8 0 984 KB
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Mikroorganisme merupakan penyebab berbagai macam penyakit yang telah melanda peradaban manusia selama berabad. Mikroorganisme berkembang biak dalam tubuh manusia sehingga menyebabkan penyakit. Habitat mikroorganisme yang lain adalah di aliran air, danau, sungai, laut dan di dalam setiap gram tanah subur terdapat berjuta-juta mikroorganisme. Berdasarkan ukuran dan sifatnya, mikroorganisme dikategorikan ke dalam empat kelompok yakni virus, bakteri, jamur dan parasite. Bakteri dan jamur yang berkembang dalam tubuh manusia dapat menyebabkan beberapa infeksi. Infeksi ini harus segera diatasi agar tidak berkembang menjadi penyakit yang lebih serius, salah satunya yaitu dengan memberikan
suatu
zat
antibiotik
untuk
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme patogen dalam tubuh manusia. Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain (Agus, 1994). Antibiotik merupakan obat yang sangat penting dan dipakai untuk memberantas berbagai penyakit infeksi, misalnya radang paru-paru, typus, luka-luka berat dan sebagainya, namun, tidak semua jenis mikroba dapat dibunuh oleh suatu antibiotik. Jamur atau fungi merupakan organisme heterofik yang bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit dan dapat juga menyerbu inang yang hidup lalu tumbuh dengan subur disitu sebagai parasit. Sebagai parasit, mereka menimbulkan penyakit pada tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Kematian karena infeksi oleh jamur sangat tinggi. Hal ini boleh jadi disebabkan oleh diagnosis yang terlambat atau karena tidak tersedianya antibiotik-antibiotik nontoksik yang secara medis tepat guna.. Banyak penyakit yang disebabkan oleh jamur, salah satunya dari spesies
1
Candida albicans. Candida merupakan jamur bersel tunggal dan tak berfilamen.
B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pengertian jamur Candida sp dan Aspergillus sp ? 2. Apa sajakah struktur Jamur Candida sp dan Aspergillus sp ? 3. Bagaimana patologi dan gejala klinis Jamur Candida sp dan Aspergillus sp ? 4. Bagaimana epidemiologi Jamur Candida sp dan Aspergillus sp ? 5. Apa sajakah macam-macam spesies Jamur Candida sp dan Aspergillus sp ? 6. Bagaimana penanganan sampel Jamur Candida sp dan Aspergillus sp ?
C. Tujuan 1. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian jamur Candida sp dan Aspergillus sp 2. Agar mahasiswa dapat memahami struktur Jamur Candida sp dan Aspergillus sp 3. Agar mahasiswa dapat memahami patologi dan gejala klinis Jamur Candida sp dan Aspergillus sp 4. Agar mahasiswa dapat memahami epidemiologi Jamur Candida sp dan Aspergillus sp 5. Agar mahasiswa dapat memahami macam-macam spesies Jamur Candida sp dan Aspergillus sp 6. Agar mahasiswa dapat memahami penanganan sampel Jamur Candida sp dan Aspergillus sp
2
BAB II ISI
A. Candida sp 1. Pengertian Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota
Subphylum
: Saccharomycotina
Class
: Saccharomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Family
: Saccharomycetaceae
Genus
: Candida
Spesies
: Candida albicans (C.P. Robin) Berkhout 1923
Sinonim
: Candida stellatoidea dan Oidium albicans
Candida termasuk golongan ragi yang menyerupai ragi (khamir dan yang menyerupai khamir) atau disebut yeast dan yeast-likes, berdasarkan morfologinya. Didalam toksonomi maka golongan ini ternyata meliputi Ascomycota dan Deuteromycota, karena beberapa spesies Candida ternyata membentuk spora seksual yang berupa askospora. Untuk spesies-spesies tersebut dikenal bentuk aseksual dan bentuk seksualnya, misalnya Candida parapsilosis merupakan bentuk aseksual sedangkan bentuk seksualnya ialah Lodderomyces clongisporus. Berdasarkan bentuk-bentuk jamur tersebut maka dikatakan bahwa Candida mempunyai ragi (yeast-like), untuk membedakannya dari jamur yang hanya membentuk blastospora, misalnya Saccharomuces atau Cryptococcus. Candida tidak membentuk simpai dan tidak berpigmen. Spesies Candida pada umumnya tidak membentuk askospora pada medium miskin, misalnya kentang atau wortel yang telah dimasak dalam autoklaf. Candida mudah tumbuh pada medium dengan variasi pH yang luas. Spesies-spesies Candida dapat dibedakan berdsarkan kemampuan
3
fermentasi dan asimilasi terhadap larutan glukosa, maltose, sakarosa, galaktosa dan laktosa.
2. Struktur Jamur Candida sp a. Struktur Fisik Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan melindungi sel ragi dari lingkungannya. Candida albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. Komposisi primer terdiri dari glukan, manan dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2-30 % dari berat kering dinding sel, ß-1,3-D-glukan dan ß–1,6-D-glukan sekitar 47-60 %, khitin sekitar 0,6-9 %, protein 6-25 % dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium, komponen-komponen ini menunjukkan proporsi yang serupa tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi. Dinding sel Candida albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda. Membran sel Candida albicans seperti sel eukariotik lainnya terdiri dari lapisan fosfolipid ganda. Membran protein ini memiliki aktifitas enzim seperti manan sintase, khitin sintase, glukan sintase, ATPase dan protein yang mentransport fosfat. Terdapatnya membran sterol pada dinding sel memegang peranan penting sebagai target antimikotik dan kemungkinan merupakan tempat bekerjanya enzimenzim yang berperan dalam sintesis dinding sel. Mitokondria pada Candida
albicans
merupakan
pembangkit
daya
sel.
Dengan
menggunakan energi yang diperoleh dari penggabungan oksigen dengan molekul-molekul makanan, organel ini memproduksi ATP. Seperti halnya pada eukariot lain, nukleus Candida albicans merupakan organel paling menonjol dalam sel. Organ ini dipisahkan
4
dari sitoplasma oleh membran yang terdiri dari 2 lapisan. Semua DNA kromosom disimpan dalam nukleus, terkemas dalam serat-serat kromatin. Isi nukleus berhubungan dengan sitosol melalui pori-pori nucleus. Vakuola berperan dalam sistem pencernaan sel, sebagai tempat penyimpanan lipid dan granula polifosfat. Mikrotubul dan mikrofilamen berada dalam sitoplasma. Pada Candida albicans mikrofilamen berperan penting dalam terbentuknya perpanjangan hifa. b. Struktur Genetik Candida albicans mempunyai genom diploid. Kandungan DNA yang berasal dari sel ragi pada fase stasioner ditemukan mencapai 3,55 µg/108 sel. Ukuran kromosom Candida albicans diperkirakan berkisar antara 0,95-5,7 Mbp. Beberapa metode menggunakan Alternating Field Gel Electrophoresis telah digunakan untuk membedakan strain Candida albicans. Perbedaan strain ini dapat dilihat pada pola pita yang dihasilkan dan metode yang digunakan. Strain yang sama memiliki pola pita kromosom yang sama berdasarkan jumlah dan ukurannya. Steven dkk (1990) mempelajari 17 strain isolat Candida albicans dari kasus kandidosis. Dengan metode elektroforesis, 17 isolat Candida albicans tersebut dikelompokkan menjadi 6 tipe. Adanya variasi dalam jumlah kromosom kemungkinan besar adalah hasil dari chromosome rearrangement yang dapat terjadi akibat delesi, adisi atau variasi dari pasangan yang homolog. Peristiwa ini merupakan hal yang sering terjadi dan merupakan bagian dari daur hidup normal berbagai macam organisme. Hal ini juga seringkali menjadi dasar perubahan sifat fisiologis, serologis maupun virulensi. Pada Candida albicans, frekuensi terjadinya variasi morfologi koloni dilaporkan sekitar 10-2 sampai 10-4 dalam koloni abnormal. Frekuensi meningkat oleh mutagenesis akibat penyinaran UV dosis rendah yang dapat membunuh populasi kurang dari 10%. Terjadinya mutasi dapat dikaitkan dengan perubahan fenotip, berupa perubahan
5
morfologi koloni menjadi putih smooth, gelap smooth, berbentuk bintang, lingkaran, berkerut tidak beraturan, berbentuk seperti topi, berbulu, berbentuk seperti roda, berkerut dan bertekstur lunak.
