Caving Dan Speleologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CAVING DAN SPELEOLOGI A. PENDAHULUAN Caving berasal dari kata cave (bahasa Inggris) yang berarti gua, terjemahan bebasnya adalah kegiatan penyelusuran gua, sedangkan Speleologi diambil dari bahasa Yunani yaitu Spalion yang berarti Gua dan Lagos yang berarti ilmu, jadi Speleologi bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang gua. Namun gua itu sendiri adalah bentukan alam yang tidak berdiri sendiri, tetapi terdapat didalam struktur alam yang melingkupimya, maka Speleologi disebut sebagai ilmu yang mempelajari gua dan lingkungannya.



B. SEJARAH PENELUSURAN GOA Orang pertama yang menyelusuri gua secara petualang dan alamiah yang tercatat dalam sejarah speleologi adalah JOHN BEAUMONT, ahli bedah dari Somerset-Inggris yang juga dikenal sebagai ahli pertambangan dan geologi amatir. Speleologi dilahirkan pada awal abad ke 19 berkat ketekunan EDOURD ALFRED MARTEL yang diakui sebagai bapak speleologi dunia. ROBERT de JOLLY adalah orang pertama yang menciptakan alat-alat penelusuran gua, alat-alat tersebut dibuatnya dari bahan aluminium alloy, jadi lebih ringan dan praktis dibanding alat-alat yang ada sebelumnya. Sejarah Speologi di Indonesia sendiri dimulai pada tahun 1980 dengan lahirnya klub SPECAVINA (Speologi dan Caving Indonesia) yang merupakan klub caving pertama di Indonesia dimotori oleh (alm) NORMAN EDWIN tapi pada tahun 1983 club tersebut bubar. Kemudian muncul HIKESPI (Himpunan Kegiatan Speologi Indonesia) dibawah pimpinan Dr. R.K.T. Ko yang juga wakil resmi IUS di Indonesia.



C. PEMBENTUKAN GOA Menurut proses terbentuknya, gua dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Gua Lava, yaitu gua yang terbentuk akibat aktifitas vulkanik dari gunung berapi. Ketika terjadi letusan, lava yang dimuntahkan mengalir kebawah membentuk alur-alur memanjang. Ketika bagian atas/permukaan lava sudah membeku, laca yang dibawah permukaan masih mengalir terus sehingga menimbulkan rongga atau lorong. 2. Gua Littoral, yaitu gua yang terbentuk didaerah tebing pantai, akibat pengikisan yang dilakukan oleh angin dan gelombang laut.



3. Gua Kapur atau Limenstone, yaitu gua yang terjadi didalam daerah batuan kapur/limenstone, akibat dari pengikisan air terhadap batuan kapur di dalam tanah. Gua kapur inilah yang menjadi obyek penelusuran dan ekspoitasi bagi pecinta alam atau penelitian yang tidak habis-habisnya oleh para ilmuwan. Hal ini disebabkan karena banyak daerah atau kawasan hunian yang berstruktur batuan kapur, sehingga gua-gua yang ada disekitarnya, bagaimana pun juga mempunyai pengaruh positif maupun negatif bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Dari semua gua yang ada diatas yang paling menarik dan paling banyak didatangi caver danspeleologi diseluruh dunia adalah gua karst. Karst sendiri berasal dari bahasa Slavia “KRS” atau “KRAS” yang berarti batu atau batuan. Istilah karstdipakai untuk suatu kawasan batu gamping yang telah mengalami proses pelarutan sehingga menunjukan relief dan pola drainase yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batuan-batuan yang lebih tinggi dibanding tempat atau kawasan lainnya.



D. HABITAT GOA Habitat gua dibagi atas 4 (empat) bagian/zona yaitu : 1. Zona terang, terletak disekitar mulut gua. 2.



Zona senja, terletak agak kedalam dimana cahaya masih dapat terlihat remangremang. Di bagian ini suhu udara masih terlihat berfluktuasi.



3. Zona peralihan, merupakan peralihan antara zona senja dengan zona dalam. 4. Zona dalam, merupakan bagian yang gelap abadi/gelap total dan bersuhu konstan.



Penghuni/makhluk hidup gua : 1. TROGLOBION : Binatang yang hidup di zona dalam dan sudah memiliki daya adaptasi penuh terhadap lingkungan gua yang gelap total. Ciri khasnya : tidak berpigmen, tidak bermata, gerakannya lambat, memiliki indera peraba yang sangat peka. Contohnya : Ikan buta (Ambyobsis spaka), salamonder, dll.



