Caring Dalam Paradigma Keperawatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

;CARING DALAM PARADIGMA KEPERAWATAN



Di Susun Oleh: KELOMPOK II 1. Anidarwati



(201312055)



2. Enny Hariani



(201312064)



3. Indria Seftriani



(201312071)



4. Irma Yunaningsih 5. Ni Made Sri Agustiasih 6. Yusanti Awalinda



(201312072) (201312082) (201312099)



STIK SINT CAROLUS KELAS B JALUR C



JAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan profesi keperawatan menuntut setiap perawat mampu memberikan pelayanan yang bermutu. Hal ini sejalan dengan peningkatan kebutuhan / keinginan konsumen untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Hubungan keperawatan dengan masyarakat merupakan interaksi yang berkesinambungan sehingga peranan keperawatan menjadi sangat penting dalam pelayanan holistik. Caring mempunyai banyak manfaat untuk masyarakat, seperti membina rasa percaya , menenangkan jiwa , mengurangi kecemasan dan membantu kesembuhan . Sehingga menimbulkan kepuasan. Prilaku caring memberikan perasaan positif pada setiap manusia. Hal ini terlihat dalam hubungan yang baik antara keluarga , teman dan rekan kerja. Tujuan kelompok kami membahas tentang hubungan caring dalam paradigma keperawatan bagi masyarakat khususnya mengenai keluarga adalah : “ Bagaimanakah prilaku caring dalam keluarga , bagaimanakah idealnya caring dalam keluarga “. Keluarga dapat dilihat sebagai salah satu dari berbagai subsistem dalam masyarakat dan tidak lepas dari interaksinya dengan subsistem lain yang ada di masyarakat misalnya sistem ekonomi , politik , ekonomi , pendidikan dan agama. Keluarga berfungsi untuk memelihara kesinambungan social dalam masyarakat.



BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Caring adalah hal – hal yang mempengaruhi cara orang berpikir , berbuat dan merasakan dan memberikan respon yang baik. Caring menurut Sister Simone Roach mendefinisikan dalam 6 C yaitu : 1. Compassion : mempunyai rasa cinta dan perhatian pada orang lain, memberi ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan dan membantu seseorang untuk tetap bertahan disaat terluka , sedih takut , bingung. 2. Competence : pengetahuan



,



pendapat



,



keterampilan



,



energi,pengalaman dan motivasi yang dimiliki seseorang untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya. 3. Confidence : Membangun hubungan antar manusia dengan penuh kepercayaan . 4. Conscience ( Hati nurani / Suara hati ) : memiliki standar moral yang tumbuh dari sistem nilai humanistic , alturistik, direfleksikan 5.



pada tingkah lakunya. Commitmen : memasukan nilai – nilai human care kedalam



praktik profesionalnya. 6. Compertment : sikap , cara bertindak , berpakaian bertutur kata yang di berikan dengan hormat , penghargaan dan respek pada seseorang.



B. HAL – HAL YANG MEMPENGARUHI PRILAKU CARING 1. Faktor kebudayaan Berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat dimana seseorang harus memahami kebudayaan orang lain. Menurut college of nurse of Ontario



(2009) menyatakan bahwa perawatan pasien (caring) berpusat pada keharusan perawat mengenali budaya pasien dan budaya perawat sendiri untuk memberikan perawatan budaya yang sensitif. misalnya dalam satu desa ada bermacam – macam suku dan adat kebiasaan yang berbeda , mereka saling menghargai satu ini sama lain. 2. Faktor Kepribadian Menurut Bakker et al ( 2002 ) mengatakan tipe kepribadian angreeableness adalah seseorang yang memiliki prilaku baik dan merupakan gambaran dari seorang perawat yang ideal. 3. Faktor kondisi / situasi Menurut Kurniajati dan Crystalia ( 2012 ) bahwa lingkungan / kondisi keadaan yang sedang di hadapi individu akan membentuk kehidupan seorang individu tersebut sehingga memiliki nilai – nilai hidup yang baik. 4. Faktor Pengalaman Tidak semua orang memiliki pengalaman dan tuntutan yang sama terhadap prilaku caring.



C. CONTOH KASUS DALAM KELUARGA Kasus I : seorang ibu benama Vira umur 24 tahun mempunyai seorang bayi tak lama setelah menikah. Ia merasa menjadi tawanan yang tidak bebas lagi berkumpul dengan teman – teman. “ Real life tidak seperti romantisme yang saya bayangkan , kebebasan saya terampas”, ujarnya. Maka pengasuhan bayi sepenuhnya diserahkan pada baby sitter.Vira sendiri selalu pulang tepat sebelum suaminya tiba dirumah , seolah ia seharian mengurus anak. “Padahal tidur , mandi , makan , susu bahkan uang belanja harian dan bulanan saya serahkan sepenuhnya pada baby sitter, saya tidak mau tertawan.



