali kebutuhan nyata mereka, menggali sumber potensi yang tersedia, mendorong msyarakat untuk menemukan spesifikasi masalah yang harus dipecahkan, dan mengorganisir mereka untuk dapat mengambil tindakan yang tepat. Dengan demikian, upaya yag dilakukan oleh para pelaku pemberdayaan masyarakat haruslah suatu usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dari masyarakat dalam memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui pelatihan dan pendidikan pembangunan. Apa yang dilakukan harus merupakan kegiatan yang berupa pendidikan untuk bertindak, dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan tujuan masyarakat secara demokratis. Denagan demikian para pelaku pemberdayaan masyarakat sebetulnya harus lebih berperan sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi masyarakat ketimbang sebagai penggerak sasaran program. Program-program kegiatan yang dicanangkan untuk memberdayakan masyarakat hendaknya bertolak dari konsep community dengan pendekatan societal; memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat yang ada. Apapun wujud kegiatan yang dilakukan hendaknya bermotifkan pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar pada suatu saat masyarakat yang didampinginya mampu berkembang berdasarkan kekuatan sendiri, upaya-upaya pembangunan yang ada digerakkan oleh masyarakat itu sendiri, baik tanpa bantuan maupun dengan bantuan pihak lain, seperti pendamping, sehingga mampu membangkitkan kemampuan self-help. Mengapa pendidikan? Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup masyarkat (modernisasi) atau memberdayakan kehidupan masyarakat yang mengacu pada cara-cara berpikir, bersikap, dan berperilaku, maka aspek pendidikan merupakan titik strategis yang harus diperbaharui dan diperluas. Bukanlah menurut riwayatnya, lahirnya konsep pemberdayaan masyarakat itu merupakan perluasan dari program-program pendidikan masyrakat. Sehingga esensi dari pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan, adalah pendidikan masyarakat, yang meliputi pendidikan dasar, keaksaraan, keterampilan, penyuluhan perkoperasian, pertanian, dan sebagainya. Pemilihan terhadap program-program kegiatan yang bermotifkan pendidikan itu juga berdasarkan atas gagasan dasar konsep pemberdayaan masyarakat yang memandang perlunya inisiatif dan kemandirian masyarakat dalam proses pembangunan. Upaya untuk menumbuhkan inisiatif dan kemandirian dalam masyarakat tersebut pada prinsipnya merupakan suatu proses mendidik. Ditugaskannya para pelaku pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat dimaksudkan untuk mendampingi dan membantu menumbuhkan inisiatif dan menemukan kemandirian masyarakat yang mereka dampingi. Pelaku pemberdayaan masyarakat bukanlah aktor yang Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



71



serba bisa dan pusat inisiatif dalam bertindak. Tetapi dia tak lebih sekedar penggerak, pendorong, dan pembelajar. Karena itu dia harus menerjemahkan keputusan-keputusan masyarakat kedalam aktifitas pembangunan yang nyata, sehingga menimbukan motivasi yang cukup kuat pada masyarakat untuk terlibat aktif didalamnya. Dengan demikian aktifitas yang mereka lakukan itu merupakan respon terhadap kebutuhan nyata yang mereka rasakan dan ungkapkan. Lebih dari itu pelaku pemberdayaan harus mampu membelajarkan masyarakat untuk menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan mereka ke dalam program kegiatan yang nyata. Memang kenyataannya masyarakat, terutama di pedesaaan masih memerlukan bantuan dari pihak lain untuk menentukan prioritas mana yang harus ditangani dan tindakan apa yang harus diambil. Namun perlu diwaspadai bahwa penekanan pada aspek inisiatif, kemandirian, dan pemanfaatan potensi sendiri ini sangat tergantung dari tersedianya sumber potensi serta kultur dan struktur masyarakat itu sendiri yang menunjang. Padahal kenyataanya hal itu belum tentu dipunyai oleh masyarakat yang bersangkutan. Pengalaman yang ada amatlah sulit untuk bisa menumbuhkan inisiatif dan kemandirian pada masyarakat pedesaaan. Sulit menemukan adanya tindakan masyarakat, terutama di pedesaaan, yang betul-betul mandiri tanpa adanya intervensi dari pihak ketiga. Karena itu orientasi, inisiatif, dan kemandirian bukanlah satu-satunya alternatif dalam pendekatan pemberdayaan masyarakat. Sebab masyarakt bersifat komplek, mengandung banyak dimensi sehingga pemberdayaan masyarakat hendaknya juga mempunyai banyak tujuan. Beberapa pihak ada yang menentang model kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan. Sebab menurut mereka model tersebut sangat tergantung dari partisipasi masyarakat secara demokratis, dan inisiatif masyarakat sendiri. Padahal partisipasi dan inisiatif tersebut belum tentu dimiliki oleh masyarakat desa. Lebih tidak setuju lagi jika penekanan pada aspek kemandirian dan inisiatif ini sampai menyisihkan tujuan nyata yang bersifat material, seperti standar hidup, peningkatan pendapatan, perumahan, kesehatan, dan sebagainya. Karena itu disarankan agar pemberdayaan masyarakat lebih diarahkan pada tujuan yang lebih material, dapat diukur secara nyata, yang dapat meningkatkan produksi dan standar kehidupan. Namun orientasi ini menuntut adanya proyek dan gerakan fisik untuk memenuhi kebutuhan nyata. Adanya proyek dan gerakan fisik ini dimaksudkan hanya sebagai entry point untuk mewujudkan iklim dan suasana yang mandiri, sebagai alat motivasi dan pemancing inisiatif dan kemandirian yang selanjutnya diharapkan mereka dapat membangun masyarakat secara self-help Dengan demikian maka progam kegiatan yang dicanangkan para pelaku pemberdayaan masyarakat haruslah mampu mengakomodasi kedua orientasi tersebut, yaitu aspek inisiatif dan kemandirian dengan aspek standar hidup yang nyata seperti peningkatan produksi, pendapatan, kesehatan dan sebagainya secara seimbang. Menekankan aspek yang satu dengan mengesampingkan aspek lainnya hanya akan menghasilkan kegagalan. Bahkan apapun yang dilakukan oleh pelaku pemberdayaan masyarakat dalam mendampingi masyarakat pedesaan hendaknya merupakan suatu usaha membelajarkan masyarakat dengan pendekatan yang terpadu. Bukankah pada prinsipnya pembangunan itu sebagai proses belajar? Meskipun pendidikan, dalam arti membelajarkan masyarakat, bukan merupakan suatu yang berdiri sendiri sebagai pusat proses dan gerakan, namun ia tetap meupakan komponen utama yang amat menunjang dan menambah kemungkinan dalam pencapaian tujuan pemberdayaan masyarakat.



72



Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas utama para pelaku pemberdayaan masyarakat bukanlah hanya sekedar menggerakkan masyarakat dalam membangun desa secara fisik, meningkatkan produksi dan pendapatan, apalagi hanya mengurusi dana bantuan (hibah). Para pelaku pemberdayaan masyarakat harus dapat menggerakkan masyarakat untuk mampu membangun dirinya sendiri, mampu mengenali dan mengidentifikasi kebutuhannya sendiri dan menentukan prioritas permasalahan yang harus ditangani serta mengambil tindakan yang tepat. Tugas dan bidang garapan pelaku pemberdayaan masyarakat amatlah berat dan luas, tidak hanya sekedar berkutat mengelola perguliran dana bantuan dan proyek-proyek fisik yang jumlahnya hanya sekian ratus juta. Dia bukan saja bertugas mendampingi masyarakat tetapi juga sebagai mitra pemerintah, terutama pada tingkat desa dan kecamatan untuk membangun masyarakat. Amatlah keliru jika dia dipandang sebagai pesaing, mata-mata ataupun penghambat aparat birokrasi dalam mensukseskan program pembangunan. Dia memang sengaja ditempatkan sebagai agen of change, pelaku perubahan, bukan sebagai alat aparat birokrasi pemerintahan desa/kecamatan yang harus mengerjakan tugas rutin administrasi pemerintahan. Karena itu pulalah dia harus menyediakan seluruh waktunya setiap saat mendampingi masyarakat, ikut menyelami, menghayati, dan mengalami persoalan yang ada di masyarakat. Untuk itu dia harus bertempat tinggal di tengah masyarakat setempat setiap saat, tidak hanya sekedar berkunjung ke ketua Kelompok Masyarakat seminggu atau dua minggu sekali atau dua kali sedang selebihnya pulang ke tempat tinggal asalnya. Selanjutnya pelaku pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan berhasil jika setelah selesai masa tugasnya, masyarakat yang pernah didampinginya telah mampu mengenali dan menemukan dirinya sendiri. Bersyukurlah jika akhirnya masyarakat mengusir para pelaku pemberdayaan sembari berkata “Silakan Anda pergi, kami sudah tidak butuh didamping lagi, kami sudah tahu apa yang harus kami perbuat dan lakukan”. Itulah tolak ukur dari keberhasilan pelaku pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya. Keberhasilan mereka bukan pada seberapa lancar dana bantuan dapat digulirkan, atau seberapa besar dana bantuan yang ada sudah berkembang berlipat dan disimpan di Bank. Bahkan juga bukan hanya berapa jumlah kambing/lembu yang dimiliki masyarakat yang didampinginya, atau berapa persen produksi dan pendapatannya meningkat. Untuk bisa mengetahui keberhasilan para pelaku pemberdayaan masyarakat dibutuhkan waktu yang tidak cukup hanya setahun atau dua tahun. Memang ada tiga kemungkinan yang sejak dini harus sudah diantisipasi agar nantinya mereka dapat menerima secara lapang dada, apakah para pelaku pemberdayaan masyarakat itu nanti akan meninggalkan gading, meninggalkan belang atau hanya sekedar meninggalkan kenangan yang melintas.



Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... |



73



74



MODUL III



DASAR-DASAR PELATIHAN



Pendidikan Orang Dewasa Aspek-Aspek Etika Pelatih Dan Pelatihan Memahami Pembelajar Taksonomi Tujuan Instruksional Manajemen Stres Pengembangan Atmosphere Belajar Praktek Dinamika Kelompok Merancang Sesi Pelatihan Mengembangkan Agenda Pelatihan Merumuskan Rencana Sesi Menulis Rencana Sesi Sederhana



PENDIDIKAN ORANG DEWASA



Tujuan • Peserta dapat mengidentifikasi prinsip dasar pembelajaran orang dewasa berdasarkan pengalaman belajar sendiri sebagai orang dewasa. • Peserta dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa selama pelatihan berlangsung.



Bahan



Powerpoint slide/flip chart yang berisikan prinsip-prinsip dasar pembelajaran orang dewasa



Waktu



120 menit



Proses 1. Pelatih menjelaskan bahwa sesi ini akan fokus pada cara bagaimana orang dewasa belajar. Hal ini akan tercapai melalui refleksi dan analisis terhadap pengalamanpengalaman pembelajaran peserta yang terbaik. 2. Ajaklah setiap peserta untuk berpikir ke masa lalu selama kira-kira 3 menit, kemudian memilih satu peristiwa atau pengalaman belajar yang baik yang diingat sebagai pengalaman belajar. Kalau perlu, pelatih bisa memberikan contoh. 3. Bagilah peserta dalam kelompok yang beranggotakan 6 orang. Setelah setiap peserta memilih satu peristiwa, minta agar mereka menceritakannya di dalam kelompoknya. Masing-masing harus mengajukan pertanyaan: • Apa yang anda pelajari? • Bagaimana cara belajarnya? • Siapa yang membantu anda belajar? Apa hubungan anda dengan orang itu? • Dalam situasi seperti apa anda belajar hal itu? • Kenapa anda belajar hal itu? 4. Sementara peserta berbagi pengalaman, pelatih menyiapkan tabel yang mempunyai 5 kolom: apa, bagaimana, siapa, dimana, kenapa. 5. Setelah 20 menit, minta setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan dan menuliskannya pada tabel di depan. Sesudah tabel diisi dengan beberapa contoh, pelatih menanyakan kepada peserta apakah mereka dapat simpulkan mengenai bagaimana, siapa, dimana, dan mengapa dari peristiwa-peristiwa pembelajaran peserta. 6. Perkenalkan kesimpulan-kesimpulan tadi sebagai prinsip-prinsip dasar pembelajaran orang dewasa: partisipatif/reflektif/pengalaman, penghormatan, lingkungan yang aman dan nyaman, kebutuhan langsung (gunakan powerpoint slide atau flip chart). Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



77



7. Tanyakan apakah para peserta bisa menghubungkan prinsip-prinsip itu dengan pengalaman pribadi mereka. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: • Menurut anda, apakah prinsip-prinsip itu hanya berlaku bagi pembelajaran orang dewasa di tempat-tempat tertentu atau secara umum sama di seluruh dunia (universal)? • Adakah prinsip-prinsip itu berhubungan dengan kearifan lokal (daerah asal Anda)? 8. Beri tekanan pada pentingnya pengalaman — orang dewasa (dalam hal ini pelatih) paling bagus belajarnya kalau apa yang mereka pelajari berkaitan langsung dengan pengalaman sehari-hari mereka, dan bahwa apa yang mereka temukan sendiri bisa dipergunakan. Sebagai pelatih, peserta harus berusaha sedapat mungkin untuk merancang dan memfasilitasi hal ini. Bahan Bacaan • Andragogis versus Pedagogis



78



ASPEK-ASPEK ETIKA PELATIH DAN PELATIHAN



Tujuan Peserta menyakini batasan-batasan etika ketika berfungsi sebagai pelatih dalam suatu pelatihan



Bahan



Spidol dan flip chart



Waktu



120 menit



Proses 1. Pelatih meminta peserta untuk membagi diri dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 orang. Peserta mengusulkan teknik pembagian kelompok. Pelatih dapat memilih teknik yang paling kreatif, jika teknik yang diusulkan oleh peserta berjumlah banyak. 2. Masing-masing kelompok diberi flip chart dan spidol. Tugas kelompok adalah menginventarisir hal-hal apa saja yang BOLEH dan TIDAK BOLEH dilakukan oleh pelatih dalam suatu pelatihan. 3. Masing-masing kelompok menempelkan flip chart di papan tulis, membacakan hasil pekerjaan kelompoknya dan menyampaikan alasan/argumen-nya. 4. Setelah semua kelompok memperoleh gilirannya, pelatih memberi kesimpulan dan penguatan kognitif melalui pengalamannya sendiri maupun materi bacaan pokok yang telah tersedia. 5. Selama pelatihan, hasil kerja kelompok dalam sesi ini tetap terpasang di dalam ruang tempat pelatihan. Bahan Bacaan • Aspek-Aspek Etika Pelatih dan Pelatihan



Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



79



MEMAHAMI PEMBELAJAR



Tujuan



Peserta dapat mengidentifikasi ragam masalah yang bersumber dari pembelajar yang dapat berdampak pada desain, pengembangan, dan penyampaian pelatihan



Bahan



Materi self-assessment digandakan sebanyak peserta (plus lembar koreksi), powerpoint profil gaya belajar, powerpoint kesan perseptual



Waktu 120 menit



Proses 1. 2. 3. 4. 5.



Pelatih minta agar peserta melakukan langkah 2 – 4 dalam proses ini Peserta mengisi Diversity Awareness Inventory (latihan 1) Peserta mengisi instrumen kecenderungan gaya belajar (latihan 2) Pelatih membagi peserta dalam kelompok yang beranggotakan 6 orang. Setiap anggota kelompok menceritakan di dalam kelompoknya mengenai hasil kerja poin 2 dan 3. 6. Pelatih membahas masing-masing gaya belajar dan hasil kerja peserta



Lembar Kerja Pengantar Setiap orang memiliki gaya pembelajaran yang khas. Perbedaan peserta pelatihan dalam hal usia, jenis kelamin, ras, etnis, gaya hidup, agama, bahasa, kecacatan jasmani, dan melek huruf berdampak pada bagaimana pelatih mendesain, mengembangkan, dan menyampaikan pelatihan. Tantangannya terletak pada bagaimana mempersatukan kebutuhan pribadi peserta yang seringkali nampak beragam. Berhadapan dengan pemahaman pembelajar saat ini, anda perlu dilengkapi dengan seperangkat petunjuk, teknik, dan perlengkapan, agar Anda sebagai agen perubahan dapat memberi pengaruh terhadap perilaku peserta pelatihan sekaligus dapat menciptakan suatu keadaan dengan menghormati dan menerima perbedaan. Prasangka dan ketidakpekaan Anda yang tidak disengaja dapat mengikis usaha Anda untuk menciptakan suatu lingkungan di mana dapat menilai individu dan mengembangkan pembelajaran. Agar dapat mempertemukan kebutuhan peserta yang berbeda-beda, pertama ujilah sikap, keyakinan, dan perilaku Anda terhadap orang yang berbeda dengan Anda dengan melengkapi Diversity Awareness Inventory (Pengukuran Kesadaran Akan Perbedaan), yang bertujuan untuk membantu anda mengidentifikasi informasi yang diperlukan agar lebih terfokus pada upaya mengubah perilaku Anda.



80



Latihan 1. Diversity Awareness Inventory Instruksi: Pengukuran ini dibuat sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran anda terhadap sikap menghakimi, stereotip, dan kadangkala mendiskriminasi. Berilah jawaban untuk setiap pertanyaan berikut dengan memberikan tanda centang pada kolom yang sesuai. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



Apakah Saya.. Mengakui bahwa saya memiliki prasangka dan keberatsebelahan? Berusaha untuk mengenal orang lain dari budaya dan ras yang berbeda dengan saya? Menerima bahwa orang lain tidak memiliki andil dalam nilai-nilai, sudut pandang dan gaya hidup saya Mencoba belajar mengenai budaya orang lain dengan membaca dan bertanya? Mencoba untuk tidak mengadili orang lain dengan perilaku saya atau standar saya? Membantu orang lain dari budaya yang berbeda untuk belajar tentang budaya saya? Menghormati tradisi dan kebiasaan budaya lain? Yakin bahwa saya memasukkan contoh, studi kasus, dan jenis aktivitas lainnya yang merefleksikan perbedaan dalam kelas saya? Menciptakan suasana kelas dimana setiap peserta dapat bebas mengekspresikan diri mereka? Membuat upaya khusus agar menjadi terbiasa dengan komunikasi verbal dan nonverbal dari budaya yang berbeda?



Tidak



Iya



Kadang-kadang



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



--------



Latihan 2: Profil Gaya Belajar Orang dewasa belajar melalui cara yang beragam. Ada yang lebih baik jika belajar dengan mendengarkan; atau mungkin dengan melihat atau lebih memilih untuk membaca petunjuk saja. Ada yang membutuhkan peragaan terlebih dahulu. Gaya belajar menunjuk kepada cara pembelajar mendekati dan menanggapi pengalaman belajar. Untuk mengetahui karakteristik dan kecenderungan gaya belajar Anda, isilah instrument di bawah ini: Petunjuk: Dalam latihan ini, terdapat 12 item pernyataan. Setiap item berisikan suatu kondisi yang membutuhkan reaksi sikap. Masing-masing item memiliki empat (4) pilihan kecenderungan sikap, yang ditandai dengan poin a, b, c, dan d. Tugas Anda adalah memilih dan memberi nilai terhadap kecenderungan sikap dari yang paling mengambarkan diri Anda sampai yang paling sedikit menggambarkan diri Anda. Penilaian yang diberikan berdasarkan ketentuan berikut: Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



81



Angka 4 : Pernyataan yang paling menggambarkan sikap Anda Angka 3: Pernyataan yang agak menggambarkan sikap Anda Angka 2 untuk seterusnya, sampai dengan angka 1 untuk pernyataan yang paling sedikit menggambarkan sikap diri Anda. 1. Ketika mengatasi suatu masalah, saya lebih memilih untuk… a. mengambil pendekatan setahap demi setahap b. segera mengambil tindakan c. memikirkan dampaknya terhadap orang lain d. memastikan bahwa saya memiliki semua fakta 2. Sebagai pembelajar, saya lebih memilih untuk… a. mendengarkan ceramah b. bekerja dalam kelompok-kelompok kecil c. membaca artikel dan melakukan penyelidikan terhadap suatu kasus (case studies) d. ikut mengambil bagian dalam permainan peran (role plays) 3. Ketika pelatih mengajukan pertanyaan dan saya mengetahui jawabannya, saya… a. membiarkan orang lain menjawab terlebih dahulu b. segera memberikan jawaban c. memikirkan apakah jawaban saya akan diterima dengan baik d. memikirkan jawaban saya dengan hati-hati sebelum saya menjawab 4. Dalam diskusi kelompok, saya… a. mendorong orang lain untuk memberikan pendapatnya b. menanyakan pendapat orang lain c. dengan cepat memberikan pendapat d. mendengarkan pendapat orang lain terlebih dahulu sebelum memberikan pendapat 5. Saya mengambil pelajaran terbaik dari suatu kegiatan ketika saya… a. dapat berinteraksi dengan orang lain b. tetap tidak dilibatkan c. mengambil peran sebagai pemimpin d. dapat menghabiskan waktu saya 6. Selama ceramah berlangsung, saya memperhatikan pada… a. ‘bagaimana-cara’ untuk melakukan sesuatu b. hal-hal logis c. ide utama d. kisah-kisah dan cerita lucu 7. Saya terkesan kepada pelatih dikarenakan… a. pengetahuan dan keahliannya b. kepribadian dan penampilannya c. metode-metode yang digunakan dan kegiatannya d. kemampuannya dalam mengatur dan mengawasi



82



8. Saya lebih memilih suatu informasi disampaikan dengan cara berikut: a. model seperti grafik alir b. pokok-pokok materi c. penjelasan terperinci d. disertai dengan contoh-contoh 9. Saya dapat belajar dengan sebaik-baiknya ketika saya… a. melihat keterkaitan antara ide, peristiwa, dan situasi b. berinteraksi dengan orang lain c. memperoleh kiat-kiat/tips praktis d. mengamati suatu peragaan atau video 10. Sebelum mengikuti program pelatihan, saya bertanya kepada diri sendiri: “Apakah saya akan… ?” a. memperoleh kiat-kiat praktis untuk membantu saya menjalankan tugas b. menerima banyak informasi c. diharuskan mengambil bagian d. belajar tentang hal baru 11. Setelah mengikuti pelatihan, saya… a. cenderung untuk memikirkan hal-hal yang telah saya pelajari b. khawatir (ragu?) untuk menerapkan hasil belajar saya dalam perilaku c. memikirkan pengalaman sebagai suatu yang utuh (sebagai kesatuan) d. menceritakan kepada orang lain tentang hal-hal yang saya alami 12. Metode pelatihan yang paling tidak saya sukai adalah… a. mengambil bagian dalam kelompok-kelompok kecil b. mendengarkan ceramah c. membaca dan menganalisis penyelidikan suatu kasus d. mengambil bagian dalam permainan peran



Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



83



Lembar Koreksi Petunjuk: Pindahkan penilaian atas jawaban Anda pada baris yang sesuai, kemudian jumlahkan angka pada masing-masing kolom. PERASA



PENGAMAT



PEMIKIR



1c ______



1a______



1d_____



1b______



2b ______



2a ______



2c ______



2d ______



3c ______



3a ______



3d ______



3b ______



4a ______



4d ______



4b ______



4c ______



5a ______



5b ______



5d ______



5c ______



6d ______



6c ______



6b ______



6a ______



7b ______



7d ______



7a ______



7c ______



8a ______



8d ______



8c ______



8b ______



9b ______



9d ______



9a ______



9c ______



10d ______



10c ______



10b ______



10a ______



11d ______



11c ______



11a ______



11b ______



12c ______



12a ______



12d ______



12b ______



Total ______



Total ______



Total ______



Total ______



Bahan Bacaan • Penjelasan Masing-Masing Gaya Belajar



84



PELAKSANA



TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL



Tujuan • Peserta dapat mengidentifikasi tiga kawasan tujuan instruksional • Peserta mampu membuat tujuan instruksional khususnya model Bloom



Bahan



Spidol, flip chart, dan powerpoint slide (contoh yang benar dan yang salah tentang tujuan instruksional umum dan khusus)



Waktu



120 menit



Proses 1. Pelatih memberikan penjelasan teoritik mengenai taksonomi tujuan instruksonal berdasarkan materi bacaan yang telah tersedia. Pelatih dapat memanfaatkan powerpoint yang telah disiapkannya. 2. Peserta selanjutnya melakukan latihan sebagai berikut: Dengan menggunakan ketentuan taksonomi tujuan instruksional kawasan kognitif menurut Bloom, rumuskan tujuan instruksional umum materi pelatihan yang Anda ampu dengan langkah-langkah sebagai berikut: • Tentukan tingkat kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta pelatihan pada akhir pelatihan. • Pilih kata kerja operasional yang sesuai untuk tingkat kompetensi tersebut. Dalam satu rumusan tujuan umum, gunakan hanya satu kata kerja, kecuali bila target materi tersebut adalah dua atau lebih kemampuan utama yang tidak saling berhubungan, artinya yang satu tidak menjadi bagian dari kompetensi yang lain. • Presentasikan dalam pleno atau dalam kelompok 10 orang. Bahan Bacaan • Taksonomi Tujuan Instruksional



Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



85



MANAJEMEN STRES



Tujuan Peserta dapat: • Menjelaskan konsep coping stress • Mengidentifikasi penyebab stres • Mengidentifikasi strategi penanganan stres



Bahan



Spidol, flip chart, koran atau majalah bekas, gunting, lem



Waktu 120 menit



Proses 1. Pelatih membagi peserta dalam kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 6 orang. 2. Setiap kelompok diberikan 1 eks koran/majalah bekas, 1 gunting, 2 lembar flip chart, lem, dan 1 spidol. 3. Tugas dari setiap kelompok adalah mencari berita ataupun gambar yang menunjukkan kondisi stres. Berita ataupun gambar tersebut digunting dan ditempelkan pada flip chart. 4. Setelah selesai, setiap kelompok menempelkan flip chart tersebut di papan tulis dan menjelaskan gambar atau berita yang ditempelkan sekaligus alasan mengapa hal tersebut dikategorikan stres. Peserta juga menjelaskan apa yang menjadi penyebab stres dalam gambar atau berita tersebut serta apa saran kelompok untuk menyelesaikan kondisi tersebut. 5. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka, pelatih memperkuat pemahaman tersebut dengan memberikan penjelasan berdasarkan materi bacaan pokok yang telah disiapkan.



Bahan Bacaan • Manajemen Stres



86



PENGEMBANGAN ATMOSPHERE BELAJAR



Tujuan • Peserta pelatihan dapat menyebutkan tiga keuntungan kelompok yang dibentuk secara acak • Peserta mampu memilih, dengan sejumlah situasi tertentu, cara terbaik untuk membentuk satu kelompok • Peserta dapat menyebutkan paling kurang lima cara inovatif untuk membentuk kelompok secara acak



Bahan • • • •



Transparansi dengan pertanyaan kuis Lonceng atau sesuatu yang bisa diperlakukan sebagai lonceng Perubahan susunan tempat duduk disesuaikan dengan kuis Hadiah kecil untuk kelompok yang menang



Waktu 60 menit



Proses 1. Diawali dengan penjelasan pelatih bahwa bagian ini terdiri dari aspek: (1) cara kreatif dalam membentuk kelompok, (2) melakukan praktek dinamika kelompok. 2. Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan berefleksi tentang berbagai cara yang digunakan untuk membagi kelompok kecil dalam suatu sesi pelatihan, dan pembagian kelompok dilakukan dengan tujuan tertentu. Tanyakan kepada mereka mengapa kelompok kecil berguna. 3. Jelaskan bahwa peserta akan berbagi ide dan pengalaman dalam penggunaan metode baru ini: pertunjukan kuis. Minta seseorang peserta untuk menjelaskan ide tentang suatu kuis, mungkin menghubungkannya dengan pertunjukan kuis televisi. 4. Organisasikan juri untuk memberi nilai dan mengatur waktu. 5. Pelatih membagi peserta menjadi enam kelompok dengan menggunakan cara kreatif yang ada pada materi bahan bacaan pokok, tetapi pastikan bahwa kelompok-kelompok memiliki anggota yang seimbang dalam jumlah. 6. Jelaskan aturannya: • Semua anggota tim harus bekerja sama tetapi hanya satu orang dari kelompok yang benar-benar bisa memberikan jawaban (ini untuk mencegah teriakan yang terlalu banyak). Bila bukan juru bicara yang memberikan jawaban, maka kelompok tersebut mendapat pengurangan nilai sebesar 1. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



87



• Untuk beberapa pertanyaan, kelompok pertama yang bisa menjawab akan mendapatkan 1 nilai kemenangan. • Untuk pertanyaan yang lain, kelompok yang menjawab dengan benar maka kelompok itu memenangkan nilai 3. 7. Bacalah pertanyaannya satu per satu. 8. Hitunglah nilai dan berikan hadiah kepada kelompok terbaik. 9. Rumuskan hal-hal penting yang menjadi pembelajaran utama. 10. Pelatih melanjutkan aktivitas peserta ke sesi berikutnya 11. Refleksikan ke dua aktivitas tersebut dengan mengaitkannya dengan upaya untuk menjaga suasana pelatihan tetap kondusif.



Lembar Kerja KUIS Penjawab pertama memenangkan (1 nilai)



Jawaban yang benar memenangkan (3 nilai)



Sebutkan paling kurang tiga cara kreatif untuk membagi kelompok



Apakah keuntungan utama membagi kelompok secara acak?



Sebutkan dua keuntungan bekerja dalam kelompok yang kecil



Apakah kerugian membagi kelompok secara acak?



Apa yang dimaksud dengan membagi dalam kelompok kecil secara acak?



Dalam situasi apa Anda akan membagi kelompok secara acak?



Apa yang dimaksud dengan pra pembentukkan kelompok?



Dalam situasi apa Anda akan melakukan pra pembentukkan kelompok secara acak?



Membentuk kelompok bisa menyenangkan. Beri pernyataan (ya/tidak dan penjelasannya)



Tunjukkan satu cara inovatif pembentukkan kelompok secara acak Apakah keuntungan utama pra pembentukkan kelompok sebelumnya?



Bahan Bacaan • Pembentukan Kelompok



88



PRAKTEK DINAMIKA KELOMPOK



Tujuan Peserta berpartisipasi secara praktis menghadapi berbagai situasi dan anggota kelompok yang sulit



Bahan



• Foto kopi permainan-peran • Foto kopi materi bacaan



Waktu



75 menit



Proses 1. Perkenalkan sesi, dengan menjelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan bagaimana cara menghadapi perilaku peserta yang sulit. Jelaskan bahwa peserta akan melakukannya dengan mempraktekkan situasi yang berbeda melalui permainan-peran. 2. Jelaskan bahwa peserta akan dibagi ke dalam 3 kelompok berbeda, masing-masing memainkan situasi kelas yang berbeda. Tiap anggota kelompok akan menerima lembaran perintah, yang tidak boleh diberitahukan kepada anggota lain kelompok. Dalam tiap kelompok akan ada satu ”pelatih” dan 9 peserta. 3. Bagi peserta ke dalam 3 kelompok dan bagikan lembaran (pastikan bahwa peran dominan dilakukan oleh orang yang dominan). Biarkan mereka mempersiapkan diri selama 5 menit untuk permainan peran. Sejumlah peserta tambahan bisa menjadi pengamat atau bisa ditambahkan sebagai peserta dengan menjadi diri sendiri. 4. Mulai permainan peran pertama dan refleksikan setelahnya dengan cara berikut: • Undang “pelatih” untuk menjelaskan apa yang dipikirkan tentang permainan peran yang baru saja dilakukan, dan tanyakan juga apa yang akan dilakukan lain kali apabila menjumpai masalah yang sama. Tanyakan pula kepada pengamat, bagaimana pendapatnya terhadap hal-hal yang disampaikan oleh pelatih barusan. • Mintalah pendapat peserta, pertama minta masukan positif, lalu hal-hal lain yang penting dan perlu dipertimbangkan, setelah itu minta saran atau tips untuk perbaikan. • Tambahkan dengan umpan balik dan tips Anda sendiri jika perlu. 5. Lanjutkan dengan permainan peran yang lain dengan cara yang sama dan dorong pelatih untuk menggunakan poin belajar dari permainan peran sebelumnya. 6. Pelatih mengakhiri sesi ini dengan merumuskan pengalaman utama yang telah dipelajari Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



89



Permainan Peran 1: Memfasilitasi Satu Kesepakatan Konsensus Pedoman Bagi Peran Pelatih Anda adalah pelatih suatu pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Pada hari Sabtu ada kesempatan untuk mengorganisir program wisata selama satu hari karena libur. Selama 15 menit kemudian Anda akan memfasilitasi satu kesepakatan konsensus antara peserta tentang ke mana mereka akan pergi. Pedoman Bagi Peran Dominator Anda adalah peserta suatu pelatihan yang akan berlansung selama 2 minggu. Sabtu hanya satu-satunya hari libur selama kursus. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda tidak menyukai pelatih Anda, maka Anda akan mencoba mengambil alih kendali darinya dan memanipulasi kelompok agar setuju dengan pilihan Anda. Pedoman Bagi Peran Perayu Anda adalah peserta suatu pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satu-satunya hari libur selama kursus. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda memiliki minat khusus untuk berbelanja bagi keluarga Anda maka Anda sebisa mungkin akan berusaha memenuhi keinginan Anda. Pedoman Bagi Peran Si Jujur Anda adalah peserta pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satusatunya hari libur selama pelatihan. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda memiliki keluarga yang tinggal di dekat situ, Anda akan mengakui bahwa Anda akan pergi keluar mengunjungi keluarga Anda. Anda begitu bersemangat mengatakan kepada mereka apa yang akan Anda lakukan bersama dengan keluarga sehingga Anda selalu menyela diskusi. Pedoman Bagi Peran Inisiator Anda adalah peserta pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satu satunya hari libur selama pelatihan. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda mengenal tempatnya dengan baik, Anda bisa memberikan ide-ide baru dan saran-saran mengenai tempat-tempat yang bisa dikunjungi, apa yang bisa dibeli, aktifitas yang bisa dilakukan, pemandangan yang bisa dilihat dll. Pedoman Bagi Peran Pembangun Anda adalah peserta pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satusatunya hari libur selama pelatihan. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda tidak memiliki minat khusus tetapi hanya senang bersama-sama kawan-kawan selama hari libur, Anda akan mendukung dan membangun ide-ide dan saran-saran yang dikemukakan orang lain.



90



Permainan Peran 2: Memfasilitasi satu debat Pedoman Bagi Peran Pelatih Selama 15 menit kemudian Anda akan memfasilitasi satu debat apakah pertanian gilirbalik itu buruk atau baik. Adalah tanggung-jawab Anda untuk melibatkan peserta secara langsung, tetapi bukan perdebatan yang agresif. Tantangannya adalah untuk membuat peserta saling menyimak masing-masing argumen, dan untuk menantang mereka dengan pandangan ekstrim yang mungkin terjadi. Karena pada akhirnya Anda akan menunjukkan keseluruhan spektrum praktek pertanian gilir-balik, dari yang sangat lestari bisa sampai yang tidak lestari, tergantung pada banyak faktor luar. Pedoman Bagi Peran Agresor Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai kelestarian pertanian gilir balik. Berdasarkan pengalaman yang luas dengan hasil negatif dari praktek pertanian gilir balik di wilayah Anda, maka Anda akan memastikan bahwa pengalaman Anda diakui oleh kelompok. Anda akan sangat menentang orang lain yang berbeda pemikiran. Pedoman Bagi Peran the Topik Jumper Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai kelestarian pertanian gilir balik. Karena Anda tidak begitu tertarik dengan topik ini, Anda akan terus-menerus mencoba untuk mengubah topik pembicaraan. Karena Anda bosan menyimak semua argumen, Anda akan sering menyela diskusi. Pedoman Bagi peran Tukang Mundur Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai kelestarian pertanian gilir balik. Karena Anda tidak begitu tertarik dengan topik ini, Anda tidak akan berpartisipasi dalam diskusi. Anda akan menunjukkan ketidaktertarikan Anda dengan berbicara dengan teman sebelah Anda mengenai hal lain. Anda juga akan membaca majalah atau koran, atau tertidur atau apa pun yang bisa Anda pikirkan. Pedoman Bagi Peran Pengacara Setan Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai kelestarian pertanian gilir balik. Anda memiliki banyak pengalaman dengan contoh kelestarian pertanian gilir balik di wilayah kerja Anda, terutama kelompok suku minoritas pegunungan. Jadi peran Anda adalah untuk menantang mereka di dalam kelompok yang berpikir bahwa pertanian gilir balik tidak bisa lestari. Pedoman Bagi Peran Pemberi Opini Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai kelestarian pertanian gilir balik. Karena Anda tahu bahwa pertanian gilir balik adalah masalah yang kompleks, Anda tidak mengambil sikap dalam perdebatan ini. Peran Anda adalah membawa opini dan kepercayaan yang relevan mengenai masalah yang dimunculkan oleh orang lain selama diskusi. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



91



Permainan peran 3: Menghindari konflik Pedoman Bagi Peran Pelatih Selama 15 menit kemudian Anda akan bertanggung jawab untuk menyelesaikan ketegangan di dalam kelompok. Selama beberapa hari yang lalu Anda menyadari bahwa ketegangan terbentuk di antara anggota kelompok tertentu, tetapi Anda tidak tahu apa penyebab suasana menjadi buruk. Kini Anda harus menemukan apa yang terjadi sebelum ketegangan-ketegangan berkembang menjadi satu konflik sebenarnya. Pedoman Bagi Peran Penentang (The Blocker) Anda menyesal harus ikut dalam pelatihan. Pelatihannya tidak hanya sangat berbeda dari yang Anda harapkan tetapi Anda benar-benar muak dengan peserta lain karena mereka tidak memiliki pengalaman dan mengajukan pertanyaan yang bodoh sepanjang waktu. Hal yang hanya Anda ingin lakukan adalah meyakinkan pelatih tentang pengalaman Anda sendiri dalam komunitas forestri di negara Anda. Pedoman Bagi Peran Si Gengsi Anda adalah peserta kursus pelatihan paling senior dengan latar belakang pendidikan yang paling tinggi. Sejak awal Anda sangat terganggu dengan beberapa peserta lain yang tidak menghargai latar belakang Anda dan orang lain yang tidak menganggap serius pelatihan ini. Karenanya Anda membuat keputusan untuk berbicara dengan pelatih selama sesi selanjutnya untuk mengatakan padanya agar menjaga disiplin. Pedoman Bagi Peran Si Play-Boy Anda ikut pelatihan untuk menikmati uang saku. Anda menganggap peserta lain terlalu serius dan membosankan. Karena Anda tidak tertarik dengan topiknya, Anda mencoba memeriahkan sesi dengan melucu dan bercerita. Pedoman Bagi Peran Si Pecinta Damain Anda menyayangkan ketegangan yang terjadi di antara berbagai peserta. Menurut Anda susah berpartisipasi dalam suasana seperti itu. Anda tidak menyukai argumen atau ketidaksetujuan, jadi Anda mencoba menjaga perdamaian. Pedoman Bagi Peran Tukang Kompromi Meskipun Anda sering tidak setuju dengan pandangan dan opini peserta lain, Anda bersedia berkompromi jika ketegangan-ketegangan meningkat terlalu tinggi atau jika kemajuan mengalami kemacetan. Dalam situasi tersebut Anda akan menyerah untuk menghindari konflik atau berusaha mencapai persetujuan.



Bahan Bacaan • Pembentukan Kelompok



92



MERANCANG SESI PELATIHAN



Tujuan Di akhir sesi para peserta dapat: • menjelaskan pentingnya menyusun strategi pelatihan • menyebutkan lima jenis strategi pelatihan



Bahan



Flip chart, spidol



Waktu



60 menit



Proses 1. Pelatih memimpin curah pendapat singkat tentang arti strategi pelatihan. Pertama, pusatkan perhatian pada kata strategi (atau cara bergerak dari A ke B), lalu tambahkan aspek pembelajaran. Gabungkan keduanya dalam satu definisi (lihat bahan bacaan pokok). 2. Lalu, jelaskan bahwa strategi memberikan gambaran besar tentang bagaimana suatu program pelatihan akan dilakukan. Terangkan bahwa setiap pelatihan dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. 3. Pelatih menjelaskan tugas yang harus dilakukan. Perkenalkan metode ‘jalan-jalan mencari inspirasi’, bentuk kelompok dengan anggota 6 orang, lalu persilahkan mereka bekerja di luar selama 20 menit (tidak jauh dari lokasi pelatihan). 4. Setelah masing-masing kelompok menempelkan flip chart-nya, peserta saling membaca hasil dari kelompok-kelompok yang lain, sambil mengajukan pertanyaan klarifikasi dan menambahkan gagasan-gagasan baru. Buatlah rangkuman dari jenis-jenis strategi pelatihan yang ada serta alasan mengapa penyusunan strategi pelatihan penting. 5. Refleksikan metode ‘jalan-jalan mencari inspirasi’. Apakah metode ini efektif ? Apa kelebihan dan kekurangannya? Apakah Anda akan menggunakannya dilain waktu? Jelaskan bahwa metode ini sangat bermanfaat bagi kelompok-kelompok yang tidak terbiasa duduk dalam satu ruangan untuk waktu yang lama (petani, petugas lapangan, dan lain-lain.)



Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



93



Lembar Kerja Mendiskusikan strategi pelatihan sambil jalan-jalan mencari inspirasi 1. Selama 20 menit mendatang anda boleh berjalan-jalan (tidak jauh dari lokasi pelatihan), meluruskan kaki sambil membaca materi bacaan dan memikirkan beberapa hal berikut: • strategi-strategi pelatihan yang biasa peserta gunakan, • kelebihan dan kekurangan masing-masing strategi, • mengapa penting untuk mempunyai strategi pembelajaran yang tepat dalam pengembangan masyarakat? 2. Setelah berjalan-jalan, buat ringkasan hasil diskusi anda pada flip chart (1 atau 2 saja) untuk didiskusikan dengan kelompok-kelompok lain. STRATEGI



KEKUATAN



KELEMAHAN



1. 2. 3. 4. 5. 6. MENYUSUN STRATEGI YANG JELAS SANGAT PENTING KARENA……. 1. 2. 3. 3. Tempelkan flip chart kelompok anda di ruang kelas.



Bahan Bacaan



• Strategi Pelatihan



94



MENGEMBANGKAN AGENDA PELATIHAN



Tujuan • Peserta dapat menjelaskan kebutuhan dan penggunaan agenda pelatih • Peserta mampu mengidentifikasi elemen-elemen yang selayaknya ada di dalam agenda pelatih • Peserta mampu memodifikasi agenda pelatihan mereka berdasarkan catatan informasi mereka



Bahan



Lembar latihan, beberapa contoh agenda pelatih, post-it



Waktu



60 menit



Proses 1. Pelatih memimpin curah pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan agenda peserta, apa yang dimaksud dengan agenda pelatih, apa perbedaannya, dan mengapa perbedaan ini penting dicermati. Curah pendapat bisa dilakukan langsung dalam pleno atau bisa juga dilakukan dalam kelompok kecil. 2. Pelatih menyimpulkan bahwa penyusunan agenda pelatih yang detail bisa diibaratkan seperti membuat satu ‘master plan’ untuk pelatihan, yang di dalamnya cara pelatih mencapai tujuan pelatihan dalam waktu yang ditentukan. Tekankan bahwa untuk mencapai hal ini, pelatih harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya. 3. Ringkaskan sesi ini dengan menanyakan “Apa yang harus dicapai oleh agenda pelatih yang telah dirancang dengan baik?” (lihat bahan bacaan pokok). 4. Pelatih memberikan contoh tentang bagaimana caranya mengembangkan agenda pelatihan yang sekarang dilakukan ini, tahap demi tahap, dimulai dengan rencana besar dalam satu bulan atau satu minggu dan diakhiri dengan detail setiap hari yang dibagi menjadi beberapa sesi. 5. Katakan bahwa langkah selanjutnya dalam merancang pelatihan peserta adalah mengembangkan agenda pelatihan yang lebih detail untuk setiap hari. Jelaskan bahwa kadang-kadang lebih mudah untuk mulai dari yang kurang detil, misalnya dimulai dengan memikirkan tentang alur keseluruhan (termasuk ruang kelas, dan hari-hari di lapangan), menyusun topik-topik atau tujuan, dan lalu mulai melihat pada satu minggu, dan kemudian pada satu hari, dan kemudian pada jam.



Bahan Bacaan



• Mengembangkan Agenda Pelatihan Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



95



MERUMUSKAN RENCANA SESI



Tujuan Pada akhir sesi ini peserta: • Membuat daftar mengenai elemen suatu rencana sesi • Membedakan antara rencana sesi yang baik dan buruk dan menganalisis aspek-aspek baik dan buruknya



Bahan • Fotokopi daftar untuk memperkirakan, merancang dan menulis rencana sesi • Fotokopi perbesaran dua contoh rencana sesi (yang baik dan buruk)



Waktu



60 menit



Proses 1. Pelatih memperkenalkan arah dan prosedur sesi ini. 2. Mulailah dengan curah pendapat secara cepat mengenai: • apakah sesi itu: bagian dari isi atau topik yang bisa dilaksanakan dalam waktu tertentu, secara umum 1 sampai 2 jam dan kurang dari 3 jam, bisa bervariasi dalam hari yang sama. • mengapa menulis rencana sesi dan untuk siapa: untuk merancang sesi, untuk menjelaskan sesi, untuk mendapatkan tanggapan dan lain-lain, coba tulis untuk orang lain dengan sejelas mungkin. 3. Lanjutkan dengan curah pendapat secara cepat mengenai elemen suatu rencana sesi. 4. Minta dua peserta untuk tampil dan urutkan elemen-elemen dalam urutan yang benar dengan bantuan dari kelompok. Hal ini akan menimbulkan diskusi kecil karena ada gaya yang berbeda. 5. Sepakati elemen-elemen yang seharusnya menjadi bagian, dan elemen apa yang bisa menjadi bagian. 6. Tunjukkan contoh rencana sesi dan undang peserta untuk berkumpul untuk memilih yang terbaik dan terburuk. 7. Dalam diskusi pleno minta peserta untuk mengambil posisi (berdiri di depan rencana sesi yang dianggap paling jelek) dan minta mereka menjelaskan pilihannya. 8. Ulangi prosedur ini untuk pilihan terbaik. 9. Tutup dengan mengatakan bahwa ada gaya yang berbeda dalam penulisan rencana sesi. Jelaskan bahwa gaya bisa berbeda tetapi harus tetap sederhana dan jelas, dan hal



96



itu mungkin berkesan mudah tetapi dalam praktek sangat sulit, perlu banyak latihan dan mengulas. Jelaskan bahwa cara yang terbaik untuk memeriksa apakah Anda menulis satu rencana sesi yang baik adalah dengan memberikan kepada pelatih lain untuk dibaca dan tanyakan apakah dia bisa menjalankan sesi tersebut tanpa penjelasan tambahan.



Catatan Berusahalah untuk memilih satu gabungan rencana sesi. Hal ini akan membangkitkan satu diskusi yang baik dan melengkapi peserta dengan banyak ide untuk mengembangkan gaya mereka sendiri dalam merencanakan sesi.



Bahan Bacaan



• Daftar Periksa Untuk Penilaian Merancang dan Menulis Rencana Sesi



Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



97



MENULIS RENCANA SESI SEDERHANA



Tujuan Membuat sistematisasi rencana sesi untuk pelatihan mereka sendiri



Bahan



Flip chart, post-it, fotokopi bahan bacaan pokok



Waktu



60 menit



Proses 1. Segarkan ingatan peserta dengan menanyakan mengapa penting untuk menulis rencana sesi. Jelaskan bahwa agak mudah untuk mengkritik rencana sesi yang ditulis oleh orang lain yang akan mereka laksanakan tetapi akan cukup sulit untuk menulis satu rencana sesi sendiri. 2. Minta peserta untuk memilih satu sesi sederhana untuk kursus mereka sendiri dan pertama hanya kembangkan tujuan pelatihan dan pilih metode yang sesuai dan tuliskan pada satu flip chart untuk dipamerkan. 3. Pamerkan flip chart dan minta umpan balik dari peserta. Pertajam tujuan dan perdebatkan pemilihan metode jika diperlukan. 4. Undang peserta untuk kembali ke kelompok mereka dan kembangkan satu rencana sesi penuh berdasarkan pada umpan balik yang mereka terima dan pasang lagi pada flip chart untuk dipamerkan. 5. Pamerkan semua rencana sesi dan minta peserta untuk berkeliling dan menekankan poin yang perlu dikembangkan dan poin-poin baik menggunakan post-it. 6. Diskusikan umpan balik pada post-it dan jika diperlukan tambahkan pengamatan Anda sendiri. 7. Tutup dengan menanyakan apa yang peserta pelajari dengan menulis rencana sesi mereka sendiri. Rumuskan poin-poin pembelajaran.



Bahan Bacaan



• Menulis Rencana Sesi



98



BAHAN BACAAN POKOK MODUL III ANDRAGOGIS VERSUS PEDAGOGIS Model pembelajaran pedagogis telah mendominasi dunia pendidikan dan pelatihan selama berabad-abad lamanya. Adapun anggapan yang mendasari model ini adalah: • Pengajar/pelatih/guru bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran, termasuk apa dan bagaimana para pembelajar akan belajar. Pembelajar memiliki peran yang pasif dan pengajar aktif. • Oleh karena pembelajar memiliki sedikit pengalaman, maka pengajar adalah sosok yang ahli, guru, dan merupakan tanggung jawab bagi pengajar untuk memberikan ‘kekayaan’ pengetahuannya. Jumlah tersebut menjadi “limpahan informasi” melalui cara yang tradisional seperti ceramah, buku teks, buku pedoman, serta video yang menghadirkan para “ahli” lain untuk membagi pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. • Orang terdorong untuk belajar karena mereka “harus” melakukannya agar lulus ujian, naik ke tingkat berikutnya, atau memperoleh sertifikasi. • Pengetahuan adalah informasi yang terpusat. Pengajarlah yang menguasai dan memahami secara benar materi, sehingga pembelajar mendapatkan informasi yang telah ditentukan dalam beberapa tingkatan pemahaman dna penguasaan. • Secara luas, motivasi untuk belajar berasal dari luar. Pembelajar dipaksa oleh tekanan dari sosok yang otoriter dan ketakutan terhadap akibat negatif. Pada intinya pengajar mengendalikan pembelajaran melalui penghargaan (rewards) dan disiplin (bisa juga berarti punishment). Memahami bagaimana dan mengapa orang belajar Selama tahun 1960, para pendidik bangsa Eropa menciptakan kata “andragogi” sebagai label terhadap peningkatan pokok pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan pembelajaran orang dewasa. Konsep tersebut dikenalkan dan dikembangkan di Amerika Serikat oleh Malcolm Knowles. Anggapan-anggapan berikut mendasari model pembelajaran andragogis, yang sekarang disebut Knowles sebagai model pembelajaran manusia (Knowles, 1990): 1. Anggapan Pertama Anggapan pertama berkaitan dengan adanya perubahan konsep diri yang semula bergantung penuh (kepada orang lain) menjadi pribadi yang semakin mampu mengatur dan mengarahkan dirinya sendiri. Pembelajar dewasa adalah pembelajar yang mengatur dirinya sendiri. Pembelajar dewasa seharusnya bertanggung jawab terhadap kehidupannya, termasuk merencanakan, melaksanakan, serta menilai sendiri kegiatan pembelajarannya. Pemahaman prinsip ini seringkali disalahartikan. Pengaturan diri oleh pembelajar tidak berarti bahwa pelatih melepaskan tanggungjawabnya terhadap rencana dan kegiatannya, akan tetapi sejak awal, pelatih perlu menyusun proses pelatihan sebagai upaya yang kolaboratif. Selama proses tersebut, sebaiknya antara pelatih dan peserta secara terus-menerus menjalin hubungan layaknya teman dengan menciptakan komunikasi dua arah. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



99



2. Anggapan Kedua Prinsip kedua berkaitan dengan peran pengalaman, suatu prinsip khusus bagi pembelajar dewasa. Menurut Knowles, setiap individu dewasa dihadapkan pada situasi pembelajaran yang menjadikan kekayaan pengalaman sebagai dasar awal pembelajaran dan dinilai sama baiknya dengan sumber asal/langsung sehingga layak untuk dibagikan kepada orang lain. Pengalaman-pengalaman tersebut mungkin baik ataupun buruk, tetapi pengalamanpengalaman tersebut akan berpengaruh terhadap pembelajar ketika menentukan cara yang akan digunakan untuk memulai pengalaman belajar yang baru. Oleh karena manusia menjadikan pengalaman-pengalaman yang lampau sebagai dasar pembelajaran, maka informasi yang baru harus disesuaikan. Pelatih yang bijaksana akan cenderung untuk menyelidiki/mencari tahu hal apa sajakah yang telah diketahui oleh para peserta. Kemudian pelatih akan memadukan informasi yang dimiliki dengan pengalaman peserta (yaitu hal-hal yang telah diketahui peserta) dan menghindari untuk memperlakukan peserta seperti mereka tidak mengetahui apapun dan harus dididik layaknya anak kecil. 3. Anggapan Ketiga Anggapan ketiga adalah bahwa orang dewasa dapat dianggap siap untuk belajar ketika mereka merasa perlu untuk mengetahui atau melakukan sesuatu. Orang dewasa mulai meninggalkan pendekatan yang terlalu teoritis atau abstrak. Mereka menginginkan agar pengalaman pembelajaran menjadi praksis dan realistis, lebih terpusat kepada masalah (problem-centered) dan bukan terpusat kepada subjek (subject-centered). Pelatih yang efektif akan membantu peserta untuk mengerti bahwa mempelajari keterampilan atau tugas tertentu akan membantu mereka menjadi semakin berhasil, yakni, bagaimana pembelajar dapat menjalankan tugasnya dengan lebih cepat, lebih mudah, dan lebih efisien. 4. Anggapan Keempat Keempat, orang dewasa menghendaki adanya penerapan dalam dunia nyata dengan segera. Orang dewasa ingin pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki dapat memberi kontribusi dalam mengatasi/menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Mereka akan sangat termotivasi ketika pelaksaanan pelatihan berhubungan langsung atau terkait secara praksis dengan kehidupan konkret mereka. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu memiliki keterkaitan yang jelas terhadap kebutuhan orang dewasa dan bersifat segera. 5. Anggapan Kelima Terakhir, orang dewasa termotivasi untuk belajar dikarenakan faktor internal dalam dirinya, seperti harga diri (self-esteem), hasrat untuk memperoleh pengakuan, adanya rasa ingin tahu, kecintaan terhadap pembelajaran yang sudah ada sejak lahir, keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup, ingin meningkatkan kepercayaan diri, atau memanfaatkan peluang untuk mengaktualisasikan diri. Prinsip-prinsip Pembelajaran Orang Dewasa Beberapa prinsip tambahan mengenai bagaimana orang dewasa belajar: • Orang dewasa harus mengakui adanya kebutuhan untuk belajar.



100



• Orang dewasa ingin agar dapat menerapkan hal-hal yang telah dipelajari ke dalam pekerjaannya. • Orang dewasa perlu menggabungkan pengalaman terdahulu dengan materi yang baru. • Orang dewasa lebih memilih hal konkret daripada hal abstrak. • Orang dewasa membutuhkan beragam metode pelatihan. • Orang dewasa dapat belajar dengan lebih baik jika dalam suasana informal (penuh keramahan), lingkungan yang nyaman. • Orang dewasa ingin dapat mengatasi masalah-masalah realistis. • Orang dewasa lebih menghendaki metode belajar yang berkelanjutan atau berkesinambungan. Pedoman Pokok • Pelatihan orang dewasa tidak sama dengan mengajar anak kecil. • Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembelajaran mereka. • Orang dewasa menjadikan pengalaman yang telah dilalui sebagai dasar pembelajaran. • Orang dewasa berharap agar pelatihan memiliki kaitan langsung dengan mereka dan menginginkan adanya penerapan dalam dunia nyata. • Orang dewasa belajar melalui beragam cara.



Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



101



ASPEK-ASPEK ETIKA PELATIH DAN PELATIHAN Pengantar Dalam memberdayakan masyarakat, para fasilitator lebih sering berinteraksi dengan kelompok orang dewasa karena dianggap lebih matang dan lebih mandiri dengan sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang mereka peroleh selama proses pematangan tersebut. Kematangan dan kemandirian tersebut yang menempatkan orang-orang dewasa diperankan dan difungsikan sebagai motor perubahan di dalam masyarakat. Oleh karena itu, pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sebagai bagian dari strategi pemberdayaan masyarakat lebih sering diikuti oleh orang–orang dewasa. Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak masih membutuhkan lebih banyak pengetahuan dan pengalaman untuk membentuk dirinya sendiri menuju kedewasaan. Tentu saja untuk menghadapi peserta pelatihan yang pada umumnya adalah orang dewasa dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan pendidikan dan pelatihan ala bangku sekolah, atau pendidikan tradisional. Pendidikan ala sekolah ini sering disebut dengan pendekatan pedagogis. Ironisnya, meskipun para fasilitator pemberdayaan masyarakat memahami benar perbedaan perkembangan psikologi dan sosial antara orang dewasa dan anak-anak, tetapi dalam praktek masih banyak “pendekatan pedagogis” diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa yang seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok dengan “kematangan”, “konsep diri” peserta dan “pengalaman peserta”. Di dalam dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan “Pendidikan Orang Dewasa” (Adult Education). Dengan bahasa yang lebih lugas, eksperiental dan operasional, andragogi juga didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut: a. Semua Orang Mempunyai Pengetahuan Fasilitator harus meyakini bahwa semua warga belajar mempunyai pengetahuan sesuai dengan bidang masing-masing. Keyakinan tersebut mengharuskan seorang fasilitator tidak boleh memberlakukan warga belajar seperti gelas kosong. Dengan asumsi itu pula, fasilitator akan menghadapi pendapat warga belajar, dan akan memberi kesempatan warga belajar untuk saling bertukar pengalaman. b. Warga Belajar Sebagai Sumber Belajar Pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang dimiliki oleh warga belajar dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Hal ini disebabkan oleh: Pertama, pada umumnya pengetahuan yang berasal dari warga belajar telah teruji dalam praktek. Kedua, informasi yang berasal dari teman dengan mudah dapat diterima. Ketiga, sesama warga belajar mempunyai waktu yang luas untuk menyampaikan informasi, dan dapat dilakukan dalam suasana formal maupun informal. Keempat, bagi warga belajar yang menjadi sumber belajar, juga mengalami proses belajar pada saat menyampaikan informasi. c. Ada Kemampuan Orang Untuk Belajar Dan Berkembang Setiap orang mempunyai kemampuan untuk belajar dan berkembang. Tetapi harus disadari bahwa kemampuan dan kecepatan belajar seseorang berbeda dengan yang lainnya.



