Catatan3.Identifikasi Kemampuan Awal Siswa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Dwi Yuniarni



NIM



: 11170183000036



Kelas



: 5A (PGMI)



IDENTIFIKASI KEMAMPUAN AWAL SISWA A. Pengertian Kemampuan Awal Siswa Mohammad Syarif Sumantri mengemukakan bahwa “Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa sebelum ia mengikuti pembelajaran yang akan diberikan”. Kemampuan awal juga bisa disebut dengan prior knowledge (PK). Kemampuan awal ini merupakan langkah penting di dalam proses belajar, dengan demikian setiap guru perlu mengetahui tingkat kemampuan awal yang dimiliki para peserta didik. Dalam proses belajar, PK merupakan kerangka di mana peserta didik menyaring informasi baru dan mencari makna tentang apa yang sedang dipelajari olehnya. Proses membentuk makna melalui membaca didasarkan atas kemampuan awal di mana peserta didik akan mencapai tujuan belajarnya. B. Analisis Fungsi Kemampuan Awal Siswa Menurut Suprayekti dan Agustyarini, identifikasi pengetahuan tentang kemampuan awal peserta didik sangat penting karena memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Memberikan dosis pelajaran yang tepat. Artinya, materi yang diberikan dapat diorganisasikan dengan lebih baik, tidak terlalu mudah bagi peserta didik, ataupun tidak terlalu sulit karena bisa saja terjadi kesenjangan yang cukup jauh antara kemampuan awal peserta didik dengan pengetahuan baru yang harus dikuasai; 2. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan, seperti misalnya apakah peserta didik memerlukan remedial sebelum mereka siap menerima materi baru. Melalui identifikasi kemampuan awal peserta didik maka guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang tepat termasuk pemilihan strategi, media, dan penilaian pembelajaran dengan lebih baik; 3. Mengukur apakah peserta didik memiliki prasyarat yang dibutuhkan. Analisis kemampuan peserta didik berfungsi juga untuk menggambarkan statistik kemampuan yang dimiliki peserta didik. 4. Memilih pola-pola pembelajaran yang lebih baik. Dengan mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik, maka guru dapat mendesain skenario



pembelajaran dengan lebih baik, serta menentukan materi dengan lebih terorganisir, memilih strategi apa yang tepat dan dapat digunakan untuk membantu kegiatan pembelajaran. Jadi, kemampuan awal siswa dapat berfungsi untuk mempermudah dan mengoptimalkan perolehan, pengorganisasian dan mengungkap kembali pengetahuan baru (hasil belajar) seseorang. C. Jenis-jenis Kemampuan Awal Siswa Ada tujuh jenis kemampuan awal yang dapat digunakan untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian, dan pengungkapan kembali pengetahuan baru. Ketujuh jenis pengetahuan awal itu adalah sebagai berikut. 1. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbitraly meaningful knowledge) sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hapalan (yang tak bemakna) untuk memudahkan retensi. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. misalkan “MEJIKUHIBINIU” untuk warna pelangi. 2. Pengetahuan analogis (analogi knowledge), yang mengaitakan pengetahuan baru dengan pengetahuan lain yang amat serupa, yang berada di luar isi yang sedang dibiarakan/dipelajari. Misalnya pengertahuan baru tentang prinsip penawaran dan permintaan, maka bisa dianalogikan dengan peminat masuk keperguruan tinggi dengan daya tampung perguruan tinggi. 3. Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (superordinte knowledge) yang dapat berfungsi sebagai kerangka kaitan lanjut bagi pengetahuan baru. Gagne menyebutnya sebagai kapabilitas belajar. 4. Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge), yang dapat memenuhi fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan/atau komparatif. Pengetahuan setingkat ini memiliki tingkat keumuman dan kekhususan yang sama dengan pengetahuan yang sedang dipelajri. Misalnya, konsep “hewan berkaki ruas” dan konsep “hewan bertulang belakang”. Kedua hewan tersebut tidak sama, tetapi keduanya merupakan contoh “hewan”. Jadi mengaitkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari dengan pengetahuan coordinate yang telah diketahui oleh siswa akan memudahkan perolehan pengetahuan baru tersebut. 5. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge), yang berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh-contoh. Ini