gambar 2.1 Morfologi Candida albicans Adapun Keterangan dari gambar 2.1 ialah sebagai berikut: 1. Pseudohyphae Pseudohyphae adalah bentuk yang berbeda dan hifa sejati.ketika blastoconidia tetap melekat dalam rantai bulat untuk sel memanjang, sering menyerupai kalung Mutiara, seluruh struktur disebut pseudohphae.massa pseudohphae aalah sebuah pseudomisellium. Jamur membentuk hifa semu (pseudohypha) yang sebenarnya adalah rangkaian blastospora, yang juga dapat bercabang-cabang. Kecuali itu jamur juga dapat membentuk hifa sejati. 2. Chlamydospore Chlamydospore adalah suatu spora khusus yang berdinding tebal dan dibentuk secara aseksul. Chlamydospore adalah sel yang membesar yang terdapat diantara atau diujung pseundohyphae
3. Blastspore Jamur Candida memperbanyak diri dengan membentuk tunas, maka spora jamur disebut blastospora atau sel ragi (sel khamir). 4. Gistachtige cellen 6
3. Patologi dan Gejala Klinis Pada manusia, Candida sering ditemukan dalam mulut orang sehat, tinja, kulit dan di bawah kuku. Bila terdapat faktor predisposisi, yaitu keadaan yang menguntungkan pertumbuhan jamur tersebut, maka Candida dapat
menimbulkan
penyakit
primer
atau
sekunder.
Faktor predisposisi tersebut ialah 1) fisiologik : kehamilan, umur (bayi), siklus menstruasi. 2) non lisiologik : trauma (kerusakan kulit karena pekerjaan, maserasi kulit pada tukang cuci, dan kerusakan mukosa mulut karena tekanan gigi palsu), malnutrisi (delisiensi riboflavin), kelainan endokrin (diabetes melitus, keganasan (karsinoma,leukemia), pengobatan (dengan antibiotik, kortikosteroid, sitostatik dan imunosupresif), keadaan umum yang kurang baik. Candida dapat menimbulkan penyakit yang mendadak atau menahun. Adapun patologi dan gejala klinis ialah sebagai berikut: a. Kulit Jamur ini sering ditemukan sebagai kelainan di sela jari kaki atau tangan dan dikenal sebagai “penyakit kutu air” atau “rangen”. Kelainan ini terutama ditemukan pada mereka yang karena pekerjaan atau
kebiasaan
banyak
berhubungan
dengan
air
atau
yang
menyebabkan daerah kaki tersebut selalu lembab. Gejala yang ditimbulkan ialah rasa gatal dan timbul rada sakit bila terjadi maserasi atau infeksi sekunder oleh kuman. Daerah lain yang sering terkena ialah daerah inguinal. Pada bayi sering sebagai akibat perawatan yang kurang baik dan timbul sebagai kemerahan di bagian kulit yang tertutup popok ("diaper rash"). Pada orang dewasa kandidiasis inguinal sering ditemukan pada wanita dengan infeksi Candida di vagina dan pada mereka yang kurang memperhatikan kebersihan. Gejala utama ialah rasa gatal dan rasa sakit bila terjadi maserasi atau infeksi sekunder oleh kuman. Kandidiasis kulit juga ditemukan di bagian kulit lain terutama di daerah kedai dan
7
sekitar dubur pada anak. Penyakit yang akut memberi gambaran kemerahan di kulit dan pada sela jari sering disertai maserasi. b. Kuku Candida juga dapat menimbulkan infeksi pada kuku. Kelainan ini dapat timbul karena kebersihan yang kurang baik di daerah kuku, terutama di bawah kuku. Candida mudah tertimbun di bawah kuku sebagai akibat garukan dari kulit yang terinfeksi jamur tersebut. Keadaan yang lembab di bawah dan di sekitar kuku, terutama bila terdapat faktor predisposisi, mempermudah terjadinya infeksi Candida di kuku. Keadaan ini sering tidak memberi gejala kecuali bila terjadi paronikia yang menimbulkan fasa sakit. Kuku yang terkena dapat berubah warna, menjadi seperti susu atau yama lain dan rapuh. Kadang-kadang permukaan kuku menimbul dan tidak rata. kelainan ini dapat mengenai satu, beberapa atau seluruh tangan dan kaki. c. Selaput lendir Candida sering ditemukan pada bayi sebagai bercak putih seperti sisa susu di bibir, lidah atau selaput lendir mulut. Keadaan tersebut dapat juga ditemukan pada orang dewasa, terutama pada mereka dengan faktor predisposisi baik kelainan pada bayi maupun pada orang dewasa, sering disertai kelainan lain berupa kandidiasis intestinal dengan gejala perut sering kembung dengan atau tanpa disertai diare. Kandidiasis saluran cerna dapat juga memberi gejala menyerupai sakit lambung, diare atau gangguan lain. Kandidiasis intestinal juga ditemukan pada orang tanpa kelainan di mulut bila terdapat keadaan yang baik untuk pertumbuhan jamur tersebut. Pada bayi penyakit tersebut mudah menimbulkan "diaper rash". Pada wanita Candida sering menimbulkan vaginitis dengan gejala utama fluor albus yang sering disertai rasa gatal. Kandidiasis vagina
dapat
juga
tanpa
gejala
gatal
tetapi
keluhan
yang
dikemukakanberupa bertambahnya keputihan bila telah atau sebelum datang haid. Infeksi ini terjadi sebagai akibat tercemar setelah defekasi,
8
tercemar dari kuku atau dari air yang digunakan untuk membersihkan diri, Sebaliknya vaginitis kandida dapat sebagai sumber infeksi di kuku, kulit di sekitar vulva dan bagian lain. Vaginitis kandida juga merupakan salah satu penyakit akibat hubungan seksual ("sexually transmitted disease"). Pada penderita diabetes melitus Candida dapat menimbulkan kelainan berupa sudut mulut yang pecah dan terlihat basah dengan daerah hiperemi disekitarnya ("perleche"). Seringkali timbul kelainan pada kulit, terutama pada lipat paha, ketiak dan di bawah buah dada. Pada selaput lendir saluran napas Candida dapat menimbulkan kelainan setempat yang memberi gejala batuk atau dapat mengadakan infiltrasi ke dalam parenkim paru dan memberi gejala seperti tumor paru atau mirip penyakit infeksi lain. Dari paru atau alat lain Candida dapat menyebar secara hematogen ke alat lain, misalnya ginjal atau jantung. Candida juga dapat menimbulkan kelainan di kandung kencing, terutama pada wanita dan penderita yang menggunakan kateter. Gejala yang ditimbulkan dapat menyerupai sistitis bakterialis, yaitu rasa sakit di daerah kandung kencing, rasa sakit atau panas waktu kencing dan air seni keruh. Keadaan ini dapat disertai kningkatan suhu badan.