102



Dengan mengetahui kemampuan untuk belajar dari warga belajar, maka seorang fasilitator dapat menyediakan kemudahan agar warga belajar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kapasitasnya. d. Warga Belajar Tidak Dapat Dipaksa Untuk Belajar Bahan pelajaran hanya dapat diserap oleh warga belajar setingkat demi setingkat dan dengan keterlibatan warga belajar sendiri. Dengan asumsi ini maka seorang fasilitator harus menciptakan kondisi yang mendorong warga belajar untuk belajar. Dan menghilangkan hambatan yang ada. e. Kelompok Merupakan Forum Belajar Yang Terbaik Siklus belajar berdasarkan pengalaman menunjukkan bahwa salah satu proses belajar tersebut adalah mengolah bahan belajar. Proses ini akan dipercepat dan dipermudah dengan bantuan orang lain, seperti dalam kelompok. Sesama anggota kelompok dapat mendiskusikan dan menyimpulkan, sehingga setiap anggota kelompok saling membantu dalam proses belajar. Dengan berkelompok memberikan rasa aman kepada warga belajar karena kegagalan yang dialami akan ditanggung bersama oleh anggota kelompok. Sebaliknya dengan belajar dalam kelompok juga memberikan kesempatan untuk tampil dan mendapat perhatian lebih baik daripada belajar secara klasikal. Implikasi Untuk Fasilitator Asumsi-asumsi tersebut di atas mengharuskan seorang fasilitator pada latihan partisipatif berperan dalam menciptakan suasana, memberikan kesempatan dan menyediakan sarana untuk mempermudah proses belajar. Dengan peran seperti ini, maka pada latihan partisipatif tingkat perkembangan warga belajar tergantung dari warga belajar itu sendiri. Tujuan pendidikan bagi orang dewasa yaitu perubahan perilaku yang diawali dengan perubahan sikap dan penambahan pengetahuan serta keterampilan. Dengan demikian seorang fasilitator juga berperan sebagai seorang pembimbing dengan tugas-tugas sebagai berikut: a).Penyebar Pengetahuan: saat menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada warga belajar; b).Pelatih Keterampilan: saat memberikan tambahan keterampilan baru melalui latihan praktek dan mengajak warga belajar untuk belajar sambil mengerjakan; c). Perancang Pengalaman Belajar Kreatif: saat menciptakan situasi yang memungkinkan warga belajar untuk mendapat pengalaman baru, sehingga timbul kesempatan untuk berlaku lain daripada yang sudah terbiasa. Fungsi fasilitator sebagai pembimbing yang mampu menempatkan diri sejajar dengan warga belajar, membutuhkan beberapa sikap, seperti yang disampaikan oleh A.G. Lunandi berikut ini: a. Empati



: Membiarkan diri sendiri mengalami atau menyatu dalam pengalaman para warga belajar: “Menyetel” pada “gelombang pemancar” para warga belajar; mencoba melihat situasi sebagaimana warga belajar melihatnya; berada dan bersatu dengan warga belajar.



b. Kewajaran



: Bersikap, bertindak dan berkata jujur, apa adanya, jangan berlebihan seolah ingin menempatkan lebih tinggi dari warga belajar. Demikian pula dalam berpenampilan (cara berpakaian) di depan kelas. Hindari memainkan — secara sadar maupun tak sadar — peran sebagai pengajar. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



103



c. Respek



: Mempunyai pandangan positif terhadap semua peserta. Gambaran negatif terhadap peserta akan mendorong fasilitator bersikap negatif pula yang tentu berdampak kurang baik pada proses dan hasil pelatihan. d. Komitmen dan kehadiran: Menghadirkan diri secara penuh; siap menyertai kelompok dalam segala keadaan. Tindakan ini akan membangun keakraban dan keterbukaan antara peserta dan fasilitator. Peserta akan merasa aman dan nyaman dengan kehadiran peserta. e. Mengakui kehadiran orang lain: Mengakui adanya orang lain; tidak menonjolkan diri; menunjukkan kepada mereka bahwa peserta sadar akan kehadirannya. Lakukan komunikasi verbal maupun nonverbal dengan mereka, bersedia mendengar, memberi kesempatan kepada peserta untuk “muncul”. f. Membuka diri : Keterbukaan mempunyai dua segi: (1) menerima keterbukaan orang lain, tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan pengalaman peserta sendiri; setiap saat bersedia mengubah sikap dan pendapat dan konsep saya sendiri; tidak bersikap ngotot agar bermunculan kemungkinan-kemungkinan baru. (2) Secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain; mengenalkan diri kepada kelompok, apa yang saya rasakan, apa harapan saya, bagaimana pandangan saya, suka dan duka saya; mau mengambil risiko melakukan kekeliruan. Selain hal-hal yang dianjurkan untuk dilakukan fasilitator seperti di atas, juga perlu diperhatikan hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh fasilitator pelatihan bagi orang dewasa, yakni: 1. Tidak menggurui Mengingat bahwa warga belajar terdiri dari orang-orang dewasa yang mempunyai keahliannya sendiri, pengalamannya sendiri dan seringkali adalah pemimpin di dalam lingkungannya, maka sikap menggurui dapat dirasakan sebagai meremehkan. 2. Tidak menjadi “ahli” Artinya tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan-akan fasilitator harus ahli dalam segala hal dan segala bidang. Bersikap menjadi “ahli” hanya akan memungkinkan proses komunikasi satu arah. Lemparkan pertanyaan seorang peserta kepada forum. 3. Tidak memutus bicara Pada waktu warga belajar bertanya, atau mengemukakan pandangannya, fasilitator tidak memutus hanya karena kebetulan ia merasa tak sabar. Jika dilakukan akan membuat warga belajar tersinggung, malu, atau lupa topik selanjutnya. 4. Tidak berdebat Apabila pertanyaan warga belajar telah dijawab fasilitator, dan penanya itu menyanggahnya kembali, maka bahaya terlibat dalam debat mulai terbuka. Bijaksana untuk fasilitator mengalihkannya menjadi diskusi umum dengan melontarkannya kepada seluruh kelompok. 5. Tidak diskriminatif Fasilitator harus berusaha untuk memberi perhatian kepada semua warga belajar secara merata, bukan hanya kepada satu atau dua warga belajar yang secara pribadi disukainya.



104



Citra Diri Fasilitator Pada pelatihan yang bersifat partisipatif (Participatory Training Methodology = PTM), pelatih adalah fasilitator dalam proses belajar peserta. Pelatih bukan hanya seorang yang ahli dari suatu bahan pelatihan, namun juga harus mampu rnenciptakan interaksi belajar. Fasilitator bukan “bos” atau “atasan” melainkan partner atau mitra yang berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Memfasilitasi bukan dengan cara “mengajar”, “menggurui” atau bahkan “memerintah”, melainkan dengan cara memberi contoh, merangsang, dan mendorong peserta untuk berfikir sendiri, untuk menyadari perasaan dan pengalaman masing-masing untuk menemukan jawaban sendiri. Dengan demikian akan diperoleh pelajaran yang paling bermanfaat dan berharga karena belajar dari pengalaman peserta sendiri. Melihat peran dan tugas fasilitator seperti itu, maka wajarlah bila seorang fasilitator dituntut menjadi figur yang lengkap dan sempurna (meskipun tidak ada manusia yang sempurna). Figur fasilitator seperti yang diharapkan bukanlah diperoleh dari mempelajari suatu bahan pelatihan atau dari pendidikan yang tinggi. Figur fasilitator lebih banyak ditentukan oleh kepribadian yang dimiliki berkaitan dengan pengembangan diri sendiri sebagai fasilitator. Dalam pelatihan yang bersifat konvensional, keahlian dan pengetahuan seorang pelatih tentang suatu bahan pelatihan sangat diutamakan. Oleh sebab itu pembinaan terhadap pelatih ditekankan pada aspek yang nampak, yaitu pengetahuan dan penguasaan bahan pelatihan. Pengembangan diri sendiri (self development) yang menyangkut pelatih tidak terlalu dipentingkan. Dalam konteks inilah pengembangan atau pembinaan diri sendiri seorang pelatih menjadi bagian yang paling utama dalam PTM. Sikap yang diperlukan dalam pengernbangan atau pembinaan diri pelatih agar memenuhi citra diri fasilitator secara optimal antara lain: 1. Peka terhadap kebutuhan diri sendiri dan peserta atau orang lain. Fasilitator dituntut peka terhadap kebutuhan diri sendiri dan peserta atau orang kepada peserta dsb. Ingat peserta rnengikuti pelatihan adalah karena mereka membutuhkan. Fasilitator perlu rnemahami diri sendiri dan peserta atau orang lain diharapkan untuk mernpunyai identitas diri masing-masing dan menerimanya. Tentu saja hal ini bukan berarti untuk saling rnenonjoikan egonya tetapi justru untuk saling menghargai dan menghormati sehingga terjadi proses saling belajar. 2. Terbuka dan tidak membela diri. Pengembangan diri sendiri fasilitatorakan berjalan baik bila ia mau terbuka untuk menerima masukan dan pengalaman baru yang berbeda dengan dirinya, bukan membela diri dan memaksakan pengalamnya sendiri kepada peserta, ingat bahwa peserta juga mempunyai pengalaman dan proses belajar dalam PTM adalah mutualisme. 3. Percaya, tulus dan sungguh-sungguh. Fasilitator harus yakin dan berfikir positif terhadap proses dan interaksi belajar yang terjadi. Segala intervensi fasilitator diberikan dengan sungguh sungguh dan tulus kepada peserta dalam interaksi belajar. lntervensi bukan dimaksudkan untuk menimbulkan dan membangun image atau kesan peserta terhadap pelatih melainkan diupayakan untuk penyadaran dan mencapai tujuan pelatihan. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



105



4. Kesetaraan dan kemitraan. Fasilitator bukan sebagai yang paling tahu, pintar, banyak pengalaman. Dalam PTM, fasilitator adalah sebagai mitra belajar dan kesetaraan dalam interaksi belajar dengan peserta. Fasilitator bukan mentransfer bahan belajar/bahan pelatihan kepada peserta, melainkan memfasilitasi dan bersama peserta untuk menemukan dan mengembangkan pengalaman. Jack Mazirow mengatakan: ”Kesalahan fatal yang dilakukan oleh fasilitator adalah usaha untuk mengartikan dirinya sebagai pelaku tunggal bagi terjadinya perubahan perilaku dan berbuat seolah-olah tugas pokoknya adalah mengkomunikasikan gagasan-gagasan, merancang bentuk-bentuk kegiatan latihan (excercise) dalam rangka pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap tertentu yang menentukan perubahanperubahan perilaku yang dimaksudkan serta melakukan survey untuk mendeteksi kebutuhan-kebutuhan bagi perubahan perubahan tertentu.” Apa yang dikatakan tersebut mengingatkan kepada fasilitator agar bisa berperan secara efektif dan benar. Beberapa hal di atas adalah berkaitan dengan kepribadian fasilitator yang perlu diperhatikan dan menjadi penting dalam PTM. Kepribadian tersebut akan lebih banyak membentuk dan menentukan citra diri fasilitator dalam interaksi dan proses belajar, apakah ia akan menggurui dan mentransfer pengetahuan dan pengalamannya kepada peserta ataukah ia akan memfasilitasi interaksi dan proses belajar. Fasilitator yang efektif dalam interaksi dan proses belajar akan mengupayakan dan memperlihatkan ciri-ciri antara lain: 1. Mendasarkan pengalaman dan latar belakang peserta, artinya pembahasan isi pelatihan didasarkan pada pengalaman peserta. Bukan pengalaman fasilitator semata. 2. Memadukan pengalaman antar peserta untuk mengembangkan pengalaman baru melalui proses diskusi. 3. Menerapkan swa-belajar (self learning), artinya mengupayakan agar terjadi proses belajar yang efektif dengan cara belajar masing-masing. 4. Mengarah pada penguasaan belajar (Mastery learning), artinya mengupayakan agar peserta dapat menemukan cara belajar yang efektif. 5. Mengarah pada belajar pemahaman atau penghayatan (insightfull learning), artinya belajar untuk proses menyadari, memahami dan menghayati, bukan untuk menghafalkan. 6. Mengembangkan perwujudan diri (self actualization), artinya mengupayakan peserta untuk mau dan mampu menentukan dan menemukan dirinya sendiri sesuai dengan potensinya. Secara praktis, kepribadian fasilitator yang berhasil berkaitan dengan sifat-sifat fasilitator sebagai berikut: 1. Memiliki rasa humor yang akan digunakan untuk menghangatkan komunikasi. 2. Memakai bahasa yang mudah dimengerti. 3. Menghadapi peserta dengan cara yang luwes supaya suasana menjadi hangat dan akrab. 4. Memberikan waktu secukupnya untuk berfikir dan menjawab. 5. Mengungkapkan perasaannya sendiri untuk memancing peserta lebih terbuka. 6. Memperhatikan apa yang dirasakan dalam tubuhnya sendiri.



106



7. Memperhatikan pesan-pesan nonverbal para peserta yang diungkapkan dalam bahasa tubuh. 8. Selalu berpikiran positif terhadap seluruh peserta. Beberapa pantangan bagi pelatih atau fasifitator yang ingin berhasil antara lain: 1. Jangan menilai pemikiran dan perasaan peserta. 2. Jangan ingin menolong peserta karena mereka akan menolong dirinya sendiri. 3. Jangan memakai kalimat-kalimat, seperti “sebaiknya kamu.........” atau “seharusnya kamu..........”. 4. Jangan memaksa peserta untuk tindakan apapun. 5. Jangan memberikan jawaban atas masalah-masalah para peserta. Cobalah mendorong peserta untuk menemukan jawaban atas masalah mereka sendiri. Dalam andragogi, seorang fasilitator tidak diperbolehkan berperan sebagai transformer yang bertugas memindahkan semua pengetahuannya kepada para warga belajar. Tugas utama fasilitator adalah membantu warga belajar secara maksimal dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif. Keterampilan tersebut tentu saja hanya akan dapat dikembangkan dengan upaya sendiri dan melatih diri atau membiasakan diri, baik di dalam pelatihan maupun di luar pelatihan.



Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



107



PENJELASAN MASING-MASING GAYA BELAJAR Perasa. Orang yang perasa sangat berorientasi pada manusia. Mereka begitu ekspresif dan fokus kepada perasaan serta emosi. Mereka dapat menikmati pembelajaran yang penuh kasih sayang dan cenderung ke arah pengalaman pembelajaran yang dapat menggali sikap-sikap dan emosi manusia. Orang yang perasa dapat berkembang dengan cepat dalam lingkungan belajar yang terbuka, tidak terstruktur dan menghargai kesempatan untuk bekerja di dalam kelompok serta menyukai kegiatan-kegiatan yang memungkinkan bagi mereka untuk berbagi pendapat dan pengalamannya. Pengamat. Pengamat senang mengamati dan mendengarkan. Mereka cenderung menjadi tidak ramah juga pendiam dan mereka akan menghabiskan waktunya sebelum bertindak atau ikut serta mengambil bagian di dalam kelas. Ketika mereka memutuskan untuk memberikan pendapat atau menjawab suatu pertanyaan, biasanya jawaban mereka tepat mengenai sasaran. Mereka menikmati pengalaman pembelajaran yang memberi kebebasan kepada mereka untuk memikirkan beragam ide juga pendapat. Pemikir. Para pemikir mengandalkan logika dan penalaran. Mereka menyukai kesempatan untuk membagikan ide dan konsep yang dimiliki. Mereka lebih memilih kegiatan yang meminta mereka untuk melakukan analisis dan penilaian. Mereka akan menanyakan alasan dibalik kegiatan dan akan menentang pernyataan-pernyataan yang mereka anggap terlalu umum atau tidak berisi. Pemikir lebih memilih untuk bekerja secara mandiri dan menanyakan perlunya dilakukan bermain peran dan simulasi. Pelaksana. Pelaksana senang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Mereka akan memimpin dalam kegiatan kelompok dan cenderung mendominasi diskusi. Mereka menyukai kesempatan untuk mempraktekkan hal-hal yang telah dipelajari, khususnya mengenai bagaimana mereka dapat menerapkan hal-hal tersebut dalam dunia nyata. Mereka menyukai informasi yang disampaikan secara jelas serta singkat dan mereka menjadi tidak sabar ketika diskusi semakin berlarut-larut. Ingat bahwa tidak ada satu pun gaya belajar yang benar atau bahkan lebih baik daripada gaya belajar yang lain. Intinya adalah bahwa setiap orang belajar dengan cara yang berbeda. Agar menjadi efektif, pelatih harus merancang program mereka sehingga dapat mencakup perbedaanperbedaan di antara gaya belajar. Kemungkinan besar, pelatih akan menggunakan gaya yang Ia sukai. Meskipun menggunakan gaya yang paling membuat seseorang merasa nyaman adalah hal yang wajar, para pelatih yang paling efektif akan belajar bagaimana caranya untuk menyesuaikan gaya mereka terhadap kebutuhan semua peserta. Kesan Perseptual Sebagai tambahan terhadap gaya belajar, pelatih yang efektif harus mampu mengerti kesan-kesan yang muncul ketika menggunakan perseptual yang berbeda-beda. Menurut M. B. James dan M. W. Galbraith (1985), pembelajar mungkin memilih salah satu dari keenam kesan perseptual (cara individu memperoleh dan mengolah informasi), tersebut:



108



Visual Cetak Pendengaran Interaktif Taktil Kinestetik



Video; film; grafik; foto; peragaan; metode dan media yang digunakan dapat memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk memiliki pengalaman belajar melalui penglihatan (mata). Teks/bacaan; kertas dan pena untuk menulis; adalah metode yang memungkinkan peserta untuk menyerap kata yang tertulis. Ceramah; audiotape; metode yang memungkinkan peserta untuk mendengar dengan sungguh-sungguh dan memperoleh informasi melalui pendengaran (telinga). Diskusi kelompok; tanya-jawab; cara yang memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbicara dan saling bertukar pikiran, pendapat, jawaban dengan peserta lain dalam kelompok. Kegiatan yang menggunakan tangan, model bangunan, merupakan metode yang meminta peserta untuk untuk memegang objek atau meletakkan benda bersama-sama. Bermain peran; permainan fisik dan kegiatan yang yang melibatkan penggunaan keterampilan psikomotor dan pergerakan dari satu tempat ke tempat lain.



Pembelajar dewasa lebih banyak masuk dalam kategori pembelajar dengan gaya visual daripada gaya yang lain. Bagaimanapun juga, pelatihan yang bagus dirancang dengan memadukan keenam modalitas di atas. Untuk memastikan bahwa semua kebutuhan pesreta dapat dipenuhi. Kegiatan yang berubah-ubah dengan tujuan menciptakan pembelajaran multi-sensoris mungkin akan meningkatkan daya tarik bagi gaya setiap peserta. Pendekatan multi-sensoris tersebut juga membantu setiap peserta dalam memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang dibutuhkan melalui cara yang lebih mereka sukai. Pada sisi yang lain, pembelajaran yang disampaikan dengan cara yang dapat melengkapi/ memenuhi modalitas/gaya pembelajar adalah yang paling disukai oleh peserta. Sebagai contoh, mari peserta cermati rancangan pelatihan untuk beberapa kelompok orang dalam menggunakan komputer pribadi. Pelatih memasukkan gambar-gambar pada layar komputer, menjelaskan apa yang sebaiknya dilihat oleh peserta ketika menemukan tanda tertentu. Pelatih juga mempraktekkan bagaimana cara melakukan fungsi tertentu dalam komputer (visual). Rancangan pelatihan tersebut menyediakan bahan-bahan cetak sebagai buku pedoman dan bahan untuk ujian/ tugas mandiri. Dengan kata lain, berkaitan dengan penerapan (cetak). Untuk pengulangan dan penguatan, pelatih menyiapkan audiotape (pendengaran/aural). Selama sesi pelatihan, pelatih menyediakan banyak kesempatan bagi peserta untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban terhadap suatu pertanyaan (interaktif). Tentu saja desain pelatihan tersebut menyediakan kesempatan bagi peserta untuk menggunakan komputer tersebut (merupakan aplikasi metode taktil). Terakhir, pelatih akan mengadakan kegiatan simulasi yang akan meminta peserta untuk membuat dokumen yang berkaitan dengan keadaan dunia kerja yang sesungguhnya seperti selebaran, laporan, grafik, dan lain-lain (kinestetik). Pertimbangan lain yang tidak kalah penting adalah bahwa secara umum manusia belajar dengan melakukan, bukan dengan diberitahu bagaimana cara melakukan sesuatu. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



109



Sebagai contoh, seseorang lebih cepat mempelajari bagaimana caranya bisa sampai ke suatu lokasi dengan mengendarai mobil, daripada mengamati cara untuk sampai ke lokasi dengan posisi dia sebagai penumpang. Jadi semakin banyak kesempatan bagi seseorang untuk “mencoba” atau menerapkan suatu keterampilan, semakin besar kemungkinan dia mempelajari keterampilan tersebut. Bercerita bukan mengajar atau melatih. Berapa kali Anda berkata kepada diri Anda sendiri, “Saya sudah mengatakan kepada dia bagaimana cara melakukannya, tapi mengapa dia masih saja keliru?” Hanya dengan mengatakan kepada orang lain bagaimana cara mengerjakan sesuatu tidak berarti bahwa dia memahami dan telah memiliki keterampilan untuk mengerjakannya. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan belajar seseorang Psikologis. Beberapa orang lebih memilih “gambaran besar”, sedangkan orang lain menginginkan proses setahap demi setahap. Lingkungan. Suara, cahaya, suhu, dan susunan tempat duduk bisa berdampak terhadap pembelajaran. Sebagai contoh, duduk di atas kursi yang keras untuk beberapa jam akan menimbulkan stres terhadap tubuh, serta mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi. Emosi. Motivasi peserta untuk mengikuti sesi pelatihan akan mempengaruhi proses pembelajaran. Mereka yang mengikuti sesi karena mereka menginginkannya lebih besar kemungkinannya untuk memperoleh pengalaman belajar yang positif daripada mereka yang mengikuti sesi karena diminta ikut oleh para supervisor atau atasannya. Sosiologis. Manusia adalah makhluk sosial. Meskipun beberapa orang dapat belajar dengan lebih baik ketika sendirian, penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang belajar dengan lebih baik dan memperoleh kepuasan yang lebih besar melalui pengalaman belajar yang melibatkan mereka dalam kelompok kecil atau berpasangan. Fisik. Kondisi fisik seseorang, termasuk pendengaran, melihat, kesehatan secara umum, dan tingkat energi, mempengaruhi kemampuan mereka dalam belajar. Sebagian besar orang memiliki energi yang lebih sedikit di sore hari. Pelatih sebaiknya mengingat hal ini ketika merancang dan mengembangkan program-pragram. Intelektual dan Pengalaman. Mereka yang mengikuti sesi pelatihan memiliki beragam latar belakang pendidikan, pengalaman hidup, kecerdasan, dan kemampuan. Itulah alasannya betapa pentingnya memiliki sebanyak mungkin informasi mengenai peserta sebelum mereka mengikuti sesi pelatihan. Usia. Salah satu isu yang sering muncul dalam pelatihan bagi pelatih (train-the-trainer) dan kursus melatih (coaching course) berhubungan dengan dampak usia terhadap proses pembelajaran. Para pelatih sering mengatakan bahwa pekerja yang berusia lebih tua biasanya lebih lambat dan lebih sulit untuk dilatih. Pembelajar muda versus pembelajar tua • pembelajar muda lebih efisien dalam menghafalkan informasi • pembelajar tua lebih mampu menilai dan menerapkan informasi.



110



Yang perlu diperhatikan adalah makna belajar yang dimiliki oleh pembelajar. Pembelajar dewasa adalah orang dewasa yang terus menerus belajar selama hidupnya. Orang dewasa memiliki potensi untuk melanjutkan pembelajarannya dan melakukan intropeksi diri secara mendalam ketika mereka berhadapan dengan kegagalan. Perlu diakui bahwa perubahan fisik turut mengambil bagian dalam proses pembelajaran. Sepanjang usia peserta, mungkin peserta mengalami kehilangan beberapa kemampuan untuk mendengar, tingkat energi yang makin menurun, dan waktu reaksi yang kian melambat. Faktor-faktor tersebut sebaiknya menjadi bahan pertimbangan; TAPI, faktor tersebut sebaiknya tidak dianggap sebagai bukti bahwa orang yang lebih tua lebih lambat atau memiliki kesulitan yang lebih besar dalam belajar. Beban Kognisi Diibaratkan seperti spon, otak peserta menyerap pengetahuan dan informasi. Saat spon tersebut penuh, maka air yang baru ditambahkan tidak akan terserap oleh spon itu. Sebagaimana spon yang telah penuh tersebut, seorang pembelajar dapat memiliki beban kognisi dalam memorinya. Tantangan bagi pelatih adalah agar menyampaikan informasi melalui cara yang tidak membuat peserta merasa terbebani. Mencegah Beban Kognisi Gunakan strategi berikut ketika merancang, mengembangkan, dan menyampaikan pelatihan Anda: • Gunakanlah metode ceramah seminimal mungkin. Singkat informasi yang akan disampaikan dalam bentuk poin pembelajaran, daftar, bagan, grafik, dan bentuk visual lainnya. • Buatlah agar sebagian besar pekerjaan dikerjakan oleh peserta. Ketika peserta melaksanakan pekerjaannya, mereka menyalurkan informasi baru tersebut ke dalam ingatan jangka panjang, mirip seperti menyimpan data di dalam komputer. Sekarang memori yang bekerja bebas untuk menyerap potongan informasi berikutnya. • Buatlah potongan isi atau informasi, dan salurkan atau komunikasikan hal itu secara bertahap dengan disertai penambahan jumlah atau tingkat informasi. Gunakan beragam kegiatan untuk mengkomunikasikan materi. • Rancanglah buku kerja dan materi pendamping lain yang menampilkan informasi dalam susunan yang mudah diikuti dan mudah dipahami. Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Orientasi tradisional atau pedagogis memperhatikan isi. Pelatih dirisaukan dengan “membungkus” (mengemas/menyajikan) materi sedapat mungkin melalui cara yang paling efisien. Sebaliknya, orientasi andragogis berfokus pada proses, memberikan perhatian terhadap faktor-faktor yang dapat mendukung maupun menghambat pembelajaran. Pertimbangkan pokok-pokok berikut ketika Anda membuat pengalaman belajar bagi peserta Anda: • Ciptakan iklim pembelajaran yang nyaman, tidak mengancam dan peserta diperlakukan sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



111



• Libatkan peserta dalam perencanaan pelatihan mereka melalui wawancara, komite penasihat (advisory committees), dan kegiatan pendahuluan (up-front activities). • Dorong peserta untuk terlibat dalam diagnosa diri dengan menggunakan kuesioner dan alat ukur baik sebelum dan selama sesi. • Berikan kesempatan kepada peserta untuk menentukan tujuan mereka dengan mengumpulkan data mereka melalui kuesioner sebelum sesi dan kegiatan pengukuran diawal sesi. • Berikan kesempatan kepada peserta untuk menilai pembelajaran yang mereka alami dengan beragam kegiatan sepanjang program pelatihan. • Bantulah peserta untuk memahami “gambaran besar” dengan menunjukkan bagaimana program pelatihan tertentu memiliki keterkaitan terhadap sasaran usaha dan atau permasalahan mereka. • Buatlah pembelajaran tersebut bersangkut-paut dengan peserta, yakni dengan menunjukkan betapa pelatihan tersebut akan membantu mereka melalui pemberian contoh nyata dan kegiatan yang berhubungan dengan kerangka acuan yang dimiliki peserta. • Gunakan pengalaman peserta sebagai contoh. Mintalah kepada peserta untuk memberikan contoh berdasarkan situasi yang pernah mereka alami. • Libatkan peserta secara aktif ke dalam proses pembelajaran dengan menggunakan kegiatan yang terpusat pada pembelajar serta pengalaman terstruktur dan dengan menyediakan kesempatan yang banyak bagi peserta untuk menentukan isi (pembelajaran). Masalah Perbedaan Hal yang paling penting untuk diingat adalah bahwa Anda melatih individu yang sewaktuwaktu akan menjadi kelompok. Sebelum Anda sepakat dengan suatu desain khusus dan mempertimbangkannya, mari lihat beberapa masalah perbedaan. Walaupun banyak kategori perbedaan yang ada dalam sesi pelatihan, mari fokus pada perbedaan yang memberikan dampak terbesar terhadap suasana pelatihan. Perbedaan Usia Seperti diketahui bahwa kemampuan untuk belajar tidak berkurang seperti usia. Ada yang percaya bahwa seseorang yang telah berusia empat puluh tidak dapat belajar keterampilan yang baru. Empat puluh adalah sebuah angka yang dengan semena-mena memisahkan pekerja ”yang lebih muda” dari pekerja ”yang lebih tua”. Pelatih membuat pernyataan seperti, ”pekerja yang lebih tua tidak dapat menangkap dengan cepat” atau ”orang yang lebih tua tidak dapat beradaptasi dengan perubahan”. Banyak orang yang berusia di atas empat puluh membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempelajari kemampuan yang baru, terutama dikarenakan mereka harus meninggalkan terlebih dahulu cara yang biasa mereka lakukan. Pekerja yang lebih muda telah tumbuh bersama komputer dan video game, tentu saja, akan ditemukan lebih mudah dalam mempelajari sistem komputer yang baru dan program perangkat lunak daripada rekan kerja mereka yang lebih tua yang belajar dengan menggunakan mesik ketik dan kertas karbon.



112



Salah satu penghalang terbesar bagi pekerja yang lebih tua dalam mempelajari keterampilan baru adalah menurunnya kepercayaan diri atau ketakutan untuk gagal, yang diciptakan, sebagian, oleh mitos masyarakat dan stereotip mengenai usia. Oleh karena itu tantangan pertama dari pelatih adalah untuk membangun kepercayaan diri peserta yang lebih tua dengan memberi mereka harapan. Pembelajaran langsung lebih penting untuk usia empat puluh tahun ke atas, sebaik menggunakan materi dan metode yang secara langsung berpusat pada pekerjaan mereka dan relevan dengan situasi kerja peserta. Karena orang yang lebih tua mengalami penurunan kemampuan pengelihatan dan pendengaran, pelatih harus memperhatikan pengaturan ruangan, pencahayaan, dan menggunakan hasil cetak alat bantu visual yang lebih besar dan begitu juga pada buku kerja peserta. Orang yang berusia empat puluh tahun dan di atasnya lebih tertarik menerima pelatihan yang relevan, terutamanya dapat diaplikasikan, dan bentuk yang lebih mudah diserap. Peserta di atas usia empat puluh tahun terburu-buru untuk belajar. Mereka sadar bahwa mereka harus melanjutkan dan, pada beberapa kasus, menangkap urutannya agar mampu bertahan menghadapi saat sekarang, tekanan yang tinggi, dan perubahan lingkungan kerja yang cepat. Berhubungan Dengan Peserta Yang Lebih Muda Banyak Pelatih berpikir bahwa peserta yang lebih muda memiliki rentang atensi yang pendek, kurang sopan, apatis, malas, dan berpikir mereka tahu segalanya. Yang sebenarnya adalah mereka bergairah, percaya diri, dan berorientasi pada pencapaian. Mereka dapat memproses data yang besar dalam satu waktu; mereka menginginkan informasi yang diberikan dalam bentuk yang ringkas seperti pernyataan pendek dan checklist. Karakteristik ini menciptakan tantangan yang berbeda sama seperti kesempatan bagi pelatih. Selama sesi pelatihan, peserta membutuhkan banyak kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dan memecahkan masalah dalam diskusi kelompok, simulasi, studi kasus dan juga keempat-empatnya. Mereka suka terhadap tantangan tetapi juga menerima umpan balik dengan segera dan bermakna. Mereka cepat merasa bosan dan, oleh karena itu, program harus dibuat dengan berbagai macam variasi dari pengalaman pembelajaran. Faktor hiburan tidak dapat diabaikan. Ingat: Mereka berharap kualitas materi yang tinggi, termasuk buku kerja peserta, video dan alat bantu visual lainnya. Mereka juga berharap penggunaan teknologi yang lebih lagi didasarkan kesempatan dan pengalaman pembelajaran. Karena mereka menyukai tantangan sama seperti suka untuk menantang, mereka akan bertanya dan menuntut bukti dari apa yang Anda katakan. Mereka tidak akan menerima katakata sebagai nilai normal hanya karena Anda pelatih. Bersiaplah dengan fakta-fakta atau gambar untuk mendukung pernyataan Anda dan jelaskan mengapa mereka belajar sebagian keterampilan atau informasi, fokuskan terutama pada tujuan dan hasil. Mereka tidak suka dikatakan apa yang harus mereka lakukan, maka berikan kesempatan bagi mereka untuk menemukan sendiri sesuatu dalam pengalaman yang terstruktur dan instrumen pemeriksaan diri (self-assessment instrument). Untuk menemukan kebutuhan dari pendengar muda, buatlah pelatihan lebih relevan bagi pembelajar, berikan pembelajar kebebasan dan pilihan yang lebih, gunakan teknologi lebih lagi, dan buatlah pembelajaran yang menarik. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



113



Contoh Sikap Peserta Yang Lebih Muda Saya memimpin sesi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan untuk pengusaha muda di sebuah organisasi. Mereka baru lulus dari Universitas yang terkenal dengan lulusan ”terbaik, pintar, terpelajar, energik, bergairah”. Mereka datang dalam sesi dengan kepercayaan diri dan congkak yang merupakan gaya orang yang belum tahu. Mereka menyatakan di awal bahwa mereka pikir sesi ini membuang waktu karena mereka tahu bagaimana cara membuat keputusan dan memecahkan masalah. Daripada beragumen dengan mereka, saya meletakkan mereka ke dalam kelompok kecil dan memberikan mereka simulasi aktivitas yang lebih rumit dan mereka diminta menganalisis enam situasi problematik berikut solusinya. Mereka diberikan waktu lima belas menit untuk menyelesaikan setiap masalah dan kemudian menganjurkan rekomendasi solusi sehingga mereka dapat menilai kelompok mereka sebelum berpindah ke situasi selanjutnya. Tanpa terkecuali, semua lima kelompok yang ada dengan cepat menemukan solusi untuk masalah pertama dan menunggu dengan tidak sabar untuk jawaban yang benar. Sebagian besar dari mereka terkejut, apa yang mereka dapatkan itu salah. Anggaplah ini hanya suatu kebetulan yang menguntungkan, mereka memecahkan dengan cepat dan untuk masalah selanjutnya dan mereka kembali salah pada bagian tersebut. Mendapatkan pesan bahwa ini tidak semudah dan sesederhana apa yang mereka pikirkan di awal, mereka mulai bekerja keras dan mengambil waktu untuk melihat lebih mendalam dan lebih nyata. Saat mereka menyelesaikan masalah keempat, mereka tidak hanya kehabisan tenaga tetapi dengan rendah hati mereka sadar dan mengakui bahwa mereka tidak tahu banyak mengenai pemecahan masalah seperti yang mereka pikirkan. Peserta yang lebih muda belajar percaya diri dan mandiri dalam memecahkan masalah. Untuk digunakan pada lingkungan kerja, mereka membutuhkan untuk dilibatkan dalam mengalami pembelajaran yang dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan interpersonal dan kelompok. Perbedaan Jenis Kelamin dan jender Masalah jenis kelamin terus ada dalam organisasi/perusahaan/institusi. Sebagai seseorang yang dicontoh, Anda sebagai pelatih harus menunjukkan perilaku yang sesuai sepanjang waktu. Pastikan tugas yang akan ada dapat dibagikan pada kedua jenis kelamin yang ada, mencegah peserta dalam kejatuhan peraturan yang tradisional seperti wanita mencatat dan pria memimpin diskusi. Pelatih harus juga menghindari ucapan yang menyinggung jenis kelamin atau menggunakan contoh dan aktivitas yang lebih menunjuk pada satu jenis kelamin. Bantu memberi jembatan pada perbedaan jarak jenis kelamin dengan menyediakan kesempatan dengan meningkatkan kesadaran terhadap perspektif yang berbeda yang dibawa masing-masing jenis kelamin pada situasi yang sama. Kembangkan pertukaran perspektif selama aktivitas kelompok kecil, pastikan semua kelompok terdiri dari lak-laki dan perempuan. Selama diskusi umum, mintalah ide dan reaksi dari laki-laki dan perempuan. Perbedaan budaya Belajar membuat pengalaman dan latar belakang dari setiap peserta menjadi nilai tambah dalam pelatihan, dengan tanpa melihat topiknya. Anda memiliki tanggung jawab untuk memahami dan menemukan kebutuhan pembelajaran dimana pengalaman dan kerangka acuan yang ada



114



dapat saja berbeda dengan Anda. Ciptakan kesempatan bagi peserta dari latar belakang yang berbeda untuk saling belajar satu sama lain dengan cara bekerja bersama dalam pengalaman yang tersusun. Mengakomodasi perbedaan Budaya Perbedaan budaya termasuk etnis, ras, gender, usia, dan pilihan afiliasi. Saat merencanakan sesi pelatihan Anda, pastikan untuk mengingat masalah tersebut dalam pikiran. Material. Saat memilih metode dan materi, Anda harus yakin Anda memilih video, studi kasus, dan aktivitas lainnya dengan memasukkan dan mencerminkan keragaman peserta. Hilangkan penggunaan kata-kata khusus yang menunjuk pada satu jenis kelamin tertentu seperti Bapak Pimpinan, Ibu Ketua, Ibu Sekretaris. Sebagai gantinya, Anda bisa menghilangkan kata Bapak atau Ibu. Bermain peran dan studi kasus dapat merefleksikan keragaman budaya dengan pilihan nama dan situasi. Jika Anda menuliskannya sendiri, berhati-hati untuk membuat profil atau situasi yang mengilustrasikan dan mengabadikan stereotip. Sebagai contoh, dalam bermain peran atau studi kasus yang mengilustrasikan interaksi antara seorang fasilitator dan warga/ masyarakat, pastikan bahwa fasilitator tidak selalu diidentifikasikan sebagai orang yang pintar dan warganya sebagai pihak yang terbelakang dan tidak tahu apa-apa. Perilaku Pelatih. Pikirkan suatu metode yang berbeda yang memungkinkan orang-orang dari berbagai macam budaya berkomunikasi secara verbal dan nonverbal, sehingga Anda dapat mencegah kekeliruan komunikasi. Sebagai contoh, Anda dapat menginterpretasi anggukan kepala yang berarti peserta menyetujui yang Anda katakan. Pada beberapa budaya, bagaimanapun, menganggukkan kepala hanya mengindikasikan bahwa orang tersebut mendengarkan dan juga mendorong pembicara untuk melanjutkan. Pada budaya tertentu, orang-orang seringkali membuat penilaian yang negatif terhadap siapa yang tidak terlibat dalam kontak mata langsung. Sekali lagi, pada budaya yang lain kontak mata langsung berarti menantang atau tidak menghormati. Hal ini penting untuk tidak menginterpretasi perilaku peserta dengan dasar budaya Anda. Mempelajari mengenai peserta Anda termasuk mempelajari bagaimana melafalkan nama dan asal mereka dengan benar selama sesi. Contoh Dari Pentingnya Menggunakan Nama Saya belajar pentingnya menggunakan nama orang dengan cara yang tepat dan benar. Pembelajaran itu saya peroleh dalam sebuah sesi meningkatkan keterampilan untuk satu kelompok dari sebuah organisasi. Anggota dari kelompok tersebut berusia dua puluh tahunan dengan penyebaran lakilaki dan perempuan yang sama. Kelompok tersebut, memiliki perbedaan dalam latar belakang budaya dengan campuran dari beberapa daerah. Seorang peserta dari salah satu daerah di kawasan Indonesia Timur sangat tertarik dan sangat berpartisipasi. Dia berbicara dengan saya sepanjang waktu istirahat dan makan siang, dan tampak sekali ingin membangun pendekatan dengan saya. Pada saat sesi evaluasi, saya terkejut karena mendapatkan catatan dari peserta tersebut bahwa dia terluka karena saya tidak berusaha mencoba selama satu hari itu untuk menyebutkan namanya. Dalam budayanya, menyebutkan nama orang lain sangat penting, dan saya telah menunjukkan ketidakhormatan dengan tidak melakukan hal tersebut. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



115



Untuk menghindari hal serupa, berusahalah untuk belajar mengenai budaya lain dengan berbicara kepada mereka dan tanyakan pada mereka pertanyaan mengenai tradisi mereka. Minta mereka untuk mengkoreksi pelafalan nama mereka dan kemudian berlatihlah untuk menyebutkan nama mereka. Baca artikel dan buku mengenai komunikasi antar budaya sehingga Anda dapat sedikit banyak terbiasa dengan budaya yang paling sering ada dalam sesi pelatihan Anda. Aktivitas. Ingat bahwa dalam banyak budaya, pendekatan pembelajaran sangat sederhana. Pelatih dihormati sebagai figur otoritas. Peserta menyangka memiliki peran yang pasif, dengan pelatih yang menyediakan materi dengan sangat terstruktur dan aturan yang kaku. Hasilnya, beberapa orang dapat saja merasa tidak nyaman dengan pendekatan pelatihan yang partisipatif dan interaktif. Peserta ini mungkin membutuhkan sedikit sentuhan dan dorongan untuk membantu meningkatkan level kenyamanan mereka selama proses pelatihan. Teknik pembelajaran yang kooperatif seperti meminta mereka mendiskusikan pertanyaan atau masalah dengan berpasangan atau kelompok kecil adalah cara yang efektif untuk melibatkan mereka yang tidak terbiasa dengan pembelajaran yang interaktif. Sebagai seorang pelatih, Anda memiliki tanggung jawab untuk menciptakan suasana pelatihan dimana semua peserta dapat merasa bebas untuk mengungkapkan dan menjadi diri mereka. Mulai untuk menciptakan lingkungan ini saat Anda mendesain sebuah program, mempertimbangkan semua tipe perbedaan, termasuk perbedaan gaya belajar. Tidak hanya menghormati individu yang berbeda dalam sesi Anda, tetapi pastikan Anda menyertakan kedalam desain program Anda dengan variasi metode dan materi yang dapat mengatasi perbedaan tersebut. Poin Kunci • Keragaman masalah berdampak pada desain, pengembangan, dan pelaksanaan pelatihan. • Pelatih bertanggung jawab untuk menciptakan suasana pembelajaran yang bebas resiko dan bebas prasangka. • Seorang pelatih yang efektif adalah orang yang sadar dan peka terhadap masalah keberagaman. • Metode hendaknya merefleksikan keragaman peserta. • Perilaku pelatih dapat berdampak pada reaksi peserta. Dilengkapi dengan pengetahuan prinsip pembelajaran dewasa, gaya pembelajaran, dan masalah keragaman, sebaik Anda memahami diri Anda sendiri sebagai pelatih, langkah Anda selanjutnya adalah untuk mengembangkan maksud khusus, yang adalah, hasil pembelajaran untuk program pelatihan Anda.



116



TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL Pendahuluan Setiap kegiatan instruksional dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar berupa perubahan tingkah laku pembelajar. Tanpa adanya tujuan instruksional yang jelas, pelatihan akan menjadi tanpa arah dan menjadi tidak efektif. Untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran yang diharapkan, pemahaman taksonomi tujuan atau hasil belajar menjadi sangat penting bagi para pelatih. Dengan pemahaman ini, pelatih dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas capaian tujuan instruksional materi pelatihan pada berbagai kawasan belajar: kognitif, afektif, dan psikomotor. Taksonomi pada dasarnya merupakan usaha pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh, taksonomi bidang ilmu fisika menghasilkan pengelompokkan benda ke dalam benda cair, padat dan gas. Taksonomi dalam bidang botani mengelompokkan tumbuhan berdasarkan karakteristik tertentu, misalnya kelompok tumbuhan ber-sel satu dan tumbuhan ber-sel banyak. Taksonomi tujuan instruksional diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan instruksional sebag tujuan inatruksional berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan menentukan perilaku yang dianggap senagai bukti hasil belajar. 2. Sebagai alat yang akan membantu pealtih dalam mendeskripsikan dan menyusun tes, teknik penilaian dan evaluasi Kawasan Tujuan Instruksional Taksonomi tujuan instruksional membagi tujuan pendidikan dan instruksional ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Kognitif Berorientasi kepada kemampuan “berpikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu “mengingat”, sampai dengan kemampuan memecahkan suatu masalah yang menuntut pembelajar untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. 2. Afektif Berhubungan dengan “perasaan”, “emosi”, “sistem nilai” dan “sikap hati” yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana yaitu “memperhatikan suatu fenomena” sampai dengan yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. 3. Psikomotor Berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



117



Miskonsepsi tentang tujuan instruksional. Pengelompokkan tujuan instruksional ke dalam tingkat-tingkat dan kawasan sangat membantu usaha untuk secara jelas dan spesifik menentukan hasil pelatihan yang diharapkan tercapai melalui proses instruksional. Tetapi di sisi lain pengelompokkan ini juga menyebabkan terjadinya salah konsep. Salah konsep tersebut yakni: • Pengelompokkan dan penyusunan tujuan ke dalam urutan dari yang sederhana sampai yang kompleks juga dianggap menunjukkan urutan dari yang paling tidak diinginkan sampai dengan yang paling baik digunakan. Pandangan demikian salah karena dalam proses pelatihan, pembelajar perlu dapat mengingat fakta, rumus atau prinsip tertentu sebelum dia melakukan dan mempelajari kompetensi yang lebih tinggi. Taksonomi tujuan membantu pelatih untuk memilih tujuan instruksional dengan tingkat kompleksitas yang bervariasi. • Pengelompokkan tujuan dalam satu kawasan sama sekali tidak ada hubungannya dengan kawasan yang lain. Hal ini juga tidak benar karena ketika seseorang memikirkan suatu topik atau permasalahan, pada saat yang bersamaan ia mempunyai atau merasakan sikap hati tertentu terhadap obyek yang dipikirkan. Dalam praktek, memang akan lebih memudahkan pelatih apabila tujuan instruksional dirumuskan dalam satu kawasan saja, tetapi perlu diingat bahawa perilaku atau kompetensi kawasan lain mungkin diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional tersebut. I. Taksonomi tujuan kognitif A. Menurut BLOOM Taksonomi Bloom sangat dikenala di Indonesia, bahkan tampaknya paling terkenal dibandingkan dengan taksonomi lainnya. Taksonomi Bloom mengelompokkan tujuan kognitif ke dalam enam kategori. Ke-enam kategori tersebut mencakup kompetensi keterampilan intelektual dari yang sederhana (tingkat pengetahuan) sampai tingkat yang paling kompleks (tingkat evaluasi). Ke-enam kategori ini diasumsikan bersifat hirarkis. Artinya tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai hanya jika tujuan pada level sebelumnya telah dikuasai. Evaluation Synthesis Analysis Application Comprehension Knowledge



118



Cognitive domain



Penjelasan: 1. Pengetahuan Pembelajar dituntut untuk mampu mengingat informasi yang telah diterima sebelumnya. Misalnya: fakta, terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah, dan sebagainya. Contoh kata kerja yang mewakili kelompok ini: mengidentifikasi, memilih, menyebutkan nama, membuat daftar. 2. Pemahaman Berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan/informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini, pembelajar diharapkan untuk menterjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri. Kata kerja dalam kelompok ini: membedakan, menjelaskan, menyimpulkan, merangkum, memperkirakan. 3. Penerapan Merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain atau yang baru. Kata kerja yang termasuk dalam kategori ini: menghitung, mengembangkan, menggunakan, memodifikasi, mentransfer. 4. Analisis Merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisah dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini pembelajar diharapkan untuk menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Contoh kata kerja dalam kategori ini: membuat diagram, membedakan, menghubungkan, menjabarkan ke dalam bagian-bagian. 5. Sintesis Dalam level ini pembelajar dituntut untuk mampu mengkombinasikan bagian atau elemen ke dalam satu kesatuan atau struktur yang lebih besar. Menulis satu essai adalah contoh dari sintesis. Pembelajar harus melihat berbagai aspek sosial, budaya dan ekonomi dalam kelompok etnik, misalnya sistem kekerabatan atau sistem keagamaan. Contoh kata kerja operasional: membuat kritik, membuat penilaian, membandingkan, membuat evaluasi. B. Menurut GAGNE Gagne mengelompokkan tujuan belajar ke dalam lima kategori kemampuan (kompetensi). Gagne mendasarkan teorinya pada teori belajar behaviorisme dan kognitivisme. Belajar terjadi dalam suatu kegiatan yang telah dikondisikan, melalui pemberian penguatan atas perilaku tertentu, menghubungkan satu respon dengan respon yang lain, dan membuat asosiasi verbal sederhana. Proses menghubungkan respond dan membuat asosiasi verbal ini Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



119



senantiasa muncul dan mempengaruhi proses belajar, dan akan membantu seseorang dalam mempelajari dan menggunakan kemampuan berpikir yang lebih kompleks. Intelektual Skills Cognitive Strategy Verbal Information Attitude Motor Skills Taksonomi menurut Gagne sebagai berikut: 1. Informasi verbal Kemampuan dalam kelompok ini merupakan kemampuan menyimpan informasi dalam ingatan, berupa nama, fakta atau informasi yang terorganisasi, dan mengeluarkannya kembali. Perilaku yang diharapkan adalah menyebutkan kembali informasi yang telah dipelajari. 2. Kemampuan/keterampilan intelektual Berupa keterampilan menggunakan simbol untuk berinteraksi, mengorganisir dan membentuk arti. Dua bentuk simbol yang paling dasar yaitu huruf dan angka yang dapat digunakan dalam berbagai cara. Misalnya membaca, menulis, membedakan, menggabungkan, mengelompokkan, menghitung, dan sebagainya. Di samping itu kemampuan untuk membedakan, membentuk konsep dan rumus, dan memecahkan suatu soal termasuk dalam kategori ini. Kemampuan intelektual ini dibagi menjadi tujuh macam, dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit: a. Menghubungkan stimulus dan respon b. Menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain c. Membuat asosiasi verbal d. Membedakan e. Mempelajari konsep f. Mempelajari prinsip/peraturan atau rumus g. Memecahkan masalah Ketiga jenis kemampuan intelektual yang pertama merupakan kemampuan dasar yang diperoleh sejak kanak-kanak dan dianggap kurang berperan dalam proses belajar orang dewasa. Sedangkan empat keterampilan yang lain merupakan komponen yang penting bagi orang dewasa. Membedakan Merupakan kemampuan untuk membedakan benda atau konsep berdasarkan sifatnya.



120



Contoh: kemampuan untuk membedakan urat nadi dengan arteri, atau membedakan konsep industrialisasi dengan modernisasi. Mempelajari konsep Merupakan kemampuan untuk mengelompokkan benda atau peristiwa yang mempunyai hubungan. Contoh: seseorang dapat menguasi konsep “robot” apabila ia telah mengetahui berbagai sifat robot. Dalam hal ini, Gagne membedakan dua jenis konsep. Konkret dan abstrak. Konsep konkret contohnya robot, mesin, tanggul dan sebagainya. Konsep abstrak, contohnya demokrasi, bursa saham, dan sebagainya. Mempelajari prinsip/aturan/rumus (rules) Peraturan atau rumus merupakan pernyataan yang menjelaskan hubungan satu konsep dengan yang lain. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk menerapkan hubungan antar konsep dalam suatu situasi atau kasus tertentu. Contoh: kemampuan menghitung korelasi sua set data dengan menggunakan rumus korelasi Memecahkan masalah Untuk dapat memecahkan masalah, pembelajar sebelumnya harus sudah mempelajari berbagai prinsip atau aturan. Dalam hal ini, pembelajar dapat membuat aturan atau prinsip baru untuk memecahkan suatu masalah. Gagne berpendapat bahwa keempat kemampuan inteletual di atas merupakan continuum dari kemampuan yang mudah sampai ke yang sukar, dan mempunyai hubungan yang hirarkis dan komulatif. Dalam hal ini untuk menguasai atau memiliki kemampuan intelektual yang kompleks seseorang harus menguasai kemampuan intelektual yang lebih sederhana, atau dengan kata lain suatu kemampuan intelektual yang sederhana menjadi prasyarat untuk kemampuan intelektual yang lebih kompleks. Berdasarkan pemikiran ini, suatu tugas dapat dianalisis secara rinci untuk menemukan kemampuan intelektual yang diperlukan. Hasil analisis ini disebut sebagai hirarki belajar, yang merupakan susunan tujuan belajar berupa kemampuan intelektual dalam suatu pola atau struktur yang menunjukkan hubungan prasyarat di antara kompetetensi yang ada. 3. Struktur kognitif Merupakan kemampuan atau strategi pribadi untuk berpikir, mengingat dan belajar. Kemampuan ini membantu pembelajar untuk mengatur atau mengontrol proses berpikir dalam dirinya sendiri. Beberapa contoh strategi kognitif adalah pemetaan konsep (concept mapping), metaphor, dan strategi untuk mengorganisasikan informasi. 4. Motorik Berhubungan dengan melakukan gerakan tubuh dengan lancaar dantepat. Kemampuan ini mencakup yang sedrhana seperti mengikat tali sepatu atau mengucapkan kalimat denga jelas dan benar, sampai dengan yang lebih kompleks. Ciri umum dari kemampuan ini adalah perlunya ketepatan dan kelancaran gerak, dan kemampuan ini akan semakin sempurna dengan latihan dan umpan balik. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



121



5. Sikap Apabila seorang pembelajar telah memiliki suatu kondisi mental yang mempengaruhi pemilihan perilakunya, maka ia telah memiliki suatu sikap tertentu terhadap perilaku tersebut. Sikap hati ini ditunjukkan melalui pilihan yang dibuat. Contoh: untuk mengisi waktu senggang seseorang mungkin memilih membaca, sedangkan yang lain berkunjung ke rumah kerabat. Ini menunjukkan sikap yang positif, baik terhadap membaca maupun pada berkunjung ke rumah kerabat. C. Taksonomi Merrill Merrill mengembangkan apa yang disebut sebagai component display theory (CDT). Taksonomi ini lebih lengkap dari taksonomi yang dibuat Gagne. CDT lebih cocok untuk desain yang sifatnya mikro, misalnya untuk mengajarkan satu gagasan, satu konsep atau rumus. Contoh: organisasi dan manajemen, atau evaluasi hasil dan proses belajar. CDT mengklasifikasikan tujuan ke dalam dua dimensi yaitu tingkat perilaku dan jenis materi yang masing-masing dibagi lagi ke dalam aspek yang lebih spesifik. Kategori perilaku dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu: Mengingat Adalah perilaku yang berhubungan dengan ingatan untuk dapat mengenali atau menyebutkan kembali informasi yang pernah diterima. Menggunakan Mengharapkan pembelajar untuk menerapkan suatu abstraksi (prinsip, rumus) dalam suatu situasi yang spesifik. Menemukan Adalah perilaku yang menuntut pembelajar untuk menciptakan sesuatu atau membuat kesimpulan. Disamping kategori perilaku, pelatih juga perlu mempertimbangkan kategori jenis materi: Fakta Biasanya dihubungkan dengan informasi seperti nama orang, tanggal atau perisitiwa, nama temapt atau symbol yang digunakan untuk benda-benda atau konsep tertentu. Contoh: menyebutkan bagian-bagian mata. Konsep Merupakan kelompok benda, peristiwa atau symbol yang mempunyai karakterisitik yang sama, atau diidentifikasi menggunakan nama yang sama. Contoh: menjelaskan ciri-ciri yang membedakan system demokrasi dan otokrasi. Prosedur Merupakan susunan langkah-langkah yang diperukan untuk mencapai suatu tujuan, mengatasi suatu masalah atau menghasilkan suatu produk. Contoh: menyebutkan langkah-langkah untuk menyusun proposal penelitian.



122



Prinsip Merupakan penjelasan atau prediksi tentang hubungan sebab akibat atau hubungan korelasional. Contoh: menjelaskan keterkaitan antara perubahan suhu global dengan produksi pangan. Menurut CDT tujuan instruksional dapat diklasifikasikan ke dalam matrik perilakumateri. Berikut beberapa contoh-contohnya: Mengingat Fakta • menyebutkan rumus kimia air • menyebutkan rumus luas lingkaran Mengingat Konsep • menyebutkan karakteristik hubungan industrial Pancasila • menjelaskan apa yang dimaksud dengan penguatan positif Menggunakan Konsep • mengidentifikasi paragraph yang menjadi klimaks suatu ceritera • menganalisis suatu kasu hubungan karyawan dengan pemilik modal Menggunakan Prosedur • mendemonstrasikan prosedur pembuatan telur asin • menyusun instrumen pelatihan dengan menggunakan prosedur yang sistematis D. Taksonomi Gerlach dan Sullivan Gerlach dan Sullivan mengembangkan sistem pengelompokkan tingkah laku yang dapat dilihat. Model yang dikembangkan terdiri dari enam kategori yang diurutkan dari yang mudah ke yang sukar, meskipun urutan ini tidak sepenuhnya dapat dianggap hirarkis. Berikut kategorinya: 1. Mengidentifikasi 2. Menyebutkan 3. Menjelaskan 4. Membentuk 5. Menyusun 6. Mendemontrasikan Taksonomi ini lebih bersifat check list untuk menentukan apakah tujuan pembelajaran mencakup berbagai tingkah laku. II. Taksonomi Tujuan Psikomotor Taksonomi ini dikembangkan oleh Harrow. Harrow menyusun tujuan psikomotorik secara hirarkis dalam lima tingkat, mencakup tingkat meniru sebagai yang paling sederhana dan naturalisasi sebagai yang paling kompleks. Perilaku psikomotor menekankan pada keterampilan neuro-mascular yaitu keterampilan yang bersangkutan dengan gerakan otot. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



123



Adapun penjelasan dari taksonomi psikomotor adalah: Meniru Pada level ini, pembelajar diharapkan dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya. Pada tingkat ini, kalaupun pembelajar mampu melakukan peniruan, perilaku ini masih belum bersifat otomatis dan masih mungkin terjadi kekeliruan pada saat melakukannya. Contoh kata kerjanya: mengulangi, mengikuti, memegang, menggambar, mengucapkan. Manipulasi Pembelajar diharapkan mampu melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Dalam hal ini perilaku masih dilakukan secara kaku dan tanpa koordinasi neuro-muscular yang baik. Pada dasarnya, tujuan tingkat ini sama dengan tingkat imitasi, bedanya adalah pembelajar tidak lagi melihat contoh tetapi hanya diberi instruksi secara verbal atau tertulis. Contoh kata kerja yang digunakan sama dengan untuk kemampuan meniru. Ketepatan gerakan Pembelajar diharapkan melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat. Dalam melakukan hal tersebut kecil kemungkinan untuk membuat kesalahan karena pembelajar telah mahir melakukannya. Contoh kata sifat yang menunjukkan tingkat presisi ini adalah: dengan tepat, dengan lancar, tanpa kesalahan, dan sebagainya. Artikulasi Pada tingkat ini, diharapkan pembelajar menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat. Contoh kata sifat yang menunjukkan artikulasi: selaras, terkoordinasi, stabil, lancar, dan sebagainya. Naturalisasi Pembelajar diharapkan mampu melakukan gerakan tertentu secara spontan atau otomatis. Pembelajar melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya. Contoh yang mudah adalah mengendari kendaraan bermotor. Contoh kata sifat yang menggamabarkan tingkat ini adalah: dengan otomatis, dengan sempurna, dengan lancar, dan sebagainya. III. Taksonomi Tujuan Afektif Taksonomi yang paling terkenal dikembangkan oleh Krathwohl, dkk. Taksonomi tersebut mengembangkan lima tingkat perilaku. Dalam perumusan tujuan afektif dapat terjadi ketidakjelasan tingkat mana yang dimaksudkan, sebab pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi batas perilaku menjadi tidak begitu tegas dan terjadi tumpang tindih. Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Berikut penjelasan masing-masing tingkatan:



124



Pengenalan Dalam level ini, pembelajar diharapkan untuk mengenal, bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulus. Pembelajar bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja. Melihat perbedaan penggunaan warna, dalam mendesain pakaian atau cara pandang seorang terhadap suatu masalah termasuk dalam tujuan kelompok ini. Contoh kata kerja operasional: mendengarkan, menghadiri, melihat, memperhatikan. Pemberian respon Keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih daripada sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini, pembelajar diharapkan untuk menunjukkan perilaku yang diminta, misalnya berpartisipasi, patuh atau memberikan tanggapan secara sukarela bila diminta. Kata kerja operasional: mengikuti, mendiskusikan, berlatih, berpartisipasi, mematuhi. Penghargaan terhadap nilai Penghargaan terhadap suatu nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa suatu benda, gagasan atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai (worth). Dalam hal ini pembelajar secara konsisten berperilaku sesutu nilai ubunganmeskipun tidak ada pihak lain yang meminta atau mengharuskan. Nilai ini dapat saja dipelajari dari orang lain. Kata kerja operasional: memilih, meyakinkan, bertindak, mengemukakan pendapat. Pengorganisasian Pengorganisasian menunjukkan saling keterhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang lain. Dalam hal ini pembelajar menjadi committed terhadap suatu sistem nilai. Pembelajar diharapkan untuk mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam satu sistem nilai, dan menentukan hubungan di antara nilai-nilai tersebut. Kata kerja operasional: memilih, memutuskan, memformalisasikan, membandingkan, membuat sistematisasi. Pengamalan Pengamalan berhubungan dengan berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang konsisten dengan sistem nilai tersebut. Pada tingkat ini pembelajar bukan saja telah mencapai perilaku-perilaku pada tingkat-tingkat yang lebih rendah, tetapi telah mengintegrasikan nilainilai tersebut ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan. Filsafat hidup tersebut merupakan bagian dari karakter. Contoh kata kerja operasional: menunjukkan sikap, mendemontrasikan, menghindari



Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



125



MANAJEMEN STRES Salah satu aspek tersulit dalam peranannya sebagai pelatih adalah mengatasi ketegangan yang muncul sebagai konsekuensi dari pekerjaan itu. Anda mungkin stres, entah itu dikarenakan Anda orang baru yang sedang menjalani rangkaian pelatihan untuk pertama kalinya atau Anda adalah seorang asisten dari pelatih yang berpengalaman. COPING with STRESS a. Setiap orang mengalami stres Prinsip universal pertama yang harus diakui adalah semua orang, tidak tergantung dengan usia, pekerjaan atau pengalaman pasti mengalami stres. Tidak hanya semua orang di waktu yang sama atau tekanan lain karena syaraf tetapi penelitian mengindikasikan bahwa hal ini perlu sekali mereka alami. Level ketegangan yang rasional akan memompa adrenalin dan menyiapkan pikiran dan tubuh untuk menghadapi tantangan. Tekanan, pikiran, sebaiknya logis. b. Memahami apa penyebab stres Sekalipun telah dikatakan bahwa stres tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi langkah selanjutnya adalah memahami apa penyebab stres ini dan bagaimana hal ini dapat dikurangi ke level yang lebih normal. Respon stres peserta diaktifkan ketika peserta mengantisipasi beberapa bentuk ancaman yang mungkin akan peserta hadapi (contohnya: berbicara di depan kelompok peserta yang peserta segani). Hal ini akan membawa peserta pada sejumlah langkah-langkah lebih lanjut. c. Stres merupakan hal yang subjektif Stres merupakan masalah persepsi personal. Apa yang dilihat oleh satu orang sebagai potensi masalah, yang lain mungkin melihatnya sebagai sebuah tantangan. Ketika seseorang menunggu sebuah fungsi sosial sebagai suatu kesempatan untuk bertemu orang yang baru, yang lain mungkin akan melihatnya sebagai lautan kumpulan wajah permusuhan. d. Stres merupakan masalah fisiologis dan psikologis Pernah dikatakan bahwa stres merupakan masalah persepsi personal, Anda mungkin dimaklumi bila meyakini bahwa ini berarti semuanya bergantung pada pikiran. Pada kenyataan proses penafsiran mungkin pada pendiriannya, tetapi konsekuensinya secara fisiologis dan sangat nyata. Ketika respon stres aktif, tubuh akan mempersiapkan ancaman yang dirasakan dengan: • Mengeluarkan adrenalin ke dalam sistem. • Meningkatkan detak jantung. • Membuat pernafasan dangkal dan tersengal-sengal. • Pupil membesar. • Menegangkan otot. • Mengeluarkan gula dari liver. Semua yang tertera di atas adalah respon-respon fisiologis dan semua terjadi tanpa kesadaran.