2. TROGLOPHULIS : binatang yang hidup didalam gua tetapi sering ditemui diluar gua , jadi walaupun senang pada kehidupan gua jenis binatang ini tidak terikat pada ruang lingkup gua. Contohnya : Kecoa (Pynocelus surinamensis), jangkrik (Rhaphidophora delaan), dll. 3. TROGLOXENE : Binatang yang menggunakan gua hanya sebagai tempat berlindung terhadap iklim dan musuh dari luar, sedangkan makanan didapat dari luar gua. Contohnya : tikus, landak, biawak, kelelawar, burung walet, dll.



E. ORNAMEN-ORNAMEN GOA 1. Stalaktit



Stalaktit, yaitu ornamen gua yang membetuk ujung tombak memanjang dan meruncing ke bawah, menempel pada atap gua. Ini terjadi karena air yang mengandung larut yang tinggi menetes melalui titik kecil pada atap gua. Sebelum air menetes jatuh, mengalami penguapan sehingga larutan kapur yang terkandung di dalamnya menempel pada atap gua dan proses ini berjalan terus-menerus hingga akhirnya menjadi bentukan yang menyerupai pipa kecil dengan lubang straw. 2. Stalakmit



Stalakmit, terbentuk dari proses terjadinya stalaktit. Ketika air menetes jatuh ke lantai gua, terjadi penguapan air, maka timbul penumpukkan larutan kapur yang membetuk kerucut memanjang dan meruncing ke atas. 3. Colum



Stalaktit dan stalakmit yang ujung-ujungnya menyatu, menyerupai pilar/tiang disebut Column.



4.



korden



proses terjadinya hampir sama dengan stalaktit, hanya saja perembesannya terjadi pada sebuah celah (crack) yang memanjang pada atap gua, sehingga bentukan yang tumpul menyerupai tirai-tirai seperti korden jendela yang menggantung pada atap menuju ke bawah dengan lekukan-lekukannya. 5.



Flowstone



terjadi karena penumpukkan larutan kapur pada celah memanjang yang horizontal pada dinding gua, sehingga membentuk satu gundukan berbentuk separuh bola yang permukaannya/lapisan luarnya seperti air mengalir.



6. Gourdam (dam)



bentuknya seperti kolam kecil yang saling menyambung dan menumbuk sehingga membentuk jaringan persis daerah persawahan. Terjadi karena permukaan dari lantai gua tidak rata, sehingga pada suatu tempat kapur yang terlarut air mengalir ke dasar gua terhambat dan membentuk dinding sesuai dengan alur lantai yang menahannya dan terjadi secara berulang-ulang. 7.



Helektite



yaitu bentuk stalaktit yang aneh karena bisa bercabang sejajar dengan atau gua, bahkan pertumbuhannya kadang tidak ke bawah tetapi ke atas menuju atap seperti melawan daya tarik bumi (gravitasi).



F. TEKNIK PENELUSURAN GOA 1. Horizontal Caving Dalam penyelusuran gua secara horizontal kita melakukan gerakan dengan berjalan biasa, membungkuk,merangkak, merayap, tengkurap, memanjat dan kadang-kadang menyelam serta berenang. Yang semuanya dilaukan dalam keadaan gelap, jadi diperlukan kesiapan baik fisik maupun mental karena seorang poenyelusur gua sedikit banyak harus memiliki kelenturan tubuh dan tidak mudah menjadi panik dalam tempat yang sempit dan gelap. 2.



Vertikal caving



Dalam penelusuran gua secara vertikal kita harus menuruni gua, memanjat bila diperlukan dan kadang juga menemui keadaan dimana gua tersebut semi vertikal atau memiliki kemiringan kurang dari 90 (45 – 75 ) sehingga menelusurinya menelusurinya cukup dengan berjalan biasa.



G. PERALATAN DALAM KEGIATAN CAVING DAN SPELEOLOGI 1. Peralatan pribadi a. Helm Speleo Helm khusus caving yang digunakan dan dirancang untuk menahan benturan benda keras, memiliki tali pita yang dapat diatur untuk mengencangkan helm dalam penggunaanya. Dapat dipasang lampu penerangan untuk penelusuran. Helm tersebut harus terbukti lulus tes keamanan denmgan Union Internasianal de Alpinisme Approved (UIAA).



b.



Boom (generator carbite).



Tabung tempat reaksi karbit dengan air sehingga menghasilkan gas Acetilane yang dihubungkan keselang aceto pada helm c.



Alat penerangan.



Dalam penelusuran gua sumber penerangan yang digunakan minimal tiga jenis dan tidak saling tergantung satu sama lain, seperti head lamp, senter, lilin, lampu karbit, dll.



d.