4. Epidemiologi Kandidiasis atau akndidosis ialah penyakit jamur yang mengenai kulit, kuku, selaput lendir dan alat dalam dan disebabkan oleh Candida. Candida ditemukan sebagai saprofit di saluran cerna dan saluran napas. Keadaan ini mudah menimbulkan pencemaran di lingkungan sekitar kita sehingga dengan demikian lingkungan sekitar kita menjadi sumber infeksi. Telah dilaporkan epidemic kandidiasis mulut pada bayi baru lahir karena hal tersebut di atas. Penderita yang dirawat di rumah sakit juga mudah mendapat infeksi nosocomial. Peran Candida sebagai salah satu penyebab
9
infeksi sekunder dan infeksi nosocomial makin menonjol terutama setelah pemakaian antibiotic, kortikosteroid dan sitostatik meningkat.
5. Macam-macam Spesies Candida sp a. Candida albicans
gambar 2.2 Candida albicans 1) Klasifikasi Kerajaan : Fungi Filum
: Ascomycota
Upafilum : Saccharomycotina Kelas
: Saccharomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Family
: Saccharomycetaceae
Genus
: Candida
Spesies
: Candida albicans
2) Morfologi Candida
albicans merupakan
jamur
dimorfik
karena
kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan
bentuk
ini
tergantung pada
faktor eksternal
yang
mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2 - 5 μ x 3 - 6 μ hingga 2 - 5,5 μ x 5 – 28 μ. C. albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5 - 6,5. 10
Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada suhu 28oC – 37oC. C. albicans membutuhkan senyawa karbon
dan
sumber
metabolismenya.
energi
Unsur
organik
sebagai
sumber
untuk pertumbuhan dan proses
karbon
ini
dapat
diperoleh dari
karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob.
Proses
peragian
(fermentasi)
pada C.
albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob. Sedangkan dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat atau
etanol
dan
CO2. Proses
akhir
fermentasi
anaerob menghasilkan persediaan bahan bakar yang diperlukan untuk
proses oksidasi dan pernafasan. Pada proses asimilasi,
karbohidrat maupun
dipakai
sumber
oleh C.
energi
albicans sebagai sumber karbon
untuk
melakukan pertumbuhan sel.
Dinding sel C. albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel dan
melindungi
sel
ragi
dari lingkungannya. C.
albicans
mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. Komposisi primer terdiri dari glukan, manan dan khitin. Dalam bentuk ragi, kecambah dan miselium, komponenkomponen ini menunjukkan proporsi yang serupa tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel ragi. Dinding sel C. albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda. 3) Patogenitas Pada manusia C. albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di bawah kuku orang sehat. C. albicans dapat
11
membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan maupun dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan dengan sifat jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan. C. albicans dianggap spesies terpatogen dan menjadi etiologi terbanyak kandidiasis, tetapi spesies yang lain ada juga yang dapat menyebabkan penyakit bahkan ada yang berakhir fatal. b. Candida tropicalis
gambar 2.3 Candida tropical 1) Klasifikasi Kerajaan : Fungi Filum
: Ascomycota
Upafilum : Saccharomycotina Kelas
: Saccharomycetes
Ordo
: Saccharomycetales
Family
: Saccharomycetaceae
Genus
: Candida
Spesies
: Candida tropicalis
2) Pertumbuhan dan Morfologi C. tropicalis adalah sel vegetatif dengan bentuk dari bulat ke oval mulai dari sekitar 2 - 10 mikrometer. Sebuah cetakan menunjukkan dimorfisme membentuk ragi bersel satu atau yang disebut blastokonidia yang bereproduksi dengan tunas sederhana. Konidia adalah unit aseksual yang dihasilkan oleh tunas tip atau dinding hifa. Konidia adalah sejenis bodi sederhana dan uniseluler
12
yang bisa berbentuk sel multiseluler dengan berbagai bentuk, ukuran, dan warna. Microconidia digunakan untuk merujuk pada konidia kecil dan uniseluler sedangkan makroconidia mengacu pada konidia besar dan multiselular. Ada media yang berbeda dimana C. tropicalis dapat tumbuh dengan efektif. Media umum yang digunakan adalah agar Sabouraud yang mengandung pepton dan gula. Ini cukup untuk mengidentifikasi spesies tetapi dengan kerugian dalam mempromosikan pertumbuhan miselium dan menekan pembentukan konidia. Media lain yang biasa digunakan adalah
agar tepung jagung
yang berguna
dalam
menginduksi pembentukan konidia. Kentang-glukosa, wortel kentang, jus tomat , lima kacang dan lainnya juga merupakan jenis media yang digunakan untuk pertumbuhan. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah antara 25-35°C (77-95° F) dan pertumbuhan meningkat jika gula atau lemak ditambahkan dalam media. Koloni C. tropicalis berwarna putih, halus dan butyrous dengan batas yang berbingkai. 3) Patogenitas Di negara tropis, C. tropicalis adalah salah satu penjajah dan patogen yang paling umum yang menyebabkan penyakit manusia, terutama ditemukan pada kulit manusia, di saluran cerna dan juga di saluran genitourinari perempuan. Hal ini dapat ditularkan antara petugas layanan kesehatan dan pasien, terutama di lingkungan seperti rumah sakit. C. tropicalis dapat bertahan hingga 24 jam sehingga ditransmisikan silang ke tangan kedua dengan probabilitas 69% dan ke tangan ketiga dengan probabilitas 38%. Ini adalah penyebab yang menyebabkan kira-kira setengah dari infeksi candida di luar permukaan. C. tropicalis adalah spesies candida kedua yang paling ganas yang dapat secara signifikan mempengaruhi penyebaran melalui host sistem kekebalan yang lemah dan dapat menempati saluran pencernaan dalam waktu 30 menit setelah inokulasi, semua ini menghasilkan peningkatan mortalitas. Dampak kandidiasis, infeksi
13
yang disebabkan oleh C. tropicalis, telah meningkat secara global. C. tropicalis bersifat virulen karena kemampuannya memproduksi biofilm, mensekresikan enzim litik, menempel pada sel epitel dan endotel, dan menjalani transisi kuncup menjadi hifa. Biofilm adalah struktur
kompleks
yang
terbentuk
dari
pengelompokan
mikroorganisme pada permukaan lokal, baik biotik atau abiotik, bergantung pada kemampuan adhesi seluler terhadap substrat. c. Candida krusei
gambar 2.4 Candida krusei d. Candida pseudotropicalis
gambar 2.5 Candida pseudotropicalis e. Candida parapsilosis
gambar 2.6 Candida parapsilosis
14
f. Candida guillermondii
gambar 2.7 Candida guillermondii g. Sifat Khusus 1. C. Albicans Dianggap spesies terpatogen dan menjadi penyebab utama kandidiasis. Jamur ini tidak terdapat di alam bebas, tetapi dapat tumbuh sebagai saproba pada berbagai alat tubuh manusia, misalnya rongga usus. Pada medium tertentu, di antaranya agar tepung jagung (corn-meal agar) atau agar tajin (rice-cream agar) atau agar dengan 0,1 % glukosa, ditambah dengan 1 % Tween 80, terbentuk klamidospora terminal berdinding tebal, dengan garis tengah 8-12 u, dalam waktu 24-36 jam. Jamur tumbuh sebagai kelompokkelompok blastospora yang dirangkaikan oleh hifa semu. Pada medium agar eosin-metilen-biru (eosine-methylene-blue agar) dengan suasana CO2 tinggi terbentuk pertumbuhan khas menyerupai kaki laba-laba atau pohon cemara dalam waktu 24-48 jam. 2. C. stellatoidea Beberapa ahli menganggap spesies ini sebagai varian C. albicans. C. stellatoidea banyak ditemukan di dalam vagina, tidak selalu dapat dianggap sebagai penyebab vaginitis. C. stellatoidea dianggap tidak virulen untuk binatang percobaan. Pada agar tepung jagung dengan 1 % Tween 80 dapat dibentuk klamidospora dalam jumlah kecil. Pertumbuhan koloni jamur pada agar darah berbentuk bintang, menjadi dasar pemberian nama spesies ini.