126



e. Stres merupakan ”masa depan” bukan sekarang Apa yang sangat sedikit orang sadari ketika memikirkan stress ialah segalanya tentang masa depan. Semua adalah ‘bagaimana jika...’. Stres merupakan ketakutan konstan mengenai hal apa yang akan terjadi. Dalam kenyataannnya ketakutan peserta seringkali tidak tepat dan tidak diperlukan karena, ketika situasi muncul peserta hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk memikirkan apa yang peserta rasakan. Peserta hanya memberikan respon secepat mungkin. STRES DAN PELATIH Apa jenis masalah yang biasa dihadapi oleh pelatih dan bagaimana mengatasinya? Jawaban yang akan terlihat ialah kebanyakan para pelatih kurang berkonsentrasi selama mempelajari materi ketimbang pada saat mereka mempersiapkan diri untuk tampil di depan kelompok dan menyampaikan materi dengan cara yang koheren dan efektif. Di bawah ini akan dikemukakan ketakutan-ketakutan biasa dihadapi dengan beberapa metode yang disarankan untuk menghilangan atau menguranginya. a. Drying up Ketakutan Drying up atau melupakan apa yang akan Anda katakan merupakan kecemasan universal. Efek Efeknya membuat pikiran menjadi kosong dan menghilangkan pokok dari apa yang telah dibicarakan. Dalam prakteknya efek drying up jarang terlihat jelas pada kelompok seperti yang terjadi pada pelatih. Efek adrenalin pada jam biologis mempercepat semua hal yang dilakukan. Solusi • • • •



Jaga catatan Anda supaya tetap jelas layaknya jala keselamatan Tetap tenang Berhenti, jeda, melihat catatan, atau Ulangi kalimat terakhir Anda (seolah-olah penambahan keterangan lebih lanjut) sementara Anda mencari tempat, atau • Mintalah kelompok bertanya, contoh. ‘Apakah sudah jelas?’, ‘Adakah seseorang yang mau memberikan contoh untuk hal ini?’



b. Kurang Kredibilitas Ketakutan Keyakinan bahwa semua orang lebih tahu daripada Anda. Seseorang akan menanyakan hal yang aneh atau kelompok akan memperhatikan Anda. Efek Mengurangi kepercayaan diri dan meningkatkan ketidaktegasan pelatih. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



127



Cara terbaik untuk mengatasi hilangnya kredibilitas adalah memastikan bahwa tidak ada satusatunya. Hal ini bukan berarti berpura-pura, tetapi mengambil langkah untuk memperbaiki pengetahuan sebelumnya yang tidak seimbang. Solusi • Carilah level pelatihan yang pernah diikuti peserta sebelum pelatihan ini. • Membaca keseluruhan pokok persoalan dan tidak hanya satu bab di depan. • Pikirkan pertanyaan yang mungkin akan muncul sebelumnya. Pertanyaan tertentu akan timbul dalam setiap pelatihan. • Memikirkan bagaimana Anda dapat tetap merespon pertanyaan yang mungkin tidak Anda ketahui jawabannya. ”Pertanyaan yang bagus. Saya akan mencari jawabannya setelah pelatihan ini dan akan segera memberitahu Anda jika saya sudah menemukannya.” • Berbicara kepada mereka yang sudah berpengalaman sebelum pelatihan dimulai atau carilah pertolongan dari yang hadir pada saat itu. ”Joe, kamu sudah pernah menggunakan sistem yang baru ini; adakah masalah yang kamu temui?” c. Menggumam ‘uhmm’ dan ‘ahh’ Ketakutan Kalaupun suara keluar, akan terdengar sebagai hal yang memalukan, terlebih jika terjadi pada saat hening. Efek Hasil ini dikarenakan pikiran sedang mencari kata selanjutnya dan bibir mencoba mengalihkan keheningan dengan mengeluarkan suara-suara yang tak bermakna atau ekspresi-ekspresi seperti: ok, kamu tahu itu, tepat, sebenarnya. Solusi • Memahami materi Anda sehingga berkurangnya kebutuhan untuk diam dalam keheningan. • Menerima bahwa jeda Anda terlihat lebih lama dibandingkan pada kelompok dan jangan merasa akan dipermalukan oleh mereka. • Ambil nafas pelan sebagai pengganti kata ‘Uhmm’ d. Pengalihan Ketakutan Membayangkan akan ada seseorang dalam kelompok yang akan mengganggu konsentrasi Anda. Kebanyakan kasus adalah di mana para teman atau manajer tergabung dalam kelompok pelatihan. Efek Menjadi takut karena terlihat bodoh di depan orang banyak yang ingin Anda kesankan. Solusi • Solusinya tidak dengan menghindari kontak terhadap orang itu atau tidak berbicara langsung dan mengabaikan sisa kelompok yang lain, tapi berusahalah bersikap



128



sebiasa mungkin. • Ketika kehadiran mereka seolah terasa menghambatmu, bayangkan mereka seolaholah sedang duduk dalam kamar mandi atau hanya memakai kaos kaki pada satu pergelangan kaki mereka. e. Switching off Ketakutan Mengkhawatirkan kelompok akan merasa bosan atau tidak akan merespon Efek Mencemaskan bahwa kelompok akan kehilangan ketertarikan mereka dan menjadi malas. Memang sulit memikirkan hal tersebut, setiap orang dalam kelompok menginginkan Anda sukses. Tak seorangpun yang datang mengikuti pelatihan dengan harapan akan merasa bosan. Solusi • Pikirkanlah kebutuhan kelompok terlebih dahulu • Sudahkah Anda memberikan istirahat yang cukup atau merubah cara dan gaya penyampaian? • Akankah alat peraga visual memberikan stimulasi dan klarifikasi yang lebih besar? • Adakah kesempatan yang lebih banyak lagi untuk berpartisipasi, umpan balik atau berinteraksi? f. Takut mempermalukan diri sendiri Ketakutan Mencemaskan bahwa Anda akan mempermalukan diri sendiri dan orang lain. Efek Mempermalukan diri sendiri dengan meliputi segalanya dengan menjalankan peralatan seperti membicarakan hal yang omong-kosong. Solusi Ambilah langkah untuk mencari informasi sebanyak mungkin. Hal itu akan membangun rasa percaya diri dan menghilangkan elemen yang tidak diketahui. Pelajari di mana pelatihan tersebut dilaksanakan, siapa saja di dalamnya, apa saja peralatan yang ada dan apa yang ditampilkan. Peralatan teknis yang khusus memiliki kapasitas untuk membuat Anda menyerah disaat yang tidak tepat. Yakinlah bahwa Anda mengetahui bagaimana menggunakan peralatan tersebut, dan pikirkan juga apa yang akan Anda lakukan jika harus menggunakannya dengan cara yang tidak Anda sukai. g. Kehilangan informasi Ketakutan Terlalu fokus untuk menghafalkan materi dalam jumlah yang banyak. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



129



Efek Tidak jarang sejumlah informasi materi disampaikan dalam jumlah yang banyak kemudian peserta lupa atau hanya mengingat sebagian urutannya. Poin penting yang harus ditegaskan di sini ialah pelatihan tidak seperti skenario yang dimainkan dalam drama Shakespeare. Hanya Anda yang tahu apa yang akan dikatakan dan sekalipun jika Anda tiba-tiba melewati tiga halaman atau merubah urutan materi, tidak ada seorangpun yang akan bertanya apa yang terjadi. Solusi • Ketika pokok persoalan kompleks, bagilah sesi-sesi kedalam unit yang lebih kecil dengan ringkasan sementara untuk memperkuat pembelajaran dan pastikan tidak ada yang terlewati. • Selalu dekatkan Anda dengan catatatn pribadi Anda. Sewaktu-waktu mengetahui masalah tersebut datang, solusinya hanyalah mencegah kelupaan itu terjadi. h. Orang-orang baru Ketakutan Bertemu dengan ketakutan tetap terhadap orang-orang baru. Efek Jika bertemu dengan orang baru menjadi suatu ’ketakutan’ lebih dibandingkan kecemasan biasa, Anda tidak akan merasa nyaman menjalani serangkaian pelatihan pelatihan yang ada. Di samping itu, banyak pelatih merasa ragu-ragu bercampur takut sebelum bertemu dengan orang pada saat pelatihan. Solusi Sediakan waktu sebelum pelatihan untuk menemui orang-orang yang baru itu lebih awal, tanyakan nama dan latar belakang mereka — dan ingatlah. Jika ini Anda merasa cocok, berbincang-bincanglah dengan mereka pada saat break sebelum pelatihan dimulai tapi jika tidak, sedikitnya temui mereka secara langsung saat jeda dalam ruang pelatihan dan bantu mereka untuk berberes. Bertemu dan berbincang sebelum pelatihan akan membantu Anda membuktikan bahwa mereka hanya orang biasa dan akan membantu Anda menjalin rapport dari permulaan. EFEK-EFEK FISIOLOGIS DARI STRES a. Gemetar (shaking) Efek Tangan dan lutut gemetaran Solusi • Hindari kecemasan atau mengulang-ngulang gerak tubuh. • Gunakan kartu indeks sebagai catatanmu — bukan kertas, yang akan terlihat ketika Anda sedang merasa cemas.



130



b. Berdebar-debar Efek Disebabkan oleh detak jantung yang cepat dan nafas yang pendek. Solusi Perlambat diri Anda sebelum mengambil nafas yang dalam dan hitung tiap satu dari tiga hitungan sebelum exhaling. c. Pusing-pusing Efek Dapat disebabkan karena bergerak terlalu cepat atau berdiri terlalu lama pada satu tempat. Solusi Duduklah, usahakan tetap menjaga oksigen di sepesertar dengan menekuk dan meluruskan kembali jari-jari kaki dalam sepatu Anda. d. Bibir kering Efek Kekurangan air liur (saliva) dalam bibir untuk melumasi lidah. Solusi Saran yang paling sering diberikan adalah meminum seteguk air. Hindari makanan yang manis atau mint yang bisa menghambat pernafasanmu. Gigit pinggiran lidah Anda. Ini akan mengurangi kelebihan saliva dan membantu untuk meminyaki bibir. Ini sebaiknya tidak diulangi terlalu keras atau terlalu sering atau akan menyebabkan lidah Anda pecah-pecah. e. Bibir basah Efek Pengeluaran berlebih air liur (saliva) yang disebabkan oleh berbicara terlalu cepat dan tidak memberi kesempatan untuk menelan air liur tersebut. Solusi Perlambat kecepatan bicara. Ambil nafas pelan ditiap akhir kalimat atau topik. Pada waktu jeda yang sesuai, tempatkan lidah Anda di belakang rahang gigi atas (seperti mengucap huruf ’T’ dan ’D’) dan hisap udara dengan gigi yang dikertakkan. Ini akan mengeringkan saliva yang berlebih yang menyebabkan ini menempel pada langit-langit bibir Anda.



Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



131



PEMBENTUKAN KELOMPOK Apa yang dimaksud pembentukan kelompok? Pembentukan kelompok adalah kegiatan untuk membagi peserta ke dalam kelompok yang lebih kecil. Ada dua cara utama untuk membaginya dalam kelompok yang lebih kecil. Satu cara adalah secara acak, mencampur kelompok untuk memastikan distribusi yang seimbang. Cara yang lainnya adalah membentuk kelompok berdasarkan tujuan tertentu. Pembagian ini bisa dihubungkan dengan latar belakang, seks, pengalaman, bahasa, dinamika kelompok, keterampilan komunikasi dan lain-lain. Mengapa peduli? Jika kelompok dibagi secara berhati-hati, maka akan mendorong partisipasi bersama, meningkatkan komunikasi dan memaksimalkan efektifitasnya. Kegiatan pembentukan kelompok secara acak memastikan bahwa peserta yang datang dari daerah atau lembaga yang sama didistribusikan ke dalam kelompok kecil yang berbeda, untuk membuka kelompok dan merangsang sharing tentang pengalaman-pengalaman, pandangan-pandangan dan ide-ide yang berbeda. Bagaimana kelompok kecil bisa dibentuk? Berdasarkan tujuan tertentu: Berdasarkan pada pengamatan, Anda bisa menyebarkan fasilitator berbakat, atau orang dengan pengalaman tentang topik tertentu, secara seimbang dalam kelompok-kelompok, atau Anda bisa memutuskan untuk mengumpulkan semua tukang bicara dalam satu kelompok. Kelompok pra-pemilihan juga berguna jika tugasnya berhubungan dengan latar belakang mereka, dari mana mereka datang, (jenis) organisasi tempat mereka bekerja, seks dan lain-lain. Sebagai seorang fasilitator Anda bisa menggunakan kegiatan pembagian kelompok sebagai kegiatan perangsang mood atau energi. Berikut ini adalah beberapa ide mengenai pembagian kelompok secara acak untuk kelompok yang bekerja dengan cara kreatif dan/atau berenergi. Meningkatkan Partisipasi Kelompok Metode pelatihan interaktif atau pelatihan yang berpusat pada pembelajar, tidak menjamin tingkat partisipasi yang setara bagi seluruh peserta pelatihan. Dalam waktu singkat, bisa jadi hanya empat atau lima orang yang bisa segera aktif dan menjadi dominan. Dan kalau ini terjadi, sulit untuk menghentikannya. Karenanya, penting sekali untuk memperhatikan struktur input dan masukan dari peserta, dalam tahap awal pelatihan. Banyak cara untuk melakukannya. Beberapa gagasan di antaranya adalah sebagai berikut: Keterampilan dan Sikap Seorang Pelatih yang diperlukan: • Membuat suasana yang nyaman dan aman. • Jadilah pendengar yang baik. • Jangan menghakimi input atau masukan orang lain. • Dorong peserta yang pemalu dengan cara yang tidak mengancam, seperti: (“Bisakah saya mendengar dari yang lain …”; “Saya ingin mendengar masukan dari peserta yang duduk di sebelah kiri”; “Saya ingin tahu apa yang kalian pikir tentang ….”, dan sebagainya).



132



• Cegahlah peserta yang dominan, misalnya, “Anda sudah mendapat kesempatan, sekarang lebih baik dengar peserta yang lain, apakah mereka ingin menambahkan sesuatu atau ada hal lain yang ingin disampaikan.” • Perhatikan dinamika kelompok. • Jangan terburu-buru. Metode dan Trik • • • • • • •



• •



Luangkan waktu untuk berkenalan satu sama lain. Gunakan ice-breakers. Sepakati norma kelompok. Tekankan bahwa setiap pertanyaan adalah pertanyaan yang baik, tidak ada pertanyaan yang bodoh atau buruk. Tekankan bahwa setiap orang punya hak untuk mengerti. Dorong orang untuk merefleksikan tingkat dan tipe partisipasinya. Bekerjalah dengan kelompok kecil, dan monitor dinamika di dalam kelompok kecil, cobalah buktikan bahwa menggabungkan orang yang dominan dengan yang tidak dominan, adalah “benar”. Kadang kala, cara yang baik adalah menggabungkan semua orang yang dominan menjadi satu kelompok. Bentuklah kelompok yang lebih kecil, yang homogen. Dorong kelompok untuk merefleksikan penampilan kelompoknya



Selama kerja kelompok: • Alokasikan waktu untuk mendiskusikan bagaimana seharusnya seorang fasilitator yang baik, seperti: berorientasi pada proses bukan output; tidak berorientasi pada materi yang didiskusikan tapi mendukung pada proses dalam kelompok. • Tunjuk peserta yang kira-kira bisa menjadi fasilitator dan bukannya pimpinan rapat. • Dorong peserta untuk bergiliran menjadi presenter atau orang yang menyampaikan hasil diskusi kelompok. Teknik Membentuk Kelompok Call out (berhitung) 1. Minta orang pertama untuk berhitung ‘satu’, orang kedua ‘dua’, orang ketiga ‘tiga’ dan keempat ‘satu’ lagi (jika Anda ingin membentuk tiga kelompok) dan lanjutkan sampai setiap orang telah berhitung. 2. Minta mereka yang nomor satu untuk bergabung dalam satu kelompok, semua yang nomor dua bergabung dengan kelompok yang lain dan begitu selanjutnya. Think about (berpikir tentang) 1. Selain berhitung angka Anda bisa memikirkan satu angka dan kemudian berkumpul dalam satu kelompok dengan peserta yang telah memikirkan angka yang sama. 2. Periksa ukuran kelompok dan sesuaikan kembali jika perlu. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



133



Hand shaker (menjabat tangan) 1. Minta peserta untuk memikirkan satu angka seperti 1, 2, 3,… dan seterusnya. Angka yang ditawarkan akan berhubungan dengan jumlah kelompok yang diperlukan. 2. Jelaskan bahwa setiap orang akan mencari seorang mitra potensial dan berjabatan tangan (menggoyang tangan) sejumlah angka yang mereka pikirkan. Jika terjadi hambatan karena angka yang dipikirkan berbeda maka mitra tersebut bukan anggota kelompok kita. Jika kedua mitra berjabatan tangan dengan jumlah yang sama maka mereka bermitra (satu kelompok) dan bisa melanjutkan mencari mitra yang lain. 3. Hentikan setelah lima menit dan minta sisa peserta untuk untuk mencari kelompok dengan nomor mereka. 4. Periksa jumlah kelompok dan sesuaikan jika perlu. Fruit shaker (pengocok buah) 1. Pilih jenis buah sebanyak kelompok yang Anda perlukan. 2. Minta peserta untuk memikirkan satu buah yang dipilih. 3. Ambil kursi Anda sendiri dan jelaskan bahwa jika Anda menyebutkan satu buah, orangorang yang telah memilih buah tersebut harus berpindah tempat duduk. Anda akan berusaha untuk mengambil alih salah satu tempat duduk Anda. 4. Orang selanjutnya tanpa tempat duduk akan menyebutkan satu nama buah dan akan berusaha untuk melakukan hal yang sama. 5. Setelah beberapa putaran minta peserta dengan buah yang sama untuk berkumpul dalam satu kelompok. 6. Periksa jumlah anggota kelompok dan sesuaikan kembali jika perlu. Satu variasi lain adalah permainan hutan, menggunakan nama-nama binatang sebagai ganti nama buah. Hutan 1. Pilih sejumlah binatang sebanyak kelompok yang Anda perlukan. 2. Tuliskan nama-nama binatang tersebut pada secarik kertas, sehingga setiap peserta memiliki satu daftar. 3. Kelilingkan daftar nama binatang dalam secarik kertas ini, dan minta setiap orang untuk mengambil satu dan dan membacanya (dalam hati) dan tidak menunjukkannya atau membicarakannya dengan orang lain. 4. Minta peserta untuk bersuara seperti binatang dalam kertas dan kemudian berusaha menemukan jenis mereka sendiri. Satu variasinya adalah bertingkah/berlaku seperti binatang. Variasi yang lain adalah untuk setiap binatang ada satu pemburu/penggembala yang dipilih untuk setiap kelompok binatang. Pemburu/penggembala hanya memberi perintah dari luar arena/ruangan. Peserta tersebut kemudian bertanggung jawab untuk menemukan dan mengumpulkan binatangnya. Perahu tenggelam! 1. Jelaskan kepada peserta bahwa mereka adalah penumpang kapal Titanic dan bahwa mereka harus berkelompok secepat mungkin sejumlah angka yang disebutkan. 2. Sebutkan: “Perahu mencari kelompok yang terdiri dari enam orang!”



134



3. Beberapa pengelompokan mungkin dilakukan sebelum memastikan jumlah yang sebenarnya diperlukan. Bagian dari keseluruhan 1. Siapkan bagian potongan dari suatu gambar keseluruhan, contohnya potongan bagianbagian berbeda dari satu pohon, seperti daun, bunga dan buah. Jumlah potongan harus sejumlah kelompok yang diperlukan. 2. Bagikan potongan tersebut kepada peserta. 3. Minta mereka untuk menuliskan nama mereka pada potongan tersebut. 4. Minta peserta yang memegang bagian yang sama dari pohon untuk berkumpul bersama (misalnya mereka yang membawa potongan bagian buah). Variasi: siapkan potongan pohon sebanyak jumlah kelompok yang Anda perlukan contohnya buah, bunga, daun, bayangan dan lain-lain. Lakukan prosedur yang sama tetapi minta peserta yang membawa bagian dari pohon yang sama untuk berkumpul (misalnya bisa saja pohon mangga berkumpul di tengah dan seterusnya). Bagian dari puzzle 1. Pilih sejumlah gambar, lukisan atau kartun (lebih baik yang berhubungan dengan topiknya) sebanyak jumlah kelompok yang akan dibuat. 2. Potong gambar menjadi empat atau enam bagian tergantung pada jumlah orang yang diinginkan untuk setiap kelompok. 3. Kocok potongan-potongan tersebut dan bagikan kepada semua peserta. Setiap orang mengambil satu potongan. 4. Katakan kepada peserta bahwa potongan tersebut adalah bagian dari beberapa puzzle dan mereka harus mencari kelompoknya dengan mencari potongan yang hilang. 5. Satu variasi adalah menggunakan cara ini untuk musim tertentu dalam satu tahun contohnya menggunakan kartu valentin, natal atau ulang tahun. Reuni keluarga 1. Siapkan empat atau lima kelompok kartu dengan nama keluarga seperti Ibu Petani, Bapak Petani, Saudara Perempuan Petani, dan Saudara Pria Petani. Pergunakan profesi yang lain seperti keluarga Guru, keluarga Bankir, keluarga Nelayan. 2. Berikan setiap peserta sepotong kertas tertulis dengan nama-nama anggota keluarga, dan sebutkan ‘Reuni Keluarga’. Pada saat pengumuman ini setiap orang harus berusaha membentuk satu kelompok keluarga dengan berusaha menemukan anggota ‘keluarga’ mereka yang lain. 3. Setelah setiap keluarga terbentuk minta mereka untuk berlaku seperti halnya profesi mereka dan minta kelompok lain untuk menebaknya. Afinitas (membentuk pasangan) Berikan kepada setengah anggota kelompok, satu kata dengan afinitas dan separuh yang lainnya kata yang lain seperti: Garam dan Merica Ham dan Telur, Ying dan Yang, Lubang kunci dan Kunci, Petir dan Kilat, Sabun dan Air, Roti dan Mentega, Sendok dan Garpu, Pena dan Tinta, Sikat dan Sisir, Cahaya dan Kegelapan, Baik dan Buruk, Cangkir dan Piring, Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



135



Busur dan Panah, Pukul dan Lari, Siang dan Malam. Minta peserta untuk menemukan pasangan mereka. Melengkapi Kutipan (membentuk pasangan) Berikan kepada setengah anggota kelompok bagian pertama dari suatu kutipan dan separuh yang lain bagian yang terakhir. Saran: Semanis gula Seasam cuka, Sekuat kulit sepatu Sekeras karang, Sekeras karang Setipis rel, Seringan bulu Secepat kilat, Sedingin es Setenang tikus, Selambat molasses Sesibuk lebah. Minta peserta untuk menemukan pasangan mereka.



136



STRATEGI PELATIHAN Suatu strategi pelatihan selalu didasarkan pada sejumlah asumsi. Jelaskan, bagaimana peserta bisa mencapai tujuan pelatihan, dengan menggunakan kegiatan atau metode yang sesuai dengan kelompok yang dilatih, dengan mempertimbangkan konteks dan sumberdaya yang tersedia. Dengan kata lain, suatu strategi pelatihan menentukan bagaimana peserta menyusun program pelatihan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan pelatihan yang sudah diidentifikasi. Mengapa strategi pelatihan penting? Seringkali peserta tidak merencanakan dengan baik bagaimana cara untuk mencapai tujuan pelatihan. Begitu keputusan diambil untuk melakukan pelatihan, biasanya waktu sudah mendesak sehingga penentuan topik, nara sumber, dan metode pelatihan menjadi tergesa-gesa. Akhirnya, seringkali metode pilihan jatuh pada ceramah karena dianggap metode ini satu-satunya yang bisa mencakup semua topik yang perlu dibahas. Dalam hal ini biasanya ada asumsi dasar bahwa memperkenalkan topik atau pokok masalah kepada peserta sudah cukup untuk mengubah perilaku mereka. Suatu strategi pelatihan penting karena: • Menjelaskan peserta memilih beberapa metode dan cara untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. • Menjelaskan mengapa peserta menekankan pada jenis-jenis kegiatan pelatihan tertentu dan kegiatan pendukungnya. • Menjelaskan bagaimana tujuan-tujuan tertentu dapat dicapai, dengan mempertimbangkan kelompok sasaran, tersedianya sumberdaya, kondisi kerja, serta konteks sosial politik. • Membuat asumsi-asumsi menjadi eksplisit, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran dan perubahan. Beberapa contoh strategi pelatihan Berikut adalah beberapa cara atau strategi yang dapat digunakan untuk merancang suatu program pelatihan. Seringkali dalam satu program digunakan kombinasi dari beberapa strategi di bawah ini: Pelatihan internasional Pelatihan nasional Bimbingan In-service pelatihan Pelatihan kelas Pelatihan untuk pelatih Pelatihan lapang Pelatihan outdoor survival Belajar sendiri secara individu Pembelajaran untuk diri sendiri Contract learning information market Pelatihan penulisan/lokatulis



Magang Peserta sebagai co-fasilitator Pembelajaran jarak jauh melalui radio Studi lapang televisi, kaset audio dan/atau video Kunjungan silang dan program komputer Membangun jaringan Peer feedback Pelatihan/pelatihan keliling Apprenticeships Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



137



Bagaimana cara menilai strategi pelatihan anda? 1. Apa asumsi-asumsi dasar yang ada? 2. Apakah Anda yakin bahwa program pelatihan yang menggunakan strategi ini akan efektif dalam konteks dan kondisi yang ada sekarang? Apakah akan membawa perubahan-perubahan yang diharapkan? 3. Apakah strategi pelatihan yang dipilih akan mewujudkan program pelatihan yang efisien? Apakah rencana yang digunakan dengan memakai input yang minimal akan mencapai perubahan yang diinginkan? Apakah programnya realistis dalam hal ketersediaan sumberdaya finansial, manusia, dan lainnya? 4. Apakah strategi ini cocok dengan karakteristik dan kondisi calon peserta? 5. Apakah rencana ini fleksibel? Apakah tetap dapat diterapkan dalam situasi sumberdaya terbatas?



138



MENGEMBANGKAN AGENDA PELATIH Mengapa peduli? Tujuan agenda pelatih adalah untuk membuat satu ‘rencana utama’ atau master plan. Agenda pelatih adalah alat yang sangat praktis karena Anda akan memiliki gambaran yang jelas, sehingga memungkinkan Anda untuk: 1. 2. 3. 4. 5.



Memeriksa apakah pelatihan memiliki satu alur logis dalam periode minggu dan hari Memeriksa apakah tujuan pelatihan tercapai dalam waktu yang disediakan Menilai variasi metode pelatihan Menilai apakah pembagian waktu sesi-sesi cukup layak atau tidak Berbagi rancangan Anda dengan kelompok inti, menerima umpan balik dan meningkatkannya 6. Berbagi rancangan dengan co-pelatih dan narasumber, sehingga mereka bisa menyiapkan diri dengan lebih baik. Apakah agenda pelatih? Agenda pelatih bisa dibuat sangat detail, dengan menyertakan tujuan dari setiap sesi, dan hanya digunakan untuk pelatih. Satu contoh agenda pelatih disertakan dalam materi bacaan ini. Peserta akan menerima agenda yang kurang detil. Agenda peserta berjalan paralel dengan agenda pelatih, tetapi terbatas kepada topik-topik umum dan perkiraan alokasi waktu agar memungkinkan fleksibilitas. Satu agenda pelatih yang dirancang baik harus: • Bertujuan untuk mencapai tujuan pelatihan atau sesuai dengan keperluan pelatihan yang sudah teridentifikasi. • Mengikuti satu siklus pembelajaran logis, baik dalam agenda keseluruhan maupun dalam setiap sesi. • Menggunakan satu variasi metode dan teknik pelatihan partisipatif. • Layak untuk dicapai, baik dari segi waktu maupun ketersediaan sumber daya. • Cukup fleksibel untuk mengakomodasi keperluan spesifik, atau perubahan yang diperlukan berdasarkan umpan balik harian. • Menyediakan cukup waktu untuk membuka dan menutup setiap hari, untuk mengingatkan, untuk menyegarkan, untuk merumuskan, mengaitkan dan menyediakan kesempatan untuk umpan balik harian. Semua informasi dari langkah-langkah sebelumnya harus dijadikan pertimbangan — siapa peserta saya, apa yang mereka perlukan, apakah tersedia sumber daya, dan lain-lain. Berdasarkan informasi ini satu agenda pelatih bisa dikembangkan. Mengapa merancang satu agenda pelatih sangat menantang? Merancang harus menjadi tugas paling menantang dalam siklus pelatihan. Tetapi banyak pelatih tidak mengetahui di mana harus mulai, bagaimana berproses atau tidak merasa perlu untuk merancang pengalaman pembelajaran yang efektif. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



139



Fase perancangan siklus pelatihan menantang, karena memerlukan: • pengetahuan mengenai berbagai pilihan rancangan yang tersedia; • keterampilan dalam menggunakannya; • kreatifitas dalam memanipulasi berbagai pilihan untuk memperkuat keterlibatan peserta dan membuat proses pembelajaran yang efektif • untuk melihat gambaran keseluruhan sambil menangani detail setiap momen pembelajaran • kepercayaan diri yang memungkinkan Anda untuk kreatif dan berani mengambil risiko • fleksibilitas dan terbuka untuk melakukan perubahan jika terjadi sesuatu di luar rencana, atau jika muncul satu kesempatan yang lebih baik pada saat pelatihan berlangsung. Pembelajaran adalah pengalaman organik — bukannya satu pelatihan mekanis yang sulit untuk direncanakan. Seperti pohon, pembelajaran berakar di tempat-tempat yang paling asing dan kadang-kadang menghasilkan buah yang mengejutkan. Mungkin itulah sebabnya mengapa pelatihan itu menarik dan pada saat yang sama melelahkan — itulah mengapa fase perancangan sangat menantang. Salah satu tugas dalam menyusun agenda pelatih adalah mengurutkan acara pembelajaran. Proses mengurutkan acara pembelajaran ini merupakan campuran dari berbagai komponen, dimana sebagian adalah logika, sebagian pengalaman, sebagian intuisi dan sebagian akal sehat yang baik. Mengurutkan, atau memutuskan apa yang muncul selanjutnya, merupakan kepedulian mikro maupun makro. Agenda pelatih adalah alat untuk bekerja dari makro turun ke tingkat mikro. Bagaimana mengembangkan satu agenda pelatih? Seperti yang disebutkan sebelumnya, ada banyak jalan pembelajaran dan karenanya ada banyak cara untuk mengurutkan agenda pembelajaran, yang belum tentu terbaik bagi setiap pembelajar. Setiap pembelajar mempunyai caranya sendiri-sendiri. Berikut ini adalah pendekatan yang disarankan; 1. Prioritaskan dan pilih keperluan pelatihan. Suatu rancangan akan memiliki risiko tertinggi apabila program dirancang terlalu padat. Karenanya sangat penting untuk membedakan antara apa yang pembelajar: • Apa yang pembelajar harus pahami atau harus kuasai • Apa yang pembelajar bisa pahami atau kuasai • Apa yang pembelajar mampu pahami atau kuasai Segala sesuatu yang harus diketahui atau dikuasai oleh pembelajar harus disertakan dalam pelatihan Anda. Sedangkan untuk hal-hal yang bisa pembelajar pahami atau bisa kuasai, boleh disertakan beberapa saja. Sedangkan untuk hal-hal yang pembelajar mampu pahami atau mampu kuasai, boleh disertakan lebih sedikit lagi. 2. Setelah memilih, Anda harus mulai mengurutkan topik-topik berdasarkan waktu yang tersedia. Satu cara mengurutkan adalah dengan menemukan kerangka utama dari alur keseluruhan pelatihan Anda. Satu kerangka utama akan membantu Anda untuk merancang satu alur logis dan membantu Anda untuk mengaitkan sesi-sesi selama penerapannya. Selain itu,



140



bagi pembelajar, kerangka utama akan membantu untuk membangun pengetahuan dan keterampilan berdasarkan apa yang mereka pelajari dari hari ke hari. Pendekatan pengurutan yang biasa dilakukan adalah: • dari umum ke spesifik. • dari kongkrit ke abstrak. • dari yang diketahui ke yang tidak diketahui. • dari sederhana ke yang lebih kompleks. • mengikuti satu organisasi atau proses logis yang sudah ada; sebagai contoh adalah siklus perencanaan projek. • mengikuti aturan penampilan pekerjaan; sebagai contoh membuat satu pembibitan. 3. Bagi topik-topik mengikuti alur umum berdasarkan waktu yang disediakan untuk pelatihan. Sebagai contoh jika itu adalah pelatihan tiga minggu, bagi topik-topik selama tiga minggu dengan cara yang logis. Kemudian bagi topik-topik berdasarkan hari dalam setiap minggu, sampai akhirnya bagi topik-topik dalam setiap hari menjadi sesi-sesi. 4. Tulis waktu, topik-topik, tujuan dan bahan-bahan untuk setiap sesi dalam satu agenda pelatih. 5. Ulas dan lebih baik lagi diskusikan agenda pelatih pertama Anda untuk memastikan bahwa: • Programnya tidak berlebihan. • Mempertimbangkan hari dan minggu pelatihan: periode istirahat setelah makan siang, hari keempat dalam minggu, perasaan Jumat sore dan lain-lain. • Kesempatan untuk humor dan bergembira disertakan seperti icebreakers, pembuka, kesenian, musik, teka-teki, permainan dan pergerakan. • Aktifitas yang lebih ‘mengancam’ (permainan peran, fish bowls, dan tipe-tipe energizers tertentu) jangan diletakkan di awal program. • Dukungan bahan untuk setiap sesi, seperti lembar kerja, instrumen, dan kuis untuk memeriksa pemahaman. Mengembangkan satu agenda Pelatih LatihanLatihan 1. Langkah pertama adalah menulis semua kebutuhan pelatihan atau topik-topik pelatihan pada post-it terpisah. Anda bisa menggunakan post-it yang berbeda warnanya untuk membedakan berbagai tipe dari topik atau kebutuhan pelatihan. Prioritaskan dan pilih keperluan pelatihan Anda, dengan menggunakan alat berikut ini: • Harus dipahami atau dikuasai. • Bisa dipahami atau dikuasai. • Mampu dipahami atau dikuasai. 2. Langkah berikutnya adalah mengembangkan satu alur keseluruhan atau kerangka utama, dengan mengurutkan keperluan pelatihan. Banyak pelatih yang merancang alur pelatihan yang berbasis pada kepentingan pelatih. Sekarang coba balik, bayangkan dari sisi peserta pelatihan. Caranya dengan mengurutkan topik dari: • umum ke spesifik. • dari kongkrit ke abstrak. • dari yang diketahui ke yang tidak diketahui. Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



141



• dari sederhana ke yang lebih kompleks. • mengikuti satu organisasi atau proses logis yang sudah ada; sebagai contoh adalah siklus perencanaan projek. • mengikuti aturan penampilan pekerjaan; sebagai contoh membuat satu pembibitan. 3. Selanjutnya, masukkan urutan topik yang sudah dirancang, ke dalam waktu pelatihan, sesuaikan dengan jumlah hari, minggu atau bulan (termasuk pelatihan di dalam ruang kelas dan di lapangan). Mulailah dengan gambaran umum, lalu fokus pada satu minggu, lalu pada satu hari, dan terakhir, bagi topik per sesi. Cara termudah untuk melakukannya adalah dengan menggambar tabel jadwal pelatihan Anda di kertas flip chart, dan Anda menempelkan post-it dan bisa memindah-mindahkannya agar bisa menghasilkan urutan yang paling logis. Ketika melakukannya, mungkin Anda akan mengkaji ulang langkah pertama dan kedua, dan menanyakan kembali, apakah topik yang dipilih betul-betul penting? Apakah proses ini adalah proses yang terbaik? Apakah peserta membutuhkan waktu yang lebih lama? Senin



Selasa



Rabu



Kamis



Jumat



Sabtu



Minggu



Pagi Siang 4. Setelah Anda puas dengan alur secara umum, maka sekarang waktunya untuk mengisi setiap sesi dengan lebih detil. Tulislah waktu yang diperlukan, apa topiknya, apa tujuannya, dan bahan-bahan yang diperlukan untuk setiap sesi. Anda bisa menggunakan format pada halaman selanjutnya. 5. Tulis alur agenda Anda pada flipchart agar bisa dibahas oleh anggota tim fasilitator yang lain, atau oleh reviewer yang Anda undang. Agenda Pelatih Hari: _______________ Waktu



142



Sesi/Topik



Metode



Tujuan



Bahan



DAFTAR PERIKSA UNTUK PENILAIAN MERANCANG DAN MENULIS RENCANA SESI Apakah logis dan konsisten? • Apakah tujuan sesi mungkin dicapai dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu? • Apakah topik mencakup apa yang disebutkan dalam tujuan? • Apakah metode terpilih sesuai dengan tujuan yang disebutkan dalam pengertian pengetahuan, keterampilan dan sikap? • Pemilihan topik: kualitas versus kuantitas. Apakah akrab bagi pembelajar? Apakah rencana sesi...



Apakah akrab bagi pelatih? Apakah tata letaknya menarik?



meningkatkan minat?



Apakah mudah dibaca?



menjelaskan arah



Apakah prosedurnya jelas?



berhubungan dengan pengalaman peserta



Apakah memberi semua informasi yang diperlukan untuk melaksanakan sesinya?



memperkuat motivasi? mendorong inisiatif dan otonomi peserta? memungkinkan pelibatan dan interaksi peserta yang sesuai?



Apakah fleksibel?



Memperkuat latihan, praktek, atau pengalaman?



Bisakah diperbaiki?



memperkuat keragaman kegiatan menunjukkan isi dengan tahapan bertingkat? Memungkinkan untuk perbedaan individual? memicu penerapan lebih luas? memperkuat umpan balik? Memperkuat pengulangan? memperkuat pengawasan pembelajaran individual? Diikuti dengan tindakan atau kaitan dengan sesi lain?



Bisakah dengan mudah diadaptasi? Bisakah dipergunakan lagi? Apakah memungkinkan untuk inisiatif pelatih? Apakah memberi petunjuk dan peringatan tentang fasilitasi? Bisakah dipergunakan dengan kelompok peserta yang berbeda? Apakah sesuai untuk ukuran kelompok yang berbeda? Apakah layak secara ekonomis? Apakah sesuai untuk semua pelatih tanpa mempertimbangkan pengalaman? Apakah cepat?



Modul III - Dasar-dasar Pelatihan |



143



MENULIS RENCANA SESI Apakah rencana sesi itu? Secara singkat, satu rencana sesi harus berisi semua yang diperlukan untuk menjalankan satu sesi. Kenapa peduli? Karena Anda akan segera melaksanakannya, hal ini adalah usaha sebenarnya untuk menulis rencana sesi (yang baik). Karenanya sangat baik untuk mewujudkan rencana sesi Anda sebagai batu pembangun pelatihan Anda. Selama Anda hanya mengajar Anda tidak memerlukan rencana sesi, transparansi saja cukup. Tetapi, jika Anda ingin menjalankan acara pelatihan partisipatori maka Anda benar-benar memerlukannya karena persiapan dan pelaksanaan menjadi jauh lebih kompleks. Rencana sesi membantu Anda untuk: • memeriksa apakah sesi mengikuti satu alur logis tertentu. • memeriksa kelayakan waktu. • terhindar dari kelupaan untuk mempersiapkan segala sesuatu. • terhindar dari kelupaan untuk melakukan atau mengatakan sesuatu selama sesi. • memberitahu sesi Anda kepada pelatih atau narasumber lain. • mendapat umpan balik. • mengembangkan sesi Anda. • mendokumentasikan pelatihan Anda. Apa yang ditulis? Satu rencana sesi bisa berisi banyak elemen, berikut ini adalah hal-hal yang paling penting: • Tujuan. Satu rencana sesi harus memberi tujuan sesi. Hal ini bisa membantu pelatih untuk menjalankan sesi dan mengevaluasi akibatnya. • Waktu. Indikasi waktu lamanya sesi diperlukan untuk merencanakan agenda pelatihan. • Bahan-bahan. Catatan mengenai persiapan, ruang dan bahan-bahan yang diperlukan membuat pelatih sadar tentang apa dan bagaimana harus dipersiapkan. • Akitifitas atau langkah-langkah. Instruksi, petunjuk, pertanyaan dan latihan sederhana bisa digambarkan di sini. Harus juga berisi jawaban dan informasi lengkap mengenai pertanyaan atau subjek yang sepertinya akan muncul selama pelatihan. Instruksi mengenai bagaimana bahan lain yang ditampilkan harus juga disertakan, seperti alat bantu visual dan lembar latihan. • Alat bantu visual, lembar latihan dan materi bacaan. Bahan apa pun yang diperlukan untuk menjalankan sesi, seperti transparansi untuk presentasi, lembar kerja untuk latihan, studi kasus dan materi bacaan harus disertakan.



144



MODUL IV



METODE DAN MEDIA PELATIHAN



Berbagi Metode Pelatihan Praktek Metode Pelatihan Memilih Metode Pelatihan Pemanfaatan Media Pembelajaran



BERBAGI METODE PELATIHAN



Tujuan Pada akhir sesi ini, peserta: • dapat mengemukakan berbagai metode pelatihan yang mereka kenal dengan teknik ”bola salju” • dapat memilih beberapa metode yang ingin dipraktekkan



Bahan



Post-it, selotip/double tip



Waktu



240 menit (dibagi dalam 2 sesi)



Proses 1. Pelatih menjelaskan bahwa selama sesi ini peserta akan berbagi tentang semua metode pelatihan yang mereka ketahui dan memilih beberapa diantaranya untuk mereka praktekkan nantinya. Dengan teknik “snowballing” (bola salju) peserta berbagi pengalaman mengenai “menggunakan berbagai metode pelatihan”. 2. Undang setiap peserta untuk menulis sebanyak mungkin metode pelatihan yang dapat mereka ingat pada papan tulis. 3. Minta peserta untuk berpasangan, menjelaskan tentang apa yang mereka tulis dan jika diperlukan saling menjelaskan tentang metode ini sebelum menuliskannya pada post-it yang terpisah. 4. Mintalah peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang. Mereka diminta untuk menyiapkan sebuah daftar metode. 5. Akhirnya minta mereka membentuk kelompok 10 orang, kemudian minta mereka untuk menyepakati sebuah daftar yang tersusun serta memilih tiga metode yang mereka suka untuk dipraktekkan (metode yang akan mereka coba sebagai seorang pelatih). 6. Minta kepada setiap kelompok untuk memperagakan hasilnya dan memeriksa daftar mereka dan membandingkan serta mendiskusikan perbedaannya diantara kelompok. 7. Peserta memilih metode yang akan dipraktekan, dan membentuk 4 kelompok yang terdiri dari 3 orang (trio) yang akan memfasilitasi sebuah kegiatan selama 30 menit (pada sesi praktek) dengan menggunakan satu dari metode pelatihan yang terpilih. 8. Bentuk kelompok, biarkan mereka menyiapkan diri sekurangnya selama satu jam. 9. Pelatih merefleksikan metode bola salju: keuntungan, kerugian, tujuan, kapan saat penggunaannya? Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |



147



MEMPRAKTEKKAN METODE PELATIHAN



Tujuan



Peserta mempraktekkan penggunaan metode pelatihan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya



Bahan • Kebutuhan praktek peserta (ingatkan kepada peserta untuk menyiapkan segala sesuatu yang mereka butuhkan sendiri). • Foto kopi lembar pengamatan



Waktu



Untuk tiap trio 30 menit praktek dan 15 menit refleksi. Total waktu untuk sesi praktek adalah 240 menit (dibagi dalam 2 sesi)



Proses 1. Perkenalkan tujuan dan prosedur sesi. 2. Sebelum trio pertama memulai dengan kegiatan mereka, jelaskan peran peserta lain, bahwa mereka pada saat yang sama sebagai pengamat dan perkenalkan hal-hal penting yang harus mereka amati/ingat. Bagikan lembar pengamatan. 3. Setelah praktek, minta peserta, pelatih dan pengamat untuk mengingat dan menuliskan pengalaman-pengalaman dan pengamatan mereka. 4. Jelaskan bahwa refleksi akan berfokus pada penampilan trio. Refleksi mengenai metode yang digunakan akan dilakukan kemudian pada sesi akhir. Refleksikan praktek dengan cara berikut: • Undang pelatih trio untuk mengungkapkan apa yang mereka pikir saat berlangsung, tanyakan apa yang akan mereka rubah di waktu selanjutnya. Cocokkan perasaan ini satu per satu dengan pengamatan dari pengamat. • Pertama undang peserta untuk memberikan umpan balik positif dan kemudian minta ide-ide untuk pengembangan. • Tambahkan umpan balik Anda sendiri jika perlu. 5. Lanjutkan dengan kelompok yang lain dengan cara yang sama dan dorong mereka untuk menggunakan hal-hal penting pembelajaran dari trio sebelumnya. 6. Tanyakan kepada tiap trio apakah mereka merasa yakin untuk menggunakan metode yang dipraktekkan dalam setting pelatihan sebenarnya selanjutnya. Jika tidak, mengapa? 7. Pelatih merumuskan hal-hal penting dari pembelajaran.



148



Panduan Praktek Metode Pelatihan Tujuan: • Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempraktekkan suatu metode pelatihan. • Mempraktekkan dan mengamati metode dan keterampilan pelatihan baru • Menggabungkan pemahaman peserta tentang pembelajaran orang dewasa dan prinsip pelatihan. • Menerima umpan balik dari sesama peserta dan pelatih. Praktek: Tiap tiga orang akan diberi waktu selama 30 menit untuk memfasilitasi aktivitas mereka. Anda akan bertindak sebagai satu tim sebagai berikut: 1. Orang pertama akan memperkenalkan kegiatan tersebut. 2. Orang kedua akan melaksanakan kegiatan tersebut. 3. Dan orang ketiga akan “memproses” kegiatan tersebut, melalui hal seperti refleksi, analisis, ringkasan dan kesimpulan. Persiapan: Persiapan yang dilakukan oleh setiap kelompok sebagai berikut: 1. Persiapkan satu topik yang sesuai dengan metodenya. 2. Putuskan siapa yang akan memperkenalkan, melaksanakan dan memproses kegiatan. 3. Siapkan bagian fasilitasi, siapkan semua pengaturan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan. 4. Cobalah berlatih sebelum mempraktekkan dan periksa apakah Anda berlaku sebagai satu tim, mengelola waktu dengan baik dan lain-lain. 5. Lakukan!



Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |



149



Lembar Kerja PRAKTEK METODE PELATIHAN Sebagai pengamat, lakukan pengamatan secara seksama dengan menggunakan tabel berikut: Apakah pelatih...(beri centang jika jawabannya “YA”)



Bagaimana pelatih melakukannya



………Memperkenalkan tujuan sesi ini ………Menjelaskan metode dan prosedur sesi ………Melibatkan peserta dalam pembelajaran ………Menggunakan alat bantu visual ………Memberikan kesempatan peserta untuk praktek ………Memotivasi peserta ………Melibatkan peserta selama analisis dan refleksi kegiatan ………Merumuskan kegiatan Untuk peserta. Jawab pertanyaan berikut: 1. Apa yang membantu Anda untuk belajar? 2. Apa yang membatasi Anda dalam belajar? 3. Apa yang bisa membantu Anda untuk belajar lebih baik? Untuk trio pelatihan. Jawab pertanyaan berikut: 1. Bagaimana pikiran Anda tentang jalannya kegiatan? 2. Apakah yang berlangsung berbeda dari yang diharapkan? 3. Apa yang lebih sulit dari yang diperkirakan? 4. Untuk di masa datang, hal berbeda apa yang akan dilakukan?



150



Saran pengembangan



MEMILIH METODE PELATIHAN



Tujuan Pada akhir sesi peserta: • Dapat menjelaskan mengapa metode pelatihan harus dipilih dengan hati-hati agar sesuai dengan tujuan dari satu sesi dan sesuai dengan profil pembelajar. • Dapat menjelaskan bahwa banyak metode yang cocok untuk meningkatkan kesadaran atau pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang bisa mengembangkan keterampilan atau merubah sikap. • Mampu memilih metode pelatihan yang tepat sesuai dengan tujuan, kelompok sasaran yang berbeda, serta situasi yang spesifik.



Bahan



Potongan lembar kerja



Waktu



240 menit (dibagi dalam 2 sesi)



Proses 1. Pelatih menjelaskan bahwa dalam latihan yang akan dilakukan, peserta akan mempraktekkan cara memilih metode pelatihan. 2. Lakukan curah pendapat cepat dengan peserta mengenai apa yang mereka pikirkan dan apa yang harus dipertimbangkan ketika memilih metode pelatihan. 3. Jika perlu perkenalkan, jelaskan istilah kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap. 4. Bentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang anggota, bagikan potongan kertas dengan metode pelatihan yang berbeda dan tujuan-tujuan yang berbeda menurut ranah belajar (kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap). 5. Rumuskan tujuan dan sasaran pelatihan, tentukan pembatas-pembatas pelatihan, pilih metode pelatihan yang sesuai. Berikan alasan mengapa anda memilih metode tersebut. Dalam diskusi, cegah diskusi yang terlalu panjang mengenai detil, tetapi pastikan bahwa pola keseluruhan mencerminkan bahwa banyak metode cocok untuk tujuantujuan peningkatan kesadaran dan pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang efektif untuk meningkatkan keterampilan atau mengubah sikap. Refleksikan metode yang mereka gunakan dan konsekuensi keluaran apa yang diharapkan dari aktifitas pelatihan mereka. 6. Pelatih mendiskusikan hasilnya dan memberi penguatan terhadap proses yang telah berlangsung dengan menggunakan bahan bacaan pokok yang telah tersedia.



Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |



151



Lembar Latihan Pemilihan Metode Pelatihan Tergantung pada tujuan, kelompok sasaran, dan situasi spesifik. Gunting menjadi potongan terpisah:



152



KESADARAN



PETANI



PENGETAHUAN



FASILITATOR LAPANGAN



KETERAMPILAN



PEMERINTAH



SIKAP



PENGAMBILAN KEPUTUSAN



KOMPLEKSITAS ISI



TOPIK KONTROVERSIAL



RUANG KECIL



LEBIH DARI 30 PESERTA



WAKTU HANYA 1 JAM



PELATIH TIDAK BERPENGALAMAN



KULIAH



ENERGIZERS



DEMONSTRASI



KUNJUNGAN LAPANGAN



KELOMPOK DISKUSI KECIL



LATIHAN INDIVIDUAL



KELOMPOK DISKUSI BESAR



KUIS



STUDI KASUS



BERCERITA



SIMULASI



PAMERAN



CURAH PENDAPAT



PENGAMATAN



PERMAINAN PERAN



UMPAN BALIK PERSONAL



PENUGASAN/LATIHAN



MENGGAMBAR



BOLA SALJU



VIDEO



Bahan Bacaan



• Pemilihan Metofe Pelatihan



Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |



153



PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN



Tujuan



Pada akhir sesi peserta: • Dapat mengindentifikasi lima kelebihan dan kekurangan dari media yang dipilih • Mengidentifikasi lima hal yang boleh dilakukan dan jangan dilakukan dalam menggunakan media yang dipilih.



Bahan



Contoh penggunaan media yang tepat dan kurang/tidak tepat dalam konteks pelatihan atau non pelatihan (dapat berupa rekaman audo visual, disiapkan support team), flip chart



Waktu



240 menit (dibagi dalam 2 sesi)



Proses 1. Pelatih memperkenalkan tujuan dan prosedur sesi ini. 2. Lalu, perkenalkan latihan snowballing. Minta peserta untuk berpasangan dan mendaftar kelebihan dan kekurangan penggunaan satu media yang dipilih. Pada akhirnya kelompok-kelompok tersebut akan bergabung bersama sehingga pada akhirnya ada satu daftar akhir tentang kelebihan dan kekurangan. 3. Periksa daftar tersebut bersama peserta dan tambahlah jika diperlukan. 4. Minta peserta untuk berefleksi mengenai pengalaman mereka menggunakan medium tertentu tersebut atau refleksikan bagaimana orang lain telah menggunakannya. Mulai putaran pertama snowballing, kali ini mengenai hal yang harus dan jangan dilakukan dalam menggunakan medium yang sama, tetapi sekarang berakhir dengan dua kelompok. 5. Pajanglah kedua daftar tersebut dan carilah kesamaan dan perbedaannya. 6. Tambahkan hal yang harus dan jangan dari Anda sendiri jika perlu. 7. Akhiri dengan daftar final hal yang harus dan jangan.



Catatan untuk pelatih • Sesi ini bisa digunakan untuk setiap medium pelatihan. Media yang paling umum adalah flip chart dan transparansi. Oleh karena itu lebih baik untuk menanyai peserta tentang media mana yang ingin mereka pelajari lebih lanjut dan adaptasikan sesi dan materi bacaan untuk media tertentu tersebut • Untuk lebih kreatif, pelatih dapat menggunakan alternatif proses di bawah ini untuk menggantikan proses di atas.



154



Alternati Proses: 1. Alternatif A. Bagilah kelompok menjadi dua. Dengan menggunakan permainan peran, satu kelompok harus menampilkan satu contoh yang salah dari medium pelatihan dan yang lain harus menampilkan satu contoh yang baik. Peserta yang lain menulis sebanyak mungkin aspek baik dan buruk dari kedua permainan sepanjang yang bisa mereka pikirkan. 2. Alternatif B. Bagilah kelompok menjadi sebanyak media yang ingin Anda bicarakan. Minta setiap kelompok untuk melakukan latihan pemetaan pikiran. 3. Alternatif C. Organisasikan suatu perlombaan untuk membuat tranparansi yang paling kreatifdan jelas mengenai topik yang sama, satu kelompok menggunakan komputer dan yang lain menggunakan tangan. Ide dari latihan ini adalah untuk menunjukkan bahwa transparansi yang dibuat dengan peralatan teknologi tinggi, hasilnya juga bisa sebaik atau sama dengan yang dibuat dengan tangan. 4. Alternatif D. Minta setiap orang untuk menuliskan masalah apa pun yang mereka hadapi ketika menggunakan media tertentu, pada kartu-kartu yang berbeda. Letakkan semua kartu dalam satu kotak dan minta tiap peserta mengambil satu dan berusaha memberikan saran bagaimana cara menangani maslah tersebut (kelompok bisa menambahkan saran ini bila perlu).



Bahan Bacaan



• Penilaian Ingatan dalam Pembelajaran Visual



Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |



155



BAHAN BACAAN POKOK MODUL IV PEMILIHAN METODE PELATIHAN Tidak ada cetak biru untuk memilih metode pelatihan. Tidak ada petunjuk yang jelas dalam menentukan metode pelatihan. Memilih metode yang akan digunakan adalah proses kreatif dan analitis yang harus mempertimbangkan berbagai masalah. Setiap pelatih memiliki metode personal yang digemarinya, tergantung pada minat, gaya dan pengalaman personal. Bagaimanapun kita, sebagai pelatih, harus mencoba memilih satu metode pelatihan yang tepat tidak hanya berdasarkan minat sendiri tetapi terutama dari sudut pandang peserta. Berikut ini beberapa petunjuk yang bisa Anda gunakan ketika memilih satu metode. Kebutuhan terhadap berbagai metode pelatihan. Orang memiliki gaya pembelajaran mereka sendiri. Beberapa orang cenderung untuk menyimak dan menganalisis, yang lain lebih menyukai pengamatan atau pengalaman dan praktek. Untuk mendukung semua perbedaan cara pembelajaran gaya tersebut, sebagai pelatih harus menggunakan berbagai metode pelatihan. Petunjuk untuk memilih metode pelatihan Pertimbangkan hal berikut ini dalam memilih metode pelatihan: • Apakah tujuan pembelajaran? Tujuan pembelajaran bisa berhubungan dengan peningkatan kesadaran, pemahaman, penguasaan keterampilan, perubahan sikap. Perubahan sikap adalah tantangan untuk pelatih, mereka berubah sangat lambat dan agak tidak pasti. Perubahan sikap lebih banyak muncul dari bagaimana sesuatu dilakukan daripada apa yang dikatakan. Perubahan sikap kebanyakan cenderung muncul dalam interaksi kelompok dengan anggotanya. • Berapa banyak pengalaman yang dimiliki peserta yang berhubungan dengan topiknya? Jika mereka memiliki pengalaman, maka Anda harus mempertimbangkannya, dan memberi mereka kesempatan untuk mengingat dan berbagi. Kita bisa menggunakan studi kasus, permainan peran, simulasi, curah pendapat dan lain-lain. sebagai cara untuk berbagi pengalaman. • Bagaimanakah profil peserta? Berapa umur, seks, latar belakang pendidikan dan sosial mereka? Bagaimana mereka biasa belajar? Apakah mereka pernah mengikuti program pelatihan ebelumnya? • Bagaimana pengalaman Anda sendiri? Apakah kekuatan dan kelemahan Anda? Sebagai seorang pelatih, Anda harus merasa nyaman menggunakan metode pelatihan. • Seperti apakah situasi praktisnya? Anda harus memeriksa, ketersediaan waktu, bahan-bahan, sumber daya, fasilitas, dan tempat.