Cover All.



Pakaian yang dirancang khusus caving, merupakan setelan langsung baju dan celana. Terbuat dari bahan yang ringan, tahan gesekan terhadap batu dan dapat menahan panas tubuh.



e.



Sepatu.



Merupakan sepatu karet yang tidak licin, terdapat gigi-gigi penahan pada solnya, mudah dilepaskan untuk mengeluarkan kotoran dan sejenisnya.



f.



Sarung tangan.



Melindungi tangan dari gesekan benda tajam, batuan dan tali. g.



Pelampung.



Pada gua berair harus menggunakan pelampung, meskipun diyakini memiliki kemampuan berenang tetapi pelampung tetap merupakan syarat mutlak untuk keamanan.



h.



Alat-alat Single Rope Technique (SRT).



Peralatan ini masuk dalam perlengkapan pribadi dengan alasan efisiensi tenaga dan efektifitas penelusuran Sit harness, harus harness yang didesain khusus untuk caving



Ascender, Peralatan yang digunakan untuk naik meniti tali, seperti Hand jammer, croll, gibs, basic jammer, dll.



Descender, Peralatan yang digunakan untuk turun tali , seperti capstand (simple dan auto stop), whale tail, rack (open dan close rackj), figure of eight, dll. Millon rapide (MR), ada tiga jenis, delta MR (sering untuk menyambung loop sit harnes), semi circular MR (juga untuk menyambung loop harness) dan oval MR (untuk menyambung chest ascender dengan delta atau semi circular MR.



Chest harness, untuk mengikat chest ascender pada dada. Cowstails, dibuat dengan tali dinamik yang disimpul salah satu tali lebih pendek. Tali yan g lebih pendek (satu lengan siku) sebagai pengaman dan tali yang lebih panjang (sejangkauan tangan) dihubungkan dengan hand Ascender.



Foot loop, digunakan sebagai pijakan kaki dan dihubungkan dengan hand ascender.



2. Peralatan tim a. Tali. Tali yang digunakan harus dengan kualitas dan perawatan yang baik pula. Antara Lain: Hawsterlait, tidak dipakai dalam penelusuran gua vertikal. Berbentuk lilitan dari bahan nylon. Biasanya dipakai sebagai tali kapal.



Kernmantel, terdapat dua bagian , bagian dalam (kern) dan pembungkus (mantel). Ada dua jenis yang dinamis (digunakan dalam rock climbing) dan yang statik (digunakan dalam vertikal caving).



b. Ladders. Tangga tali, yang biasanya terbuat dari kawat baja atau tali dengan diameter tertentu (lebih kecil yang digunakan untuk vertikal caving). Sangat efektif untuk pitch pendek, dengan bentuk lintasan over hang.



c. Tali pita. Berbentuk tabung (turbular) dan pipih (plate), sangat berguna untuk tambatan alam, deviasi maupun bentuk tambatan lainnya. Lebar yang dianjurkan lebih besar atau sama dengan 30 mm. Jamngan sekalikali menggunakan ukuran dibawah 30 mm. d. Padding. Pelindung tali dari gesekan, biasanya dari bahan terpal yang kuat menahangesekan.



e. Carabiner. Fungsi alt ini sebagai pengait, memiliki beberapa macam bentuk sessuai dengan kegunaannya. f. Pengaman sisip. Peralatan tambahan untuk membuat tambatan. Pemasangan yang tepat sangat menentukan kekuatannya. Pengaman sisip yang serting digunakan antara lain Chock Stpper, berbentuk piramida tumpul, bisa untuk celah vertikal maupun horizontal.



Hexentrik, berbentuk persegi, bisa untuk celah vertikal maupun celah horizontal



Friend, pengaman sisip yang bergerigi biasa dibebani secara vertikal. Jammed knot, tekhnik memasang pengaman sisip dengan menggunakan simpul.



g. Paku piton. Bentuk pengaman tambahan seperti paku yang ditanamkan pada celah vertikal maupun horizontal.



h. Bolts. Digunakan pada penelusuran vertikal bola dimana kita tidak bisa menemukan natural anchor maupun pemadsangan pengaman sisip lainnya.



i. Hanger.