Dampak emosi : Secara alami seorang anak membutuhkan kasih sayang ibu untuk didekap , disentuh , dibelai dan dipeluk. hal ini menumbuhkan cinta dihati



dan



membangun rasa percaya diri terhadap orang lain. Itu sebabnya anak dengan riwayat diabaikan , beresiko mengalami masalah emosi bahkan kejiwaan : - Mudah cemas , depresi , sulit percaya pada orang lain dan merasa tidak -



aman. Diusia muda anak menolak, melawan pengasuhnya, bingung , gelisah dan



-



cemas. Diusia 6 tahun anak tidak bertingkahlaku layaknya anak , ia ingin mendapat perhatian.



Dampak fisik : asupan gizi yang tidak memadai. Orang tua diharapkan : konsultasi pada psikologi untuk mengkaji kembali pernikahannya dan untuk apa mempunyai anak , serta mengubah pola pikirnya.



Pembahasan Kasus Dilihat dari Caring menurut Sister Simone Roach ada 6 C 1. Compassion  Rasa cinta dan perhatian Pada kasus ini ibu kurang memberikan kasih sayang pada anaknya , semua kebutuhan anak diserahkan pada pengasuhnya.Perhatian ibu tidak tercurah pada anaknya karena ibu merasa kebebasanya terampas dan tidak peka terhadap keadaan anaknya. 2. Confiedence  Hubungan antar manusia dengan penuh kepercayaan Kasus ini menunjukan bahwa suami sepenuhnya percaya kepada istrinya , dimata suami sang istri adalah istri dan seorang ibu yang penuh perhatian , cinta kasih pada keluarga dan anaknya. Ini terlihat dari prilakunya yang selalu ada dirumah setiap suaminya pulang kerja. 3. Commitmen  nilai human care



Komitmen dalam pernikahan tidak dijalani dengan baik , ibu merasa tertekan setelah menikah dan punya anak , seolah – olah kebebasanya terampas dengan kehadiran anak. Tidak sesuai dengan nilai human care. 4. Competence  pengetahuan , pendapat Pengetahuan dalam berumah tangga pada pasangan ini masih kurang , terlihat ibu muda ini belum dapat menjalani peranya sebagai istri dan ibu dikarenakan belum berpengalaman dan usia pernikahanya masih baru. 5. Conscience  suara hati nurani Ibu tidak peka terhadap kebutuhan anaknya semuanya diserahkan pada pengsauhnya. 6. Comportment  sikap , cara bertindak Didepan suami , ibu bersikap baik , penuh perhatian pada keluarga dan memenuhi segala kebutuhan keluarganya , tetapi bila suami tidak di tempat semuanya diserahkan pada pengasuh. Kasus II :



Namanya BAI FANG LI, orang miskin yang pekerjaannya adalah tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskan di atas sadel becaknya,semangatnya luar biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk berdibadah.Bai Fang Li melalang di jalanan, di atas becaknya untuk mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam. ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya.ia tak pernah mematok berapa orang harus membayar jasanya. Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris sudah mau rubuh, ia tinggal sendirian, orang hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang tahu apakah ia mempunyai sanak



saudara sedarah. Tapi nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan suka menolong. semua uang hasil penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar 300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin. Yayasan yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui sekolah yang ada. Ia merasa sangat bahagia sekali melakukan semua itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda warna. Mhmm… tapi masih cukup bagus… gumamnya senang. Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti, di tengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya. Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun, ia meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu, dia telah menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesar RMB 350.000 (kurs 1300, setara 455 juta rupiah, jika tidak salah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk menolong kurang lebih 300 anakanak miskin. Foto terakhir yang orang punya mengenai dirinya adalah sebuah foto dirinya yang bertuliskan ”Sebuah Cinta yang istimewa untuk seseorang yang luar biasa”. Bila SESEORANG yang miskin menyumbang dari kekurangannya, maka ia adalah salah satu PENGHUNI SURGA yang diutus ke dunia, yang mengajarkan kita untuk selalu BERSYUKUR dan selalu BERBAGI kepada sesama.



Pembahasan Kasus Menurut Sister Simone Roach 1. Bailing seorang yang penuh perhatian dan cinta kasih walaupun ia orang tidak punya , seluruh penghasilanya ia sumbangkan untuk anak miskin dan orang yang terlantar ,ia tidak peduli dengan dirinya seluruh hidupnya ia curahkan untuk kepentingan orang lain. 2. Hubungan antar manusia selalu ia jaga dengan baik , orang – orang senang dengan sikap yang murah hati dan suka menolong. 3. Commitmentnya untuk menolong orang – orang miskin ia jalankan sampai akhir hayatnya.



Inilah sikap caring yang dapat kita tanamkan pada diri kita untuk kehidupan sehari-hari. Saling tolong – menolong antar manusia tanpa membedakan status .