156



Metode Pelatihan Berdasarkan Tipe Penggunaan Ringkasan berikut ini akan memberi Anda beberapa petunjuk tentang berbagai tipe penerapan sejumlah metode pelatihan. METODE PELATIHAN KULIAH



DISKUSI TERSTRUKTUR



DISKUSI KELOMPOK KECIL CURAH PENDAPAT



STUDI KASUS DEMONSTRASI KUNJUNGAN LAPANGAN PERMAINAN PERAN



PERMAINAN (GAMES) SIMULASI ICE BREAKERS ENERGIZERS



PENERAPAN • Memindahkan pengetahuan dari pelatih kepada peserta • Jumlah peserta yang banyak • Memperkenalkan topik dan teori yang baru dan kompleks • Memperkenalkan modul-modul dan tujuan pelatihan • Mempertukarkan opini-opini dan ide-ide • Pemecahan masalah, Perencanaan • Strategi perumusan • Masalah-masalah kontroversial • Berbagi pengalaman • Mempertukarkan ide-ide dan opini-opini • Pemecahan masalah, Perencanaan • Mengumpulkan ide-ide, pengalaman-pengalaman masa lalu • Pemecahan masalah • Berpikir kreatif/inovatif • Menyediakan waktu jeda yang menyegarkan dan membentuk minat kelompok • Pemecahan masalah • Pengambilan keputusan • Analisis situasi kompleks • Pembelajaran satu keterampilan • Operasi perangkat lunak, mesin-mesin dan instrumen • Mengaitkan teori dengan praktek • Mempraktekkan keterampilan • Pengamatan dan refleksi • Pelatihan untuk menghadapi situasi yang saling bertentangan dan menegangkan • Mengajar keterampilan interpersonal, keterampilan komunikasi dan negosiasi • Membawa dimensi kemanusiaan dari suatu studi kasus • Memperkuat pola perilaku empatis • Masalah pengelolaan, Pengambilan keputusan • Pembangunan tim • Konsep pengelolaan, Pengambilan keputusan • Pembangunan Tim • Perencanaan jangka pendek dan panjang • Saling mengenal • Mendorong interaksi • Membangkitkan semangat, membangunkan peserta yang mengantuk dan bosan • Merangsang berpikir kreatif, memecah kebuntuan berpikir • Menantang asumsi dasar • Melengkapi konsep baru • Pembentukan kelompok, Pembangunan tim • Bergembira Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |



157



PENILAIAN INGATAN DALAM PEMBELAJARAN VISUAL Dikarenakan ingatan jangka pendek hilang dalam beberapa detik, presenter, pendidik, dan pelatih harus menemukan cara untuk “mengatur” informasi agar muncul dalam ingatan jangka panjang. Salah satu cara untuk melakukan hal tersebut adalah dengan menggunakan alat bantu visual. Alat bantu visual memainkan peranan penting dalam membantu peserta mempertahankan informasi. Peneliti Edgar Dale mengembangkan apa yang sekarang dikenal sebagai ”Pengalaman Dale Cone — Dale’s Cone of Experience (Walters, 1993). Penelitiannya menyimpulkan bahwa orang akan mengingat: • 20% dari apa yang mereka dengar • 30% dari apa yang mereka lihat • 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar • 80% dari apa yang mereka dengar, lihat, dan lakukan. A. Mengapa Menggunakan Alat Bantu Visual? Tujuan utama dari alat bantu visual adalah untuk mempertinggi nilai pelatihan, dan meningkatkan ingatan. Kata kuncinya adalah alat bantu. Tampilan visual tidak dapat menggantikan posisi dari kata-kata yang dikatakan. Untuk Menangkap Perhatian Tampilan visual membantu menangkap dan menjaga perhatian peserta. Alat bantu visual dapat sangat sederhana dan sedikit banyak kuno, atau dapat cerdik dan dramatis. Semuanya tergantung pada pilihan pribadi, biaya, ketersediaan sumber, jenis presentasi, besar ruangan dan pengaturannya, peserta, dan tujuannya. Untuk Menekankan Hal-Hal Tertentu Tampilan visual dapat juga dibuat untuk menekankan hal-hal tertentu. Dengan kata kunci atau grafik, pesan dapat disampaikan secara visual dan verbal. Seperti yang telah dikemukakan di depan, cara seperti ini dapat membuat pesan yang tersimpan meningkat dari 20% menjadi 50%. Untuk Mengorganisasikan Informasi Alat bantu visual membantu pelatih untuk mengorganisasikan materinya. Ingatlah, bagaimanapun, alat bantu visual tidak mengatur sesi pelatihan. Pelatih sebaiknya siap dengan membangun pelatihan dan materi pelatihan, dan alat bantu visual ditempatkan sebagai stategi untuk membuat kerangka yang meningkatkan nilai pelatihan. Sebagai sebuah alat untuk mengorganisir, tampilan visual juga suatu cara bagi pelatih untuk memandu peserta. Jika pelatih menggunakan tampilan visual untuk mempresentasikan hal tertentu, peserta akan lebih mungkin untuk mengikuti jalannya pelatihan. Sebagai hasilnya, pelatih tampak lebih profesional, lebih siap, dan akan meningkatkan kompetensinya juga.



158



Untuk Meningkatkan Pemahaman Penggunaan alat bantu visual dapat meningkatkan pemahaman. Mereka dapat mengilustrasikan apa yang dikatakan melalui grafik, tabel, gambar atau kata kunci. Hal ini bernilai jika pelatih menjelaskan konsep atau sesuatu yang sulit dipahami. Anda dapat menyederhanakan informasi tersebut dengan menyaring hal tersebut menjadi lebih mudah dimengerti. Sebagai contoh, pelatih ingin menyajikan sebuah presentasi yang berisi banyak sekali gambar atau statistik. Informasi ini akan lebih menarik dan bermakna, jika dipresentasikan dengan tabel dan chart, daripada dalam baris-baris dan kolom-kolom angka. Untuk Mendukung Pesan Yang Disampaikan Alat bantu visual mendukung pesan dengan merangsang kepekaan peserta. Kemudahan untuk menggunakan perangkat komputer yang memiliki hubungan memungkinkan pelatih untuk menyampaikan pesan dengan warna-warna yang menarik, gambar, isyarat, dan suara. Untuk Menekankan Poin Kunci Walaupun berbagai macam tehnik verbal dapat digunakan untuk menekankan poin kunci, banyak peserta tidak dapat mencapai apa yang ditekankan oleh pelatih. Sebagai contoh, pelatih dapat berkata seperti, ”Poin penting pertama adalah...” atau ”Saya tidak cukup menekankan pentingnya ...” atau ”Sekarang setelah kita mengetahui penyebabnya, mari lihat akibatnya.” Ingatlah bahwa sebagian besar orang bukan pendengar yang baik dan banyak orang memproses informasi dengan gaya yang berbeda-beda, meletakkan poin kunci pada tampilan visual akan membantu memberi penekanan jika pelatih menginginkan hal tersebut. Tidak akan ada keraguan mengenai informasi penting yang ditampilkan secara visual. B. Panduan Menggunakan Alat Bantu Visual Alat bantu visual yang biasanya digunakan adalah tampilan slide PowerPoint. Komputer pada umumnya memiliki tampilan slide untuk transparansi dengan tampilan 35 mm. Perlengkapan yang dibutuhkan adalah sebuah komputer dan sebuah proyektor LCD. Fleksibilitas media ini memungkinkan anda untuk memodifikasi informasi pada saat itu juga untuk merefleksikan perkembangan berita terakhir atau masukan dari peserta. Sayangnya, dengan kemampuan ini pelatih sering terlalu bergantung pada media ini dan menjadi lebih pasif dalam menyampaikan pelatihan. Alat bantu visual lainnya adalah flip-chart dan transparansi (sebagaimana yang telah dijelaskan di bagian depan materi ini). Tanpa melihat alat bantu visual yang anda gunakan, petunjuk berikut akan membantu anda untuk menciptakan tampilan visual sehingga dapat mendapatkan hasil yang anda inginkan. 1. Batasi Penggunaannya Pertama-tama, jangan menggunakan terlalu banyak tampilan visual. Dapat dikatakan bahwa satu layar, slide, atau transparansi bukan apa-apa dalam pelatihan jika dibandingkan dengan yang lainnya. Ingatlah bahwa tampilan visual adalah alat bantu, bukan inti dari presentasi. Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |



159



2. Buatlah Sederhana Tidak ada yang lebih mengganggu selain melihat tampilan atau transparansi yang dibuat dalam satu halaman yang dipenuhi dengan teks tanpa garis batasan informasi. Cantumkan hanya satu ide untuk setiap tampilan dan jangan lebih dari satu ilustrasi. Sebaiknya hanya ada enam atau tujuh kata per garis dan enam atau tujuh baris untuk tiap tampilan. Jika anda memiliki banyak data yang harus ditampilkan, bagilah hal tersebut menjadi beberapa tampilan. Beberapa pelatih yang memiliki banyak sekali ketersediaan pilihan bahkan juga perangkat lunak komputer yang memadai cenderung keluar jalur dikarenakan terlalu banyak membuat, seperti menambahkan animasi dan efek suara, kedua hal ini akan mengganggu. Ingatlah bahwa semakin sedikit maka akan semakin efektif. 3. Buatlah Untuk Mudah Dibaca Setiap tampilan seharusnya tampak jelas bagi penonton. Gunakan jenis huruf yang tidak lebih kecil dari dua puluh empat dan ukuran yang lebih besar untuk judul. Gunakan jenis huruf sans serif seperti Arial atau Helvetica. Gunakan juga kombinasi huruf besar dan huruf kecil. 4. Gunakan Warna Penggunaan warna akan lebih efektif dibandingkan warna hitam dan putih untuk beberapa alasan. Pertama, hal tersebut dapat memberikan dampak kognitif yang baik. Orangorang mudah mengingat warna. Sebagai hasilnya, sebuah tampilan warna yang lebih menarik, lebih berdampak, dan membuat kesan yang lebih besar. Dengan ketersediaan alat cetak warna dan teknologi lainnya, menggunakan warna menjadi sangat mudah. Pertimbangan penting lainnya adalah peserta mengharapkan adanya warna. Mengapa film hitam-putih berubah menjadi ”berwarna”? Hal ini dikarenakan orang-orang telah meninggalkan hitam dan putih. C. Menggunakan Alat Bantu Visual Digunakan Saat Papan Tulis Spontan Lambat Pertemuan Kapur Mudah digunakan Sementara informal, kecil Murah Kemungkinan terbaca kecil Membangun Dapat dihapus Terbatas dengan kapur ide-ide secara Perhatian-Lebih bisa didapatkan Membelakangi penonton spontan Memecah ceramah yang Berasosiasi dengan hari-hari Sesi bertukar membosakan di sekolah pikiran Berantakan Alat Bantu Keuntungan



160



Kekurangan



Flip-chart



Spontan Membantu persiapan Tampak berbeda Permanen Mudah untuk digunakan Dapat dibawa-bawa Memudahkan anda saat menjelaskan serangkaian ide Murah Berwarna (tergantung pada warna yang dijual di pasar)



Tampilan Power-Point



Berkualitas Tinggi Fotografis Sangat mudah dibawa Mudah untuk digunakan Dapat disesuaikan dengan setiap ukuran kelompok Dengan remote control, pelatih dapat berpindah-pindah Cepat, mudah menyiapkan transparansi (banyak salinannya) Lampu hidup Pembicara berhadapan dengan penonton Semua ukuran kelompok Secara langsung atau disiapkan terlebih dahulu Sangat fleksibel Kualitasnya dapat dipilih Murah Tepat untuk menjelaskan ilustrasi Mudah diperbarui Profesional Generator diskusi yang bagus Segera mendapatkan umpan balik Semua ukuran kelompok Efektif untuk menunjukkan agar tidak melakukan sesuatu Sangat efektif untuk pelatihan yang berpusat pada pembelajar Melihat dan mendengar digunakan dalam pembelajaran ”Ahli” yang ditampilkan dapat menguatkan apa yang dikatakan pelatih



Overhead Projector (OHP)



Video



Keterikatan Ukurannya besar sekali Terbatas untuk menulis Tidak fleksibel dalam ukuran atau rangkaian Mahal jika disiapkan secara profesional Pelatih cenderung menuliskan dalam ukuran kecil untuk menempatkan semua ide pada satu halaman Kertas mudah sobek Ruangan gelap Dapat tampak seperti ”dikandang” Tampilan menjadi pusat perhatian, bukan pembicara



Kelompok kecil Ceramah secara spontan Bertukar pikiran Daftar, langkahlangkah prosedural



Proyektor dapat menghalangi pandangan kecuali jika ditempatkan secara hati-hati Kurang mudah dibawa 35 mm Persiapan transparansi sangat sederhana sehingga orang cenderung menggunakan hal ini jika terlalu sibuk Kecenderungan untuk digunakan berlebihan Fokus Overhead Projector kadangkala sulit diatur



Presentasi keuangan dan tehnik Presentasi kelompok penjualan Seminar, pelatihan dimana pembicara ingin membangun pendekatan



Ruangan gelap Mahal Digunakan sebagai pengganti untuk pelajaran atau presentasi



Pendukung untuk program pelatihan Tampilan umpan balik terhadap performansi peserta Menciptakan suasana atau perasaan seperti pembukaan presentasi pembicara.



Program yang berulang dimana detail fotografis dan profesional tampak penting



Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |



161



Gunakan warna-warna yang kuat sebagai latar belakang. Medium biru bagus sebagai latar belakang dengan teks yang berwarna putih, kuning cerah, atau merah muda. Jangan gunakan merah tua, hijau tua atau biru tua. Warna-warna tersebut tidak memproyeksikan dengan baik. Ingatlah, bagaimanapun, banyak orang yang buta warna. Sekitar 20 persen manusia tidak dapat membedakan spektrum warna, karenanya objek atau teks yang berwarna ditampilkan dengan warna yang teduh seperti abu-abu, hitam, dan putih, variasikan hanya dengan mengatur tingkat keterangan atau kegelapannya. Semakin anda dapat menciptakan pembedaan di antara warna-warna, semakin mudah bagi orang yang buta warna untuk melihat. Gunakan itu, kemudian hilangkan itu Karena tampilan visual adalah sebuah alat bantu, maka ini dapat dilihat hanya saat hal tersebut relevan dengan apa tujuan pembuatannya. Saat Anda selesai dengan tampilan Anda, tekan tombol ”B” pada komputer Anda untuk pindah ke halaman yang kosong. (Jika Anda menggunakan remote, hal ini memungkinkan untuk menciptakan layar kosong dengan baik) Jika tidak, peserta akan terus terfokus pada alat bantu visual dan akan memberikan sedikit atau tidak sama sekali perhatian pada apa yang Anda katakan. Orang-orang mudah dikacaukan, maka jangan berikan mereka sesuatu yang dapat mengalihkan mereka dari pesan penting yang Anda sampaikan. Lakukan Sebuah Latihan Tampilan yang terlihat baik pada komputer Anda dapat terlihat tidak sebaik itu saat di proyeksikan. Uji tampilan presentasi Anda dalam ruangan yang agak gelap dengan proyektor yang akan Anda gunakan pada ruangan yang sebenarnya. Apa yang Anda lihat pada layar komputer anda tidak seperti apa yang akan Anda lihat dalam ruangan yang agak gelap, sebagai contoh, warna-warna yang ada bisa saja pudar. D. Alat Bantu Visual Lainnya Yang Biasanya Digunakan 1. Flip-Chart Pad dan Kuda-kuda Flip-chart ini memiliki dua penggunaan yang berbeda: (1) halaman yang telah disiapkan (2) halaman kosong untuk menangkap informasi yang didapatkan secara spontan selama sesi berlangsung. Mari mulai dengan halaman yang telah disiapkan. Petunjuk untuk menggunakan flip-chart. Halaman yang telah disiapkan digunakan sama seperti tampilan atau transparansi, tetapi mereka cenderung mengkomunikasikan pendekatan atau suasana yang tidak formal. Kelebihan dari halaman yang telah disiapkan adalah anda memiliki cukup waktu untuk memastikan apakah cetakan yang anda buat rapi dan dapat dibaca. Hal ini penting jika anda memiliki masalah dalam menulis sehingga dapat terbaca. Kelebihan lain waktu anda yang berharga selama sesi tidak terhabiskan di kuda-kuda; anda dapat menunjukkan informasi dengan cepat dan seterusnya. Bentuk lain dari alat bantu visual, halaman yang ganda sebagai catatan bagi presenter.



162



Halaman kosong digunakan untuk menampilkan atau menangkap informasi yang ada selama sesi, pertimbangkanlah apa yang penting dan yang tidak untuk dilakukan. Pertama, jika anda meminta masukan dari peserta dan Anda menangkap respon mereka, tuliskan dengan tepat apa yang mereka katakan. Jangan menerjemahkan informasi tersebut kedalam bahasa Anda sendiri. Bagaimana jika orang yang memberikan respon mengalami kesulitan saat menyampaikan responnya secara singkat dan jelas? Dua pendekatan yang berbeda dapat digunakan: (1) Setelah mendengarkan dengan seksama terhadap respon orang tersebut, minta orang tersebut untuk menyimpulkan apa yang ia sampaikan dalam beberapa kata sehingga Anda dapat mencantumkannya dalam flip-chart atau (2) jika orang tersebut tidak memungkinkan untuk menyimpulkan apa yang ia sampaikan, para frase-kan apa yang Anda dengar dan mintalah ijin untuk menuliskan interpretasi Anda. Dalam sesi satu hari penuh atau setengah hari, ide yang baik untuk melepaskan halaman tersebut dan mengikatkan mereka pada dinding. Sebelum melakukan hal tersebut, bagaimanapun, berikan penjelasan singkat judul pada bagian atas setiap lembar yang ada. Untuk menghemat waktu, potong satu inci pita penutup menjadi dua atau tiga inci potongan sebelum sesi dimulai. Hal ini memungkinkan anda untuk menampilkan lembar-lembar tersebut dengan cepat. Tergantung pada dinding yang akan ditutupi, anda sebaiknya menggunakan paku payung (push pins). Jika anda tidak diijinkan untuk menggunakan pita atau peniti, alternatif yang aman adalah dengan menggunakan magnet—bantalan kuda-kuda yang terlepas dapat digunakan untuk melekatkan pada permukaan dinding dan dapat ditempatkan kembali pada dinding. Lembar ini dapat dihapus dan digunakan kembali selama anda menggunakan pena yang dapat dihapus. Jangan menulis pada lembar setelah hal tersebut ditampilkan, banyak pena yang memiliki kemungkinan membanjiri! Pastikan menggunakan tinta yang dapat dicuci untuk kasus ini. Petunjuk Untuk Menulis Pada Flip-Chart. Metode apapun yang anda pilih, petunjuk berikut ini akan membantu anda untuk menciptakan gambaran diri anda yang lebih cemerlang dan profesional kepada peserta: • Gunakan flip-chart dalam kelompok yang relatif kecil atau tidak lebih dari dua puluh lima atau tiga puluh peserta. • Cetaklah dengan menggunakan huruf balok yang tingginya dua atau tiga inci sehingga setiap orang di dalam ruangan dapat melihat informasi tersebut. • Jangan meletakkan lebih dari enam baris informasi pada sebuah halaman. • Jangan memenuhi halaman pada bagian bawah. Orang-orang akan duduk; penglihatan vertikal mereka akan terbatasi. • Jangan berbicara dengan menghadap kuda-kuda saat anda menulis. • Tunggu setidaknya dua puluh sampai tiga puluh detik setelah anda selesai menulis. Sekali lagi, berikan orang-orang kesempatan untuk menangkap informasi yang diberikan. Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |



163



• Pertimbangkan untuk menggunakan dua atau lebih kuda-kuda di bagian depan ruang untuk melanjutkan, ide-ide yang mengalir tanpa bisa disela atau jika anda tidak dapat menampilkan halaman tersebut di dinding. • Jika memungkinkan, pilih bantalan kuda-kuda dengan kertas yang berwarna putih dengan melubangi bagian atas lembaran agar mudah untuk disobek. Jangan menggunakan kertas flip-chart yang berwarna gelap; hal tersebut membuat Anda kelihatan tidak profesional. • Gunakan pena warna yang lebar sehingga tidak membanjiri kertas. • Tinggalkan kertas kosong di sisi Anda, penting sekali untuk anda menyiapkan beberapa halaman sebelum waktu yang ditetapkan. Kecuali jika kertas tersebut buram, menulis pada halaman ini dibawah halaman yang kosong akan menunjukkan hal ini. • Perhatikan dampak dari warna. Gunakan biru, hijau, cokelat, dan hitam untuk menambahkan variasi dan ketertarikan. Simpan warna merah untuk menekankan. Juga, jangan menggunkan warna merah dan hijau pada halaman yang sama. Seseorang yang mengalami buta warna tidak akan dapat membedakan kedua warna ini. • Gunakan warna yang berbeda untuk membuat garis sehingga menjadi lebih mudah untuk dibaca. • Gunakan warna secara sistematis: satu warna untuk halaman atas, satu untuk poin utama, yang lainnya untuk sub poin. • Jika anda tidak menulis, letakkan pena anda. 2. Overhead Projector (OHP) dan Transparansi Transparansi baik digunakan untuk ukuran penonton yang sedang dan kecil. Mereka mudah untuk dibuat dan digunakan, tetapi sama seperti alat bantu visual lainnya, mereka dapat disalahgunakan. Menyiapkan Transparansi. Terdapat beberapa cara untuk membuat transparansisebuah metode untuk setiap buku saku. Dengan harga yang murah, anda dapat membeli sebuah kotak transparansi dan menuliskan dengan pena berwarna yang tepat pada acetate. Sebagai langkah awal, belilah sekotak transparansi yang jelas atau berwarna yang dibuat khusus untuk printer laser atau mesin fotocopy. Jika menggunakan laser printer, hasilkan teks dari komputer anda, kirimlah transparansi anda kedalam printer anda. Jika anda memiliki meteri yang telah anda cetak dan ingin memindahkan kedalam transparansi, pindahkan transparansi kedalam kertas yang kemudian anda copy. Beberapa orang lebih suka memilih kertas yang berwarna. Dalam kasus seperti ini, anda membutuhkan printer berwarna untuk komputer anda agar menghasilkan dokumen tersebut. Petunjuk Untuk Menggunakan Transparansi. Sebagai tambahan kepada petunjuk dasar untuk semua alat bantu visual dalam hal tipe ukuran, kemudahan, dan penggunaan warna, transparansi menampilkan beberapa kelebihan unik sebagai pertimbangan penting.



164



Kreativitas. Transparansi memberikan kreativitas dengan menggunakan sedikit imajinasi. Sebagai tambahan untuk tipe yang berbeda dari film sebelumnya, anda dapat menciptakan sebuah transparansi yang ”aktif ” untuk menghasilkan dampak yang berlapis. Sebagai contoh, Anda dapat menciptakan sebuah transparansi dengan kata-kata kunci dan kemudian potong film menjadi beberapa bagian sehingga Anda bisa mendapatkan beberapa ”transparansi mini”. Kemudian Anda dapat menciptakan efek menggantung dengan meletakkan setiap kata pada proyektor seperti yang Anda umumkan atau tunjukkan. Membingkai. Keahlian dari transparansi adalah membingkai. Membingkai suatu transparansi tidak mementingkan keterangan, kekakuan, buatlah hal tersebut mudah untuk ditangani dan tampilkan tutur kata yang baik. Sekali lagi, pilihan ini, tergantung pada biaya dan kesukaan pribadi. Salah satu cara adalah dengan membeli sekotak bingkai karton dimana anda menempeli transparansi dengan pita transparan. Pilihan lainnya untuk membeli Instaframe, bingkai plastik dengan disisipkan kaca. Letakkan bingkai tersebut pada overhead proyektor (OHP) dan letakkan transparansi individu diatasnya dan ambillah seperti saat Anda menggunakannya. Hal ini memungkinkan anda untuk menyimpan transparansi Anda apapun yang Anda pilih — dalam sebuah kotak, map, buku catatan, amplop — tanpa membeli bingkai lainnya. Pilihan bingkai yang ketiga adalah untuk membeli dari perusahaan 3M Company FlipFrame, sebuah bingkai transparansi yang dapat anda gunakan dengan menyisipkan transparansi. Bingkai ini dapat digantungkan tertutup dengan bentuk ”terbalik” sepanjang bingkai transparansi dan menyediakan ruang untuk catatan sehingga semua orang tidak dapat melihat. FlipFrame memiliki lubang di sepanjang tepi kirinya sehingga anda dapat meletakkanya dalam map buku agar dapat terorganisir dan terlindungi. Kontrol. Kita tidak menginginkan dalam sesi overhead projector yang digunankan mengalami gangguan dikarenakan pelatih tidak mengontrol alat ini sebelum digunakan. Sebagai contoh, peserta seharusnya tidak pernah melihat layar yang kosong dengan lampu yang menyala. Letakkan transparansi pada bagian dasar dan hidupkan proyektor. Matikan proyektor sebelum anda mengganti transparansi. Beberapa orang percaya bahwa proses menghidupkan dan mematikan layar untuk transparansi yang banyak akan mengganggu peserta dan pelatih. Ada cara untuk mengatasi gangguan dan ketidaknyamanan ini. Potonglah secarik kertas yang berat berbentuk persegi atau karton sesuai dengan ukuran lensa pada lubang bidik; sertakan juga dengan pita perekat diatas bagian luar lensa. Sebagai ganti mematikan proyektor diantara pergantian transparansi, anda dapat dengan mudah menurunkan penutup tersebut, menciptakan layar yang hitam. (Catatan: mematikan dan menghidupkan proyektor dengan lebih cepat seringkali lebih mengacaukan). Persamaannya, anda dapat meletakkan selembar kertas atau karton diatas dasar proyektor untuk menutupi cahayanya. Sebuah remote dapat dibeli dari sebuah toko elektronik sehingga memungkinkan proyektor dihidupkan dan dimatikan dari jarak beberapa kaki. Hal ini sangat efektif saat anda akan berbicara yang panjang sebelum anda menunjukkan transparansi selanjutnya atau jika anda berpindah bersama penonton dan Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |



165



tidak ingin memecahkan suasana dengan kembali ke depan ruangan untuk mematikan protektor. Aspek lain dari kontrol termasuk cara anda menggunkan overhead projector. Tujuan dari overhead projector adalah untuk membantu anda menunjukkan tampilan visual selagi anda berinteraksi dengan peserta. Anda dapat menarik perhatian pada hal-hal khusus di transparansi tanpa membelakangi penonton. Perhatian kelompok dapat diarahkan dalam beberapa cara dengan menggunakan transparansi. Salah satu cara adalah dengan menutupi transparansi dengan selembar kertas; seperti saat anda membuat poin-poin, jangan tutupi setiap kata atau garis pada transparansi. Dengan cara ini peserta akan membaca hanya apa yang inginkan mereka baca dan kapan mereka membaca. Cara lain adalah dengan menggunakan tongkat penunjuk atau pena untuk mengarahkan perhatian peserta pada kata kunci di transparansi. Banyak standar atau cara menarik masuk pointer, tetapi anda dapat membuat hal tersebut lebih menarik dengan membeli tongkat penunjuk khusus, seperti salah satunya dijual oleh Creative Pelatihan Techniques atau yang tersedia di toko baru. Tetap ada metode untuk mengarahkan perhatian pada informasi-informasi khusus pada transparansi yaitu dengan menggunakan pena transparansi untuk membuat garis atau melingkari poin kunci. Satu kata atau saran: jangan pernah melakukan hal tersebut di atas layar! Lengan anda akan membuat sebuah bayangan pada layar, yang tidak hanya mengganggu, tetapi juga menghalangi pandangan penuh ke layar. Alasan lain untuk tidak membuat poin diatas layar adalah karena hal itu menyebabkan anda membelakangi kelompok, ambil manfaat dari mengelola kontak langsung dengan kelompok. Alasan terakhir untuk tidak membuat poin diatas layar adalah menghindari kerusakan layar dengan tongkat penunjuk anda. Saran kecil terakhir mengenai penggunaan suatu overhead projector untuk memantulkan cahaya dekat dengan layar untuk membuat ketajaman kontras dan membuat penonton lebih mudah untuk melihat. 3. Video dan Video Klip Video klip dapat digunakan dalam banyak cara sama seperti demonstrasi atau naskah bermain peran. Seperti media dan metode lain, anda memiliki beberapa pilihan. Gunakan bagian kecil dari sebuah film atau siaran televisi untuk mengilustrasikan tujuan. Hal ini sangat efektif, tetapi pastikan anda telah mendapatkan ijin. Hukum untuk hak cipta janganlah Anda langgar. Bagaimanapun, terdapat perpustakaan hak cipta-video klip bebas untuk digunakan dalam presentasi. Juga, klip berita dan acara lainnya yang tergambar dalam film biasanya ada pada daerah publik. Salah satu cara mengatasi biaya dan perjanjian tidak menyenangkan dengan materi hak cipta adalah dengan membuat sendiri video klip anda. Kualitasnya tergantung pada seberapa besar uang yang rela atau mungkin untuk anda keluarkan. Gunakan video kamera atau bayarlah videogarpher profesional untuk membantu memproduksi video, ingatlah bahwa biaya terbesar adalah pada proses mengedit.



166



Anda dapat menuliskan sendiri naskah anda dan menggunakan teman anda, rekan kerja anda, atau siswa sekolah acting dari sekolah atau universitas lokal untuk mengilustrasikan tujuan, kemampuan, atau konsep dalam sketsa yang pendek. Ini adalah kesempatan yang baik bagi aktor yang berobsesi dan belum berpengalaman untuk menggali pengalaman dan penampilan.



Modul IV - Metode dan Media Pelatihan |



167



168



MODUL V



MENYAMPAIKAN PELATIHAN



Karakteristik Pelatih Dan Gaya Pelatihan Membangun Hubungan/Interaksi Memperkenalkan Ketrampilan Fasilitasi Praktek Kemampuan Menyimak Praktek Pengamatan Praktek Bertanya Memberikan dan Menerima Umpan Balik Praktek Parafrase Praktek Menguji Praktek Dialog Komunikasi Non Verbal Mengatur Perilaku yang Sulit Praktek Fasilitasi Menilai Keterampilan Fasilitasi



KARAKTERISTIK PELATIH DAN GAYA PELATIHAN



Tujuan Pada bagian ini, peserta dapat: • Mengidentifikasi pilihan gaya pelatihannya • Mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan fleksibilitas gaya pelatihan • Membedakan antara pelatihan yang berpusat pada pembelajar (learner-centered) dan pelatihan yang berpusat pada materi (information-centered)



Bahan



Lembar latihan (ada 4 latihan).



Waktu



120 menit



Proses 1. Pelatih membagi peserta ke dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 anggota. Khusus untuk latihan-3, peserta berpasangan (dengan anggota dalam kelompok tersebut). 2. Peserta mengerjakan terlebih dahulu semua latihan (ada 4 latihan). Pelatih memandu latihan tersebut. Jika pindah ke latihan berikutnya, pastikan semua peserta sudah siap untuk itu. 3. Oleh setiap peserta, hasil latihan dishare di dalam kelompoknya. 4. Pelatih membantu melakukan penstrukturan pengalaman berdasarkan pengalaman peserta yang dikaitkan dengan bahan bacaan.



Lembar Kerja Latihan-1: Karakteristik dan Kompetensi Pelatih Ingat kembali pengalaman pembelajaran Anda yang terbaik dan terburuk sepanjang hidup Anda (sekolah dasar, sekolah lanjutan, perguruan tinggi, organisasi-organisasi, lingkungan kerja). Untuk setiap pengalaman, jelaskan dengan singkat garis besarnya dan daftarlah faktorfaktor apa saja yang membuat pengalaman tersebut baik atau buruk.



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



171



Deskripsi pengalaman yang baik:



Faktor-faktor yang membuat hal tersebut baik:



Deskripsi pengalaman yang buruk:



Faktor-faktor yang membuat hal tersebut buruk:



Bayangkan bagaimana perasaan dan reaksi Anda untuk pengalaman yang baik maupun yang buruk. Seberapa efektif pengalaman pembelajaran tersebut? Seberapa jauh kontribusi pelatihan atau pengalaman pembelajaran tersebut terhadap kesuksesan Anda? Latihan-2: Apakah Anda Pelatih yang Baik? Agar efektif, pelatih harus memiliki kompetensi yang sempurna dalam area-area berikut ini: • Pertama dan terutama, pelatih yang profesional harus memliki sebuah tujuan usaha. Mereka harus memperhatikan diri mereka dengan meningkatkan pencapaian dan fokus terhadap hasil usaha. • Pelatih yang profesional juga harus mampu untuk mengenali dan mengakui saat pelatihan tidak sesuai dalam menyelesaikan suatu masalah. • Pelatih harus mampu menyesuaikan kemampuan interpersonalnya dan mampu beradaptasi terhadap berbagai variasi orang, budaya, dan situasi. • Pelatih yang profesional menghabiskan keseluruhan hidupnya untuk mengasah kepekaannya dan menyempurnakan kemampuannya, mempelajari kemampuan baru, dan mereka selalu mengikuti perkembangan terbaru dari tren, konsep, dan aplikasi dalam lapangan. Sepanjang tahun-tahun terakhir, penelitian dalam bidang pendidikan telah mengidentifikasi karakteristik-karakteristik atau sifat-sifat yang berpengaruh terhadap kesuksesan guruguru. Hal tersebut dapat digunakan pula untuk mengetahui sifat-sifat pelatih yang baik. Cheklist di bawah ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik yang Anda tampilkan saat Anda berperan sebagai pelatih. Berilah tanda centang untuk bagian yang menggambarkan diri Anda.



172



Ciri-Ciri pelatih yang efektif _____ Pengetahuan mengenai subjek _____ Keaslian (apa adanya) _____ Mampu mengorganisir dengan baik _____ Berorientasi pada tujuan _____ Berkepala dingin; tenang _____ Berpenampilan profesional (fisik) _____ Kemampuan untuk menghubungkan materi dengan situasi partisipan _____ Pendengar yang baik _____ Fleksibel; spontan _____ Bersikap positif _____ Terpercaya _____ Mampu untuk menghubungkan orang lain dari setiap tingkatan _____ Pembimbing dan konselor



_____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____



Mampu berbicara dengan jelas Memiliki rasa empati; memahami Memiliki selera humor Menggunakan variasi dari beberapa metode Hangat; dapat didekati Bijaksana Memiliki kualitas suara yang baik Bersemangat Memiliki konsep diri yang positif Jujur dan terbuka Berpusat pada partisipan Respek terhadap partisipan Memiliki kestabilan emosi Mampu melakukan diagnosa Objektif



Latihan-3: (dilakukan secara berpasangan di dalam kelompok terkait) Mengidentifikasi Gaya Pelatihan Anda Untuk meningkatkan kepekaan terhadap gaya pelatihan Anda, lengkapilah instrumen pengukuran di bawah ini. Anda akan mengevaluasi diri anda sendiri sebagai ”pelatih” dan kemudian menggolongkan pernyataan-pernyataan tersebut dengan memasukkan apa yang anda pikir akan Anda lakukan. Setelah Anda selesai, lalu minta pasangan Anda untuk mengevaluasi Anda dengan melengkapi pengukuran tersebut (Anda-pun menilai pasangan Anda), dan kemudian bandingkan hasilnya. Instruksi: Setiap item dari 20 item yang ada berisi empat pernyataan mengenai bagaimana pelatih bertindak atau cara mereka dalam bertindak. Urutkan setiap kumpulan pernyataan untuk menggambarkan tingkat kesesuaian masing-masing pernyataan dalam menggambarkan gaya pelatih saat membawakan materi. Berikan angka empat (4) untuk pernyataan yang paling menggambarkan karakteristik atau paling mendeskripsikan pelatih; berikan angka tiga (3) untuk pernyataan deskriptif selanjutnya; nilai dua (2) untuk pernyataan deskriptif selanjutnya; dan angka satu (1) untuk pernyataan yang paling tidak menggambarkan pelatih. Catatlah jawaban Anda terhadap masing-masing pernyataan dilembar yang telah tersedia Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



173



Untuk beberapa item, Anda mungkin berpikir bahwa semua pernyataan sangat menggambarkan atau tidak sesuai sama sekali. Untuk mendapatkan umpan balik yang lebih akurat, pastikan diri Anda memberi nilai setiap pernyataan tersebut sebaik mungkin. ”Saat Melatih Orang Dewasa, Saya/Orang Ini Lebih Suka Untuk ... ” 1.



a. Memberikan keleluasaan latihan atau diskusi pada bagian tertentu yang diminati pembelajar ------ b. Menilai efektifitas pelatih dari seberapa baik persiapan materi yang tercakup ------ c. Duduk bersama dengan pembelajar yang dilatih mereka. ------



d. Menjadikan dirinya sebagai panutan dan mendorong pembelajar untuk bersaing -----dengan pelatih 2.



3.



a. Mengakhiri sesi pelatihan dengan menyarikan pelajaran penting dan menyarankan kepada pembelajar cara untuk mengaplikasikannya dalam pekerjaan. ------ b. Mengatur ruangan agar dapat pembelajar lebih disiplin dan terkontrol. c. Menggunakan waktu khusus untuk menginformasikan pembelajar apa yang -----mereka harapkan untuk dilakukan d. Memusatkan perhatian pembelajar lebih pada diri mereka sendiri dan -----pencapaian mereka daripada kepada pelatih ------



a. Meningkatkan keterlibatan dengan ide orang lain untuk mendukung usaha pembelajar ketika mengaplikasikan keterampilan baru b. Membiarkan kelompok ”mengatasi” pembelajar yang sulit atau menyelesaikan -----sendiri masalah yang ada. c. Mengevaluasi pembelajar dengan memberikan tugas untuk mengetahui ingatan -----mereka mengenai materi yang disampaikan. ------ d. Berhati-hati memimpin dan mengontrol diskusi kelompok. ------



4. ------ a. Memberikan fokus pada presentasi yang menarik Learners ------ b. Menghindari dampak penurunan dengan tidak mengabaikan beberapa materi utama



c. Menunjukkan kemauan untuk belajar dari pembelajar dengan mengakui -----kesalahan atau kekurangtahuan. d. Mengumpulkan informasi latar belakang dan mengatur tingkatan isi materi dari -----setiap kelompok. SIAPAKAH? 5. a. Menyertakan pembelajar dalam desain aktivitas untuk merangsang pemikiran -----kritis dan reflektif. b. Mengkomunikasikan harapan-harapan positif untuk pembelajar yang lambat -----melalui umpan balik dan dorongan semangat, dalam rangka membantu pengembangan mereka. Instruktur c. Memotivasi pembelajar melalui percakapan yang antusias, cerita-cerita lucu, dan -----video hiburan atau yang dapat menginspirasi. ------ d. Mengatur ketepatan waktu dalam jadwal



174



6.



a. Sesekali menggunakan perlengkapan multimedia untuk mendukung aktivitas pembelajaran. ----------- b. Mempresentasikan materi dengan urutan yang logis.



c. Membiarkan pembelajar untuk terlibat atau menentukan prioritas materi dan -----tujuan. d. Memastikan bahwa pembelajar melaksanakan dan mengikuti kemampuan -----pembelajaran yang diinstruksikan. 7.



a. Secara keseluruhan memenuhi semua area pembelajaran dengan membagi waktu yang terjadwal. -----b. Mengubah materi atau metode pelatihan berdasarkan umpan balik mengenai perubahan kinerja pembelajar setelah pelatihan. ----------- c. Mengatur suatu langkah presentasi yang konsisten sepanjang program. d. Menunjukkan perhatian dan ketertarikan terhadap pribadi pembelajar dan masalahnya. ------



8. ------ a. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan ”kesukaan” pembelajar terhadap pelatih. ------ b. Membiarkan pembelajar membuat kesalahan dan belajar dari sesi pengalaman.



c. Menyingkapkan pada pembelajar untuk menerima materi secara tradisional dan prosedur yang benar. -----d. Bertanya kepada pembelajar dengan pertanyaan yang didesain untuk memandu -----mereka menemukan sendiri poin kunci.



9.



a. Secara berkala menilai bahasa tubuh pembelajar dan kondisi emosional serta kesesuaian aktivitas atau kesesuaian jadwal. -----b. Menggali materi yang berkaitan dengan masalah yang kontroversial sebagai pengalaman pembelajaran yang potensial. ----------- c. Merencanakan dan menyusun materi pelatihan dengan sangat terperinci. d. Memulai program dengan menginformasikan peserta mengenai pengalaman atau kualifikasi pelatih dan tujuan pelatih untuk program tersebut. ------



10.



a. Mengutip suatu bibliografi sebagai sumber utama materi diskusi untuk perkembangan pribadi pembelajar lebih lanjut. -----b. Menggunakan posisi sebagai pelatih untuk mengatasi dengan cepat masalah ”pembelajar yang sulit” (orang yang suka memonopoli, berbicara hanya pada satu sisi, penembak jitu, dsb). -----c. Menggunakan pakaian tidak formal (kasual) untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang tidak formal. -----d. Menghindari membuang-buang waktu dengan cara menjawab pertanyaan -----pembelajar dengan cepat dan kemudian melanjutkan.



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



175



11.



a. Mengarahkan perhatian pembelajar terutama kepada pelatih dan apa yang akan dikatakan atau diperagakan. ------ b. Seringkali mengalihkan pertanyaan peserta kepada peserta lain untuk dijawab. c. Memberikan materi pelajaran mandiri (self study) untuk menghidupkan minat -----peserta dan formasi harapan pelatihan. ------ d. Secara konsisten menyampaikan materi yang sama kepada setiap kelompok. ------



12. ------ a. Mengatur ruangan untuk mendukung aktivitas kelompok dan diskusi. ------ b. Selalu berdiri di depan kelas selama pelatihan.



------ c. Menjelaskan pada pembelajar suatu ikhtisar materi pelatihan. d. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan pada seberapa pandai pembelajar menampilkan keterampilan baru atau mengaplikasikan konsep baru pada pekerjaan. ------



13.



14.



a. Membangun gambaran profesional dengan mengatur sebuah jarak antara pelatih dan pembelajar. b. Membantu pembelajar memotivasi dirinya dengan mengembangkan -----keterampilan baru melalui keterlibatan dan partisipasi. ------ c. Mengarahkan aktivitas pembelajar dari dekat. d. Membiarkan pembelajar untuk menganalisis materi dan menuliskan kesimpulan -----mereka sendiri. ------



a. Mengakhiri sesi pelatihan dengan membantu pembelajar membuat rencana aksi untuk mengaplikasikan materi pelatihan kedalam masalah yang nyata. ------ b. Mengkritik pembelajar yang lambat untuk membantu mengembangkan mereka. c. Menghindari kontroversi sebagai sesuatu yang berpotensi merusak atau -----mematikan. ------ d. Melatih pembelajar dengan keterampilan baru mereka. ------



15. ------ a. b. -----c. -----d. -----16.



176



Menyediakan catatan terperinci untuk diambil pembelajar. Mendorong pembelajar untuk menghadapi tantangan dengan materi pelatihan yang ketinggalan jaman atau konsep yang diragukan pada pekerjaan. Mengatur aktivitas sehingga dapat menstimulasi dan menahan minat pembelajar. Menggunakan media (video, slide, overhead, dsb) secara ekstensif untuk meningkatkan profesionalitas saat presentasi.



a. Menggunakan suatu ikhitisiar pembukaan untuk menginformasikan peserta mengenai materi yang akan disajikan. b. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan peningkatan keperacayaan diri dan -----penghargaan diri (self-esteem) pembelajar. ------ c. Menggunakan pakaian formal untuk membangun suasana yang lebih serius. d. Meningkatkan kreativitas dalam menampilkan dan mengaplikasikan konsep -----pelatihan. ------



17.



18.



19.



20.



a. Mengubah materi atau metode pelatihan berdasarkan keahlian terbaru pada pokok pembelajaran. b. Memulai suatu program dengan meminta pembelajar mengenalkan dirinya kepada yang lain dan mengkomunikasikan pembelajar apa yang mereka -----harapkan. c. Menyesuaikan jadwal waktu selama program dalam menanggapi ketertarikan -----dan perhatian pembelajar. d. Meningkatkan kredibilitas terhadap pembelajar dengan menjawab semua -----pertanyaan dengan cepat dan akurat ------



a. Menghindari kemungkinan pertanyaan yang memalukan dan melindungi materi dengan menjaga kerahasiaan isi materi. b. Menyoroti poin kunci dengan terperinci, berbicara dari catatan yang telah -----dibuat dengan hati-hati. ------ c. Mengubah cara penyajian materi secara bergantian dan kreatif. d. Mengevaluasi pelatih berdasarkan kemampuannya untuk menyampaikan tujuan -----khusus. ------



a. Mempertahankan keahlian dan kredibilitas pelatih saat ditanya oleh peserta mengenai masalah dalam materi. ------ b. Menekankan adanya keterbukaan, komunikasi dua arah. c. Menggunakan struktur program untuk menanggapi kebutuhan khusus -----kelompok. d. Mengarahkan dan menyesuaikan kualitas materi pelatihan dengan kemampuan -----pembelajar yang ”rata-rata/sedang” ------



a. Mendengarkan dan mengamati dengan penuh perhatian saat kelompok -----mendiskusikan masalah atau aplikasi masalah. b. Memastikan bahwa pembelajar mendapatkan kesimpulan yang tepat dan -----menerima poin kunci atau konsep yang telah dipresentasikan. ------ c. Menggali alasan pertanyaan pembelajar untuk mengetahui perhatian individual d. Meraih kepercayaan dengan menggunakan gerakan tubuh yang efektif, sikap, -----dan vokal yang dinamis saat memberi pelatihan. Instructional Style Diagnosis Inventory



Lembar Penilaian Langkah 1. Instruksi: Pindahkan pilihan jawaban dari ISDI ke tabel penilaian di bawah ini. Perhatikan huruf-huruf di dalam tabel berikut tidak berurutan secara alfabetis Langkah 2. Jumlahkan tiap jawaban pada masing-masing kolom dan tuliskan pada bagian bawah dari tiap kolom. Langkah 3. Kurangi total jawaban A dengan C. Langkah 4. Kurangi total jawaban B dengan D. Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



177



Tabel Penilaian A -



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



C -



B -



D -



Total



--------------------Langkah 5. Letakkan hasil langkah 3 pada garis vertikal dan hasil langkah 4 pada garis horisontal. Langkah 6. Tarik garis yang menghubungkan dua titik di garis vertikal dan horisontal. Titik temu dua garis tersebut adalah gaya pelatihan anda. I



IV PENJUAL



II



III PROFESOR



(menekankan isi materi belajar)



178



PELATIH



PENGHIBUR



(menekankan pembelajaran)



Latihan 4



Perilaku Yang Berpusat pada Pembelajar versus Berpusat pada Informasi Instruksi: Untuk setiap item berikut, indikasikan apakah mendeskripsikan perilaku yang berpusat pada pembelajar (LC) atau yang berpusat pada informasi (IC). 1. 2. 3.



----------------------------



4. ---------5. 6. 7.



----------------------------



Tugas dari pelatih adalah mempresentasikan materi dengan jelas, logis, dan terorganisir dengan baik Pada awal sesi pelatihan, pelatih dengan jelas mengidentifikasi maksud sesi atau pelatihan. Pelatih mendorong peserta untuk bertanya saat mereka membutuhkan klarifikasi Alat bantu visual digunakan secara minimal Pelatih menggunakan test untuk mengetahui seberapa baik peserta mengingat materi. Pelatih memulai sesi dengan meninjau ulang kebiasaan mendasar untuk dipecahkan Faktor terpenting untuk dipertimbangkan saat mengevaluasi rangkaian program pelatihan adalah jumlah materi



8. ----------



Pelatih terbaik adalah seseorang yang melibatkan peserta



9.



Ruangan diatur dengan gaya kelas dengan peserta duduk dalam garis, semua menatap pelatih.



----------



10. ---------11. 12. 13.



----------------------------



Pelatih yang baik ahli dalam bidang pelajaran mereka Pengalaman dan pengetahuan materi lebih penting daripada kemampuan untuk melibatkan peserta dalam pembelajaran Pelatih menanyakan pada peserta apa yang ingin mereka ketahui dan pelajari Pelatih membangun banyak kesempatan untuk mencoba keterampilan dan ide baru mereka



14. ----------



Pelatih menetapkan dirinya sebagai ahli atau otoritas materi



15. ----------



Peran pelatih adalah untuk memfasilitasi proses pembelajaran



16.



Pelatih sering meletakkan peserta kedalam kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan atau memecahkan masalah



----------



17. ----------



Pelatih memilih variasi metode atau pendekatan pelatihan



18.



Peran terutama peserta adalah untuk menerima informasi dari pelatih atau orang yang ahli pada bidangnya



----------



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



179



Kunci Jawaban 1. 2. 3. 4. 5. 6.



IC IC LC IC IC IC



7. 8. 9. 10. 11. 12.



IC LC IC IC IC LC



13. 14. 15. 16. 17. 18.



LC IC LC LC LC IC



Gunakan daftar perilaku berikut sebagai pengingat untuk menciptakan pelatihan yang berpusat pada peserta: • Mengelola program dan perilaku dengan cara seakan-akan ”memiliki” pelatihan. • Ciptakan kesempatan-kesempatan bagi peserta untuk menemukan sesuatu secara sendiri. • Menetapkan harapan-harapan, baik oleh peserta maupun pelatih jauh di awal program. • Ciptakan suasana pembelajaran yang mendukung; dimana orang merasa bebas dari resiko, mengajukan pertanyaan, mencoba ide-ide baru dan cara untuk melakukan sesuatu. • Memperhatikan proses komunikasi, termasuk bahasa tubuh anda sebaik anda memperhatikan bahasa tubuh peserta. • Pertahankan tingkat energi anda selama sesi. Ini dapat berpengaruh pada peserta. • Terima ide-ide yang mungkin tidak anda setujui dan terima kenyataan bahwa beberapa orang mungkin tidak akan setuju dengan itu. • Tunjukkan penghargaan terhadap seluruh peserta, termasuk pada peserta yang sulit. • Jangan takut untuk mengakui apa yang tidak anda ketahui, berjanjilah untuk menemukan informasi dan kemudian informasi tersebut kepada peserta. • Gunakan penguatan postif selama sesi. • Pandanglah setiap pengalaman pelatihan sebagai kesempatan untuk mempelajari sesuatu dari peserta • Buatlah pengalaman pembelajaran yang dapat menyenangkan. • Carilah umpan balik dari kelompok tentang perilaku anda sehingga sebagai seorang pelatih anda bisa semakin tumbuh dan berkembang. Poin Kunci • Pelatih menetapkan keberhasilan atau kegagalan program pelatihan. • Pelatih yang efektif adalah seseorang yang belajar bagaimana kelenturan gaya mereka berdasarkan kebutuhan peserta. • Pelatihan yang efektif berpusat pada peserta daripada berpusat pada informasi.



Bahan Bacaan



• Interpretasi Instructional Style Diagnosis Inventory



180



MEMBANGUN HUBUNGAN/INTERAKSI



Tujuan Pesserta dapat: • menyebutkan faktor-faktor yang dapat menghambat terbinanya relasi yang baik antar pelatih dengan peserta. • menyimpulkan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk membina dan mempertahankan relasi yang baik antar pelatih dengan peserta.



Bahan Waktu



30 menit



Proses 1. Pelatih meminta peserta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menghambat terciptanya hubungan yang baik antar pelatih dengan peserta dalam sebuah pelatihan. 2. Pelatih meminta peserta untuk mengidentifikasi teknik menciptakan dan membina hubungan yang baik antar pelatih dengan peserta dalam konteks pelatihan. 3. Pelatih menyimpulkan pendapat peserta dengan memberi penguatan atas pengalaman peserta dan penstrukturan pengalaman peserta dengan pedoman bahan bacaan.



Bahan Bacaan



• Membangun Hubungan Saling Percaya (Rapport) antara Peserta-Pelatih dalam Pelatihan



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



181



MEMPERKENALKAN KETERAMPILAN FASILITASI



Tujuan



Pada akhir sesi peserta: • dapat menjelaskan mengapa keterampilan fasilitasi penting dalam pelatihan partisipatif



Bahan Flip chart, spidol



Waktu



90 menit



Proses 1. Pelatih memperkenalkan sesi dengan menanyakan beberapa contoh keterampilan fasilitasi. 2. Pelatih membagi peserta ke dalam kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 6 orang. 3. Kelompok berdiskusi untuk menginventarisir teknik-teknik fasilitasi yang biasanya digunakan dalam pelatihan. 4. Hasil kerja kelompok dipresentasikan. 5. Pelatih mengukuhkan dan merumuskan teknik-teknik fasilitasi.



Bahan Bacaan



• Fasilitasi dalam Pelatihan



182



PRAKTEK KEMAMPUAN MENYIMAK



Tujuan Pada akhir sesi peserta: • dapat menjelaskan perbedaan antara mendengar dan menyimak • dapat menjelaskan kenapa menyimak itu sulit dengan mendaftar beberapa hambatan dalam menyimak • mengidentifikasi hal-hal yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh seorang pelatih selama menyimak



Bahan Flip charts



Waktu



60 menit



Proses 1. Pelatih memperkenalkan tujuan sesi. Selanjutnya menjelaskan bahwa menyimak adalah keterampilan fasilitasi yang paling mendasar untuk setiap peserta (sebagai pelatih) karena semua keterampilan fasilitasi lain tidak bisa dilakukan tanpa menyimak. 2. Minta peserta jangan menulis apa pun selama menyelesaikan teka-teki berikut. Pelatih membacakan teka-teki dengan suara yang keras (jangan bagikan): Anda seorang sopir bis. Pada pemberhentian berikutnya 12 orang naik. Pada pemberhentian berikutnya 3 orang turun dan 5 naik. Pada pemberhentian ketiga 1 turun dan 6 naik. Pada pemberhentian keempat 5 naik 8 turun. Pada pemberhentian kelima 9 turun dan 3 naik. Pada pemberhentian keenam 3 turun dan 7 naik. Siapakah nama sopir bisnya? Jawab: nama Anda! 3. Refleksikan apa yang terjadi menggunakan pertanyaan berikut: • mengapa kebanyakan orang tidak tahu jawabannya? (melewatkan bagian awal, tidak konsentrasi, asumsi mengenai masalahnya). • Apakah perbedaan antara mendengar dan menyimak? • Bagaimana kaitannya dengan menyimak sebagai seorang pelatih? (menyimak masukan dan opini peserta tanpa mengadili, membandingkan, mengambil poin-poin utama, elemen-elemen umum, merumuskan dan lain-lain.) 4. Jelaskan dengan singkat beberapa hambatan untuk menyimak (lihat bahan bacaan pokok) yang perlu kita perhatikan untuk meningkatkan keterampilan menyimak. Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



183



5. Minta peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang dan tuliskan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menyimak sebagai pelatih pada flip chart seperti berikut ini; Seorang pelatih yang baik akan…. Seorang pelatih yang baik tidak akan …. 6. Tempel flip charts dan minta semua orang berkeliling dan membaca. Aktifitas ini bisa digunakan sebagai ilustrasi pendek yang menyegarkan mengenai fakta bahwa menyimak secara aktif tidak segampang seperti yang dibayangkan. Hal ini menunjukkan betapa gampangnya untuk tenggelam dalam detil dan melewatkan poin-poin kritis. Mereka akan benar-benar mempraktekkan keterampilan menyimak mereka selama melakukan latihan fasilitasi yang lain.



Bahan Bacaan • Menyimak



184



PRAKTEK PENGAMATAN



Tujuan



Pada akhir sesi peserta dapat menjelaskan alasan mengapa pengamatan menjadi faktor yang penting bagi seorang pelatih



Bahan



Kartu-kartu yang menyebutkan/menunjukkan perbedaan perilaku atau perasaan seperti sedih, senang, frustrasi, dan lain-lain (disiapkan oleh support team)



Waktu



60 menit



Proses 1. Pelatih memulai sesi dengan melakukan latihan pemanasan bersama peserta, berikut ini: • Minta seorang peserta yang mengenakan jam non-digital. • Minta orang tersebut untuk melepas jamnya dan masukkan ke dalam kantong Anda. • Katakan kepada orang tersebut bahwa Anda akan menguji kemampuan pengamatannya. • Peserta dibagi ke dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 anggota. • Pelatih meminta seluruh kelompok untuk ikut bermain dengan orang yang jamnya Anda gunakan, dengan cara menutup jam mereka sendiri. • Katakan kepada peserta seolah-olah jamnya hilang dan Anda telah menemukan. Tetapi, sebelum Anda mengembalikan, Anda ingin memastikan bahwa jam tersebut memang miliknya. Beberapa pertanyaan disertakan: –– Apa mereknya? –– Apa warna permukaannya? –– Apakah ada sesuatu yang tercetak dipermukaannya? –– Apakah hurufnya Roman atau Arabi? –– Berapa angka yang ditunjukkan? –– Apakah itu jam bekas? Ingatkan kelompok untuk menjawab pertanyaan yang sama untuk jam mereka, yang sudah mereka tutup. • Dengan mudah disimpulkan bahwa kebanyakan orang tidak gampang menjelaskan tentang jam mereka sendiri bahkan meskipun mereka melihatnya berkali-kali dalam sehari. Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



185



2. Ucapkan terima kasih kepada sukarelawan dan tanyakan kepada peserta: “kenapa kita kurang mengamati (Tekanan waktu? Kurangnya kepedulian? Menerima sesuatu apa adanya?). Apakah mereka mengenal orang yang mengamati dengan sangat baik (fotografer, seniman, pelukis, dan lain-lain, orang yang memerlukan keterampilan mengamati dengan baik untuk profesi mereka)? Apakah nilai pengamatan bagi seorang pelatih? Apa hal yang penting untuk diamati sebagai seorang pelatih? 3. Praktek mengamati. Pelatih menjelaskan bahwa mengamati bahasa tubuh bisa menjelaskan banyak hal tentang apa yang terjadi. Kadang-kadang bahasa tubuh lebih baik dari bahasa percakapan. Jelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan pengamatan bahasa tubuh masing-masing. Bagikan kartu kepada kelompok dan katakan kepada mereka satu dari anggota kelompok memainkan peran (non-verbal) yang ada di kartu dan anggota kelompok lain harus menggunakan keterampilan pengamatan mereka untuk menebak apakah perasaan atau perilakunya. 4. Pelatih merumuskan beberapa poin belajar dan jelaskan bahwa mereka bisa mempraktekkan keterampilan pengamatan mereka hampir secara terus menerus selama pelatihan ini.



Bahan Bacaan



• Praktek Mengamati



186



Lembar Latihan



Mempraktekkan Mengamati Perbesar halaman pada kertas tebal A5 dan potong gambar wajah menjadi kartu-kartu yang terpisah.



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



187



PRAKTEK BERTANYA



Tujuan



Pada akhir sesi peserta: • mampu membedakan antara pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. • mampu menggunakan jenis-jenis pertanyaan dengan tepat yang sesuai dengan konsep pembelajaran orang dewasa.



Bahan



Foto kopi lembar latihan



Waktu



120 menit



Proses 1. Pelatih memperkenalkan sesi dengan mengatakan bahwa mengajukan pertanyaan adalah alat fasilitasi yang sangat berguna dalam lingkungan pelatihan partisipatif. 2. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan mengapa sebagai pelatih perlu mengajukan pertanyaan. Diskusi dilakukan dalam kelompok (dengan 6 anggota) selama sekitar lima menit. 3. Kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 4. Pelatih menginventarisir jawaban dalam pleno dengan mencatat di papan tulis dan menambahkan jawaban jika perlu (lihat bahan bacaan pokok). 5. Pelatih mengajukan pertanyaan mengenai perbedaan antara pertanyaan tertutup dan terbuka, dan ajak peserta memberikan contoh untuk keduanya. 6. Pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur dalam menggunakan Triads atau Dyads untuk mempraktekkan: • Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan seorang pengamat; setelah pertama mempraktekkan, perannya digilir sehingga setiap orang dapat melakukan ketiga peran tersebut. • Dyads: Prinsipnya sama tetapi berpasangan tanpa pengamat. 7. Pelatih membagikan lembar latihan dan ajak peserta untuk mulai mempraktekkan dalam triads atau dyads. Monitor waktunya sementara peserta praktek tersebut. Pastikan peserta bertukar peran dalam waktu tersebut. 8. Pelatih menjelaskan bahwa ada beberapa tipe pertanyaan selain dari pertanyaan terbuka dan tertutup. Tanyakan jika peserta bisa memikirkan tipe pertanyaan lain untuk digunakan bagi kepentingan pelatihan. Diskusikan beberapa keuntungan dan kerugian pertanyaan tipe lain dan berikan contoh (lihat bahan bacaan pokok). 9. Rumuskan poin-poin pelajaran utama dan bagikan bahan bacaan pokok.