15
3. C. tropicalis Jamur dapat diisolasikan dari tinja manusia dan juga dari udang. Jamur ini dapat menimbulkan kelainan pada binatang bila disuntikkan dalam jumlah besar. Pada medium agar tepung jagung dengan 1 % Tween 80 dapat dibentuk klamidospora yang berdinding tipis. 4. C. pseudotropicalis Jamur banyak ditemukan pada kasus dengan kelainan kuku, paru dan terdapat juga dalam berbagai hasil susu. Pada agar dengan 0,1 % glukosa, cara identifikasi yang dikemukakan oleh Joshi. C. pseudotropicalis membentuk blastospora seperti bata, sehingga mudah dibedakan dari spesies lain. Siklus seksual jamur ini membentuk askospora dan disebut Kluiveromyces fragilis. 5. C. krusei Telah sering diisolasikan dari tinja anak dengan diare, tanpa dapat dipastikan sebagai penyebab gejala tersebut. Spesies itu juga ditemukan pada penderita dengan infeksi sistemik. Pada binatang, jamur ini diisolasikan dari kulit dan tinja, serta berbagai hasil susu. C. krusei membentuk koloni yang kering pada medium padat, sedang pada medium cair, misalnya kaldu Sabouraud, dibentuk selaput tipis pada permukaan cairan. Tunas berbentuk lonjong sehingga mudah dikenali. Pichia kudriavezii adalah bentuk seksual C. krusei. 6. C. parapsilosis Spesies ini telah beberapa kali diisolasikan dari darah penderita dengan endokarditis, bahan kuku, tinja dan kulit normal. Pada agar tepung jagung dengan 1 % Tween 80 dan agar dengan 0,1 % glukosa, dibentuk hifa dengan percabangan panjang-panjang dan banyak. Lodderomyces elongisporum dianggap stadium seksual C. parapsilosis.
16
7. C. guilliermondii Jamur ini sangat mirip dengan C. parapsilosis dan dianggap bentuk aseksual Pichia guilliermondii.
6. Penanganan Sampel Bahan yang diperiksa bergantung pada kelainan yang ada. Bahan itu dapat berupa kerokan kulit, kuku, dahak atu sputum, sekret bronkus, urin, tinja, jaringan ,usap mulut, usap vagina,darah, dan lain lain. Cara mendapatkan bahan klins harus diusahakan sesteril mugkin, ditempatkan dalam suatu tempat yang steril untuk mencegah pencemaran jamur dari udara. a. Pengambilan bahan kulit kerokan atau tempelan: Bagian dengan lesi dibersihkan dengan kapas dan 70% untuk menghilangkan kotoran dan lain-lain. 1) Dengan kerokan: kulit dikerok dengan pisau (skalpel) dengan sudut 300 Kerokan kulit ditampung dalam cawan petri yang steril. Bila akan dikirimkan maka kerokan dapat dimasukkan sepotong kertas bersih atau sepotong plastik yang lalu dilipat dan direkat. 2) Dengan tempelan: Cara ini dilakukan bila lesi kecil, atau Terletak pada suatu tempat yang sukar dikerok, juga pada anak kecil yang takut melihat pisau. Sepotong Scotch tape dilekatkan pada yang akan diperiksa. Potongan ini dapat langsung dilekatkan pada sebuah gelas sediaan atau pada sepotong plastik bila akan dikirimkan. Potongan tape dapat diperiksa langsung atau dipulas untuk disimpan. b. Pengambilan bahan kuku: bahan yang dapat diperiksa berupa guntingan kuku, kerokan kuku dan korekan di bawahnya. Bila permukaan sangat keras maka dapat dibuatkan lubang kecil
dengan
bor gigi. Bila ada paronikia maka diambil bahan sekitar kuku. c. Bahan usap: usap mulut, usap telinga, usap vagina dan sebagainya. Alat yang dipakai berupa lidi berkapas yang steril. Usapan dilakukan
17
seluas mungkin, dan pada pengambilan usap
vagina dipergunakan
spekulum atau secara manual. Setelah diambil, usapan lidi berkapas dimasukkan ke dalam
tabung steril. Di dalam tabung
dimasukkan sedikit air
untuk mencegah
kering. Bila akan dibuat sediaan sebelum bahan
dapat
bahan usapan menjadi
sebaiknya
sediaan
ini
dibuat
usapan diberi air
d. Pengambilan urin : pada wanita urin dengan kateter, sedang diambil pada pria cukup bagian tengah, dengan membuang bagian pertama dan terakhir.