kebalikan dari pengetahuan yang lebih tinggi. Ada kesamaan fungsi dengan pengetahuan pengalaman. 6. Pengetahuan pengalaman (experienitial knowledge) mengacu kepada ingatan seseorang pada peristiwa-peristiwa atau objek-objek khusus dan yang tersimpan di dalam experienitial data base (istilah yang digunakan Reigeluth). 7. Strategi kognitif, yang menyediakan cara-cara mengolah pengetahuan baru,mulai dari



penyandian,



penyimpanan,



sampai



dengan



pengungkapan



kembali



pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan. Hal ini berfungsi membantu mekanisme pembuatan hubungan-hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. D. Klasifikasi Jenis-jenis Kemampuan Awal Siswa Tujuh jenis kemampuan awal ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: 1. Pengetahuan yang akan diajarkan. Yang termasuk di dalamnya adalah: pengetahuan tinggi, pengetahan sedang, pengetahuan rendah, dan pengetahuan pengalaman. 2. Pengetahuan yang berada di luar pengetahuan yang akan dibicarakan. Yang termasuk di dalamnya adalah pengetahuan bermakna tak terorganisasi dan pengetahuan analogis. 3. Pengetahuan mengenai keterampilan generik. Yang termasuk didalamnya adalah strategi kognitif E. Langkah-langkah Identifikasi Kemampuan Awal Siswa Identifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik adalah salah satu upaya para guru yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan peserta didik, berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu. Identifikasi kemampuan awal dan karakteristik peserta didik bertujuan: 1. Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan dengan kemampuan serta karakteristik awal siswa sebelum mengikuti program pembelajaran tertentu. 2.



Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan, serta kecenderungan peserta didik berkaitan dengan pemilihan program-program pembelajaran tertentu yang akan diikuti mereka.



3. Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan tertentu yang perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.



Penilaian awal siswa dilakukan dengan cara memberikan tes, yang berupa pretest. Tes ini dilakukan untuk mengukur tentang penguasaan siswa terhadap tujuan yang harus dicapai. Ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis kemampuan awal siswa. Langkah-langkah itu adalah: 1. Melakukan pengamatan (observation) kepada siswa secara perorangan Pengamatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan awal yang digunakan untuk mengetahui konsep-konsep, prosedur-prosedur atau prinsipprinsip yang telah dikuasai oleh siswa dengan konsep, prosedur, atau prinsip, yang akan diajarkan. Wawancara atau angket dapat digunakan untuk menggali informasi mengenai kemampuan awal yang lain seperti kemampuan yang tidak terorganisasi, pengetahuan pengalaman alogi dan strategi kognitif. 2. Tabulasi karakteristik pribadi siswa. Hasil pengemasan yang dilakukan pada langkah pertama ditabulasi untuk mendapatkan klasifikasi dan rinciannya. Hasil tabulasi akan digunakan untuk daftar klasifikasi karakteristik menonjol yang perlu diperhatikan dalam menetapkan strategi pengelolaan. 3. Pembuatan daftar strategi karakteristik siswa yang disesuaikan dengan kemajuankemajuan belajar yang dicapai siswa secara pribadi. Ada beberapa macam instrumen yang bisa digunakan untuk memperoleh data tentang karakteristik siswa meliputi observasi, wawancara, angket, daftar pertanyaan dan melakukan tes.



REFERENSI Mohammad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: Raja Grafindo, 2015), h. 183 Nana S.S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 5 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2009), h. 54-60 Riyanto Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran. (Prenada Media Group: Jakarta, 2009), h. 63-64 Suprayekti dan Agustyarini. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa, (Deepublish: Yogyakarta, 2015), h. 50. Trianto, Mendesai Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 199