188



Catatan Jika peserta terbiasa dengan pertanyaan terbuka dan tertutup, Anda hanya mengingatkan mereka tentang perbedaannya dan mereka berpikir tentang pertanyaan yang lebih tepat dalam satu lingkungan pelatihan. Pilihan yang lain adalah sesi Pertanyaan tentang pertanyaan.



Lembar Latihan Pertanyaan Terbuka dan Tertutup 1. Diskusikan hasil kerja pasangan Anda dalam organisasinya: • Ronde 1 – Pergunakan hanya pertanyaan tertutup. • Ronde 2 – Pergunakan hanya pertanyaan terbuka. 2. Setelah 5 menit ganti peran dan ulangi prosedurnya. 3. Refleksikan pada latihan dengan mengajukan kepada Anda sendiri pertanyaan berikut: • Apa yang terjadi jika Anda mengajukan pertanyaan tertutup? • Apa yang terjadi jika Anda mengajukan pertanyaan terbuka? • Apakah perbedaan kualitas percakapan Anda jika menggunakan kedua tipe pertanyaan tersebut?



Bahan Bacaan



• Menggunakan Pertanyaan



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



189



MEMBERIKAN DAN MENERIMA UMPAN BALIK



Tujuan



Pada akhir sesi peserta: • dapat menjelaskan tujuan umpan balik • dapat menjelaskan perbedaan antara umpan balik yang baik & buruk • dapat menunjukkan keterampilan dalam memberi dan menerima umpan balik



Bahan



Foto kopi lembar latihan, flip charts, spidol



Waktu



60 menit



Proses 1. Pelatih memulai sesi dengan menanyakan kepada peserta bagaimana mereka menggambarkan umpan balik dan apa tujuan umpan balik itu. Jelaskan dengan singkat apa umpan balik itu. Gunakan jawaban peserta untuk menjelaskan mengapa teknik ini berguna dalam konteks pelatihan (lihat bahan bacaan pokok). 2. Katakan kepada peserta bahwa ada satu trick untuk menjelaskan kegunaan umpan balik. Perkenalkan prinsip Johari’s Window tahap demi tahap: • Pertama gambarkan empat kuadran dan jelaskan masing-masingnya dengan menyebutkan satu contoh yang mengandung beberapa contoh yang baik dan buruk dan jelaskan mengapa contoh tersebut baik atau buruk, jelaskan bahwa kita bisa mengembangkan lebih jauh jika kita bisa membuat ‘kotak bebas’ lebih besar. • Tanyakan bagaimana kita bisa membuat kotak tertutup lebih kecil dengan memperbesar kotak bebas (sharing), berikan satu contoh. • Tanyakan bagaimana kita bisa membuat kotak buta lebih besar dengan memperbesar kotak bebas (umpan balik), berikan satu contoh. 3. Pelatih mendampingi proses diskusi yang bertujuan untuk merumuskan tujuan umpan balik dalam lingkup pelatihan. Dalam diskusi tersebut adakan juga curah pendapat mengenai apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam umpan balik yang konstruktif dan tuliskan. 4. Bagikan materi sosio-drama dan biarkan peserta bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 6 anggota untuk mendiskusikan bacaan sosio-drama tersebut. 5. Hasil diskusi oleh setiap kelompoknya ditempelkan dan dipresentasikan (secara ringkas) di depan kelas. 6. Mintalah kepada peserta untuk memberikan contoh memberi dan menerima umpan balik yang tepat dalam konteks pelatihan dan prinsip pembelajaran orang dewasa.



190



Lembar Kerja Sosio-drama Mempraktekkan Umpan Balik Sosio-drama: Agus dan Pram Agus dan Pram adalah dua peserta Pelatihan Pelatih. Agus memfasilitasi satu sesi pelatihan untuk mempraktekkan keterampilannya sebagai seorang pelatih. Setelah sesi, peserta lain diundang untuk memberi Agus umpan balik. Pram senang utuk berbagi pengamatannya dan mengatakan kepada Agus: “Agus, Anda sering terlalu gugup di depan kelas, Anda mestinya lebih percaya diri di depan kelas.” Sosio-drama: Wawan dan Didik Wawan dan Didik adalah dua peserta dari Pelatihan Pelatih. Selama berlatih dalam kelompok kecil, Wawan merasa terganggu oleh Didik dan mengatakan kepadanya: “Didik, Anda sangat dominan, Anda mestinya lebih partisipatif!” Sosio-drama: Jalal dan Arif Jalal adalah pelatih dari Pelatihan Pelatih, yang mengalami kesulitan karena memiliki banyak sekali peserta yang berpartisipasi dalam diskusi. Arif, yang terus-menerus bicara, sangat mengganggunya. Setelah satu interupsi lain oleh Arif dia berkata kepadanya: “Arif, diamlah, Anda terlalu cerewet! Anda mestinya memberi peserta lain kesempatan untuk mengatakan sesuatu.”



Bahan Bacaan



• Umpan Balik - Belajar Satu Sama Lain



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



191



PRAKTEK PARAFRASE



Tujuan Pada akhir sesi peserta: • Dapat menjelaskan pengertian parafrase • Dapat menjelaskan kapan parafrase itu bisa berguna • Berlatih menggunakan parafrase selama pelatihan berlangsung



Bahan Waktu



60 menit



Proses 1. Pelatih meminta peserta, jika mereka bisa mendefinisikan apa parafrase itu. Tuliskan istilah dan definisinya. 2. Gali ide-ide peserta saat mereka berpikir bahwa hal ini bisa berguna untuk teknik fasilitasi. 3. Pelatih menjelaskan kepada peserta bagaimana pengungkapan dengan cara lain dan berikan beberapa contoh. 4. Pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur menggunakan triads atau dyads untuk mempraktekkan • Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan seorang penyimak; setelah mempraktekkan pertama kali, perannya digilir yang memungkinkan setiap orang untuk bertindak dalam tiga peran tersebut. • Dyads: prinsip yang sama tetapi dalam pasangan tanpa pengamat. 5. Praktek. Biarkan peserta untuk mengalami kegunaan parafrase dengan mempraktekkan parafrase dalam triads atau dyads masing-masing selama 5 menit. Monitor waktunya sementara peserta masing-masing melakukan parafrase, pastikan mereka bertukar peran dalam waktu tersebut. 6. Refleksi. Ajak peserta untuk merefleksikan praktek yang baru saja dilakukan, dengan menanyakan pertanyaan berikut: • Bagaimana tanggapan Anda sebagai seorang peserta ketika mendengar kembali kata-kata Anda sendiri? • Bagaimana cara Anda sebagai pelatih mengungkapkan dengan kata lain?



192



• Apa yang menyulitkan? Apa yang bisa membantu? • Apa keuntungan dari parafrase untuk pembicara, penyimak dan pelatih secara bersamasama



Bahan Bacaan • Parafrase



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



193



PRAKTEK MENGUJI



Tujuan Pada akhir sesi peserta: • dapat menjelaskan apakah menguji itu • dapat menjelaskan mengapa menguji itu penting dalam suatu lingkup pelatihan • dapat menjelaskan perbedaan antara diskusi dan dialog



Bahan



Foto kopi teka-teki pada flip chart atau transparansi (supaya lebih kreatif, perlu disediakan berbagai teka-teki)



Waktu



60 menit



Proses 1. Pelatih melakukan curah pendapat dengan peserta mengenai apakah menguji itu. Jelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan menguji dengan melakukan aktifitas yang menyenangkan. 2. Minta peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang untuk melakukan kegiatan yang merangsang pemikiran. 3. Pelatih memberikan kepada kelompok masalah untuk dipecahkan – satu teka-teki. Penyelesainnya akan diberikan kepada satu orang untuk tiap kelompok dan kelompok harus menemukan jawaban dengan bertanya kepada orang tersebut dengan pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan “ya” atau “tidak”. 4. Pajang teka-tekinya di tempat yang bisa dilihat setiap orang selama permainan ini. Minta seseorang yang pernah memainkan permainan ini sebelumnya sebagai seorang pengamat dalam kelompoknya. Teka-teki: ”Seseorang diketemukan tewas di padang pasir. Disampingnya terletak sebuah bungkusan. Jika dia membuka bungkusan tersebut dia tidak akan mati. Apakah isi bungkusan itu?” Jawaban: sebuah parasut! 5. Minta kepada tiap kelompok saat mendapatkan jawaban agar menyimpannya untuk kelompok sendiri, tetapi minta untuk melambaikan tangan (pelatih mungkin juga menghentikan permainan begitu satu kelompok mendapatkan jawaban, menyediakan waktu yang cukup untuk setiap orang dalam berusaha memecahkan teka-teki dengan baik, sekitar 10 menit).



194



6. Begitu teka-teki telah dipecahkan refleksikan apa yang terjadi dengan bertanya: • Apa yang membantu Anda untuk menguji dengan baik (menyimak dengan aktif, mengembangkan ide-ide, berpikir kreatif, memperjelas informasi, menganalisis masalah dengan hati-hati) • Apa yang menghindarkan Anda untuk menguji dengan baik? (tidak menyimak dengan baik, meloncat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain, kurang berpikir kreatif, berasumsi) • Bagaimana hal ini berkaitan dengan pelatihan? Kenapa menguji adalah satu keterampilan penting untuk seorang pelatih (untuk menggali peserta, untuk memecahkan masalah-masalah, untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan opini peserta, untuk memfasilitasi dialog)? 7. Ringkaskan pelajaran pentingnya dan bagikan bahan bacaan pokok.



Lembar Kerja Teka-teki: Seseorang diketemukan tewas di padang pasir. Di sampingnya terletak sebuah bungkusan. Jika dia membuka bungkusan tersebut dia tidak akan mati. Apakah isi bungkusan itu? Jawaban: sebuah parasut! 1. Minta kepada tiap kelompok saat mendapatkan jawaban agar menyimpannya untuk kelompok sendiri, tetapi minta untuk melambaikan tangan (pelatih pakar mungkin juga menghentikan permainan begitu satu kelompok mendapatkan jawaban, menyediakan waktu yang cukup untuk setiap orang dalam berusaha memecahkan teka-teki dengan baik, sekitar 10 menit). 2. Begitu teka-teki telah dipecahkan refleksikan apa yang terjadi dengan bertanya: • Apa yang membantu Anda untuk menguji dengan baik (menyimak dengan aktif, mengembangkan ide-ide, berpikir kreatif , memperjelas informasi, menganalisis masalah dengan hati-hati) • Apa yang menghindarkan Anda untuk menguji dengan baik? (tidak menyimak dengan baik, meloncat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain, kurang berpikir kreatif, berasumsi) • Bagaimana hal ini berkaitan dengan pelatihan? Kenapa menguji adalah satu keterampilan penting untuk seorang pelatih (untuk menggali peserta, untuk memecahkan masalah-masalah, untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan opini peserta, untuk memfasilitasi dialog) 3. Ringkaskan pelajaran pentingnya dan bagikan materi bacaan.



Bahan Bacaan • Menguji



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



195



PRAKTEK DIALOG



Tujuan Pada akhir sesi peserta: • Dapat menjelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi. • Dapat menjelaskan pentingnya menciptakan dialog dalam pelatihan. • Dapat berlatih menciptakan dialog selama pelatihan berlangsung.



Bahan



Lembar pengamatan



Waktu



60 menit



Proses 1. Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan dialog. Jalankan curah pendapat dengan cepat mengenai perbedaan antara diskusi dan dialog. 2. Diskusikan bagaimana peserta bisa memfasilitasi dialog. 3. Lalu pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur menggunakan triads untuk mempraktekkan. 4. Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan seorang penyimak; setelah mempraktekkan pertama kali, perannya digilir yang memungkinkan setiap orang untuk bertindak dalam tiga peran tersebut. 5. Bagi kelompok dalam triads dan bagikan foto kopi lembar pengamatan. 6. Biarkan peserta untuk mempraktekkan dialog dalam triads masing-masing selama lima menit agar mencapai satu konsensus mengenai satu masalah penting (pilih sesuatu yang sesuai). Monitor waktunya sementara peserta mempraktekkan dialog, pastikan mereka menggilir peran dalam waktu tersebut. 7. Ajak peserta untuk refleksikan latihan dengan mengajukan pertanyaan berikut: • Kapan Anda melewatkan kesempatan dan mengapa? • Mengapa membuatnya sulit? Apa yang bisa membantu? • Apa manfaat menciptakan dialog dalam suatu pelatihan?



196



Lembar Kerja Lembar Pengamatan Penilaian Dialog Latihan Pengantar Menguji pemahaman adalah hal penting dalam dialog. Ambillah peran pengamat dan perkirakan apakah kelompok Anda menguji dengan efektif. Jangan abaikan contoh penguji yang menuju pemahaman yang baik. Juga carilah kesempatan yang terlewat untuk menguji. Sebagai contoh cara pandang seseorang tidak benar-benar dipahami dan pertanyaan yang mungkin membantu menjernihkan situasi justru tidak ditanyakan. Contoh Menguji 1 2 3 4 5 Contoh kesempatan yang terlewat 1 2 3 4 5



Bahan Bacaan



• Menciptakan Dialog



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



197



KOMUNIKASI NON VERBAL



Tujuan



Peserta mendiskusikan pemahaman mereka mengenai pentingnya pengetahuan dan keterampilan dalam komunikasi non verbal.



Bahan



Gambar atau rekaman audio visual dalam konteks pelatihan atau umum yang menunjukkan perilaku komunikasi non verbal (disiapkan support team), flip charts, spidol.



Waktu



90 menit



Proses 1. Pelatih memulai sesi dengan ceramah tentang komunikasi non verbal. 2. Pelatih menayangkan rekaman audio visual (siapkan terlebih dulu dengan konteks pelatihan atau umum yang menunjukkan perilaku non verbal) 3. Lakukan tanya jawab dan catat jawaban-jawaban peserta di papan tulis/flip charts. 4. Bagi peserta ke dalam kelompok-kelompok dengan anggota per kelompok 5 – 6 orang. Mintalah agar masing-masing kelompok berdiskusi tentang: • Pelajaran apa yang dapat dipetik dari tayangan tersebut • Pada momentum apa komunikasi non verbal digunakan • Apa manfaat komunikasi non verbal dalam pelatihan 5. Setelah kurang lebih 20 menit mintalah masing-masing kelompok mempresentasikan hasilnya. 6. Pelatih mencatat hasil diskusi kelompok untuk menegaskan apa yang dimaksud komunikasi non verbal dan apa manfaatnya seorang pelatih harus memahami komunikasi non verbal.



Bahan Bacaan



• Pentingnya Komunikasi Non Verbal



198



MENGATUR PERILAKU YANG SULIT



Tujuan Peserta dapat: • mengidentifikasi beberapa karakter dan perilaku khusus yang biasanya muncul dalam konteks pelatihan • mengidentifikasi dan meyakini bebarapa saran untuk menangani perilaku khusus yang dapat muncul dalam konteks pelatihan



Bahan



Rekaman audio visual dalam konteks pelatihan atau yang lain (disiapkan oleh support team) yang menampilkan perilaku yang sulit, flip charts, spidol



Waktu



90 menit



Proses 1. Pelatih mengajak peserta untuk membagikan/menceritakan pengalaman mereka terkait dengan peran mereka sebagai pelatih yang terkait dengan materi pada sesi ini. 2. Inventarisir perilaku yang sulit dalam konteks pelatihan versi peserta. 3. Tanyakan dan inventarisir jawaban peserta mengenai solusi yang mereka tempuh untuk mengatasi perilaku yang sulit. 4. Simpulkan dan kuatkan pemahaman peserta dengan memberikan penjelasan tambahan berdasarkan pengalaman pelatih dan atau materi bacaan yang tersedia (dibantu bahan media yang sudah disediakan).



Bahan Bacaan



• Menghadapi Perilaku yang Sulit



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



199



PRAKTEK FASILITASI



Tujuan Pada akhir sesi peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan lancar



Bahan



Lembar kerja latihan dan lembar pengamatan



Waktu



240 menit (di bagi dalam 2 sesi)



Proses 1. Pelatih memperkenalkan sesi ini dengan mengatakan bahwa ini adalah kesempatan bagi peserta untuk mempraktekkan semua ketrampilan pelatihan dan fasilitasi mereka dalam satu lingkungan yang aman. 2. Bagikan latihan dan berikan peserta kesempatan untuk membaca isinya. Dorong peserta agar mencoba sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya (menggunakan media atau metode pelatihan baru). 3. Pelatih membuat jadwal tentang siapa, kapan akan memfasilitasi, sehingga peserta tahu kapan mereka harus bersiap. 4. Berikan waktu paling kurang satu jam untuk persiapan (Hal ini bisa dijadwalkan di waktu malam hari). 5. Sebelum peserta pertama mulai, ingatkan mereka tentang semua tujuan latihan ini. Jelaskan bahwa peserta juga akan menjadi pengamat. Bagikan lembar pengamatan dan perjelas setiap pertanyaan. 6. Undang peserta pertama ke depan. 7. Setelah mempraktekkan, minta peserta yang menjadi pelatih untuk mengingat dan menulis pengalaman dan pengamatan mereka (peserta lain). 8. Mulai merefleksikan dengan mengundang peserta yang menjadi ‘pelatih’ untuk memberikan umpan balik tentang bagaimana pikirannya saat berlangsung latihan. Cocokkan perasaan tersebut dengan pengamatan peserta lain. Tanyakan kepada peserta yang menjadi ‘pelatih’ tadi, apa yang akan dia rubah di lain waktu. 9. Lanjutkan dengan peserta lain dengan cara yang sama dan dorong mereka untuk menggunakan poin belajar dari praktek sebelumnya. 10. Minta mereka masing-masing untuk mencatat poin belajar utama mereka dan hal-hal yang akan mereka kerjakan lebih lanjut. 11. Ringkaskan poin belajar utamanya.



200



Lembar Kerja



Persiapan Untuk Mempraktekkan Fasilitasi Pendahuluan Tujuan latihan fasilitasi adalah untuk membantu Anda agar lebih efektif menjalani peran Anda sebagai seorang pelatih. Latihan ini akan memberi Anda kesempatan mempraktekkan berbagai hal yang disebut di bawah ini, sambil mencoba keluar dari situasi lingkungan yang aman: • mempraktekkan keterampilan fasilitasi baru (seperti menyimak, mengamati, bertanya, parafrase) • membuat keterampilan yang sudah ada menjadi lebih baik • mempelajari diri Anda sendiri sebagai seorang Pelatih • melihat pengaruh keterampilan Anda terhadap orang lain • menerima umpan balik dari kelompok inti dan Pelatih Anda • belajar dari mengamati praktek yang dilakukan orang lain. Persiapan Semakin baik Anda menyiapkannya dan menganggapnya sebagai sesi pelatihan yang sebenarnya, maka akan semakin banyak yang Anda pelajari. Saatnya bagi Anda, menjadi seorang pelatih; Anda akan menjalankan pelatihan. Anda akan memiliki 15 sampai 20 menit untuk mempraktekkannya. Siapkan aktifitas Anda sebagai berikut: 1. Pilih topik Anda. Subyeknya bisa apa pun Anda yang Anda inginkan, tetapi ingat, Anda hanya memiliki waktu 15 menit. 2. Identifikasikan peserta Anda. Anda bisa memutuskan peserta Anda hanyalah peserta pelatihan, tetapi Anda bisa juga memutuskan bahwa mereka adalah petani, pekerja penyuluhan atau apa pun. Pastikan untuk menjelaskan kepada peserta, siapakah peserta sesi Anda, apapun yang Anda inginkan. 3. Kembangkan tujuan belajar. Tulis tujuan belajar dan jelaskan kepada peserta sejak awal. Pilih satu metode: 1. Pilih satu metode yang ingin coba untuk pertama kali atau satu metode yang ingin Anda alami lebih jauh. Metodenya harus sesuai dengan topik, tujuan, waktu dan pesertanya. 2. Sumber daya/Media. Persiapkan untuk menggunakan paling kurang satu alat penunjang (flip charts, overhead projector, whiteboard), lebih baik satu yang tidak biasa Anda gunakan. 3. Tulis rencana sesi Anda. 4. Kalau perlu lakukan uji coba dulu dengan beberapa kawan, dan lakukan penyesuian yang diperlukan. 5. Lakukan! Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



201



Lembar Pengamatan Tujuan



Apakah sesi ini jelas untuk Anda?



Prosedur, metode



Apakah metode dan prosedur jelas untuk Anda?



Suasana pelatihan



Apakah Anda tertarik dengan topik ini? Apakah Anda merasa nyaman dengan pelatih dan peserta lainnya



Teknik fasilitasi



Apakah pelatih menggunakan pertanyaan untuk mengembangkan diskusi? Apakah Anda didorong untuk mengajukan pertanyaan? Apakah pelatih menggunakan parafrase dan perumusan? Apakah pelatih memberi arah yang cukup jelas Apakah pelatih mengganggu Anda dengan ekspresi atau gerakan muka?



Partisipasi



Apakah Anda merasa terlibat? Apakah Anda memiliki kesempatan untuk berpartisipasi aktif ?



Pengalaman



Apakah Anda memiliki kesempatan untuk bereaksi terhadap satu pengalaman (dulu atau sekarang)? Apakah Anda memiliki kesempatan untuk merefleksikan dan menarik kesimpulan berdasarkan pada satu diskusi atau aktivitas?



Dinamika kelompok



Apakah pelatih mendorong partisipasi dari setiap orang? Apakah pelatih menangani saat sulit dalam kebingungan, kekacauan, perlawanan atau konflik dengan baik?



Timing



Apakah pelatih mengatur waktu dengan baik, meluangkan cukup waktu untuk berproses dan menutup aktivitas?



1. Apa yang membantu Anda untuk belajar? 2. Apa yang menghambat Anda untuk belajar? 3. Apa yang dilakukan pelatih dengan baik? 4. Apa yang bisa dikembangkan pelatih?



202



MENILAI KETERAMPILAN FASILITASI



Tujuan Pada akhir sesi peserta membuat evaluasi antar peserta mengenai keterampilan fasilitasi yang telah dipraktekkan



Bahan



Lembar penilaian diri, lembar daftar tindakan



Waktu



120 menit



Proses 1. Pelatih memperkenalkan atau menyegarkan ide bahwa peserta akan bisa belajar banyak apablia menyadari kelemahan dan kekuatan masing-masing. Jelaskan bahwa pada sesi ini peserta akan saling menilai keterampilan fasilitasi. Tekankan bahwa ini bukan ujian tetapi alat agar peserta bisa lebih fokus dalam belajar dan bertindak. 2. Bagikan lembar penilaian dan minta tiap peserta untuk melengkapinya sendiri. 3. Pada waktu peserta mengisi lembaran, bagikan daftar tindakan. Jelaskan bahwa lembaran ini akan membantu mereka untuk berpikir dan menyiapkan cara meningkatkan keterampilan fasilitasi mereka di masa depan. Lakukan curah pendapat secara cepat tentang situasi dan peristiwa yang memungkinkan untuk mempraktekkan fasilitasi (tidak hanya selama pelatihan tetapi juga dalam pertemuan, lokakarya, kelompok kerja kecil, bekerja dengan sejawat, dan lain-lain). 4. Minta peserta untuk memamerkan rencana tindakan mereka, dan ’lihat milik orang lain’. 5. Dorong peserta untuk mengambil ide-ide baik dari orang lain. Selain itu, ingatkan peserta agar melaksanakan rencana tindak lanjutnya, misalnya dengan mengirim kartu pos atau email yang berisi catatan rencana tindak lanjut yang telah disusun ketika pelatihan berlangsung. CATATAN Penilaian ini bisa dilakukan pada waktu yang berbeda tergantung pada tujuannya dan tingkat pengalaman serta keterbukaan peserta: • Penilaian bisa dilakukan sebelum mempraktekkan keterampilan fasilitasi. Ini dilakukan agar peserta bisa lebih memusatkan perhatiannya pada materi pelatihan. • Penilaian bisa dilakukan setelah mempraktekkan keterampilan fasilitasi agar bisa segera Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



203



disusun rencana tindak lanjut pelatihan. Hal ini biasanya dilakukan pada kelompok yang kurang berpengalaman • Penilaian bisa dilakukan baik sebelum maupun setelah praktek fasilitasi, yang bertujuan untuk menilai kemajuan belajar.



Lembar Kerja Lembar Penilaian Diri Penjelasan Dalam tabel di bawah ini terdapat berbagai keterampilan fasilitasi yang telah disebutkan dibagian sebelumnya. Bacalah tiap keterampilan dan refleksikan seberapa banyak Anda menguasai keterampilan fasilitasi tersebut. Urutkan sendiri dari 1 (=jelek) sampai 5 (=sangat terampil). Kemudian urutkan sendiri bagaimana yang Anda harapkan, dengan tetap mengingat tipe aktifitas yang akan Anda miliki untuk memfasilitasi. Penilaian 1 = jelek 2 = agak jelek 3 = lumayan 4 = trampil 5 = sangat trampil No



Keterampilan



1



Menyimak dengan penuh perhatian



2



Mengamati bahasa tubuh dan interaksi kelompok



3



Mengajukan dan menjawab pertanyaan



4



Parafrase



5



Memfasilitasi sebuah diskusi terbuka



6



Merumuskan hasil diskusi



7



Mendiagnosis: tanda-tanda masalah-masalah dan bertindak dengan tepat



8



Memberi umpan balik yang konstruktif kepada peserta



9



Memberi umpan balik konstruktif kepada individual



10



Menggali dan merumuskan poin belajar



11



Terbuka untuk menerima umpan balik



12



Mendorong peserta yang pendiam untuk berbicara



204



Nilai Nilai sekarang harapan



13



Mendorong orang yang dominan untuk mendengarkan orang lain



14



Menangani penolakan



15



Menangani satu kelompok dalam situasi konflik



16



Membantu satu kelompok yang ada dalam suatu kebuntuan



17



Mendorong pembangunan tim



18



Menantang dan tidak setuju tapi bersikap tidak kasar Daftar Tindakan Bekerja dengan Keterampilan Fasilitasi



Penjelasan: Lengkapi daftar tindakan ini, dengan menggunakan hasil dari lembar penilaian diri. Coba tuliskan paling kurang tiga aktifitas yang akan Anda lakukan dan Anda ingin ketahui ketika melakukannya. Cobalah se-spesifik mungkin. Semakin spesifik Anda tuliskan aktifitas Anda, semakin besar peluang Anda akan benar-benar mengingatnya ketika diperlukan. Anda bisa meminta bantuan orang lain dalam kelompok, atau manajer Anda, atau sejawat Anda, atau teman Anda untuk mengingatkan Anda. Jika orang tersebut ada dalam sesi pelatihan ini, dapatkan janji mereka sekarang. No Keterampilan fasilitasi yang Anda ingin kerjakan?



Kapan hal ini Siapa yang bisa mungkin terjadi? membantu Anda?



Sudah dilakuan



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



205



BAHAN BACAAN POKOK MODUL V INTERPRETASI INSTRUCTIONAL STYLE DIAGNOSIS INVENTORY



Komponen Gaya Pelatihan ISDI menetapkan gaya pelatihan sebagai hasil interaktif dari dua dimensi: apakah fokus perhatian pelatih dan siapakah yang menjadi fokus perhatian saat pelatih memberikan pelatihan. Setiap dimensi memiliki dua rangkaian fungsi yang diperhatikan. Dimensi apakah (garis horizontal) mewakili kemungkinan yang sama antara: 1. Memberi perhatian kepada kualitas isi dan kerapian ulasan presentasi (terwakili pada kolom total D); dan 2. Memberi perhatian kepada pembelajaran nyata yang dilakukan oleh pembelajar yang fokus pada isi materi (terwakili pada total kolom B) Dimensi siapakah (garis vertikal) mewakili kemungkinan yang sama antara: 1. Perhatian pada pelatih dan bagaimana menyampaikan dengan bahasa yang baik, mengesankan, atau menghibur saat menyampaikan pelatihan (terwakili pada total kolom A); dan 2. Perhatian pada pembelajar dan bagaimana keefektifan atau kepositifan mereka ketika menerima, mempraktekkan, mendiskusikan, atau mengaplikasikan keterampilan baru (terwakili pada total kolom C). APAKAH?



SIAPAKAH?



Kategori D Fokus pada kualitas isi materi dan kerapihan alur presentasi



Kategori A Fokus pada pelatih dan bagaimana menyampaikan dengan bahasa yang baik dan menghibur



Kategori B Fokus pada pembelajaran nyata yang dilakukan pembelajar yang fokus pada isi materi



Kategori C Fokus pada pembelajar dan sejauh mana efektif/positifnya mereka menerima/ mendiskusikan/mempraktekkan ketrampilan yang baru



Harap diingat bahwa tidak ada model gaya yang sempurna. Bagaimanapun, untuk sebagian besar pelatih, hal yang realistis untuk mengharapkan bahwa keseimbangan dari dua hal yang terkait akan mempengaruhi satu bidang lainnya. Hal yang sama dapat dikatakan untuk dimensi siapakah.



206



Menginterpretasi Nilai Anda Titik yang Anda miliki pada grafik yang didapatkan dari nilai Anda dimana dua dimensi yang berpotongan mewakili gaya pelatihan Anda secara keseluruhan. Untuk menginterpretasi hasil, Anda harus mempertimbangkan tiga hal: 1. Perbandingan kekuatan dari keempat kolom total individu. 2. Posisi untuk setiap nilai dua dimensi, dan 3. Peraga dan jarak dari titik tengah dimana nilai dua dimensi berpotongan. Sebagai contoh, apakah total keempat kolom tinggi dan rendahnya berdekatan satu dengan yang lain? Hal ini mengindikasikan Anda cenderung memiliki keseimbangan dalam setiap gaya pelatihan yang setara atau beberapa aspek akan lebih besar sesuai dengan tingkat kebutuhan. Hal ini berpengaruh langsung pada posisi nilai dimensi, yang menjadi pertimbangan selanjutnya. Jika nilai suatu dimensi mengarah jauh pada satu ekstrim, atau yang lainnya, hal ini mengindikasikan tingkat tertinggi yang dihasilkan antara dua rangkaian penekanan yang ada. Nilai dimensi yang dekat ketengah merepresentasikan tingkat keseimbangan, dengan tanpa melihat penekanan individu. Perpotongan dari nilai dua dimensi menunjukkan gaya pelatihan Anda secara keseluruhan, hasil dari upaya Anda untuk menerima keseimbangan dengan menekankan materi, pembelajaran, penyampaian, dan penyambutan yang hangat. Selanjutnya titik dari bagian tengah grafik, menunjukkan kecenderungan gaya pelatihan Anda pada satu ekstrim. Semakin dekat dengan titik tengah, semakin ”seimbang” kecenderungannya.



Deskripsi Gaya Berikut adalah deskripsi singkat untuk tipe perilaku, sikap, kecenderungan, dan kesukaan yang terkategori untuk setiap gaya pelatihan dari empat gaya yang ada. a. Gaya Penjual Seseorang dengan gaya ”penjual” terutama menekankan pada isi dan bagaimana hal tersebut dapat diterima dan dimengerti secara positif. Pembelajaran adalah tanggung jawab peserta, dan itu dapat terjadi atau tidak terjadi sebagai hasil. Karena menyampaikan materi dan menciptakan sikap yang baik merupakan tujuan utama, maka pelatih ”penjual” cenderung memusatkan perhatiannya pada pembelajar dan penerimaan pembelajar terhadap pesan/ materi. Mereka membangun suasana penerimaan dengan menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman, menyemangati pembelajar, menjawab pertanyaan, memvariasikan program, dan sebagainya. Mereka cenderung untuk menggunakan metode ceramah atau presentasi dengan menggunakan media yang telah disiapkan, diselingi dengan diskusi untuk mempertahankan minat dan perhatian. Catatan diberikan untuk mendukung ingatan terhadap materi. Tugas rumah, tugas sebelum sesi, dan rangkuman materi pelatihan digunakan secara luas untuk mengkomunikasikan atau menguatkan isi. Kegagalan atau tidak lulus ujian lebih ditujukan pada nilai ingatan tanpa menghentikan pembelajar. Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



207



Gaya ”penjual” umumnya ada pada sekolah negeri dan mungkin lebih sesuai untuk mengembangkan latar belakang pendidikan secara umum daripada membangun keterampilan khusus. Hal ini juga sesuai untuk situasi dimana menyediakan teknik, konsep, atau hasil lebih penting daripada membuat peserta lebih pandai. Hal ini tidak sesuai saat pembelajar berharap untuk tampil lebih baik atau berbeda sebagai hasil dari pelatihan. b. Gaya Profesor Gaya ”profesor” cenderung menekankan mengenai segala sesuatu mengenai gambaran dirinya, teknik yang digunakannya, dan kelembutan dalam berbicara, serta menciptakan kesan yang sesuai. Mereka lebih suka memiliki lampu sorot dalam diri mereka, karena perhatian pembelajar berpusat pada mereka. Suasana pada sesi mereka cenderung formal, dan menekankan keterpisahan antara presenter dengan penonton. Tipe ”profesor”, pada saat yang sama, memperhatikan kecukupan materi yang akan mereka sampaikan. Presentasi mereka biasanya diteliti dengan baik, menggunakan catatan kaki dan referensi, terencana dan terorganisir dengan terperinci, dan terlatih dengan baik. Waktu adalah faktor yang penting karena merefleksikan gambaran mereka sebagai presenter (ketepatan waktu adalah mengesankan) dan dengan kemampuan mereka untuk menyampaikan semua materi yang penting. Mereka lebih suka metode mengajar ceramah, yang menjadikan mereka menjadi pusat perhatian, untuk mengontrol waktu, dan untuk menyampaikan materi yang mereka percayai penting. Hal ini berkecenderungan untuk menggunakan secara berlebihan, atau tidak semestinya, media seperti video, slide, atau overhead karena mereka ingin merasa memiliki kemampuan yang mengesankan, menghibur, dan menyampaikan sejumlah besar informasi dalam rentang waktu yang singkat. Jenis situasi yang sesuai untuk gaya ”profesor” adalah dalam membuat pidato, pembicaraan sehabis makan malam, menyampaikan suatu laporan, dan mempresentasikan atau menjual ide kepada pembuat keputusan. Gaya ini biasanya tidak efektif untuk mengembangkan keterampilan nyata atau perubahan perilaku seperti yang diharapkan peserta. Ini akan lebih sesuai untuk tujuan mengubah sikap; bagaimanapun, perubahan yang dihasilkan oleh metode ini memiliki jangka waktu yang singkat kecuali jika diberi penguatan terus menerus. c. Gaya Penghibur Pelatih yang menggunakan gaya ”penghibur” berpusat pada hasil pelatihan tetapi juga merasakan bahwa orang akan belajar lebih baik dari pelatih yang mereka sukai, hormati, atau kagumi. Mereka memiliki perhatian yang sama banyaknya dengan ”profesor” mengenai gambaran diri. Mereka sangat memperhatikan kredibilitas mereka dan apakah pembelajar merasa nyaman dengan keahlian mereka. ”Penghibur” memperhatikan mengenai keterlibatan dalam pelatihan, tetapi lebih kepada mereka sendiri daripada kepada pembelajar. Dengan begitu, metodenya seperti menonton sebuah permainan peran (pelatih) yang memperagakan teknik



208



yang sesuai, lebih disukai daripada pembelajaran mandiri atau aktivitas pembelajaran kelompok. Saat metode lebih berpartisipasi digunakan, pelatih cenderung untuk menjalankan kontrol tertutup dan membuat diri mereka menjadi bagian dalam proses pembelajaran. Karena pelatih ini secara umum percaya bahwa pembelajar butuh untuk “inspirasi” jika mereka akan tampil beda, sesi biasanya didesain untuk memotivasi lebih lagi atau menghibur. Hal ini dapat efektif tetapi dapat berpotensi membatasi dengan hanya menerima pembelajaran yang bergantung pada pelatih. Jika ini terjadi, pembelajar dapat mengalami penurunan motivasi saat mencoba menerapkan keterampilan baru dalam bekerja, karena pelatih yang dinamis tidak ada disana. Fakta bahwa mereka mempengaruhi pembelajar secara pribadi seringkali lebih penting bagi pelatih daripada perubahan spesifik yang terjadi atau masukan yang diberikan. Kemudian, materi yang spesifik bukan masalah yang penting. Gaya ini mungkin paling sesuai untuk seminar perkembangan pribadi, pertemuan penjualan, dan program yang bertujuan untuk ”mengisi ulang baterai pembelajar”. Dalam kasus terburuk, gaya ”penghibur” dapat disamakan seperti pertunjukkan tukang obat yang membuat Anda linglung dan mengambil uang anda sebelum anda berubah penilaian terhadap produknya. d. Gaya Pelatih Intruktur yang berorientasi pada pembelajaran dan pada pembelajar cenderung memiliki titik terang yang menarik sehingga perhatian pembelajar dapat terfokus pada mereka sepanjang waktu. Pelatih ini melihat peran mereka lebih sebagai fasilitator dalam pengalaman pembelajaran menyampaikan informasi. Mereka melihat nilai dalam pelatihan hanya sejauh keberadaan pembelajar untuk menampilkan cara baru. Yang menjadi fokus utama aktivitas pelatih adalah pengembangan keterampilan, membangun kepercayaan, dan aplikasinya, daripada mengingat informasi. Pembelajar dievaluasi, tetapi hanya dengan pengamatan terhadap performa mereka atau perilaku yang berubah daripada menggunakan tes tertulis. Tingkatan biasanya diabaikan, karena sebagian besar instruksi bertujuan untuk meningkatkan keterampilan setiap orang atau meningkatkan tingkatan daripada menetapkan siapa yang paling pandai. Di sini kurang diperhatikan penyampaian dengan budi bahasa yang halus karena ”pelatih” menghabiskan lebih banyak waktu untuk ”menyampaikan”. Dan juga, karena menciptakan suasana informal, dimana sedikit tekanan terhadap pelatih mengenai penampilan, motivasi, dan hiburan. Menggunakan perbandingan yang tinggi dalam aktivitas pembelajaran mandiri dan pembelajaran kelompok menjadikan pembelajar memotivasi dan menghibur diri mereka sendiri. Tanggung jawab untuk menampilkan ini, akibatnya, bergeser dari pelatih kepada mereka. Jarak antara pelatih dan pembelajar ditekankan. Jenis filosofi yang berlaku adalah pelatih yang baik adalah seseorang yang memiliki harapan yang tinggi, memandu, dan melatih pembelajar, serta menemukan jalan sehingga mereka dapat tampil. Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



209



Pelatih memiliki sebuah pesan, namun pesan tersebut ditentukan lebih kepada kebutuhan khusus pembelajar dan mengurangi apa yang pelatih pikirkan. Daripada memaksa pembelajar untuk memahami dan menerima ide baru, ”pelatih” menggunakan pertanyaan, diskusi, belajar mandiri, kerja kelompok, dan teknik keterlibatan lainnya untuk memimpin pembelajar pada kesimpulan, tetapi mereka mengijinkan pembelajar membuat komitmen mereka sendiri. Gaya ”pelatih” cenderung lebih efektif dalam situasi pelatihan yang dapat dipercaya dimana membangun keterampilan dan perubahan perilaku menjadi perhatian utama. Masalah yang potensial dengan gaya ini adalah kecenderungan untuk mengabaikan batasan waktu, melompati masalah isi yang penting, hilang kontrol dalam kelas, mematikan pembelajar yang terbiasa menggunakan gaya pelatihan tradisional, atau dipengaruhi berlebihan oleh persepsi peserta terhadap kebutuhan mereka.



Lembar Acuan Cepat Berikut ini adalah ikhtisar dari pengukuran gaya pelatihan dengan menggunakan Instructional Styles Diagnostic Inventory. Panduan Acuan Cepat ISDI PENJUAL



PELATIH



Penjual adalah: Berorientasi pada tugas Pelatih adalah: Berorientasi pada pembelajar Mereka melihat diri mereka sebagai: Pemberi tugas/pembujuk



Mereka melihat diri mereka sebagai: Fasilitator/pemandu



Penjual lebih mengutamakan: Produk/materi



Pelatih lebih mengutamakan: Hasil dan penampilan



Mereka bekerja keras untuk: Mengarahkan, agresif, bergairah, meyakinkan



Mereka bekerja keras untuk: Mengarahkan, menerima, empatik, mendukung



Program yang disusun: Tidak formal tetapi tidak fleksibel



Program yang disusun: Tidak formal dan fleksibel



Memimpin sesi yang: Memimpin sesi yang: Informatif, produktif, efisien, lengkap, Melibatkan, meningkatkan, membangun, persuasif mengembangkan Pembelajar dievaluasi dengan: Hasil Tes



210



Pembelajar dievaluasi dengan: Membandingkan perilaku atau hasil dari penampilan



PROFESOR



PENGHIBUR



Profesor adalah: Berorientasi pada pelatih



Penghibur adalah: Berorientasi pada hubungan



Mereka melihat diri mereka sebagai: Presenter/ahli



Mereka melihat diri mereka sebagai: Model peran/bintang



Proffesor lebih mengutamakan: Proses/penyampaian



Penghibur lebih mengutamakan: Reaksi/perasaan



Mereka bekerja keras untuk: Mengesankan, sopan, profesional, menjauhkan diri



Mereka bekerja keras untuk: Dinamis, hidup, berkharisma, santai, sumber inspirasi



Program yang disusun: Formal dan tidak fleksibel



Program yang disusun: Formal tapi fleksibel



Memimpin sesi yang: terstruktur, terkontrol, terorganisir, teratur



Memimpin sesi yang: Memotivasi, disukai, menyenangkan, menghibur



Pembelajar dievaluasi dengan: Tes Subjektif dan penilaian Pelatih



Pembelajar dievaluasi dengan: Pemeriksaan mengenai perasaan dan pendapat mereka



Meningkatkan Efektifitas Seperti yang disebutkan dalam deskripsi dari gaya pada bagian interpretasi Instructional Style Diagnosis Inventory, ”pelatih” mungkin adalah gaya yang paling sesuai untuk situasi pelatihan yang sebenarnya. Gaya ”pelatih” mendukung dan menguatkan pendekatan pembelajaran kooperatif untuk pelatihan orang dewasa. Ingatlah, bagaimanapun, gaya ”pelatih” tidak sesuai untuk setiap pembelajar. Tantangannya adalah untuk meningkatkan fleksibilitas gaya dan belajar untuk memeriksa gaya atau pendekatan apakah yang paling sesuai untuk situasi, kelompok, atau pembelajar tertentu. Fleksibilitas adalah kunci keberhasilan, yaitu, mengubah dan mengadaptasikan seluruh program pelatihan sehingga Anda berhadapan dengan tantangan baru dari peserta. Pelatih dalam masalah ketika mereka tidak dapat atau tidak mau beradaptasi dengan gaya dan kebutuhan peserta. Pembelajaran Berpusat Pada Pembelajar versus Pembelajaran Berpusat Pada Informasi Untuk lebih memahami perbedaan antara pembelajaran yang berpusat pada pembelajar dan pembelajaran yang berpusat pada informasi, pelajari tabel di bawah ini. Perhatikan bahwa, dengan pelatihan yang berpusat pada pembelajar, fokus utama adalah apakah pembelajar atau peserta mampu untuk membawa jauh pengalaman pembelajaran. Pembelajar secara aktif terlibat dalam proses dan, tentu saja lebih mengingat informasi serta lebih mampu untuk mengaplikasikannya dalam pekerjaan. Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



211



Pembelajaran Berpusat Pada Pembelajar versus Pembelajaran Berpusat Pada Informasi Berpusat Pada Pembelajar



Berpusat Pada Informasi



Tujuan



Untuk meningkatkan pencapaian peserta



Untuk meliput materi; menyampaikan materi



Mendasari Tujuan



Menemukan kebutuhan peserta untuk diketahui dan dilakukan



Untuk menentukan pelatih sebagai ahli



Peran Pelatih



Fasilitator; pelatih



Pemberi informasi; pemberi ceramah



Metode



Pelatih menanyakan pertanyaan; Pelatih berceramah, menjelaskan, tidak lebih dari 50 persen berbicara memperagakan; lebih bayak berbicara sedangkan peserta mendengarkan dan menonton



Peran Peserta Peserta aktif selama proses Pembelajar pasif; menyerap informasi pembelajaran; belajar sambil bekerja Bagaimana umpan balik didapatkan



Kesempatan untuk mengaplikasikan keterampilan selama bermain peran, studi kasus, simulasi, dan pengalaman lainya yang terstruktur



Menanyakan pada peserta apakah mereka memiliki pertanyaan; menanyakan pertanyaan partisipatisif mengenai apa yang pelatih katakan



Tujuan umpan Untuk melihat apakah peserta Untuk melihat apakah peserta balik dapat mengaplikasikan apa yang memahami informasi; untuk menguji telah mereka pelajari; untuk melihat ingatan mereka apalah mereka butuh lebih banyak latihan atau menginstruksikan kembali Mengenali Perilaku Berpusat Pada Pembelajar Untuk mengetes pemahaman Anda tentang perilaku yang berpusat pada pembelajar versus perilaku yang berpusat pada informasi, lengkapi aktivitas pada daftar pertanyaan di bawah ini. Anda juga dapat menggunakan tanda centang sebagai pengingat apa yang anda butuhkan untuk membuat sesi pelatihan Anda berpusat pada pembelajar (Lihat Modul V - Karakteristik Pelatih dan Gaya Pelatihan pada latihan 4). Elemen Kunci dari Gaya Pelatihan Setelah Anda mengerjakan keseluruhan teks ini, Anda akan tertantang untuk menguji dan mungkin memodifikasi keyakinan Anda dan berlatih. Setelah Anda memutuskan untuk membuat beberapa tantangan pada pemikiran atau perilaku Anda sekarang, sadari bahwa itu tidak mudah. Faktanya, hal tersebut dapat menyakitkan. Saat mengubah cara Anda melatih (atau rencana Anda untuk melatih) tampak seperti pekerjaan yang terlalu banyak, tanyakan pada diri Anda:



212



MEMBANGUN HUBUNGAN SALING PERCAYA (RAPPORT) ANTARA PESERTA-PELATIH DALAM PELATIHAN Satu hal yang esensial dalam kesuksesan training adalah kemampuan membangun rapport atau pengertian. Hal yang sederhana adalah menyetujui dulu apa yang ingin dicapai. Alasan bahwa sekalipun ini merupakan ‘training kelompok’ ini tidak seperti ‘belajar kelompok’. Ada beberapa poin yang berguna yang disediakan untuk membantu anda membangun rapport. Pendekatan Pribadi Tidak ada seorang pun yang akan menyukai jika mereka dikatakan sebagai individu yang tidak memiliki identitas. Ketika anda memberi respon dengan menyebutkan nama pembelajar, maka mereka akan merasa dihargai. Artinya, cara merespon seperti itu akan menambah harga diri mereka dalam kelompok sehingga mendorong orang lain berpartisipasi. Mendorong-Menguatkan Mendorong atau memotivasi dalam training merupakan hal yang wajib. Pembelajar akan mencoba segala macam pendekatan tanpa rasa takut atau gagal. Pendekatan yang harus dibangun adalah menguatkan kepercayaan terhadap aspek-aspek yang mendorong pembelajar untuk belajar. Ini dapat dicapai dengan menekankan apa yang harus mereka lakukan daripada berdiam dalam sebuah kesalahan. Melibatkan Orang Lain Manfaat dari mendorong orang lain adalah menjadikan pembelajar sebagai pihak yang aktif dalam proses belajar. Hal ini didasarkan karena kebanyakan orang merasa mereka belajar dengan pengalaman. Partisipasi ini juga menjadi salah satu cara yang baik untuk mengembangkan rapport antara kelompok dan antara pelatih serta pembelajar. Metode yang baik untuk mencapai keterlibatan adalah mendesain kesempatan agar pembelajar mengikuti program pelatihan dan menunjukannya secara jelas melalui pelatihan dan kontribusi dalam kelompok. Dalam beberapa kasus, apresiasi dari pelatih diberikan pada pembelajar tidak hanya dalam perkataan melainkan juga dengan perbuatan. Di bawah ini dipaparkan sejumlah tanda positif ataupun negatif yang dapat ditangkap oleh pembelajar dari seorang pelatih.



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



213



TANDA POSITIF Senyum Mengangguk Kontak mata yang baik Suara setuju – ah, ah Ya Ok Bagus



TANDA NEGATIF Kontak mata yang buruk Kelihatan bosan Kelihatan mengganggu Menarik jari-jari Jalan dengan menyeret kaki Melihat jam Membelakangi pembicara



Tipe frase termasuk: Itu benar Baik Ada ide Bagaimana bisa..?



Tipe frase termasuk: Jelas sekali Ayo kita sepakat sekarang Kita tidak dapat lanjut sekarang Lebih baik bergerak sekarang Kita mengejar waktu



Menjadi Antusias Rapport jarang terjadi secara langsung dan otomatis, seperti layaknya menghormati, hal tersebut harus diupayakan. Usaha dan antusias yang anda tunjukkan dan diimbangi dengan minat dan motivasi, akan menjadikan pembelajar tertarik. Henry Ford menyatakan antusiasme sebagai prasyarat untuk maju disegala bidang. Kreatifitas Memahami Orang harus merespon apa yang Anda katakan dan harus memahami apa yang Anda katakan. Ini artinya bahasa yang digunakan harus alami dan semua anggota kelompok dapat memahaminya. - Jangan menggunakan kata yang rumit. Prinsip untuk pelatih adalah berkata dengan KISS atau keep it short and simple. - Jangan bicara dengan tinggi hati. Pelatih hendaknya tidak menimbulkan kesan bahwa pembelajar adalah pihak yang tidak tahu. - Jangan menggunakan istilah teknik. Setiap subjek memiliki istilah sendiri dan tidak seperti bagian yang mungkin Anda harapkan. Secara umum jargon dan istilah teknik dihindari. - Menjadikan perasaan pembelajar menjadi positif dan termotivasi Menyatulah Dengan Kelompok Posisi dari seorang pelatih sangat mudah untuk mengatur dirinya sendiri sebagai seorang yang berpengalaman. Hindari frase seperti ‘kamu’ atau ‘mereka’ yang mengindikasikan bahwa Anda tidak menghormati mereka sebagai kelompok. Gunakan ‘kami’ untuk mengatasi masalah ini.



214



FASILITASI DALAM PELATIHAN Mengapa keterampilan fasilitasi dalam pelatihan partisipatif sangat penting? Pelatihan partisipatif yang efektif didasarkan pada masukan dari semua peserta. Ini artinya bahwa kesuksesan suatu pelatihan lebih tergantung kepada kemampuan pelatih untuk memperkirakan dinamika kelompok, kemampuan untuk melakukan perubahan pada saat-saat menjelang pelatihan dimulai, kemampuan untuk mengambil resiko dan memberi tantangan kepada peserta, kemampuan untuk memahami gaya komunikasi peserta untuk memaksimalkan penggunaan metode fasilitasi yang inovatif. Dengan kata lain, Anda memerlukan keterampilan fasilitasi yang luar biasa, sehingga proses sharing dan proses belajar yang efektif bisa berlangsung. Apakah fasilitasi itu dan apa yang perlu difasilitasi? Fasilitasi bisa digambarkan sebagai satu proses yang secara sadar dilakukan untuk membantu satu kelompok agar sukses mencapai tujuan dan fungsinya sebagai satu kelompok. Proses-proses yang perlu difasilitasi adalah: • Proses belajar • Proses-proses partisipasi, sharing dan dinamika kelompok Bagaimana fasilitasi membantu terjadinya proses sharing yang efektif dan proses pemahaman bersama? Dalam suatu pelatihan, biasanya banyak ide dan pengalaman yang dilontarkan atau diceritakan. Namun, seringkali hanya beberapa yang mendapat perhatian sementara yang lainnya hilang seolah-olah tidak pernah dikatakan. Prinsipnya adalah: satu ide yang diekspresikan dengan gaya komunikasi yang bisa diterima akan ditanggapi secara lebih serius oleh lebih banyak orang. Ide-ide yang diekspresikan secara buruk atau mengancam akan lebih sulit didengar peserta. Sebagai contoh, banyak peserta tidak sabar dengan peserta yang sangat pemalu atau gugup dan bicara dalam kalimat terpatah-patah, atau yang tidak menguasai bahasa dengan baik. Tidak jarang dijumpai, ada kelompok pelatihan yang pesertanya benar-benar ingin menyuarakan opini, berbagi pandangannya, saling mendengarkan pengalaman dan memunculkan ide-ide baru yang menarik. Namun, hal itu dibatasi oleh kemampuan menerima gaya komunikasi yang berbeda, sehingga ruang lingkup dan kekayaan informasi, pengetahuan dan pengalaman hasil sharing-nya menjadi terbatas. Dalam contoh dan ilustrasi berikut digambarkan bahwa walaupun ada ide-ide yang hilang, akan lebih banyak ide-ide yang dibagi (di-share) apabila kita memperluas batas gaya komunikasi yang bisa diterima. Dengan menggunakan teknik fasilitasi yang baik, seorang fasilitator bisa menjadi pendukung untuk kelompok seperti itu. Sebagai contoh: • Ketika seseorang mengulang-ulang perkataanya sepanjang waktu, seorang fasilitator bisa meringkaskan perkataannya untuk membantunya berpikir. Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



215



• Seorang fasilitator bisa membantu mereka yang bicara dalam kalimat terpatah-patah dengan memperlambatnya dan menggali gagasan yang ingin disampaikan. • Seorang fasilitator bisa mengulang satu ide dari seorang peserta yang malu agar menjadi perhatian semua orang. • Seorang fasilitator bisa melakukan interupsi dengan tegas dan baik apabila ada topik yang berbeda dengan topik yang sedang didiskusikan. Namun fasilitator menjanjikan kepada pembicara bahwa pada akhir diskusi, fasilitator akan meminta kelompok memutuskan apa yang harus dilakukan dengan topik baru tersebut. Bagaimana fasilitasi membantu proses partisipasi dan dinamika kelompok? Proses untuk menemukan apa yang terjadi dalam satu kelompok disebut mendiagnosis. Itu adalah suatu keterampilan penting bagi seorang fasilitator. Seorang fasilitator hanya bisa menghindari atau menghilangkan masalah jika dia bisa mendiagnosis apa yang terjadi. Dalam diagnosis terkandung pemahaman tentang penyebab masalah yang diperoleh setelah mencari petunjuk: • dari dalam kelompok, misalnya pola komunikasi, bahasa tubuh. • di luar kelompok, misalnya sejarah, hubungan masa lalu antara anggota, hierarki. Beberapa contoh yang bisa diungkap di sini adalah: MASALAH



KEMUNGKINAN PENYEBAB



Setiap orang tidak berpartisipasi atau Tugas tidak jelas untuk setiap orang. menunjukkan ketertarikan dan sebagian diam. Beberapa peserta merasa tidak aman. Beberapa peserta mendominasi berdasarkan pendidikan, kelas atau seks. Peserta tetap pada pandangan yang saling bertentangan, menghambat proses atau pengambilan keputusan.



Adanya nilai-nilai yang berbeda jauh lebih penting ketimbang tugas kelompok. Adanya perbedaan/konflik antara individual yang ada sebelum keberadaan kelompok.



Beberapa peserta mengabaikan atau tidak memperdulikan kontribusi dari peserta lain



Peserta tidak sensitif terhadap kebutuhan dan masukan dari yang lain. Peserta terlalu mementingkan diri sendiri.



Kelompok tidak bisa mengambil keputusan, Peserta tidak memiliki cukup informasi atau atau tidak ingin melaksanakan keputusan keterampilan untuk memecahkan masalah. Keputusan mengancam peserta. Takut salah. Bagaimana fasilitasi mendukung proses belajar yang efektif ? Ketika kita memfasilitasi proses-proses partisipasi, sharing dan dinamika kelompok maka fokus fasilitator terletak pada bagaimana dan prosesnya. Sedangkan untuk memfasilitasi proses belajar, fokusnya terletak pada apa-nya.



216



Ketika presentasi



Perjelas tujuan Kelompok, struktur dan kecepatan sesuai dengan apa yang perlu dipelajari. Sebanyak mungkin gambarlah. Hubungkan dengan apa yang sudah peserta ketahui. Hubungkan dengan realitas kerja peserta.



Ketika mendorong sharing



Cari kesamaan dan perbedaan. Tetap pada jalur. Ikuti seluruh diskusi. Rumuskan poin-poin penting. Tantang dengan pemikiran hitam putih. Dapatkan nilai-nilai belajar.



Ketika mendorong pertemuan



Perkuat eksplorasi dan eksperimentasi. Perkuat untuk mencoba sesuatu yang baru Dampingi



Ketika mendorong penerapan



Kejelasan tugas Mengawasi kemajuan



Beberapa sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi fasilitator yang efektif: • Keterbukaan: kemampuan untuk mengundang dialog, menerima umpan balik, dan siap untuk menguji nilai-nilai Anda termasuk opini, serta kesiapan untuk merubahnya, jika perlu. • Sensitif/empati: kemampuan mengambil pesan implisit; untuk melihat masalah melalui mata peserta; untuk memahami perasaan, ide-ide dan nilai-nilai mereka; untuk fokus pada peran daripada sekedar hanya pada kepribadian atau kompetensi. • Keterampilan komunikasi dasar: kemampuan menyimak dan mengamati secara aktif, bertanya, menguji, menciptakan dialog, mengungkapkan dengan cara lain, memberi umpan balik. • Mendiagnosis: kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan memilih cara dan waktu intervensi yang tepat. • Mendukung dan mendorong peserta: kemampuan untuk memberikan dukungan, apreasiasi dan kepedulian baik secara verbal maupun non-verbal. • Menantang: kemampuan untuk berlawanan, untuk tidak setuju, untuk menghentikan satu proses tanpa bersikap kasar. • Mengelola konflik: kemampuan untuk menyelesaikan konflik melalui negosiasi dan mediasi. • Memodelkan: kemampuan untuk menyertakan diri sebagai model dalam kelompok, menanggapi dengan spontan, tanpa menjadi idealis, bersikap sebagai pakar. Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



217



MENYIMAK Menyimak secara baik adalah lebih sulit daripada yang kita pikir. Menyimak sepertinya mudah dilakukan. Tetapi dalam realitas, kita berpikir sedang menyimak, tetapi ternyata kita hanya mendengar apa yang mau kita dengar! Hal ini bukan proses sadar; hal ini hampir alamiah. Untuk menyimak dengan hati-hati dan secara kreatif, kita harus dapat memilih aspek-aspek positif, masalah-masalah, kesulitan-kesulitan dan menangkap keteganganketegangan yang terjadi. Ini adalah keterampilan paling mendasar untuk fasilitasi. Karenanya kita selayaknya mencoba untuk memahami apa yang bisa menghambat tindakan menyimak. Daftar di bawah ini disebut hambatan untuk menyimak yang mungkin mengganggu tindakan menyimak yang sesuai dan suportif. Memahaminya akan membantu untuk mengatasinya. Hambatan menyimak • Menyimak hidup-mati Kebiasaan menyimak yang tidak baik ini muncul dari fakta bahwa kebanyakan orang berpikir sekitar empat kali lebih cepat dibanding rata-rata orang bisa bicara. Jadi pendengar memiliki kira-kira 3/4 menit ‘waktu berpikir tersisa’ untuk tiap menit kegiatan menyimak. Kadang mereka menggunakan waktu ekstra ini untuk berpikir tentang halhal pribadinya daripada untuk menyimak dan merumuskan apa yang harus pembicara katakan. Hal ini bisa diatasi dengan memperhatikan ucapan, bahasa tubuh seperti gesturs, keraguan, dan lain-lain. • Menyimak Bendera Merah Untuk beberapa orang, kata-kata tertentu bisa bermakna ”bendera merah bagi banteng”. Ketika mereka mendengarnya, mereka menjadi marah dan menghentikan tindakan menyimak. Istilah ini mungkin ada dalam setiap kelompok peserta, tetapi beberapa lebih universal seperti istilah suku terasing, hitam, kapitalis, komunis dan lain-lain. Beberapa kata-kata sangat ‘bermuatan’ sehingga pembicara langsung tidak didengar. Pendengar kehilangan kontak dengannya dan gagal untuk mengembangkan pemahaman terhadap orang tersebut. • Menyimak dengan kuping terbuka – pikiran tertutup Kadang-kadang ‘pendengar’ memutuskan dengan cepat bahwa baik subjek atau pembicara bosan, dan apa yang sedang dikatakan tidak masuk di akal. Sering mereka mengambil kesimpulan bahwa mereka bisa meramalkan apa yang diketahui pembicara atau apa yang akan dikatakan; jadi mereka menyimpulkan bahwa percuma menyimak karena mereka tidak akan mendengar sesuatu yang baru jika mereka melakukannya. • Menyimak dengan berkaca-kaca Kadang-kadang ‘pendengar’ melihat orang dengan tajam, dan kesannya sedang menyimak meskipun pikiran mereka mungkin menuju pada hal lain atau jauh di sana. Mereka tenggelam di dalam kenyamanan pikiran mereka sendiri. Mata Mereka berkaca-kaca, dan sering muka mereka menampilkan wajah sedang bermimpi atau dengan pikiran yang kosong. Jika kita perhatikan banyak peserta terlihat dengan



218



mata berkaca-kaca dalam sesi, kita harus menemukan saat yang tepat untuk berisitirahat atau merubah irama. • Terlalu serius menyimak Ketika menyimak ide-ide yang terlalu kompleks dan rumit, kita sering terlalu memaksa diri untuk mengikuti diskusi dan benar-benar berusaha untuk memahaminya. Menyimak dan memahami apa yang dikatakan orang, mungkin membuat kita menemukan bahwa topik dan pembicaranya cukup menarik. Apabila ada satu orang atau beberapa orang yang tidak memahami, maka kelompok lain bisa diminta untuk menjelaskan atau jika mungkin, dengan memberi contoh. • Menyimak “don’t-rock-the-boat” (jangan mengguncang sampan) Orang tidak suka kalau ide-ide, prasangka, cara pandang favorit mereka dirusak; banyak yang tidak suka opini mereka ditentang. Jadi jika seorang pembicara mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang mereka pikir atau percayai, mereka mungkin secara tidak sadar menghentikan menyimak atau bahkan bersikap bertahan. Bahkan jika hal ini dilakukan dengan sadar, maka lebih baik kita berusaha menyimak dan menemukan pikiran pembicara, dengan tujuan mendapatkan sisi lain dari permasalahan. Dengan demikian kerja pemahaman dan tanggapan secara konstruktif bisa dilakukan kemudian. Hal yang dilakukan dan jangan dilakukan dalam Menyimak Yang dilakukan



Yang jangan dilakukan



√√ Tunjukkan perhatian



√√ Membuat pembicara terburu-buru



√√ Pahami



√√ Menentang



√√ Ungkapkan empati



√√ Menyela



√√ Singkirkan masalah jika ada



√√ Menilai dengan cepat sejak awal



√√ Simak penyebab masalah



√√ Memberikan saran kecuali jika diminta orang lain



√√ Bantu pembicara untuk mengembangkan kompetensi dan motivasi untuk memecahkan masalahmasalahnya √√ Tanamkan kemampuan untuk diam ketika diam diperlukan.