Pasangan dari bolts, tempat ditambatkannya tali, bentuknya disesuaikan fungsinya. Plate hanger, pada dinding yang tidak over hang. Twist hanger, pada dinding over hang maupun over roof. Ring hanger, pada dinding over hang maupun lurus. Clown hanger, bisa untuk segala medan.



j. Hammer. Digunakan untuk mengetes batuan yang akan digunakan untuk anchor, maupun untuk mengebor tebing.



k. Tackle bag/Speleo bag. Tas khusus untuk penelusuran gua yang tahan gesek.



l. Pulley. Berbentuk kerekan/katrol yang prinsip kerjanya untuk meringankan penarikan beban, biasa digunakan untuk rescue.



H. KEWAJIBAN PENELUSUR GUA 1. Senantiasa memperhatikan keadaan cuaca. Tidak memasuki gua yang mudah kebanjiran pada musim hujan. 2. Senantiasa menyadari bahwa kegiatan penelusuran gua bukan merupakan hak, tetapi wajib dianggap sebagai suatu anugrah, rahmat, karunia dan berkah. 3. Memilih sebagai suatu tujuan utama penelusuran gua : Konservasi (pencagaran) gua dan lingkungannya. Karena wajib menjaga kebersihan gua dan lingkungannya. 4. Wajib memberi pertolongan sesuai batas kemampuannya, bila ada penelusur gua dari rombongan lainnya yang membutuhkannya. 5. Bertindak sopan dan tidak mengganggu ketentraman penduduk disekitar lokasi sistem perguaan. Tidak boleh menyinggung perasaan mereka. 6. Mengikuti secara patuh dan seksama semua prosudur perizinan yang dipersyaratkan dan memberi laporan kepada pemberi izin. 7. Wajib memberitahuan kepada sesama penelusur, bila dijumpai bagian-bagian yang berbahaya dalam gua tertentu. 8. Bila mengalami suatu musibah, maka hal itu tidak boleh dirahasiakan. Wajib dilaporkan kepada penduduk dan pemerintah daerah setempat. 9. Bila ada rencana penelusuran gua, wajib memberitahukan kepada keluarga, rekan atau sesama anggota perkumpulan, penduduk dan kepala desa terdekat data sebagai berikut : - Maksud dan tujuan menelusuri gua, rencana waktu masuk, rencana waktu keluar, daftar nama penelusur lengkap - Bilasampai terjadi musibah atau belum keluar pada waktu yang sudah ditentukan, siapa yang harus dihubungi dan dengan cara apa. 10. Wajib memilih dan patuh kepada pemimpin gua yang kompeten, berwibawa dan sudah berpengalaman. Khususnya dalam menentukan kesiapan mental, fisik dan derajatketerampilan penelusur gua yang wajib disesuaikan dengan derajat kesulitan gua. 11. Menyadari sepenuhnya bahwa kegiatan penelusuran gua ialah suatu kerja kelompok. Wajib saling membantu.



I.



BAHAYA-BAHAYA PENELUSUR GUA DAN PENCEGAHANNYA



A. Antroposentrisme Yaitu kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kelalaian manusia sebagai objeknya. Bahaya-bahaya dari sudut pandang Antroposentrisme : 1. Sombong akan kehebatannya. 2. Terpeleset/jatuh. 3. Kepala terantuk atap gfua/stalaktit/benturan gua lainnya. 4. Tersesat. Terutama bila lorong bercabang dan bertingkat dan daya orientasi pemimpin regu kurang baik. Penyebabnya antara lain : a. Kehabisan cadangan cahaya b. Lupa jalan pulang 5. Tenggelam. Terutama apabila nekat memasuki gua pada musim hujan tanpa mempelajari topografi dan hidrologi karst maupun sifat sungai dibawah tanah. 6. Kedinginan (Hipotermia). Terutama bila lokasi gua jauh diatas peermukaan laut, penelusur beberapa jam terendam air dan adanya angin kencang yang berhembus dalam lorong tersebut. 7. Dehidrasi (kekurangan cairan) 8. Tidak selaras derajat keterampilan si penelusur dengan derajat kesulitan gua. 9. Terjatuh dari lintasan tali sewaktu melakukan vertikal caving



B. Speleosentrisme Yaitu bahaya yang diakibatkan oleh gua itu sendiri yang disebabkan akibat keacuhan. kurang pengertian terhadap bentukan alam yang begitu peka dan rendah daya dukungnya, seperti : 1. Banjir, hal ini sering terjadi karena gua mempunyai sungai bawah tanah. 2. Runtuhnya atap gua, hal ini terjadi karena : a. Gempa bumi b. Rapuhnya gua c. Ledakan gas metan 3. Kecelakaan karena gas beracun 4. Adanya tekanan udara, terutama sewaktu melakukan cave diving. 5. Tersengat arus listrik yang disebabkan oleh perambatan petir dalam tanah 6. Dll.