Pengambilan
urin
langsung
dari
kandung
kencing
memberikan bahan lebih baik, tetapi cara ini lebih berbahaya dan sakit. e. Dahak: dahak yang akan diperiksa dikeluarkan setelah berkumur untuk menghilangkan kotoran yang ada di dalam mulut. Untuk kumur sebaiknya dipergunakan air matang. Dahak sebaiknya yang benarbenar dibatukkan,supaya lebih pasti bahan yang keluar berasal dari paru,Dahak harus ditampung di dalam alat yang steril. Pemeriksaan dahak sebaiknya dilakukan sedikitnya 3 x berturut-turut, untuk memberikan penilaian sebaiknya f. Jaringan: dapat diperoleh dengan biopsi, operasi atau otopsi. Bahan klinis lainnya, misalnya darah, sekret bronkus dan sebagainya diperoleh secara lazim dilakukan dengan memperhatikan sterilitas. Bahan klinis yang akan dipergunakan untuk pemeriksaan mikologi janganlah diberi pengawet, karena bila diperlukan untuk biakan maka jamur masih akan dapat tumbuh. Untuk penyimpanan bahan hendaknya dipakai suhu rendah,bila mungkin 200 C g. Pemeriksaan Langsung 1) Basah: a) Bahan yang encer, misalnya dahak, sekret bronkus atau cairan serebrospinalis, langsung diteteskan pada gelas sediaan, dan diperiksa dengan mikroskop. Dahak yang kental dapat diencerkan dengan setetes larutan 10% KOH.
18
endapan urin: Gelas sediaan dapat langsung diteteskan pada tinja diberi air sedikit atau setetes larutan 10% KOH. b) Bahan usapan: dibasahkan ke dalam larutan garam faal diteteskan pada gelas sediaan c) Bahan padat: Berupa kerokan kulit, kuku atau jaringan diberi setetes larutan 10% KOH untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepat proses dapat dipanaskan di bawah lampu atau di atas nyala api. d) Potongan tape langsung: Dilekatkan pada gelas sediaan dapat diberi setetes larutan 10% KOH di antara tape dan gelas sediaan Sediaan basah diberi gelas tutup dan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 atau bila perlu 10x45 2) Pulasan: Dibuat sediaan usap tipis dari bahan encer atau bahan usapan yang dapat dipulas dengan berbagai macam cara misalnya Gram stain, Gomori-methenamin-silver stain (GMS). Periodic Acid Schiff stain (PAS) dan lainnya. Pada pemeriksaan langsung candida terlihat sebagai blastospora atau hifa/hifa semu, atau campuran keduannya
B. Aspergillus sp 1. Pengertian Kingdom
:
Myceteae
Divisi
:
Amastigomycota
Kelas
:
Ascomycetes
Ordo
:
Eurotiales
Famili
:
Euroticeae
Genus
:
Aspergillus
Spesies
:
1. Aspergillus fumigatus 2. Aspergillus flavus 3. Aspergillus clavatus
19
4. Aspergillus nidulans 5. Aspergillus niger 6. Aspergillus oryzae 7. Aspergillus yermus 8. Aspergillus wentii
Aspergillus pertama kali diidentifikasi pada tahun 1729 Aspergillus pertama katalog oleh ahli biologi Italia yaitu P Micheli. Aspergillus adalah genus yang memiliki sekitar 200 spesies. Aspergillus termasuk dalam kelas sekelompok jamur, yang ditemukan di mana-mana di seluruh dunia, Habitat aslinya adalah diatas jerami dan kompos, beberapa spesies menahan misalnya panas. Jamur diidentifikasi di laboratorium dengan struktur dan penampilan mereka. Mereka mungkin muncul sebagai sel tunggal bulat seperti ragi, atau terbuat dari rantai sel yang disebut hifa. Faktor Virulensi : Aspergillus memproduksi: Gliotoxin, Restriction (=18 kDa cytotoxin), Restriction (=18 kDa cytotoxin), Elastase-serine protease, Elastase metalloproteinase, aflatoxin. Koloni Aspergillus biasanya cepat tumbuh, putih, kuning, kuning-coklat, coklat sampai hitam atau nuansa hijau, dan mereka sebagian besar terdiri dari padat dirasakan konidiofor tegak. Ciri-ciri spesifik Aspergillus adalah: (1) Hifa septet dan miselium bercabang, sedangkan hifa yang muncul di atas permukaan umumnya merupakan hifa fertile, (2) Koloni berkelompok, (3) Konidiofora septet atau nonseptat, muncul dari “foot cell” yakni sel miselium yang membengkak dan berdinding tebal, (4) Konidiofora membengkak menjadi vesikel pada ujungnya, membawa sterigmata dimana tumbuh konidia (5) Sterigmata atau fialida biasanya sederhana,berwarna atau tidak berwarna, (6) Beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 37oC atau lebih, (7) Konidia membentuk rantai yang berwarna hijau,coklat atau hitam.
20
2. Struktur Jamur Aspergillus sp a. Aspergillus candidus
gambar 2.8 Aspergillus candidus. Konidiofor dan konidia. a. Kepala konidia berukuran kecil. b. Kepala konidia yang umum. c. Konidiofor. d. Versikel. E. Metule. F.Fialid. g. Konidia Koloni tumbuh agak lambat pada medium Czapek’s Dox, dan mecapai diameter 1,0-1,5 cm dalam 7 hari. Koloni umumnya tipis dengan sedikit miselia aerial yang tercampur dengan konidiofor yang muncul dari miselia yang ada di permukaan agar atau dari miselia aerial. Kepala konidia putih,kemudian menjadi krem,dan agak basah pada koloni yang masih segar. Stipe dari konidiofor berwarna hialin hingga agak kuning,dan berdinding haus. Kepala konidia seringkali ada yang kecil. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat, dan berdiameter 10-50 µm. fialid kadang-kadang terbentuk langsung pada vesikula akan tetapi umumnya terbentuk pada metula, dan berukuran (5-8)x(2,5-3,5) µm. metula berukuran (5-8)x(2-3) µm. konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berdiameter 2,5-4,0 µm, berwarna hialin, dan berdinding tipis dan halus. Sclerotia kadang-kadang ada, dan berwarna merah keunguan hingga lutum. Pertumbuhan koloni pada medium MEA lebih cepat dan bersporulasi lebih lebat. b. Aspergillus flavus Link
21
gambar 2.9 Aspergillus flavus. A. Kepala biseriate dewasa. B. Kepala uniseriate muda. C. Konidiator. D. Vesikel. E. Fialid. F.Konidia Koloni pada medium Czapek’z Dox mencapai diameter 3-5 cm dalam waktu 7 hari, dan berwarna hijau kekuningan Karena lebatnya konidiofor yang terbentuk. Kepala konidia khas berbentuk bulat, kemudian mereka menjadi beberapa kolom, dan berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua kekuningan. Konidiofor berwarna hialin, kasar, dan dapat mencapai panjang 1,0 mm (ada yang sampai 2,5 mm). vesikula berbentuk bulat hingga semibulat, dan berdiameter 25-45 µm. fialid terbentuk langsung pada vesikula atau pada metula, dan berukuran (6-10)x(4,0-5,5) µm. konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berdiameter 3,6µm, hijau pucat, dan berduri. Sclerotia seringkali dibentuk pada koloni yang baru, bervariasi dalam ukuran dan dimensi, dan coklat hingga hitam. Pertumbuhan koloni lebih cepat pada medium MEA.