√√ Langsung menyimpulkan √√ Membiarkan emosi pembicara terlalu langsung mempengaruhi kita.



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



219



PRAKTEK MENGAMATI Apakah mengamati itu? Mengamati adalah kemampuan untuk; • melihat apa yang terjadi tanpa menilai • memahami petunjuk non-verbal • memonitor kerja kelompok secara objektif. Kenapa harus dipedulikan? Dalam satu kelompok orang berinteraksi dengan berbagai cara yang berbeda, mereka berinteraksi tidak hanya melalui apa yang sudah dikatakan tetapi juga melalui bagaimana sesuatu dikatakan; penggunaan ekspresi suara, muka, sikap, gestures dan yang sejenisnya. Komunikasi non-verbal (berkomunikasi selain dengan berbicara) bisa mengirimkan pesan yang kuat. Pengamatan yang baik akan membantu Anda untuk: • Memperkirakan perasaan • Memonitor dinamika kelompok • Memonitor partisipasi kedua belah pihak Karenanya sangat penting sebagai seorang pelatih untuk memperhatikan tipe komunikasi nonverbal ini dan mengembangkan keterampilan dalam mengamati mereka. Anda dapat melakukan hal ini dengan cepat, dan tanpa seseorang pun memperhatikan. Apa yang diamati? Tugas mengamati adalah memperhatikan • Siapa mengatakan apa? • Siapa melakukan apa? • Siapa yang duduk di sebelah siapa? • Apakah selalu seperti itu? • Siapa menghindari siapa? • Bagaimana tingkat umum energi? • Apakah tingkat keseluruhan perhatian? • Dan lain-lain.



220



Menggunakan Pertanyaan Kenapa mengajukan pertanyaan sebagai seorang pelatih? Ada keterampilan yang bisa diuji yang bisa membantu seorang pelatih untuk melakukan sesi pelatihan yang lebih efektif. Pertama, jadilah seorang pendengar yang baik. Kemudian menjadi ahli dalam seni menggunakan pertanyaan yang tepat dengan cara yang tepat pada waktu yang tepat. Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan. Anda bisa langsung memberikan jawabannya, jika Anda merasa memiliki semua jawaban dan ingin mengesankan setiap orang dengan pengetahuan Anda. Atau, Anda bisa mendorong partisipasi peserta dan memberi mereka kesempatan untuk merefleksikan, berpikir, menemukan dan belajar sendiri. Alasan



Contoh



1. Meraih keterlibatan peserta.



”Bagaimana perasaan Anda tentang...?”



2. Merasakan pikiran/ide atau opini peserta.



”Apa ide anda tentang...?”, ”Bagaimana menurut Anda?”



3. Melibatkan orang non-partisipatif.



”Jack, apa yang Anda pikirkan?”



4. Kenali kontributor penting .



”Ali, itu ide yang menarik, tolong jelaskan lebih lanjut kepada kami...”



5. Mengelola waktu kelas.



”Ok, kita sudah menggunakan sedikit waktu untuk menjawab pertanyaan itu. Bagaimana jika kita teruskan?”



6. Meraih pemahaman dengan menggali pertanyaan dari kedua belah pihak tentang suatu hal.



”Itu salah satu cara pandang. Coba kita lihat dari sisi pandang yang lain. Apa yang akan terjadi jika Anda...”



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



221



Tipe-tipe pertanyaan: Tipe-tipe Pertanyaan Umum: Ditujukan kepada kelompok secara keseluruhan, mungkin ditulis pada overhead atau flip chart. Pertanyaan Langsung: Ditujukan kepada seseorang dengan menyebut nama, atau sebuah subkelompok.



Pertanyaan Terbuka: Mulai dengan siapa, apa, kapan, dimana, bagaimana, mengapa. Pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan hanya mengatakan ya, atau tidak. Pertanyaan Faktual: Diajukan untuk mendapatkan informasi faktual. Pertanyaan yang Dipantulkan: Pelatih melemparkan pertanyaan kembali kepada kelompok atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. Pertanyaan Mengarah: Jawaban yang diharapkan terkandung dalam pertanyaan.



222



Kegunaan Merangsang proses berpikir setiap orang. Berguna untuk memulai satu diskusi. Mengatur kecenderungan. Cara yang baik untuk dijawab. Berguna untuk melibatkan peserta yang pendiam dan pemalu. Bisa mengurangi monopoli diskusi oleh peserta yang lebih dominan. Bisa menyerap kemampuan khusus seseorang dalam kelompok, contohnya. rimbawan, spesialis jender. Bisa digunakan untuk mengaitkan pada satu poin yang hilang karena ada komentar orang lain yang tidak relevan. Untuk mendapatkan umpan balik yang kongkrit atau informasi. Akan membuat peserta berpikir. Kualitas diskusi akan berkembang ketika detil baru ditemukan. Baik untuk menganalisis situasi masalah (Kenapa ini terjadi? Apa yang perlu dilakukan agar berubah?). Untuk menjernihkan “kekaburan” faktual. Untuk mengalihkan dari asumsi atau jeneralisasi. Berguna pada tahap awal diskusi. Pastikan bahwa jawaban ada di peserta. Bisa memicu perdebatan di antara peserta.



Berguna untuk mengarahkan diskusi yang telah melantur. Berguna untuk kontrol fasilitasi dan mengendalikan.



Implikasi Pertanyaan yang tidak diajukan kepada seseorang secara khusus, mungkin tidak dijawab. Pertanyaan yang salah bisa membelokkan proses. Mungkin tidak berguna, kecuali ada waktu berpikir yang cukup. Bisa membuat malu peserta yang tidak siap. Lebih efektif jika diikuti dengan satu pertanyaan umum untuk mengembalikan fokus kepada kelompok sebagai kesatuan.



Pertanyaan seperti itu lebih sulit untuk dijawab. Pertanyaan yang dimulai dengan mengapa, mungkin dianggap mengancam. Jika pelatih tidak bisa mengembangkan tanggapan, kegunaannya berkurang. Beberapa peserta yang mengetahui faktanya mungkin memonopoli diskusi. Mungkin memberikan kesan bahwa pelatih tidak memiliki pengetahuan. Bisa dianggap sebagai taktik menghindar.



Bisa manipulatif. Poin penting bisa hilang karena niat pelatih untuk mempertahankan kontrol.



UMPAN BALIK – BELAJAR SATU SAMA LAIN Apakah umpan balik itu? Umpan balik personal memberi informasi tentang perilaku dan penampilan. Umpan balik bisa sering dipertukarkan dalam satu situasi pelatihan, dari pelatih kepada peserta, sebaliknya atau antara peserta. Apakah tujuan umpan balik? Umpan balik adalah satu cara membantu orang lain agar dia paham akibat perilakunya terhadap orang lain. Umpan balik membantu seseorang untuk menjaga perilakunya “sesuai sasaran” dan pada gilirannya akan meningkatkan penampilannya. Bagaimana umpan balik bekerja? Membiasakan diri dengan JOHARI’s-Window akan membantu untuk memahami akibat dari umpan balik. Lihat pada gambar berikut. Gambar tersebut berbentuk jendela dengan empat daun. Yang disebut JOHARI’s window setelah orang menggunakannya. Jendela adalah satu model yang bisa menunjukkan bagaimana komunikasi bekerja dan membantu kita untuk memahami bagaimana kita bisa menumbuhkan pengetahuan-diri dan bagaimana kita bisa membangun kepercayaan yang lebih dalam dalam kelompok dan komunitas dengan membagikan umpan balik. known by self



feedback solicitation



1 known by others



unknown by self



ask



open/free area



2 blind area



tell



unknown by others



hidden area 3



shared discovery self-disclosure



self-disclosure/exposure



other’s observation



unknown area 4



Jendela mewakili individu pribadi secara keseluruhan. Keempat daun jendela bisa digambarkan sebagai berikut: Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 223



Bebas/Free:



Bagian diri Anda yang diketahui oleh Anda dan orang lain. Ini adalah wilayah berbagi bersama (mutual sharing).



Tersembunyi/Hidden: Bagian diri Anda yang diketahui oleh Anda, tetapi tidak diketahui orang lain. Kadangkala dengan lebih banyak berbagi akan bisa menjernihkan suasana, membangun kepercayaan dan membuat kelompok bekerja lebih mudah. Buta/Blind:



Bagian diri Anda yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh Anda. Nada suara Anda, satu bakat yang tidak Anda perhatikan mungkin berada dalam area ini.



Misteri/Unknown:



Bagian diri Anda yang tidak diketahui oleh Anda sendiri dan orang lain. Disini terletak bakat dan kemampuan yang belum Anda ketahui dan orang lain ketahui. Tetapi mereka bagian diri Anda dan mungkin satu hari akan terungkap.



Umpan Balik:



Cara dimana orang lain membukakan wilayah buta Anda, dengan membiarkan orang lain menyampaikan apa yang Anda tidak ketahui dan lihat tapi diketahui dan dilihat oleh orang lain.



Sharing:



Cara membuka diri Anda lebih banyak kepada orang lain.



Pengungkapan:



Sebuah pengalaman ketika bagian wilayah misterius diri Anda sendiri tiba-tiba terungkap. Pengungkapan muncul secara spontan; tidak bisa direncanakan.



Dalam kata lain, cara kita melihat diri sendiri, adalah sebagian dari hasil yang orang lain telah sampaikan kepada kita; bagaimana mereka melihat kita. Kadang-kadang bahkan bisa dilihat sebaliknya yaitu cara kita merasakan atau berperilaku, bisa tergantung pada apa yang kita pikir orang lain lihat dalam diri kita. Contohnya: “Saya tidak memahami apa yang guru katakan, tetapi jika saya minta kepadanya untuk menjelaskan kepada saya lagi, dia akan berpikir bahwa saya sangat bodoh. Maka lebih baik saya diam.” Dalam banyak kasus akan sangat membantu untuk mendengar dari orang lain bagaimana mereka sebenarnya melihat saya, dan hal ini bisa dilakukan melalui umpan balik. Bagaimana memberi umpan balik? Umpan balik hanya akan efektif jika kriteria tertentu digunakan. Berikut beberapa petunjuk untuk memberi umpan balik konstruktif.



224



KRITERIA



CONTOH BAIK



CONTOH BURUK



Spesifik, tidak umum.



Anda terlalu cerewet!



Ketika kita sedang memutuskan suatu hal, Anda terlalu banyak berbicara sehingga saya berhenti menyimak.



Deskriptif, tidak menilai



Anda hanya mau mengganggu saya!



Saya merasa terganggu, karena Anda menyela saya sepanjang waktu!



Penerima bukan pemberi



Saya katakan pada Anda.. Jika Anda siap saya akan memberi Anda beberapa umpan balik mengenai…



Fokus pada perilaku bukan orang



Anda sombong!



Anda sering mengangkat alis, ketika saya berbicara. Ini menyulitkan bagi saya untuk terus berbicara.



Fokus pada hal positif bukan negatif



Anda tidak cukup tersenyum



Anda memiliki senyuman yang hangat, Anda bisa melalukannya lebih sering, hal itu membuat saya senang untuk bekerja dengan Anda.



Minta jangan paksa



Pasti Anda ingin mengetahui...



Tolong, katakan apa yang telah Anda lihat dari pekerjaan saya ….Apakah semua orang paham apa yang saya jelaskan ?



Waktu yang baik



Minggu lalu....



Secara umum jangan menunda umpan balik. Hal itu akan lebih berguna jika dilakukan setelah pengamatan. Orang kemudian bisa menghubungkannya dengan situasi spesifik



Singkatnya coba katakan umpan balik Anda sebagai berikut: Ketika… (menyebutkan perilaku spesifik)… saya…. (menjelaskan perasaan Anda)…. Karenanya…. (memberitahu akibat perilaku)…. Bagaimana cara menerima umpan balik? Umpan balik dapat memberi gambaran kepada Anda bagaimana orang lain melihat tindakan Anda dan memberi Anda pilihan untuk merubah perilaku Anda. Bahkan sekalipun Anda “tidak setuju’ dengan umpan balik tersebut, Anda juga perlu untuk mendengar dan memahaminya dengan jelas. Memberi umpan balik kepada orang lain kadangkala sulit. Karenanya menjadi penting untuk memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan orang mudah menerima umpan balik. Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 225



Dalam bagian berikut, ada hal-hal yang bisa membantu Anda untuk memahami cara menerima umpan balik yang positif. Konsentrasi, Amati dan Simak Anda tidak perlu melakukan apa pun dengan umpan balik. Yang perlu Anda lakukan, hanyalah memperhatikan orang yang memberi Anda umpan balik. Periksa Tunggu sampai umpan balik diberikan, kemudian katakan dengan kata lain poin pentingnya.



Jadi, apa yang Anda katakan adalah bahwa…



Jernihkan Ajukan pertanyaan untuk memperjelas atau minta contoh.



Kapan dan bagaimana saya membuat Anda marah?



Jangan membela diri Banyak di antara kita yang memiliki kesulitan dalam mendengar hal negatif tentang diri kita sendiri. Biasanya kita merasa tidak nyaman sehingga kita berusaha mempertahankan diri, antara lain dengan memberi tanggapan yang cepat. Sayangnya, kalau hal itu kita lakukan, berarti kita akan kehilangan kesempatan yang bernilai untuk pengembangan diri.



Itu karena… Saya berpikir bahwa kebanyakan orang… Ya. Tetapi… Anda salah paham… Anda siapa ? Mengapa Anda berani berkomentar seperti itu ?



Katakan batas Anda Jika orang yang memberi umpan balik terlalu banyak memberi saran-saran, petunjuk, atau kritik, yang membingungkan, maka Anda bisa mengatakan bahwa itu cukup.



Saya sudah cukup mendengar, terima kasih atas semua umpan balik yang membantu. Konsentrasi, Amati dan Simak



226



PARAFRASE Apakah parafrase itu? Parafrase dalam pelatihan adalah tindakan pelatih mengulang apa yang dikatakan peserta pelatihan, menggunakan kata-kata sang pelatih sendiri. Kenapa menggunakan parafrase? a. Keuntungan bagi pelatih Teknik ini memaksa Anda, sebagai seorang pelatih, untuk menyimak dengan hati-hati, karena Anda tahu bahwa ketika peserta selesai berbicara, Anda perlu mengulang apa yang telah dikatakan. Sebagai tambahan, Anda memiliki kesempatan untuk menemukan, apakah Anda benar-benar memahami apa yang dikatakan peserta. b. Keuntungan Bagi Pembicara Parafrase memiliki efek menenangkan dan menjernihkan. Parafrase meyakinkan pembicara bahwa ide-idenya layak untuk disimak. Dan meyakinkan pembicara bahwa orang lain mendengar ide-idenya. Dengan kata-kata lain, parafrase mendorong orang salingmendengarkan dan saling berkomunikasi. c. Keuntungan Bagi Pendengar Mereka memiliki kesempatan kedua untuk memahami apa yang dijelaskan oleh pembicara. Kapan menggunakan parafrase? Ketika seorang peserta membuat pernyataan yang sangat panjang, rumit dan membingungkan, atau ketika seorang peserta memiliki masalah-masalah dalam mengungkapkan pemikirannya sendiri secara jelas. Bagaimana menggunakan parafrase? Tekniknya menggunakan model empat-langkah berikut: a. Simak dengan hati-hati b. Pergunakan kata-kata Anda sendiri untuk mengatakan apa yang kira-kira dikatakan peserta, dimulai dengan, sebagai contoh: • ‘”Dalam kata-kata lain …” atau • ”Apakah yang Anda maksud adalah…” atau • ”Kedengarnya yang Anda katakan adalah…” c. Periksa dengan mengatakan sesuatu seperti: • ”Apakah benar begitu?” atau • ”Apakah saya bisa menangkapnya” d. Jika tidak, terus minta penjelasan sampai Anda memahami apa yang dimaksudkannya. Catatan: Jika pernyataan pembicara dalam satu atau dua kalimat, pergunakan kirakira jumlah kata-kata yang sama ketika Anda mem-parafrase-kannya. Jika pernyataan pembicara dalam kalimat yang sangat panjang, ringkaskan. Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 227



MENGUJI Apakah menguji itu? Menguji adalah mengajukan pertanyaan berikut ini untuk mendapatkan pemahaman, seperti: • Bisa Anda jelaskan lebih? • Bisakah Anda meletakkan dengan cara yang lain? • Tolong jelaskan lebih lanjut hal tersebut. • Tetapi mengapa, bagaimana, siapa, kapan, di mana? • Apa pun yang lain? Menguji lebih seperti mengupas lapisan bawang, dan tujuannya adalah menuju inti bawang tersebut. Kenapa dan kapan menggunakan menguji sebagai seorang pelatih? Menguji bisa digunakan untuk keperluan yang berbeda seperti: • Untuk menggali peserta, • Untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan/atau opini, • Untuk membangun dialog, • Untuk memecahkan masalah-masalah. Bagaimana cara menguji dengan baik LAKUKAN Aktif menyimak.



JANGAN LAKUKAN Menilai selama menyimak.



Kembangkan pertanyaan selanjutnya Melompat dari satu pertanyaan ke dari jawaban sebelum. pertanyaan lain.



228



Perjelas informasi.



Membuat asumsi.



Pisahkan masalah atau poin utama.



Kehilangan arah karena terhambat detil atau menyimpang.



MENCIPTAKAN DIALOG Apakah dialog itu? Dialog adalah aliran informasi yang sangat bebas di mana peserta ikut bertanggung jawab. Apakah perbedaan antara dialog dan diskusi? Istilah dialog dan diskusi seringkali digunakan dimana saja, tergantung dari konteks atau situasi penggunaannya. Selama pelatihan ini, kita mendefinisikan diskusi dan dialog sebagai berikut: DISKUSI



DIALOG



• Berdasarkan kompetisi



• Berdasarkan berpikir bersama



• Bertanggung-jawab untuk mempengaruhi opini yang lain



• Bertanggung-jawab untuk memahami perspektif yang lain



• Pikiran tertutup



• Pikiran terbuka



• Bicara



• Menyimak



• Pernyataan



• Pertanyaan terbuka



• Opini yang pasti



• Menguji



• Mencari penyelesaian



• Mencari penyelesaian terbaik



Kenapa dialog penting dalam pelatihan? Dialog adalah perlu untuk: • Menciptakan satu lingkungan saling percaya • Sharing • Menyelesaikan masalah secara efektif • Mencapai konsensus Bagaimana menciptakan dialog? 1. Perjelas tujuan sharing (jika diperlukan jelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi) 2. Uji dan dukung pengujian oleh peserta dengan informasi dan pemahaman 3. Tantang ide-ide atau asumsi yang mapan.



Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 229



PENTINGNYA KOMUNIKASI NON-VERBAL Pembelajaran terbaik adalah ketika seseorang mempunyai kebutuhan dan meyakini bahwa pelatih, mempunyai pengetahuan yang mereka butuhkan. Ini berarti bahwa setiap anggota kelompok memiliki ketetapan mengenai apa yang harusnya dikatakan. Masalahnya adalah tidak semua dikomunikasikan hanya secara verbal. Walaupun kita berbicara dengan suara kita, namun kita berkomunikasi melalui seluruh tubuh kita. Jika kelompok tersebut bertujuan untuk menerima apa yang Anda sampaikan kepada mereka, maka yang pertama adalah mereka harus mempercayai bahwa Anda adalah seorang pelatih. Orang akan menilai secara tepat sebuah pesan berdasarkan penempatan kepercayaan yang diberikan kepada si penyampai pesan. Ini berarti sejak pertama kali pertemuan dengan anggota kelompok, mereka akan menilai Anda untuk melihat seberapa besar validitas yang dapat mereka tempatkan terhadap apa yang Anda katakan, sebesar apa otoritas Anda akan menentukan besarnya keyakinan mereka terhadap diri Anda. Inilah poin yang mesti dibangun untuk kepuasan mereka yaitu dapat membuat mereka rileks dan mendengarkan isi pesan yang Anda sampaikan. Ini tidak berarti bahwa kredibilitas hanya ditentukan oleh peran kekuatan non-verbal tetapi memainkan peran penting dalam menciptakan pengertian kelompok. Seorang behavioris Albert Mehrabian menemukan bahwa 55% dari dampak pesan yang disampaikan dibangun oleh elemen non-verbal. Intonasi berpengaruh 30% namun hanya 7% pengertian dari kata-kata yang disampaikan itu sendiri. Terang saja bahwa gerak tubuh, gaya, dan ekspresi dapat mempengaruhi secara signifikan khususnya: 1. Mempengaruhi penerimaan pesan. 2. Mempengaruhi pemahaman terhadap pesan.



Penerimaan Pesan Tingkah laku Trainer harus bersahabat, berotoritas, dapat didekati dan terpercaya. a. Senyum Cara yang paling sederhana dan efektif untuk menunjukan bahwa anda seorang yang ramah dan dapat didekati adalah dengan tersenyum. Hal ini sangat natural, bukan terkekeh-kekeh karena gugup juga bukan menyeringai atau meringis. b. Berjabat tangan Jabat tangan biasa diartikan sebagai cara untuk menghilangkan jarak. Jabat tangan jangan dipandang sebagai kesempatan untuk meremukkan tulang jari. Juga bukan seperti ketika memegang kain basah atau bukan sebagai sarana untuk menunjukan kekuatan. c. Postur Cara berdiri kita juga dapat menunjukan indikasi apa yang sedang kita rasakan. Penampilan



230



Anda menunjukan kontrol diri Anda. Anda harus terlihat mempunya otoritas namun tidak militeristik. Ini berarti jika Anda tinggi maka terlalu memikirkan tinggi badan. Jangan gugup juga lembek seperti jeli dalam piring. d. Cara bertindak Menjadi orang yang punya keyakinan tidak berarti menjadi sombong. Jangan sampai ada yang Anda katakan atau lakukan yang membuat kelompok merasa terhalangi, dipermalukan atau dilindungi. e. Penampilan Sering disebut bahwa kesan pertama adalah kesan terakhir dan tidak akan ada kesempatan kedua untuk menciptakan kesan pertama. Seorang partisipan umumnya memiliki opini mengenai apa yang akan mereka harapkan untuk dilihat. Penampilan Anda merupakan bagian integral dari harapan ini. Jika anda menginginkan kelompok senang dan merasa nilai-nilai yang sama dengan yang Anda bagikan, maka penting untuk memakai cara berpakaian yang sama. Sebagai contoh, jika Anda memakai pakaian yang sangat kasual, jeans dengan jumper ketika yang lainnya memakai pakaian formal, ini akan menurunkan kredibilitas dan berarti Anda akan bekerja dua kali lipat lebih keras untuk mengatasi reaksi ini.



Pemahaman Pesan Kejelasan pesan yang dikomunikasikan dan yang diterima oleh orang lain secara signifikan dipengaruhi oleh non-verbal yang tersampaikan dalam proses presentasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penolakan adalah: • Mata • Lengan dan tangan • Kaki, lutut dan tubuh a. Mata Mata merupakan jalur komunikasi yang sangat penting. Dalam percakapan normal, terjadi kontak mata 25 -30% pada waktu tersebut, kedipan mata terjadi setiap 3 – 10 detik. Selama percakapan, maka kontak mata akan berkurang dan jumlah kedipan menurun. Kemampuan mendengar sebanding dengan kontak mata yang dilakukan. Ini berarti asumsi bahwa jika seseorang menatap kita ketika berbicara maka informasi tersebut ditujukan bagi kita. Sebaliknya jika kontak mata kemana-mana maka kita akan menolak pembicara dan tidak bersepakat dengan apa yang disampaikan. Ini sering ditemui dalam sesi training ketika pertanyaan ditujukan pada kekompok dan kontak mata terhadap keseluruhan kelompok. Hasilnya adalah respon yang lama atau sama sekali tidak direspon. Jika pertanyaan yang sama diajukan dengan menatap secara individual maka orang tersebut akan merasa perlu untuk menjawab atau memahami hal tersebut. Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



231



Efeknya adalah ketika terjadi kontak mata dengan kelompok secara memadai maka penyerapan dan keterlibatanpun berkurang. Jika sedemikian penting, mengapa banyak orang masih mengalami kesulitan? Jelas bahwa kemampuan perasaan kita mendeteksi secara instingtif menolak kontak mata karena orang lain dapat melihat kegugupan maupun kecemasan kita. Keengganan untuk melakukan kontak mata juga dapat diartikan sebagai ketakutan. Di sisi lain, kurangnya kontak mata oleh kelompok juga menunjukan kurangnya kepercayaan, kecenderungan untuk menutupi perasaan, juga kebohongan. Solusinya yaitu mengusahakan untuk menatap orang-orang dalam kelompok atau paling tidak membuat mereka percaya pada Anda. b. Lengan dan Tangan Mungkin hal yang paling sulit bagi trainer adalah mengatur gerak tangan ketika melakukan presentasi. Dalam percakapan biasa, gerak tangan mungkin tidak begitu penting, namun dalam melakukan presentasi kadang dapat secara indpenden bergerak. Dimasukan ke dalam saku atau menjelajahi mulut dan gerakan lain yang tidak diharapkan. Mengapa? Karena ada rasa gugup. Ketegangan akibat gugup menghasilkan energi ke sistem untuk mencoba mencari sesuatu yang dapat dimainkan. c. Gerakan tangan yang harus dihindari Grooming Tidak ada yang salah salah ketika memastikan apakah dasi sudah cukup lurus atau rambut tertata dengan baik, namun jika hal tersebut terus menerus dilakukan maka akan mengganggu. Fiddling (memain-mainkan) Yang termasuk dalam permainan disini adalah kancing, jam, cincin, spidol, penjepit kertas dan sebagainya. Untuk menghindari melakukannya maka sebaiknya membatasi pemakaian hal-hal tersebut. Wringing (Meremas-remas) Meremas-remaskan tangan merupakan hal yang biasa dimaknai permintaan maaf kepada audiens (tergantung seberapa sering hal tersebut dilakukan). Scratching (Pelemasan) Gerakan tangan yang paling mendapatkan respon dari pendengar adalah ketika pembicara melakukan stretching dan diikuti dengan suasana santai oleh audiens. d. Kapan harus menggunalan gerakan tangan Gerakan tangan harus dapat digunakan untuk membantu pemahaman kelompok. Harus memiliki tujuan yang jelas juga harus natural dan hati-hati. Banyak pembicara yang yakin jika menghasilkan gerakan tangan yang sesuai maka mereka akan lebih mudah diterima.



232



Fungsi gerakan tangan adalah: Reinforcement (Penguatan) Gerakan tangan baik untuk dilakukan ketika dalam tujuan untuk menguatkan apa yang dikatakan. Hal ini turut mendukung apa yang dikatakan dengan menggerakan tangan juga dapat menjadi visualisasi. Emphasis (Penekanan) Mengacungkan jari, membunyikan meja, melakukan gerakan karate di udara dapat menjadi tanda penekanan. Jika tidak terlalu berlebihan maka hal ini dapat membantu mengkomunikasikan hal-hal yang penting bagi kelompok. e. Kaki dan tubuh Jika anda berdiri dihadapan kelompok dan sikap mereka akan dipengaruhi kuat oleh cara Anda berdiri. Sulit untuk menciptakan kesan yang baik ketika Anda berdiri dengan menyilangkan kaki. Yang paling baik adalah berdiri dengan tegak lurus. Tidak hanya kontak mata yang baik dan mengusai seluruh ruangan tetapi juga menghindari jarak seperti ketika Anda hanya duduk. Bisa juga Anda duduk diatas meja. Ini dapat menciptakan situasi yang tidak terlalu formal namun tidak mengganggu proyeksi suara. Berdiri tegak lurus harus terlihat santai dan nyaman. Jangan seperti tentara. Berpindah-pindah tempat dapat menstimulasi juga membuat perhatian audiens lebih terfokus. Contoh-contoh distraksi yang sering terjadi: • Berjalan kedepan dan kebelakang • Berayun • Menekankan poin penting dengan jinjit (berdiri dengan ujung telapak kaki) • Menampilkan tarian sederhana • Berdiri pada setengah bagian sepatu Untuk gerakan yang dapat diterima, harus natural. Jangan berjalan dengan langkah cepat, menyambar, terhuyung-huyung atau berayun.



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



233



MENGHADAPI PERILAKU YANG SULIT Sering dibicarakan, dan memang benar, bahwa pelatihan kelompok berlangsung dengan keadaan yang baik, jika pesertanya orang-orang yang tidak susah diatur. Hanya saja pelatihan tidak mungkin berlangsung tanpa kehadiran mereka yang sulit diatur. Situasi ini mengakibatkan dilema buat pelatih dalam mengembangkan kemampuan untuk bisa bersepakat dengan orang yang berbeda kepribadiannya. Adalah penting untuk menekankan bahwa bukan individunya yang rumit, melainkan hanya perilakunya. Kemampuan pelatih dalam pelatihan akan dikenal melalui perbedaan perilaku dan bagaimana mengaturnya agar menjadi kelompok yang dinamis dengan tepat. Berikut disampaikan beberapa karakter:



a. The talking terror Karakter Talking terror berbicara tak berhenti. Mereka sangat menjengkelkan dan berbicara sangat banyak serta memonopoli dan mendominasi kelompok dalam setiap diskusi. Mereka sering membicarakan sesuatu yang terjadi pada diri mereka. Sebab Sekalipun hasilnya akan berubah-ubah, kasus yang ditimbulkan adalah ketidaknyamanan. Mereka sering berupaya menonjolkan diri mereka sendiri ketimbang pelatih atau peserta yang lain. Konsekuensinya, mereka menghabiskan waktu untuk mencoba menunjukkan kepada kelompok bahwa mereka berhak mendapatkan penghargaan. Atau mungkin mereka mencari persetujuan yang mereka tunjukan lewat antusiasme di dalam diskusi (keinginan yang amat besar). Mereka mungkin hanya ingin diperhatikan oleh kelompok sebagai seorang yang baik dalam memberikan perhatian dan penerimaan (tukang oceh). Frase favorit ”Saya percaya apa yang saya katakan benar…”, ”Saya selalu melakukannya…” Penanganan 1. Melihat kesempatan untuk melakukan intervensi. Mungkin dengan melakukan istirahat sebentar. Setuju dengan pembicara (beberapa pembicara akan menginginkan untuk diberi usulan) lalu, membuat sesuatu menjadi jelas dengan mengalihkan perhatian mereka ke tempat lain. Contoh: ”Ya, Ali, itu akan sangat berguna. Apakah yang lain ada yang mengetahui cara untuk mencapai hal ini?” menggunakan kata ‘yang lain’ akan menjadi baik, sebagai cara untuk menghindari menggunakan nama orang. 2. Cek kembali pemahaman Anda. Contoh: ”Tunggu sebentar Ary — apa yang Anda katakan tentang X, Y, Z; dapatkah orang lain mengetahui maksudnya?” 3. Sangat baik ketika selama istirahat Anda bicara kepada seseorang dan menjelaskan bahwa Anda sangat senang ketika dia mau berpartisipasi tetapi Anda membutuhkan anggota kelompok yang lain untuk berdiskusi.



234



4. Meminta pembicara untuk melakukan dengan cara lain. Meminta mereka untuk mencatat semua ide-ide dalam kelompok dengan membuat flip chart dan mencari assisten sebgai operator teknik untuk mengobservasi sehingga merupakan tujuannya.



b. The great griper Karakter Sekalipun pemikiran kritis sangat mendorong dalam pelatihan, masalahnya adalah mereka dalam setiap diskusi mengambil kesempatan untuk memberi komplain tentang kelompok. Jika dibiarkan maka mereka akan menjadi ‘orang yang menjengkelkan’, cara mereka ini dapat merusak rasa antusias kelompok. Sebab Great gripers meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka berhak melakukan apa yang mau mereka lakukan. Frase favorit ”Masalahnya adalah…”, ”Semuanya baik, tapi…” Penanganan Hal yang perlu diperhatikan dengan Great Gripers adalah Anda larut mengikuti diskusi dengan topik favorit mereka daripada tetap pada masalah yang ingin Anda bahas. Oleh karena itu, jangan terpikat! 1. Ijinkan mereka berkata satu kali. Biarkan mereka jelaskan. ”Andi, saya melihat bahwa Anda merasa percaya betul dengan hal ini. Seharusnya kita bisa ambil waktu sekitar tiga menit untuk mendiskusikan hal ini dan kemudian kita sepakati hal ini setelah pelatihan.” 2. Minta mereka untuk menyampaikan langkah apa yang akan mereka ambil atas permasalahan yang sedang dihadapi. Ini akan menjadi solusi sederhana, yang mana menjadi sebab kenapa mereka tidak melakukan itu? ”Dewa, Anda telah menjelaskan masalah itu pada kami. Apa yang akan kamu lakukan dan pemecahan masalah yang bagaimana yang akan Anda buat?” 3. Ambil beberapa langka positif untuk istirahat. ”Saya dapat memahami apa yang mengganggu kamu, Ira, ayo kita makan bersama dulu.”



c. Doubting Delegate Karakter Doubting delegate merupakan jenis dari grater griper. Perbedaan utama adalah great griper hanya membahas satu atau dua bagian yang sensitif, doubting delegate menghasilkan semua yang bersifat sinisme. Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



235



Sebab Doubting delegate selalu menganggap dirinya senior. Itulah sebabnya sikap mereka menjadi produktif dan mencoba beberapa ide cemerlang tetapi gagal. Ini terjadi karena ide tersebut tidak diberi pilihan lain serta sedikit menerima ide dari orang lain. Akhirnya pada orang lain akan muncul perasaan skeptis (tua atau muda). Frase favorit ”Semuanya tidak pernah kerja.”, “Kami sudah mencoba sebelumnya.” Penanganan Menerima langkah demi langkah. Pertama nyatakan persetujuan jika ide atau proses kerja ditentukan oleh waktu dan upaya pembelajaran. Langkah kedua memberi saran kepada doubting delegate untuk menerima saran atau pendapat selama pelatihan dan setelah itu akan dievaluasi. Jika doubting delegate tidak yakin akan proses tersebut minta mereka menjelaskan lebih lanjut kenapa mereka percaya dan menerima satu pilihan saja. Kemudian kembali ke langkah kedua.



d. The Pot Plant Karakter Plot plant dikenal dengan sangat sedikitnya kontribusi mereka dalam kelompok dan terlihat modis, dan terkesan sebagai ”warna tambahan” pada kelompok. Sebab Sedikit alasan kenapa pot plant lebih memilih diam dalam kelompok, antara lain mereka berpikir bahwa yang mereka katakan adalah sebuah kebodohan yang akan membuat mereka terlihat ”aneh”, mungkin juga mereka sangat susah untuk menyampaikan pemikiran karena merasa tidak merasa nyaman sehingga hanya ingin duduk dan diam. Frase favorit “Maaf ” Penanganan Pendekatan yang akan Anda ambil tergantung dari alasan yang Anda rasakan terhadap pot plant ketika mereka sedikit terlibat dalam diskusi. Jika Anda enggan dan merasa tidak nyaman, bangun kepercayaan mereka sebelum memberikan pertanyaan kepada mereka yang Anda tahu mampu menjawab. Ketika tidak ada keterlibatan dan kurangnya motivasi, itu dapat terjadi karena pot plant tidak suka dengan topik. Ambil waktu untuk tunjukan dampaknya (Anda mungkin dapat memberikan beberapa rangsangan dengan pendekatan training). Jika dasarnya mereka tidak bisa mengeluarkan ide dan diam, ini dapat dilakukan dengan menyediakan pertanyaan menyusun kata-kata sehingga respon tersebut membutuhkan



236



penjelasan yang jelas. Contoh: ”Adam, apakah kamu dapat menemukan bahwa pertanyaan tertutup dapat membantu mengatasi perasaan malu?” Untuk pilihan seperti ini mendengarkan akan lebih baik daripada berbicara, pelatih dapat terlibat meskipun tidak secara langsung sehingga peserta dapat menjadi aktif.



e. Pelawak (humoris) Karakter Dalam setiap kesempatan mereka selalu melemparkan senyum kepada semua orang dan selalu membuat gembira dengan ejekan ataupun sindiran. Selera humor seperti ini harus ditangani secara sungguh-sungguh. Akan membantu jika membongkar sesuatu yang menjadi halangan, kelompok yang rileks dan bersahabat. Sebab Dalam faktor ini mereka memilih untuk menjadi ‘bos’ dan mau diterima oleh kelompok. Frase favorit “Ini mengingatkan ku…”, ”Saya mengetahui orang ini…” Penanganan Sangat sulit untuk mengontrol pelawak antara menjadi lembut dan senang serta terlalu menurut. 1. Ketika mereka mencoba untuk memberikan cerita lucu dan humor jelaskan bahwa akan ada waktu yang cukup untuk membicarakan hal tersebut, mungkin pada kesempatan makan siang atau istirahat dengan menggunakan anekdot tetapi waktu pelatihan sangat terbatas. ”Maaf, Martin, saya tahu bahwa kami sangat senang mendengarkan apa yang terjadi padamu, tapi sayang sekali waktu kami sangat terbatas sekarang. Mungkin kita bisa minum bersama dan membicarakan hal itu setelah sesi ini.”







2. Gunakan pandangan atau tatapan mata yang tajam untuk mengecilkan hati mereka agar tidak membuat sesuatu yang tidak penting.



Modul V - Menyampaikan Pelatihan |



237



238



MODUL VI



MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN



Analisis Perkembangan Belajar Peserta Pelatihan Monitoring Pelatihan Mengevluasi Pelatihan



ANALISIS PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN Tujuan



Pada akhir sesi peserta: • Dapat menjelaskan alur dan logika dari siklus pembelajaran berdasar pengalaman. • Mengenali fase-fase siklus pembelajaran berdasar pengalaman dalam perancangan sesi



Bahan • Transparansi atau flip charts tentang masalah komputer dan siklus pembelajaran berdasar pengalaman. • Flip charts dengan 4 contoh sesi terpilih; masing-masing menunjukkan kejelasan suatu alur sesi yang dimulai pada titik masuk yang berbeda dari siklus pembelajaran berdasar pengalaman.



Waktu



120 menit



Proses 1. Pelatih memberikan penjelasan mengenai kaitan materi ini dengan prinsip pembelajaran orang dewasa. Ingatkan mereka bahwa untuk semua orang dewasa, pembelajaran berdasar pengalaman dan pembelajaran dengan melakukan adalah aspek yang sangat penting dalam pembelajaran. Jelaskan bahwa walaupun prinsip-prinsip mengenai pembelajaran bisa sama untuk setiap orang, kita juga memiliki kecenderungan tertentu tentang bagaimana cara belajar yang diinginkan. 2. Pelatih menunjukkan kasus komputer (lihat transparansi/powerpoint) dan buat daftar sekilas tentang tanggapan dan jelaskan bahwa setiap orang memiliki satu gaya yang lebih diminati dalam belajar memecahkan masalah. Beberapa orang suka mulai dengan cobacoba, yang lainnya lebih suka berefleksi, berpikir atau menerapkan. 3. Jelaskan bahwa pembelajaran dapat digambarkan sebagai satu proses bekerja melalui berbagai langkah yang ada di dalam siklus pembelajaran berdasar pengalaman. Jelaskan bahwa hal itu adalah alat bantu yang sangat berguna bagi pelatih untuk merancang sesi mereka. 4. Tampilkan contoh rancangan sesi, dan minta pada peserta, secara berkelompok (beranggota 6 orang ), untuk menggambar siklus pembelajaran, dengan menunjukkan di manakah sesi awal dan akhir dari siklus tersebut. 5. Minta pada peserta untuk menjelaskan bagaimana seharusnya pelatih bisa menggunakan siklus tersebut dalam merancang suatu sesi pelatihan. Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |



241



6. Jelaskan bahwa mungkin saja melatih topik yang sama dengan empat cara berbeda sesuai dengan gaya pembelajaran yang berbeda. Bagikan latihan dan minta peserta, secara berkelompok, mendefinisikan di mana setiap kasus dimulai dalam siklus pembelajaran (kasus 1: instruksi, kasus 2: refleksi, kasus 3: pembelajaran mandiri, kasus 4: belajar dengan melakukan). 7. Ringkaskan, dan sampaikan dua konsekuensi penting yang diperoleh dari latihan yang baru dilakukan tersebut.



Lembar Kerja Over head/powerpoint slide 1



Bagaimana cara memecahkan Masalah Komputer ini? Suatu hari, ketika Anda sedang menggunakan komputer, tiba-tiba komputer Anda rusak. Apa yang pertama-tama akan Anda lakukan untuk memecahkan masalah ini? 1. Mencari dalam manual dan berusaha menemukan pemecahan masalah. 2. Menjalankan help program dan mempelajari dari demostrasi yang diperlihatkan, bagaimana pemecahannya. 3. Tetap mencoba memencet berbagai tombol dengan harapan bahwa masalah bisa terpecahkan. 4. Duduk sejenak dan berusaha mengingat kembali cara yang pernah Anda lakukan ketika menemui masalah yang sama. Over head/powerpoint slide 2



Siklus Belajar dari Pengalaman PENGALAMAN



REFLEKSI



PRAKTEK



KESIMPULAN



242



Pengalaman: Terbuka terhadap pengalaman baru. Menghubungkan dengan pengalaman orang lain di masa lalu dan sekarang Refleksi: Berpikir, Bermeditasi, Mempertimbangkan, Menemukan, Mencerna informasi, Berpikir keras, Memperjelas, Memahami, Menguras otak Kesimpulan: Mengeneralisasi, Berpikir, Menganalisa, Mengidentifikasi isu kunci atau hal-hal penting, Meletakkan semua hal dalam satu kerangka, Membentuk konsep atau ide baru. Praktek: Belajar sambil mencoba, menerapkan, uji coba (trial and error), bereksperimen. Berikut ini adalah contoh empat sesi, yang semuanya memperkenalkan pendekatan penyelesaian konflik yang mendukung gaya pembelajaran yang berbeda. Tentukan gaya pembelajaran mana yang bisa digunakan untuk setiap contoh. Kasus 1-Instruksi 1. Pelatih menjelaskan karakteristik dari tiga pendekatan yang berbeda dalam penyelesaian konflik. 2. Peserta mendapat tiga studi kasus mengenai penyelesaian konflik dan diminta untuk mengidentifikasi pendekatan apa yang dipergunakan dalam setiap kasus. 3. Peserta bertukar pengalaman mengenai penyelesaian konflik yang mereka lakukan dalam pekerjaan mereka sendiri. 4. Peserta merefleksikan bagaimana mereka menghubungkannya dengan tiga pendekatan yang telah diperkenalkan. Kasus 2-Refleksi 1. Peserta melakukan curah pendapat berdasarkan pengalaman mereka mengenai apa yang penting dalam penyelesaian konflik. 2. Dalam kelompok kecil peserta merefleksikan hasil curah pendapat dan menganalisis untuk membedakan tiga pendekatan yang terdapat dalam hasil curah pendapat tersebut. 3. Dalam pleno, hasilnya didiskusikan dan tiga pendekatan tersebut didiskusikan dan diberi nama. 4. Peserta kemudian menonton video mengenai konflik dan mengidentifikasikan pendekatan yang mana yang tepat untuk memecahkan masalah tertentu. Kasus 3-Pembelajaran mandiri 1. Untuk pekerjaan rumah, peserta membaca sebuah artikel mengenai tiga pendekatan penyelesaian konflik. 2. Pada hari selanjutnya pelatih memandu satu diskusi pleno untuk merumuskan ketiga pendekatan tersebut. Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 243



3. Hal tersebut diikuti dengan satu latihan pendek mengenai tiga studi kasus penyelesaian masalah dan peserta diminta untuk mengidentifikasikan pendekatan mana yang dipakai dalam setiap studi kasus. 4. Peserta bertukar pengalaman mengenai penyelesaian konflik dalam pekerjannya Kasus 4-Belajar dengan melakukan 1. Pelatih memulai satu permainan simulasi, yang menciptakan konflik dalam kelompok, yang harus mereka pecahkan. 2. Peserta mencoba cara yang berbeda utuk menyelesaikan masalah. 3. Setelah simulasi berakhir, pelatih membantu kelompok untuk merefleksikan pengalaman melalui satu diskusi pleno . 4. Pada akhir refleksi, pendekatan-pendekatan yang berbeda diidentifikasikan. Over head/powerpoint slide 3



Siklus Pembelajar dari Pengalaman PENGALAMAN



REFLEKSI



PRAKTEK



KESIMPULAN



Seorang pembelajar, supaya efektif, memerlukan empat kemampuan yang berbeda: 1. Dia harus mampu melibatkan diri secara penuh, terbuka dan tanpa bisa ke dalam pengalaman baru. 2. Dia harus mampu berefleksi dan mengamati pengalaman tersebut dari berbagai perspektif. 3. Dia harus mampu menciptakan konsep yang mengintegrasikan pengalamannya ke dalam teori logis. 4. Dia harus mampu menggunakan teori tersebut untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah.



244



Dengan kata lain, pembelajaran bisa dilihat sebagai satu proses ketika seseorang mengalami sesuatu secara langsung, merefleksikan pengalaman sebagai sesuatu yang baru atau berhubungan dengan pengalaman yang lain, dan menggunakan konsep dalam tindakan yang berurutan sebagai satu petunjuk perilaku. Di luar keempat langkah tersebut orang menurunkan satu rangkaian baru pengalaman yang menuju pada pengulangan siklus pembelajaran.



Bahan Bacaan



• Gaya Pembelajaran



Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 245



MONITORING PELATIHAN Tujuan



Pada akhir sesi peserta: • menyimpulkan bahwa monitoring adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari • dapat menjelaskan tiga alasan untuk monitoring harian dalam satu lingkungan pelatihan • dapat memilih metode monitoring yang tepat



Bahan



-



Waktu



120 menit



Proses



1. Pelatih menjelaskan tujuan dan prosedur sesi. 2. Pelatih membagi peserta menjadi enam kelompok dan menjelaskan bahwa peserta memiliki waktu lima menit untuk menuliskan sebanyak mungkin hal yang mereka pantau dalam kehidupan sehari-hari. 3. Bahaslah bersama peserta daftar tersebut dengan cepat dan rumuskan dengan mengatakan bahwa monitoring adalah bagian dari kehidupan. 4. Kaitkan hal tersebut dengan satu setting pelatihan. Ajak peserta untuk mencurahkan pendapat mengenai mengapa, kapan dan apa yang dilakukan dalam monitoring harian dalam satu setting pelatihan: • Mengapa melakukannya? (untuk memeriksa apakah pelatihan berjalan seperti yang direncanakan, untuk mencapai tujuan, dan untuk meningkatkan rasa memiliki di antara peserta) • Mengapa melakukannya setiap hari, dan tidak hanya setiap minggu atau pada akhir suatu pelatihan? • Apa yang Anda lakukan dengan hasilnya? Tekankan kenyataan bahwa jika Anda memutuskan untuk memantau setiap hari, Anda juga perlu memasukkannya ke dalam program pada awal dan akhir dari setiap hari dan memiliki fleksibilitas mengenai apa yang dilatihkan dan bagaimana melatihkannya selama melaksanakannya. 5. Pelatih merefleksikan cara melakukan monitoring harian selama pelatihan dan merumuskan metode dan pendekatan berbeda yang dipergunakan (contohnya apakah hal itu dilakukan sendirian, dalam kelompok kecil atau sebagai satu kelompok pleno; apakah monitoring ditulis, dijelaskan secara langsung, apakah dilakukan secara interaktif atau dilaksanakan oleh pelatih atau peserta, dan lain-lain)



246



MENGEVALUASI PELATIHAN Tujuan



Pada akhir sesi peserta: • dapat menjelaskan tujuan-tujuan dan tingkat-tingkat yang berbeda dari suatu evaluasi pelatihan • dapat menyebutkan lima cara yang tidak konvensional untuk mengevaluasi kegitan pelatihan • memformalisasikan satu rencana evaluasi untuk pelatihan mereka sendiri



Bahan • kertas flip chart dengan tabel untuk latihan kelompok • sebuah bola yang ringan untuk digilirkan (contohnya gumpalan kertas)



Waktu



120 menit



Proses 1. Lakukan curah pendapat dengan cepat mengenai apa yang biasanya dievaluasi peserta dalam pelatihan mereka, kapan dan bagaimana mereka melakukannya. Pelatih merumuskan hasil curah pendapat. 2. Pelatih menjelaskan bahwa tujuan dari sesi ini adalah untuk memperluas pikiran peserta mengenai apa, kapan dan bagaimana suatu pelatihan bisa dievaluasi. Tipe latihan evaluasi akan bergantung pada tipe dan tujuan dari sesi pelatihan. 3. Lakukan diskusi mengenai tujuan suatu pelatihan secara umum dengan menanyakan: Kapan tanggung jawab kita sebagai pelatih berakhir — ketika peserta pulang atau setelah mereka kembali ke pekerjaan mereka? Apakah menjadi tujuan kita untuk merubah orang yang sudah dilatih, apakah untuk meningkatkan kemampuan kerja mereka, apakah untuk memperkuat organisasi? 4. Pelatih menjelaskan berbagai tingkat evaluasi satu demi satu, mulai dari tingkat yang paling bawah dan berikan satu contoh untuk setiap tingkat (lihat materi tingkat evaluasi di Bahan Bacaan Pokok). 5. Undang peserta dalam kelompok mereka untuk menyiapkan satu rencana evaluasi pelatihan mereka sendiri dengan mengisi satu tabel dengan tiga kolom (kapan/tingkat, bagaimana dan siapa) pada satu flip chart. Pelatih mengajak peserta untuk berpikir mengenai cara untuk mengevaluasi beberapa tingkat yang lebih tinggi yang biasanya tidak mereka cakup. Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 247



6. Peserta memajang hasil kerja kelompok mereka (bisa di papan tulis atau dinding bagian dalam dari ruang kelas pelatihan) dan diskusikan hasilnya. 7. Pelatih mengakhiri sesi ini dengan mengatakan bahwa Ia akan mengevaluasi apa yang sudah dipelajari peserta selama sesi ini dengan menggilir satu bola berkeliling. Setiap peserta yang menerima bolanya bisa menyebutkan sesuatu yang telah mereka pelajari selama sesi ini.



Bahan Bacaan



• Mengevaluasi Pelatihan



248



BAHAN BACAAN POKOK MODUL VI GAYA PEMBELAJARAN Apakah gaya pembelajaran itu? Tidak bisa disangkal bahwa pembelajaran adalah pengalaman yang sangat individual. Baik pengalaman pembelajaran dan hasil dari pengalaman pembelajaran, sangat tergantung pada karakteristik minat pembelajar. Dengan mengikuti siklus pembelajaran berdasar pengalaman sangat mungkin untuk mengidentifikasi empat prinsip gaya pembelajaran. Sebuah uraian ringkas mengenai berbagai tipe pembelajar disajikan di bawah ini.



• AKTIFIS: PENDEKATAN BELAJAR SAMBIL MELAKUKAN



• REFLEKTOR:



PRAKTEK



KESIMPULAN



• PRAGMATIS: PENDEKATAN INSTRUKSI



PENGALAMAN



REFLEKSI • TEORITIS: PENDEKATAN BELAJAR MANDIRI



Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 249



AKTIFIS



REFLEKTOR



• Unggul dalam melakukan sesuatu.



• Unggul dalam kemampuan imajinatif.



• Pengalaman baru, kesempatan baru dan masalah baru (permainan, bermain peran, dan lain-lain).



• Senang memperhatikan atau berpikir tentang aktifitas.



• Berada di panggung (memimpin pertemuan, dan lain-lain). • Mengembangkan ide tanpa memperhatikan hambatan-hambatan praktisnya, pengambil resiko. • Cenderung menyelesaikan masalah dengan uji coba (trial and error). PRAGMATIS • Unggul dalam praktek penerapan ide.



• Diberi kesempatan berpikir sebelum bertindak. • Investigasi dan riset. • Mengulas situasi . • Mencapai keputusan sendiri tanpa tekanan.



TEORITIS



• Umpan balik dari praktisi yang berhasil.



• Unggul dalam menciptakan model teoritis.



• Kesempatan untuk menerapkan akan memberi solusi terbaik bagi satu masalah tertentu.



• Tidak begitu memperhatikan kegunaan praktis dari teori.



• Menguji metodologi dan asumsi.



Dua komentar perlu dibuat mengenai generalisasi gaya pembelajaran. Meskipun setiap orang memiliki kecenderungan gaya pembelajaran tertentu, pilihan dalam satu situasi tertentu mungkin berbeda, tergantung pada tugas dan topiknya. Contohnya seseorang yang sedang mempelajari program komputer mungkin cenderung melakukan trial and error, padahal biasanya dia merasa lebih nyaman bekerja berdasarkan pengalaman sendiri ketika mengikuti sesi pelatihan tentang keterampilan presentasi. Yang kedua, hampir semua orang telah dididik dengan pendekatan instruksi selama bertahun-tahun di sekolah. Mengapa kita harus menyadari adanya perbedaan gaya pembelajaran dalam perancangan pelatihan? Memahami gaya-gaya pembelajaran ini, termasuk memahami konsekuensinya dalam memilih dan merencanakan metode latihan, akan membantu kita untuk membuat pelatihan menjadi lebih efisien. Dalam setiap latihan, peserta akan mewakili campuran dari gaya pembelajaran tersebut. Sebagai seorang pelatih penting untuk menggunakan ke-4 pendekatan tersebut selama training. Jika Anda tidak sadar mengenai variasi pendekatan tersebut maka kemungkinan besar Anda akan menonjolkan gaya pembelajaran yang lebih Anda sukai.



250



Bagaimana kita dapat menggunakan pengetahuan tentang gaya pembelajaran ini untuk merancang pelatihan? • Ragamkan pendekatan dan metode pembelajaran selama merancang latihan Anda, perhitungkan semua gaya pembelajaran. • Coba rancang sesi yang sama dengan menggunakan pendekatan yang berbeda agar Anda bisa tertantang untuk berpikir lebih kreatif. • Coba lalui ke-4 tahap siklus pembelajaran untuk setiap topik baru. Bagaimana memilih metode mengajar dengan memperhatikan berbagai gaya pembelajaran Aktifis



Reflektor



Paling baik belajar dengan menggunakan metode seperti: √√ Diskusi kelompok



√√ Curah pendapat mengenai pengalaman sendiri



√√ Projek √√ Permainan peran



√√ Merefleksi simulasi atau permainan peran



√√ Simulasi Pragmatis



Teoritis



Paling baik belajar dari contoh khusus dan keterlibatan seperti: √√ Latihan



Paling baik belajar dalam suatu situasi dimana dia bisa menjadi pengamat atau reflektor:



Paling baik dengan belajar mandiri seperti: √√ Pekerjaan rumah √√ Menganalisis studi kasus



Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |



251



Mengevaluasi Pelatihan Apakah evaluasi pelatihan itu? Evaluasi pelatihan adalah pengumpulan informasi kualitatif dan kuantitatif secara sistematis yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelatihan. 1. Mengapa suatu pelatihan harus dievaluasi?



Pandangan yang paling umum mengenai evaluasi adalah bahwa ini adalah tahap terakhir dari siklus desain pelatihan. Meskipun demikian, evaluasi pada akhir suatu latihan harus menjadi satu bagian integral dari siklus agar kita bisa memainkan satu peran kunci dalam kontrol kualitas dengan menyediakan umpan balik mengenai: • Efektifitas dan pendekatan dan metode yang digunakan. • Pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh pelatih dan peserta. • Apakah kebutuhan awalnya yang telah diidentifikasikan pada tiap tingkatan, semisal desa, organisasional dan individual; telah dipenuhi. • Apa yang harus dievaluasi dan kapan harus dilakukan?



Kebanyakan latihan evaluasi terutama mengukur kepuasan dan kegembiraan peserta. Meskipun demikian, evaluasi pada akhir pelatihan harus benar-benar mengukur tujuan pembelajaran yang spesifik. Dengan kata lain, evaluasi harus mengukur perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap daripada sekedar kepuasan atau kegembiraan peserta. Kebanyakan kegiatan pelatihan hanya dievaluasi pada akhir program pelatihan. Kita juga harus mengevaluasi apa yang terjadi setelah pelatihan diselesaikan. Tingkat-tingkat evaluasi pelatihan berikut ini bisa diidentifikasikan, dihubungkan dengan rantai sebab dan akibat: Beberapa Ide Mengenai Tipe Informasi Apa yang Dikumpulkan dan Pada Tingkat yang Mana dan Bagaimana Tingkat/kapan



Apa



Bagaimana



Selama pelatihan



• Kegembiraan • Umpan balik mengenai topik dan metode tertentu • Mengukur hasil atau perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap



• Monitoring harian atau kegiatan umpan balik • Pengamatan • Penugasan kelompok atau individual



Pada akhir pelatihan



• Relevansi tujuan pembelajaran keseluruhan • Umpan balik mengenai seluruh topik dan metode



• Konvensional kuisioner dengan pertanyaan terbuka dan/atau tertutup • Metode yang lebih kreatif



252



Di tempat kerja setelah pelatihan



• Relevansi pengalaman pelatihan • Pengukuran penggunaan pembelajaran • Pengukuran perubahan perilaku • Penerapan rencana aksi individual



• Wawancara • Pengamatan • Kuisioner



Efektivitas organisasional



• Pengukuran dalam perubahan organisasional • Penerapan rencana atau projek tindakan kolektif



• Wawancara dengan pemberi kerja (juga melalui telepon, email dll.)