22
c. Aspergillus fumigatus
gambar 2.10 Aspergillus fumigatus. A. Konidiator. B. Vesikel. C. Fialid. D. Konidia. Koloni pada medium Czapek’s Dox mencapai diameter 3-5 cm dalam waktu 7hari, dan berwarna hijau tua Karena lebatnya konidiofor yang terbentuk dari miselia yang di agar dan juga dari miselium aerial. Kepala konidia khas berbentuk kolumnar. Konidiofor pendek, berdinding halus, dan berwarna hijau (khusus pada atas). Vesikula berbentuk gada yang lebar, dan berdiameter 20-30m µm. fialid terbentuk langsung pada vesikula,seringkali berwarna hijau, dan berdinding kasar kasar hingga berduri. Pertumbuhan koloni lebih cepat dan lebih lebat pada medium MEA. d. Aspergillus ochraceus Wilhelm
gambar 2.11 Aspergillus ochraceus. a. Konidiofor. b. Vesikel. c. Metula. d. Fialid. e. Konidia Koloni pada medium Czapek’s Dox mencapai diameter 2,5-3,5 cm dalam 7 hari, dan terdiri dari lapisan konidiofor yang tebal dan berwarna kuning. Kepala konidia berwarna kuning, bila masih muda berbentuk bulat, kemudian mereka menjadi beberapa kolom yang
23
kompak. Panjang stipe dari konidiofor mencapai 1,5 mm, berwarna kuning hingga coklat pucat dan berdinding kasar. Vesikel berbentuk bulat, berwarna halian, dan berdiameter 35-50 µm. fialid terbentuk pada metula, dan berukuran (7-11)x(2,0-3,5) µm. Metula berukuran (15,0-20,0)x(5,0-6,0)
µm.
konidia
berbentuk
bulat
hingga
semibulat,berdiameter 2,7-3,0 µm,berwarna hialin, dan berdinding sedikit kasar sampai halus. Umumnya sclerotia ada dan semula berwarna putih kemudian menjadi ungu muda hingga merah kecoklatan
(purple),
serta
mempunyai
bentuk
tidak
teratur.
Pertumbuhan koloni pada medium MEA lebih cepat tetapi konidiofor tidak lebat serta pembentukan sclerotia tidak banyak. e. Aspergillus nigervan Tieghem
gambar 2.12 Aspergillus niger. a. Vesikel. b. Metula. c. Fialid. d. Konidia Koloni pada medium Czapek’s Dox mencapai diameter 4-5 cm dalam 7 hari, dan terdiri dari suatu lapisan basal yang kompak berwana coklat tua hingga hitam. Kepala konidia berwarna hitam, berbentuk bulat, dan cenderung mereka menjadi kolom-kolom pada koloni berumur tua. Stipe dari konidiofor berdinding halus, berwarna hialin, tetapi dapat juga kecoklatan. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat, dan berdiameter 50-100 µm. Fialid terbentuk pada metula, dan berukuran (7,0-9,5)x(3-4) µm. Metula berwarna hialin hingga coklat, seringkali bersepta, dan berukuran (15-25)x(4,5-6,0) µm. konidia berbentuk bulat hingga semibulat berukuran 3,5-5,0 µm. konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berukuran 3,5-5,0 µm, 24
berwarna coklat, memiliki ornamentasi berupa tonjolan dan duri-duri yang tidak beraturan. Koloni pada medium MEA lebih tipis tetapi bersporulasi lebat. f. Aspergillus oryzae (ahlburg) Cohn
gambar 2.13 Aspergillus oryzae a. Konidiator. b. Vesikel. c. Metula. d. Fialid. e. Konida Koloni pada medium Czapek’s Dox mecapai diameter 4-5 dalam 7 hari, dan terdiri dari suatu lapisan konidiofor yang panjangpanjang yang berbaur dengan miselia aerial. Kepala konidia berbentuk bulat, berwarna hijau pucat agak kekuningan, dan bila tua menjadi coklat redup. Konidiofor berwarna hialin dengan panjang 4-5 mm, dan umumnya berdinding kasar. Vesikula berbentuk semibulat, dan berdiameter 40-80 µm. Fialid terbentuk langsung pada vesikula berbentuk atau pada metula, dan berukuran (10-15)x(3-5) µm, metula berukuran
(8-12)x(4-5)
µm.
konidia
berbentuk
elips
bila
muda,kemudian menjadi bulat hingga semibulat bila beumur tua,berdiameter 4,5-8,0 µm, berwarna hijau, dan berdinding halus atau sedikit kasar. Pertumbuhan koloni pada medium MEA cepat tetapi tipis.
25
g. Aspergillus tamarii
gambar 2.14 Aspergillus tamarii a. Konidiator. b. Vesikel. c. Metula. d. Fialid. e. Konidia Koloni pada medium Czapek’s Dox mecapai diameter 4-5 cm dalam waktu 7 hari,bersporulasi lebat dan pada awal pertumbuhan membentuk lapisan padat yang terbentuk oleh konidiofor berwarna halin, dan umumnya berdinding kasar yang mecolok. Kepala konidia berbentuk bulat,kemudian merekah menjadi kolom-kolom yang terpisah. Vesikula berbentuk langsung pada vesikula atau pada metula (pada kepala konidia yang besar), dan berukuran (10-15)x(4-8) µm. metula berukuran (7-10)x(4-6) µm. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat,berdiameter 5-6,5(8) µm, berwarna kuning kecoklatan, berornamentasi mencolok berupa tonjolan, serta dinding konidia bagian luar dan bagian dalam dapat terlihat jelas. h. Aspergillus terreus Thom
gambar 2.15 Aspergillus terreus a. Konidiator. b. Vesikel. c. Metula. d. Fialid. e. Konidia
26
Koloni pada medium Czapek’s Dox mecapai diameter 3,5-5,0 cm dalam waktu 7hari, dan terdiri dari suatu lapisan padat yang terbentuk oleh konidiofor berwarna coklat kekuningan yang makin gelap dengan bertambahnya umur koloni. Kepala konidia berwarna coklat kekuningan, tampak kompak, berbentuk kolumnar, dan berukuran (150-500)x (30-50) µm. konidiofor berwarna hialin,dan berdinding halus. Vesikula berbentuk pada metula, dan berukuran (57)x(1,5-2,0) µm. Metula beukuran (5-7)x (2,0-2,5). Konidia berbentuk bulat hingga elips, berdiameter 1,5-2,5 µm,berwarna hialin kuning muda, dan berdinding halus.
3. Patologi dan Gejala Klinis Adapun patologi dan gejala klinis ialah sebagai berikut: 1. Kulit dan kuku : Lihat otomikosis dan onikomikosis 2. Selaput Lendir Infeksi pada sinus maksilaris dan sinus frontalis terjadi karena jamur tersebut yang hidup di rongga hidung tumbuh masuk ke dalam sinus. Pada gambar Roentgen terlihat gumpalan dalam sinus yang merupakan suatu aspergiloma. Gejala yang ditimbulkan menyerupai sinusitis oleh sebab lain. 3. Paru Aspergilosis paru dapat bersifat primer atau sekunder. Penyakit ini terjadi karena terdapat factor predisposisi. Kelainan dapat bersifat setempat dan menimbulkan abses atau sebagai aspergiloma yang menempati rongga sebagai akibat tuberculosis (kaverna)
atau
pembesaran rongga bronkus (bronkiektasis). Bila terjadi pertumbuhan jamur ke dalam dinding rongga, dapat merusak dinding rongga dan pembuluh darah sehingga menimbulkan perdarahan dan memberi gejala batuk darah. Dalam paru spora jamur juga dapat menimbulkan reaksi alergi dan menimbulkan gejala asma. Bila Jamur tumbuh masuk ke
27
dalam jaringan paru, dibentuk zat anti. Keadaan ini dikenal sebagai “allergic bronchopulmonary aspergillosis” 4. Alat dalam lain Dari paru Aspergillus dapat menyebar ke alat dalam lain melalui darah. Hal ini sering terjadi pada penderita leukimia, keganasan lain, transplantasi organ dan pada defisiensi imun (AIDS). Alat dalam yang sering terkena ialah otak, jantung dan ginjal.