Dampak pada masyarakat



• Pengukuran sejauh mana kebutuhan yang telah diidentifikasi oleh masyarakat desa telah dipenuhi



• Wawancara dengan penduduk desa



Langkah-langkah dalam perencanaan evaluasi: 1. Putuskan mengapa, dan untuk siapa, pelatihan harus dievaluasi. 2. Perjelas apa yang dievaluasi; dalam tingkat dan komponen apa pada tiap tingkat. 3. Putuskan informasi apa yang harus dikumpulkan dan dari siapa - peserta, narasumber, pemberi kerja, penduduk desa dll. 4. Pilih metode-metode dan teknik-teknik evaluasi yang paling sesuai dengan tujuan dan situasi Anda. 5. Kembangkan dan laksanakan kegiatan evaluasi. 6. Gabungkan dan analisis data Penjajakan Kebutuhan Pelatihan, Monitoring harian, Rencana Aksi Peserta, Evaluasi Peserta, Umpan Balik dari pelatih termasuk pengamatan pelatih, umpan balik dari pemberi kerja, umpan balik dari penduduk desa dll. 7. Lakukan tindakan berdasarkan hasil, seperti memperbaiki kegiatan pelatihan, mengembangkan kegiatan atau pendekatan baru, dan mengembangkan kegiatan lanjutan dan dukungan yang diperlukan. Ide-ide berikut dapat melengkapi pendekatan yang lebih formal untuk evaluasi seperti kuesioner. Seperti halnya desain penelitian yang baik dilengkapi dengan metode-metode yang berbeda untuk mengkaji dan membuktikan suatu situasi, evaluasi pelatihan yang baik harus dilengkapi dengan beragam teknik-teknik penjajakan. Pendekatan-pendekatan alternatif untuk mengevaluasi berikut ini hanya sedikit menggunakan tulisan dan lebih banyak menggunakan ungkapan kreatif. Banyak juga yang menggunakan beberapa bentuk kesenian agar memungkinkan bagi individual dan kelompok Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |



253



untuk mengungkapkan ide-ide dan perasaan mereka. Pendekatan semacam itu menghasilkan data, yang kompleks, subtil, ekspresif dan menggugah. Dalam evaluasi yang konvesional, biasanya kelompok dan individu sering menjawab satu pertanyaan langsung dan mungkin hanya mengatakan apa yang ingin didengar oleh pelatih. Semakin tidak langsung pendekatan yang digunakan, melalui ungkapan kreatif, maka akan menghasilkan informasi yang lebih kaya, lebih dalam, lebih jujur dan lengkap. 1. Kolase Evaluasi. Menggunakan koran, majalah, lukisan, dan/atau obyekobyek, kelompok-kelompok menciptakan kolase untuk mengungkapkan ide-ide dan perasaan mereka mengenai satu pertanyaan evaluasi, yang diajukan pelatih. Contohnya: Apa yang paling berguna mengenai pelatihan yang telah Anda capai? 2. Metafor untuk menggambarkan pembelajaran dan/atau perubahan. Kelompokkelompok atau individual bisa memilih satu objek (baik dari objek yang disediakan, atau satu gambar dari imajinasi mereka sendiri) dan menggunakan objek ini sebagai metafor untuk menggambarkan aspek tertentu untuk dievaluasi. Contohnya, peserta bisa diminta untuk memilih satu tanaman dan menjelaskan bagaimana pengalaman mereka dalam kursus pelatihan seperti tanaman tersebut. Mereka boleh berbicara bagaimana tanaman berbunga, atau mungkin menjelaskan tentang bagaimana tanaman mati karena pemupukan yang tidak cukup. Pelatih kemudian bisa mengajukan pertanyaan berhubungan dengan apa yang dikatakan peserta. 3. Pencapaian rentang-waktu (time-line). Rentang-waktu mungkin membantu menunjukkan bagaimana pembelajaran bisa diibaratkan seperti sekoci yang timbul tenggelam (dan mengapa) dengan berlalunya waktu. Individual bisa menciptakan satu rentang-waktu yang menunjukkan kegiatan yang penting, terutama dalam pengertian apa yang dipelajari selama kursus pelatihan. Mereka bisa saja melengkapi rentang waktu ini dengan simbolsimbol. Rentang-waktu harus naik, turun, menurun dan berbelok, untuk menggambarkan perubahan yang terjadi. 4. Menandai bagian diri yang telah berubah. Minta peserta untuk membuat gambar sederhana seseorang pada satu atau dua flipchart, kemudian tandai bagian dirinya yang telah berubah (contohnya, mungkin jika mereka lebih menyimak sekarang mereka bisa menggambar kuping yang lebih lebar, berwarna cerah, dll). Mungkin mereka memiliki pemahaman baru mengenai sesuatu atau telah belajar satu konsep baru. Karena itu mereka akan menonjolkan atau menandai otak dan mendaftar atau mengatakan perubahan apa saja yang telah terjadi. 5. Menggunakan berbagai bentuk ungkapan kreatif (lukisan, musik, tarian, drama, permainan peran, kolase, objek temuan, wayang). Minta peserta untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan ide-ide mereka mengenai satu pertanyaan menggunakan bentukbentuk biasa dan yang bisa diterima secara kultural dari ungkapan kreatif. Fasilitator harus memutuskan sebelumnya apakah kelompok akan membuat kolase, atau mengembangkan dan menampilkan satu drama dll. Satu pertanyaan yang mungkin dijawab menggunakan ungkapan kreatif adalah: Bagaimana pelatihan telah mempengaruhi Anda?



254



Model Empat-Tingkatan dalam Evaluasi Model yang paling terkenal untuk mengevaluasi program pelatihan dikenalkan pada tahun 1959 oleh Donald Kirkpatrick. Model ini dianggap sebagai model terbaik oleh praktisi pelatihan. Meskipun keempat tingkatan model tersebut (reaksi, pembelajaran, perilaku, hasil) merupakan hal yang penting, Anda boleh memilih untuk tidak mengevaluasi dengan keempat tingkatan tersebut. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat sangat banyak organisasi yang mengevaluasi reaksi. Persentase yang cukup tinggi untuk mengevaluasi pembelajaran. Evaluasi terhadap perilaku mengikuti di belakang kedua tingkatan tersebut; evaluasi terhadap hasil menempati persentase yang terakhir. Organisasi di masa sekarang sangatlah sadar akan biaya, dan kebutuhan untuk mengukur keefektifan suatu pelatihan akan terus meningkat. Sebaiknya Anda membuat pendekatan yang komprehensif (menyeluruh) dalam melakukan evaluasi, Anda akan mampu membuat rekomendasi yang tepat atau menjawab dengan yakin ketika seseorang meminta kepada Anda untuk membuktikan bahwa pelatihan tersebut memberikan hasil. Berikut ringkasan dari model evaluasi tersebut: Mengukur Hasil Pelatihan Apa Siapa Tingkat 1 Reaksi: Apakah Peserta mereka menyukainya?



Kapan Bagaimana Akhir dari “Lembaran program Senyum”



Mengapa Menentukan tingkat kepuasan pelanggan; dapat mengindikasikan kebutuhan untuk memperbaiki/merevisi Tingkat 2 Pembelajaran: Peserta; Selama, Pre-test/ Mengidentifikasi Pengetahuan pelatih sebelum/ post-test; apakah pelatih telah atau sesudah pengaplikasian berhasil dalam keterampilan program keterampilan menyampaikan apakah yang melalui permaian isi pelatihan dan mereka kuasai? peran, studi mencapai tujuan kasus, latihan program Tingkat 3 Perilaku: Peserta; 3 sampai Survei; Menetukan tingkat Bagaimana atasan; 6 bulan wawancara; sejauh mana peserta mereka bawahan; setelah observasi; menyalurkan apa yang menampilkan kelompok program penilaian kinerja telah mereka pelajari yang berbeda? selesai dalam sesi kedalam situasi kerja yang nyata Tingkat 4 Hasil: Apa Peserta; Setelah Analisis biaya/ Menentukan apakah dampak bagi kontrol memenuhi keuntungan; keuntungan lebih jajaran bawah? kelompok kelanjutan pekerjaan sesuai banyak daripada biaya; tingkat 3 jalur; data memastikan tingkat operasional kontribusi program terhadap tujuan perusahaan Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |



255



Tingkatan I: Reaksi Tingkatan I berhubungan dengan reaksi peserta. Evaluasi pada tingkatan I seringkali dihubungkan dengan hal-hal seperti “lembaran senyum”, menyiratkan bahwa reaksi peserta didasarkan pada seberapa besar perasaan senang yang mereka miliki selama mengikuti sesi. Untuk alasan tersebut, seringkali pelatih tidak mengikutsertakan evaluasi pada Tingkatan I karena membuang-buang waktu. Sebaliknya, Tingkatan I adalah langkah pertama yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu program pelatihan. Reaksi para peserta dapat membantu Anda menentukan keefektifan dari suatu kegiatan dan bagaimana program tersebut dapat ditingkatkan. “Jika mereka (peserta) tidak bereaksi seperti yang diharapkan, mereka tidak akan terdorong untuk belajar”. 1. Apa yang Tidak Bisa Diukur Oleh Tingkatan I. Salah satu permasalahan yang ada dan menimbulkan kecaman pada evaluasi Tingkatan I adalah karena terlalu subjektif dan seringkali menjadi sesuatu yang tidak lebih dari sekedar ajang popularitas. Sebelum membuat lembar evaluasi (akhir sesi) untuk peserta, perlu diketahui beberapa hal yang tidak bisa dilakukan dan diharap untuk dilakukan: (1) tingkatan ini tidak mengukur pembelajaran atau kemampuan untuk menerapkan pembelajaran ke dalam suatu pekerjaan; (2) tingkatan I juga tidak bisa mengukur perubahan di dalam bersikap atau keyakinannya; (3) karena ini hanya berhubungan dengan persepsi dan reaksi peserta, alat ukur Tingakan I tidak memiliki jalur untuk mengukur dampak institusi; (4) juga, meskipun seringkali ditanyakan, peserta tidak dapat mengukur pengetahuan pelatih. 2. Menetapkan Apa yang Diukur. Sebelum merancang alat ukur Tingkatan I, Anda perlu memiliki kejelasan tentang hal apa yang ingin Anda ketahui, kenapa Anda ingin mengetahuinya, dan apa yang akan Anda lakukan dengan informasi tersebut. Jangan menanyakan informasi tentang sesuatu yang tidak bisa Anda ubah atau tidak memiliki kaitan dengan analisa atau pelaporan. 3. Merancang Lembar Evaluasi (akhir sesi). Kategori. Pertama putuskan apa yang ingin Anda ukur dan buatlah pertanyaan atau item tanggapan yang ditujukan atau dimasukkan ke dalam kategori, bisa jadi banyak kategori, atau paling tidak kategori-kategori berikut ini: • Isi Materi • Peralatan • Metode pembelajaran • Pelatih • Suasana • Logistik Juga merupakan ide yang bagus untuk menyediakan kesempatan kepada responden untuk memberikan saran seperti bagaimana program tersebut bisa ditingkatkan dan juga mengungkapkan semua pendapat mereka terhadap sesi.



256



Format (Bentuk). Untuk meniadakan kecenderungan orang merespon dengan cara yang sama terhadap item yang ada pada kuesioner atau survei, gunakan beragam format jawaban. Pilihlah paling tidak empat bentuk dari pilihan berikut: • Pertanyaan dengan dua pilihan jawaban dengan ruang untuk menjelaskan atau menanggapi. Dalam pilihan ini akan memasukkan tanggapan seperti “ya” atau “tidak” dan “setuju” atau “tidak setuju”. Contoh: Apakah pelatihan ini sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan?



Ya



Tidak



Kenapa Ya atau Kenapa Tidak?







Jawaban Singkat. Item-item ini ditulis seperti pertanyaan tertutup dan meminta responden untuk menuliskan jawaban singkat daripada hanya memberikan tanda ‘contreng/centang’ dalam kotak. Contoh: Bagian mana sajakah dari pelatihan tersebut yang paling berharga/ menguntungkan bagi Anda? Mengapa?







Melengkapi Kalimat. Dengan menggunakan item ini, peserta diminta untuk melengkapi suatu kalimat. Contoh: Hal yang ingin saya ketahui lebih dalam adalah...







Rating. Peserta diminta untuk menanggapi pertanyaan atau kalimat dengan menggunakan beberapa tipe skala atau rating seperti skala Likert. Skala Likert mengukur dua hal yakni ‘arah’ (positif atau negatif) dan ‘intensitas’ (sangat positif ke sangat negatif) dari pendapat atau sikap individu. Contoh: Sesi hari ini menyenangkan dan memuaskan bagi saya.







1 2 3 Sangat Tidak Setuju



4 5 6 Netral



7 8 Sangat Setuju







Rangking. Item ini meminta responden untuk menunjukkan proritas atau pemilihan. Contoh: Urutkanlah setiap topik berdasarkan pentingnya atau keterkitannya dengan pekerjaan Anda: 1 = paling penting dan 5 = paling tidak penting.







Daftar (contreng). Sebuah daftar menyediakan “daftar cucian” di mana peserta bisa memilih kata-kata yang bisa menunjukkan reaksi mereka. Contoh: Periksa (dan berikan tanda contreng) yang menggambarkan reaksi Anda terhadap sesi hari ini: _____ Lebih dari yang saya harapkan _____ Sesuai dengan harapan Anda _____ Sedikit tidak sesuai dengan yang saya harapkan



Sebuah pertanyaan juga bisa ditambahkan berkaitan dengan dampak sesi terhadap peserta, yang dirancang untuk memunculkan tanggapan yang lebih dalam dan lebih pribadi, sebagai contoh: “Bayangkan seorang rekan kerja Anda (atau teman Anda) sedang memikirkan tentang mengikuti program ini. dia bertanya kepada Anda: “Apakah Anda mau ikut program ini?”. Bagaimana Anda akan merespon?” 4. Panduan Membuat Evaluasi. Membuat evaluasi lebih sulit daripada yang mungkin Anda bayangkan. Gunakan panduan berikut ini: • Jaga agar bentuknya ringkas. Sebaiknya peserta bisa melengkapi evaluasi secara singkat. Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |



257



• Ciptakan keseimbangan diantara beragam informasi yang sudah Anda kumpulkan. Sebagai contoh, jangan tanyakan lima pertanyaan tentang pelatih dan hanya dua pertanyaan mengenai isi materi. • Dapatkan reaksi peserta dengan segera. Pastikan peserta telah melengkapi evaluasi sebelum mereka meninggalkan ruangan. Ini akan meyakinkan Anda bahwa ada 100% respon. Juga akan mencegah munculnya tanggapan “mentalitas menggerombol”, kemungkinan adanya beberapa orang berkumpul bersama untuk berdiskusi di kelas baik sebelum melengkapi evaluasi ataupun saat mereka melengkapi evaluasi. 5. Wawancara. Sebagai tambahan untuk kuesioner akhir-sesi. Anda bisa menggunakan wawancara untuk meningkatkan reliabilitas data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner. Teknik pengumpulan data ini sangat fleksibel, memungkinkan pewawancara untuk bertanya lebih lanjut guna mendapatkan jawaban yang lebih spesifik dan memperjelas pertanyaan seperti yang dibutuhkan. Teknik ini juga memungkinkan pewawancara untuk mencatat jawabanjawaban spontan dan, oleh karena itu, pewawancara bisa mendapatkan gambaran lengkap dari reaksi peserta. Pewawancara bisa memperdalam reaksi-reaksi yang sedikit terkumpul melalui kuesioner. Rencanakan durasi selama tiga puluh menit untuk tiap wawancara. Anda tidak akan mampu mewawancarai setiap peserta, jadi pilihlah peserta secara acak. Ini penting untuk dilakukan untuk menjaga agar wawancara berlansung dalam waktu seminggu sesudah sesi sehingga pengalaman yang diperoleh masih segar dalam ingatan peserta. Dengan wawancara satu-per-satu, lebih jauh anda bisa memperdalam latar belakang reaksi peserta dan meminta saran perbaikan dari mereka. Dengan merekam wawancara tersebut dan mengetiknya, maka akan memungkinkan bagi Anda untuk menganalisa atau menterjemahkan tanggapantanggapan tersebut secara lebih utuh, atau untuk memudahkan Anda bisa membuat catatan selama wawancara berlangsung. Ketika mengembangkan pertanyaan wawancara, jangan meniru pertanyaan yang ada pada lembar. Lebih baik, ajukan pertanyaan spesifik tentang metode yang digunakan atau cakupan materi. Sebagai contoh, di bawah ini ada beberapa pertanyaan berkaitan dengan metode yang digunakan dalam sesi pelatihan tentang kepemimpinan: • Perasaan seperti apa yang Anda miliki tentang metode yang digunakan dalam program? • Apa yang Anda sukai dari mempelajari perlombaan? • Apa yang tidak Anda sukai dari rancangan jigsaw? • Apa yang tidak Anda sukai dari mempelajari perlombaan? Tingkatan 2: Pembelajaran Evaluasi tingkatan 2 berhubungan dengan apa yang sebenarnya peserta pelajari selama sesi pelatihan. Tiga teknik yang paling tepat untuk digunakan dalam evaluasi pembelajaran adalah tes, observasi, dan wawancara. Tes adalah metode yang paling sering digunakan.



258



1. Tingkat 2 Metode Evaluasi Metode Tes: Tes Obyektif Pilihan Ganda Mencocokkan Benar-Salah Mengisi (Isilah) Tes Subjektif Esai



Kelebihan



Kekurangan



Mudah untuk dinilai Murah untuk digunakan



Sulit untuk ditulis Membutuhkan waktu untuk menullis



Mudah untuk ditulis Murah untuk diciptakan



Menghabiskan waktu saat penilaian



Dilakukan langsung



Subjektif, terbuka bagi interpretasi Tidak tersedia waktu yang cukup untuk mengamati perilaku semua peserta



Jawaban Singkat Observasi/pengamatan: Mengamati perilaku dalam kelas Keterampilan yang ditampilkan dalam latihan keterampilan dan aktivitas pembelajaran



Memberi kemungkinan untuk pelatihan dan umpan balik saat itu juga



Interview/wawancara: Wawancara individu dilakukan Dapat mengumpulkan secara singkat setelah pelatihan informasi yang lebih detail Sampel acak peserta (Random Umpan balik segera sampling)



Mahal untuk penilaian



Menghabiskan banyak waktu; mahal Harus terstruktur dengan ketat untuk memperoleh jawaban yang dapat dinilai



2. Tes. Sebaiknya sederhana. Banyak pelatih memberikan dua tes yaitu pre-test dan post-test guna mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang apa yang telah dipelajari oleh peserta. Tipe-tipe Tes. Pertama tentukan apakah Anda ingin membentuk item-item subjektif (jawaban singkat atau esai) atau objektif (pilihan ganda atau benar-salah) atau bahkan menggabungkan keduanya. Ketika menyusun item tes, pertimbangkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes-nya begitu pula dengan validitas dan reliabilitas masing-masing item. Pastikan bahwa tes tersebut mengukur pembelajaran seperti yang disebutkan dalam tujuan pembelajaran. Ketika suatu item mengukur apa yang seharusnya diukur, maka tes itu memiliki validitas. Setiap item tes juga harus reliabel, yaitu, memberikan hasil yang tetap dari penerapan yang satu ke penerapan lainnya. Pastikan bahwa tes-nya bermakna. Daripada menanyakan informasi yang sederhana melalui ingatan yang berdasar pada fakta, lebih baik ajukan pertanyaan yang meminta peserta menerapkannya atau memaknai apa yang telah mereka pelajari melalui sesi tersebut. Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |



259



Bentuk Pertanyaan. Semua pertanyaan pilihan ganda terdiri dari akar pertanyaan dan jawaban. Akar pertanyaannya menampilkan permasalahan, pengajuan pertanyaan, atau berbentuk pernyataan yang tidak lengkap. Tanggapan-tanggapan terdiri atas kemungkinan jawaban, dan semuanya harus masuk akal. Semakin banyak item, semakin baik reliabilitas tes-nya. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan: • Jawaban Benar. Bentuk jawaban benar meminta satu jawaban yang benar atas pertanyaan yang sederhana. Bentuk ini digunakan terutama untuk menguji ingatan terhadap faktafakta. Tipe pertanyaan ini sesuai untuk menguji pengetahuan yang dihasilkan, misalnya. • Jawaban Terbaik. Dengan menggunakan tipe pertanyaan ini, perlu ada lebih dari satu pilihan jawaban yang benar. Beberapa di antara semua pilihan mungkin agak benar. Karena jawaban terbaik memerlukan tingkatan berpikir yang lebih tinggi, responden harus menilai pilihan-pilihan yang ada dan membuat kesimpulan. Tipe pertanyaan ini bisa menimbulkan banyak permasalahan. Karena jawabannya terbuka dengan pemaknaan, item tes bisa dengan sangat mudah diperdebatkan, dan mungkin Anda menemukan diri Anda sendiri sedang berdebat dengan diri Anda pribadi atau kelompok dan yang paling sering adalah untuk menghargai jawaban lain. • Kombinasi Tanggapan. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan paling rumit dan menghabiskan waktu baik bagi pembuat tes dan mereka yang mengerjakan tes. Pilihanpilihannya, satu atau lebih yang mungkin benar, diberi nomor. Daftar pilihan berikutnya berisi jawaban yang mungkin benar. Tipe pertanyaan ini mengukur keterampilan kognitif secara kompleks dan kemampuan untuk menganalisa dan menilai. Belajar berpikir keras manakala menuliskan item-itemnya. Karena kompleksitas tersebut, responden mungkin akan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memikirkan item-itemnya. Panduan Menulis Tes. Dalam kebanyakan kasus, mungkin Anda akan memilih untuk membuat pertanyaan pilihan ganda. Pertanyaan tersebut mudah untuk diselesaikan, tapi tidak membutuhkan kemudahan dalam menuliskan. Untuk membantu Anda menyusun tes pilihan ganda, yang akan memberikan informasi berharga tentang penguasaan peserta terhadap materi pembelajaran, pertimbangkan panduan berikut ini: • Hindari penggunaan “semua yang di atas” dan “tidak satu pun di atas” dalam pilihan jawaban. • Pastikan ‘batang’ (bagian penting dalam pertanyaan) terdiri dari banyak informasi dan menegaskan permasalahannya, tempatkan lembar isian di dekat akhir pertanyaan. • Pelihara konsistensi susunan kata atau struktur yang sejajar pada akar pertanyaan dan pilihan jawaban. • Cobalah untuk membuat pilihan jawaban yang sama panjang. • Hindari ambiguitas dan kesulitan dalam pembacaan pertanyaan dengan menggunakan penulisan pertanyaan yang lebih positif daripada yang negatif. • Jaga agar akar kalimat tetap sederhana dan terbatas untuk satu ide. • Gunakan bahasa percakapan ketika mengkalimatkan item dan pilihan-pilihannya. • Susun pertanyaan dalam urutan yang logis. • Jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar dalam suatu pertanyaan.



260



Untuk mengukur ingatan tentang informasi yang telah dipelajari dalam program, berikan tes yang lain beberapa bulan setelah pelatihan. 3. Observasi. Pelatih dapat melihat peserta melatih dan menerapkan keterampilan, alat-alat, dan teknikteknik yang mereka miliki selama sesi. Selama pelatih mengamati perilaku peserta dalam melatih keterampilan, memainkan peran, simulasi, studi kasus, dan kegiatan lainnya, dia bisa mendapatkan ide bagus tentang apa saja yang sesungguhnya telah dipelajari oleh peserta. 4. Wawancara. Sesaat setelah pelatihan, wawancarai peserta dan tanyakan kepada mereka tentang hal apa sajakah yang mereka pelajaru di dalam sesi. Lakukan wawancara dalam waktu seminggu sesudah pelatihan. Tingkatan 3: Perilaku Pertanyaan penting yang dijawab oleh Tingkatan 3 adalah, “bagaimana suatu pelatihan berpengaruh kepada perilaku peserta?” Keberhasilan suatu program pelatihan ditentukan oleh apa yang peserta lakukan terhadap informasi atau keterampilan ketika kembali ke pekerjaannya. Evaluasi tingkatan 3 akan memakan waktu serta biaya (mahal). Selain itu juga memerlukan pengorganisasian yang bagus, kertampilan-keterampilan lanjutan, dan proses. 1. Tujuan Evaluasi Tingkatan 3. Gunakan evaluasi lanjutan untuk tujuan berikut: • Mengukur hasil yang tetap dari pelatihan • Menentukan pada area mana sajakah para peserta menunjukkan peningkatan terbesar dan terkecil • Bandingkan tanggapan yang ada pada program lanjutan dengan yang ada pada akhir program 2. Panduan Lanjutan. Gunakan panduan berikut ini untuk evaluasi lanjutan: • Persiapkan peserta. Pada akhir sesi pelatihan, katakan kepada peserta bahwa Anda akan mengadakan evaluasi lanjutan dan tipe evaluasi yang akan digunakan. • Jika pelatihan tidak berjalan efektif, cari tahu sebabnya. Doronglah peserta untuk mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak mengalami peningkatan dan faktor apa sajakah yang menjadi halangan bagi kemajuan mereka. • Terkadang ada faktor-faktor yang menghambat atau mencegah penerapan pengetahuan dan keterampilan yang baru ke dalam suatu pekerjaan. Hambatan-hambatan tersebut mungkin termasuk keadaan lingkungan yang menyedihkan, perlengkapan yang sangat tidak memadai, supervisor, keberadaan kebijakan dan prosedur yang ada, bahkan juga iklim organisasi. Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |



261



• Sampaikan evaluasi lanjutan kepada manajer peserta atau supervisor. Mereka seharusnya tahu tentang hasil program dan informasi lanjutan serta sebaiknya dilibatkan dalam pelatihan peserta dan pelatihan penerapan. 3. Observasi. Pelatih atau calon pengamat tentunya bisa mengamati pekerja saat mereka kembali bekerja. Amati dengan hati-hati selama mereka melakukan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan rutinnya. Untuk membantu proses tersebut dan memastikan konsistensi dalam pengumpulan data, buatlah daftar perilaku-perilaku yang diharapkan dan kemudian amati apakah para pekerja menunjukkan perilaku tersebut atau tidak. Sebagai contoh, jika Anda mengamati seseorang yang baru saja mengikuti program layanan konsumen, daftar perilaku dalam layanan konsumen yang Anda miliki mungkin terlihat seperti ini: ____ Senyuman. ____ Menyapa pelanggan dengan “Selamat pagi” atau “Selamat siang”. ____ Penggunaan nama pelanggan. ____ Bertanya “Bolehkah saya membantu Anda?”. ____ Menawarkan bantuan tambahan. ____ Memberikan pilihan-pilihan kepada pelanggan. ____ Mengatakan apa yang bisa kami lakukan, bukannya apa yang tidak bisa kami lakukan. 4. Wawancara. Sebaiknya kita tidak hanya mewawancarai mereka yang mengikuti pelatihan, tetapi juga sebaiknya mewawancarai mereka yang dekat atau masih memiliki kedekatan hubungan dengan peserta program. Mungkin juga apabila yang diwawancarai adalah rekan kerja, bawahan, atau masyarakat. Pertanyaan wawancara sebaiknya disusun secara hati-hati dan dirancang untuk memusatkan perhatian pada penerapan yang spesifik serta perubahan perilaku. 5. Survei. Survei akan lebih efisien (dan lebih mahal daripada wawancara) untuk menemukan apakah peserta benar-benar menerapkan hal-hal yang telah dipelajari. Sekali lagi, jangan membatasi sumber informasi Anda. Orang lain yang berinteraksi dengan mereka yang ikut serta dala pelatihan seringkali merupakan sumber umpan balik dan lebih reliabel. Anda akan merasa ingin mengetahui tidak hanya apakah peserta memanfaatkan pelatihan dalam melakukan pekerjaannya tetapi juga bagaimana mereka menggunakan hal yang diperoleh dalam pelatihan untuk menunjukkan adanya peningkatan. Tanpa menghiraukan metode evaluasi yang Anda gunakan, pastikan bahwa Anda memiliki cukup waktu untuk menghadirkan perubahan perilaku. Lamanya waktu tergantung kepada programnya, tapi antara tiga sampai enam bulan sebaiknya Anda memberi cukup kesempatan kepada peserta untuk menerapkan hal apa sajakah yang sudah mereka pelajari dan mengembangkan perilaku baru mereka.



262



Tingkatan 4: Hasil Evaluasi Tingkatan 4 menentukan dampak pelatihan terhadap institusi. Sewajarnya, evaluasi tersebut menunjukkan bagaimana pelatihan mampu memberikan kontribusi terhadap penyelesaian tujuan istitusi dan memperlihatkan hasil berkenaan dengan tujuannya. Jika suatu institusi memilih untuk melakukan evaluasi Tingkatan 4, wilayah pengukurannya harus sama dengan area yang diidentifikasi dalam pengukuran kebutuhan. Evaluasi Tingkatan 4 akan sulit dan memakan waktu. Juga bisa sangat mahal. Hal ini sulit untuk diukur dikarenakan oleh banyaknya variabel yang bisa datang ke dalam permainan setelah peserta selesai mengikuti sesi. Untuk alasan-alasan tersebut, evaluasi Tingkatan 4 tidak sesuai untuk semua pelatihan. Dari pokok dasar yang praktis, pertimbangkan penggunaan Tingkatan 4 untuk program-program yang dekat dan berharga bagi manajemen yang lebih tinggi dan telah mengidentifikasi program tersebut sebagai prioritas.



Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan |



263



264



MODUL VII



PEER TEACHING



Peer Teaching



PEER TEACHING Tujuan • Peserta dapat mempraktekkan pengetahuan, keterampilan dan sikap melatih, yang telah ia pelajari selama mengikuti proses pelatihan • Peserta dapat saling menilai dan memberikan masukkan berdasarkan dimensi yang telah ditetapkan sebagai parameter penilaian dalam praktek pelatihan



Bahan • Kertas plano, flip charts untuk persiapan presentasi peserta, spidol, selotip • Bahan-bahan tertentu (yang telah mempertimbangkan ketersediaan setempat) sesuai dengan metode yang akan dipakai peserta dalam peer teaching. Hal ini dilakukan pada hari-hari sebelum pelaksanaan peer teaching.



Waktu



300 menit (diluar penjelasan sesi terakhir sehari sebelumnya) Alokasi: • 30-60 Menit: Penjelasan awal yang dilakukan sehari sebelum sesi peer teaching mengenai tujuan, prosedur, pembagian kelompok, proses-proses yang akan dilalui dalam peer teaching. Kegiatan ini dilakukan pada jam terakhir hari sebelumnya. • 10-12 menit presentasi untuk masing-masing peserta. Total waktu 10 orang membutuhkan: 120 menit. • 10-15 menit playback dan feedback untuk tiap peserta (tidak semua video harus ditunjukkan, tergantung kebutuhan; hal-hal penting nanti diarahkan oleh pelatih atau peserta lain yang sekiranya penting. Total waktu untuk 10 peserta: 150 menit • Masukkan dan diskusi dalam kelompok peer teaching (diarahkan oleh pelatih dalam peer teaching): 30 menit. • Diskusi Pleno: 30 menit.



Proses 1. Persiapan masing-masing pihak dalam peer teaching (lihat tugas masing-masing pihak) 2. Penjelasan dan penugasan oleh pelatih 3. Pelaksanaan peer teaching. 4. Umpan balik dan sesi putar-ulang (Feedback dan playback session). 5. Catatan penutup pelatih dan plan of action. Modul VII - Peer Teaching |



267



Tugas Peserta Dalam Sesi Peer Teaching • Mempersiapkan materi, alat dan bahan yang diperlukan untuk presentasi, sehari sebelumnya. Selama fase persiapan, pelajari kembali prinsip-prinsip dasar POD, teknik fasilitasi, keterampilan-keterampilan fasilitasi; dan menerapkannya dalam menetapkan tujuan sesi pelatihan, perancangan metode, pemilihan media, serta keterampilan melatih. • Peserta membuat rencana tertulis tentang tujuan sesi pelatihan, perancangan metode, pemilihan media; dan menyerahkannya kepada pelatih. • Pada gilirannya, setiap peserta memberikan presentasi masing-masing sekitar 10 menit • Mendengarkan dan merespons sesi playback dan umpan-balik “observer dan evaluator” (5 menit) • Terlibat aktif dalam pembahasan pleno dan rangkuman pelatih. Tugas Observer • Membaca dengan teliti setiap sikap dan keterampilan yang seharusnya dikuasai oleh seorang pelatih yang baik. • Membaca lembar observasi. • Mencermati semua gerak-gerik “presenter” dan melakukan penilaian selama teman sejawat, secara satu per satu, memberi dan mempresentesikan sesi latihannya. • Mengisi lembar observasi dan memberi masukkan kepada “presenter” hasil obeservasinya dalam sesi feedback. • Mengembalikan lembar observasi kepada pelatih TugasTime Keeper (selama Peer Teaching) • Karena setiap peserta dalam peer teaching akan mempresentasikan teknik fasilitasi yang ia kembangkan sendiri; ada anggota peer teaching yang dimintai sebagai time keeper. • Mempelajari alokasi waktu setiap peserta sebagai presenter dalam peer teaching • Mengatur saat mulai dan berakhirnya sesi presentasi. • Mengingatkan (tapi tidak mengganggu si presenter secara mencolok) sisa waktu tersedia.



268



Lembar Kerja LEMBAR OBSERVASI PEER TEACHING Nama Observee: Nama Observer: Petunjuk: Berilah nilai kepada peserta yang anda amati berdasarkan 10 dimensi fasilitasi, dengan membubuhkan tanda centang pada kolom BAIK atau SEDANG atau KURANG. Nilai pada ke tiga kolom nilai tersebut bergerak dari nilai yang rendah (yaitu 1) sampai ke nilai yang tinggi (yaitu 6). No



DIMENSI



1.



MEMBANGUN RAPPORT Memberi respon dengan menyebut nama peserta, memberi dukungan dan motivasi agar tidak takut mencoba atau gagal, menjadikan peserta sebagai pembelajar yang akitf, bertindak dengan antusias, tidak meremehkan peserta



2.



KETERAMPILAN DASAR FASILITASI Menunjukkan keterbukaan, menunjukkan empati, mampu mendiagnosis masalah, memotivasi peserta secara verbal maupun non verbal, mampu menyelesaikan perbedaan pendapat



3.



MENYIMAK Menunjukkan adanya perhatian, menunjukkan empati, membantu peserta untuk mengembangkan kompetensi, memotivasi peserta untuk memecahkan masalahmasalahnya, mampu diam saat harus diam, tidak memotong pembicaraan/menyela, mendorong peserta untuk berbicara secepatnya



4.



PENGAMATAN Mampu memahami petunjuk non verbal peserta



BAIK



6



5



SEDANG



4



3



KURANG



2



1



CATATAN OBSERVER



Modul VII - Peer Teaching |



269



5.



BERTANYA Menunjukkan kemampuan mendengar, mampu mendorong keterlibatan peserta untuk mencari jawaban, mampu mendorong peserta yang pasif untuk aktif, mampu menggunakan jenis pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat



6.



MEMBERI DAN MENERIMA UMPAN BALIK Tidak terburu-buru memberi umpan balik, tidak terkesan memberi pembelaan diri, menjernihkan persoalan dengan mengajukan pertanyaan sebelum memberi umpan balik, menyampaikan umpan balik dengan spesifik dan jelas, tidak bersifat personal judgement, mengucapkan terima kasih kepada peserta yang memberi umpan balik



7.



PARAFRASE, MENGUJI DAN DIALOG Mengulang pernyataan atau pertanyaan peserta dengan tujuan memastikan pemahaman yang tepat/benar, mampu mengajukan pertanyaan untuk mendapat pemahaman, tidak melompat dari pertanyaan yang satu ke pertanyaan lain, tidak berasumsi, senantiasa mengajukan jenis pertanyaan terbuka, memberi kesempatan terhadap munculnya perspektif yang lain/berbeda



8.



Sistematika Penyajian Menyampaikan salam pembuka, menyampaikan tujuan instruksional, menyampaikan deskripsi materi pelatihan, menyampaikan garis besar alur proses dan metode, menyampaikan resume, menyampaikan pertanyaan diagnosis, menyampaikan clue yang menghantar ke materi selanjutnya, menyampaikan salam penutup



270



9



Penguasaan Materi Mampu menjawab pertanyaan peserta dengan percaya diri, tidak memberi kesan mempertahankan diri, tidak mengalihkan pertanyaan peserta ke hal lain yang tidak ada hubungannya, konsisten dengan penyampaian materi dari awal hingga akhir



10.



Penguasaan dan Pemanfaatan Metode dan Media Pelatihan Menyampaikan tujuan instruksional, menjelaskan metode dan prosedur pelatihan, menggunakan media pembelajaran dengan efektif, melibatkan peserta dalam proses pembelajaran, memberikan kesempatan kepada peserta untuk praktek, mampu menjawab pertanyan peserta terkait perbedaan diantara metode-metode pelatihan yang ada



Modul VII - Peer Teaching |



271



272



DAFTAR PUSTAKA



Davis, E. 2005. The Training Managers: A Handbook. Terjemahan. PT. Gramedia: Jakarta Leigh, D. 2006. The Group Trainer’s Handbook: designing and delivering training for groups, 3rd edition. Kogan Page:London-Philadelphia Lawson, K. 2006. The Trainer’s Handbook. 2nd Ed. Pfeiffer: San Francisco Bray, T. 2006. The Training Design Manual : the complete practical guide to creating effective and successful training programmes. Kogan Page: London-Philadelphia Hart, L.B. dan Waisman, C.S. 2003. 50 Activities for Developing Leaders. Volume II. HRD Press: USA Ife, J. dan Tesoriero, F. 2008. Community Development. Terjemahan. Edisi ke-3. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Levin, P. 2005. Succesful Teamwork. Open University Press: New York Yayasan Indonesia Sejahtera. 1994. Bermain Menghayati dan Belajar. YIS: Solo



273



274



LAMPIRAN



1. Kurikulum Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 2. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan 3. Lay Out Ruang Pelatihan 4. Media dan Kebutuhan Pelatihan Lain yang Harus Disiapkan 5. Kriteria Pelatih 6. Syarat-Syarat Menjadi Peserta 7. Team Management 8. Daftar Pelatih Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 9. Daftar Peserta Pelatihan Pelatih



275



276



277



278



Lampiran 1. Kurikulum Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Hari/ tgl. I Tgl…



Waktu



Pokok/Sub Pokok Bahasan



Tujuan Pokok/Sub Pokok Bahasan



Metode dan Media



Fasilitator



08.00 – 08.30



Pembukaan



Acara Pelatihan dibuka secara resmi



Ceremonial



08.30 – 09.30



Pengantar • Lebih mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri Mengenal diri sendiri dan orang lain maupun peserta lain dalam menjadi pelatih. • Dapat menjelaskan pentingnya mengenal diri sendiri dan orang lain dalam suatu pelatihan



Pejabat Pusat/ Setempat …



09.30 – 10.15



Sikap Terhadap Diri Sendiri



10.15 – 10.30 10.30 – 11.30



Istirahat Kontrak Belajar



11.30 – 12.30



Mempersiapakn Situasi Pelatihan



12.30 -13.30 13.30 – 14.00



Ishoma Menetapkan Norma Kelompok



14.00 – 14.30



Pre Test



Ceramah Ini Diriku Gentong Retak Angket Profil Kepribadian Peserta dapat menyimpulkan bahwa sikap terhadap diri sendiri Lembar kerja dapat dipengaruhi oleh pemaknaan kita terhadap kegagalan dan Keberhasilan dan kesuksesan yang kita lakukan. Komitmen untuk Berhasil







• Dapat menyampaikan harapan mereka masing-masing terkait keikutsertaan mereka dalam Pelatihan Pelatih Pemberdayaan Masyakarat. • Dapat menjabarkan kapan harapan itu dapat dicapai, atau mengapa tidak dapat dicapai. Di akhir sesi peserta diharapkan dapat: • menyimpulkan alur pelatihan dan metode yang digunakan • menerima peran pelatih dan peran mereka masing-masing • berpartisipasi terhadap isi dan metode pelatihan



Kumpulan harapan dan kekhawatiran







Alur Pelatihan Agenda Pelatihan Daftar Logistik







Peserta menerima dan mendukung norma belajar yang akan digunakan selama pelatihan berlangsung. Peserta dapat membuat penilaian terhadap diri sendiri terkait kompetensinya sebagai pelatih



Dokumen Kesepakatan Peserta Lembar Pre Test



… …



II Tgl.



Lampiran | 279



14.30 – 15.00



Praktek Umpan Balik



15.00 – 15.30 15.30 – 16.00



Istirahat Umpan Balik Harian



08.00 – 10.00



Memahami Nilai-Nilai KeIndonesia-an



10.00 – 10.15 10.15 – 12.15



Istirahat Mengembangkan Nilai-Nilai KeIndonesia-an



12.15 – 13.15 13.15 – 15.15



Ishoma Memahami Kembali Konsep Dasar • Peserta memahami konsep dasar pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan Masyarakat • Peserta mampu menentukan konsep dasar pengembangan masyarakat yang sesuai dengan jati diri ke-Indonesia-an Istirahat Pemberdayaan Masyarakat dalam • Peserta menemukenali model pemberdayaan masyarakat Perspektif Indonesia • Peserta mampu menganalisa permasalahan program pemberdayaan masyarakat Peran dan Fungsi Pelaku Peserta mengetahui peran dan fungsi pelaku pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat masyarakat



15.15 – 15.45 15.45 – 17.00



17.00 – 18.00



Di akhir pelatihan: • peserta mampu melakukan pengamatan dan memberikan penilaian terhadap perilaku peserta yang lain • memutuskan untuk menerima masukan yang positif dan konstruktif dari peserta lain terhadap perilaku mereka sendiri.



Buku catatan kawan kita



Panitia dan peserta bersepakat proses umpan-balik harian sistem bergiliran



Kelompok kerja Review harian







Pada akhir sesi peserta mampu: • mengingat kembali tentang nilai-nilai Ke-Indonesia-an • mengidentifikasi nilai-nilai yang perlu dikembangkan • menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang tumbuh dan berkembang di masyarakat



Menyanyikan lagu wajib dan lagu daerah Curah pendapat Diskusi kelompok







Peserta mampu: • menghubungkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dengan nilai keragaman • dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat • memberikan penilaian terhadap program pemberdayaan masyarakat • menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan masyarakat



Studi kasus Diskusi kelompok Pleno







Ceramah Diskusi kelompok







Ceramah Diskusi kelompok







Ceramah Sumbang saran







280



III. Tgl…



08.00 – 10.00



Pendidikan Orang Dewasa



10.00 – 10.15 10.15 – 12.15



Istirahat Aspek-Aspek Etika Pelatih dan Pelatihan Ishoma Memahami Pembelajar



12.15 – 13.15 13.15 – 15.15



15.15 – 115.45 Istirahat 15.45 – 17.45 Taksonomi Tujuan Instruksional



IV Tgl…



• Peserta dapat mengidentifikasi prinsip dasar pembelajaran orang dewasa berdasarkan pengalaman belajar sendiri sebagai orang dewasa • Peserta dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa selama pelatihan berlangsung



Ceramah Curah pendapat Diskusi kelompok







Peserta meyakini batasan-batasan etika ketika berfungsi sebagai pelatih dalam suatu pelatihan



Diskusi kelompok Presentasi







Peserta dapat mengidentifikasi ragam masalah yang bersumber dari pembelajar yang dapat berdampak pada desain, pengembangan, dan penyampaian pelatihan



Ceramah Penugasan







• Peserta dapat mengidentifikasi tiga kawasan tujuan instruksional • Peserta mampu membuat tujuan instruksional khususnya model Bloom



Ceramah Presentasi







• Menjelaskan konsep coping stress • Mengidentifikasi penyebab stres • Mengidentifikasi strategi penanganan stres



Kliping







Ceramah Permainan kuis







Bermain peran







Curah pendapat Diskusi kelompok







08.00 – 10.00



Manajemen Stres



10.00 – 10.15 10.15 – 11.15



Istirahat Pengembangan Atmosphere Belajar • Peserta pelatihan dapat menyebutkan tiga keuntungan kelompok yang dibentuk secara acak • Peserta mampu memilih, dengan sejumlah situasi tertentu, cara terbaik untuk membentuk satu kelompok • Peserta dapat menyebutkan paling kurang lima cara inovatif untuk membentuk kelompok secara acak Praktek Dinamika Kelompok Peserta berpartisipasi secara praktis menghadapi berbagai situasi dan anggota kelompok yang sulit Ishoma Merancang Sesi Pelatihan • Menjelaskan pentingnya menyusun strategi pelatihan • Menyebutkan lima jenis strategi pelatihan



11.15 – 12.30 12.30 – 13.30 13.30 – 14.30



14.30 – 15.30



15.30 – 16.00 16.00 – 15.00



16.00 – 18.00



V. Tgl…



Mengembangkan Agenda Pelatihan • Peserta dapat menjelaskan kebutuhan dan penggunaan agenda pelatih • Peserta mampu mengidentifikasi elemen-elemen yang selayaknya ada dalam agenda pelatih • Peserta mampu memodifikasi agenda pelatihan mereka berdasarkan catatan informasi mereka Istirahat Merumuskan Rencana Sesi • Mampu membuat daftar mengenai elemen suatu rencana sesi • Mampu membedakan antara rencana sesi yang baik dan buruk dan menganalisis aspek-aspek baik dan buruknya Menulis Rencana Sesi Sederhana Membuat sistematisasi rencana sesi untuk pelatihan mereka sendiri



Lampiran | 281



08.00 – 10.00



Berbagai Metode Pelatihan I



10.00 – 10.15 10.15 – 12.15



Istirahat Berbagai Metode Pelatihan II



12.15 – 13.15 13.15 – 15.15



Ishoma Praktek Metode Pelatihan I



15.15 – 15.45 15.45 – 17.45



Istirahat Praktek Metode Pelatihan II



Ceramah Curah pendapat Penugasan







Curah pendapat Diskusi pleno







Ceramah Penugasan







Peserta dapat mengemukakan berbagai metode pelatihan yang Bola salju mereka kenal dengan teknik ”bola salju”.







Peserta dapat memilih beberapa metode yang ingin dipraktekkan.







Curah pendapat Penugasan



• Memberikan kesempatan kepada peserta untuk Ceramah mempraktekkan suatu metode pelatihan. Praktek • Mempraktekkan dan mengamati metode dan keterampilan pelatihan baru.







• Menggabungkan pemahaman peserta tentang pembelajaran Ceramah orang dewasa dan prinsip pelatihan. Praktek • Menerima umpan balik dari sesama peserta dan pelatih.







282



VI. Tgl…



VII Tgl…



08.00 – 10.00



Memilih Metode Pelatihan I



10.00 – 10.15 10.15 – 12.15



Istirahat Memilih Metode Pelatihan II



12.15 – 13.15 13.15 – 15.15



Ishoma Pemanfaatan Media Pembelajaran I



15.15 – 15.45 15.45 – 17.45



Istirahat Pemanfaatan Media Pembelajaran II



08.00 – 10.00



Karakteristik Pelatih dan Gaya Pelatihan I



10.00 – 10.15 10.15 – 12.15



Istirahat Karakteristik Pelatih dan Gaya Pelatihan II



12.15 – 13.15 13.15 – 13.45



Ishoma Membangun Hubungan/Interaksi



• Dapat menjelaskan mengapa metode pelatihan harus Curah pendapat dipilih dengan hati-hati. Praktek • Dapat menjelaskan bahwa banyak metode yang cocok untuk meningkatkan kesadaran atau pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang bisa mengembangkan keterampilan atau merubah sikap.







Mampu memilih metode pelatihan yang tepat sesuai dengan tujuan, kelompok sasaran yang berbeda, serta situasi yang spesifik



Praktek Ceramah







Peserta dapat mengindentifikasi lima kelebihan dan kekurangan dari media yang dipilih.



Ceramah Demonstrasi







Peserta mampu mengidentifikasi lima hal yang boleh dilakukan dan jangan dilakukan dalam menggunakan media yang dipilih



Demonstrasi Ceramah







Pada bagian ini, peserta dapat: Ceramah • mengidentifikasi pilihan gaya pelatihannya Diskusi kelompok • mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan fleksibilitas Penugasan gaya pelatihan







Peserta mampu membedakan antara pelatihan yang berpusat pada pembelajar (learner-centered) dan pelatihan yang berpusat pada materi (information-centered)



Ceramah Diskusi kelompok Penugasan







Pesserta dapat: • menyebutkan faktor-faktor yang dapat menghambat terbinanya relasi yang baik antar pelatih dengan peserta • menyimpulkan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk membina dan mempertahankan relasi yang baik antar pelatih dengan peserta.



Curah pendapat







13.45 – 15.00



VIII. Tgl.



Lampiran | 283



15.00 – 15.30 15.30 – 16.30



Memperkenalkan Ketrampilan Fasilitasi Istirahat Praktek Kemampuan Menyimak



16.30 – 17.30



Praktek Pengamatan



08.00 – 10.00



Praktek Bertanya



10.00 – 10.15 10.15 – 11.45



Istirahat Memberikan dan Menerima Umpan Balik



11.45 – 12.45



Praktek Parafrase



12.45 – 13.45 13.45 – 14.45



Ishoma Praktek Menguji



Peserta dapat menjelaskan mengapa keterampilan fasilitasi penting dalam pelatihan partisipatif



Ceramah Diskusi kelompok







Pada akhir sesi peserta: • dapat menjelaskan perbedaan antara mendengar dan menyimak • dapat menjelaskan kenapa menyimak itu sulit • mengidentifikasi hal–hal yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh seorang pelatih selama menyimak Pada akhir sesi peserta dapat menjelaskan alasan mengapa pengamatan menjadi faktor yang penting bagi seorang pelatih



Ceramah Main teka-teki







Sulap Jam Tangan Praktek pengamatan







• Peserta mampu membedakan antara pertanyaan terbuka Diskusi kelompok dan pertanyaan tertutup. Praktek bertanya • Peserta mampu menggunakan jenis-jenis pertanyaan dengan tepat yang sesuai dengan konsep pembelajaran orang dewasa.







Pada akhir sesi peserta: • dapat menjelaskan tujuan umpan balik • dapat menjelaskan perbedaan antara umpan balik yang baik dan buruk • dapat menunjukkan keterampilan dalam memberi dan menerima umpan balik Pada akhir sesi peserta: • dapat menjelaskan pengetian parafrase • dapat menjelaskan kapan parafrase itu bisa berguna • berlatih menggunakan parafrase selama pelatihan berlangsung



Curah pendapat Sosio drama







Curah pendapat Praktek







Pada akhir sesi peserta: • dapat menjelaskan apakah menguji itu • dapat menjelaskan mengapa menguji itu penting dalam suatu lingkup pelatihan • dapat menjelaskan perbedaan antara diskusi dan dialog



Ceramah Curah pendapat Teka-teki







284 IX. Tgl…



X. Tgl…



14.45 – 15.45



Praktek Dialog



15.45 – 16.15 16.15 – 17.45



Istirahat Komunikasi Non Verbal



08.00 – 09.30



Mengatur Perilaku yang sulit



09.30 – 10.00 10.00 – 12.00



Istirahat Praktek Fasilitasi I



12.00 – 13.00 13.00 – 15.00



Ishoma Praktek Fasilitasi II



15.30 – 16.00 16.00 – 18.00



Istirahat Menilai Keterampilan Fasilitasi I



08.00 – 10.00



Analisa Perkembangan Belajar



10.00 – 10.15 10.15 – 12.15



Istirahat Monitoring Pelatihan



Pada akhir sesi peserta: Curah pendapat • dapat menjelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi. Praktek • dapat menjelaskan pentingnya menciptakan dialog dalam pelatihan • dapat berlatih menciptakan dialog selama pelatihan berlangsung







Peserta paham pentingnya pengetahuan dan keterampilan dalam komunikasi non verbal



Tayangan video peristiwa







• Mengidentifikasi beberapa karakter dan perilaku khusus yang biasanya muncul dalam konteks pelatihan. • Mengidentifikasi dan meyakini beberapa saran untuk menangani perilaku khusus yang dapat muncul dalam konteks pelatihan.



Tayangan video peristiwa



...



Peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan Praktek fasilitasi lancar







Peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan Praktek fasilitasi lancar Penugasan







Peserta mampu membuat evaluasi antar peserta mengenai keterampilan fasilitasi yang telah dipraktekkan



Praktek Penugasan







Pada akhir sesi peserta: • dapat menjelaskan alur logika dari siklus pembelajaran berdasarkan pengalaman • mengenali fase-fase siklus pembelajaran berdasarkan pengalaman dalam perancangan sesi



Studi Kasus Diskusi Kelompok







Pada akhir sesi peserta: Ceramah • dapat menyimpulkan bahwa monitoring adalah bagian dari Diskusi kelompok kehidupan sehari-hari Curah pendapat • dapat menjelaskan tiga alasan untuk monitoring harian dalam satu lingkungan pelatihan • dapat memilih metode monitoring yang tepat







XI. Tgl...



Lampiran | 285



12.15 – 13.15 13.15 – 15.15



Ishoma Mengevaluasi Pelatihan



15.15 – 15.45



Istirahat



08.00 – 09.30



Penjelasan Peer Teaching



10.45 – 12.30 12.30 – 13.30 13.30 – 15.30 15.30 – 16.00 16.00 – 17.30 17.30 – 19.30 19.30 – 20.00



Peer Teaching Ishoma Peer Teaching Istirahat Peer Teaching Ishoma Playback dan Feedback



20.00 – 20.00



Penguatan Komitmen



20.00 – 20.15



Penutupan



20.15…



SAYONARA



Pada akhir sesi peserta: • dapat menjelaskan tujuan-tujuan dan tingkat-tingkat yang berbeda dari suatu evaluasi pelatihan • dapat menyebutkan lima cara yang tidak konvensional untuk mengevaluasi kegiatana pelatihan • dapat mengformalisasikan satu rencana evaluasi untuk pelatihan mereka sendiri



Curah pendapat Lempar Bola







Semua komponen pendukung peer teaching sudah siap operasional Peserta siap melakuan Peer teaching 8 peserta dapat praktek peer teaching



Ceramah







Presentasi







16 peserta dapat praktek peer teaching



Presentasi







6 peserta dapat praktek peer teaching



Presentasi







Peserta dapat masukan dari peer teaching yang telah dipraktekkan Masing-masing peserta mendapat raport pribadi Semua peserta mendapat peneguhan dan pencerahan Pelatihan dapat ditutup secara resmi



Pleno







Pleno







Ceremonial



Pejabat Pusat/ Setempat



286



Lampiran 2. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan A. Pra Pelatihan No



Uraian Tugas



Pelaksana Tugas



Training manajer 1 Penyiapan Tempat (Ruang) Pelatihan dan Penginapan (Akomodasi)



Keterangan 1. Menghubungi dan memastikan tempat pelatihan setelah berkoordinasi dengan staf British Council (BC) yang bertugas, sesuai dengan jadwal dan ketentuan penentuan tempat pelatihan yang diberlakukan BC. Sedapat mungkin pelatihan tidak dilakukan di hotel atau maksimal hotel bintang tiga dan bukan di tengah kota. 2. Memastikan keberadaan tempat pelatihan yang sesuai dengan ketentuan, antara lain: (a) Luas minimal 8 m x 10 m, tidak bau dan sirkulasi udara baik. (b) Layout kursi+meja pelatihan ”bentuk U” (c) Jumlah kursi+meja yang mencukupi dengan jumlah peserta (d) Ketersediaan tempat bagi PU, Fasilitator, serta Petugas Dokumentasi Proses (e) Ketersediaan sound system yang berfungsi dengan baik (f) Ketersediaan white board, papan flip chart, LCD Projector, dan alat tulis-menulis yang dibutuhkan. (g) Ketersediaan tiga ruang yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Peer Teaching. (h) Jika membutuhkan, ketersediaan alat pendingin (AC atau Kipas Angin) yang berfungsi dengan baik



2 Penginapan:



Training manajer



1. Memastikan ketersediaan tempat penginapan yang mencukupi untuk menampung peserta pelatihan (maksimum dua orang per kamar), serta kenyamanan tempat pelatihan. 3. Memastikan sistem penyewaan tempat pelatihan dan akomodasi antara pemilik tempat dengan BC sudah disepakati



No



Uraian Tugas



Pelaksana Tugas



Keterangan



Lampiran | 287



3 Peserta



Training manajer



1. Menghubungi pihak The Institute of Good Governance and Regional Development (IGGRD) untuk mengkonfirmasikan jumlah peserta yang terlibat dari unsur PMD, PT dan NGO. 2. Mengidentifikasikan peserta pelatihan yang memenuhi syarat, khususnya dari PT dan NGO. Adapun prasyarat calon peserta dapat dilihat pada website PFPM. 3. Mengkonfirmasikan calon peserta dari PT dan NGO yang memenuhi syarat kepada pihak IGGRD untuk mendapatkan persetujuan. 4. Mengirimkan undangan kepada calon peserta dari PT dan NGO yang sudah disetujui. Dalam undangan tersebut terlampir: ToR, jadwal pelatihan, format CV, format karya tulis dan Form Kesanggupan kehadiran. Surat undangan dibuat dan di tanda-tangani oleh TM dengan format surat dari IGGRD. 5. Menerima kiriman dokumen dari peserta utusan PT dan NGO, yakni: CV, Karya Tulis dan Kesanggupan Kehadiran. Penerimaan dokumen peserta paling lambat 1 minggu sebelum pelaksanaan pelatihan. 6. Menginformasikan nama peserta dari PT dan NGO yang memenuhi syarat untuk mengikuti pelatihan kepada IGGRD.



4 Koordinasi dengan Penanggung Jawab Umum (PU) dan Fasilitator



Training manajer



1. Menerima nama PU dan Fasilitator yang bertugas dari pihak IGGRD, serta jadwal dan pembagian tugas dari fasilitator yang terlibat. 2. Mengkonfirmasikan kepastian PU untuk memfasilitasi pelatihan, jadwal pelatihan, tempat pelatihan, serta informasi lainnya yang relevan. Jika PU berhalangan pada sebagian atau seluruh proses pelatihan, TM melakukan koordinasi dengan IGGRD guna mendapatkan penggantinya. 3. Mengkonfirmasikan kepastian Fasilitator untuk memfasilitasi pelatihan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Jika Fasilitator berhalangan pada sesion yang harus difasilitasi, TM melakukan koordinasi dengan IGGRD guna mendapatkan penggantinya. 4. Meminta informasi awal yang dibutuhkan oleh Fasilitator berkaitan dengan kebutuhan materi, media dan perangkat pendukung pembelajaran lainnya



5 Penyiapan Konsumsi



Training manajer



1. Memastikan kesiapan pelayanan konsumsi kepada peserta, antara lain mencakup jumlah yang dibutuhkan dan jenis makanan. 2. Memastikan kebersihan dan kenyamanan tempat makan selama proses pelatihan berlangsung



288



No



Uraian Tugas



Pelaksana Tugas



Keterangan



6 Penyiapan ATK, Seminar Training manajer Kit dan P3K



1. Konfirmasikan dengan pihak IGGRD berkaitan dengan pengiriman ATK, Seminar Kit, P3K, bahan habis pakai yang dibutuhkan dan Spanduk, terutama berkaitan dengan alamat TM, jenis dan jumlah barang yang dikirim. 2. Penyiapan fasilitas penunjang pelatihan, antara lain: Laptop, LCD, Handycam, Printer, TV untuk peer teaching.



7 Keuangan dan administrasi:



Training manajer



1. Melakukan pembelian ATK dan Bahan Habis Pakai jika yang dipersiapkan oleh BC mengalami kekurangan. 2. Menerima pengiriman fresh money dari BC sebagai biaya talangan awal, yakni untuk pembiayaan: (a) Transportasi lokal untuk mobilisasi TM dalam melakukan persiapan pelatihan (b) Biaya komunikasi dalam melakukan koordinasi dengan PU, Fasilitator, IGGRD dan BC. (c) Foto copy tambahan materi pelatihan dan dokumen administrasi lainnya. (d) Pembelian ATK jika yang dipersiapkan oleh BC mengalami kekurangan. Adapun besar biaya talangan awal per pelatihan sebesar Rp 1.000.000,Semua pembelian harus disertai bukti pembelian (kwitansi), yang akan dipertanggungjawabkan pada akhir pelatihan kepada staf BC/IGGRD. 3. Meminta pengiriman Form Konfirmasi Kehadiran, Form Registrasi Ulang, Form Absensi, Form Evaluasi Peserta dan Amplop ber perangko Pengiriman Bukti Perjalanan Peserta kepada IGGRD.



8 Pertemuan Koordinasi dengan PU dan Fasilitator



Training manajer



1. Sehari sebelum tanggal pelaksanaan pelatihan, TM memfasilitasi pertemuan koordinasi antara PU, seluruh Fasilitator yang terlibat, Konsultan PFPM (jika hadir), TM dan SS. Pertemuan menyangkut: a. Pemantapan jadwal pelatihan dan fasilitator yang bertugas. b. Review materi oleh PU guna membahani fasilitator. c. Mengidentifikasi ulang media dan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk setiap topik agar dipersiapkan oleh TM dan SS. d. Melakukan pengecekan final terhadap persiapan pelaksanaan pelatihan, antara lain: tempat pelatihan, peserta pelatihan, kesiapan materi dan administrasi, dan berbagai hal yang relevan. 2. Pertemuan dilaksanakan di tempat pelatihan dan dipimpin oleh PU.



B. Pelaksanaan Pelatihan No



Uraian Tugas



Pelaksana Tugas



Keterangan



Lampiran | 289



1 Koordinasi dengan PU Training manajer dan Fasilitator



1. Menghubungi PU guna membantu/memfasilitasi kedatangan PU, berkaitan dengan transportasi ke tempat pelatihan, penginapan, serta berbagai hal lainnya yang relevan (jika dibutuhkan). 2. Menghubungi Fasilitasilitator guna membantu/memfasilitasi kedatangan Fasilitator, berkaitan dengan transportasi ke tempat pelatihan, penginapan, serta berbagai hal lainnya yang relevan (jika dibutuhkan). 3. Memfasilitasi seluruh kebutuhan PU dan Fasilitator dalam rangka mendukung proses pelatihan, antara lain: kebutuhan media pelatihan, ATK yang dibutuhkan, dan kebutuhan lainnya yang relevan. 4. Melakukan evaluasi harian antara PU, Fasilitator, TM dan SS di akhir kegiatan hari tersebut, berkaitan dengan keseluruhan proses pelatihan, serta persiapan pelaksanaan pelatihan hari berikutnya. 5. Jika pada saat pelatihan Fasilitator berhalangan hadir (sakit atau alasan lain), materi difasilitasi oleh PU. 6. Jika pada saat pelatihan PU berhalangan hadir, TM segera melaporkan kepada IGGRD guna mendapatkan pengganti. Pelatihan tetap berjalan, difasilitasi oleh Fasilitator.



2 Koordinasi dengan Peserta



Training manajer



1. Melakukan registrasi peserta pada saat kedatangan dengan menggunakan form baku yang telah dipersiapkan oleh IGGRD. 2. Pada saat registrasi, peserta diinformasikan no kamar penginapan, berbagai aturan yang berlaku di penginapan dan tempat pelatihan, serta membagikan Jadwal Pelatihan, CD Materi Pelatihan, dan Seminar Kit. Pembagian kamar peserta dilakukan oleh TM. 3. Memfasilitasi kebutuhan peserta dalam rangka mendukung kenyamanan peserta dalam mengikuti pelatihan, antara lain: kebutuhan akan obat-obatan jika sakit ringan, pengantaran ke rumah sakit jika sakit cukup berat, pengaturan sistem pencucian pakaian, serta kebutuhan lainnya yang relevan. 4. Mengumpulkan CV peserta yang belum lengkap.



3 Koordinasi dengan Bagian Keuangan



Training manajer



1. Membantu petugas keuangan BC/IGGRD dalam proses pertanggung-jawaban biaya perjalan peserta. 2. Pada akhir pelatihan melakukan pertanggung-jawaban penggunaan dana talangan awal oleh TM kepada petugas keuangan BC/IGGRD.



4 Koordinasi antara PU, Training manajer SS dan Pelatih dilakukan setiap hari (malam)



1. Evaluasi kegiatan hari itu 2. Rencana kegiatan hari esok



290



No



Uraian Tugas



5 Dukungan dalam Proses Pelatihan



Pelaksana Tugas Training manajer



Keterangan 1. Mengontrol kenyamanan dan kebersihan ruang pelatihan 2. Mengontrol kenyamanan dan kebersihan penginapan 3. Mengontrol penggunaan sarana pendukung pelatihan seperti: sound system, LCD, alat tulis menulis, dan lain-lain. 4. Melengkapi kebutuhan media pelatihan seperti kertas flip chart, spidol, kertas plano, selotip, dan lain-lain. 5. Memasang spanduk Pelatihan, yakni di ruang pelatihan 6. Memfasilitasi acara pembukaan, yakni terdiri dari: (a) Kata pembukaan oleh TM (b) Doa pembukaan (oleh salah satu peserta) (c) Penjelasan tentang PFPM oleh Konsultan (jika hadir) atau PU (d) Pembukaan oleh Tamu PMD (jika hadir) atau Konsultas (jika hadir) atau PU. (e) Kata penutup oleh TM, sekaligus menyerahkan seluruh proses pelatihan selanjutnya kepada PU 7. Melakukan Dokumentasi Proses per sesi. 8. Menjalankan Absensi Peserta, Fasilitator dan PU untuk setiap sesi. 9. Bersama SS bertugas untuk merekam proses Peer Teaching dengan menggunakan kamera video. 10. Pada saat sesi Peer Teaching, membagikan form oberservasi peer teaching. Pada akhir sesi peer teaching, mengumpulkan dan merekap seluruh hasil oberservasi untuk diserahkan kepada Fasilitator yang bertugas. 11. Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil Review Harian yang dilakukan oleh peserta yang bertugas. 12. Memfasilitasi acara penutupan: (a) Kata pembuka oleh TM (b) Refleksi dari PU, Fasilitator dan beberapa Wakil Peserta (c) Post Test (d) Penutupan oleh Wakil PMD (jika hadir), Konsultan (jika hadir) atau PU. (e) Doa Penutup oleh salah satu peserta (f) Kata penutup oleh TM 13. Membuat dokumentasi foto, yakni mencakup (a) Moment Pembukaan (b) Moment Proses Pelatihan (foto setiap fasilitator yang bertugas dan PU, suasana diskusi peserta dalam kelompok, saat permainan, presentasi oleh peserta, Praktek Peer Teaching, dan lain-lain) (c) Moment Penutupan



No



Uraian Tugas



6 Pada hari terakhir



pelatihan melakukan



Pelaksana Tugas Training manajer



Keterangan 1. Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil evaluasi materi pelatihan dan evaluasi program pelatihan. 2. Membagikan amplop berperangko yang akan digunakan peserta pelatihan untuk mengirimkan boarding pas, tiket dan atau bukti-bukti lainnya yang diperlukan kepada IGGRD.



C. Evaluasi Pelatihan No



Uraian Tugas



Pelaksana Tugas



1 Penyusunan laporan pelatihan oleh TM sesuai dengan format yang telah ditetapkan oleh IGGRD.



Training manajer



2 Mengirimkan hasil evaluasi materi dan evaluasi program pelatihan kepada IGGRD.



Training manajer



3 Mengirimkan daftar peserta yang berhak untuk mendapatkan sertifikat kepada IGGRD.



Training manajer



4 Mengirimkan dokumen CV seluruh peserta ke IGGRD.



Training manajer



Keterangan



Lampiran | 291



292



D. Prosedur Administrasi No Uraian Tugas



Pelaksana Tugas



Keterangan



1



Pendaftaran:



• Training Manajer







Pendaftaran tidak dapat diwakilkan oleh orang lain.



Pendaftaran peserta dilakukan pada:



• Supporting Staff







Peserta wajib mengikuti pelatihan sejak hari pertama hingga hari terakhir







Setelah Pelatihan dimulai, peserta tidak boleh digantikan oleh orang lain untuk sementara maupun hingga akhir pelatihan







Absensi tidak boleh dititip pada peserta lain







Peserta yang memiliki jumlah absen lebih dari 10 % kehadiran sesi, dianggap tidak lulus



1 hari sebelum kegiatan training dimulai



2







Peserta wajib menyerahkan CV, surat tugas, dan kelengkapan administrasi lain yang diminta.







Pada saat pendaftaran peserta akan mendapatkan training kit dan material ToT dalam bentuk softcopy. Untuk itu disarankan kepada peserta untuk membawa sarana Laptop. Bagi peserta yang tidak membawa Laptop, panitia akan menyiapkan hard copy material



Absensi:



• Supporting Staff



Pengisian absensi dilakukan pada setiap kali sesi pelatihan dimulai (untuk seluruh sesi) 3



Sertifikat:



• Training Manajer







Blanko sertifikat diperoleh dari panitia/penyelenggara







Peserta yang dianggap telah memenuhi syarat kelulusan pelatihan, akan diberikan sertifikat tanda telah mengikuti proses pelatihan untuk peserta



• Supporting Staff







Blangko sertifikat tidak dapat diberikan kepada orang lain atau peserta yang dianggap tidak lulus.







Sertifikat HANYA akan diberikan kepada peserta yang mengikuti ToT secara penuh dan TELAH mengirimkan kembali semua bukti-bukti tiket, boarding pass, airport tax, dan







Blanko yang salah, harus dikembalikan kepada Training Manager/Supporting Staff untuk mendapatkan blanko pengganti







dokumen lainnya yang ditentukan oleh Training Manager pada saat ToT



No Uraian Tugas



Pelaksana Tugas



Keterangan



4



• Training Manajer



Laporan kegiatan terdiri dari:



Pelaporan •



Pelaporan terdiri dari laporan kegiatan dan laporan • Supporting Staff administrasi/keuangan sesuai kebutuhan



• Tempat dan waktu pelaksanaan. • Daftar nama dan data seluruh peserta, nara sumber, master trainer dan pelatih utama. • Dokumentasi Proses sejak awal hingga akhir pelatihan. (kasetkaset rekaman tape recorder dan rekaman video) • Daftar hadir (absensi) seluruh peserta, nara sumber, master trainer, pendamping dan seluruh tim teknis pelaksana • Daftar peserta yang lulus dan yang tidak lulus • Seluruh hasil evaluasi • Rekomendasi dari peserta, nara sumber, master trainer dan pelatih utama • Harus disertai dengan foto kegiatan • Diserahkan kepada direktur proyek paling lambat 1 minggu setelah kegiatan pelatihan berakhir Laporan keuangan (telah dijelaskan di bagian prosedur keuangan)



5



Lampiran | 293



Inventaris



• Training Manajer







Seluruh peralatan dan bahan yang tersisa di serahkan kembali kepada Training Manajer



• Supporting Staff







Seluruh hasil dokumentasi baik rekaman kaset, video dan foto, juga diserahkan kepada Training Manajer







Seluruh pelengkapan dan peralatan yang disewa dari pihak ketiga dikembalikan kepada pihak ketiga



Lampiran 3. Lay Out Ruang Pelatihan Tertutup dari sinar matahari Spanduk Pelatihan Layar Infocus Listrik Projector



Whiteboard



Notebook



Flip chart



Flip chart Kursi tinggi untuk roleplay



Kursi peserta dengan konfigurasi “U” Flip chart Flip chart



Kursi peserta yang memiliki papan untuk menulis atau jika tidak ada letakkan meja di belakang kursi Meja observer “panitia” Listrik



294



Lampiran 4. Media dan Kebutuhan Pelatihan Lain yang Harus Disiapkan No Nama I. 1 2 3 4 5 6 7 II. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24



Sarana dan Prasarana: Ruang Minimal 80 - 100 M² (untuk 11 hari) Ruang peer taching, kapasitas min.10 org. Min.1 hari Kursi dan meja moving Meja observer dalam ruangan Papan pengumuman (parasut 2 x 3 M) Sound System Spanduk Media: TV White board Sumber listrik Papan flipchart Laptop LCD Rol Kabel Papan White Board Flipp chart Spidol marker kecil permanen Spidol marker besar permanen Spidol white board Penghapus White Board Lem Semprot Tri M Lakban Kertas 2 inch Meta plan 10x25 cm Kertas A4 Tali Rafia Kertas Emas Karton Manila Lem Fox yang kecil Gunting Stepler



Isi Stepler



Jumlah



Keterangan



1 unit 2 unit 40 unit 1 unit 2 lembar mike min: 3 unit 2 unit 1 unit 1 unit 5 unit 1 unit 1 unit 4 buah 1 buah 500 lbr/11 hari/kelas 2 lsn/11 hari/kelas 1/2 lsn/11 hari/kelas 1 lusin/kelas



hitam biru dan hitam



1 buah 1 lusin masing-masing 200 lbr hijau,merah,putih,biru,kuning 1 rim 1 Gulung besar 2 pak (isi 20 lembar) masing-masing 4 lbr Kuning, hijau, merah 1 buah 3 Buah 1 unit



1 kotak



Lampiran | 295



No Nama



Jumlah



25 26 27 28 29 30 31 32 33



CD Kosong Post It yang besar Printer Tinta Printer Handycam 11 hari Voice operated recorder (VOR), 11 hari Baterai Balon Bola tenis



35 pcs 2 buah 1 unit 2 hitam, 1 warna 1 unit 1 unit 22 pc A3 Alkaline 10 Pak 1 Buah



III 1 2 3 4 5 6 7



Training Kit: Tas Block Note Sedang Bolpoint standar Jadwal Modul Tata tertib dan aturan penginapan Name tag



1 pc 1 pc



296



Keterangan



Lampiran 5. Kriteria Pelatih Dalam Pelatihan Pelatih (TOT) ini, Pelatih dibagi dalam 2 jenis: (1) Pelatih Utama dan (2) Pelatih Pakar (Master Trainer). A. Pelatih Utama adalah individu yang terpilih melalui penyeleksian dengan beberapa kriteria yang telah disepakati oleh Panitia selanjutnya ditunjuk oleh Panitia sebagai Pelatih Utama (Quality Control) dalam pelaksanaan Pelatihan. Kriteria Pelatih Utama: 1. Diutamakan yang berpendidikan minimal S2 2. Memiliki pengalaman secara nasional dalam melatih fasilitator minimal 15 tahun 3. Pelatih Utama adalah orang yang pakar dalam bidang community development, pendidikan orang dewasa, metode dan media, serta teknik melakukan fasilitasi. 4. Memiliki dedikasi yang tinggi dalam dunia pelatihan. B. Pelatih Pakar adalah individu yang terpilih melalui penyeleksian dengan beberapa Kriteria yang telah di sepakati oleh Panitia selanjutnya ditunjuk oleh Panitia sebagai Pelatih (Trainer) dalam pelaksanaan Pelatihan. Master Trainer ini adalah mereka yang pakar dalam bidangbidang tertentu yaitu; bidang Pemberdayaan Masyarakat, bidang Pendidikan orang dewasa, Metode dan Media, serta bidang teknik fasilitasi. Kriteria Pelatih Pakar: 1. Pakar Pendidikan Androgogi 2. Diutamakan berpendidikan minimal S2 ilmu Pendidikan atau sejenisnya, atau S1 dengan pengalaman yang cukup sebagai praktisi pendidikan orang dewasa. 3. Praktisi Pendidikan Orang Dewasa, 4. Memiliki pengalaman melatih fasilitator masyarakat minimal 10 tahun. Pelatih Senior Bidang Pemberdayaan Masyarakat 1. Berpendidikan minimal Sarjana S1 2. Memiliki pengalaman sebagai fasilitator masyarakat minimal 10 tahun. 3. Memiliki pengalaman yang luas dalam bidang manajemen program pemberdayaan masyarakat 4. Memiliki Pengalaman melatih fasilitator lapangan minimal 10 tahun. Pakar di bidang Metode dan Media 1. Berpendidikan minimal Sarjana S1 2. Memiliki pengalaman sebagai fasilitator masyarakat minimal 10 tahun. 3. Memiliki pengalaman yang luas dalam bidang manajemen program pemberdayaan masyarakat 4. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan media pendidikan Memiliki dan menyerahkan media pelatihan penyampaian pembelajaran yang telah digunakan selama minimal 5 kali. Lampiran | 297



Lampiran 6. Syarat-Syarat Menjadi Peserta Peserta TOT harus memenuhi kriteria berikut: 1. Berpendidikan minimal Sarjana sederajat 2. Berpengalaman kerja di masyarakat selama minimal 3 tahun sebagai fasilitator umum maupun fasilitator teknis (bukan sebagai administratur dan supervisor proyek). 3. Memiliki motivasi yang baik dan kematangan emosional dalam kegiatan mendidik, melatih dan mengajar, serta memiliki track-record yang baik sebagai fasilitator masyarakat yang diperkuat oleh rekomendasi pihak berkompeten. 4. Menyerahkan CV (curriculum vitae) dan karya tulis yang berisikan pengalaman sebagai fasilitator. 5. Diutamakan yang berdomisili di tempat pemberdayaan (tinggal bersama masyarakat).



298



Lampiran 7. Team Management No 1 2 3



Nama Eko Sri Harjanta Bito Wikantosa Prabawa Eka Susanta



Lembaga Ditjen PMD, Depdagri Ditjen PMD, Depdagri Ditjen PMD, Depdagri



4



Moch. Yasir Sani



Sekretariat PNPM MP



5



Soenoe Wijayanti



6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28



Eka T.P. Simanjuntak Ferry F. Karwur Rizal Hikmat Fajar Sudarwo Totok Mardikanto Sumardja Dharmaputra Palekahelu Esrom Aritonang Bonar Siahaan Julius Ranimpi Mohammad Dipati Hendro Stevens Johan tambotoh Grace Palayukan Ari Sutanti Bayu Audrie Jerry Langkun Jolly Lengkono Merry Karwur Julyandrie N. Bawu. Olva Ngelo Imanuel Djahi



National Management Consultant IGGRD UKSW UI IRE Yogya UNS Solo IPB Bogor UKSW IGGRD IGGRD UKSW   WII WII IGGRD BC BC BC WII WII WII WII IGGRD IGGRD



      Satker Pembinaan PNPM Mandiri Perdesaan   Project Director Kons. Kurikulum dan Pendidikan Kons. Jaminan kualitas dan Dbase Kons. ToT Kons. Standarisasi/Sertifikasi Kons. Standarisasi/Sertifikasi Kons. Management Pelatihan Asst. Kons. TOT Asst. Kons. Manajemen Pelatihan Asst. Kons. Kur dan Pendidikan Database Master Database Developer Database Developer Administrasi Keuangan Kontrak & Team Keuangan Kontrak & Team Keuangan Kontrak & Team Keuangan Entry Data Entry Data Entry Data Entry Data Logistic Koordinator Adm. Pelatihan



Lampiran | 299



Lampiran 8. Daftar Pelatih Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat A. Pelatih Utama No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16



Nama Chamiyatus Sidqiyah Abraham Raubun Sugeng Tri Handoko Heru Sukarsono Sarmauli Hutajulu Ester Ritonga Vien Sartika Dewi May Januar Dyah Ismoyowati Edy Triyanto Semuel Lusi Veronika Kumurur Nico Gara Sri Sudaryanti Warno Hadi Winarno Albertina de Queljoe



Lembaga/Instansi Individu PDT Ditjen PMD Jakarta Yayasan Mitra Sejati Yayasan Mitra Sejati LSM Letare Yayasan Cinta Kasih Medan Universitas KL2SS UGM Jogjakarta YIS Solo Yayasan Bina Darma Salatiga UNSRAT Manado GMIM Minahasa UNIBRAW Malang LSM Dialog Yayasan Alfa Omega Kupang



B. Nara Sumber No Nama



300



Lembaga/Instansi



1



Prabawa Eka Susanta



Ditjen PMD Jakarta



2



Andy Syahrir Kube



SATKER PNPM



3



Ferry Karwur



F.I.K. UKSW



4



Rosyid Al Atok



Univeristas Negeri Malang



C. Pelatih Pakar (Master Trainer) No 1 2 3 4 5 6 7



Nama Husni Thamrin Sansan T. Umarna Simon Gaol Edy Triyanto Henny Dalimunthe Karta Sasmita Anna Gurning



Lembaga/Instansi SPTR Jabar/PNPM MP NMC/PNPM MP Ditjen PMD Jakarta YIS Solo UNJ Jakarta UNJ Jakarta Ditjen PMD Jakarta



No 38 39 40 41 42 43 44



Nama Ashfar Amas Wahyuddin Kessa Bachtiar A. Saleh Vien Sartika Dewi Fajar Sudarwo Aloysius Lande Intan Nugraheni



8 Suudi Noor



NMC



45 Daniel Nuhamara



9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26



Heru Sukarsono Daddy Darmawan Sampoerno Peppy Permadi Susilo Zubriyanto Sofyan Safwan Joseph Lucky Zulfikar Moch Y. Sani Chammiyatus Sidqiyah Haris Shantanu Fahrul Rizal Eppy Lugiarti Sri Emiyanti Binsar Panjaitan Riana Uli Marzuki



Yayasan Mitra Sejati UNJ Jakarta UKSW Salatiga Fas Kab Kuningan-Jabar PNPM PISEW Fas T Kab Cirebon-Jabar NMC PNPM MP PNPM DTK/P2DTK APPMI Jakarta Sekr. PNPM MP Individu Sekr. PNPM MP SPTR Kalbar Ditjen PMD Jakarta Unv. Sumatera Utara Fas T Kab Simalungun SPTR Propinsi Riau SPTR Propinsi Aceh



46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63



27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37



Dimpos Manalu Paul Simanjuntak Maman Natawijaya Benget Silitonga Sesvil Feriyanto Sitohang Delphius Ginting Muslich Ismail Tria Amelia Nurgani Nurhamzah



Konsultan/Individu LSM LSM LSM Letare SPTR Sumatera Utara LSM LSM LSM LSM MP PNPM MP PNPM MP



64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74



Eko Priyono S Effendi Stefanus Subagya Samuel Lusi Jeffrie Lempas Mantini Soufyan Nick T.Wiratmoko Yuwono Loegtyatmadji Dwi A. Henawati Dyah Ernawati Philep Morse Regar Cyrus T. Lalompoh Budi Astawa Heskiel Harikedua Amilin A. Bulungo John Lahade Endang Sri Suryandari Dewa Ketut Alit Deddy T. Setiawan Achmad Saladin I Wayan Suartika May Januar Soleman Dethan Edonajov Ratu Edo Johnny A. Riwu James Ballo Okky Juser Laisnima Paskalis Nai



Lembaga/Instansi PNPM MP KL2SS LSM UNHAS IRE JOGJA F-Kab Pekalongan/PNPM MP UKSW Salatiga Balai PMD Jogjakarta Balai PMD Jogjakarta SPTR Jogja/PNPM MP Yayasan Bina Darma Salatiga Yayasan Bina Darma Salatiga Yayasan Percik Salatiga PNPM MP PNPM MP Konsultan/Individu Konsultan/Individu FISIP UNSRAT FIP UNIMA SPTR Sulut F-Kab/PNPM MP PNPM MP UKSW Salatiga Balai PMD Balai PMD PNPM MP PNPM MP SPTR Bali/PNPM MP KL2SS Yayasan Alfa Omega Kupang Individu Faperta UNDANA PLAN Internasional Yayasan Pancaran Kasih Driya Media Kupang



Lampiran | 301



Lampiran 9. Daftar Peserta Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Try Out (Kelompok Pelatihan 3): SALATIGA - Yayasan Bina Darma , 6 - 17 Desember 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Nama Unang Sunardiman, SH Heni Setyowati, SH Wasis Prayitno, S.Sos Jeffrie Lempas Muchsoni, S.Sos Yuwono, Ir Supardi, Ir, MM Ali Mahmudi, Ir Edi Prabowo, Ir Puji Harjono, S.Pd., M.Si. Loegtyatmadji T.N, ST Iwan Mohamad Fauzi, Ir Suwandi, Ir Ismulyati Harun Arif Satriawan



Lembaga/Instansi No Nama Balai PMD - Yogyakarta 16 Adib Akrom, SH Balai PMD - Yogyakarta 17 Marso, Ir Balai PMD - Yogyakarta 18 Nurhasim, S.Pd. YBD - Salatiga 19 Tri Supriyono, ST PNPM MP 20 Sri Kadarini, ST PNPM MP 21 Karnadi Ismono, S.Sos PNPM MP 22 Hagus Bintarto, Ir, MM PNPM MP 23 Saiful Huda,SP PNPM MP 24 Sidik Nur Istiadi PNPM MP 25 Stefanus Subagyo PNPM MP 26 Natalia Ratna Yulianti PNPM MP 27 T.A. Gutama, Drs. PNPM MP 28 Didi Nurhadi, ST, M.Si. PNPM MP 29 Priyono Hadi Mulyono,ST PNPM MP



Lembaga/Instansi PNPM MP PNPM MP PNPM MP PNPM MP PNPM MP PNPM MP PNPM MP PNPM MP PNPM MP PNPM MP UKSW - Salatiga UNS - Surakarta PADMA – Yogyakarta PNPM MP



Kelompok Pelatihan 1: Medan - LPPM Medan, 11 - 22 Januari 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Nama Alyuwaini Abdussamad Irhamuddin Zulfahmi Ridwan Heppy Ramli Ibrahim Amplaih Syafril Richard Gordon Gultom Azmi Bernard Panjaitan Afwan Hasibuan Setiawati Simanjuntak



14 Sesvil 15 Mulyadi Siagian



302



Lembaga/Instans F-KAB Aceh Besar FT-KAB Pidie Jaya F-KAB Aceh Besar F-KAB Aceh Barat F-KAB Pidie FMS Aceh SI Aceh



No 16 17 18 19 20 21 22



Nama Edo Rudi Rumdiarto Erni Novitri Sunardi Asafati Gea Ahmad Fanani Lubis Moh. Hatta Emas Sehat Walafiat S



FT-KAB Labuhan Batu FT-KAB Samosir



23 Alief Setia Budi 24 Alfian Novis Naros



FT-KAB Lingga FT-KAB Pasaman Barat



FT-KAB Padang Lawas FASKEU Batubara F-KAB Tapanuli Selatan F-KAB Humbang Hasundutan SPTR Sumatera Utara F-KAB Nias Selatan



25 26 27 28



FT-KAB Solok SPTR Sumatera Barat FT-KAB Indragiri Hilir F-KAB Siak



Ira Julita Yenni Suryani Suriyadi Irsyad



29 Sahala Oloan 30 Ansori Yusra



Lembaga/Instans FT-KAB Batubara FASKEU Kab. Langkat F-KAB Pakpak Barat F-KAB Nias (R2PN) F-KAB Mandailing Natal SPTR Kepulauan Riau FT-KAB Bintan



FT-KAB Bengkalis FT-KAB Kuantan Senggigi



Kelompok Pelatihan 2: JAKARTA - Wisma Kinasih, 11 - 22 Januari 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Nama Alfian T Yodi Elva Welman Supar Suparman Bulkin Abdul Hakim Hery Purnomo Amir Machmud Hasan Yulius Swardana Yuni Pancawati Nugroho Purwanto Iskandar Mailan



14 Dedi Rustandi 15 Basuki Rahmad



Lembaga/Instansi FT - KAB Tanjabtim FT - KAB Kerinci FT - KAB Lebong F-KAB Kaur SPTR Prov. Bengkulu FT - KAB OKU Selatan F-KAB OKU Timur SPTR Prov. Sum. Selatan SPTR Lampung FT - KAB Tulang Bawang F-KAB Lampung Utara SPTR Banten FT - KAB Lebak



No 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28



Nama Irma Friyanti Nunung Nurhasanah Tri Wahyuningsih Rospita Sihombing Noverly Imanuel Agus Pramudijono Sutarjo Nihaya Wiryo Diana Rosdiana Nazarudin Syafruddin Titis Kiswo Endah



F-KAB Sukabumi FT - KAB Tasikmalaya



29 30



Irwan Azhari Arifin Siahaan



Lembaga/Instansi FASKEU Purwakarta F-KAB Ciamis FT - KAB Subang FASKEU Subang FT - KAB Cianjur FASKEU Cirebon FASKEU Majalengka F-KAB Kayong Utara FT - KAB Sanggau FT - KAB Sekadau FT - KAB Bulungan FT - KAB Nunukan FT - KAB Hulu Sungai Selatan F-KAB Barito Kuala FASKEU Tanah Bumbu



Kelompok Pelatihan 4: MALANG - Regent Park Hotel, 4 - 15 Maret 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Nama Dedid Hendro Priyono Iswahyuningsih Sugita Suharni Wiwik Dwikorawati Bernadetta Diniari W Mei Wulandari A. A. Sri Oka Ari Putri I Dewa G. Mahendra I Gusti Ngurah Anom Putra I Ketut Pasek Sujana I Made Joni Karyawan I Wayan Dharmabudi Nyoman Gede Adi Praja Ni Luh Nyoman Titiek Yeniati 16 Putu Sumber Artana 17 Made Ari Jaya Sena



Lembaga/Instansi FT-KAB Pasuruan BALAI BESAR PMD FT-KAB Blitar BALAI BESAR PMD F-KAB Banyuwangi BALAI BESAR PMD BALAI BESAR PMD FT-KAB Tabanan FT Gianyar F_KAB Tabanan F.Kec Nusa Penida FT. Kec. Bebandem F-KAB Badung FT. Kec Bangli F-Kab Klungkung FK. Kec Karangasem FASKEU Gianyar



No 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32



Nama Adi Wahyono Bethel Asrullah Baiq Ekayuliana Baiq Nurhayati H. Husnul Aziz Haerul Anwar Hidayat Moh. Yusnan Lin Wahyulia Nurgina Wahyuni Radiatur Rahmah Sitti Masita Miranda Miting Yayuk Amelia Arman Muhammadiah 33 Muh. Yushar 34 Tasbih Thaha



Lembaga/Instansi FT-Kab Sumbawa FT_KAB Dompu F-KAB Dompu F-KAB Lombok Barat FT_KAB Lombok Barat F-KAB Lombok Utara FASKEU Dompu FT-KAB Mataram FT-KAB Mataram FASKEU Loteng FASKEU Bima FASKEU Bima PMD Jakarta PMD Jakarta FASKEU Majene F-KAB Pasangkayu F-KAB Mamasa



Lampiran | 303



Kelompok Pelatihan 5: KUPANG - Hotel Sylvia, 4 - 15 Maret 2010 No 1 2 3 4



Nama Ahmad Karno Djaba Adolfince Nubatonis Taufik Hidayat Bambang Sutiyono



Lembaga/Instansi Fas Kab Ende Fas Kab TTU Fas Kab Rote Ndau FT Manggarai



5 Kandidatus Angge



Fas Kab Nagakeo



6 Vinsensius Lalo



FT Sabu Raijua



7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18



Hendrik Paji Ngadha Siwe Matilda Samsul Gole Primus DN. Babys



Faskab Sumba Timur FT Ngada Faskab Manggarai Barat Faskab Timur Tengah Selatan Yohanes Tukan Faskab Flores Timur Anthonius Silvester Faskab Alor Getreda H. D. Abora Faskab Lembata Bongo Benyamin Faskab Sumba Barat Gregorius Gar Faskab Manggarai Timur Adelti Gunda Baya Faskeu Manggarai Barat Frans Dimoe Djami Faskeu Sumba Tengah Afliana M. Erna Faskeu Manggarai



No 19 20 21 22



Nama Theresia E. Risa Iyang Suhaedi Dozi Amrozi Dafid Taopan



Lembaga/Instansi FT Wae-Rii Sp.Tr Kupang FMS Kupang PNPM DTK/P2DTK Kupang 23 Herman J. Banoet PNPM DTK/P2DTK Kupang 24 Ismail Imran Ngaba PNPM DTK/P2DTK Flores Timur 25 Marconi Gorang Mau PNPM DTK/P2DTK Alor 26 Tessa Mardhana PNPM DTK/P2DTK Belu 27 Benyamin Leu PNPM DTK/P2DTK TTS 28 Rudi Hananto PNPM DTK/P2DTK Lembata 29 R. Janviery Jeudianto T. PDT Ditjen PMD Jakarta 30 Maria Prima Nahak, SH LSM Kupang 31 Denimars Sailana LSM Kupang 32 Conny Tiluata LSM Kupang 33 Beatri Leo Dima LSM Kupang 34 Yabes Kobi LSM TTS 35 Maria Bano UNDANA



Kelompok Pelatihan 6: MAKASSAR - Hotel Celebes, 11 - 22 Januari 2010 No Nama 1 Ali Bas 2 M. Nasir 3 Irnawati Amir 4 Abd. Rahim 5 Fatmawati 6 M. Amal Alba 7 Thati M. Batti 8 Ziadah Hr. 9 Abdul Rauf 10 Eko Purwanto 11 L. Syahruddin K. 12 Farida Hamra 13 Salim Umi 14 Sumardi



304



Lembaga/Instansi F-KAB Gowa FT-KAB Pangkep F-KAB Bantaeng FT-KAB Barru FASKEU Kab. Wajo F-KAB Luwu FASKEU Enrekang F-KAB Luwu Timur FT-KAB Jeneponto FT-KAB Kolaka FT-KAB Muna SPTR Prov. Sul. Tenggara FASKEU Kab. Wakatobi FT-KAB Konawe Utara



No Nama 15 Syahrir Ganie 16 Sugiarto 17 Andi Nur Amri 18 Lucky J. Supusepa 19 Kornelis Lh. 20 Abd. Rahman 21 Sitti Syukrah 22 M. Amir Lantara 23 Husen Ahmad 24 Andi Wahyudin 25 Astrid Siahaja 26 Nasruddin 27 Sudirman 28 Sriaty



Lembaga/Instansi ASST. F-KAB Kolaka Utara F-KAB Kolaka Utara F-KAB Wakatobi PNPM-DTK/P2DTK F-KAB Maluku Tenggara Barat FASKEU Konawe Selatan PNPM-DTK/P2DTK FT-KAB Maluku Tenggara SP2M Prov. Sul. Barat FT-KAB Mamasa FT-KAB Mamuju Utara SPTR Prov. Sul. Barat F-KAB Polman FASKEU Kab. Mamuju



Kelompok Pelatihan 7: MANADO - Bapelkes Manado, 15 - 25 Januari 2010 No Nama 1 Maxi Wowiling 2 Voula E. Sakul 3 Noch N. Turangan 4 Syamsu Loko Tawoeda 5 Drs. Christian F. J. Lumintang 6 Arthur Andries Noch Rogi 7 Junita Juliana Karel 8 Paultje E Sangian 9 Norma Lyke Longdong 10 Ansar 11 Darmin 12 Yuliana 13 Bambang Triawan 14 Suratnan 15 Sukwan



Lembaga/Instansi FASKEU Bolaang Mongondow FMS Sulawesi Utara FT-KAB Minahasa Selatan



No Nama 16 I Wayan Arjaya



Lembaga/Instansi FT-KAB Banggai Kepulauan F-KAB P2DTK



FT-KAB Kepulauan Talaud F-KAB Bolmong Utara



17 Muh. Annas 18 Lucky Mesach Sondakh 19 Hassan Mohammad 20 Fone Suoth



F-KAB Minahasa



21 Husin Rusu Ahmad



F-KAB Pohuwato



F-KAB Siau Tagulandang F-KAB Kep. Talaud SPTR Sulawesi Tengah F-KAB Banggai Kepulauan F-KAB Tojo Una-Una F-KAB Sigi FT-KAB Banggai FT-KAB Buol FT-KAB Parigi Mautong



22 23 24 25 26 27 28 29 30



FT-KAB Pohuwato FT-KAB Gorontalo FT-KAB Gorontalo Utara F-KAB Tolinggula Gorut FT-KAB Halmahera Selatan FT-KAB Halmahera Utara FT-KAB Halmahera Timur F-KAB Halmahera Selatan F-KEC OBI Halmahera Selatan



Agustina S. Rombe Max C. J. Hidete Yulfi Tajawi Bakran Kolosai Freddy Maramis Faris Hi. Abdulbar Nakir Muliadi Muhajir Hi Ali Rahmatiah M. Tayeb



F-KAB Gorontalo F-KAB Boalemo



Kelompok Pelatihan 8: MAKASSAR - Hotel Grand Wisata, 5 - 15 February 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16



Nama Jumeathy Mallkua Yosefina Regina Suwae Fitriyani Makkarateng Telly Persulessy Aplena Sawek Johanes Fofied Yosepus Sayori Nur Roziqin Slamet Suharto Aris Mandila Imerto Jeheskier Bukorploper Ismail Melsje Thenu Adriani Nipi Paul Anderson Sudumuru



Lembaga/Instansi PKK Respek PKK Respek PPK PPK Sarmi PK Respek P-KAB P-KAB Keuangan PT P-KAB Keuangan P-KAB Respek P-KAB Teknik PKP Kepulauan Yapen PT-KAB P-KAB Nabire P-KAB Keuangan PK



No 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31



Nama Obeth Rumar Dwi Rahmanto Denny Wospakrik Gani Bulo Priyo Pramono Supar Sepi Firdaus Lukas Rumadas Erikson Sitompul Ruddy Karubium A.M. Marthinus Jitmau Sutrisno Ismail Sulaiman E. Xaverius A.



Lembaga/Instansi P-KAB Supiori P-KAB Keuangan PPK FMS Papua Barat PT. Prov. Papua Barat P-KAB Keuangan PK RESPEK PK RESPEK P-KAB Keuangan PT-KAB PK PK P-KAB Raja Ampat PPK PK



Lampiran | 305



Kelompok Pelatihan 9: MEDAN - Hotel Ina Darma Deli, 4 - 15 Maret 2010 No Nama



No Nama



Lembaga/Instansi



16 Agustian



SP2M



2 Atini 3 Mahdi



Lembaga/Instansi PNPM MP - DEPUTI I KORPROV FASKEU Aceh Tengah FASKEU Aceh Timur



17 Jusniati 18 Nurdiana



4 A. Basyir Ajalil



F-KAB Pidie Jaya



19 Mudiarti



5 6 7 8 9 10 11 12



FT-KAB Langkat FT-KAB Nias FT-KAB Toba Samosir FASKEU Tapanuli Tengah FASKEU Nias F-KAB Asahan F-KAB Padang Lawas FASKEU Dharmasraya



20 21 22 23 24 25 26 27



13 Aidil Hasril



FASKEU Pasaman Barat



28 M. Rezeki Sitorus



F-KAB Pelalawan F-KAB Hulu F-KAB Kuantan Senggigi F-KAB Anambas FMS P2DTK Nias Selatan P2DTK Aceh P2DTK Aceh P2DTK Aceh P2DTK Aceh P2DTK Aceh P2DTK Sumatera Utara



14 Yendi Syofyan



FT-KAB Lima Puluh



29



15 Yani Ira Nofa



FT-KAB Riau



1 Muhammad Ismail



Tahsin Tanjung Royot Sianturi Benri Simanjorang Jamaluddin Parulian Harahap Legiman Sudi Martua Rangkuti Abdul latief



Imral Martunus Yunarlis. Ar Suyanto Ardabili Azali Fuazi Sepminboy M. Saifal Adjie Ferizal



Hj. Netty Herawati Ditjen PMD - PNS BSC.Sip.Msi Ir. Sondang Hutagalung 30 Ditjen PMD - PNS M.Si



Kelompok Pelatihan 10: MEDAN - Hotel Ina Darma Deli, 4 - 15 Maret 2010 No 1 2 3 4



Nama Fernand Yose Asmon Rialdi Feri Irawan Hardi Wilson



Lembaga/Instansi FASKEU Padang Pariaman FASKEU Tanah Datar F-KAB Mentawai F-KAB Solok Selatan



No 16 17 18 19



5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Erizon Darfison Fazly Umar P Fauzan Mesra Desri Z Siregar Titi Karsita Lingga Darman Budi Agustina Sinaga Faisal Arsofyano Samsono Mulkan Ilzan



F-KAB Sawah Lunto FASKEU Pasaman FT-KAB Pesisir Selatan FT-KAB Padang Pariaman FASKEU Samosir P2DTK Nias FASKEU Tapanuli Selatan F-KAB Simalungun FT-KAB Dairi FT-KAB Karo FT-KAB Deli Serdang



20 21 22 23 24 25 26 27 28 29



306



Nama Fa'aso Donald Sigalingging A. hamid Syarial Fardi



Lembaga/Instansi F-KAB Nias Selatan FT-KAB Tapanuli Utara F-KAB Aceh Tamiang F-KAB Aceh Barat Daya Saiful Akbar FT-KAB Bener Meria Karyadi Chandra P2DTK NAD Nuzurwan P2DTK NAD Adrianto FASKEU Inhu Minsarwedi Situmeang FMS Zulkani F-KAB Riau Didik Heru S FASKEU Kampar Alfiandri F-KAB Natuna Zaenal Abidin Ditjen PMD - PNS Dewi Ditjen PMD - PNS



Kelompok Pelatihan 11: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 11 - 22 Januari 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16



Nama Yulian Yusma M. Nur Rizal Abdul Haris Effendi Libra Firdaus Ardianto Alex Gatmir Sudirman Hafidz Zulkarnain Nasrulah Umrah Fathoni Chandra Christalisana Edi Sasongko Ucu Mujiono Ade Masyhudi Pudji Wiriaatmadja Dedi Laksana



Lembaga/Instansi No Nama F-KAB Bungo 17 Erning Yuniarso F-KAB Bengkulu Utara 18 Iim Khotimah F-KAB Bengkulu Tengah 19 Tri Hastuti .S FMS Prov. Sum. Selatan 20 Atty Ismayanti SP2M Prov. Sum. Selatan 21 Irham ST FASKEU OKU Selatan 22 Fakhrul Rizal FT-KAB Banyuasin 23 Iwan Supardi F-KAB Waykanan 24 Imanul Huda FT-KAB Lampung Selatan 25 Erna Suryani FT-KAB Lampung Barat 26 Eko Hari Purwanto FT-KAB Tangerang 27 M. R. Imam Subarkah FMS Prov. Banteng 28 Zaynah Amini FASKEU Bogor 29 M. Henderi Brianadi FASKEU Bekasi 30 Sumarni Heman FT-KAB Sumedang 31 Rahmania Lufitasari FT-KAB Garut 32 Rieke Rakhmawati



Lembaga/Instansi F-KAB Karawang F-KAB Majalengka FASKEU Bandung FASKEU Sumedang F-KAB Rejang Lebong SPTR SPTR FT-KAB Landak F-KAB Ketapang FMS Prov. Kal. Barat FT-KAB Paser F-KAB Kartanegara F-KAB Tapin FT-KAB Balangan SPTR Prov. Kal. Selatan PNS PNS



Kelompok Pelatihan 12: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 11 - 22 Januari 2010 No Nama



Lembaga/Instansi



No Nama



Lembaga/Instansi



1 Eva Sari Kemala



FT-KAB Bangka Tengah



14 Erika Amsyah



FT-KAB Kubu Raya



2 Joni Suhendri



SP2M Prov. Jambi



15 Syaifurrachman



FT-KAB Banjar



3 M. Taufik Usman



FASKEU Jambi



16 Agus Nugroho



4 Khoirun Nisak



FMS Prov. Bengkulu



17 Kurnaini Praptoto



F-KAB Panajem Paser Utara SPTR Prov. Kal. Timur



5 Suryadi



F-KAB Bengkulu Selatang



18 Syahrul Hakim



FMS Prov. Banten



6 Syamsunir



SP2M Prov. Bengkulu



19 Bambang P. Rahardjo FT-KAB Bandung



7 Adenan Gani



F-KAB Sumatera Selatang



20 Jati Nohanto



8 Dwi Hartadi



FASKEU Prov. Sum. Selatan 21 Arsyad Abdullah



9 Bambang Hargo Irawan 10 Kundrat



FMS Prov. Lampung



22 Wawan Priatna



P2DTK Jakarta



F-KAB Lampung Timur



23 Widodo Agustanto



P2DTK Jakarta



11 Hendy



F-KAB Way Kanan



24 Dedy Arie K.



DITJEN PMD



12 Abang Amirullah



FT-KAB Bengkayang



25 Mekri Yulianto



DITJEN PMD



13 Rahmat Hidayat



FT-KAB Pontianak



26 Moch. Arian I.G



DITJEN PMD



FT-KAB Purwakarta P2DTK Jakarta



Lampiran | 307



Kelompok Pelatihan 13: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 15 - 25 Februari 2010 No 1 2 3



Nama Andy Medrianto Aprilmi Mohammad Nasir



4 5 6 7 8



Albertus Agus Wahyudi Niron Norbert Sitinjak Rahmatullah Abdul Gani Engkom Komariah



Lembaga/Instansi No Nama FT Bangka Tengah 15 Siti Rohana F-KAB Bungo 16 Asep Ahmad Sopiyudin F-KAB Tanjung Jabung 17 Apip Ruskandar Barat Partawisastra FASKEU Tanggamus 18 Aan Yuhanah FK Lampung 19 Jajat Zakariya F-KAB Kaur 20 Abdal Matin F-KAB Seluma 21 Ir. Agus Salim FASKEU Tanggerang 22 Hairul Adnan



9 10 11 12



Erna Setriana Salimugni Ichsan Sumitra Yuti Indrawati Rudy Rosdiana



F-KAB Garut FT-KAB Ciamis FASKEU Kuningan F-KAB Bandung Barat



23 24 25 26



FASKEU Pandeglang F-KAB Purwakarta



27 Nurlita Hayati



13 Muliadiy Bonar Ucok 14 Ir. Dedi Kusnadi



Siti Norhaidaniah Hamdan Suhartian Herru Heryanto



Lembaga/Instansi F-KAB Bogor F-KAB Indramayu F-KAB Bandung FASKEU Karawang FASKEU Ciamis FASKEU Garut F-KAB Cianjur F-KAB Hulu Sungai Selatang F-KAB Balangan F-KAB Landak F-KAB Pontianak P2DTK LAMPUNG PDT JAKARTA



Kelompok Pelatihan 14: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 14 - 25 Februari2010 No Nama 1 Kriswanthoro Bayu Triyoga, SP. 2 Ir. Herry Tripriono 3 Ngatino Hadi, SE. 4 Siti Aisyah 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16



Lembaga/Instansi F-KAB Pemalang



FT-KAB Klateng FASKEU Sragen FASKEU Banjar Negara Triono, Ir. F-KAB Tegal Nurcahyo, Ir. F-KAB Banyumas M. Mujadid, S.Tp. F-KAB Purbalingga Apriyanto Kornia Adi, S.Tp. F-KEC Karangnongko, Klaten EP. Utomo, Ir. FT-KAB Wonosobo Bambang Irianto, Ir. FT-KAB Temanggung Ninis Senirah, Ir. FT-KAB Semarang Nur Suhartoyo, Ir. FT-KAB Kendal Danuri Setyawan, S.Pt. PNS Jogjakarta Havik Martoyo FASKEU Magelang Agus Maharia Yudhantara, FT-KAB Pekalongan Ir. Suwito Utomo, Ir FT-KAB Boyolali



308



No Nama 17 Hendri Agus Supriyanto, SE. 18 Sulistyo Adi 19 Jodelin Muninggar, dr. 20 Ernis Sanja Bernia, A.Md.



Lembaga/Instansi ASST. F-KAB Kendal



21 22 23 24



Balai PMD-Yogyakarta Balai PMD-Yogyakarta PMD Jakarta PMD Jakarta



25 26 27 28 29 30 31



R. Rachmawati, SIP. Sulistiyarini, A.Md. Agung Wijanarko Aurora Josephine Julianti, S.Sos Agustine Ekasintha Farid Wahyulie Puryani Rohana Yakup Ros Siana Yulian A. Siram Nursaluddin



F-KAB Brebes Dosen FIK-UKSW Balai PMD-Yogyakarta



FT-KAB Waringin Barat FT-KAB Waringin Timur FT-KAB Barito Utara FASKEU Kota KOTIM F-KAB Barito Utara F-KAB kota Gunung Mas DTK Katingan



Kelompok Pelatihan 15: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 4 - 15 Maret 2010 No 1 2 3 4 5



Nama Afif Nur Hamidah Agung Tri HT Agus Edi Irianto Alif Riwidya Anis Yudyawati



No 17 18 19 20 21



6 7



Lembaga/Instansi FT-KAB Gresik FT-KAB Pamekasan FT-KAB Banyuwangi FT-KAB Sumenep ASST. SPTR Jawa Timur Arif Suhardiman FASKEU kediri I Made Tangkas Wirawan F-KAB Karangasem



8 9 10 11



Kunang Dana Saputra Moefid Magfoedin Mokhamad Hendri Putro Purwono Raharjo



24 25 26 27



12 Sukoco 13 Gerson Djodi Trio Jatmiko 14 Asteria Heny Widayati 15 Hiltudi Wienda Setyamaharani 16 Serafin Maria Sri Cahyaningsih



F-KAB Tulungagung SP2M Jawa Timur F-KAB Madiun FT-KAB Jombang FT-KAB Probolinggo LSM Banyuwangi



Nama I Putu Sutarka I Wayan Merta Jiwa I Wayan Rigunawan I Wayan Sukanurija Ketut Hermawan



22 Putu Panji Arta 23 Rademan Susilo Kusribowo Gamal M. Tayeb Abdul Hakim Languha Antonius Ambar Bawono 28 Hengki F. Mattan 29 Markus Iwan



FT-KAB Gunung Kidul 30 Didik Yulianto FT-KAB Gunung Kidul 31 Ricky A. Nggili



Lembaga/Instansi SP2M Bali F-KAB Jembrana FMS Bali FT-KAB Badung FASKEU Buleleng FT-KAB Buleleng SPTR Kalimantan Tengah FMS Kalimantan Tengah F-KAB Murung Jaya P2DTK Kalteng PDT Jakarta LSM SRMI LSM SRMI MCFS Jawa Tengah Bina Darma TC Salatiga



FT-KAB Gunung Kidul



Kelompok Pelatihan 16: MALANG - Regent Park Hotel, 4 - 15 Maret 2010 No 1 2 3 4 5 6



Nama Choiriyah Puji Lestari Choirul Anam Eko Dermawan Erastus Dana Susanta Fatchur Rochman Ferdy Mulyawan



Lembaga/Instansi FASKEU Mojokerto FT-KAB Lamongan F-KAB Bondowoso F-KAB Ponorogo FT-KAB Tulungagung PDT



No 14 15 16 17 18 19



Nama I Gusti Putu Sarjana I Made Adi Parmadi I Wayan Kartika I Ketut Suardana Ketut Suketama Lukman Taufik



7 8 9 10 11 12 13



Hannatun Ikhtiyariyah Hari Nugroho Khoirul Anam Moh. Thamrin Bey Nur Mahmudi Prima Parisade Ratna Paramita



FASKEU F-KAB Nganjuk FT-KAB Ngawi FASKEU F-KAB Jombang FASKEU FT-KAB Bangkalan



20 21 22 23 24 25



M. Marjan Nur M. Mawardi Nanang Legowo Supardi Rahmiati A. Tamma Deddy Purwantoro



Lembaga/Instansi F-KAB Bangli F-KAB FT-KAB FT KAB Bangli F-KAB Buleleng SPTR Nusa Tenggara Barat FASKEU Sumbawa Barat FT-KAB Lombok Utara F-KAB Lombok Tengah FASKEU Lombok Timur FT-KAB Polewali Mandar SPTR Maluku Utara



Lampiran | 309



Kelompok Pelatihan 17: MAKASSAR - Hotel Grand Wisata, 15 - 25 Februari 2010 No Nama 1 Andi Apriyani 2 Andi Ratna 3 4 5 6 7 8 9 10



Dafid Rahmatiah Abdul Halik Zulkifli Ammas B. Sima Hasbir Hawid Muhammad Allim Rusniah Romai



11



Abdul Wahidul Kahhar Andi Mabbiritta Mardiana M. Nur Taqwa Nurbayah



12 13 14 15



Lembaga/Instansi FT-KEC Cendrana Maros F-KEC Bontamanai Selayar F-KAB FASKEU Takajar FT-KAB Gowa F-KAB Enrekang F-KAB Sopeng F-KAB F-KAB F-KAB Sidrap



No Nama 16 Sri Meiriany Rusly 17 Judy Rahardjo



Lembaga/Instansi YLP2EM Sulawesi Selatan YLK Sulawesi Selatan



18 19 20 21 22 23 24 25



A. Awaluddin Haris Muhammad Tamrin Nasrahyanti Anshari Laudi Ari Zuhairin Z. Seblun Tiwery



FT-KAB Gowa



26



Sidik Purnomo



F-KAB Mamasa FASKEU Polewali Mandar F-KAB Majene F-KAB Mamuju FASKEU Sulawesi Barat F-KAB Muna F-KAB Bombana F-KAB Seram Bagian Barat P2DTK Maluku



FT-KAB F-KEC Lamsi Timur FT-KAB Luwu Timur F-KEC



27 28 29 30



Ibrahim Agam Budiono Zamroni Ir. Adnand Setiono



F-KAB Lumajang FT-KAB Pacitan F-KAB Situbondo FT-KAB Jember



Kelompok Pelatihan 18: MANADO - Hotel Santika, 14 - 25 Februari 2010 No 1 2 3 4 5 6



Nama M.Lubis Lancara Syarifuddin Hadisusanto Hasbin Heandly Mangkali Abdul Razak



7 Carol Sumilat 8 Maxi Alouw



Lembaga/Instansi FT-KAB Poso PNPM DTK/P2DTK PNPM DTK/P2DTK PNPM DTK/P2DTK PNPM DTK/P2DTK PNPM DTK/P2DTK



F-KEC Tombulu Minahasa F-KAB Bolaang Mongondow 9 Feronica Longdong FT-KEC Likupang 10 Meyti J.Lumolos FASKEU Minahasa 11 Ramon D.Lakadjo F-KAB Bolaang Mongondow 12 Moody B.Bella FASKEU Minahasa Selatan 13 Riske Keintjem FT-KAB Minahasa Utara 14 Juldus Paus UNIMA 15 Reiny H.M.Pesoth UNSRAT



310



No 16 17 18 19 20 21



Nama Sony Susanto Siswan Ahudulu Erris Kusmiran Risno Ibrahim Sukirman Zainuddin Gledis Sangian



22 Salim Ahmad 23 Julianus Sadja



Lembaga/Instansi FASKEU F-KEC Atinggola F-KEC Batudaa FASKEU Gorontalo FT-KAB Halmahera Utara FT-KAB Halmahera Tengah F-KAB Kepulauan F-KAB Halmahera Timur



24 Siti M. R. Adam F-KEC Kayoa Selatan 25 Nadar Sj.Albaar PNPM DTK/P2DTK 26 Mochammad Nauvall PNPM DTK/P2DTK 27 28 29 30



Alwi Yudin Davy Gessal Yusman Jabir Moch.Anwar Haryono



PNPM DTK/P2DTK PNPM DTK/P2DTK PNPM DTK/P2DTK F-KAB Magetan



Kelompok Pelatihan 19: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 5 - 15 February 2010 No Nama 1 Abdul Hadi 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16



Lembaga/Instansi No Nama PT-KEC Jaya Wijaya, 17 Zulkarnain Kab. Wamena Elsina Burdam P-KEU Nabire 18 Jeffri Kareth Antonius Noe F-KAB Asmat 19 Petrus Sabubun Avilla Joan Pangkali P-KAB Jayapura 20 Yuddy Sahetapy Dikson Manolang P-KAB Pegunungan Bintang 21 Yuliana Palulun Hari Untoro MCFS 22 Sodikin Hilarius Gedi P-KEU Jayapura 23 Dwi hadi Prayitno Ignatius Bhoka FT-KAB Keerom 24 Pradnya Kusala Marnes T. Allo P-KAB Puncak, Nabire 25 Susiyanto Yitnosumarto Nani Rahayu P-KAB 26 Hageng Priyono Paryono P-KAB Jayapura 27 Panudi Rudolf Merahabia ASST. SP2M 28 Pratomo Adi Samnai Rifai P-KAB Paniai 29 Riyanto Sigit Santi E. Situmorang P-KAB Jayapura 30 Suyana Yance L T Renyaan P-KAB Merauke 31 Idee Sasongko Josep Jeujanan P-KAB Mambramo



Lembaga/Instansi PT-KAB Palembang P-KAB Sorong Selatan F-KAB Manokwari PK Fak-Fak Timur F-KAB Teluk Bintuni F-KAB Teluk Wondama PT SMIS PAPUA Koord. Pemb. Teknik F-KAB F-KAB Kendal FT-KAB Demak FT-KAB Purworejo F-KAB Karanganyar FT-KAB Jogjakarta



Kelompok Pelatihan 20 JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 15 - 25 February 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12



Nama Winardi Dwi Jadmiko Romulo Marpaung Syamsul Bahri Abdullah Sadjad Nofil Ardi



Fartigo Farydhan Yessy Octaria Ony Wahyudi Taufik Nurwawi Nurahwati Dwi Rahmanto Endrawan Kanthi Wibowo 13 Daud M. C. Noya



Lembaga/Instansi F-KAB Bangka Barat F-KAB Bangka Barat F-KAB Sarolangun F-KAB Tebo FASKEU Lampung Selatang F-KAB Waykanan FT-KAB Kalinda F-KAB Rejanglebong F-KAB Kepahyang FASKEU OKU Timur F-Kec. Malimpin Lebak FT-KAB Majalengka



No 14 15 16 17 18



Nama Uun Untamiharja Achmad Yusuf Hadian Supriatna, SP Nunu Sanusi Risfandi



Lembaga/Instansi F-KAB Tasikmalaya F-KAB Subang F-KAB Sumedang FASKEU Tasikmalaya LSM Telapak BOGOR



19 20 21 22 23 24 25



Ali Hayat Yanuardi Yusril Fakhrian Noor Dwi Astuti Saptarining Wulan Tulus Wahyu Sejati



F-KAB Melawi F-KAB Kalimantan Barat FT-KAB Tapin FASKEU Balangan PDT JAKARTA PNPM PISEW P2DTK LAMPUNG



FT-KAB Indramayu



26 Mulkan



P2DTK BENGKULU



Lampiran |



311



Kelompok Pelatihan 21: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 4 - 15 Maret 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Nama Malla Rantelino Prawoto Sulistiyo Arif Suprapto Kuncoro Sriwibowo Eko Suyanto Abu Muchsin Karnisius Aji Manek Rato Gregorius Muhammad Yusuf Suwardi Abubakar Bobi Rizal Yasir Arafat Yosep Mosa



Lembaga/Instansi Ditjen PMD Ditjen PMD Ditjen PMD PISEW JAKARTA NMC JAKARTA SPTR Jawa Tengah FASKEU NTT FT-KAB Nagakeo ASST. SPTR Sulsel ASST. FMS Sulsel FT-KAB Buton F-KAB Konawe F-KAB Waropen



No 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26



Nama Helena Rosely Anike Way Andry Tanaty Jacobus Bob Nebore Adi Purwanto Adriyanto Anas M. Polem Eman Hermawan Akhmadi Hafid FX Ario Bagus S Sularso Edhie Djatmiko A. Sony Nopian



Lembaga/Instansi FASKEU Manokwari PD Manokwari F-KAB Biak F-KAB Sorong SP2M Prov. Jambi SP2M Prov. Kal. Barat DEPUTY KORPROV ASST. SPTR Jawa Barat FT. Kec Kuningan FASKEU Pekalongan FT Lamandau SPTR Maluku SPTR Maluku



Kelompok Pelatihan: 22 JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 4 - 15 Maret 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



312



Nama Ali Suparno Junardi Sumartin Umar Tanjung Tua Simanjuntak Christian Watimuri Rahman Adam Wolof Sayori Mevy Charles Dominggus Anggi Petrus Lopo Dadang Agus Tri Setiawan Murtodo, SH Joko Wahyudi Susilo



Lembaga/Instansi FT Bengkulu Utara F-KAB Bengkulu Tengah FT Serang F-KAB Banten



No 14 15 16 17



Nama Noor Wina Amas, SP Danial A.S. Christinawati Djoni Absalon Adu



Lembaga/Instansi FK. Sumuturu F-KAB Kolaka SP2M ASST. SPTR NTT



FASKEU Sorong Selatan F-KAB Papua Barat PD MANOKWARI FASKEU NTT



18 19 20 21



Fadhlan Khudori Syaifuddin Roni Budi Sulistyo Fajar Fermi Taruna



SP2M SPTR Jambi ASST. SPTR Semarang Ditjen PMD Jakarta



FK. Molo Utara FT NTT



22 Dadang Septiyanto 23 Yulfisar, S.H.



Ditjen PMD Jakarta PDT



F-KAB Jawa Tengah F-KAB Jawa Tengah FT Jawa Tengah



24 S. Liefyany N 25 Sigit Priyanto 26 Endang Yusnita



PDT PISEW JAKARTA SFMS Kalimantan Barat



Lampiran | 313



314



Lampiran | 315



316



Lampiran | 317



318



Lampiran | 319



320



Lampiran | 321



322



Lampiran | 323