4. Epidemiologi Aspergilosis ialah suatu penyakit jamur yang disebabkan oleh Aspergillus sp dan dapat mengenai kulit, kuku, dan alat dalam terutama paru dan otak. Aspergillus terdapat di alam sebagai saprofit. Hampir semua bahan dapat ditumbuhi jamur tersebut. Terutama di daerahtropik dengan kelembaban yang tinggi. Sifat ini memudahkan jamur ini menimbulkan penyakit bila terdapat factor predisposisi.
5. Macam-macam Spesies Aspergillus sp a. Aspergillus candidus
gambar 2.16 Aspergillus candidus Koloni tumbuh agak lambat pada medium Czapek’s Dox, dan mencapai diameter 1,0–1,5 cm dalam 7 hari. Koloni umumnya tipis dengan sedikit miselia aerial yang tercampur dengan konidiofor yang muncul dari miselia yang ada di permukaan agar atau dari miselia aerial. Kepala konidia putih, kemudian menjadi krem, dan agak basah pada koloni yang masih segar. Stipe dari konidiofor berwarna hialin
28
hingga agak kuning, dan berdinding halus. Kepala konidia seringkali ada yang kecil. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat, dan berdiameter 10–15 𝜇m. Fialid kadang-kadang terbentuk langsung pada vesikula akan tetapi umumnya terbentuk pada metula, dan berukuran (5–8)x(2,5–3,5) 𝜇m. Metula berukuran (5–8)x(2–3) 𝜇m. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berdiameter 2,5–4,0 𝜇m, berwarna hialin, dan berdinding tipis dan halus. Pertumbuhan koloni pada medium MEA lebih cepat dan bersporulasi lebih lebat. Habitat dari spesies ini sering ditemukan pada serealia yang kering yang disimpan dalam jumlah besar di gudang. b. Aspergillus clavatus
gambar 2.17 Aspergillus clavatus Koloni tumbuh agak cepat pada medium Czapek’s Dox, mencapai diameter 2,5–3,5 cm dalam 7 hari, dan berwarna hijau kebiruan karena lebatnya konidiofor yang panjang-panjang. Kepala konidia berbentuk gada yang kemudian merekah menjadi kolom yang divergen. Panjang konidiofor 1,5–3,0 mm, berwarna hialin, dan berdinding halus. Vesikula berbentuk khas seperti gada, dan berdiameter 40-60 𝜇m. Fialid terbentuk langsung pada vesikula. Konidia berbentuk elips, berukuran (3,0 – 4,5)x(2,5 – 4,5) 𝜇m, berwarna hijau, dan berdinding tipis. Koloni memberikan pertumbuhan yang sama pada medium MEA, hanya konidiofor yang terbentuk tidak lebat. Habitat spesies ini banyak ditemukan pada kompos, tempat pembuatan bir, udara, tanah perkebunan kapas, tanah gurun, tebu,
29
kacang-kacangan, rhizosfer pisang, kacang tanah, padi, aneka bahan pangan
yang
disimpan
(gandum,
beras,
buah-buahan
yang
dikeringkan), insekta, bulu dan kotoran burung. c. Aspergillus flavus
gambar 2.18 Aspergillus flavus Koloni pada medium Czapek’s Dox mencapai diameter 3 – 5 cm dalam waktu 7 hari, dan berwarna hijau kekuningan karena lebatnya konidiofor yang terbentuk. Kepala konidia khas berbentuk bulat, kemudian merekah menjadi beberapa kolom. Konidiofora tidak berwarna, kasar bagian atas agak bulat sampai kolumner dan dapat mencapai panjang 1,0 mm (ada yang sampai 2,5 mm). Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat, dan berdiameter 25 – 45 𝜇m. Fialid terbentuk langsung pada vesikula atau pada metula. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berdiameter 3,6 𝜇m, hijau pucat dan berduri. Sklerotia seringkali dibentuk pada koloni yang baru, bervariasi dalam ukuran dan dimensi, berwarna coklat hingga hitam. Pertumbuhan koloni lebih cepat pada medium MEA. Habitat spesies ini umum ditemukan pada kacang-kacangan (khususnya kacang tanah), rempah-rempah, biji yang mengandung minyak, serealia, dan kadang-kadang pada buah-buahan yang dikeringkan.
30
d. Aspergillus fumigatus
gambar 2.19 Aspergillus fumigatus Koloni pada medium Czapek’s Dox mencapai diameter 3 – 5 cm dalam waktu 7 hari, dan berwarna hijau tua karena lebatnya konidiofor yang terbentuk dari miselia yang ada di agar dan juga dari miselium aerial. Konidia atas berbentuk kolumner (memanjang) berwarna hijau
sampai
hijau kotor berdiameter 2,5 – 3,0 𝜇m.
Vesikel berbentuk piala dan berdiameter 20 – 30 𝜇m. Fialid terbentuk langsung pada vesikula, seringkali berwarna hijau. Pertumbuhan koloni lebih cepat dan lebih lebat pada medium MEA. Habitat spesies ini bersifat tropik-termotoleran, dan banyak ditemukan pada serealia bersuhu tinggi, serta telah diisolasi dari debu rumah, kompos, tanah, bawang, kacang tanah, serta jagung. Spesies ini dapat timbul pada suhu cukup tinggi, yaitu 55oC dan pada tekanan oksigen yang rendah. e. Aspergillus niger
gambar 2.20 Aspergillus niger Koloni pada medium Czapek’s Dox mencapai diameter 4 – 5 cm dalam 7 hari, dan terdiri dari suatu lapisan basal yang kompak
31
berwarna putih hingga kuning dan suatu lapisan konidiofor yang lebat berwarna coklat tua hingga hitam. Bagian
atas
membesar
dan
membentuk globusa. Konidiofora halus, tidak berwarna atas tegak berwarna coklat kuning. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat, dan berdiameter 50 – 100 𝜇m. Fialid terbentuk pada metula. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berukuran 3,5 – 5,0 𝜇m, berwarna coklat, memiliki ornamentasi berupa tonjolan dan duri-duri yang tidak beraturan. Koloni pada medium MEA lebih tipis tetapi bersporulasi lebat. Habitat spesies ini kosmopolit di daerah tropis dan subtropis dan mudah diisolasi dari tanah, udara, air, rempah-rempah, kapas, buah-buahan, gandum, beras, jagung, tebu, ketimum, kopi, teh, coklat, serta serasah dedaunan. f. Aspergillus ochraceus
gambar 2.21 Aspergillus ochraceus Koloni pada medium Czapek’s Dox mencapai diameter 2,5 – 3,5 cm dalam 7 hari, dan terdiri dari lapisan konidiofor yang tebal dan berwarna kuning. Kepala konidia berwarna kuning, bila masih muda berbentuk bulat, kemudian merekah menjadi beberapa kolom yang kompak. Vesikel berbentuk bulat, berwarna hialin dan berdiameter 35 – 50 𝜇m. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berdiameter 2,7 – 3,0 𝜇m, berdinding sedikit kasar sampai halus. Umumnya sklerotia ada dan semula berwarna putih kemudian menjadi ungu muda hingga merah kecoklatan, serta mempunyai bentuk yang tidak teratur.
32
Pertumbuhan koloni pada medium MEA lebih cepat, tetapi konidiofor tidak lebat serta pembentukan sklerotia tidak banyak. Habitat spesies ini umum ditemukan pada biji-biji kopi, rempah-rempah, dan serealia kering yang disimpan di gudang. g. Aspergillus oryzae
gambar 2.22 Aspergillus oryzae Koloni pada medium Czapek’s Dox mencapai diameter 4 – 5 cm dalam 7 hari, dan terdiri dari suatu lapisan konidiofor yang panjang-panjang berbaur dengan miselia aerial. Kepala konidia berbentuk bulat, berwarna hijau pucat agak kekuningan, dan bila tua menjadi coklat redup. Konidiofor berwarna hialin dengan panjang 4 – 5 mm, dan umumnya berdinding kasar. Vesikula berbentuk semibulat, dan berdiameter 40 – 80 𝜇m. Fialid berbentuk langsung pada vesikula atau pada metula. Konidia berbentuk elips bila muda, kemudian menjadi bulat hingga semibulat bila berumur tua, berdiameter 4,5 – 8,0 𝜇m, berwarna hijau, dan berdinding halus atau sedikit kasar. Pertumbuhan koloni pada medium MEA cepat tetapi tipis. Habitat spesies ini kosmopolit, dan dapat ditemukan pada aneka substrat, terutama pada makanan fermentasi di kawasan Asia, serta pada lingkungan industri.
33
h. Aspergillus tamarii
gambar 2.23 Aspergillus tamarii Koloni pada medium Czapek’s Dox mencapai diameter 4 – 5 cm dalam waktu 7 hari, bersporulasi lebat dan pada awal pertumbuhan membentuk lapisan padat yang terbentuk oleh konidiofor-konidiofor berwarna coklat kekuningan yang cepat berubah menjadi coklat kehijauan. Tangkai konidiofor berwarna hialin, dan umumnya berdinding kasar yang mencolok. Kepala konidia berbentuk bulat, kemudian merekah menjadi kolom-kolom yang terpisah. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat dan berdiameter 25 – 50 𝜇m. Fialid terbentuk langsung pada vesikula atau pada metula. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berdiameter 5 – 6,5 𝜇m, berwarna kuning kecoklatan, berornamentasi mencolok berupa tonjolan, serta dinding konidia bagian luar dan bagian dalam dapat terlihat jelas. Habitat spesies ini banyak ditemukan pada rempah-rempah, jagung, serealia, tanah, udara, serta serasah. i. Aspergillus terreus
gambar 2.24 Aspergillus terreus
34
Koloni pada medium Czapek’s Dox mencapai diameter 3,5 – 5,0 cm dalam waktu 7 hari, dan terdiri dari suatu lapisan padat yang terbentuk oleh konidiofor berwarna coklat kekuningan yang makin gelap dengan bertambahnya umur koloni. Kepala konidia berwarna coklat kekuningan, tampak kompak, dan berbentuk kolumnar. Konidiofor berwarna hialin, dan berdinding halus. Vesikula berbentuk semibulat dan berdiameter 10 – 20 𝜇m. Fialid terbentuk pada metula. Konidia berbentuk bulat hingga elips, berdiameter 1,5 – 2,5 𝜇m, berwarna hialin hingga kuning muda dan berdinding halus. Habitat spesies ini banyak ditemukan di daerah tropis, dan telah diisolasi dari rempah-rempah, rhizosfer gandum, jagung, padi, kentang, kapas, tanaman euphorbia, biji-bijian yang disimpan di gedung untuk waktu lama, serta tambang uranium.
6. Penanganan Sampel Identifikasi jamur Aspergillus sp dilakukan dengan pemeriksaan makromorfologi dan mikromorfologi. Pada pemeriksaan makromorfologi didapatkan warna koloni yang tumbuh pada media agar Sabouroud adalah coklat kehitaman dan hitam. Warna koloni yang didapatkan telah sesuai dengan identifikasi jamur Aspergillus sp menurut penelitian Robert A. Samson dan Ellen S. van Reenen-Hockstra pada tahun 1988 dimana koloninya terdiri atas beberapa warna seperti putih, kuning Coklat kekuningan, coklat atau hitam, dan hijau. Warna koloni dari Aspergillus sp ini secara keseluruhan merupakan warna dari konidianya. Produksi pigmen pada Aspergillus sp sangat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya trace element Pada pemeriksaan mikromorfologi dengan mikroskop pada pembesaran 400X didapatkan gambaran jamur Aspergillus sp yang sesuai dengan identifikasi menurut Robert A. Samson dan Ellen S van Reenen Hockstra dimana pada gambaran yang Ditemukan jamur tersebut, yaitu terdiri atas kepala konidia, konidia, fialid, vesikel dan konidiofor. Kepala
35
konodia adalah struktur yang terletak di bagian terminal konidiofor, berbentuk bulat (globose) atau semibulat (subglobose) tersusun atas vesikel, metulan jika ada), fialid dan konidia. Vesikel Adalah pembesaran konidiofor pada bagian apeksnya membentuk suatu struktur berbentuk globose, hemisferis, elips atau clavate. konidiofor merupakan suatu struktur tegak lurus yang muncul dari sel kaki dan pada ujungnya menghasilkan kepala konidia. Sebagian besar dari spesies Aspergillus sp memiliki konidiofor tidak bercabang yang masing-masing menghasilkan kepala konidia tunggal.
36
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .Aspergillus adalah genus yang memiliki sekitar 200 spesies. Aspergillus termasuk dalam kelas sekelompok jamur, yang ditemukan di mana-mana di seluruh dunia. Habitat aslinya adalah diatas jerami dan kompos, beberapa
spesies
menahan
misalnya
panas.
Jamur diidentifikasi
di
laboratorium dengan struktur dan penampilan mereka. Candida termasuk golongan ragi yang menyerupai ragi (khamir dan yang menyerupai khamir) atau disebut yeast dan yeast-likes, berdasarkan morfologinya. Didalam toksonomi maka golongan ini ternyata meliputi Ascomycota dan Deuteromycota, karena beberapa spesies Candida ternyata membentuk spora seksual yang berupa askospora.
B. Saran Untuk menghindari penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida sp dan Aspergillus sp, disarankan dengan menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan sekitar.
37